Setelah mendengar tentang mimpi Putera Mahkota, Hong Joo menggunakan sihir hitamnya untuk mengirim roh-roh mencaritahu keberadaan Sang Puteri.
Roh-roh itu
melayang-layang menuju rumah Yeon Hee. Yeon Hee sepertinya bisa merasakan
kedatangan roh-roh itu. Ia menutup pintu rumahnya rapat-rapat dan
menggemboknya, lalu bersembunyi di balik selimut dengan ketakutan.
Tak lama kemudian
pintu rumahnya bergerak-gerak seakan banyak yang hendak mendobrak dari luar.
Terdengar bisikan membujuknya untuk keluar.
“Nak, keluarlah….keluarlah….”
Yeon Hee menutupi
telinga dengan tangannya dan berkata pada dirinya sendiri berulang-ulang kalau
ia tidak takut. Melihat reaksinya, ini bukan pertama kalinya ia mengalami hal
seperti ini.
Poong Yeon telah
ditunggu ayahnya ketika ia pulang. Hyun Seo bertanya apakah Poong Yeon menemui
Yeon Hee lagi. Poong Yeon mengiyakan.
Hyun Seo marah
karena Poong Yeon melanggar perintahnya. Tapi Poong Yeon berkata kenapa ia
tidak boleh. Mereka sama sekali bukan saudara. Ia menanyakan semua hal yang disimpannya
selama ini.
“Kenapa aku tidak
boleh menemui Yeon Hee? Kenapa dia harus tinggal di tempat itu? Katakan padaku,
kenapa aku tidak boleh?”
Hyun Seo berkata
ia hanya tidak ingin kehilangan mereka berdua. Apa artinya itu, tanya Poong
Yeon. Sayangnya, Hyun Seo tidak mau menjelaskan pada anaknya dan berkata
pokoknya Ponng Yeon tidak boleh bersama dengan Yeon Hee.
“Ayah selalu
seperti ini,” kata Poong Yeon marah. “Ayah tidak pernah mengatakan alasannya
kenapa tidak boleh. Jika aku bisa menghentikan diriku sendiri, aku tidak akan
melakukannya. Aku tidak bisa berhenti sekarang.”
Ibu Heo Ok, Nyonya
Sohn, bercerita pada pelayannya kalau ia menemui seorang shaman dan shaman itu
mengatakan kalau Jun memiliki takdir yang bisa mengalahkan Heo Ok.
“Tapi bagaimana
bisa aku percaya perkataan seorang shaman? Aku hanya bersenang-senang ke sana,
bukan begitu?”
Si pelayan, yang
adalah ibu Heo Jun, cepat-cepat membenarkan perkataan majikannya. Ia berkata
Jun tidak akan mampu mengalahkan Heo Ok.
Nyonya Sohn
berkata ia mendengar Jun berkeliaran melakukan hal-hal aneh. Kabarnya ia
melakukan apapun demi uang dan ia khawatir Jun melakukan itu untuk
mempermalukan nama keluarga Heo.
Ibu Jun meminta
maaf, ia berkata ia akan menegur Jun dengan keras. Tapi itu tidak cukup untuk
Nyonya Sohn. Ia menyuruh ibu Jun menghentikan apapun yang dilakukan Jun.
Ayah Heo Jun sudah
meninggal, jadi Nyonya Sohn yang mengepalai keluarga itu.
Sementara ibu Heo Jun hanya seorang budak yang masa itu dipandang sangat rendah. Budak dianggap milik majikannya. Jun pernah mencoba mengikuti ujian pejabat untuk mengeluarkan dirinya dan ibunya dari status sosial mereka, tapi Nyonya Sohn tidak akan membiarkan itu terjadi.
Sementara ibu Heo Jun hanya seorang budak yang masa itu dipandang sangat rendah. Budak dianggap milik majikannya. Jun pernah mencoba mengikuti ujian pejabat untuk mengeluarkan dirinya dan ibunya dari status sosial mereka, tapi Nyonya Sohn tidak akan membiarkan itu terjadi.
Nyonya Sohn
melarang Heo Jun menyamakan dirinya dengan Heo Ok. Ibu Heo Jun berkata ia akan
memastikan itu tidak terjadi. Nyonya Sohn tampak sangat membenci ibu Heo Jun
dan ia iri dengan kecantikan ibu Heo Jun.
Khawatir dengan
perkataan majikannya, ibu Heo Jun menunggu di dekat pintu. Tapi Jun tidak
pulang juga. Ketika Heo Ok pulang dalam keadaan mabuk, ia menanyakan tentang
Jun. Heo Ok berkata Jun akan segera pulang dan menyuruh ibu Jun masuk dan tidur
karena cuaca sangat dingin.
Di mana Jun? Ia
jatuh pingsan setelah jatuh dari tebing. Tangannya masih memegang erat benang
layang-layang Yeon Hee.
Yeon Hee masih
meringkuk ketakutan ketika tiba-tiba ia mendengar suara orang mengaduh.
Pelan-pelan ia memberanikan diri membuka pintu dan berjalan keluar. Ia melihat
sesuatu.
Ternyata itu Heo
Jun yang berhasil kembali dengan tubuh penuh luka. Yeon Hee mengobatinya sambil
mengomelinya. Ia berkata layang-layang itu tidak sepadan untuk menempuh bahaya
seperti itu.
“Kau bilang
layang-layang ini penting,” ujar Heo Jun.
Yeon Hee berkata
yang terpenting adalah nyawa manusia. Dan lagi kalau Heo Jun hendak
mengembalikannya, seharusnya dalam keadaan bagus, bukan sobek-sobek seperti
itu.
Heo Jun jadi
kesal. Tapi diam-diam ia tersenyum melihat Yeon Hee dengan serius dan lembut
mengobati luka-lukanya. Ia cepat-cepat memalingkan wajahnya ketika Yeon Hee
melihatnya.
Setelah diobati,
Jun bersiap untuk pulang karena tidak ingin ibunya khawatir. Yeon Hee berkata
akan sangat berbahaya pulang malam-malam begini karena sangat gelap. Sebaiknya
Jun pulang besok pagi.
“Apa? Kau menyuruhku
menginap di sini? Kau itu seharusnya sedikit memiliki rasa takut pada pria,”
omel Jun.
“Kalau kau pergi,
pergilah. Tidak masalah untukku,” kata Yeon Hee cuek.
Jun berjalan
pergi. Tapi ia mulai ragu.
“Kenapa? Kau tidak
pergi?” sindir Yeon Hee. “Ayo sana cepat pergi.”
“Iya, aku pergi,”
ujar Jun. Tapi baru 2 langkah, ia mulai ketakutan mendengar suara raungan dan
auman binatang buas di kegelapan malam.
Ia berjalan
kembali ke rumah dan berkata ia merasa tidak enak hati meninggalkan Yeon Hee
sendirian di tempat berbahaya. Jadi ia akan membantu Yeon Hee dengan menginap
malam ini.
Jun tidur di teras
rumah dengan alas tidur dan selimut pemberian Yeon Hee. Sementara Yeon Hee
tidur di dalam. Jun kesulitan untuk tidur.
“Apa kau sudah
tidur?” tanyanya.
Yeon Hee belum
tidur. Jun bertanya apakah namanya Yeon Hee. Ia dengar dari ayah Yeon Hee yang
memanggilnya tadi sore.
Ia bertanya kenapa
ayah Yeon Hee menempatkan Yeon Hee di tempat yang berbahaya seperti ini.
“Apakah kau juga
terlahir dalam keluarga di mana kau tak seharusnya dilahirkan?” tanyanya.
“Terlahir di tempat di mana keberadaanmu menjadi beban dan masalah bagi yang
lain. Itukah sebabnya ayahmu menyembunyikan di tempat terpencil seperti ini?”
“Tidak ada orang
yang seharusnya tidak dilahirkan,” jawab Yeon Hee. “Kakakku yang mengatakannya
padaku. Tidak peduli siapapun, miskin
atau kaya, sakit atau sehat, semua orang dilahirkan dengan tujuan untuk
membantu dunia ini apapun caranya. Dan mencari tahu peranmu dalam dunia ini
adalah tujuanmu dalam hidup ini.”
“Jadi jangan
sedih,” kata Yeon Hee. “Aku yakin pasti ada alasan mengapa kau juga
dilahirkan.”
Heo Jun berkilah
ia merasa sedih. Ia tidak pernah merasa sedih. Ya sudah kalau tidak, ujar Yeon
Hee cuek.
Jun mewanti-wanti
Yeon Hee agar tidak membiarkan orang sembarangan menginap seperti dirinya. Yeon
Hee harus bersyukur ia orang baik-baik.
“Orang baik-baik
yang menyusup ke rumah orang dan mencuri layang-layangku?” sembur Yeon Hee.
Bukan begitu, kata
Jun. Yeon Hee menyuruh Jun tidur saja. Ia tersenyum karena setidaknya malam ini
ia tidak sendirian. Sementara Jun tersenyum memikirkan perkataan Yeon Hee tadi.
Bahwa pasti ada alasan ia dilahirkan. Keduanya pun tertidur.
Dua tulisan pada
kertas jimat besar di depan rumah Yeon Hee berubah menjadi sepasang serigala.
Mereka melindungi rumah Yeon Hee dari serangan roh-roh jahat. Roh-roh jahat itu
tidak bisa mendekat dan pergi.
Pagi-pagi sekali Hyun
Seo dan para anak buahnya pergi menuju kuil Chungbing untuk mencari buku Sihir
Kutukan atau Mauigeumseo.
Hari ini adalah hari ulang tahun Yeon Hee yang ke-17. Jika kutukannya mulai aktif hari ini maka kutukan kematian akan dimulai. Ini adalah cara terakhir untuk bisa bertahan hidup.
Heo Ok seperti
biasa bersenang-senang bersama teman-temannya di rumah gisaeng. Tiba-tiba semua
orang terdiam saat melihat Jun datang membawakan layang-layang itu meski dengan
tubuh penuh luka. Ia berkata ia membawakan layang-layang itu sesuai janji.
Yeon Hee yang
meminjamkan layang-layang itu. Ia tidak tahu untuk apa layang-layang itu, tapi
ia meminjamkannya dan Jun harus mengembalikannya. Err…modus supaya Jun balik
lagi? ;p
Jun menagih janji
Heo Ok. Heo Ok yang mabuk menyuruh teman-temannya bertepuk tangan. Ia memuji
Jun memang hebat.
“Karena aku sudah
berjanji, aku harus menepatinya. Tapi bagaimana ini, aku kehabisan uang,”
oloknya. Ia melemparkan beberapa keping uang ke arah Jun.
Ia berkata ia akan
memberikan sisanya nanti di rumah. Jun berusaha menahan diri atas perilaku
kakaknya. Heo Ok bertanya mengapa Jun tidak memungut uang-uang itu. Apa Jun
takut ia tidak membayar sisanya?
Jun akhirnya
berjongkok dan mulai memungut uang-uang itu diiringi tawa penuh penghinaan Heo
Ok dan teman-temannya.
“Benar, jangan
lewatkan satupun juga. Dengan begitu kau bisa menebus ibumu dan
membebaskannya,” kata Heo Ok.
Heo Jun tertegun.
Heo Ok berkata
memangnya Jun pikir ia tidak akan tahu. Ia tahu alasan Jun begitu menghemat dan
mencari uang adalah untuk menebus ibunya dari status budak. Ia menyuruh teman-temannya juga memberi Jun
uang. Mereka melempar uang-uang mereka ke arah Jun.
Jun menelan semua
penghinaan itu dan berusaha menahan diri.
Heo Ok menyodorkan
minuman dan menyuruh Jun meminumnya. Ia
bertanya bagaimana cara Jun mendapatkan layang-layang itu. Ia dengar rumor ada
hantu cantik di Hutan Hitam. Apakah Jun menjual tubuhnya semalaman demi
layang-layang itu, sama seperti ibunya menjual diri demi mendapatkan Jun?
“Tapi aku tidak
berencana menyerahkan kontrak budak ibumu. Hingga ke liang kubur, ibumu akan
menjilat kakiku,” bisik Heo Ok.
Jun tak tahan
lagi. Ia memukuli Heo Ok bertubi-tubi. Heo Ok terjatuh ke dalam kolam.
Jun pulang. Ibunya
sudah menunggu dengan khawatir dan bertanya ke mana saja Jun semalaman. Ia
mengkhawatirkan keadaan Jun yang penuh luka dan bertanya apa yang dilakukan
Jun.
Heo Ok pulang
sambil berteriak-teriak marah. Ibu Jun terkejut melihat Heo Ok basah kuyup dan
babak belur dan bertanya apa yang terjadi.
“Tanya dia! Tanya
dia!” Ok menunjuk Jun yang berdiri mematung di halaman.
Nyonya Sohn marah
dan menghampiri Jun.
Plakk!! Ibu Jun
menampar Jun. Bahkan Nyonya Sohn pun terkejut.
Jun menatap ibunya
dengan sedih dan tak percaya. Ibunya memarahinya dan menyuruhnya miinta maaf.
Tapi Jun terlalu shock dan sakit hati.
“Aku tidak mau.
Ibu, aku tidak melakukan kesalahan…jadi aku tidak perlu meminta maaf,” katanya
menahan tangis. Lalu ia pergi.
Nyonya Sohn
mengobati luka Heo OK sambil mengomel karena ibu Jun sudah ikut campur dengan
memarahi Jun. Lalu ia memarahi Heo Ok yang sudah bermabuk-mabukkan di siang
bolong. Ini sebabnya Jun selalu mengalahkan Heo Ok.
Heo Ok berkata ia
benar-benar benci pada Jun. Jun akan menusuk mereka dari belakang. Ia berkata
Jun sedang mengumpulkan uang untuk membebaskan ibunya dari status budak.
Jika itu terjadi, Jun mungkin sedang merencanakan sesuatu karena Jun seorang yang pintar. Maksud Heo Ok adalah Jun akan berusaha mengambil alih kekayaan keluarga Heo Ok.
Jika itu terjadi, Jun mungkin sedang merencanakan sesuatu karena Jun seorang yang pintar. Maksud Heo Ok adalah Jun akan berusaha mengambil alih kekayaan keluarga Heo Ok.
Nyonya Sohn
menyuruh puteranya fokus saja pada pelajarannya dan tidak ikut campur. Ia yang
akan mengurusnya.
Di luar terdengar
suara ibu Heo Jun meminta maaf atas kejadian hari ini. Ia berkata ini salahnya
karena tidak mendidik Jun dengan benar. Nyonya Sohn berkata ibu Heo Jun harus
dihukum karena sudah melakukan kesalahan. Ia memerintahkan agar ibu Jun dihukum
cambuk.
Jun sama sekali
tidak tahu apa yang menimpa ibunya. Ia duduk menyendiri di desa. Dong Rae
melihatnya namun tak berani mendekatinya karena ia masih merasa malu telah
meninggalkan Jun di hutan. Jun berdiri dan berjalan melewatinya, membuat Dong
Rae semakin merasa bersalah dan pergi dengan sedih.
“Hei, kau mau ke
mana? Kita harus berjualan,” panggil Jun.
Dong Rae
melepaskan kotak dagangannya dan menangis memeluk Jun. Ia sangat gembira Jun
kembali dengan selamat. Ia terkejut melihat wajah Jun yang merah (bekas
tamparan) dan bertanya ada apa. Jun hanya menghela nafas panjang.
Dong Rae berusaha
menghibur sahabatnya dengan menunjukkan botol ramuan talas dan kurma yang sudah
diisinya dua kali lipat. Pasti akan laku keras. Jun akhirnya tersenyum.
Hyun Seo dan anak
buahnya tiba di kuil Chungbing. Mereka menemukan jalan masuk ke kuil itu adalah
melalui sebuah gua. Gua itu sangat gelap dan dipenuhi sulur-sulur dan akar
tanaman yang menggantung. Dengan kekuatan batinnya, Hyun Seo menyalakan sebuah
lilin.
Tiba-tiba anak
buah Hyun Seo yang buta berkata ia merasakan ada kehadiran sesuatu di dalam gua
ini. Terdengar suara lengkingan yang sangat keras. Hyun Seo cepat-cepat menutup
telinga dengan tangannya.
Tapi Yo Gwang dan
teman-temannya berteriak-teriak ketakutan melihat tubuh mereka dipenuhi luka
barah yang mendadak muncul. Juga ratusan ular berkeliaran di dekat kaki mereka.
“Jangan takut!
Mereka cuma ilusi!” seru Hyun Seo.
Tapi mereka
terlalu panik untuk bisa mendengar suara Hyun
Seo. Hyun Seo melihat seekor ular kobra di atas altar. Ia mengulurkan
tangan untuk menangkap ular itu. Ular itu lenyap dan kembali berubah menjadi
lilin. Dalam sekejap semua kembali normal.
Mereka melanjutkan
perjalanan menyusuri gua tersebut. Di dalam gua terdapat area yang lebih terang
dan luas. Hyun Seo dan anak buahnya mencari
Mauigeumseo di sana.
Hyun Seo masuk ke
dalam sebuah gua kecil. Dalam gua tersebut terdapat altar dengan banyak lilin
di atasnya. Di balik belitan ranting, ia menemukan buku itu. Mauigeumseo.
Hyun Seo membuka
buku tersebut dan membacanya. Dalam buku itu dikatakan kutukan bisa dipatahkan
jika 108 lilin pada altar tersebut dinyalakan dan dipanjatkan doa. Hyun Seo
mengulurkan tangannya untuk menyalakan lilin tapi lilin itu tidak menyala.
Lilin itu bukan lilin biasa.
“Untuk menyalakan
lilin-lilin ini, kita membutuhkanjiwa yang murni. Jika kita memanjatkan doa,
kita harus menyalakan semua lilin dan mematahkan kutukan sebelum Bintang Utara
(Polaris) menghilang. Jika kita tidak bisa mematahkan kutkan sebelum Bintang
Utara menghilang, orang yang berusaha mematahkan kutukan akan mati.”
Yo Gwang berkata
mereka masih memiliki waktu 5 hari sebelum Bintang Utara menghilang. Jika
mereka menggabungkan kekuatan mereka, mereka bisa melindungi Yeon Hee. Karena
itu artinya Yeon Hee harus keluar dari lingkaran jimat dan terancam ketahuan
oleh Hong Joo.
Hyun Seo memohon
bantuan mereka untuk melindungi Yeon Hee dan negeri ini. Mereka harus membawa
Yeon Hee ke tempat ini sesegera mungkin.
Poong Yeon
berjalan-jalan di desa. Ia melihat penduduk mulai mempersiapkan festival
lentera untuk malam ini. Banyak pertunjukan dan kemeriahan di sana. Poong Yeon
melihat para gadis desa ramai-ramai menonton pertunjukan boneka dengan gembira.
Ia teringat pada Yeon Hee.
Ia membuka kertas
berisi keinginan Yeon Hee dan membacanya.
Di rumahnya, Yeon
Hee bisa mendengar suara alat musik riuh ditabuh dari kejauuhan, tanda festival
akan segera dimulai. Ia duduk dan bersiap menerbangkan layang-layangnya.
Layang-layang itu untuk mewakilinya melihat dunia luar.
Poong Yeon datang
menemuinya. Ia mengajak Yeon Hee pergi ke desa.
“Jangan sendirian
di rumah dan ikutlah denganku. Hari ini hari ulangtahunmu, hanya satu hari tiap
tahunnya. Ayo kita pergi!”
Yeon Hee menarik
tangannya. Ia berkata ia tidak bisa pergi. Jika ayah mereka tahu, ia akan
sangat marah. Poong Yeon berkata ia akan mengurus masalah ayahnya jadi Yeon Hee
tak perlu khawatir.
“Naikkan ini ke
langit dengan tanganmu sendiri,” Poong Yeon menyerahkan lentera pada Yeon Hee,
“Dengan begitu harapanmu akan terkabul. Kakakmu ada di sampingmu, apa yang
harus kautakuti? Aku akan melindungimu.”
Yeon Hee masih
ragu. Ia mundur ketika hendak melangkah keluar dari rangkaian jimat. Tapi Poong
Yeon mengulurkan tangannya. Akhirnya Yeon Hee menerima uluran tangan kakaknya
itu dan melangkah keluar.
Mereka
berjalan-jalan di desa yang ramai. Baru kali ini Yeon Hee melihar orang
sebanyak itu. Ini pengalaman yang sangat baru baginya. Ia melihat berbagai
pertunjukan dan tertawa gembira. Poong Yeon tersenyum melihatnya.
Menjelang malam
adalah waktu untuk menerbangkan lentera bersama penduduk desa yang lain. Malam
itu terlihat sangat indah dihiasi oleh lentera-lentera yang melayang-layang.
Yeon Hee bertanya
apa harapan kakaknya. Itu rahasia, kata Poong Yeon. Jika ia katakan, akan
mendatangkan kesialan.
“Aku berharap kau memiliki
kehidupan yang indah. Aku tidak ingin melihatmu kotornya dunia dan hanya
mengalami hal yang baik dan indah. Ketika kau melihat kembali ke jalan yang
telah kaulalui, kuharap jalan itu tetap harum dan manis,” kata Poong Yeon dalam
hati.
Yeon Hee bertanya
apakah ia mungkin dilahirkan padahal seharusnya ia tidak dilahirkan. Ia
bertanya-tanya apakah itu sebabnya
ayahnya menyembunyikannya di dalam hutan.
“Tidak seperti
itu. Aku juga tidak mengerti Ayah, tapi yang pasti apa yang Ayah lakukan adalah
untuk kebaikanmu,” kata Poong Yeon.
Yeon Hee tersenyum
sedikit. Ia berkata ada perasaan aneh dalam hatinya saat melihat pemandangan
indah ini bersama Poong Yeon. Oo…apakah ia menyukai Poong Yeon?
Tiba giliran
mereka untuk menyalakan lentera dan menerbangkannya. Yeon Hee tersenyum melihat
lentera mereka mengembang. Namun Poong Yeon tidak melihat ketika tiba-tiba mata
Yeon Hee berubah menjadi abu-abu. Ia sibuk menerbangkan lentera.
Ketika lentera
mereka sudah melayang ke langit, Poong Yeon menoleh. Namun Yeon Hee tidak ada.
Poong Yeon terkejut dan berteriak memanggil Yeon Hee.
Sementara itu di
istana dilangsungkan pesta dan upacara ulang tahun Putera Mahkota yang ke-17.
Hong Joo memimpin upacara tersebut.
Dong Rae dan Heo
Jun mengendap-endap menuju belakang istana untuk berjualan ramuan mereka. Heo
Jun sempat melihat upacara tersebut melalui pintu yang sedikit terbuka dan
melihat Hong Joo.
Ia berhenti saat
menyadari kepingan perisainya tidak ada. Ia tadinya hendak menjual kepingan
tersebut. Maka ia memutuskan kembali ke tempat
ia berganti pakaian untuk mencarinya.
Ia tak berhasil
menemukannya dan kembali masuk tapi tidak menutup pintu dengan rapat.
Tak lama Yeon Hee
tiba di tempat itu. Ia tersadar lalu kebingungan kenapa ia berada di sini. Ia
tidak tahu tempat apa itu dan dengan panik mencari-cari Poong Yeon.
Kertas jimat di
luar rumah Yeon Hee tiba-tiba menghitam dan terbakar sendiri. Kilat
menyambar-nyambar di langit yang tadinya cerah.
Hong Joo tiba-tiba
jatuh dan memuntahkan darah. Ia bisa merasakan sesuatu dan cepat-cepat berlari
ke arah Putera Mahkota. Tanda kutuk telah kembali ke belakang telinga Putera
Mahkota. Hong Joo terkejut dan berjalan pergi.
Hyun Seo tiba di
rumah Yeon Hee namun tidak menemukannya.
Hong Joo berjalan
menyusuri halaman istana. Sepertinya ia merasakan keberadaan Yeon Hee. Yeon Hee
kebingungan di tempat yang asing baginya itu.
Heo Jun menemukan
kepingan perisainya dan memungutnya. Ia menoleh.
Fiuhh…Heo Jun yang
lebih dulu menemukan Yeon Hee. Ia membawa Yeon Hee bersembunyi dan bertanya
mengapa Yeon Hee ada di sini. Yeon Hee salah melihat Heo Jun sebagai Poong
Yeon.
“Kakak,”
ujarnya…lalu ia jatuh pingsan.
Anak buah Hyun Seo sudah menyusul ke rumah Yeon Hee. Hyun Seo berkata mereka tidak memiliki waktu lagi. Jimat telah rusak, artinya kutukan Yeon Hee akan segera aktif. Mereka harus menemukan Yeon Hee secepat mungkin.
Ia membagi mereka
sebagian ke istana untuk mengawasi Hong Joo dan Putera Mahkota, sebagian lagi
pergi ke desa untuk mencari Yeon Hee. Sementara ia sendiri akan mencari Poong
Yeon.
Yeon Hee tersadar
dari pingsannya. Ia hanya bersama Poong Yeon. Ia bertanya apa yang sudah
terjadi padanya. Poong Yeon berkata sepertinya Yeon Hee pingsan karena
kehujanan. Ia menegur Yeon Hee karena sudah pergi sendirian dan membuatnya
khawatir.
Yeon Hee meminta
maaf. Poong Yeon berkata Yeon Hee tidak salah, ia yang salah. Seharusnya ia
tidak melepaskan pandangannya dari Yeon Hee sedikit pun. Ia meminta maaf.
Poong Yeon
memberikan sebuah lonceng kecil pada Yeon Hee. Ia berkata jika Yeon Hee
tersesat lagi seperti hari ini, Yeon Hee hanya perlu mendengar suara lonceng
untuk menemukannya. Dan ia sendiri akan mencari Yeon Hee melalui suara itu.
Yeon Hee berkata ia akan melakukannya.
Hyun Seo pulang
dan mendapati puteranya belum kembali. Istrinya juga menanti dengan cemas. Yo
Gwang tiba dan melaporkan kalau mereka tidak berhasil menemukan Yeon Hee.
“Tuan, jika
kutukan Yeon Hee berjalan saat ada orang di sekitarnya….” Kata Yo Gwang
khawatir. Hyun Seo juga nampak khawatir.
Poong Yeon
mengantar Yeon Hee pulang. Tiba-tiba Yeon Hee berhenti berjalan dan terlihat
sedih. Kenapa, tanya Poong Yeon. Apa
Yeon Hee tidak ingin pulang? Yeon Hee berkata ia tahu jalan pulang jadi ia akan
pulang sendiri. Mereka bisa berpisah di sini.
Poong Yeon terdiam
lalu ia menyuruh Yeon Hee menunggu. Ia memetik serumpun bunga dan
menyerahkannya pada Yeon Hee.
Yeon Hee tak tahan
lagi dan mulai menangis. Ia meminta maaf. Ia tidak mengerti mengapa pergl
keluar seperti ini bisa membuatnya emosional. Ia berusaha tersenyum dan meminta
kakaknya tidak khawatir.
Poong Yeon berkata
ia akan membuatkan layang-layang lagi untuk Yeon Hee saat ia datang nanti.
Layang-layang yang bisa terbang lebih tinggi. Hingga saat itu tiba, Yeon Hee
harus tetap sehat dan cantik. Yeon Hee mengangguk. Mereka pun berjalan pulang.
Hyun Seo makin
cemas karena Poong Yeon belum pulang juga. Mereka hendak pergi mencari lagi
tapi tiba-tiba Poong Yeon pulang.
Ibunya langsung
memeriksanya dan memarahinya. Poong Yeon heran melihat sikap ibunya. Ia melihat
ayahnya berjalan mendekatinya. Ia sudah siap dimarahi.
Tapi Hyun Seo
malah dengan lembut dan cemas bertanya apakah Poong Yeon baik-baik saja hingga
Poong Yeon sempat heran.
“Apa kau baik-baik
saja?” tanya Hyun Seo lagi. Ia bertanya di mana Yeon Hee. Poong Yeon berkata Yeon
Hee sudah pulang.
Ia hendak
mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba jatuh pingsan. Hyun Seo cepat-cepat melihat
ke belakang telinga Poong Yeon. Tanda kutuk itu ada di sana.
Sementara itu
roh-roh jahat kembali hendak memasuki rumah Yeon Hee. Yeon Hee bersembunyi ketakutan
di balik selimut di sudut rumah sambil terus memegangi bel pemberian Poong Yeon.
Serigala dari
kedua kertas jimat kembali muncul. Tapi karena kertas itu sudah rusak, kekuatan
mereka melemah. Mereka kalah dari roh-roh itu dan menghilang.
Seluruh rangkaian
jimat yang mengelilingi rumah Yeon Hee terbakar dengan sendirinya. Roh-roh itu dengan
bebas masuk ke dalam rumah melalui celah pintu.
Yeon Hee terpaku
ketakutan melihat gumpalan asap hitam itu. Asap hitam itu masuk dalam tubuh Yeon Hee.
Yeon Hee kesulitan
bernafas seperti tercekik. Seluruh tubuhnya bergerak. Ia seakan ditarik
kekuatan tak terlihat. Yeon Hee berusaha bertahan menggapai lemari hingga kuku
tangannya patah.
Sama seperti Hae Ran,
ia terangkat melayang ke udara. Ia terus meronta hingga akhirnya tubuhnya
lemas. Tanda di belakang telinganya berkilai. Seluruh rambutnya pelan-pelan
berubah menjadi putih.
Di istana,
kejadian yang sama menimpa Putera Mahkota. Putera Mahkota terangkat melayang ke
udara. Ia berteriak-teriak dan rambutnya memutih. Ibu Suri dan Ratu ngeri melihatnya.
Hong Joo masuk dan
terpana melihat keadaan Pangeran. Pangeran terus meronta hingga akhirnya
tubuhnya lemas dan jatuh ke lantai.
Komentar:
Duh gemes deh Hyun
Seo kenapa tidak memberitahu Poong Yeon mengenai keadaan Yeon Hee. Tidak perlu
detil hingga identitas Yeon Hee diungkapkan tapi cukup alasan kenapa Yeon Hee
harus tinggal di rumah itu.
Poong Yeon juga.
Dia kan anak pendeta Tao. Masa ia tidak tahu apa kegunaan kertas jimat yang
dipasang ayahnya di luar rumah Yeon Hee? Gemes rasanya hahaha XD Tapi kalau tidak terjadi seperti ini dramanya bisa-bisa tamat di episode ke-5 hahaha^^
Ada perasaan senang
sih melihat Yeon Hee akhirnya bisa melihat dunia luar. Tapi Poong Yeon juga
tampaknya mulai menyesali keputusannya membawa Yeon Hee karena itu malah
membuat Yeon Hee semakin sedih. Setelah mengetahui dunia luar seperti apa,
pastilah lebih sulit bagi Yeon Hee untuk tinggal sendirian di rumah terpencil.
Ada ironi dari
harapan Poong Yeon untuk Yeon Hee. Ia berharap kehidupan Yeon Hee selalu indah
dan tidak mengenal kotornya dunia luar. Tapi justru dengan mengabulkan harapan
Yeon Hee untuk melihat dunia luar sekali saja, Poong Yeon sudah membuat
harapannya sendiri tak terkabul.
Sekarang setelah
kutukan Yeon Hee aktif, apakah peraturan dalam buku Mauigeumseo masih berlaku?
Jika dalam 5 hari Yeon Hee bisa ke kuil Chungbing dan menyalakan lilin serta
berdoa di sana, apakah kutukan itu bisa dipatahkan?
Dan sekarang Poong Yeon juga terkena kutukan. Apakah itu artinya Poong Yeon akan mati karena ia menyayangi Yeon Hee? Apa hanya orang yang berada di dekat Yeon Hee yang akan terkena kutukan, ataukah semua orang yang menyayangi Yeon Hee seperti yang dikatakan Hae Ran? Jika begitu Hyun Seo akan terkena jugakah?
Dan sekarang Poong Yeon juga terkena kutukan. Apakah itu artinya Poong Yeon akan mati karena ia menyayangi Yeon Hee? Apa hanya orang yang berada di dekat Yeon Hee yang akan terkena kutukan, ataukah semua orang yang menyayangi Yeon Hee seperti yang dikatakan Hae Ran? Jika begitu Hyun Seo akan terkena jugakah?
Dan sekarang Hong
Joo pasti sudah menyadari kalau Yeon Hee masih hidup. Ia tidak akan diam saja
dan akan berusaha membunuh Yeon Hee dengan segala cara. Jadi tegang nih
>,<
Semangat kakkkkk... nulis sampai final ya... makasi ^_^
BalasHapussemangat ya fan,ditunggu kelanjutannya,semangat
BalasHapuskeren drama nya..saking serius nya smp terbawa ke dalam ceritanya tegang bgt. feel nya dpt seruh..di tunggu eps selanjt nya
BalasHapussemangat mb fanny...ternyata ni drama recommended jg. kirain bakal membosankan tp udh tegang dari episode pertama. Pokoknya semoga mb fanny selalu diberi kesehatan utk ngerecap drama ini sampe tamat :)
BalasHapusMakasih mbak
Mksih mba,, tetep ditunggu lanjutannya
BalasHapus..
Kyaa Yoon Shiyoon kambek mbak Fan juga kambek.. Seneng rasanya^^
BalasHapussinop nya ngebantu bgt mbak, ada bbrp adegan yg aku agak kurang ngeh sama sub nya tp semua jd clear krn baca tulisan mbak Fan ��
hwaiting mbak!
karena drama ini bikin saya inget sama dongeng dan sihir-sihiran ala film jadul, jadi kurang sreg wkwk nggak biasa gitu ngeliatnya di drama korea
BalasHapusohya, itu tak gu ketemu sama ibunya ya? LOL jun mi sun ahjumma di sini juga reuni ma yoon (baca: jun)
jadi inget dulu waktu baker king, yoon sama ahjumma nggak begitu sweet di balik layar, padahal penontonnya bisa mewek ngeliat yoon sama eommanya...
di drama ini malah nggak sweet beneran hahaha jadi pingin nyari bts
saya suka jun sama dong rae, tp dong rae lagi sakit ya (atau udah sembuh?) jadi sedih :(
pm sunhoe meninggal di usia berapa mbak? 17 tahun sudah terlewati...
btw saya kok nggak papa ya yeon hee nggak suka jun, karena katanya yang suka yeon hee bakal mati bukan? kalo nyatanya sih jun belum mati :D
hyun seo matinya nanti aja deh mbak, yang punya kekuatan buat ngelindungin negri dan yeon hee kan dia, boleh ga ya? :P
dramanya kece bangeeeeeeettt.gomawo eonni sinopsisnha
BalasHapus