Jun dan Yo Gwang
terus mengejar namun mereka kehilangan jejak Yeon Hee. Akhirnya mereka
menyerah.
Barulah Jun
menyadari siapa orang yang tadi menyerangnya hingga ia terpisah dari Yeon Hee.
Ia marah dan bertanya kenapa Yo Gwang melakukan itu.
Tak lama kemudian
Poong Yeon menyusul mereka. Yo Gwang terkejut melihat Poong Yeon dalam keadaan
baik (tidak terpengaruh lagi oleh kutukan Yeon Hee). Poong Yeon bertanya di
mana Yeon Hee.
Si Jubah Merah
meletakkan Yeon Hee yang tak sadarkan diri di sebuah dipan. Dipan yang sama
dengan yang dilihat Yeon Hee dalam mimpinya.
Jubah Merah
membuka topengnya dan ia benar-benar adalah Sol Gae. Ia dalam keadaan sadar,
tidak seperti dalam pengaruh sihir hitam.
Hyun Seo terkejut
saat melihat Yo Gwang, Poong Yeon, dan Heo Jun sama-sama menemuinya. Dengan khawatir ia bertanya di mana Yeon Hee.
Yeon Hee sadarkan
diri. Ia terkejut saat melihat Hong Joo. Hong Joo tersenyum menyapanya.
“Kenapa kau
melakukan ini padaku? Kenapa kau membunuh orang-orang yang menggantung plakat
keinginan mereka?” tanya Yeon Hee.
“Bukankah sudah
kukatakan kalau kau dikutuk. Jika kau mati hari itu, orang-orang tak bersalah
itu tidak akan tersentuh. Apa kau masih belum tahu kenapa kau harus mati?”
Yeon Hee meronta.
Hong Joo berkata percuma saja, kekuatan Yeon Hee tidak akan bisa digunakan di
tempat ini. Ia mengeluarkan belatinya
dan mengarahkannya ke leher Yeon Hee.
Yeon Hee bertanya
kenapa Hong Joo melakukan ini. Apa kaitan Hong Joo dengan kutukannya? Hong Joo
berkata Yeon Hee dilahirkan atas kesalahannya, jadi ia yang harus mengambil
nyawa Yeon Hee. Yeon Hee tak mengerti perkataan Hong Joo.
“Kasihan…jangan
begitu takut. Ini akan segera berakhir,” kata Hong Joo.
Ia pergi ke kamar
Raja dengan membawa pot berisi roh PM Sunhoe.
“Jika bukan karena aku, bukankah kau seseorang
yang bukan keturunan langsung Raja yang bahkan tidak berani melirik tahta?
Karena kau bisa menduduki tahta karena aku, maka jangan terlalu dendam padaku,”
kata Hong Joo pada Raja Seonjo yang sedang tidur.
Ia mengeluarkan
kertas jimat dan hendak menempelkannya pada tubuh Raja. Namun tiba-tiba Raja
menghentikannya.
Raja membuka mata
dan menyuruh Hong Joo pergi sekarang juga. Hong Joo terkejut.
Tapi ia dengan
segera bisa mengenali Hyun Seo yang sedang mengambil alih tubuh Raja melalui
ritual yang ia lakukan. Melalui tubuh Raja Seonjo, Hyun Seo menyuruh Hong Joo
pergi sekarang juga.
“Beraninya kau
merasuki tubuh Yang Mulia?” ujar Hong Joo. Lah sendirinya??
Hyun Seo berkata
ia sudah tahu rencana Hong Joo. Lalu kenapa, tantang Hong Joo. Apa Hyun Seo
akan terus mendiami rubuh Raja sampai jam 9 malam (waktu untuk memindahkan roh
PM ke tubuh Raja Seonjo)?
Ia mengingatkan
kalau tubuh fisik Hyun Seo sebenarnya sudah mati dan hany bertahan karena sihir
hitam Hong Joo. Jika Hyun Seo menggunakan eneergi terlalu banyak, maka seluruh
tubuhnya akan membusuk.
“Aku tidak
peduli.”
“Kalau begitu
bertahanlah. Aku sudah menanti lama untuk waktu ini. Aku tidak akan mudah
dikalahkan,” Hong Joo bangkit berdiri, dan maju untuk menantang Hyun Seo
membunuhnya.
Hyun Seo berusaha
bertahan tapi ia tidak kuat lagi dan mulai goyah. Hong Joo menyuruhnya berhenti
karena Hyun Seo akan mati jika terus seperti ini.
“Jangan pura-pura
mengkhawatirkanku,” gumam Hyun Seo. Ia terhuyung-huyung dan hampir jatuh.
Hong Joo
menggunakan sihir hitamnya. Asap hitam memasuki tubuh Raja. Hyun Seo
memuntahkan darah dan urat-urat di lehernya berubah hitam. Ia tidak lagi
menguasai tubuh Raja. Hong Joo mengambil pot berisi roh PM dan tersenyum
menang.
Poong Yeon dan Jun
menyusup ke Seongsucheong. Poong Yeon berkata ia akan mengalihkan perhatian,
sementara Jun masuk ke dalam mencari Yeon Hee.
“Aku memintamu
karena kau jimat Yeon Hee, bukan karena aku mempercayaimu,” ia menekankan.
Poong Yeon maju
melawan anak buah Hong Joo. Sementara Jun menyelinap masuk ke dalam. Diam-diam
Jun melumpuhkan satu per satu anak buah Hong Joo yang berjaga di dalam.
Hong Joo membawa
Raja Seonjo (yang sudah dirasuki roh PM) keluar istana. Kepala kasim melihatnya
dan segera pergi melapor.
Hong Joo tiba di
Seongsucheong dan melihat Poong Yeon sedang bertempur melawan anak buahnya. Ia
menoleh melihat Si Jubah Merah yang tadi ikut dengannya, seakan bertanya
“Mengapa kau diam saja?”
Si Jubah Merah
alias Sol Gae bertopeng awalnya diam saja. Tapi Poong Yeon melihat Raja Seonjo
dan hendak mendekatinya. Jubah Merah langsung menghalanginya. Hong Joo pergi
membawa Raja Seonjo yang terlihat dalam keadaan tersihir.
Jun cepat-cepat
bersembunyi saat mendengar ada orang yang datang. Hong Joo masuk bersama Raja
Seonjo. Ia mengambil belati di atas altar dan memberikannya pada Raja Seonjo.
“Pangeran telah
menanti sangat lama. Sekarang Yang Mulia hanya perlu melakukan apa yang
kaukatakan.”
Seo Ri melihat
mereka dengan ketakutan. Sementara Jun melihat mereka dari tempat tersembunyi.
Poong Yeon kehabisan
tenaga melawan anak buah Hong Joo yang banyak dan ahli bela diri. Ia berhasil
melukai lengan Jubah Merah tapi ia juga berkali-kali terkena sabetan pedang
hingga akhirnya ia jatuh berlutut.
Namun saat anak
buah Hong Joo hendak membunuh Poong Yeon, Si Jubah Merah menghalanginya. Tampaknya
ia pemimpin dari mereka semua, karena mereka menurut ketika Jubah Merah memberi
isyarat agar mereka pergi.
Poong Yeon
menggunakan kesempatan itu untuk melawan Jubah Merah. Ia berhasil melepaskan
topeng Jubah Merah. Tapi Sol Gae berdiri membelakanginya hingga ia tidak tahu
siapa Jubah Merah sebenarnya. Sol Gae melarikan diri.
Hong Joo menyuruh
PM Sunhoe (yang berada dalam tubuh Raja Seonjo) untuk menikam Yeon Hee tepat di
jantung dengan menggunakan belati itu.
“Dengan begitu
Yang Mulia akan mendapatkan tubuh yang baru.”
PM Sunhoe
mengangkat belatinya. Yeon Hee meronta ketakutan.
Tapi PM Sunhoe
terlihat bimbang. Ia tidak menusukkan belatinya dan menatap Yeon Hee. Hong Joo
membujuknya dengan berkata Yeon Hee memang harus mati menggantikan PM dan Yeon
Hee adalah penyebab PM menjadi seperti ini.
“Cepat…cepat tikam
jantungnya,” ia terus mendesak. Hingga akhirnya ia menjadi marah.
PM Sunhoe menyerah
dan kembali mengayunkan belati itu. Tepat saat itu Jun muncul dan menepis belati
dari tangan PM Sunhoe.
Jun mengeluarkan
pedang dan menghunusnya ke leher Hong Joo. Hong Joo terkejut.
Jun pelan-pelan
mendekati Yeon Hee dan menggenggam tangannya. Tanda jimat di dadanya bersinar
biru. Pada saat itu pula roh PM Sunhoe keluar dari tubuh Raja dan kembali ke
dalam pot. Sementara itu rambut Yeon Hee kembali hitam, tanda kutukannya
berhenti. Hong Joo melihat semua itu dengan heran.
Anak buah Hong Joo
menghambur ke dalam menyerang Jun. Jun bukan lawan mereka dan akhirnya ia
tertangkap.
“Kau….jadi kau
adalah jimatnya,” kata Hong Joo.
“Kau adalah
pembunuh sebenarnya di balik Si Jubah Merah,” balas Jun.
“Kalau begitu kau
tentu tahu bahwa melawanku berarti mengantar nyawamu.”
“Nyawaku? Tentu
saja, kenapa tidak?”
Hong Joo
memerintahkan anak buahnya membunuh Jun. Tidak, teriak Yeon Hee.
Poong Yeon muncul
tepat pada waktunya. Ia menghunus pedangnya ke leher Hong Joo. Semua orang
terkejut.
Jun menggunakan
kesempatan itu untuk melepaskan diri. Poong Yeon melhat Raja terbaring pingsan
di lantai dan Yeon Hee di atas dipan. Ia menyuruh Jun membawa Yeon Hee pergi.
Jun melepaskan
ikatan Yeon Hee dan menggendongnya keluar. Hong Joo kesal namun tak berdaya.
Setelah menerima
laporan kasim kepala, Ibu Suri bergegas pergi. Ia sempat melihat Jun melintas
di depannya menggendong Yeon Hee. Sepertinya Ibu Suri bisa menduga siapa gadis
yang barusan dilihatnya.
Hong Joo bertanya
apakah Poong Yeon baik-baik saja. Bagaimana Poong Yeon bisa ke sini tanpa
terluka meski kutukan Yeon Hee sedang aktif?
“Perasaan siapa
yang berubah?” tanyanya.
Poong Yeon
tertegun.
“Aku yakin kau
sudah tahu kalau Yeon Hee adalah puteri. Dan kau tahu bahwa orang yang ia
cintai, juga orang yang mencintainya akan mati. Itu adalah kutukannya.”
Hong Joo tersenyum
melihat wajah kaget Poong Yeon, karena itu artinya Poong Yeon baru tahu. Ia
berkata pilihan Poong Yeon sekarang lebih mudah karena sudah tidak lagi terikat
dengan kutukan Yeon Hee. Poong Yeon harus membunuh Yeon Hee demi Raja dan
negeri ini. Maukah Poong Yeon membantunya?
Poong Yeon makin
mendekatkan pedangnya. Ia berkata ia yakin Yeon Hee yang dulu akan kembali
jika Hong Joo mati. Tapi Hong Joo
berkata kutukan Puteri akan menetap selamanya jika ia mati. Dan Yeon Hee akan
berwujud seperti itu selamanya.
“Bukankah sulit
melihatnya seperti itu? Itu bukan kesalahanmu. Makhluk mengerikan itu bukan gadis yang
kaucintai. Karena itu kita harus membunuhnya.”
“Tutup mulutmu,”
Poong Yeon siap mengayunkan pedangnya.
Hong Joo berkata
hanya dirinya yang bisa menyelamatkan Raja. Ia menantang Poong Yeon membunuhnya
dan melihat apa yang akan terjadi pada Raja dan Yeon Hee.
Poong Yeon bimbang
setelah mendengar kata-kata Hong Joo, apalagi ia melihat keadaan Raja yang tak
sadarkan diri. Akhirnya ia menurunkan pedangnya.
Setelah berada di
tempat aman, Jun menurunkan Yeon Hee dan menanyakan keadaannya.
“Apa kau terluka?
Kau pasti sangat ketakutan.”
Yeon Hee menangis
dan memeluk Jun.
“Kau bilang kau
akan berada di sisiku,” isaknya, melepaskan semua rasa takut yang baru saja
dialaminya. “Kau bilang kau akan terus berada di sisiku.”
“Maaf….aku yang
salah,” kata Jun sedih.”Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku akan
selalu berada di sisimu.”
Pada saat itu juga
muncul tanda kutukan Yeon Hee di belakang telinga Jun. Namun tanda itu bersinar
biru, tidak seperti kutukan Poong Yeon yang bersinar merah. Apa itu artinya Jun
menyadari kalau ia mencintai Yeon Hee? Sinar biru itu sepertinya tanda jimat
Jun masih melindungi mereka berdua agar kutukan tersebut tidak aktif.
Hyun Seo
menenangkan Yo Gwang kalau ia akan segera pulih. Ia bertanya apa yang terjadi
pada Poong Yeon. Apa kutukan Yeon Hee tidak lagi berpengaruh padanya? Yo Gwang
berkata ia juga merasa aneh. Tapi ia menganggap ini hal baik karena hidup Poong
Yeon tidak terancam lagi.
Tapi Hyun Seo
tidak nampak lega maupun senang. Ia mengernyit kesakitan. Yo Gwang bertanya apa
yang dilakukan Hong Joo padanya.
Menyadari tidak
bisa membohongi Yo Gwang, Hyun Seo berkata ia bertahan hidup hanya karena sihir
hitam yang mengalir dalam tubuhnya. Ia merasa hidupnya tak akan lama lagi
karena tubuhnya semakin tidak bisa dikendalikan olehnya. Begitu sihir hitam
menguasai seluruh tubuhnya, ia tidak akan lagi bisa mengendalikan tubuhnya.
“Banyak yang harus
kulakukan untuk Yeon Hee sebelum itu terjadi.”
Yo Gwang sedih
mendengar itu. Ia berkata ia akan membantu Hyun Seo.
Ibu Suri menemui
Hyun Seo dan menyuruhnya tetap duduk karena melihat kondisi Hyun Seo.
“Berkat kau,
keluarga kerajaan terhindar dari tragedi besar. Tapi Hong Joo tidak akan
menyerah begitu mudah.”
Hyun Seo setuju dengan
pendapat Ibu Suri. Hong Joo tidak akan semudah itu menyerah. Ibu Suri
menceritakan ia tadi sempat melihat Yeon Hee. Ia bertanya kembali apakah Yeon
Hee harus mematahkan kutukannya agar tragedi ini berakhir. Hyun Seo
membenarkan. Sepertinya Ibu Suri memiliki rencana.
Raja sadarkan diri
dan menyadari ia belum sembuh. Ia bertanya pada Hong Joo yang duduk
menungguinya.
“Apa yang terjadi?
Bukankah kau bilang aku akan sembuh setelah menjalani ritual penyucian? Apa kau
menipuku?”
Hong Joo meminta
maaf. Ia berkata Hyun Seo dan Poong Yeon mengganggu ritual tersebut. Awalnya Raja
tidak percaya, tapi ia teringat semalam samar-samar ia melihat Poong Yeon
mengangkat pedangnya terhadap Hong Joo.
Hong Joo bertanya
seberapa dalam rasa peraya Raja pada Poong Yeon. Raja bertanya apa Hong Joo sedang
berusaha mengadu domba mereka. Tentu saja Hong Joo mengelak. Ia beralasan ia
hanya penasaran.
“Kesetiaan antara
abdi yang setia pada pimpinannya, rasa percaya antar teman, apakah tidak akan
goyah jika diperhadapkan pada keinginan pribadi? Aku hanya penasaran akan itu.”
Ia berkata ia
dengar Hyun Seo membesarkan puteri seperti puterinya sendiri dan menamainya
Yeon Hee.
“Sepertinya Tuan
Choi (Poong Yeon) tidak tahu kalau adiknya seorang puteri. Mungkin karena itu
ia tidak pernah memberitahu Yang Mulia.”
Raja terdiam
mendengar perkataan Hong Joo.
Yo Gwang mengantar
Yeon Hee ke suatu tempat. Jun menemaninya. Setelah mereka tiba di sebuah rumah
yang dikelilingi banyak pengawal, Yo Gwang menyuruh Yeon Hee masuk karena ada
seseorang yang hendak menemuinya.
Yeon Hee masuk
seorang diri. Seorang wanita telah menunggunya dan bertanya apakah ia Yeon Hee.
Yeon Hee membenarkan tapi ia tidak mengenal wanita itu.
“Aku adalah…aku…,”
Ibu Suri tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Ia bertanya apakah Yeon Hee
mau mendengar ceritanya.
Di luar, Jun
bertanya sebenarnya ada apa. Yo Gwang berkata ia tidak tahu dan bertanya-tanya
apakah yang ia lakukan sudah benar. Ia menoleh dan terkejut melihat tanda
kutukan Yeon Hee di belakang telinga Jun.
Ada apa, tanya
Jun. Yo Gwang menghela nafas panjang. Namun ia tidak sempat mengatakan apapun
karena Hyun Seo tiba. Jun memberi salam pada Hyun Seo. Ia memberanikan diri
untuk bertanya.
“Semalam, seorang
wanita bernama Hong Joo berusaha menggunakan raja untuk membunuh Yeon Hee. Dan Hong
Joo memanggil raja dengan sebutan Putera Mahkota. Apakah kutukan Yeon Hee
berkaitan dengan raja?”
Di dalam, Ibu Suri
menceritakan bagaimana ia tidak bisa memiliki anak lalu mendapat bantuan Hong
Joo. Ia melahirkan kembar laki-laki dan perempuan. Tapi Hong Joo mengatakan
anak-anak itu dikutuk dan ia hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka.
“Dan aku , demi
penerus tahta kerajaan, memilih sang pangeran. Aku…..membuangmu, puteriku
sendiri. Tapi kau hidup,” Ibu Suri mulai menangis.
Yeon Hee sulit
menerima perkataan Ibu Suri. Ia berkata Ibu Suri salah orang. Ibu Suri
menghambur mendekati Yeon Hee tapi Yeon Hee menjauhi Ibu Suri.
“Aku adalah
seorang ibu yang bahkan tidak pantas meminta pengampunan darimu. Aku yang
bersalah atas semuanya. Tidak apa jika kau membenciku dan mengutukku. Tidak apa
jika kau tidak menerimaku sebagai ibu. Tapi….kumohon patahkan kutukan ini.
Semalam Hong Joo
menggunakan roh Putera Mahkota untuk membunuhmu agar kutukanmu mengenai seluruh
anggota keluarga kerajaan. Ini adalah salahku. Salahku telah menggunakan sihir
hitam. Karena dosaku, Boo-ku dan kau menderita,” kata Ibu Suri sambil menangis.
Yeon Hee berkata
ia tidak mengerti apa yang dikatakan Ibu Suri. Semalam Hong Joo mengatakan ia
dilahirkan atas kesalahannya.
“Apakah itu benar?”
tanyanya berlinang air mata.
“Hong Joo akan
berusaha membunuhmu lagi. Aku tidak akan lagi membiarkannya mempermainkan
keluarga kerajaan,” Ibu Suri menggenggam tangan Yeon Hee, “Puteri, hanya kau
yang bisa melawannya. Aku akan membantumu. Aku akan melakukan apapun jadi kumohon
lepaskan kakakmu dari tangan Hong Joo. Kumohon selamatkan keluarga kerajaan.”
Yeon Hee
menggeleng dan berbalik pergi.
“Anakku!” seru Ibu
Suri.
Yeon Hee berhenti.
Ia menoleh dan meminta Ibu Suri tidak memanggilnya seperti itu lagi.
Yeon Hee keluar
dan tertegun melihat Hyun Seo. Ayah, panggilnya. Ia berlari memeluk Hyun Seo
sambil menangis.
“Ayah…aku sangat
merindukanmu. Aku sangat ingin bertemu denganmu.
Hyun Seo mengangkat tangannya untuk memeluk
Yeon Hee tapi ia tidak melakukannya. Yeon Hee berkata wanita di dalam
mengatakan hal yang aneh.
“Ia mengatakan aku
puterinya. Dan aku puteri. Bahwa ini salahnya. Bahwa aku adalah kesalahan
seseorang. Apa aku adalah dosa seseorang? Sebenarnya aku ini siapa?Ayah….”
panggilnya, saat ia melihat ayahnya tak nampak terkejut sedikitpun.
Hyun Seo melangkah
mundur lalu membungkuk memberi hormat pada Yeon Hee.
“Yang Mulia
Puteri, hamba Choi Hyun Seo memberi hormat. Untuk melindungi Yang Mulia Puteri,
hamba yang rendah ini sudah mengurungmu di Hutan Hitam.”
“Ayah jangan
seperti ini. Aku salah…jangan seperti ini,” Yeon Hee menggelengkan kepalanya
sambil menangis.
Hyun Seo berkata
meski sulit Yeon Hee harus menerima kenyataan karena orang yang bisa melawan
Hong Joo dan mengakhiri kutukan ini hanyalah Yeon Hee. Yeon Hee tak mau
mendengarnya lagi. Hyun Seo meminta maaf karena Yeon Hee harus tahu seperti ini.
Sedih, kecewa,
marah, terpukul, Yeon Hee berlari meninggalkan mereka. Jun segera mengikutinya.
Poong Yeon melapor
pada Raja kalau Hong Joo adalah dalang Jubah Merah. Hong Joo sudah membunuhi
orang tak bersalah dan menipu Raja. Ia berkata mereka harus segera menangkap
dan menghukum Hong Joo.
Tapi Raja berkata Hong
Joo juga mengatakan hal yang sama mengenai Poong Yeon. Raja berkata tentu saja
ia mempercayai Poong Yeon karena Poong Yeon adalah sahabatnya. Ia percaya Poong
Yeon setulus hati peduli padanya dan ia tidak mau lagi ditipu lagi oleh Hong
Joo.
“Nama puteri itu
adalah Yeon Hee,” Raja mengamati reaksi Poong Yeon. Ia memerintahkan agar Poong
Yeon membawa Yeon Hee ke hadapannya
besok tengah malam. “Jangan rusak kepercayaanku padamu.”
Yeon Hee pergi ke
danau tempat ia pernah berjanji untuk bertemu kembali dengan Poong Yeon. Jun duduk di sampingnya.
Yeon Hee ke sana
karena ia ingin bertanya pada kakaknya. Ia tidak bisa percaya pada Ibu Suri dan
ayahnya. Jun bertanya apakah Yeon Hee akan percaya jika Poong Yeon mengatakan
hal yang sama.
“Aku berharap
kakak mengatakan bahwa itu semua tidak benar,” kaya Yeon Hee. “Aku tidak tahu seperti
apa seorang ibu. Ibu itu apa?”
Jun menggenggam
tangan Yeon Hee dan mulai bercerita. Ketika ia kecil, ia akan pulang sambil
menangis karena diolok-olok oleh anak-anak lain. Ibunya akan menggenggam
tangannya seperti itu.
“Tangannya begitu
hangat hingga perasaanku langsung menjadi lebih baik. Kurasa semua ibu di dunia ini sama. Jadi
jangan terlalu sedih.”
“Ia bilang ia
membuangku karena aku dikutuk. Kenapa aku harus menemuinya? Aku ini siapa? Aku
tidak tahu siapa diriku,” kata Yeon Hee sedih.
Jun berkata Yeon Hee
yang ia temui di Hutan Hitam hari itu, Yeon Hee yang ia temui kembali di Kuil
Chungbing, dan Yeon Hee yang ada di hadapannya sekarang, adalah Yeon Hee yang
sama.
“Baik kau dikutuk,
berambut hitam atau putih, puteri atau bukan, bagiku kau adalah Yeon Hee,” Jun tersenyum.
Poong Yeon keluar
dan melihat Sol Gae. Ia menegur Sol Gae yang tidak nampak sejak kemarin. Sol
Gae beralasan ia pergi mencari Poong Yeon karena Poong Yeon mendadak hilang. Ia
bertanya ke mana Poog Yeon hendak pergi. Poong Yeon berkata ia akan menemui Yeon Hee.
Sol Gae terdiam.
Semalam Hong Joo merawat lukanya (luka karena terkena pedang Poong Yeon). Sol Gae
meminta maaf karena tidak bisa menghentikan Poong Yeon dan mengakibatkan
rencana Hong Joo semalam gagal.
Hong Joo bertanya
apakah Sol Gae goyah karena Poong Yeon. Sol Gae menyangkal, ia berkata Poong
Yeon adalah lawan yang tangguh.
Hong Joo tentu
tidak percaya begitu saja. Ia berkata jika Sol Gae ragu karena Poong Yeon maka
ia bisa melenyapkan Poong Yeon untuk Sol Gae. Sol Gae berkata Poong Yeon pasti
akan menemui Yeon Hee lagi. Kali ini ia akan mencari tahu di mana Yeon Hee
bersembunyi.
“Camkan baik-baik…tidak
ada yang lebih merusak daripada perasaanmu sendiri,” Hong Joo mengingatkan.
Sol Gae berusaha
mencegah Poong Yeon pergi. Ia meminta maaf dan beralasan Poong Yeon terlihat
kurang sehat. Tapi Poong Yeon berkata ia baik-baik saja dan tetap pergi.
Hyun Seo kembali
ke markas ditemani Yo Gwang. Ia bertanya apakah Jun dekat dengan Yeon Hee. Yo
Gwang melaporkan kalau tanda kutukan Yeon Hee muncul pada Jun.
“Dia adalah jimat,
jadi kutukan itu tidak mempengaruhinya.”
“Jadi ia juga bisa
melindungi dirinya?” tanya Yo Gwang.
Poong Yeon pergi
ke tepi danau ditemani Sol Gae. Ia memalingkan wajahnya ketika melihat Yeon Hee
bersama Jun. Sesaat ia teringat ketika rambut Yeon Hee menjadi putih saat
kutukannya aktif. Entahlah…mungkin ia merasa sedikit takut hal itu akan terjadi
lagi?
Yeon Hee melihat
Poong Yeon dan mereka berbicara. Sementara itu Jun menunggu bersama Sol Gae.
Jun terus mengamati Sol Gae.
“Kau sedang
mengejar Si Jubah Merah, kan?” tanyanya serius. “Apa kau sudah menemukannya?”
Sol Gae tidak
menjawab.
Jun berkata ia
bertanya seperti ini karena ia ingin juga menangkap Si Jubah Merah. Ia meminta
Sol Gae memberitahunya jika sudah menemukan petunjuk. Sol Gae tidak mempedulikan Jun.
Jun tak sengaja
melihat darah keluar dari lengan pakaian Sol Gae. Tanpa pikir panjang ia
memegang tangan Sol Gae.
“Kau terluka!”
katanya khawatir.
“Aku tidak pergi
memberitahumu apapun, jadi tutup mulutmu. Kau cukup mengganggu,” ujar Sol Gae.
Poong Yeon
bertanya apakah Yeon Hee baik-baik saja
dan tidak terluka. Yeon Hee mengangguk. Yeon Hee bertanya apakah Poong Yeon
selama ini tahu siapa dirinya sebenarnya. Poong Yeon berkata ia baru saja tahu.
“Apa yang harus
kulakukan? Aku ingin hidup sebagai puteri ayah dan sebagai adikmu.”
“Tidak ada yang berubah.
Yeon Hee, aku akan berada di sisimu seperti dulu,” kata Poong Yeon.
Tapi Yeon Hee
berkata banyak orang yang mati karena kutukannya. Dan Poong Yeon juga mungkin
akan terluka. Poong Yeon berkata ia tidak peduli pada kutukan atau apapun. Ia
hanya ingin Yeon Hee pergi bersamanya dan mencari tempat seperti dulu di Hutan
Hitam. Menyembunyikan diri seperti dulu. Dan ia akan terus melindungi Yeon Hee.
Yeon Hee berkata
ada yang ingin ia perlihatkan pada Poong Yeon. Ia membawa mereka, yup….termasuk
Sol Gae, ke Kuil Chungbing.
Yeon Hee berkata
selama ini ia tinggal di tempat ini. Dan selama ini pula ia berusaha menyalakan
semua lilin di tempat ini untuk mematahkan kutukannya. Dengan mematahkan
kutukannya, ia bisa kembali pada ayah dan kakaknya.
“Aku akan
membantumu mengangkat kutukan itu. Aku akan berada di sisimu dan membantumu
agar kau tidak berubah menjadi mengerikan seperti itu lagi.”
“Kak, aku yang
berwujud mengerikan dan aku yang berdiri di hadapanmu saat ini , keduanya
adalah aku,” kata Yeon Hee sedih.
Poog Yeon meminta
maaf. Ia berkata ia lelah dan akan pergi. Yeon Hee mencoba menghentikan
kakaknya.
“Kak, kumohon.”
“Makhluk
mengerikan itu bukan kau. Aku akan menghubungimu nanti.”
Yeon Hee menangis
melihat kepergian Poong Yeon.
Poong Yeon pergi
minum-minum setelahnya. Sol Gae mengkhawatirkannya. Poong Yeon berkata ia sudah
menyakiti Yeon Hee lagi.
“Aku berkata aku akan
melindunginya tapi aku tidak melakukan apapun. Yang Mulia menyuruhku membawa
Yeon Hee padanya. Bagaimana bisa takdir begitu kejam. Bagaimana bisa aku
membunuh Yeon Hee dengan kedua tanganku sendiri. Apa kau tahu apa yang lebih
membuatku tertekan?
Aku takut aku
mungkin kehilangan Yeon Hee, tapi aku menderita memikirkan apa yang bisa
kulakukan untuk Yang Mulia. Aku menderita memikirkan apa yang bisa kulakukan
untuk Yeon Hee.
Aku benci aku
berusaha melarikan diri bersama Yeon Hee karena semua ini. Aku benci diriku
sendiri.”
Melihat kesedihan
Poong Yeon, Sol Gae terlihat marah. Marah karena Poong Yeon menderita? Maka ia
pergi melapor pada Hong Joo.
Heo Ok merajuk tak
mau melakukan apapun. Ibunya menyuruhnya pergi bekerja jika tidak mau dipecat.
Ia menyalahkan ibunya karena terus mengatainya dan membandingkannya dengan Jun.
Ibunya harus melahirkannya dengan kepintaran, jika bukan dengan wajah tampan.
Ibunya tidak
mempedulikan rengekannya dan menyuapkan daging ke mulut puteranya. Itu adalah
daging terbaik yang biasa dimakan Raja. Ia juga sudah mengirimnya pada Raja
agar Raja tidak melupakan Heo Ok. Bukankah Raja yang menutup kasus Si Jubah
Merah walau mayat itu palsu. Seharusnya Heo Ok tidak gugup karena Raja
mendukungnya.
Tapi Heo Ok
berkata ia yang akan disalahkan jika Jun menemukan kebenarannya. Ibunya berkata
Heo Ok harus naik ke jabatan lebih tinggi agar tidak bisa diremehkan oleh
Jun. Dengan menduduki jabatan tinggi,
Heo Ok tak perlu khawatir lagi pada Jun.
Ia akan
sering-sering mengirim hadiah pada Raja dan Heo Ok harus melakukan apapun demi
mendapatkan pengakuan dari Raja.
Poong Yeon menemui
ayahnya dalam keadaan mabuk. Ia menyalahkan ayahnya karena tidak memberitahunya
sejak dulu. Jika ia tahu, ia tidak akan membawa Yeon Hee keluar dari Hutan
Hitam. Jika ia tidak membawa Yeon Hee keluar, ia tidak akan membuat Yeon Hee
menderita seperti saat ini.
Hyun Seo berkata
saat ini perasaan Poong Yeon pasti sedang kacau. Poong Yeon berkata ini adalah
salahnya sendiri. Siapa yang bisa ia salahkan? Ia bertanya apa yang harus ia
lakukan sekarang.
“Selama hatimu
tidak berubah, semua akan baik-baik saja,” kata ayahnya.
“Perasaanku tidak
berubah. Hatiku masih bersama Yeon Hee. Ia adalah satu-satunya wanita yang
kucintai. Tapi wanita itu tiba-tiba berubah menjadi orang lain. Bagaimana bisa
aku menerimanya?”
Hyun Seo berkata
Yeon Hee tidak berubah tapi berada dalam bahaya. Dan Poong Yeon harus
melindunginya sebagai kakaknya.
“Kakak?! Aku
menolak. Aku tidak akan menjadi kakaknya lagi.”
Hyun Seo terkejut melihat emosi puteranya. Ia
berkata jika Poong Yeon tidak bisa menerimanya sekarang maka dulu juga Poong
Yeon tidak akan bisa menerimanya. Tidak ada bedanya Poong Yeon tahu sejak dulu
atau sekarang.
Hyun Seo berkata
ia tidak ingin Poong Yeon terluka. Tapi ia berharap Poong Yeon melakukan yang
terbaik demi negeri ini meski harus menyerahkan nyawanya. Jika Poong Yeon tidak
bisa melindungi Yeon Hee sebagai seorang pria, maka Poong Yeon harus
melakukannya sebagai kakaknya atau abdi yang setia.
“Tidak!! Aku tidak
peduli dia puteri atau monster. Aku akan menemukan Yeon Hee yang dulu kucintai,”
Poong Yeon pergi dengan marah.
Yeon Hee merasakan
sesuatu dan terbangun. Ia melihat Yo Gwang tertangkap pasukan Hong Joo. Jun
cepat-cepat berlari melindungi Yeon Hee.
Yeon Hee terkejut
melihat Hong Joo. Bagaimana Hong Joo bisa tahu tempat ini?
Hong Joo melihat
Mauigeumseo dan membacanya sekilas. “Jadi kau berusaha menyalakan lilin di
tempat ini untuk mengangkat kutukanmu?”
Ia memberikan buku
itu pada anak buahnya lalu mengambil belatinya.
“Kau bahkan tidak
tahu semua orang ini akan mati karena lilin-lilin ini.”
Hong Joo melirik
Jun. Ia bertanya apa Yeon Hee tidak ingat kalau semua orang akan mati karena
Yeon Hee.
“Orang ini juga
akan mati karenamu.”
Hong Joo menusukkan
belatinya ke dada Jun. Jun terkesiap. Terdengar
suara lengkingan roh. Hong Joo terlihat kesakitan dan tangannya memerah. Tanda
di dada Jun bersinar biru.
Akhirnya Hong Joo
melepaskan pegangannya pada belatinya. Sinar di dada Jun menghilang dan belati
Hong Joo lepas dengan sendirinya. Jun roboh ke tanah tak sadarkan diri. Tanda
kutukan di belakang telinganya bersinar merah.
Yeon Hee shock
melihatnya. Hong Joo melihat dengan takjub saat rambut Yeon Hee berubah putih
dan matanya berubah warna.
Yeon Hee menjerit histeris.
Hong Joo terkejut. Tempat itu tersapu angin keras dan anak buah Hong Joo
berjatuhan.
Yeon Hee kembali
menjerit. Hong Joo terangkat ke udara.
“Mati…mati…,” Yeon
Hee mengangkat tangannya.
Tubuh Hong Joo
melayang ke arah Yeon Hee. Yeon Hee mencekik lehernya. Hong Joo teringat pada
peristiwa yang sama ketika Hae Ran mencekiknya dan mengutuknya.
Yeon Hee menatapnya
dengan penuh kemarahan.
Komentar:
Aku senang Yeon
Hee menunjukkan kekuatannya. Dengan begitu Hong Joo akan lebih berhati-hati
dalam menghadapi Yeon Hee….kuharap sih begitu hehe…
Karena yang paling
menderita adalah Yeon Hee. Sejak kecil ia diasingkan dalam rumah jauh di dalam
hutan. Ia tidak pernah mengenal kasih sayang seorang ibu. Lalu mendadak ia
mengetahui kalau ia dikutuk dan kutukannya membahayakan orang-orang yang dicintainya.
Ia hanya memiliki
ayah dan kakaknya di dunia ini. Namun ayahnya tiba-tiba berubah sikap dan
memanggilnya puteri. Kakaknya tidak bisa menerima keberadaan dirinya yang
sekarang. Dan wanita yang mengaku ibunya mengatakan kalau ia membuang Yeon Hee
demi menyelamatkan saudara kembarnya.
Belum lagi semua
orang membebaninya dengan terus menerus mengatakan kalau Yeon Hee harus
mengangkat kutukan itu demi menyelamatkan keluarga kerajaan dan negeri ini.
Keluarga dan negeri yang bahkan tidak pernah menerima dan mengenalnya.
Karena itu aku
sedikit kecewa dengan Poong Yeon. Meski aku mengerti ia terpukul dengan
kenyataan siapa Yeon Hee dan kutukan Yeon Hee, tapi seharusnya ia yang paling
mengenal Yeon Hee dari semuanya.
Ia yang
membesarkan Yeon Hee bersama ayahnya. Ia yang memperkenalkan Yeon Hee pada
dunia. Ia yang memberi Yeon Hee kasih sayang. Tapi kenapa ia begitu sulit
menerima keberadaan Yeon Hee sekarang?
Berlawanan dengan
itu, Jun memberikan penghiburan yang sangat diperlukan Yeon Hee. Bahwa Yeon Hee
adalah Yeon Hee, bagaimanapun bentuknya. Ia tidak pernah membebani Yeon Hee
untuk mengangkat kutukannya. Ia terus berada di samping Yeon Hee dan memberinya
semangat. Dan ia mencintai Yeon Hee..bukti kutukan itu adalah buktinya.
Awalnya kukira
tanda itu untuk orang-orang yang menyayangi Yeon Hee. Tapi Hyun Seo dan Yo
Gwang tidak memiliki tanda itu meski mereka menyayangi Yeon Hee.
Lalu kukira tanda
itu muncul jika perasaan cinta antara Yeon Hee dan seseorang saling berbalas.
Tapi Yeon Hee sama sekali tidak tahu kalau ia bukan anak kandung Hyun Seo.
Artinya sejak awal ia hanya menyayangi Poong Yeon sebagai kakaknya.
Tanda itu muncul
karena Poong Yeon mencintai Yeon Hee. Dan tanda itu hilang ketika Poong Yeon
tidak bisa menerima wujud Yeon Hee yang
dikutuk. Padahal perasaan Yeon Hee pada kakaknya tidak berubah. Jadi tanda Jun muncul karena Jun menyadari
pada saat itu kalau ia mencintai Yeon Hee.
Aku terkesan
dengan karakter Hong Joo dan Yeom Jung Ah memerankannya dengan sangat baik. Karakter
jahat yang hanya jahat tanpa ada alasan dan kejam membabi buta tentu tidak akan
menarik. Tapi Hong Joo jahat dalam cara yang elegan.
Dengan
kata-katanya yang tepat sasaran, ia bisa membuat orang percaya padanya. Lihat
saja kata-katanya pada Poong Yeon dan kata-katanya pada Raja. Ia tidak langsung
mengatakan yang sebenarnya tapi mengeluarkan pertanyaan dan pernyataan yang membuat mereka berpikir ulang dan mulai
meragukan perasaan mereka. Seorang yang sangat pintar memanipulasi….seperti iblis
itu sendiri.
Berbeda dengan Heo
Ok dan ibunya yang tak jelas dengan kebencian mereka pada Jun. Lebih kesal
melihat mereka berdua dibandingkan dengan melihat Hong Joo ;p
Tanda di dada Jun
sepertinya lenyap namun tanda itu menyelamatkan nyawa Jun. Masalahnya sekarang
ia terkena kutukan Yeon Hee dan kuil Chungbing tidak bisa lagi mereka tinggali.
Apa yang akan terjadi pada mereka?
makin seru dan menegangkan ceritanya,,
BalasHapusgomawo unni,, SEMANGAT terus nulisnyaπππ
penulis skenario'a beneran daebak,,
Yey akhirnya di next juga. Mksh kak fannyπ ditunggu lanjutannya ya
BalasHapusKayak film Mandarin the white haired witch of lunar kingdom
BalasHapusYang main fan Bing bing , ekekekekeh...πππ
Bagus banget ka .. Aku bakalan ikutin terus ceritanya ka ..
BalasHapusDi tunggu eps selanjutnya
Ceritanya makin seru.. Gak bisa ditebak, bikin penasaran >_< semangat mbak fanny!! Ditunggu episode selanjutnya ^^
BalasHapusSatu mbak. Yeom jung ah tuh ttp cantik meskipun perannya segitu nyebelin hahaha. Nggak nyangka comebacknya ke dramaland malah lewat dfama ginian dan di tv kabel lagi... padahal bintang chungmuro ya? ^^
BalasHapusGitulah manusia. Unik emang. Nggak semua sesuai teori yg kita kira. Mungkin memang pokng yeon yang slalu ada di sisi yeon hee sejak kecil. Tapi dia tampak sudah terbiasa dg yeon hee yg dia kenal hingga belasan th tanpa tahu kebenaran yg membuatnya terkena kutukan dan hilang akal wkwkwk. Makanya udah ill feel dari awal sama cowok ini. Blm dapet didikan yg lengkap dari bapaknya yang kayaknya sibuk sama urusan istana :p
Btw saya juga sukaaaaaaa banget sama ending episode ini. Anak sama ibu mirip ya mbak? Sayang jung in sun si hee ran nggak bisa kita liat lagi main sama joo won. Dia ga terpilih jadi sassy girl ala joseon. Padahal suka sama dia :(