Hong Joo terkejut
mendengar teriakan Yeon Hee sekaligus takjub melihat perubahannya. Namun ia
mulai ketakutan ketika tiba-tiba tubuhnya terangkat melayang di udara dan tanpa
daya tubuhnya melayang ke arah Yeon Hee.
Yeon Hee mencekik
lehernya dengan penuh kemarahan. Ia teringat pada Hae Ran.
“Mati kau! Sihir
hitam yang kaugunakan suatu hari nanti akan mencabut nyawamu. Tubuhmu akan
tercabik-cabik dan menjadi makanan anjing. Kau akan mati tanpa meninggalkan
jejak.”
“Jika kau
membunuhku kau tidak akan pernah bisa mengangkat kutukanmu,” ujarnya dengan
susah payah.
“Aku tidak peduli!
Bagiku kaulah kutukannya!!” seru Seo Ri marah, “Kutukan yang dengan jahatnya,
liciknya, dan menjijikkan yang tidak mau pergi dariku! Jadi matilah!! Aku akan
membuatmu menghilang agar tidak bisa menggangguku lagi. Aku akan membunuhmu.”
Ia mengetatkan
pegangannya. Hong Joo mulai kehabisan nafas.
“Seo Ri, kau tidak
boleh membunuh!” seru Yo Gwang. Jika Yeon Hee membunuh Hong Joo maka semua
lilin di tempat itu akan mati. Ia membujuk agar mereka menolong Jun lebih dulu.
Yeon Hee menangis
melihat Jun yang masih terkapar tak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga ia
melempar Hong Joo. Hong Joo membentur batang pohon lalu jatuh. Yo Gwang menggendong Jun dan mereka bertiga cepat-cepat
keluar dari sana.
Hong Joo
memerintahkan anak buahnya agar mengejar mereka.
Ibu Suri
mendatangi Hyun Seo dengan buru-buru dan menyuruhnya pergi bersama para
pasukannya ke tempat Yeon Hee. Ada apa, tanya Hyun Seo.
“Semalam Hong Joo
membawa pasukannya meninggalkan istana. Puteri sudah pasti berada dalam
bahaya,” kata Ibu Suri.
“Apa maksud kalian
dengan Puteri?” tiba-tiba terdengar suara Raja Seonjo.
Ibu Suri tidak
kehilangan ketenangannya dan bertanya kenapa Raja datang ke tempat ini. Raja
berkata ia melihat Ibu Suri berjalan terburu-buru. Karena khawatir ia mengikuti
Ibu Suri ke sini. Ia bertanya apa yang terjadi.
“Dan apa maksudnya
dengan “puteri”? Apakah ada puteri lain yang tidak kuketahui?”
Ibu Suri berkata
tentu saja setidaknya mereka harus memiliki puteri karena Raja belum memiliki
keturunan. Ia berbohong sedang mendiskusikan perlu tidaknya mengadakan ritual
untuk meminta keturunan keluarga kerajaan.
“Dan masalah ini
yang membuat Ibu Suri tergesa-gesa?” sindir Raja.
“Apa lagi yang
lebih penting dari ini? Bahkan kami mempertimbangkan untuk memilih selir.”
Raja berkata
senjata Ibu Suri selalu penerus keturunan. Ia bahkan sudah menyerahkan urusan
pemerintahan karena penyakitnya. Menurutnya keserakahan Ibu Suri tak ada
batasnya.
Hyun Seo akhirnya
angkat bicara. Ia meminta Ibu Suri tidak khawatir. Raja ditakdirkan memiliki
banyak keturunan. Jika Raja sudah pulih, pasti bisa menjadi ayah. Ia akan
membuat ritual untuk mendoakan kesehatan Raja.
Raja pura-pura
tersenyum. Jika divisi shaman dan divisi tao begitu giat mendoakannya kenapa
penyakitnya malah makin memburuk? Ibu Suri berkata penyakit Raja bahkan tidak
bisa diobati tabib istana, jadi bagaimana bisa terjadi perubahan hanya dalam
semalam?
Raja bertanya pada
Hyun Seo apakah ritual yang dilakukan Hong Joo tidak berhasil karena Hong Joo
kurang pintar.
“Atau ada hal
lain? Seperti niat buruk, sabotase, dan semacamnya,” Raja menatap Hyun Seo
tajam.
Hyun Seo berkata
langit memberitahunya bahwa Hong Joo membawa awan hitam yang menutupi langit.
“Yang Mulia sudah
dibutakan oleh rencana jahatnya dan menutup telinga. Karena itu para abdi yang
setia meninggalkan Yang Mulia. Karena itu hamba akan menyingkirkannya. Hamba
mendoakan dari lubuk hati yang terdalam.”
Raja nampak marah.
Tapi lalu ia tersenyum.
“Poong Yeon
benar-benar mirip denganmu. Tapi jika apa yang kaukatakan barusan bukanlah
nasihat yang tulus, maka itu artinya kau sudah melawanku secara langsung.
Terlebih lagi jika kau menusukku dari belakang, Ibu Suri yang berdiri di
belakangku, juga harus membayar akibatnya.”
Yeon Hee membawa
Jun bersembunyi di dalam sebuah gua. Jun masih tak sadarkan diri. Yo Gwang
berkata belati Hong Joo hanya merusak jimat di dada Jun, jadi ia yakin Jun akan
baik-baik saja.
Yeon Hee terus
menangis dan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Jun. Ia menyesal
telah memberikan hatinya pada Jun. Semua karena dirinya. Ia meminta Yo Gwang
pergi pada ayahnya untuk mencari jimat lain.
Tapi Yo Gwang ragu
karena Yeon Hee tidak lagi terlindungi dan berada dalam bahaya. Yeon Hee tidak
peduli. Yo Gwang setuju untuk pergi.
Sol Gae membawa
Hong Joo yang terluka kembali ke markas mereka. Sol Gae menanyakan keadaan Hong
Joo tapi Hong Joo marah karena Sol Gae tidak pergi mengejar Yeon Hee.
Ia
berkata jika Sol Gae mengkhawatirkannya maka seharusnya itu yang Sol Gae
lakukan.
Sol Gae meminta
maaf. Tubuhnya bereaksi lebih cepat dari pikirannya. Hong Joo berkata ia akan
mencari Yeon Hee sendiri. Tapi baru beberapa langkah, ia sudah jatuh pingsan.
Ibu Suri menyadari
Raja sudah tahu mengenai Yeon Hee. Hyun Seo berkata seluruh negeri ini akan
tahu keberadaan Yeon Hee jika mereka ceroboh mengerahkan pasukan. Ia meminta
Ibu Suri kembali ke kediamannya dan ia akan mencari cara terbaik menangani
situasi ini.
Ibu Suri yakin
Raja akan menggunakan Yeon Hee untuk menekannya. Karena itu Yeon Hee tidak
boleh tertangkap demi negeri ini dan demi dirinya sendiri.
Yo Gwang
melaporkan pada Hyun Seo mengenai serangan Hong Joo. Mereka tidak tahu
bagaimana Hong Joo tahu tentang kuil Chungbing. Ia juga menceritakan Jun
ditikam oleh Hong Joo dan jimat itu rusak. Hong Joo terluka namun pasti akan
kembali mengejar mereka.
“Apa yang harus
kita lakukan sekarang? Tuan Heo terkena kutukan dan Yeon Hee sendirian
bersamanya. Tuan, kita harus pergi segera.”
Hyun Seo melihat
tangannya yang semakin menghitam. Ia menyuruh Yo Gwang membawa Yeon Hee
bersembunyi. Prioritas utama adalah membuat jimat dan mereka harus mencari tahu
caranya.
Hyun Seo mengambil
sebuah buku dan membacanya. Yo Gwang terkejut saat melihat apa yang Hyun Seo
pelajari. Ia melarang Hyun Seo melakukannya karena sangat berbahaya. Tapi Hyun Seo berkata ini jalan keluar
terakhir.
Yo Gwang
mengingatkan saat ini Hyun Seo sekarat. Hyu Seo berkata ini hal terakhir yang
bisa ia lakukan. Ia akan melakukannya begitu ia mendapat kekuatannya kembali.
Sementara itu ia menyuruh Yo Gwang membawa Yeon Hee terus bersembunyi dan
meminta bantuan Poong Yeon.
Meski tidak setuju
akhirnya Yo Gwang menyerah. Ia berkata Jun mengenal seseorang di daerah
Banchon. Ia akan membawa Yeon Hee bersembunyi di sana.
Hyun Seo berpikir
sejenak lalu menyuruh Yo Gwang membawakan ramuan Lupa untuknya.
Jun sudah sadarkan
diri. Tapi keadaannya parah sama seperti Poong Yeon dulu. Ia memuntahkan darah
dan melihat hantu di belakang Yeon Hee. Hantu yang sama yang menghantui Poong
Yeon.
Jun gemetar ketakutan.
Ia terus memalingkan wajahnya dan menutupi telinganya. Yeon Hee sangat sedih
melihatnya. Ia tak tahan lagi dan beranjak pergi.
Tapi Jun memegang
tangannya dan memohon agar Yeon Hee tidak pergi. Yeon Hee menangis lalu memeluk
Jun. Jun menangis sambil memeluk Yeon
Hee erat-erat.
Saat itulah Poong
Yeon datang dan melihat mereka. Ia memalingkan wajahnya. Ia datang karena
dimintai bantuan oleh Yo Gwang.
Yo Gwang
menghambur pada mereka. Yeon Hee bertanya mengenai jimat. Yo Gwang berkata Hyun
Seo sedang mencari jalan keluar sementara mereka harus tetap bergerak.
Yeon Hee dan Yo
Gwang membantu Jun berdiri. Tapi Jun terlalu takut mendengar suara roh-roh dan
melihat hantu. Ia bahkan mendorong Yo Gwang yang mendekatinya. Melihat itu,
Poong Yeon maju dan menggendong Jun.
Hyun Seo
memikirkan tanda kutukan yang muncul pada Jun. Hanya pengorbanan cinta sejati
yang bisa menyalakan lilin terakhir.
Yo Gwang membawa
Jun dan Yeon Hee ke Banchon karena Soon Deuk pernah mengatakan ia tinggal di
sana. Soon Deuk terkejut saat melihat Jun tidak seperti bisanya. Jun gemetar
ketakutan seperti orang gila. Ia juga terkejut melihat Yeon Hee yang berambut
putih.
Di luar, Poong
Yeon bertanya apa yang akan terjadi pada Jun. Yo Gwang menjelaskan Jun akan
menderita selama 15 hari lalu mati jika Yeon Hee tidak mengangkat kutukannya.
“Apakah itu yang
dimaksud dengan kutukan Yeon Hee?” tanya Poong Yeon.
“Kutukannya adalah
tak berdaya menyaksikan orang yang dicintainya mati. Sebelumnya kau selamat
karena Yeon Hee terlindungi di dalam Kuil Chungbing.”
Poong Yeon
bertanya apa tidak ada tempat lain seperti kuil Chungbing. Yo Gwang tidak tahu,
mereka juga susah payah menemukan kuil tersebut. Pong Yeon menghela nafas
panjang. Ia berkata
mereka akan sulit bergerak jika terus membawa Jun yang sakit. Ia menyarankan
agar mereka meninggalkan Jun.
Yo Gwang keberatan
meninggalkan Jun yang sedang sakit. Tapi Poong Yeon mengingatkan kalau Jun
sulit berjalan. Jika membawanya maka Yeon Hee akan semakin berada dalam bahaya.
Yo Gwang akhirnya setuju.
Yeon Hee muncul
dari balik tembok. Ia mendengar percakapan mereka.
Soon Deuk
komat-kamit membaca mantra entah mantra apa sambil membawa tasbih besar-besar.
Rencananya sih mengusir setan. Ia mengira Jun kerasukan setan.
Jun mengeluarkan
secarik kertas dan memberikannya pada Soon Deuk. Itu adalah gambar lambang
Jubah Merah. Ia meminta Soon Deuk menyelidiki lambang itu berasal dari mana dan
terkait dengan organisasi apa.
Yeon Hee berkata
ia tidak membutuhkan bantuan Poong Yeon dan menyuruhnya pergi. Poong Yeon bertanya
apa Yeon Hee marah karena ia tadi menyarankan untuk meninggalkan Jun. Yeon Hee
berkata ia tidak mau Poong Yeon menjadi kejam hanya karena dirinya.
“Apakah pria itu
begitu penting bagimu? Begitu penting hingga kau menyingkirkanku? Kau
menganggap apa diriku?”
“Kakak yang sangat
kurindukan. Kakak yang mengerti saat aku sedih. Ia berhati baik dan mengatakan
semua orang memiliki alasan untuk dilahirkan.”
“Yeon Hee yang
selama ini kucari adalah gadis baik yang selalu mempercayaiku dan memegang
tanganku,” Poong Yeon menggenggam tangan Yeon Hee.
Tapi Yeon Hee
menarik tangannya. Ia berkata Poong Yeon mencari gadis bodoh yang tidak tahu
apa-apa sementara terkurung di Hutan Hitam. Seorang yang hanya mengandalkan
kata-kata Poong Yeon untuk mengetahui dunia. Tapi anak itu tidak ada lagi.
Poong Yeon berkata
Yeon Hee menjadi seperti ini karena kutukan itu. Meski ia harus membunuh semua
orang yang menjadikan Yeon Hee seperti ini, ia akan mengembalikan Yeon Hee
seperti semula. Yeon Hee meneteskan air mata kecewa lalu berpaling pergi
meninggalkan Poong Yeon.
Dalam kemarahan,
Poong Yeon menyerbu tempat Hong Joo. Sol Gae segera bersembunyi. Poong Yeon
menghunus pedangnya pada Hong Joo.
Ia menyuruh Hong
Joo memberitahu bagaimana cara mengembalikan Yeon Hee seperti dulu. Ia dengar
Hong Joo yang menyebabkan kutukan itu. Ia tidak peduli pada kutukan tersebut.
Ia hanya ingin Yeon Hee kembali.
“Aku sangat suka
tatapan mata itu. Orang yang menyakiti perasaan orang lain tidak tahu bagaimana
rasa sakit itu. Mereka juga tidak menyadari betapa kejamnya mereka,” kata Hong
Joo.
Ia bertanya apa
Poong Yeon pikir perasaan Yeon Hee akan kembali seperti dulu setelah
membunuhnya.
“Tidak, hatinya mungkin memang bukan milikmu sejak
awal.” Ugh….angkat jempol deh buat Hong Joo kalau soal membaca hati seseorang
>,<
“Sihir hitammu
merusak semuanya. Yeon Hee berubah dan Raja dalam keadaan sekarang semua karena
sihir hitammu yang jahat, bukan?”
“Aku mempelajari
bagaimana menggunakan sihir hitam yang jahat ini karena ayahmu. Apa kau tidak
tahu kalau aku dulu muridnya?”
Poong Yeon tidak
percaya. Tapi Hong Joo bercerita kalau dulu ia hanya seorang dayang dan
mengalami banyak kesulitan. Hanya Hyun Seo satu-satunya orang yang bisa ia
andalkan.
Kilas balik:
Suatu hari Hong Joo berlari masuk ke tempat
Hyun Seo dalam keadaan babak beluk dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Hyun
Seo menolong dan merawatnya.
Setelah sadar, Hong Joo bercerita bagaimana
ia diseret seperti binatang dan dipaksa mengandung keturunan raja. Tapi ketika
rencana itu gagal, ia hendak dibunuh.
“Aku tidak akan membiarkan mereka. Aku akan
membuat mereka membayar perbuatan mereka!”
Hyun Seo berkata ia mengerti perasaan Hong
Joo. Tapi Hong Joo harus menyingkirkan kebenciannya agar bisa hidup dengan
damai.
“Bagaimana bisa aku melakukannya? Aku bukan
lagi seorang wanita maupun manusia,” Hong Joo menangis.
Hyun Seo berkata Hong Joo cukup berbakat.
Tapi jika Hong Joo menyimpan dendam, kekuatan Hong Joo bisa beralih. Ia akan
membantu Hong Joo memulai hidup yang baru.
Maka sejak itu Hong Joo menjadi murid Hyun
Seo. Suatu ketika Hyun Seo mengajadrinya bagaimana membuat jimat. Untuk membuat
jimat dibutuhkan banyak kekuatan mental dan fisik, juga harus melepaskan energi
kehidupan. Akibatnya akan sulit untuk pulih setelah membuatnya.
Bukankah itu berbahaya, tanya Hong Joo. Apa
ia harus mempelajarinya. Hyun Seo berkata sihir harus digunakan untuk tujuan
baik. Jika tujuannya baik pasti Hong Joo akan rela mengeluarkan energi
hidupnya.
Perhatian Hong Joo teralih pada sebuah
kotak di rak buku Hyun Seo. Hyun Seo menegurnya karena tidak mendengar. Hong
Joo berkata ia tidak mengerti mengapa ia harus mempelajar membuat jimat untuk
orang lain. Ia belajar untuk melindungi dirinya sendiri, agar ia tidak disakiti
lagi.
Hyun Seo berkata Hong Joo harus melepaskan
keserakahan dan keegoisannya. Hong Joo bertanya bukankah ia belajar untuk bisa
menjadi lebih hebat.
“Kebencian. Kemarahan. Dan iri hati adalah
hal-hal yang paling berbahaya untuk perasaan seorang shaman. Jika kau belajar
dengan perasaan seperti itu, berhentilah sekarang juga,” kata Hyun Seo marah.
Hong Joo bertanya apakah sihir juga bisa
digunakan untuk memenangkan hati seseorang. Hyun Seo berkata perasaan yang
diraih oleh sihir pastilah bukanlah perasaan yang sebenarnya.
Rasa penasaran Hong Joo pada kotak misterius
itu tidak berhenti sampai di sana. Suatu hari ia hendak menyentuh kotak
tersebut. Namun ia berhenti.
“Mereka mengambil semuanya dari padamu. Dan
karena mareka kau tidak mendapatkan apapun lagi,” Hong Joo mendengar suara.
Hong Joo berpaling melihat kotak itu
kembali. Asap hitam menyelimuti kunci kotak tersebut. Hong Joo mengulurkan
tangannya. Tiba-tiba kotak itu terbuka dengan sendirinya. Di dalamnya berisi
sebuah belati. Hong Joo mengambil belati tersebut.
Itu adalah belati yang menjadi senjata Hong
Joo sampai sekarang. Belati yang ia berikan pada PM Sunhoe untuk menikam Yeon
Hee. Belati yang ia gunakan untuk menusuk Jun.
Hong Joo berkata
pada Poong Yeon bahwa bukan Hyun Seo yang mengajarinya sihir hitam. Tapi Hyun
Seo merasa bersalah karena Hong Joo adalah muridnya, karena itu berusaha
menghentikannya. Karena itu ia berakhir seperti ini.
“Kesedihan yang
kaurasakan sekarang dan rasa putus asa yang lebih buruk bukanlah kesalahanmu.
Kau hanya membayar kesalahan yang dilakukan ayahmu. Dan siapa yang mengabaikan
perasaanmu? Itu adalah kesalahan mereka yang bersalah padamu. Jadi bencilah
mereka. Lampiaskan kemarahanmu pada mereka. Setelah itu kau baru bisa
melupakannya. Aku mengatakannya dengan tulus demi dirimu. Agar kau bisa
bertahan hidup.”
Poong Yeon berkata
jika semua ini adalah salah ayahnya maka ia akan memperbaiki semuanya untuk
ayahnya.
“Jadi jangan
mengatakan omong kosong padaku lagi.”
“Suatu hari nanti
kau akan meminta bantuanmu,” kata Hong Joo.
Setelah itu Poong Yeon mendatangi ayahnya. Ia
bertanya sebagai pengawal kerajaan kenapa Hyun Seo menyelamatkan Yeon Hee. Hyun
Seo bertanya apa yang sudah didengar Poong Yeon.
“Aku bertanya
sebagai putera Ayah, kenapa Ayah tidak menghentikan Hong Joo. Kenapa Ayah
menyelamatkan ia yang menggunakan sihir hitam.”
“Karena aku
percaya bisa mengubahnya kembali menjadi baik,” kata Hyun Seo. Karena ia
gurunya, ia berharap Hong Joo bisa bertobat.
Poong Yeon berkata
jika ayahnya yang menyebabkan kutukan ini maka ia akan menuntut ayahnya
membayar kejahatan tersebut. Jika Hyun Seo membahayakan Yeon Hee, apa yang
harus ia lakukan? Bagaimana jika Hyun Seo masih tidak juga bisa menghukum Hong
Joo?
“Jangan percaya
pada ayah. Kau benar. Kutukan Yeon Hee adalah karena aku melepaskan Hong Joo.
Alasan kau tidak bisa menerima Yeon Hee adalah karena ayah sudah membohongimu.
Jadi, jangan percaya pada ayah.”
Poong Yeon berkata
ia akan mengangkat kutukan Yeon Hee.
Ia pergi menghadap
raja dan mengatakan ia tidak bisa melakukan perintah menangkap Yeon Hee. Raja
sangat marah dan kecewa. Bukankah Poong Yeon akan menyerahkan nyawa untuknya?
Poong Yeon berkata
ia akan menanggung kesalahan karena tidak menuruti perintah Raja tidak bisa
menangkap puteri. Ia juga akan menanggung kesalahan ayahnya yang tidak membunuh
puteri. Ia tidak berharap diampuni.
Raja melepaskan
pedangnya sambil berteriak marah dan siap mengayunkannya. Tapi ia melempar
pedangnya. Ia memecat Poong Yeon sebagai pengawal istana. Dan Poong Yeon juga
bukan lagi sahabatnya. Raja mengusir Poong Yeon dan melarangnya masuk ke dalam istana
lagi.
Poong Yeon memberi
penghormatan yang terakhir dan meminta Raja menjaga kesehatannya. Lalu ia
pergi. Raja sangat terpukul dengan kepergian orang yang paling dipercayainya.
Soon Deuk sibuk
melempar garam untuk mengusir roh jahat. Ketika ia melihat Yo Gwang ia juga
langsung melemparinya dengan garam. Ia berkata dua orang di dalam kerasukan
setan tapi kenapa Yo Gwang baik-baik saja.
Yo Gwang
menjelaskan kalau Yeon Hee dan Jun tidak kerasukan setan melainkan sakit. Tentu
saja Soon Deuk tidak percaya. Penyakit apa yang seperti itu? Dan lagi mereka
terlalu mencurigakan.
“Heo Jun difitnah
dan diburu, tapi ada apa dengan kalian berdua?”
“Kami juga diburu
oleh sesuatu yang sangat menakutkan. Jadi kumohon bantu kami agar kami bisa
melarikan diri dari sini dengan selamat,” Yo Gwang menggenggam tangan Soon
Deuk.
Tapi Soon Deuk
lagi-lagi melemparinya dengan garam. Yo Gwang menangkap tangannya. Keduanya tak
mau mengalah. Soon Deuk akhirnya bisa melepaskan diri dan kabur.
Hyun Seo tiba di
tempat itu dan bertanya di mana Jun. Ia menanyakan apakah Yo Gwang membawa apa
yang ia minta.
Hyun Seo menemui
Jun dan bersimpati melihat penderitaannya. Ia menyodorkan sebotol ramuan.
Ramuan Lupa.
“Kau lebih tahu
mengenai ramuan ini daripadaku. Jika kau meminumnya, ingatanmu akan Yeon Hee
lenyap dan bisa menyelamatkan nyawamu. Hanya ini satu-satunya cara agar kau
bisa hidup.”
Jun bertanya apa
Hyun Seo ingin ia melarikan diri seperti seorang pengecut. Tapi Hyun Seo
berkata Yeon Hee akan menderita sendirian. Jadi ini bukan untuk Jun tapi untuk
Yeon Hee.
Jun melirik botol
itu. Akhirnya ia mengambilnya dan membukanya. Lalu membuangnya.
“Maafkan aku….tapi
ingatan ini adalah ingatan berharga yang ditinggalkan Yeon Hee untukku. Aku tidak
bisa melupakannya. Aku akan melakukan apapun untuk bertahan hidup dan
melindunginya.”
Hyun Seo tak
mengatakan apapun. Namun dalam hatinya ia menyadari perasaan tulus Jun pada
Yeon Hee hingga rela memberikan nyawanya. Ia berharap Jun adalah orang yang
akan menyalakan lilin ke-108.
Ketika ia keluar,
ia bertemu dengan Yeon Hee. Ayah, panggil Yeon Hee. Hyun Seo membungkuk hormat.
Yeon Hee meminta ayahnya tidak bersikap
seperti itu.
Hyun Seo berkata
Hong Joo akan segera bergerak, jadi Yeon Hee harus melarikan diri sesegera
mungkin. Yeon Hee menanyakan jimat. Hyun Seo akan membuatnya setelah Yeon Hee
berhasil melarikan diri dari Hong Joo. Tapi Yeon Hee tidak yakin ada tempat
yang aman. Ke mana pun ia pergi, Hong Joo akan mengejarnya.
“Aku akan menulis
surat untuk Ibu Suri. Tolong sampaikan padanya.”
Hyun Seo
menyerahkan surat Yeon Hee pada Ibu Suri. Ibu Suri bertanya apakah itu yang
diinginkan Yeon Hee. Apa tidak terlalu berbahaya. Hyun Seo berkata sepertinya
ini cara terbaik. Ibu Suri berkata ia akan membantu karena ini permintaan Yeon
Hee.
Yeon Hee
menggenggam tangan Jun. Jun bergurau ini adalah sikap tak pantas seorang gadis.
Yeon Hee balas bergurau kalau Jun pria sejati hingga sanggup menahan diri.
“Cepat patahkan
kutukanmu dan selamatkan aku,” kata Jun sambil tersenyum. “Karena kau sudah
menggenggam tangan ini, jangan lepaskan. Karena aku juga tidak ingin melepaskannya.”
“Besok aku akan
pergi. Tidak ada lagi tempat kembali untukku.”
“Apa karena aku?”
Yeon Hee
menggeleng.
“Agar aku bisa
hidup. Agar aku bisa menemukan siapa diriku dan di mana tempatku.”
Jun berkata mereka
berada di pihak yang sama. Ia harus menangkap Jubah Merah dan Yeon Hee
menangkap Hong Joo yang menjadi dalangnya. Mereka adalah satu tim, jadi ia akan
membiarkan Yeon Hee menjadi pemimpinnya.
“Dan karena kau
menakutkan, aku akan menurut padamu. Jangan khawatirkan aku dan pergilah. Hanya
jangan sampai kau terluka. Aku akan datang menemukanmu. Kita pasti bertemu
lagi. Pasti.”
Yeon Hee tersenyum
mengangguk.
Raja Seonjo
memanggil Heo Ok untuk menghadap. Ia berkata sebagai pemimpin pengawal istana,
Heo Ok pasti sudah siap untuk menyerahkan nyawa demi Raja. Tentu saja, jawab
Heo Ok.
Raja menghunus
pedangnya ke leher Heo Ok. Ia berkata beraninya Heo Ok menipunya. Heo Ok ketakutan. Tergagap-gagap ia mengatakan kalau
ia tidak tahu mayat itu palsu karena bentuk hidung dan telinganya sama.
“Bunuh aku…Bunuh
aku, Yang Mulia!” seru Heo Ok.
“Karena kau yang memintanya,
aku akan membunuhmu,” Raja mengayunkan pedangnya. Tapi ia berhenti begitu
pedang itu menempel di leher Heo Ok. “Tapi jika kau mengabdikan hidupmu dan
melakukan apa yang kuperintahkan, aku akan mempertimbangkannya lagi. Apa yang
akan kaulakukan?”
Tentu saja Heo Ok
berkata ia akan melakukan perintah Raja.
“Ikuti Choi Poong
Yeon dan tangkap adiknya. Ia menolak membawa adik yang ia sayangi padaku. Jadi
aku hanya bisa menangkapnya.”
Heo Ok berkata ia
memiliki ide cemerlang. Kenapa Raja tidak mengeluarkan perintah kerajaan saja
dan menjadikannya selir? Ia berhenti bicara saat melihat Raja menatapnya dengan
tajam. Tangkap dia sesuai perintahku,
kata Raja.
Sol Gae mengikuti
Poong Yeon dan bertanya Poong Yeon hendak ke mana. Poong Yeon berkata ia sudah
mengabaikan perintah Raja jadi ia tidak akan lagi menghindari Yeon Hee. Heo Ok dan
anak buahnya diam-diam mengikuti mereka.
Hong Joo mendapat
laporan dari anak buahnya. Ia mengambil belatinya lalu pergi.
Poong Yeon melihat
ada tandu di depan tempat Yeon Hee bersembunyi. Ia bertanya pada Yo Gwang
bagaimana mereka bisa mendapatkannya. Yo Gwang ragu mengatakannya karena ada
Sol Gae. Sol Gae berkata ia akan pergi melihat keadaan sekitar.
Yeon Hee bersiap
untuk pergi. Ia ragu untuk mengucapkan selamat tinggal pada Jun. Di dalam, Jun
duduk dengan sedih. Tiba-tiba ia mendengar suara Yeon Hee.
Jun membuka pintu
dan melihat Yeon Hee diculik Jubah Merah. Ia berlari dan mendorong Si Jubah
Merah sekuat tenaga. Jubah Merah melepaskan Yeon Hee. Jun berusaha
sekuat-kuatnya memegangi Jubah Merah agar tidak bisa membawa Yeon Hee.
Tanpa sengaja ia
memegang bagian tangan Sol Gae yang terluka. Sol Gae meronta dan memukul Jun
dengan gagang pedang. Jun tetap tidak melepaskannya. Jubah Merah mengeluarkan
pedangnya. Yeon Hee berteriak histeris.
Poong Yeon dan Yo
Gwang berlari ke arah mereka. Jubah Merah langsung melarikan diri. Poong Yeon
mengejarnya.
Jun melihat darah
di tangannya. Itu bukan darahnya. Ia ingat siapa yang tangannya terluka
baru-baru ini. Sol Gae.
Poong Yeon kembali
karena kehilangan jejak Jubah Merah. Ia berkata mereka harus segera pergi. Ia
sudah mendengar rencana mereka dari Yo Gwang. Ia akan menjaga Jun jadi mereka
bisa segera pergi. Yeon Hee meninggalkan Jun dengan berat hati.
Heo Ok yang
duduk bersembunyi di depan sekilas
melihat ketika Yeon Hee menaiki tandu. Ia juga sempat melihat Poong Yeon
memapah Jun. Ia teringat pernah melihat Yeon Hee ketika Yeon Hee menghentikan Jun
untuk membunuh Heo Ok. Ah, ini orang mah pasti mikirnya salah da >,<
(pasti ia berpikir Jun melarikan gadis yang disukai Raja)
Hong Joo dan anak
buahnya sempat melihat tandu Yeon Hee melintas. Mereka pun mengejar. Tapi
ketika mereka akhirnya mencapai tandu tersebut, tandu itu kosong. Ibu Suri
sudah menyiapkan tandu lain untuk mengalihkan perhatian.
Hong Joo sempat
melihat dari kejauhan tandu Yeon Hee yang dikejarnya. Tapi pada saat bersamaan
tandu Ibu Suri berjalan ke arahnya. Mau tidak mau Hong Joo menyapa Ibu Suri.
Ibu Suri bertanya
kenapa Hong Joo ada di luar istana. Hong Joo bertanya apa Ibu Suri
menyembunyikan puteri.
“Puteri? Maksudmu
puteri yang kaubilang sudah mati?”
“Apa Yang Mulia
sedang melawanku lagi?”
“Bukankah aku
sudah mengalah padamu? Meski kau berbohong mengatakan puteri sudah mati, aku
tidak mempermasalahkannya.”
Hong Joo berkata
ia sudah mengganggu perjalanan Ibu Suri dan mempersilakannya melanjutkan
perjalanan. Ibu Suri berkata ia tidak sedang buru-buru. Setelah melihat
puteranya ia jadi teringat suaminya, jadi ia akan pergi ke makam suaminya.
“Apa kau mau ikut
denganku?”
“Ada masalah
darurat yang harus kuurus,” ujar Hong Joo tak sabar.
Ibu Suri bertanya
apakah itu sangat penting hingga Hong Joo berani menolak ajakannya. Hong Joo beralasan
ini menyangkut Seongsucheong. Penting baginya tapi tidak penting untuk diketahui Ibu Suri.
Ibu Suri akhirnya
melanjutkan perjalanan sambil tersenyum penuh arti.
Yeon Hee dalam
perjalanan menuju istana. Itu yang ia tuliskan dalam suratnya dan ia sampaikan
pada ayahnya.
“Tempat yang
paling berbahaya terkadang merupakan tempat teraman. Aku tidak bisa terus
melarikan diri. Aku akan membuat mereka tak bisa mengejarku lagi.”
Hyun Seo menghela
nafas panjang. Ia berkata ketika ia diangkat menjadi pemimpin divisi Tao, ia
bertekad di dalam hatinya untuk melindungi negeri ini dengan nyawanya. Dan ia
membuat jimat untuk Yeon Hee berdasarkan keyakinan tersebut.
“Jadi meski
sesuatu yang buruk terjadi padaku, Puteri tidak boleh goyah oleh perasaan
bersalah.”
“Apa maksud Ayah?
Jika nyawa Ayah terancam untuk membuat jimat itu, aku tidak membutuhkannya.”
Hyun Seo
menenangkannya bahwa pekerjaan itu berbahaya karena itu ia memperingatkan dari
awal.
“Jangan takut,
Yang Mulia Puteri. Begitu jimat itu terbentuk, segera pergi pada Ibu Suri.
Beliau akan membantumu.”
“Ayah….” Kata Yeon
Hee khawatir.
Akhirnya Hyun Seo
tersenyum. Ia merasa lega karena Yeon Hee sekarang begitu berani.
Saat Yeon Hee tiba
di istana, Hyun Seo sudah menantinya di atas sebuah altar dikelilingi rangkaian
jimat. Hong Joo merasakan sesuatu saat ia dalam perjalanan kembali ke istana.
Yeon Hee di altar
seberang altar Hyun Seo. Hyun Seo mulai menjalankan ritual. Ia men-transfer
energi kehidupannya pada Yeon Hee. Yeon Hee khawatir melihat keadaan ayahnya
yang tampak bersusah payah. Air matanya mengalir.
Tanda biru jimat
bersinar di keningnya. Matanya berubah biru. Jimat itu sudah terbentuk.
Poong Yeon
menunggui Jun yang sedang tidur. Ia melihat tanda kutukan di leher Jun
menghilang.
Hong Joo tiba di
istana dan langsung ke tempat Hyun Seo. Ia menemukan Hyun Seo terduduk lemas di
lantai. Ia langsung menanyakan Yeon Hee.
“Dia adalah Yang
Mulia Puteri, jangan berbicara dengan tidak sopan,” ujar Hyun Seo lirih.
Hong Joo terkejut
melihat tangan Hyun Seo yang memerah.
“Kau
mempertaruhkan nyawamu untuk hal yang sia-sia!”
“Aku tidak
menyesalinya. Kau tidak pernah mempertaruhkan hidupmu untuk melindungi
seseorang, jadi kau tidak akan pernah mengerti,” Hyun Seo terbatuk-batuk dan
nafasnya terengah-engah.
Hong Joo berkata
bukankah ia sudah mengatakan Hyun Seo akan membusuk. Ia meminta Hyun Seo
mengulurkan tangannya, ia akan menyelamatkannya.
“Aku lebih mati.”
“Sepertinya sudah
takdirku untuk melihatmu mati.”
“Aku menyesal
telah membiarkanmu hidup,” Hyun Seo memuntahkan darah lalu menghembuskan nafas
terakhirnya di pangkuan Hong Joo.
Hong Joo menangis.
Ia mengambil belatinya.
“Kau tahu ikatan
darah bukan? Takdir terikat darah…” Ia mengiris telapak tangan Hyun Seo hingga
mengeluarkan darah lalu mengiris telapak tangannya sendiri, kemudian
menempelkannya. Asap hitam menyelimuti kedua tangan mereka.
Mata Hyun Seo
kembali terbuka. Namun warnanya berubah mengerikan.
“Mulai sekarang
kau dan aku menjadi satu sampai kita mati…”
Jun yang telah
pulih kembali ke kuil Chungbing. Ia membuat obat menggunakan bahan yang
ditinggalkan Yeon Hee. Lalu ia pergi menemui Soon Deuk.
Soon Deuk berkata
lambang itu adalah lambang untuk anak-anak pengemis Amsagol. Simbol itu banyak
terdapat di bahu anak-anak perempuan. Anak-anak perempuan tersebut diculik,
dibiarkan memohon untuk makanan, dan setelah mencapai usia tertentu, mereka
dijual ke rumah gisaeng. Ia bertanya apa yang akan dilakukan Jun sekarang.
“Kecurigaanku
sudah terbukti jadi aku akan memeriksanya sekarang apakah orang yang menemukan
kuil Chungbing dan desa Banchon adalah perempuan itu.”
Jun mencegat Sol
Gae di depan rumah Poong Yeon. Ia memegang bahu Sol Gae dan berkata ia datang
untuk berterima kasih. Sol Gae menepis tangan Jun.
Jun mengacungkan
bungkusan obat di tangannya. Ia berkata itu hadiah untuk Sol Gae karena tangan
Sol Gae terluka. Waktu kecil ia sering dipukuli jadi ia tahu obat yang paling
manjur.
“Aku berencana
untuk membuatkannya tapi kami diserang setelah kedatangan kalian ke kuil
Chungbing. Maaf terlambat.”
Sol Gae berkata ia
tidak membutuhkannya dan berjalan pergi. Jun menghentikan Sol Gae dengan
memegang bagian tangan Sol Gae yang terluka. Sol Gae berusaha menahan diri
untuk tidak mengernyit kesakitan.
“Aku tahu kau
terluka. Aku tidak bisa membiarkannya terinfeski,” kata Jun serius.
Yo Gwang pergi
menemui Hyun Seo dan menanyakan keadaannya. Tiba-tiba Hyun Seo berbalik dengan
mata bersinar mengerikan dan tersenyum jahat. Ia menghunus pedangnya ke leher
Yo Gwang dan bertanya di mana puteri. Tuan, kata Yo Gwang ketakutan.
Hong Joo kembali
ke Seongsucheong. Ia yakin Yeon Hee sudah meninggalkan ibukota. Jika mereka tidak
bisa menemukannya, mereka harus memancingnya keluar. Tiba-tiba ia berhenti. Yeon Hee berdiri di hadapannya.
Yeon Hee
membalikkan tubuhnya menatap Hong Joo. Rambutnya sudah kembali hitam seperti
semula. Hong Joo tersenyum takjub. Yeon Hee tersenyum.
Komentar:
Ugh…akhirnya yang
dikhawatirkan terjadi juga. Hyun Seo menjadi mayat hidup dan di bawah kendali
Hong Joo. Tapi setidaknya ia sudah memberikan perlindungan terakhir untuk Yeon
Hee.
Kuharap dengan
jimat yang berada dalam tubuh Yeon Hee sendiri, Yeon Hee bisa mengendalikan
kutukannya. Memang tidak mudah karena jika kutukannya aktif maka Jun akan
terkena, tapi setidaknya bisa berguna untuk melawan Hong Joo.
Kita juga akhirnya
mengetahui masa lalu Hong Joo yang pahit. Sayangnya kebencian dan dendam
terlalu menguasai dirinya. Karena itu aku khawatir dengan Pong Yeon yang
tampaknya belum bisa meredam emosinya. Apalagi ia mengetahui Yeon Hee
memberikan hatinya untuk Jun.
Sebenarnya
perkataan Hong Joo ada benarnya. Apakah Yeon Hee akan kembali meski kutukannya
berhasil diangkat? Poong Yeon sendiri seharusnya tahu kalau cinta tidak bisa
dipaksakan. Ia sendiri bertahun-tahun tidak bisa melepaskan perasaannya pada Yeon
Hee meski orangtuanya terus melarangnya.
Aku menyukai
hubungan yang terbangun antara Jun dan Yeon Hee. Inilah yang semakin membedakan
Jun dan Poong Yeon. Jun tidak melarang ketika Yeon Hee memutuskan untuk pergi.
Ia tetap memberikan dukungannya dengan sepenuh hati.
Ada yang
mengatakan hubungan Yeon Hee dan Hong Joo seperti Harry Potter dan Voldemort.
Hehe…kurasa ada benarnya juga ya…Keduanya saling terkait dengan sihir^^
whaa,, bener2 ceritanya,, bikin perasaan campur aduk,,
BalasHapusfighting buat mbak fanny,, suka sama komentarnya mbak fanny,, bikin saya tambah pencerahan,, jadi gk bngung mengartikan sendiri jalan ceritanya,, hehee,,
salam kenal mbak fanny :)
Makin penasaran ma ceritanya....aku suka banget karakter jun ini. Semoga happy ending.
BalasHapusMakasi sinopsisnya ya mba...
sayang si jun ini gak bisa silat ya
BalasHapusayo dong sinopnya di lanjut.... penasaran bgt nich
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus