Ketika kutukan Seo Ri aktif, roh PM Sunhoe di dalam pot berguncang hebat. Namun ketika Heo Jun menangkap Seo Ri yang terjatuh dan kutukan Seo Ri berhenti, roh di dalam pot itu kembali tenang. Hong Joo nampak heran melihatnya. Rangkaian kertas jimat di kuil Chungbing pun pulih kembali dengan sendirinya.
Jun membaringkan
Seo Ri yang tidak sadarkan diri. Ia masih nampak terkejut…dan khawatir.
“Jadi semua yang
tertulis dalam buku Mauigeumseo adalah
mengenai dirinya?” tanyanya pada Yo Gwang.
“Karena itu Seo Ri
membutuhkanmu. Aku tidak tahu bagaimana kau mendapatkan lambang Ok Choo Kyung
(lambang di dada Heo Jun), tapi seperti yang kaulihat lambang itu memblokir
kutukan Seo Ri.”
Seo Ri terbangun
keesokan harinya. Ia heran melihat rambutnya yang sudah kembali hitam.
Yo Gwang dan Heo
Jun membereskan peralatan Seo Ri. Yo Gwang masih penasaran dengan lambang di
dada Heo Jun. Saking penasarannya, ia bahkan menggunakan ranting untuk
mengintip lambang tersebut.
“Lama-lama kau
akan membuka pakaianku,” ujar Jun kesal.
“Bukan begitu…ini
sangat berharga, jadi kau harus menjaganya baik-baik,” Yo Gwang menempelkan
tangannya di dada Jun dengan penuh perasaan. Hehe…malah tambah aneh
kelihatannya^^
Yo Gwang
mengalihkan pembicaraan dan bertanya kenapa Jun dipenjara.
“Kakaknya…. Oh
iya, apa keluarganya tidak tahu ia di sini?” tanya Jun. Ooo…ternyata dia
mengenali Poong Yeon sebagai kakak Yeon Hee juga.
“Lebih baik mereka
tidak tahu. Tapi kenapa kau menghindari pertanyaanku? Apa kau melakukan
kejahatan serius? Bagaimana jika para polisi mengejarmu?!” kata Yo Gwang panik.
“Aku difitnah,”
sahut Jun cepat.” Jubah Merah atau Jubah Biru atau apalah... aku sangat kesal
dituduh sebagai pembunuh.”
Yo Gwang terpaku
lalu mendekati Jun dan berbicara dengan serius. Ia bertanya apa Jun mengenal
Jubah Merah atau pernah melihatnya.
“Jika aku tahu,
aku pasti sudah menangkapnya,” Jun menepis tangan Yo Gwang yang memeganginya.
“Kenapa kau seperti ini?”
Yo Gwang bercerita
kalau orang-orang yang dibunuh Si Jubah Merah adalah mereka yang membuat keinginan
pada Seo Ri. Si Jubah Merah itu yang menyebabkan Seo Ri tidak bisa mematahkan
kutukannya.”
Jun terkejut. Yo
Gwang meminta Jun merahasiakannya dari Seo Ri. Saat itulah Seo Ri muncul.
Jun melambai padanya dan menyapanya.
“Kenapa dia di
sini?” tanya Seo Ri.
Yo Gwang
terbata-bata menjelaskan. Seo Ri tidak percaya penjelasan Yo Gwang. Yo Gwang
berkata ia juga tidak menyukai situasi ini tapi buktinya mereka baik-baik saja
meski rangkaian jimat hancur. Ia berkata Jun adalah jimat manusia yang bisa
melindungi mereka.
Seo Ri tetap tidak
percaya karena semua jimat itu dalam
keadaan baik. Yo Gwang menjelaskan kalau rangkaian jimat itu hancur saat Seo Ri
keluar dari kuil Chungbing tapi kembali pulih begitu Jun kembali. Seo Ri
merenungkannya.
“Semalam…apa kau
yang menolongku?” tanya Seo Ri pada Jun.
Jun berkata itulah
yang dikatakan Yo Gwang padanya.
“Apa kau melihat
semuanya?” tanya Seo Ri pelan.
Dari ekspresi Jun,
ia tahu Jun melihat semuanya. Dengan ketus ia berkata ia tidak membutuhkan Jun
dan menyuruh Yo Gwang mengantar Jun keluar.
Yo Gwang mengejar
Seo Ri ke dalam kuil dan meminta Jun tidak ke mana-mana. Apa Seo Ri merasa malu
karena Jun melihatnya dalam kondisi seperti itu? Justru itu lebih baik karena
Jun tahu semua isi Mauigeumseo.
“Bawakan plakat
keinginan,” kata Seo Ri.
“Seo Ri, bukan itu
yang penting saat ini,” Yo Gwang berusaha membujuk.
Tapi Seo Ri
berkeras ia harus menyalakan lilin agar kutukan itu segera terangkat. Ayahnya
mengatakan kutukan itu harus diangkat agar semua orang bisa hidup. Ia bahkan tidak
tahu keadaan kakaknya saat ini.
Yo Gwang berkata
itu sebabnya mereka membutuhkan Jun tinggal bersama mereka hingga Seo Ri
menyalakan lilin terakhir. Hanya itu pilihan mereka sekarang.
Poong Yeon sudah
pulih kembali. Ibunya membawakannya obat untuk memulihkan kekuatannya. Ia
berkata ia hanya kelelahan ketika melihat ibunya khawatir. Poong Yeon patuh meminum obat yang dibawakan
ibunya.
Ibu Poong Yeon
melihat ke arah belakang telinga puteranya. Tanda kutukan sudah hilang. Ia
bertanya apakah Poong Yeon sudah menemukan Yeon Hee.
Belum, jawab Poong
Yeon. Ia bertanya kenapa ibunya menanyakannya. Ibunya berkilah ia hanya sering
memikirkan Yeon Hee akhir-akhir ini.
Sol Gae menanyakan
keadaan Poong Yeon saat Poong Yeon keluar dari rumah. Poong Yeon berkata ia mengalami
gejalan yang sama seperti pada hari Yeon Hee menghilang. Ia khawatir terjadi
sesuatu pada Yeon Hee. Sol Gae terdiam.
Poong Yeon marah
besar saat tahu Jun lolos dari penjara. Penjaga penjara dengan ketakutan
berkata ia hanya pergi ke kamar kecil sebentar, lalu Jun menghilang.
Melihat kunci yang
tidak rusak, ia berkesimpulan ada orang yang membukakan pintu untuk Jun.
Seseorang dari dalam diam-diam bersekongkol dengan Jun. Si penjaga penjara
cepat-cepat berkata bukan dia orangnya.
Jika ada yang
membantu dari dalam, Sol Gae menyimpulkan Jun mungkin lolos dari inspeksi di
perbatasan ibukota. Tapi Poong Yeon teringat perkataan Jun kalau Jun justru
sedang mencari Si Jubah Merah untuk menangkapnya. Ia yakin Jun masih di
ibukota. Ia memutuskan pergi ke pohon
100 tahun.
Jun mendekati Seo
Ri yang sedang membuat ramuan. Ia berkata ia tidak tahu betul apa itu jimat,
tapi menurut Yo Gwang tidak akan ada yang terjadi selama ia berada di sisi Seo
Ri.
“Aku tidak percaya
itu. Jadi tidak usah khawatir dan pergilah,” ujar Seo Ri.
“Dulu kau harus
tinggal di rumah itu di Hutan Hitam. Dan sekarang kau juga sepertinya tidak
bisa meninggalkan tempat ini. Apa kau tidak merasa tertekan?”
“Bukan urusanmu.”
“Maksudku, jika
kau ingin pergi ke suatu tempat, aku akan pergi bersamamu. Aku hanya perlu
berada di sisimu. Jika ada kesemek di luar sana, kau juga bisa memetiknya sendiri.”
Seo Ri terdiam.
Jun bertanya apa Seo Ri akan terus mengabaikannya.
“Tidakkah kau
lihat aku bukanlah orang yang sama seperti aku yang dulu. Akan lebih baik jika
kau tidak terlibat denganku.”
“Kalau begitu
seharusnya kau memberiku ramuan Lupa itu. Kenapa kau tidak melakukannya?” tanya
Jun.
Seo Ri tidak bisa
menjawabnya dan menjauhi Jun. Jun berkata ia sekarang sudah tahu kalau Seo Ri
membuat ramuan berdasarkan keinginan orang lain. Dan Seo Ri juga mendapat
keuntungan dari hal itu. Ia sudah tahu semuanya dan menghafal semuanya.
“Aku…ingin
membantumu.”
Kepala kasim
mengambil lenteranya. Di bawah lentera itu ia menemukan sebuah surat. Kepala
kasim diam-diam membawa surat itu. Hyun Seo mengawasinya dari jauh. Surat itu
darinya. Ibu Suri membaca surat tersebut dan memikirkannya.
Dalam rapat
istana, menteri melaporkan mengenai rumor yang beredar bahwa Jubah Merah
sebenarnya masih hidup. Menteri lain bertanya bagaimana itu bisa terjadi,
bukankah mereka sudah memastikan mayatnya? Ternyata banyak yang melaporkan
kalau mereka melihat Jubah Merah (Jun) dalam keadaan hidup.
“Jadi maksud
kalian aku salah menangkap orang?” kata Raja.
“B—bukan begitu,”
jawab para menteri ketakutan.
“LALU APA!!!!” Bentak
Raja, “Temukan sumber rumor itu dan bawa dia ke hadapanku. Aku akan merobek lidahnya di depan semua
orang dan menjadikannya contoh!!”
Kasim melaporkan
kedatangan Ibu Suri. Raja menolak menerimanya. Tapi Ibu Suri tidak peduli dan
berjalan masuk. Raja membalikkan tubuhnya, tanda tidak menerima kehadirannya.
“Yang Mulia tidak
boleh melibatkan emosi dalam memerintah,” Ibu Suri mengingatkan.
“Yang Mulia harus memperhatikan ketakutan rakyat.”
“Yang Mulia harus memperhatikan ketakutan rakyat.”
“Benar, tapi ini
adalah tempat untuk membicarakan urusan negara, bukan tempat bermain anggota
kerajaan.”
Ibu Suri berkata
sepertinya Raja semakin kabur penilaiannya. Bagaimana bisa memerintah
dengan baik dalam keadaan seperti itu?
Jika Raja goyah, maka negeri akan hancur.
“Jika Yang Mulia kesulitan
mengurus urusan negara karena sakit secara fisik dan mental, maka aku harus
maju dalam situasi seperti ini.”
Para menteri heboh
mendengar perkataan Ibu Suri.
“Ah, jadi sekarang
Ibu Suri menyuruhku menyerahkan tahtaku?”
“Jika diperlukan,”
jawab Ibu Suri, “Aku akan mengambil alih dan memerintah mewakili Yang Mulia.”
Perdana Menteri
berkata Raja dalam keadaan sehat dan baik-baik saja jadi tidak mungkin
digantikan oleh Ibu Suri. Bagaimana jika tidak, tanya Ibu Suri.
Raja memerintahkan
agar kepala kasim membawa Ibu Suri kembali ke kediamannya. Ia menyindir
penglihatan Ibu Suri sudah mulai kabur. Tapi Ibu Suri malah menyuruh kasimnya
membawa seseorang masuk.
Raja terkejut saat
melihat orang yang dibawa kasim adalah tabib yang biasa merawatnya. Tabib itu
berlutut dengan ketakutan.
“Kau bahkan bukan
tabib kerajaab, tapi kudengar kau merawat Yang Mulia setiap malam. Apa itu
benar?” tanya Ibu Suri.
Tabib itu
membenarkan dengan ketakutan. Ibu Suri menanyakan keadaan Raja padanya. Tabib
itu berkata Raja mengidap penyakit kulit yang tidak diketahui. Ada pendarahan
dan semakin parah. Ia berkata Raja dalam keadaan sangat buruk.
“Beraninya kau!!!”
Raja berteriak marah.
Para menteri
terkejut dan heboh membicarakannya. Ibu Suri menatap Raja.
“Aku tahu Yang
Mulia memutuskan dengan bijaksana untuk menutupi penyakit Yang Mulia dari rakyat dan para pejabat agar mereka
tidak khawatir. Tapi kesehatan Yang Mulia berkaitan langsung dengan
kesejahteraan negeri ini. Ini bukanlah sesuatu yang bisa ditutupi begitu saja.”
“Itu bohong! Ibu
Suri sudah memfitnahku!!” seru Raja penuh emosi.
Saat itulah
penyakitnya kambuh. Darah mengalir dari lengan jubahnya. Raja tersungkur dan
berlutut di lantai…di hadapan para menteri dan Ibu Suri.
“Astaga….penyakit
Yang Mulia sangat parah,” kata Ibu Suri dengan wajah khawatir meski nadanya ada
kesan menyindir. Ia berkata Raja harus merawat kesehatannya.
Luka Raja semakin
parah. Hong Joo menggunakan sihir hitamnya untuk menahan penyakit tersebut.
Raja menagih janji Hong Joo untuk menyembuhkannya. Hong Joo meminta Raja
bersabar karena kesembuhan itu membutuhkan waktu.
Tapi tampaknya
Raja sulit untuk bersabar. Ia merasa sulit mempertahankan tahtanya karena ia
bukan keturunan langsung Raja sebelumnya. Ia mewarisi tahta karena tak ada
pilihan lain. Dan ia merasa semua orang hendak membunuhnya. Jadi Hong Joo harus
segera menyembuhkannya.
Hong Joo berkata
Raja harus bertahan. Setelah sembuh, Raja akan bisa menghadapi semuanya. Dan ia
akan menyingkirkan semua orang yang menghalangi Raja.
Tapi Raja tidaklah
bodoh. Ia tahu Hong Joo akan meminta imbalan lebih dari sekedar kembali ke
Seongsucheong. Apa itu? Hong Joo awalnya berkata ia kembali ke istana untuk
menyingkirkan sumber masalah di negeri ini. Tapi ia tidak menyangkal kalau ada
hal lain yang ia inginkan.
“Aku ingin
membantu menghancurkan kekuasaan Ibu Suri yang sudah mengusirku, seorang shaman
biasa. Aku berharap bisa menjadi abdi Yang Mulia yang setia.”
Heo Jun melihat
bahan-bahan yang digunakan Seo Ri dan mengetahui kalau Seo Ri sedang membuat
ramuan untuk bisa melihat hantu. Ia
bertanya untuk apa ramuan itu.
Ia tidak bergeming
meski Seo Ri menyuruhnya minggir terus menerus dan tidak mengacuhkannya. Ia
bertanya memangnya ada orang yang ingin bisa melihat hantu.
Seo Ri menghela
nafas panjang. Ia berkata Jun tidak bisa membantunya. Ia akan cepat menyelesaikan
tugasnya agar Yo Gwang bisa mengirim Jun pergi. Jadi Jun bisa membantunya
dengan tidak ikut campur.
“Sepertinya tidak
ada orang yang membuat keinginan, jadi kenapa kau harus buru-buru?” tanya Jun.
Haha…kata-kata Seo Ri kayanya cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Ngga ngefek bahasa kerennya sih^^
Jun melirik ramuan
Pelihat Hantu dan memikirkan sesuatu. Lalu ia meminum ramuan tersebut. Huruf “hantu”
muncul di leher Jun.
Jun tidak
mengatakan apapun dan berjalan pergi. Seo Ri mengikutinya dan bertanya apa yang
sedang Jun lakukan dan kemana Jun akan pergi setelah meminum ramuan itu.
“Karena aku sudah
meminum ramuan Pelihat Hantu, saatnya untuk pergi bertemu beberapa orang mati.
Aku harus menangkap seseorang. Jika aku bertanya pada orang mati siapa dan di
mana orang itu, mungkin aku akan menemukannya. Jadi kau harus ikut denganku,”
Jun memakaikan jangot (semacam jubah
panjang yang bisa digunakan sebagai penutup kepala) pada Seo Ri dan memujinya
sangat cantik.
Tapi Seo Ri tidak
mau pergi. Jun mengingatkan kalau mereka harus tetap bersama seperti perintah
Yo Gwang. Seo Ri berkata ia akan baik-baik saja meski Jun pergi. Tapi Jun tidak
percaya karena menurut Yo Gwang sesuatu yang buruk akan terjadi pada Seo Ri
jika ia meninggalkan Seo Ri.
“Apa karena kau
ragu aku adalah jimat manusia?” tanyanya lembut.
Ia menggenggam
tangan Seo Ri dan berkata itu malah menambah alasan bagi mereka untuk keluar. Begitu
mereka keluar, mereka akan tahu apakah benar ia jimat bagi Seo Ri atau bukan.
Heo Ok memarahi
dan mengancam para penandu yang sudah meninggalkannya malam itu. Karena ketakutan,
akhirnya mereka mengaku kalau Soon Deuk yang sudah membayar mereka. Mereka
berkata Soon Deuk adalah gadis yang sering muncul di tempat judi.
Heo Ok menangkap
Soon Deuk dan bertanya di mana Jun. Soon Deuk berkata ia tidak tahu. Tapi Heo Ok
tidak percaya. Ia berkata ia harus menangkap Jun dan membunuhnya. Jika Soon
Deuk tidak memberitahunya maka ia juga akan membunuh Soon Deuk.
Tapi Soon Deuk
memang tidak tahu. Sejak hari itu ia tidak bertemu Jun lagi. Ia mendorong Heo
Ok dan berusaha melarikan diri. Tapi ia tidak berhasil. Heo Ok berkata ia akan
membuat Jun keluar dari persembunyiannya dengan menggunakan Soon Deuk.
Seo Ri akhirnya ke
kota bersama Jun. Tapi ia tidak mau memperlihatkan wajahnya karena ia takut ia
berubah dan membuat takut orang-orang. Ia terus menutupi kepalanya dengan
jangot dan terus menunduk. Jun berkata justru sikap Seo Ri yang seperti ini
malah mengundang perhatian orang.
“Mereka pasti
berpikir seberapa jeleknya kau hingga menutupi wajahmu seperti itu.”
Seo Ri berkata di
sini terlalu banyak orang. Jun melepaskan jubah yang menutupi kepala Seo Ri dan
membuatnya melihat keadaan sekitarnya. Tidak ada satu orangpun yang
memperhatikan mereka. Semua sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
“Lihat? Kau
baik-baik saja. Tidak ada satu orangpun yang melihatmu dengan pandangan aneh.
Bagi mereka, kau hanya salah satu orang yang melewati jalan ini. Tidak ada
bedanya dengan mereka. Orang biasa.”
Seo Ri melihat
sekelilingnya lalu menatap Jun. Jun tersenyum.
“Mereka mungkin menatapmu
karena kau cukup cantik.Tapi salahmu sendiri karena berwajah cantik, jadi
hadapi saja,” ujar Jun.
“Jangan
khawatirkan aku. Khawatirkan saja dirimu sendiri,” kata Seo Ri ketus.
Tiba-tiba ia
menoleh dan berteriak ketakutan. Semua
orang langsung menoleh, termasuk Seo Ri.
Efek ramuan itu
mulai muncul. Jun melihat hantu anak kecil. Saking takutnya ia sampai kesulitan untuk
berjalan. Orang-orang mengira Jun sudah gila.
Jun bersembunyi di
belakang Seo Ri. Hantu anak kecil itu malah memutar-mutar kepalanya 360
derajat. Jun berteriak ketakutan sampai
hampir menangis.
“Aku tidak tahu
siapa yang sebenarnya jimat siapa,” gerutu Seo Ri.
Ia mendorong Jun
tapi Jun sangat takut dan terus berpegangan pada Seo Ri. Seo Ri bertanya siapa
orang mati yang hendak Jun temui.
Poong Yeon dan Sol
Gae pergi ke pohon 100 tahun. Berbeda dengan sebelumnya, pohon itu sekarang
digantungi banyak kain untuk berkabung dan juga ditempeli tulisan “Pohon Pembunuh”.
Poong Yeon menyuruh Sol Gae memeriksa tempat itu dengan seksama untuk mencari
bukti atau petunjuk.
Sol Gae bertanya
siapa yang sebenarnya mereka cari. Jubah Merah atau Heo Jun?
Keduanya, jawab Poong Yeon. Jika mereka menangkap Jun, mereka mungkin bisa menangkap Jubah Merah. Jika mereka mengejar Jubah Merah, Jun akan ada di sana.
Keduanya, jawab Poong Yeon. Jika mereka menangkap Jun, mereka mungkin bisa menangkap Jubah Merah. Jika mereka mengejar Jubah Merah, Jun akan ada di sana.
Seo Ri mengintip
tempat yang mereka datangi. Tempat apa ini? Gibang (rumah gisaeng), jawab Jun.
“Apa temanmu itu
seorang gisaeng?” tanya Seo Ri agak kaget.
Jun membenarkan. Memangnya
kenapa? Tidak apa-apa, kata Seo Ri. Tapi kenapa sangat sepi? Jun menjelaskan biasanya gibang sepi di siang
hari karena semua orang tidur.
“Kenapa kau tahu
banyak?” tanya Seo Ri.
“Karena ini
seperti rumahku sendiri,” jawab Jun sambil tersenyum. Seo Ri nampak heran tapi
ia menurut saat Jun menuntunnya masuk ke dalam.
Saat melihat orang
lewat, Jun membawa Seo Ri bersembunyi. Seo Ri terkejut dengan kedekatan mereka.
Tapi Jun tidak menyadarinya. Ia meminta
Seo Ri menunggu sebentar.
Tapi baru saja ia
menoleh, muncul sesosok hantu gisaeng berwajah setengah rusak.Jun langsung
mengkeret ketakutan. Seo Ri melihatnya dengan bingung. Ia mencoba melihat tapi
tak ada siapa-siapa di sana.
Jun menguatkan
dirinya dan mengajak Seo Ri maju dengan berani. Seo Ri menoleh menatap Jun. Ternyata
Jun terus berpegangan padanya karena takut. Jun cepat-cepat melepaskan
tangannya lalu tersenyum malu,
Mereka pergi ke
kamar Man Wol. Tapi Baru saja membuka pintu, Jun sudah berteriak ketakutan
melihat hantu menggantung terbalik. Menyeringai seram ke arahnya.
Ia cepat-cepat
menutup pintu dan kabur dari sana. Seo Ri bertanya bagaimana caranya mereka
mendapatkan petunjuk kalau seperti ini.
Akhirnya Jun
memberanikan diri bertanya pada hantu cengeng yang duduk di luar. Masalahnya
setiap kali ia bertanya tentang Man Wol, hantu itu menoleh dan melotot padanya.
Lalu kembali menangis. Akhirnya Jun pamit dan mendoakan hantu itu pergi dengan
damai. He.
Jun pasrah dan
mengajak Seo Ri pergi.
“Hei, mari kita….”
Jun menoleh dan mengernyit ketakutan.
Sekelompok hantu
gisaeng mengelilingi dan mengamati Seo Ri dengan sangat dekat. Seo Ri tidak
melihat apa-apa jadi ia tenang saja. Jun cepat-cepat menarik Seo Ri pergi.
Mereka pergi ke
tempat Man Wol kehilangan nyawanya. Ke tempat kincir air. Jun masuk ke sana
namun tak melihat siapapun. Apa dia di sini, tanya Seo Ri.
“Tidak ada.
Syukurlah, mungkin ia sudah pergi ke tempat lebih baik,” kata Jun.
Tapi ketika ia
hendak keluar, ia merasakan sesuatu. Ia menoleh dan melihat hantu Man Wol
(untung tidak seram^^). Man Wol menatapnya dengan sedih.
“Man Wol, siapa
yang melakukan ini padamu?” tanya Jun diliputi emosi yang mendalam.
Man Wol memandang ke suatu titik. Jun melihat ke sana. Di tanah, ada sebuah lambang yang tidak Jun kenali.
Man Wol memandang ke suatu titik. Jun melihat ke sana. Di tanah, ada sebuah lambang yang tidak Jun kenali.
Ketika ia
menengadah, Man Wol sudah tidak ada. Seo Ri tersenyum memberi semangat pada
Jun. Jun mengajak Seo Ri pergi.
Saat ia menutup
pintu, ia kembali melihat hantu Man Wol. Man Wol memberikan penghormatan
terakhirnya pada Jun, lalu tersenyum. Seakan Jun sudah memenuhi keinginannya
untuk bertemu di tempat ini. Jun tersenyum lalu menutup pintu.
Setelah memeriksa
tempat itu, Poong Yeon mengajak Sol Gae pergi. Sol Gae bertanya apa mereka
tidak perlu mengintai tempat ini. Tapi masalahnya tidak ada yang tahu kapan
Jubah Merah muncul. Dan karena ini kasus yang sudah ditutup, mereka tidak bisa
menggerakkan pasukan.
Seo Ri dan Jun
dalam perjalanan kembali. Seo Ri bertanya apa yang terjadi pada teman Jun. Jun
berkata ia dengar Man Wol menjadi korban pembunuhan saat sedang menunggunya di
tempat tadi.
“Kenapa kau tidak
bertanya orang seperti apa aku dan apa rencanaku? Kau pasti penasaran,” kata
Jun.
“Kau juga tidak
bertanya apa-apa padaku. Apa kau tidak takut saat melihatku (ketika kutukannya
aktif)?” tanya Seo Ri.
Jun terdiam. Seo
Ri jadi tak enak hati.
“Aku agak
terkejut,” Jun mengakui, “Dan hatiku sakit untukmu.”
Seo Ri tersentuh
dengan kata-kata Jun…setidaknya Jun tidak takut padanya.
Jun bertanya
mereka hendak ke mana karena ini bukan jalan pulang. Seo Ri berkata ada tempat
yang ingin ia lihat sebelum pulang.
Ternyata mereka
pergi ke pohon 100 tahun. Jika saja mereka tiba lebih awal, mereka akan bertemu
dengan Poong Yeon dan Sol Gae yang baru saja meninggalkan tempat itu.
Di pohon itu
tergantung plakat keinginan baru bertuliskan: Aku ingin bertemu kembali dengan
orang yang kurindukan. Plakat itu ditulis oleh Poong Yeon sebelumnya.
Namun yang membuat
Seo Ri terkejut adalah tulisan pada pohon itu. Pohon pembunuh. Jun cepat-cepat
mengajak Seo Ri pergi dari sana. Tapi Seo Ri telanjur melihatnya. Ia bertanya
mengapa pohon itu disebut pohon pembunuh. Jun bingung bagaimana menjawabnya.
Mereka kembali ke
kuil Chungbing. Yo Gwang sudah menunggu mereka dan memarahi mereka
habis-habisan karena sudah keluar. Ia menyuruh Jun berada di sisi Seo Ri, bukan
mengajaknya keluar. Apa kata-katanya mengenai bahaya yang mengancam Seo Ri
bukanlah apa-apa bagi Heo Jun?
Jun hanya diam.
Seo Ri bertanya mengapa pohon 100 tahun menjadi seperti itu.
“Pohon itu disebut
pohon pembunuh. Apa orang-orang yang menggantung plakat keinginan mereka semua
mati? Lilinku padam 12 kali. Apakah mereka semua mati?” tanya Seo Ri dengan
mata berkaca-kaca. “Apa ini perbuatan shaman itu?”
Yo Gwang berkata
sepertinya Hong Joo mengetahui tentang lilin-lilin itu dan mengirim pembunuh
untuk membunuh siapapun yang menggantung keinginan mereka pada plakat itu.
“Jadi semua orang
itu mati karena aku juga?” Seo Ri mulai menangis. “Karena kutukanku?”
Tapi Seo Ri terlampau
emosi. Ia bertanya mengapa Hong Joo melakukan itu padanya. Ia sudah menurut
saat dilarang keluar dari Hutan Hitam. Ia sudah berusaha menyalakan lilin untuk
mengangkat kutukannya.
“Aku berpikir
shaman itu hendak membunuhku karena aku dikutuk. Karena itu aku berpikir
satu-satunya jalan adalah dengan mengangkat kutukan itu. Tapi orang-orang mati
saat aku berusaha mengangkat kutukan itu!! Tidak peduli seberapa kerasnya
usahaku, apakah aku tidak akan bisa lepas dari kutukan ini?”
Ia hampir jatuh
pingsan. Heo Jun memeganginya. Ia meminta Seo Ri tenang.
“Aku tidak begitu
mengerti apa yang kaukatakan tapi ini bukan salahmu.”
“Temanmu juga mati
karena aku.”
“Kenapa itu
salahmu? Sudah kubilang, Jubah Merah yang melakukannya.”
Tapi Seo Ri tidak
mau mendengarnya. Jun tidak mau melepas Seo Ri. Seo Ri memohon agar Jun
melepaskannya. Dengan sedih akhirnya Jun melepas Seo Ri. Seo Ri menangis dan
meninggalkan mereka.
Ibu Suri
menanyakan keadaan Raja pada Hong Joo. Hong Joo bertanya apa yang dikhawatirkan
oleh Ibu Suri. Pulihnya Raja dengan cepat? Atau Ibu Suri khawatir Raja
meninggal?
“Tentu saja aku
harus khawatir. Tubuhnya akan digunakan oleh puteraku.”
Hong Joo meminta
Ibu Suri tidak khawatir. Ia akan memindahkan roh PM Sunhoe ke dalam tubuh Raja
Seonjo setelah tubuhnya sehat dan kuat.
“Kudengar Yang
Mulia sekarang mengurus urusan negara.”
“Aku harus
melindungi tahta yang akan diwarisi puteraku.”
Hong Joo
tersenyum. Ibu Suri memerintahkan agar Hong Joo mengadakan upacara ritual untuk
kesehatan Raja. Semua orang pasti sudah tahu mengenai sakitnya Raja, jadi sudah
sepatutnya mereka mengadakan upacara itu. Hong Joo berkata ia akan melakukan
perintah Ibu Suri.
“Hadirilah rapat
istana besok pagi dan bicarakan masalah ini,” kata Ibu Suri.
Seo Ri pergi ke
altar dan melihat lilin-liling yang belum menyala. Ia merasa putus asa dan
menangis.
Jun melihatnya. Ia
membawa plakat keinginan yang mereka temukan di pohon 100 tahun.
Tadinya ia hendak
membiarkan Seo Ri sendiri. Tapi lalu ia duduk tak jauh darinya.
“Karena aku, ibuku
meninggal. Karena aku, temanku meninggal. Karena aku terus menyalahkan diriku
sendiri, aku tidak mampu melakukan apapun. Tapi… apakah itu benar-benar
kesalahanku?
Aku hanya ingin menjalani
hidupku sebagaimana yang lainnya dan berusaha menjadi anak yang berbakti. Aku
hanya ingin melakukan sama seperti yang orang lain lakukan. Tapi mereka
mengatakan aku salah dan seharusnya aku tidak melakukan apapun.
Mereka bilang
keberadaanku adalah suatu kesalahan. Jadi aku akan berjuang sampai mati demi
kehidupanku dan melanjutkan hidup. Dengan begitu aku bisa membantu orang lain
dan mungkin aku bisa menemukan alasan untuk hidup.”
Seo Ri mendengar
kata-kata Jun dan mengangkat kepalanya. Sepertinya kata-kata Jun sudah
menyemangatinya.
Dalam rapat
istana, Ibu Suri memerintah di belakang Raja. Ibu Suri mengemukakan rencananya
untuk mengadakan upacara kesembuhan Raja. Karena itu ia menghadirkan Hong Joo
dalam rapat hari ini.
“Juga…karena
penyakit Raja sangat serius, aku tidak hanya akan mengadakan upacara di
Seongsucheong, tapi juga pada divisi Tao kerajaan.”
Senyum Hong Joo
perlahan lenyap. Raja bertanya apa Ibu Suri sedang berencana menguubah istana
menjadi rumah shaman. Lah…memangnya siapa yang bawa shaman ke istana?
“Yang Mulia sudah
mengabaikan penolakan para cendekiawan dengan tetap mengembalikan
Seongsucheong. Jadi kenapa kita tidak boleh membuka kembali divisi Tao?
Bukankah Yang Mulia Raja juga menginginkannya?” tanya Ibu Suri. (Masih ingat
kan Raja Seonjo pernah meminta Poong Yeon membuka kembali divisi Tao tapi Poong
Yeon menolak karena ayahnya belum kembali?)
Raja mengiyakan
dengan kesal. Ia berkata ia yang akan mengurusnya karena ia sudah memutuskan
orang yang paling tepat untuk posisi kepala divisi Tao. Ia meminta Ibu Suri
tidak melanjutkan rencananya.
Tapi Ibu Suri
tidak peduli. Ia mengumumkan siapa kepala divisi Tao yang dipilihnya.
“Seseorang yang
telah melakukan tugasnya dengan baik sejak lama. Seorang yang setia dan tidak
berpihak, Pendeta Choi Hyun Seo.”
Hong Joo
terbelalak kaget.
Hyun Seo melangkah
masuk ruang istana dengan mengenakan jubah pendetanya. Hong Joo tak bisa
menyembunyikan keterkejutannya. Hyun Seo memberi salam pada Ibu Suri dan
berkata ia akan melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Hong Joo terlihat
marah. Apalagi ketika ia tahu Hyun Seo menghadap Ibu Suri.
Ibu Suri berkata
ia sudah memenuhi permintaan Hyun Seo untuk mengembalikannya ke istana. Jadi
sekarang ia menyuruh Hyun Seo membeberkan apa motif Hong Joo sebenarnya dalam
menggunakan sihir hitam untuk membuatnya hamil.
“Dia hendak memilih
Raja sesuai keinginannya dan memotong garis keturunan keluarga kerajaan. Ia
berencana menghancurkan Joseon dengan mencegah adanya keturunan langsung
keluarga kerajaan.”
“Apa maksudnya
dengan menghancurkan negeri ini? Ia berkata ia akan mematahkan kutukannya,” tanya Ibu Suri.
Hyun Seo berkata
Hong Joo tidak bisa mematahkan kutukan itu karena Hong Joo juga terikat pada
kutukan tersebut. Hanya ada seseorang yang bisa mematahkan kutukan itu.
“Yaitu saudara
kembar PM Sunhoe, Sang Puteri.”
Di sisi lain, Hong
Joo menceritakan pada Raja Seonjo perihal saudara kembar PM Sunhoe. Ia berkata
Ibu Suri melahirkan anak kembar melalui ritual sihir hitam. Dan karena sihir
hitam itu, Puteri terlahir dengan kutukan dan dibuang tanpa nama.
“Kutukan katamu?” tanya
Raja.
Hong Joo berkata
semua hal buruk yang terjadi di negeri ini dan juga penyakit Raja adalah akibat
kutukan tersebut. Karena itu Ibu Suri yang terdahulu memerintahkan agar Puteri
dibunuh, tapi Hyun Seo menyelamatkannya.
Kenapa, tanya
Raja. Hong Joo berkata Hyun Seo tergerak oleh empati dan mengabaikan perintah.
“Dan sekarang orang
itu kembali ke divisi Tao?”
Hong Joo berkata
Hyun Seo memihak pada Ibu Suri. Raja Seonjo berkata Ibu Suri sudah
menghancurkan negeri ini dengan kesalahannya sendiri dan sekarang sedang
berencana untuk menutupi kesalahannya itu.
Ibu Suri terkejut
mendengar puterinya masih hidup. Ia tambah terpukul saat Hyun Seo
memberitahunya kalau Raja Myeongjeong yang memerintahkan agar ia menyelamatkan
Puteri dan bahwa Raja tahu bagaimana mereka bisa dilahirkan. Raja juga tahu
mengenai kutukan tersebut.
Ibu Suri berkata
ini adalah kesalahannya. Ia yang menyebabkan suami dan puteranya menderita.
“Puteri akan
menghentikan Hong Joo,” kata Hyun Seo.
Selama ini ia
menyembunyikan puteri selama ini karena ia takut. Ia menyuruh puteri
bersembunyi dari Hong Joo dan berusaha mematahkan kutukannya.
“Meski nyawanya
dalam bahaya dan tidak ada jalan keluar, aku membuatnya tinggal tersembunyi
tanpa memberitahunya apapun. Tapi sekarang Puteri mungkin sudah tahu kalau ia
tidak bisa lagi bersembunyi. Puteri seorang yang kuat. Ia akan tahu apa yang
harus ia lakukan dan menghadapi lawannya.”
Seo Ri menghampiri
Jun dan meminta bantuannya. Ia memutuskan untuk pergi sendiri menemui orang
yang menggantungkan keinginan.
“Karena aku
tujuannya. Aku harus memastikan orang yang menggantung keinginan itu selamat.”
Yo Gwang khawatir
karena ia saja bukan tandingan si Jubah Merah. Bagaimana jika Seo Ri
tertangkap?
“Aku juga tahu
betapa berbahayanya dan cerobohnya ini. Aku khawatir kalian berdua akan
terluka. Tapi mereka percaya padaku dan membuat keinginan. Aku tidak bisa hanya
duduk diam mengetahui mereka akan menjadi target orang yang begitu berbahaya.”
Lalu apa yang akan
kaulakukan, tanya Yo Gwang frustrasi. Seo Ri berkata ia akan memberitahu si
Jubah Merah untuk menemuinya jika menginginkan sesuatu darinya. Dan memastikan ia
tidak akan menyakiti mereka yang menggantungkan plakat keinginan mereka.
Jun setuju.
Menghadapi orang itu adalah hal yang terbaik.
Yo Gwang protes.
Jun berkata orang-orang pengecut itu hanya akan memanfaatkan mereka terus dan lebih kejam jika mereka bersembunyi dan
melarikan diri.
“Kita harus
menunjukkan kalau kita tidak takut karena itu yang sebenarnya. Bukan begitu?” kata Jun.
Hyun Seo kembali
ke markasnya dengan tertatih-tatih. Rupanya luka di perutnya belum sembuh dan
sudah membusuk. Ia bisa bertahan karena sihir hitam Hong Joo. Ia sangat
kesakitan.
Hong Joo masuk dan
menempelkan tangannya pada luka itu. Jika Hyun Seo kesakitan kenapa tidak diam
saja? Hyun Seo menepis tangan Hong Joo.
“Kenapa kau begitu
ceroboh berusaha melawanku?” tanya Hong Joo.
“Kau mungkin
menyelamatkanku untuk membunuh Yeon Hee, tapi aku tidak akan dikendalikan
olehmu.”
“Begitukah
menurutmu?” tanya Hong Joo. “Kalau begitu serahkan Puteri dan pergilah dengan
tenang. Kau bertahan hidup berkat kekuatan sihir hitamku. Kau seharusnya tahu
kau harus memegang tanganku jika ingin tetap hidup,” Hong Joo mengulurkan
tangannya.
Tapi Hyun Seo
tidak membiarkan Hong Joo menyentuhnya. Ia berkata Hong Joo akan menyesal
karena sudah menyelamatkan nyawanya. Ia
akan memastikan kutukan yang dimulai Hong Joo akan membunuh Hong Joo.
Tapi Hong Joo
tersenyum. Selama ini Hyun Seo selalu membelakanginya, membiarkannya melakukan
apapun. Hyun Seo berkata ia tidak akan berharap yang sia-sia lagi. Ia tidak
akan lagi membiarkan Hong Joo.
“Coba saja,”
tantang Hong Joo sambil menarik tangannya. “Tapi jangan lupakan mengapa kau
masih tetap hidup sekarang. Jika sakitnya tak tertahankan lagi, jangan
menahannya dan temui aku.”
Yo Gwang dan Heo
Jun mengantar Seo Ri mengantar ramuan. Jun bertanya ramuan apa itu. Itu adalah
ramuan yang bisa membuat seseorang bermimpi indah, jawab Seo Ri. Orang ini
ingin bertemu dengan orang yang ia rindukan, jadi ia akan membuat mereka
bertemu meski dalam mimpi.
Mereka tiba di
tempat yang dituju. Tempat itu adalah
sebuah rumah tua tak terpakai dan sangat gelap. Mereka berpencar untuk mencari
orang yang menggantungkan plakat itu.
Sekilas mereka
melihat orang di balik tembok. Jun dan Seo Ri berjalan ke sana.
Tiba-tiba pedang
terhunus ke lehernya. Begitu juga ke leher Heo Jun.
Sol Gae menghunus
pedangnya ke leher Heo Jun. Sedangkan Poong Yeon menghunus pedangnya ke leher
Seo Ri. Seo Ri pelan-pelan mengangkat kepalanya. Poong Yeon terpaku.
“Yeon Hee….”
Komentar:
Mulai ada petunjuk
mengenai si Jubah Merah meski belum diketahui lambang apakah itu.
Sedih sekali melihat pertemuan dan perpisahan singkat Jun dan Man Wol. Man Wol hanya seorang gadis yang ingin dicintai dan mencintai, tapi nyawanya direnggut dengan tragis.
Sedih sekali melihat pertemuan dan perpisahan singkat Jun dan Man Wol. Man Wol hanya seorang gadis yang ingin dicintai dan mencintai, tapi nyawanya direnggut dengan tragis.
Ibu Suri ternyata
tidak begitu saja jatuh pada perangkap Hong Joo. Benar-benar kejutan ketika ia
mengambil alih tahta demi mengembalikan Hyun Seo ke istana dan mengetahui semua
yang terjadi. Tapi masalahnya apakah ia bisa tetap kuat seandainya Hong Joo
lagi-lagi mengeluarkan kartu as-nya….yaitu roh puteranya.
Mulai kesal sama Raja
Seonjo yang begitu mudahnya percaya pada Hong Joo. Apa dia tidak tahu nama ayah
Poong Yeon? Seharusnya orang yang ia pilih untuk menjadi kepala divisi Tao
adalah ayah Poong Yeon juga kan?
Berharap Raja Seonjo segera sadar dan bersatu dengan Ibu Suri untuk mencegah niat Hong Joo tercapai. Menurutku Ibu Suri tidak membenci Raja Seonjo, malah menganggapnya sebagai pengganti puteranya. Tapi Raja Seonjo yang sepertinya salah paham mengira Ibu Suri menginginkan kematiannya. Yah tak tertutup juga kemungkinan Ibu Suri benar-benar memilih puteranya daripada Raja Seonjo sehingga ia tega mengorbankan Raja Seonjo demi mendapat tubuh bagi puteranya.
Berharap Raja Seonjo segera sadar dan bersatu dengan Ibu Suri untuk mencegah niat Hong Joo tercapai. Menurutku Ibu Suri tidak membenci Raja Seonjo, malah menganggapnya sebagai pengganti puteranya. Tapi Raja Seonjo yang sepertinya salah paham mengira Ibu Suri menginginkan kematiannya. Yah tak tertutup juga kemungkinan Ibu Suri benar-benar memilih puteranya daripada Raja Seonjo sehingga ia tega mengorbankan Raja Seonjo demi mendapat tubuh bagi puteranya.
Jun benar-benar
menjadi jimatnya Seo Ri. Seo Ri aman kalau bersama Jun. Aku jadi berpikir Jun
adalah satu-satunya orang yang kebal dengan kutukan Seo Ri. Atau apakah kutukan
itu akan berlaku juga untuk Jun jika Jun dan Seo Ri nantinya saling mencintai?
Mudah-mudahan tidak >,<
Hyun Seo bertahan
hidup dengan sihir hitam Hong Joo. Apa seperti dugaan Hong Joo, yaitu untuk
membunuh Seo Ri? Atau karena perasaan di antara mereka berdua? Bagaimanapun
juga pasti ada sesuatu di antara keduanya. Jelas Hong Joo menyimpan
perasaan pada Hyun Seo, bukan sekedar balas budi. Jadi penasaran dengan masa lalu mereka berdua.
Menurutku Hyun Seo
sengaja membakar jimat di luar kuil Chungbing agar Seo Ri tidak lagi
bersembunyi dan berani menghadapi musuhnya. Dan itu juga langkah yang akhirnya diambil Seo
Ri. Tapi…kalau kutukan Seo Ri aktif,
bukankah Poong Yeon juga akan menderita? Atau Hyun Seo sudah tahu mengenai keberadaan
Jun hingga ia berani membuat Seo Ri keluar?
Akhirnya di post juga, tiap hari bolak balik nyari eps 9, alhamdulillah terimakasih. tambah seru, penasaran, keren deh.
BalasHapusDitunggu post'an selanjutnya buat ngabuburit
trims mba fanny..ditunggu lanjutannya..semangat!!
BalasHapusMakin kesini makin spechless sama Hong Joo.. Kejaaaaam
BalasHapuswah, bener ternyata Hyun seo emg hidup lagi karena pengaruh sihir Hong Joo. pertanyaannya apakah kalau nanti Hong Joo mati, Hyun seo ikut mati juga gak ? hehe, mulai deh.
BalasHapusOk, makasih mbak Fanny eps.9 nya. ditunggu kelanjutannya yaa 😊
Fighting mbak !!! 😉
ditunggu eps selanjut nya y mba fanny....
BalasHapusbner2 bkin pnsran crtanya
....
thx mba fanny paling suka baca komentarnya mb fanny:)
BalasHapusayo mba lanjut jawaban pertanyaan mb fanny ada di episode 10.hehe
ttp smgt mb fanny mskpun dah ntn ttp suka baca sinopsis nya jd lebih paham
semangaaat mbak fanny...
BalasHapusMakin seru aja niy...aku tunggu tunggu sinopsisnya tiap minggu loh mba...semanfaat
BalasHapusDrama yang keren, makasih mbak fanny:-)
BalasHapusTTapi aku sangat mendukung bersatunya seo ri dengan poong yeon, walau jalan ceritanya lebih memihak heo jun.
Semangat!! DDitunggu sinopsis selanjutnya mbak..