[Sinopsis Bagian 1 klik di sini]
Dal Po kembali ke YGN dengan hati tak karuan hingga ia melampiaskan kekesalannya pada mesin fotokopi yang rusak. Perkataan Bum Jo masih terngiang di benaknya. Bahwa ia berbeda dari Dal Po yang membuat In Ha merasa berdosa.
Yoo Rae melihat Dal Po sedang berusaha memperbaiki mesin fotokopi.
“Tidak mudah memfotokopi sambil tetap terlihat seksi,” gumamnya. “Kau benar-benar menarik perhatianku akhir-akhir ini, Ki Ha Myung.”
Ia mengambil foto Dal Po dengan ponselnya. O-ow…Yoo Rae mulai ada hati nih sama Dal Po >,<
Gong Joo dan Il Joo memperhatikan Cha Ok yang sedang membereskan mejanya karena sekarang ia tidak lagi menduduki jabatan pembaca berita. Mereka bertanya-tanya apa yang menyebabkan Cha Ok mengibarkan bendera putih. Apakah untuk mempersulti pekerjaan Gong Joo sebagai kapten? Gong Joo bertekad tidak akan membiarkan itu terjadi.
In Ha memperhatikan ibunya. Ia teringat perkataan Bum Jo bahwa ponsel ibunya pernah tertinggal di rumah Bum Jo 13 tahun lalu dan sejak itu ia mulai menerima sms In Ha.
Tepat saat itu, kardus yang dipegang Cha Ok rusak hingga seluruh isinya berserakan di lantai. In Ha membantunya. Ia berkata ia tidak menyangka ibunya akan turun dari jabatannya. Cha Ok berkata ia tidak mundur karena peristiwa yang baru terjadi. Ada beberapa hal yang membuatnya memutuskan untuk turun.
In Ha melihat sebuah ponsel lama ibunya tergeletak di lantai. Diam-diam ia mengambilnya. Ia bertanya apakah ada kemungkinan bagi ibunya untuk kembali. Bukan mungkin, jawab ibunya. Ia pasti kembali pada jabatannya.
In Ha bertanya apa ibunya mengenal Presdir Bum Jo Departement Store. Cha Ok berkata mereka pernah bertemu beberapa kali. Ia bertanya mengapa In Ha menanyakannya.
In Ha bertanya apakah ibunya pernah bertemu secara pribadi dan berada di rumah CEO Bum Jo Dept. store 13 tahun lalu. Cha Ok berkata ia tidak ingat. Dan lagi-lagi bertanya kenapa In Ha menanyakannya.
In Ha berkata ia diberitahu kalau ponsel ibunya tertinggal di sana 13 tahun lalu.
“Kalau begitu bisa saja aku memang di sana? Apa itu masalah?”
“Tidak, hanya sedikit mengherankan.”
“Aku lebih heran dengan kenyataan bahwa kau masih di sini,” ujar Cha Ok.
Lalu Cha Ok menerima pesan dari orang yang dikiriminya pesan tadi:
“Jangan khawatir. Aku tidak membuang orang semudah itu.”
Hmm..siapakah orang itu?
Ibu Bum Jo mendapat laporan bahwa terjadi sedikit keributan di mall-nya. Sinterklas yang mereka sewa telah mencuri barang dari toko mereka. Ibu Bum Jo terkejut. Sinterklas mencuri? Di tempat di mana banyak anak-anak dan dekat hari Natal?
“Bagaimana kita bisa memperbaiki trauma mereka karena melihat Sinterklas mencuri?” keluh ibu Bum Jo prihatin.
Yoo Rae terus memperhatikan Dal Po. Dal Po bertanya mengapa Yoo Rae terus melihatnya seperti itu, apa ada sesuatu di wajahnya. Yoo Rae bertanya apa rencana Dal Po di hari Natal. Dal Po berkata mereka tidak memiliki waktu untuk Natal jadi ia tidak merencanakan apapun. Yoo Rae berkata ia akan memberi hadiah Natal yang sangat besar untuk Dal Po pada hari Natal. Ia akan memberikannya pada hari Natal nanti dan yakin Dal Po akan sangat terkejut.
Mereka berpapasan dengan In Ha dan Bum Jo saat mereka tiba di depan kantor polisi. Dal Po dan In Ha masih canggung satu sama lain dan tidak mau berbicara. Yoo Rae mengajak In Ha bertukar berita.
Bum Jo meminta maaf pada Dal Po atas peristiwa hari itu (ketika ia meminta Dal Po mendengar pengakuannya pada In Ha). Ia tahu ia telah bersikap pengecut, tapi ia pikir Dal Po perlu mendengarnya juga.
“Tapi menurutku kau lebih pengecut dariku,” ujarnya.
Dal Po terkejut. Bum Jo berkata ia akhirnya mengerti semuanya setelah mendengar cerita In Ha. Menurutnya Dal Po menggunakan kakaknya dan Cha Ok sebagai alasan untuk memperlakukan In Ha sebagai orang yang bersalah. Tapi Dal Po juga tidak rela melepaskan In Ha atau menerima In Ha. Menurutnya itu bukan rasa ragu tapi sikap pengecut.
“Jika kau memang ingin mengakhirinya…”
“Aku sedang berusaha…”
“Benarkah? Kalau begitu kenapa aku tidak membantu kalian….”
Dal Po memotong kata-kata Bum Jo dengan berkata bahwa ia yang akan mengakhirinya, jadi Bum Jo tidak perlu ikut campur. Jangan menggunakannya sebagai alasan untuk menggoyahkan In Ha. Bum Jo jadi kesal.
Tapi belum sempat ia protes, perhatian Dal Po teralih ke kantor polisi. Begitu juga In Ha dan Yoo Rae. Mereka melihat seorang pria berpakaian sinterklas berlari keluar dari kantor polisi dengan tangan terborgol.
Dal Po langsung berlari ke dalam. Sinterklas itu berlari keluar, ke arah In Ha dan Yoo Rae. In Ha melepas sepatunya dan melemparkannya pada sinterklas untuk menghentikannya melarikan diri.
Sinterklas itu marah dan mengambil penanda jalan, hendak memukulkannya pada In Ha. Chan Soo dan para polisi berlari keluar dari dalam kantor polisi mengejar sinterklas itu.
Tepat sebelum sinterklas itu memukul In Ha, Dal Po melompat dan menendang si sinterklas. Bum Jo ikut membantu memegangi sinterklas yang kalap itu. In Ha bersembunyi di belakang Dal Po. Dal Po memegangi tangannya.
Para polisi segera meringkus si sinterklas dan mengembalikannya ke kantor polisi. Dal Po memegangi wajah In Ha dengan khawatir.
“Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?”
In Ha terkejut dengan perhatian Dal Po. Ia berkata ia tidak apa-apa. Antara kesal dan lega, Bum Jo memarahi In Ha karena telah melempar sepatu ke sinterklas itu.
Poor Yoo Rae, tidak ada yang menanyakan keadaannya. In Ha buru-buru menolong Yoo Rae dan menanyakan keadaannya.
“Aku baik-baik saja. Aku benar-benar baik-baik saja,” kata Yoo Rae pada Dal Po. “Kau tidak melihatku berjongkok di sana karena aku sangat, mungil kan?”
“Ada apa denganmu? Kau menakutiku,” ujar Dal Po .
Ia memungut sepatu In Ha dan melihat sinterklas itu masih meronta. Lalu ia melihat seorang anak remaja menangis memanggil ayahnya. Rupanya ia anak sinterklas itu.
“Ada apa itu? Apa penjahat itu terlepas?” tanya In Ha.
“Bisakah kalian membiarkan hal ini dan berpura-pura tidak pernah terjadi?” tanya Chan Soo.
“Tidak bisa!” seru In Ha, Yoo Rae, dan Bum Jo berbarengan.
Chan Soo menghela nafas panjang.
Chan Soo akhirnya mau bercerita pada mereka asalkan mereka tidak memberitahu siapapun bahwa sinterklas itu terlepas dari penjagaannya.
Ia bercerita sinterklas itu membesarkan anaknya yang duduk di SMP seorang diri. Semua murid lain menggunakan ransel buatan desainer tertentu. Kecuali puteranya.
Sinterklas itu berpikir anaknya akan di-bully anak-anak lain karena tidak memiliki tas yang sama. Karena itu ia menerima pekerjaan sebagai sinterklas di sebuah mall dan memanggil puteranya untuk memberikan tas itu diam-diam. Ia mencuri tas itu dan memberikannya pada anaknya.
Bum Jo bertanya kenapa sinterklas itu mencurinya dan tidak membelinya saja. Dasaarr…. Dal Po berkata tidak semua orang bisa membeli tas.
Chan Soo membenarkan. Tas itu bukan tas biasa, harganya sangat mahal. Buatan desainer luar negeri dan harganya lebih dari 800 ribu won (8 juta rupiah). Mereka terkejut, semahal itu untuk tas sekolah?
Dal Po bertanya apa sinterklas itu akan dibebaskan dengan peringatan. Chan Soo berkata ini kasus pencurian biasa tapi sudah terjadi berulang jadi sepertinya sinterklas itu akan dituntut. Anaknya akan sendirian.
In Ha merasa itu menyedihkan. Bum Jo berkata itu menyedihkan tapi juga menggelikan. Ini hanya pencurian biasa. Dal Po tidak sependapat. Seorang anak akan ditinggal sendirian karena tas ransel.
Bum Jo berkata bukan tasnya yang salah, tapi pencurinya yang salah. Tapi Chan Soo berkata tas itu memang harus disalahkan untuk banyak hal. Tas itu menjadi penyebab tindak kekerasan dan bullying, bahkan percobaan bunuh diri. Tas itu benar-benar masalah besar.
Yoo Rae bertanya tas mahal itu dijual di mana.
“Bum Jo Departemen Stores memiliki hak jual eksklusif untuk tas tersebut,” jawab Chan Soo. Mereka semua menoleh menatap Bum Jo.
Saat makan siang bersama di ruang reporter, Yoo Rae meminta maaf pada Bum Jo tapi menurutnya ibu Bum Jo agak kejam. Meski terlihat polos tapi sebenarnya agak menakutkan.
Bum Jo menyuruh Yoo Rae turun dari karpet hangat yang didudukinya karena ibunya yang membawanya.
“Beraninya kau menyebut ibuku yang manis menakutkan.”
Yoo Rae membela diri dengan berkata rencana pemasaran ibu Bum Jo juga menakutkan. Apakah menjual tas sekolah dua kali harga sebenarnya bukan tindakan yang melewati batas?
Bum Jo merasa itu sah-sah saja toh orang-orang bersedia membayar. Apa mereka akan bertanggungjawab jika mall ibunya diboikot orang-orang?
Yoo Rae menanyakan pendapat Dal po. Dal Po merasa tas itu memang menimbulkan masalah. Bum Jo berkeras tas itu tidak bersalah.
Yoo Rae menanyakan pendapat In Ha. In Ha tidak bisa berbohong. Dengan jujur ia mengatakan banyak pertanyaan yang harus ditanyakan mengenai harga dan pemasaran tas tersebut.
“Maafkan aku, Bum Jo, tapi aku akan melaporkan hal ini menjadi berita,” kata In Ha.
Bum Jo marah dan keluar. In Ha menyusulnya. Bum Jo bertanya apakah In Ha akan tetap melaporkannya meski ia memintanya untuk tidak melakukannya. In Ha lagi-lagi meminta maaf. Ia tidak bisa tidak melaporkannya jika ia merasa ada yang salah.
“Baik, laporkan saja. Karena sudah sampai pada titik ini, mengapa kau juga tidak membuat wawancara? Agar kau bisa benar-benar merasa bersalah,” ujar Bum Jo sambil menatap Dal Po yang baru keluar dari kamar reporter. Ia pergi diikuti In Ha.
Dal Po bersandar dan berkata ia benar-benar pecundang. Aku tahu, ujar Chan Soo, aku juga pecundang. Ternyata dari tadi Chan So duduk di depan Dal Po. Ia berkata ia dihukum karena sinterklas itu terlepas dari pengawasannya. Sepertinya ia akan ditugaskan mengurusi lalu lintas.
Chan Soo mengajak Dal Po minum-minum meski hari ini malam Natal. Maka mereka pun pergi minum-minum. Dan Dal Po sepertinya mulai agak mabuk.
Dal Po mengingatkan bahwa Chan Soo sudah beristri. Justru itu, kata Chan Soo. Jika istrinya tahu ia dihukum bisa-bisa ia benar-benar bertemu Yesus pada hari Natal.
Ia tahu Dal Po juga punya masalah sendiri dan saat ini Dal Po telrihat menyedihkan. Dal Po berkata ini cukup mewah, dibandingkan kakaknya.
“Aku bahkan merasa bersalah karena minum-minum saat ini. Bahkan dengan berjalan keliling membuatku merasa bersalah. Aku juga merasa bersalah saat bersama orang lain. Aku merasa bersalah tertawa dan senang karena seseorang,” Dal Po berceloteh sambil memasukkan kacang, cumi kering, snack ke dalam saku jaketnya.
Chan Soo bertanya kenapa Dal Po yang harus merasa bersalah. Dal Po adalah Dal Po, Jae Myung adalah Jae Myung.
Dal Po terlalu mabuk hingga Chan Soo harus membopongnya.
“Kau seharusnya merasa kasihan padaku, bukan pada kakakmu,” keluh Chan Soo. Ia bertanya di mana alamat rumah Dal Po.
Dan mereka tiba di rumah Kakek Choi. Chan Soo memperkenalkan diri sebagai teman sekolah In Ha dan Dal Po. Kakek bertanya kenapa Dal Po minum sebanyak ini.
Chan Soo menceritakan kembali semua perkataan Dal Po. Bahwa Dal Po merasa bersalah karena kakaknya, juga merasa bersalah karena tersenyum pada seseorang. Karena itu Dal Po terus minum dan menjadi mabuk.
Mendengar itu, Dal Pyung nampak sedih. Ia mengerti perasaan Dal Po.
Dal Po bangun dan tersenyum melihat kakek Choi.
“Ayah!” ujarnya sambil tersenyum. “Aku membawakan kacang.”
Dal Po mengeluarkan semua kacang dari sakunya dan memberikannya pada ayahnya. Itu adalah kesukaan ayahnya. Lalu ia memberikan cumi kering pada Dal Pyung, dan snack untuk In Ha.
“Ini adalah hadiah Natal untuk kalian. Piu piu,” Dal Po membuat gerakan menembak. Dal Po cute kalau lagi mabuk^^
“Jadi itu untuk hadiah Natal. Aku sejak tadi bertanya-tanya kenapa kau mengambil semua itu,” ujar Chan Soo.
Kakek memeluk Dal Po sambil menangis. Dal Po tersenyum dalam pelukan ayahnya.
Dal Po terbangun. Ia ada di kamar dan melihat In Ha sedang menggantung jaketnya. Ia memanggil In Ha. In Ha berkata Dal Po sebaiknya tidur lebih lama karena sedang demam. Ia memeriksa dahi Dal Po.
Dal Po melihat di leher In Ha tergantung kancing pemberiannya. Ia menyadari ini hanya mimpi. In Ha bertanya kenapa Dal Po minum sebanyak itu jika tidak sanggup. Ia menyuruh Dal Po tidur lagi.
Dal Po memegang tangan In Ha.
“Aku tidak bisa memintamu bersamaku saat ini. Tapi, jangan pergi pada orang siapapun,” katanya pelan.
“Baik, aku tidak akan,” kata In Ha.
Dal Po membelai pipi In Ha dan berkata ia tidak mau bangun dari mimpinya ini. Lalu ia kembali tertidur.
Saat ia bangun, ia malah satu tempat tidur dengan Chan Soo. Chan Soo mengigau menyuruh istrinya mengambilkan air. Dal Po terkejut melihat ia ada di kamarnya yang dulu.
Dal Pyung masuk dan menyuruh mereka sarapan. Dal Po merasa tak enak hati karena sudah kembali ke rumah ini.
Chan Soo tidak mau melewatkan kesempatan sarapan karena toh mereka sudah terlambat. Ia duduk di meja makan hingga Dal Po terpaksa ikut duduk.
Kakek Choi meraba dahi Dal Po dan lega karena demamnya sudah turun.
“In Ha, lakukan sesuatu pada rambut kakakku. Seperti sarang burung,” ujar Dal Pyung.
In Ha bengong tapi ia menurut dan merapikan rambut Dal Po seperti yang biasa dilakukannya.
Dal Po meminta maaf atas peristiwa semalam. Dal Pyung berkata mereka sebaiknya sarapan dan tidak membahasnya. Mereka saling mengucapkan selamat Natal.
Selesai sarapan, In Ha-Chan S-Dal Po pergi bersama untuk kembali ke kantor. Saat menunggu lift, Chan Soo mendapat telepon dari Malaikat Maut…alias istrinya.
“Cepat angkat dan mohon ampun,” ujar In Ha.
“Untuk apa memohon, aku ini pria,” kata Chan Soo.
Tiba-tiba ia berlutut sambil mengangkat teleponnya.
“Ya, Sayang, Merry Christmas. Aku berlutut sekarang.” Pfffttt….
In Ha dan Dal Po masuk ke dalam lift untuk memberi kesempatan Chan Soo berbicara dengan istrinya.
Dal Po meminta maaf. In Ha mengira Dal Po meminta maaf karena mabuk. Tapi Dal Po meminta maaf karena ia sudah memaksa In Ha berbohong waktu itu.
“Aku benar-benar minta maaf. Itu bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan seorang reporter. Untuk sementara aku telah kehilangan akal.”
“Benar, kau terlalu kasar waktu itu. Tapi aku memutuskan untuk membiarkanmu kali ini karena pertanyaanmu pada ibuku benar-benar bagus. Itu adalah pertanyaan yang juga ingin kutanyakan pada ibuku. Aku senang kau bisa mengatakannya tanpa mengkhawatirkanku. Aku merasa lebih nyaman melihatmu sekarang,” kata In Ha.
Dal Po tadinya hendak menanyakan apakah semalam hanya mimpi, tapi ia mengurungkan niatnya.
Sementara itu, Yoo Rae mendekam di ruang reporter dengan pita besar di kepalanya. Reporter Kang melihatnya dan bingung melihat penampilan Yoo Rae serta wajahnya yang kesal. Yoo Rae bertanya apakah Reporter Kang melihat Dal Po. Sudah seharian teleponnya tidak diangkat.
“Kau out, Ki Ha Myung,” gumamnya kesal. He…hadiah besarnya adalah Yoo Rae sendiri?
Dal Po dan Chan Soo tiba di kantor polisi. Mereka melihat putera sinterklas berdiri di depan kantor. Chan Soo berkata keadaan tidak akan seburuk ini jika bukan karena Presdir mall itu. Semua orang memintanya untuk berlapang dada demi anak itu dan tidak menuntut sinterklas itu karena mereka merasa kasihan pada anak itu.
Tapi ibu Bum Jo berkeras untuk menyerahkannya pada polisi dan tidak bersikap lunak. Dal Po berkata ibu Bum Jo tidak terlihat seperti itu. Dan terlihat polos untuk usianya.
“Wanita polos itu berkata untuk tidak bersikap lunak meski ia memohon belas kasihan. Karenanya, anak itu dipisahkan dari ayahnya dan aku dipindah ke kantor cabang.”
Chan Soo menghampiri anak itu dan menyuruh anak itu pulang. Ia akan membiarkan anak itu bertemu dengan ayahnya nanti. Dal Po tersenyum melihat kebaikan hati Chan Soo.
Gyo Dong menelepon Dal Po untuk menanyakan kasus tas mahal tersebut. Ia bertanya apakah Dal Po sudah mendapatkan ijin untuk meliput berita itu. Dal Po berkata ia sudah mendapat ijin dan menghubungi PR mall tersebut tapi mereka menolak memberikan keterangan.
Gyo Dong berkata tugas seorang reporter adalah menggali rahasia yang ingin disembunyikan orang. Jika mereka menolak bekerjasama meski Dal Po sudah mendapat ijin, maka tidak ada pilihan lain selain menerobos.
Dal Po dan Jae Hwan berangkat ke mall Bum Jo. Bum Jo menahannya di luar dan mengingatkan Dal Po agar bersikap lunak hari ini. Ia berkata Dal Po akhir-akhir ini tidak menyukainya dan ia khawatir Dal Po melampiaskan ketidaksukaannya itu pada ibunya.
“Apa aku terlihat seperti seseorang yang akan melakukan itu?” tanya Dal Po.
“Ya,” sahut Bum Jo.
Dal Po menepis tangan Bum Jo dan masuk ke dalam mall.
Para pegawai menghalangi kru YGN mengambil video tas-tas mahal tersebut. Bum Jo juga masuk untuk melihat Dal Po meliput.
Dal Po menanyai pegawai mengenai peristiwa pencurian yang terjadi beberapa waktu lalu. Ia bertanya kenapa harga tas itu 2 kali lipat dari harga di luar negeri. Pegawai itu dengan kesal berkata ia tidak tahu karena bukan ia yang memutuskan harganya.
Sebelumnya, Gyo Dong sudah memberi petunjuk untuk mematikan kamera jika pegawai menolak diliput. Namun sebenarnya diam-diam mereka masih tetap merekam. Setelah itu para pegawai akan bebas mengatakan apa yang mereka pikirkan.
Dal Po melakukan sesuai petunjuk Gyo Dong. Pegawai itu berkata mereka tidak bisa disalahkan atas harga tersebut. Itu adalah masalah bagian penjualan.
Gyo Dong juga memberi petunjuk untuk memasukkan seorang ahli pada saat itu untuk bisa mendapatkan berita yang lebih baik.
Dan ahli itu adalah…Yoo Rae yang menyamar menjadi anak sekolah. Dal Po bengong melihatnya. Yoo Rae pura-pura hendak membeli tas itu dan menanyakan tas yang sekarang sangat populer. Tidak lupa ia mengacungkan kartu kredit gold yang katanya milik ibunya.
Tas itu merk TwoPlus dengan harga 1 juta won dan ada yang berharga 9 juta won.
Dal Po berkata tas itu sangat mahal, padahal tadinya ia ingin membelikannya untuk keponakannya. Bum Jo bisa melihat kalau Dal Po sebenarnya sedang merekam.
Sementara itu In Ha dan kru MSC sudah tiba di mall Bum Jo. Mereka juga hendak membuat liputan mengenai tas tersebut.
Pegawai berkata tas bermerk selalu dianggap mahal. Karena itu harga tas itu harus mahal agar para pelanggan mencarinya.
“Kau sebaiknya menghentikannya,” bisik Bum Jo pada Dal Po.
Tapi Dal Po tidak berhenti. Ia bertanya apakah mereka harus tetap memasarkannya sebagai barang mewah meski akan dipakai anak sekolah.
Bum Jo tak tahan lagi dan berteriak bahwa itu sudah cukup. Ia bertanya apa yang Dal Po ingin dengar. Bahwa ibunya seorang penghisap uang para orang tua siswa? Seorang pebisnis yang hanya terobsesi mendapatkan uang?
“Aku ingin kebenaran. Jika kami melanjutkan liputannya, maka itulah kesimpulan yang akan diambil.”
“Apa?” Bum Jo marah dan menarik kerah Dal Po. “Jangan membicarakan ibuku sembarangan.”
Dal Po marah dan mereka hampir berkelahi. Yoo Rae berteriak apakah mereka tidak tahu kalau mereka tengah meliput berita. Upps…ketahuan deh >,<
Jae Hwan berusaha memisahkan mereka, tapi emosi mereka terlalu tinggi dan sama-sama tidak mau menyerah.
In Ha dan Joo Ho tiba. Joo Ho melerai mereka. Bisa-bisa mereka yang masuk berita nantinya.
In Ha berusaha menenangkan Dal Po. Bum Jo berkata Dal Po sebaiknya melawannya, dan bukan dengan membuat ibunya terlihat seperti orang sombong.
“Kau yang seharusnya melihat hal ini secara objektif sebagai seorang reporter. Apa kau tidak bisa melihat cara bisnis ibumu?”ujar Dal Po.
“Hentikan. Kata-katamu terlalu kasar saat ini,” kata In Ha.
Dal Po terkejut. Tak mengira In Ha membela Bum Jo. Tapi bukan itu maksud In Ha. Ia berkata masih terlalu awal untuk menghakimi cara bisnis dan kesombongan ibu Bum Jo tanpa mendengarnya dari pihak ibu Bum Jo.”
Dal Po terdiam dan pergi.
Ibu Bum Jo sedang melihat grafik penjualan. Sebuah pesan masuk ke ponselnya.
“Menjauhlah dulu untuk sementara waktu.”
“Maaf aku sudah membuat masalah untukmu.”
“Jangan khawatir, aku tidak membuang orang semudah itu.”
“Aku percaya padamu dan menunggu perintahmu.”
Ternyata Cha Ok berkirim pesan dengan ibu Bum Jo. Ada apa dengan mereka berdua?
Dal Po pergi dengan patah hati. Ia melihat kancingnya masih di dalam dompet. Berarti tidak mungkin In Ha mengenakan kancing. Itu berarti In Ha yang dilihatnya semalam hanya mimpi. Dal Po hendak membuang kancing itu tapi tidak sanggup.
Benarkah hanya mimpi? Karena Kakek Choi melihat Dal Pyung mengenakan kaus kebesaran dan 2 kancingnya hilang. Dal Pyung berkata itu kaus Dal Po.
Bum Jo berterima kasih karena In Ha berpihak padanya.
“Aku tidak berpihak padamu. Jangan salah paham,” ujar In Ha tegas. Di lehernya terpasang kalung kancing Dal Po. Bukan mimpiiiiii...
Komentar:
Sepertinya ada sesuatu antara ibu Bum Jo dan Cha Ok. Mengingat ponsel Cha Ok tertinggal di rumah Bum Jo 13 tahun lalu bertepatan dengan peristowa kebakaran itu, apakah ada kaitannya dengan ibu Bum Jo?
Jika sebelumnya Dal Po yang harus menghadapi kemungkinan bahwa kakaknya seorang pembunuh, sekarang Bum Jo diperhadapkan pada kemungkinan yang sama. Apakah ibunya tidak semanis yang terlihat? Apakah Bum Jo bisa menerima kenyataan jika seandainya ibunya tidak sebaik itu?
The Gift of the Magi (Hadiah orang Majus) adalah sebuah cerpen mengenai pasangan muda yang baru menikah dan berusaha saling memberikan hadiah Natal rahasia dengan uang mereka yang sangat sedikit. Dalam kisah itu, sang istri menjual rambut indahnya yang sangat panjang untuk membelikan rantai jam bagi suaminya. Sementara sang suami ternyata menjual jamnya demi membelikan sisir untuk rambut panjang istrinya.
Pada akhirnya hadiah mereka tidak berguna. Tapi mereka menunjukkan bahwa mereka bersedia memberikan apa yang mereka miliki demi orang yang mereka cintai. Cerpen ini sering dikaitkan dengan kisah orang Majus yang mengikuti bintang demi menemui bayi Yesus dan mempersembahkan hadiah.
Sama seperti sinterklas yang mencuri demi puteranya. Bukan berarti perbuatannya bisa dibenarkan, tapi itu menunjukkan ia bersedia melakukan apapun demi anak yang dicintainya. Begitu juga kacang, cumi kering, dan snack Dal Po. Bagi kakek dan Dal Pyung, bukan bentuk hadiahnya yang mereka lihat, tapi malam Natal itu Dal Po pulang bersama mereka. Dan itu sudah cukup. Hadiah terbaik yang bisa diberikan seseorang adalah cinta.
Selain Bum Jo yang semakin gencar mendekati In Ha, akhirnya Yoo Rae jatuh pada pesona Dal Po. Semoga pertemanan mereka tidak terpengaruh ke depannya. Hubungan In Ha dan Dal Po sudah cukup rumit tanpa adanya orang ke-3 dan ke-4. Atau Yoo Rae yang akan menjadi pemicu kecemburuan In Ha seperti Bum Jo menjadi pemicu kecemburuan Dal Po? Dengan begitu In Ha dan Dal Po akan kembali bersama^^
makasih kak,
BalasHapusada hubungan apa antara ibu bum jo dgn cha ok,hem...hem...mencurigakan(ngelus jenggot).daebak kakak...GOoD job.
Daebakk ,,
BalasHapusSaya fans barunya mbak fanny loh .. Haha, komentarnya itu loh bikin tambah pengetahuan ☺
fighting mbak,
thanks untuk sinopnya ya mbak,thanks juga buat
BalasHapuskomentarnya yang nambah ilmu banget.
Oh ya mbak kemarin liat preview eps 13 bukannya
ada cameo pengacara cha ya??kok sekarang ngak
ada adegan pengacara cha sma jae myung??
dari semua episode yang sudah tayang, aku sangat menyukai episode 13 dan 14, rasanya semua ceritanya tertata rapi, lengkap ... serasa PAS banget....
BalasHapuskelakuan yoo rae yang gak ketulungan, siapa sangka, sikap kePDannya bisa menjadi agresif kaya sekarang.....
in ha-ya.....
Soal kalung in ha ada kesalahpahaman yg bikin geregetan ternyata in ha sengaja lepas kancing baju dal po yg sama buat di kasih ke dal po smntara in ha masih memakai kancing yg di kasih dal po.. pinter biar gak cegukan haha..
BalasHapuspenasaran gmn nanti cara ketauannya..
scene dal po kasih hadiah natal ke kakek n ayah in ha bikin nangis terharu..
ahn chan soo juga ternyata bisa jd sahabat yg baik meskipun masa lalu pertemanan mrk biasa aja bahkan pernah ada konflik :)
fighting terus buat mbak fanny..
i luv chan soo.... hhehehehehe
BalasHapusAaahh,, complicated, aku susah mau komentar apa, dalpo semakin mencuri hatiku *halaaah semangat buat mbak fanny bikin sinopsis nya...!!!
BalasHapusMbak fanny anyeong.. mihanhae.. baru kali ino komennyaa.. mbak fanny nulisnya daebakkkk!!!!!
BalasHapuskomentar mba fanny yg pling sy suka,sllu menambah pengetahun,makasi mmba fanny^^ drama ini msi penuh mestery, makin pena saran dee,faighting mba
BalasHapusJgn2 ibunya Bum Jo ingin blas dendam sama kluarganya Dal Po ??
BalasHapusMasih penasaran sama ibu Bum Jo, baik nggak ya?
BalasHapusTema setiap episodenya bagus-bagus, mengandung pesan yang bermakna.
Dal Po konyol banget, gak bisa bayangin gimana meragain piu piunya karena belum pernah lihat dramanya, hehe... walaupun konyol tetep ganteng kok...
makasih mba fany, salam kenal
BalasHapusepisode yg mengharukan, dal po kau harus bersyukur msh da keluarga & teman yg menyayangimu,, chan soo ku jd suka sm kamu,,haha lucu jg liat dia nelpon istrinya sampe berlutut ky gt.
Fighting kak^^
BalasHapusfirasat ku buruk nih sama ibu nya Bum Jo, apa dia sebernernya pnya sisi jahat juga? >_< .
BalasHapusudh eps segini tapi In Ha - Dal Po masih belum ada tanda2 kemudahan dlm hubungan mereka -_-
Makasih mbk atas sinopsisnya. Yang sllu menarik adalah komentar mbk Fany yg bisa membuat saya lebih mengerti maksud jalan cerita tiap episodenya :)
BalasHapushuh itu sinopsis ketiga yang aku baca di blog mba fanny. thanks ya mba fanny udh meluangkan waktu untuk menulis sinopsis ini.
BalasHapushuh itu sinopsis ketiga yang aku baca di blog mba fanny. thanks ya mba fanny udh meluangkan waktu untuk menulis sinopsis ini.
BalasHapusentah ini bener atau nggak, seingetku di episode sebelumnya waktu Bum Jo nawarin bantuan ke Dal Po buat nyingkirin Cha Ok, si Bum Jo bilang kalo ibunya itu pemegang saham terbesar MSC News
BalasHapusmakasih mbak atas sinop nya..
BalasHapusgomawo!!!
Thank youu. I like your comment eonnie
BalasHapusHuhuhu makin kompleks ya makin seru. Btw ibunya Bum Joo pemilik saham terbesar di MSC kan ya? Yakin deh ada apa2 diantara mereka berdua. *sotoy*
Yoo Rae cute banget ya hihihi:33
Aku malah dukung Yoo Rae Ha Myung (?)
Btw, alurnya mirip sama I hear Your Voice, i see.
Thankyou mba fanny sinopsis nya?^^
Saya selalu tertarik dengan komentar-komentar yang mba fanny kasih dibawahnya(apalagi kalo komentarnya panjang) ^^
Cute bgt dol po wktu bikin gerakan nembak jdi makin terpesona hehee...
BalasHapusDan buat bum jo atou si anak mami .jgn terlalu percaya sama mami y wlo dia mami kndung sendiri tpi jgn menutup kemungkinan klo dia bkn penjahat.dan jgn pernah menutp nutupi kejahatan wlo it ibu kandung sendiri.kta harus bersikap bijak sana