Belum selesai dengan masalah Jae Yeol, Hae Soo sudah diperhadapkan pada masalah lain. Yoon Soo meneleponnya dan memberitahunya bahawa ibu mereka akan menjual restoran. Ibu mengambil alih telelpon dan berkata bahwa uang hasil penjualan restoran akan diberikannya pada Hae Soo untuk membayar hutang pada Dong Min dan sisanya untuk sekolah atau bepergian ke luar negeri. Intinya…jauh-jauh dari Jae Yeol.
Hae Soo berkata ia tidak bisa bepergian atau belajar ke luar negeri karena ia harus mempersiapkan tesis untuk Young Jin.
“Kau ini! Apa kau menjadi dokter untuk menuliskan tesis bagi orang lain? Kau diskors hingga tidak boleh menerima pasien. Ibu akan menjual rumah jika harus. Belajarlah ke luar negeri.” Klik. Telepon ditutup.
Hae Soo menutup telepon dan merenung. Lalu ia menelepon Jae Yeol.
Jae Yeol sedang bersepeda ketika ponselnya berbunyi. Ia terdiam sejenak saat melihat siapa yang meneleponnya.
“Hallo?” sapanya.
“Ini aku, Hae Soo.” Klik.
Jae Yeol bingung. Tapi ia tidak menelepon balik dan kembali bersepeda. Tak lama kemudian Hae Soo menelepon kembali.
“Ada apa?” tanya Jae Yeol begitu mengangkat telepon.
“Sudah lebih dari seminggu sejak kau meninggalkanku. Bagaimana kabarmu? Apa kau tenang? Aku tidak.” Klik.
Kali ketiga, Hae Soo langsung menutup telepon begitu Jae Yeol memanggil namanya.
Lalu Hae Soo menanti. Jae Yeol awalnya hendak mengabaikan telepon itu. Tapi ia tidak bisa. Ia menelepon Hae Soo.
“Kenapa kau seperti ini?” tanyanya.
“Jo sunbae mengerti bahwa kau tidak memiliki pilihan saat membuat keputusan dalam sidang itu. Tapi tidak. Kau sudah membuat kesalahan besar pada hari itu. Kau tidak membicarakannya dengan kakakmu yang mempercayaimu dan pengacaramu. Kali ini pun kau membuat kesalahan besar. Dengan meninggalkanku dan menolak bantuanku. Setelah aku menutup telepon, aku tidak akan pernah lagi meneleponmu satu kali pun. Sama sepertimu, aku akan melakukan apa yang sudah kukatakan. Selama kau percaya Kang Woo itu nyata, kita akan harus putus seperti ini.
Jang Jae Yeol, dengarkan baik-baik apa yang akan kukatakan. Ketika aku menutup telepon, kau mungkin akan melihat Kang Woo lagi.”
Dan benar saja, saat itu juga Jae Yeol melihat Kang Woo bersepeda ke arahnya.
“ Lihatlah Kang Woo yang ada di hadapanmu. Dan temukan bahwa ia adalah ilusi dan kontradiksi. Hanya dengan cara itu kita bisa bertemu kembali.”
“Kang Woo nyata, Hae Soo-ya…” kata Jae Yeol sambil mengamati Kang Woo yang bersepeda sambil tersenyum di depannya.
Hae Soo berusaha menahan tangisnya.
“Ketika kau melihat Kang Woo, ingatlah saat kita saling mencintai. Saat kita saling menyentuh. Aku yang menangis dan tersenyum dalam pelukanmu. Saat-saat itu adalah nyata.”
Jae Yeol berkeras Kang Woo adalah nyata dan ia tidak mengerti mengapa semua orang berkata ia tidak nyata. Ia tidak mengerti apa itu ilusi dan kontradiksi. Ia tidak bisa menemukannya.
“Kau bisa. Kau bisa menemukannya. Lihatlah baik-baik Kang Woo yang ada di hadapanmu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan sangat….sangat lambat. Tahan nafasmu pelan-pelan… Semua ilusi memiliki kontradiksi. Bila kau mengamatinya baik-baik, kau akan menemukan kontradiksi itu. Semua pasien menemukannya dengan cara itu, jadi kau juga bisa menemukannya.”
Jae Yeol menatap Kang Woo yang sekarang tersenyum menatapnya.
“Bila kau sudah menemukan illusi dan kontradiksi itu, kembalilah padaku. Aku akan menunggu. Aku sangat mencintaimu,” kata Hae Soo sambil menangis. Lalu menutup teleponnya.
Pandangan Jae Yeol tak teralih dari Kang Woo. Kang Woo tersenyum padanya.
“Kau ini palsu, Hae Soo benar,” kata Jae Yeol.
“Benarkah? Sama seperti yang dikatakan Dokter Jo, aku adalah Tuan Penulis? Aku adalah aku. Bagaimana bisa aku adalah Tuan Penulis? Aku tidak mungkin Tuan Penulis. Kita terlihat sangat berbeda. Semua orang berbohong,” kata Kang Woo. Sama seperti ketika ia dan Jae Yeol dipukuli, semua orang berpura-pura tidak tahu. Tidak ada orang yang tertarik pada orang seperti dirinya, jadi mereka berpura-pura tidak melihatnya.
Tapi kata-kata Hae Soo terngiang di benak Jae Yeol. Ia memejamkan matanya dan melakukan apa yang dikatakan Hae Soo. Ia mengamati Kang Woo pelan-pelan. Dan ia menemukannya.
Ia menemukan kontradiksi itu. Ia melihat Kang Woo bertelanjang kaki dengan kaki yang penuh luka. Lalu Kang Woo yang mengenakan seragam SMA.
“Jangan pura-pura tidak mengenalku, Tuan Penulis,” ujar Kang Woo.
“Sudah berapa lama sejak kita pertama kali bertemu, Kang Woo-ya?” tanya Jae Yeol tanpa melepaskan pandangannya dari Kang Woo.
“Tiga tahun.”
“Kau di kelas berapa?”
“Kelas 2 SMA.”
Jae Yeol teringat saat pertemuan pertamanya dengan Kang Woo setelah ia ditikam kakaknya. Mereka berkenalan dan Kang Woo memperkenalkan dirinya sebagai fansnya dan duduk di kelas 2 SMA. Selama 3 tahun Kang Woo tidak pernah naik kelas…errr…tidak bertambah umur maksudnya.
Jae Yeol tercekat. Ia langsung naik ke sepedanya dan menjauhi Kang Woo. Kang Woo memanggil Jae Yeol dan mengejarnya.
Hae Soo menelepon Tae Yong dan memintanya melacak Jae Yeol dengan GPS.
Jae Yeol terus mengayuh sepedanya. Ia mulai mengingat kebersamaanya dengan Hae Soo. Saat mereka saling mencintai dan saling menyentuh. Dan itu adalah saat yang nyata.
Saat berbelok, Jae Yeol terjatuh karena berusaha menghindari mobil dari arah berlawanan. Ia tidak terluka, tapi ia mulai mengingat setiap kebersamaannya dengan Kang Woo dan menyadari satu hal yang aneh. Kang Woo tidak pernah mengenakan alas kaki dan kakinya selalu terluka.
Jae Yeol menoleh dan melihat bayangan masa kecilnya berlari dengan kaki terluka seperti Kang Woo. Di sisi lain ia melihat Kang Woo dengan luka yang sama. Kedua bayangan itu menyilang di hadapannya. Dan ia menyadari….Kang Woo adalah dirinya.
Hae Soo sudah tiba di depan rumah, tapi ia tidak tenang karena belum ada kabar dari Tae Yong mengenai Jae Yeol. Baru saja ia melewati pintu pagar, Jae Yeol masuk dengan terengah-engah dan berkeringat. Sepertinya ia berlari dari rumahnya ke rumah Hae Soo.
Hae Soo langsung memeluknya. Dengan terengah-engah Jae Yeol berkata kalau Kang Woo tidak nyata.
“Tidak mungkin Kang Woo adalah aku, tapi….Kang Woo…adalah aku.” Jae Yeol menahan tangisnya.
Hae Soo menangis dan kembali memeluk Jae Yeol.
Kang Woo menatap mereka berdua dari jalan.
“Hae Soo….tolong aku,” pinta Jae Yeol. “Kumohon, tolong aku.”
Hae Soo mengangguk. Ia terus menangis sambil memeluk Jae Yeol dan menepuk punggungnya.
“Kau berhasil. Semuanya akan baik sekarang. Semuanya baik. Kau akan baik-baik saja, Jang Jae Yeol.”
Ibu membenahi barang-barang Jae Yeol sambil menangis gembira. Jae Beom menghampirinya dan memberinya sekotak bunga hasil karyanya selama di penjara. Ia membuatnya dari jatah nasi yang ia sisihkan. Ia meminta ibunya tidak menangis lagi.
Dalam kotak itu tertulis: “Harapan tidak pernah membuangmu. Hanya kau yang bisa membuang harapan.”
Ibu sangat terharu hingga ia akan menangis lagi.
“Dokter Jo berkata Jae Yeol akan benar-benar sembuh kali ini. Jadi jangan menangis,” kata Jae Beom, masih dengan sikap cueknya.
Ibu mengangguk dan memeluk kotak itu erat-erat sambil menangis terharu.
Jae Yeol terlihat sangat damai ketika Hae Soo dan Dong Min hendak memberinya suntikan obat tidur. Ia sedang berbaring di kamarnya di rumah bersama mereka. Soo Kwang menghampiri mereka dan mengambil selfie dengan Jae Yeol.
Jae Yeol pura-pura protes dan mengadu pada Hae Soo karena Soo Kwang tidak memanggilnya hyung (kakak) lagi. Hae Soo pura-pura memarahi Soo Kwang. Dong Min tersenyum dan pura-pura memarahi Hae Soo. Empat sekawan balik lagi XD
Dong Min menyuntik Jae Yeol dan menyuruhnya tidur. Ia mengajak Soo Kwang keluar kamar. Soo Kwang tidak mau, ia ingin menemani Jae Yeol. Dong Min menjitaknya. Soo Kwang mengecup pipi Hae Soo dan meledek Jae Yeol agar berhati-hati.
“Hyungnim (Dong Min), aku tidak mau melihatnya,” ujar Jae Yeol bergurau.
“Maaf, tapi aku lebih menyukai Soo Kwang daripada kau,” kata Dong Min sambil mengedipkan mata pada Soo Kwang.
Hae Soo bergidik. Ia berkata suatu hari nanti mereka akan bertempur dan ia akan melumat mereka. Mereka tertawa.
“Hei, kalian jangan bangun di tengah malam dan membuat masalah ya,” kata Dong Min pura-pura galak.
“Aku akan menguping,” ujar Soo Kwang.
Mereka akhirnya keluar dari kamar meninggalkan Hae Soo dan Jae Yeol berdua. Hae Soo membaringkan dirinya di sisi Jae Yeol. Jae Yeol hampir tertidur saat melirik ke meja yang kosong.
Hae Soo menyadari Jae Yeol melihat Kang Woo lagi. Jae Yeol tidak menyangkalnya. Lalu ia tertidur sambil memeluk Hae Soo.
Keesokan paginya, kakak ipar Hae Soo menemui Hae Soo di café dan memintanya pulang ke rumah ibunya. Ia tidak ingin Yoon Soo dan ibu Hae Soo sampai datang ke tempat ini dan membuat keributan. Ia berkata ia sudah berhenti minum-minum karena Hae Soo tidak suka. Semua anggota keluarga berusaha keras jadi ia harap Hae Soo menghargai itu.
Hae Soo mengangguk tanpa mengatakan apapun. Soo Kwang dan Seo Nyeo melihat percakapan mereka. Seo Nyeo memberi semangat pada Hae Soo. Soo Kwang heran melihat Seo Nyeo tiba-tiba memperhatikan orang lain.
“Itu karena aku khawatir kau meninggalkanku. Aku akan menurut padamu, jadi jangan tinggalkan aku, ya?” kata Seo Nyeo.
Soo Kwang tersenyum bahagia.
Dong Min berkata pada Jae Yeol bahwa sudah saatnya untuk melepas Kang Woo pergi. Ia berkata Jae Yeol harus mengerti bahwa dirinya saat berusia 16 tahun tidak memiliki pilihan lain selain menunjuk kakaknya sebagai pelaku. Dengan memahami itu, barulah Jae Yeol bisa melepaskan Kang Woo.
“Jika kau tidak bisa bersimpati pada keputusanmu saat berusia 16 tahun, Kang Woo mungkin akan kembali.”
“Aku akan berusaha,” kata Jae Yeol.
Sebelum pergi, Jae Yeol sempat menerima pesan dari ibu Hae Soo. Isinya adalah memohon Jae Yeol melepaskan Hae Soo. Meski Jae Yeol sakit, ia ingin percaya bahwa Jae Yeol tidaklah seegois itu.
Hae Soo berkata ia ingin pergi ke rumah sakit bersama Jae Yeol tapi tidak bisa. Ia juga bertanya apakah Jae Yeol mengerti kalau mereka harus berpura-pura tidak saling mengenal meski berpapasan di rumah sakit. Jae Yeol tersenyum. Ia tidak akan membuat dokter yang diskors sampai dipecat.
“Kau ini selalu pandai berkata-kata.”
“Kenapa, kau tidak suka.”
“Tidak, aku sangat menyukainya,” Hae Soo menggeleng lalu mencium Jae Yeol.
“Jika kau bertemu Kang Woo hari ini. Sampaikan padanya rasa terima kasihku karena ia sudah menemani kekasihku yang selama ini kesepian. Dan juga katakan padanya aku ada di sini untukmu jadi ia bisa pergi dengan tenang.”
“Baiklah,” kata Jae Yeol.
Hae Soo memeluk Jae Yeol. Ia berkata ia sudah mempersiapkan hadiah untuk Kang Woo. Hadiah itu ada di mobil dan ia meminta Jae Yeol memberikannya pada Kang Woo. Jae Yeol mengangguk. Dan ia pun pergi.
Hae Soo melihat dengan khawatir. Ia tahu tidak akan mudah bagi Jae Yeol untuk berpisah dengan Kang Woo.
Jae Yeol menjalani kehidupan di rumah sakit bersama pasien lain. Saat ia masuk ke kamarnya, ia melihat Kang Woo sudah menunggunya dengan duduk di tempat tidur. Wajahnya sedih dan kali ini Jae Yeol langsung melihat kakinya yang terluka.
Ia tersenyum dan duduk di samping Kang Woo sambil terus mengamati kaki Kang Woo.
“Kang Woo, mari kita cuci kakimu.”
Jae Yeol mengambil sebaskom air dan mencuci kaki Kang Woo…mencuci semua lukanya . Lalu ia memakaikan kaus kaki dan sepatu baru pada kaki Kang Woo.
Mata Kang Woo berkaca-kaca selama Jae Yeol melakukan itu.
“Kekasihku memilih hadiah yang bagus,” kata Jae Yeol sambil tersenyum sedih.
“Tuan Penulis, apakah aku tidak perlu datang lagi?” tanya Kang Woo.
Jae Yeol menatapnya sambil menangis.
Komentar:
Salut banget sama penulis yang membuat cerita betul-betul diperhatikan dari awal hingga akhir. Mungkin ini bedanya drama yang dibuat tidak terburu-buru dan naskahnya selesai jauh sebelum drama ini tamat.
Biasanya episode terbaru setiap drama muncul mendekati waktu syuting episode tersebut. Bahkan sering skrip episode terakhir baru diperoleh para pemeran hanya beberapa hari sebelum episode terakhir ditayangkan. Dan drama IOTL menunjukkan drama yang skripnya dipersiapkan dengan matang sebelumnya akan memberikan ending yang lebih rapi dan lebih maksimal dibandingkan yang dibuat terburu-buru.
Terutama bagian Jae Yeol menyadari bahwa Kang Woo tidak mengenakan alas kaki selama ini. Juga bagian Jae Beom menyadari bahwa selama ini ia salah sangka mengira ibunya lebih menyayangi Jae Yeol padahal keduanya sedang menderita ketika itu. Semua potongan-potongan yang kita peroleh sejak awal drama menjadi jelas sekarang.
Aku terkesan dengan apa yang dikatakan Hae Soo pada Jae Yeol bahwa sebenarnya Jae Yeol sudah melakukan kesalahan besar. Jae Yeol waktu itu seharusnya mengatakan yang sebenarnya pada Jae Beom dan pengacaranya bahwa ibunya pelaku sebenarnya.
Dari kemarahan Jae Beom di rumah sakit, ia tidak marah karena Jae Yeol menuduhnya hingga ia harus mendekam di penjara 14 tahun. Ia marah karena Jae Yeol tidak memberitahunya dan tidak percaya padanya. Mungkin seandainya Jae Yeol memberitahu Jae Beom waktu itu, Jae Beom sendiri yang akan sukarela masuk penjara menggantikan ibunya. Atau pengacara mereka memiliki jalan keluar bagi mereka.
Tapi Jae Yeol tidak bisa dengan mudah mempercayai orang lain. Hal yang selalu ia dan Kang Woo tekankan adalah tidak ada orang yang mempedulikan mereka. Bagi Jae Yeol yang berusia 16 tahun, tidak ada orang yang memperhatikannya dan ibunya. Satu-satunya hal yang terpikir olehnya adalah tidak ada jalan lain selain menyalahkan kakaknya.
Dengan Jae Yeol mengakui bahwa ia memang sakit dan butuh pertolongan, itu menunjukkan tekadnya untuk sembuh. Dan itu sudah menjadi jalan positif bagi kesembuhan. Hanya tersisa satu halangan bagi mereka. Keluarga Hae Soo.
menurutku, episode ini lebih datar alurnya daripada 2 episode kemarin,
BalasHapustapi episode ini menjelaskan segalanya ....
kalau episode kemarin emosinya sangat kuat, episode ini sebagai obatnya,
jae yeol bener2 meminta bantuan hae soo karena dia ingin sembuh dan juga scene dikamar jae yeol ......... ya ampyun ngiri dech liat kebersamaan mereka, kekeluargaannya itu sangat menyentuh hati ...
aku terkejut, ternyata yg bersembunyi di toilet umum bukan hanya jae yeol, tapi juga ibunya, aku mengira ibunya hanya bisa tidur ditempat terbuka karena kebakaran di rumah mereka yang dulu ........ tapi ternyata .........
daebak
BalasHapusGomawo...
BalasHapusDrama ini selalu membuat aq terkesan setiap konflik d drama ini selalu terselesaikan dengan cepat tp tetap masuk akal......
BalasHapussumfeh, keren, skripnya keren, sangat detail, bnerrrrr benerrrrrrr
BalasHapusThe best skenario, the best acting, the best couple.. love this drama!! 😍😋👌😆
BalasHapusDr cerita,pemain nya,alurnya, sampe soundtrack nya the best semua,,,
BalasHapusBaru didrama ini semua lagu sountrack nya q download,,abisnya ngena banget dihati
U download semua soundtracknya..?? Aku tanya dong soundtrack waktu jae yeol cuci kaki kang woo di ep.15, itu judulnya apa..?? Tau gk..?? Aku lg cari lagu itu soalnya.. tp gk ktmu²..
HapusPokoknya semua yg ada di drama ini The BEST....!!!
BalasHapusSalut banget buat Miss.Gong yg tidak pernah salah memilih peran dan jeli banget membaca skrip,dari mulai Thank's You sampai It's Okay That's Love semuanya bagus.
Mr.Jo juga tambah keren dan tambah matang aktingnya kaguum bgt.
Tentunya segala pujian tertinggi hanya buat Sang Penulis,sumpah bener2 skrip yg matang,plotnya pelan tapi pasti membuat yg nonton ikut terhanyut seperti yg Mbak Fanny bilang kita seperti berada didalamnya dan merupakan bagian dari drama ini,tidak seperti drama SBS sebelumnya,bikin kecewaaa...
Makasih banyak buat Mbak Fanny untuk sinopsisnya,tetap semangat menulis ya mbak...KAJAAAAA!!!
berkesan bgt sm ini drama..ilmu wkt kuliah jd kepake..
BalasHapustp yg jelas beharap sinetron indonesia bs pny kualitas spt dn gag rating oriented...
suka deh sm endingnya drama ini...
suka banget sama episode yang inii^^ daebak. gomawo^^
BalasHapusSuka banget, ga berhenti nangis.
BalasHapusDrama yg berkualitas.
Karakter Jae yoel bener2 hidup, bener2 nyata n bener2 hebat jo in sung.
Hae soo yaa- wanita luar biasa dengan cinta yg luar biasa.
Jae yeol omma saranghae... Bener2 sosok ibu yg menganggap semuanya adalah kesalahannya.
jae bom ssi, bener kt dong min jae bom itu msh anak2 yg bener2 butuh kasih sayang. Rambutnya sudah mulai hitam kembali....
Gumawo onnie... Fighting onnie...
Ditunggu terus sinop lanjutannya.
Errr Don't go D.O ekh maksudnya Kang Woo 😊
BalasHapusgomawo mba buat sinopsisnya, aku pembaca setia blog mba Fanny 😊