Di saat menegangkan, tiba-tiba muncul Seo Woo dan Yoon Sung mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ha Won. Lengkap dengan topi pesta.
“Surprise!!”
Ha Won terkejut. Ia mengira Ji Woon dan Hyun Min tadi hanya bersandiwara untuk mempersiapkan kejutan ini. Hyun Min cepat tanggap mengiyakan kalau ini hanya gurauan untuk ultah Ha Won.
“Sudah kubilang jangan terlalu serius berakting,” kata Hyun Min pada Ji Woon sambil merangkul Ha Won. “Apa kau tidak lihat betapa terkejutnya dia?”
“Aku serius,” ujar Ji Woon dengan wajah tak kalah seriusnya.
“Betul, kau serius membuatnya terkejut kan?” Hyun Min menegaskan.
Melihat ketegangan kembali muncul, Seo Woo buru-buru mengajak mereka duduk makan. Ha Won langsung tahu kalau Yoon Sung yang memasak sementara Seo Woo yang menghias.
Tak mau kalau, Hyun Min bertanya apakah Ha Won suka dengan hadiah yang ia berikan. Rupanya ia yang memberikan sekotak kosmetik dan meninggalkannya di kamar Ha Won. Ia membelikannya karena teringat Ha Won memunguti sampel tersebut dari sungai. Ha Won tak menyangka Hyun Min yang membelikannya. Ia berkata ia tidak memerlukan kosmetik.
“Memangnya ada yang kauperlukan?” tanya Hyun Min.
“Iya, seragam sekolah. Bulan depan aku lulus!”
Hyun Min menarik nafas kecewa. Ia beralih pada Ji Woon dan bertanya apa Ji Woon tak menyiapkan hadiah. Tentu saja tidak.
“Jika kau tidak menyiapkannya, kau bisa memberikannya padaku sekarang,” Ha Won mengeluarkan tongkat selfi.
Lalu ia mengambil foto mereka semua bersama. Ia akan menganggap ini sebagai hadiah dari Ji Woon. Ia berkata ia senang mendapatkan foto mereka semua untuk pertama kalinya.
“Kalau begitu, apa sekarang giliranku yang memberikan kejutan? Hari ini bukan hari ulang tahunku,” ia tersenyum.
Semua terkejut. Seo Woo menunjukkan bukti sobekan agenda yang dibawanya. Ha Won berkata tanggalnya memang benar tapi bulannya salah. Sobekan itu tidak pas. Poor Seo Woo ^^
“Tapi aku akan menganggap hari ini hari ulang tahunku. Berkat kalian aku merasa hari ini benar-benar hari ulang tahunku. Dan kita juga makan bersama!”
Ji Woon bangkit berdiri dan berkata ia tidak punya alasan untuk duduk di sana. Ia berkata ia akan terus mengawasi Ha Won dan semua akan semakin menarik. Untunglah yang lainnya meneruskan makan mereka.
Hye Ji tak sengaja menusuk jarinya dengan jarum. Ia teringat saat Ji Woon mengantarnya pulang tadi Ji Woon mengatakan ia benar-benar serius ingin melindunginya.
“Meski aku tak bisa melakukan apapun pada luka yang sudah diberikan Kang Hyun Min padamu, aku akan melindungimu agar tidak terluka lagi olehnya. Aku berpikir ada sesuatu yang bisa kulakukan untukmu.”
Ha Won tidak bisa melupakan kata-kata Ji Woon tadi. Bahwa ia akan mencurinya dari Hyun Min. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya Ji Woon pikirkan. Ia keluar dan sempat bertatapan dengan Ji Woon. Ia cepat-cepat kabur masuk kembali ke kamar.
Sementara itu Seo Woo sibuk mencari sobekan agenda yang cocok dengan sobekan yang ia temukan. Akhirnya ia menemukan kalau Ha Woon berulangtahun di bulan Mei. Ia begitu gembira. Lalu tersadar untuk apa ia mengurusi ulang tahun Ha Won.
Pagi-pagi keesokan harinya, Hyun Min sudah menunggu di depan kamar Ha Won. Ia bertanya apakah jantung Ha Won berdebar kencang karena apa yang Ji Woon katakan semalam. T-tidak, kilah Ha Won.
“Jangan salah paham. Satu-satunya yang ada di hatinya adalah Park Hye Ji. Aku sangat tahu itu.”
Ha Won berkata itu bukan urusannya. Hyun Min mengingatkan kalau nantinya Ha Won yang akan terluka.
“Jika kalian akan membicarakanku di belakang, lakukan di tempat lain,” ujar Ji Woon sambil berjalan melewati mereka.
Kakek sangat senang saat melihat foto selfie yang diambil Ha Won. Meski foto itu buram dan tidak fokus. Ini adalah foto keluarga mereka. Foto keluarga! Dan baginya yang terpenting adalah mereka makan bersama.
Sebagai hadiah, Presdir Kang mempersiapkan uang kuliah tahun pertama Ha Won dan bonus uang tunai. Ha Won terkejut merasa jumlah itu terlalu besar. Kakek berkata ini adalah caranya untuk memberitahu Ha Won kalau ia mengharapkan lebih banyak dari Ha Won di masa depan jadi Ha Won tidak perlu merasa tertekan.
Ha Won tetap merasa itu terlalu banyak. Ia mengusulkan kalau mereka membayarnya berdasarkan jumlah jam kerjanya dikurangi biaya makanan dan pakaian yang selama ini ia terima.
“Sejujurnya aku bahkan belum membayar cukup untuk kemampuanmu,” kata Kakek. Dan lagi ini belum akhirnya. Akhirnya Ha Won mengalah.
Setelah keluar dari ruang Presdir, Ha Won bertanya apakah Yoon Sung yang memberitahu Kakek mengenai rumah abu ibunya. Yoon Sung pura-pura tidak tahu. Tapi Ha Won berkata jumlah bonus uang tunai yang ia terima persis jumlahnya dengan uang yang ia butuhnya untuk menyewa rumah abu.
Yoon Sung langsung membungkuk meminta maaf karena sudah mengecek latar belakang Ha Won dan memberitahu Kakek soal ibu Ha Won.
“Terimakasih, Ahjusshi. Aku merasa sangat bersalah setiap hari karena tidak bisa melindungi ibuku. Benar-benar terima kasih, Ahjusshi,” kata Ha Won sungguh-sungguh.
Tanpa berani menatap Ha Won, Yoon Sung bertanya apakah Ha Won ingin ia mengantarnya ke rumah abu sekarang. Ha Won menolak dengan sopan. Ia akan pergi naik bis membawa abu ibunya.
“Baik, Nona. Kalau begitu harap jangan pulang terlalu malam.”
“Cerewetnya Ahjusshi benar-benar mengingatkanku pada ibuku. Atau ayahku?” gurau Ha Won.
Kakek tak henti-hentinya menatap foto selfie Ha Won bersama cucu-cucunya. Ia mengeluarkan foto ketiga puteranya dan berkata kalau putera-putera mereka akhirnya makan bersama untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.
Ibu tiri Ha Won bekerja sebagai terapis di salon kecantikan. Ketika ia mengetahui salah satu pelanggan yang baru datang adalah istri baru Presdir Kang, ia langsung meminta agar dirinya yang ditugaskan.
Sambil melakukan facial pada Madam Ji, ibu tiri terus berceloteh memuji kulit Madam Ji yang terlihat 12 tahun lebih muda. Madam Ji sama sekali tidak meladeni celotehannya.
“Kau baru saja menikah dan sudah memiliki 3 orang cucu. Apa itu membuatmu tidak nyaman?”
“Mereka adalah keluargaku, jadi kenapa aku harus merasa tidak nyaman?” kata Madam Ji tanpa membuka matanya.
Ibu tiri berkata ia mendengar rumor bahwa ada seorang gadis tinggal di Rumah Langit bersama ketiga cucu Presdir Kang. Barulah Madam Ji membuka matanya dan bertanya darimana ibu tiri mendengar kabar tersebut.
“Ah puteriku mendengarnya di sekolah. Ia pergi ke sekolah di daerah sana...”
Madam Ji memotong perkataan ibu tiri kalau ia tidak mau mengobrol lagi.
Setelah itu ibu tiri menelepon Yoo Na untuk memberitahu kalau Ha Won sepertinya benar-benar tinggal di Rumah Langit. Dan Yoo Na merengek sejadi-jadinya. Sigh...masih belum percaya juga? Bukannya kemarin Yoo Na sudah melihat dengan mata kepala sendiri? Bukan belum percaya, tapi tidak mau percaya karena mereka sangat merendahkan Ha Won.
Ha Won sangat lega dan senang bisa memberikan tempat yang layak untuk ibunya. Ia bercerita pada ibunya kalau sekarang ia bekerja paruh waktu pada presdir super kaya yang memiliki 3 orang cucu laki-laki.
“Tapi kepribadian mereka...memang sesuatu. Meski begitu kami menjadi dekat. Kurasa sekarang aku memiliki teman kaya, lucu kan? Lihat Bu, mereka bahkan mengadakan pesta ultah untukku tapi pada hari yang salah,” Ha Won memperlihatkan foto di ponselnya. “Tetap saja membuatku senang. Rasanya ada orang yang memperhatikanku.”
Ha Won menaruh buket bunga mawar putih segar untuk ibunya. Ia berkata ia akan bekerja keras untuk uang kuliahnya dan pergi kuliah.
Sebelum pergi, Ha Won menaruh setangkai bunga mawar putih di rak abu ibu Ji Woon. Ternyata ibu Ji Woon dan ibu Ha Won meninggal pada hari yang sama. Hmmm...another clue...
Ha Won melihat Ahjumma sedang sibuk mempersiapkan banyak makanan. Apakah akan ada pesta? Ahjumma berkata tak lama lagi adalah peringatan hari kematian ketiga putera Presdir. Makanan harus dibuat oleh mereka yang bekerja di Rumah Langit, jadi banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Ahjumma ikut sedih untuk Presdir Kang. Putera keduanya bunuh diri sementara dua puteranya yang lain meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil pada saat yang sama. Karena itu mereka memperingati hari kematian mereka pada hari yang sama.
“Aku tahu tidak ada dari para pemuda itu yang menyukai ayah mereka. Tapi mereka terlalu kejam. Mereka tidak pernah muncul untuk ikut berkabung.”
“Tidak pernah? Tapi mereka kan ayah mereka,” kata Ha Won terkejut.
Ahjumma berkata ia bisa sedikit mengerti karena semua itu terjadi saat mereka masih belum cukup mengerti tentang kematian orang tua. Tapi tetap saja kesedihan ditinggal oleh orang tua tidak bisa dibandingkan dengan kesedihan ditinggal pergi oleh anak.
“Mereka seharusnya paling sedikit memikirkan perasaan Kakek mereka. Orang bilang kita memberikan makanan pada pemakaman orang tua kita dengan air mata, tapi kita memberikan makanan pada anak kita di pemakaman dengan air mata darah,” kata Ahjumma.
Ha Won menuju ke ruang tengah dan mendengar Yoon Sung meminta ketiga pemuda itu untuk datang ke peringatan tersebut. Tapi seperti sudah diduga, ketiganya tidak mau melakukannya. Termasuk Ji Woon yang pertama kalinya ada di sini pada hari peringatan kematian ayahnya. Ia berkata belum setahun ia tahu siapa ayahnya jadi apa ia harus pergi.
Ha Won benar-benar tak habis pikir melihat sikap mereka. Mereka bahkan mengacuhkan kata-kata Yoon Sung. Yoon Sung tersenyum. Bagaimana bisa mereka menolak memperingati hari kematian ayah mereka?
Yoon Sung berkata ia mengerti mengapa mereka seperti itu. Dan Ha Won juga akan segera mengerti situasi sebenarnya. Ada banyak hal di Rumah Langit yang tidak bisa dijelaskan dengan sederhana.
Ha Won mendapat ide. Bagaimana jika ia mencobanya? Ia menemui Presdir Kang dan bertanya apakah ia bisa mencoba membuat ketiga cucu Presdir untuk hadir pada hari peringatan kematian ayah mereka. Ia berkata Presdir sudah memberinya sangat banyak jadi baru adil jika ia bekerja keras.
“Jika Presdir serahkan padaku, aku pasti akan berhasil.”
Kakek mengingatkan kalau tugas ini akan jauh lebih berat daripada membuat ketiganya makan bersama. Tapi Ha Won berkata tugas ini juga jauh lebih penting.
“Aku benar-benar ingin berhasil karena kurasa ayah mereka pasti sangat ingin melihat mereka.”
Kakek tersenyum senang.
Yoon Sung menemui Kakek dan bertanya apakah Kakek mengijinkan Ha Won melakukannya. Kakek berkata ia ingin percaya pada Ha Won.
“Apa Presdir pikir kali ini ia juga akan berhasil?”
“Entahlah...setelah dipikir-pikir, sudah 10 tahun aku melakukan semua ini sendirian.”
Ha Won mencelupkan kepalanya ke kolam renang untuk mencari Ji Woon. Ji Woon memang sedang menyelam. Ia baru melihat Ha Won setelaha ia muncul dari permukaan air.
“Apa kau tidak mengenakan apa-apa lagi hari ini?” sindir Ha Won.
Ji Woon mengiyakan dan menggertak akan keluar. Tapi Ha Won berkata ia tidak peduli.
“Kau bilang kau suka padaku, jadi kupikir aku sebaiknya berenang bersamamu.”
Ji Woon terkejut dengan keberanian Ha Won dan bertanya apa ia sudah gila.
“Tapi apa kau bisa mengatakan kau suka padaku di depan Hye Ji? Kau, Kang Hyun Min, dan Park Hye Ji terlibat dalam cinta segitiga yang cukup rumit. Aku ingin tahu kenapa kau berusaha memasukkanku ke dalamnya. Apa memiliki hubungan yang rumit merupakan hobimu?”
“Iya, itu hobiku,” sergah Ji Woon.
Ha Won berkata ia hendak membuka bajunya. Ia meraih kaus yang sedang dikenakannya. Giliran Ji Woon yang panik. Ha Win berkata ia ingin tahu seberapa nyamannya berenang tanpa pakaian, jadi ia akan mencobanya.
“Bagaimana? Ingin buka-bukaan semua?” tantang Ha Won.
Ji Woon cepat-cepat keluar dari kolam dan pergi tanpa menoleh lagi. Ha Won benar-benar membuka kausnya. Di baliknya ada pakaian untuk berenang dan ia melompat dakam kolam.
Namun saat ia akan mandi, tiba-tiba pintu terbuka dan Ji Woon masuk dengan hanya mengenakan celana renang. Ha Won kebingungan. Ji Woon berkata hanya ada satu kamar mandi di kolam renang ini. Ia menyuruh Ha Won mengatakan apa yang ingin ia katakan.
Ha Won tidak bisa mengatakannya karena gugup dan karena matanya mulai kemasukan air pancuran. Ji Woon mengulurkan tangannya dan mengusap mata Ha Won dengan lembut.
“Aku sungguh-sungguh saat kukatakan aku akan mencurimu. Jadi nantikanlah.”
Ha Won terpana.
Ji Woon keluar dari kamar mandi. Barulah Ha Won bisa menarik nafas lagi. Jantungnya berdebar dengan kencang. Ia menyesal karena ia belum sempat berbicara dengan Ji Woon soal peringatan kematian.
Pertama ia menemui Seo Woo lebih dulu. Seo Woo tidak ingin pergi. Kakeknya baru mengakui ayahnya sebagai anak setelah ayahnya meninggal. Ia menceritakan kalau neneknya bukanlah istri sah Kakek. Karena itu ayahnya terpaksa hidup tersembunyi hingga kematiannya dari istri-istri Kakek yang lain.
“Aku tahu kau bermaksud baik, tapi aku banyak kerjaan sekarang,” kata Seo Woo.
Ha Won meminta maaf dan pamit keluar.
Hyun Min sedang menerima telepon dari ibunya. Ia berkata ia tidak akan pergi (pada peringatan tersebut) dan terserah ibunya kembali ke Korea atau tidak. Ia hanya tidak ingin ibunya menggunakan alasan itu untuk menemuinya.
Ia berhenti menelepon saat melihat Ha Won ada di kamarnya. Dan berbeda dengan wajah serius saat ia menelepon ibunya, ia memberikan senyum nakalnya seperti biasa. Ia bertanya ada apa hingga Ha Won datang ke kamarnya. Ha Won berkata ada yang ingin ia bicarakan dengan Hyun Min.
“Ah, aku sudah sangat terbiasa dengan hal seperti ini. Orang-orang selalu gugup mengenai hal ini. Jadi katakan pelan-pelan,” ia mendudukkan Ha Won di depannya.
Ha Won bingung. Hyun Min mengangkat tangan Ha Won ke dada Ha Won untuk merasakan detak jantungnya sendiri. Ia berkata jantung cenderung berdebar lebih kencang di hadapan orang yang disukai.
“Tidak. Sama sekali tidak lebih kencang,” kata Ha Won polos.
“Bagaimana kalau di sini?” Hyun Min menaruh tangan Ha Won ke dadanya.
“Rasanya memang tidak beraturan. Apa kau menderita aritmia?” tanya Ha Won.
Haha...Hyun Min kesal karena Ha Won tidak pernah sejalan dengannya. Ia berkata jantungnya baik-baik saja.
Ha Won bertanya apakah Hyun Min benar-benar tidak akan datang ke peringatan itu. Hyun Min membenarkan. Ada seseorang yang tidak ingin ia lihat di sana. Ia meminta maaf dan berkata Ha Won harus menyerah kali ini.
Ha Won berdiri di depan kamar Ji Woon. Ia tahu mereka tidak akan pergi pergi begitu saja. Tapi ia juga tidak akan menyerah. Hanya saja begitu Ji Woon muncul dan bertanya kenapa Ha Won menghalangi jalan ke kamarnya, ia jadi gugup.
“Peringatan hari kematian ayahmu...”
“Aku tidak punya ayah,” jawab Ji Woon singkat, lalu masuk ke kamarnya.
Ha Won kembali mencari Seo Woo. Tapi Seo Woo tidak ada di kamarnya. Ha Won melihat lirik lagu di atas meja. Saat ia membacanya, sehelai foto terjatuh ke meja. Itu adalah foto Seo Woo kecil bersama ayahnya.
Seo Woo masuk dan marah karena Ha Won menyentuh barang-barangnya. Ha Won meminta maaf.
“Kau ingin menyanyikan lagu ini untuk ayahmu, kan? Jika kau ingin melihatnya, pergilah dan katakan padanya,” kata Ha Won.
Seo Woo terdiam memandangi lirik lagu tersebut.
Ha Won ke ruang tengah dan menemukan seorang wanita duduk di sana. Wanita itu menyuruh Ha Won mendekat.
“Jadi kau orangnya. Kau gadis yang datang ke pernikahan Presdir dengan Hyun Min kami.”
Ha Won tidak mengenal wanita di hadapannya Ia memperkenalkan diri sebagai ibu Hyun Min. Ha Won cepat-cepat membungkuk memberi salam. Ibu Hyun Min berkata Ha Won terlihat lebih cantik jika dilihat dari dekat. Ha Won hendak mencarikan Hyun Min tapi ibu Hyun Min bertanya apakah Ha Won bisa membantunya.
Maka Ha Won pun mengikuti ibu Hyun Min dan membantunya berbelanja. Lebih tepatnya, membantu membawakan barang belanjaan ibu Hyun Min yang seabrek-abrek hingga kedua tangannya penuh.
“Sebaiknya aku tidak membeli barang lagi atau kau akan kesulitan.”
“Tidak apa-apa,” kata Ha Won dengan wajah berkeringat.
Ibu Hyun Min bertanya-tanya apa lagi yang harus ia beli selama tinggal di sini seminggu. Ha Won mengusulkan odol dan sikat gigi. Ibu Hyun Min tertawa dan berkata di hotel sudah ada.
Ha Won tidak menyerah dan mengusulkan buku untuk mengisi kebosanan. Ibu Hyun Min setuju dan meminta Ha Won memilihkan beberapa buku.
Yoon Sung sempat berpapasan dengan Madam Ji di kantor. Madam Ji sepertinya hendak mengatakan sesuatu tapi Yoon Sung menyapanya singkat dan langsung masuk ke dalam lift. Hmmm...ada sesuatu di antara mereka. Aku sempat membaca dugaan kalau Yoon Sung adalah putera Madam Ji >,<
Kakek memperlihatkan foto selfie Ha Won dan para cucunya yang sudah dibingkai pada istri barunya. Ia dengan bangga mengatakan kalau itu adalah foto keluarga pertamanya yang tak pernah ia miliki dalam hidupnya. Madam Ji berkata foto keluarga adalah jika Kakek dan dirinya ikut di dalam foto tersebut. Kakek setuju, kapan-kapan mereka akan berfoto bersama.
“Dia benar-benar bukan gadis biasa,” kata Kakek.
Ha Won mengantar ibu Hyun Min hingga ke hotel. Ibu Hyun Min berusaha menutupi rasa gelinya melihat Ha Won berkali-kali membungkukkan badan mengucapkan terima kasih pada pegawai hotel yang membawakan barangnya. Ia menawarkan makan malam bersama pada Ha Won karena sudah bekerja keras. Ha Won tersenyum dan berterima kasih.
Hyun Min sudah pulang. Ahjumma bertanya apa Hyun Min sudah bertemu dengan ibunya.
Ha Won makan dengan lahap karena sangat lapar. Ibu Hyun Min mengeluarkan dompetnya dan memberikan setumpuk uang pada Ha Won sebagai imbalan atas waktu dan tenaganya.
Ha Won berkata ibu Hyun Min tidak perlu melakukannya karena ia melakukan apa yang seharusnya.
“Kenapa membantuku adalah hal yang seharusnya? Kurasa kita tidak memiliki hubungan seperti itu. Kau tidak berpikir kalau kau sudah masuk dalam keluarga ini, kan? Kau tahu, kami cukup pemilih mengenai siapa orang yang bisa masuk dalam keluarga kami. Kami tidak bisa membiarkan orang sembarangan masuk dalam Grup Haneul. Kau mengerti maksudku, kan? Itulah sifat hubungan kita. Jadi lebih baik kau tidak menganggap kita lebih dekat dari itu,” kata ibu Hyun Min.
Ha Won terdiam dan tak mampu makan lagi karena harga dirinya terluka.
Hyun Min tiba-tiba masuk dan langsung membawa Ha Won pergi. Tanpa menoleh dan berbicara sedikit pun pada ibunya.
Di luar, Ha Won bertanya apa yang Hyun Min lakukan. Hyun Min marah dan bertanya apakah Ha Woon bodoh.
“Mengapa kau mengikuti sembarangan orang dan menjadi budak mereka?”
“Dia bukan sembarangan orang. Beliau adalah ibumu. Karena itu aku mengikutinya. Dan aku tidak bersikap sebagai budak. Beliau memintaku membantunya jadi aku melakukannya.”
“Berhentilah berasumsi. Membantu apanya?!”
“Itu karena ia ibumu. Apa aneh membantu ibu dari temanku? Kukira aku lebih dari tunangan palsu atau pekerja paruh waktu untukmu. Kukira kita bisa menjadi teman. Karena itu ia membantu ibu dari temanku....”
“Apa maksudmu dengan teman!!!” Bentak Hyun Min. “Kau tahu apa?”
Ha Won terhenyak.
“Baiklah aku minta maaf. Kurasa aku terlalu berlebihan menganggap diriku penting dalam hidupmu,” Ha Won berjalan pergi.
Ji Woon menelepon Hye Ji tapi tidak diangkat. Ia pergi ke tempatnya dan sempat melihat Hye Ji membuang gaun biru buatannya sendiri yang ia buat untuk acara pernikahan Presdir Kang.
Ji Woon menghampirinya dan bertanya apakah semua akan berakhir hanya dengan membuang gaun itu. Hye Ji tidak mau menjawabnya dan berkata ia banyak pekerjaan hari ini.
Madam Ji melihat Kakek tidak menyentuh makan malamnya. Kakek berkata ia tidak nafus makan.
“Apakah karena mendekati hari peringatan kematian anak-anak Presdir?” tanya Madam Ji.
“Aku selalu mengingat mereka pada saat-saat seperti ini,” Kakek mengakui.
Madam Ji berkata ia tentu saja tidak bisa sepenuh mengerti perasaan Kakek tapi Kakek bisa bergantung padanya sedikit. Kakek tersenyum berterimakasih.
Madam Ji bertanya apakah para cucu kakek akan datang nanti. Kakek berkata para puteranya tidak pernah menunjukkan kasih sayang seorang ayah pada mereka, jadi sudah sewajarnya mereka bersikap seperti itu.
“Apa yang Presdir butuhkan bukan mereka, tapi seorang putera yang bisa diandalkan oleh Presdir,” kata Madam Ji.
Presdir membenarkan.
Ji Woon pulang dan melihat Ha Won sedang sibuk senam di depan kamar padahal hari sudah malam. Ha Won berkata pencernaannya sedang tidak baik (kembung). Ji Woon menyuruhnya minum obat dan pergi tidur.
“Aku sudah minum obat. Hanya saja aku merasa lebih buruk sendirian di saat tidak enak badan. Karena itu aku pergi keluar.”
Ji Woon menyuruhnya ikut dengannya. Mereka pergi ke taman. Ji Woon memijat tangan Ha Won lalu mengikat ibu jari tangannya dengan benang. Ha Won ketakutan saat Ji Woon mengeluarkan jarum untuk menusuk ibu jarinya (orang Korea percaya cara ini bisa menyembuhkan pencernaan yang terganggu...belum pernah coba sih hehe^^).
Ji Woon menyuruhnya duduk tenang tapi Ha Won berteriak-teriak ketakutan. Dalam sekejam Ji Woon menusuk ibu jari Ha Won hingga mengeluarkan darah. Ha Won berhenti menjerit.
“Kau benar-benar ahli,” pujinya.
“Aku sudah sering melakukannya untuk ibuku sejak aku berumur 8 tahun,” kata Ji Woon. Ia menyuruh Ha Won tidur.
Ha Won berterimakasih. Jika bukan karena Ji Woon, ia akan merasa menderita sendirian. Hal ini mengingatkannya pada ibunya. Tidak ada yang melakukan ini padanya sejak ibunya meninggal.
“Kau kan masih memiliki ayahmu,” kata Ji Woon berusaha menghibur.
“Dia tidak akan melakukannya untukku. Karena aku bukan puteri kandungnya,” kata Ha Won sambil tersenyum sedih. “Tapi aku ingin percaya kalau ia adalah ayah kandungku.”
“Ada orang sepertiku yang tidak pernah mengenal ayah mereka,” kata Ji Woon.
“Kau benar. Tapi kau tahu... Jika saja...jika saja ayahku benar-benar bukan ayah kandungku, aku ingin melihat ayah kandungku sekali saja,” Ha Won menunduk.
Ji Woon terdiam.
Tiba-tiba Ha Won bersendawa. Ji Woon terkejut. Ha Won memuji Ji Woon benar-benar hebat. Sekarang ia sudah sembuh.
“Kau benar-benar memiliki sentuhan ajaib!”
Perut Ha Won berbunyi. Ji Woon tak bisa menahan senyum gelinya. Ha Won tertawa malu.
Hyun Min sudah pulang dan sekarang ia merasa tak enak hati atas kata-katanya pada Ha Won tadi. Ia menelepon Ha Won tapi tidak dijawab. Ia pergi ke kamar Ha Won tapi kamar itu gelap.
Ji Woon dan Ha Won pergi ke minimarket untuk makan ramyun instan. Hubungan mereka jauh lebih baik setelah percakapan mereka tadi. Keduanya makan dengan gembira.
“Kau sebenarnya ingin bertemu dengannya kan?” tanya Ha Won pelan. “Bagaimanapun juga ia orang yang dicintai ibumu. Maksudku, ayahmu.”
“Berhentilah mengacau,” ujar Ji Woon. Meski tidak seketus biasanya.
“Pergilah temui ayahmu,” Ha Won memberanikan diri.
Berbeda dengan hubungan Hyun Min dan ibunya, Seo Woo memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya. Ibu Seo Woo seorang yang periang dan sangat mengidolakan puteranya sendiri. Ia bahkan tidak pergi ke hotel melainkan langsung menemui puteranya begitu tiba di bandara. Selama ini ia tinggal di Amerika dan hanya pulang setahun sekali saat peringatan kematian ayah Seo Woo.
Ibu Seo Woo ingin mengobrol semalaman bersama puteranya tapi Seo Woo berkata ia ada rekaman besok dan harus berlatih.
“Hmph...terserah..terserah...terserah..,” ibu Seo Woo merajuk. “Tunggu, jika kau besok rekaman apa kau tidak akan pergi ke peringatan hari kematian ayahmu lagi?”
Seo Woo berkata ia tidak ingin pergi. Ayahnya ada di hatinya meski ia tidak pergi. Ibu Seo Woo berkata puteranya sudah dewasa tapi tetap saja ia harus pergi melihat ayahnya. Ia terus membujuk Seo Woo untuk ikut.
Seo Woo mengantar ibunya keluar. Ibu Seo Woo sempat melihat kamar Ha Won dan bertanya dengan gembira apakah keduanya akan menikah. Seo Woo tertawa karena ibunya benar-benar kepo.
Ibu Seo Woo bertanya apakah akhir-akhir ini Ji Woon pulang ke rumah. Saat bertemu Hyun Min, ia menanyakan kabar ibunya. Tapi Hyun Min dengan dingin bertanya kenapa ibu Seo Woo menanyakan padanya. Lalu ia masuk ke kamarnya. Ibu Seo Woo berkata hubungan keduanya sepertinya masih tetap buruk. I kinda like this mom^^
Hyun Min tidak mau mengangkat telepon ibunya dan juga tidak membaca pesannya yang menyuruhnya datang ke peringatan kematian ayahnya.
Dalam perjalanan pulang, Ha Won tertidur di mobil. Ji Woon meminggirkan mobilnya untuk memiringkan jok Ha Won. Ha Won mengigau dalam tidurnya.
“Aku juga merindukan Ayah....”
Ji Woon mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Ha Won. Tapi Ha Won memiringkan tubuhnya sebelum Ji Woon sempat menyentuhnya. Ji Woon tersenyum lembut melihatnya.
Setibanya di rumah, Ha Won sudah bangun. Ia bertanya apakah ia benar-benar mendengkur.
“Ya, dan kau juga mengigau.”
“Apa yang kukatakan?” tanya Ha Won memegangi tangan Ji Woon.
Ji Woon jadi salah tingkah dan berjalan ke kamarnya. Ha Won terus mengajaknya bercanda. Hyun Min melihat mereka dari dalam kamar dan tersenyum. Entah apa arti senyumnya itu.
Ia menyusul Ha Won yang sedang mengambil minuman di kulkas. Ha Won mengacuhkannya. Hyun Min membuat keributan dengan memukuli jendela seperti memukuli drum. Ha Won menatapnya.
“Sepertinya kalian berdua bersenang-senang. Kau begitu riang. Apa kalian berdua saling menggoda?”
“Urus saja urusanmu sendiri.”
“Apa kau tidak tahu dilarang berpacaran di Rumah Langit?”
“Lalu?”
“Hei, kau tidak bisa melakukan ini padaku. Kau kan tunanganku. Apalagi dengan sepupuku.”
“Kenapa kau seperti ini? Kau sendiri yang bilang kita bukan siapa-siapa, dan jelas bukan teman. Apa tidak aneh kau bersikap seperti ini?” sindir Ha Won. “Bisakah kau menarik batas yang jelas agar aku tahu di mana tempatku?”
Ha Won berkata orang yang dihindari Hyun Min adalah ibunya. Ia tidak akan meminta Hyun Min berbaikan dengan ibunya atau pergi ke peringatan kematian ayahnya karena ia tidak berhak.
“Tapi aku akan katakan satu hal ini. Ayahmu pasti sangat kesepian.”
Ha Won meninggalkan Hyun Min sendirian.
Ji Woon memikirkan perkataan Ha Won. Ia ingat saat kematian ibunya, orang-orang membicarakan betapa menyedihkannya ibunya meninggal dalam kecelakaan yang mengerikan setelah membesarkannya seorang diri.
Orang-orang itu bergosip ayahnya melarikan diri setelah menghamili ibunya hingga ia tidak tahu seperti apa rupa ayahnya. Saat itu ia sangat marah meski ia masih kecil.
Pada hari peringatan kematian ketiga putera Presdir Kang, Ha Won menanti di depan kuil. Tak berapa lama kemudian Presdir Kang tiba bersama istrinya.
Ha Won terus menanti...
Kemudian ia menghadap Presdir Kang dengan sedih dan penuh rasa bersalah.
“Aku minta maaf. Aku gagal dalam misi ini.”
Komentar:
Benar-benar keluarga yang memiliki banyak masalah. Walau sebenarnya ada beberapa yang membingungkan sih.
Seo Woo terlihat akrab dengan ayahnya tapi kenapa Presdir Kang berkata ketiga puteranya tidak pernah menunjukkan kasih sayang seorang ayah pada anak-anak mereka. Kalau Ji Woon sepertinya sejak kecil memang tidak mengenal ayahnya sama sekali. Dan lagi aku masih meragukan ia benar-benar cucu Presdir.
Hyun Min....ia yang paling menunjukkan wajah tersenyum tapi kurasa ia yang paling banyak memiliki luka di hatinya. Dan senyumnya adalah senjata untuk menutupi perasaan yang sebenarnya. Ibunya itu benar-benar deh >,< Sekarang aku tidak mau Ha Won jadi dengan Hyun Min karena kasihan nanti ibu mertuanya seperti itu. Sudah cukup derita Ha Won karena ibu tiri dan kakak tirinya.
Di balik rahasia kelahiran Ha Won dan masalah keluarga Presdir Kang, aku senang Ha Won semakin dekat dengan ketiga pemuda tersebut. Terutama dengan Ji Woon yang akhirnya bisa mengenal Ha Won lebih dekat. Senangnya bisa melihat senyum manis Jung Il Woo lagi \^0^/
Mungkin hyun min ga mau hye ji dekat dekat. Nanti hye ji menderita karena ibu hyun min :)
BalasHapus