Kamis, 30 Januari 2014
[Link] Sinopsis My Love From Another Star Episode 13 - Completed
Dee sudah memposting episode 13 lho^^ Sudah complete^^
Sinopsis My Love From Another Star Episode 13-1
Sinopsis My Love From Another Star Episode 13-2
[Spoiler] My Love From Another Star Episode 13
Min Joon bercerita bahwa ia pernah membantu beberapa orang dan untuk itu ia harus memperlihatkan kekuatannya. Tapi orang itu malah melaporkannya sebagai penyihir. Lalu ada orang yang sudah berteman 10 tahun dengan Min Joon, tapi ketika tahu siapa Min Joon sebenarnya, ia melarikan diri ketakutan.
Karena itu Min Joon mengungkapkan jati dirinya pada Song Yi, dengan harapan Song Yi akan takut dan menjauhinya.
Setelah Min Joon mengungkapkan jati dirinya dan memecahkan kaca di museum, ia bertanya apakah Song Yi tetap tidak peduli. Ia mengancam ia bisa melukai Song Yi jika ia mau, jadi sebaiknya Song Yi pergi.
Tapi bukannya pergi, Song Yi malah meraih tangan Min Joon. Ia bertanya kalau begitu kenapa selama ini Min Joon menyelamatkannya dan menolongnya. Min Joon menjawab karena Song Yi mirip dengan Yi Hwa. Lalu ia pergi meninggalkan Song Yi.
Song Yi keluar dari museum sendirian. Mengeluh ia kelaparan karena dikiranya tadi ia akan pergi kencan. Ia berteriak ke langit. Jika Min Joon adalah alien maka ia adalah vampir. Orang-orang bilang ia juga tidak menua. Ia berteriak-teriak memaki Min Joon. Min Joon diam-diam mendengarnya dan tersenyum kecil.
Jae Kyung semakin gila (emang udah gila) hingga berdelusi sedang berbicara dengan hantu Yoo Ra. Seperti yang kita duga, ia tidak akan melepaskan Song Yi. Ia tidak pernah bertemu orang semenarik Min Joon. Ia akan membuat permainan yang melibatkan Min Joon dan Song Yi. Dan ia akan menang. Ia tahu kelemahan Min Joon adalah Song Yi.
Direktur universitas menemukan foto dari tahun 1910. Itu adalah foto para pendiri universitas dan salah satu di antaranya diduga seorang donatur tanpa nama yang telah menyumbang dana besar. Tanpa donatur itu, sekolah ini tidak akan berdiri. Min Joon ada di dalam foto tersebut.
Min Joon memberitahu Jang bahwa ia sudah mengungkapkan jati dirinya pada Song Yi. Jang kurang setuju, ia bertanya apa Min Joon tidak bisa menghilangkan ingatan Song Yi dengan alat khusus (kaya Men in Black kali ya^^)? Tidak bisa. Jang mengingatkan kemampuan Min Joon saat ini tidak bisa diduga. Sebentar ada, sebentar hilang.
Min Joon curhat bahwa sekalipun ia tinggal ia tidak bisa hidup normal seperti pasangan lainnya. Sedangkan ia ingin Song Yi hidup normal. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menghilang.
Song Yi yang patah hati kehilangan nafsu makan. Bok Ja prihatin melihatnya. Song Yi menceritakan bahwa Min Joon mengaku ia adalah alien. Bok Ja tidak heran sama sekali.
Ia berkata alasan orang putus semakin bertambah. Dulu ia diputuskan dengan alasan kekasihnya akan pergi wamil, pindah ke luar negeri, dan yang paling aneh adalah kekasihnya mengaku kerasukan dan seorang shaman. Tapi semuanya ternyata bohong. Bok Ja menganggap kebohongan Min Joon berlebihan. Alien?
Song Yi memutuskan untuk mengujinya. Ia naik gunung dengan sepatu hak tingginya dan berteriak-teriak meminta Min Joon menyelamatkannya. Min Joon tidak ada. Song Yi tertawa meledek. Ia mengira Min Joon benar membohonginya.
Lalu ia menghadiri kelas Min Joon. Seusai pelajaran, ia menghalangi Min Joon. Ia menantang Min Joon untuk teleport. Min Joon berusaha mengabaikannya. Tapi Song Yi tidak peduli meski semua orang memperhatikan mereka. Ia mengancam akan memberitahu semua orang bahwa Min Joon adalah alien jika Min Joon meninggalkannya saat ini.
Akhirnya Min Joon bertanya apa yang Song Yi inginkan. Song Yi ingin makan bersama. Song Yi membawa Min Joon ke restoran pinggir laut dan menanyakan banyak hal tentang alien yang membuatnya penasaran. Min Joon tak tahan lagi dan membela kaumnya tidak seperti alien yang digambarkan di film-film. Song Yi tersenyum menang.
Mereka berjalan-jalan di pantai. Song Yi menanyakan perihal Yi Hwa. Namun sebenarnya yang ia tanyakan adalah perasaan Min Joon padanya. Apakah Min Joon benar-benar tidak merasakan apapun padanya. Berlawanan dengan isi hatinya, Min Joon menjawab ia tidak pernah merasakan apapun pada Song Yi.
Ia bertanya apakah perasaannya lebih penting dibandingkan siapa dirinya. Song Yi membenarkan. Baginya 100 kali lebih penting mengetahui perasaan pria yang disukainya dibandingkan siapa pria itu. Ia tidak peduli Min Joon datang dari mana, maupun masa lalunya seperti apa. Bahkan ia tidak mau tahu siapa pria yang menyelamatkannya 12 tahun lalu. Ia hanya menyukai Do Min Joon, tetangganya. Dan ia menyukainya dengan setulus hati.
Tapi Song Yi tidak mau menjadi pengganti wanita lain. Ia menyerah dan tidak akan mengganggu Min Joon lagi. Mulai sekarang anggap saja mereka tidak saling mengenal.
Song Yi benar-benar bersikap demikian. Dan Min Joon mulai merasakan pil pahit yang ditelannya sendiri. Song Yi sama sekali tidak mempedulikannya.
Dalam kuliahnya Min Joon membicarakan 5 tahap patah hati. Dan Song Yi melalui semua itu. Dari kemarahan hingga akhirnya penerimaan. Min Joon berkata hal itu berbeda bagi pria dan wanita. Wanita akan membuat diri mereka lebih baik atau mencari pria lebih baik. Artinya pengembangan diri. Sementara pria? Penghancuran diri.
Min Jon tidak nafsu makan dan juga menolak menjual apartemennya begitu tahu pembelinya Hwi Kyung. Ia semakin cemburu ketika ia mendengar Song Yi tidak keberatan pindah ke sebelah agar mereka bisa lebih sering bertemu. Min Joon meyakinkan dirinya (dan kita), bahwa ia sama sekali tidak marah. Iya deh^^
Song Yi memberitahu Hwi Kyung bahwa ia ditawari menjadi pemeran pembantu dalam sebuah film dan ia akan melakukannya. Hwi Kyung ikut senang. Lalu Song Yi bercerita bahwa ia bercerita pada polisi siapa pria yang berkencan dengan Yoo Ra. Hwi Kyung terkejut ketika Song Yi bercerita bahwa Yoo Ra berpacaran dengan kakaknya. Tapi Song Yi khawatir apakah Jae Kyung tidak apa-apa?
Min Joon mendengar hal ini dengan telinga supernya. Ia makin mengkhawatirkan keselamatan Song Yi.
Jae Kyung melihat Detektif Park dan Yoo Seok masih menyelidiki kematian Yoo Ra. Ia mengirim pesan pada Min Joon bahwa Min Joon harus semakin cepat bertindak. Waktunya hanya 3 hari.
Yoo Seok menemukan catatan telepon Jae Kyung dan Yoo Ra di sebuah lokasi yang sama pada waktu yang sama. Ia berniat menyelidiki lebih lanjut. Sementara itu Hwi Kyung memeriksa catatan GPS di mobil kakaknya dan melihat baru-baru ini kakaknya pergi ke rumah sakit jiwa Haneul.
Song Yi kembali ke museum. Tusuk rambut Yi Hwa sudah diamankan oleh pihak museum karena terjadi insiden beberapa hari lalu. Song Yi mencoba mencari tahu seperti apa pemilik tusuk rambut itu tapi pihak museum tidak tahu.
Saat itulah Song Yi melihat foto 100 tahun lalu di mana Min Joon ada di dalamnya. Song Yi menyadari Min Joon tidak berbohong. Meski ia sadar Min Joon benar-benar alien, ia melindungi foto Min Joon dari orang lain yang ingin melihatnya. Agar identitas Min Joon tidak terbongkar.
Song Yi berdiri di depan apartemen Min Joon, berpikir untuk memberitahu Min Joon soal foto itu atau tidak. Min Joon melihatnya mondar mandir dari layar monitor. Akhirnya ia keluar.
Begitu Min Joon membuka pintu, Song Yi langsung berlari kembali ke apartemennya. Min Joon melihat pesan “tanpa nama” yang tertempel di pintu. Bahwa ia harus pergi ke museum dan memeriksa foto itu.
Min Joon pergi ke museum dan menghilangkan foto tersebut.
Ibu Song Yi menandatangani sendiri kontrak Song Yi tanpa sepengetahuan Song Yi. Jae Kyung senang dan berkata ia harus tahu jadwal syuting Song Yi.
Min Joon menemui Yeoo Seok. Yoo Seok bertanya apa yang ingin dibicarakan Min Joon di hari ia diserang. Sebelumnya Yoo Seok telah melacak jejak Han Seo Jin (pemilik bolpen) dan menemukan bahwa Han Seo Jin tak lain adalah Min Joon sendiri.
Asisten Jae Kyung mengakali kawat yang akan digunakan untuk syuting Song Yi. Song Yi tiba di tempat syuting dan baru mengetahui kalau pemeran utama film itu adalah Se Mi dan Se Mi yang merekomendasikannya. Se Mi berkata Song Yi dulu juga melakukan itu untuknya.
Min Joon pergi ke kantor polisi untuk membuat pengakuan meski Pengacara Jang melarang. Min Joon berkata pilihannya hanya membunuh Jae Kyung atau menghentikannya. Jika tidak, Song Yi yang akan terbunuh. Akhirnya pengacara Jang mendampinginya.
Min Joon sama sekali tidak tahu kalau pada saat yang sama Song Yi berada di set syuting untuk melakukan adegan terjun dari sebuah gedung. Dan Song Yi berkeras melakukan adegan itu tanpa pemeran pengganti. Masalahnya, kawat yang sedianya berguna untuk menopang tubuh Song Yi saat ia terjun, telah diakali oleh asisten Jae Kyung yang menyamar menjadi kru film.
Song Yi berdiri di ujung gedung. Lalu ia melompat….
Dalam epilog, diperlihatkan bahwa Min Joon benar-benar teleport ke atas gunung ketika Song Yi berteriak-teriak minta tolong. Min Joon mengomel Song Yi membuatnya kaget, dikiranya ada keadaan darurat.
Sinopsis lengkap tunggu di tempat Dee ya (nanti aku juga posting linknya) ^^
Komentar:
Astaga….harus menunggu seminggu lagi untuk melihat apa yang akan terjadi pada Song Yi. Min Joon saat ini ada di kantor polisi, bagaimana ia bisa pergi? Keadaan bertambah buruk saja >,<
Bagi pembaca baru, drama ini masih tayang di Korea dan waktu tayangnya adalah hari Rabu-Kamis di Korea. Semalam baru saja ditayangkan episode 13. Episode 14 harusnya ditayangkan hari ini tapi diundur minggu depan karena ada perayaan Imlek di sana. Bagi orang Korea, perayaan Imlek lebih penting dari Tahun Baru biasa.
Kami biasanya membuat spoiler (sinopsis singkat) lebih dulu sementara menunggu sinopsis lengkapnya. Sinopsis lengkap akan menyusul karena dibutuhkan waktu lebih lama untuk membuatnya. Thanks.
Cerita Pemilik Kebun
Lihat kebunku, penuh dengan bunga
Ada yang putih dan ada yang merah
Setiap hari kusiram semua
Mawar melati semuanya indah...
Sambil bernyanyi aku menyirami kebunku yang sudah 3 tahun ini kurawat. Aku melihat sekeliling dan tersenyum. Kebunku tidak terlalu luas. Hanya ada beberapa pohon di sana. Dan hanya dua pohon yang masih menghasilkan buah. Tapi kebunku adalah kebun ajaib. Di dalamnya juga tidak ditanam pohon sembarangan. Setelah mencapai jumlah buah tertentu, pohon itu akan berhenti berbuah. Namun buah yang telah ada tidak berkurang dan masih bisa dinikmati.
Sejenak aku bernostalgia mengenang saat pertama kali aku membuat kebun ini. Sebagai ibu muda yang kadang-kadang jenuh dan kesepian di rumah, aku mulai ingin melakukan sesuatu. Tapi apa? Aku senang berkebun dan buah-buahan, karena itu aku mulai berkeliling ke berbagai perkebunan.
Ternyata aku sangat menikmatinya. Setiap hari aku meluangkan waktu untuk mengunjungi beberapa perkebunan dan terkadang menyapa pemiliknya. Buah yang berasal dari kebun-kebun itu memang unik. Kadang membuatku tertawa, kadang membuatku menangis. Tapi yang pasti, setiap kali aku pulang aku pasti menginginkan lebih, dan akan datang lagi keesokan harinya.
Suatu hari aku membaca kabar mengenai buah yang sangat menarik hatiku. Aku mencari ke berbagai perkebunan tapi buah itu tidak ada. Akhirnya aku memiliki ide. Bagaimana jika aku sendiri yang berkebun? Maka aku pun mulai mencari tahu bagaimana cara berkebun yang baik, karena sudah lama aku tidak berkebun apalagi ini bukan kebun biasa. Aku menyebutnya kebun ajaib.
Setelah mencari-cari akhirnya aku menemukan benih buah tersebut. Aku sangat girang dan segera membuat kebun. Aku tanam benih dengan hati-hati dan merawatnya dengan sepenuh hati. Benih pun tumbuh menjadi pohon. Dengan harap-harap cemas aku menanti buah pertamaku.
Buah pertama sudah terlihat di pohon. Namanya buah Secret Garden. Aku bangga pada diriku sendiri. Ternyata aku bisa. Ternyata aku masih bisa berkarya dan menghasilkan sesuatu. Aku ingin membagikan kebahagiaanku ini pada orang lain. Maka aku mulai menawarkan buah ini pada orang yang lewat untuk mendengar pendapat mereka.
Awalnya tidak ada yang datang. Tapi keesokan harinya mulai ada yang berkunjung. Bukan main senangnya hatiku. Aku semakin bersemangat berkebun dan menanam benih-benih ajaib lainnya secara berkala.
Merawat kebun ajaib seperti ini banyak suka dukanya. Terkadang penjual benih tutup dan aku harus berkeliling mencari penjual benih lain. Terkadang aku sibuk hingga tak sempat mengunjungi kebunku dan akhirnya beberapa pohon lama tidak berbuah. Aku berkebun setiap kali ada kesempatan. Paling sering di saat anak-anak dan suamiku tidak di rumah. Aku betah berjam-jam di kebunku. Terkadang lupa makan, lupa mandi (eh?), bahkan di saat tubuh sebenarnya kurang sehat aku masih menyempatkan untuk datang ke kebun. Kebun ini kebanggaanku, lebih dari sekedar hobi.
Tiga tahun berlalu, sekarang pengunjung kebunku semakin banyak. Pohon-pohon yang kutanam pun terus bertambah. Aku bahkan sering bekerja sama dengan perkebunan lain untuk merawat beberapa pohon karena buah pohon itu sangat dinikmati orang-orang hingga mereka tidak sabar untuk merasakan buahnya. Kami memberikan buah-buah tersebut secara gratis selama buah itu dinikmati di kebun kami. Melihat senyum dan apresiasi para pengunjung kami, kami merasa puas.
Aku menemukan teman-teman baru, baik dari perkebunan lain, maupun mereka yang mengunjungi kebunku untuk menikmati buah-buah yang kuhasilkan. Karena sibuk berkebun, seringkali aku tidak sempat membalas sapaan mereka. Dalam hati aku meminta maaf dan berterima kasih untuk kesabaran mereka.
Aku mengamati ada berbagai jenis orang yang datang ke kebunku. Kebanyakan datang untuk menikmati buah kami dan menyampaikan rasa terima kasih mereka. Kami juga terkadang membahas buah yang mereka sukai. Ada juga yang terus menerus bertanya kapan buah berikutnya muncul. Aku berusaha bersabar menjawabnya selama mereka bertanya dengan sopan. Ada yang berbaik hati membagikan brosur di tokonya agar orang-orang mencari buah-buah ajaib ke kebun kami.
Tapi ada satu jenis pengunjung yang meresahkan hati kami para pemilik kebun. Ternyata ada pengunjung yang diam-diam mengambil buah lebih banyak tanpa sepengetahuan kami. Padahal kami sudah memasang pengumuman agar buah tersebut tidak dibawa keluar dari kebun kami. Aku bahkan sudah memasang semacam pelindung agar buah tersebut tidak bisa dibawa keluar dari kebunku. Tapi karena mereka lebih pintar dan tentu saja memang niat mengambil, mereka berhasil membawanya keluar.
Apa yang mereka lakukan? Mereka membuka kios di pinggir jalan dan membagikan buah-buah itu dengan gratis pada setiap orang yang datang ke kios mereka. Orang-orang menyukai buah-buah tersebut. Sambil lalu pemilik kios berkata buah itu dari kebun kami. Ada yang mendengarnya, namun sering kali mereka sibuk menikmati buah-buahan kami hingga tidak mendengar ucapan si pemilik kios. Bahkan banyak yang mengira si pemilik kios adalah orang yang menghasilkan buah-buah itu dan berterimakasih padanya.
Dan yang lebih parah, ada pengunjung yang diam-diam mengambil buah kami lalu membagikannya di kebun mereka seakan-akan itu adalah buah hasil kebun mereka. Juga ada yang membagikannya di kebun mereka dengan sistem tiket. Orang yang mengambil tiket barulah bisa mendapatkan buah tersebut. Pemilik kebun itu mendapatkan keuntungan dari buah-buah kami.
Tentu saja para pemilik kebun marah. Kami membuat kebun agar orang-orang bisa menikmati buah hasil kerja keras kami di kebun kami sendiri. Kami juga sedih, karena usaha kami merawat kebun dan pohon-pohon kami tidak dihargai, dan buah kerja keras kami dianggap barang gratisan.
Akhirnya kami sepakat menemui para pemilik kios dan mengajukan protes. Banyak pengunjung setia kebun kami yang ikut mendukung kami. Pemilik kios ada yang menutup kiosnya, namun ada juga yang mengubah cara mereka. Sekarang mereka membagikan brosur yang menunjukkan alamat ke mana para penikmat buah bisa menemukan kebun kami. Terkadang mereka juga memberikan sampel gratis.
Kami berterima kasih mereka mau mendengar protes kami para pemilik kebun. Toh buah-buah itu memang milik kami para pemilik kebun. Jika kami berhenti berkebun maka tidak ada lagi buah yang bisa dinikmati dan pemilik kios pun tidak memiliki apa-apa lagi untuk dibagikan.
Giliran para penikmat buah yang terbiasa dibagikan gratis oleh pemilik kios kebingungan. Ada yang mengerti, namun ada yang tidak mengerti. Toh kami memang membagikan buah gratis di kebun kami, kenapa tidak boleh dibagikan di kios? Ada juga yang beralasan kebun kami terlalu jauh hingga memakan biaya untuk sampai ke sini.
Giliran aku yang tidak mengerti….
Apakah aku sebagai pemilik kebun tidak lagi memiliki hak atas buah yang sudah kuhasilkan dengan jerih payahku sendiri? Apakah aku tidak berhak meminta penikmat buah untuk menikmatinya di kebunku sendiri? Apakah aku tidak berhak melarang orang yang datang untuk membawa keluar buah dari kebunku ini, padahal aku sudah membagikan dengan cuma-cuma semua buah yang ada di kebunku ini pada siapapun yang datang?
Aku berharap para penikmat buah itu nantinya mengerti, bahwa aku menanti mereka di kebunku ini. Bahwa aku ingin memberikan sendiri buah hasil kerja kerasku ini pada mereka.
Hehe….bosan kali ya baca cerita di atas? Pasti banyak yang sudah tahu kalau beberapa hari ini kami para blogger sinopsis memperjuangkan agar sinopsis kami tidak di-copas. Nah, saat kami ber”demo” di suatu tempat, aku menemukan seorang teman (maaf aku lupa namanya) yang memberikan perumpamaan pohon mangga pada seorang pembaca yang tidak mengerti kenapa kami harus protes. Kira-kira teman tersebut mengatakan begini:
“Anggap saja kita punya pohon mangga. Kita bekerja keras merawat pohon mangga itu baik-baik hingga berbuah banyak. Terus ada orang yang mencuri buah-buah itu dan membagi-bagikannya gratis. Kita pasti marah kan?”
Perumpamaan itu entah kenapa sangat menyentuh hatiku dan tidak juga hilang dari benakku. Karena itu aku menuangkannya dalam bentuk cerita di atas (kalau ngga ditulis bisa kepikiran terus hehehe XD).
Aku bersyukur perjuangan kita telah memberikan hasil yang baik. Terima kasih juga untuk dukungan para pembaca. Dan aku berharap para pembaca yang merasa kehilangan kios gratis, bisa mengerti alasan keberatan kami.
Seperti yang kuungkapkan dalam salah satu protesku: aku menulis karena aku sangat menyukai menulis. Aku menulis dengan hati. Aku menulis untuk kepuasan diriku sendiri, bukan untuk memuaskan pembaca. Aku memilih tulisanku tidak dibaca ribuan orang asalkan tulisanku dihargai sebagaimana mestinya. Untuk apa tulisanku dibaca ribuan bahkan puluhan ribu orang tapi tidak ada seorang pun yang tahu kalau aku penulisnya?
Rabu, 29 Januari 2014
Sinopsis Empress Ki Episode 17-18
Episode 17:
Meski Wang Yoo bersikap dingin pada Seung Nyang, tapi tetap hatinya panas melihat kedekatan Ta Hwan dan Seung Nyang di jembatan malam itu.
Sementara itu Ta Hwan sudah kembali ceria setelah dipermalukan El Temur di hadapan para penghuni istana. Ia menyadari semua itu karena Seung Nyang. Ia ingin Seung Nyang melihatnya menjadi kaisar. Benar-benar kaisar.
El Temur semakin bersikap semena-mena setelah menunjukkan ia lebih berkuasa daripada Ta Hwan. Ia menaruh tentaranya di seluruh penjuru istana. Dan itu membuat Bayan, Jenderal yang bertanggungjawab atas keamanan istana, tersinggung. Tapi Tal Tal menasihati pamannya untuk tetap merendah sekarang ini.
El Temur mendatangi Ibu Suri yang sedang bersembahyang pada Buddha. Ia memperingatkan agar Ibu Suri tidak mencari surat berdarah itu. Lebih tepatnya mengancam.
Melihat El Temur gusar karena keberadaan surat itu, Ibu Suri memutuskan inilah saatnya untuk melawan. Ia memerintahkan bangsawan Zhang untuk mengumpulkan para menteri dan pejabat yang benci pada El Temur dan ingin melawan El Temur.
El Temur menyadari Ibu Suri bukanlah orang di balik petisi palsu dan surat yang bisa menghilang itu. Wanita sepintar Ibu Suri tidak mungkin menantangnya tanpa bukti surat berdarah itu. Jika Ibu Suri memilikinya, ia pasti memperlihatkannya.
Lalu apakah El Temur mencurigai Wang Yoo? Ternyata tidak.
Wang Yoo kembali menyaksikan kedekatan Ta Hwan dan Seung Nyang ketika Seung Nyang meniup mata Ta Hwan yang kelilipan. Seung Nyang terpekik kaget ketika melihat cheo-ha nya dan buru-buru menjauh dari Ta Hwan. Wang Yoo menghampiri mereka dengan wajah sedih namun tidak mengatakan apapun.
Seung Nyang menoleh pada Wang Yoo tapi Ta Hwan mengingatkan bahwa Seung Nyang harus selalu berada dalam jarak 3 langkah di belakangnya. Seung Nyang pergi mengikuti Ta Hwan diiringi tatapan sedih Wang Yoo yang tidak bisa melakukan apa-apa. Bagaimanapun ia yang telah menjauhi Seung Nyang.
Danashiri makin sulit mengenyahkan Wang Yoo dari pikirannya. Ia sengaja datang menemui Ibu Suri untuk menghaturkan salam ketika mendengar Wang Yoo dan Ta Hwan dipanggil Ibu Suri. Padahal Ibu Suri sudah mengirim pesan bahwa Danashiri tidak perlu menghaturkan salam hari itu. Ibu Suri terpaksa menerimanya juga.
Mereka berempat duduk untuk minum teh. Yeon Hwa yang saat itu bertugas untuk menyeduh teh, tapi Ta Hwan memanggil Seung Nyang untuk melakukannya. Danashiri dengan kesal bertanya kenapa harus Seung Nyang, toh rasa teh sama saja diseduh oleh siapapun juga. Tapi Ta Hwan berkata ia hanya minum teh yang diseduh Seung Nyang.
Tanpa curiga, Ibu Suri memerintahkan Seung Nyang menyeduh teh. Yeon Hwa melirik Seung Nyang dengan sebal karena merasa tugasnya diserobot Seung Nyang. Kalau aku jadi Yeon Hwa, aku sih malah seneng-seneng aja jadi bebas tugas hihihi ;p
Ternyata Ibu Suri memanggil Wang Yoo untuk membicarakan perjodohan Wang Yoo dengan Puteri Seo Hwa (ada yang bilang puteri ini keponakan El Temur). Danashiri langsung protes.
Untunglah Wang Yoo dengan sopan menolak perjodohan itu. Ta Hwan melihat Seung Nyang tersenyum. Danashiri juga diam-diam tersenyum. Ibu Suri dan Ta Hwan berkata Wang Yoo seharusnya menerima perjodohan itu karena akan menguatkan posisi Wang Yoo dan juga mempererat hubungan Goryeo-Yuan.
Wang Yoo berkata ia mengerti perjodohan itu bermaksud baik tapi ia tetap menolak. Danashiri bertanya apa ada wanita yang disukai Wang Yoo. Seung Nyang tanpa sadar berhenti menuang teh. Wang Yoo menatapnya.
Danashiri berkata ia tidak melihat ada alasan lain kenapa Wang Yoo menolak perjodohan itu. Wang Yoo tersenyum dan berkata ia tidak enak hati karena semua orang jadi mengkhawatirkannya. Ia pamit pergi setelah ia minum teh.
Seung Nyang maju untuk menghidangkan teh. Tapi Yeon Hwa sengaja menjulurkan kakinya untuk membuat Seung Nyang tersandung. Baki di tangan Seung Nyang terlempar.
Wang Yoo segera melindungi Seung Nyang dengan tubuhnya dan pundaknya tersiram teh panas. Semua terkejut.
Ibu Suri bertanya apakah Wang Yoo tidak apa-apa. Wang Yoo segera bangkit berdiri dan sambil tersenyum berkata ia baik-baik saja. Sebenarnya ia kesakitan tapi ia menahannya agar Seung Nyang tidak mendapat masalah.
Benar saja, Danashiri langsung memerintahkan agar Seung Nyang dihukum. Tapi Wang Yoo meminta Seung Nyang diampuni dan berkata teh itu tidak terlalu panas.
Ibu Suri menyuruh Wang Yoo segera merawat lukanya. Sebelum pergi, Wang Yoo meminta Seung Nyang tidak khawatir sambil tersenyum lembut. Seung Nyang berusaha menahan tangisnya. Ta Hwan mellihat ekspresi Seung Nyang tersebut.
Yeon Hwa meminta maaf pada Seung Nyang dan berkata ia tidak sengaja. Tapi Seung Nyang terlalu marah. Ia mencengkeram pakaian Yeon Hwa dan mengancamnya jika sekali-sekali berani melakukan hal seperti itu lagi.
Ta Hwan cemburu karena Seung Nyang tidak khawatir seperti itu ketika ia terluka dalam pertandingan sepak bola. Ia bertambah panik ketika tahu Seung Nyang tidak ada. Ia yakin Seung Nyang pergi menemui Wang Yoo dan menyuruh Golta menjemputnya.
Seung Nyang memang menemui Wang Yoo. Ia bersikeras mengobati luka Wang Yoo meski Wang Yoo melarangnya. Seung Nyang tidak peduli dan masuk ke kamar Wang Yoo membawa obat.
Hati Seung Nyang ikut sakit melihat luka di pundak Wang Yoo. Diam-diam ia menangis sambil mengolesi obat dan membalut luka Wang Yoo. Ia berkata Wang Yoo terluka karena keteledorannya.
Wang Yoo tidak mau Seung Nyang mengatakan hal seperti itu lagi. Karena Seung Nyang sama sekali bukan orang yang teledor/tidak kompeten. Seung Nyang berkata ia akan datang kembali malam ini.
Seung Nyang kembali untuk melayani Ta Hwan. Ta Hwan berusaha tidak marah dan malah menanyakan keadaan Wang Yoo. Seung Nyang menggunakan kesempatan itu untuk minta ijin malam ini merawat luka Wang Yoo.
Ta Hwan melarang. Ia berkata sudah beberapa malam ia tidak bisa tidur karena Seung Nyang tidak membaca untuknya. Ia memerintahkan Seung Nyang membacakan buku untuknya sebagai pengantar tidur. Seung Nyang meminta ijin untuk pergi setelah Ta Hwan tertidur. Dalam hatinya Ta Hwan bertekad ia tidak akan tidur malam ini. Untuk mencegah Seung Nyang menemui Wang Yoo.
Malam itu Ta Hwan terus menerus berusaha tetap terjaga meski beberapa kali ia sempat tertidur. Seung Nyang terus membaca untuknya.
Wang Yoo diam-diam menantikan kedatangan Seung Nyang. Ia kecewa ketika ternyata Sun Woo yang datang membawakan obat untuknya. Pada akhirnya Seung Nyang tidak datang malam itu.
El Temur semakin tak sabar karena tidak bisa menemukan orang yang menentangnya dengan menyebar rumor surat berdarah, juga belum menemukan surat berdarah itu. Ia memerintahkan agar para tukang sulap dibunuh di alun-alun kota sebagai peringatan pada rakyat.
Wang Yoo mempersiapkan serangan berikutnya. Ia kembali menulis sebuah kisah mengenai sebuah sekte lalu menempelnya di seluruh pelosok kota terutama di jalan yang akan dilalui El Temur dalam perjalanannya menuju istana.
Saat El Temur menuju istama tiba-tiba hujan turun. Ia dan para pengikutnya terpaksa berteduh. Kali ini El Temur melihat sendiri tulisan dalam kertas menghilang, menyisakan tulisan: Kutukan Kaisar Minzhong dimulai sekarang!
Tulisan itu langsung menjadi pembicaraan semua orang. Dan rakyat mulai berpikir perang yang telah berlangsung selama 4 tahun dan bencana kelaparan yang terjadi adalah akibat kutukan tersebut.
Ta Hwan memilih mempercayai semua yang terjadi adalah benar-benar kutukan ayahnya. Hanya dengan begitu ia mendapat kekuatan untuk membalas kematian ayahnya. Ibu Suri menasihati agar Ta Hwan tetap berpura-pura lemah dan menjadi kaisar boneka. Tapi dalam hatinya Ta Hwan bertekad untuk berubah mulai sekarang. Ia tidak akan menjadi kaisar boneka lagi.
El Temur dengan marah berkata ia tidak takut pada kutukan orang yang sudah mati. Ia akan memperlihatkan seperti apa kutukan orang yang masih hidup. Dengan angkuh ia menantang agar “kukutan Kaisar Minzong” diperlihatkan.
Wang Yoo memang bermaksud demikian. Ia tahu binatang yang paling bisa merasakan jika akan terjadi gempa bumi adalah tikus. Karena itu ia memerintahkan empat sekawan untuk menangkap tikus hidup sebanyak-banyaknya. Caranya?
Mereka menggunakan kulit katak yang dikeringkan. Jika kulit itu dimasak, akan menjadi obat anestesi. Kemudian obat itu dicampurkan dalam makanan untuk menangkapi tikus.
Lalu ke mana mereka akan mencari tikus sebanyak itu? Desa Goryeo. Hanya saja mereka tidak tahu kalau Byung Soo sedang menyamar di desa itu. Ia berpura-pura menjadi orang yang baik hati dan rajin demi menghilangkan kecurigaan Mak Saeng si kepala desa. Tapi Mak Saeng tidak sepenuhnya percaya pada Byung Soo, intuisinya mengatakan Byung Soo tidaklah sebaik itu.
Byung Soo melihat Bool Hwa dan Jeom Bak menemui Mak Saeng. Ia berusaha menguping pembicaraan mereka. Tapi Mak Saeng memang bukan orang biasa. Ia tahu ada yang menguping pembicaraan mereka. Ia mencocokkan jarinya menembus kertas jendela hingga mencolok telinga Byung Soo yang sedang menguping.
Byung Soo langsung pergi dengan telinga yang sakit. Ia tidak bisa menguping pembicaraan ketiga orang itu. Bool Hwa dan Jeom Bak memberitahu Mak Saeng bahwa mereka akan menangkapi tikus-tikus desa itu. Satu hal yang mereka inginkan dari Mak Saeng adalah Mak Saeng tidak memberitahu siapapun mengenai hal itu. Mak Saeng setuju, toh desanya malah diuntungkan jika tidak ada tikus lagi.
Dang Ki Se bertanya pada Seung Nyang apakah Ta Hwan pernah menyebut-nyebut soal surat berdarah. Jika Seung Nyang mendengar sesuatu mengenai surat itu, ia harus melaporkannya. Dengan begitu ia akan mengampuni Seung Nyang dan memberikan apapun yang Seung Nyang mau.
Seung Nyang tersenyum geli. Dang Ki Se jadi kesal. Seung Nyang berkata jika surat itu ditemukan maka El Temur dan keluarganya akan dihukum (termasuk Dang Ki Se). Bukankah itu artinya balas dendamnya terpenuhi?
Dang Ki Se marah, mengira Seung Nyang seberani itu karena dilindungi Ta Hwan. Ia berkata ia tidak akan melepaskan Seung Nyang, sama seperti elang yang tidak akan melepaskan mangsanya.
Ta Hwan menegur Seung Nyang karena terlambat datang. Sebenarny bukan terlambat, tapi Ta Hwan yang bangunnya kepagian. Ta Hwan ebrakta ia akan bangun sebelum matahari terbit mulai sekarang, jadi Seung Nyang harus datang lebih pagi lagi.
Dan lebih mengejutkan lagi, Ta Hwan memasukkan waktu untuk belajar menulis dan membaca di sela-sela jadwalnya. Gol Ta khawatir El Temur tahu. Ta Hwan tahu itu, ia bisa dibunuh. Karena itu ia akan melakukanya diam-diam dengan bantuan Seung Nyang. Ia juga memerintahkan agar Bayan menghadapnya malam ini tanpa diketahui seorangpun.
Seung Nyang menyadari perubahan sikap Ta Hwan ini. Yeeeeiii…akhirnya kaisar tidak cuma bengong ngeliatin Seung Nyang ^^
Bayan dan Tal Tal menghadap Ta Hwan malam itu. Ta Hwan menurunkan titah kerajaan pertamanya. Ia menitahkan agar Bayan dan Tal Tal mencari surat darah ayahnya.
Bayan mencoba mengatakan bahwa surat itu hanya rumor. Ta Hwan berkata jika surat itu hanya rumor, tidak mungkin El Temur mencarinya. Tal Tal mencoba menasihati kalau El Temur tahu Ta Hwan mencari surat ini, tidak ada yang akan bisa melindungi Ta Hwan.
Ta Hwan berkata Bayan dan Tal Tal bisa melindunginya. Atau mereka tidak percaya diri? Atas dasar apa Ta Hwan mempercayai mereka, tanya Bayan. Selama ini mereka selalu mengikuti perintah El Temur.
Ta Hwan mengingatkan keduanya pernah melepaskannya di Pulau Daechong. Jika El Temur tahu hal ini, maka keduanya juga tidak akan selamat. Bayn tersenyum mengerti. Ia menerima titah Ta Hwan dan akan melaksanakannya. Tal Tal masih nampak khawatir.
Setelah Bayan dan Tal Tal pergi, Ta Hwan memanggil Seung Nyang yang selama ini berdiri di belakang tirai. Ia bertanya apakah tadi ia terlihat seperti seorang Kaisar yang penuh percaya diri.
Seung Nyang bertanya apakah Ta Hwan akan melawan El Temur. Ta Hwan berkata ia akan mencoba, selama ia masih hidup. Seung Nyang menyadari musuh Wang Yoo dan Ta Hwan adalah orang yang sama, yaitu El Temur. Dan cara tercepat menjatuhkan El Temur adalah menemukan surat darah itu.
Karena itu Seung Nyang berkata pada Ta Hwan bahwa ia akan membantunya. Ta Hwan heran, bukankah Seung Nyang pernah berkata tidak mau melakukan apapun untuknya. Seung Nyang mengaku ada dendam yang harus ia balaskan pada El Temur. Ta Hwan tersenyum senang.
Bayan membicarakan perubahan sikap Ta Hwan dengan Tal Tal. Tal Tal masih pesimis Ta Hwan sudah berubah, mengingat baru beberapa hari lalu Ta Hwan mengkerut ketakutan di hadapan El Temur. Ia mencurigai ada orang lain di balik layar yang mengendalikan Ta Hwan.
Dayang Noh mengamuk di kamar Seung Nyang. Ia mengacungkan pecahan keramik dan mengancam agar tidak ada yang mendekat. Ia berkeras itu adalah kamarnya.
Tiba-tiba dayang Noh berkata ia tahu di mana surat berdarah itu. Hanya ia yang pernah melihatnya karena ia kesayangan Kaisar. Seung Nyang terkejut. Tapi Deok Man berkata itu hanya omongan orang gila. Ia takut Dayang Noh dibunuh karena mengatakan hal yang tidak-tidak.
Seung Nyang menghampiri Dayang Noh dengan sikap membujuk. Anehnya dayang Noh terdiam ketika melihat Seung Nyang. Dengan lembut Seung Nyang berkata kamar ini kamar Dayang Noh jadi mereka bisa tinggal bersama.
Akhirnya Dayang Noh melepaskan pecahan keramik di tangannya. Seung Nyang berkata pada Deok Man bahwa ia yang akan merawat Dayang Noh mulai sekarang. Deok Man mengijinkan, tapi ia mengingatkan bahwa ucapan Dayang Noh mengenai surat darah itu tidak usah dipedulikan. Namun sebelum pergi meninggalkan Dayang Noh dan Seung Nyang, Yeon Hwa yang juga mendengar ucapan Dayang Noh tadi sempat menoleh curiga.
Setelah tidak ada orang, Seung Nyang berbisik pada Dayang Noh menanyakan surat darah itu. Dayang Noh berkata ia yang terakhir kali melayani Kaisar Minzhong. Seung Nyang berbisik di mana surat itu dan apa isi suratnya. Dayang Noh berkata surat itu berisi kata-kata cinta Kaisar Minzhong padanya. Gubrak!
Seung Nyang menyadari ini hanya ocehan gila Dayang Noh. Ia membantu Dayang Noh tidur. Tapi hal ini masih membekas di hati Seung Nyang.
Ta Hwan sengaja mengundang pertunjukkan bayangan untuk mengelabui El Temur bahwa ia hanya bermain-main saja setiap hari. Selain itu ia juga ingin memberi kejutan untuk Seung Nyang dan melarang Gol Ta memberitahu Seung Nyang mengenai pertunjukkan tersebut.
Ta Hwan kembali meminta Seung Nyang yang menyeka wajahnya meski itu bukan tugas Seung Nyang. Seung Nyang akhirnya menurut tapi ujung-ujungnya dia menyeka dengan keras karena gemas mendengar ocehan Ta Hwan. Dalam hatinya Ta Hwan berkata ia tidak akan membiarkan dirinya disentuh wanita lain selain Seung Nyang.
Danashiri juga mendengar mengenai pertunjukkan itu dari Dayang Soh. Dayang Soh yakin pertunjukkan itu untuk Danashiri. Danashiri mempunyai ide. Ia akan mengundang Wang Yoo juga ke pertunjukkan itu. Ia yakin Ta Hwan cemburu pada Wang Yoo karena Wang Yoo menyukainya. Menurutnya kedua pria itu menyukainya. Hihi…pantes di soompi Danashiri disebut delulu (delusional girl XD).
Wang Yoo menerima laporan dari Jeom Bak dan Bool Hwa bahwa mereka sudah menangkapi banyak tikus. Wang Yoo berkata mereka akan melepaskan tikus-tikus itu di istana malam ini tanpa sepengetahuan siapapun. Kutukan Kaisar Minzhong dimulai.
Wang Yoo dan Ta Hwan memenuhi undangan makan Danashiri. Ta Hwan kesal melihat Seung Nyang dan Wang Yoo diam-diam saling melirik dengan sedih. Sementara Danashiri kesal karena Seung Nyang menjadi pencicip makanan Kaisar. Ta Hwan berkata itu atas perintahnya.
Danashiri mengungkit masalah pernikahan Wang Yoo dan bisa diduga Wang Yoo langsung menolak dan dengan sopan meminta Danashiri tidak membicarakannya lagi. Danashiri sih senang-senang saja karena tujuan ia mengundang Wang Yoo adalah untuk menghadiri pertunjukan bayangan malam ini.
Ta Hwan langsung tersedak. Rupanya ia berencana menonton pertunjukkan itu hanya bersama Seung Nyang . Ia bingung kenapa Danashiri bisa tahu. Apalagi kemudian Danashiri mengajak Wang Yoo ikut menonton. Ta Hwan langsung merasa semua rencananya hancur berantakan.
Empat sekawan melemparkan bungkusan-bungkusan berisi tikus ke seluruh penjuru istana. Mereka melakukannya diam-diam hingga tak terlihat orang lain.
Wang Yoo, Ta Hwan, dan Danashiri menonton pertunjukkan wayang. Danashiri bertanya pada Ta Hwan bagaimana Ta Hwan tahu ia sangat menyukai pertunjukkan ini. Dalam hatinya Ta Hwan berkata ia tidak akan mempersiapkannya jika tahu Danashiri begitu menyukainya.
Sementara itu Seung Nyang, Gol ta dan para dayang berdiri menunggu di dekat pintu hingga tak bisa melihat pertunjukkan itu.
Ta Hwan kesal karena ia mempersiapkan acara ini untuk Seung Nyang tapi Seung Nyang tidak bisa melihatnya. Akhirnya ia memberi isyarat agar Seung Nyang mendekat dan berdiri di sampingnya. Wang Yoo bahkan menggeser kursinya agar Seung Nyang bisa melihat pertunjukkan itu.
Seung Nyang tersenyum melihat pertunjukkan itu. Melihatnya tersenyum, kedua pria di samping kiri kanannya juga ikut tersenyum.
Ta Hwan meraih tangan Seung Nyang dan menggenggamnya. Seung Nyang kaget dan melepaskan tangannya dari genggaman Ta Hwan. Tapi Ta Hwan tidak menyerah dan kembali meraihnya lalu memegangnya erat-erat. Wang Yoo melihat itu dan cemburu.
Seung Nyang akhirnya berhasil melepaskan tangannya. Giliran Wang Yoo meraih tangan Seung Nyang. Seung Nyang terkejut. Ta Hwan marah dan meraih tangan Seung Nyang yang satu lagi. Seung Nyang kebingungan. Di kiri Ta Hwan, di kanan Wang Yoo. Dan keduanya memegang tangannya.
Episode 18:
Danashiri menoleh. Untungnya ia tidak melihat tangan Seung Nyang yang dipegangi Wang Yoo dan Ta Hwan. Ia memarahi Seung Nyang agar kembali ke tempatnya. Seung Nyang mundur dengan perasaan terluka. Sementara Ta Hwan dan Wang Yoo menatapnya dengan sedih namun tidak berdaya.
Hmmm…sepertinya ini merupakan gambaran kedudukan Seung Nyang saat ini. Seung Nyang berada dalam posisi dayang (rendah). Sementara Ta Hwan dan Wang Yoo tidak memiliki cukup kekuatan untuk melindunginya dan membelanya karena Danashiri (puteri EL Temur) lebih berkuasa dari mereka. Seung Nyang menyadari itu.
Seusai pertunjukan Seung Nyang mengikuti Ta Hwan ke kamarnya. Ta Hwan menurunkan titah kerajaan pada Seung Nyang bahwa Seung Nyang tidak boleh lagi berbicara, menemui, dan tersenyum pada Wang Yoo. Ia sudah muak mendengar kata-kata “cheon-ha”. Hukuman jika melanggar titah itu adalah mati. Ia menyuruh Seung Nyang keluar dari kamar.
Tapi begitu Seung Nyang keluar dari kamar Ta Hwan, Wang Yoo sudah menantinya dan memintanya ikut. Mereka berbicara di jembatan.
Wang Yoo bertanya apakah Seung Nyang mau ikut dengannya kembali ke Goryeo. Tentu saja Seung Nyang mau. Ia akan ikut ke manapun Wang Yoo pergi. Meski jalannya sangat sulit, meski harus menunggu ribuan bahkan puluhan ribu tahun, ia akan ikut Wang Yoo.
Wang Yoo hanya menginginkan satu hal. Ia tidak ingin Seung Nyang membantunya. Baginya, melihat Seung Nyang berada dalam bahaya lebih menyakitkan daripada menghadapi kematian. Seung Nyang mengangguk mengerti sambil menangis.
Seung Nyang hendak kembali ke kamarnya. Wang Yoo akhirnya tak tahan lagi. Ia meraih Seung Nyang dan memeluknya. Seung Nyang balas memeluknya. Mereka berpelukan sambil menangis.
Seseorang melihat mereka. Bukan Ta Hwan. Tapi Dang Ki Se.
Ta Hwan duduk sendirian, menyesal karena tadi sudah menyuruh Seung Nyang pergi.
Keesokan paginya istana dihebohkan dengan serangan tikus. Ta Hwan berteriak histeris melihat tikus di tempat tidurnya. Gol Ta terjatuh sakig kagetnya, dan para pengawal menghunus pedang. Sementara Seung Nyang dengan tenang memungut tikus itu dengan tangannya. LOL XD
Danashiri berpapasan dengan Wang Yoo ketika Wang Yoo hendak menemui Ibu Suri. Tiba-tiba para dayang berteriak saat melihat tikus di mana-mana. Danashiri ikut berteriak-teriak. Wang Yoo menggendongnya dan membawanya ke tempat aman. Danashiri berpegangan erat-erat pada Wang Yoo.
Wang Yoo diam-diam tersenyum karena rencananya sudah berjalan. Danashiri heran kenapa bisa ada tikus sebanyak itu di istana. Ia berterima kasih karena Wang Yoo sudah menolongnya. Dan sepertinya ia tambah kesengsem….
El Temur menerima laporan mengenai wabah tikus di istana. Ibu Suri menegur Deok Man yang seharusnya mengurus istana. Deok Man berkata ia sudah berusaha membasmi tikus-tikus itu tapi jumlahnya seakan tidak berkurang. Ia juga melaporkan rumor yang berkembang di istana. Bahwa tikus-tikus itu adalah kutukan Kaisar Minzhong.
Sun Woo menyamar menjadi pendeta Tao dan dengan keahliannya mengolah kata-kata ia mengisyaratkan El Temur telah membunuh Kaisar Minzhong dan kutukannya telah dimulai. Hal ini dibantu oleh rakyat sendiri yang dengan mudahnya menambah-nambahkan cerita dengan peristiwa naga jatuh (naga-kaisar).
Rencana Wang Yoo sejauh ini berjalan lancar. Rumor ini akan mengakibatkan ketidaknyamanan, ketidaknyamanan menjadi frustrasi. Dan frustrasi akan menjadi kebencian. Rakyat akan membenci El Temur.
El Temur jadi uring-uringan. Ta Hwan berkata apakah ini akibat kutukan ayahnya. El Temur melihatnya dengan waspada. Bukankah ia sudah menyuruh Ta Hwan bersikap seperti orang mati. Orang mati tidak mendengar dan tidak melihat apapun.
Ta Hwan bertanya apa El Temur takut pada kutukan ayahnya, kenapa takut? El Temur marah. Ta Hwan berkata ia bisa hidup seperti orang mati tapi rakyat tidak bisa bisa.
El Temur berkata rakyat itu bodoh. Dan rasa takut adalah cara terbaik untuk menangani kebodohan. Ia tidak suka Ta Hwan berbicara sebanyak itu dan kembali mengancamnya.
Ta Hwan berusaha menahan kemarahannya. Belum waktunya untuk melawan El Temur. Bayan dan Tal Tal mencari El Temur dan memintanya pergi ke kuil.
Seung Nyang keluar balik tirai. Ia berkata El Temur juga merasa takut. Bedanya rasa takut Ta Hwan terlihat di matanya sementara rasa takut El Temur tersembunyi di dalam hatinya. Ia melihat Ta Hwan sudah memicu rasa takut El Temur.
Ta Hwan tersenyum karena perkataan Seung Nyang tadi menghiburnya dan memberinya semangat.
EL Temur pergi ke kuil dan melihat Ibu Suri berdiri terpaku di tempatnya. Patung Buddha di kuil itu mengeluarkan air mata darah. Ibu Suri menangis saking takutnya.
Dang Ki Se melaporkan patung itu sudah seperti itu ketika Ibu Suri masuk untuk sembahyang. El Temur memerintahkan agar hal ini dirahasiakan dan membunuh semua orang yang membicarakannya.
Ia juga mengingatkan Ibu Suri untuk tutup mulut. Ibu Suri tak tahan lagi. Ia berkata kutukan itu benar-benar sudah dimulai. Karena ia penganut Buddha yang taat, ia yakin dan betul-betul percaya Buddha menangis darah. Ia berkata semua bencana di negeri ini adalah akibat El Temur.
El Temur meradang dan menarik pedangnya. Ia hendak menghancurkan patung Buddha tapi Ibu Suri menghalanginya. Dang Ki Se menenangkan ayahnya. El Temur akhirnya pergi.
El Temur memikirkan apa yang dihadapinya saat ini. Apakah ia sudah menua atau akhirnya ia menemui musuh yang kuat? Musuh kali ini berbeda dengan musuh-musuh sebelumnya dan berhasil menyudutkannya.
Ternyata Buddha menangis darah bukanlah perbuatan Wang Yoo. Tapi Wang Yoo menyadari posisi El Temur kian terdesak. Ia yakin El Temur akan mencari orang yang bisa membantunya.
Dan orang itu siapa lagi kalau bukan dirinya. Ia dan El Temur bermain catur. Wang Yoo menang. El Temur tahu Wang Yoo pasti ingin mengatakan sesuatu hingga mengajaknya bermain catur.
Wang Yoo mengisyaratkan bahwa keadaan El Temur saat ini sama seperti permainan catur tadi. El Temur kalah karena terlalu sibuk menyerang hingga tidak melihat langkah lawan. El Temur marah.. Jika Wang Yoo pikir ia membutuhkan bantuannya dan dengan demikian tahta Goryeo akan dikembalikan pada Wang Yoo, maka Wang Yoo salah besar. Ia berkata masalah ini hanya hujan gerimis baginya
Wang Yoo mengingatkan bahwa El Temur mendapat kekuasaan setelah mengkhianati kakek Ta Hwan, yaitu Kaisar Wuzhong. Ia berkata El Temur jelas tahu bahwa ambisi adalah akar kekuasaan. Ia menasihati agar El Temur tidak mengulangi kesalahan Kaisar Wuzhong.
Malamnya, El Temur memberitahu Dang Ki Se bahwa Wang Yoo telah memberinya 3 nasihat. Pertama, El Temur terlalu fokus pada musuh yang sedang dihadapi hingga melupakan musuh yang tersembunyi. Kedua, El Temur tidak bisa melawan serangan ini dengan kekerasaan. Ketiga, Wang Yoo adalah orang yang paling diperlukan EL Temur saat ini.
Dang Ki Se protes saat mendengarnya. Ia meminta ayahnya tidak percaya pada Wang Yoo. Tapi El Temur memandang rendah anaknya. Ia berkata yang paling tidak diperlukannya saat ini adalah anak yang tidak punya otak. Ia tahu Dang Ki Se telah melawan perintahnya dengan membawa Wang Yoo ke perbatasan.
Dang Ki Se terluka mendengar kata-kata ayahnya. Dalam hatinya ia bertekad membuka kedok Wang Yoo di hadapan ayahnya.
Wang Yoo diam-diam memanggil Seung Nyang. Sikapnya sekarang jauh lebih baik. Bahkan ia seperti pemuda yang pertama kali jatuh cinta (memang iya ya^^). Ia menyinggung perihal patung Buddha menangis darah. Seung Nyang dengan polos bertanya apa itu bukan perbuatan Wang Yoo.
Wang Yoo berbohong ia yang melakukannya. Ia minta Seung Nyang tidak mendengar rumor yang aneh-aneh. Mungkin maksudnya, mengenai kedekatannya dengan El Temur. Seung Nyang mengerti.
Tanpa Wang Yoo sadari, Seung Nyanglah yang membuat patung Buddha menangis darah. Ia tidak bisa berdiam diri melihat perjuangan Wang Yoo.
Sementara itu hubungan Seung Nyang dan Dayang Noh semakin dekat. Sepertinya Dayang Noh menyukai Seung Nyang walau ia bersikap seperti Nyonya besar dan memerintahkan ini itu. Dan lagi mereka sama-sama berasal dari Goryeo.
Ta Hwan menegur Wang Yoo mengenai kedekatannya dengan El Temur. Apa Wang Yoo berpihak pada El Temur sekarang? Wang Yoo berkata ia hanyalah raja yang diturunkan dari tahtanya. Ia akan menggunakan segala cara untuk kembali. Jika Ta Hwan bisa mengembalikan tahtanya, maka dengan senang hati ia akan berpihak pada Ta Hwan.
Ta Hwan mengeluh pada Seung Nyang. Ia bertanya Seung Nyang berpihak pada siapa. Seung Nyang berkata ia akan terus membantu Ta Hwan. Tapi jika Ta Hwan menang dalam perang melawan El Temur ini, maka Ta Hwan harus membantu Wang Yoo kembali. Ta Hwan jadi kesal.
Seung Nyang berkata ia siap jika Ta Hwan mengusirnya dari istana kapan saja. Ta Hwan makin kesal. Ia bertanya apakah Seung Nyang sama sekali tidak berpikir bahwa ia akan terluka. Seung Nyang meminta maaf.
Ta Hwan lebih kesal lagi karena Bayan dan Tal Tal belum menemukan surat darah ayahnya. Tal Tal melaporkan bahwa ada seorang kasim yang ters mendampingi ayah Ta Hwan hingga akhir hidupnya. Ia kasim dari Goryeo, namanya Jokho. Namun keberadaannya tidak diketahui.
Setelah Bayan dan Tal Tal pergi. Seung Nyang dan Gol Ta keluar. Seung Nyang bertanya apakah Gol Ta tahu Jokho itu siapa. Gol Ta berkata ia masuk istana setelah Jokho menghilang. Setahunya Jokho ahli bela diri dan sangat setia. Ia akan memerintahkan anak buahnya mencari Jokho.
Kasim suruhan Gol Ta menyamar menjadi rakyat biasa dan pergi menemui Mak Saeng. Ia bertanya apakah di desa itu ada seorang mantan kasim (ngg…kasim kok mantan ya) bernama Jokho. Mak Saeng tahu orang ini juga kasim. Sayangnya Byung Soo ada di sana dan mendengar semuanya.
Karena Byung Soo terlihat kaget, Mak Saeng bertanya apakah Byung Soo kenal Jokho (kalau aku sih tahunya Jokowi hehe^^). Byung Soo mengangguk. Mak Saeng menatapnya dengan curiga.
Byung Soo melaporkan hal ini pada Dang Ki Se. Ia melapor bahwa Jeom Bak dan Boo Hwal pergi ke desa Goryeo dan tak lama kemudian seluruh tikus di desa itu lenyap. Lalu istana diserang wabah tikus. Menurutnya itu mencurigakan, meski ia tidak melihat sendiri bagaimana tikus-tikus itu ditangkap.
Ia juga memberitahukan perihal kasim istana yang mencari Jokho ke desa tersebut. Dang Ki Se ingat ayahnya pernah berkata bahwa Jokho adalah kasim kaisar Minzhong yang tidak diketahui keberadaannya.
Mereka segera ke istana dan melihat kasim itu pergi ke aula istana. Aaaack…mereka menduga Ta Hwan sedang mencari surat darah! Tapi apakah Ta Hwan punya nyali sebesar itu? Dang Ki Se berkata, ada orang di belakang Ta Hwan. Dan itu adalah si serigala (Seung Nyang). Ia berkata Wang Yoo dan Seung Nyang adalah dua duri yang terus menusuk matanya.
Golta melapor pada Ta Hwan bahwa mereka sudah menemukan Jokho dan ia akan menemui Ta Hwan malam ini di sebuah tempat. Ta Hwan berkeras ingin menemuinya sendiri meski Seung Nyang dan Golta melarang. Seung Nyang merasa ada yang tidak beres.
Dang Ki Se menemui Wang Yoo. Ia berkata ayahnya ingin bicara denagn Wang Yoo namun tidak di dalam istana. Jadi mereka akan bertemu di suatu tempat. Tempat dan waktu yang sama di mana Ta Hwan akan menemui “Jokho”. Dang Ki Se sedang merencanakan sesuatu nih >,<
Benar saja, Dang Ki Se mengancam si kasim bahwa ia akan membunuh kedua orangtuanya jika kasim itu tidak menurut. Karena itu kasim itu memberitahu Golta bahwa ia sudah menemukan Jokho dan memberitahu tempat pertemuan itu. Akhirnya kasim itu dibunuh oleh Dang Ki Se.
Dang Ki Se menyuruh adiknya memberitahu ayahnya agar pergi ke tempat Ta Hwan dan Wang Yoo akan pergi, dengan pesan bahwa ayahnya akan menemukan orang-orang yang mencari surat darah itu di sana.
Tapi Bayan dan Tal Tal memergoki Jo Cham membawa mayat kasim itu. dengan takut-takut Jo Cham berkata ia hanya mengikuti perintah Dang Ki Se. Tal Tal mengenali kasim itu adalah kasim Kaisar.
Bayan dan Tal Tal segera pergi ke kamar Kaisar. Tapi mereka hanya menemukan Ta Hwan palsu, yang mengenakan pakaian Ta Hwan. Sementara Ta Hwan pergi keluar istana ditemani Seung Nyang dan seorang pengawal. Bayan dan Tal Tal memberitahu Golta bahwa Dang Ki Se membunuh seorang kasim Ta Hwan. Golta terkejut.
Ta Hwan dan Seung Nyang tiba di tempat pertemuan yang ternyata rumah bordil. Tapi tempat itu sudah dikosongkan. Mereka dibawa ke sebuah ruangan kosong di lantai atas dan menunggu “Jokho” di sana. Sebelumnya Golta sudah memberitahu Seung Nyang kode rahasia untuk mengenali Jokho (sayangnya kode rahasia itu juga rencana Dang Ki Se).
Di ruangan lain, Wang Yoo sedang menunggu kedatangan El Temur. Dang Ki Se berkata ayahnya akan datang terlambat. Sun Woo dan Moo Song sebenarnya sudah merasa ada yang tidak beres namun mereka tidak sempat pergi.
Seung Nyang mendapat surat bahwa “Jokho” akan menemuinya di ruangan bawah. Ia berkata pada Ta Hwan bahwa ia akan memastikan lebih dulu apakah benar orang ini Jokho dan ia akan membawakan surat berdarah itu. Ta Hwan sebenarnya mengkhawatirkan Seung Nyang, karena itu ia merasa tidak berdaya melihat Seung Nyang pergi sendirian.
El Temur tiba di rumah bordil tersebut (untungnya ia tidak berpapasan dengan Seung Nyang). Tap Ja Hae berkata orang yang mencari surat darah itu ada di salah satu ruangan. Pasukan El Temur menyerbu masuk ruangan itu. Ta Hwan terkejut melihat pasukan El Temur. Karena ia hanya bersama seorang pengawal, ia tidak bisa melawan. El Temur masuk dan menatap Ta Hwan dengan marah.
Wang Yoo berkata dengan curiga pada Dang Ki Se bahwa El Temur datang sangat terlambat. Dang Ki Se dengan tenang berkata ia dengar penulis surat aneh itu akan datang ke tempat ini. Wang Yoo bertanya apa maksud perkataan Dang Ki Se.
Tepat saat itu Seung Nyang mengetuk pintu. Setelah menjawab kode rahasia yang diucapka Seung Nyang, Dang Ki Se membuka pintu. Seung Nyang terkesiap kaget. Begitu juga Wang Yoo dan yang lainnya.
Ia bertanya apa yang dilakukan Seung Nyang di sini. Belum sempat menjawab, pasukan Dang Ki Se muncul menangkap Seung Nyang. Dang Ki Se tertawa keras. Wang Yoo sangat marah tapi Sun Woo mencegahnya bertindak. Seung Nyang menatap Dang Ki Se dengan marah.
El Temur bertanya apakah Ta Hwan mencari surat berdarah itu. Ta Hwan menguatkan hatinya dan membenarkan. Ia mencari surat itu. Surat itu ditulis ayahnya sebelum mati dengan darahnya sendiri. Apakah salah seorang putera mencari surat wasiat ayahnya?
El Temur bertanya apakah surat aneh itu juga perbuatan Ta Hwan. Ta Hwan berkata itu bukan perbuatannya. Ia hanya mencari surat ayahnya. El Temur mengambil pedang dan menghunusnya ke leher Ta Hwan. Ta Hwan mulai ketakutan.
Bayan dan Tal Tal juga telah tiba di rumah bordil itu namun mereka tidak masuk. Tal Tal sempat mengintip ke dalam dan melaporkan pada pamannya bahwa keadaan di dalam tidak terlihat baik karena El Temur membawa banyak pasukan.
Tanpa disangka-sangka Ibu Suri juga datang ke tempat itu. Dan itu berkat Golta. Mereka datang dengan pasukan kasim. Tal Tal berbisik pada pamannya untuk memutuskan dengan cepat. Menghalangi Ibu Suri untuk menunjukkan kesetiaan pada El Temur, atau berpihak pada Ibu Suri dan membunuh El Temur. Bayan kebingungan.
Nyawa Ta Hwan hampir melayang jika saja El Temur tidak menerima laporan mengenai kedatangan Ibu Suri.
Di luar terjadi ketegangan karena Bayan belum bisa memutuskan. Ibu Suri memerintahkan agar Bayan memberitahukan kedatangannya pada El Temur. Bayan mulai mengeluarkan pedangnya. Golta dan pasukan kasim memegang senjata mereka dengan waspada.
El Temur keluar bersama Ta Hwan. Bayan dan Tal Tal cepat-cepat minggir. Ta Hwan menghampiri Ibu Suri. El Temur menyuruh Ibu Suri membawa Ta Hwan pulang. Ta Hwan mengaku ia terlalu ceroboh untuk menemukan surat darah yang tidak ada (selama ini Ibu Suri menasihati Ta Hwan untuk tidak mencari surat itu, namun Ta Hwan pada kenyataannya tidak menurut).
Ibu Suri memerintahkan agar Ta Hwan dibawa pulang. Tapi Ta Hwan tidak mau karena ia tidak melihat Seung Nyang. Ia harus pulang bersama Seung Nyang. Terpaksa Ta Hwan diseret pergi. Ibu Suri pun pergi.
El Temur bertanya dengan curiga kenapa Bayan dan Tal Tal bisa ada di sini. Tal Tal buru-buru menjawab kalau tadi mereka mengetahui Ibu Suri akan datang ke sini jadi mereka akan mencegahnya masuk. El Temur bertanya di mana Dang Ki Se.
Dang Ki Se menuduh Wang Yoo adalah dalang di balik surat aneh dan Seung Nyang berkomplot dengannya untuk mengendalikan Kaisar. Seung Nyang berteriak ini tidak ada hubungannya dengan Wang Yoo.
Wang Yoo bertanya apa Dang Ki Se memiliki buktinya. Dang Ki Se berkata bukti itu akan ia dapatkan setelah menyiksa Seung Nyang. Wang Yoo berkata ia tidak akan melepaskan Dang Ki Se jika berani menyentuh sehelai rambut Seung Nyang saja. Dang Ki tertawa, dengan senang hati ia akan melihat Wang Yoo menderita.
El Temur masuk dan langsung menegur anaknya. Dang Ki Se berkata ia sudah menemukan dalang surat itu dan mengatakan Wang Yoo pelakunya. Wang Yoo dengan marah berkata ia sudah bersikap setia tapi kenapa El Temur memperlakukannya seperti ini.
El Temur menanyakan bukti pada Dang Ki Se. Dang Ki Se menceritakan soal tikus yang menghilang di desa Goryeo. El Temur tidak merasa itu hal yang aneh. Tidak mudah untuk menangkap tikus, apalagi sebanyak itu?
Dang Ki Se berkata Seung Nyang sejak awal membantu Wang Yoo. Plaakkk!! Dang Ki Se ditampar ayahnya dengan keras. Ia menganggap fitnah Dang Ki Se pada Wang Yoo hanyalah karena iri hati dan cemburu pada kemampuan Wang Yoo. Ia bahkan meminta maaf pada Wang Yoo atas kelakuan anaknya.
Wang Yoo meminta El Temur melepaskan Seung Nyang tapi Tap Ja Hae berkata Seung Nyang datang ke sini membantu Ta Hwan. El Temur menyuruh Seung Nyang dibawa pergi. Wang Yoo tidak berdaya melihat Seung Nyang dibawa pergi.
El Temur bertanya apakah Wang Yoo akan membantunya? Berpihak padanya? Wang Yoo berkata ia akan membantu jika Seung Nyang dilepaskan. El Temur bertanya apakah nilai kerjasama mereka semurah itu hingga mereka harus tawar menawar nyawa seorang gadis.
Wang Yoo berkata Seung Nyang menyelamatkan nyawanya ketika mereka di Goryeo. Jika El Temur begitu memandang rendah nyawa orang-orangnya, bagaimana ia bisa bersikap setia?
El Temur mengingatkan kalau Seung Nyang bekerja untuk Ta Hwan (membantu Ta Hwan mencari surat darah). Wang Yoo menyuruh El Temur membereskannya dengan Ta Hwan. Seung Nyang hanyalah dayang istana yang mengikuti perintah Ta Hwan.
El Temur bertanya apa yang akan Wang Yoo lakukan untuknya jika ia melepaskan Seung Nyang. Wang Yoo berkata ia tahu masalah yang dihadapi El Temur. Dalang surat aneh itu pastilah orang yang sangat dekat dengan El Temur. Meski memiliki banyak pengikut, El Temur tidak bisa mengenali mana yang benar-benar setia hingga membuatnya frustrasi.
El Temur tertarik. Ia bertanya apakah Wang Yoo tahu cara membedakan mana yang setia atau tidak. Wang Yoo akan menjawab setelah Seung Nyang dilepaskan.
Ta Hwan menerima laporan bahwa Seung Nyang dipenjara. Ia segera pergi.
Seung Nyang disiksa hingga jatuh pingsan. Dang Ki Se membelai wajah Seung Nyang. Jika ia tidak bisa memiliki Seung Nyang, tidak ada orang lain yang akan bisa. Jika Seung Nyang tidak mau memberikan hatinya padanya, maka ia akan mengambil hidup Seung Nyang.
Wang Yoo tiba di penjara dan berkata ia sudah menerima perintah dari El Temur untuk melepaskan Seung Nyang. Saking kesalnya, ia memukul Dang Ki Se hingga pingsan.
Wang Yoo berteriak memanggil Seung Nyang tapi Seung Nyang tetap tidak sadar. Ia menggendong Seung Nyang dan hendak membawanya keluar dari sana. Tepat saat itu Ta Hwan tiba dan melihat Seung Nyang digendong Wang Yoo.
Komentar:
Mianhae, baru sempat menyelesaikan sinopsis ini. Untuk beberapa episode ke depan aku terpaksa membuat 2 episode sekaligus agar bisa mengejar ketertinggalan. Mungkin tidak sedetil biasanya tapi aku usahakan agar pembaca mengerti jalan ceritanya.
Drama ini semakin seru. Aku bertahan tidak menonton dramanya sebelum aku membuat sinopsisnya, jadi setiap adegan membuatku penasaran dan semakin bersemangat untuk menulis. Kalau sudah menonton terlalu jauh, biasanya malas untuk menonton ulang dan membuat sinopnya hehe^^
Wang Yoo adalah jenius dalam drama ini. Melebihi siapapun. Hanya sayangnya ia tidak bisa mendeteksi jebakan Dang Ki Se. Demikian juga Seung Nyang. Meski firasatnya tidak baik tapi ia begitu penasaran dengan surat itu hingga tidak mengikuti nalurinya. Walau begitu, hubungan mereka berdua mulai berkembang. Wang Yoo tidak lagi menahan perasaannya.
Ta Hwan akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu, meski berakhir dengan kegagalan. Tapi aku senang, karena setidaknya ia berani melakukan sesuatu.