[Sinopsis Bagian 1 klik di sini]
Dal Po masuk ke kantor Gyo Dong. Ia langsung meminta maaf dan mengakui ia sudah melakukan kesalahan.
“Baiklah, selama kau menyadarinya. Kembalilah ke posisimu.”
Dal Po bingung. Saking penasarannya ia bertanya apakah hanya itu, ia datang sudah siap menerima konsekuensinya. Gyo Dong mengakui bahwa kesalahan Dal Po cukup besar untuk dibiarkan.
“Lalu kenapa?” tanya Dal Po.
“Kau mendapat satu kesempatan. Karena aku juga pernah membuat kesalahan yang sama.”
Ia berkata tiga belas tahun lalu ia membuat berita yang tidak akurat hingga menyebabkan satu keluarga hancur dan habis. Dal Po menyadari bahwa keluarganyalah yang dimaksud Gyo Dong.
“Lalu bagaimana caranya kau pulih dari kesalahanmu?”
“Aku tidak pulih. Aku melarikan diri, sama seperti yang kaulakukan. Aku berhenti menjadi reporter dan pindah ke departemen lain untuk menjadi produser. Lima tahun kemudian, aku bertemu seorang pemuda yang ternyata putera pria itu dalam acara kuis.”
Dal Po bertanya mengapa Gyo Dong kembali menjadi reporter. Gyo Dong mengaku ia merasa malu seakan tertangkap basah telah bersembunyi. Karena itu ia kembali ke departemen berita.
“Bagaimana rasanya kembali? Apa kau suka menjadi reporter lagi?” tanya Dal Po.
In Ha menggigil panas dingin. Bum Jo memasangkan syal di lehernya dan bertanya bukankah ini flu pertama yang diderita In ha sejak SMA.
“Yah, tapi kenapa kau tahu itu?” tanya In Ha.
“Eh? Oh, kau pernah memberitahuku,” ujar Bum Jo yang baru sadar sudah keceplosan. Entah bagaimana reaksi In Ha kalau tahu Bum Jo adalah orang yang selama 13 tahun dikira ibunya ;p
Bum Jo berkata In Ha seharusnya minta ijin dan pergi ke rumah sakit. Tapi In Ha tidak mau. Ia sudah bekerja keras untuk pekerjaan ini dan tidak bisa menyerah hanya karena flu.
“Chan Soo!” panggilnya begitu melihat temannya itu.
“Choi In Ha,” Chan Soo berbalik seakan kepergok menyembunykan sesuatu.
“Apa itu?” tanya In Ha melihat berkas yang dipegang Chan Soo. “Apa itu laporan penyelidikan? Atau laporan ada kasus baru?”
“Menjauhlah dariku!” Chan Soo melepaskan dirinya dari In Ha. Ia tidak mau tertular.
In Ha mengancam akan membuat Chan Soo tertular jika tidak mau memberitahunya. Ia membuka mulutnya lebar-lebar dan menghembuskan nafasnya pada Chan Soo. Chan Soo mendorong kepala In Ha jauh-jauh.
“Ini hanya daftar telepon mengenai kasus kebakaran baru-baru ini. Catatan telepon Moon Duk Soo. Kau tidak akan mendapatkannya.”
In Ha berkata mereka mungkin akan memerlukannya nanti. Jadi ia menyuruh Bum Jo memotret daftar itu.
“Tidak, kau tidak bisa mendapatkannya,” Chan Soo mengangkat daftar itu tinggi-tinggi.
Tapi Bum Jo lebih tinggi dari Chan Soo sehingga dengan mudah ia bisa memotretnya. Dal Po yang baru datang mengamati daftar itu.
“Catatan telepon Moon Duk Soo?” gumamnya.
“Choi Dal Po! Apa kau kembali?” tanya Chan Soo.
Dal Po mengangguk sambil terus mengamati daftar itu.
“Kau sedang mengingatnya, bukan?” ujar Chan Soo sambil menyembunyikan daftar itu.
In Ha malah gugup melihat Dal Po lagi. Dal Po memanggilnya dan berkata mereka harus bicara.
“In Ha sepertinya ingin mengatakan banyak hal padamu,” kata Chan Soo. “Dia terus mencarimu ketika kau tidak ada.”
“Tidak ada yang ingin kukatakan padamu,” kata In Ha tanpa berani memandang Dal Po. Ia menarik jaket Bum Jo dan berkata mereka harus menyelidiki kecelakaan mobil yang baru terjadi. Bahkan Bum Jo juga bingung dengan sikap In Ha.
“Ada apa dengan In Ha? Sepertinya ia berusaha menghindarimu,” kata Chan Soo.
“Ya, kau benar. Ia menghindariku. Karena aku mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak kukatakan.”
Chan Soo mengomeli Dal Po yang sejak dulu tidak memperbaiki kebiasaannya itu. Dal Po tidak mempedulikan Chan Soo dan pergi menyusul In Ha. Chan Soo mencak-mencak karena Dal Po pergi begitu saja.
“Ini sebabnya kau selalu dibilang tak sopan!”
Kondisi In Ha semakin buruk. Ia hampir jatuh. Bum Jo buru-buru memeganginya. Begitu juga Dal Po. Tapi In Ha mendorong tangan Dal Po.
“Aku tidak apa-apa,” katanya. Ia mengajak Bum Jo pergi ke divisi berikutnya. Bum Jo mengusulkan agar mereka menelepon ibunya. In Ha protes, jika ketahuan mereka bekerja dengan menggunakan supir bisa-bisa mereka dihukum. Bum Jo berkata ia yang akan menanggung hukuman In Ha juga.
Dal Po terus memperhatikan mereka. Bahkan ketika In Ha dan Bum Jo dijemput oleh ibu Bum Jo. Ia mengkhawatirkan kesehatan In Ha lebih dari kenyataan In Ha pergi bersama Bum Jo.
Yoo Rae marah-marah begitu melihat Dal Po. Ia kesal karena ia bekerja sendirian selama Dal Po tidak ada. Tapi pandangan Dal Po hanya tertuju pada In Ha.
Yoo Rae yang melihat mereka merasa iri karena mereka bisa berkeliling dengan mobil dan berpartner dengan pria kaya.
“Sementara yang kudapatkan adalah partner menyebalkan yang membuatku melakukan semua pekerjaan sendirian.”
‘Maaf aku sudah menjadi partner menyebalkan.”
Yoo Rae melunak mendengar permintaan maaf Dal Po. Dal Po menanyakan berita apa saja yang sudah dikumpulkan Yoo Rae selama ini. Hanya hal-hal kecil, kata Yoo Rae.
“Katakan padaku tak peduli seberapa kecilnya.”
“Kecelakaan karena mabuk yang sudah diberitakan,” Yoo Rae membaca catatannya. “Temanmu memberikan berita ini tapi aku melewatkannya.”
“Hei, aku tidak akan melewatkan apapun lagi. Katakan padaku,” kata Dal Po.
Yoo Rae berkata itu mengenai kasus kebakaran tapi tidak ada banyak informasi. Tersangka Moon Duk Soo ternyata orang yang mereka tahu.
“Kau tahu kisah kebakaran di pabrik yang kita saksikan saat interview? Kau ingat Tuan Moon yang dalam wawancara mengatakan ia berusaha mencegah kepala pemadam kebakaran? Dia orangnya. Tidak ada patut dicatat tapi aku merasa itu kebetulan yang aneh,” kata Yoo Rae.
Sepertinya Dal Po juga merasa hal yang sama.
In Ha berterima kasih pada ibu Bum Jo yang bersedia mengantar mereka. Ibu Bum Jo berkata ia melakukannya untuk puteranya.
“Jangan khawatir, aku akan mencarikan kalian berita.”
Bum Jo mengangguk meyakinkan In Ha. In Ha sudah terlalu lemas untuk bisa berkata-kata.
Ibu Bum Jo berkeliling kantor polisi membagikan kopi dan snack demi mendapatkan berita. Jika tidak ada berita ia akan memarahi mereka dan bertanya mengapa tidak ada.
“Kejahatan dilakukan di mana-mana. Lihat saja siaran berita, dari mana semua itu berasal? Dari sini!”
Ia bahkan mencoba berbicara dengan pemabuk yang tertidur setelah menghancurkan papan iklan.
“Permisi!” Ia mencolek pemabuk itu. “Kenapa kau sampai begitu mabuk dan menghancurkan papan iklan? Aku yakin pasti ada alasannya. Permisi!” LOL Nyonya ini lucu banget XD
In Ha melaporkan berita yang didapat ibu Bum Jo pada kantornya. Err..kenapa ngga Bum Jo aja sih yang lapor? Memangnya harus In Ha?
In Ha berterima kasih pada ibu Bum Jo karena ia berhasil melapor berkat bantuannya. Bum Jo memegang dahi In Ha dan memutuskan untuk kembali ke kamar reporter agar In Ha bisa istirahat.
In Ha protes ia baik-baik saja. Tapi kali ini Bum Jo berkeras bahwa In Ha tidak baik-baik saja. Ia dan ibunya yang akan mengerjakan sisanya. Ibu menganggap itu usul yang baik. In Ha tak bisa protes lagi.
In Ha tertatih-tatih ke kamar. Tapi kamar itu penuh, apalagi ia melihat Dal Po tidur dengan Yoo Rae memeluknya seperti memeluk guling. In Ha pergi ke toilet. Ia duduk di kloset lalu menyalakan pemanas tutup kloset dan memeluknya.
Dal Po terbangun. Ia mendorong Yoo Rae. Yoo Rae langsung memeluk orang di sebelahnya lagi. Ternyata memang Yoo Rae tidur seperti itu^^
Dal Po tidak melihat In Ha di kamar. Ia keluar dan mendengar dua orang polisi membicarakan reporter yang tidur di toilet pria dan sepertinya sedang sakit.
Dal Po langsung pergi ke toilet dan menemukan In Ha. In Ha melarang Dal Po dekat-dekat.
“Diam,” Dal Po mengangkat In Ha berdiri.
“Lepaskan aku, menjauhlah dariku.”
Dal Po mengangkatnya lagi dan berkata mereka harus ke rumah sakit. Tapi In Ha tidak mau. Ia berkata ini bukan flu biasa.
“Aku tidak mau kau sakit,” ujarnya.
“Apa? Kau selama ini menghindariku karena kau tidak mau aku sakit.”
“Ini benar-benar sakit. Aku tidak bisa membuatmu sakit,” In Ha jatuh pingsan.
“Dasar bodoh!” Dal Po menggendong In Ha dan membawanya ke rumah sakit.
Dokter berkata In Ha terkena herpes zooster dan pasti sangat kesakitan. Bagaimana bisa In Ha bertahan dengan rasa sakit itu? Tapi yang In Ha ingin tahu adalah apakah penyakitnya menular.
“Apa itu penting sekarang?” ujar Dal Po kesal.
Dokter menenangkannya. Penyakit itu biasanya tidak menular pada orang dewasa.
“Syukurlah,” gumam In Ha. “Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu.”
Ia kembali tertidur. Dokter berkata ia sudah memberi In Ha obat jadi In Ha akan segera sembuh. Ia menyarankan agar In Ha banyak beristirahat di rumah setelah bangun.
Dal Po berterima kasih pada dokter. Saat ia hendak mengantar dokter, tangan In Ha menarik mantelnya.
In Ha terlihat bergumam tak jelas seperti sedang mengigau. Dal Po duduk di sebelah tempat tidurnya dan memegangi tangan In Ha.
“Paman, apa kau di sini?”
“Iya, aku di sini.”
“Aku ingin berkata….” In Ha kembali tidur.
Semalaman Dal Po menjaganya dan memegangi tangannya.
“Dal Po… Dal Po…”
“Ada apa? Aku di sini.”
“Banyak yang ingin kukatakan padamu,” kata In Ha setengah tidur.
Dal Po menyuruh In Ha meneruskan tidurnya. In Ha bisa mengatakannya nanti.
In Ha akhirnya bangun dan melihat Dal Po tertidur di sebelah tempat tidurnya. Ia melihat Dal Po memegangi tangannya. Ia berusaha menarik tangannya itu tanpa membangunkan Dal Po.
“Kau pasti sudah gila,” bisik In Ha memarahi tangannya. “Choi In Ha, kau pasti sudah gila!”
Tapi saat melihat Dal Po yang sedang tidur, In Ha tak sanggup untuk tak menatapnya. Ia tersenyum lembut melihat wajah Dal Po. Pelan-pelan ia mengecup tangannya lalu membelai rambutnya.
Dal Po membuka matanya. In Ha terkejut. Ia berguling dengan sangat cepat hingga jatuh ke lantai.
“In Ha,” panggil Dal Po khawatir.
“Aku tidak apa-apa. Aku sudah sembuh,” In Ha langsung lari keluar rumah sakit tanpa mengenakan sepatu dan jaketnya.
Dal Po membawa sepatu dan jaket In Ha dan berlari menyusulnya.
“Aku akan berhenti jika kau berhenti mengejarku!” seru In Ha.
“Baik, aku berhenti! Aku berhenti.” Dal Po mengajak In Ha masuk karena In Ha masih sakit.
In Ha menatap Dal Po dengan marah dan berkata ada banyak hal yang ingin dikatakannya. Tadinya ia menghindari Dal Po karena takut Dal Po tertular. Tapi karena penyakitnya tidak menular, ia akan mengatakan semuanya.
“Baik, katakanlah.”
“Berita kematian ahjumma di klub kebugaran? Tadinya aku hendak melaporkannya dengan cerita yang sama seperti kalian. Tapi aku mulai cegukan. Kenapa? Karena ada yang tak beres. Karena itu aku kembali ke rumah sakit dan bertemu puterinya.”
“Aku tahu.”
“Kau bilang aku tidak bisa menjadi reporter karena aku Pinocchio, kan? Tapi apa yang akan kaulakukan sekarang? Karena aku Pinocchio maka kau dipermalukan!” seru In Ha berapi-api.
“Aku tahu. Kau benar dan aku salah. Maafkan aku,” kata Dal Po memandang kaki In Ha yang tak bersepatu dan terlihat kedinginan. “Aku minta maaf atas semua yang kukatakan saat wawancara.”
“Hei! Kau tidak boleh meminta maaf secepat itu! Aku belum selesai!”
“Baik, teruskan.”
In Ha berkata ia masih ingat setiap kata yang dikatakan Dal Po saat wawancara. Waktu itu Dal Po berkata orang yang tidak tahu beban perkataannya tidak bisa menjadi reporter. Tapi bagaimana dengan Dal Po?
“Apa kau tahu bobot perkataanku ketika kau mulai bicara? Apa kau pikir kau memiliki kemampuan menjadi reporter? Karena aku tidak merasa demikian!”
“Ya, seperti yang kaukatakan, aku tidak bersikap sebagai reporter. Apa yang kulakukan hanyalah usaha sangat menyedihkan menjadi reporter.”
“Begitukah? Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Rasanya puas melihatmu dipermalukan setelah semua olokan dan sindiran yang kuterima darimu selama bertahun-tahun. Hik!” In Ha mulai cegukan. In Ha berkata ia benar-benar merasa senang memikirkan Dal Po menderita dan dipermalukan. Hik.
“Kau bohong,” kata Dal Po pelan.
In Ha menghela nafas panjang. Akhirnya ia mengakui ia mengkhawatirkan Dal Po. Meski ia benar dan Dal Po salah, tapi ia sangat mengkhawatirkan Dal Po hingga ia merasa kesal.
Dal Po berjongkok.
“Aku masih mendengarkan,” katanya sambil membersihkan debu dari kaus kaki In Ha dan memakaikan sepatunya.
“Aku khawatir saat kau tidak ada. Aku khawatir kau menyalahkan dirimu sendiri. Atau duduk dengan perasaan terluka. Aku terus merasa khawatir.”
Dal Po memasangkan jaket In Ha. In Ha berkata Dal Po adalah saingannya. Ia kesal pada dirinya sendiri karena bersikap seperti amatir dengan terus mengkhawatirkan Dal Po.
“Kenapa ini begitu berat,” In Ha berjalan menjauhi Dal Po. “Ini bahkan bukan masalah besar jadi kenapa aku belum bisa melupakanmu?”
Dal Po mengulurkan tangannya hendak menyentuh In Ha. Tapi ia menguatkan dirinya dan tidak melakukannya.
“Berpura-puralah kau tidak mendengarnya,” kata In Ha menahan tangisnya. ”Aku minta maaf. Aku selalu mengatakan sesuatu padamu dan memintamu melupakannya. Kau pasti menganggapku menyedihkan dan melelahkan. Aku tidak tahu apa yang kulakukan. Aku pasti terlalu kedinginan untuk bisa berpikir jernih.
Dal Po akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Ia memeluk In Ha dari belakang. In Ha terkejut.
“Ini karena aku kedinginan,” kata Dal Po mendekap In Ha erat-erat. “Aku pasti terlalu kedinginan untuk bisa berpikir jernih.”
“Dal Po….”
Il Joo dan cameraman hendak pergi mencari berita. Jae Myung mendekati mereka dan bertanya apakah gadis di poster (poster In Ha dan Cha Ok) juga seorang reporter.
“Iya, kenapa kau menanyakannya?” tanya Il Joo.
“Tidak, mereka terlihat mirip.”
Il Joo memuji penglihatan Jae Myung dan memberitahunya bahwa Cha Ok dan In Ha memang ibu dan anak.
Jae Myung nampak sedikit terkejut. Sementara itu cameraman memperhatikan Jae Myung dan merasa familiar dengan wajahnya. Cameraman itu adalah cameraman yang selalu bersama Cha Ok semasa Cha Ok masih menjadi reporter. Termasuk saat meliput berita keluarga Jae Myung.
Jae Myung tak henti-hentinya menatap poster In Ha dan Cha Ok. O-ow….
In Ha kembali bekerja setelah beberapa hari beristirahat di rumah. Yoo Rae mendekatinya dari belakang lalu mencium rambut In Ha.
“Apa yang kaulakukan?!” ujar In Ha kaget.
“Kau mencuci rambutmu dengan shampoo,” katanya dengan nada iri. “Pasti enak sekali. Aku terlalu sehat untuk jatuh sakit.”
Rekan-rekannya tertawa melihat tingkah Yoo Rae yang lucu. Bum Jo bertanya apakah In Ha benar-benar sudah sembuh. In Ha mengiyakan. Ia bahkan siap keliling Seoul.
Dal Po datang dan mereka langsung memberitahunya bahwa keponakannya sudah kembali bekerja. Tapi ketika Dal Po menoleh, In Ha sudah tidak terlihat lagi. Ia bersembunyi dan menghindari Dal Po. Dal Po menghela nafas panjang. Hal itu tidak lepas dari pengamatan Bum Jo.
Bum Jo bertanya apakah Dal Po belum berbaikan dengan In Ha. Ia berkata saat ini Dal Po sedang berjalan di atas es yang tipis, karena orang mulai curiga dengan hubungan Dal Po dan In Ha. Reporter Kang pernah mengatakan bahwa tatapan Dal Po pada In Ha melebihi hubungan paman dan keponakan.
“Seakan kau menyukainya sebagai wanita.”
“Aku memang menyukainya sebagai wanita. Apa tidak boleh?” tanya Dal Po.
Bum Jo bengong.
Dal Po terus menerus menempel pada Chan Soo untuk menggali cerita mengenai kebakaran yang terkait dengan Moon Duk Soo. Chan Soo tidak mau memberitahunya karena atasannya menyuruhnya melepas kasus itu. Tapi Dal Po tahu Chan Soo berbohong. Jika memang Chan Soo melepas kasus itu, untuk apa susah-susah mencari catatan telepon Moon Duk Soo?
“Kau pasti mencari orang lain selain Moon Duk Soo, bukan?” tanyanya.
“Tidak, aku sudah menyelidikannya dan tidak menemukan apapun. Bahkan ada alibinya.”
Dal Po bertanya apa Chan Soo benar-benar sudah memeriksa semuanya. Hampir semuanya, Chan Soo mengakui.
Dal Po menulis semua nomor telepon yang ia ingat dari daftar Chan Soo. Yoo Rae nampak kagum dengan kemampuan Dal Po. Tapi ia tidak mau membantu Dal Po dengan kasus itu karena masih banyak kasus lainnya. Apa Dal Po punya dendam dengan orang itu atau semacamnya? Dal Po berkata ia tidak mau melewatkan apapun lagi.
Ia melihat ada satu nomor telepon yang familiar. Nomor telepon pemilik truk. Dal Po menceritakan pada Yoo Rae bahwa itu nomor telepon pemilik truk yang pernah ia tabrak bempernya. Yoo Rae menyuruh Dal Po menelepon orang itu.
Maka Dal Po menelepon Jae Myung.
Dal Po melapor pada Reporter Jang bahwa saat ini ia ada di General Square untuk menemui seseorang yang ada di catatan telepon Moon Duk Soo. Reporter Jang memarahinya. Dal Po kan bukan polisi jadi untuk apa bertemu dengan orang itu.
“Siapa tahu orang itu kaki tangannya,” kata Dal Po. “Kalaupun tidak, ia mungkin tahu di mana Moon Duk Soo berada.”
“Hei! Siapa yang menyuruhmu melakukannya!” bentak Jang Kepo.
Dal Po memutus telepon dengan Jang karena Jae Myung meneleponnya. Reporter Jang mencak-mencak. Gyo Dong bertanya apa Dal Po membuat masalah lagi.
“Iya, ia menyelidiki sendiri sebuah kasus dibandingkan dengan mencari berita.“
“Bukankah menyelidiki berita juga sesuatu yang harus dilakukan reporter?” tanya Gyo Dong.
Reporter Jang tak bisa membantah. Sebenarnya yang membuatnya kesal adalah karena Dal Po bertindak semaunya.
Sementara itu Chan Soo mendapat laporan bahwa telepon Moon Duk Soo terlacak di daerah General Square. Atasannya memerintahkan agar Chan Soo memeriksa ke sana.
Reporter Jang masih ngamuk-ngamuk karena Dal Po sekarang tidak mengangkat teleponnya. Gyo Dong malah tersenyum. Ia berkata Dal Po boleh juga.
Kilas balik pada percakapan mereka setelah Dal Po kembali. Dal Po bertanya pada Gyo Dong bagaimana rasanya kembali menjadi reporter. Gyo Dong balik bertanya apa Dal Po ingin tahu pendapatnya mengenai bisa atau tidak Dal Po melakukan pekerjaan ini. Iya, jawab Dal Po.
“Aku tidak yakin. Kurasa terlalu awal bagimu untuk menanyakan pertanyaan itu. Kau akan melihat dan melaporkan banyak kasus yang berbeda. Kasus yang jauh lebih sulit untuk diselesaikan dan ditangani daripada kasus klub kebugaran,” ujar Gyo Dong.
Dal Po dan Jae Myung akhirnya bertemu. Begitu melihat wajah Jae Myung, Dal Po langsung mengenalinya. Ia berhenti melangkah.
Tapi Jae Myung tidak mengenali adiknya. Ia memperkenalkan diri dengan ramah. Dal Po terus menatap kakaknya.
“Ah, aku seharusnya memperkenalkan diriku. Aku Ki Jae Myung.”
Gyo Dong: “Kasus di mana kau tidak bisa membuat penilaian yang masuk akal dan kasus yang tidak terbayangkan. Melaporkan kasus seperti itu bisa berarti hidup atau mati bagi seseorang. Saat kau menemukan kasus seperti itu, datanglah dan tanyakan lagi padaku.”
Dal Po berusaha menenangkan dirinya. Ia sekali lagi menanyakan nama Jae Myung.
“Jae Myung. Ki Jae Myung,” Jae Myung mengulurkan tangannya.
Jae Myung menanyakan nama Dal Po.
Gyo Dong: “ Dan saat itu tanyakan pada dirimu sendiri: apakah aku bisa menanganinya?”
Dal Po menatap kakaknya lalu menyambut uluran tangannya.
“Namaku….Choi Dal Po.”
Komentar:
Akhirnya Dal Po bertemu Jae Myung! Tapi tepat di saat Dal Po mencurigai bahwa pemilik truk ada kaitannya dengan kasus kebakaran yang menewaskan 2 orang dan ada kaitannya dengan Moon Duk Soo. Sebagai orang yang pintar, tidak sulit bagi Dal Po untuk mencurigai kakaknya ada kemungkinan terlibat dalam kasus tersebut. Karena itu ia memilih untuk menyembunyikan namanya.
Masalahnya adalah jika memang ternyata Jae Myung pelakunya, apa yang akan Dal Po lakukan? Dan bagaimana reaksi Jae Myung nantinya jika tahu adiknya sengaja menyembunyikan jati dirinya? Membayangkannya saja juga pedih >,<
Apalagi sepertinya Jae Myung memiliki niat balas dendam pada Cha Ok. Jika ia tidak memiliki niat, untuk apa ia bertanya-tanya mengenai In Ha? Dan tatapannya saat melihat poster In Ha dan Cha Ok benar-benar membuat hati tak tenang. Jae Myung….please jangan menenggelamkan diri lebih jauh lagi :(
Oya, aku jadi teringat pada rekaman yang pernah dibuat Jae Myung dan Cha Ok 13 tahun lalu. Apakah rekaman itu masih ada? Dan apa isi rekaman itu? Mungkinkah suatu hari nanti rekaman itu akan muncul?
Baackk hug!! Apakah di episode 8 mereka akan melangkah ke tahap selanjutnya? ;) *wink wink*
Sama sekali tidak menyangka Park Shin Hye dan Lee Jong Suk bisa menjadi pasangan yang menggetarkan hati….
Akhirnya 2 bersaudara bertemu..berharap ki jae mung tdk menyakiti in ha. Dan dal po bisa membantu hyungnya u sadar kembali..komentar mba Fanny sangat bagus.
BalasHapusJgn lupa mba Fan jaga kesehatan soalx udah musim hujan,moga terhindar dari Flu.. Soalx udara dingin disini mungkin sm di korea hehehe
Waaaahhh fisrt comment
BalasHapusDaebak daebak
Hhhaadduuhh jae myung menakutkan
Back hug,waaaaa keren keren :D
Episode yang lumayan banyak kejutan nih... dari back hug dalpo-in ha sama akhirnya 2 bersaudara ketemu jg...:)
BalasHapusFighting buat mba Fanny :D
Daebaak... Makn seru n bkn penasarn abiz... Akirny 2 saudara brtemu, ap yg terjadi slanjtny y?? Moga aj in ha g mask dlm daftr bals dendmny jae myung.. Makaciih sist :) keep healt..
BalasHapusback hug......... Omo, suka sama ep ini
BalasHapusthax mba fanny atas sinopsis x ^^
Takut bgt kl sampe jae myung bls dendam sm cha ok tp lewat putri nya in ha dan nti harus berhadapan sm adiknya.jae myung jgn jd jahat donk meskipun hdpnya lbh berat dr dal po (sdnrian) tp hati nya ga sejahat itu kan..smg ketika dia tau kl adiknya msh hdp dia segera sadar ...mb fanny mksh bt sinopsisnya
BalasHapusDal Po knp hrs pura2 didepan Jae Myung? Aku hrp Jae Myung gk bertindak lbih jauh lg :(
BalasHapusAda adegan kiss d episode 8....wah....
BalasHapusjd tmbah penasarn ttng hbngan smua nya...antara dal po sma jae myung jg sal po sma in ha...mudah2 jae myung g ngapa2 in In ha..kasihan dal po ya jd serba susah...
mbak fanny, trm ksh byk buat semua sinopnya. awalnya sy gak tertarik sm drakor tp iseng baca sinop mbak fanny dan mulai berburu dvdnya. akhirnya skrg keracunan akut hahaha. ritual wajib sy adl baca dl sinop dan komen mbak fan seblm nonton dvd. trm ksh banyak! stay happy and healthy. Gbu.
BalasHapusbest couple di penutup thn ini nampaknya In Ha dan Dal Po...
BalasHapusChemistry PSY dpt bgt ketika di pasangkn dg LJS di bandingkan dg 2 drama PSY sebelumnya...
membayangkan kekecewaan Jae Myung ketika nanti mengetahui kl Dal Po trenyata seorg reporter yang jelas2 menjadi profesi musuh besarnya...
Dan bagaimana ia akan mmbalaskn dendam pd In Ha, yg akan membuat Dal Po dilema...Sementara Dal Po sndiri telah sedikit memaklumi bahwa adakalanya berita yg disampaikan menjadi kesalahpahaman krn krg akuratnya narasumber.....dan dia sdh mengalami itu..
Jae myung.... kenalilah adikmu segera,... hiks..hiks...
Gomawa mba fanny....
Buat Jae Myung....cukup sampai disini ya...hehe..jangan melangkah terlalu jauh...
BalasHapusNgak tau bakalan jadi apa nantinya klw sampai dal po tau kakaknya terlibat...
BalasHapusNgak sabar tau kelanjutanyaaa...
Akhirnya dal po ktm ama jae myung ,
BalasHapusKeanya dal po pny firasat gak enk ..
Duh gak sabar sma lanjutaannya
Gumawo mba
Jae Myung mengingatkan pda herry borisson as Yoo Seung Ho yg akhirnya pulang wamil T.T
BalasHapusbersyukur karna DalPo punya ayah angkat yg baik. btw ep 8 itu telinga LJS merah bangetttttt :v
Dan yang paling pentin dari semuanya,
akhirnyaaa akun google lama berfungsi lagi T.T mbak fanny kangen koment disini kekekk,. Btw mbak dee hiatus kah? Blog'nya sepian sekarang.
Baru dpt feelnya pas episode ini. Akhirnya jae myung ketemu dal po juga. Knp dia tdk mengenali dal po atau merasa wajah dal po familiar dengannya ? Next episode, smgt mbk fanny !!!
BalasHapusAku senang sama pasangan in ha dan dal po,tp aku jg kasihan sama bum jo (si anak mami) klhatan jelas da suka ma in ha,tp sainganya berat bgts.
BalasHapusN senang lht maminya bum jo (park rosa) ampe segitunya perhatian ma ankx. *ada yah omma yg ky gitu..hehe
Tp,yo rae gmn? Da gak bxk di ceritain disini,tp mukanya muncul dinposter..hmm
Eh..smgt trus yah mba lanjutin sinopx..akan slaku z tgu dgn stia..heheh
Mian kepanjangan.. *-* saking smgtx
Eh,da satu lg smoga jae myung gak bertindak lbh jauh palg sampe melukai in ha..gak tw deh gmn perasaan dal po lw sampe itu terjd..♥
akhirnya 2 saudara bertemu, tapi dalam keadaan seperti ini,. yahh
BalasHapussemakin complicated ya.