Sindrom Pinocchio dalam drama ini tidak didasarkan pada kejadian nyata
8 Oktober 2005…
Di sebuah sekolah diumumkan bahwa pada hari ini tepat jam 1 siang akan ada siaran langsung Quiz Challenge dari YGN (sebuah stasiun penyiaran). Salah satu dari murid sekolah itu, Ahn Chan Soo, menjadi pesertanya dan akan berusaha meraih kemenangan keduanya secara berturut-turut. Kepala sekolah mengajak semua murid memberi semangat pada teman mereka.
Di kelas Ahn Chan Soo, guru menyalakan TV dan melihat ada kursi yang kosong. Siapa yang tidak masuk? Tentu saja Ahn Chan Soo.
“Bukan yang itu, tapi meja yang di sana,” ujar si guru lagi.
Para murid menoleh ke belakang.
“Itu meja Choi Dal Po,” kata mereka.
Guru tidak nampak terkejut karena muridnya yang bernama Dal Po sepertinya sudah biasa menghilang alias bolos. Demikian juga murid-murid yang lain tidak peduli dengan tidak hadirnya Dal Po, termasuk Choi In Ha (Park Shin Hye).
Acara kuis dimulai. MC memperkenalkan juara bertahan Ahn Chan Soo lalu bertanya siapa yang diinginkan Chan Soo untuk menjadi lawannya minggu ini. Chan Soo menjawab ia ingin menghadapi lawan yang bisa memberinya tantangan.
MC mengerti, untuk itu ia memperkenalkan siapa lawan Chan Soo kali ini. Layar memperlihatkan seorang pemuda dengan rambut acak-acakkan dan beraksi konyol.
“Ia sekelas dengan juara bertahan Ahn Chan Soo dan menduduki ranking 34 dari seluruh sekolah. Choi. Dal. Po! Kompetisi ketat antara siswa peringkat 1 dan peringkat 34 di sekolah.” (astaga Jong Suk gokil abis XD)
Guru dan teman-teman sekelasnya bengong melihat Dal Po muncul di TV.
“Apa yang dikerjakan Dal Po di TV dan bukannya duduk di mejanya,” gumam guru yang shock.
Sementara In Ha bergumam kalau Dal Po benar-benar tidak punya gaya tapi tidak merasa. Ia bergidik melihat Dal Po menatap kamera seakan menatap ke arahnya.
MC mengundang Dal Po naik ke panggung dan memperkenalkan diri. Dal Po berkata ada suatu hal yang ingin ia perjelas. Ia tidak pintar.
“Kau ranking 34 dari sekolah. Itu berarti kau sangat pintar,” kata MC. Chan Soo tersenyum sinis.
“Tapi hanya ada 34 murid di sekolahku,” kata Dal Po cuek. “Aku mendapat nilai terjelek di sekolahku. Juga nilai nol dalam kepatuhan. Aku mendapat nilai nol dalam semua bidang. Karena itu aku dijuluki si Nol Besar.”
Murid-murid di kelasnya tertawa.
PD YGN, Hwang Gyo Dong, bertanya pada asistennya mengapa bisa muncul kontestan dengan nilai buruk. Asisten PD (yang sepertinya bertugas menangani penerimaan peserta) berkata ia pikir siswa di sekolah itu ada 300 orang.
“Bukankah ini menarik? Pertempuran antara siswa terpintar dan terbodoh di sekolah yang sama. Hahahaha,” Asisten PD memaksakan tawa. Melihat Gyo Dong menatapnya tanpa tersenyum, asisten menunduk dan berkata mungkin hanya dirinya yang menganggap ini hal menarik.
MC berkata Dal Po harus menjawab 5 pertanyaan dengan benar untuk bisa membawa juara bertahan ke atas panggung.
“Pertanyaan pertama. Dikatakan bahwa 1 dari 43 orang mengalami kondisi ini. Mereka cegukan sebagai respon otomatis jika mengatakan kebohongan. Karena responnya yang nyata atas kebohongan, kondisi ini dinamai menurut karakter dongeng terkenal. Apa nama kondisi ini?”
Dal Po tidak menjawab. MC menyarankan agar Dal Po rileks dan tenang karena ini baru pertanyaan level mudah.
“Aku ingin menggunakan kartu kesempatan.” Kartu ini biasanya digunakan untuk meminta bantuan.
Para penonton tertawa. Baru satu pertanyaan dan kartu kesempatan sudah digunakan?
PD Gyo Dong bertanya apa Dal Po itu gila. Asistennya berusaha berkilah bahwa Dal Po bukan gila, hanya berusaha menghibur. Gyo Dong menghela nafas kedal dan menatap asistennya.
“Kurasa lagi-lagi hanya aku yang menganggapnya lucu,” gumam si asisten yang malang.
Dal Po mendapat kesempatan meminta bantuan teman. Ia bertanya apa ada teman yang datang ke sini untuk menyemangati Dal Po. Tidak ada, jawab Dal Po, tapi ia tahu seseorang yang bisa membantunya. Ahn Chan Soo, yang duduk di kursi juara.
“Kau dan Ahn Chan Soo sekelas, bukan? Tapi ia lawanmu hari ini. Apa kau pikir Ahn Chan Soo akan memberimu jawaban yang benar?”
“Aku akan membantunya,” kata Chan Soo. Ia tidak benar-benar berniat membantu, hanya supaya terlihat baik di TV.
MC memberi kesempatan 30 detik pada Dal Po untuk meminta bantuan pada Chan Soo.
“Ahn Chan Soo, jika aku mengalahkanmu di sini hari ini, maka kau harus membiarkanku menamparmu 10 kali. Tapi jika kau mengalahkanku, aku biarkan kau menamparku 10 kali. Kau harus janji, mengerti?”
Semua orang bengong.
“Dasar idi… Baiklah, teman. Tapi kurasa sudah jelas siapa yang akan memenangkan kontes ini.”
“Aku tidak yakin. Lihat saja nanti. Dan Choi In Ha!” Dal Po menatap kamera. In Ha terkejut menatap Dal Po di TV. “Jika aku menjadi juara acara ini….”
Perkataan Dal PO tidak dilanjutkan karena waktu 30 detiknya sudah habis. MC bertanya apakah tidak apa-apa Dal Po menyia-nyiakan kartu kesempatannya seperti ini. Dal Po berkata ia tahu jawabannya.
“Kau menggunakan kartu kesempatan meski sudah tahu jawabannya?” tanya MC.
Kali ini si asisten PD mengakui kalau Dal Po hanya orang gila.
Waktunya bagi Dal Po untuk menjawab pertanyaan pertama.
“Pinocchio,” jawab Dal Po.
“Kau benar!”
Dal Po tersenyum pada Chan Soo dan memberi isyarat agar Chan Soo mendekat.
Episode 1
MC berkata ini awal yang bagus bagi Dal Po. Apa Dal Po pernah bertemu atau mengenal seseorang yang menderita sindrom Pinocchio? Dal Po mengiyakan.
MC berkata biasanya orang-orang dengan sindrom ini menghindari berbicara untuk menutupi tanda kalau ia berbohong hingga mereka juga menjauhi orang lain (fobia sosial). Apakah itu benar?
Dal Po berkata orang yang dikenalnya berbeda dengan pengidap sindrom Pinocchio kebanyakan. Bahkan benar-benar berlawanan.
“Ia sebenarnya cukup banyak bicara dan sangat terus terang dengan semua yang dikatakannya. Jadi julukannya adalah: Nenek Sihir Bermulut Tajam.”
Teman In Ha berkata Dal Po pasti sedang membicarakan In Ha.
“Ia tidak membicarakanku,” kilah In Ha. Hik.
Teman-temannya tertawa karena lagi-lagi In Ha cegukan setelah berbohong.
“Bahkan kau juga mengaku kalau kau si Nenek Sihir Bermulut Tajam, kan?” kata temannya lagi.
“Tidak, tidak sama sekali.” Hik.
Teman-temannya tertawa semakin keras.
“Kau mati,” gumam In Ha pada Dal Po yang menatapnya di TV. Hik.
Pertanyaan berikutnya adalah mengenai sistem penanggalan bulan (kalender Cina) yang menghasilkan siklus 60 tahun-an.
“Menurut siklus penanggalan bulan 60 tahun-an, tahun apakah tahun 2005?”
Dal Po terdiam. Ia teringat masa lalunya.
7 Oktober 2000….
Ayahnya menanyakan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan kuis itu dan ia bisa menjawabnya dengan tepat. Ayahnya sangat bangga ketika Dal Po bisa menjawab dengan benar. Ia bertanya apa Jae Myung, kakak Dal Po, juga bisa menjawab dengan benar. Tentu saja, jawab Jae Myung.
“Jae Myung dan Ha Myung (nama asli Dal Po), aku seharusnya memasukkan kalian ke program MENSA (progam untuk anak-anak jenius di dunia),” Ayah mereka tidak bisa menahan kegembiraannya.
Mereka keluarga yang sederhana dan bahagia. Ibu hendak membagikan kue beras pada tetangga. Ayah langsung menawarkan diri membagikannya bersama kedua puteranya. Tujuannya, bukan hanya membagi kue tapi juga membanggakan kepintaran anaknya.
Salah satu tetangga mereka adalah seorang nenek dengan seorang puteranya. Sang nenek kagum dengan kecerdasan Jae Myung dan Ha Myung. Hal ini membuat puteranya cemburu dan berkata ia juga bisa menghitung kalender Cina seperti mereka. Hik.
“Kau berbohong lagi,” ujar si Nenek. Ia menjelaskan kalau puteranya adalah pengidap Sindrom Pinocchio.
Puteranya jadi kesal dan protes kalau ia tidak bohong. Bahkan anjing kampung di jalan juga bisa menghitungnya. Hik. Ayah bergurau mengoloknya. Tapi putera si nenek tampaknya tersinggung.
Ha Myung khawatir ayah mereka akan membuat mereka melakukan ini seharian. Benar saja, hingga larut malam dan keduanya hendak tidur, ayah mereka masih saja menelepon dan mengetes mereka soal penanggalan Cina. Mereka bergantian menjawabnya meski sudah sangat lelah dan mengantuk.
“Jika kalian menjawab dengan benar, aku akan membawa kalian melihat kembang api.”
Mata Ha Myung langsung terbuka. “Kembang api?!”
Keduanya tidak mengantuk lagi dan menanyakan soal ayahnya kembali. Tahun 43000. Keduanya berebutan menjawab.
Ternyata ayah sedang memamerkan kepintaran putera-puteranya pada teman-temannya sesama pemadam kebakaran. Teman-teman Ayah bertepuk tangan. Jae Myung dan Ha Myung menagih janji ayah mereka.
“Ayah berjanji. Janji, segel, dan salin. Ayah akan menempel salinannya di dahi. Puas?” tanyanya sambil tertawa. Lalu ia menutup telepon.
Ia bertanya-tanya anak-anak itu mengikuti siapa. Salah seorang temannya berkata sepertinya Jae Myung dan Ha Myung pintar mengikuti ibu mereka.
“Benarkah? Aku diberitahu bahwa mereka mirip denganku.”
Temannya berkeras keduanya mirip ibu mereka 100%. Maka Ayah pun menghukumnya, tentu saja dengan bergurau.
Alarm berbunyi dan itu bukan gurauan. Telah terjadi kebakaran. Mereka langsung berangkat. Ayah, yang adalah kepala pemadam kebakaran, memberikan instruksi bahwa prioritas utama adalah menyelamatkan korban selamat.
Mereka tiba di lokasi. Kebakaran itu terjadi di sebuah pabrik yang besar dan kebakarannya sangat besar bahkan sempat terjadi ledakan. Seorang pria keluar dari gedung yang terbakar dan meminta pertolongan pada para pemadam kebakaran.
Ayah bertanya apakah masih ada orang lagi di dalam gedung itu. Pegawai itu berkata masih ada 2 pegawai yang tertahan di lantai 2. Salah satu pemadam khawatir akan terjadi ledakan lagi. Ia pikir lebih baik memastikan dulu tidak ada bahan yang bisa meledak lagi di dalam.
Tapi bagaimana memastikannya? Dan lagi bagi ayah menyelamatkan orang adalah prioritas. Ia membagi timnya menjadi 2. Satu masuk dari belakang, satu dari depan.
Mereka menerobos kobaran api dan naik ke lantai dua. Tim berpencar untuk mencari korban selamat di setiap ruangan. Ayah menemukan sebuah pintu yang terkunci dan berusaha membukanya dengan kapak.
Sementara itu pria pertama korban selamat menanti dengan cemas di dekat mobil pemadam. Dua orang pegawai mendekatinya dan memanggilnya Manajer. Manajer terkejut melihat mereka.
“Bukankah kalian masih ada di dalam gedung?”
Dua orang itu terlihat merasa bersalah dan mengaku kalau mereka sedang membakar cumi kering dan tidak bisa memadamkan apinya. Jadi mereka keluar melarikan diri.
“Apa? Jadi kalian yang menyebabkan kebakaran?” tanya si Manajer kaget. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan. Ia telah mengirim para pemadam ke dalam gedung karena mengira kedua anak buahnya masih di dalam.
Ayah masih berusaha membuka ruangan yang terkunci tanpa menyadari isi ruangan itu adalah drum-drum berisi bahan kimia mudah terbakar. Para pemadam lain juga masih berusaha mencari korban selamat. Akhirnya ayah berhasil membuka pintu dan….ledakan keras pun terjadi.
Keesokan harinya saat api sudha padam, semua stasiun TV berdatangan memberitakan insiden tersebut. Dilaporkan 9 orang pemadam tewas. Tapi 1 orang hilang, yaitu kepala pemadam kebakaran Kim Ho Sang.
Ha Myung dan keluarganya menangis di luar garis pembatas. Sementara itu Manajer pabrik sedang ditanyai di kantor polisi.
Manajer berbohong bahwa ia sudah berusaha menghentikan para pemadam masuk ke dalam gedung karena tidak ada siapapun di dalam dan terlalu berbahaya. Ia menimpakan kesalahan pada kepala pemadam kebakaran yang berkeras masuk.
Seorang wartawati mengenakan masker dan melaporkan bahwa saat ini udara masih penuh oleh gas akibat ledakan hingga sulit untuk bernafas. Ia menyiarkan hal yang sama namun menambahkan bahwa sudah waktunya untuk menentukan siapa yang bersalah atas kematian para pahlawan itu.
“Song Cha Ok dari MSC News melaporkan langsung.” Wartawati itu membuka maskernya dan bertanya apakah cameraman sudah mengambil gambar yang bagus.
Cameramen mengiyakan. Ia bertanya mengapa Cha Ok mengenakan masker padahal udara di sana baik-baik saja. Agar terlihat lebih realistik, jawab Cha Ok cuek.
Ia mendapat telepon dari suaminya yang mengatakan bahwa ia meninggalkan surat perceraian di laci atas meja Cha Ok.
“Apa? Ada saksi mata kebakaran ini? Jelaskan seperti apa saksinya. Switter abu dan celana jins?”
“Kau ini benar-benar. Aku memberitahumu bahwa kita sudah selesai,” sahut suaminya di telepon.
“Kau melihatnya di apotik?” Cha Ok sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar para wartawan dari stasiun TV lain.
Mereka segera membereskan perlengkapan dan naik ke van mereka untuk memburu “saksi” Cha Ok. Cha Ok menutup telepon dan bergegas masuk ke dalam mobil. Lalu menyuruh supir pergi ke rumah sakit.
Cameramen bingung. Bukannya ke apotik? Cha Ok berkata tadi ia bohong. Ia hendak mendahului reporter lain menemui keluarga para korban. Ia perlu menyingkirkan mereka dari jalannya.
“Wah, kau ini benar-benar…. Dia benar-benar kejam,” bisik cameraman.
Manajer pabrik keluar menemui 2 anak buahnya. Ia melarang mereka memberitahu siapapun bahwa mereka penyebab kebakaran itu. Mereka harus bilang kalau mereka menyelamatkan diri sebelum terjadi ledakan.
Salah satu dari mereka berkata Manajer lah yang menyuruh kepala pemadam kebakaran masuk karena mengira mereka masih ada di dalam. Manajer menyuruh anak buahnya diam. Ia tidak mau disalahkan.
Seorang lain berkata kepala pemadam kebakaran hilang dan tubuhnya belum ditemukan. Bagaimana jika nanti kepala pemadam kebakaran muncul dan memberitahu yang sebenarnya? Tapi Manajer sangat yakin seyakin-yakinnya kalau ayah Ha Myung sudah tewas dan tercerai-berai akibat ledakan dahsyat itu. Tidak mungkin tubuhnya ditemukan.
Kilat dari langit menyambar-nyambar seakan marah dengan kebohongan itu. Hujan turun dengan deras. Putera nenek tetangga Ha Myung sedang di dalam bis membicarakan insiden kebakaran itu dengan neneknya. Tiba-tiba ia melihat seorang pria berlari di tengah hujan yang sangat mirip dengan ayah Ha Myung dan ia memberitahukan hal itu pada neneknya. Padahal orang itu sama sekali bukan ayah Ha Myung dan pemuda itu tidak melihat wajah orang itu melainkan hanya dari samping dan belakang di tengah hujan deras >,<
Suasana di rumah sakit sangat menyedihkan. Keluarga korban menangis dan histeris melihat jenasah para pemadam. Di antara mereka ada seorang istri yang sedang hamil tua, seorang nenek yang hampir pingsan karena kehilangan puteranya. Ha Myung dan keluarganya juga ada di sana. Air mata ibu Ha Myung terus mengalir.
Cha Ok mencatat semua kejadian di hadapannya. Tanpa ekspresi kasihan atau simpatik sedikitpun.
Keluarga korban mulai menyalahkan ayah Ha Myung. Tapi mereka tidak bisa bertanya kecuali pada ibu Ha Myung. Kenapa ayah Ha Myung membawa suaminya ke dalam gedung yang terbakar itu padahal tidak ada orang di dalam?
Keadaan bertambah parah ketika petugas mendapat telepon bahwa ayah Ha Myung masih hidup berdasarkan laporan seorang penderita sindrom Pinocchio. Karena orang itu tidak bisa bohong, pastilah informasi itu benar.
Ibu Ha Myung terkejut. Tapi ia harus menyembunyikan rasa leganya di hadapan para keluarga korban.
“Syukurlah, ya kan Bu?” Ha Myung kelepasan bicara. Jae Myung segera menutupi mulut adiknya.
Keluarga korban menatap mereka dengan penuh kemarahan. Bagaimana bisa Ha Myung mengatakan itu?
“Ayahmu membunuh anakku! Pasti kau dan anak-anakmu senang karena suamimu masih hidup!”
“Jika kau menemukannya, bahwa ia ke sini segera. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya. Bagaimana bisa ia menyelamatkan dirinya sendiri?”
Ibu gemetar sambil terus membungkuk mengucapkan maaf. Jae Myung tak tahan lagi melihat ibunya seperti itu dan membawa keluarganya keluar dari rumah sakit.
Tapi hal itu tidak berhenti sampai di sana. Beberapa hari kemudian wartawan berkerumun di depan rumah Ha Myung. Mereka menghadang Jae Myung dan Ha Myung yang hendak ke sekolah.
Mereka memberondong keduanya dengan pertanyaan mengenai ayah mereka. Mengapa ayah mereka tidak di rumah dan bersembunyi? Apa karena perasaan bersalah? Jae Myung meminta maaf dengan sopan tapi mereka sama sekali belum mendengar kabar dari ayah mereka.
Gyo Dong bertanya apakah mereka punya perkiraan di mana ayah mereka bersembunyi. Jae Myung berkata ia benar-benar belum mendengar kabar mengenai ayahnya.
Para tetangga juga berkerumun dan menganggap ayah Jae Myung dan Ha Myung menyelamatkan diri sendiri setelah memaksa timnya masuk ke dalam gedung. Mereka berpikir Ha Myung dan keluarganya menyembunyikan ayah di suatu tempat dan sedang berbohong.
Cha Ok datang bersama krunya dan bertanya mengapa ayah Ha Myung memberi perintah seperti itu? Apa untuk kenaikan pangkat?
“Ayahku tidak akan melakukan itu!” protes Ha Myung.
“Apa kau menyatakan bahwa ayahmu tidak lalai?” tanya Cha Ok. Ini pertanyaan jebakan. Jika Ha Myung menjawab ayahnya tidak lalai, maka terkesan Ha Myung membenarkan perbuatan ayahnya.
Jae Myung berkata mereka tidak menyatakan itu, hanya saja belum terbukti apapun.
“Kalian senang karena ayah kalian masih hidup, bukan?” tanya Cha Ok lagi. Lagi-lagi pertanyaan jebakan. Bahkan Gyo Dong pun terkejut dengan pertanyaan itu.
“Anggota kru Im Moo Kwang, lahir 11 Juli 1966, alergi udang dan nasi japchae adalah makanan kesukaannya. Fnas berat Giants. Anggota kru Jo Sung Joon, lahir 16 Februari 1976, fan FIN K.L dan merawat ibunya yang sudah tua. Memiliki maag kronis. Kru Kang Hwi Jae, lahir 24 Juli 1973. Bayinya akan lahir tanggal 21 Desember. Menyukai 2 sendok gula dan krim untuk kopinya,” kata Ha Myung dengan air mata tak terbendung lagi. “Semua itu adalah profil pribadi para kru yang ditempel ayahku di rumah kami. Di kamar mandi! Pintu depan, mejanya…di semua tempat! Apa aku perlu mengatakannya lagi. Aku bisa mengatakan semuanya seperti ayahku. Ayah bahkan. Sudah memberikan hadiah untuk bayi Kang Hwi Jae-sshi yang belum lahir. Dan kau bilang orang seperti itu meninggalkan krunya untuk menyelamatkan dirinya sendiri? Ia tidak akan melakukan itu!!” T_T
Para tetangga tergugah mendengar pernyataan Ha Myung dan mulai berpikir mungkin saja ayah Ha Myung tidak bersalah.
“Jika ia bukan orang seperti itu, mengapa ia tidak muncul?” tanya Cha Ok. “Jika tidak ada yang perlu disembunyikan, mengapa ia bersembunyi?”
Para tetangga kembali terhasut. Jae Myung berkata pasti ada alasannya.
“Kenapa kalian memfitnahnya tanpa menyelidikinya? Semua itu rumor palsu!” Jae Myung ikut membela ayahnya.
“Apa kau bisa membuktikan kalau itu rumor palsu?” tanya Cha Ok. Grrr…duh udah mendidih rasanya melihat wartawan satu ini >,<
“Kenapa kami yang harus membuktikannya!” serunya.
Sebuah telur dilempar mengenai kepala Ha Myung. Jae Myung mengamuk dan berteriak agar mereka berhenti mengambil gambar mereka.
“Hentikan! Hentikan! Kesalahan apa yang sudah kami lakukan!”
Ha Myung menatap Cha Ok dengan penuh kemarahan dan kebencian.
Di stasiun MSC, saat mengedit rekaman liputan tersebut, wartawan Kim Gong Joo mengusulkan agar tidak memasukkan foto Jae Myung dan Ha Myung dalam berita mereka. Ia merasa itu terlalu kejam.
Tapi Cha Ok berkata ia memang ingin memasukkan agar terlihat kejam. Gong Joo merasa kasihan karena mereka masih anak-anak dan akan memperlihatkan identitas mereka. Cha Ok berkata mereka bisa memburamkan gambarnya.
Hal yang sama terjadi di YGN. Gyo Dong hendak memasukkan foto Ha Myung ke dalam berita tapi kepala editor, Lee Young Tak, tidak setuju. Gyo Dong beralasan MSC menyiarkan foto yang lebih kejam dari anak-anak ini.
“Karena itu mereka dijuluki MSG. Karena mereka membuat iritasi dan tidak baik untukmu.”
“Karena itu kita disebut berita organik,” sergah Gyo Dong.
Dengan cuek Young Tak berkata organik baik untuk tubuh, jadi itu sebuah pujian.
“Bukan, itu celaan. Tidak peduli seberapa bagusnya sesuatu untuk kita, jika tidak menarik maka tidak akan ada yang memakannya. Bagaimana bisa disebut berita jika tidak ada menontonnya?”
“Benar juga.”
“Jadi, apa aku harus memasukkan foto itu?” tanya Gyo Dong penuh harap.
“Tidak.” Pffft…
Cha Ok berkeras foto anak-anak itu disiarkan. Ia yakin Ki Ho Sang (ayah Ha Myung) adalah orang tak tahu malu yang melarikan diri setelah mengakibatkan kematian krunya. Ia juga yakin keluarganya berkonspirasi untuk membantunya.
“Bagaimana jika Ki Ho Sang benar-benar mati? Mungkin saja tubuhnya tidak ditemukan karena ledakan itu,” kata Gong Joo.
Cha Ok berkata ada saksi yang melihatnya hidup dan saksi itu penderita sindrom Pinocchio. Jadi tak mungkin ia berbohong. Dan lagi hanya tubuh Ki Ho Sang yang tidak ditemukan.
Gyo Dong berkata pada Young Tak bahwa 99% kemungkinannya Ki Ho Sang masih hidup. Karena itu polisi mengeluarkan surat perintah penangkapan Ki Ho Sang.
“99%? Jadi kau mengakui sendiri bahwa masih kurang 1% untuk disebut kenyataan? Jangan putuskan Ki Ho Sang masih hidup dan jangan fitnah dia dengan menyebutnya pengecut. Jangan anggap apapun samapi Ki Ho Sang ditemukan polisi dan terbukti bersalah. Temukan fakta sesungguhnya. Jika tidak, maka kau akan membuat masalah bagi orang lain,” kata Young Tak tegas.
Cha Ok berkata perhatian pemirsa didapatkan dari pengaruh berita yang dihasilkan, bukan dari fakta. Sembilan orang tewas dan mereka perlu seseorang untuk disalahkan. Dan orang itu adalah Ki Ho Sang yang memerintahkan krunya masuk ke dalam gedung.
Karena itu ia tetap menyiarkan di depan rumah Ha Myung bahwa ayah Ha Myung menyembunyikan diri karena takut dihukum dan takut menghadapi kebencian keluarga korban akibat kelalaiannya. Putera nenek pengidap Pinocchio diwawancarai dan ia dengan yakin berkata ia melihat ayah Ha Myung. Dan ia tidak mungkin berbohong.
Cha Ok memberitakan bahwa polisi percaya keluarga Ha Myung bisa membantu meyakinkan Ki Ho Sang menyerahkan diri. Polisi memeriksa rumah Ha Myung dan menanyai ibunya. Ibu Ha Myung berkata ia tidak pernah mendengar apapun dari suaminya sejak hari terjadinya insiden itu.
“Apa ia memiliki jaket abu dan celana cokelat?” tanya polisi. Berdasarkan laporan pemuda Pinocchio yang mengaku melihat ayah Ha Myung.
Ibu terpaksa membenarkan.
Ha Myung menonton televisi yang menyiarkan saat ia dan kakaknya dicegat di depan rumah. Wajah mereka memang diburamkan tapi tetap saja orang bisa mengenali mereka.
Jae Myung mematikan televisi dan menasihati adiknya agar tidak menyalakan TV untuk sementara. Ha Myung bercerita pada kakaknya kalau hari ini ibu mereka ke pasar tapi tidak ada seorangpun yang mau menjual barang mereka pada ibu.
“Apa ibu banyak menangis?” tanya Jae Myung.
“Ya, ia banyak menangis,” kata Ha Myung sedih. “Kak, bagaimana….bagaimana jika….jika sedikit saja ada kemungkinan ayah adalah pria jahat seperti yang diberitakan oleh mereka?”
Jae Myung menjitak dahi adiknya dengan ringan. Ia berkata berita juga terkadang berbohong, seperti sekarang.
“Setelah ayah kembali, kita akan menyelesaikan semua kesalahpahaman ini dan semuanya akan kembali seperti semula. Kita juga bisa melihat kembang api bersama-sama,” Jae Myung menghibur adiknya.
“Benarkah?”
“Tentu saja, kujamin. Mau cantelan? Janji, segel, salin. Salinan itu tertempel di dahiku,” Jae Myung membuat janji persis seperti ayah mereka.
“Kakak tidak bohong, kan?”
“Tidak, kakak tidak bohong,” Jae Myung tersenyum.
Komentar:
Seperti yang sudah bisa diduga dari penulis I Hear Your Voice. Kisah yang menyentuh hati dan penuh pelajaran. I just love it…meski membuatku menangis sejak eps 1 >,<
Apa yang dialami keluarga Ha Myung (Dal Po) benar-benar tragis. Sebuah hal yang bukan fakta bisa menjadi fakta jika orang mempercayainya. Pemuda Pinocchio yakin orang yang dilihatnya adalah ayah Ha Myung. Karena itu ia tidak cegukan ketika mengatakannya. Dan karena ia yang menjadi saksi, maka tidak ada alasan bagi orang lain untuk tidak mempercayainya juga.
Mereka tidak mengenal ayah Ha Myung jadi mereka tidak memiliki alasan untuk tidak percaya. Sayangnya media dalam hal ini berperan besar untuk membuat opini publik. Masalahnya adalah apakah media peduli dengan nasib orang yang mereka beritakan terlepas dari benar atau tidaknya pemberitaan mereka?
Chae Ok benar-benar membuatku kesal karena ia benar-benar tidak berperasaan. Bagaimana bisa ia merusak keluarga Ha Myung meski ia percaya ayah Ha Myung adalah seorang pengecut? Apa ada bukti kalau keluarga Ha Myung menyembunyikan Ki Ho Sang? Kuharap suatu saat nanti Chae Ok mendapat pelajaran berat atas keputusannya kali ini.
Dan aku langsung menyukai karakter Il Joo. Integritas lebih penting dari rating tinggi. Ia tidak ingin menghancurkan orang lain selama ada celah bahwa berita itu bukanlah fakta meski hanya 1%. Seandainya semua wartawan seperti dia tentu berita yang muncul tidak akan sekeras berita akhir-akhir ini. Tapi seperti pertanyaan Gyo Dong, apakah pemirsa akan menontonnya?
Aku tidak tahu apakah suatu saat ini kebenaran insiden itu akan terungkap atau tidak. Jika ayah Ha Myung benar-benar sudah mati (aku sih yakin sudah mati karena rasanya tidak mungkin lolos dari ledakan sebesar itu apalagi ayah Ha Myung yang membuka pintunya), maka tidak ada lagi yang bisa mengatakan yang sebenarnya kecuali si Manajer dan dua anak buahnya. Hanya saja, apakah Ha Myung dan keluarganya juga percaya kalau ayah mereka masih hidup? Jika mereka percaya, bukankah mereka akan terus berharap ayah mereka akan kembali?
Suka dengan Dal Po dan In Ha. Keduanya cuek meski yang satu dijuluki nol besar, dan satu lagi dijuluki nenek sihir bermulut tajam. Tentu saja Dal Po hanya pura-pura bodoh, tapi In Ha sama sekali tidak menutupi kondisinya. Ia menerima keadaannya dan dengan itu ia berani mengatakan apa adanya.
Salam kenal :-) cepet bgt sinopsisnya.Q setuju ma komentarnya mba,wartawan/acara tv kdg2 cuma mentingin rating tnp peduli berita itu merugikan orang lain atau ngga.si wartawan cewe nyebelin bgt,selalu mojokin kel.Han myung..kalau mrka emg bersalah dlm insiden ini. Kamsahamnida :-)
BalasHapusDrama yg menarik sy suka... Sedh d liat kel. dal po digtuin.. Sy se7 sm sist fan, tu reporter multny tajm bngt y sebal liatny mudh"n aj dia dpt ganjarn ats perkataanny yg nyelkit itu... Gomawo sist fan...^^ Di tunggu part2ny. Oia, ini project single ap duet sist??
BalasHapusDaebak....
BalasHapusLanjutkan unniiee :*
episode 1 udh keluar,sepertiny drama ini seru, dri episode awal udh menarik, gregetan sm si wartawan itu,ngotot bgt,klo ad wartawan kyk gitu d indonesia, suruh wawancara koruptor aj kali ya biar korupsiny terbongkar semua,hehhe.. lee jong suk knp rambutmu seperti itu,tp ttp ganteng kok, Shin Hye eonnie akhirny liat lg eonni main drama^^,part 2 ny d tnggu eonnie.. Gomawo^^
BalasHapusUdh laaaaamaaa...skli g berkunjung d blog mbak fanny...akhirx drama yg q tggu mbak fanny yg nulis...awesome...gomawo...^_^
BalasHapusiya jujur aku juga kesel banget sama Cha OK !! Ih bener bener ga berperasaan ya . beteeee >.<
BalasHapusDramanya seru banget!!!semoga part 2 nya cepat diposting..
BalasHapusakhirnya yg ditunggu muncul jg,,,keren,,,ditunggu kelanjutannya mba fany
BalasHapusFuah
Dah lama ga bca sinop korea.. cos ska ma park shin hye jd bca lg.. lbih suka lg mba fanny yg bkin sinopny..^^ kta2 nya gampang d mengerti.. mksh mb.. smngat y lanjutinnya.. :D
BalasHapusMasih banyakan ceritanya Dalpo ya, InHha masih sedikit-sedikit, tapi kasian itu keluarga HaMyung, reporternya keren ngajakin ribut :D Good job mbak! ditunggu part 2 nya
BalasHapusBaru episode 1 sudah kesal sama tante chae ok -____- . Di tunggu kelanjutannya ya mba
BalasHapusWartawan itu emang kejam yeth. . . Gak mikirin perasaan anak"
BalasHapusHwaiting yeth!
Dibantu dengan do'a :-D
Mba fanny episode 1 nya dah cetar membahana nih alias dgn suksesnya buat ak nanggis...mdh"an episode" selanjutnya lebih cetar lagi :D makasih mba tuk part 1 nya.....
BalasHapusAaa gomawoo ;;)
BalasHapusBner2 kyk i hear your voice...bkalan menguras air mata....
BalasHapusPdhal bru episode 1
Huuue :'(
muka yang nulis jelek bnget. lol
BalasHapusSuka banget sm drama korea ini, soalnya ada Park shin hye yang cantik dan manis banget. . Mksh jg buat mba fanny, yg udah mau buat sinopsisx. Fighting mbak fanny ^^
BalasHapusmbak kalo mw download drama ini dmna ya?
BalasHapusUd mulai dendam sm si reporter. :-D
BalasHapusTerima kasih mb sinopsis nya.
wah eps. pertama nya udah membuat emosi... wartawan emg gitu mencari liputan yg dapat ditonton oleh org banyak.. top banget dech. maksih mbak
BalasHapussprtinya bakal keren neh drama
BalasHapusWah sinopsisnya aja sekeren ini, apalagi drama aslinya.. thx sudah nulisin sinopsisnya ^^
BalasHapuswah sinopsisnya keren... jadi pengen download drama aslinya nih...
BalasHapusthanks buat yang udah nulisin sinopsis ini...
kak, biasanya download drama dimana ?
HapusYeeeay,, akhirnya baca sinopsis di kdramatized lg setelah brrbulan bulan yang lalu bacaaa..... apa ya yg trkhir ?? Gentleman dignity apa innocent man yaa ?? Hhehehe aku lanjut baca ini yaaa
BalasHapuswah seru banget ceritanya ... makasih ya mbak
BalasHapusepisode perdana aku sudah greget banget sama Cha Ok
BalasHapusastaga, karakternya benar2 kuat dan bisa membuat aku marah sendiri
waktu Dal Po mengungkapkan segala hal mengenai kru2 ayahnya pada para wartawan, aku hampir nangis U.U
awal drama ini sudah menggambarkan bila fakta itu bisa dibuat dengan rekayasa manusia
persepsi orang2 gampang disetir oleh hal yang tidak pasti
astaga, aku jadi ingat Song Yi (You Who Came From Another Star)
hihihi, karena masalahnya hampir sama kayak Song Yi sih U.U
hmm, pria yang merupakan anak dari sang nenek itu sempat membuatku berpikir kalau dia adalah ayahnya In Ha...
terus, ayahnya Dal Po. kurasa dia sudah meninggal. kalau pun sempat menyelamatkan diri, mungkin dia mengalami luka bakar yang cukup hebat hingga merusak tubuhnya U.U
okelah, sekian. makasih untuk sinopsisnya~
semangat menulis!!!
Sukaa sama dramanya!
BalasHapusAsli aja eonn langsung nangis di eps 1 >.<
alololo.. sukanya...
BalasHapus