Sebelumnya:
Ahn Si Yeon adalah
seorang siswa yang mengkhayalkan dirinya memiliki kehidupan sempurna. Kekasih
sempurna, keluarga kaya. Dan Guru Han “mewujudkan” impiannya itu dengan
memberinya sebuah buku.
Apa yang ditulis
Si Yeon dalam buku itu menjadi kenyataan. Ia mendapatkan kekasih idaman para
wanita (meski berlebihan banget kayanya bila memiliki kekasih seperti itu ;p).
Membuat para siswi iri dengan keberuntungannya mendapat kekasih seperti itu.
Cerita selengkapnya
bisa dibaca di Kheartbeat
Sinopsis
episode 6:
Guru Han berkata
teman-teman Si Yeon akan percaya apapun yang Si Yeon tulis dalam buku tersebut.
“Tapi kau tidak
bisa menuliskan hal yang tak ada alasannya. Berhati-hatilah dan tetap
konsisten.”
Si Yeon berjalan
menyusuri halaman dan merasa ada yang mengikutinya (si penguntit). Tapi ketika
ia berbalik, penguntit itu sembunyi.
Si Yeon meneruskan
cerita impiannya dalam buku tersebut. Ia menuliskan hal-hal romantis yang akan
dilakukan Pil Ho padanya. Juga kehebatan Pil Ho, misalnya dalam olahraga.
Tapi lama-lama ia
mulai kehabisan bahan untuk ditulis. Hingga suatu ketika ia tidak sengaja
mendengar Park Byul membicarakannya di toilet. Park Byul dan seorang teman
membicarakan toko buah orangtua Si Yeon yang kecil dan kumuh. Park Byul berkata
sepertinya ia tahu di mana toko buah itu.
Si Yeon yang
mendengar di toilet, takut teman-temannya tahu kalau ia sudah berbohong. Dalam
kekesalannya, ia menulis “aku berharap Park Byul tidak ada” dalam bukunya. O-ow….
Begitu Park Byul
dan temannya keluar dari toilet, Pil Ho diam-diam mengikuti mereka. Dan
berikutnya, Park Byul ditemukan di halaman sekolah karena jatuh dari atap. Saat
diangkut ambulan, sepertinya Pak Byul masih hidup meski dalam keadaan kritis.
Si Yeon ketakutan
menyadari Pil Ho yang melakukannya. Ia menulis dalam bukunya kalau Pil Ho
merasa jenuh padanya dan menjaga jarak dengannya. Pil Ho menghampirinya dan
menatapnya sedih.
Tak lama kemudian
murid-murid menemukan Pil Ho duduk di atap dan hendak bunuh diri. Ye Rim
berusaha membujuknya untuk turun. Sementara Sang Woo sempat-sempatnya mengambil
foto.
Pil Ho berkata ia
tidak bisa hidup tanpa Si Yeon. Hidupnya tak ada artinya.
Si Yeon berlari ke
atap dan berteriak meminta Pil Ho turun. Dengan mata berkaca-kaca, Pil Ho
berkata ia membutuhkan Si Yeon.
Si Yeon
cepat-cepat berlari menjauhi teman-temannya dan membelakangi mereka. Ia
cepat-cepat menulis “Pil Ho mencintaiku lagi dan Pil Ho berpikir harus tetap
hidup”.
Teman-temannya
heran dengan sikap Si Yeon, terutama Ye Rim. Kekasih hendak bunuh diri, kok
malah sibuk nulis?
Begitu Si Yeon
selesai menulis, Pil Ho turun dan berjalan menghampiri Si Yeon sambil
tersenyum. Lalu memeluknya.
“Demi Si Yeon, aku
bahkan membereskan gadis jahat itu. Kalau kau seperti itu lagi, aku akan marah.
Kuharap kau menulis cerita yang sesuai tentang diriku,” ujarnya.
Ye Rim dan Sang Woo
diam-diam membuntuti Si Yeon. Mereka melihat Si Yeon masuk ke Ruang BK. Sang
Woo tidak menyadarinya, tapi dalam foto itu tidak ada Si Yeon.
Si Yeon menyodorkan
buku itu pada Guru Han dan berkata ia tidak bisa melanjutkannya. Ia ingin
berhenti.
“Tolong kembalikan
semuanya seperti sedia kala.”
“Penulis harus
bertanggungjawab atas karakter dan cerita yang ditulisnya,” jawab Guru Han.
Si Yeon bertanya bukankah
cerita ini sebaiknya dihentikan atau apakah tidak bisa dihentikan.
“Kalau begitu apa
yang kau ingin kulakukan? Menelepon ayahmu di New York? Atau menelepon orangtua
Pil Ho di Boston?” tanya Guru Han. Maksudnya, Si Yeon tinggal menuliskannya di
buku itu.
“Tidak mungkin,
Bapak ingin saya menulis kebohongan lagi?”
“Jadi semua yang
kaukatakan selama ini adalah kebohongan?”
Merasa tak ada
jalan lain, Si Yeon membakar buku tersebut di tong belakang sekolah.
Ia kembali ke
kelas dan duduk untuk menenangkan diri. Namun ia terbelalak kaget saat
mengangkat wajahnya. Pil Ho berdiri di depan kelas dengan wajah dan tubuh penuh
abu. Dan tangannya penuh luka bakar sambil memegang buku yang belum terbakar
habis.
Si Yeon melarikan
diri. Pil Ho terus mengejarnya.
Sang Woo dan Ye
Rim sedang membuat artikel untuk majalah sekolah di ruang berita. Mereka kaget
ketika tiba-tiba Si Yeon masuk.
Dan makin kaget
karena Si Yeon tiba-tiba memeluk Sang Woo sambil menangis. Sang Woo bertanya
ada apa.
“Pil Ho…Pil Ho,
dia….” Si Yeon tak sanggup berbicara.
“Si Yeon, terjadi
sesuatu di Ruang BK, kan?” tanya Ye Rim.
Si Yeon
mengangguk. Sang Woo bertanya apakah Si Yeon bisa melepaskan pelukannya.
Mereka dikejutkan
dengan kemunculan Pil Ho yang berusaha membuka pintu. Si Yeon langsung berlindung di belakang Sang
Woo. Pintu terbuka.
“Kau tak bisa
memperlakukan aku seperti ini,” kata Pil Ho.
“Pil Ho, apa kau
tak apa-apa?” tanya Ye Rim saat melihat kondisi Pil Ho.
Sang Woo meminta
Pil Ho tidak salah paham. Kekasihnya adalah orang lain.
“Aku ke sini
karena dia yang menginginkannya,” kata Pil Ho.
Si Yeon berkata sekarang
ia hanya ingin semuanya dihentikan. Pil Ho berkata ia hanya menginginkan cinta
Si Yeon. Karena untuk itu ia ada. Si Yeon menangis sambil terus meminta maaf.
Pil Ho pelan-pelan
berjalan ke arah Si Yeon. Tapi tiba-tiba muncul sosok pria bermantel dan
bertudung hitam yang mencekik Pil Ho.
Si Yeon terkejut.
Penguntit? Ia ingat ia yang membayangkan penguntit itu tinggi dan bertudung
kepala.
Si Yeon langsung
berlari keluar dari ruang berita. Sang Woo dan Ye Rim berlari mengikutinya. Pil
Ho memanggil nama Si Yeon dan berusaha untuk mengejarnya tapi si penguntit menariknya
lalu mencekiknya hingga tewas.
Ye Rim dan Sang
Woo kehilangan jejak Si Yeon. Dan mereka mencari ke arah yang salah.
Si Yeon berlari ke
ruang bawah, ke depan cermin. Si penguntit berhasil menyusulnya dan langsung
mendekatinya. Hanya suara teriakan terakhir Si Yeon yang terdengar.
Bersamaan dengan
itu, Ye Rim dan Sang Woo berhenti berlari. Mereka bingung kenapa mereka ada di
sana. Mereka sama sekali tidak ingat apa yang sedang mereka lakukan.
Ye Rim menemukan
buku yang terbakar itu keesokan harinya di ruang berita. Ia tidak tahu siapa
yang menulis buku tapi ada nama teman mereka dan juga nama yang tidak ia tahu.
“Memangnya ada
yang namanya Pil Ho?” tanya Ye Rim.
“Pil Ho? Belum
pernah dengar,” jawab Sang Woo yang sedang memeriksa hasil foto-fotonya.
Ia menemukan foto
Pil Ho di atas atap. Ia bingung karena ia tak ingat pernah mengambil foto itu.
Dengan santainya ia mengira ia sudah pikun.
Ia membesarkan
foto itu dan membaca nama murid itu. Pil Ho. Ye Rim berkata ini baru pertama
kali ia melihat ada murid seperti Pil Ho.
Sang Woo melihat
foto berikutnya. Foto Seul Gi dan Guru Han.
Komentar:
Ye Rim dan Seul Gi
mengenali Guru Han di foto tersebut. Tapi wajah Seul Gi pastilah tidak mereka
ingat.
Seharusnya Sang
Woo memeriksa semua fotonya, karena ia memotret banyak yang bisa menjadi bukti
keanehan kelas mereka dan Guru Han. Selain Seul Gi dan Pil Ho, ia juga pernah
mengambil foto kemenangan Ki Chul.
Kalau
dilihat-lihat modusnya Guru Han ini mencari siswa yang sedang desperate, yang begitu menginginkan
sesuatu. Seul Gi begitu menginginkan teman, Ki Chul begitu menginginkan
kemenangan, Si Yeon begitu menginginkan kehidupan impiannya.
Kenapa mereka
menjadi target? Karena mereka yang begitu menginginkan sesuatu akan dengan
mudah jatuh pada keserakahan. Mereka tidak akan puas dan selalu menginginkan
lebih.
Kasus kali ini lebih
mengerikan karena memakan korban di luar mereka yang mengadakan kontrak. Contohnya
Park Byul (sepertinya tidak meninggal). Dan Pil Ho.
Pil Ho adalah
karakter yang diciptakan Si Yeon. Lalu apakah ia bukan manusia? Jika bukan
manusia, kenapa ia bisa mati (atau hilang sama seperti si penguntit karena Ye Rim hanya menemukan buku di ruang berita)? Jika ia manusia, lalu sebenarnya ia siapa? Apakah
memang ada seseorang yang memenuhi kriteria Si Yeon dan secara otomatis
mengikuti apa yang tertulis dalam buku tersebut? Mungkin seharusnya Si Yeon menulis:
“Pil Ho pulang ke Boston”.
Jika Si Yeon
menulis orangtuanya ada di New York, apakah orangtuanya tiba-tiba ada di New
York? Terus apa yang akan terjadi jika Si Yeon menulis dalam bukunya “semua
kembali seperti sedia kala”? Hmmm….masih menyisakan misteri ya…atau memang
celah dalam alur yang terlewat oleh penulis.
Meski begitu,
misteri besar dalam drama ini belum terungkap. Siapa Guru Han dan apa tujuannya
memerangkap jiwa-jiwa itu dalam cermin?
aku suka drama ini. simpel. tapi mengerikan. akan jadi apakah jiwa-jiwa yang terjebak dalam cermin itu?
BalasHapuspenasaran lanjutannya ~~ :D
Suka sama komentarnya mb fanny...g kepikiran jg klo si yeon seharusnya nulis semua kembali seperti sedia kala
BalasHapusTetep sehat mb fanny biar bisa update nulis sinop drama
Ya betul banget, gimana kalo si yeon nulis semua kembali seperti sedia kala, tp kayaknya ngga bakal kejadian soalnya guru Han sudah mempringatkan untk tidak menulis hal2 yg tdk berdasar/tanpa alasan
BalasHapusGak bisalah kak kita nulis 'semua kembali ke sediakala' gitu aja di sebuah cerita. Kan pak gurunya udah bilang kalo si cwek kudu hati-hati karna gak boleh nulis sesuatu yang gak pake alasan. Intinya cerita harusnya berproses. Gak bisa langsung gini langsung gitu. Mungkin itu yang bikin si cewek celaka. Uhmmm mungkin gak sih yang aku tulis ini???
BalasHapusAda yg tau nama asli nya pemeran park byul ga ?
BalasHapus