Poong Yeon terpana
melihat Yeon Hee berdiri di hadapannya. Tapi Yeon Hee teringat pada
kata-kata Poong Yeon yang menyakitkan
lima tahun lalu. Ia pelan-pelan
melangkah mundur, lalu melarikan diri. Saat perhatian Sol Gae teralih, Jun
menepis pedangnya lalu berlari menyusul Seo Ri.
Sol Gae langsung
mengejar mereka. Poong Yeon shock melihat reaksi Yeon Hee yang malah melarikan
diri darinya. Ia terdiam beberapa saat lalu menyusul mereka. Tapi ia berpapasan
dengan Yo Gwang.
Seo Ri berhenti
berlari. Jun bertanya ada apa. Apa Poong Yeon tidak tahu apapun? Seo Ri berkata
Poong Yeon tidak boleh tahu.
“Kenapa tidak?”
tanya Jun. “Mari kita katakan semuanya pada kakakmu.”
“Apa yang bisa
kukatakan padanya? Bahwa aku berubah menjadi penyihir karena kutukan? Atau mengatakan
padanya kalau ia harus lari daripadaku karena ia mungkin akan mati jika ia
tidak melakukannya? Tidak ada yang memberitahuku. Aku bahkan tidak tahu kenapa
aku terlahir dengan kutukan ini. Apa yang bisa kukatakan padanya?”
Sol Gae menemukan
mereka. Hmmm..apa ia mendengar percakapan keduanya. Sepertinya sih tidak.
Jun berkata tidak
ada yang bisa ia lakukan jika Seo Ri tidak mau memberitahu Poong Yeon. Tapi ia
yakin Poong Yeon ingin mendengar penjelasan dari Seo Ri.
“Kukira kau sudah
berhenti bersembunyi dan melarikan diri.”
Seo Ri termenung
melihat plakat keinginan Poong Yeon di tangannya yang bertuliskan : Aku
berharap bertemu dengan orang yang kurindukan.
Poong Yeon merasa
lega Yo Gwang dan Yeon Hee selamat dan dalam keadaan baik. Yo Gwang berkata Poong
Yeon pasti sangat mencemaskan mereka, tapi mereka tidak bisa menghubungi Poong
Yeon karena ada alasannya.
“Apakah Yeon Hee
menghindariku karena alasan itu?” tanya Poong Yeon. “Jadi bukannya ia tidak
bisa menemukanku, tapi sebaliknya, ia melarikan diri dariku?”
Yo Gwang mengerti
kekalutan Poong Yeon. Ia berkata ada alasannya kenapa mereka tidak bisa
memberitahu Poong Yeon dan satu-satunya cara Poong Yeon bisa membantunya dan
Yeon Hee adalah dengan tidak menemui mereka.
Poong Yeon berkata
ia sudah mendengar hal yang sama sejak ia masih kecil dari ayahnya. Ia tidak
boleh menemui Yeon Hee dan tidak boleh menanyakan alasannya.
“Aku
bertemu dengan Yeon Hee atau tidak, aku mau tahu alasannya atau tidak, akulah
yang akan menentukan,” ujarnya tegas.
Saat
itulah ia melihat Yeon Hee kembali bersama Jun dan Sol Gae. Ia menjatuhkan
pedangnya dan berjalan mendekati Yeon Hee lalu memeluknya.
“Terima
kasih karena kau masih hidup,” katanya.
Seo
Ri menangis dalam pelukan Poong Yeon.
Semua
anak buah Hong Joo ditangkap atas perintah Ibu Suri. Kasim kepala berkata Ibu
Suri sangat terkejut mendengar ada pasukan bersenjata di seongsucheong. Ibu
Suri juga mengirimkan pasukan pengawal agar energi Hong Joo tetap terfokus
untuk mempersiapkan ritual kesehatan Raja.
Tentu
saja ini sindiran karena sebenarnya Ibu Suri sedang menawan Hong Joo di
Seongsucheong. Dan Hong Joo tahu itu.
“Ibu
Suri begitu memperhatikanku setelah ia menduduki tahta. Aku mengerti dengan
sangat jelas. Tolong sampaikan rasa terimakasihku pada Ibu Suri,” kata Hong Joo
tersenyum licik.
Ibu
Suri tahu Hong Joo sedang mengoloknya dengan ucapan terimakasih itu. Ia
memerintahkan agar semua gerak-gerik Hong Joo diawasi dan dilaporkan padanya.
Seo
Ri dan Poong Yeon berbicara di tepi danau, sementara Jun-Sol Gae-Yo Gwang memperhatikan
mereka dari jauh.
“Mereka
pasti memiliki hubungan kakak beradik yang spesial,” kata Jun tersenyum. Sama
sekali tak tahu kalau Seo Ri dan Poong Yeon bukan kakak beradik asli.
Poong
Yeon berkata ia tidak menyangka bertemu kembali dengan Yeon Hee dengan cara
seperti ini. Yeon Hee kesulitan hendak
menjelaskan dari mana. Pong Yeon bertanya apa Jun yang menyebabkan Yeon Hee
seperti ini.
“Bukan,”
kata Yeon Hee., “Ada urusan yang harus kuselesaikan. Ayah sehat dan baik-baik
saja, kan?”
Poong
Yeon tidak menjawab.
“Karena
aku….” Yeon Hee tidak sanggup meneruskan.
“Apa
terjadi sesuatu pada hari itu?” tanya Poong Yeon.
Yeon
Hee menunduk. Poong Yeon menggenggam tangan Yeon Hee. Ia berkata mereka bisa
pelan-pelan membicarakannya seiring waktu. Mereka bisa bertemu besok, lalu
besoknya lagi, dan seterusnya untuk membicarakan semuanya satu per satu.
Dua
orang pengawal menemui Poong Yeon dan berkata Raja mencarinya sejak kemarin
karena ada hal penting. Poong Yeon keberatan meninggalkan Yeon Hee tapi ia
tidak bisa meninggalkan tanggungjawabnya. Ia berjanji dengan Seo Ri untuk
bertemu kembali besok di tempat yang
sama.
Sebelum
pergi, Poong Yeon berkata pada Jun kalau ia akan menanyai Jun jika mereka
bertemu lagi nanti.
“Aku
tidak melakukan kesalahan apapun,” jawab Jun tegas.
Raja
mengeluh pada Poong Yeon kalau ia sudah diisolasi dan terikat. Hanya Poong Yeon
yang bisa ia percayai. Karena itu ia ingin Poong Yeon melakukan sesuatu
untuknya.
“Kudengar
Ibu Suri melahirkan puteri yang terkutuk dan puteri itu penyebab dari
penyakitku. Jadi aku harus menemukannya untuk menyembuhkan penyakitku dan
mengendalikan Ibu Suri.”
Poong
Yeon terlihat skeptis dan bertanya apakah itu yang dikatakan Hong Joo. Raja
agak kesal karena Poong Yeon sepertinya meremehkannya karena sudah mempercayai
perkataan seorang shaman.
Tapi
Poong Yeon bukanlah seorang penjilat. Ia berkata terus terang kalau ia merasa
Raja sudah dibutakan oleh kata-kata Hong Joo karena menderita oleh penyakitnya.
“Kudengar
ayahmu menyelamatkan puteri yang seharusnya dibunuh. Kepala Shaman menggunakan
penyakitku untuk bisa kembali ke Seongsucheong dan ayahmu memanipulasi Ibu Suri
untuk membangun kembali divisi Tao.”
Poong
Yeon terkejut mendengar ayahnya sudah kembali. Raja berkata kembalinya mereka
ke istana yang terjadi bersamaan dan tiba-tiba pasti ada alasannya. Dan ia
percaya puteri terkutuk itu alasannya.
“Poong
Yeon, jika nyawaku dalam bahaya apa yang akan kaulakukan?”
“Aku
akan menyerahkan nyawaku untuk Yang Mulia,” jawab Poong Yeon tanpa ragu.
“Tentu
saja. Jika begitu…apa kau bisa memutuskan hubungan dengan ayahmu untukku? Aku
harus tahu apakah aku bisa mempercayai shaman itu dan apakah puteri itu masih
hidup atau tidak.
Karena
itu jangan libatkan perasaan pribadimu dan selidiki ayahmu demi aku dan negeri
ini. Jika apa yang disampaikan shaman itu benar, kau harus membawa puteri itu
diam-diam padaku.”
Seo
Ri, Heo Jun, dan Yo Gwang dalam perjalanan pulang. Mereka mendengar suara
ribut-ribut. Beberapa orang menyeret
seorang gadis karena telah menghina seorang bangsawan.
Jun
terkejut saat melihat gadis itu adalah Soon Deuk. Seo Ri merasa kasihan pada
Seoon Deuk dan bertanya mengapa mereka memperlakukannya seperti itu. Yo Gwang
menjelaskan kalau gadis itu dipermalukan di depan umum.
Soon
Deuk diikat di sebatang pohon. Ia berteriak kalau ia tidak melakukan kesalahan.
Heo Ok dengan sombong mengatakan kesalahan Soon Deuk adalah menghina bangsawan
dan dengan demikian menghina sistem hierarki masyarakat. Ia akan menyeret Soon Deuk keliling kota
hingga Soon Deuk mengakui perbuatannya. Soon Deuk malah dengan berani mengancam
akan mengorek usus Heo Ok dengan sendok jika ia tidak dilepaskan. Sadis amat hihi^^
“Apa
kau pikir Heo Jun akan datang? Dia tidak akan datang! Kami tidak ada hubungan. Jadi untuk apa ia
menyelamatkanku?” Serunya. “Jika kau hendak memancingnya, pilih umpan yang
benar. Dasar bodoh!!”
Heo
Ok mengeluarkan pedangnya dan mengancam akan membunuh Soon Deuk.
Seo
Ri dan Yo Gwang terkejut mendengar Soon Deuk menyebut Jun. Yo Gwang bertanya apa keributan ini sengaja
dibuat untuk menangkap Jun. Jun tidak menjawabnya dan mengajak mereka pergi
dari sana.
“Mereka
baru sadar hanya jika orang tua mereka dihukum,” kata Heo Ok keras. “Di mana
ibumu?”
Mendengar
itu, Heo Jun tak bisa menahan diri lagi. Ia berbalik dan berlari ke arah Soon
Deuk. Ia berhasil menjatuhkan Heo Ok dan para anak buahnya. Lalu ia membebaskan
Soon Deuk.
“Apa
kau bisa lari?” tanya Jun.
“Tentu
saja, dengan sangat cepat,” jawab Soon Deuk.
Yo
Gwang memberi tanda pada Seo Ri untuk bersiap.
Jun menatap Yo Gwang. Yo Gwang mengangguk.
Jun
mengibaskan pedangnya lalu lari dengan Soon Deuk. Yo Gwang mengejutkan anak
buah Heo Ok yang mengejar mereka, lalu ikut melarikan diri bersama Seo Ri.
Mereka berempat berhasil lolos.
“Ini
berbahaya. Apa yang kaulakukan? Meski dia membuatmu marah….” Protes Yo Gwang.
“Aku
belum selesai,” kata Jun serius. Ia berlari kembali.
Seo
Ri takut kutukannya kembali aktif. Ia berlari mengejar Jun.
Heo
Ok dan anak buahnya mencari Jun. Jun diam-diam memukul kepala anak buah Heo Ok
hingga pingsan. Lalu memukul Heo Ok dengan keras.
Jun
membawanya ke sebuah pondok tak terpakai. Hmmm…sepertinya itu tempat
penampungan yang terbakar di mana ibu Jun ditinggalkan Heo Ok.
Seo
Ri hendak ikut masuk tapi Jun melarangnya masuk lalu menutup pintunya.
Jun
menghunus pedangnya pada Heo Ok.
“Apa
yang harus kulakukan agar kau berhenti?” tanyanya marah.
“Berhenti?
Aku akan berhenti hanya jika kau mati. Apa kau pernah memikirkan apa yang sudah
kulalui? Jika kau tidak begitu berani, aku tidak akan dibandingkan denganmu.
Dan ibuku tidak akan memperlakukanku seperti seorang idiot yang tak mampu.
Tanpamu aku juga tidak akan seperti ini!!”
“Itukah
sebabnya kau membunuh ibuku? Karena kau tidak menyukaiku?”
“Aku?
Aku tidak membunuhnya. Ibumu yang merangkak sendiri ke dalam api. Coba
pikirkan. Bagaimana bisa budak yang melarikan diri diijinkan untuk hidup? Kau
yang menyeret ibumu ke dalam api itu.“
Jun
menurunkan pedangnya. Ia membenarkan ia tidak bisa melindungi ibunya karena ia
tidak memiliki kekuatan.
“Karena
itu satu-satunya cara aku menghentikanmu adalah ini. Kau tahu di mana kita
berada?”
Heo
Ok melihat sekeliling dan menyadari di mana ia berada. Mari kita selesaikan di
sini, ujar Heo Jun.
Ia
menghunus pedangnya ke leher Heo Ok. Heo Ok mundur ketakutan dan memohon agar
Jun tenang. Seo Ri mendengar kata-katanya dan nampak khawatir.
Heo
Ok memohon agar Jun sadar karena ia adalah kakak Jun satu-satunya. Tapi Jun
tidak berhenti dan mengangkat pedangnya. Heo Ok memejamkan matanya ketakutan.
“Hentikan!!”
teriak Seo Ri. Ia menggeleng memohon Jun tidak melakukannya.
Dengan
berlinang air mata, Jun menatap Heo Ok. Lalu mengayunkan pedangnya.
Poong
Yeon berlari sekencang-kencangnya ke markas divisi Tao. Ia melihat sosok yang
dikenalinya berdiri membelakanginya.
“Ayah….”
Panggilnya.
Hyun
Seo berbalik dan tersenyum lembut melihat puteranya. Poong Yeon menahan
tangisnya.
Heo
Ok membuka matanya. Ia masih hidup. Dengan panik ia berlari keluar dari sana.
Jun
duduk lemas di tanah. Seseorang menghampirinya. Jun menengadah dan melihat
ibunya. Hantu ibunya. Ia mulai menangis.
“Ibu…Maafkan
aku telah menjadi putera yang lemah. Aku tidak bisa membalaskan kematianmu. Aku
tidak bisa membunuhnya…”
Ibu
Jun berlutut di depan puteranya. Ia membelai pipi Jun dan tersenyum lembut.
Lalu memegangi kedua pipinya dengan penuh kasih sayang. Tanpa bicara ia menepuk
putera anaknya, seperti memberikan pujian. Jun menatap ibunya dengan penuh
kerinduan.
Hantu
ibu Jun bangkit berdiri dan tersenyum. Lalu menghilang setelah diliputi cahaya
yang menyilaukan. Tanda hantu di leher Jun menghilang dalam sekejap.
Jun
menangis tanpa suara. Seo Ri berjongkok di dekatnya dan memegang pundaknya
untuk menghiburnya.
Pada
saat itu, sebuah lilin di kuil Chungbing tiba-tiba menyala. Hong Joo mendadak
roboh ke tanah dan memuntahkan darah. Ia nampak ketakutan dan sangat kesakitan.
Poong
Yeon menanyakan keadaan ayahnya. Hyun Seo meminta maaf karena sudah membuat
Poong Yeon khawatir. Ia memiliki alasan tidak bisa menghubungi Poong Yeon
selama ini. Ia menanyakan keadaan istrinya.
“Ibu
menunggu Ayah setiap hari. Kenapa Ayah tidak pulang? Aku mendengar Ayah telah kembali
dari Yang Mulia.”
Hyun
Seo berkata ia berencana pulang setelah menyelesaikan tugasnya di istana. Ia meminta Poong Yeon menjaga ibunya
baik-baik dan memberitahunya jika terjadi sesuatu.
Poong
Yeon berkata ia sangat takut kalau yang ia lihat pada hari itu adalah hari
terakhir ia melihat ayahnya. Hyun Seo bertanya apakah Poong Yeon sudah bertemu
dengan Yeon Hee.
“Aku
sudah bertemu dengannya,” jawab Poong Yeon tersenyum senang.
Hyun
Seo terlihat sedih. Poong Yeon bertanya apakah ayahnya tidak penasaran
dengan kabar Yeon Hee. Ia hendak
menceritakannya namun ayahnya memotong perkataannya.
“Apakah
perasaanmu pada Yeon Hee belum berubah?”
Poong
Yeon berkata perasaannya sudah berubah. Ini bukan lagi cinta monyet semasa
remaja. Ia tidak akan bertanya lagi kenapa Yeon Hee harus tinggal sendirian,
apo yang terjadi di Hutan Hitam hari itu. Ia tidak akan bertanya lagi dan tidak
lagi memerlukan alasan.
“Apapun
yang terjadi, aku tidak akan melepaskan Yeon Hee. Sejak hari itu, aku hidup
dengan pemikiran seperti itu,” katanya.
“Meski
kau akan mati karena perasaanmu padanya, kau tidak akan berhenti?”
“Meski
hidupku dalam bahaya, aku tidak akan berhenti,” Poong Yeon menegaskan.
Sebuah
bom asap dilemparkan di halaman Seongsucheong. Pasukan Ibu Suri yang menjaga di
sana berjatuhan satu per satu. Si Jubah Merah menyusup ke dalam.
Hong
Joo berkata tidak ada yang menyalakan lilin tapi lilin itu menyala dengan
sendirinya. Ia harus bertemu puteri sesegera mungkin.
Heo
Jun, Seo Ri, dan Yo Gwang akan berpisah dengan Soon Deuk. Soon Deuk berkata ia
tidak mau lagi terlibat dengan urusan kotor Jun, jadi ia tidak mau dilibatkan.
“Apa?
Kotor? Kenapa kau mengatakannya sambil melihat padaku?” protes Yo Gwang.
Jun
mengingatkan kalau Heo Ok sangat licik. Ia bertanya apa Soon Deuk memiliki
tempat bersembunyi. Jika tidak, Soon Deuk boleh ikut dengan mereka.
Tentu
saja Yo Gwang protes keras. Ia berkata Soon Deuk tak boleh ikut dengan mereka
karena tempat mereka bukan fasilitas sosial untuk orang miskin.
“Memangnya
siapa kau bisa-bisanya memperlakukanku seperti pengemis?” sembur Soon Deuk.
“Kau yang gaya rambutmu seperti pengemis.”
“Pengemisss?!!”
Soon
Deuk berkata meski ia menipu orang tapi ia tidak suka berhutang budi pada orang
lain. Jadi Yo Gwang tak perlu khawatir. Ia menepuk-nepuk dada Yo Gwang.
“Heo
Jun, jika kau benar-benar membutuhkan bantuanku, kau bisa mencariku di
penginapan Ban Chon. Pastikan kau membawa banyak uang. Kau tahu betapa mahalnya
tarifku, kan?” katanya.
“Aku
mengerti,” Jun tersenyum.
Soon
Deuk pun pergi.
“Ada
apa dengan gadis mungil itu?” ujar Yo Gwang tak habis pikir. Hehe….dua orang
ini lucu juga ya^^
Hyun
Seo membuka kembali lembaran terakhir Mauigeumseo dan membacanya. Tiba-tiba
seluruh lilin di ruangan padam. Ia merasakan sesuatu.
Sosok
PM Sunhoe mendatangi Ibu Suri yang sedang tidur.
“Ibu….Ibu…”
panggilnya.
Ibu
Suri terbangun dan terkejut melihat puteranya. Tapi lalu ia meyakinkan dirinya
kalau yang berdiri di hadapannya adalah ilusi dan bukan puteranya yang
sebenarnya.
“Pergilah…”
ia membalikkan tubuhnya.
“Ibu…selamatkan
aku…kumohon selamatkan aku, Ibu,” PM terus memohon.
Ibu
Suri menguatkan hatinya. Tapi ketika ia menoleh dan melihat puteranya pergi, ia
bangun dan mengikuti puteranya hingga ke aula istana.
“Ibu…kumohon
selamatkan aku. Ibu, aku sangat kesakitan..tolong selamatkan aku,” PM menangis.
Hong
Joo muncul membawa pot tempat roh PM. Ibu Suri bertanya dengan marah apa yang
akan diperbuat Hong Joo sekarang.
Hong
Joo menggerakkan tangannya di atas pot itu. Putera Mahkota memegangi lehernya
dan terlihat kesakitan.
“Kau!!”
seru Ibu Suri marah.
“Yang
Mulia tidak membutuhkan Putera Mahkota, bukan?” ujar Hong Joo mengancam.
Ibu
Suri berkata ia tidak akan lagi membiarkan Hong Joo mempermainkan keluarga
kerajaan. Hong Joo bertanya itukah alasan Ibu Suri berpihak pada Hyun Seo.
Untuk menghentikannya? Apa Ibu Suri hendak mencari puteri setelah mengurungnya
dengan dijaga para pengawal?
“Hentikan
sekarang juga!!” Seru Hyun Seo.
Hong
Joo berhenti saat melihat Hyun Seo. Tapi ia mengeraskan hatinya dan kembali menggerakkan
tangannya untuk menyakiti roh PM.
“Yang
Mulia lebih memilih puteri daripada pangeran, bukan?”
“Jangan
terpedaya olehnya,” Hyun Seo mengingatkan Ibu Suri.
Ia
menghunus pedangnya. Tapi tatapn Hong Joo membuat tangan Hyun Seo menghitam dan
ia tidak bisa mengendalikan tangannya. Hong Joo melarang Hyun Seo mendekatinya
jika tidak mau berpihak padanya.
Ia
terus menyiksa roh PM. Ibu Suri panik melihat keadaannya dan memohon agar Hong
Joo berhenti. Hyun Seo berteriak meminta Ibu Suri tidak goyah.
Ia
berusaha mengendalikan tangannya yang menghitam, lalu mengayunkan pedangnya
menebas roh PM. Roh PM menjadi asap lalu masuk kembali ke dalam pot di tangan
Hong Joo.
Ia
menantang Hyun Seo untuk memecahkan pot itu. Dengan begitu roh PM akan
berkeliaran selamanya di dunia ini. Ibu Suri nampak ketakutan.
“Terima
kasih sudah menunjukkan padaku kartu paling berhargamu,” kata Hyun Seo.
Hong
Joo mengaku kalah. Bagaimana jika Hyun Seo bunuh diri setelah membuat roh PM
berkeliaran sendiri di alam lain selamanya? (hanya Hyun Seo dan PM Sunhoe yang
bisa membunuh Seo Ri, dan hanya Seo Ri yang bisa menghentikan Hong Joo). Jadi
ia akan menghancurkan sendiri pot itu. Ia bersiap menjatuhkan pot itu.
“Aku
mengerti!” seru Ibu Suri. “Aku akan menghentikan perintah penahananmu dan membebaskan
anak buahmu. Jadi kumohon jangan lakukan itu!”
Hyun
Seo menurunkan pedangnya karena Ibu Suri
sudah mengatakan seperti itu. Hong Joo menyalahkan Hyun Seo yang tidak
membunuh puteri sejak dulu hingga terjadi hal seperti ini.
“Pikirkan
baik-baik siapa yang hendak menyelamatkan Putera Mahkota dan siapa yang hendak
menghentikannya,” katanya pada Ibu Suri.
Seo
Ri seakan tak percaya melihat lilin menyala di luil Chungbing. Yo Gwang bingung
kenapa lilin itu menyala sendiri. Apa Seo Ri membuat keinginan seseorang
terkabul tanpa sepengetahuannya? Seo Ri menggeleng, tapi lalu ia teringat Jun
meminum ramuan pelihat hantu.
“Ada
seseorang yang meminum ramuanku,” kata Seo Ri.
Jun
terkejut saat Seo Ri dan Yo Gwang tiba-tiba mengerubunginya dengan gembira.
“Berkat
kau lilinku menyala,” kata Seo Ri tersenyum.
“Kita
sekarang bisa menyalakan lilin tanpa plakat keinginan,” kata Yo Gwang.
Jun
ikut senang mendengarnya. Ia berkata ia
senang bisa membantu. Apalagi setelah melihat senyum lebar Seo Ri.
“Tapi
sekarang kita harus mencari tahu cara mendapatkan keinginan orang-orang pada
kita. Kita tidak bisa berkeliling menanyakan pada mereka apa keinginan mereka,”
kata Yo Gwang khawatir.
“Tidak
bisakah kita mengkhawatirkan itu nanti? Aku sedang sangat senang saat ini,” kata
Seo Ri terus tersenyum.
Poong
Yeon berada dalam dilema memikirkan permintaan Raja padanya untuk
menginvestigasi ayahnya dan mencari puteri. Hmmm…apa Poong Yeon sama sekali
tidak terpikir kalau puteri yang hilang itu adalah Yeon Hee?
Hyun
Seo menyelidiki kaitan antara PM Sunhoe dan Raja Seonjo. Raja Seonjo terlahir
di hari kerbau jam 3-5 subuh. PM Sunhoe terlahir di hari ular pada rentang jam
yang sama. Ular, ayam, dan kerbau bersatu untuk menghasilkan energi fisik.
Sedangkan macan, kuda, dan anjing bersatu untuk menghasilkan kekuatan
spiritual.
Berdasarkan
perhitungannya, tubuh dan jiwa PM Sunhoe dan Raja Seonjo dapat bersatu pada
hari ayam jam 7-9 malam. Hyun Seo menemukan apa yang hendak dilakukan Hong Joo.
Seo
Ri mendapati dirinya terikat di atas sebuah dipan dalam sebuah ruangan.
Rambutnya memutih dan ia mendengar ada seseorang yang berjalan menghampirinya.
Ia berusaha meronta namun tak bisa
melepaskan diri.
Raja
Seonjo menyibak tirai demi tirai menuju tempat Seo Ri terbaring. Namun ketika
tirai terakhir terbuka, PM Sunhoe yang muncul. PM Sunhoe mengeluarkan sebilah
pisau lalu menancapkannya ke tubuh Seo Ri.
Seo
Ri berteriak keras dan terbangun. Mimpinya terasa sangat nyata hingga ia
memeriksa apakah benar itu hanya mimpi.
Ia
termenung hingga pagi. Lalu ia membuka sebuah kotak yang berisi lonceng Poong
Yeon.
Ketika
ia keluar, ia melihat Yo Gwang hendak pergi. Yo Gwang berkata ia akan perfi ke
kuil Taeil untuk mencaritahu bagaimana cara menyalakan lilin dengan tulus.
Seo
Ri memberitahu Yo Gwang kalau ia sudah memutuskan akan membawa Poong Yeon ke
kuil Chungbing saat mereka bertemu hari ini.
Poong
Yeon nampak gelisah saat akan bertemu Yeon Hee hari ini. Ia sibuk mencari
barang yang bisa diberikan pada Yeon Hee. Ia hendak membelikan jepit rambut
namun tidak tahu bagaimana memilihnya. Akhirnya ia menyuruh Sol Gae yang
memilihkan.
Sol
Gae mengambil jepit rambut bunga putih dan memberikannya pada Poong Yeon. Lalu
ia mengambil sebuah jepit daun. Poong Yeon bertanya apa Sol Gae menginginkan
jepit tersebut.
“Tidak,
untuk apa aku menggunakannya,” kilah Sol
Gae cepat-cepat sambil berlalu pergi.
Poong
Yeon juga hendak membelikan hanbol untuk Yeon Hee namun ia tidak tahu ukurannya. Ia menyorongkan Sol Gae untuk diambil ukurannya. Sol Gae terpaksa
menurut.
Jun
mendadak menolak menemani Seo Ri bertemu dengan Poong Yeon. Jun berkata ia
tidak mau pergi karena takut pada hantu. Segala macam hantu ada di dunia
ini dan yang paling menakutkan adalah
hantu perawan tua.
“Kemarin
kau kan bilang tanda pelihat hantumu sudah lenyap,” ujar Seo Ri.
“Ah
kenapa perutku mendadak sakit,” tiba-tiba Jun memegangi perutnya.
Seo
Ri tahu Jun berbohong. Ia berkata tidak bisakah Jun membantunya keluar karena
ia juga sudah menemani Jun keluar. Akhirnya Jun mengalah dan berkata ia akan
pergi. Tapi ia ingin Yeon Hee berbicara tak formal padanya.
“Kita
tidak sedekat itu,” ujar Seo Ri cuek. Jun cemberut.
Poong
Yeon sudah tiba lebih dulu di tempat pertemuan, diikuti Sol Gae. Poong Yeon
terlihat banyak pikiran dan tidak mempedulikan keadaan sekelilingnya hingga Sol
Gae agak kesal. Sol Gae meminta Poong Yeon menunggu di sana. Ia akan pergi
mengambil pakaian yang tadi mereka beli.
Baru
beberapa langkah, Poong Yeon memanggil Sol Gae. Ia memberikan jepit rambut daun
yang tadi dilihat Sol Gae.
“Aku
yakin suatu hari nanti kau akan menggunakannya,” katanya sambil tersenyum.
Sol
Gae terdiam beberapa saat. Akhirnya ia pergi.
Tukang
pakaian memaksa Sol Gae mencoba lebih dulu pakaian yang ia buat. Sol Gae
awalnya menolak tapi lalu ia mencobanya.
Saat
ia sedang berpakaian, di pundaknya terlihat ada sebuah tanda. Tanda yang sama
dengan tanda yang ditunjuk Man Wol di tanah. Dan di dekat pundak Sol Gae ada
bekas sabetan pedang yang cukup dalam. O…ow….
Sol
Gae mengenakan pakaian itu lalu mencoba jepit pemberian Poong Yeon. Untuk sesaat
ia menikmati melihat dirinya dalam cermin, seperti wanita pada umumnya. Tapi
kemudian ia melepaskan jepit itu, seakan menyadari ini tidak seperti dirinya
yang biasanya.
Hyun
Seo menemui Ibu Suri dan memberitahu apa yang sudah ia temukan. Ia berkata
takdir PM Sunhoe dan Raja Seonjo sangat cocok. Ia menduga karena itulah Hong Joo mendekati
Raja Seonjo.
“Aku
melihat PM Sunhoe melalui tubuh Yang Mulia. Hong Joo berkata ia akan
menempatkan PM di atas tahta. Ia mungkin berencana untuk mengambil alih tahta,”
kata Ibu Suri.
Hyun
Seo berkata rencana itu hanya bisa berhasil jika Hong Joo melakukan sesuatu.
Yaitu membuat PM Sunhoe membunuh puteri. Ibu Suri terkejut. Kenapa PM harus
membunuh saudara kembarnya sendiri?
Hyun
Seo berkata karena hanya PM Sunhoe yang bisa membunuh puteri. Dan jika itu terjadi,
kutukan puteri akan mengenai keluarga kerajaan.
“Kenapa
anak-anakku haru mengalami hal yang begitu mengerikan? Kenapa Boo-ku harus
mengalami hal seperti ini setelah kematiannya? Boo-ku yang malang….Puteraku
yang malang….” Ibu Suri menangis.
“Takdir
mereka akan bertemu pada hari ayam jam 7-9 malam. Sebelum waktu itu, Hong Joo
akan berusaha membawa puteri ke istana.”
Ibu
Suri bertanya apa yang harus mereka lakukan sekarang. Dengan putus asa ia
berkata mungkin ia tidak bisa membantu apapun. Hyun Seo berkata mereka harus
menghentikan Hong Joo. Tapi Ibu Suri tidak yakin Hyun Seo bisa menghentikan
Hong Joo dengan tubuh melemah seperti sekarang.
“Ini
bukanlah apa-apa. Saya tidak bisa mengatakannya sekarang, tapi ada seseorang
yang akan menyerahkan hidupnya demi puteri. Ia akan membebaskan kutukan untuk
puteri,” kata Hyun Seo.
Ibu
Suri meminta Hyun Seo memastikan semua ini terjadi.
Di
sisi lain, Hong Joo berkata pada Raja Seonjo kalau mereka akan mengadakan
ritual untuk membersihkan kutukan begitu puteri ditemukan. Selama ritual itu
dijalankan, Raja Seonjo harus meminjamkan tubuhnya.
Raja
terkejut. Apa maksudnya dengan meminjamkan tubuhnya? Hong Joo berbohong ia juga
harus menghilangkan energi jahat yang berada dalam tubuh Raja.
“Anggap
saja sebagai tidur siang yang lama dan nyenyak. Begitu Yang Mulia bangun,
penyakit Yang Mulia sudah sembuh. Yang Mulia akan merasa seperti terlahir
kembali.”
“Jika
aku melakukan apa yang kaukatakan, apakah akan mengakhiri rasa sakit ini?”
tanya Raja Seonjo.
“Ya,
Yang Mulia.”
Yo
Gwang gembira ketika ia mengetahui Hyun Seo masih hidup dan telah kembali. Hyun
Seo memuji Yo Gwang karena sudah melindungi Yeon Hee selama ini.
Yo
Gwang menggeleng dengan sedih. Karena kecerobohannya, rangkaian jimat di kuil
Chungbing hancur. Hyun Seo berkata rangkaian jimat itu tidak hancur karena Yo
Gwang.
“Aku
yang melakukannya.”
Yo
Gwang terkejut.
“Pria
di sisi Yeon Hee adalah jimatnya, bukan?: tanya Hyun Seo.
Yo
Gwang terkejut. Apa Hyun Seo sudah melihat Jun? Ia berkata tidak tahu bagaimana
Jun bisa memperoleh lambang tersebut.
“Untunglah,”
kata Hyun Seo. Ia meminta Yo Gwang melakukan sesuatu untuknya.
Jun
berjalan asal-asalan di belakang Seo Ri hingga Seo Ri bertanya apa Jun akan
bersikap seperti ini sepanjang perjalanan.
“Jangan
pedulikan aku. Kita kan tidak sedekat itu,” sindir Jun. Yeee…ada yang ngambek
;p
“Apa
kau ingin aku membuatkan bola-bola nasi nanti? Saat orang merasa murung, mereka
akan merasa lebih baik setelah makan. Mungkin sesuatu yang manis akan lebih
baik.”
“Itu
tidak akan membuatku merasa lebih baik,” ujar Jun.
“Arak
beras manis?” Seo Ri tersenyum manis pada Jun.
Jun
yang malang tidak bisa lama-lama ngambek karena senyum Seo Ri. Ia langsung ikut
tersenyum.
“Kau
merasa lebih baik setelah memikirkan makanan, kan?” Seo Ri senang Jun kembali
tersenyum.
“Iya,
sangat senang,” Jun terus tersenyum.
Tiba-tiba
seseorang berpenutup wajah hitam muncul dari balik semak-semak lalu melemparkan
pisau kecil ke arah Jun. Pisau itu menyerempet bahu Jun. Astaga….jangan sampai
luka pisau kecil disangka luka sabetan Poong Yeon nantinya >,<
Jun
membawa Seo Ri melarikan diri untuk menghindari serangan orang itu.
Poong
Yeon melihat mereka dari kejauhan dan langsung mengejar mereka. Sol Gae yang
baru tiba melihat Poong Yeon sedang berlari ke arah hutan. Ia melihat bungkusan
kain yang dibawanya.
Jun
mendorong Seo Ri untuk menghindari serangan pisau. Lalu orang itu melemparkan
bom asap ke antara Seo Ri dan Jun. Akibatnya keduanya kesulitan untuk melihat.
Orang
berpenutup wajah itu menyerang Heo Jun. Keduanya jatuh berguling-guling ke
bawah.
Seo
Ri kebingungan saat tidak menemukan Jun di sekelilingnya.
Jun
berusaha naik untuk kembali pada Seo Ri, tapi turunan itu terlalu curam.
Sementara penyerang mereka berhasil naik ke atas dan membuka penutup wajahnya.
Yo Gwang.
Kilas
balik pada permintaan Hyun Seo malam itu. Hyun Seo berkata Hong Joo sudah
semakin dekat dengan kuil Chungbing. Hanya masalah waktu sebelum Hong Joo
menemuikan Yeon Hee. Ia menyuruh Yo Gwang memisahkan Yeon Hee sementara dari
Jun.
“Biarkan
Poong Yeon melihat kutukan Yeon Hee.
Jika perasaannya tidak berubah setelah melihat kutukan Yeon Hee, ia akan
menjadi orang terakhir yang bisa mematahkan kutukan Yeon Hee."
Yeon
Hee mencari-cari Jun dan terus memanggil namanya (biasanya Yeon Hee memanggil
Jun dengan sebutan ‘sunbae-nim’, panggilan formal untuk kakak senior).
“Yeon
Hee….”
Yeon
Hee berbalik dan terkejut melihat Poong Yeon.
Mengapa
Hyun Seo ingin Poong Yeon melihat kutukan Yeon Hee? Karena pada lembar terakhir
Mauigeumseo, dikatakan bahwa pengorbanan cinta sejati yang bisa menyalakan
lilin terakhir.
Selama
ini ia menyembunyikan halaman terakhir itu untuk melindungi Poong Yeon. Tapi
jika ini takdir Poong Yeon, maka ia tidak bisa menghalanginya.
“Ayahmu
akan mengantarmu pada kematianmu,” batinnya sedih.
Di
suatu tempat di dalam hutan, Sol Gae berganti pakaian. Ia mengenakan pakaian
dan topeng si Jubah Merah.
Poong
Yeon bertanya apa yang dilakukan Yeon Hee di tempat ini. Ia menarik tangan Yeon
Hee untuk ikut bersamanya. Tapi Yeon Hee merasakan sesuatu. Ia terdiam dan
menarik tangannya.
Tanda
kutukan di lehernya menyala. Rambutnya pelan-pelan memutih. Poong Yeon tertegun
melihat peristiwa itu. Tanpa sadar ia melangkah mundur. Air mata Yeon Hee
mengalir.
Si
Jubah Merah muncul dari balik pepohonan dan berjalan ke arah mereka. Poong Yeon
mengeluarkan senjatanya. Tapi kutukan Yeon Hee membuatnya melemah. Tanda
kutukan muncul di belakang lehernya.
Yeon
Hee menoleh melihat si Jubah Merah. Jubah Merah menghunus pedangnya dan hendak
menyerang. Mata Yeon Hee berubah warna menjadi abu-abu.
Ia
menatap si Jubah Merah. Jubah Merah terlontar ke belakang. Dengan kekuatannya,
Yeon Hee membuat Jubah Merah melayang di udara.
“Yeon
Hee…” panggil Poong Yeon.
Mata
Yeon Hee kembali normal. Ia menoleh dan hendak mendekati Poong Yeon. Tapi Poong
Yeon merangkak menjauh seakan takut pada Yeon Hee. Yeon Hee terhenyak. Poong
Yeon terlihat kesakitan.
Jubah
Merah jatuh ke tanah. Ia melemparkan pisau ke arah Yeon Hee. Pisau itu menancap
di punggung Yeon Hee. Pada pisau itu
sepertinya terpasang kertas mantra atau jimat. Yeon Hee tersungkur ke tanah.
Namun
yang membuatnya terpukul bukanlah senjata itu, melainkan reaksi Poong Yeon saat
melihat dirinya.
Yo
Gwang tiba di tempat itu, namun ia hanya melihat Poong Yeon membungkuk di tanah.
Beberapa saat kemudian Jun tiba. Ia melihat Yeon Hee dipanggul si Jubah Merah.
“Yeon
Hee!!” teriaknya.
Ia
langsung berlari mengejar disusul oleh Yo Gwang. Tanda kutukan di belakang
telinga Poong Yeon perlahan memudar. Ia segera bangkit dan ikut mengejar.
Sayangnya…Yeon
Hee berhasil dibawa ke tempat Hong Joo. Ia terbangun dalam keadaan terikat di
atas semua dipan. Persis seperti yang ia lihat dalam mimpinya.
Tirai
terbuka. Hong Joo tersenyum padanya.
“Lama
tak jumpa, anakku. Kulihat kau belum lupa padaku.”
Komentar:
Jika
aku menjadi Poong Yeon aku juga akan frustrasi dan kesal. Ia tidak pernah
diberitahu dengan jelas mengenai apa yang terjadi. Baik ayahnya dan Yo Gwang
hanya mengatakan “ada alasannya”. Apa sulitnya mengatakan apa alasannya?
Sepertinya
Hyun Seo akhirnya memperlihatkan kutukan Yeon Hee pada Poong Yeon karena Poong
Yeon dengan tegas berkata ia rela mati demi Yeon Hee dan tidak ada yang bisa
mengubah perasaannya.
Tapi,
Poong Yeon juga rela mati demi Raja Seonjo kan? Jika ia tahu sang puteri adalah
Yeon Hee, kira-kira apa yang akan dilakukan Poong Yeon? Apakah sama seperti
yang pernah ayahnya lakukan, menyembunyikan Yeon Hee?
Lalu
yang kukhawatirkan mengenai Poong Yeon adalah ia sepertinya memiliki perasaan
tidak suka pada Jun sejak awal mereka bertemu. Entah karena cemburu, entah
karena ia sudah menilai Jun memiliki hubungan dengan Si Jubah Merah. Kira-kira
apa yang akan ia lakukan jika ia tahu Jun adalah jimat Yeon Hee dan harus
selalu berada di dekatnya?
Di
satu sisi aku senang Yeon Hee bisa memperlihatkan kekuatannya, karena dengan
begitu kita tahu ia lawan yang seimbang dengan Hong Joo. Dan lagi Hyun Seo juga
menginginkan Yeon Hee berhenti bersembunyi. Masalahnya, kutukan Seo Ri juga
berimbas pada Poong Yeon. Setiap kali kutukan itu aktif maka Poong Yeon juga
akan menderita.
Menurutku
Poong Yeon terlalu terkejut melihat perubahan Yeon Hee sehingga ia bergerak
menjauh. Seakan ia tidak bisa menerima apa yang terjadi. Tapi dilihat dari
kepribadiannya, kurasa Poong Yeon tidak akan
meninggalkan Yeon Hee karena kutukan itu.
Akhirnya
terjawab sudah kalau si Jubah Merah adalah Sol Gae. Pertanyaannya adalah apakah
ia menjadi Jubah Merah dalam keadaan
sadar, atau ia berada di bawah pengaruh sihir Hong Joo? Karena rasanya aneh
gadis seperti Sol Gae memiliki kekuatan untuk membopong Seo Ri dan berlari
secepat itu.
Ibu
Suri juga cukup membingungkan dengan pikirannya yang plin-plan. Ia ingin
menghentikan Hong Joo tapi selalu lemah setiap kali Hong Joo mengeluarkan kartu
as-nya, yaitu PM Sunhoe. Bahkan saat Hyun Seo memberitahu kalau Hong Joo ingin
PM Sunhoe membunuh Puteri, yang ditangisi Ibu Suri hanyalah PM Sunhoe ckckck…..
Aku
jadi bertanya-tanya sebenarnya apa kekuatan Hyun Seo dibandingkan dengan Hong
Joo. Apakah Hyun Seo tidak bisa menggunakan doa atau ritual untuk membuat roh
PM Sunhoe tenang di alam baka? Atau tidak adakah cara untuk merebut roh PM
Sunhoe dari Hong Joo?
Perpisahan
Jun dan ibunya sungguh mengharukan. Ibu Jun tidak mengatakan apapun, tapi dari
belaiannya ia seakan menyampaikan kalau Jun sudah melakukan yang benar dengan
tidak membunuh Heo Ok. Dan bahwa kematiannya bukanlah kesalahan Jun. Dan ia
tahu Jun akan baik-baik saja meski tanpa dirinya.
Sekarang
mengenai lilin yang menyala. Hehe…maaf panjang ^^
Apakah
seseorang harus meminum ramuan Seo Ri dan keinginannya dikabulkan baru lilin di
kuil Chungbing menyala? Bukankah keinginan Poong Yeon juga terkabul dengan
bertemunya ia dengan Yeon Hee dan ayahnya? Tapi lilin itu menyala setelah
pertemuan Jun dan ibunya. Dan Seo Ri menganggap lilin itu menyala karena Jun.
Lalu
bagaimana dengan lilin terakhir yang disebutkan dalam lembaran terakhir
Mauigeumseo? Pengorbanan cinta sejati yang akan membuat lilin terakhir menyala.
Jelas
Heo Jun tidak akan mati dan hidup lama. Begitu juga Raja Seonjo. Lalu kira-kira
siapa? Poong Yeon? Seo Ri? Atau jangan-jangan Hong Joo dan Hyun Seo? Yang pasti
aku berharap happy ending ;p
Aaaaahhhhh,,,, mAkin gak sabar nunggu kelanjutan sinopsisnyA,,,, fighting mbak fanny
BalasHapusPoong yeon sama bapaknya sama sama teka teki mbak
BalasHapusKita ga bisa liat perasaan mereka kayak kitangeliat perasaan jun hahahaha
Kurang suka ibh suri emang dari awal, sampesekarang blm ngerasa dja kangen putri cantiknya
Gimana ya kalonanti seo riketemu ibunya??
Aih...jun ah kayak enrique jamanjoseon lol
Wawwwww daebaaak daebak mba fanny komentarnya... udah ga bisa ngomong apa2 lg.. mba fanny... fighting. .. ajha ajha...!!
BalasHapus#WARBYAZAH
BalasHapusGpp mba panjang2 jg,justru pling suka ama komennya mba fani,jd lbih jelas lg ama ceritanya hehehe.. Mksih y mba,ditunggu slnjutnya
BalasHapusMksh mbk bwt sinopsis nya...
BalasHapusGk sbar nunggu lnjutannya...
Fighting!!
Fighting mbak fanny....
BalasHapusDi tunggu next nya...
hwaiting kak,,,nggk sabar nunggu lanjutannya
BalasHapusNungguin lanjutannya nih kak. Semangat ya
BalasHapusSemangat mbak fanny! Ditunggu episode selanjutnya.. Segera ya mbak hehe ^^ udah penasaran banget nih :D
BalasHapussalam kenal kak, ( pendatang baru), smangat kak tulisnya, tdk sabar baca selanjutnya. :)
BalasHapussalam kenal kak, ( pendatang baru), smangat kak tulisnya, tdk sabar baca selanjutnya. :)
BalasHapus