Para pengawal
kerajaan menggeledah tempat persembunyian Hong Joo. Belati sihir hitamnya
ditemukan di tungku yang sudah padam. Belati itu tidak rusak, tapi entah apakah
belati itu masih menyimpan sihir hitam atau tidak. Sepertinya sih tidak ya
karena dibakar dengan api suci.
Hong Joo telah
ditangkap dan diadili di aula istana di depan para pejabat. Raja menyatakan
Hong Joo menggunakan sihir hitam untuk mendatangkan bencana pada keluarga
kerajaan dan juga mendalangi pembunuhan banyak orang oleh Jubah Merah.
Hong Joo diam saja
menanggapi semua tuduhan itu. Raja bertanya apakah Hong Joo sedang
mengintropeksi diri atas kejahatan yang ia lakukan. Tanpa diduga Hong Joo
mengiyakan.
Raja berkata
kejahatan Hong Joo terlalu besar hingga ia tidak bisa mengampuninya. Ia akan
membakar Hong Joo di tiang di hadapan rakyat. Ia akan mengembalikan kehormatan
keluarga kerajaan yang sudah dinodai Hong Joo.
Hong Joo tidak
nampak takut sama sekali. Ia berterimakasih karena Raja mengijinkannya mati
dengan cara sehebat itu. Raja dan para pejabat tak habis pikir bagaimana Hong
Joo bisa seberani itu.
Yeon Hee
memikirkan keadaan ayahnya. Jun berkata Hyun Seo pasti menginginkan Yeon Hee
mengkhawatirkan dirinya sendiri saat ini. Waktunya yang tersisa tak lama lagi
sebelum Bintang Utara menghilang.
Yo Gwang berlari
masuk menemui mereka. Ia memberitahu kalau Hong Joo akan dihukum mati dengan
cara dibakar di tiang. Jun bingung. Bukankah itu hal yang bagus?
“Hong Joo tidak
boleh mati. Setelah Yeon Hee menyalakan semua lilin dan mematahkan kutukannya,
semua kutukan itu akan berbalik pada Hong Joo yang membuat kutukan. Hong Joo
harus mati menanggung kutukan itu agar Yeon Hee benar-benar terbebas dari
kutukan tersebut,” Yo Gwang menjelaskan.
Raja sedang
bersiap tidur ketika Jun menerobos masuk kamarnya. Raja menegur Jun yang bersikap tak sopan. Jun meminta maaf
tapi ia ada sesuatu yang harus ia katakan.
“Tolong tarik
kembali hukuman untuk Hong Joo. Yang Mulia tidak boleh menghukumnya.”
Raja terkejut.
Hong Joo sudah melakukan berbagai kejahatan dan layak dihukum mati tapi Jun
mencegahnya? Jun berkata Puteri tidak akan bisa mematahkan kutukannya jika Hong
Joo mati. Raja baru bisa menghukum mati Hong Joo setelah kutukan Yeon Hee
berpindah pada Hong Joo.
“Jika tidak ada
tempat untuk kutukan tersebut setelah meninggalkan tubuh Puteri, maka Puteri
akan mati.”
“Jadi kaubilang
aku tidak boleh membunuhnya meski aku sudah menangkapnya? Bagaimana aku bisa
membuatnya menanggung segala dosanya?” kata Raja marah.
Jun berkata ia
akan memastikan Hong Joo membayar semua dosanya. Bukankah ia sudah menyembuhkan
penyakit Raja? Ia juga pasti akan menyembuhkan Puteri dari kutukannya. Tapi ia
mohon agar Raja menangguhkan dulu hukuman mati tersebut.
Hong Joo tersenyum
di dalam selnya.
Yeon Hee
bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin membasahi wajahnya.
Dalam mimpinya ia mendengar suara tangis bayi.
“Anakku…anakku….bayi
itu berada dalam bahaya,” Hae Ran muncul dalam mimpi Yeon Hee.
“Anakku, bayi
itu dalam bahaya.”
Yeon Hee
terbangun. Matanya sekejap bersinar. Ia menoleh dan melihat Ibu Suri
menungguinya.
Ibu Suri bertanya
apa Yeon Hee baik-baik saja. Ia bertanya apa yang terjadi. Yeon Hee dengan
jujur mengatakan kalau ia tidak memiliki banyak waktu lagi.
“Hari saat Bintang
Utara menghilang semakin dekat. Hanya tersisa 10 hari lagi. Tapi jika aku tidak
bisa mematahkan kutukanku sebelum hari itu datang….”
Ibu Suri terkejut.
“Tidak, aku tidak
bisa kehilanganmu karena kutukan yang kauderita sejak lahir akibat
perbuatanku.”
Yeon Hee meminta
Ibu Suri mengijinkannya bersama Jun selama waktu yang tersisa. Ia akan
menyalakan lilin bersama Jun dan mematahkan kutukan itu. Ibu Suri mengijinkan.
Ia menggenggam tangan Yeon Hee dan berkata Yeon Hee harus mematahkan kutukan
itu.
Jun tidur di kuil
Chungbing. Tiba-tiba ia mendengar suara Yeon Hee membangunkannya. Jun tidak mau
membuka matanya. Yeon Hee terus memanggilnya. Jun tersenyum lalu menarik Yeon
Hee agar berbaring di sisinya.
Ia membuka matanya
dan melihat Yeon Hee tersenyum padanya. Ia membelai pipi Yeon Hee lalu kembali
memejamkan matanya. Yeon Hee memejamkan matanya.
Namun itu hanya
mimpi. Sebenarnya mantri Yo Gwang yang tidur di sebelah Jun. Jun mulai merasa
ada yang aneh dengan tangan “Yeon Hee” hingga ia membuka matanya.
“Apa kau senang?”
tanya Yo Gwang.
Jun berteriak
kaget dan melompat bangun. Yo Gwang meledeknya dengan bertanya apa mimpi Jun
hingga terus tersenyum seperti itu. Jun mengomel seharusnya Yo Gwang
membangunkannya.
“Dasar pria
bodoh…aku berusaha membangunkanmu tapi kau terus tersenyum seperti orang bodoh.
Apa kau kecewa aku bukan orang yang kauharapkan? Memangnya siapa yang
kauharapkan? Seo Ri? Yeon Hee? Atau buah persik? Ah, aku tahu… Puteri!” olok Yo
Gwang.
Jun cemberut
sekaligus malu. Yo Gwang berhenti mengejeknya dan menyuruh Jun bersiap-siap karena
Ibu Suri mencarinya.
Jun pergi
menghadap Ibu Suri. Ia berterima kasih untuk semua yang dilakukan Jun pada
mereka. Ia juga meminta maaf atas semua perkataannya yang menyakitkan.
“Yeon Hee berkata
ia ingin bersamamu, tapi aku tidak ingin kau berada di sisinya.”
Jun meminta maaf.
Masih banyak pekerjaan yang harus ia dan Yeon Hee lakukan. Hanya ia yang tahu
bagaimana cara Yeon Hee menyalakan semua lilin (karena Jun yang hafal
Mauigeumseo, salinan Mauigeumseo telah dirampas oleh Hong Joo). Ia berkata ia akan
membantu Yeon Hee mematahkan kutukan itu.
“Apa rencanamu
setelah ia mematahkan kutukannya?” tanya Ibu Suri. “Setelah Puteri menyalakan
semua lilin dan mematahkan kutukannya, kuanggap kau akan meninggalkan Puteri
saat itu.”
Jun terdiam dengan
sedih.
Poong Yeon
menggantikan ayahnya menjadi pemimpin divisi Tao. Saat Raja mengangkatnya, ia
bertanya apakah Poong Yeon menyesal tidak menerima tawarannya sebelumnya hingga
sekarang menerima posisi ini. Poong Yeon berkata Hong Joo telah kehilangan
sihir hitamnya tapi ia tidak akan menyerah dengan mudah. Ia hanya ingin
melindungi keluarga kerajaan dengan sedikit kekuatan yang ia miliki.
“Apa kau
benar-benar melakukan ini untuk keluarga kerajaan? Aku mengijinkanmu menjadi
pemimpin divisi Tao karena persahabatan lama kita. Tapi janjikan aku satu
hal. Aku tahu rencana Hong Joo jadi kau
harus menghentikannya menyerang keluarga kerajaan bagaimanapun caranya. Kau
tidak boleh mengkhianatiku lagi.”
Ibu Suri sangat
gembira saat mendengar kabar kehamilan Ratu. Tapi entah kenapa Raja tidak
nampak begitu senang. Ratu berkata ia merasa energi baik telah memasuk istana
dengan kabar tersebut. Ia meminta Ratu berhati-hati karena usianya masih muda.
Mungkin Raja masih
berburuk sangka pada Ibu Suri? Atau karena kutukan Yeon Hee masih membayangi
keluarga kerajaan? Karena Raja langsung
meminta diri begitu Yeon Hee datang.
Ibu Suri
memberitahu Yeon Hee mengenai kehamilan Ratu. Awalnya Yeon Hee ikut senang,
tapi lalu ia teringat pada mimpinya. Dalam mimpinya, seorang wanita (Hae Ran) memperingatkan
kalau bayi itu dalam bahaya. Jangan-jangan bayi Ratu? Tapi ia tidak
menceritakan mimpinya pada Ibu Suri.
Ia terus
memikirkannya sampai tak mendengar saat Jun memanggilnya “Puteri!”.
“Buah persik!”
panggil Jun lebih keras. Barulah Yeon Hee menoleh. Jun bertanya apa yang
dipikirkan Yeon Hee tapi Yeon Hee juga tidak menceritakannya pada Jun.
Jun berkata
keadaan di istana tampak lebih bahagia. Yeon Hee memberitahu kabar kehamilan
Ratu, jadi kekhawatiran semua orang mulai berkurang. Jun berkata sekarang tugas
mereka adalah menyalakan lilin yang tersisa. Ia mengusulkan agar mereka mencari
dari tempat terdekat.
Maka pergilah ia
dan Yeon Hee, bersama Yo Gwang, menemui Soon Deuk. Yeon Hee mengenakan pakaian
biasa hingga tidak dikenali orang sebagai Puteri (termasuk Soon Deuk). Mereka
menanyakan apakah Soon Deuk memiliki keinginan.
“Keinginan? Aku
ingin menjadi orang terkaya di Joseon dan bermain seharian. Yup, itulah hidup,”
ujarnya.
“Yang benar saja,”
gumam Yo Gwang. “Sudah kubilang ini tidak ada gunanya.”
Memangnya ada apa?
Tanya Soon Deuk saat melihat ekspresi Jun dan Yeon Hee.
“Tidak apa-apa,
kau makan saja dan bermain seharian. Lakukan itu seumur hidupmu,” kata Yo
Gwang.
Jun dan Yeon Hee
saling menatap seperti bertukar kode. Jun bertanya apakah Yo Gwang memiliki
keinginan. Yo Gwang melirik Soon Deuk yang sibuk makan.
“Keinginanku
adalah semua berakhir dengan baik dan semua orang kembali ke kehidupan normal
mereka dengan bahagia. Tidak ada lagi yang kuinginkan,” ia mengibaskan
rambutnya.
Soon Deuk tak bisa
menahan tawanya.
Ibu kedai
membawakan daging terbaik pesanan mereka. Yo Gwang berkata ia yang memesannya
karena akhir-akhir ini ia merasa lelah dan memerlukannya untuk menambah energi.
Tapi ibu kedai meminta bayaran lebih dulu. Semuanya pura-pura sibuk mencari uang
di balik pakaian mereka. Yeon Hee mengambil kantungnya dan menyodorkan
segenggam uang pada ibu pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai sangat senang.
Yo Gwang dan Soon
Deuk berebut daging mereka. Yeon Hee tersenyum melihat tingkah mereka. Tapi ia
tidak bisa mengenyahkan perasaan tak enak dalam hatinya.
Malam itu, seorang
pria bertopeng memasuki kamar Ratu dan menaruh tungku berisi sihir hitam di
dekat Ratu yang tidur nyenyak. Untunglah Yeon Hee datang pada saat yang tepat.
Dengan kekuatannya ia memadamkan asap tersebut.
Pria itu berlari
keluar. Yeon Hee mengejarnya. Pria itu berhenti lalu berbalik. Matanya
bersinar. Yeon Hee menggunakan kekuatannya untuk melempar pria itu. Pria itu
melayang membentur tembok lalu melarikan diri. Sayangnya, seorang dayang
melihat kejadian itu dan nampak ketakutan.
Yeon Hee dengan
marah menemui Hong Joo yang ditahan dalam sel. Rupanya ia tahu kalau pria
bertopeng tadi adalah Hyun Seo. Ia mengulurkan tangannya hendak menggunakan
kekuatannya untuk mencekik Hong Joo. Tapi ia mengurungkan niatnya saat
menyadari banyak dayang dan pengawal yang bisa melihatnya.
Ia bertanya apa
yang Hong Joo rencanakan dengan mneggunakan ayahnya. Hong Joo bertanya apa yang
bisa ia lakukan saat ia kehilangan sihir hitamnya dan terkurung dalam sel.
“Ayah berusaha
mencelakai Ratu dan kau yang menyuruhnya!”
“Sepertinya kau
ingin membunuhku. Lakukan saja.”
“Kau seperti ini
karena tahu kami belum bisa membunuhmu, kan? Seseorang tidak membunuh hanya
dengan menikam atau mencekik. Lihat saja, aku akan mematahkan kutukan ini dan
membuatku menderita lebih dari kematian itu sendiri.”
“Coba saja,”
tantang Hong Joo. “Kita lihat siapa yang akan mati dengan menanggung kutukan
itu.”
Anak buah Hong Joo
mencabut selebaran yang menyatakan kejahatan Hong Joo dan menggantinya dengan
selebaran berisi rumor mengenai Puteri yang dikutuk. Bahwa iblis dengan
kekuatan besar mendiami tubuh Puteri dan menyebabkan wabah di seluruh negeri.
Puteri adalah penyebab kemalangan di negeri ini yang tiada akhir dan tragedi akan
segera terjadi karena dirinya.
Rumor itu sampai
di istana. Dayang yang semalam melihat Yeon Hee bercerita pada temannya kalau
ia melihat mata Yeon Hee berubah warna dan menyebabkan orang lain terlempar
tanpa menyentuhnya. Ibu Suri mendengarnya dan nampak khawatir.
Raja juga menerima
laporan rumor tersebut dari para pejabat. Ibu Suri datang dan berkata rumor itu
tidak benar dan mereka tidak boleh membiarkan nama keluarga kerajaan terkotori
dengan mempercayai rumor seperti itu. Ia meminta Raja menghentikan rumor
tersebut untuk menenangkan rakyat.
Tapi raja bertanya
bagaimana cara menghentikan rumor yang
sudah tersebar. Selama wabah masih berlangsung, mereka tidak bisa menghentikan
rakyat yang menuduh Puteri sebagai penyebabnya.
“Tapi semua ini
tidak ada kaitannya dengan Puteri! Masalah ini juga terkait dengan keluarga
kerajaan. Jadi bantu kami, Yang Mulia,” kata Ibu Suri
.
Raja balik
menyalahkan Ibu Suri yang tidak mau mendengar peringatannya saat pertama kali
Ibu Suri membawa kembali Puteri ke istana. Tidak ada hari damai di istana sejak
kedatangan Puteri. Dan sekarang rumor berkembang karena dirinya. Ia berkata
Puteri hanya mencelakai keluarga kerajaan.
“Yang Mulia!!”
protes Ibu Suri.
Akhirnya Raja
berkata lebih baik mereka membiarkan rumor itu berhenti dengan sendirinya. Ia
mengijinkan Ibu Suri untuk berusaha menangani masalah ini, tapi Ibu Suri harus
bertanggungjawab penuh atas semua akibatnya.
Ibu Suri menemui
Poong Yeon dan meminta bantuannya untuk mengadakan upacara doa mewakili Puteri
demi mengenyahkan wabah dari negeri ini. Banyak rakyat yang sekarat karena
wabah dan ia khawatir mereka akan menyalahkan Yeon Hee atas penderitaan mereka.
Ia meminta Poong
Yeon memimpin upacara ini sebagai pemimpin divisi Tao dan ia juga akan meminta Yeon Hee berpartisipasi.
Ia ingin memperlihatkan pada rakyat kalau Puteri juga berdoa bagi kebaikan
negeri ini.
“Bukankah itu cara
terbaik untuk menekan pandangan negatif terhadap Puteri?”
Poong Yeon ragu
karena ia masih baru menduduki posisi ini. Tapi Ibu Suri memohon dan berkata
hanya Poong Yeon yang bisa melindungi keluarga kerajaan dan Yeon Hee. Akhirnya
Poong Yeon bersedia.
Malamnya, Poong
Yeon menemui Yeon Hee. Ia bertanya apa
Yeon Hee tidak apa-apa
.
“Aku datang karena
kupikir kau akan tertekan dengan wajah jelekmu. Tapi wajahmu lebih jelek dari
yang kubayangkan,” Poong Yeon mencoba bergurau. “Jangan khawatir, kakakmu pasti
melindungimu.”
Yeon Hee sedikit
tersenyum. Poong Yeon berbalik pergi tapi tiba-tiba ia memegangi dadanya yang
sakit. Yeon Hee membawanya ke kediamannya dan hendak melihat lukanya. Poong
Yeon tidak mau. Tapi Yeon Hee berkeras.
Ternyata bekas
luka akibat sabetan belati Hong Joo belum sembuh dan mengeluarkan asap hitam.
Yeon Hee membubuhkan obat. Jun tak sengaja melihatnya. Poong Yeon berusaha
menenangkan Yeon Hee dengan berkata ia semakin membaik (meski terlihat
memburuk).
“Aku menyesal
melakukan ini padamu. Seharusnya aku tidak membawamu keluar pada hari itu.
Maafkan aku. Aku bilang aku akan melindungimu tapi aku tidak bisa.”
“Hari paling
bahagia dalam hidupku adalah ketika aku meninggalkan rumah dan melihat dunia
untuk pertama kalinya bersama kakak,” kata Yeon Hee.
Poong Yeon
tersenyum. Ia hampir membunuh Yeon Hee karena perasaannya dikendalikan oleh
emosi yang buruk. Ia tahu perasaan seseorang tidak bisa diperoleh dengan sihir
tapi ia tetap mencobanya.
“Cepat patahkan
kutukan itu dan tunjukkan padaku betapa bodohnya aku selama ini. Maka aku yakin
aku akan bisa melepaskanmu suatu hari ini.”
“Kakak…aku…”
“Jangan minta aku
melepaskanmu secepatnya. Aku sudah mencintaimu selama yang bisa kuingat. Jika
aku harus melepaskanmu, berikan sedikitnya waktu sebanyak itu.”
Jun mendengar
semua percakapan mereka. Ia menunduk lalu pergi.
Tapi ketika Poong
Yeon keluar, ia melihat Jun telah menunggunya. Jun menanyakan keadaannya. Poong
Yeon bertanya apa Jun mengawasinya karena takut ia menjadi jahat lagi.
“Apa yang akan
kaulakukan setelah Yeon Hee mematahkan kutukannya? Apa kau akan terus berada di
sisinya?”
Jun menunduk tak
bisa menjawab. Poong Yeon mengangguk. Ia berkata jika Jun berencana tetap di
sisi Yeon Hee maka baik Yeon Hee dan Jun akan terluka. Jun mengerti. Ia berkata
ia mendoakan Poong Yeon segera sembuh.
Poong Yeon
memberitahu Jun kalau ia akan mengadakan upacara besok bersama Yeon Hee. Ia
yakin Yeon Hee gugup dan takut jadi ia meminta Jun berada di sisi Yeon Hee.
Hyun Seo
merobohkan para penjaga penjara dan menemui Hong Joo. Hong Joo tersenyum lembut
padanya dan mengulurkan tangannya yang terikat. Hyun Seo menggenggam tangan
Hong Joo.
“Semua selesai
sekarang. Apa kaukira aku akan hancur hanya karena aku kehilangan sihir
hitamku? Jika manusia bukanlah makhluk yang menjijikkan, sihir hitam tidak akan
pernah berhasil. Karena setiap orang tidak pernah mau mengakui kesalahan mereka
sendiri maka mereka menyalahkan sihir hitam. Aku bertanya-tanya apa yang akan
mereka salahkan sekarang setelah mereka tidak bisa lagi menyalahkan sihir
hitam. Lihatlah dengan kedua matamu sendiri,” kata Hong Joo.
Esok paginya, para
warga berkumpul di depan istana karena upacara yang akan diadakan istana dan
Puteri. Rakyat ingin tahu seperti apa rupa Puteri Yeon Hee yang dikabarkan
dikutuk, berambut putih dan sebagainya. Soon Deuk yang mendengar kabar tersebut
ikut merasa penasaran dan ikut menonton.
Ibu Suri membantu
Yeon Hee bersiap-siap. Ia mengingatkan agar Yeon Hee tidak bertindak yang tak
sepantasnya di depan rakyat. Yeon Hee mengangguk meski terlihat gugup. Jun
menemaninya ke tempat upacara.
Selain Yeon Hee,
Raja dan Ibu Suri juga menghadiri upacara tersebut. Poong Yeon mempersiapkan
upacara dibantu oleh Yo Gwang.
Rakyat merasa
heram melihat Yeon Hee yang terlihat normal, tidak seperti rumor yang beredar
kalau Yeon Hee berambut putih. Soon Deuk terkejut saat melihat Yeon Hee yang
dikenalnya tersenyata seorang puteri. Dan Yo Gwang membantu upacara.
Rakyat mulai
berdoa dan menangis memohon pada langit dipimpin oleh Poong Yeon. Sol Gae juga
melihat upacara tersebut.
Tiba-tiba sebuah
panah melesat dan menjatuhkan papan nama di meja upacara. Semua orang terkejut.
Anak buah Hong Joo
muncul menyerang. Salah satu dari mereka menghunus pedang ke leher Raja. Raja
memberi isyarat agar para pengawalnya tidak mendekat.
Pasukan Hong Joo
berbaris di hadapan Raja. Tapi tiba-tiba
mereka berbalik menghadap rakyat seakan hendak menembak mereka. Yeon Hee
berdiri dan siap menggunakan kekuatannya. Tapi Ibu Suri cepat-cepat
mencegahnya. Yeon Hee kesal karena merasa tak berdaya.
Hyun Seo maju ke
depan meja upacara. Semua orang terkejut. Hyun Seo berkata jika ada yang mendekat
maka akan terjadi pertumpahan darah. Rakyat ketakutan.
“Jangan khawatir,
aku datang untuk menemui Heo Jun hari ini,” kata Hyun Seo sambil tersenyum.
Pasukan Hong Joo
mengarahkan panah mereka pada Jun. Jun meminta Yeon Hee membiarkan mereka.
“Biarkan mereka,
jangan lindungi aku,” ujarnya.
“Tapi…” protes
Yeon Hee.
“Tidak!” kata Jun.
Hyun Seo tersenyum
lalu mengangkat tangannya. Anak buah Hong Joo menarik panah mereka, siap untuk
menembakkannya.
“Tembak!” seru
Hyun Seo.
Pada saat itu juga
Yeon Hee mengangkat tangannya. Anak buah Hong Joo terdorong ke belakang.
Melihat itu rakyat berseru kalau rumor itu benar. Puteri seorang penyihir!
Terlanjur, Yeon
Hee menggunakan kekuatannya sekali lagi untuk menjatuhkan anak buah Hong Joo.
Dalam sekejap keadaan berubah kacau. Yeon Hee terduduk lemas karena terlalu
banyak menggunakan kekuatannya.
Rakyat merangsek
maju meminta agar Yeon Hee ditangkap dan dibunuh. Poong Yeon dan Yo Gwang
segera berdiri melindungi mereka. Ibu Suri terduduk lemas. Raja nampak shock,
karena sebelumnya ia belum pernah melihat kekuatan Yeon Hee.
Jun menarik Yeon
Hee dan membawanya pergi dari sana. Hyun Seo melarikan diri.
Di tengah
perjalanan, Yeon Hee melepaskan tangannya dari Jun. Ia menyuruh Jun pergi dan
tidak mengikutinya. Saat Jun menghentikannya, ia menggunakan kekuatannya untuk
melempar Jun.
Melihat Jun
terluka karena dirinya, Yeon Hee merasa terpukul. Ia berlari pergi.
Poong Yeon dengan
marah menemui Hong Joo di penjara dan mencekiknya.
“Kami seharusnya
tidak membiarkanmu hidup. Kami seharusnya membunuhmu.”
“Lakukan saja dan
lihat apa yang akan terjadi pada Puteri.”
Poong Yeon
bertanya apa yang dilakukan Hong Joo pada ayahnya. Hong Joo berkata Hyun Seo
sudah melakukan hal yang besar dengan mempertaruhkan nyawanya.
“Pikirkan apa yang
bisa kaulakukan untuk keluarga kerajaan.”
“Aku tidak akan
jatuh pada kebohonganmu jadi jangan bermimpi.” Tiba-tiba luka Poong Yeon
kembali terasa sakit.
Hong Joo bertanya
kenapa Poong Yeon mempertaruhkan nyawa untuk keluarga kerajaan. Mereka hanya
akan menyingkirkan Poong Yeon setelah tidak lagi berguna, tanpa penyesalan sama
sekali. Bukankah Poong Yeon sudah pernah mengalaminya.
“Jadi jangan
pertaruhkan nyawamu berjuang untuk orang-orang seperti mereka. Kau hanya akan
berakhir menyedihkan.”
Poong Yeon pergi
tanpa mengatakan apapun. Hong Joo berkata pada akhirnya Poong Yeon akan
melakukan apa yang ia inginkan.
Jun tahu Yeon Hee
ke kuil Chungbing. Ia menyusulnya ke sana. Namun ia memberi waktu untuk Yeon
Hee menyendiri.
Teriakan-teriakan
rakyat agar Puteri dihukum dan menjadi penyebab wabah terus terngiang di benak
Raja. Ia tidak bisa menyingkirkannya.
Ia menemui Hong
Joo dan bertanya apa yang ia rencanakan. Hong Joo berkata ia tidak memiliki
apapun lagi, berbeda dengan Raja yang memiliki banyak dan bisa kehilangan
banyak. Ia bertanya apa yang menyusahkan Raja hingga datang menemuinya.
“Yang Mulia hanya
perlu melakukan apa yang biasa Yang Mulia lakukan. Bukankah begitu cara
keluarga kerajaan? Membuang orang-orang yang tidak lagi berguna untuk mereka.
Jika Yang Mulia tidak lagi memerlukan Puteri, singkirkan saja dia. Dan kembali
damai.”
Raja bertanya
apakah ini bagian dari rencana Hong Joo. Hong Joo bertanya bukankah Raja ingin
menjadi raja yang baik. Apa Raja tidak mendengar teriakan rakyat di luar? Rajajuga
harus memikirkan anak yang belum lahir, bukan? Raja terlihat marah mendengar
Hong Joo menyinggung anaknya.
“Rakyat hanya
memerlukan seseorang untuk disalahkan. Yang Mulia paling tahu perasaan seperti
itu, bukan? Yang Mulia hanya perlu bersikap tak peduli dan menyerahkan Puteri.
Hanya aku yang
bisa membunuh Puteri jadi aku akan mengurus semuanya. Menurut Yang Mulia, apa
yang akan rakyat lakukan jika mereka tahu apa yang telah terjadi di dalam
istana? Yang Mulia hanya perlu
menyalahkan semuanya pada Puteri. Pertimbangkan baik-baik, serahkan
Puteri atau serahkan tahta.”
Poong Yeon
mengkhawatirkan keadaan Yeon Hee dan meminta Yo Gwang mencari tahu di mana
keberadaan Jun dan Yeon Hee.
Ibu Suri datang
menangis memohon pada Raja agar tidak membuang Yeon Hee. Kasim kepala berkata
semua murid istana juga berdemo melawan Puteri. Ibu Suri memohon agar ia saja
yang dibuang. Poong Yeon juga berusaha
menasihati Raja. Tapi Raja sudah memutuskan. Ia tidak mau kehilangan apapun.
Maka ia pergi pada
Hong Joo dan menyuruhnya menangkap dan membunuh Yeon Hee. Beuh…. *facepalm*
Yo Gwang pergi ke
kuil Chungbing. Ia memberitahu Jun kalau keluarga kerajaan tidak lagi mengakui
Yeon Hee. Mendengar itu, Jun langsung menemui Yeon Hee.
Yeon Hee berkata
ia ingin melarikan diri ke tempat di mana ia bisa menyendiri. Ia ingin
bersembunyi di tempat di mana tak ada seorangpun yang bisa menemukannya.
“Yeon Hee…mari
kita melarikan diri,” kata Jun. “Ke tempat yang sangat jauh.”
Ia mengulurkan
tangannya dan Yeon Hee menyambut tangan Jun.
Ketika Hong Joo dan
pasukannya tiba di tempat itu, Yeon Hee dan Jun sudah tidak ada di sana. Hong Joo melihat tersisa 5 lilin yang belum
menyala.
Ia kembali ke
istana dan meminta Raja meminjamkan pasukannya karena Puteri sudah melarikan
diri bersama Jun. Raja tidak bersedia karena apa yang bisa pasukannya lakukan
jika Hong Joo saja tidak bisa menemukannya.
Hong Joo berkata
ia memerlukan pasukan Raja untuk menangkap Yeon Hee. Tapi Raja tidak
mempercayai Hong Joo.
Hong Joo
mengingatkan kalau rakyat akan mengarahkan kemarahan mereka pada Raja jika
bukan pada Yeon Hee. Dan Raja pasti tahu itu hingga bersedia bersekutu
dengannya.
Raja bukan keturunan yang
berhak atas tahta dan tidak berhasil meninggalkan warisan sejarah yang baik. Karena itu rakyat menderita. Kekeringan dan
wabah jelas membuktikan kalau langit sudah meninggalkan raja.
Raja marah dan
menyuruh Hong Joo diam. Hong Joo berkata semua itu yang dikatakan rakyat
sebelum muncul Puteri. Dan sekarang tidak ada lagi yang menuduh Raja sebagai
penyebab bencana. Sekarang rakyat bersatu hendak membunuh Puteri yang dikutuk.
“Kenapa Yang Mulia
ragu di saat semuanya sudah ditimpakan pada Puteri? Jika Yang Mulia
menyingkirkannya sebagai penyebab semua ini, rakyat akan memuji Raja sebagai
pemenang. Tidak ada lagi yang akan menghalangi Yang Mulia.”
Dan
begitulah…kata-kata Hong Joo kembali menggoyahkan Raja. Ia bersedia memberikan
pasukannya dan Hong Joo harus menangkap Yeon Hee bagaimanapun caranya.
Hong Joo meminta
Raja memerintahkan Poong Yeon untuk menghukum mati Yeon Hee setelah ia berhasil
menangkapnya.
Tapi Poong Yeon
memohon agar Raja tidak memerintahkannya untuk menggunakan api suci itu ketika
Raja memanggilnya dan menyinggung soal api suci. Raja berkata ia tahu Poong
Yeon akan membencinya sampai mati tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan.
Ia memohon agar
Poong Yeon membantunya. Ia akhirnya menemukan cara untuk keluar dari
penderitaannya, kesempatan untuk membuktikan dirinya sebagai raja.
“Apa Yang Mulia
bisa menjadi pemimpin seperti Yang Mulia harapkan dengan menyalahkan semuanya
pada Puteri?” tanya Poong Yeon.
Raja mengerti,
tapi ia tidak bergeming. Ia tetap memerintahkan Poong Yeon membunuh Yeon Hee
pada saatnya nanti. Jika Poong Yeon tidak mengikuti perintahnya, ia akan
membunuh Poong Yeon dengan kedua tangannya sendiri.
Hong Joo membaca
Mauigeumseo dan menyadari halaman terakhir yang hilang. Ia bertanya pada Hyun
Seo apa yang Hyun Seo sembunyikan darinya.
“Kau tidak bisa
melawanku lebih lama lagi,” bisiknya. “Aku juga tidak ingin lagi
membelakangimu.”
“Katakan apa yang kauinginkan,”
kata Hyun Seo.
“Aku ingin halaman
terakhir Mauigeumseo. Bawakan halaman terakhir yang kausembunyikan dariku.”
Komentar:
Sigh…seperti yang
kukatakan, musuh selalu selangkah lebih maju. Dan itu belum berubah pada
episode ini. Benar apa yang dikatakan Hong Joo, penyebabnya bukan sihir hitam
melainkan hati manusia yang tidak mau mengakui kesalahan.
Di saat aku mulai
menyukai Raja eh ia malah lagi-lagi jatuh dalam perangkap Hong Joo. Hong Joo
pintar mengetahui kelemahan seseorang dan memanfaatkannya dengan
sebaik-baiknya.
Luka berasap hitam
di dada Poong Yeon agak mengkhawatirkan karena itu artinya ada sihir hitam yang
mengenainya. Begitu juga dengan Hyun Seo yang sepertinya belum terlepas dari
sihir hitam Hong Joo. Hyun Seo seperti cadangan Hong Joo saja.
Aneh juga kenapa
Hong Joo ditangkap tapi pasukannya dibiarkan begitu saja. Kelemahan drama ini
memang dari segi keamanan. Maksudnya keamanan keluarga kerajaan dan istana.
Orang dengan mudahnya keluar masuk istana. Pengawalan terhadap keluarga kerajaan begitu
longgar sehingga pasukan Hong Joo dengan mudah menyandera Raja. Mungkin karena
fokus drama ini pada kutukan Yeon Hee ya…jadi mereka tidak terlalu
memperhatikannya^^
Hmmm…kalau istana
sudah membuang Yeon Hee artinya Yeon Hee bukan Puteri lagi dong? Jadi dia bebas
bersama Jun, bukan?
Woooww
BalasHapusNgebut nih mba fanny...
Hwaitinggg!!!
Beneran lebih suka yeon hee yg orang biasa mbk fan..soalnya kalo jd putri mlah nambah2in ribet kehidupan yeon hee yg emg udah ribet 😑😑
BalasHapusMbulet Nih cerita muter2 aje disitu...paling sebel klo udh cerita mbulet begini, males jadinya lama2
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusko aku bingung sama ceritanya...
BalasHapusdulu queen shim kan mandul, terus punya anak hasil dari sihir hitam. (berarti kan ini anak nya raja)
terus kenapa sekarang raja punya istri lagi ?
bukannya queen shim itu masih istrinya raja ?
mohon pencerahannyaaa :(
Queen Shim adalah istri raja sebelum raja Sunjo. Jabatan queen shim sekarang adalah ibu suri. Dan ratu yang sekarang memang istri raja Sunjo. Istilahnya, queen Shim itu bibi raja Sunjo, karna raja Sunjo adalah keponakan tiri raja Myungjong yang merupakan raja sebelumnya, ayah kandung Yeon Hee, suami dari queen Shim. Jadi, raja Sunjo itu bukanlah ayah Yeon Hee.
Hapusga sabar baca lanjutannya :'3
BalasHapusga sabar baca lanjutannya :'3
BalasHapusga sabar baca lanjutannya :'3
BalasHapus