Menyadari lilin yang tersisa hanya 5 buah, Hong Joo bergegas menemui Raja untuk meminta bantuan tentara demi mencari Yeon Hee. Awalnya Raja tidak bersedia. Hong Joo berkata Raja tinggal menyalahkan semuanya pada Yeon Hee dan membunuhnya maka Raja akan menjadi pahlawan.
Raja bertanya apa yang diperoleh Hong Joo dari semua ini. Ia sama sekali tidak berniat mengembalikan Hong Joo ke istana. Hong Joo berkata ia sudah tahu. Ia hanya ingin Puteri menghilang. Tidak ada lagi yang ia inginkan. Akhirnya Raja bersedia memberikan pasukannya.
Hong Joo berkata Raja juga harus membuat Poong Yeon membunuh Puteri karena hanya api suci Poong Yeon yang bisa membunuhnya. Raja tentu saja tahu Poong Yeon tidak akan mau melakukannya bahkan lebih baik mati daripada membunuh Yeon Hee. Tapi Hong Joo berkata Poong Yeon tidak akan membantah kali ini.
Rakyat semakin frustrasi dengan jatuhnya banyak korban akibat wabah dan mereka semakin beringas menuntut Puteri diserahkan. Bahkan mereka berkumpul membakar lukisan wajah Yeon Hee. Yo Gwang khawatir melihat hal ini.
Ia pergi menemui Poong Yeon. Poong Yeon bertanya apakah Yo Gwang sudah menemukan Yeon Hee. Yo Gwang menggeleng. Menurutnya lebih baik Yeon Hee tidak kembali jika melihat protes rakyat yang semakin menakutkan. Ia bisa mengerti mengapa Yeon Hee memilih bersembunyi kali ini. Masalahnya tidak banyak waktu tersisa untuk menyalakan lilin.
Poong Yeon berkata mereka harus menemukan Yeon Hee sebelum Hong Joo. Mereka memutuskan untuk berpencar. Yo Gwang sempat melihat Poong Yeon terhuyung-huyung karena lukanya, tapi Poong Yeon berkata ia tidak apa-apa. O-ow...mata Poong Yeon sempat berubah seperti mata Hyun Seo.
Jun dan Yeon Hee terus berlari. Yeon Hee kelelahan apalagi energinya semakin melemah seiring mendekatnya batas waktu. Tanpa bicara, Jun menarik Yeon Hee agar naik ke punggungnya. Tiba-tiba terdengar suara perut Yeon Hee yang lapar. Yeon Hee tersipu. Jun tersenyum.
Mereka pergi ke sungai. Jun berusaha menangkap ikan dengan tongkat. Tapi para ikan lebih cepat dari serbuan tongkat Jun. Yeon Hee mengeluh hari ini mereka tidak bisa makan jika seperti ini terus.
“Hai, aku tidak akan membiarkanmu kelaparan meski aku tidak bisa menangkap apapun,” protes Jun. “Tunggu saja.”
Yeon Hee tersenyum melihat tingkah lucu Jun. Namun tiba-tiba ia merasa pening dan Jun terlihat buram. Hanya sementara, tapi Jun sempat melihatnya dan terlihat khawatir. Yeon Hee tersenyum untuk menenangkan Jun.
Entah apakah mereka berhasil makan atau tidak, mereka beristirahat di dekat appi unggun. Jun berkata rasanya menyenangkan berada di tempat itu hanya berdua.
“Nona Yeon Hee, katakan beberapa hal yang kausenangi.”
Yeon Hee tersenyum. Ia berpikir sejenak.
“Aku senang berjalan menyusuri hutan bergandengan tangan denganmu. Aku juga senang ketika kau menggendongku melewati sungai. Dan lucu rasanya melihatmu tidak bisa menangkap ikan.”
Heo Jun pura-pura cemberut. Yeon Hee berkata ia senang bersama Jun seperti saat ini.
“Aku senang ketika kau tersenyum,” kata Jun.
Yeon Hee terpaku menatap Jun. Jun tersenyum malu. Yeon Hee menatap api unggun di hadapannya. Ia bertanya apakah Jun pikir mereka akan pernah bertemu jika bukan karena kutukannya. Mereka mengenang pertemuan pertama mereka saat Yeon Hee hidup terasing di Hutan Hitam. Dan banyak hal yang telah mereka lalui sampai hari ini.
“Kita akan menjalani hidup normal seperti yang kita lakukan hari ini dan aku yakin kita pasti bertemu dengan cara yang sangat biasa. Kita akan bertemu di jalan dan saling mengenali. Dan satu hari yang biasa itu akan menjadi satu hari yang bersinar. Dan kita akan terus ingin bertemu satu sama lain.
Semakin banyak tersentum...semakin sering bertemu...dan semakin merasa setiap waktu pertemuan itu semakin singkat. Dan mungkin kita ingin mengehntikan waktu yang kita miliki bersama selamanya...seperti saat ini.”
Yeon Hee telah tertidur di pundak Jun. Jun meraba dahi Yeon Hee dan nampak terkejut. Ia menjadi sedih.
Yo Gwang pergi ke kuil Chungbing bersama Soon Deuk. Soon Deuk terheran-heran melihat tempat itu. Ia berkata mungkin Yeon Hee dan Heo Jun tidak kembali ke tempat ini. Tapi Yo Gwang berkata mereka tidak memiliki tempat lain untuk dituju. Ia menekankan kalau tempat ini bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang, termasuk Soon Deuk. Tapi saat ini ia tidak memiliki pilihan lain. Ah bilang aja pengen ditemenin XD
Jun dan Yeon Hee melanjutkan perjalanan. Tapi tiba-tiba Yeon Hee kembali merasakan sakit di dadanya. Sayangnya, anak buah Hong Joo dan pasukan Raja sudah menyusul mereka. Dan mereka tidak bisa melarikan diri lagi dengan keadaan Yeon Hee yang seperti itu.
Jun berusaha sekuat tenaga melawan mereka. Yeon Hee berusaha menggunakan kekuatannya tapi ia terlalu lelah dan kondisinya tidak baik hingga ia tidak berhasil. Ia malah merasakan sakit di kepalanya dan jatuh lemas.
Jun khawatir dengan keadaannya dan tidak mampu lagi banyak melawan. Anak buah Hong Joo melukainya dan ia jatuh ke sungai. Yeon Hee menangis melihat tubuh Jun tak bergerak, hanyut dibawa arus sungai.
Poong Yeon tiba dan mengalahkan mereka semua. Ia membopong Yeon Hee dari sana dan membawanya ke sebuah gua.
Ketika Yeon Hee sadarkan diri, ia langsung mencari Jun. Poong Yeon tidak bisa menjawab. Poong Yeon menghalanginya karena mungkin pengejar mereka masih di luar. Yeon Hee tidak peduli. Ia menangis panik dan berkata ia harus mencari Jun. Poong Yeon akhirnya berkata ia yang akan keluar mencari Jun.
“Jun tidak melakukan kesalahan apapun. Aku yang salah. Semua salahku. Karena aku, Jun.... Karena aku, dia.... Dia tidak boleh mati! Tidak!” Yeon Hee meratap.
Dengan hati terluka, Poong Yeon menepuk punggung Yeon Hee untuk menenangkannya. Lalu ia pergi menyusuri sungai mencari Jun. Ia menemukan sebelah sepatu Jun.
Keadaan Yeon Hee memburuk. Ia berkeringat dingin. Dalam keadaan tak sadarkan diri ia bermimpi melihat Jun. Jun memandangnya dengan sedih lalu pergi meninggalkannya. Yeon Hee tertegun.
Tiba-tiba Yeon Hee terbangun. Matanya bersinar merah. Awan gelap meliputi langit. Seakan mendapat kekuatan baru, Yeon Hee berjalan menuju istana sendirian. Kekuatannya telah kembali. Dengan pandangannya ia menjatuhkan para pengawal yang menghalangi jalannya.
Hong Joo melapor pada Raja kalau ia belum mendapatkan Puteri tapi akan segera berhasil. Ibu Suri tiba dan bertanya benarkah Raja mengerahkan pasukan untuk menangkap Puteri. Raja berkata rakyat suda melihat sendiri wujud puteri yang sesungguhnya jadi ia tidak bisa membantu lagi.
Ibu Suri marah dan mengancam akan mengungkap pada semua orang kalau penyakit Raja disebabkan oleh sihir hitam dan Raja berupaya menyembuhkannya dengan sihir hitam karena masuk dalam perangka shaman. Tapi Raja tak peduli lagi.
“Silakan ungkap semua! Jika Ibu Suri ingin menghancurkan keluarga kerajaan, silakan lakukan itu!”
Hong Joo melihat Ibu Suri dengan heran. Ia bertanya sejak kapan Ibu Suri menyayangi Puteri. Apa Ibu Suri melakukan ini benar-benar demi puteri atau Ibu Suri takut dunia akan mengetahui kalau ia pernah mencoba membunuh puterinya sendiri?
Belum sempat Ibu Suri menjawab, mereka dikejutkan dengan bergoyangnya lentera-lentera dalam istana. Para pengawal raja berjatuhan seakan diterpa angin yang kuat.
Yeon Hee masuk ke dalam aula tanpa getar sedikitpun. Semua orang terkejut. Terutama Raja yang nampak ketakutan melihat Yeon Hee.
“Apa Yang Mulia takut padaku?” tanya Yeon Hee.
Heo Ok digiring pergi oleh para pengawal untuk dibawa ke tempat pengasingan. Ia terus berteriak dan meronta. Anak buahnya muncul menyelamatkannya. Heo Ok berhasil melarikan diri.
Poong Yeon terus menyusuri sungai. Akhirnya ia menemukan Jun terdampar di bebatuan pinggir sungai. Ia dalam keadaan tak sadarkan diri. Poong Yeon memanggilnya. Jun membuka matanya dengan lemah. Ia langsung bertanya apakah Yeon Hee selamat. Poong Yeon mengangguk. Jun merasa lega.
Poong Yeon membawa Jun kembali ke gua tempat ia meninggalkan Yeon Hee. Ia terkejut saat menyadari Yeon Hee tidak ada. Ia hendak pergi mencarinya tapi Jun ingin ikut. Poong Yeon ragu Jun bisa pergi dalam keadaan terluka seperti itu.
“Keadaan Yeon Hee lebih buruk dari keadaanku saat ini,” kata Jun.
Poong Yeon berkata Yeon Hee pasti pergi karena berpikir terjadi hal buruk pada Jun. Jun langsung berpikir kalau Yeon Hee pergi ke istana. Ia meminta Poong Yeon pergi lebih dulu sementara ia akan menyusul.
Poong Yeon pergi tapi tiba-tiba ia terdiam. Sihir hitam mulai menguasai dirinya. Jun terkejut melihat perubahan ekspresi Poong Yeon.
Raja bertanya apakah Yeon Hee hendak membunuhnya.
“Kenapa? Apa tidak boleh? Meski kalian semua kesal karena tidak bisa membunuhku?” tanya Yeon Hee dingin.
“Puteri....” ujar Ibu Suri khawatir.
“Tidak ada lagi yang perlu Ibu Suri khawatirkan. Jun sudah mati. Dan mereka berdua yang membunuhnya!” kata Yeon Hee penuh kemarahan.
Raja menyuruh Yeon Hee berhenti sekarang juga. Apa Yeon Hee bisa tetap hidup setelah mengancam Raja? Yeon Hee berkata kenapa ia yang harus mati sesuai keinginan mereka.
“Kau masih belum tahu?” tanya Hong Joo. “Kau dilahirkan karena keserakahan orang-orang ini. Sejak awal kau dilahirkan hanya untuk mati.”
“Tutup mulutmu!” seru Ibu Suri.
Hong Joo bertanya kenapa Yeon Hee mempertaruhkan nyawa berusaha mematahkan kutukan untuk orang-orang ini. Orang-orang yang Yeon Hee bantu (keluarga kerajaan) baru saja menyingkirkannya. Itulah sifat asli keluarga kerajaan.
“Ibu kandungmu diperalat dan disingkirkan, sama sepertimu.”
Ibu Suri tertegun dan panik Hong Joo mengungkapkan hal itu. Yeon Hee bertanya apa maksud Hong Joo.
Hong Joo berkata ia yang membuat Yeon Hee bisa dilahirkan. Ia menggunakan sihir hitam untuk membuat Yeon Hee dilahirkan. Dan karena itu Yeon Hee lahir sebagai anak dikutuk.
“Apa kau tidak ingin tahu bagaimana caranya?”
Ibu Suri semakin panik dan menyuruh Hong Joo diam.
Tapi Hong Joo menceritakan bagaimana Ibu Suri bukanlah ibu kandung Yeon Hee melainkan orang lain. Ibu Suri mandul dan tidak bisa memiliki anak. Ibu kandung Yeon Hee, yang adalah seorang dayang, mengandung Yeon Hee dan Pangeran Sunhoe. Lalu ia menggunakan sihir hitam untuk memindahkan mereka berdua ke dalam tubuh Ibu Suri.
“Lalu Ibu Suri membunuh ibu kandungmu.”
Yeon Hee menoleh pada Ibu Suri yang tertunduk tak bisa mengatakan apapun. Bahkan Raja nampak terkejut mendengar kebenarannya.
“Itulah asal mula dari kutukanmu, anakku. Kau hanya perlu mengembalikan kutukanmu pada mereka yang memberikannya padamu,” kaya Hong Joo. Ia berharap Yeon Hee terpengaruh kata-katanya dan membenci keluarga kerajaan hingga tak lagi berusaha mematahkan kutukannya.
“Tutup mulutmu,” ujar Yeon Hee. “Itu adalah pembalasan dendammu pada keluarga kerajaan. Kebencianmu pada keluarga kerajaan tidak ada hubungannya denganku. Kenapa aku harus mati demi pembalasan dendammu?!”
Seiring dengan bertambah marahnya Yeon Hee, kekuatan yang ia keluarkan semakin kuat. Matanya berkilat merah. Ruangan itu bagai diterpa angin ribut. Benda-benda berjatuhan dengan sendirinya.
“Kenapa aku harus mengorbankan diriku sendiri untuk keserakahan kalian?” Hong Joo mulai melihat Hae Ran dalam diri Yeon Hee. “Kalian yang berdosa jadi kalian yang seharusnya mati!! Tidak...lupakan. Mari kita mati bersama.”
Yeon Hee maju mencekik Hong Joo dan mengangkatnya ke atas.
Jun berusaha menyadarkan Poong Yeon agar tidak dikendalikan oleh sihir hitam. Tapi Poong Yeon melihat Jun dengan penuh kebencian.
“Jangan bersikap seakan kau lebih baik dariku. Aku benci padamu begitu aku melihatmu di sisi Yeon Hee. Jika kau tidak muncul, aku yang akan berada di sisi Yeon Hee sekarang.”
Jun tahu perkataan itu diucapkan Poong Yeon di luar kesadarannya jadi ia tidak marah. Ia terus berusaha menyadarkan Poong Yeon yang jatuh dalam perangkap Hong Joo. Ia berkata Poong Yeon pernah melewatinya dan pasti bisa melewatinya lagi,. Poong Yeon berkata ia menjadi seperti ini karena Jun. Jika Jun tidak muncul, semua hal buruk ini tidak akan terjadi pada Yeon Hee.
Jun menatap Poong Yeon dengan sedih.
“Tuan, kau bilang kau akan melepaskan semua perasaan itu. Kau harus menghilangkan semua bisikan jahat dalam pikiranmu. Kau bisa melakukannya1 Pikirkan apa yang paling ingin kaulindungi. Yeon Hee dalam bahaya sekarang. Kau adalah seorang yang sanggup menyerahkan nyawamu untuk Yeon Hee, bukan?”
Poong Yeon mulai goyah. Ia berusaha melawan pikiran-pikiran jahat itu. Ekspresinya kembali normal. Ia menyuruh Jun cepat pergi menyelamatkan Yeon Hee, lalu ia jatuh pingsan.
Hong Joo hampir mati dalam cekikan Yeon Hee. Yeon Hee! Seru Ibu Suri, berusaha menghampiri. Tapi Yeon Hee menoleh dan Ibu Suri terlempar. Raja mengambil pedang, namun ia juga terlempar oleh tatapan Yeon Hee.
“Aku hanya ingin hidup normal seperti orang lainnya. Aku hanya ingin hidup normal bersama pria itu,” kata Yeon Hee sambil menangis. “Itu adalah sebuah kesalahan. Kenapa semua orang yang kusayangi harus mati?!”
Yeon Hee menjerit penuh keputusasaan dan kemarahan. Ia semakin kuat mencekik Hong Joo.
“Yeon Hee....jangan lakukan itu,” terdengar suara Jun lembut.
Seketika itu juga Yeon Hee melepaskan cekikannya. Hong Joo jatuh ke lantai.
Yeon Hee menoleh dan melihat Jun. Air mata mulai mengalir di wajahnya. Jun menghampirinya dan memeluknya. Yeon Hee menangis, seakan baru percaya kalau orang yang dicintainya masih hidup.
Para pengawal Raja mengepung mereka, sementara yang lain sibuk membantu Raja dan Ibu Suri.
Yeon Hee ditangkap dan kembali dikurung dalam sel. Kali ini pakaian kebesarannya ditanggalkan.
Akibat kata-kata dan lemparan Yeon Hee, Raja sangat shock dan ketakutan. Jun berusaha menjelaskan kalau Yeon Hee seperti itu karena mengira ia sudah mati. Tapi Raja berkata ia tidak peduli dengan cinta mereka.
“Ia sendiri yang mengatakan ia akan membunuhku.”
“Kenapa Yang Mulia hendak membunuhnya?” tanya Jun. Ia berkata Raja seharusnya tahu seperti dirinya kalau wabah yang terjadi tidak ada hubungannya dengan Yeon Hee. Ia akan mencari penyebab wabah sebenarnya dan mencari obatnya. Ia akan melakukan apapun dan memohon Raja melepaskan Yeon Hee.
Tapi Raja terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Sekarang ia yakin kalau Yeon Hee dikutuk. Ia tidak peduli wabah yang terjadi ada kaitannya dengan kutukan Yeon Hee atau bukan. Ia tidak akan menutupi lagi kenyataan kalau Puteri dilahirkan dari sihir hitam.
“Bukankah Yang Mulia ingin menjadi raja yang hebat? Namun Yang Mulia malah takut dengan mereka yang memprotes Yang Mulia dan berusaha menghindari keadaan sebaik mungkin? Rakyat hidup menderita hingga mereka menyalahkan Puteri. Dan Yang Mulia malah berusaha menutupi semua ini? Hadapi penderitaan rakyat dan temukan jalan keluar bagi mereka, Yang Mulia!”
Raja marah dan menyuruh Jun tutup mulut. Ia berkata ia hanya melindungi diirnya sendiri dan Jun jangan menganggunya lagi. Ia memerintahkan agar Jun ditangkap.
Poong Yeon menemui Yeon Hee. Ia bertanya apakah Yeon Hee tidak apa-apa. Ia menyesal telah meninggalkan Yeon Hee sendirian dalam gua. Yeon Hee berkata ini bukan salah Poong Yeon.
“Yeon Hee, jangan khawatir. Dan jangan hilang harapan. Aku ingin membawamu melarikan diri saat ini juga, tapi bukan itu yang kauingini, bukan? Maka akau melakukan apapun yang kubisa untuk melindungimu sebaik mungkin. Aku akan pastikan mereka tidak bisa melakukan apapun padamu.”
Dalam hatinya ia berkata ia sangat mencintai Yeon Hee.
Sol Gae diam-diam melihat saat Poong Yeon keluar dari penjara. Poong Yeon kembali ke divisi Tao. Ia memegang sebuah botol kecil. Tiba-tiba rasa sakit di dadanya kambuh. Ia berusaha sekuat tenaga membuka botol itu dan hendak meminumnya.
Tapi tiba-tiba sabetan rantai menjatuhkan botol itu. Botol itu jatuh ke lantai menumpahkan seluruh isinya. Anak buah Hong Joo yang memegang rantai itu kemudian mengikat kedua tangan Poong Yeon dengan rantai dan mengikatkannya pada tiang hingga Poong Yeon tidak bisa beranjak.
Hong Joo datang dan melihat isi botol kecil yang mengepulkan asap. Isinya ternyata racun. Poong Yeon berniat bunuh diri agar sihir hitam tidak bisa mengendalikannya dan ia tidak bisa dipergunakan Hong Joo untuk membunuh Yeon Hee.
Hong Joo berkata ia kecewa pada Poong Yeon dan tak mengira ia seorang pengecut yang lemah. Ia sudah menduga Poong Yeon mungkin melakukan hal seperti ini.
“Bagaimana bisa kepala divisi Tao berpikir untuk bunuh diri di saat tugas pentingnya belum selesai? Kau tidak bisa merusak rencanaku seperti itu.”
“Kau tidak akan bisa memperalatku.”
Hong Joo menyentuh luka Poong Yeon. Poong Yeon terkesiap kesakitan.
“Kau menderita cinta tak berbalas hingga kau tidak bisa melakukan apapun selain melihat. Pikirkan rasa sakit yang kauderita. Jika kau melakukannya, kau akan merasa lebih baik. Sedikit demi sedikit kau akan menjadi orang yang berbeda.”
Hong Joo pergi. Poong Yeon meronta marah tapi ia tidak bisa melepaskan diri. Matanya mulai berubah-ubah.
Heo Ok baru tahu kalau Puteri dituduh menjadi penyebab wabah dan melarikan diri. Ia pikir kalau ia bsia menangkap Puteri maka ia akan diampuni. Tapi ia langsung mundur begitu mendengar Puteri memiliki kekuatan super yang bisa membuat orang terbang.
Hong Joo menyuruh Hyun Seo membawakan halaman terakhir Mauigeumseo padanya.
Soon Deuk pergi ke kuil Chungbing untuk memberitahu kalau ia dengar Yeon Hee telah kembali ke istana. Yo Gwang terkejut dan bergegas pergi.
Ia berhenti saat melihat Hyun Seo ada di hadapannya. Hyun Seo meminta halaman terakhir Mauigeumseo padanya. Yo Gwang berbohong ia sudah membakar halaman itu. Untuk apa Hyun Seo mencarinya?
Tapi Yo Gwang tidak pandai berbohong. Hyun Seo menduga Yo Gwang menyembunyikan halaman itu di balik pakaiannya. Ia maju mendekati Yo Gwang.
Yo Gwang menyuruh Soon Deuk bersembunyi. Diam-diam ia meraih pedangnya. Hyun Seo menyerangnya tap Yo Gwang berhasil mengalahkannya.
“Tuan, tolong hentikan.”
“Apa kau benar-benar bisa membunuhku? Seseorang yang tak berguna sepertimu?” ujar Hyun Seo sinis. “Ayo lakukan. Tapi kau harus melakukannya tanpa kegagalan jika ingin menyelamatkan Puteri.”
Yo Gwang mengangkat pedangnya. Soon Deuk melihat dari balik persembunyiannya. Tapi pada akhirnya Yo Gwang tidak bisa. Ia menjatuhkan pedangnya dan memohon agar Hyun Seo sadar.
Diam-diam Hyun Seo meraih belati di balik lengan bajunya. Lalu mendadak menikam Yo Gwang. Yo Gwang roboh ke tanah.
Hyun Seo mengambil lembar terakhir Mauigeumseo dari balik pakaian Yo Gwang lalu beranjak pergi. Yo Gwang memegangi tangannya.
“Yeon Hee, Tuan. Yeon Hee yang Tuan lindungi dengan mempertaruhkan nyawa Tuan. Puterimu, Yeon Hee!” Yo Gwang memohon.
Sesaat Hyun Seo nampak sadar. Tapi ia menggenggam lembaran itu kuat-kuat lalu menepis tangan Yo Gwang. Ia pergi begitu saja. Untung ada Soon Deuk yang membantu Yo Gwang.
Ibu Suri terpukul saat mendengar Yeon Hee akan dieksekusi besok. Kasim menangis menyampaikan kabar tersebut.
“Ini salahku. Semua ini salahku, “Ibu Suri meratap. “Apa yang bisa kulakukan untuk anakku yang malang? Apa yang bisa kulakukan untuk Puteriku?”
Semalaman Poong Yeon berusaha melepaskan diri dan menahan rasa sakit yang menderanya. Tapi api suci yang dikerahkannya tidak mampu membakar rantai yang mengikatnya. Soon Deuk merawat Yo Gwang yang terlukandi kuil Chungbing.
Jun di dalam penjara berusaha melepaskan rantai yang mengikat kedua tangannya. Tapi ia tidak bisa. Ia mulai putus asa dan bertanya apakah semua ini akan benar-benar berakhir. Apakah ia tidak bisa melakukan apapun untuk Yeon Hee?
Keesokan harinya, Sol Gae menyusup ke dalam divisi Tao. Ia mengalahkan anak buah Hong Joo yang berjaga di sana. Ia menemukan Poong Yeon tak sadarkan diri dan berusaha membangunkannya.
“Tuan harus melindungi orang yang paling Tuan sayangi. Aku tidak ingin lagi melihat Tuan hidup dalam rasa bersalah dan penyesalan.”
Tapi saat ia hendak melepas rantai Poong Yeon, anak buah Hong Joo menyerangnya. Sol Gae berusaha mengalahkan mereka semua. Salah satu dari mereka dengan licik melemparkan pasir ke mata Sol Gae. Akibatnya Sol Gae terluka.
Hong Joo menggunakan kesempatan itu untuk menikam Sol Gae tanpa ampun.
“Gadis bodoh, sudah kubilang perasaanmu akan menjadi kematian bagimu,” ujarnya.
Sol Gae terkapar dalam keadaan sekarat. Poong Yeon shock.
“Tidak...tidak!” tangisnya.
“Tuan....” bisik Sol Gae lirih.
Kilas balik saat pertama kali mereka bertemu. Poong Yeon pergi ke rumah di Hutan Hitam mengira Yeon Hee telah kembali namun ia malah menemukan seorang anak kumal yang kelaparan.
Ia memberi makan anak itu. Poong Yeon bertanya kenapa Sol Gae ada di sana. Sol Gae berkata ia tidak memiliki tempat tujuan dan terus berpindah tempat hingga tiba di sana. Ia tidak memiliki keluarga seorangpun.
Poong Yeon merasa kasihan padanya dan bertanya apakah Sol Gae ingin ikut dengannya. Setidaknya ia tidak akan membiarkan Sol Gae kelaparan.
Poong Yeon menangis melihat keadaan Sol Gae. Sol Gae meminta maaf lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
“Tidaaaaak!” Seru Poong Yeon. “Kenapa? Kenapa?!!”
Kemarahan, kesedihan dan kebenciannya pada Hong Joo memenuhi hatinya hingga akhirnya sihir hitam mengendalikan seluruh tubuhnya. Sepertinya memang Hong Joo sengaja melakukan itu.
Yeon Hee ditempeli kertas jimat lalu digiring memasuki kereta tahanan. Para dayang dan kasim yang selama ini melayaninya meratapi kepergiannya.
Para rakyat telah berkumpul di depan tempat eksekusi. Mereka melempari batu saat kereta Yeon Hee lewat. Lalu Yeon Hee diikat di tiang yang dikelilingi jerami. Yeon Hee terkejut melihat kakaknya juga ada di sana. Ia berusaha menatap kakaknya tapi Poong Yeon sama sekali tidak melihat Yeon Hee.
Genderang ditabuh. Jun tak berdaya di dalam selnya. Raja memejamkan matanya. Sementara Ibu Suri nampak khawatir.
Poong Yeon berdiri di depan tumpukan jerami. Ia menatap Yeon Hee. Hong Joo nampak harap-harap cemas melihat apa yang akan dilakukan Poong Yeon.
Ia tersenyum saat Poong Yeon mulai menyalakan api. Yeon Hee bergerak-gerak gelisak ketakutan. Rakyat yang tadinya menginginkan kematian Yeon Hee, tak sanggup melihat penghukuman itu. Api pun semakin membesar.
Komentar:
Aaah...Poong Yeon...Kenapa??
Tapi yang paling gemes tuh sama Raja Seonjo...Kenapa??? Kenapa??? *pinjam ekspresi Poong Yeon*
Jelas-jelas ia mendengar sendiri ketika Hong Joo mempengaruhi Yeon Hee untuk membenci keluarga kerajaan dan membiarkan kutukannya mengenai mereka. Jelas-jelas Hong Joo membenci keluarga kerajaan. Bukan sekali dua kali ia mengatakannya di depan raja.
Apa Raja tidak tersentuh saat mendengar Yeon Hee berkata ia hanya ingin menjadi orang biasa. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal. Kenapa orang yang disayanginya selalu direnggut darinya?
Tapi Raja lebih fokus pada perkataan Yeon Hee yang seolah tak takut untuk membunuhnya. Ia merasa takut ketika Yeon Hee melemparnya seperti melempar benda tak berharga. Lagi-lagi rasa takut itu yang menguasai dirinya dan membuatnya tak bisa berpikir jernih.
Meski Yeon Hee akhirnya ditangkap, aku senang ketika ia tanpa takut kembali ke istana mencari Hong Joo. Ia juga tidak terpengaruh pada kelicikan kata-kata Hong Joo. Meski ia terpukul mengetahui asal usulnya, tapi baginya Hong Joo yang menyebabkan “kematian” Jun.
Aku hanya berharap turun hujan lebat mematikan api Poong Yeon ;p
No spoiler please^^
Akhirnya... sinopsis yang di tunggu2. Tiap hari buka blognya mba fanny sesering mungkin, brharap sinopsisnya di update. Akhirnya.. di update juga. Huaaa~ makasii mba fanny. Meskipun udh tau endingnya gmana, saya tetap nunggu sinop mba fanny supaya lebih mendetail. Dan yg paling saya tunggu dr sinop mba fanny adalah komentarnya mba fanny. Ngajak yang baca buat berfikir juga. The best deh sinopnya mba fanny. Ini komen pertama saya saking senengnya. Hehehehe.. maaf mba fanny, slama ini sya cuma jd silent reader. Semangat mba fanny. Tinggal 2 eps lg. Semangat !! π
BalasHapusMakin seru..ditunggu lanjutannya kakak π
BalasHapusahh kaga sabar nunggu besok :'"v
BalasHapusakhirnya setelah bolak balik,,
BalasHapusterima kasih unni,,
iyaa, gemes liat Raja Seonjo,, karakter org yg cepat menyimpulkan,, hehee,,
Semoga happy endingπππ
episode 19 nya belum yaj unni? :''
BalasHapusDitunggu sinopsis selanjutnya segera ya mbak ^^ udah gak sabar ini hehe :D tapi sedih juga ya udah mau pisah aja sama drama ini.. :(
BalasHapus