Sebelumnya: Sinopsis The Producers Episode 6
Seung Chan tidak pergi ketika Ye Jin menyuruhnya pergi. Ia meminta maaf karena akan membuat dirinya dalam masalah. Lalu ia mendekap Ye Jin.
Ternyata ia benar-benar mendapat masalah, karena Ye Jin dengan nada datar bertanya apa yang sedang Seung Chan lakukan. Seung Chan beralasan ia ingin Ye Jin bisa menangis dengan nyaman dan tidak mendapat malu karena orang-orang mungkin melihatnya menangis.
Ye Jin bertanya bukankah apa yang dilakukan Seung Chan malah lebih menarik perhatian. Benar saja…dua orang kakek yang berjalan melewati mereka, menggelengkan kepala dan mengeluh seperti ini kelakuan anak muda jaman sekarang.
“Apa kau akan terus berdiri seperti ini?” tanya Ye Jin saat Seung Chan tidak juga melepaskan dekapannya.
Seung Chan akhirnya melepasnya. Ye Jin berkata setidaknya air matanya berhenti karena Seung Chan. Satu hal yang ia selalu ai sadari dari Seung Chan adalah: “Kau ini benar-benar cukup aneh.”
Seung Chan terlihat kecewa. Ia tersenyum sumringah saat Ye Jin mengusap kepalanya dan berkata itu tidak apa-apa dan cute. Ye Jin berterimakasih karena Seung Chan tidak meninggalkannya meski ia menyuruhnya pergi. Jika tidak, ia pasti sangat kesepian sekarang.
Seung Chan berkata Ye Jin tidak cocok menangis seperti tadi. Ia merasa Ye Jin lebih keren saat sedikit marah, menyumpah-nyumpah, atau bersikap galak.
Ye Jin mengangguk. Ia bertanya kenapa tiba-tiba Seung Chan memanggilnya dengan sebutan “sunbae (senior)” tanpa embel-embel “-nim” lagi di belakangnya (sunbaenim lebih formal).
Ternyata Seung Chan sudah berlatih lebih dulu untuk memanggil Ye Jin dengan sebutan lebih tidak formal. Alasannya adalah karena temannya juga tidak menggunakan –nim saat berbicara dengan Ye Jin.
“Dan lagi Lee Seung Gi-sshi dan aku hanya berbeda 1 tahun. Ia memanggilmu noona (kakak) dan tidak berbicara formal sama sekali saat bicara dengan Senior,” kata Seung Chan dengan nada iri.
Ye Jin bertanya apa Seung Chan juga ingin seperti itu. Dengan penuh keberanian, Seung Chan menyatakan ia akan memanggil Ye Jin dengan sebutan “sunbae” saja mulai sekarang..tanpa embel-embel -nim.
Ye Jin menepuk pundak Seung Chan dengan wajah serius. Ia memperbolehkan Seung Chan memanggilnya seperti itu. Bukan main senangnya Seung Chan.
Joon Mo gelisah karena Ye Jin belum pulang dan tidak bisa dihubungi. Selama ini ia berpikir hal termudah di dunia adalah membuat Ye Jin yang marah gembira kembali.
Kilas balik:
Saat kecil, Joon Mo hanya perlu membagi esnya dengan Ye Jin yang sedang marah. Begitu melihat bagiannya lebih besar dari bagian Joon Mo, Ye Jin tersenyum kembali.
Saat remaja, Joon Mo hanya perlu menyodorkan makanan lebih besar pada Ye Jin, maka Ye Jin langsung ceria kembali. Begitu juga saat sudah dewasa, Joon Mo hanya perlu menyodorkan minuman kesukaan mereka dan mereka berbaikan kembali.
Tapi untuk melakukan itu, Ye Jin harus pulang dulu ke rumah. Joon Mo mengeluh Ye Jin berkeliaran semalam ini. Sungguh berbahaya.
Ye Jin sebenarnya sedang berjalan pulang dengan Seung Chan. Tapi ia tiba-tiba berhenti. Harga dirinya tidak mengijinkannya balik ke rumah Joon Mo saat ini. Ia menyuruh Seung Chan pulang sementara ia akan kembali ke kantor.
Seung Chan berusaha menghalangi Ye Jin tidur di kantor. Ye Jin tidak merasa itu masalah, mereka memang biasa lembur dan tidur di kantor. Seung Chan akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Ye Jin.
Tiba-tiba Ye Jin mendapat pesan. Terpampang foto Joon Mo di layar ponselnya, sedang mengangkat tas Ye Jin…dan sebuah gunting. “Apa yang ia lakukan pada bayi-ku?!” ujar Ye Jin tak percaya.
Joon Mo mengirim pesan bahwa Ye Jin harus tiba di rumah dalam waktu 30 menit jika ingin tasnya selamat. Jika tidak, ia tidak bisa menjamin keselamatan tas tersebut. Ye Jin langsung panik, itu tas termahalnya. Tanpa berpikir lagi ia langsung berlari pulang, meninggalkan Seung Chan yang kecewa sendirian.
Ye Jin masuk ke rumah dengan wajah cemberut. Ia langsung menanyakan tasnya. Joon Mo hendak memberikan tasnya, tapi menariknya lagi.
“Aku minta maaf soal tadi,” ujarnya.
Ye Jin tak peduli. Ia menyuruh Joon Mo memberikan tasnya. Joon Mo menolak memberikan tas Ye Jin sebelum Ye Jin memaafkannya. Ia meminta maaf berkali-kali, bahkan memberinya apel (yang dalam bahasa Korea sama pengucapannya dengan kata maaf. Penonton BBF pasti tahu hehe^^).
Ye Jin mengomel sikap Joon Mo itu kekanak-kanakkan dan tidak lucu. Joon Mo berkata pokoknya Ye Jin jangan mengungkit soal pindah.
“Tinggallah di sini sampai apartemenmu siap untuk ditinggali.”
“Tergantung sikapmu,” ujar Ye Jin sambil merebut tasnya. Ia langsung masuk ke kamarnya. Joon Mo tersenyum lega.
Cindy sedang bersiap-siap keluar dari RS. CEO Byun menjemputnya dan berkata ada rumor yang beredar bahwa Cindy berkelahi dengan seorang PD hingga kakinya patah. Karena itu ia mengirim Cindy ke Jepang untuk kembali bekerja. Dengan begitu rumor akan langsung berhenti.
CEO Byun tahu kaki Cindy masih sakit dan belum sembuh. Ia juga tidak senang harus mengirim Cindy. Mungkin Cindy kesal padanya sekarang, tapi rumor harus dicabut hingga ke akar. Jika tidak, rumor akan terus bertumbuh dan menyebar hingga sulit dihentikan.
“Aku tidak mengkhawatirkannya. Ibu tahu bagaimana mempermainkan media,” ujar Cindy.
CEO Byun memuji Cindy sudah dewasa. Padahal dulu Cindy pernah menangis merindukan ibunya saat latihan dan merengek ingin pulang.
“Ya, aku tahu. Sekarang ibu yang kurindukan sudah tiada dan rumah juga tidak ada. Kurasa aku berubah banyak,” kata Cindy getir.
CEO Byun menawarkan untuk mengantarkan Cindy ke bandara. Tapi Cindy memilih menunggu manajernya.
Seung Chan sedang berangkat kerja ketika ia melihat Ye Jin menunggu bis di pinggir jalan. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia menawarkan untuk mengantar Ye Jin. Ye Jin hendak ke rumah sakit untuk melepas jahitan luka di tangannya. Seung Chan sama sekali tidak keberatan mengantar Ye Jin. Kesenangan malah…
Di rumah sakit, mereka melihat sekelompok wartawan berlarian. Pasti ada seorang terkenal di rumah sakit itu. Ye Jin bertanya-tanya apakah itu orang yang dikenalnya.
Di tempat parkir RS, Cindy naik ke mobilnya dengan wajah murung. Ia menoleh dan melihat Seung Chan dan Ye Jin masuk ke mobil yang diparkir tak jauh di sebelah mobilnya. Manajernya sibuk menelepon dan tak memperhatikan.
Cindy berpikir sejenak. Ia menguatkan hatinya lalu pindah ke mobil Seung Chan. Sedetik kemudian, manajer Cindy naik ke mobil dan menjalankan mobil tanpa memastikan apakah Cindy ada di dalamnya atau tidak.
Seung Chan dan Ye Jin menoleh ke kursi belakang. Mereka terkejut melihat Cindy. Cindy tersenyum manis pada mereka.
Episode 7: Memahami bagaimana mempermainkan media
Manajer Cindy masih juga tak menyadari Cindy tak ada. Ia berkata Cindy pasti merasa kesal. Ia sendiri merasa CEO Byun keterlaluan dengan mengirim Cindy yang kakinya masih di-gips utuk pergi mengikuti acara di Jepang. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia mengusulkan agar mereka beristirahat setelah mereka kembali.
Tak ada jawaban. Cindy? Hening. Manajer Cindy melihat ke spion dan terbelalak kaget. Dengan wajah ketakutan ia menoleh ke belakang.
Dengan wajah tak berdosa, Cindy bertanya apakah mereka tidak pernah bersembunyi dari orang lain sebelumnya. Tidak pernah, jawab Seung Chan jujur. Ye Jin bertanya apakah itu yang sedang Cindy lakukan begitu keluar dari rumah sakit? Cindy mengangguk.
Tapi kenapa ke mobil ini? Tanya Ye Jin. Ia mengingatkan mereka tidak memiliki hubungan “seperti ini” yang akan saling membantu menyembunyikan yang satunya. Tapi Seung Chan malah menjalankan mobil dan berkata untuk sekarang mereka harus pergi.
Apa karena ia membela Cindy? Bukan, karena ia membayar parkir di awal dan waktu yang tersisa hanya 2 menit lagi. Jika tidak ia harus membayar denda. Ye Jin tertawa tak percaya sementara Cindy tersenyum dan berkomentar Seung Chan adalah orang yang sangat sensitif dengan denda dan biaya tambahan.
Ye Jin menyerah. Mereka akan membicarakannya setelah keluar dari RS. Di jalan, mereka sempat berpapasan dengan mobil Cindy yang terparkir di pinggir jalan tapi mereka tidak saling melihat. Manajer Cindy sibuk melihat kursi belakang untuk memastikan Cindy benar-benar tak ada.
Ye Jin berusaha mengajak bicara Cindy mengenai pelariannya ini. Ia berkata mereka tidak bertanggungjawab karena Cindy yang memutuskan untuk masuk mobil ini. Cindy malah meminta tisu basah. Lalu ia sibuk membersihkan noda di kaca jendela mobil Seung Chan.
Ye Jin mengakui ia takut pada CEO Byun meski ia sendiri terlihat galak di luar. Ia memang membela Cindy di kamar rumah sakit waktu itu, tapi sebenarnya ia merasa takut juga.
“Hei, Seung Chan, kau juga melihatnya, kan? CEO Byun menampar wajah manajer itu,” Ye Jin berusaha mencari dukungan.
Seung Chan membenarkan. Ia juga pernah mengira akan disembur api oleh CEO Byun (saat hendak mengajak Cindy menjadi anggota 2D1N). Tapi saat itu Joon Mo datang.
“Joon Mo? Dia itu ikut campur di mana-mana,” ujar Ye Jin. Rupanya ia penasaran juga dan menanyakan pada Seung Chan apa yang dikatakan Joon Mo pada CEO Byun waktu itu.
Cindy menyela dan meminta diturunkan di tempat menunggu taksi. Ye Jin bertanya ke mana Cindy akan pergi. Cindy berkata ia akan mengurus dirinya sendiri tapi ia tidak membawa uang, bahkan untuk naik taksi. Ye Jin mengeluh Cindy tidak memikirkan baik-baik pelariannya ini. Ia menawarkan untuk mengantar Cindy pulang.
Cindy tidak mau pulang. Masa bersembunyi di rumah? Ye Jin mengusulkan di rumah orangtua Cindy. “Tempatnya agak jauh,” gumam Cindy.
Rumah teman? Seung Chan hendak menjelaskan bahwa Cindy tidak punya teman, tapi Cindy cepat-cepat memotong bahwa ia punya teman hanya saja mereka semua sibuk.
Ye Jin makin frustrasi. Tidak punya uang, teman sibuk, dan kaki digips! Cindy berkata ia tahu Ye Jin tidak sengaja membuat kakinya terluka, tapi kakinya masih belum sembuh. Ia sengaja menggerakkan kakinya dan mengaduh, membuat Ye Jin dan Seung Chan mulai prihatin.
Ceo Byun melotot saat mendengar Cindy menghilang. Direktur Kim dengan gemetar berusaha menjelaskan apa yang terjadi. Manajer Cindy ikut menghilang karena takut terhadap CEO Byun. Ponsel Cindy juga tidak aktif.
Dan hal pertama yang dikhawatirkan CEO Byun adalah Cindy batal mengikuti acara yang dijadwalkan. Ia menyuruh Direktur Kim menemukan Cindy sekarang juga.
Ye Jin dan Seung Chan membicarakan siapa di antara mereka yang bisa menampung Cindy. Ye Jin berkata situasinya saat ini tidak memungkinkan untuk membawa orang lain masuk ke rumah. Seung Chan lebih parah. Ia serumah dengan orangtuanya, kakaknya, juga adiknya yang masih SMP. Terutama adiknya, yang bisa membuat rumor saat itu juga.
Ye Jin menawarkan untuk membawa Cindy ke hotel mewah. Cindy bisa beristirahat di sana. Tapi itu adalah tempat yang pertama kali dicari oleh CEO Byun. Ia tahu Cindy anti kuman jadi tidak mungkin tinggal di sembarang tempat. Dan Cindy sudah menduga CEO Byun akan langsung bisa menemukannya jika ia diam di hotel mewah. Bahkan saat ini mungkin sudah mencarinya ke sana.
“Aku hanya akan tinggal selama 4 hari. Sejak aku menjadi trainee, aku belum beristirahat selama 10 tahun. Aku hanya ingin beristirahat selama 4 hari.”
Ye Jin dan Seung Chan terdiam. Seung Chan menatap Ye Jin dengan tatapan memohon.
Seung Chan akhirnya kembali ke kantor dan makan siang bersama timnya. Joon Mo yang tidak tahu menahu merencanakan untuk mencari pengganti sementara Cindy dalam syuting berikutnya meski agensi Cindy memastikan Cindy bisa tampil.
Tapi rumor mulai beredar karena Cindy tidak muncul dalam acara di Jepang. Para wartawan yang menunggu di bandara tidak melihat Cindy. Sementara foto Cindy keluar dari RS bertebaran beberapa saat lalu. Seung Chan mulai terlihat gugup mendengar pembicaraan itu.
“Mungkin ia bersembunyi,” kata salah satu dari mereka.
Seung Chan langsung tersedak. Joon Mo berkata itu tidak mungkin. CEO Byun menggenggam Cindy dalam tangannya. Meski Cindy ingin bersembunyi, tidak akan ada tempat untuk dituju.
Mana dia tahu kalau Cindy saat ini benar-benar bersembunyi …di rumahnya. Ye Jin sendiri masih tak percaya ia benar-benar membantu Cindy melarikan diri dan memberi tempat bersembunyi. Dan ia harus menegaskan lagi berkali-kali kalau ia tidak tinggal bersama Joon Mo. Mereka hanya berbagi alamat yang sama untuk sementara.
Cindy berkata ia mengerti. Ia dan Ye Jin berada dalam situasi yang sama saat ini. Mereka tak ada tempat tujuan dan untuk sementara tinggal di sini. Ia sangat mengerti. Ye Jin menghela nafas panjang.
Para staf wanita membicarakan menghilangnya Cindy. Mereka bertanya-tanya apakah Cindy bersembunyi. Apakah ia memiliki seorang kekasih? Apakah pria itu seorang selebritis? Idol?
Da Jung berkata ia tahu semua idol yang berpacaran, menurutnya Cindy tidak berpacaran dengan salah satu dari mereka. Kalau begitu dengan chaebol? Jika pacaran dengan seorang chaebol kaya, siapa yang akan peduli dengan denda kontrak? Apa mereka pergi ke hotel mewah? Paris?
Joon Mo diam-diam mendengar mereka bergosip dan bergumam mereka tidak tahu apa-apa. Orang kaya apanya?
Ye Jin berbaik hati meminjamkan bantal baru yang dikirim ibunya. Cindy malah tertawa dan berkata Ye Jin pasti sangat suka warna pink. Dinding kamarnya pink, sepreinya pink, bantalnya pink. Ia berkata Ye Jin tidak terlihat tipe orang yang menyukai warna pink.
“Apa kau mengira dinding kamarku akan dipenuhi corak macan tutul atau semacamnya?” ujar Ye Jin tersinggung.
Tampaknya Ye Jin segera menyesali keputusannya membawa Cindy pulang. Cindy mulai menyuruhnya membawakan minum dengan alasan kakinya sakit.
Ye Jin membawakan air putih hangat karena Cindy masih belum pulih. Cindy berkata ia tidak suka air putih hangat, setidaknya harus ditaruh irisan jeruk nipis. Ye Jin berkata mereka hanya punya jeruk biasa. Barulah Cindy minum.
Seung Chan diam-diam mengamati Joon Mo. Tadi sebelum berpisah dengan Ye Jin, Ye Jin sudah mewanti-wantinya untuk tidak memberitahu Joon Mo semuanya. Karena Joon Mo pasti akan sulit menyembunyikan ekspresi wajahnya. Ye Jin sendiri akan tinggal di rumah, karena ia mendapat cuti akibat luka di tangannya.
Ye Jin tidak yakin Seung Chan juga bisa mengendalikan ekspresi wajah. Seung Chan meyakinkannya bahwa ia bisa memasang wajah lurus tanpa ekspresi. Harus belajar sama Moo Gak tuh XD
Ye Jin berkata Seung Chan tetap harus memberi sedikit petunjuk sebelum Joon Mo pulang. Dan sekarang Seung Chan berusaha mengajak bicara Joon Mo.
Tapi Hong Soon datang dan mengajak Joon Mo pergi minum bersama Tae Ho. Ia juga hendak mengajak Ye Jin.
“Ye Jin tidak bisa ikut!” jawab Seung Chan.
Mereka menoleh pada Seung Chan. Seung Chan menjelaskan bahwa Ye Jin tidak bekerja hari ini. Joon Mo bertanya apa Seung Chan mau ikut dengan mereka. Bukankah ada yang hendak Seung Chan katakan padanya? Seung Chan menolak ajakan itu. Bagaimana ia bisa mengatakan soal Cindy pada Joon Mo di depan orang-orang itu?
Di rumah, Cindy melipat ulang handuk yang sudah dilipat Ye Jin. Rupanya ia seorang OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Ia tidak tahan melihat lipatan handuk-handuk itu tidak sama persis. Ia tidak suka semua hal yang tidak teratur.
Bel berbunyi, mereka menoleh dengan was-was. Ternyata Seung Chan yang datang. Ia membawakan jeruk nipis untuk mereka. Wajah Cindy langsung cerah begitu melihat Seung Chan. Seung Chan pamit pulang.
“Tinggallah untuk makan malam!” ujar Ye Jin dan Cindy berbarengan.
Seung Chan sih senang karena Ye Jin mengajaknya makan. Cindy bertanya apa yang akan dimasak Ye Jin.
“Sudah cukup jika kau memiliki keju feta, kacang lentil, dan kinoa (semacam biji-bijian).”
“Ki…apa?” tanya Ye Jin bingung.
Direktur Kim melaporkan pada CEO Byun bahwa gosip mulai beredar bahwa agensi tidak bisa menangani Cindy. Cindy dan agensinya memiliki hubungan buruk dan tidak akan melanjutkan kontrak. Cindy bulan madu di Eropa dengan seorang chaebol kaya.
CEO Byun memarahi Direktur Kim yang tidak bisa menemukan Cindy hingga akibatnya seperti ini. Direktur Kim berkata masalah terbesar adalah Cindy tidak pernah keluar jalur seperti sekarang. Ia khawatir apakah terjadi sesuatu pada Cindy. Mungkin kecelakaan? Atau diculik? Mereka seharusnya melapor pada polisi.
Tapi CEO Byun tidak setuju. Apa Direktur Kim ingin memberitahu semua orang mengenai menghilangnya Cindy? Lalu apa yang harus kita lakukan, tanya Direktur Kim. Tampaknya CEO Byun sudah memikirkan sesuatu.
Tae Ho, Hong Soon, dan Joon Mo juga membicarakan rumor mengenai Cindy. Joon Mo berkata tidak mungkin Cindy ada di Paris dengan kaki di-gips. Tapi Tae Ho berkata ada yang mengaku melihat Cindy di Champs-Elysees (jalan terkenal di Paris).
Sementara Hong Soon menduga Cindy bersembunyi di luar negeri karena kontraknya hampir habis dengan CEO Byun. Setelah bertemu dengan pria kaya, ia tidak akan terikat dengan agensi lagi.
Joon Mo tidak mau bergosip. Song Hoon berganti topik dengan membicarakan Yang Mi. Ia bertanya apakah Tae Ho melihat pakaian yang dikenakan Yang Mi hari ini? Mana ada waktu untuk itu, ujar Tae Ho cuek.
Hong Soon sudah memeriksa tiap hari dan Yang Mi tidak pernah mengenakan pakaian yang sama 2 kali. Pakaiannya bukan dari toko biasa, semua mahal.
Joon Mo berkata Tae Ho seharusnya memberi Hong Soon lebih banyak pekerjaan. Untuk apa mengurusi hal seperti itu? Tapi Hong Soon tidak peduli. Bagaimana bisa seorang dari bagian administrasi membeli semua itu dengan gajinya? Bahkan ia memiliki mobil mewah dan melakukan apa yang diinginkannya di kantor. Ia menduga Yang Mi memiliki hubungan dengan pejabat tingkat tinggi. Gosip….gosip…
Meski terlihat cuek, Joon Mo sebenarnya mengkhawatirkan keadaan Cindy. Ia menelepon tapi telepon Cindy tidak aktif.
Akhirnya ia tiba di rumah. Ia sempat bingung melihat 3 pasang sepatu. Di dekat pintu. Ia berpapasan dengan Seung Chan yang sedang mengeluarkan makanan dari kulkas.
“Apa ini rumahmu? Kenapa kau menata meja?” ujarnya.
Seung Chan terlihat gugup. Ye Jin keluar dari kamarnya dan terkejut melihat Joon Mo. Joon Mo bertanya apa tangan Ye Jin begitu sakit hingga tak bisa menata meja sendiri. Harusnya Ye Jin memesan makanan di luar atau memintanya membawakan makanan.
“Memangnya rumahku ini alun-alun kota?” gerutunya. “Kenapa kau tidak undang sekalian semua temanmu dan teman sekolahmu? Undang saja semua orang yang kaukenal.”
Ye Jin dan Seung Chan bingung bagaimana menjelaskannya. Joon Mo membuka pintu kamar mandi dan terduduk kaget. Cindy tersenyum menyapanya. Ia sedang menyikat wastafel kamar mandi.
Cindy dan Seung Chan duduk menunggu sementara Ye Jin membicarakan masalah ini dengan Joon Mo. Joon Mo tidak sanggup berkata-kata. Ye Jin berkata ia melakukannya bukan karena ingin tapi karena merasa kasihan. Cindy tidak punya tempat tujuan dan lagi ia bukan orang asing bagi mereka.
Joon Mo berkata bagus jika Ye Jin bersimpati dan ingin membantu. Tapi kenapa harus rumahnya? Ye Jin akhirnya menyerahkan keputusan pada Joon Mo karena toh rumah ini milik Joon Mo.
“Cara termudah adalah menelepon CEO Byun dan memberitahunya. Apa yang ia lakukan pada Cindy bukan urusanmu, kan?”
Seung Chan dan Cindy menatapnya dengan memelas. Joon Mo tak sampai hati.
Ia tertawa saat mereka makan bersama. Champs-Elysees di Paris? Gosip Cindy di hotel mewah?
“Tapi kau ada di sini makan nasi dan rumput laut kering. Astaga… rumahku adalah hotel mewahnya.”
Cindy berkata biasanya ia tidak memakan makanan seperti ini. Makanan pedas dan asin, terutama seperti sup yang terhidang di meja. Tapi saat ia mencicipinya, ia tertegun dan bertanya siapa yang membuatnya.
Ye Jin yang memasaknya. Seung Chan memuji masakan Ye Jin enak. Ye Jin sangat senang dan menyuruhnya makan yang banyak. Cindy terus menyendok sup sambil mengeluh ia tidak bisa makan makanan seperti ini terus. Ia terpaksa karena mereka tidak memiliki keju feta, kacang lentil, dan kinoa. Ia akan berterima kasih jika mereka membelikannya besok. Ye Jin cemberut.
“Kau juga berencana tinggal besok?” tanya Joon Mo kaget. Cindy terus makan dengan lahap.
Seung Chan pamit pada Cindy yang sedang membaca di kamar Ye Jin. Tentu saja buku yang dibacanya adalah buku pemberian Seung Chan. Cindy meminta Seung Chan menjelaskan beberapa bagian yang digarisi Seung Chan di buku itu. Seung Chan berkata ia menandainya saat menemukan kalimat tertentu yang ia sukai.
Seung Chan dengan senang hati menjelaskan arti “burung itu mendobrak cangkang telurnya dan menetas”. Seung Chan menjelaskan, orang yang ingin dilahirkan harus mendobrak dunia. Mereka harus mendobrak rasa takut, kebimbangan, dan keraguan mereka untuk bisa melangkah ke dunia yang baru dan memperoleh kebebasan. Menurutnya, seseorang harus menderita dan berkorban jika ingin bertumbuh.
Cindy tak bisa melepaskan tatapannya dari Seung Chan. Apalagi Seung Chan duduk sangat dekat di sebelahnya. Ia tersenyum mendengar penjelasan Seung Chan.
Joon Mo terkejut saat CEO Byun meneleponnya. Apalagi ternyata CEO Byun sudah tiba di depan gedung apartemennya. Cindy jadi merasa tak enak. Ia meminta maaf dan berkata akan pergi menemui CEO Byun. Tapi Joon Mo menyuruhnya menunggu dulu, ia akan mencari tahu apa yang ingin dibicarakan CEO Byun.
Maka Joon Mo pun seorang diri menghadap CEO Byun. Ia bertanya bagaimana CEO Byun tahu di mana tempat tinggalnya. CEO Byun mengingatkan bahwa 5 tahun lalu ia pernah ke sini. Ia bertanya apakah Joon Mo mengetahui sesuatu mengenai hilangnya Cindy.
“Tentu saja…aku tidak tahu.”
Untungnya CEO Byun ternyata tidak mencurigai Joon Mo. Ia curhat saat ini Cindy seperti anak remaja yang telat puber. Akibatnya begitu banyak rumor beredar saat ini. Meski tidak ada rumor itu yang benar, ia harus menghentikannya. Karena yang berbahaya adalah dugaan-dugaan dan spekulasi orang-orang yang terus berkembang hingga akhirnya tak terkendali.
Untuk itu ia dan Joon Mo harus menyamakan jawaban mereka pada wartawan. Bahwa Cindy perlu beristirahat dan dalam keadaan aman untuk beristirahat dengan baik. Ia ingin meminta bantuan Joon Mo untuk memberitahu wartawan bahwa tidak ada masalah dengan Cindy, karena saat ini Cindy mengikuti acara Joon Mo.
Joon Mo setuju. Ia sama sekali tidak memberitahu CEO Byun bahwa Cindy ada di rumahnya.
Joon Mo memberitahukan kabar itu pada yang lainnya, yang ikut merasa lega. Ia membuka kulkas dan terkejut dengan betapa rapinya dan teraturnya isi kulkasnya. Tentu saja Cindy yang membereskannya.
“Siapa yang ingin bir?” tanya Joon Mo.
Mereka bertiga angkat tangan. Maka merekapun minum dan mengobrol. Ye Jin berkata ia tak menyangka Cindy benar-benar pintar mengatur segala hal. Bahkan sumpit di laci pun diatur rapi berdasarkan asalnya.
“Jujurlah, kau senang Cinndy ada di sini untuk mengatur rumah, kan?” kata Joon Mo.
“Tentu saja. Kau sebenarnya senang dalam hati karena CEO Byun kelimpungan mencari Cindy, kan?” balas Ye Jin.
Tentu saja, kata Joon Mo. Ia berkata Ye Jin pasti membawa Cindy ke rumahnya karena merasa tak enak hati telah membuat Cindy terluka. Tentu saja. Ye Jin balas berkata Joon Mo pasti senang ada selebritis cantik dan muda di rumahnya. Tentu saja.
Seung Chan dan Cindy bingung melihat keduanya dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Ye Jin berkata mereka selalu memainkan permainan ini saat minum. Permainan “tentu saja”, dari acara X-man. Aturan permainannya adalah mereka harus menjawab “tentu saja” untuk menjawab pertanyaan apapun.
“Cindy pasti tak mengerti apa yang kita bicarakan karena ia masih muda, kan?” ujarnya.
“Tentu saja,” jawab Cindy.
Ye Jin merasa tertantang. Ia bertanya apa Cindy sedang mencari masalah dengannya. Tentu saja. Dan Cindy terus menjawab “tentu saja” saat Ye Jin berkata Cindy pasti ke sini karena sebenarnya tidak punya teman.
Cindy balas berkata Ye Jin pasti tinggal di sini karena tidak punya uang. Tentu saja. Ye Jin berkata Cindy sengaja membuka jaketnya saat tampil untuk membuatnya kesal. Tentu saja.
“Kau tidak pernah bisa berpacaran dengan pria lebih dari 3 bulan jadi kau mencampakkan mereka, kan?”
Joon Mo langsung memijat pundak Ye Jin untuk menenangkannya, sementara Seung Chan senyum-senyum. Ye Jin tidak tahan. Ia bertanya bagaimana Cindy bisa tahu. Apa Joon Mo memberitahunya?
Joon Mo berkata ia dan Cindy tidak sedekat itu. Ia tidak mengatakan apa-apa. Lalu bagaimana Cindy bisa tahu?
Cindy menuang bir dan menyuruh Ye Jin minum sebagai hukumannya, karena tidak mengatakan “tentu saja”. Seung Chan terkikik geli. Ye Jin melotot padanya dan mengajaknya bermain.
“Saat kau kuliah di Universitas Seoul, semua menyebutmu jenius. Sekarang kau bekerja di stasiun TV, semua menyebutmu idiot. Tidak adil, bukan?”
Tentu saja, Sunbae. Seung Chan bertanya apa ia boleh memanggil Ye Jin dengan sebutan “kau”. Ye Jin memperbolehkannya karena mereka sedang bermain.
“Ye Jin, kau tahu kau lebih cantik dari yang kaupikirkan, kan?”
“Tentu saja” menjadi kata yang paling mudah diucapkan Ye Jin. Ye Jin berkata awalnya Seung Chan terlihat culun, tapi lama-lama ia makin terlihat cute.
Tentu saja, Seung Chan. Cindy cemberut sementara Joon Mo protes.
Seung Chan berkata Ye Jin lebih terlihat cantik saat marah. Tentu saja!
“Kau tahu ini sebabnya aku suka padamu, kan?” ujar Ye Jin senang.
“Tentu saja,” Seung Chan tersipu. “Lebih dari PD Joon Mo?”
Cindy menunduk menunggu jawabannya. Ye Jin terdiam. “Tentu saja!”
Joon Mo langsung protes. Ye Jin kenal dengannya jauh lebih lama dari Seung Chan dan sekarang Ye Jin lebih menyukai Seung Chan daripadanya? Ye Jin mengiyakan.
“Kau juga suka padaku, kan?” tanya Ye Jin pada Seung Chan.
Tentu saja, Seung Chan menjawab sungguh-sungguh. Tapi Ye Jin hanya menganggap kata-kata Seung Chan itu sebagai rasa suka seorang junior pada seniornya. Meski begitu Seung Chan sudah cukup bahagia.
Komentar:
Yeaaay ngumpul berempat^^
Hidup Cindy kasihan juga ya...ternyata menjadi idol itu benar-benar tidak mudah dan butuh pengorbanan. Tidak heran Cindy menjadi seperti itu. Tapi sepertinya ia mulai mendobrak dunia, seperti yang dilakukan burung dalam buku yang dibacanya. Namun apakah ia berani melepaskan keraguannya dan rasa takutnya untuk melangkah keluar menuju kebebasan?
Mb fanny makasih sinopsis nya, sukaa banget sm dramaa ini 😄😄😄
BalasHapusMb fanny makasih sinopsis nya, sukaa banget sm dramaa ini 😄😄😄
BalasHapusSeung chan itu leumpeung, lurus..ngakak trus liat episode 7 n 8 ini.. makasih sinopnya mba fanny
BalasHapusMogak sama seung Chan punya ekspresi lempeng yg berbeda....tapi dua duanya bikin ngakak wkwkwkwkwkw.....
BalasHapusKamsahamnida bak fanny....
terima kasihya sinopnya.Gomawoyo
BalasHapusAku pendukung ye jin - jon mo & seung chan - cindy...
BalasHapusBhahahahaha kocak !!!
BalasHapus