Semua orang terkejut mendengar perkataan Hye Ji. Hyun Min masuk ke kamarnya tanpa mengatakan apapun. Ji Woon nampak masih terkejut. Hye Ji berkata Ji Woon tak usah menjawabnya sekarang. Ia lalu pamit pulang.
Ha Won melihat semua itu lalu menatap jam Ji Woon di tangannya. Ia menghampiri Ji Woon dan mengembalikan jam tersebut.
“Aku yakin kau tidak akan bisa tidur malam ini,” katanya berusaha terdengar biasa saja. “Maksudku, kau benar-benar menyukai Hye Ji kan?”
Ji Woon hanya diam. Ha Won bertanya apa itu artinya ia dan Hye Ji sekarang berpacaran. Ji Woon tidak menjawab. Ha Won akhirnya mengucapkan selamat malam dan masuk ke kamarnya. Saat ia sendirian, ia tidak perlu memasang wajah “biasa dan baik-baik saja”.
Ji Woon merenungkan perkataan Hye Ji. Ia teringat pertemuan pertama kalinya dengan Hye Ji. Ketika itu ia beru keluar dari gudang setelah menemukan sebuah kamera model lama. Tak sengaja ia menekan tombol kamera dan baru menyadari ada seorang gadis duduk menangis di hadapannya.
Karena tak tahu harus mengatakan apa, Ji Woon masuk kembali ke gudang. Hye Ji menyusulnya dan bertanya siapa Ji Woon. Ia menuduh Ji Woon mengambil fotonya. Tidak, kata Ji Woon pelan. Hye Ji mengambil kamera di tangan Ji Woon untuk memeriksanya. Tapi karena itu kamera model lama, tidak ada layar untuk melihat apakah foto itu sudah diambil atau belum.
Ia bertanya apakah Ji Woon bekerja di Rumah Langit dan apa yang dikerjakannya di tempat ini. Ji Woon yang masih baru tinggal di sana mengatakan ia tidak melakukan apapun. Ia balik bertanya kenapa Hye Ji menangis sendirian di luar sana.
“Jika kau ingin terus menangis, menangislah di sini,” katanya. Lalu ia keluar.
Hye Ji menangis tersedu-sedu menumpahkan seluruh kesedihannya. Ji Woon mendengar itu dari luar dan teringat pada ibunya yang menangis pilu sambil menutupi mulut dengan tangannya agar tangisnya tidak terdengar Ji Woon. Tapi Ji Woon kecil mengetahui hal itu dan hanya bisa duduk di balik tembok mendengar ibunya menangis.
Setelah beberapa lama, akhirnya Hye Ji keluar dari gudang. Melihat Ji Woon duduk menelungkup seperti tidur, Hye Ji menyampirkan jaketnya di pundak Ji Woon lalu berjalan pergi. Ji Woon tidak tidur. Ia melihat sosok Hye Ji yang berjalan menjauh.
Ha Won menanyakan pendapat Ja Young soal Ji Woon yang mendapat pengakuan dari gadis yang sudah lama disukainya namun bertepuk sebelah tangan. Tentu saja Ha Won tidak mengatakan itu Ji Woon, melainkan anak dari sepupu ibu temannya...jauh banget >,<
“Apa gadis itu cantik?” tanya Ja Young.
Ha Won mengangguk. Ja Young berkata maka sudah terlahir pasangan baru. Ha Won belum terima dan menjelaskan kalau pria itu belum memberi jawaban.
“Memangnya perlu? Kau bilang dia cantik.”
“Hei, cantik itu bukan segalanya! Dan lagi pria itu harus mengatakan: ayo kita berpacaran, sebelum hubungan mereka menjadi resmi, kan?”
“Kau itu sangat kuno. Jaman sekarang orang-orang hanya saling menggoda dan mengikuti arus,” kata Ja Young.
Ha Won yang kecewa merasa memiliki harapan saat Ja Young menambahkan kalau pria yang cintanya tak berbalas dalam waktu lama mungkin saja sudah menyukai wanita lain.
Ha Won diam-diam mengintip Ji Woon di gudang. Ia melihat Ji Woon sibuk dengan peralatannya sendiri.
“Tak mungkin,” gumamnya. “Ia selalu sendirian. Satu-satunya gadis selain Hye Ji yang berada di sisinya adalah..... aku?”
Ha Won senyum-senyum sendiri memikirkan munhgkin Ji Woon menyukainya. Tapi ia sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam bidang asmara. Karena itu ia bertanya pada sebuah forum online. Bagaimana ia tahu kalau seorang pria menyukainya?
“Apa kau cantik, penanya?”
“Jangan berharap...dia tidak menyukaimu.”
“Jangan bertanya pada orang asing..tanyakan langsung pada pria itu!”
“Jika ia tidak marah tak peduli apapun yang kaulakukan, dia pasti menyukaimu. Pria tidak pernah marah pada wanita yang disukainya.”
Bagi Ha Won, jawaban yang terakhir yang paling masuk akal.
Maka ia mulai “cari gara-gara” dengan Ji Woon. Dari pura-pura tak sengaja melempar bukunya hingga mengenai kepala Ji Woon dan pura-pura tak sengaja menabrak Ji Woon hingga jus jeruknya tumpah mengenai pakaiannya. Ji Woon tidak marah. Atau belum?
Lalu Ha Won pergi ke gudang Ji Woon dan mengacak-acak isinya. Oh no...what are you doing, Ha Won-ah *tutup mata*
Kali ini Ji Woon tak tahan lagi dan berteriak memanggil Ha Won. Ha Won cepat-cepat naik ke tempat tidurnya dan pura-pura tidur. Ji Woon tidak percaya Ha Won sedang tidur dan menuduhnya yang mengacak-acak gudangnya. Ha Won pura-pura tidak tahu.
“Kenapa kau sangat kejam pada orang sakit?” tanyanya memasang tampang memelas.
“Apa kau mau mati?” sergah Ji Woon tanpa ampun. Ia menuduh Ha Won pura-pura lebih sakit dari yang terlihat. “Jika kau bosan, tidur sajalh. Mengerti?”
Ji Woon berbalik pergi. Ha Won jadi kesal dan melempar Ji Woon dengan bantal.
“Kau tidak pernah satu kalipun mengkhawatirkanku atau membawakanku makanan enak!” ujar Ha Won.
Kemarahan Ji Woon mereda diganti oleh sedikit perasaan bersalah. Apalagi saat melihat wajah sedih Ha Won. Ha Won memutuskan Ji Woon sama sekali tidak memiliki perasaan padanya.
Dasar pria...setelah Hye Ji memutuskan beralih pada Ji Woon, Hyun Min malah menguntitnya. Lalu ia menunggu di depan tempat kerja Hye Ji dan mengajaknya bicara. Kali ini Hye Ji yang menolak bicara.
“Apakah kali ini juga karena aku?” tanya Hyun Min. “Apa kau menggunakan Kang Ji Woon karena aku?”
Hye Ji menyangkal. Ia berkata ia baru menyadari kalau yang selama ini berada di sisinya bukanlah Hyun Min melainkan Ji Woon. Tepat saat itu Ji Woon datang dan langsung bersikap protektif pada Hye Ji. Ia berkata ia dan Hye Ji memiliki rencana lalu mengajak Hye Ji masuk ke dalam meninggalkan Hyun Min sendirian.
Yoo Na bertanya pada ibunya apakah ada kemajuan dengan Madam Ji. Ibu tiri Ha Won mengeluh ia terus menerus memberi pijatan ekstra pada Madam Ji agar bisa mendapatkan kepercayaannya. Tapi belum juga membuahkan hasil.
Ia bercerita mengenai gosip yang beredar kalau Madam Ji pernah menikah sebelum menikah dengan Presdir Kang. Yoo Na tidak terlalu percaya dengan gosip tersebut. Ia memiliki ide bagaimana menggunakan gosip tersebut agar bisa mendekati Madam Ji. Ia mengusulkan agar ibunya menjadi sekutu Madam Ji dan memberitahunya semua gosip tentang dirinya. Dengan begitu ibunya bisa menjadi besan Madam Ji. Madam Ji menganggap itu usul jenius.
Hye Ji bertanya apakah tidak ada yang ingin dikatakan Ji Woon padanya mengenai apa yang terjadi hari itu. Ada, jawab Ji Woon. Ia bertanya apakah Hye Ji sungguh-sungguh dengan ucapannya itu. Hye Ji teringat pertanyaan Hyun Min tadi. Apakah ia hanya memperalat Ji Woon karena dirinya?
“Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku,” jawabnya pada Ji Woon.
Hyun Min mencak-mencak mengingat bagaimana Hye Ji tadi bersama Ji Woon. Senasib dengan Ha Won yang masih galau. Ia memutuskan akan menanyakan langsung pada Ji Woon siapa gadis yang ia sukai.
Hyun Min masuk ke kamar Ji Woon. Ia mengambil mobil-mobilan di meja Ji Woon lalu menjatuhkannya. Dan menginjaknya.
“Kang Hyun Min!!” seru Ha Won. Busted XD
Ha Won memarahi Hyun Min speerti ibu memarahi anaknya yang nakal. Ia menyuruh Hyun Min mengaku dan minta maaf pada Ji Woon. Hyun Min berkata untuk apa ia minta maaf. Apa masalahnya barang seperti itu rusak?
“Kau tahu bagaimana Ji Woon tergila-gila pada mobil. Baginya ini seperti pembunuhan.”
“Benarkah?” tanya Hyun Min pelan. “Kalau begitu apa yang sebaiknya kuhancurkan berikutnya?” Gubrak deh XD
Ha Won berkata Hyun Min seperti ini karena Hye Ji. Ia mengaku ia tak sengaja mendengar perkataan Hye Ji pada Ji Woon hari itu.
“Tapi kau tidak seharusnya menyalahkan Ji Woon.”
“Kenapa aku harus peduli mereka pacaran atau tidak? Tidak ada hubungannya denganku,” kilah Hyun Min.
“Apa kau sungguh-sungguh? Kau tidak sungguh-sungguh kan?”
Hyun Min protes karena Ha Won terus menanyakan apakah ia sungguh-sungguh atau tidak. Ia balik bertanya kenapa Ha Won masuk kamar Ji Woon. Ha Won terdiam, bingung untuk menjawab.
“Kang Ji Woon sedang bersama Park Hye Ji sekarang,” kata Hyun Min. Sepertinya ia bisa menangkap kalau Ha Won menyukai Ji Woon.
Giliran Ha Won yang kesal pada Ji Woon.
Seo Woo melihat Ha Won duduk lesu sendirian dan mengajaknya jalan-jalan setelah ia selesai bekerja. Tapi Ha Won menolak. Seo Woo heran dan bertanya apakah terjadi sesuatu.
Ha Won berkata semua pria pastilah lebih menyukai gadis cantik dan feminin seperti Hye Ji. Seo Woo bertanya kenapa tiba-tiba Ha Won membicarakan Hye Ji.
“Ah aku hanya berpikir apakah ada orang yang akan menyukai gadis sepertiku.”
“Tidak ada salahnya denganmu! Aku malah merasa kau lebih cantik darinya.”
Ha Won tersenyum. Ia tidak menganggap serius perkataan Seo Woo dan mengira Seo Woo memujinya hanya untuk menghiburnya.
Ji Woon memikirkan perkataan Hye Ji. Ia melihat di pinggir jalan ada tukung roti. Ia sempat teringat perkataan Ha Won bahwa ia tidak peduli dan tidak pernah membawakan makanan enak untuknya. Sesaat ia nampak akan membelinya tapi ia menggelengkan kepala dan berusaha tak peduli.
Kang Young Jin melihat berita mengenai Kakek di suratkabar dan bertanya-tanya mengenai Haneul Grup. Temannya berkata Haneul Grup sangat kaya. Bahkan proyek di mana mereka bekerja pun milik Haneul Grup.
Seo Woo mengikuti sesi foto dan wawancara. Si pewawancara sempat bertanya mengenai lagu baru yang berjudul Pengakuan. Ia bertanya apakah lagu tersebut diilhami oleh seseorang. Belum sempat Seo Woo menjawab, manajernya cepat-cepat menyangkal tidak ada orang seperti itu.
Pewawancara memberikan hadiah berupa cangkir yang bisa mengeluarkan tulisan jika diisi air panas dan ditaruh di atas alasnya. Seo Woo tersenyum menerima hadiah tersebut.
Madam Ji mengingatkan Kakek untuk minum obatnya setiap hari meski ia tidak ada. Ia cemberut dan mengancam akan marah jika Kakek terus mengabaikan kesehatannya. Kakek menggodanya hingga ia tersenyum kembali.
Kakek meminta Yoon Sung untuk sementara menemani Madam Ji dalam setiap kegiatannya karena ia belum menemukan orang yang tepat. Meski terlihat keberatan, Yoon Sung tidak bisa menolak permintaan Kakek.
Seo Woo sedang mencoba cangkir barunya ketika tiba-tiba Ha Won muncul. Saking kagetnya, teh panas mengenai tangannya. Tapi bagi Seo Woo yang terpenting adalah menyembunyikan cangkir itu dari Ha Won. Ia menegaskan kalau tangannya tak apa-apa lalu berlari ke kamarnya.
Ha Won heran dengan sikap Seo Woo yang tidak seperti biasanya. Ia melihat almbum baru Seo Woo di meja dan menyadari sesuatu.
Belum sempat Seo Woo memulihkan diri dari rasa kagetnya dan rasa sakitnya (tangan itu tangaaaaan >,<) Ha Won sudah muncul di pintu kamar. Seo Woo berusaha bersikap biasa saja. Ha Won memperlihatkan album baru Seo Woo yang tadi ditemukannya di meja dapur.
Ia mengira Seo Woo bersikap aneh karena ia lupa besok adalah peluncuran album terbaru Seo Woo. Seo Woo pura-pura kesal. Ha Won berkata ia tidak sengaja lupa, ia bahkan sudah mencatat tanggalnya di ponselnya. Seo Woo tersenyum geli dan memberikan album baru itu pada Ha Won.
Ha Won ingin Seo Woo bernyanyi langsung untuknya. Seo Woo berkata ia tidak ingin lagunya bocor sebelum diluncurkan. Ha Won membujuknya karena mereka kan sudah seperti keluarga. Luluh melihat senyuman Ha Won, Seo Woo akhirnya bersedia.
Seo Woo menyanyikan lagu berjudul “Pengakuan” itu sambil menatap Ha Won. Liriknya berisi pengakuan cinta hingga membuat Ha Won jengah. Ia menghentikan Seo Woo dengan alasan ia merasa bersalah pada fans Seo Woo yang menantikan lagu baru Seo Woo. Setelah berterimakasih ia cepat-cepat keluar dari kamar Seo Woo. Seo Woo nampak sedih.
Ha Won sama sekali tidak menyadari kalau lirik lagu tadi memang dinyanyikan sungguh-sungguh oleh Seo Woo untuknya. Ia mengira Seo Woo memang seperti itu hingga mampu membuat banyak orang menjadi penggemarnya.
Ji Woon pulang membawa sekantung kue. Hah, beli juga dia akhirnya^^
Ia berpapasan dengan Hyun Min di ruang tengah. Hyun Min menyindirnya soal kencannya dengan Hye Ji. Ji Woon bertanya apa sekarang Hyun Min merasa kehilangan setelah Hye Ji berpaling darinya. Ia bertanya kenapa Hyun Min tadi menemui Hye Ji. Ia bisa menjawab mewakili Hye Ji.
Hyun Min marah dan menarik Ji Woon. Ji Woon berkata jelas kali ini Hyun Min kalah darinya. Dan respon Hyun Min memperjelas dugaannya.
“Bahwa kau menyesalli keputusanmu. Kenapa kau tidak mencoba meraihnya sebelum kau lebih menyesalinya lagi,” Ji Woon menasihati.
Ia meninggalkan Hyun Min dan pergi ke dapur. Ha Won ada di sana sedang menenangkan dirinya setelah “Pengakuan” Seo Woo tadi.
Tanpa mengatakan apapun Ji Woon memberi kantung kue yang dibawanya. Ha Won langsung senang kembali.
“Hei, aku sudah membelikanmu sesuatu, ya? Aku tidak ingin kau mengatakannya yang sebaliknya nanti,” ujar Ji Woon. Ia berjalan pergi sambil diam-diam tersenyum.
Ha Won menyeduh susu coklat untuk dimakan bersama kue-kue tadi. Ia tidak tahu kalau ia menggunakan cangkir baru Seo Woo.
Sayangnya kata “Pengakuan” muncul di alas cangkir saat Ha Won tidak melihatnya. Seo Woo sepertinya menyadari kalau cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan sedih ia mencoret sub judul “Untuk Ha Won” dari lagu barunya.
Hyun Min pergi minum-minum di bar. Seorang wanita duduk di sampingnya untuk merayunya. Tapi Hyun Min malah berceloteh tak jelas.
“Apa kaupikir kau bisa menyukai pria lain selain diriku?”
Wanita penggoda itu mengira Hyun Min bicara padanya. Ia cepat-cepat menjawab kalau Hyun Min adalah satu-satunya untuknya.
“Kalau begitu kenapa? Kenapa ia melakukan ini padaku sekarang? Dia bersikap seakan ia tidak akan pernah meninggalkanku...jadi kenapa ia meninggalkanku untuk orang lain?”
Wanita itu berkata ia tidak akan pergi ke manapun dan akan terus berada di sisi Hyun Min.
“Jangan tinggalkan aku...” gumam Hyun Min. Jelas pada orang lain....
Tapi wanita itu telanjur senang dan berkata Hyun Min tidak boleh menarik perkataannya barusan.
Yoon Sung tidak bisa mengantar Ha Won ke rumah sakit karena ada tugas lain. Namun ia merasa bersalah dan sangat mengkhawatirkan Ha Won hingga terus menerus memintanya untuk menelepon jika ada sesuatu. Ha Won menenangkan bukan pertama kali ini ia pergi ke rumah sakit. Yoon Sung masih tidak tega.
Ha Won mendapat ide dan berkata ia akan mencari orang lain untuk mengantarnya.
Dan...tentu saja ia mencari Ji Woon. Ia beralasan Yoon Sung sibuk dan Seo Woo sedang ada pemotretan, sedangkan Hyun Min entah ada di mana sejak semalam. Hanya Ji Woon yang tersisa.
Ji Woon ogah mengantar Ha Won. Ha Won memasang tampang memelas dan bertanya apakah Ji Woon ingin ia naik bis dan kereta dengan kaki terbalut gips seperti itu. Ia memohon dan memelas tapi Ji Woon malah bertanya apa ia pekerja Ha Won lalu menutup pintu kamarnya.
Ha Won bergumam kesal ia sudah mengira ini akan terjadi. Kasian Ha Won >,<
Ternyata tugas Yoon Sung adalah mengantar Madam Ji. Setelah tiba, Madam Ji berkeras Yoon Sung ikut masuk menemui tamunya. Ternyata tamu yang ditemui Madam Ji adalah seorang wanita muda berkarir bagus. Ia bermaksud menjodohkan Yoon Sung dengan wanita tersebut.
Menyadari tujuan Madam Ji, Yoon Sung terlihat marah. Dengan tegas ia meminta maaf pada wanita tersebut lalu keluar ruangan.
Madam Ji menyusulnya keluar dan menegurnya. Yoon Sung balik memarahinya karena sudah melakukan hal seperti ini. Madam Ji berkata harapannya adalah Yoon Sung menikah dengan wanita dari keluarga kaya dan hidup berkelimpahan. Harapannya sebagai seorang ibu.
Yoon Sung bertanya itukah sebabnya Madam Ji memperalat Presdir Kang. Apa salahnya dengan itu, jawab Madam Ji. Ia berkata ini semua demi Yoon Sung.
“Jangan berani-beraninya gunakan aku sebagai alasan,” kata Joon Sung marah. Ia berkata ia akan menganggap semua ini tidak pernah terjadi, seperti janji di antara mereka berdua.
Kilas balik pada pertemuan pertama mereka. Ketika itu Kakek sudah dekat dengan Madam Ji lalu memperkenalkan Yoon Sung sebagai sekretarisnya yang sudah dianggapnya seperti seorang anak. Yoon Sung terkejut melihat ibunya, tapi Madam Ji tidak nampak terkejut.
Dalam perjalanan mengantar Madam Ji hari itu, Yoon Sung terus berdiam diri dengan perasaan campur aduk. Madam Ji berkata puteranya tumbuh dengan baik sejak 12 tahun lalu mereka terakhir bertemu. Ia tahu mereka akan bertemu suatu hari nanti tapi tidak menyangka akan terjadi hari ini.
“Apa kau terkejut?” tanyanya.
“Saya yakin Nyonya salah mengenali orang. Ibu saya sudah meninggal 12 tahun lalu.”
“Baiklah...jika kau menghapusku dari kehidupanmu selama ini, teruslah lakukan itu,” kata Mdam Ji. Ia sendiri tidak memberitahu kakek kalau ia pernah menikah.
“Sepertinya bukan hanya aku yang menghapus seseorang dari ingatan mereka,” ujar Yoon Sung sinis.
“Aku mohon agar kau berpura-pura tidak mengenalku. Aku ingin hidup sebagai seorang wanita selama sisa hidupku. Jika kau melakukannya, aku akan bisa melakukannya.”
Ha Won terpaksa pergi seorang diri. Tapi senyumnya mengembang saat melihat Ji Woon sudah siap dengan mobilnya di luar. Ia meminta Ji Woon membukakan mobilnya. Ji Woon malah mengancam tidak jadi mengantar Ha Won.
Ha Won cemberut dan berkata ia hanya mengatakannya saja. Ia berusaha membuka pintu mobil tapi nampak kesulitan karena harus memegangi kedua tongkatnya. Ji Woon menghela nafas panjang lalu membantu Ha Won menaruh tongkat di kursi belakang mobil.
Ha Won tersenyum berharap Ji Woon membukakan pintu mobil untuknya. Meski nampak judes, Ji Woon akhirnya membukakan pintu mobil untuk Ha Won. Ha Won tersenyum gembira.
Mereka tidak menyadari kalau seorang pria diam-diam mengamati dari jauh. Kang Young Jin. Ia bergumam kalau Ha Won-nya sudah tumbuh besar.
Dokter mengatakan kaki Ha Won sudah sembuh dengan baik. Gipsnya sudah boleh dilepas dan ia bisa berjalan dengan bebas. Bukannya senang, Ha Won malah terlihat kecewa (karena dengan kakinya yang sakit ia memiliki alasan untuk membuat Ji Woon menemaninya) dan berkata kakinya masih terasa tak nyaman. Dokter berkata Ha Won tak perlu khawatir karena kakinya sudah kembali normal.
Ji Woon bertanya jadi itu artinya Ha Won bebas bergerak bukan. Tentu saja, jawab Dokter. Ia menambahkan kalau Ha Won bahkan sudah bisa berlari sekarang jika Ha Won mau. Ha Won tertawa gugup. Ji Woon menjatuhkan kedua tongkat Ha Won lalu pergi begitu saja. Ha Won cepat-cepat menyusulnya.
Saat berjalan keluar rumah sakit, Ha Won bertanya apa yang membuat Ji Woon begitu judes. Sejak awal Ji Woon bersikap galak padanya. Ji Woon berkata ia merasa terganggu karena salah mengira seorang gadis yang sehat sebagai pasien yang terluka hingga diseret ke tempat ini.
“Aku masih seorang pasien hingga beberapa menit lalu,” Ha Won membela diri. “Gipsku baru saja dilepas!”
Ji Woon menyuruh Ha Won pulang sendiri. Tidak ada alasan lagi baginya untuk mengantar Ha Won. Iiiih...ini cowo kok gitu amat ya...grrr...udah Ha Won sama Yoon Sung atau Seo Woo aja >,<
Bukan hanya aku yang marah, Ha Won juga. Ia bertanya apa Ji Woon begitu benci melakukannya.
“Apa sulitnya datang ke sini bersamaku?” tanyanya kesal dan sedih.
“Aku hanya bercanda,” Ji Woon buru-buru menjelaskan.
Tapi Ha Won telanjur kecewa dan kesal. Ia berlari pergi meninggalkan Ji Woon. Setelah tiba di luar rumah sakit barulah Ha Won sadar kalau ia meninggalkan tasnya di dalam mobil Ji Woon.
Ji Woon menyusuri jalan dengan mobilnya untuk mencari Ha Won. Ia masih bingung kenapa Ha Won marah dengan gurauannya. Yah, sekali dua kali sih orang menganggap itu gurauan tapi kalau sampai berkali-kali kan....sakitnya tuh di sini ;D
Ia akhirnya menemukan Ha Won sedang berjalan seorang diri. Ia meminggirkan mobilnya dan memanggil Ha Won. Sesaat Ha Won nampak senang melihat Ji Woon tapi teringat ia sedang marah dan terus berjalan.
Ji Woon bertanya apa Ha Won tidak akan naik ke mobil Ha Won berkata ia akan menemukan jalan pulang meski harus naik bisa atau kereta jadi Ji Woon tinggalkan saja ia sendiri.
“Apa kau punya uang untuk naik kendaraan umum?” Ji Woon mengacungkan tas Ha Won.
“Memangnya kenapa? Pasti menyenangkan. Udaranya juga bagus. Aku akan jalan-jalan dengan kedua kakiku yang sehat,” kata Ha Won ketus.
Ji Woon tersenyum geli. Ia akhirnya menghentikan mobilnya dan mengajak Ha Won berjalan-jalan dengannya. Ia turun dari mobil dan kali ini tanpa diminta membukakan pintu mobil untuk Ha Won.
Ha Won lupa dengan marahnya dan naik ke mobil ;p
Sementara itu Hyun Min sedang nongkrong bersama kedua temannya. Hye Ji meneleponnya tapi Hyun Min tidak mau mengangkatnya. Bahkan ketika temannya menawarkan untuk mengangkat telepon itu, Hyun Min menyuruhnya mematikannya. Telepon dari Hye Ji kembali berdering, dan ia tetap tidak mengangkatnya.
Ia sama sekali tidak tahu kalau Hye Ji sedang berada di dalam masalah. Rumahnya dan seisinya disita.
Ji Woon membawa Ha Won ke sebuah tempat wisata. Ha Won sangat gembira karena baru pertama kali ini ia melihat pemandangan seindah itu. Ia terkejut saat melihat Ji Woon meminum kopinya. Dari gelas yang sama, dan ia baru saja meminumnya. Ia langsung teringat pada kiss malam itu. Sementara Ji Woon nampak tidak terganggu sama sekali.
Ia malah bertanya kenapa Ha Won berekspresi seperti itu. Ha Won jadi gugup dan salah tingkah. Ji Woon menarik tangan Ha Won untuk mendekat padanya dan bertanya apa ada yang ingin dikatakan Ha Won padanya.
“Apa kau menyukai....”
Belum selesai Ha Won bertanya, telepon Ji Woon berdering dan Ji Woon mengangkatnya.
“Ji Woon-ah....” suara Hye Ji.
Setelah mendengar perkataan Hye Ji, wajah Ji Woon berubah serius dan ia berkata akan pergi ke tempat Hye Ji sekarang juga. Setidaknya ia terlihat merasa tak enak hati saat mengajak Ha Won pulang. Ha Won hanya bisa menghela nafas kecewa.
Sepanjang perjalanan Ji Woon sangat diam. Ha Won bertanya apakah Ji Woon akan pergi ke tempat Hye Ji. Ji Woon membenarkan. Ha Won meminta Ji Woon membiarkannya turun. Ia bisa pulang sendiri. Ji Woon berkata ia akan mengantar Ha Won pulang.
“Hye Ji menunggumu,” potong Ha Won.
Ji Woon akhirnya meminggirkan mobilnya menurunkan Ha Won. Ia sempat meminta maaf sebelum Ha Won turun dari mobil.
Ha Won akhirnya naik bis pulang. Meski ia berusaha merelakan apa yang terjadi, ia tidak bisa menahan air matanya yang terus mengalir.
Ji Woon tiba di rumah Hye Ji. Hye Ji sedang menangis di luar rumahnya. Sambil menangis ia berkata rumahnya dijual untuk dilelang dan ayahnya ditahan untuk diinterogasi.
“Apa yang harus kulakukan?”
Ji Woon mengulurkan tangannya ke pundak Hye Ji tapi Hye Ji memeluknya dan menangis. Ji Won agak terkejut. Ia menepuk pundak Hye Ji dan menenangkannya.
Hyun Min terus menanti telepon Hye Ji dan berkata ia akan mengangkat jika Hye Ji telepon ketiga kalinya. Tapi Hye Ji tidak menelepon lagi.
Ia baru mengetahui keadaan Hye Ji setelah temannya menelepon. Ia berusaha menelepon Hye Ji tapi teleponnya tidak diangkat.
Ia berlari keluar dan berpapasan dengan Ha Won yang baru tiba ke rumah. Belum sempat mereka mengobrol, mobil Ji Woon berhenti di dekat mereka.
Bukan hanya Ji Woon yang turun dari mobil, Hye Ji juga. Ji Woon menurunkan barang-barang Hye Ji lalu menggandeng tangan Hye Ji. Ia berkata mulai sekarang Hye Ji akan tinggal bersama mereka untuk sementara waktu.
Komentar:
Disebut cinta segiempat ya bukan segiempat juga ya karena masing-masing sudah ada pasangannya sebenarnya. Tapi mereka terlalu gengsi untuk mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya.. Saking gemasnya, terkadang aku harus terus mengingatkan diriku kalau usia mereka dalam drama ini masih muda dan mungkin baru mengenal cinta untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.
Cara terbaik untuk menyadari pentingnya seseorang dalam kehidupan kita adalah saat orang itu tidak berada di sisi kita lagi. Dan itulah yang dialami Hyun Min. Tapi tetap saja ia tidak belajar dari pengalaman dan semakin melakukan hal-hal yang akhirnya ia sesali hanya karena harga dirinya.
Mungkin Ji Woon juga harus mengalami apa yang dialami Hyun Min agar ia menyadari arti Ha Won dalam hidupnya. Ketika Hye Ji memeluknya, sepertinya Ji Woon baru sadar kalau perasaannya pada Hye Ji bukanlah cinta. Mudah-mudahan ia tidak terlambat menyadari dan mengakui perasaannya yang sebenarnya.
Sudah kita duga sejak awal kalau Madam Ji adalah ibu Yoon Sung hingga rasanya tidak terkejut lagi ketika dalam episode ini semua menjadi jelas. Bingung deh...Madam Ji yang ingin Yoon Sung tidak mengakuinya tapi ia berusaha mengatur hidup Yoon Sung. Sigh.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)