[Sinopsis bagian 1 klik di sini]
Jamie terkejut mendengar Da Jung berkata bahwa ia sudah tahu. Tahu apa?
Do Young melanjutkan acara dengan membuka hasil voting terakhir. Vote Woo Jin. Jika Woo Jin vote No, maka Jamie akan menjadi pemenangnya.
“Vote terakhir. Ha Woo Jin,” Do Young pelan-pelan membalik kartu di tangannya. “Yes! Hasilnya seri!”
Tim Woo Jin bersorak. Jamie terkejut.
“Apa ini? Kau bilang kau akan vote No. Kau bilang kita menang!” ujarnya pada Woo Jin.
“Aku memang mengatakannya. Dan hasilnya kau mengungkapkan jati dirimu.”
Jamie bertanya sejak kapan Woo Jin tahu. Bagaimana ia tahu? Woo Jin berkata sejak awal ia sudah merasa sikap Jung Ah (alias Jamie) aneh. Ketika para peserta lain naik ke bis, Jung Ah pura-pura mencari lensa kontaknya. Da Jung menemukan lensa kontak itu tapi Jung pura-pura tidak sengaja menginjaknya. Semua itu tidak lepas dari pengamatan Woo Jin, namun untuk sementara ia membiarkannya.
Tapi ketika Jung Ah membela Da Jung dari Bulldog, Woo Jin melihat Jung Ah tidak berpura-pura. Mungkin Jamie pernah dipukuli pria di masa lalu atau ada kisah hidup pribadi di sana.
Jamie juga yang pertama kali menunjukkan bahwa Sung Joon adalah Betrayer X hingga semua orang mulai mencurigai Sung Joon. Jamie selalu berhasil menghindari kecurigaan dan memperoleh kepercayaan orang lain.
“Tapi ketika vote pertama berakhir 10-12, dan vote kedua berakhir 4-6, aku menjadi yakin. Meski kita berjanji untuk membagi uang hadiah sama rata, pemenangnya bisa meloncati babak berikutnya. Jadi wajar sekali jika ingin menjadi pemenangnya seperti Kim dan Direktur Jung. Tapi kau berkata kau tidak peduli memilih yang mana. Dan setahuku kau memang jujur. Kau tidak ragu karena kau yakin kau akan menang tak peduli apapun yang kaupilih,” tutur Woo Jin.
“Bagaimana kau bisa tahu aku Betrayer X hanya dengan itu? Apa kau ini peramal atau semacamnya?!” sembur Jamie.
Woo Jin bertanya apa Jamie ingin mendengar bagaimana ia tahu cara Jamie menentukan pilihan bersama tim lain tanpa perlu berbicara dengan mereka. Karena Jamie bergabung dengan ketiga grup, pasti sulit untuk menemui anggota tim lain tanpa ketahuan anggota tim satunya lagi.
Caranya adalah dengan memberi sinyal pada anggota tim lain. Woo Jin berjalan ke mesin seduh kopi. Jika Jamie minum kopi, maka ia memilih Yes. Jika tidak minum kopi, maka pilihannya adalah No.
“Pasti sulit harus terus menerus minum kopi,” sindir Woo Jin. Ia ternyata mengamati cangkir minum Jamie yang rusak ujungnya. Sepertinya Jaemie tidak benar-benar minum kopi tapi hanya menaruh cangkir itu lama-lama di mulutnya sampai semua anggota tim lain melihat sinyalnya.
Jamie berkata sekarang semua kembali ke titik awal. Meski Woo Jin terlihat penuh percaya diri, tetap saja mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menang.
“Menurutmu begitu?” tanya Woo Jin.
Do Young mengumumkan akan diadakan voting ulang karena hasilnya seri. Setelah pertanyaan diajukan, keempat peserta hanya diberi waktu 10 menit untuk memikirkannya. Jika dalam waktu 10 menit tidak memasukkan pilihan, maka peserta itu akan langsung dianggap gugur. Dan penanya berikutnya adalah..Woo Jin.
“Pertanyaanku adalah: Hal terpenting dalam hidup adalah uang. Aku sudah memutuskan, karena itu aku akan langsung vote. Jawabanku adalah…No.” Menarik…karena bagi Woo Jin uang bukanlah segalanya. Malah mungkin ia membenci uang yang membuat orang-orang serakah hingga menghilangkan nyawa ibunya.
“Seperti yang diharapkan, Ha Woo Jin melebihi semua perkiraan. Dalam situasi menegangkan ini, ia dengan percaya diri mengungkapkan pilihannya yang sepertinya seharusnya dirahasiakan,” kata Do Young.
Semua juga merasa heran dengan tindakan Woo Jin.
“Apa-apaan ini?” gumam Jamie. Ia menyadari sesuatu. “Sial. Menyebalkan!!!”
Do Young berkata sepertinya Jamie tidak menyukai keputusan Woo Jin untuk mengungkapkan pilihannya. Waktu 10 menitpun dimulai.
Jamie menggigiti kukunya dengan gusar. Lee Min Jin mendekatinya dan bertanya apakah mereka tidak bisa menjadi satu tim lagi seperti rencana semula. Jamie malah menyuruhnya diam karena ia harus berpikir.
Tim Da Jung berkumpul dan membicarakan hal ini. Mereka heran kenapa Jamie begitu stress padahal Woo Jin sudah mengumumkan pilihannya. Pengacara Go rupanya cukup pintar untuk bisa mengerti rencana Woo Jin.
“Jika Woo Jin mem-vote No, maka apa yang harus mereka lakukan untuk menang? Vote Yes, bukan? Tapi jika ketiganya vote Yes, maka Woo Jin lah pemenangnya. Apa yang harus mereka lakukan untuk menghentikan kemenangan Woo Jin?”
“Mereka harus mengorbankan diri,” kata Da Jung. Satu-satunya cara mereka bertiga bisa menang adalah dengan sepakat untuk membagi uang hadiah dan hanya satu dari ketiganya yang vote Yes.
Tapi apakah mungkin Lee Min Jin dan Sung Joon bersepakat dengan orang seperti Jamie yang jelas-jelas telah membohongi mereka sejak awal. Siapa yang akan bisa percaya padanya?
Lima menit lagi. Tak ada jalan lain, Jamie memanggil Min Jin dan Sung Joon. Ia berkata ada satu jalan. Mereka bertiga harus membentuk tim.
“Aku tidak bohong kali ini. Aku akan membuat kontrak sungguhan kali ini. Hanya satu orang vote Yes dan uang 2 juta dolar dibagi rata di antara kita bertiga.”
Min Jin tersenyum cerah karena ada harapan. Tapi Sung Joon tidak percaya pada Jamie. Mereka sejak awal tulus berbagi dengan tim tapi Jamie mengkhianati mereka. Sedangkan sekarang mereka harus membagi uang hadiah mereka dengan Jamie.
“Lalu kenapa? Apa kalian mau kalah seperti ini?”
“Tidak, kita tidak bisa membaginya sama rata. Kau mendapat 40 ribu dolar,” kata Sung Joon pada Jamie. Jika sisa uang hadiah itu (2.000.000-40.000=1.960.000) dibagi dengan 14 orang lainnya, maka mereka akan mendapat 140 ribu dolar per orang.
Kenapa Sung Joon dan Min Jin harus membagi uang kemenangan mereka? Karena sama seperti tim Woo Jin, mereka masing-masing juga sudah membuat kontrak dengan tim mereka masing-masing. Jadi kalau mereka berdua menang, mereka memang harus membaginya.
“Kenapa membaginya? Jika salah satu dari kalian menang, cukup bagikan dengan tim kalian (misal jika Sung Joon menang, maka cukup dibagi dengan tim Sung Joon). Tidak, jangan lakukan itu. Dukung aku saja, maka kalian tidak perlu membaginya dengan anggota tim lain. Kita bertiga bisa mendapat lebih banyak uang. Masing-masing 667 ribu dolar.”
Min Jin menanyakan pendapat Sung Joon. Sung Joon berkeras tidak mau mendapat bagian yang sama dengan Jamie.
“Kalau begitu kau mendapat 677 ribu dolar,” kata Jamie kesal.
Sung Joon tidak setuju. Ia dan Min Jin mendapat masing-masing 900 ribu dolar, sementara Jamie mendapat 200 ribu dolar.
“Apa kau bercanda? 200 ribu dolar? Kau itu lebih parah dariku,” protes Jamie.
Satu menit lagi… Jika tidak memasukkan voting dalam waktu 1 menit, mereka bertiga akan dieliminasi.
Panik. Jamie meminta Sung Joon memikirkan dulu cara mereka vote sebelum membicarakan uangnya.
“Apa kau berencana untuk menukar vote-mu agar kau bisa menang?” tanya Sung Joon.
“Astaga…bagaimana bisa kita percaya padanya,” kata Min Jin.
“Apa kau tidak menyadari situasinya? Kita tidak ada waktu,” ujar Jamie gemas.
Sung Joon berkata ia yang akan memasukkan vote untuk mereka bertiga agar tidak ada tipuan lagi. Ia akan vote No. Min Jin dan Jamie segera memberikan kartunya pada Sung Joon.
Tepat sebelum hitungan berakhir, Sung Joon memasukkan ketiga kartu vote.
Do Young membacakan hasilnya. Jamie, Yes. Lee Min Jin, Yes. Ha Woo Jin, No.
“Choi Sung Joon…Yes!”
Tim Da Jung bersorak gembira. Do Young mengumumkan Woo Jin adalah pemenangnya. Ia meminta Woo Jin menjelaskan.
Woo Jin berkata ia mendengar rumor bahwa Sung Joon adalah Betrayer X. Tapi setelah ia menemuinya, ia tahu Sung Joon bukanlah Betrayer X. Ketika Sung Joon menjawab pertanyaan Woo Jin mengenai adanya tim, Sung Joon menjawab sambil menyentuh hidungnya.
“Artinya ia tidak percaya diri dengan kata-katanya…atau berbohong.”
Woo Jin berkata Sung Joon adalah kunci kemenangan. Setelah selesai babak ke-2, ia menyuruh Da Jung menemui Sung Joon. Kenapa Da Jung?
Sung Joon sebenarnya tertekan karena dicurigai sepanjang waktu, jika ia yang mendekatinya bisa-bisa Sung Joon menghindar.
“Tapi bagaimana bisa aku melakukan apa yang kau tidak bisa?”
“Terlalu baik adalah kelemahan, tapi bukan berarti tidak berguna.”
Da Jung berbaik hati merawat luka yang didapat Sung Joon karena ditinju Bulldog. Ia menanyakan berapa umur Sung Joon karena Sung Joon terlihat masih sangat muda tanpa kacamata hitam.
“Kira-kira seumur denganmu,” kata Sung Joon.
“Kau bukan X, iya kan? Katakan saja bukan. Tadinya aku takut dan cuirga padamu.”
“Mereka berpikir semaunya, aku bisa apa?” kata Sung Joon. Ia bertanya bagaimana Da Jung bisa tahu ia bukan X.
“Karena X adalah Oh Jung Ah,” Woo Jin menghampiri mereka. “Ia mengusulkan untuk membentuk tim, bukan?”
Sung Joon menunduk dan pelan-pelan mengangguk. Woo Jin berkata mereka harus menjadi tim mulai sekarang jika tidak ingin Jung Ah memenangkan 2 juta dolar bagi dirinya sendiri. Karena itu mereka lalu membuat kontrak baru yang menyatakan bahwa mereka akan mengganti Jung Ah dengan Sung Joon. Bagian yang tadinya untuk Jung Ah akan dialihkan pada Sung Joon jika tim mereka menang.
Dan mereka sejak awal sudah merencanakan untuk menukar vote. Sebelum Sung Joon memasukkan votenya ke kotak, diam-diam ia menukar vote No menjadi Yes.
Jamie merosot ke lantai.
Para petugas membawa masuk koper-koper berisi uang hadiah. Semuanya 8 koper. Dan ketujuh orang tim Woo Jin yang memenangkan uang tersebut otomatis kembali menjadi peserta meski sudah tereliminasi (kalah dalam babak voting).
Jamie berteriak bahwa itu adalah uangnya. Ia adalah bagian dari kontrak.
“Itu uangku! Uangku!!” katanya menghambur ke deretan koper uang. Para petugas menyeretnya keluar. Do Young memperingatkan bahwa ini peringatan pertama untuk Jamie.
Tapi rupanya terjadi masalah baru. Direktur Jang menelepon dan memaksa Do Young mengumumkan bahwa kontrak Jamie adalah sah. Terdengar protes Yoon Joo bahwa dalam kontrak tertera nama Jung Ah, bukan Jamie.
Direktur Jang tidak bergeming. Dalam permainan ini memang diperbolehkan menggunakan nama samaran. Jamie menggunakan nama samaran Jung Ah, jadi kontraknya sebagai Jung Ah tetap sah.
Do Young bertanya apa ia perlu menghubungi pengacara untuk menanyakan masalah ini. Direktur Jang buru-buru berkata bahwa itu tidak diperlukan. Yoon Joo tetap protes karena ini namanya curang.
“Curang apanya? Ini dunia entertainment! Kenapa kau membicarakan hukum dan kecurangan di dalam dunia entertainment? Orang-orang akan membicarakannya begitu acara ini ditayangkan. Lalu kenapa? Bawa orang-orang yang mengkritik itu padaku, aku akan menutupinya dengan cara apapun,” kata Direktur Jang.
Ia menanyakan pendapat Do Young. Lagipula acara ini tidak akan menyenangkan jika Jamie pergi. Do Young menutup teleponnya dan menghela nafas panjang. Tapi diam-diam terulas senyum tipis di wajahnya.
Jamie diamankan bersama Bulldog. Bulldog berkata ia melihat semuanya. Ia melihat ketika Jamie melepas kacamata dan wignya.
“Kau wanita licik telah mendekatiku. Kau selalu berbicara soal membagi uang hadiah. Kau bilang aku harus berhati-hati pada Betrayer X. Kau benar-benar mempermainkanku,” kata Bulldog. Jelas ia tidak terlihat senang.
“Ada apa, Oppa?” Jamie bersikap seakan ia tidak melakukan kesalahan apapun.
“Oppa? Kau pikir oppa ini tidak akan memukul wanita, bukan? Persetan dengan acara TV, aku akan memberimu pelajaran hari ini.”
“Kau ini tidak sabaran. Kau sebaiknya menunggu sebentar sebelum memberiku pelajara,” kata Jamie tak gentar.
“Tutup mulutmu!” Bulldog mengayunkan tangannya.
Di ruang voting, Do Young mengumumkan bahwa produser sudah sepakat bahwa kontrak Jamie yang dibuat atas nama Jung Ah adalah sah. Karena nama samaran diperbolehkan dalam acara ini, produser menganggap tidak ada masalah Jamie menggunakan nama Jung Ah.
Lalu bagaimana dengan uang bagian Sung Joon? Tim Woo Jin tidak rela membagi uang mereka dengan Sung Joon. Well…kecuali Da Jung tentunya ;p
Tapi sebelum Da Jung melakukan kebodohan lagi, Woo Jin memberikan koper uangnya pada Sung Joon dengan alasan ia yang menjanjikan uang pada Sung Joon. Da Jung tersenyum pada Woo Jin.
“Apa?” tanya Woo Jin ketus.
“Tidak apa-apa,” Da Jung menggeleng.
Diam-diam Do Young tersenyum geli melihat keduanya.
Petugas masuk dan memberitahu Jamie untuk mengambil uang hadiahnya dan kembali menjadi peserta. Bulldog sangat marah mendengar itu dan menarik kerah baju Jamie. Jamie tertawa.
“Kau tidak bisa melakukan ini padaku. Karena aku akan menyelamatkanmu.”
Bulldog melepaskan peganganya.
Jamie masuk ruang voting dengan santai bahkan menyapa semuanya. Ia menghampiri kopernya dan membukanya. Bulldog masuk tak lama kemudian. Jamie memberinya segepok uang.
Do Young mengumumkan permainan selanjutnya adalah Game Reinstatement (aku pakai English saja ya supaya lebih singkat^^). Dan pesertanya 9 orang yang memegang uang hadiah. Kim, Goo In Gi, Bulldog, Jamie, Pippie, Direktur Jung, Pengacara Go, Sung Joon, dan Da Jung. Woo Jin tidak mengikuti game ini karena ia adalah pemenang yang akan melompat ke babak selanjutnya.
Kesembilan peserta keluar dari gedung. Para peserta yang dieliminasi berteriak-teriak meminta mereka membagi uang hadiah mereka dan menjadi peserta kembali. Tapi mereka semua menolak meski ada yang merasa tak enak hati.
Bagaimana dengan Da Jung kita yang baik hati? Hampir saja ia luluh jika tidak ada Woo Jin yang menariknya segera pergi dari sana. Woo Jin bertanya apa orang-orang itu akan diuntungkan jika kembali dalam permainan. Untung ada Woo Jin^^
Mereka semua naik bis pulang membawa koper masing-masing. Direktur Jung berkata tadinya ia pikir lebih baik membawa uang hadiah di tengah-tengah permainan. Tapi ternyata uang hadiah itu malah membebaninya.
Dan lagi mereka belum boleh menggunakan uang hadiah mereka hingga seluruh permainan berakhir. Uang itu belum menjadi milik mereka.
Jamie merayu salah seorang staf untuk membocorkan apa itu game reinstatement dan berapa orang yang akan dieliminasi. Staf itu terlihat ragu karena ia seharusnya tidak boleh bicara. Jamie terus merayunya. Akhirnya staf itu berkata satu orang akan dieliminasi.
Para peserta diperbolehkan pulang. Da Jung mengajak Woo Jin bicara.
Woo Jin tersenyum melihat Da Jung memakan ramyunnya. Ia sendiri hanya minum yoghurt.
“Kubilang aku akan menraktirmu,” kata Da Jung.
“Apa kau tidak dengar, jangan gunakan uangmu.”
Da Jung berkata ia masih bisa menraktir tanpa menggunakan uang hadiahnya. Woo Jin bertanya apa yang ingin Da Jung bicarakan dengannya.
“Sebenarnya, aku ingin menanyakan sesuatu. Aku memikirkannya saat aku melihat orang-orang memohon bantuan. Kenapa kita seperti ini? Kenapa kita tidak setuju saja untuk membagi uang hadiahnya tak peduli siapapun yang menang. Dengan begitu tidak ada alasan untuk berselisih atau berhutang. Bukankah semua orang akan senang?”
“Kau benar-benar berpikir keras dengan otakmu itu….pikiran yang sia-sia.”
Da Jung protes, bukankah pendapatnya itu benar? Woo Jin berkata hal itu akan mungkin terjadi jika ada 10 orang seperti Da Jung.
“Tapi 1 orang saja berkhianat…bukan, jika satu orang saja mencurigai orang lain, maka selesai sudah. Dan dalam situasi seperti itu, orang terakhir yang memutuskan untuk berkhianat akan hancur. Lebih buruk lagi, orang yang memutuskan untuk mempercayai yang akan hancur. Kau tidak bisa menebak siapa orangnya?”
Da Jung berkeras bukankah itu salah satu cara untuk menang. Saling mempercayai dan bukannya berselisih dan saling mencurigai. Kenapa Woo Jin selalu berpikir negatif?
“Jika memang semudah itu, apakah dunia akan menjadi seperti ini? Apa orang-orang akan berkumpul untuk menyaksikan acara yang tidak masuk akal seperti ini?”
“Karena itu aku ingin mencoba. Kita bisa menunjukkan pada semua orang apa artinya saling mempercayai satu sama lain.”
“Sadarlah! Kau akan berhutang jika kau masuk game reinstatement dengan pemikiran seperti itu,” Woo Jin beranjak pergi.
Da Jung menghentikannya. Ia bertanya kenapa Woo Jin tidak bisa mempercayai orang lain. Apa Woo Jin tidak ingin mempercayai orang lain? Jika bukan karena uang, lalu kenapa Woo Jin mengikuti acara ini?
Woo Jin menepis tangan Da Jung. Dengan dingin ia berkata itu bukan urusan Da Jung. Lalu ia pergi.
Dal Goo menelepon Da Jung. Ia tertawa gembira saat mendengar Da Jung mendapat 250 ribu dolar. Da Jung berkata itu berkat Woo Jin.
“Benarkah? Kau harus menempel pada Woo Jion. Tunggu, maksudku jangan menempel terlalu dekat, tapi tetaplah menempel pedanya.”
“Menempel?” tanya bos Dal Goo yang baru masuk.
“Err..tidak ada apa-apa,” kata Dal Goo.
Wajah Dal Goo dilempar pizza oleh bosnya lalu ia ditendang.
“Sejak kapan 250 ribu dolar tidak ada apa-apanya?” bos Dal Goo terus menendangi Dal Goo.
Ia bertanya apa yang Dal Goo lakukan. Bukannya membawa kembali uang yang harus diambilnya, malah bersikap sebagai pahlawan untuk Da Jung. Memangnya Da Jung kekasihnya?
“Sadarlah! Tempat ini adalah neraka.”
Da Jung kebingungan di mana ia harus meletakkan uang hadiahnya agar aman. Ia terkejut saat melihat Dal Goo masuk.
“Kau bahkan tidak mengunci pintumu, apa kau gila?” Dal Goo memarahi Da Jung. “Dan kau terlihat lega melihat penagih hutang,”
Ia bertanya ada apa. Da Jung baru saja memenangkan uang senilai 10 tahun gajinya tapi kenapa wajahnya sedih seperti itu.
“Apa terjadi sesuatu? Apa Ha Woo Jin membentakmu?”
“Tidak,” Da Jung menggeleng.
“Dugaanku benar. Apanya yang tidak? Pria pintar benar-benar pemarah.”
Da Jung melihat wajah Dal Goo yang babak belur dan bertanya kenapa bisa seperti itu. Dal Goo beralasan ia pergi untuk mengumpulkan uang. Tapi malah dipukuli. Da Jung berkata Dal Goo memang lebih baik dari yang terlihat.
“Aku harus menyerah dari pekerjaan ini,” gumam Dal Goo.
Lalu ia melihat Da Jung mondar-mandir mencari tempat untuk menyembunyikan koper uangnya. Akhirnya Da Jung merantai kopernya ke kaki meja.
“Apa koper uang itu sepeda?” tanya Dal Goo. “Apa kau tahu berapa banyak sepeda yang bisa kaubeli dengan uang sebanyak itu?”
Da Jung berkata itu sebabnya Dal Goo ada di sini. Untuk menjaga uangnya. Dal Goo terlihat gelisah. Ia mencoba membicarakan uang pinjaman ayah Da Jung, bahwa bunganya sudah meningkat.
“Bagaimana jika membayarnya lebih dulu? Aku tahu itu bukan keputusan mudah. Stasiun TV akan mengambil kembali uang itu jika kau tereliminasi. Tapi kau bisa mengembalikannya pelan-pelan, tidak dengan bunga tinggi seperti kami,” katanya pelan-pelan.
Tapi Da Jung tidak mendengar semua itu karena ia tertidur di kursi.
Dal Goo menatap koper uang di kaki meja. O-ow….
Do Young menyesap wine-nya lalu tersenyum licik.
Dal Goo keluar dari rumah Da Jung membawa koper uang.
Woo Jin berjalan di jalanan yang sepi, lalu ia menoleh.
Komentar:
Dan Da Jung pun kehilangan uangnya lagi….
Hasil akhir permainan episode ini sudah bisa ditebak karena sebelumnya Woo Jin memang mengatakan kunci kemenangan ada di tangan Sung Joon. Bagian yang tidak terduga adalah Direktur Jang memerintahkan agar Jamie tetap dalam permainan.
Dan tampaknya Jamie pun sudah bisa menduga bahwa akhirnya ia akan menerima uang itu. Berarti Jamie memang orang yang sengaja ditempatkan Direktur Jang dalam permainan. Jadi berpikir, setiap kali melihat acara reality show, pasti ada orang yang menyebalkan yang menimbulkan antipati publik tapi membuat rating tinggi. Jangan-jangan mereka-mereka yang tampil menyebalkan di acara TV juga merupakan permintaan dari produser ya ;p
Dal Goo akhirnya jatuh dalam cobaan. Meski uang itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk membayar hutang ayah Da Jung, tetap saja ia telah membuat Da Jung terancam berhutang pada JVN. Jika Da Jung kalah pada game reinstatement dan dieliminasi, maka Da Jung harus mengembalikan 250 ribu dolar pada JVN.
Masalahnya, uang Woo Jin juga sudah diberikan pada Sung Joon. Jadi tidak bisa tidak, Da Jung harus tetap bertahan dalam permainan.