Note: Karena Putri berhalangan,
maka aku yang membuat sinopsis Episode 3 Bagian 2
Keesokan harinya
Cha Sik tidak menjemput Yoo Seul. Malamnya juga ia tidak muncul untuk latihan.
Karena teleponnya tidak juga diangkat, Yoo Seul mengirim pesan suara pada “Larva”
alias Cha Sik.
“Kenapa kau tidak
datang? Apa semua baik-baik saja? Apa ibumu tidak apa-apa? Kapan kau akan
menjemputku besok?” -khawatir
“Kenapa kau tidak
datang?! Hei, jawab telepon sekarang!”- mulai kesal
“Apa kau sakit?
Kau tidak menyerah untuk ikut kompetisi,
kan?” –kembali khawatir
“Apa kau sedang jual
mahal?!! Apa kau mau mati?!!” – maraaaah XD
Di mana Cha Sik?
Ia terus menerus berlatih di terowongan untuk
meningkatkan tempo permainannya, tapi ia belum bisa mencapainya. Ia
membaca semua pesan Yoo Seul dan sejenak nampak mempertimbangkan untuk
menjawab. Tapi akhirnya ia menghela nafas panjang lalu kembali berlatih.
Di sekolah, Yoo Seul
bertanya pada teman-temannya apakah mereka melihat Cha Sik. Mereka juga belum
melihatnya dalam beberapa hari ini. Yoo Seul jadi teringat Cha Sik pernah
berkata kalau ia yakin Yoo Seul akan mencarinya jika ia tidak ada.
“Dan kau akan
gembira mendengar suaraku,” katanya saat itu.
“Tidak seperti
itu!!!” Yoo Seul menggebrak meja sambil berdiri. Teman-temannya terlonjak
kaget.
Yoo Seul meminta Gyu
Sun mengirim sms dengan ponselnya.
“Jung Cha Sik, ini peringatan terakhir untukmu.
Jika kau tidak datang pada latihan jam 10 malam nanti, aku menganggap kau
melarikan diri seperti seorang pengecut. Dan aku tidak akan mengikuti
kompetisi. Terserah apa maumu.”
Jin Mok mendengar
saat Yoo Seul mengucapkan pesan itu.
Cha Sik semakin
frustrasi setelah membaca sms itu. Ia tak mengerti mengapa ia belum bisa juga.
Padahal besok adalah hari kompetisi….
Ia menatap foto “ayah”nya
di ponsel dan memohon bantuannya.
Jin Mok berpapasan
dengan ayahnya yang baru pulang ketika ia hendak keluar rumah. Ayahnya bertanya
ia mau ke mana.
Jin Mok menjawab
ia hendak ke akademi untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Ayahnya
berkata Jin Mok sudah membuat keputusan tepat.
“Meski kau menjadi
pianis yang bagus, kau hanya bisa mendapatkan uang dengan menjadi guru piano.
Tapi tidak sepadan melepaskan semuanya hanya untuk menjadi guru piano, bukan?”
Jin Mok membenarkan
dengan wajah sedih.
Cha Sik berdiri dengan
sedih di depan ruang latihan. Memperhatikan Yoo Seul yang sedang marah-marah
karena Cha Sik belum datang juga padahal sudah jam 10.10 (inget jam 10.10 jadi
inget Kyung Joon di Big^^)
“Baik, lupakan
saja!!! Ini bagus karena aku memang akan menyerah tidak mau main piano lagi. Berkat
kau, aku bisa berhenti tanap penyesalan! Terima kasih, Jung Cha Sik!
Tapi aku akan
menunggu 5 menit lagi dengan mempertimbangkan persahabatan kita. Hanya 5 menit
lagi!” Yoo Seul kembali duduk dengan kesal.
Cha Sik membuka
pintu lalu tersenyum. Ia meledek mereka belum cukup lama saling mengenal untuk
dianggap bersahabat.
Wajah Yoo Seul langsung
cerah begitu mendengar suara Cha Sik. Tapi kemarahannya kembali muncul Ia
bertanya mengapa Cha Sik tidak menjawab teleponnya.
“Kau bilang akan
selalu melindungiku!”
“Jadi kau ingin
bertemu denganku? Apa kau rindu padaku?” tanya Cha Sik senang.
“Tidak, sama
sekali tidak. Aku sama sekali tidak kehilanganmu,” Yoo Seul menyangkal meski
wajahnya menunjukkan hal yang sebaliknya.
“Aisssh...tapi kau
terdengar sangat putus asa dalam pesan-pesanmu. Kau putu asa mencariku,” ujar
Cha Sik,
Yoo Seul berkata
ia tidak sedang ingin bergurau. Ia bertanya apakah Cha Sik sudah selesai
berlatih. Cha Sik bingung bagaimana harus menjawabnya.
Saat itulah Jin Mok
muncul dan memberi isyarat pada Cha Sik agar tidak memberitahu Yoo Seul
mengenai kehadirannya.
“Apa kau tidak
bisa memainkannya? Itukah sebabnya kau tidak muncul?” tanya Yoo Seul khawatir.
Jin Mok memberi
isyarat pada Cha Sik agar menjawab tidak.
“Tidak, aku bisa
melakukannya,” jawab Cha Sik.
Yoo Seul menghela
nafas lega dan berkata ia tahu Cha Sik pasti bisa.
“Mainkanlah.”
Cha Sik bengong
tapi Jin Mok mengangguk padanya. Jin Mok pelan-pelan duduk di depan piano. Yoo
Seul bertanya mengapa Cha Sik terdengar tidak percaya diri. Ia ingin Cha Sik
memainkan bagian utama lebih dulu. Bagian yang selama ini dilatih Cha Sik. Cha
Sik buru-buru menaruh partitur bagian tersebut di hadapan Jin Mok.
Jin Mok mengangguk
padanya. Cha Sik mundur pelan-pelan dan duduk di belakang.
Sementara Jin Mok mulai
memainkan bagian tersebut.
Dimulai dari
pianissimo….crescendo….fortissimo…
Cha Sik kagum
melihat Jin Mok memainkan bagian tersebut dengan sangat baik. Ia ingat Yoo Seul
mengajarinya bahwa pada bagian tersebut ia memainkan orkestra sedangkan Yoo
Seul memainkan chorusnya.
“Kau harus
memainkan bagian orkestra ini dengan keras dan jelas agar karya ini menjadi
hidup.”
Ketika itu Cha Sik
bingung bagaimana ia bisa menghasilkan suara seperti sebuah orkestra. Yoo Seul
berkata Cha Sik harus melakukannya. Caranya dengan tepat memainkan setiap not
tanpa terlewat atau tercampur dengan not lain. Cha Sik juga tidak boleh keluar
tempo. Dengan cara itu Cha Sik bisa bermain skala orkestra.
Dan Jin Mok memainkannya
tepat seperti itu. Cha Sik pelan-pelan berdiri di dekat Jin Mok. Ia menanyakan
pendapat Yoo Seul.
“Sempurna.
Menghanyutkan. Bahkan aku tidak akan bisa memainkannya seperti itu,” puji Yoo Seul
sungguh-sungguh.
Jin Mok menoleh dengan
terkejut. Pujian pertama Yoo Seul untuknya…atau mungkin pujian tulus pertama
yang pernah didengarnya…
Cha Sik tersenyum melihat ekspresi Jin Mok dan bertanya pada Yoo Seul sebagus itukah.
“Iya. Kurasa
keputusanmu untuk menjadi seorang pianis adalah keputusan terbaik yang pernah
kaubuat. Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah main piano, ya?”
Jin Mok diam-diam
menangis mendengarnya. Melihat itu, Cha Sik meminta Yoo Seul mengulang
kata-katanya barusan. Ia memegang pundak Jin Mok.
“Aku sebenarnya
berpikir untuk menyerah. Aku berpikir apakah aku terlalu tinggi menilai diriku
sendiri. Aku khawatir aku hanya akan menjadi pianis biasa-biasa saja. Aku terus
meragukan diriku sendiri,” Cha Sik menyuarakan isi hati Jin Mok.
“Jangan ragukan
dirimu. Jangan khawatir dan jangan menyerah. Kau sudah pasti berbakat. Aku
biasanya tidak pernah mengakui orang lain tapi aku mengakui kemampuanmu dengan
sepenuh hati. Apa kau mau aku mengulang kata-kataku lagi? 10 kali? Aku bisa
mengulangnya sampai 1000 kali,” kata Yoo Seul tersenyum.
Jin Mok sangat
terharu. Cha Sik tersenyum. Ia meremas pundak Jin Mok sebagai tanda ia juga
setuju dengan pendapat Yoo Seul.
“Itu sudah cukup.
Terima kasih, Yoo Seul,” katanya.
Jin Mok dan Cha
Sik keluar dari ruang latihan. Cha Sik berterima kasih pada Jin Mok.
“Jika kau
berterima kasih padaku, lakukan apapun juga aga bisa memainkannya. Entah dengan
menjadi gila atau berlatih habis-habisan. Menangkan hadiah pada kompetisi
besok. Juga, berhentilah memanggilku si Bodoh!” gerutunya.
Cha Sik tersenyum
memberi hormat. Diam-diam Jin Mok juga tersenyum saat ia berbalik pergi.
Sebaliknya, senyum Cha Sik menghilang begitu ia sendirian.
Keesokannya, ibu
Yoo Seul pergi menghadiri kompetisi dengan mengenakan penutup kepala agar tak
ada yang mengenalinya. Tapi ibu Cha Sik mengenalinya dan memperkenalkan diri
(penyamarannya memang tidak meyakinkan sih^^)
“Aku seharusnya
memperkenalkan diri saat aku membeli piano itu,” kata ibu Cha Sik.
Rupanya ibu Yoo
Seul sama sekali lupa. Ia merasa baru pertama kali ini ia bertemu dengan ibu
Cha Sik.
“Kau minum soju di
gelas wine. Kau jadi mabuk dan mengatakan akan memberiku piano gratis. Juga
menasihatiku agar tidak mempertaruhkan semuanya demi anak.”
Ibu Yoo Seul
berkilah orang itu pasti bukan dirinya. Ibu Cha Sik pasti salah mengenali
orang.
“Pertama, aku
tidak minum soju dan bersikap mabuk seperti itu. Kedua, aku tidak akan pernah
memberi piano gratis. Tiga, aku tidak akan pernah mengatakan untuk tidak
mempertaruhkan semuanya demi anak.”
Lalu ia pergi
begitu saja. Ibu Cha Sik mengomel ia yang bodoh karena sempat kasihan pada ibu
Yoo Seul.
Tiba-tiba ibu Yoo
Seul berbalik dan kembali berjalan ke arahnya. Ibu Cha Sik terkejut mengira ibu
Yoo Seul mendengar kata-katanya barusan.
“Jangan bilang
puteriku kalau aku ada di sini. Dia akan merasa tertekan dan melarikan diri,” pinta
ibu Yoo Seul. Setelah itu ia pergi lagi.
Para siswa terkejut
mendengar Hyun Myung Sae menjadi juri tamu dalam kompetisi hari ini. Seorang
guru bahkan berkata itu lebih mustahil dari Cristiano Ronaldo menjadi wasit
pertandingan sepakbola di kelurahan. Haha masa sih XD
Tapi memang aneh
kenapa seorang Hyun Myung Sae mau jauh-jauh datang dari Austria ke Korea untuk
menjadi juri kompetisi awal. Mereka menduga salah satu alasannya adalah untuk
menemui Cha Sik dan bertanya-tanya apakah Cha Sik benar-benar anak Hyun Myung
Sae.
Ibu Cha Sik yang
juga mengetahui hal tersebut langsung panik mencari Cha Sik.
Cha Sik membaca
berita tersebut dan langsung berlari ke ruang tamu khusus, Hyun Myung Sae. Ia
memberanikan dirinya untuk mengetuk namun tiba-tiba pintu terbuka hingga ia
terjatuh memeluk orang yang membuka pintu. Ia begitu senang saat melihat Hyun
Myung Sae. Oh no….
“Apa kau Jung Cha
Sik?” tanya Hyun Myung Sae.
“Iya. Ayah, apa
Ayah datang ke sini untuk menemuiku?” tanyanya penuh harap.
“Benar. Aku juga
penasaran kenapa kau bisa salah menganggapku sebagai ayahmu,” kata Hyun Myung Sae.
Seketika itu juga senyum
Cha Sik menghilang.
Ibu akhirnya
melihat Cha Sik. Melihat wajah Cha Sik, ibu menyadari Cha Sik sudah bertemu
Hyun Myung Sae.
“Apa semua itu
bohong? Kalau begitu pasti sebuah kebohongan juga aku seorang
jenius. Apa yang akan kulakukan sekarang? Hanya hal itu satu-satunya yang
kupercayai hingga aku bisa sejauh ini,” Cha Sik melihat jari-jarinya yang penuh
luka karena latihan piano.
Ia mengakui ia
terlalu naif. Hanya melalui sebuah foto ia percaya perkataan ibunya. Hmmm…bukan
karena foto sih, tapi karena ibunya yang mengatakannya. Karena itu ia merasa
sangat kecewa dan marah.
Ibunya meminta
maaf berkali-kali tapi Cha Sik tidak menghiraukan ibunya dan berjalan pergi.
Yoo Seul berusaha
memakai lipstick di ruang rias. Cha Sik melihatnya dan bergumam apa yang
sebaiknya ia lakukan. Ia duduk di sebelah Yoo Seul dan menawarkan diri untuk
membantu memakaikan lipstik. Yoo Seul tertawa menolak, tapi ia membiarkan juga
ketika Cha Sik mengoleskan lipstik ke bibirnya.
Di depan Yoo Seul,
Cha Sik berusaha tidak memperlihatkan kesedihan dan kegalauannya. Yoo Seul bertanya
apakah Cha Sik tidak gugup dengan kedatangan “ayah”nya.
“Apa? Ayahku?
Kukira kau tidak percaya beliau adalah
ayahku.”
“Tidak, aku
percaya sekarang. Berdasarkan permainanmu kemarin, aku yakin kau pasti
puteranya.”
Cha Sik hanya
berdehem kecil. Yoo Seul berkata Cha Sik tidak terdengar percaya diri. Ia
menarik kerah Cha Sik dan menyuruhnya sadar.
“Cukup bermain
seperti kemarin dan ayahmu akan mengakuimu. Kau bahkan mungkin beruntung bila
ia menganggapmu berbakat.”
“Bukankah tidak
adil jika ia menganggapku yang berbakat dan bukannya kau?”
Yoo Seul mengaku
ia akan merasa sedikit sedih, tapi ia tidak menganggapnya tidak adil karena ia
sendiri sudah mengakui kemampuan Cha Sik. Cha Sik tersenyum dan berterima
kasih.
Yoo Seul mengingatkan
ia juga akan melakukan yang terbaik. Cha Sik berkata ia sudah tahu.
“Tunggu saja dan
lihat, penampilanku akan melebihi imajinasimu. Kemampuanku sudah sangat meningkat.”
Yoo Seul tertawa
dan bergurau kebohongan Cha Sik semakin parah saja. Cha Sik berkata ia tidak
berbohong. Ia menggenggam tangan Yoo Seul.
“Tepati janjimu.
Jika kau menang, kau tidak akan menyerah bermain piano.”
Yoo Seul
mengangguk. Cha Sik berkata ia jamin Yoo Seul akan tersenyum setelah kompetisi.
Ia akan memastikan itu terjadi. Yoo Seul tersenyum mengangguk.
Cha Sik lalu
menemui Hyun Myung Sae di auditorium dam meminta berbicara dengannya. Setelah mengatakan sesuatu, ia mengucapkan
terima kasih.
Jin Mok melihat
ibu Yoo Seul duduk di barisan belakang kursi penonton. Ia mengangguk hormat
lalu duduk beberapa bangku di depannya.
Cha Sik
menghampiri Jin Mok. Jin Mok kaget karena sebentar lagi kompetisi akan dimulai
sementara Cha Sik ada di sini.
“Jin Mok, kumohon
padamu. Bermainlah menggantikanku. Aku akan jujur. Kau benar dan aku salah. Aku
bukan putera Hyun Myung Sae juga bukan seorang jenius. Dan aku tidak bisa
bermain hingga 135 BPM. Penampilan Yoo Seul bisa hancur. Ini mungkin kesempatan
satu-satunya dalam hidupnya baginya. Aku tidak mau merusaknya, jadi kumohon
padamu gantikan aku.”
Ibu Yoo Seul
terkejut saat mendengar kata-kata Cha Sik.
“Kau gila,
kompetisi itu tidak main-main. Bagaimana bisa aku bermain dengan namamu yang
terdaftar?” kata Jin Mok.
Cha Sik berkata ia
sudah memasukkan nama Jin Mok dan bukan namanya. Hal itu masih bisa dilakukan karena belum babak
final dan masih babak penyisihan. Jin Mok berkata ia tetap tidak bisa
melakukannya karena ia belum menghafal karya itu.
“Apakah kau bisa
memainkannya jika ada partitur? Cobalah, aku akan membalik halamannya. Karya
ini ditulis Beethoven dan diaransemen oleh Liszt, jadi ini karya sempurna untuk
menunjukkan kekuatanmu,” ibu Yoo Seul melepas penyamarannya.
Jin Mok terkejut
mendengar kata-kata ibu Yoo Seul.
“Jangan melarikan
diri,” kata ibu Yoo Seul. “Naiklah ke panggung. Aku akan membantumu.”
Akhirnya Jin Mok setuju.
Ia bertanya apakah Cha Sik tidak apa-apa. Cha Sik tersenyum dan berkata ia
tidak apa-apa. Meski matanya berkaca-kaca :(
Ibu Cha Sik
menanti dengan cemas. Ia langsung meminta maaf lagi begitu menemukan puteranya.
Cha Sik berkata saat ini ia ingin sendirian. Tapi ibu tidak membiarkannya
sendirian dan terus meminta maaf. Ibu meminta Cha Sik mendengarnya karena ia mengerti
perasaan Cha Sik saat ini.
“Ibu mengerti?
Bagaimana bisa Ibu mengerti? Ibu tidak tahu seberapa banyak hal bodoh yang
kulakukan karena percaya kebohongan Ibu. Jika Ibu mengerti, Ibu tidak akan
membohongiku sejak awal,” Cha Sik menumpahkan isi hatinya.
Ia bertanya apa
Ibu tahu betapa bersemangatnya ia berlatih bersama Yoo Seul untuk menjadi
seorang pianis sementara mengangankan hal yang tidak mungkin.
“Tahu, tentu saja
Ibu tahu.”
“Ibu tahu? Kalau
begitu Ibu pasti tahu impianku adalah hal yang tidak mungkin. Dan ibu seharusnya
sudah tahu bagaimana menderitanya aku setelah menyadari hal itu. Mengapa Ibu
berbohong jika Ibu tahu? Mengapa?!” kata
Cha Sik emosi.
“Kenapa kau pergi
ke atap rumah sakit?” tanya Ibu sambil menangis. “Kau juga memikirkan hal yang
buruk seperti Yoo Seul, kan?”
Cha Sik tertegun.
Pada hari itu ia
memang naik ke atap dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya tapi ia tidak
sanggup. Lalu ia menangis sendirian karena sangat takut dengan masa depannya.
Ibu bertanya
apakah Cha Sik pikir ia tidak akan tahu. Ia ingin Cha Sik merasa lebih baik.
“Ibu ingin
memberitahumu bahwa kau lebih baik dari siapapun tapi Ibu merasa diri Ibu sangat
menyedihkan.”
Cha Sik bertanya
apa itu sebabnya ibunya membohonginya.
“Jika Ibu
memberitahu yang sebenarnya, apa kau akan merasa lebih baik jika Ibu
memberitahumu bahwa kau akan baik-baik saja karena kau seperti Ibu?
Kau seharusnya
tidak seperti Ibu. Apa gunanya menjadi seperti Ibu yang hanya penulis tanpa
nama. Karena itu Ibu berbohong. Ibu pikir kau akan mendapat kekuatan jika Ibu
katakan kau seperti seseorang yang hebat.”
Cha Sik mengusap
air matanya dan berkata ia sangat-sangat marah mendengar perkataan ibunya
barusan.
“Aku tidak pernah
merasa semarah ini dalam hidupku sebelumnya. Ikut aku!” Cha Sik menarik ibunya
pergi.
Kompetisi sudah dimulai
dan tiba giliran Yoo Seul – Jin Mok. Yoo Seul tidak tahu ia berpasangan dengan
Jin Mok karena nama mereka memang tidak diumumkan. Ibu Yoo Seul duduk di dekat
Jin Mok sebagai pembalik halaman.
Jin Mok bertanya
apakah ibu Yoo Seul tidak akan memberitahu Yoo Seul kalau ia ada di sana.
Tidak, jawab ibu Yoo Seul. Jika tahu, Yoo Seul tidak akan memilih ada di sini.
“Meski aku tahu
tidak akan terjadi, jika kau sengaja membuat kesalahan seperti terakhir kali, kau
tidak akan bisa tampil lagi. Aku akan menarik semua rambutmu.”
Jin Mok tertawa
kecil. Ia bertanya apa yang akan ibu Yoo Seul lakukan untuknya jika ia tidak
membuat kesalahan satu pun.
“Sebuah pujian,”
jawab ibu Yoo Seul.
Cha Sik membawa
ibunya ke piano di terowongan.
“Bukankah Ibu
bertanya apakah aku akan merasa lebih baik jika Ibu berkata aku sama seperti
Ibu? Dengar baik-baik. Ini adalah jawabanku.”
Cha Sik duduk di
depan piano dan mengumumkan keras-keras kalau saat ini ia bermain piano sebagai
putera ibunya, bukan putera Hyun Myung Sae.
Jarinya mulai
menekan tuts piano, bersamaan dengan Jin Mok dan Yoo Seul di tempat kompetisi.
Mereka seakan memainkannya bertiga bersama-sama.
Sepulang dari
sekolah pada malam ia mendapatkan pengakuan Yoo Seul, Jin Mok memberitahu ayahnya bahwa ia akan terus bermain
piano. Mungkin saja ayahnya benar, ia akan menjadi pelatih piano biasa karena
ia tidak berbakat.
“Tapi…aku suka
bermain piano. Jadi aku tidak apa-apa menjadi pelatih piano biasa-biasa saja
setelah 10 tahun.”
“Kau tidak
apa-apa? Kau ingin membuang-buang waktumu untuk menjadi pelatih piano biasa?”
“Ya, aku tidak
peduli. Lebih penting bagiku untuk berpikir di temapt tidur setiap harinya
bahwa aku mengalami hari yang menyenangkan. Akan menyenangkan jika aku menjadi
pianis sukses, tapi meski nantinya tidak seperti itu, tidak apa-apa. Waktu 10 tahun hidupku tetap akan menyenangkan karena aku melakukan apa yang aku cintai.” Bravo Jin Mok^^
Murid-murid yang
menonton penampilan tersebut terheran-heran melihat Jin Mok tersenyum saat
bermain piano. Ini pertama kalinya mereka lihat.
Yoo Seul dan Cha
Sik juga menikmati permainan mereka. Tibalah bagian utama dalam karya tersebut.
Jin Mok tentu saja bisa memainkannya dengan sempurna. Bagaimana dengan Cha Sik?
Dalam “kemarahan”nya
yang amat sangat itu ia berhasil memainkannya dengan baik dan tempo yang tepat.
Ibu sampai menangis terharu melihatnya.
Tepuk tangan
menyambut berakhirnya permainan mereka. Hyun Myung Sae tersenyum mengangguk
menyaksikan duet tersebut. Di terowongan, Cha Sik juga mendapat tepuk tangan
dari mereka yang lewat.
Ibu Yoo Seul tersenyum
penuh haru melihat puterinya.
“Itu adalah yang
terbaik, Jin Mok,” pujinya.
Jin Mok tersenyum.
Sesuai janji Cha Sik, malam itu Yoo Seul tersenyum seperti dalam mimpinya.
Epilog:
Jin Mok memenangkan
juara pertama kompetisi 2 piano. Rol rambut Yoo Seul tetap disimpannya.
Ibu Cha Sik
menulis kisah tentang pianis terkenal dunia berjudul “Page Turner”. Di rumah,
terlihat sebuah piano. Di atas piano berderet partitur, metronom, dan alat
pelatih jari milik Yoo Seul (yang dipungut Cha Sik padahal hari pertama mereka
bertemu). Ha, Cha Sik terus bermain piano^^
Ibu Yoo Seul
tersenyum melihat foto kemenangan Yoo Seul dalam kompetisi dua piano. Dalam
foto tersebut, Yoo Seul tersenyum bangga.
The End.
Komentar:
I really love this
drama^^ Sayang cuma 3 episode >,<
Adegan dalam ruang
latihan adalah adegan yang paling kusuka. Berkali-kali menontonnya tetap
membuat terharu. Meski Yoo Seul tidak tahu Jin Mok lah yang ia akui, tapi tetap
saja sangat menyentuh karena kata-kata itu tepat diucapkan saat Jin Mok hendak
menyerah.
Justru karena Yoo
Seul tidak tahu, maka penilaian Yoo Seul benar-benar hanya berdasarkan permainan
piano Jin Mok. Seandainya ia tahu Jin Mok yang memainkannya, meski ia mengakui
kemampuan Jin Mok ia tidak akan mengatakannya di hadapan Jin Mok. Padahal yang
dibutuhkan Jin Mok saat itu adalah pengakuan itu.
Pujian Cha Sik pun
tidak cukup untuk Jin Mok karena bagi Jin Mok, Cha Sik masihlah seorang yang
awam piano. Berbeda jika Yoo Seul yang menilainya. Seorang jenius mengakui
permainannya. Apalagi mengakui kalau belum tentu bisa bermain sebaik Jin Mok,
pasti merupakan pujian terbesar yang pernah diterima Jin Mok.
Dan aku sangat
suka bagaimana Cha Sik dengan tulus membantu Jin Mok mendapatkan pengakuan itu.
Ia rupanya mengerti bahwa kata-kata Jin Mok yang diucapkan di terowongan itu
sebenarnya adalah kegundahan Jin Mok sendiri. Meski ia tampak polos, tapi ia
seorang yang peduli dan berhati baik.
Benar kata Cha
Sik. Justru karena ia putera ibunya maka ia bisa sehebat itu. Baginya ibunya
lebih hebat dari siapapun. Seorang ibu yang membesarkannya seorang diri.
Seorang ibu yang selalu mendukungnya. Seorang ibu yang selalu memberinya
semangat. Seorang ibu yang selalu bangga padanya apapun yang terjadi. Seorang ibu yang menjadikannya sebagai
seorang Cha Sik seperti sekarang ini.
Pribadi Cha Sik
adalah seorang yang luar biasa. Ia tidak membiarkan orang lain tahu
kesedihannya dan kegundahannya. Tapi di saat lain ia tidak menyerah. Kalau begitu
kenapa ia tidak naik ke atas panggung? Karena ia tidak mau menghancurkan impian
Yoo Seul di saat ia merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri.
Aku merasa
keputusan Cha Sik adalah keputusan yang tepat meski mungkin mengecewakan banyak
dari kita yang menyukai Cha Sik. Orang yang lebih membutuhkan pengakuan dalam
kompetisi tersebut adalah Yoo Seul. Yoo Seul yang mempertaruhkannya masa
depannya melalui kompetisi tersebut.
Sedangkan Cha Sik
awalnya mengikuti kompetisi itu karena ia ingin membuktikan bahwa ia putera
Hyun Myung Sae. Tapi justru kebenaran pahit yang harus ditelannya tepat sebelum
ia mengikuti kompetisi. Yoo Seul yang lebih membutuhkan tampil dalam kompetisi
tersebut. Ia tidak bisa mempertaruhkan hal yang tidak pasti untuk masa depan Yoo
Seul. Dan hanya Jin Mok yang bisa membantunya saat itu.
Aku juga suka
ketika Jin Mok bertanya apakah Cha Sik tidak apa-apa ia yang mengikuti
kompetisi. Ia benar-benar jauh berubah. Dari seorang yang dijuluki psikopat
malah mengkhawatirkan perasaan Cha Sik.
Karena ia tahu betul Cha Sik telah berlatih keras demi mengikuti
kompetisi ini.
“Ini adalah kisah
menyentuh tentang 3 anak muda…. Seperti pembalik halaman, yang membalik
partitur musik. Mereka membantu pertunjukkan dari tempat yang paling dekat dan
melakukan yang terbaik agar sang bintang bersinar. Mereka akan menjadi partner
terbaik.”
Benar-benar
gambaran yang tepat untuk kisah mereka bertiga… Ah makin suka deh sama Park Hye Ryun writer-nim^^
Sama unie drama ini hebat. Komentar y uni juga daebak
BalasHapusSuka banget sama drama ini....thanks for sinopsisnya
BalasHapusBener-bener drama persahabatan ya.. Sayang gk ada kiss-nya.. Hehehe😁
BalasHapusmakasih mbaa sinopsisnya, sukaaa
BalasHapusklo drama nya dilanjutin nih ,, dan yoo seul tau klo yang main adalah Jin Mok bukannya Cha sik pasti Yoo seul marah besar dan berantem .... yah sayang nya itu cuma bisa dibayangin sdri aja.. btw , mata buta nya Yoo seul itu permanen kah ? wah sayang bgt romance nya kurang menonjol.
BalasHapusDaebakk
BalasHapusBaru liat drakor nya..langsung suka sm cerita dan pemainnya..keren bgt deh...
BalasHapus