“Ini kau, kan?
Kesemek…” ujar Jun lembut. Aku selalu ingin tertawa menerjemahkan bagian
ini…kesemek XD (mau diganti pakai nama buah apapun pasti jadinya lucu^^)
“Lepaskan aku,”
Seo Ri menarik tangannya.
Tapi Jun tidak
melepaskan Seo Ri. “Yeon Hee.” Panggilnya.
“Kau salah. Aku
datang untuk melihat apakah salinannya sudah selesai. Pasti ada kesalahpahaman.
Sepertinya kau salah mengenali orang. Lepaskan aku.”
Jun bertanya
mengapa Seo Ri bersikap seperti ini. Apakah Seo Ri dalam keadaan yang tidak ia
ketahui? Apakah ada yang bisa ia bantu?
“Khawatirkan
hidupmu sendiri. Sepertinya kau bukan dalam posisi untuk menawarkan bantuan
pada orang lain,” kata Yeon Hee tajam.
Jun terlihat
kecewa dan akhirnya melepaskan Seo Ri. Ia meminta maaf karena salah mengenali
orang. Seo Ri berkata ia berharap Jun segera menyelesaikan buku itu dan segera
meninggalkan tempat ini. Itulah sebabnya ia datang.
Jun tidak
mengatakan apapun dan hanya melihat kepergian Seo Ri. Yo Gwang juga melihatnya.
Seo Ri pergi menyendiri dan barulah ia menumpahkan emosinya dengan menangis. Kata-kata Hong Joo terngiang di benaknya.
“Semua orang yang
kaucintai akan mati. Dan orang yang mencintaimu akan mati.” Ia masih ingat
betul kematian anak buah ayahnya demi dirinya.
Yo Gwang
menemuinya dan berkata sepertinya Jun sudah menyelesaikan buku itu. Ia akan
membawa Jun keluar dari kuil Chungbing besok dan meminta ramuan Lupa. Seo Ri
nampak bimbang sejenak, tapi akhirnya menyerahkan botol ramuan itu.
Keesokan paginya,
Jun menemui Seo Ri. Tapi Seo Ri tidak mau berbalik melihatnya, seakan
mengacuhkannya. Jun tidak mengatakan apapun. Ia meletakkan salinan Mauigeumseo
lalu pergi.
Barulah Seo Ri
berbalik. Ia melihat Jun pergi meninggalkan kuil bersama Yo Gwang.
Setelah keluar
dari kuil, Yo Gwang menyarankan agar
mereka istirahat lebih dulu. Diam-diam ia mengeluarkan isi botol ramuan Lupa
dan menuangkannya ke dalam kantung air minum. Ia menyuruh Jun minum.
Jun mempersilakan
Yo Gwang minum lebih dulu. Ia akan minum sisanya. Lalu keduanya saling menyuruh
yang lain minum lebih dulu. Yo Gwang sedikit memaksa Jun minum lebih dulu.
Jun hampir
meminumnya, tapi ia berhenti dan membaui isi kantung tersebut. Ia bertanya
apakah ini yang Seo Ri inginkan.
“Kau tahu apa
isinya?” tanya Yo Gwang tak enak hati.
Jun berkata resep
ramuan itu berasal dari otaknya, tentu saja ia tahu.
Ternyata ia sudah
tahu pasti Seo Ri adalah Yeon Hee karena ia sempat melihat layang-layang Yeon
Hee di kuil Chungbing.
“Katakan pada Nona
Seo Ri kalau aku dengan senang hati meminumnya,” Jun menenggak habis isi
kantung itu. Ia mengembalikan kantung itu lalu pergi.
Yo Gwang kembali
ke kuil dan memberitahu Seo Ri kalau Jun sudah pergi. Ia bertanya apakah Seo Ri
sedih.
“Baguslah,
akhirnya kuil Chungbing mendapatkan ketenangannya,” kata Yeon Hee dingin.
“Dia juga meminum
ramuan Lupa.”
Seo Ri terdiam. Yo
Gwang bertanya apakah Seo Ri tidak apa-apa. Seo Ri berkata pertemuan mereka
hanya singkat. Ia tidak perlu bertemu dengan Jun lagi.
Raja mengingat
pertemuannya dengan Hong Joo. Hong Joo berkata ia bisa menyembuhkan Raja,
sebagai gantinya Raja harus memanggilnya kembali ke istana.
Ibu Suri mendapat
laporan kalau dayang mata-matanya menghilang. Apa mungkin karena ketahuan oleh
Raja? Kasim kepala berkata sepertinya bukan karena itu. Ibu Suri bertanya-tanya
apa penyebabnya dan siapa yang melakukannya.
Seorang dayang membisikkan
sesuatu pada Ibu Suri. Ibu Suri terkejut dan marah.
Dalam rapat
istana, Raja mengumumkan ia akan mendirikan kembali Seongsucheong (divisi
shaman). Para menteri tidak setuju karena Ibu Suri sudah menutupnya.
Raja berkata ini
demi kebaikan keluarga kerajaan. Akhir-akhir ini banyak terjadi hal buruk di
negeri ini. Jadi siapa yang berani menghalangi niatnya untuk melindungi negeri
dan rakyat dengan meminjam kekuatan sihir?
“Aku adalah Raja
negeri ini. Bukan Ibu Suri,” Raja menegaskan. “Suruh dia masuk!”
Hong Joo masuk
dengan wajah penuh senyum kemenangan. Raja berkata ia akan mengangkat Hong Joo
menjadi kepala shaman setelah Seongsucheong didirikan kembali. Ia menyerahkan
kekuasaan Seongsucheong sepenuhnya pada Hong Joo.
Para menteri
berlutut mengajukan protes agar mempertimbangkan kembali keputusannya. Raja
tidak bergeming. Sementara Hong Joo tertawa kecil.
“Saya menikmati
sambutan yang hangat ini, Yang Mulia.”
Di luar, Hong Joo
berpapasan dengan Poong Yeon. Poong Yeon bertanya apa yang sudah dilakukan Hong
Joo pada Raja hingga Raja tiba-tiba memanggilnya kembali ke istana.
“Aku membuka
kembali Seongsucheong untuk menyembuhkan penyakit Yang Mulia. Apa kau tidak
penasaran bagaimana aku tahu mengenai penyakitnya? Karena itu adalah tugasku,”
bisiknya.
Poong Yeon
mewanti-wanti jika Hong Joo membahayakan kesehatan Raja dalam cara apapun, maka
ia akan membunuh Hong Joo. “Kau harus melakukannya,” ujar Hong Joo.
Jun tiba di kota. Ia
menyembunyikan wajahnya dengan topi lebar. Di dekat gerbang ia melihat orang-orang
berkerumun. Ia terkejut saat melihat ada gambar dirinya di dekat mayat yang
digantung. Ia disebut sebagai Pembunuh Jubah Merah.
Jun sangat
terpukul. Ia bergegas pergi ke makam ibunya dan sangat marah karena di atas
makan tersebut banyak terpasang papan menghina ibunya sebagai ibu pembunuh. Ia
menyingkirkan semua papan itu dengan emosi.
Saat melihat bekas
lubang di dekat makam ibunya (lubang tempat ia menyimpan bukti korupsi Heo Ok),
ia teringat sesuatu. Ia bergegas pergi dari sana.
Ia pergi berjudi.
Soon Deuk ada di tempat judi itu namun ia tidak mengenali Jun karena Jun
menyembunyikan wajahnya dengan topi. Soon Deuk masih menjadi komplotan penipu
untuk mendapatkan uang dari orang yang berjudi. Dan kali ini sasarannya Heo
Jun.
Heo Jun berhasil menipu
balik mereka seperti sebelumnya dan memenangkan semua uang.
Namun sebelum
pergi, ia menaruh uang kemenangan itu di kotak yang dibawa Soon Deuk. Dengan
begitu orang-orang mengira Soon Deuk telah berkhianat dan bersekongkol dengan
Jun.
Tidak terima, Soon
Deuk pergi mengejar Jun. Di tempat sepi, Jun memperlihatkan wajahnya.
“Kau…kau si
pembunuh! Kenapa kau membunuh Man Wol?!” Soon Deuk mencengkeram baju Jun.
Jun hendak meminta
bantuan Soon Deuk.
Soon Deuk
kebingungan. Bagaimana Jun bisa hidup? Apa Jun hantu? Lalu siapa yang
tergantung di gerbang?
“Apa kau percaya
mayat yang digantung itu aku? Untuk apa aku membunuh Man Wol? Dia adalah
satu-satunya teman yang bisa kuajak bicara.”
“Jadi maksudmu kau
difitnah?”
Jun berkata itu
sebabnya ia membutuhkan bantuan Soon Deuk. Soon Deuk menolak mentah-mentah.
Gara-gara Jun ia sudah dicap menjadi komplotan Jubah Merah. Jun berkata uang
tadi adalah uang mukanya. Jika Soon Deuk berhasil, ia akan membayar dua kali
lipat.
Soon Deuk mulai
tergiur tapi ia tetap menolak. Jun berkata Soon Deuk hanya perlu mencarikan
beberapa orang dan setelah itu tidak akan terlibat lagi dengannya.
“Kumohon,” ujarnya
sungguh-sungguh.
Soon Deuk
tampaknya melunak.
Malam itu Heo Ok
yang mabuk memaksa pulang dengan menggunakan tandu tertutup. Padahal tandu itu
untuk mengangkut gisaeng, pria biasanya menggunakan tandu terbuka. Heo Ok
merengek ia kedinginan.
“Siapa aku?
Kutanya siapa aku? Aku bekerja untuk keluarga kerajaan!! Jika aku ingin naik
tandu maka aku naik!” serunya.
Akhirnya ia naik
tandu tertutup. Di tengah perjalanan, muncul 4 orang menggantikan para penandu
pertama. Salah satu dari mereka adalah Jun. Mereka membawa pergi Heo Ok.
Soon Deuk
membagi-bagikan uang pada para penandu pertama dan meminta mereka merahasiakan
hal ini.
Heo Ok merasakan
tandunya diletakkan dan mulai bergoyang. Ia mengomel apa yang sedang terjadi.
Ia membuka penutup tandu dan terbelalak ketakutan melihat aliran sungai
berbatu-batu.
“Aku di mana?!”
serunya. “Kenapa aku di sini? Seseorang tolong aku!! Ibu tolong aku!!”
Ia
berteriak-teriak histeris saat tandu itu mulai miring hendak meluncur ke bawah
tebing.
Pada saat-saat terakhir, Jun yang mengenakan penutup wajah menarik Heo
Ok dan menyelamatkannya. Tandu itu meluncur jatuh ke bawah dan hancur.
“Aku tidak tahu
siapa kau tapi terima kasih banyak,” kata Heo Ok ribut. Ia memaki-maki para
penandu yang sudah meninggalkannya di tempat ini. Mereka tidak tahu mereka
berurusan dengan siapa.
“Benar. Siapa yang
berani mengacau dengan tandu Tuan kami yang terhormat,” ledek Jun.
Heo Ok tertegun.
Ia mengenali suara Jun.
Jun membuka
penutup wajahnya. Heo Ok mundur ketakutan.
“Hantu…hantu…”
“Kau seperti baru
melihat hantu. Benar, aku anak haram yang kau bunuh. Meski sebagai hantu, aku
datang untuk membawamu. Hukum keluarga bangsawan sangat ketat, bukan? Jadi
sebagai hantu aku berencana sesekali memeriksa apakah kau sehat dan baik-baik
saja.”
Heo Ok berteriak
ketakutan, mengira Jun benar-benar hantu.
“Tidak perlu
begitu ketakutan. Aku akan menangkap Jubah Merah. Aku akan membersihkan namaku
dan kembali sebagai orang hidup. Hingga saat itu….jaga dirimu.”
Jun pergi. Heo Ok
marah-marah dan menantang Jun untuk kembali. Sambil nangis tapinya >,<
Ibu Suri
menanggalkan pakaian kerajaannya dan berlutut di atas tikar di depan kediaman
Raja. Biasanya tindakan ini dilakukan keluarga kerajaan untuk memprotes atau
memohon pada Raja.
Ibu Suri memohon
agar Raja menarik kembali keputusannya untuk mendirikan kembali Seongsucheong.
Jika Hong Joo dikembalikan ke istana, maka Raja akan mengalami hal buruk dan
menimpa keluarga kerajaan.
Kasim dan dayang
berusaha membujuk Ibu Suri karena udara
sangat dingin tapi Ibu Suri memerintahkan mereka semua pergi. Ia tidak akan
mundur.
Para kasim dan
dayang terpaksa mengikuti perintah Ibu Suri dan pergi meninggalkan Ibu Suri
sendirian. Ibu Suri terus berteriak-teriak agar Raja tidak membawa kembali Hong
Joo ke istana.
Di dalam, Raja
sama sekali tidak mendengar permohonan Ibu Suri. Ia dalam keadaan tak sadarkan
diri dan gemetar. Hong Joo membuka pot berisi roh Putera Mahkota lalu
membukanya. Dengan sihir hitam, ia memasukkan roh Putera Mahkota Sunhoe ke
dalam tubuh Raja Seonjo.
Ibu Suri mulai
lemas dan kehilangan tenaga. Ia terus berkata Hong Joo tidak boleh kembali.
Tidak lagi….
Seseorang berdiri
di hadapan ibu Suri. Hong Joo.
“Yang Mulia Ratu?
Ah bukan, sekarang Yang Mulia Ibu Suri, bukan? Apa kabar Yang Mulia?” tanyanya.
Ibu Suri sangat
marah melihat Hong Joo. Apalagi Hong Joo berdiri dihadapannya sehingga seakan
ia berlutut pada Hong Joo.
Hong Joo berkata
ia sangat senang bisa bertemu kembali dengan Ibu Suri tapi tampaknya tidak
demikian dengan Ibu Suri.
Ibu Suri bangkit
berdiri. Beraninya Hong Joo kembali ke istana. Ia berkata ia belum lupa dengan
apa yang diperbuat Hong Joo.
“Karena kau,
puteraku….puteraku….” Ibu Suri tidak sanggup melanjutkan.
“Waktu itu keadaan
memburuk, jadi aku kembali untuk mengembalikan semuanya seperti semula,” Hong
Joo memasang wajah serius.
Pintu dibuka
dengan keras dan Raja Seonjo melangkah keluar. Ibu Suri segera berlutut di
hadapan Raja dan berkata Hong Joo tidak boleh dikembalikan ke Seongsucheong.
Tapi Raja sepertinya dalam keadaan tidak sadar.
Raja menunduk lalu
raut wajahnya berubah saat melihat Ibu Suri. Ia berlutut.
“Ibunda”
panggilnya, ”Ibunda, ini ananda. Puteramu, Boo (panggilan Ibu Suri untuk PM
Sunhoe). “
Ibu Suri mengira
Raja Seonjo sedang mengoloknya dengan berpura-pura menjadi puteranya. Raja
malah memegang tangan Ibu Suri sambil terus memanggilnya Ibunda. Ibu Suri
menarik tangannya.
“Kenapa kau
bersikap seperti ini? Apa kau menghinaku? Teganya kau,” Ibu Suri menangis.
Raja Seonjo
menangis seperti anak kecil.
“Ibunda, ini
aku…ini aku…. Ini Boo, Ibunda.”
Hong Joo
menyaksikan sambil tersenyum.
“Putera Mahkota?”
Ibu Suri tertegun. “Apa kau benar-benar puteraku?”
Raja Seonjo
membenarkan sambil menangis. Ia menunduk. Lalu saat ia mengangkat kepalanya,
wajahnya telah menjadi wajah PM Sunhoe (atau setidaknya itulah yang dilihat Ibu
Suri).
“Ibunda, aku
lapar.”
Ibu Suri menangis
dan menyentuh wajah puteranya. Mereka berpelukan dan bertangis-tangisan.
Tapi tak berapa
lama kemudian, terdengar suara Raja Seonjo.
“Ibu Suri,”
panggilnya. Wajahnya telah kembali menjadi wajah Raja Seonjo. “Ibu Suri, apa
Ibu Suri tidak apa-apa?” tanyanya. Lalu ia jatuh pingsan. (Lee Ji Hoon memainkan perannya dengan sangat baik. Dalam sekejap raut wajahnya bisa berubah..hebat^^)
Ibu Suri nampak
terguncang. Para kasim segera menggotong Raja Seonjo kembali ke kamarnya.
“Saya akan
mengembalikan PM Sunhoe untuk Ibu Suri,” kata Hong Joo pada Ibu Suri.
Ibu Suri menghadap
Raja dan memintanya mendirikan kembali Seongsucheong. Raja curiga kenapa Ibu
Suri mendadak berubah pikiran.
“Keinginan Yang
Mulia adakan keinginanku,” jawab Ibu Suri singkat.
Raja menyindir ia
tidak tahu kalau Ibu Suri begitu perngertian dengan keputusannya. Ibu Suri
tidak meladeni sindiran itu dan beranjak pergi.
Raja tiba-tiba
bertanya apakah Ibu Suri mengenal Hong Joo. Ibu Suri berbohong ia tidak
mengenal Hong Joo.
“Kurasa itu masuk
akal. Ibu Suri selalu menjaga jarak dengan Seongsucheong. Aku yakin Ibu Suri
tidak pernah dekat dengan shaman manapun. Bukan begitu?”
“Yang Mulia harus
berhati-hati. Saat keputusasaan berubah menjadi obsesi, Yang Mulia akan
kehilangan banyak hal,” Ibu Suri menasihati.
Raja marah dan
membanting barang. Tapi Ibu Suri tidak mempedulikannya dan pergi.
Di luar, Ibu Suri
mengingatkan janji Hong Joo untuk mempertemukannya kembali dengan PM Sunhoe
begitu kembali ke Seongsucheong. Tentu saja, kata Hong Joo.
“Pangeran Sunhoe memiliki roh tapi tak memiliki tubuh
saat ini. Jadi menemukan tubuh untuknya adalah prioritas saya.”
Ibu Suri terkejut.
Apa Hong Joo akan menggunakan tubuh Raja Seonjo? Hong Joo berkata hanya itu
caranya agar Ibu Suri bisa bertemu dengan PM Sunhoe lagi.
Awalnya Ibu Suri
menolak karena itu tubuh Raja Seonjo, bukan puteranya. Tapi Hong Joo bertanya
bagaimana perasaan Ibu Suri saat melihat Raja Seonjo.
“Siapa sebenarnya
yang berhak atas tahta itu?”
“Puteraku, Boo,”
jawab Ibu Suri.
Hong Joo
membenarkan. Jika PM Sunhoe tidak meninggal maka ia yang akan mewarisi tahta.
Ibu Suri tidak mengatakan apapun dan berlalu dari sana. Tampaknya ia mulai
terpengaruh oleh perkataan Hong Joo.
Kilas balik pada
malam kematian Raja Myeongjong (Ayah PM Sunhoe dan Yeon Hee). Raja sudah
mendekati ajal ketika para menteri memohon agar Raja menunjuk penggantinya. Raja
perlahan membuka matanya lalu menoleh. Tangannya perlahan bergerak menunjuk
sekeliling ruangan itu, lalu menunjuk seorang remaja. Pangeran Seonjo.
Tidak ada yang
tahu kalau saat itu tangan Raja Myeongjong dikendalikan oleh Hong Joo
menggunakan sihir hitamnya. Itu artinya Hong Joo yang memilih Seonjo, bukan
Raja Myeongjong.
“Yang Mulia, aku
sudah memilih tubuh yang sempurna untuk Pangeran Sunhoe. Jadi percayalah padaku,”
ujarnya sambil tersenyum.
Hyun Seo kembali
ke rumahnya. Ia bersembunyi saat mendengar suara. Istru Hyun Seo menyuruh pelayannya merawat
sesuatu krn Hyun Seo dapat kembali kapan saja.
Setelah istrinya
tidak terlihat, barulah Hyun Seo keluar. Ia menuju ruangannya dan melihat jubah
pendeta Tao yang terlipat rapi. Lalu ia menuju lemari dan mengambil lembaran
terakhir Mauigeumseo yang pernah ia sembunyikan.
Hong Joo memasuki
Seongsucheong kembali. Ia tersenyum lega karena sudah kembali ke “rumah”nya.
“Tuan (Hyun Seo),
ini adalah permulaan yang baru,” ujarnya.
Heo Jun pergi ke
tempat penggilingan, tempat di mana Man Wol ditemukan tewas terbunuh. Ia
melihat bercak sisa darah Man Wol di tanah.
Seseorang masuk ke
tempat itu. Si Jubah Mereka bertopeng. Pembunuh itu mengeluarkan pedangnya lalu
menhunusnya. Jun menoleh ke arah lain. Ia melihat Man Wol terkesiap.
Lalu si
Jubah Merah membunuh Man Wol. Ternyata Jun sedang membayangkan peristiwa malam
itu. Ia bertanya-tanya siapa sebenarnya si Jubah Merah.
Seo Ri sedang
membereskan peralatannya ketika ia tidak sengaja menjatuhkan Mauigeumseo. Ia
membuka lembaran-lembaran buku itu dan melihat gambar Heo Jun di ujung atas
halaman. Heo Jun membuat gambar yang seakan bergerak jika buku itu dibuka
dengan cepat. Itu adalah gambar pertemuan pertama mereka. Seo Ri tersenyum lalu
mendekap buku itu.
Tak punya tempat
tinggal, Jun bermalam di sebuah gua sendirian.
Poong Yeon
bertekad menyelidiki kembali kasus Si Jubah Merah. Semua orang masih dalam
bahaya karena si pembunuh asli masih berkeliaran. Dan hanya ini yang bisa ia
lakukan untuk Raja. Sol Gae bertanya apakah Poong Yeon yakin tidak akan apa-apa.
Rupanya demi
mengusut kasus itu, Poong Yeon pergi ke rumah gisaeng. Dan ia nampak tak
berkutik dikelilingi para gisaeng yang genit itu. Mereka terus menerus
menggodanya karena bersikap kaku dan galak.
“Ada apa dengan
kalian? Bagaimana bisa wanita mengganggu pria seperti ini? Sangat tidak kewanitaan,”
kata Poong Yeon kesal.
Mereka berkata
akan menjawab pertanyaan Poong Yeon jika Poong Yeon minum arak. Tapi Poong Yeon
tidak mau minum.
Akhirnya Sol Gae
tak tahan lagi. Ia meminum arak menggantikan Poong Yeon dan melempar cangkirnya
ke meja.
“Sudah cukup,”
katanya tegas.
Akhirnya gisaeng
itu mau buka suara. Ia berkata Man Wo sangat jelek jadi tidak ada pria yang mau
melihatnya. Mereka menampung Man Wol karena Man Wol pintar bermain Gayageum. Ia
ingat hanya ada seorang pria yang menemui Man Wol. Siapa, tanya Poong Yeon.
“Pria bernama Heo Jun
itu. Tapi aku masih tidak bisa mengerti. Bagaimana bisa cendekiawan berkelas
sepertinya menjadi si Jubah Merah.”
Sol Gae bertanya
apakah ada yang aneh sebelum Man Wol meninggal. Gisaeng itu berkata Man Wol pergi ke pohon 100 tahun sebelum ia
mati. Dan pada suatu hari Man Wol berubah menjadi sangat cantik, seperti
terkena sihir.
“Tapi hari
berikutnya ia mengalami kematian mengerikan.”
Jun diam-diam
menyusup ke rumah gisaeng, ke kamar Man Wol. Perasaan sedih menyusup dalam
hatinya ketika melihat kamar kosong itu. Ia berusaha mencari petunjuk yang bisa
membuatnya menemukan pembunuh Man Wol.
Tiba-tiba ia
mendengar suara orang bercakap-cakap di luar. Ia mengintip dan melihat Poong Yeon
bersama Sol Gae. Jun mengenali Poong Yeon sebagai orang yang mengejarnya hingga
ia jatuh dari tebing. Sepertinya ia belum ingat kalau Poong Yeon adalah kakak
Yeon Hee.
Poong Yeon
bertanya apa yang Sol Gae tahu mengenai pohon 100 tahun itu. Sol Gae berkata
pohon itu terkenal dapat mengabul keinginan orang. Poong Yeon berkata selain
Man Wol, beberapa korban lain juga pernah mengunjungi pohon 100 tahun. Ia
berpikir mungkin ada kaitannya di sana.
Sol Gae menunjuk
di mana kamar Man Wol. Poong Yeon langsung membuka pintu.
“Maafkan aku!”
ujarnya terkejut sambil buru-buru memalingkan muka saat melihat seorang gisaeng
sedang berpakaian.
Siapa lagi kalau
bukan Jun yang sedang menyamar. Jun mengenakan topi yang sangat lebar. Ia
buru-buru keluar dari kamar. Tapi Poong Yeon sempat melihat sepatu Jun (sepatu
laki-laki) dan merasa curiga.
Di luar, Jun
mendapat hambatan dari para gisaeng yang mengira Jun gisaeng baru. Mereka
menuntut Jun memberi hormat pada mereka. Jun berusaha tetap bersembunyi di
balik topi dan kipasnya dan berkelit pergi.
Poong Yeon
mengejarnya dan menyuruhnya berbalik. Jun berusaha bertahan ketika Poong Yeon
menarik pundaknya. Tapi ia tidak bertahan lama. Poong Yeon berhasil melihat
wajahnya dan terkejut. “Kau….”
Jun mendorong
Poong Yeon dengan keras lalu melarikan diri. Poong Yeon dan Sol Gae langsung
mengejarnya dan berpisah untuk mengepung dari dua arah.
Mengira dirinya
sudah berhasil lolos, Jun berhenti berlari. Pada saat itulah Poong Yeon muncul
dan menangkapnya. Ia bertanya apa yang dilakukan Jun di sini.
“Bukan urusanmu.
Lepaskan aku!” Jun meronta.
Poong Yeon membuka
pakaian atas Jun untuk melihat bagian pundaknya. Tidak ada bekas luka sama
sekali.
“Siapa kau?
Bagaimana kau bisa terkait dengan si Jubah Merah?” tanyanya.
“Aku? Aku orang
yang sangat ingin menangkap si Jubah Merah.”
Tapi Poong Yeon
curiga dengan pakaian yang dikenakan Jun. Jun menegaskan ia bukan si Jubah Merah.
“Aku tahu. Aku
tahu bukan kau orangnya,” kata Poong Yeon. Tapi ia tidak bisa melepaskan Jun
sebelum menginterogasinya. Bisa saja Jun kaki tangan si Jubah Merah.
Jun berkata ia
tidak bersalah dan berusaha melepaskan diri. Tapi Poong Yeon lebih kuat dan
lebih mampu bela diri hingga Jun tidak bisa lolos. Poong Yeon memeriksa seluruh
pakaian Jun. Jun bertanya apa yang Poong Yeon lakukan.
“Lonceng yang
kauambil dariku. Di mana itu?” tanya Poong Yeon.
“Lonceng? Apa itu?
Kurasa ada kesalahpahaman,” kata Jun, “Aku tidak tahu benda apa itu.”
Jun berkelit dan
akhirnya bisa lepas dari Poong Yeon. Tapi ia sudah dihadang Sol Gae yang
menghunus pedangnya. Mereka memenjarakan Jun dengan keadaan tangan terikat.
“Kenapa kalian
melakukan ini padaku?”
“Aku akan
menginterogasimu besok, jadi diamlah.”
Jun berkata ia
tidak bersalah. Tapi Poong Yeon tidak bergeming. Besok mereka akan mengetahui
apakah Jun berbohong atau tidak.
Yo Gwang terkejut
saat melihat beberapa jimat terbakar
dengan sendirinya. Ia berusaha menghalangi Seo Ri agar tidak melihat rusaknya
perlindungan jimat itu. Untuk sementara ia berhasil menghalau Seo Ri dari sana.
Lalu ia sendiri
pergi kembali ke markas divisi Tao yang sudah terbengkalai sejak 5 tahun lalu.
Ia berusaha mencari petunjuk mengenai rusaknya perlindungan jimat dari berbagai
buku. Ia frustrasi saat tidak menemukannya.
Tapi kemudian pandangannya
tertuju pada satu perisai di lantai. Pada lambang di perisai itu. Lambang yang
persis sama dengan lambang di dada Heo Jun.
Ia membuka sebuah
buku mengenai lambang tersebut. Yo Gwang terkejut saat ia menyadari kalau Jun
adalah jimat manusia.
“Dasar bodoh!”
Makinya pada dirinya sendiri, “Kenapa aku menyuruhnya memberinya ramuan Lupa?
Ramuan lupa….”
Tiba-tiba ia
terdiam.
Hyun Seo naik ke
kuil Chungbing. Ia berdiri di depat kuil di mana tertempel sebuah jimat besar.
Ia menatap jimat itu.
Jun kesal karena
semua jadi berantakan. Ia merasa diliputi kesialan.
Tiba-tiba seorang
penjaga penjara membuka pintu selnya. Sebenarnya ia adalah Yo Gwang yang
mengubah wajahnya dengan jimat. Jun menatapnya dengan bingung.
“Aku akan
menjelaskan semuanya dengan cepat, jadi dengarkan baik-baik,” kata Yo Gwang, “Kau
mungkin tidak mengenalku tapi namaku Yo Gwang.”
Jun hanya bengong
menatapnya.
“Benar, kau
mungkin tidak ingat padaku karena ramuan Lupa itu. aku seharusnya tidak
menyuruhnya memberimu ramuan itu. Jadi
kau sempat tinggal di suatu tempat bernama Kuil Chungbing. Kau bertemu seorang
gadis bernama Seo Ri di sana.”
“Seo Ri?” tanya
Jun
Hyun Seo menempelkan tangannya pada kertas
jimat itu. Seketika itu juga rangkaian jimat di dalam kuil Chungbing terbakar.
Begitu juga kertas jimat besar itu. Hyun Seo hanya diam dengan wajah sedih.
Seo Ri mengeluarkan
sebuah mangkuk berisi ramuan berwarna merah. Ternyata itu adalah ramuan Lupa
yang sebenarnya. Seo Ri mengeluarkan ramuan Lupa dari botol dan menggantinya
dengan air biasa. Jadi yang diminum Jun sebenarnya air biasa.
Tiba-tiba tempat
itu mulai bergoyang seperti terkena gempa bumi. Seo Ri terkejut.
Hong Joo bisa
merasakan energi dari Seo Ri dan menoleh pada anak buahnya.
Kuil Chungbing
berguncang dengan keras. Semua benda berjatuhan. Seo Ri mulai mendengar kembali
lengkingan para roh yang memekakkan telinga. Kutukannya telah aktif kembali.
Poong Yeon yang
sedang berjalan bersama Sol Gae tiba-tiba jatuh pingsan
Anak buah Hong Joo
bergerak melalui hutan untuk menangkap
Seo Ri. Hyun Seo diam-diam mengawasi mereka.
Untunglah Yo Gwang
tiba lebih dulu dari mereka. Ia bergegas masuk ke dalam saat mendengar teriakan
Seo Ri.
Seo Ri berteriak
sambil menutupi telinganya. Lalu para roh mengangkat tubuhnya ke udara seperti
ketika pertama kali kutukan itu aktif. Seo Ri meronta-ronta dan rambutnya
perlahan menjadi putih. Tubuhnya melemas, ia jatuh pingsan dan terjatuh.
“Seo Ri!” seru Yo Gwang.
Jun berhasil
menangkap Seo Ri tepat pada waktunya. Seo Ri membuka matanya menatap Jun.
Seluruh tempat itu berhenti berguncang.
“Kita bertemu
lagi,” Jun tersenyum.
Seo Ri kembali
pingsan. Rambutnya berubah menjadi hitam dan sinar dari tanda kutukannya
menghilang.
Komentar:
Horeee… sekarang Jun
harus bersama Seo Ri terus^^ Seperti Taeyang yang harus terus bersama Joo Joong
Won (Master’s Sun) :)
Hyun Seo sudah
kembali. Masalahnya apakah ia sudah dipengaruhi oleh sihir Hong Joo? Sepertinya
tidak. Buktinya Hong Joo tidak tahu kalau Hyun Seo sudah bangkit. Lalu kenapa
Hyun Seo membakar jimat di kuil Chungbing? Dan kenapa ia tidak cepat-cepat
menemui Seo Ri?
Sepertinya meski Hyun
Seo tidak menjadi jahat, tapi ia sadar ada sihir hitam Hong Joo yang masuk
dalam tubuhnya. Mungkin saja ia tidak ingin sihir hitam itu menguasainya untuk
melakukan hal yang tidak diinginkan pada Seo Ri.
Atau….mungkinkah
ia sudah tahu mengenai jimat manusia? Apa mungkin Yo Gwang sempat bertemu Hyun
Seo sebelum pergi ke penjara? Soalnya aneh juga Yo Gwang kok tahu Heo Jun
dipenjara. Dan mungkinkah Hyun Seo membakar jimat itu untuk menguji seberapa
besar pengaruh Jun untuk menangkal kutukan Seo Ri?
Hong Joo ini
benar-benar yaaa….awalnya dia membuat Raja takluk dengan membuat Raja merasakan
sedikit kesembuhan. Dan sekarang ia membuat Ibu Suri kembali tunduk dengan
membuat Ibu Suri merasakan perjumpaan kembali dengan puteranya. Jadi berpikir
kalau penyakit itu sebenarnya dikirim oleh Hong Joo sendiri >,<
Memberi sedikit
untuk nantinya meminta imbalan yang fatal…seperti Iblis. Ibu Suri kok ngga kapok-kapok ya dengan niat
jahat Hong Joo. Tapi susah juga ya kalau sudah bicara anak.
Padahal harusnya
Ibu Suri menanyakan pada dirinya sendiri apakah ini yang diinginkan puteranya.
Bayangkan rohnya berada di tubuh orang lain dan harus berbagi tempat dengan roh
pemilik tubuh tersebut. Bukan hanya fisik, jiwa pun akan terganggu. Sudah
meninggal tapi tidak bisa beristirahat dengan tenang.
Ibu Suri harusnya mengatakan nasihatnya sendiri pada dirinya sendiri. Bahwa rasa putus asa akan menjadi obsesi dan akhirnya akan membuatnya kehilangan banyak hal.
Aku jadi
bertanya-tanya apakah Poong Yeon tahu mengenai kutukan yang menimpa Yeon Hee
dan dirinya. Ketika ia sadar, ayahnya dan Yeon Hee sudah menghilang. Apa dia
tidak merasa aneh beberapa kali mendadak tak sadarkan diri? Dan apa dia tidak
ingat dengan kutukan yang pernah dirinya dulu?
Seo Ri rupanya
tidak jadi memberikan ramuan lupa pada Jun. Dan sepertinya Jun juga tahu hal
itu. Jun sepertinya sudah tahu sejak awal kalau ramuan Lupa itu untuk dirinya.
Tapi ketika ia hendak meminumnya ia malah merasa bahwa tempat minum itu bukan
berisi ramuan Lupa. Karena itu ia bertanya apakah ini yang Seo Ri inginkan. Ia
sadar Seo Ri tidak ingin ia lupa.
Atau mungkin aku aja yang berpikir ribet hahaha XD
semangat ka fanny... kyanya emang seo ri deh yang gx mau jun nya lupa.... ��
BalasHapusKok kayaknya jun malah ngira dia udah minum ramuan lupa. Makanya lemes gitu dan tanya apa itu yg dimau seo ri. Dia cuma agak aneh yo gwang ngasih minum tiba tiba dan nggak mau berbagi dengannya. Dia tahu seo ri sebelumnya bikin ramuan lupa, jadi dia sadar tujuan yo gwang ngasih itu untuknya...
BalasHapusAhhh nanti udah episode 9 aja dan drama ini bener ngingetin sama tmets
Jimat manusia itu^^
Awww ypu're so sweet mbak fan^^
HapusThank you for considering my comment *ge.er
Y dirinya sendiri sebenernya yang mau disemangatin semacam apa gitu secara psikologis *ngarang
HapusKalo poong yeon kayak gitu tambah bikin saya ragu mbak dia anak kandungnya hyun seo atau bukan lol kebalikan sama ayahnya yang pinter sihir hihihi
iya, jimat manusia kaya Wol^^
HapusAh...kepotong mbak komennya wkwk
HapusItu saya ngiranya secara ga nyadar ibu suri bilang gitu sebagai cerminannya sendiri. Jadi dja kayak ngomongin raja biar ga jadi seperti dirinya. Tapi ibu suri emang udah ga bisa mikir panjang mungkin saking sayang sama anak yg tiba tiba meninggal gitu aja. Sedih
Saya setuju lee ji hoon leren di sini. Mungkin yg ngecast udah liat perannya di six flying dragons hehe.
Ohya, emang forumsoompe bener bener ya, padahal jumlah halamannya ga banyak tp lumayan padet isi wkwk
semangat mbak!! lanjut terus yaa
BalasHapusIya,kynya mulai keliatan ada rasa sukanya :-D mdh2n jun bs jd pelindung yg sakti bwt seo ri.mksih mba fanny...
BalasHapusmba fanny emang kerennn.. semangat..lanjut terus y mba....
BalasHapusBiarpun sdh nonton, tetep baca sinopsisnyA mb fanny, suka teori2 ribetnya mb fanny hehehe..
BalasHapushahaha emang ribet ya, pikiranku suka ribet kalau nonton drama/film misteri. Suka ikut mikir. Tapi di soompi lebih hebat lho...mereka sampai menganalisis simbol pohon, arti nama-nama mereka...njelimet tapi menarik^^
Hapuswaaaaaa suka banget waktu lihat film nya masih kurang jelas tapi lihat sinopsis buatan mbak semua nya sudah jelas hehehe
BalasHapuso'iya mbak film nya muncul di youtube tiap hari apa y mbak ????
Udah nunggu dari kemaren2, akhirnya muncul juga ^_^ makasih mbak fanny :) semangat mbak! Lanjut terus yaa mbak.. Ditunggu eps selanjutnya >_<
BalasHapussemangat mbk fanny ma kasih sinopsis nya^^
BalasHapusAku udah nonton sampai episode 10, huaaa makin penasaran + makin kesel sama heo ok (kapan sih dia mati?? Arrrgh)
BalasHapusTapi hari rabu ini sy harus KKN kepelosok desa yg sinyal internet jelek:'( jd mbak tolong buat sinopsisnyaaa yak utk episode2 selanjutnya hiks hiks
Maaf + terimakasih mbak selama ini saya silent reader, semangatt mbak fightingg!
Udh bolakbalik beberapa hari grgr penasaran sama eps 9 dan seterusnya. Cepet di next ya mbak fanny makasih
BalasHapusPenasaran banget nih mbak sama episode selanjutnya... cepet di next ya mbak...fighting..!!
BalasHapusMakasih...
heran, kenapa drama bagus begini tidak ditayangkan di SBS, KBS atau MBC di Korea. Tapi ditayangkan di jTBC TV Chanel berbayar. jadi tidak semua orang bisa liat drama ini & ratig jd rendah.
BalasHapusTQ , mbak atas sinopnya yg keren ini. jadi bisa ngerti alan crita drama keren ini.
Daebak....