Poong Yeon
bertanya apakah sihir hitam Hong Joo bisa digunakan untuk mendapatkan hati
seseorang. Apakah kesedihan dan keputusasaan yang ia rasakan saat ini hanyalah
kesalahannya?
“Jika aku membenci
mereka dan melepaskan kemarahanku pada mereka apakah aku bisa melepaskan diri
dari penderitaan yang kurasakan?”
“Tuan Muda, apakah
kau ingin aku mengembalikan Yeon Hee padamu? Jika kau membunuh anak yang berada
di bawah kutukan jahat, Yeon Hee yang baik dan polos akan kembali,” kata Hong
Joo dengan nada bersimpati.
Poong Yeon tidak
percaya. Hong Joo berkata ia akan membuat Poong Yeon percaya.
Hong Joo mulai
menjalankan sihir hitamnya terhadap Ibu Suri. Ia membakar sebuah kertas jimat
lalu mengucapkan mantra. Asap hitam dari
tungku kecil yang ditempatkan Hong Joo di dekat Ibu Suri mulai bergerak menuju
Ibu Suri.
Ibu Suri terbangun
dengan perasaan tidak enak. Ia terkejut melihat tungku di dekat tempat
tidurnya. Ia menyiram tungku itu dengan air. Sejenak tungku itu seperti padam.
Tapi asap hitam kembali keluar dari sana dan memasuki tubuh Ibu Suri. Ibu Suri
memegangi lehernya seakan tercekik. Lalu jatuh pingsan.
Yeon Hee
cepat-cepat menemui Ibu Suri begitu mendengar kabar. Tabib menyuapkan obat
untuk Ibu Suri tapi Ibu Suri tetap tidak sadarkan diri. Yeon Hee melihat tangan
Ibu Suri yang menghitam dan menyadari itu adalah sihir hitam.
Raja bertanya
berapa lama sihir itu akan membuahkan hasil. Hong Joo berkata ia menggunakan
sihir hitam terkuat yaitu kutukan. Jika jimatnya tidak terusik, Ibu Suri tidak
akan melewati esok malam.
“Tapi Puteri
mengkhawatirkanku. Aku tidak tahu apakah Ibu Suri memiliki banyak naluri
keibuan untuknya tapi aku yakin Puteri peduli padanya. Jadi ia akan ikut campur
jika ia tahu Ibu Suri berada dalam guna-guna. Dan lagi dia memiliki kekuatan
supranatural karena kutukannya.”
Raja bertanya
apakah Puteri bisa mencelakainya juga. Hong Joo bertanya apakah Raja memiliki
seseorang yang cukup dipercaya untuk bisa melindunginya.
“Aku yakin Yang
Mulia akan bisa lebih tenang jika Tuan Choi Poong Yeon berada di sisi Yang
Mulia.”
“Jangan sebut
namanya lagi!” Raja menggebrak meja.
Hyun Seo memeriksa
Ibu Suri. Ia duduk membelakangi Jun, Yeon Hee, dan Yo Gwang hingga mereka sama
sekali tidak menyadari kalau Hyun Seo dikendalikan oleh Hong Joo. Apa yang
dikatakan Hyun Seo merupakan kata-kata yang diucapkan Hong Joo.
“Ini adalah sihir
hitam. Guna-guna yang ditujukan untuk membunuh Ibu Suri. Jika ini guna-guna
maka sudah pasti ada jimat tersembunyi di sekitar sini yang menjadi sumber
guna-guna. Kita harus menemukan jimat tersebut dan menyingkirkannya. Jika kita
tidak berhadil menemukannya dan mematahkan guna-guna ini, Ibu Suri tidak akan
bisa hidup melewati esok malam.”
Yeon Hee yakin ini perbuatan Hong Joo. Hyun
Seo (masih dalam kendali Hong Joo) berkata jimat itu pasti ada di istana jadi
mereka harus mencari cara untuk menemukannya.
Hyun Seo bangkit
berdiri namun hampir terjatuh. Yeon Hee cepat-cepat memeganginya dan bertanya
apakah Hyun Seo tidak apa-apa. Ia sedikit terkejut saat melihat tatapan ayahnya
yang dingin tidak seperti biasanya.
Hyun Seo tersenyum
dan meminta Yeon Hee tidak mengkhawatirkannya. Yo Gwang melihat itu dan merasa
khawatir tapi tidak mengatakan apapun.
Hyun Seo kembali
ke Seongsucheong. Hong Joo memujinya telah bekerja dengan baik.
Jun menghibur Yeon
Hee bahwa ia dan Yo Gwang akan mencari jimat itu dan menemukannya. Jadi Yeon
Hee tidak perlu khawatir. Yeon Hee tersenyum dan terlihat lebih tenang.
Tiba-tiba ia
merasakan dadanya sakit. Ia melihat ke langit dan melihat sebuah bintang jatuh.
Rasa sakitnya semakin menjadi. Ia teringat perkataan Yo Gwang bahwa hanya
tersisa 20 hari lagi hingga Bintang Utara menghilang. Dan Yeon Hee akan semakin
lama semakin lemah.
“Apa aku
pelan-pelan akan mati seperti yang tertulis dalam Mauigeumseo? Tolong jangan beritahu
Jun atau kakakku.”
Ia berkata lilin
yang tersisa tidak banyak lagi. Ia tidak akan mati.
Tanda kutukan di
belakang telinga Yeon Hee bersinar. Yeon Hee mengerang lalu jatuh pingsan.
Jun merawatnya. Ia
sepertinya tahu keadaan Yeon Hee karena ia sudah hafal isi Mauigeumso luar
kepala. Dan ia tahu semua lilin itu harus menyala sebelum Bintang Utara
menghilang.
Yeon Hee sadarkan
diri. Ia beralasan mungkin ia terlalu gugup karena Ibu Suri sakit. Jun tahu
Yeon Hee sedang menenangkannya karena itu ia tidak bertanya apapun dan menyuruh
Yeon Hee tidur lagi. Ia akan berada di sisi Yeon Hee hingga Yeon Hee tidur.
Yeon Hee
memejamkan matanya kembali. Jun melihat tanda kutukan Yeon Hee kembali
bersinar. Ia menghela nafas sedih.
Heo Ok menghadap
Raja setelah tahu Poong Yeon dipecat. Ia berkata mulai sekarang ia yang akan
melindungi Raja. Tentunya dengan gayanya yang lebay. Raja bertanya apakah Heo
Ok bisa memberikan nyawanya untuk melindunginya. Heo Ok tergagap menjawab ia
akan setia pada Raja.
Raja berkata ada
orang yang hendak membunuhnya jadi Heo Ok harus selalu berada di sisinya dan
melindunginya. Heo Ok terkejut. Dengan ragu dan terbata-bata ia berkata ia akan
melindungi Raja. Tentu saja Raja tahu kalau Heo Ok tidak benar-benar tulus dan
menyuruhnya pergi.
Di rumah, Heo Ok
menceritakan hal itu pada ibunya. Ibunya marah ketika tahu Heo Ok tidak bisa
meyakinkan Raja untuk mempercayainya. Heo Ok sudah melewatkan kesempatan untuk
lebih dekat dengan Raja. Harusnya Heo Ok berkata akan menyerahkan hidupnya demi
Raja.
“Apa Ibu sudah
gila? Bagaimana jika aku mati? Atau lebih buruk lagi, bagaimana jika tanganku
dipenggal dan aku menjadi orang cacat aneh selamanya?”
Ibunya bertambah
marah. Raja bukanlah seorang yang mudah mempercayai orang. Jika Heo Ok berhasil
menjadi tangan kanan Raja maka keluarga mereka akan sangat terbantu. Ia berkata
Heo Ok tidak boleh melewatkan kesempatan berikutnya. Heo Ok mengiyakan dengan
kesal.
Poong Yeon
diam-diam melindungi Raja dari jauh. Itu karena Hong Joo berkata Poong Yeon
harus berada di sisi Raja dan melindunginya untuk melihat siapa yang sebenarnya
harus disingkirkan. Ia berkata Raja dalam bahaya besar dan tidak ada yang
berada di sisinya setelah Poong Yeon pergi.
“Jadi aku ingin
kau melihat sendiri apa yang mengancam Raja. Hanya percaya pada apa yang
kaulihat. Kau akan segera percaya pada apa yang kukatakan.”
Raja berpapasan
dengan Yeon Hee. Yeon Hee membungkuk memberi hormat. Raja bertanya apakah Yeon
Hee hendak menjenguk Ibu Suri. Yeon Hee berterimakasih atas perhatian Raja.
“Tidakkah akan
beredar rumor buruk bahwa semua ini terjadi begitu Puteri masuk dalam istana?
Aku cukup khawatir mengenai itu,” sindir Raja.
Yeon Hee meminta
Raja tidak goyah karena kata-kata Hong Joo.
“Yang Mulia adalah
ayah dari ribuan rakyat yang menanti Yang Mulia untuk memimpin mereka.
Bagaimana tidak tenangnya rakyat jika hati Yang Mulia terguncang?” kata Yeon
Hee.
Raja berkata Yeon
Hee mirip dengan Ibu Suri. Jangan-jangan Yeon Hee juga tertarik untuk
memerintah negeri ini? Ia berkata Puteri harus bersikap sebagai puteri.
Berpakaian bagus, berjalan-jalan di taman dan semacamnya. Bukannya bersikap tak
sopan dengan menasihatinya.
Jun dan Yeon Hee
melihat Yo Gwang menulis sebuah jimat. Itu adalah jimat pelacak untuk mencari
sumber guna-guna jahat. Ini pertama kalinya ia membuatnya jadi ia tidak yakin
apakah jimat itu akan bekerja semestinya.
Yo Gwang menusuk
tangan Ibu Suri dengan jarum untuk mengambil darahnya. Lalu ia mengoleskan
darah Ibu Suri pada jimat tersebut.
Yo Gwang dan Jun
pergi ke luar. Sementara Yeon Hee tinggal untuk merawat Ibu Suri.
Yo Gwang dan Jun
membakar jimat pelacak. Yo Gwang melemparnya ke udara. Jimat itu terbakar lalu
berubah menjadi setitik sinar. Yo Gwang dan Jun mengikuti sinar tersebut.
Sementara itu
keadaan Ibu Suri semakin parah. Ibu Suri terus meronta memegangi lehernya
kesakitan. Yeon Hee tak tahan lagi dan pergi menemui Hong Joo.
“Kau yang ada di
belakang semua ini, kan? Jangan bersikap pengecut dan serang aku secara
langsung,” ujarnya marah.
“Aku juga
menginginkannya, tapi Ibu Suri menghalangiku,” kata Hong Joo tenang.
Yeon Hee bertanya
di mana sumber guna-guna itu. Hong Joo tersenyum dan berkata Yeon Hee terlihat
panik karena tidak banyak waktu tersisa.
“Apa yang
kauinginkan bukanlah nyawa Ibu Suri,” kata Yeon Hee.
“Kau berlari ke sini
untuk menyelamatkan nyawa ibumu jadi aku akan memberitahu. Guna-guna sekuat
ini tidak bisa digunakan hanya karena
kebencianku padanya. Ada seseorang yang membenci Ibu Suri lebih dariku.”
Yeon Hee terkejut
menyadari sesuatu. Raja yang telah mengutuk Ibu Suri? Hong Joo tidak
menyangkal. Raja membenci Ibu Suri hingga ingin membunuhnya. Dan kebencian itu
yang ia gunakan untuk membuat jimat sumber guna-guna.
“Jimat itu bersama
orang yang berperan besar dalam membuatnya. Jika kau ingin menyelamatkan Ibu
Suri, kau harus membunuh Raja. Tapi jika kau melakukannya, kau akan kehilangan
kepalamu. Jika kau tidak melakukan apa-apa, Ibu Suri akan mati. Benar-benar
dilema,” ujar Hong Joo.
“Jadi ini jebakan
yang kaubuat untukku, kan?”
Hong Joo berkata
tidak ada yang lebih berharga bagi seseorang daripada nyawanya sendiri. Apa
Yeon Hee pikir ia akan hanya duduk diam? Dengan kata lain Hong Joo berusaha
membunuh Yeon Hee untuk menyelamatkan nyawanya sendiri.
Jun dan Yo Gwang
terkejut saat melihat sinar itu masuk dalam kediaman Raja. Keduanya mengenakan
penutup wajah lalu melemparkan bom asap ke arah para pengawal yang berjaga di
luar. Para pengawal itu jatuh pingsan.
Jun dan Yo Gwang
masuk dalam kediaman Raja dan mulai mencari jimat sumber guna-guna.
Raja sedang
merenung di luar. Ia teringat perkataan Yeon Hee dan sepertinya merasakan
kebenaran dalam kata-kata itu. Dadanya mulai terasa sakit hingga ia memutuskan
untuk kembali. Noooo!!
Jun dan Yo Gwang
terkejut saat mendengar suara pintu dibuka. Raja masuk ke kediamannya. Rasa
sakit yang menderanya membuatnya melepaskan jubahnya.
Jun dan Yo Gwang
bersembunyi di balik penyekat ruangan di belakang Raja. Jun mengintip dan
terkejut melihat duri-duri yang tumbuh di pundak Raja.
Poong Yeon melihat
para pengawal Raja yang jatuh pingsan. Raja tidak melihatnya mungkin karena
mereka masuk dari jalan yang berbeda. Poong Yeon menyadari ada yang tak beres
dan masuk ke kediaman Raja.
Raja menyambutnya
dengan dingin. Poong Yeon berkata ia datang hanya untuk berbicara sejenak
sebagai teman. Ia mengedarkan pandangannya dan yakin ada penyusup di balik
penyekat ruangan. Ia meraih pedangnya.
“Bukankah Yang
Mulia dan aku bersahabat?” tanyanya sambil mengangguk pada Raja.
Melihat gerakan
Poong Yeon, Raja menyadari ada penyusup di belakangnya. Ia diam-diam bangkit
berdiri dan berlari menjauh dari penyekat ruangan sementara Poong Yeon
mendekati penyekat itu dan membukanya.
Jun dan Yo Gwang
terpaksa keluar seperti kecoak terkena baygon *apaan sih* Poong Yeon menghunus
pedangnya pada mereka tapi terkejut saat menyadari siapa mereka. Raja terkejut
karena Poong Yeon mengenal mereka.
Raja marah karena
mereka menyusup dan bersembunyi di kediaman Raja. Apa mereka hendak
membunuhnya? Jun meminta maaf dan meminta Raja tidak salah paham. Mereka hanya
ingin menyelamatkan nyawa Ibu Suri. Ups….jawaban yang salah.
Raja semakin marah
dan menuduh mereka diperintahkan oleh Ibu Suri untuk membunuhnya. Yo Gwang
melihat Raja dan menyadari ada tanda berbentuk jimat di dada Raja. Itu adalah
jimat sumber guna-guna Ibu Suri! Diam-diam ia meraih belati yang tersemat di
punggungnya.
Bukan itu, kata
Jun. Poong Yeon menyuruh mereka mengatakan yang sebenarnya alasan mereka
melakukan ini. Jun hendak menjelaskannya tapi Raja tidak mau mendengar dan
menyuruh Poong Yeon membunuh mereka sekarang juga.
Poong Yeon
mengayunkan pedangnya.
“Hentikan!!” seru
Yeon Hee.
Poong Yeon
terkejut melihat Yeon Hee. Jun hendak melindungi Yeon Hee tapi Poong Yeon
menghentikannya dengan pedangnya.
“Jadi bintang
utamanya akhirnya muncul,” sindir Raja. “Kau menginginkan nyawaku, kan?
Tunjukkan wajah aslimu. Apa kau kira kau bisa lolos dari semua ini?”
Yeon Hee terkejut
melihat tanda jimat di dada Raja. Raja menyuruh Poong Yeon membunuh Yeon Hee
sekarang juga. Saat Poong Yeon ragu, Jun mempergunakan kesempatan itu untuk
menangkis pedang Poong Yeon dan berlari pada Yeon Hee.
Yo Gwang dan Jun
berdiri di hadapan Yeon Hee untuk melindunginya. Raja berkata Yeon Hee hendak
membunuhnya. Poong Yeon teringat perkataan Hong Joo bahwa Yeon Hee yang baik
dan polos akan kembali jika Yeon Hee yang berada di bawah kutukan dibunuh.
Poong Yeon
menghampiri Yeon Hee. Raja terus mendesak Poong Yeon membunuh Yeon Hee. Pong
Yeon mengangkat pedangnya. Tuan Muda, bisik Yo Gwang. Yeon Hee menatap kakaknya
dengan kecewa.
“Lihat! Adik yang
kaulindungi hendak membunuhku! Cepat bunuh dia!” seru Raja.
Poong Yeon
mengangkat pedangnya tapi ia tidak sanggup. Raja tak sabar lagi dan merebut
pedang Poong Yeon.
“Jika kau tidak
bisa membunuhnya, aku yang akan membunuhnya.”
Raja mengangkat
pedang dan bergerak menuju Yeon Hee. Dengan cepat Yeon Hee mengambil belati Yo
Gwang lalu menusukkannya tepat pada tanda jimat di dada Raja. Poong Yeon shock.
Tanda jimat itu
menghilang. Hong Joo jatuh ke lantai. Ibu Suri terbangun. Ia melihat tangannya
yang hitam pelan-pelan berangsur normal. Ibu Suri selamat.
Yeon Hee mencabut
belatinya. Raja terjatuh ke lantai. Ia berteriak memerintahkan agar Yeon Hee
ditangkap.
Para pengawal
masuk menangkap ketiganya. Yeon Hee menatap tajam kakaknya saat ia dibawa
pergi. Poong Yeon terpaku. Saat itulah Hong Joo datang.
“Kau lihat
sendiri, kan? Apakah Yeon Hee bisa membunuh? Itu bukan Yeon Hee. Itu hanyalah
wadah kutukan,” ujarnya.
Poong Yeon pergi
tanpa mengatakan apapun.
Jun dan Yo Gwang
dipisahkan dari Yeon Hee. Jun terus berteriak memanggil Yeon Hee. Ia terus
meronta berusaha melepaskan diri untuk menyelamatkan Yeon Hee.
Yo Gwang memiliki
pisau kecil di lengan bajunya. Ia menggunakan itu untuk melepas ikatannya dan
berhasil melawan pengawal yang menangkapnya. Ia juga melepaskan Jun.
Jun langsung
memungut pedang dan berjalan kembali hendak menyelamatkan Yeon Hee.
Tapi Poong
Yeon mencegatnya. Ia berkata tidak ada yang bisa dilakukan Jun. Ia melepaskan
Jun dan Yo Gwang dan menyuruh mereka segera pergi.
Yo Gwang
cepat-cepat membawa Jun pergi. Jun meronta dan berkata ini semua rencana Hong
Joo. Mereka harus menyelamatkan Yeon Hee. Tapi Yo Gwang berkata Yeon Hee bisa
diasingkan atau dihukum mati jika mereka bertindak ceroboh.
“Kenapa Raja
begitu ingin membunuh Yeon Hee?” tanya Jun.
“Karena ia percaya
penyakitnya disebabkan oleh kutukan Yeon Hee.”
Jun sama sekali
tak percaya kutukan Yeon Hee yang menyebabkan penyakit Raja. Yo Gwang yakin
Hong Joo juga penyebabnya. Jun bertanya apakah sihir hitam bisa digunakan
seseorang untuk membuat seseorang sakit. Yo Gwang berkata itu mungkin.
“Sihir hitam
memasuki tubuh seseorang melalui sisi terkelam hati mereka. Dan karena terkait
dengan hati seseorang, hal-hal seperti itu jelas mungkin.”
Jun berkata ia
akan pergi menyelamatkan Yeon Hee. Mereka hanya perlu meyakinkan Raja maka Yeon
Hee akan selamat. Tapi Yo Gwang menahannya dan berkata Raja berpihak pada Hong
Joo. Pada keadaaan seperti ini Raja
tidak akan percaya pada apapun yang dikatakan Jun.
“Jika aku tidak
bisa meyakinkannya dengan kata-kata, maka aku harus menggunakan cara lain. Aku
akan menunjukkan padanya kebenaran di balik orang yang ia percaya,” kata Jun.
Heo Ok menghambur
ke kediaman Raja sambil menangis dan memukul-mukul lantai. Pura-pura menyesali
diri. Padahal kesakitan karena pukul-pukul lantai. Raja hanya menghela nafas.
Yeon Hee
dimasukkan ke dalam sel kayu yang dikelilingi jimat. Sebuah jimat juga
ditempelkan di perutnya. Ia tidak bisa melepasnya karena kedua tangannya
terikat.
Hong Joo berkata
Hyun Seo kalau harinya telah tiba untuk Hyun Seo menggunakan kekuatannya. Yeon
Hee terkejut saat melihat ayahnya.
“Sekarang, Tuan,
bakar tempat ini dengan api suci,” kata Hong Joo.
Yeon Hee mundur
ketakutan melihat ayahnya bukanlah ayah yang selama ini dikenalnya. Seperti
robot, Hyun Seo mengulurkan tangannya lalu mengerahkan kekuatannya.
Tapi tidak ada
yang terjadi. Api itu tidak muncul. Hong Joo bertanya ada apa. Ia mengira Hyun
Seo ragu dan terus mendesaknya untuk membakar tempat itu. Akhirnya ia melihat
tangan Hyun Seo dan menyadari Hyun Seo
sudah kehilangan kekuatannya.
“Api suci adalah
kekuatan supranatural yang diturunkan pada pimimpin divisi Tao,” batin Hong
Joo. “Tidak mungkin ia kehilangan
kekuatannya, jadi bagaimana…tidak mungkin…..jangan-jangan….”
Ibu Suri menemui
Raja meski Raja sudah melarang siapapun masuk kediamannya. Ia kesal karena
perintahnya tidak dituruti.
Ibu Suri memberi
hormat dan berkata semua ini adalah salahnya. Ia yakin Yeon Hee tidak berniat
mencelakakan Raja.
“Aku yakin ia
menggunakan itu untuk memutus guna-guna yang dikenakan padaku oleh Hong Joo.
Puteri tidak melakukan kesalahan apapun.”
Raja marah. Apa
maksudnya tidak melakukan kesalahan apapun? Puteri sudah menusuknya dan
berusaha membunuhnya. Ia sepantasnya dihuku mati berkali-kali.
“Aku akan
menyerahkan kekuasaanku. Aku tidak akan lagi mencampuri urusan negara,” kata
Ibu Suri.
Tapi Raja berkata
semua itu tidak ada artinya jika ia mati. Ibu Suri bisa mengambil tahtanya jika
itu yang Ibu Suri inginkan. Bukankah itu sebabnya Ibu Suri berusaha membunuhnya
dengan menggunakan puteri? Ia tidak mau lagi mendengar kata-kata Ibu Suri.
Ibu Suri keluar
dari kediaman Raja dan berpapasan dengan Hong Joo. Hong Joo berkata ia lega
melihat Ibu Suri tidak apa-apa.
“Kenapa kau tidak
membunuhku saja,” ujar Ibu Suri.
“Karena bukan itu
yang kuinginkan.”
“Kaukira aku akan
kehilangan Puteri padamu juga? Karena sekarang aku sudah sembuh, aku akan
melihat bagaimana kau menderita sebagai akibat dosa-dosamu.”
Malam itu Raja
nampak galau. Ia berusaha menenangkan hatinya. Tadi setelah Ibu Suri pergi,
Hong Joo datang menemuinya.
Raja mengamuk di
depan Hong Joo karena Ibu Suri tidak mati. Ia bertanya apa tujuan Hong Joo
sebenarnya.
“Bukankah akan
lebih baik bagi kesehatan Yang Mulia untuk membunuh Puteri lebih dulu daripada
Ibu Suri?”
“Apa kau hanya
menggunakanku sebagai umpan?”
“Aku hanya
melakukannya untuk membantu menyembuhkan penyakit Yang Mulia,” Hong Joo tidak
menyangkal.
Raja marah karena
Hong Joo berani mempermainkan nyawanya. Bagaimana bisa ia mempercayai Hong Joo
lagi? Hong Joo berjanji akan menyembuhkannya tapi penyakitnya bertambah parah.
“Apa kau
benar-benar berusaha untuk menyembuhkan penyakitku?” Raja mendorong-dorong Hong
Joo dengan jarinya.
Hong Joo meraih
tangan Raja dan membuka lengan bajunya. Seketika itu juga muncul asap hitam dan
duri-duri tumbuh di tangan Raja. Raja mengernyit kesakitan.
“Yang Mulia,
turuti perkataanku jika Yang Mulia ingin hidup. Jangan berpikir, dan jangan
ragukan aku. Apa Yang Mulia mengerti?” bisiknya.
“Beraninya kau
menyentuh Raja!” ujar Raja terkejut.
“Aku yang membuat
Yang Mulia menjadi Raja. Apa Yang Mulia
tahu kenapa aku melakukannya? Karena Yang Mulia seorang pengecut yang lemah.
Karena Yang Mulia tidak memiliki kualitas apapun untuk menjadi Raja yang baik.
Jadi jika Yang Mulia ingin mempertahankan tahta, sebaiknya lakukan apa yang
kukatakan,” Hong Joo melepas Raja dengan kasar. “Aku pasti akan membunuh Puteri
dengan kedua tanganku dan menyembuhkan Yang Mulia. Jadi jangan terlalu
khawatir.”
Raja benar-benar
terguncang dengan peristiwa tadi. Ia kembali merasakan rasa sakit menyerangnya.
Darah keluar dari lengan bajunya.
Tiba-tiba sebuah
panah menancap di tiang tempat ia bersandar. Para pengawal langsung mencari
pelakunya. Raja melihat sebuah surat tersemat pada panah tersebut. Ia membacanya.
“Aku sudah
menangkap Si Jubah Merah, jadi datanglah ke Hutan Seoyang besok. Jika tidak,
aku akan mengungkap identitas Si Jubah Merah pada rakyat.” Dengan kata lain
rakyat akan mengetahui kebohongan raja mengenai Jubah Merah palsu.
Jun yang mengirimkan
pesan itu. Dan ia memastikan anak buah Hong Joo mengetahuinya.
Sol Gae
disembunyikan Jun di kuil Chungbing. Jun berkata ia akan membawa Sol Gae ke hadapan Raja besok. Ia akan
menunjukkan pada Sol Gae siapa Hong Joo sebenarnya.
Jun membawa Jubah
Merah melintasi hutan. Anak buah Hong Joo sudah menunggu mereka. Mereka
langsung menyerang Jun dan Jubah Merah dengan panah. Si Jubah Merah terkena
panah dan roboh ke tanah. Anak buah Hong Joo berhenti menyerang lalu pergi.
Mereka melapor
pada Hong Joo. Hong Joo berkata mereka sudah bekerja dengan baik.
“Dia anak yang
cerdas. Sungguh disayangkan,” ujarnya. Sekilas ada kesedihan dari wajahnya. Ia
pergi bersama anak buahnya.
Jun keluar dari
balik semak-semak, diikuti oleh Raja. Raja sekarang tahu kalau Hong Joo adalah
dalang di balik Jubah Merah (bukan karena kutukan Yeon Hee).
Jun membantu si
Jubah Merah. Jubah Merah melepas topengnya. Ternyata Yo Gwang. Untung Yo Gwang
mengenakan pelindung di balik pakaiannya sehingga panah itu tidak menancap di
tubuhnya.
“Aku hampir mati!”
keluhnya.
Sol Gae keluar
dari persembunyian dan terkejut melihat Hong Joo berusaha membunuhnya.
Sebelumnya Jun
sudah memberitahu Sol Gae kalau akhir-akhir ini anak buah Hong Joo
mengawasinya. Ia sudah mengirim surat pada Raja dan ia yakin Hong Joo akan
mengikuti Raja.
“Ketika aku
membawamu keluar, menurutmu kira-kira apa yang akan mereka lakukan padamu?”
tanya Jun.
Jun menunjukkan
panah yang tadi mengenai Yo Gwang. Ia berkata inilah wajah sebenarnya majikan
Sol Gae yang membuatnya membunuh banyak orang.
“Jangan menjalani
hidup penuh dosa lagi mulai sekarang, tapi hiduplah dalam damai. Dan jalani
kehidupan dengan tenang seperti kau sudah mati.”
Air mata mengalir
di pipi Sol Gae.
Seorang berpakaian
hitam-hitam pergi ke kediaman Raja. Para pengawal membukakan pintu begitu
melihatnya. Ia masuk dan melihat Raja sudah menunggunya. Ia berlutut memberi
hormat dan membuka penutup wajahnya. Jun.
Poong Yeon pergi
ke tempat Yeon Hee ditahan tapi ia ragu untuk masuk.
“Anggap saja dia
sebagai roh jahat,” kata Hong Joo yang melihatnya. “Bukankah sudah sewajarnya
mengeluarkan roh jahat dari manusia? Jika ia bebas dari kutukannya, ia akan
kembali menjadi Yeon Hee yang dulu. Dan kau bisa mendapatkannya kembali.”
Poong Yeon
bertanya apakah Yeon Hee benar-benar bisa kembali seperti dulu. Hong Joo
berkata Yeon Hee pasti kembali seperti dulu jika Poong Yeon percaya padanya dan
membantunya.
Yeon Hee duduk
sendirian di selnya. Ia melihat ke langit dan kembali melihat bintang jatuh. Ia
menggigil kedinginan.
Poong Yeon datang
menemuinya. Kakak, panggil Yeon Hee. Poong Yeon menjatuhkan selimut lalu pergi.
Saat berjalan
pergi, anak buah Hong Joo mengikutinya. Poong Yeon berbalik.
Sepertinya mereka
menyerang Poong Yeon hingga Poong Yeon pingsan karena Poong Yeon terbangun di
suatu tempat.
Tiba-tiba Poong
Yeon bisa melihat sosok hantu di hadapannya. Ia juga bisa mendengar suara
roh-roh jahat. Poong Yeon panik dan menggerak-gerakkan tangannya untuk mengusir
mereka. Tapi yang terjadi malah lilin di tempat itu mulai menyala setiap
terkena sapuan tangannya.
Poong Yeon
menyadari itu. Ia mengulurkan tangannya ke arah sebuah lilin. Lilin itu
menyala. Ia terkejut. Ia mencoba lagi dan ia benar-benar bisa mengeluarkan api.
Hong Joo mengintip dari tempat tersembunyi dan tersenyum.
Jun berkata pada
Raja kalau penyebab penyakit Raja bukanlah Yeon Hee melainkan sihir hitam Hong
Joo. Bukankah ia sudah menunjukkan kalau Hong Joo adalah dalang sebenarnya si
Jubah Merah? Kali ini ia akan membuktikan Hong Joo menggunakan sihir hitam
untuk membuat Raja sakit.
Raja menghela
nafas lelah. Ia bertanya apa yang Jun inginkan sebagai gantinya. Jun meminta
agar Raja mengampuni Puteri.
“Kau ingin aku
mempercayaimu dan memberimu puteri?” Raja tertawa tak percaya. Ia jelas menolak
tawaran itu.
“Aku akan berusaha
menyembuhkan penyakit Yang Mulia,” kata Jun.
Raja berbalik
menatapnya.
Komentar:
Dan akhirnya Hong
Joo menemukan senjata baru untuk membunuh Yeon Hee. Yaitu Poong Yeon.
Aku bertanya-tanya
seberapa banyak pengetahuan Poong Yeon akan Taoisme karena sekali lagi ia
tampak tidak tertarik pada hal seperti itu. Bila kemampuan api suci diturunkan
dari generasi ke generasi, bukankah seharusnya Hyun Seo mempersiapkan puteranya
sejak awal?
Aku heran kenapa
Poong Yeon yang pintar begitu mudah terhasut oleh Hong Joo. Memang masih ada
keraguan dalam dirinya hingga ia tidak sanggup membunuh Yeon Hee dan juga
melepaskan Yo Gwang dan Jun. Ia sudah melihat sendiri akibat sihir hitam pada
Yeon Hee dan bahkan dirinya sendiri pernah mengalami kengerian akibat kutukan
itu, tapi bagaimana bisa ia terpikir untuk menggunakannya sebagai cara
mendapatkan hati Yeon Hee?
Aku pernah
mengatakan apa yang dirasakan Poong Yeon pada Yeon Hee bukanlah cinta lagi
karena buktinya tanda kutukan itu hilang setelah ia tahu Yeon Hee dikutuk. Ia
terobsesi pada Yeon Hee. Rasanya naif sekali ia mengharapkan Yeon Hee kembali
seperti dulu setelah mengetahui apa yang dialami Yeon Hee.
Aku melihat Raja,
Ibu Suri, dan Poong Yeon, sama-sama mudah terhasut oleh Hong Joo karena
keputusasaan mereka. Mereka tidak bisa lagi berpikir di luar kepentingan diri
mereka sendiri. Bagi mereka yang terpenting adalah mereka keluar dari masalah
mereka dan penderitaan mereka.
Dan Hong Joo
sangat pintar memanipulasi keputusasaan mereka untuk kepentingannya. Di saat
mereka mulai melepaskan diri, Hong Joo menjerat mereka dengan ancaman. Contohnya
Ibu Suri yang mulai tak percaya pada Hong Joo, Hong Joo mengambil nyawa Putera
Mahkota. Raja yang mulai meragukan Hong Joo, diancam oleh penyakit dan diambil
tahtanya. Benar-benar musuh yang mengerikan.
Note: sinopsis episode 15 dan 16 akan terlambat karena minggu depan libur lebaran. Aku usahakan kedua sinopsis tersebut diposting minggu berikutnya lagi bersama dengan episode 17 dan 18^^
Note: sinopsis episode 15 dan 16 akan terlambat karena minggu depan libur lebaran. Aku usahakan kedua sinopsis tersebut diposting minggu berikutnya lagi bersama dengan episode 17 dan 18^^
Iya hong joo jhat bgt deh,gereeemm.. Mba,bukannya ending mpe eps 16 aja y? Mksih y mba bwt sinopsnya.. Always waiting for u
BalasHapusNunggu seminggu aja udah gak sabaran :( ini harus nunggu 2 minggu ya?😯 harus lebih sabar lagi deh.. Semangat mbak fanny tercintaahhh ^_^
BalasHapusWahh sungguh kerenn ni film..kim sae ron sllu ya kalau main pasti jdi sseorg yg pnya kekuatan..kaya di high school love on...tapii sukaa lahh..smuanya the best mainin karakter masing2..makasih kak ,,di tggu klnjutannya.
BalasHapusepisode 18 gantung gak jelas terakhir si putri di bakar terus The end..,,,,,,,..........
BalasHapus