Jun panik saat mendengar suara tambur. Ia berusaha mendobrak pintu penjara tapi tentu saja tak berhasil. Yeon Hee ketakutan melihat api yang semakin membesar di sekelilingnya. Tapi Poong Yeon tampak sudah mati rasa dan tidak berekspresi apapun.
Tiba-tiba langit berubah gelap. Ratu sedang di kamarnya. Asap hitam dari tungku ke cil bergerak memasuki tubuhnya. Ratu merasa kesakitan. Ia meronta-ronta lalu tiba-tiba terangkat melayang dari lantai. Ratu ketakutan dan berteriak-teriak panik.
Raja melihat langit yang berubah dan merasa ada yang tak beres. Ia berlari ke kediaman ratu. Ia shock melihat Ratu melayang di udara. Tiba-tiba ia teringat perkataan Ibu Suri kalau Yeon Hee tidak boleh dibunuh. Jika Yeon Hee dibunuh maka seluruh keluarga kerajaan akan dikutuk.
Lalu ia ingat Hong Joo berkata bahwa Yeon Hee hanya perlu mengembalikan kutukan ini pada tempat asal di mana semua ini berawal, yaitu istana. Raja mulai menyadari kesalahannya.
Hong Joo tersenyum melihat Yeon Hee yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Yeon Hee mulai putus asa. Tiba-tiba matanya bersinar. Jimat yang tertempel di tubuhnya terbakar dengan sendirinya.
Yeon Hee menatap Hong Joo dengan penuh kemarahan. Kekuatannya telah kembali. Ia berteriak berusaha mendorong tumpukan jerami dengan kekuatannya. Akhirnya ia berhasil mendorong sebagian jerami yang berada di hadapannya.
Tapi karena terlalu mengerahkan tenaga, energinya mulai habis. Jimat di dahinya bersinar dan rambutnya mulai memutih.
Jun akhirnya terpuruk putus asa setelah beberapa waktu lamanya ia berusaha mendobrak penjara. Tiba-tiba Raja menemuinya.
“Rencana Hong Joo adalah untuk membunuh Puteri dan mengutuk keluarga kerajaan untuk memutus garis keturunan keluarga kerajaan. Apa itu benar?” tanyanya.
Jun berkata itu sebabnya mereka harus menyelamatkan Puteri. Ia menangis memohon Raja melepaskannya karena tidak ada waktu lagi.
Semua orang terkejut melihat perubahan wujud Yeon Hee termasuk Hong Joo. Poong Yeon terus menatap Yeon Hee. Ia mulai teringat saat pertama kali melihat Yeon Hee berubah wujud di hadapannya. Kepalanya terasa sakit.
“Itu bukanlah Yeon Hee. Ini bukan salahmu. Ini adalah kesalahan mereka yang menipumu. Kau harus membenci mereka...Kau hanya perlu membunuh anak yang dikutuk dan ia akan kembali menjadi Yeon Hee yang polos dan murni. Dia bukan Yeon Hee...dia hanya anak terkutuk. Jika kau menyingkirkan kutukan dari tubuhnya, ia akan kembali seperti semula. Dan hanya kau yang bisa menyingkirkannya. Hanya kau yang bisa melindungi Yeon Hee,” bisikan-bisikan roh terngiang-ngiang di telinganya.
Poong Yeon terus berusaha melawan bisikan-bisikan itu. Hong Joo nampak khawatir.
“Yeon Hee....” akhirnya Poong Yeon sadar. Tapi terlambat, Yeon Hee lemas tak sadarkan diri. Hong Joo menghela nafas lega. Poong Yeon menatap tangannya yang sudah membakar Yeon Hee. Ia nampak terpukul.
Tiba-tiba terdengar suara Jun berteriak-teriak memanggil Yeon Hee. Yeon Hee sadar dan menoleh. Jun menerobos pora penjaga dengan sekuat tenaga. Hong Joo tidak bisa tinggal diam membiarkan rencananya kembali gagal. Ia mengambil pedang untuk menyerang Jun.
Tapi kali ini Poong Yeon tidak membiarkannya. Ia melukai Hong Joo. Hong Joo roboh ke tanah. Jun berhasil naik menerobos kobaran api dan melepaskan ikatan Yeon Hee. Poong Yeon berjaga agar tidak ada orang yang berani mendekat.
Tapi api berkobar terlalu besar. Jun melindungi Yeon Hee dengan tubuhnya. Dengan kekuatannya, Yeon Hee akhirnya berhasil menjatuhkan sebagian jerami. Jun membawa turun Yeon Hee dan melarikan diri bersamanya.
Ratu yang melayang di udara tiba-tiba lemas tak bergerak. Asap hitam keluar dari tubuhnya disaksikan oleh para dayang dan keluar dari kamar Ratu. Ratu jatuh ke lantai dan pingsan.
Jun membawa Yeon Hee ke kuil Chungbing untuk merawatnya. Ia menangis menyadari hampir kehilangan Yeon Hee dan juga melihat penderitaan yang baru saja dilaluinya.
Yeon Hee menyentuh wajah Jun dan bertanya kenapa ia melakukan hal yang begitu berbahaya.
“Aku tidak bisa menyelamatkannya. Ibuku. Aku takut aku tak bisa melakukan apapun untukmu. Aku sangat takut.”
Yeon Hee pelan-pelan bangkit. Ia mengusap air mata Jun dan menenangkannya.
Poong Yeon yang dirundung perasaan bersalah, melepaskan jubahnya. Tanda ia melepaskan kedudukannya sebagai pemimpin divisi Tao.
Jun menanyakan keadaan Yo Gwang pada Soon Deuk. Soon Deuk berkata Yo Gwang hampir mati.
“Kau tahu, orang yang disebut Tuan Choi. Keadaannya tidak terlihat baik,” katanya.
Jun meminta Soon Deuk merahasiakannya dari Yeon Hee. Soon Deuk mengangguk.
Yo Gwang menghampiri mereka dengan bantuan tongkat. Ia lega saat mendengar kalau Yeon Hee baik-baik saja. Jun bertanya kenapa Hyun Seo menyerangnya. Yo Gwang melirik Soon Deuk dengan kesal karena tidak merahasiakannya.
Ia hendak berbohong tapi Soon Deuk berkata bukankah Hyun Seo datang untuk mengambil sesuatu.
“Sesuatu seperti Maui....”
“Soon Deuk!” Yo Gwang cepat-cepat menutup mulut Soon Deuk. Ia berkata ia kesakitan jadi Soon Deuk harus merawatnya lagi.
Jun merasa aneh dengan sikap Yo Gwang. Ia melihat Yeon Hee sudah berpakaian rapi. Ia bertanya ke mana Yeon Hee hendak pergi dalam keadaan seperti itu. Yeon Hee berkata ia akan ke istana. Ia merasa telah terjadi sesuatu di sana.
Ia bercerita ia sempat mendapat peringatan kalau bayi Raja berada dalam bahaya. Ia harus memeriksa apakah Ratu dan bayinya baik-baik saja.. Jun tahu tidak ada gunanya menghalangi Yeon Hee. Maka ia pun pergi menemani Yeon Hee.
Yeon Hee melintasi kota dengan menutupi wajahnya hingga tak ada yang mengenalinya. Tanpa disangka-sangka, kasim Ibu Suri sudah menanti mereka di luar istana dan membawa mereka masuk dengan mudah. Kasim berkata Ibu Suri yang memintanya berjaga di sana karena Yeon Hee mungkin kembali ke istana.
Yeon Hee ingin bertemu Ibu Suri tapi kasim berkata Ibu Suri sedang sakit dan sedang beristirahat. Yeon Hee akan sulit menemuinya.
Raja terpukul melihat Ratu dalam keadaan shock. Ratu telah keguguran. Mereka kehilangan bayi mereka.
Yeon Hee dan Jun melihat saat Raja keluar dari kediaman Ratu dalam keadaan galau dan sedih. Keduanya berpandangan. Yeon Hee mengangguk.
Mereka pergi ke “laboratorium” mereka di dalam istana. Dan mereka pun mulai membuat ramuan bersama.
Mereka menyerahkan ramuan tersebut pada Raja. Mereka meminta Raja memberikan ramuan itu pada Ratu. Itu adalah ramuan Penenang yang bisa menenangkan pikiran Ratu. Yeon Hee berkata saat ini yang paling menderita adalah Ratu dan ia berharap ramuan itu bisa membuat Ratu merasa sedikit lebih baik.
“Bukankah kau membenciku?” tanya Raja.
“Aku marah dan membenci Yang Mulia,” Yeon Hee mengakui. Tapi ia merasa kasihan karena Raja dan Ratu kehilangan bayi mereka. Ia menegaskan kalau ini bukan demi Raja.
Raja berkata selama wabah ini terus berlangsung, rakyat akan terus menyalahkan Yeon Hee. Jun mengatakan pendapatnya kalau wabah ini mungkin disebabkan oleh sihir hitam Hong Joo juga mengingat wabah ini berlangsung lama dan puteri yuang dipersalahkan. Jika itu benar, maka wabah itu akan berakhir setelah kutukan dipatahkan.
Raja menghela nafas panjang. “Apakah kutukan ini benar-benar bisa dipatahkan?” ujarnya tak yakin.
Ia berkata kelemahannya yang membuatnya mempercayai kata-kata Hong Joo. Akibatnya ia kehilangan anaknya. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Ia menyerahkan hukuman Hong Joo pada Jun dan Yeon Hee.
“Mintalah padaku apapun yang kalian perlukan.”
“Yang Mulia berubah pikiran saja sudah menjadi bantuan yang sangat besar bagi kami,” kata Jun.
Saat Yeon Hee hendak undur diri, Raja memberitahu mereka kalau Poong Yeon mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin divisi Tao dan akan pergi. Ia meminta mereka menemui Poong Yeon sebelum ia pergi.
Yeon Hee dan Jun segera pergi ke markas divisi Tao namun tempat itu dikunci dari dalam. Yeon Hee terus mengetuk pintu dan memanggil kakaknya.
“Kakak, ini aku Yeon Hee. Kakak! Ijinkan aku untuk menemui Kakak. Aku baik-baik saja. Ini bukan kesalahan Kakak!”
Poong Yeon hanya diam dengan sedih mendengar seruan Yeon Hee. Dalam hatinya ia berkata ia tidak akan pernah lagi menemui Yeon Hee. Ia tidak bisa menemuinya lagi.
Yeon Hee sangat sedih. Jun membimbingnya keluar.
Ibu Suri memandangi Yeon Hee dari jauh. Setelah memastikan Yeon Hee baik-baik saja, ia berpaling pergi. Yeon Hee menoleh dan melihatnya. Ia menyadari Ibu Suri menghindarinya (dengan alasan sakit) namun tetap mempedulikannya.
Maka ia pun pergi menemui Ibu Suri. Ibu Suri menunduk tak sanggup menatap Yeon Hee. Yeon Hee berkata ia tidak bisa mengerti Ibu Suri, tapi ia akan mencoba mengerti mengapa Ibu Suri bertindak sejauh itu demi mendapatkan anak.
“Semoga Ibu Suri selalu sehat.”
“Yeon Hee.....kau harus mematahkan kutukan itu. Dan setelahnya, jalani hidupmu seperti yang kau inginkan. Itulah keinginanku.”
“Baik, Ibu.” Itu adalah panggilan “Ibu” pertama dan terakhir yang diucapkan Yeon Hee pada Ibu Suri.Ibu Suri menangis melihat kepergian Yeon Hee.
Hong Joo membalut lukanya. Ia sangat kesal karena lagi-lagi rencananya berantakan. Tapi ia berkata ia tidak bisa berhenti karena semuanya hampir berakhir. Ia bertanya apakah Hyun Seo membawa halaman terakhir Mauigeumseo.
Hyun Seo nampak gemetar menahan sakit. Ia menyerahkan halaman terakhir Mauigeumseo lalu ambruk ke lantai. Hong Joo membawa halaman terakhir itu.
Melihat Yeon Hee sedih, Jun membuat suatu ramuan sendirian. Itu adalah ramuan Cermin.
Lalu ia menemui Poong Yeon. Poong Yeon berkata ia mungkin saja membahayakan Yeon Hee lagi jadi bagaimana mungkin ia bisa tinggal di sisinya. Jun berkata Yeon Hee juga tahu kalau Poong Yeon tidak berdaya waktu itu.
“Tidak. Pada akhirnya aku tidak mengendalikan pikiranku sendiri. Dan yang paling menakutkan adalah aku tidak mengenal lagi pikiranku ini yang terus berusaha melukai Yeon Hee.”
Jun menyerahkan ramuan Cermin yang dibuatnya. Ia berkata ramuan itu akan bisa membantu Poong Yeon melihat ke dalam hati dan pikirannya sendiri.
Poong Yeon kembali ke rumahnya lalu meminum ramuan itu. Tiba-tiba ia merasa kepalanya sakit.
Lalu ia teringat setiap kali perkataannya pada Yeon Hee bahwa ia akan melindungi Yeon Hee. Ternyata itu semua bermula ketika Hyun Seo membawa Yeon Hee pulang saat bayi. Poong Yeon remaja yang menggendong Yeon Hee kecil saat Hyun Seo membawa Yeon Hee ke rumah di Hutan Hitam.
Ketika itu Hyun Seo yang berada di luar tandu bertanya apakah Poong Yeon menggendong adiknya baik-baik. Poong Yeon meminta ayahnya tidak khawatir. Ia menggendong Yeon Hee baik-baik dan tidak akan pernah melepaskannya.
“Kau harus melindungi Yeon Hee baik-baik, apa kau mengerti?” ujar Hyun Seo.
“Ya, aku akan terus berada di sisinya tak peduli bagaimanapun. Aku akan melindungi Yeon Hee selamanya.”
Tiba-tiba Poong Yeon melihat ayahnya duduk di hadapannya. Hyun Seo bertanya apakah janji untuk melindungi Yeon Hee terlalu berat bagi Poong Yeon. Poong Yeon berkata ayahnya yang memintanya melindungi Yeon Hee sejak bayi. Karena itu ia harus melindunginya seumur hidupnya.
“Ayah tidak pernah memintamu melindungimu seumur hidupmu. Bagaimana kau bisa beranggapan begitu?”
“Bukankah aku harus bertanggunjawab atas Yeon Hee karena aku harus melindunginya?”
“Apa kau bingung membedakan rasa cinta dan tanggungjawab?” tanya Hyun Seo.
Tidak, jawab Poong Yeon. Ia berkata perasaannya tulus menyukai Yeon Hee. Ia melindungi Yeon Hee karena ia mencintainya.
“Tapi pada akhirnya kau tidak bisa melindunginya,” kata Hyun Seo.
Poong Yeon berkata itu bukan karena perasaannya yang kurang terhadap Yeon Hee. Hyun Seo menghela nafas panjang. Ia berkata pikiran Poong Yeon salah, itu bukan cinta. Keinginan Poong Yeon untuk melindungi Yeon Hee yang membuatnya terobsesi pada Yeon Hee. Poong Yeon terhenyak menyadari kata-kata ayahnya.
“Apakah sekarang kau bisa melepaskannya?” tanya Hyun Seo.
Poong Yeon mulai menangis. Saat ia mengangkat kepalanya, ayahnya tidak ada. Percakapan dengan ayahnya tadi hanyalah bayangan Poong Yeon. Namun sekarang Poong Yeon sudah mengerti apa isi hatinya sendiri.
Ia pergi ke kuil Chungbing menemui Yeon Hee. Jun memberikan mereka waktu untuk berbicara berdua.
Poong Yeon tidak sanggup menatap Yeon Hee pada awalnya. Namun ia akhirnya menatapnya setelah Yeon Hee memintanya. Yeon Hee tersenyum dan berkata ia khawatir kakaknya akan berkata tidak mau bertemu dengannya lagi.
Poong Yeon berkata ia merasa sangat bersalah pada Yeon Hee. Ia berjanji melindunginya namun pada akhirnya malah melukainya.
“Aku selalu berpikir aku akan melindungimu di sisimu. Aku selalu berpikir aku harus selalu di sisimu. Aku berpikir bahwa semua itu demi kau dan berpikir itu adalah takdir kita. Dan karena rasa tanggungjawab yang salah aku malah membuatmu terancam bahaya. Sekarang kakakmu ini hanya mengharapkan kebahagiaanmu,” Poong Yeon tersenyum.
Yeon Hee tersenyum dan menggenggam tangan kakaknya. Poong Yeon membalas. Dalam hatinya, Yeon Hee berharap Poong Yeon menjalani hidup demi dirinya sendiri bukan demi Yeon Hee lagi.
Sebuah lilin kembali menyala.
Hong Joo tersungkur diserang rasa sakit. Ia melihat Hyun Seo yang berbaring sekarat. Karena kekuatan sihir hitam yang mengendalikan Hyun Seo telah habis, Hyun Seo tidak bisa lagi hidup maupun menjadi boneka Hong Joo.
Ia menyalahkan Hyun Seo yang memberitahu lawannya tentang Belati Sihir hitamnya. Karena ia tidak bisa lagi menggunakan sihir hitam, ia tidak bisa lagi menyelamatkan Hyun Seo.
“Syukurlah, aku bisa lepas dari genggamanmu,” ujar Hyun Seo lirih.
Hong Joo berkata Hyun Seo tidak berguna lagi untuknya. Anak buah Hong Joo membawa Hyun Seo pergi.
Saat Poong Yeon sedang berjalan, tiba-tiba sebuah belati dilempar ke dekatnya. Ia menoleh dan melihat anak buah Hong Joo berlari pergi. Poong Yeon mengejar mereka. Jelas mereka sengaja memancing Poong Yeon ke tempat itu.
Poong Yeon menemukan ayahnya bersandar lemah di sebuah batu. Hong Joo melihat Poong Yeon membawa ayahnya pergi. Ada kesedihan di wajahnya.
Poong Yeon membawa ayahnya ke markas divisi Tao namun ayahnya tak sadarkan diri. Ia memanggil Yo Gwang dan bertanya kenapa ayahnya menjadi seperti itu.
Yo Gwang menjelaskan kalau kekuatan sihir hitam yang selama ini menopang hidup Hyun Seo telah habis dan sekarang nyawanya dalam bahaya. Poong Yeon bertanya apakah ayahnya bisa selamat jika ada sihir hitam.
“Tidak. Ia bisa bertahan hidup sebentar tapi tubuhnya tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Jika sihir hitam kembali memasuki tubuhnya, ia akan mati dengan lebih menderita.”
Poong Yeon sangat terpukul. Yo Gwang pergi keluar untuk memberi waktu Poong Yeon bersama ayahnya,.
“Apakah ini hadiah dari pengabdian Ayah seumur hidup Ayah? Apakah ini hasil dari tugas yang Ayah tunaikan dengan meninggalkan aku dan Ibu? Sebenarnya Ayah menganggapku apa? Ayah seharusnya memberitahuku dan meminta pertolonganku. Kenapa Ayah tidak percaya padaku? Kenapa ayah menanggungnya sendirian?”
Tiba-tiba Poong Yeon kembali didera oleh rasa sakit akibat lukanya. Rasa sakit itu timbul setiap kali Poong Yeon merasa marah dan emosi.
Hyun Seo membuka matanya lalu memegang tangan Poong Yeon. Ia menoleh dan menyentuh bagian dada Poong Yeon yang terluka. Poong Yeon mengerang kesakitan. Asap hitam keluar dari luka Poong Yeon. Poong Yeon terjatuh.
Poong Yeon melihat lukanya. Luka itu sembuh tak berbekas. Hyun Seo bangkit. Ia telah menyerap sihir hitam dari luka Poong Yeon. Ia memuntahkan darah.
“Maafkan Ayah Poong Yeon, hanya ini yang bisa Ayah lakukan untukmu.”
Poong Yeon menggeleng menyadari ayahnya telah mengorbankan nyawanya demi dirinya. Ia bertanya apa yang dapat ia lakukan jika terjadi sesuatu pada Ayahnya. Hyun Seo hanya terus meminta maaf. Lalu ia pergi meninggalkan Poong Yeon yang terus menangis sambil memanggilnya.
Hyun Seo pergi ke tempat persembunyian Hong Joo. Ia melihat halaman terakhir Muigeumso tergeletak di atas meja. Hong Joo terkejut melihat Hyun Seo masih hidup. Ia menyadari Hyun Seo sudah menyerap sihir hitam Poong Yeon.
Hong Joo menyembunyikan halaman terakhir itu. Ia berkata Heo Jun pasti akan mengorbankan nyawanya demi Yeon Hee tanpa sedikitpun keraguan. Ia yakin Heo Jun yang akan menyalakan lilin terakhir.
Hyun Seo meminta halaman terakhir itu. Hong Joo bertanya apakah Hyun Seo takut ia akan melakukan sesuatu terhadap Jun. Hyun Seo berkata tugasnya adalah menghentikan Hong Joo.
Hong Joo tanpa sihir hitam hanyalah wanita yang lemah. Ia tidak berdaya melawan Hyun Seo. Hyun Seo membuatnya jatuh berlutut.
Hong Joo memohon agar Hyun Seo menolongnya kali ini saja. Ia berpegangan pada Hyun Seo dan menangis memohon...bukan karena sihir hitam, tapi ia sungguh-sungguh memohon agar Hyun Seo menyelamatkannya.
“Aku hanya mempercayai Tuan selama 18 tahun ini, jadi kenapa Tuan selalu berusaha menghalangiku. Kumohon kali ini saja lakukan seperti keinginanku.,ya?”
Hyun Seo nampak sedih tapi ia berkata ia tidak bisa membiarkan Hong Joo melakukan sesuai keinginannya meskipun Hong Joo menyelamatkannya ratusan kali. Ia merebut halaman terakhir Mauigeumseo lalu pergi. Hong Joo menangis tersedu-sedu.
Jun dan Yeon Hee melihat bintang di langit. Yeon Hee kembali merasakan sakit. Jun mengetahui itu.
“Hanya dua hari waktu yang tersisa,” kata Yeon Hee.
Jun meraih Yeon Hee dan menyandarkannya ke pundaknya.
“Setelah kita mengangkat kutukan itu, akan banyak waktu di depan kita,” kata Jun.
“Apakah banyak itu artinya kita bisa bersama selama 30 tahun?
Jun tersenyum. Ia bergurau bagaimana bisa Yeon Hee melamarnya seberani itu.
“Itu bukan lamaran.”
“Kalau begitu apa aku harus hidup dengan wanita lain? Kalau begitu dengan siapa aku hidup? Hm? Hm?”
Yeon Hee tersenyum dan bertanya apa Jun ingin hidup bersamanya.
“Kalau begitu dengan siapa aku hidup? Dengan Yo Gwang? Iiihhhh....Tidak, terima kasih,” Jun bergidik.
Ia kembali meraih Yeon Hee dan berkata semua akan berjalan dengan baik. Mereka akan menyalakan semua lilin dan mereka akan menjalani hidup biasa seperti yang Yeon Hee inginkan.
“Aku mempercayaimu sebesar kau mempercayaiku,”
Heo Ok mendatangi penjual tiket kapal yang pernah menjual tiket kapal untuk Jun. Tapi berbeda dengan Jun saat itu, ia langsung berubah pikiran saat si penjual tiket mengatakan ia hanya menjual 1 tiket sekali saja pada 1 orang karena orang yang pergi dengan kapal itu kemungkinan besar tidak selamat atau tertangkap.
Ia bertanya apa yang bisa ia lakukan sekarang. Anak buahnya berkata Heo Ok bisa bersembunyi atau menyerahkan diri. Heo Ok protes kenapa ia menjadi seperti ini. Memangnya apa salahnya? Ckckck.....
Jun mencegat Soon Deuk yang sedang berjalan sendirian. Ia ingin tahu alasan Hyun Seo menyerang Yo Gwang. Tadinya Soon Deuk tidak mau mengatakannya. Bahkan ketika Jun memberinya uang, ia mengembalikannya dan berkata ia juga punya kesetiaan.
Jun berkata Yo Gwang hampir mati karena masalah ini. Ia harus tahu agar ia bisa membantu Yo Gwang. Barulah Soon Deuk memberitahu Jun kalau Hyun Seo meminta halaman terakhir Mauigeumseo.
Jun teringat ia juga pernah berpikir kalau ada halaman terakhir yang hilang dari Mauigeumseo.
Ketika ia sedang memikirkannya, Hyun Seo memanggilnya. Sementara itu Yeon Hee terus menanti Jun pulang.
Hyun Seo menyerahkan halaman terakhir Mauigeumseo pada Jun. Ia berkata lilin terakhir tidak akan bisa dinyalakan meski Jun berhasil memenuhi harapan lebih banyak orang. Jun curiga apakah Hyun Seo benar-benar Hyun Seo yang tidak dikendalikan Hong Joo.
Hyun Seo berkata lilin terakhir hanya bisa dinyalakan oleh pengorbanan cinta sejati. Jun bertanya apa maksudnya.
“Kau harus mengorbankan dirimu untuk Yeon Hee. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengangkat kutukan Yeon Hee. Apa kau bisa mengorbankan dirimu untuk Yeon Hee?”
Jun tertegun.
“Apakah pengorbanan itu artinya aku harus mati?” tanyanya.
Hyun Seo mengangguk. Jun membaca halaman terakhir itu dan kali ini percaya dengan apa yang dikatakan Hyun Seo. Hyun Seo berkata ia akan mendukung apapun keputusan Jun.
“Maafkan aku hanya membuatmu dan Yeon Hee menderita. Dan pada akhirnya aku menyuruhmu membuat keputusan seperti ini.”
Ia beranjak pergi. Meski Jun terkejut dengan apa yang dikatakan Hyun Seo, ia berkata Hyun Seo adalah satu-satunya ayah bagi Yeon Hee, jadi Hyun Seo jangan terlalu menyalahkan diri sendiri.
Jun pulang dan melihat Yeon Hee menunggunya. Yeon Hee berkata ingin menunggu dan bertanya Jun dari mana. Jun berbohong ia mencari orang yang bisa menyalakan lilin.
“Jun, aku tidak akan bersikap tidak sabar, dan aku tidak akan merasa gugup. Seperti yang kaukatakan semua akan berjalan dengan baik.,” kata Yeon Hee tersenyum.
Jun tersenyum mengiyakan.
Setelah Yeon Hee tertidur, Jun memikirkan perkataan Hyun Seo. Lalu ia membakar halaman terakhir Mauigeumseo.
Ia memandangi Yeon Hee yang tidur lelap lalu membelai pipinya.
“Yeon Hee, kupikir aku akhirnya menemukan alasan kenapa aku dilahirkan. Karena kau, aku memiliki alasan untuk hidup,” ia menggenggam tangan Yeon Hee. “Aku mengalami masa-masa bahagia saat menjalani setiap hari bersamamu.”
Ia mengecup kening Yeon Hee.
“Aku akan menggunakan hari-hari yang tersisa bagiku sekarang hanya untukmu.”
Lalu ia berjalan pergi dengan sedih. Dalam hatinya ia berharap Yeon Hee tidak akan pernah tahu semua ini demi kebaikan Yeon Hee sendiri.
Komentar:
Hujan tidak turun menyelamatkan Yeon Hee tapi untunglah Raja menyadari kesalahannya.
Episode kali ini mengenai Poong Yeon. Akhirnya ia sadar bahwa perasaannya selama ini bukanlah cinta melainkan obsesi yang terlahir dari rasa tanggungjawabnya untuk melindungi Yeon Hee. Sejak awal aku mengatakan kalau itu bukanlah cinta. Karena cinta yang sejati tidak mungkin melukai orang yang dicintai, tapi melakukan apapun juga demi kebahagiaan orang yang dicintai.
Memang akhirnya Poong Yeon seperti sadar dengan membantu Yeon Hee mencari Jun, dan menjadi mata-mata Hong Joo. Tapi jauh di dalam hatinya ia tidak rela dan tidak bisa melepaskan Yeon Hee. Seperti yang dikatakan Hyun Seo, sihir hitam tidak bisa menguasai manusia jika tidak ada kegelapan dalam hati manusia. Jun sudah membuktikan kalau ia bisa mengalahkan sihir hitam itu.
Selain terhadap Jun, Poong Yeon juga dipenuhi kemarahan terhadap ayahnya yang sudah meninggalkannya meski ia tidak mengatakannya. Ditambah dengan kemarahan akibat kematian Sol Gae. Semua itu membuatnya sulit untuk melawan pengaruh sihir hitam.
Sebenarnya aku ingin perpisahan Yeon Hee dan Ibu Suri lebih menyentuh dari ini karena Yeon Hee sama sekali tidak pernah mendapat pelukan dan kasih sayang ibunya. Tapi di sisi lain aku juga mengerti Yeon Hee sudah tahu kalau Ibu Suri bukanlah ibu kandungnya. Meski Hong Joo mengatakan Ibu Suri pernah melakukan kejahatan dengan membunuh ibu kandungnya dan hendak membunuhnya dulu, tapi Yeon Hee mengerti kalau Ibu Suri berusaha memperbaiki kesalahannya.
Panggilan “Ibu” yang ia ucapkan sudah menjadi tanda kalau ia memaafkan Ibu Suri dan menerimanya sebagai ibunya meski ia memilih un
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTinggal 1 episode lagi ya? ๐ข sedih rasanya mau pisah sama jun & yeon hee๐ sampe gak berani nonton ep.20, ditunggu episode terakhir nya yaa mbak fanny.. Fighting^^
BalasHapusduh aq selalu ngikutin sinopsis drama ini jadi semoga hepi ending. Agak nggak rela klo Jun mati hiks. Btw akting yoon shi yoon sm kim sae ron oke banget, chemisnya dpt banget
BalasHapusmb fanny thanks ya udh ngerecap drama ini
Waduhhh... takuttt ep 20nya gak hepy ending
BalasHapus1 episode lg ya mba Fanny.. rada2 takut, sm penasaran jg sih sm endingnya ntar gmn.. huhuu..
BalasHapusmbak fanny di tunggu last episode nya ya fighting ,,,!!!
BalasHapusmbak fanny di tunggu last episode nya ya fighting ,,,!!!
BalasHapus