Yo Gwang terkejut
saat tidak menemukan Seo Ri di dalam kuil Chungbing dan juga jimat-jimat yang
sudah terbakar. Ia menyadari Seo Ri sudah keluar dari perlindungan jimat-jimat
itu.
Seo Ri berjongkok
melihat Heo Jun yang tak sadarkan diri. Ia mengenali Jun. Ia lega Heo Jun masih
hidup. Ia cepat-cepat berdiri dan memalingkan wajahnya ketika Jun bergerak.
Jun membuka
matanya sedikit dan melihat Seo Ri. Namun untuk saat ini ia tidak mengenalinya.
Lalu kembali jatuh pingsan.
Seo Ri menemukan
lonceng kecil di dalam tas yang terjatuh bersama Heo Jun. Ia membunyikannya.
Bunyi lonceng itu
terdengar oleh anak buah Hong Joo yang sedang mencari-cari Seo Ri. Untungnya Yo
Gwang juga mendengar suara lonceng tersebut dan menemukan Seo Ri lebih dulu.
Ketika anak buah Hong Joo tiba di sana, mereka hanya menemukan tas Poong Yeon.
Mereka melapor
pada Hong Joo. Hong Joo memerintahkan agar daerah tersebut diawasi dan mereka
harus menemukan Seo Ri lalu membawanya kepadanya hidup-hidup.
“Tunggu sebentar
lagi, Yang Mulia Pangeran, aku akan mempertemukanmu dengan adikmu segera,”
katanya pada roh PM yang bergetar di dalam pot.
Yo Gwang dan Seo
Ri membawa Heo Jun ke kuil Chungbing. Heo Jun masih belum sadar. Yo Gwang
mengeru Seo Ri yang sudah berani keluar. Semua usaha mereka akan sia-sia jika
Seo Ri tertangkap. Apa itu yang Seo Ri inginkan? Seo Ri terdiam.
Yo Gwang berkata
Seo Ri tidak boleh lagi keluar dari kuil Chungbing. Seo Ri mengangguk pelan. Ia
sebenarnya tidak berniat membawa Heo Jun ke sini tapi mereka sedang buru-buru.
“Siapa dia? Apa
kau mengenalnya?” tanyanya.
“Tidak. Aku tidak
kenal siapa dia,” Seo Ri berbohong.
Yo Gwang tidak
begitu percaya. Kalau begitu kenapa Seo Ri bisa bersama Heo Jun? Seo Ri berkata
ada yang hendak ia tanyakan pada Jun. Ia akan mengeluarkan Jun setelah
mendengar jawabannya. Yo Gwang berkata mereka akan mengeluarkan Jun setelah
keadaan di luar lebih aman. Seo ri mengerti.
Yo Gwang teringat
pada rangkaian jimat yang sudah terbakar. Tapi ketika ia tiba di pintu keluar,
semua rangkaian itu telah kembali seperti sedia kala. Yo Gwang kebingungan.
Poong Yeon mengasai
saat Heo Ok dan anak buahnya memeriksa bawah tebing tempat Heo Jun terjatuh. Ia
ternyata ingat kalau Heo Jun adalah orang yang bersama Yeon Hee malam itu di
istana.
Heo Ok bersikap
kurang ajar seperti biasanya pada Poong Yeon karena tidak tahu siapa Poong
Yeon. Ia tidak percaya Jun jatuh dari tebing itu dan hilang. Orang yang jatuh
dari ketinggian seperti itu pasti sudah mengalami patah tulang atau semacamnya,
tapi mereka tidak menemukan apapun.
Poong Yeon
bertanya apa Heo Ok yakin kalau Heo Jun adalah Si Jubah Merah. Heo Ok mengomel
Poong Yeon yang sudah mengacaukan semuanya. Berani-beraninya Poong Yeon
meragukannya, memangnya siapa dia?
Sol Gae sudah
hampir mengeluarkan pedangnya jika tidak ditahan Poong Yeon. Poong Yeon
mengeluarkan tanda pengenalnya.
“Aku Poong Yeon,
petugas yang melayani keluarga kerajaan.”
Heo Ok langsung
ketakutan dan meminta maaf. Poong Yeon berkata ia juga sedang mengejar Si Jubah
Merah, karena itu ia bertanya apakah Heo Ok yakin.
“Semua bukti
terkait dengan korban terakhir mengarah pada pria tesebut. Apa lagi yang tidak
lebih meyakinkan?” ujar Heo Ok.
Poong Yeon berkata
Jun sepertinya tidak ada di daerah sini. Ia memerintahkan Heo Ok membawa
petugasnya memeriksa sepanjang sungai. Ia sendiri bersama Sol Gae memeriksa
lebih lanjut ke sekitar sana. Mereka menemukan tas Poong Yeon. Poong Yeon
memeriksa tasnya dan terkejut saat tahu hanya loncengnya yang hilang.
Heo Jun akhirnya
sadarkan diri. Ia melihat berkeliling dan terheran-heran melihat tempat aneh
tersebut. Kepalanya sempat terantuk hingga ia yakin kalau dirinya masih hidup
dan bukan berada di kehidupan setelah kematian.
Ia melihat
kantung-kantung herbal yang berderet, juga botol-botol ramuan di meja.
“Ramuan
Kepintaran,” katanya membaca label sebuah botol ramuan.
Ia mencari tahu
isi ramuan tersebut pada buku yang ada di sana. Mauigeumseo. Ramuan kepintaran artinya orang yang meminumnya tidak akan pernah lupa apa yang pernah
dilihatnya.
Jun tak percaya
dan mengira orang yang membuatnya adalah penipu yang lebih parah dari dirinya.
Ia tertarik dengan buku itu dan melihat judulnya. Buku Sihir Kutukan
(Mauigemseo). Jun mulai berpikir
jangan-jangan ramuan itu benar, bukan
palsu.
Ia meminumnya.
Setengah botol, tidak ada reaksi. Jun meminum sampai habis.
“Apa ini? Rasanya
menjijikkan,” omelnya. Karena tidak ada reaksi ia pikir ramuan itu palsu
seperti yang ia duga.
Namun tiba-tiba ia
merasa sangat pusing. Ia mengambil Maugemseo dan mulai membaca semua
lembarannya. Semua tulisan di sana
seakan terserap oleh otak Heo Jun.
“Sebelum Bintang
Utara menghilang, nyalan semua lilin untuk mematahkan kutukan…” Heo Jun membaca
halaman terakhir. Tapi ia merasa buku itu belum selesai dan masih membutuhkan
satu halaman terakhir.
Ia mengendus-endus
dan mencium bau gosong. Ternyata lengan bajunya terbakar karena terkena lilin.
Jun melompat kaget dan melempar buku di tangannya. Buku itu jatuh dan terkena
api hingga terbakar.
Yo Gwang yang
mendengar keributan Heo Jun langsung menghampiri. Mereka berdua panik mencari
air. Yo Gwang hendak mengambil air dari sungai di dalam kuil, tapi Jun malah
melempar buku itu ke dalam air. Yo Gwang melongo.
Jun meminta maaf
dan beralasan api bisa semakin besar. Untung ada air di dalam sana. Lalu ia
mengambil buku itu dengan menggunakan pancingan. Hancur dah bukunya >,<
Seharusnya mereka
berhati-hati karena begitu banyak lilin di dalam sana, nasihat Heo Jun. Yo
Gwang menghunus pedangnya ke leher Jun. Ia berkata Jun sudah melakukan
kesalahan yang bahkan tidak bisa dibayar dengan nyawanya. Jun ketakutan dan
meminta maaf.
Seo Ri menghampiri
mereka. Ia mengenakan penutup wajah agar Jun tidak mengenalinya. Yo Gwang malah
lebih takut pada Seo Ri dan berdiri di depan Jun agar Seo Ri tidak melihat buku
yang hancur itu.
Tapi Seo Ri malah
makin curiga dengan sikap mereka. Apalagi ia mencium bau hangus. Jun
menunjukkan lengan bajunya yang terbakar. Tapi Seo Ri bisa melihat Jun
menyembunyikan sesuatu. Ia mendorong Yo Gwang dan terus mendekati Heo Jun.
“Kau Nona yang
menyelamatkanku, kan? Terima kasih banyak,” Jun berusaha mengalihkan perhatian.
Tapi buku yang
hancur itu jatuh. Seo Ri terkejut melihatnya.
Dan jelas marah
karena berikutnya Heo Jun digantung dengan tangan terikat. Kakinya masih
berpijak di atas tong kayu. Belum lagi Yo Gwang menodongkan pedangnya ke
lehernya.
“Kumohon dengarkan
aku. Kalian berdua sedang tidak rasional saat ini. Mari kita bicarakan,” Ia
memohon.
“Aku sudah
menyelamatkanmu. Inikah balasanmu? Apa kau tahu seberapa pentingnya buku itu?”
kata Seo Ri marah.
“Ketahuilah…tindakan
bodohmu telah membuat nyawa seseorang dalam bahaya,” kata Yo Gwang. Ia menoleh
pada Seo Ri seakan meminta ijin.
Jun gemetar
ketakutan dan terus memohon. Seo Ri nampak ragu namun ia menguatkan hatinya dan
berpaling pergi. Yo Gwang menendang tong kayu di bawah kaki Jun. Jun
tergantung. Megap-megap hampir kehabisan nafas.
Dalam waktu
genting itu, ia mulai mengucapkan isi Mauigeumseo. Resep ramuan-ramuan demi
ramuan ia ucapkan. Mulai dari ramuan Tak Terlihat, ramuan Pelihat Hantu, hingga
ramuan untuk Jatuh Cinta.
Seo Ri berhenti
dan menoleh. Jun berkata jika mereka membunuhnya maka isi buku itu akan lenyap
selamanya. Yo Gwang menegakkan kembali tong kayu untuk Jun berpijak.
“Aku sudah
mengingat semua isi buku itu,” kata Jun.
Yo Gwang tentu
tidak percaya. Tapi Jun menjelaskan ia meminum ramuan aneh di sana dan semua
isi buku itu ada di kepalanya.
“Jangan-jangan kau
minum ramuan Kepintaran?” tanya Yo Gwang.
“Jika buku itu
begitu penting bagi kalian, tolong berikan aku kesempatan untuk meminta maaf,”
kata Jun.
Yo Gwang hendak
menjatuhkan tong kayu lagi tapi Seo Ri menahannya. Jun mengucapkan kalimat terakhir isi
Mauigeumseo mengenai kutukan. Ia tidak tahu arti kata-kata itu, tapi mereka
yang akan rugi jika ia mati.
“Aku beri kau satu
hari. Jika kau tidak bisa memulihkannya besok, maka aku akan menjatuhkanmu
kembali dari tebing itu,” ujar Seo Ri.
Atasan Heo Ok
marah besar saat Heo Ok melaporkan kalau ia kehilangan jejak Jun. Pasalnya ia
sudah memberitahu Raja kalau mereka berhasil menangkap Si Jubah Merah.
Ia tidak mau tahu
pokoknya Heo Ok harus menangkapnya hari ini karena nyawa mereka taruhannya.
“Entah itu sapi
atau babi, kau harus membawanya. Jika kau melakukannya, maka kita akan diberi
hadiah. Apa kau mengerti?” ujar si komandan.
Heo Ok menangis
pada ibunya karena ia tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Ibunya malah
nampak tenang dan berkata komandan sudah memberi mereka jalan keluar.
“Bukankah dia
mengatakan pokoknya hari ini kau harus menyerahkan sesuatu, entah itu sapi atau
babi?”
“Ibu tidak
mengerti! Kami sudah mencari di tebing tapi kami tidak bisa menemukan Jun di
manapun.”
“Kau ini sangat
bodoh!! Untuk apa menemukan tubuhnya? Jika kau tidak bisa menemukannya, maka
kau bisa membuatnya.”
Barulah Heo Ok
mengerti.
Yo Gwang memberi
sebuah tempat untuk Heo Jun bermalam di kuil Chungbing malam ini. Jun bertanya apakah nona itu benar-benar
bernama Seo Ri, karena ia merasa mengenalnya.
“Tidak mungkin.
Tidak mungkin kau pernah melihat atau bertemu dengannya,” kata Yo Gwang.
“Apa isi semua
buku itu benar?” tanya Jun lagi.
Ia langsung
ketakutan ketika Yo Gwang memburu ke arahnya.
“Jangan penasaran
dengan apapun di sini jika kau ingin hidup,” ujar Yo Gwang tegas.
Setelah Yo Gwang
pergi, Jun menghela nafas lega. Giliran Seo Ri yang menemuinya. Seo Ri
menyodorkan sebuah buku pada Jun untuk menulis ulang semua isi Mauigemseo.
Tidak boleh kurang satu tanda titik pun.
Jun malah menatap
Seo Ri yang mengenakan penutup wajah. Hanya dua mata Seo Ri yang terlihat, sama
seperti pada pertemuan pertama mereka ketika Yeon Hee menyembunyikan wajahnya
dengan tutup panci.
Ia mengambil buku
tersebut. Jarinya tak sengaja menyentuh tangan Seo Ri. Ia berkata tangan Seo Ri
sangat dingin.
“Seorang wanita
seharusnya memiliki tubuh yang hangat. Ngomong-ngomong, kenapa kau menutup
wajahmu? Apa tidak sesak? Tidak bisakah kau membukanya sebentar?” ia mulai
berceloteh. Ia ingin melihat wajah Seo Ri yang sudah menolongnya dan berterima
kasih.
Seo Ri menatapnya
dengan tajam dan mengeluarkan lonceng kecil Poong Yeon. Ia bertanya apa itu
lonceng Jun. Jun menggeleng. Ia baru pertama kali melihatnya. Ia tidak tahu
benda apa itu.
“Kalau begitu
kenapa ada bersamamu?” tanya Seo Ri.
Jun bingung. Ia
yang membawanya? Dengan takut-takut ia bertanya apa ia juga harus tahu mengenai
benda itu.
“Lupakan jika kau
tidak tahu. Cepat kerjakan bukunya,” Seo Ri berbalik pergi.
Heo Ok membawa
mayat yang sudah tidak bisa dikenali wajahnya dan mengatakan pada Poong Yeon
kalau itu Si Jubah Merah, alias Heo Jun. Wajah mayat itu terlalu rusak hingga
komandan polisi pun mual dan tak tahan melihatnya.
Poong Yeon tidak
percaya begitu saja. Ia bertanya kenapa wajahnya bisa seperti itu. Heo Ok
beralasan mungkin Jun jatuh dari tebing dnegan wajah membentu bebatuan. Ia
yakin kalau itu Jun berdasarkan bentuk telinga dan hidungnya.
Poong Yeon melihat
pundak mayat itu. Tidak ada bekas luka pedang. Ia ingat malam itu ia pernah
melukai Si Jubah Merah di bagian pundak. Ia menatap Heo Ok dengan tajam.
“Sejujurnya orang
ini memiliki dendam pada keluarga kami. Kurasa ia berkeliaran membunuh orang
untuk menjatuhkan keluarga kami. Meski begitu ia tidak seharusnya mati,” Heo Ok
pura-pura menangis.
Poong Yeon pergi
tanpa mengatakan apapun.
Ia pergi melapor
pada Raja Seonjo kalau mayat itu bukanlah Si Jubah Merah karena tidak ada bekas
luka di pundaknya. Selain itu bentuk dan postur tubuh mayat itu berbeda dengan
Si Jubah Merah. Raja sangat kecewa.
Namun pada rapat
istana, Raja malah menaikkan pangkat Heo Ok menjadi petugas keluarga istana
karena berhasil menangkap si pembunuh dan mengembalikan kedamaian pada rakyat.
Heo Ok tentu saja sangat senang.
Raja memerintahkan
agar kaki tangan mayat itu dipotong dan digantung di gerbang. Dengan begitu
rakyat bisa merasa tenang. Dan juga ia memberi contoh agar hal seperti ini
tidak terulang kembali.
Perintah itu
dilakukan. Tubuh dan kaki tangan mayat itu digantung, lalu ditempel poster Heo
Jun sebagai si Jubah Merah. Soon Deuk juga melihatnya dan mengenali itu gambar
wajah Jun.
Poong Yeon tidak
mengatakan apapun dalam rapat istana meski ia nampak tidak setuju. Setelah
rapat, ia menghadap Raja dan bertanya kenapa Raja melakukan itu. Sudah jelas
itu bukan Si Jubah Merah.
Raja berkata ia
tidak peduli itu asli atau bukan. Baginya yang terpenting saat ini adalah mengendalikan
sentimen publik. Rakyat sudah tidak mempercayai keluarga kerajaan. Apa yang
akan rakyat pikirkan mengenai dirinya jika ia memberitahu mereka kalau ia gagal
lagi menangkap si Jubah Merah?
“Tapi Yang Mulia
sudah menipu rakyat,” ujar Poong Yeon.
“Menipu? Rakyat
tidak peduli apakh itu Si Jubah Merah asli atau bukan. Mereka hanya memerlukan
seseorang yang bisa mereka persalahkan, teriaki, dan lempari batu. Mereka
ketakutan karena Si Jubah Merah. Jika kita mengatakan kita sudah menangkapnya,
bukankah mereka bisa tidur dengan nyenyak?”
“Bagaimana jika
pembunuhan terjadi lagi?” tanya Poong Yeon.
“Kita akan
khawatirkan itu nanti.”
Poong Yeon berkata
ia selalu menghormati dan mengagumi Raja. Tapi kali ini ia tidak bisa menerima
keinginan Raja. Raja bisa menutup langit dengan kedua tangannya, tapi kebenaran
tidak bisa ditutupi. Ia meminta agar kasus ini tetap diselidiki dan diusut
sampai tuntas.
“Poong Yeon!” Raja
bangkit berdiri namun rasa sakit kembali menyerangnya. Darah menetes dari
lengan bajunya.
Poong Yeon berlari
ke arah Raja. Ia hendak memanggil orang tapi Raja menghentikannya.
Tepat saat itu Ibu
Suri datang. Poong Yeon cepat-cepat berlutut di hadapan Raja untuk menutupi
darah yang berceceran di lantai.
Ibu Suri datang
karena ia mendengar Si Jubah Merah sudah ditangkap. Ia terkejut melihat Poong
Yeon berlutut sangat dekat dengan tahta Raja.
Raja meminta Ibu
Suri tidak salah paham. Ia berkata Poong Yeon adalah sahabatnya dan mereka
hanya mengobrol sebagai teman. Ibu Suri tidak percaya. Poong Yeon meminta maaf.
Ibu Suri menyuruh
Poong Yeon turun tapi Raja terus memegangi Poong Yeon.
“Kalau begitu aku
yang akan mendekat,” kata Ibu Suri. Ia naik ke atas mendekati tahta.
Raja berkata ini
bukan hal yang serius. Ibu Suri berhenti mendekat dan bertanya apakah bisa
diterima membiarkan tahta Raja didekati sembarang orang. Ia memanggil kasim
kepala dan menegurnya karena sudah meninggalkan Raja sendirian. Bagaimana jika
Raja dilukai?
“Kau yang akan
pertama dipenggal, apa kau tahu itu?”
Kasim kepala
meminta maaf sambil berlutut.
“Ibu Suri, sudah
cukup. Aku yang salah. Aku ingin beristirahat dari urusan politik jadi aku
menyuruhnya keluar. Ada terlalu banyak orang yang berusaha mendikte bagaimana
seharusnya aku menjalankan pemerintahan. Jadi aku hanya ingin mengobrol dengan
temanku. Tapi ternyata itu terlalu sulit dilakukan di istana yang bising.
Mungkin seharusnya aku pergi sebentar.” Hmmm…apa ini sindiran untuk Ibu Suri?
Ibu Suri masih
nampak curiga namun ia tersenyum dan berkata akhir-akhir ini ia memang mengkhawatirkan
kesehatan Raja. Jadi bepergian sebentar mungkin akan baik. Raja meminta Poong
Yeon menjadi pengawalnya saat ia pergi.
Hong Joo kembali
memasukkan asap hitam ke dalam tubuh Hyun Seo. Ia menerima laporan dari anak
buahnya mengenai mayat palsu Si Jubah Merah. Ia tersenyum menyadari penyakit
Raja bertambah parah hingga membohongi rakyat seperti itu.
Heo Jun sudah
selesai menuliskan semuanya. Ia bertanya-tanya apakah benar-benar tidak ada lanjutannya lagi. Ia
memutuskan untuk tidak peduli, yang penting tugasnya sudah selesai. Ia
memikirkan Seo Ri dan keluar untuk mencarinya.
Soon Deuk
ragu Jun adalah si Jubah Merah, tapi
siapa yang tahu?
Heo Ok semakin
sombong dan sok berkuasa setelah dinaikkan pangkatnya. Ia melihat Soon Deuk dan
menyuruh anak buahnya menangkapnya. Mereka berhasil menyudutkan Soon Deuk di
tempat sepi.
Heo Ok bertanya
apa hubungan Soon Deuk dengan Jun hingga mereka menipunya dan membuatnya masuk
penjara. Soon Deuk berkata ia mendapat bayaran lebih dari Jun.
“Dan lagi kenapa
adik kakak berusaha saling membunuh? Meski ia pembunuh, ia tetap adikmu. Kau
merobek kaki tangan adikmu dan menggantungnya di gerbang. Apa tidak
keterlaluan?”
“Beraninya kau
membela sampah itu? Apa kau tidak lihat? Aku bekerja untuk keluarga kerajaan.
Beraninya kau mengaitkanku dengan si brengsek itu! Dan lagi apa hakmu ikut
campur? Kau dari kelas rendahan yang kotor.”
Soon Deuk marah
mendengar kata-kata Heo Ok. Tapi Heo Ok menuduhnya sebagai komplotan Si Jubah
Merah dan hendak menangkapnya. Dengan kegesitannya, Soon Deuk berhasil
meloloskan diri.
Kasim kepala
membawa seorang dayang Raja menghadap Ibu Suri. Setelah memastikan dayang itu
bisa dipercaya, Ibu Suri memerintahkan agar dayang tersebut mengamati
pergerakan Raja di luar istana, terutama kesehatannya. Dan dayang itu harus
melaporkan gerak gerik Raja padanya.
“Kau menduduki
tempat puteraku. Ananda, kau harus melindungi tahtamu baik-baik,” kata Ibu Suri
setelah ia sendirian.
Raja Seonjo
berangkat keluar istana untuk beristirahat. Poong Yeon dan Sol Gae mengawalnya.
Dayang mata-mata Ibu Suri juga ikut. Ia berusaha menjalankan perintah Ibu Suri
untuk mengawasi Raja tapi Poong Yeon tidak membiarkan siapapun mendekati Raja.
Jun melihat Seo Ri
sedang membuat ramuan. Ia menghampirinya dan ikut membantu.
“Kau sangat cepat
beradaptasi,” sindir Seo Ri.
Heo Jun tertawa
dan berkata itu karena sejak dulu hidupnya selalu bagai di ujung tanduk. Ia
terus mengikuti Seo Ri.
“Kenapa kau
mengikutiku?” tanya Seo Ri.
Jun berkata ia
hanya mencari kamar kecil. Seo Ri menunjuk letak kamar kecil tapi Heo Jun tetap
mengikutinya. Ia berkata ia hanya ingin tahu letaknya supaya ia bisa
menggunakannya saat darurat.
“Apa kau sudah
selesai menyalin bukunya?” tanya Seo Ri kesal.
Jun berkata ia
sedang mengerjakannya tapi ada beberapa halaman yang ia lupa. Seo Ri tidak
percaya karena Jun sudah meminum Ramuan Kepintaran.
“Kau beruntung aku
pintar. Jika tidak, isi buku itu akan hilang selamanya,” kata Jun.
“Bagaimana kau
bisa begitu tak tahu malu. Memangnya salah siapa buku itu rusak?” ujar Seo Ri.
Jun tersenyum
malu. Ia berkata mungkin ia lapar. Sambil tersenyum manis ia ia berkata ia akan bisa mengingat lebih baik
jika ada sesuatu yang bisa dimakan.
Seo Ri memberinya
bola-bola nasi. Jun memakannya dan berkata rasanya terlalu asin. Sekarang ia
meminta daging untuk menambah daya ingat. Hehe Jun kayanya seneng deh liat Seo
Ri marah.
“Kau tahu otak
bekerja paling bagus saat diberi makanan. Mungkin aku harus tinggal dan hidup
di sini sampai aku ingat semuanya. Jika itu tidak apa-apa untukmu, “ ledeknya.
Seo Ri berdiri
dengan kesal.
“Semua ini untuk
buku itu. Perlakukan aku sebagai tamu yang sangat berharga,” kata Jun membela diri.
Seo Ri melihat
lengan pakaian Jun yang terbakar. Ia pergi meminta Yo Gwang membawakan daging
untuk Jun. Tentu saja Yo Gwang tidak mau dan ia tidak percaya Jun tidak ingat.
Tapi Seo Ri berkata lebih baik mereka biarkan Jun hingga buku itu selesai.
Yo Gwang melihat
Jun sedang asyik memakan bola-bola nasi pemberian Seo Ri. Ia berdehem. Jun
cepat-cepat membuka buku dan pura-pura menulis. Yo Gwang pergi seperti guru
yang baru saja memarahi muridnya.
Seo Ri melihat
Jun. Ia teringat dengan percakapannya
bersama Yo Gwang. Yo Gwang bertanya apa yang akan Seo Ri lakukan setelah Jun
berhasil menyelesaikan Mauigeumseo. Dengan ingatannya akan tempat ini dan isi
Mauigeumseo.
Seo Ri berkata
pada Jun kalau ia membutuhkan bantuan Jun. Ia membutuhkan resep ramuan Lupa
dari Mauigeumseo. Untuk apa, tanya Jun. Seo Ri memelototinya.
“Baik, baik, akan
kuberitahu,” kata Jun tersenyum nakal. Ia memberitahu bahan-bahan apa saja yang
harus dikumpulkan Seo Ri. Ia mengikuti Seo Ri dan terus menatapnya dengan
lembut. Semakin merasakan kemiripannya dengan Yeon Hee.
Seo Ri menanyakan
apa langkah selanjutnya. Jun tersentak dari lamunannya dan mengatakan
lanjutannya tapi lalu terdiam.
“Kenapa? Apa kau
kesulitan mengingat lagi?” tanya Seo Ri.
“Sepertinya
begitu…Apa yang tidak bisa kuingat?” kata Jun lembut. Maksudnya adalah
mengingat Yeon Hee.
Seo Ri merasa
salah tingkah dan berseru memanggil Yo Gwang. Jun cepat-cepat mengatakan
kelanjutan resepnya sampai selesai. Haha…berada di atas angin dia^^
Seo Ri hendak mengambil bahan yang terletak di
atas lemari. Namun ia kesulitan karena terlalu tinggi. Jun membantunya. Seo Ri
berbalik dan terpaku karena berhadapan begitu dekat dengan Jun. Ia cepat-cepat
menunduk dan berjalan pergi.
Seo Ri telah
menyelesaikan Ramuan Lupa. Itu adalah ramuan untuk Jun agar melupakan isi
Mauigeumseo demi keselamatan mereka.
“Aku tidak tahu
apa hubungan kalian, tapi Seo Ri, kau harus berkonsentrasi pada tujuanmu. Kau
bisa menyelamatkan semua orang dengan mematahkan kutukanmu. Kita harus kembali.
Jika kau memberinya ramuan itu. Ia akan melupakan semua yang terjadi saat ia di
sini.”
Seo Ri menaruh
botol ramuan itu. “Benar, ia harus melupakan semuanya.”
Yo Gwang
membawakan daging untuk Jun dan mendadak bersikap sangat baik. Jun pura-pura
masih menulis. Yo Gwang bahkan menyuapi Jun dan membawakan pakaian baru. Ia
memaksa Jun cepat berganti pakaian. Sepertinya karena ia ingin Jun cepat
selesai dan cepat pergi.
Jun bertanya
kenapa halaman terakhir Mauigeumseo tidak ada. Yo Gwang malah bertanya apa Jun
sudah hampir selesai hingga menanyakan halaman terakhir.
“Tidak, tidak,”
Jun menyangkal. “Saat aku membacanya aku merasa halaman terakhir menghilang.
Jika aku sudah selesai aku akan memberitahumu segera. Aku juga ingin pergi dari
tempat aneh ini secepatnya.”
Yo Gwang membiarkan
Jun berganti pakaian. Namun saat menoleh ia sekilas melihat tanda di dada Jun
(bekas perisainya). Ia merasa pernah melihat tanda itu.
Jun meminta Yo
Gwang memeriksanya karena ia juga penasaran lambang apa itu. Yo Gwang memeriksa
dengan teliti. Terlalu teliti dan terlalu dekat hingga Jun menepis tangan Yo
Gwang dan menatapnya dengan curiga.
Yo Gwang tertawa
malu. Ia menegaskan kalau ia suka wanita…wanita…Haha XD Saking malunya ia
cepat-cepat pergi.
Poong Yeon berjaga
di depan kemah Raja yang sedang tidur. Dua orang anak buah Hong Joo menaruh
tempat dupa di dekat tenda. Asap hitam dari tempat dupa itu terhirup oleh Poong
Yeon. Tanda di lehernya bersinar dan sesaat ia merasa pusing. Sol Gae merasa
aneh melihat sikap Poong Yeon.
Ia menoleh dan
melihat Yeon Hee. “Yeon Hee” berjalan pergi.
Tanpa berpikir panjang Poong Yeon langsung mengejarnya. Lupa kalau ia
harus menjaga Raja.
Ia terus berlari mengejar
Yeon Hee ke dalam hutam. Saat ia menemukan Yeon Hee ia langsung memeluknya.
“Tuan…” panggil
Sol Gae.
Poong Yeon
terkejut. Ternyata yang dipeluknya adalah Sol Gae. Poong Yeon sadar itu
pengalihan untuk mendekati Raja.
Raja terbangun
dengan kaget melihat tiga orang wanita berbaju merah dan bersenjata ada di
tendanya. Poong Yeon kembali dan tidak menemukan Raja di tendanya.
Raja dibawa untuk
menemui Hong Joo. Raja bertanya siapa yang mengirim Hong Joo. Ayah mertuanya?
Ibu Suri?
“Yang Mulia pasti
dikelilingi orang-orang yang hendak mengambil nyawa Yang Mulia. Saya di sini
untuk menyelamatkan Yang Mulia. Saya tahu apa penyebab penyakit Yang Mulia.
Kulit Yang Mulia terbuka dan mengeluarkan duri di seluruh tubuh, bukan?”
“Siapa kau?” tanya
Raja Seonjo.
“Saya kepala
shaman dari Seongsucheong. Nama saya Hong Joo. Jika Yang Mulia mempercayai
saya, saya bisa menyembuhkan Yang Mulia.”
Raja tertawa tak
percaya. Ia menuduh Hong Joo sedang menipunya.
Apa yang kauinginkan, tanyanya. Hong Joo berkata berkat kemampuannya ia
mengetahui penyakit Raja, jadi ia menemui Raja karena tahu bisa
menyembuhkannya. Ia meminta Raja membuka
lengan pakaiannya.
Raja nampak ragu
sejenak namun akhirnya membuka lengan bajunya. Tangannya ditumbuhi duri-duri tajam
dan penuh luka. Dengan sihirnya, duri-duri itu lenyap tak berbekas. Raja
terkejut.
“Jika kita tidak
menyelesaikan penyebab penyakitnya, gejala-gejala itu akan kembali lagi dalam
beberapa hari. Jika Yang Mulia mempercayai saya, saya bisa mengenyahkan semua
duri yang menyesakkan Yang Mulia.”
“Apa yang
kauinginkan?” tanya Raja.
Poong Yeon mencari
Raja ke sana kemari. Akhirnya ia menemukannya. Raja berbohong ia pergi untuk
mencari udara segar. Poong Yeon curiga dan bertanya apakah Raja benar-benar
tidak apa-apa. Raja berkata ia tidak apa-apa.
Dayang mata-mata
Ibu Suri mengawasi mereka.
Tiba-tiba ia
ditangkap anak buah Hong Joo dan diperhadapkan pada Hong Joo. Hong Joo bertanya
dayang itu diperintah oleh siapa. Awalnya dayang itu tidak mengaku. Tapi begitu
diancam dengan pedang, ia langsung mengatakan kalau ia disuruh Ibu Suri. Hong
Joo tetap membunuh dayang itu.
“Ibu Suri? Ternyata
Ratu telah menjadi Ibu Suri,” ujar Hong Joo.
Seorang anak
buahnya melaporkan kalau Hyun Seo menghilang. Hong Joo cepat-cepat kembali ke
tempatnya. Tempat Hyun Seo berbaring sudah kosong, hanya menyisakan kertas
jimat yang terbakar sebagian. Hong Joo memerintahkan anak buahnya mencari Hyun
Seo.
Seo Ri melihat Heo
Jun sedang tidur. Ia menghampirinya dan duduk di dekatnya. Pelan-pelan ia
mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Jun. Tapi ia mengurungkan niatnya
dan hendak pergi.
Tiba-tiba Jun
menarik tangan Seo Ri dan mendekatkan ke dadanya. Ia membuka matanya.
“Ini kau, kan?
Kesemek,” kata Jun lembut.
Komentar:
Ah suka banget
sama episode ini…banyak momen Jun dan Seo Ri nya^^ Juga tidak terlalu serius
hehe :) Ekspresi nakal Jun membuatku ingat Enrique di Flower Boy Next Door^^
Inginnya sih Jun
terus bersama Seo Ri dan Yo Gwang. Yo Gwang sudah mulai melunak sama Jun tuh^^
Hong Joo akhirnya
bisa bertemu dengan Raja. Dan sepertinya Raja tidak akan melewatkan
kesempatannya untuk sembuh. Susah juga ya…pasti menderita banget tubuh
ditumbuhi duri dan penuh luka seperti itu. Siapa sebenarnya yang menyebabkan
penyakit tersebut?
Ada baiknya juga
sih Jun dianggap sudah mati. Dengan begitu ia tidak dikejar-kejar lagi. Tapi pasti
Jun ingin menemukan si pembunuh sebenarnya untuk memulihkan namanya.
Jika Jun meminum
ramuan Lupa itu, apakah yang dilupakan hanya Seo Ri dan masa-masa ia di kuil
Chungbing? Ataukah ia juga melupakan siapa dirinya dan masa lalunya?
semangat mbak fanny, lanjut terus yaa!
BalasHapuslanjuuut ^^
HapusEnriqueeeeee
BalasHapusNggak nyangka ya mbak kita ketemu karena drama ini hihihi
Jadi inget blade man kalo diliatin duri duri haha padahal nyebutnya bilah. Duh tambah kangen swnya...swnya kan suka dongeng (bukan dongeng ala mirror of witch tapi :)
Tumben mbak komennya dikit, udah pusing ya tanya tanya terus? Lol otu dr mana coba hyun seo bisa kabur :p
Kan Hong Joo lagi pergi jadi Hyun Seo bisa kabur hehe... iya nih ngga banyak komen episode ini karena dikit misterinya XD
HapusKan Hong Joo lagi pergi jadi Hyun Seo bisa kabur hehe... iya nih ngga banyak komen episode ini karena dikit misterinya XD
HapusBener kt mba fany,,enrique kembali lewat drama ini, suka bgt liat shi yoon klo udah akting nakal2 ngegemesin gtu hehe
BalasHapusAh jd ga sabar pgn liat momen Seo ri & Jun lg
Mba fany ttp smngt dan makasih rekapannya 😊
iya...lucu ekspresinya^^
HapusAq juga suka sama enrique, karakter ny ceria bngt. Padahal katanya yoonshiyoon aslinya pendiam. Thanks mba fun, semangat & sehat selalu..
BalasHapusbetul, yoon shi yoon pendiam dan kutu buku banget XD
HapusPenasaran nih yang ep 8.. Semangat ya mbak fanny ^.^
BalasHapusselalu semangat kalau nulis sih hihi...cuma waktunya yang kadang sulit^^
HapusMba fany lanjut terus terus y, makasi atas rekapannya.salam kenal y biasanya selalu jadi pembaca bisu.��
BalasHapussalam kenal^^
HapusIseng deh Jun wkekekekek
BalasHapusMbak Fanny.....thanx y...n tetap semangat buat sinopsisnya
BalasHapusMeskipun udah nonton, tetep aja ga perfect kalo ga baca recapannya mba fanny
BalasHapusThanks ya mba, semangat terus....
suka banget sama sinopsis ini jelas semua ceritanya ... mbak yang episode 8 uda keluar kan mbak cepet di update y mbak sama komen nya yang banyak gk tau krnapa suka banget komen mbak di cerita ini ....
BalasHapusThanks Kak fanny sinopx...
BalasHapus