Ji Woon melemparkan uang pada Ha Won. Hyun Min memungut beberapa lembar uang itu dan menaruhnya di saku jas Ji Woon.
“Hei Han Ji Woon, jangan kau perlakukan wanitaku dengan tidak baik.”
“Wanitaku??” Ji Woon semakin berang.
“Hentikan kalian berdua!” ujar Hye Ji. Ia pergi dengan kesal.
Ji Woon menyusulnya. Ha Won yang paling terpukul atas semua itu. Ia mengejar Ji Woon sambil membawa sisa uang-uang itu.
“Tunggu! Aku tahu kalian dengan mudah membuang-buang uang sebanyak ini. Tapi banyak orang di dunia ini yang tidak bisa melakukannya.”
Ji Woon tidak mau dengar dan berjalan pergi tapi Ha Won tidak melepasnya. Ji Woon menariknya dengan kasar dan menekannya ke dinding. Ia berkata ia tidak tertarik dengan apa yang dikatakan Ha Won.
“Jadi enyahlah. Dengan kata lain, menjauhlah dari Kang Hyun Min jika kau tidak ingin melihat semua makin memburuk.”
Ha Won balik menarik Ji Woon dan menekannya ke dinding.
“Namamu Kang Ji Woon, buka? Berhentilah mengatakan hal-hal yang tidak kauketahui. Ini peringatan terakhir untukmu. Jika kau menyentuhku lagi, kau akan mati.”
Ji Woon melepas tangan Ha Won lalu pergi begitu saja. Ia melihat Hye Ji sedang menangis di dekat motornya. Hatinya ikut hancur.
Hyun Min menyusul Ha Won dan bertanya apakah Ha Won marah. Ha Won memang marah. Ia bertanya apakah ia terlihat mudah untuk dipergunakan.
“Bukan begitu....” Hyun Min tidak bisa melanjutkan kata-katanya ketika Ha Won mulai mengembalikan semua barang yang dikenakannya. Hanya tersisa gaun putih polos yang dikenakannya.
Ia juga melepas sepatu pink yang dipakainya dan melemparnya ke arah Hyun Min. Hyun Min memungut sepatu itu dan bergumam, “Sepertinya sihir telah berakhir.”
Saat Ha Won berjalan pergi dengan kaki telanjang, Ji Woon lewat dengan motornya sambil membonceng Hye Ji. Ji Woon sempat melirik ke arah Ha Won.
Seiring langkahnya, Ha Won menganggap ini adalah langkah awal untuk memulai petualangan. Dan ia mulai tersenyum.
Ji Woon mengantar Hye Ji pulang. Hye Ji melamun terus hingga tak sadar ia sudah sampai di depan rumahnya. Ji Woon bertanya apakah Hye Ji begitu menyukai Hyun Min meski Hyun Min tidak meliriknya sedikitpun.
“Jangan khawatir, aku akan membuatya melihat padaku.”
Yoon Sung menegur Hyun Min atas perbuatannya di pesta tadi. Hyun Min dengan polos bertanya apa salah ia memberikan hadiah pada kakeknya. Yoon Sung berkata Presdir Kang juga sudah menyiapkan hadiah untuk Hyun Min. Ia memperlihatkan foto seorang gadis di ponselnya.
“Ini adalah tunanganmu yang sesungguhnya. Ia cucu dari Presdir Grup K.”
Hyun Min protes karena pernikahannya dijodohkan. Tapi Yoon Sung berkata Hyun Min akan bertemu dengan wanita itu besok dahn harus membuat kesan yang baik. Hyun Min merajuk tapi Yoon Sung tidak peduli. Apa Hyun Min pikir tidak akan mendapat akibatnya atas perbuatannya tadi?
“Terserah,” ujar Hyun Min cuek.
“Kau sebaiknya pergi jika kau ingin tetap menjadi pewaris Grup Haneul.”
Dan sendal Hyun Min pun melayang mengiringi kepergian Yoon Sung.
Presdir Kang berkata pada Yoon Sung kalau pernikahannya yang kelima ini adalah yang terbaik. Bukan karena istri barunya, melainkan karena peristiwa langka yang ia lihat semalam. Semalam ia melihat seorang gadis membuat Hyun Min berlutut, dan ternyata ia juga melihat bagaimana gadis itu menegur Ji Woon mengenai uang.
Ia berkata gadis itu tidak biasa dan menyuruh Yoon Sung mencari tahu siapa Ha Won.
Pagi-pagi Ha Won sudah membereskan rumah. Ia mendekati ibu tirinya dan berkata ia ingin meminta bantuan. Ibu tirinya langsung menolak tapi Ha Won memohon agar sekali ini saja ibu tirinya mendengarnya.
Ia bertanya apakah ibu tirinya bisa meminjami uang untuk ia bisa masuk kuliah. Ibu tirinya langsung marah dan menuduh Ha Wn selama ini mendoakan Yoo Na tidak diterima perguruan tinggi agar bisa mengambil uang kuliahnya. Ha Won berusaha menjelaskan kalau tbukan itu maksudnya dan ia akan mengembalikan uang itu dengan gajinya. Tapi ibu tirinya tidak mau tahu. Ia menolak mentah-mentah permintaan Ha Won dan menyuruhnya pergi.
Sementara itu berita mengenai gadis misterius yang menjadi tunangan Kang Hyun Min mulai beredar di berbagai media. Beredar foto Hyun Min bersama Ha Won tapi wajah Ha Won tidak terlihat jelas karena dari samping dan tertutup Hyun Min.
Ibu tiri Ha Won juga melihat berita itu dan berpendapat gadis misterius itu mirip Ha Won. Tapi Yoo Na berkata tidak mungkin gadis itu Ha Won.
Akhirnya ayah Ha Won menelepon. Sayangnya ia menelepon ibu tiri Ha Won. Ibu tiri Ha Won dengan mudah berbohong kalau Ha Won dan Yoo Na pergi sekolah bersama dan sangat akrab tak terpisahkan. Ia terkejut saat ayah Ha Won berkata besok akan pulang.
Ha Won sama sekali belum menyadari berita mengenai dirinya. Ia mendekati bosnya di minimarket dan bertanya apakah ia bisa meminta gaji bulan depan di muka. Ia berjanji akan bekerja sangat keras. Tapi bosnya juga menolaknya.
Yoon Sung membeberkan hasil penyelidikannya mengenai Ha Won pada Presdir Kang. Ha Won bekerja paruh waktu di minimarket, cafe, restoran, bioskop, penjaga anjing, dan taman bermain. Total 10 pekerjaan paruh waktu. Wow...
Ha Won bukan pencari nafkah satu-satunya dalam keluarganya tapi harus menghidup dirinya sendiri. Ibu Ha Won meninggal dunia saat Ha Won masih kecil lau ayahnya menikah lagi. Saat ini Ha Won tinggal bersama ibu tiri dan saudara tirinya yang sebaya dengan Ha Won.
Ayah Ha Won adalah seorang supir truk yang sering bekerja di luar kota dan hanya pulang beberapa bulan sekali. Mereka bukan keluarga kaya hingga hanya memiliki uang untuk menyekolahkan satu dari kedua puteri mereka. Karena itu Ha Won bekerja keras demi melanjutkan sekolah.
“Pantas ia begitu dewasa pada usianya. Akan lebih baik mendapatkan seseorang yang sebaya dengan mereka daripada seseorang yang akan berusaha memenuhi keinginan mereka,” kata Presdir Kang.
Ha Won akhirnya memilih membayar biaya sewa rumah abu ibunya dan memutuskan untuk masuk perguruan tinggi tahun depan. Ia bertekad untuk memulai lagi dari awal untuk mengumpulkan uang kuliahnya. Bukan hanya uang kuliahnya tapi juga kelanjutan biasa sewa rumah abu ibunya.
Ha Won melihat ayahnya belum juga menghubunginya dan baru menyadari kalau ponsel yang ia bawa bukanlah ponsel miliknya.
Ketika ia sedang berjalan, Yoon Sung muncul di hadapannya dan berkata ada seseorang yang ingin menemuinya. Yoon Sung membawa Ha Won menemui Presdir Kang.
Ha Won membungkuk memberi hormat. Presdir Kang tersenyum ramah padanya dan berkata ada sesuatu di baju Ha Won. Otomatis Ha Won membungkuk untuk melihat. Presdir Kang berseloroh alangkah senangnya diberi hormat dua kali. Kali ini Ha Won tersenyum lebar dan memuji selera humor Presdir Kang.
Ha Won meminta maaf atas kejadian hari itu. Ia khawatir sudah merusak acara pernikahan Presdir Kang. Presdir Kang berkata tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ha Won bertanya kenapa Presdir Kang mencarinya. Presdir Kang menunjuk buku Sun Tzu dan meminta maaf karena sudah menyelidiki latar belakang Ha Won. Ia berkata baru kali ini ia menemukan seseorang seusia Ha Won yang memiliki selera buku yang sama dengannya. Ha Won berkata ibunya yang memberitahunya kalau pengajaran Sun Tzu akan memberinya banyak hal.
“Menarik sekali. Kalau begitu maukah kau meminjamkan sedikit kebijaksanaanmu? Tanya Presdir Kang.
Ha Won tak mengerti. Yoon Sung mengambil alih dan mulai menjelaskan dari awal.
Dengan sebuah video ia memperlihatkan sebuah rumah yang diberi nama Rumah Langit. Rumah itu secara arsitektur dibuat berdasarlkan alam. Satu dari 100 tempat terbaik arsitektur modern di dunia. Luar biasa aman dan tak bisa dimasuki orang luar.
“Wah...jadi siapa yang tinggal di sana?” tanya Ha Won.
“Para cucu Presdir Kang.”
Cucu tertua adalah Kang Hyun Min, yang senang menyebarkan cinta yang ia terima pada banyak orang.
Predir Kang: “Dengan kata lain....playboy tulen.”
Cucu kedua adalah Kang Ji Woon. Seorang yang senang menantang semua batasan dan tidak bisa dijinakkan oleh siapapun.
Presdir Kang : “Dengan kata lain....preman tulen.”
Cucu bungsu bernama Kang Seo Woo. Seorang penyanyi, penulis lagu dan tidak ada saingannya.
Presdir Kang: “Dengan kata lain....tak berguna.”
Ha Won tersenyum setiap kali mendengar celetukan Presdir Kang. Yoon Sung berkata tiga saudara sepupu yang tinggal di Rumah Langit sejak tahun lalu.
“Dan karena tiga berandalan ini aku hendak mengajukan proposal untukmu. Jadikan cucu-cucuku manusia yang baik.”
Ha Won bingung, apa itu artinya Presdir Kang menginginkan ia memberi pelajaran etika atau semacamnya. Kakek membenarkan.
“Wah tadinya kukira anak orang kaya memang sengaja tidak diberi pelajaran etika agar tidak menyumbangan semua uangnya karena menjadi terlalu baik saat dewasa. Jadi kukira mereka memang sengaja dididik menjadi orang-orang berkepribadian buruk yang hanya peduli uang,” kata Ha Won.
Presdir Kang tertawa. Ia bertanya bisakah Ha Won mengubah kepribadian para cucunya. Ia sudah memiliki program untuk mengubah mereka dan Ha Won hanya perlu mengikuti setiap misinya selama 3 bulan. Ha Won bertanya bagaimana mungkin ia melakukannya. Presdir Kang yakin Ha Won bisa melakukannya.
“Jika kau melakukannya untukku, aku akan membiayai kuliahmu bahkan mengirimmusekolah di luar negeri. Aku akan memberikan apapun yang kauinginkan.”
“Kuliah?” mata Ha Won berbinar.
“Aku bisa mengubah hidupmu, Nona Ha Won.”
Ha Won terdiam sesaat. Lalu dengan agak murung ia berkata untuk sesaat ia hampir menerima tawaran itu. Tapi ia berpendapat ia tidak pantas menerima pekerjaan itu dan meminta maaf.
Kakek (lebih enak menyebut kakek soalnya aku suka banget sama kakek yang satu ini hahaha) tiba-tiba menyebut pasal salah satu strategi Sun Tzu yang menyatakan agar kita mengambil setiap kesempatan yang datang. Ha Won balas menyebut sebuah pasal yang mengatakan kalau kita harus menghindari kesempatan yang sia-sa. Dan menurutnya usaha ini memang tidak ada harapan.
Kakek tidak mau kalah. Ia menyebut satu pasal lagi yang mengatakan kita tidak akan tahu hasilnya sampai peperangan usai. Ha Won harus melihat sendiri apakah ini merupakan misi sia-sia atau kesempatan seumur hidup. Ha Won membalas dengan pasal yang menyuruh mundur jika semua gagal. Ia berkata menurutnya itu yang paling cocok untuk kondisinya saat ini.
Kakek mengalah dan membiarkan Ha Won pergi. Yoon Sung bertanya apakah Kakek perlu berusaha sejauh ini untuk Ha Won. Kakek berkata menurutnya mengubah kehidupan seseorang sebenarnya sama sekali tidak dibutuhkan usaha.
Hyun Min akhirnya menemui calon tunangan pilihan kakeknya. Ia mengeluarkan jurus rayuan mautnya tapi kali ini tidak berhasil. Wanita itu sudah mendengar berita mengenai wanita yang dibawa Hyun Min pada pernikahan kakeknya. Ia bertanya apa ini salah satu strategi Hyun Min.
“Untuk apa aku repot-repot berstrategi hanya untuk menemui seorang wanita? Mengapa kita tidak bersenang-senang saja berdua hari ini?”
“Aku diberitahu kalau aku akan bertemu dengan partner bisnis hari ini. Mari kita negosiasikan kesepakatan kita lebih dulu.”
Hyun Min menoleh dan melihat Hye Ji berjalan melewati pintu masuk. Hye Ji sedang asyik membaca buku hingga tak melihat Hyun Min. Hyun Min tiba-tiba berdiri dan memeluk Hye Ji.
Hye Ji terkejut, apalagi kemudian Hyun Min menciumnya. Wanita yang dijodohkan dengan Hyun Min jadi marah dan berkata mereka tidak perlu negosiasi lagi. Ia tidak mau lagi bertemu Hyun Min. Lalu ia pergi.
Tapi Hyun Min masih tetap mencium Hye Ji dan untuk sesaat larut di dalamnya. Tiba-tiba ia mengangkat kedua tangannya dan menjauh.
“Aku minta maaf.” Lalu ia pergi.
Hye Ji menyusulnya dan bertanya apa yang Hyun Min lakukan. Ia tidak mau diperalat semena-mena. Hyun Min dengan enteng berkata itu sebabnya ia meminta maaf.
“Sebenarnya kauanggap aku ini apa?” tanya Hye Ji.
“Seseorang yang dulu pernah menjadi temanku?”
“Hanya itu?”
Apa lagi, tanya Hyun Min. Apa Hye Ji akan mengungkit masa lalu lagi? Hye Ji berkata ia tahu Hyun Min berubah sejak hari itu. Hyun Min berkata sudah wajar orang berubah dalam waktu 10 tahun. Hye Ji membenarkan karena ia juga berubah.
“Tapi ini perubahan yang paling buruk yang kulihat darimu. Aku percaya masih ada bagian dari dirimu 10 tahun lalu yang terkubur di sana.” Hye Ji beranjak pergi.
Manager hotel mendekati Hyun Min dan berkata ada barang yang tertinggal. Itu adalah seragam Ha Won yang tertinggal pada malam itu. Hyun Min mengambilnya. Ia tidak menyadari kalau seorang paparazzi memotretnya dari jauh.
Baru saja Hyun Min pergi dengan mobilnya, Ha Won masuk ke hotel itu. Ia meminta pada manajer agar diijinkan memeriksa kamar malam itu untuk mencari ponselnya dan barang yang tertinggal. Tapi Manajer itu meremehkan Ha Won karena penampilannya. Ia tidak bisa membiarkan orang sembarangan masuk ke kamar suite.
Tepat saat itu Ji Woon lewat dan mendengarnya. Ha Won protes waktu itu ia boleh masuk kenapa sekarang tidak. Manajer itu berkata waktu itu Ha Won pasti datang dengan tamu, dan sekarang sepertinya tidak ada yang akan membayarkan kamar untuk Ha Won. Ia menyuruh Ha Won pergi.
Ha Won tak menyerah dan memohon ia hanya perlu waktu sebentar saja. Akhirnya Ji Woon memanggil Ha Won. Manajer langsung membungkuk hormat saat melihat Ji Woon. Ji Woon mengajak Ha Won pergi. Kali ini manajer juga membungkuk hormat pada Ha Won.
Ji Won menemani Ha Won bertanya pada petugas kebersihan kamar. Tapi petugas itu tidak melihat ponsel, seragam, maupun buket mawar putih Ha Won. Ha Won bertanya apa mungkin petugas itu membuang semuanya karena terlalu lusuh. Petugas itu menggeleng dengan yakin. Ha Won menunduk kecewa.
Setelah keluar dari hotel, Ha Won berterimakasih pada Ji Woon dan berkata pasti akan membalasnya. Ji Woon menyindir kenapa Ha Won tidak minta dibelikan yang baru saja pada Hyun Min. Bukankah itu tujuan Ha Won mendekati Hyun Min? Untuk bisa membeli semua hal yang ia inginkan? Ia berkata strategi gadis seperti Ha Won adalah pura-pura bersikap penuh harga diri namun kemudian mengambil sesuatu.
“Aku melepaskanmu hari itu karena kau seorang gadis. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi.”
Ha Won tersenyum. Lalu ia memukul kepala Ji Woon dengan keras. Ji Woon berteriak marah.
“Kenapa? Bagaimana dengan pria sepertimu? Kau bersikap seakan-akan kau keren dan memperlakukan wanita seperti sampah. Itu benar-benar brengsek tahu?” ujar Ha Won, lalu ia berjalan pergi.
Saat bekerja paruh waktu di cafe, Ha Won berusaha menghubungi ponselnya. Tapi Seo Woo sedang tampil di atas panggung hingga tak mengetahui telepon tersebut. Sementara itu teman kerja Ha Won mengenali Ha Won sebagai “gadis jackpot nasional” karena berhasil memenangkan salah satu cucu Presdir Kang.
Ia bertanya apakah Ha Won sekarang tinggal di Rumah Langit. Ha Won berkata ia memutuskan tidak akan ke sana. Temannya tidak habis pikir kenapa Ha Won menolak tawaran itu dan memilih membuat kopi di tempat ini. Ha Won berkata suara mesin kopi baginya sama seperti suara menumpuk uang di tabungannya.
“Aku harus bekerja keras,” katanya.
Temannya bertanya apa Ha Won sudah gila. Ha Won berkesempatan mengubah hidupnya yang menyedihkan jadi seharusnya Ha Won ke sana. Ha Won berkata meski ia berasal dari keluarga biasa, ia memiliki harga diri. Ia akan melindungi hidupnya sendiri.
Seo Woo telah selesai menjalani konser. Barulah ia membuka ponselnya dan menyadari kalau itu bukan ponsel miliknya. Ia meminjam ponsel manajernya dan mencoba menghubungi ponselnya. Tapi teleponnya tidak dijawab. Ia panik karena sangat banyak lirik dan demo lagu dalam ponselnya.
Ternyata baterai ponsel Seo Woo habis hingga Ha Won tidak mengetahui telepon itu. Ia meminjam ponsel temannya tapi ponsel temannya juga habis baterai dan tidak ada charger.
Yoo Na sangat senang karena bisa tampil di TV, begitu juga ibunya yang nampak bangga. Tapi mereka tidak tahu kalau reporter yang datang ke rumahnya bukan mencari dirinya melainkan mencari Gadis Jackpot Nasional. Karena itu begitu Ha Won pulang, reporter tersebut langsung meninggalkannya dan menghampiri Ha Won.
Ha Won kebingungan. Ibu tirinya langsung berkata kalau reporter itu mencari gadis yang salah. Yoo Na bertanya kenapa reporter itu merekam Ha Won.
“Dia adalah tunangan Kang Hyun Min,” kata si reporter. “Jadi bagaimana rasanya menjadi Gadis Jackpot Nasional?”
Bukan begitu, Ha Won kesulitan untuk menjelaskan. Ibu tiri Ha Won mengusir reporter tersebut. Ia kira mereka datang untuk puterinya tapi kenapa jadi seperti ini.
Yoo Na marah dan bertanya apakah Ha Won adalah Gadis Jackpot Nasional. Bagaimana bisa Ha Won menjadi tunangan Kang Hyun Min dan pergi ke pernikahan itu. Ha Won tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya. Ia menegaskan kalau ia pergi bukan atas keinginannya.
“Aku jujur, Kak!” ujarnya.
“Berhentilah bersikap sok dan hebat, Eun Ha Won. Bukankah yang kauinginkan adalah meninggalkan hidupmu yang menjijikkan dengan merayu pria kaya?”
“Tidak ada apa-apa di antara kami! Dan aku tidak ingin menggunakan orang lain demi mengubah hidupku. Aku tidak akan menggantungkan hidupku pada orang lain,” kata Ha Won.
Yoo Na menciprati pakaian Ha Won dengan pelembab wajah yang dipegangnya. Ia mengusir Ha Won dari rumah.
“Kau bilang kau tidak akan menggantungkan hidupmu pada orang lain, tapi kau menumpan pada keluarga kami!”
“Tapi...kita...adalah keluarga,” kata Ha Won.
“Aku tidak pernah menganggapmu sebagai keluarga.” Yoo Na mendorong Ha Won hingga keluar dari rumah lalu menutup pintunya.
Ibu tirinya tidak mengatakan apa-apa. Ia berkata ayah Ha Won pulang besok, apakah Yoo Na benar-benar akan mengusir Ha Won? Yoo Na merajuk dan masuk ke kamarnya dengan marah.
Ha Won tidak menangis. Hmmm..apa ini bukan pertama kalinya terjadi pengusiran seperti ini? Ia melihat pakaiannya dan mengeluh ia tidak membawa pakaian lain untuk digunakan.
Kata-kata Hye Ji terngiang di benak Hyun Min. Bahwa ia percaya masih ada diri Hyun Min 10 tahun lalu yang terkubur di dalam dirinya. Hyun Min mengambil sebuah foto. Dalam foto itu terdapat 3 orang anak, 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Salah satunya pasti Hyun Min, dan yang perempuan pasti Hye Ji. Tapi siapakah anak laki-laki yang satunya lagi?
Ji Woon selama ini tinggal di hotel tapi ia tidak bisa lagi menginap di sana. Kartu kreditnya juga diblokir. Yoon Sung meneleponnya dan berkata Kakek menginginkan Ji Woon kembali ke Rumah Langit. Tapi Ji Woon tidak mau.
Yoon Suk berkata Ji Woon akan kehilangan semua fasilitas yang berhubungan dengan Grup Haneul. Ji Woon membalas kalau ia bisa tetap hidup tanpa semua itu.
Yoon Sung memberitahu Kakek kalau luka hati Ji Woon tampaknya cukup dalam dan sepertinya ia tidak bisa terbiasa dengan Rumah Langit. Ia tidak yakin Ji Woon akan kembali dengan mudah. Tapi Kakek tidak mau tahu. Mereka harus membuat Ji Woon kembali sesegera mungkin. Dan ia sudah memikirkan caranya.
Ha Won hampir menyelesaikan pekerjaannya di bioskop. Temannya mengajak nonton bersama dan membawakan popcorn. Ha Won dengan senang hati menyambut ajakannya. Tapi baru saja mereka duduk, temannya mendapat telepon hingga tak jadi menonton. Akhirnya Ha Won menonton sendirian.
Ji Woon juga masuk ke bioskop yang sama. Ruangan itu sangat kosong. Hanya Ji Woon dan Ha Won yang duduk di sana bahkan mereka duduk dalam satu baris meski tak berdekatan. Mereka tidak saling melihat hingga tidak tahu keberadaan yang lainnya.
Sampai suatu ketika Ji Woon menoleh dan melihat Ha Won terkantuk-kantuk. Bukannya meneruskan menonton, ia malah memandangi Ha Won. Ha Won terbangun dan menyadari Ji Woon sedang menatapnya. Ia sangat malu dan berjongkok untuk mengendap-endap pergi. Tapi ia berhenti.
“Kenapa aku harus melarikan diri? Aku kan tidak melakukan kesalahan,” gumamnya.
Ia menoleh dan terkejut saat melihat wajah Ji Woon sangat dekat dengannya. Ji Woon bertanya apa Ha Won punya uang.
Ha Won meledek Ji Woon yang tidak punya uang sepeserpun padahal orang kaya. Ji Woon bertanya sebenarnya Ha Won punya uang atau tidak.
“Aku punya...atau setidaknya aku akan punya jika kau membayar hutangmu di minimarket,” ujar Ha Won.
Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan uang 5000 won (sekitar 50 ribu rupiah). Ji Woon berkata lupakan saja. Tapi baru selangkah, perutnya berbunyi keroncongan. Ia menunduk menahan malu.
“Kata-kata dan perbuatanmu tidak sama. Apa karena kau lapar?” olok Ha Won. Ia menyuruh Ji Woon menunggu. Ia akan berganti pakaian dan segera keluar. Ia akan mengurus semuanya hanya dengan uang 5000 won itu.
Mereka pergi makan ramen instan di minimarket. Ha Won berkata dengan ini hutang budinya pada Ji Woon atas bantuannya di hotel tadi sudah lunas.
“Bantuanku hanya bernilai 1500 won?” sergah Ji Woon.
“Bagaimana dengan biaya tambahannya? Keju itu seharga 2500 won!”
Ji Woon berkata ia yang mengajari kalau lebih enak dengan keju. Ia sudah membayar lebih 1000 won. Ia meminta Ji Woon mengembalikan kejunya. Ji Woon berusaha mempertahankan kejunya. Tapi moodnya langsung berubah saat ia melihat keluar jendela. Mobil Presdir Kang.
Ha Won tidak tahu. Ia kira Ji Woon marah karena gurauannya barusan. Ia berkata tidak akan mengganggu Ji Woon lagi dan menyuruhnya makan. Ji Woon meneruskan makan. Tapi ketika Ha Won selesai membuang sampah, ia melihat Ji Woon sudah pergi.
“Jadi dia makan lalu kabur? Aku kehilangan ponselku dan diusir dari rumah. Ada apa dengan hari ini?” keluhnya.
Ji Woon masuk ke dalam mobil untuk berbicara dengan kakeknya. Ia berkata Kakeknya pasti sudah tahu kalau tidak ada gunanya menghentikan bantuan finansial untuknya. Kakek berkata ia bisa melakukan hal yang lebih buruk demi membawa Ji Woon kembali pulang.
“Aku tidak akan pernah kembali,” Ji Woon menegaskan. Ia hanya ingin semua kembali seperti semula.
“Kau pasti sadar apa artinya, kan? Semua yang kaupikir akan menjadi milikmu akan menghilang dalam sekejap. Itulah kekuasaan yang kumiliki. Dan akan menjadi milikmu segera,” kata Kakek.
Ji Woon berkata ia tidak membutuhkan kekuasaan seperti itu. Ia akan hidup sebagai Han Ji Woon sekarang. Kakek tersenyum sinis. Ji Woon turun dari mobil.
Yoon Sung bertanya apa tidak apa-apa mereka membiarkan Ji Woon sendirian seperti itu. Kakek berkata Ji Woon akan segera kembali atas kemauannya sendiri.
Ha Won akhirnya berhasil menghubungi Seo Woo meski mereka belum saling mengetahui dengan siapa ponsel mereka tertukar. Ia mengeluh tidak bisa membaca pesannya seharian. Seo Woo berkata ia banyak menerima pesan masuk. Ha Won sangat bersemangat karena mungkin keluarganya menghubunginya.
Ia memberitahu bagaimana cara membuka ponselnya. Meski agak rumit, Seo Woo berhasil melakukannya. Ia berkata Ha Won menerima banyak pesan dari Kak Yoo Na. Tapi ia terdiam saat membaca pesan apa saja yang dikirim Yoo Na. Ha Won bertanya apa pesan yang dikirim kakaknya.
“Oh, dia bilang kalian akan makan malam bersama besok dan ayah kalian akan pulang besok.”
“Benarkah? Ayah benar-benar akan pulang?” tanya Ha Won gembira, “Kakak memintaku makan malam bersama mereka?”
Seo Woo menatap pesan sebenarnya dari Yoo Na: Kau @#$@%$ !! Segeralah pergi begitu selesai makan malam!!!
Ha Won berterimakasih pada Seo Woo dan menanyakan di mana ia sekarang. Lalu ia pergi ke sana dan mengetuk kaca mobil Seo Woo. Seo Woo melihat Ha Won dan menyadari kalau ponselnya tertukar dengan ponsel tunangan Hyun Min. Ia cepat-cepat menghapus semua pesan dari Yoo Na, lalu keluar dari mobil dan mengembalikannya.
Ha Won heran melihat pesannya tidak ada semua. Seo Woo beralasan ia tidak sengaja menghapus semua pesan itu. Ia berkata dalam pesan itu Ha Won diminta makan malam bersama besok. Ha Won bertanya apakah ayahnya benar-benar pulang dan mereka memintanya makan malam besok. Seo Woo membenarkan. Ha Won sangat gembira dan berterimakasih pada Seo Woo. Lalu ia pergi.
Seo Woo menghela nafas panjang. Ia merasa tidak tenang.
Malam itu Ha Won menginap di jjimjibang (tempat sauna umum). Ia mengirim pesan pada ayahnya dan bertanya mengapa ayahnya tidak menghubunginya sama sekali. Tidak ada jawaban.
“Sampai jumpa besok,” tutupnya.
Keesokan paginya ia diserbu wartawan saat menuju tempat kerja. Ia kebingungan diserang berbagai pertanyaan mengenai hubungannya dengan Hyun Min. Ia hanya meminta maaf berkali-kali.
Tiba-tiba seseorang merangkulnya dan melindunginya dari para wartawan itu. Hyun Min tersenyum menatapnya.
“Ayo kita pergi,” katanya. Lalu ia membawa Ha Won ke mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada para wartawan.
Mereka berhenti di tempat sepi. Hyun Min berkata dirinya benar-benar hebat.
“Kau mendapat julukan Gadis Jackpot Nasional setelah bertemu denganku. Dan kau mendapatkan seorang pria yang menolongmu pada keadaan seperti tadi,” celotehnya bangga.
“Apa kau tidak menyadari parahnya keadaan ini? Lihatlah bagaimana masalah jadi serius karena kebohonganmu yang bodoh. Katakan pada mereka kalau kita tidak berada adalm suatu hubungan,” kata Ha Won kesal.
“Apakah itu yang kauinginkan? Baiklah, beri aku waktu 5 menit. Aku akan membuat namamu menghilang dalam 5 menit dari internet.”
Tentu saja Ha Won tidak percaya Hyun Min bisa melakukannya. Memangnya Hyun Min tukang sulap? Hyun Min menelepon seseorang lalu memarahinya karena berita mengenai tunangannya terpampang di mana-mana. Ini jelas-jelas pencemaran nama baik dan melanggar kebebasan seseorang. Ia mengancam akan menarik semua iklan dari situs orang tersebut.
“Cabut semua yang berhubungan dengan tunangan Kang Hyun Min,” ujarnya, lalu menutup telepon.
Ha Won ternganga.
“Kau benar-benar jatuh cinta padaku sekarang, kan? Benar, kan? Kau pasti bukan manusia jika tidak jatuh cinta padaku setelah barusan. Bahkan aku terkejut dengan betapa kerennya aku tadi. Lihat, lihat...aku sampai merinding,” Hyun Min kembali berceloteh membanggakan dirinya.
Tapi bukan kehebatan Hyun Min yang membuat Ha Won terkejut. Selama ini ia dengar kalau orang yang memiliki uang bisa mengendalikan situs berita dan sekarang terbukti itu benar.
“Padahal aku sangat percaya pada sumber berita online langgananku. Aku tidak percaya ini,” ujarnya kecewa.
“Aku yang tidak percaya,” kata Hyun Min. “Bagaimana bisa kau memikirkan hal tersebut pada saat seperti ini? Tapi aku baru saja memikirkan satu hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.”
“Apa?”
“Senyummu...” Hyun Min tersenyum sambil menatap Ha Won. Aahhh Hyun Min gombal tulen XD
Sayangnya Ha Won tidak mudah terbuai oleh rayuan seperti itu. Ia berterimakasih karena Hyun Min sudah menghentikan berita mengenai dirinya. Lalu ia turun dari mobil.
Baru beberapa langkah, ia mendapat telepon dari krematorium kalau abu ibunya sudah diambil oleh ayah Ha Won.
Ji Woon seperti biasa pergi ke bengkel. Tapi para montir langsung diam begitu melihatnya. Bahkan pemilik bengkel menyuruh Ji Woon pergi. Ji Woon bingung dan bertanya ada apa. Pemilik bengkel tidak mau menjawab dan menyuruh Ji Woon pergi saja. Ji Woon masih berusaha tersenyum dan berkata ia akan kembali lagi nanti.
Setelah ia keluar, seorang montir menyusulnya dan memberikan sebuah amplop. Ia berkata itu tabungan pemilik bengkel. Ia meminta maaf dan meminta Ji Woon tidak kembali lagi.
“Kami berjanji pada kakekmu kalau kami tidak akan menemuimu lagi dan bersikap seakan kami tidak pernah mengenalmu. Ia memberi kami cukup uang untuk membuat janji tersebut. Grup Haneul memang berkuasa. Mengubah hidup seseorang sepertinya hanya mainan bagi mereka.”
“Bagus kalau begitu. Tentu saja kalian harus mendapat begitu banyak uang setelah menjualku.”
Montir itu terdiam malu. Ji Woon tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Tapi ia pergi dengan wajah diliputi kemarahan.
Saat ia merenung, Yoon Sung menemuinya. Ji Woon bertanya apakah ini kekuasaan yang dibicarakan kakeknya. Kekuasaan untuk membeli orang lain?
“Ia akan menghilangkan semua yang kausayangi jika ia bisa,” Yoon Sung mengakui.
“Wah, Kakek benar-benar hebat,” sahut Ji Woon sinis.
“Tidak ada orang bernama Han Ji Woon di dunia ini. Hanya ada Kang Ji Woon sekarang. Kau juga sekarang tidak bisa hidup sesuka hatimu.”
Hyun Min nongkrong bersama kedua temannya di klub. Temannya memberitahu kalau cucu Grup K (mantan calon tunangan Hyun Min) berusaha agar Hyun Min tidak bisa lagi berbisnis dengan siapapun. Hyun Min tidak peduli.
Tapi temannya mengingatkan kalau pernikahan dijodohkan adalah hal wajar bagai mereka dan istri cocok yang akan membantu hidup mereka. Bagaimana jika Hyun Min membahayakan posisinya sebagai ahli waris karena masalah ini? Dengan adanya Seo Woo dan Ji Woon, bukankah saingan Hyun Min bertambah? Hyun Min tampaknya baru menyadari itu dan mulai merenung.
Ji Woon menyewa kamar murah untuk sebulan. Ia melihat KTPnya yang bertuliskan nama Kang Ji Woon, lalu ia membuangnya.
Madam Ji diberitahu Kakek kalau Ha Won bukanlah benar-benar tunangan Hyun Min. Madam Ji berkata Ha Won tidak sopan. Tapi Kakek berkata ia ingin Ha Won tinggal bersama cucu-cucunya di Rumah Langit. Madam Ji bertanya apa yang sangat disukai Kakek pada Ha Won.
“Meski aku kaya, aku sering kali berpikir siapa yang sebenarnya benar-benar mengendalikan semuanya. Aku atau uang? Tapi anak itu tidak kehilangan pendiriannya meski diperhadapkan dengan uang. Kurasa ia lebih dari layak untuk berada bersama cucu-cucuku.”
Yoon Sung datang melapor kalau ia sudah menyelesaikan masalah Ji Woon dan ia sudah mengirim orang untuk mengawasi Ha Won. Tapi ia tidak yakin Ha Won berubah pikiran.
“Sudah kukira. Aku sudah pasti tidak bisa kehilangannya,” kata Kakek.
Ha Won pulang ke rumahnya. Ayah, ibu tirinya, dan Yoo Na sudah bersiap untuk makan malam. Ibu tiri dan Yoo Na pura-pura menyambut Ha Won dengan sangat baik dan mengajaknya makan. Ayahnya hanya diam saja.
“Di mana Ibu?” tanya Ha Won pada ayahnya.
“Ibumu di sini, sayang,” ujar ibu tirinya.
“Kudengar Ayah mengambil abu Ibu,” Ha Won tidak bergeming.
“Ibumu ada di sini jadi apa yang kaucari?” ujar ayahnya marah.
Ibu tiri pura-pura sedih dan berkata ia tidak apa-apa. Ha Won pergi ke gudang yang menjadi kamarnya. Tapi tempat itu sudah berubah. Sangat rapi dan bersih, bahkan tidak ada tempat tidurnya. Namujn Ha Won terkejut melihat abu ibunya diletakkan di lantai begitu saja.
Ia memungutnya lalu membawanya ke hadapan ayahnya. Ia bertanya bagaimana ayahnya bisa berbuat seperti itu. Ayahnya bahka tidak membayar biaya rumah abu. Mereka berhutang 5 juta won dan ia sudah membayar 4 juta won. Jika ayahnya membayar sisanya maka ibunya bisa hidup dengan tenang.
“Kenapa aku harus menggunakan banyak uang untuk orang yang sudah meninggal?” ujar Ayah.
“Ibu pernah menjadi istri ayah,” Ha Won tercekat.
Ayah berkata abu itu bukanlah masalah penting. Bahkan jaman dulu mereka menebar abu di sungai atau laut. Ia berkata Ha Won tidak usah membesar-besarkan.
“Ibu kehilangan tempat peristirahatan terakhirnya dan ia tersingkirkan seperti ini jadi bagaimana bisa aku diam saja dan tidak melakukan apapun?”
“Beraninya kau melakukan ini di depan ibu tirimu yang merawatmu dengan penuh kasih? Bagus sekali, menggenggam terus ibumu yang sudah tiada. Benar-benar bagus.”
Ha Won mulai menangis. Ibu tiri Ha Won berkata ia tidak apa-apa. Ia juga akan mencari uang untuk membantu sewa rumah abu. Ia memiliki uang yang sudah ia tabung untuk kuliah Ha Won dan Yoo Na.
Ha Won terkejut. Bukankah ibu tirinya bilang kalau mereka hanya memiliki biaya untuk meneruskan kuliah 1 anak saja.
“Ha Won, ibu tahu kau marah. Tapi kau tidak seharusnya berbohong seperti itu,” kata ibu tiri Ha Won. Ughhhh...pengen getok banget nih orang >,<
Ha Won tak tahan lagi. Ia bertanya di mana barang-barangnya yang ada di gudang. Setiap kali ayahnya pulang, seluruh barangnya pasti tersebar di mana-mana. Ia membutuhkan waktu sangat lama untuk menemukan foto ibunya kembali.
“Apa yang kaubicarakan? Barang-barangmu tentu saja ada di kamarmu dan Yoo Na.”
“Bukan, kamarku adalah gudang itu.”
Ibu tiri bertanya apa Ha Won hendak membuatnya terlihat buruk dengan sengaja. Ha Woon meninggikan suaranya dan berkata ia mengatakan yang sebenarnya.
“Hentikan!” Ayah menggebrak meja. “Beraninya kau berbicara seperti itu pada ibumu. Kau bahkan tidak menghargai kebaikannya yang sudah membesarkanmu selama ini. Sekarang kau menuduhnya sebagai pembohong?”
“Ayah tidak percaya sama sekali padaku, kan?” tuduh Ha Won.
Plak! Ayah menampar Ha Won. Semua terkejut. Tapi kata-kata ayah selanjutnya jauh lebih menyakitkan dari tamparan itu.
“Aku seharusnya tidak pernah membesarkan anak orang lain.”
Ha Won terhenyak. Apa maksud kata-kata ayahnya? Ayah berkata Ha Won adalah anak dari pria lain.
“Jadi aku bukan anak kandung Ayah?” tanya Ha Won tak percaya.
“Aku ingin percaya kalau kau benar-benar anak kandungku.”
Ibu tiri dan Yoo Na juga baru tahu hal itu. Dengan sinis Yoo Na berkata kalau mereka ternyata memang bukan benar-benar keluarga.
Ha Won shock dan beranjak pergi. Ibu tirinya bertanya ke mana Ha Won akan pergi. Ayah hanya mengatakan hal itu karena ayah marah. Ayah terlihat menyesal. Tapi ibu tiri berbisik pada Ha Won kalau semua akan baik-baik saja jika Ha Won pergi.
Ha Won pergi dengan sedih. Ia teringat masa lalu menyenangkan saat ia bersama ayah dan ibunya. Ketika itu Ha Won sedih karena Ha Won tidak berhasil mendapatkan ban hitam karate. Kedua orangtuanya menghiburnya. Mereka sangat bahagia kala itu.
Ha Won berjalan pergi meninggalkan rumahnya di tengah hujan lebat. Saat itulah kakek menelepon dan bertanya apa jawaban Ha Won atas tawarannya. Tawarannya masih berlaku. Apakah jawaban Ha Won masih sama?
“Rumah Langit terbuka untukmu.”
Tak berapa lama kemudian, ketiga cucu Presdir Kang mendapat pesan yang sama dari Kakek: “Semua akan berubah di Rumah Langit. Datang dan lihatlah sendiri.”
Ketiganya langsung pulang. Termasuk Ji Woon.
Ha Won berdiri basah kuyup sambil memegangi abu ibunya di luar Rumah Langit. Dalam hatinya ia bertanya pada ibunya apakah ia benar-benar boleh tinggal di sini. Yoon Sung menghampirinya dan memayunginya.
“Mari kita masuk. Oh, ada satu syarat yang harus kaupenuhi selama tinggal di sini. Dilarang berpacaran di Rumah Langit.”
Ji Woon, Hyun Min, dan Seo Woo tiba di Rumah Langit. Mereka menghampiri Ha Won. Cinderella dan empat ksatrianya^^
Komentar:
Kasian Ha Won..ayahnya tega banget ya >,<
Tapi aku merasa ada kemungkinan Kakek ikut ambil bagian dalam hal ini. Mungkin Kakek sudah memberitahu Ayah perihal kondisi Ha Won selama ini dan demi masa depan Ha Won ayah terpaksa berbuat demikian.
Aku tidak tahu bagaimana dengan kepercayaan yang lain, tapi aku pribadi percaya kalau orang yang sudah tiada maka jasadnya sudah bukan apa-apa lagi. Tapi di sisi lain aku memahami bahwa kita tidak bisa serta merta mengabaikannya terutama kalau itu adalah keluarga kita sendiri.
Hanya saja aku merasa Ha Won memang terlalu terikat dengan ibunya yang sudah tiada. Istilahnya gagal move on. Cita-citanya adalah cita-cita ibunya, bukan cita-cita dirinya sendiri. Ia selalu mengutamakan ibunya dalam hidupnya meski ibunya sudah tiada. Termasuk mengorbankan waktunya untuk kuliah. Itu berlebihan menurutku.
Mungkin Ayah sudah mengetahui hal itu dan menerima tawaran Presdir Kang agar Ha Won bisa memiliki masa depan yang lebih baik. Walau tetap saja aku merasa Ayah berlebihan dengan menampar Ha Won.
Tapi jika perkataan ayah benar bahwa Ha Won bukan puteri kandungnya, maka siapa ayah Ha Won sebenarnya? Aku memiliki dugaan bisa saja Ha Won adalah cucu Kakek yang sesungguhnya, bukan Ji Woon. Kenapa? Karena letak abu ibu Ji Woon dan ibu Ha Won yang berada dalam rak yang sama. Abu ibu Ji Woon di atas rak abu ibu Ha Won. Bisa saja Kakek salah menduga siapa cucunya ;p
Terlalu sering menonton drama jadi banyak menduga-duga hehe...
Aku tetap menyukai Kakek meski caranya menghadapi Ji Woon kurang tepat. Ji Woon juga harus mengerti kalau teman-temannya membutuhkan uang jadi tidak bisa dibilang mereka menjual Ji Woon. Tidak semua orang seperti Ha Won. Toh Ha Won juga jatuh dalam perangkat uang kalau sudah berkenaan dengan masalah ibunya. Ia menerima tawaran Hyun Min untuk berpura-pura menjadi tunangannya.
Setiap orang memiliki masalah masing-masing, jadi Ji Woon tidak bisa menyalahkan teman-temannya. Bukankah ia sendiri juga menggunakan uang Kakek selama ini? Ia menggunakan fasilitas hotel Grup Haneul. Ia menggunakan uang Kakek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk saat merusakkan mobilnya. Jadi kurasa ia tidak bisa menghakimi teman-temannya telah menjual dirinya.
Jika ia memang tidak mau menjadi bagian dari Grup Haneul, sudah sepantasnya ia melepaskan diri dari semuanya. Tapi Kakek toh masih tetap berharap ia pulang dan menjadi calon pewarisnya. Dan aku rasa Ji Woon tidak sepenuhnya mau melepaskan diri dari Grup Haneul karena ia juga ingin tahu latar belakang ayah dan ibunya. Buktinya ia langsung kembali begitu mendapat pesan dari Kakek.
Cucu yang paling mirip dengan Kakek adalah Hyun Min dan tidak ada keraguan kalau Hyun Min memang cucu Kakek karena ia sejak awal ada di sana. Ia paling mengetahui apa guna uang dan kekuasaan yang dimiliki Grup Haneul. Dan karena itu sepertinya ia yang paling mengincar warisan.
Seo Woo paling jarang diperlihatkan secara mendalam, tapi sekilas ia seorang yang lembut hati meski terlihat cuek.
Aku yakin Ha Won akan mengubah hidup mereka. Tapi...kok ada syarat dilarang berpacaran sih? Apa Kakek tidak tahu kalau anak muda makin dilarang makin penasaran?^_^
aku akhirnya menyerah sama drama ini, alasanx,
BalasHapuspertama, aku sangat berharap karakter ilwoo bkalan mirip karakterx dhighNcrush, tp dsini slowly slowly nyebelin
kojo, bulba, apalah lg
ke2, mgkn i fallin sam karakter hyunmin, jaehyun amat bersinar dlm drama ini (maksudnya sbg aktor)
aku kurang suka sama pemeran jihye (mian fannya)
sodam, oke2 aja, ini drama pertamax yg ku tonton
yaah begitulah, aku menyerah di 2 mgu yg lalu
bisakah leadmale nya hyunmin ajah.....kek kek kek
Hyunmin dsini memang lbh menonjol drpd ji won entah ep selanjut nya stlh dia mulai suka sm ha won mgkn br ditonjolkan.kl ha won cucu kakek brti g mgkn sm hyunmin donk krn sepupu mereka dan spti nya ha won memang cucu kakek yg asli.
BalasHapusThx mb fanny.semangat
Aku lbh suka karakter ji woon.. atau krn dia il woo ya...hahaha.
BalasHapusAku lbh suka karakter ji woon.. atau krn dia il woo ya...hahaha.
BalasHapus