Saat Dam Ryeong mencari Se Hwa, ia menemukan temannya yang terkapar di dasar tebing. Ia segera membawanya ke tabib tapi tabib mengatakan lukanya terlalu parah dan mungkin tidak bisa melewati masa kritis. Tabib yakin teman Dam Ryeong dipukuli sekelompok orang setelah jatuh dari tebing.
Dan Ryeong sangat sedih dan marah melihat keadaan temannya. Ia tahu temannya jadi seperti ini karena menyembunyikan Se Hwa.
Sementara itu Se Hwa melihat nyala obor di mulut gua. Ia menanti dengan penuh harap namun yang muncul adalah para anak buah bangsawan Yang.
Bangsawan Yang menghadap Dam Ryeong dan memintanya memaafkan Hong Nan karena sudah membuat keributan di kantor Dam Ryeong kemarin. Ia beralasan Hong Nan ketakutan ada pembawa nasib buruk memasuki kantor hingga kehilangan akal sehat. Ia berkata ia sudah memarahi Hong Nan habis-habisan.
Dam Ryeong hanya mengangguk kecil. Bangsawan Yang berkata sejak ditemukannya mayat beberapa hari lalu di pantai, para penduduk dalam keadaan panik. Ia menyesal Dam Ryeong jadi susah hati karenanya.
Dam Ryeong mengambil sebutir jeruk dan berkata bangsawan Tang memiliki buah yang langka dan berharga. Bangsawan Yang dengan bangga berkata ia mendatangkan jeruk itu dari Tamra (Pulau Jeju) dengan penuh perjuangan. Dam Ryeong berkata di desa ini mungkin hanya penginapan Bangasawan Yang yang bisa menyediakan buah seperti ini. Tentu saja, kata Bangsawan Yang. Dan harganya juga mahal.
“Tapi buah ini ditemukan saat memeriksa mayat yang ditemukan di pantai,” ujar Dam Ryeong.
Dam Ryeong berkata pada hari kematiannya, orang terakhir yang ditemui korban adalah bangsawan Yang. Dan malam itu Bangsawan Yang menyediakan minuman juga buah jeruk. Korban tewas karena minum alkohol yang sudah diracuni, lalu dibuang ke pantai.
Jejak racun tidak ditemui pada pemeriksaan pertama karena pada hari itu turun salju dan air membeku. Mayat juga membeku seperti es. Tapi pada pemeriksaan kedua, mayat telah mencair dan racun dari sejenis telur ikan ditemukan pada korban.
Bangsawan Yang berkata ia tidak mengerti apa yang dikatakan Dam Ryeong. Pintu terbuka. Anak buah Dam Ryeong masuk membawa sebuah kendi berisi racun yang sama. Mreka menemukan kendi tersebut di kamar Bangsawan Yang. Bangsawan Yang cepat-cepat berkata ia tidak tahu apa-apa dan sudah dijebak.
Hong Nan ditangkap. Ia meronta-ronta menyusahkan petugas yang membawanya. Dam Ryeong menghubus pedangnya ke lehernya. Ia akan mengampuni Hong Nan jika Se Hwa masih hidup. Hong Nan pura-pura tidak tahu apa-apa.
“Jika kau tidak tahu maka kau akan mati. Jika aku tidak bisa menemukannya, kau akan mati di tempat ini.”
Hong Nan akhirnya memberitahu di mana Se Hwa berada. Se Hwa disekap dalam sebuah gudang sempit. Dam Ryeong terpukul melihat Se Hwa dalam keadaan terikat tak sadarkan diri dan penuh luka. Di dekatnya terdapat sebuah keranjang berisi banyak mutiara. Dengan mutiara sebanyak itu, sebanyak itu pula rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan Se Hwa.
Hong Nan masih berusaha menghasut warga dengan berteriak kalau Dam Ryeong sudah terpikat puteri duyung jahat dan hendak menghancurkan desa. Ia menantang Dam Ryeong untuk maju menghadapi rakyat. Dengan marah, Dam Ryeong mengambil keranjang berisi mutiara lalu melemparkan ke arah mereka.
Mutiara berhamburan. Rakyat sibuk memunguti mutiara-mutiara itu. Hong Nan berteriak tak rela mutiara-mutiara itu diambil orang.
Dam Ryeong meminta maaf pada Se Hwa karena datang terlambat. Tapi Se Hwa terlalu lemah untuk memberikan respon. Dam Ryeong mengangkat Se Hwa dalam gendongannya. Lalu ia keluar dan berjalan menuju pantai.
“Se Hwa, kau suka mendengar cerita mimpi-mimpiku, kan? Apa kau mendengarkan? Dalam mimpiku, kita berdua dilahirkan kembali. Kita bertemu dan bersama. Kau datang dari lautan jauh untuk menemuiku. Meski aku tidak mengenalimu, kau sudah berada di dalam hatiku,” Dam Ryeong mulai menangis. Ia bertanya apakah Se Hwa ingin mendengar lebih banyak mengenai kisahnya.
Joon Jae bertanya bisakah Shim Chung mengatakan sebuah kalimat. Kalimat apa, tanya Chung.
“Aku mencintaimu.”
Chung terpana. Ia bertanya apakah itu artinya Joon Jae menjadi miliknya.
“Apa kau menyerah? Apa kau kalah? Tadinya aku mau menyerah duluan saat salju pertama turun,. Aku tidak tahu kau menyerah duluan. Apa kau milikku? Tak peduli apapun yang kukatakan, kau akan percaya padaku?” celotehnya senang.
Joon Jae bingung tak mengerti apa yang dikatakan Chung. Tentu saja karena yang menjelaskan arti “cinta” pada Chung adalah Joon Jae sebelum kehilangan ingatan.
Ketika itu Joon Jae menjelaskan kalau mencintai seseorang artinya kita menjadi milik orang itu. Melakukan apa yang dikatakan orang itu, bahkan mempercayai kebohongan yang ia ucapkan. Bukankah itu berbahaya?
Tidak apa-apa, jawab Chung waktu itu. Joon Jae berkata Chung tidak boleh mengatakan kata-kata itu karena jika Chung mengatakan “aku mencintaimu” padanya, artinya Chung menjadi miliknya. Dan ia mungkin membohongi serta memperalat Chung serta mengambil semua miliknya.
Chung memberitahu semua perkataan Joon Jae waktu itu padanya. Joon Jae berkata siapa yang mengucapkan omong kosong seperti itu. Ha...dia bakal kaget kalau tahu orangnya XD
“Seseorang. Seseorang yang baik,” jawab Chung.
Joon Jae bertanya apa orang itu seorang pria. Chung membenarkan. Joon Jae berkata orang itu pasti seorang yang gombal dan gila. Seharusnya Chung tidak bergaul dengan orang itu. Ia bertanya apa orang itu benar-benar baik pada Chung.
“Saat hujan dia memayungiku. Dan dia menggenggam tanganku saat aku sendirian.”
“Tentu saja dia akan melakukan apapun untuk merayu seornag gadis.”
“Dia membuatkan ramyun.”
“Ra...ramyun??? Wah, ramyun! Apa dia bilang dia akan pergi ke rumahmu dan makan ramyun sebelum pergi (kode dalam berpacaran untuk menginap)? Wah, dia benar-benar berniat tidak benar.”
Chung berkeras orang itu orang baik. Joon Jae jadi kesal dan berkata seharusnya Chung bersama orang itu kalau orang itu begitu baik, dan bukan bersamanya. Ia berkata ia tidak ingin Chung salah paham. Saat tadi ia mengatakan “aku mencintaimu” bukanlah karena ia mencintai Chung.
“Aku menyuruhmu mengatakan itu agar aku bisa mengkonfirmasi sesuatu.”
“Aku mencintaimu,” ujar Chung.
Joon Jae terdiam, apalagi Chung menatapnya dengan sungguh-sungguh. Ia cepat-cepat pergi. Chung bertanya apakah ia perlu mengatakannya lagi. Tidak usah, sahutnya cepat. Aku bisa mengatakannya lagi, kata Chung menyusul Joon Jae.
Mereka pulang ke rumah. Nam Doo bertanya mereka dari mana. Ketika tahu mereka dari tempat ski, ia bertanya apakah mereka habis berkencan. Joon Jae cepat-cepat membantah. Ia berkata Chung ingin melihat salju jadi ia membawanya ke sana. Tae Oh kembali memelototi Joon Jae dan masuk ke kamarnya dengan kesal.
Malam itu Joon Jae tidak bisa tidur.
“Oi, kamar atas!” serunya.
Chung membuka pintu plafon dan tersenyum bertanya ada apa. Jantung Joon Jae berdebar lebih kencang melihat senyum Chung. Ia berkata ia tidak bisa tidur hingga terus berpikir hal yang tak penting. Ia bertanya apa Chung masih menemui orang itu. Siapa, tanya Chung polos sambil turun ke kamar Joon Jae.
“Siapa lagi?! Yang tadi...ramyun! Apa kau masih menemuinya?”
“Masih,” jawab Chung.
Joon Jae tertawa garing untuk menutupi kekecewaannya. Ia bertanya seperti apa tampang orang itu.
“Dia cantik. Matanya bersinar,” Chung menatap Joon Jae.
“Dia pasti seperti pria yang kewanita-wanitaan. Kau harus hati-hati dengan pria berwajah seperti itu. Apa bagusnya pria berwajah cantik? Mereka penuh nafsu,” kata Joon Jae berapi-api. Ia berdehem dan bertanya apa Chung juga mengatakan kalimat yang sama dengan yang diucapkannya tadi di tempat ski.
“Aku mencintaimu? Ya, aku mengatakannya. Kenapa?”
Joon Jae berkata pasti kata-kata itu mudah diucapkan Chung hingga mengatakannya pada semua orang. Chung membela diri dan berkata ia tidak mengucapkannya pada sembarang orang. Joon Jae jadi kesal dan menyuruh Chung cepat naik kembali ke kamarnya.
“Tapi bagus juga...sebenarnya aku merasa sedikit terbebani, khawatir kau memiliki perasaan khusus padaku. Semoga berhasil dengannya,” sindir Joon Jae.
“Aku akan melakukannya. Aku datang untuk membereskan semua dengannya.”
Joon Jae makin kesal. Jika Chung datang untuk orang itu lalu kenapa ia ada di rumahnya?
Di suatu tempat yang sepi, sebuah mobil melaju seperti kehilangan kendali lalu menabrak pohon.
Joon Jae akhirnya tertidur. Ia bermimpi seorang pria seperti dirinya (Dam Ryeong) berteriak-teriak mencari Se Hwa lalu menemukan seorang pria terkapar tak sadarkan diri. Ia terbangun dan bertanya-tanya mimpi macam apa itu.
Ia mengingat wajah orang terkapar dalam mimpinya dan menyadari orang itu berwajah sama dengan Manajer Nam. Ia lalu menelepon Manajer Nam.
Tapi Manajer Nam dalam keadaan tak sadarkan diri setelah tadi mobilnya menabrak pohon. Dae Young yang ada di sebelahnya, mengambil ponsel Manajer Nam dan me-reject telepon Joon Jae. Lalu dengan santai ia keluar dari mobil.
Presdir Heo mendengar kabar kecelakaan itu keesokan harinya saat sedang sarapan bersama Nyonya Kang dan Chi Hyun. Nyonya Kang pura-pura tidak tahu sementara Chi Hyun nampak curiga pada ibunya.
Presdir Heo memberitahu mereka kalau Manajer Nam semalam mabuk dan mengalami kecelakaan. Chi Hyun berkata Manajer Nam tidak suka minum minuman keras. Ibunya langsung bertanya bagaimana Chi Hyun tahu dan mereka tidak bisa menilai orang hanya dari penampilan.
Ia bertanya seberapa parah lukanya. Presdir Heo berkata sepertinya cukup parah karena Manajer Nam tidak sadarkan diri. Nyonya Kang pura-pura khawatir dan berkata ia akan ikut jika Presdir Heo ke rumah sakit. Diam-diam ia tersenyum, dan Chi Hyun melihatnya.
Detektif Hong dan timnya membahas Ma Dae Young yang belum juga diketahui keberadaannya. Pembunuhan terakhir diduga perbuatannya tapi mereka tidak memiliki bukti. Tidak ada uang atau barang yang diambil. Apalagi korban adalah seorang lintah darat yang memiliki banyak musuh.
Detektif Hong berkata jika pembunuhan itu karena dendam, pasti direncanakan dengan sangat baik. Tapi kejadiannya adalah pada jam 3 sore hari di saat siapapun bisa melewati tempat itu. Ia yakin pembunuhan itu dilakukan secara spontan saat itu juga. Dan Ma Dae Young memiliki masalah pengendalian amarah.
Masalahnya orang yang tidak bisa mengendalikan amarah bukan hanya 1-2 orang saja. Tapi Detektif Hong berkata pembunuhan ini sangat rapi dan bersih tanpa ada jejak sidik jari dan DNA. Pasti dilakukan orang yang selalu siap untuk membunuh.
Sayangnya atasan mereka tidak setuju Detektif Hong mengejar Dae Young. Ia memerintahkan agar Detektif Hong mencari orang yang memalsukan identitas dan menghapus semua rekaman CCTV. Detektif Hong berkata ia rasa ia tahu siapa orang itu (Joon Jae??) dan ia akan menangkapnya setelah menangkap Ma Dae Young.
Joon Jae dkk sedang mempelajari jadwal Jin Joo untuk memulai aksi mereka. Nam Doo tahu hari ini supir Jin Joo tidak masuk dan Jin Joo mengemudi sendirian. Tapi ia tidak pandai mengemudi. Jadi Tae Oh akan pura-pura menelepon dari Akademi Bahasa Inggris puteri Jin Joo untuk mengalihkan perhatian.
Akibatnya Jin Joo hampir menabrak mobil Joon Jae. Joon Jae turun dan bersikap simpatik sambil memberikan kartu namanya. Lalu Joon Jae akan menunggu pertemuan berikutnya di seminar yang akan dihadiri Jin Joo.
“Apa yang sedang kalian lakukan?” tiba-tiba Chung nimbrung.
Mereka tersentak kaget dan langsung siap-siap pergi. Chung bertanya mereka hendak ke mana. Mereka berkata akan pergi kerja.
“Apa pekerjaan kalian?” tanya Chung.
Ketiganya saling berpandangan, bingung harus menjawab apa. Joon Jae berkata mereka adalah menyadarkan orang akan kesalahan mereka. Orang-orang itu mengumpulkan kekayaan mereka dengan cara tidak benar dan tidak tersentuh hukum. Jadi pekerjaan mereka adalah menindak dengan tepat orang-orang tersebut dam menyebarkan kekayaan orang-orang itu untuk negara.
“Pegawai negeri?” tanya Chung dengan mata berbinar. Ia melihat di TV kalau orang yang bekerja untuk negara disebut pegawai negeri.
Joon Jae berkata ia bukan pegawai negeri. Tidak selalu orang yang bekerja di kantor pemerintahan benar-benar bekerja demi negara.
“Jadi Heo Joon Jae lebih keren dari pegawai negeri. Aku tahu itu,” kata Chung bangga.
Joon Jae berdehem tidak tahu harus berkata apa lagi. Chung melompat-lompat pergi dengan riang. Joon Jae terlihat mulai tak enak hati dengan kebohongannya sendiri. Nam Doo meliriknya sambil tertawa curiga.
“Kenapa aku harus membuat alasan untuknya?” tanya Joon Jae.
“Nah itu...kau ini terdengar mencurigakan,” kata Nam Doo.
“Lalu apa aku harus memberitahunya kalau kita penipu?” Joon Jae membela diri.
“Aku tidak suka dengan kata itu. Bagaimana kalau kita cari nama lain yang keren?” usul Nam Doo.
Akhirnya mereka pergi juga dan sempat berpapasan dengan Detektif Hong yang sedang menyusuri area tersebut bersama anak buahnya. Untungnya Detektif Hong tidak melihat mereka.
Detektif Hong melihat tanda-tanda yang digambar di depan pintu, yang dibuat oleh Dae Young. Mereka mulai memeriksa tiap pintu. Sementara itu Dae Young sedang mengawasi rumah Joon Jae dan melihat Shim Chung keluar rumah. Kok aneh ya...dia ditugaskan memata-matai Joon Jae atau Chung? Joon Jae kan? Kok malah mengintai Chung? Atau karena ia curiga Chung mengenalinya?
Kali ini Detektif Hong melihat gerak-geriknya yang mencurigakan dan mengendap-endap mengikutinya. Eh, ponsel anak buahnya berbunyi hingga Dae Young menoleh. Detektif Hong terkejut melihat orang yang mencurigakan itu adalah Dae Young. Ia langsung mengejarnya. Tapi Dae Young berhasil meloloskan diri.
Ke mana Shim Chung? Ia pergi ke tempat pembuangan baju bekas untuk memunguti baju bekas di sana.
Yoo Na sedang berjalan pulang ketika ia diganggu teman-temannya. Teman-temannya adalah sekelompok anak kaya. Seorang dari mereka mengejek Yoo Na karena tinggal di apartemen sewaan.
“Ibuku bilang, sejak anak-anak penyewa masuk sekolah kita, kualitas lingkungan kita menurun.”
Anak-anak lain menertawakan Yoo Na. Yoo Na tidak meladeni mereka dan berjalan pergi. Tapi anak itu tidak puas. Ia menghalangi Yoo Na.
“Ibumu bercerai kan? Ibuku bilang begitu. Anak-anak sepertimu mendapatkan pendidikan keluarga yang kacau.Jadi dia melarangku bermain denganmu.” Err...yang pendidikannya kacau siapa ya??
Yoo Na berkata ia juga tidak mau bermain dengan mereka dan meminta anak itu membiarkannya lewat. Tapi anak itu berkata tempat ini bukan untuk dilewati anak-anak yang tinggal di apartemen sewaan. Ia menyuruh Yoo Na berbalik dan mengambil jalan lain. Yoo Na tidak mempedulikannya dan berjalan melewati anak itu. Eh, anak itu malah mendorongnya hingga jatuh.
Kali ini kesabaran Yoo Na habis. Ia balas mendorong anak itu. Sayangnya anak itu bertubuh lebih besar dan mendorong Yoo Na, siap untuk memukulnya.
Sebelum pukulannya melayang, tubuhnya yang melayang duluan. Chung mengangkat anak yang akan memukul Yoo Na dengan satu tangan. Anak itu menyuruh Chung melepaskannya.
“Cepat berjanji padaku kalau kau tidak akan mengganggu temanmu lagi,” kata Chung.
Anak itu malah menangis. Chung menunduk dan tersenyum pada Yoo Na.
Jin Joo bersiap pergi ketika puterinya pulang sambil menangis. Si anak kaya pengganggu Yoo Na. Jin Joo langsung membawa puterinya, Elizabeth, pergi dengan marah.
Yoo Na berterima kasih pada Chung karena sudah membantunya tadi. Chung bertanya apa itu perceraian. Yoo Na menjelaskan kalau perceraian adalah perpisahan orang yang sudah menikah. Chung tidak mengerti mengapa orang yang sudah menikah bisa berpisah.
“Apa Kakak juga tidak tahu? Mereka berpisah karena tidak saling mencintai lagi.”
“Mereka tidak saling mencintai lalu kenapa mereka menikah?”
“Mereka saling mencintai dan menikah, tapi perasaan mereka kemudian berubah. Ayah dan ibuku mungkin saling mencintai saat aku masih bayi. Hanya saja mereka kemudian berubah.”
Chung bertanya mengapa perasaan mereka berubah. Yoo Na sendiri tidak tahu penyebabnya. Bahkan orang yang tidak bercerai pun tidak selalu karena mereka saling mencintai. Mereka hanya memilih bertahan hidup bersama.
“Kak, apa kakak tahu kenapa aku belajar keras dan pergi les? Ibuku mungkin menyayangiku sekarang, tapi jika aku tidak belajar keras aku takut ia tidak menyayangiku lagi. Aku takut ia akan mengirimku pergi. Karena itu aku belajar keras dan pergi les meski aku tidak mau.”
Percakapan mereka terhenti karena Elizabeth datang bersama ibunya. Jin Joo langsung memelototi Chung. Chung menghampiri dengan gaya menantang. Jin Joo mulai menilai lawannya yang tak disangka-sangka begitu mempesona.
“Rambutnya meski terlihat kusut seperti tak ditata, terlihat elegan,” batinnya. Ia bertanya-tanya di salon mana Chung menata rambutnya.
Elizabeth memberitahu ibunya kalau Chung yang sudah menyuruhnya pergi. Jin Joo bertanya apakah benar begitu. Tapi ia tidak fokus karena perhatiannya teralihkan pada gaya busana Chung.
“Bagaimana bisa? Pakaian itu tidak sepadan sama sekali. Seperti sup dan nasi yang dihidangkan terpisah tapi entah kenapa terlihat sepadan. Perasaan aneh macam apa ini? Siapa yang menata busananya?” batinnya lagi. Ssst...padahal pakaian yang Chung pakai itu salah satu koleksi perancang terkenal^^ (aku juga ngga ngerti sih gaya busananya hehehe)
Chung berkata itu karena Elizabeth mengganggu Yoo Na. Jin Joo bertanya memangnya Chung ibunya Yoo Na. Atau gurunya? Ocehannya lagi-lagi terhenti karena ia teralihkan...kali ini dengan sepatu yang dikenakan Chung. Karena kuning setelah, biru sebelah XD
“Sejak kapan Chanel dan Dior berkolaborasi?” tanyanya dalam hati. “Astaga, kenapa aku tidak tahu!!”
Ibu, rengek Elizabeth yang berharap ibunya lebih galak lagi. Chung berkata ia adalah teman Yoo Na dan ia tidak akan tinggal diam jika mereka mengganggunya.
“Kau sudah janji lho,” katanya pada Elizabeth. Elizabeth cemberut.
Chung membawakan tas Yoo Na dan mengajaknya pergi.
“Tunggu!” seru Jin Joo. “Banyak hal yang ingin kuketahui tapi aku hanya akan bertanya satu hal. Kau pergi ke dermatologis mana? Jangan bilang kalau kau tidak pernah pergi ke dermatologis dan terlahir dengan kulit seperti itu. Atau berbohong kau tidak merawatnya dan hasilnya seperti itu. Katakan di mana kau merawat kulitmu?”
Chung teringat saat ia dan teman-temannya sesama puteri duyung bersantai sambil melumuri wajah mereka dengan pasir.
“Bukan di Seoul,” jawabnya. “Sangat jauh.”
Sudah kuduga, gumam Jin Joo. Ia ingin bertanya di negara mana tapi Chung sudah pergi.
Gara-gara insiden itu, jadwal yang sudah diatur Nam Doo kacau balau karena Jin Joo tidak jadi pergi sesuai waktu yang sudah mereka rencanakan. Dalam medsosnya, Jin Joo berkata ia akan beristirahat saja di rumah hari ini karena ia shock ketinggalan berita mengenai kolaborasi Dior dan Chanel. Wkwkwkwk...segitunya^^
Rencana mereka hari itu gagal. Joon Jae berkata ia memang merasa kurang suka dengan misi mereka kali ini. Ia bertanya bisakah Nam Doo mencari misi yang lain. Nam Doo protes. Ia menyuruh mereka berdua pergi lebih dulu karena ia harus ke tempat lain. Ia tidak memberitahu mereka ke mana ia hendak pergi.
Joon Jae dan Tae Oh masuk ke dalam mobil. Moo Ran yang baru pulang berbelanja sempat melihat mereka. Ia mengenali Joon Jae dan berusaha mengejar mereka. Tapi sayangnya ia tidak berhasil.
“Mungkinkah? Bisa jadi itu bukan dia, Joon Jae-ku,” gumamnya sedih.
Di mobil, Joon Jae bertanya kenapa Tae Oh melakukan pekerjaan ini. Tae Oh berkata ia hanya ahli dalam bidang ini. Joon Jae berkata ia iri dengan bakat Tae Oh dan Tae Oh bisa menggunakan bakatnya di tempat lain.
“Kau sendiri?” ujar Tae Oh.
Joon Jae mengingatkan agar Tae Oh memanggilnya Hyung (kakak). Tae Oh menurut. Ia bertanya apa yang terjadi hingga Joon Jae memulai pekerjaan ini.
“Orang harus bertemu dengan orang yang tepat,” kata Joon Jae.
Kilas balik 10 tahun lalu setelah Joon Jae pergi dari rumah. Ia memposting di sebuah forum kalau ia mencari ibunya yang terpisah dengannya saat ia berusia 10 tahun. Ia bertahan tidak pulang meski harus menahan lapar.
Dan orang yang menjawab postingannya itu adalah Nam Doo. Nam Doo menceritakan asal usul Yoo Ran. Mulai dari tempat asalnya dan latar belakangnya. Yoo Ran adalah puteri satu-satunya sebuah keluarga yang sangat kaya. Tapi setelah orangtuanya meninggal, Yoo Ran membuat kesalahan dengan memberikan pinjaman hingga kehilangan semua harta warisannya dan semua anggota keluarganya sejak itu tidak ada yang menghubunginya.
Joon Jae kagum bagaimana Nam Doo bisa tahu semua itu. Nam Doo berkata itu memang pekerjaannya. Joon Jae bertanya penuh harap apakah Nam Doo bisa menemukan ibunya. Nam Doo berkata Yoo Ran tidak melaporkan kepindahannya dan tidak meiliki tempat tinggal tetap, juga sepertinya tidak menikah lagi. Karena itu sulit dicari dengan cara biasa. Mereka membutuhkan ahli dan biayanya akan lebih besar.
Nam Doo mengamati saat Joon Jae mengeluarkan amplop berisi banyak uang dari tasnya. Ternyata ia memiliki uang namun memilih lapar demi mencari ibunya.
Tentu saja, Nam Doo yang dulu pun sudah menjadi seorang penipu. Ia membawa lari semua uang Joon Jae. Tapi Joon Jae tidak tinggal diam. Dengan gigih, selama berhari-hari ia mencari dan menanti Nam Doo hingga tidur di pinggir jalan. akhirnya ia menemukan Nam Doo yang sedang menipu korban lain dengan modus yang sama, mencari orang hilang.
Ia langsung menghajar Nam Doo dan meminta uangnya dikembalikan. Nam Doo membawanya makan dan bertanya sudah berapa hari Joon Jae menunggunya. Setengah bulan.
Nam Doo terkesan dan bertanya apakah Joon Jae mau bekerjasama dengannya. Ia suka orang yang gigih. Ia berkata jika Joon Jae mencari ibunya dengan cara seperti itu, hanya akan menyakiti kakinya saja. Joon Jae perlu uang untuk mencari ibunya.
Dan lagi jika Joon Jae menemukan ibunya lalu apa yang akan mereka lakukan jika mereka punya uang. Joon Jae balik bertanya kapan Nam Doo bisa jadi kaya jika menipu remaja seperti dirinya.
“Kau seharusnya menipu orang yang memiliki banyak uang. Menipu membutuhkan waktu dan modal. Bukankah lebih menguntungkan mencuri uang dari orang kaya? Ada banyak orang kaya yang tidak bisa melaporkan meski mereka dicuri,” katanya.
Nam Doo tersenyum kagum dengan pemikiran Joon Jae. Joon Jae berkata hanya sampai ia menemukan ibunya. Hanya sampai ia mendapat cukup uang untuk membeli rumah untuk ibunya.
Tae Oh berkata Joon Jae sudah memiliki cukup uang untuk membelikan rumah bagiu ibunya. Joon Jae membenarkan. Tapi ia belum menemukan ibunya. Menurutnya Nam Doo bekerja keras untuk menemukan ibunya tapi tidak bisa menemukannya. Hmmm...apa Nam Doo benar-benar mencari?
Nam Doo pergi menemui dokter kenalannya membawa hasil rontgen Chung saat kakinya didiagnosa patah dan setelah sembuh. Ia ingin tahu apakah kedua hasil rontgen itu dari orang yang sama. Dokter yakin itu kaki orang yang sama.
Rontgen kedua adalah keadaan di mana kaki Chung dalam masa pemulihan. Kaki yang patah sudah menyambung kembali meski masih ada pembengkakan. Biasanya pembengkakan dulu yang hilang barulah tulang tersambung kembali. Tapi ini kebalikannya. Dokter sendiri merasa aneh.
Nam Doo bertanya berapa lama biasanya kaki yang patah bisa tersambung kembali. Dokter berkata tergantung kondisi masing-masing pasien tapi biasanya 3-4 bulan. Retakan tipis saja maksima 3-4 minggu harus digips.
“Bagaimana jika dalam satu minggu sudah seperti ini?” tanya Nam Doo.
Dokter bertanya bagaimana itu mungkin. Nam Doo setuju, itu memang tidak masuk akal.
Ia memberitahu Shi Ah mengenai hal itu. Shi Ah terkejut dan bertanya bagaimana jika Chung benar-benar zombie. Nam Doo tidak berpikir seperti itu. Namun keduanya sepakat Chung bukan hanya seorang yang kehilangan ingatan, tapi lebih dari itu.
Shi Ah mendapat telepon dari rekannya kalau mereka sudah mendapatkan informasi mengenai pemilik relik yang sedang ia teliti.
“Kim Dam Ryeong? Namanya juga keren,” ujarnya.
Nam Doo mendengar kata-kata Shi Ah dan langsung teringat pada nama yang terukir pada gelang giok Joon Jae. Shi Ah pamit karena ia sudah menemukan pemilik relik yang mereka temukan dari sebuah bangkai kapal.
“Tunggu, namanya adalah Dam Ryeong?” tanya Nam Doo.
Shi Ah membenarkan. Dam Ryeong adalah walikota Heupgohyun di Gangwon. Ia bertanya menangnya kenapa. Nam Doo berkata tidak ada apa-apa, meski jelas ia nampak tertarik. Shi Ah pamit setelah mengingatkan Nam Doo agar terus mengawasi Joon Jae dan Chung. Tapi Nam Doo lebih tertarik pada gelang Joon Jae yang sekarang sudah ia yakini sebagai benda berharga peninggalan Dam Ryeong.
Chung bersiap melompat ke dalam air ketika tiba-tiba seseorang menariknya. Chung terkejut dan bertanya kenapa orang itu melakukannya. Orang itu balik bertanya mengapa Chung hendak melompat ke sungai sampai melepas sepatunya segala.
Ia hendak membantu Chung berdiri ketika tiba-tiba ia terdiam dan nampak terkejut. Ia menatap Chung seakan menyadari sesuatu. Chung juga menyadari hal yang sama. Keduanya mengangguk sambil menutup mulut mereka.
Pria itu membawa Chung ke kantornya. Chung terus menatap pria itu. Tapi pria tiu mengangkat tangannya dan memintanya berbicara seperti biasa. Ia sudah lama hidup di darat dan lupa bagaimana berbicara dengan cara duyung. Ah, ternyata ia seorang putera duyung.
Mereka sama-sama tak menyangka bisa menemukan sesama duyung di Seoul ini. Putera duyung bertanya apa yang Chung lakukan tadi di tepi sungai. Chung mengaku ia lapar dan tidak punya uang. Padahal sudah waktunya makan. Jadi ia ke sana untuk mencari makan.
Putera duyung terkejut Chung tidak punya uang. Ia merogoh kantungnya dan mengeluarkan kantung plastik berisi beberapa butir mutiara. Ia bertanya apa Chung tidak tahu apa itu.
“Itu kan air mata. Memangnya kenapa?”
“Di sini ini bisa disebut uang.”
Chung tidak mengerti. Putera duyung berkata pokoknya Chung harus ingat kalau mutiara itu berarti uang di sini. Jadi Chung hanya perlu mengumpulkan air matanya. Ia memberikan contoh dengan menggantungkan kantung plastik di kedua telinganya.
Chung mengangguk. Ia menyesal tidak mengumpulkan air matanya padahal sudah beberapa kali menangis. Putera duyung berkata semakin besar air mata (mutiara), semakin berharga. Jadi daripada membuang-buang air mata kecil, lebih baik menahannya lalu mengeluarkan air mata besar.
“Air mata kecil sekitar 20 ribu-30 ribu won, yang besar sekitar 40 ribu-50 ribu won. Mutiara yang paling berharga adalah mutiara yang bernuansa pink.”
Mutiara bernuansa pink adalah mutiara yang terbentuk karena menangis bahagia. Putera duyung berkata selama tinggal di darat, saat-saat penuh kebahagiaan yang sampai membuatnya menangis itu jarang sekali. Ia hanya menghasilkan air mata seperti itu satu kali.
Chung berkata ia akan banyak menangis lalu memberikan semua air matanya untuk Joon Jae. Putera duyung bertanya siapa Joon Jae.
“Dia adalah orang baik. Dia bekerja lebih keras dari pegawai negeri demi negara. Dia adalah orang keren yang aku suka.”
Padahal si keren sedang sibuk mempelajari seni menipu XD
Putera duyung terkejut karena awalnya ia mengira Chung naik ke darat hanya untuk jalan-jalan. Tapi demi pria yang Chung sukai? Chung mengangguk tersipu.
“Kau benar-benar tidak tahu apa-apa! Sudah berapa lama kau di sini?” tanya putera duyung.
“Sebulan.”
Putera duyung bertanya apakah rasa suka Chung berbalas atau bertepuk sebelah tangan. Chung mengaku saat ini hanya dirinya yang menyukai Joon Jae. Putera duyung tambah terkejut. Ia berkata seharusnya Chung memikirkan masak-masak sebelum datang ke Seoul.
“Bagaimana bisa kau melakukan hal yang begitu berbahaya! Ah, inilah sebabnya selama aku tinggal di sini aku berbicara begitu banyak pada ikan yang lewat agar memperingatkan para duyung untuk tidak datang ke Seoul demi cinta. Apa kau tidak pernah dengar?” Putera duyung menghela nafas panjang.
“Tidak, aku belum pernah dengar.”
“Ah, dasar anak-anak (ikan) itu...apa mereka tertangkap atau lupa selama dalam perjalanan. Dasar otak ikan (yang dikenal cuma punya daya ingat 3 detik...Dory!!^^).”
Chung bertanya kenapa ia tidak boleh datang ke Seoul karena cinta. Putera duyung menjelaskan kalau mereka memiliki batas waktu. Begitu seorang duyung naik ke darat meninggalkan lautan, jantungnya akan mulai mengeras. Meski kaki tidak memiliki batasan waktu, jantung ada batasnya.
“Hanya ada satu cara kau bisa terus bernafas dan hidup di darat. Itu hanya mungkin terjadi jika orang yang kaucintai, balas mencintaimu. Tidak ada cara lainnya. Ini belum terlambat jadi kembalilah ke lautan, bodoh.”
Chung tertegun mendengar penuturan teman barunya itu. Putera duyung berkata pasti ada alasan Chung memutuskan naik ke darat. Ia yakin Joon Jae pasti mengatakan sesuatu pada Chung.
“Dia mengajakku datang ke Seoul.”
“Tentu saja. Apa yang ia inginkan begitu kau datang? Apa ia mengajak berkencan? Menikah?”
“Untuk pergi ke tempat makan terkenal...melihat kembang api...
“Kau ini benar-benar gampangan. Apa kau bisa begitu mudahnya memutuskan untuk mencintai seseorang karena tempat makan dan kembang api? Apa ada perkembangan selama sebulan kau tinggal di sini?” Putera duyung mengomeli Chung sekaligus bersimpati.
Chung menggeleng pelan. Putera duyung berkata sudah ia duga. Ia menawarkan bantuan. Bagaimana caranya?
“Semua manusia pria adalah penjelmaan dari kecemburuan (Jealousy Incarnation - drama terbaru Jo Jung Suk). Pokoknya ingat meski kau tidak mengerti. Kecemburuan adalah jalan tercepat untuk cinta. Kurasa akan lebih baik jika kita mulai dengan makeover. Apakah sebaiknya kita mendapatkan uang untuk berbelanja?”
Maka putera duyung mulai mengajarkan cara agar mendapatkan air mata dengan mudah dan banyak. Menonton drama. Mereka menonton The Master’s Sun (one of my favourite drama^^), adegan saat Joong Won tertikam dan Tae Yang menangis.
“Tahan...tahan...” putera duyung memberi aba-aba. “Lalu menangislah keras-keras.”
Roh Joong Won menghilang setelah mengucapkan cinta. Seiring dengan tangis Tae Yang, Chung dan putera duyung menangis keras dan menampung air mata mereka dalam kantung plastik yang tergantung di telinga.
Joon Jae membuka pintu dan terkejut melihat Chung pulang dengan penampilan selangit ditemani seorang pria tampan. Putera duyung menyapanya dengan ramah dan memperkenalkan namanya, Yoo Jeong Hoon. Joon Jae tidak menyemnbunyikan rasa ketidaksukaannya....errr atau kecemburuannya?
“Kudengar kesayanganku tinggal di rumah ini untuk sementara. Aku sedikit khawatir ketika mendengar rumah ini penghuninya para pria. Tapi setelah melihatmu aku jadi tenang.”
Haha...Joon Jae malah merasa tersinggung karena baginya kata-kata itu seakan Jeong Hoon tidak menganggapnya sebagai pria yang pantas untuk Chung.
Jeong Hoon berpamitan pada Chung dan mengusulkan agar Chung besok mengikat rambutnya karena lehernya sangat indah. Chung menurut dan tersenyum pada Jeong Hoon.
Joon Jae langsung menarik Chung agar cepat masuk ke dalam. Tapi Chung malah keluar lagi dan menyuruh Jeong Hoon pergi duluan. Dalam sekejap kedua orang itu saling menyuruh yang lain pergi duluan.
“Dia menyuruhmu masuk!!” seru Joon Jae tak sabar.
Belum juga pintu ditutup, Jeong Hoon menghentikan mereka karena ia ingin melihat wajah Chung sekali lagi. Chung tersenyum senang.
“Klik. Aku sedang memotret. Aku akan melihatnya saat aku merindukanmu malam ini.”
Chung tersipu dan balas “memotret” Jeong Hoon berkali-kali. Jeong Hoon tertawa dan berkata Chung sangat manis. Joon Jae menarik Chung masuk lalu langsung menutup pintu. Jeong Hoon tersenyum dan berjalan pergi.
Presdir Heo mengunjungi Manajer Nam bersama Nyonya Kang. Ia tidak mengerti mengapa hal ini terjadi karena Manajer Nam bukan tipe yang mengemudi setelah minum. Istri Manajer Nam juga tidak mengerti. Hari saat terjadinya kecelakaan adalah hari terakhir cuti putera kedua mereka yang sedang wamil, jadi mereka berjanji untuk makan bersama. Kenapa suaminya minum-minum dan pergi tempat itu (tempat terjadinya kecelakaan)? Ia berkata ia merasa kecelakaan ini disengaja.
Nyonya Kang buru-buru berkata hal itu tidak mungkin karena polisi sudah menyatakan kalau kasus ini adalah akibat mengemudi dalam keadaan mabuk. Ia berkata istri Manajaer Nam hanya akan bertambah susah jika berpikir ini disengaja.
Saat Joon Jae tidur malam itu, diam-diam Nam Doo menghampirinya dan meraba tangannya untuk mencari gelang giok pemberian Chung. Joon Jae terbangun dan membantingnya karena kaget. Nam Doo berkata ia hanya ingin melihat gelang itu sekali saja untuk mengkonfirmasi sesuatu. Awalnya ia tidak mau memberitahu tapi Joon Jae mendesaknya.
“Shi Ah sedang meneliti relik dari sebuah bangkai kapal. Dan benda-benda tersebut milik seseorang bernama Dam Ryeong. Bukankah itu menarik? Mungkin saja mereka orang berbeda dengan nama yang sama. Tapi jika dari orang yang sama, nilainya akan lebih dari 6 miliar won. Biarkan aku setidaknya membawa gelang itu untuk dinilai.”
Joon Jae bertanya apakah Nam Doo tahu kenapa ia menyimpan gelang itu. Ia berniat mengembalikannya pada Chung saat Chung pergi nanti. Jika ia mengembalikannya sekarang ia tahu orang seperti Nam Doo tidak akan tinggal diam. Mendengar itu Nam Doo berkata Joon Jae sangat aneh akhir-akhir ini. Apa Joon Jae tiba-tiba ingin menjadi orang baik?
Joon Jae tidak bergeming dan menyuruh Nam Doo keluar dari kamarnya. Nam Doo berkata Joon Jae menakutkan. Lalu ia keluar.
Joon Jae teringat pada mimpinya di mana ia melihat Dam Ryeong mengenakan gelang itu saat mencari Se Hwa. Ia berkata hal-hal aneh terus terjadi sejak ia bertemu Chung.
Keesokan paginya, Chung mengejutkan Nam doo dan Tae Oh dengan muncul mengenakan pakaian mahal dan rambut diikat. Tae Oh sampai ternganga saking terpesonanya. Joon Jae malah lewat sambil menarik ikat rambut Chung (haha... pasti langsung ingat adegan Tan menarik ikat rambut In Sang di Heirs kan?). Chung protes kenapa Joon Jae melakukan itu. Joon Jae beralasan karena sekarang musim dingin.
Nam Doo berkata Chung bahkan mengenakan rok. Tapi Joon Jae dengan ketus menyuruh Chung berganti pakaian. Chung berkata Joon Jae yang membelikan pakaian ini.
“Memangnya kaukira aku membelikannya untukmu untuk dipakai keluar rumah? Aku membelikannya untuk digantung di lemari.”
Nam Doo bertanya apa itu masuk akal. Joon Jae berkeras tentu saja itu masuk akal. Ada pakaian yang dibuat untuk dipakai, ada yang dibuat untuk digantung di lemari. Ia menyuruh Chung mengenakan celana panjang dan mengurai rambutnya.
“Hai, kenapa kau mengatur-atur gaya rambut dan pakaiannya? Memangnya kau guru BK-nya?”
“Aku adalah pemilik rumah. Kak, kau juga ganti bajumu. Memangnya kau itu Rudolf si rusa (salah satu rusa penarik kereta Sinterklas)? Sebaiknya kalian menurut padaku. Jika tidak mau, silakan pergi.”
Chung terpaksa berganti pakaian. Tapi bukan hanya gaya busana yang berubah, gaya makan Chung juga berubah. Ia meniru Shi Ah yang makan pelan-pelan dan sedikit-sedikit melap mulutnya. Nam Doo memujinya dan menawarkan untuk mengantar Chung hari ini jika Chung hendak pergi. Chung berkata ia sudah memiliki rencana.
Joon Jae langsung bertanya apakah Chung tidak berpikir untuk membersihkan rumah atau semacamnya sebagai bayaran tinggal di rumahnya. Chung berkata ia bisa membersihkan rumah karena sudah melihat Tae Oh melakukannya.
Joon Jae berkata akhir-akhir ini sangat berdebu karena mereka tidak bisa membuka jendela untuk sirkulasi udara. Ia menyuruh Chung melap jendela hingga bersih. Tae Oh berkata ia bisa membersihkannya. Tapi Joon Jae berkeras ini rumahnya jadi terserah ia mau menyuruh siapa.
Belum cukup sampai di sana. Ia juga menyuruh Chung membersihkan kipas di gudang. Nam Doo berkata kipas itu baru akan mereka gunakan di musim panas nanti. Joon Jae berkata karena itu mereka harus membersihkannya sekarang.
“Memangnya kau ini ibu tiri yang jahat? Chung, kau pergi saja tak perlu melakukannya,” kata Nam Doo.
“Awas kalau berani! Kau tidak akan bisa pergi sebelum menyelesaikan semuanya.”
Chung menurut dan membersihkan jendela sementara ketiga pria itu pergi. Chung terus melirik ke dalam kolam dengan tatapan rindu. Karena tidak ada siapa-siapa di rumah, ia akhirnya masuk ke kolam dan berenang dengan bahagia. Ia tidak tahu Joon Jae sedang berjalan kembali ke rumah karena ponselnya ketinggalan.
Sambil berendam di dasar kolam, Chung teringat perkataan Jeong Hoon. Jeong Hoon berkata mereka para duyung terancam punah karena perasaan mereka tidak berubah. Perasaan manusia berubah tapi mereka tidak seperti orang bodoh. Karena itu para duyung selalu dikhianati.
“Manusia berubah?” tanya Chung.
“Mereka berubah...sama seperti wanita yang kucintai. Meski ia mengatakan ia selamanya mencintaiku, ia pergi begitu saja ketika tahu siapa diriku sebenarnya. Awalnya aku menyesal naik ke darat. Memang sulit tapi itulah kenyataannya. Tidak ada manusia di bumi yang bisa menerima kita para duyung sebagaimana adanya. Pria yang kaucintai juga sama. Jadi, sadarlah dan jangan sampai ketahuan.”
Chung berenang ke permukaan untuk naik dari kolam. Ia menoleh dan terkejut saat melihat Joon Jae ada di dalam rumah.
Epilog:
Joon Jae keluar kembali untuk menemui Jeong Hoon. Ia bertanya apa pekerjaan Jeong Hoon. Jeong Hoon berkata ia seorang pegawai negeri. Pegawai negeri tidak digaji banyak tapi pekerjaan mereka pasti dan mendapat pensiun. Pekerjaan yang bisa membuat orang hidup nyaman. Joon Jae berkata ia tahu itu.
Jeong Hoon balik bertanya apa pekerjaan Joon Jae. Joon Jae terdiam. Jeong Hoon Joon Jae tak perlu menjawab jika sulit. Ia meminta Joon Jae menjaga Chung-nya untuk sementara waktu.
“Kau tidak perlu memintaku untuk itu. Aku pastikan....maksudku, kami akan menyelesaikannya bersama.”
“Kau pikir waktu dan kesempatan selalu tersedia untukmu, bukan?” tanya Jeong Hoon serius. “Tidak begitu adanya.”
Ia berbalik pergi meninggalkan Joon Jae yang mengomel. Dan malam itu Joon Jae tertidur saat mencari tahu bagaimana cara menjadi seorang pegawai negeri.
Komentar:
Sudah kuduga tidak mungkin tidak ada konsekuensinya bagi duyung yang naik ke darat. Untunglah Chung bertemu dengan duyung lain yang sudah mengalami hal yang sama (best cameo ever…Jo Jung Suk^^). Tadinya kukira ada kaitannya dengan kaki. Tapi ternyata dengan jantung. Dan itu bisa berakhir dengan kematian. Sayangnya tidak dijelaskan berapa lama batas waktunya. Apakah berbeda bagi tiap duyung?
Dan juga apakah cinta yang berbalas itu harus dikatakan? Karena Chung, yang mengalami kecelakaan dan jantungnya sempat berhenti berdetak, dapat hidup kembali begitu Joon Jae menggenggam tangannya dan bersedih. Atau apakah yang dimaksud dengan cinta berbalas adalah Joon Jae tetap mencintai Chung meski tahu Chung puteri duyung?
Sepertinya yang terakhir ya...karena Jeong Hoon sudah mengalami hal yang sama dan saling mencintai dengan seorang wanita. Hanya saja wanita itu tidak bisa menerima wujud Jeong Hoon yang sebenarnya dan pergi meninggalkannya. Lalu kenapa Jeong Hoon tidak kembali ke laut? Apa yang menyebabkannya bertahan? Apa karena tidak ada duyung lain di lautan Seoul? Atau karena cintanya pada wanita itu?
Joon Jae yang cemburu ngeselin sekaligus lucu. Setidaknya itu menunjukkan ia menyimpan perasaan pada Chung meski ia tidak mau mengakuinya.
Makin khawatir dengan Nam Doo yang sejak dulu memang pekerjaannya menipu orang. Pantas saja Joon Jae sampai sekarang tidak bisa mempercayainya meski mereka sudah bekerja sama selama 10 tahun. Di satu sisi aku ingin Nam doo benar-benar menganggap Joon Jae sebagai temannya. Apakah ia benar-benar mencari ibu Joon Jae? Atau ia tidak mencarinya dengan sungguh-sungguh karena khawatir Joon Jae berhenti menipu begitu menemukan ibunya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)