Setelah berbagai
hal yang mereka lalui dan kehebohan pesta Natal serta ulang tahun Young Ho.,
akhirnya Joo Eun dan Young Ho dapat menikmati waktu mereka berdua.
Young Ho
menunjukkan plester di tangannya dan Joo Eun tersenyum karena Young Ho melihat plester
yang ia tempelkan di pintu rumah sakit. Young Ho berkata ia dapat bertahan
karena plester itu.
“Maaf karena
membuatmu menunggu, Kang Joo Eun,” kata Young Ho dalam hati sambil menatap Joo
Eun.
“Terima kasih
karena kembali lebih cepat dari yang kukira, Coach-nim,” kata Joo Eun dalam
hati.
Joo Eun bertanya
apa harapan ulang tahun Young Ho. Agar tidak sakit lagi? Bukan, kata Young Ho.
Harapannya adalah agar Joo Eun tidak sakit.
Joo Eun memeluk
Young Ho. Young Ho berharap mereka bisa menghabiskan malam yang santai dan
hangat bersama. Okay, sahut Joo Eun.
Young Ho mengecup
kening Joo Eun. Joo Eun malah memberi kiss. Young Ho kembali mengecup kening
Joo Eun dan memeluknya lebih erat. Joo Eun balas mengecup kening Young Ho dan
menatapnya sambil tersenyum.
“Malam yang
hangat,” Young Ho mengingatkan.
Joo Eun malah
mendekati Young Ho seakan hendak memberi kiss kedua. Tapi ia hanya menggoda dan
bersandar di dada Young Ho. Hehe…walau Young Ho “hanya” ingin malam yang hangat
dan bergerak mundur saat Joo Eun mendekatinya, ia terlihat kecewa ketika Joo
Eun tidak memberinya kiss seperti yang ia kira.
“Apa ini tidak
terlalu berlebihan untuk malam yang hangat?” tanyanya.
Joo Eun berkata ia
terbiasa tidur sambil memeluk “Si Brengsek”. Ia terus menggoda Young Ho. Young
Ho bergumam Joo Eun benar-benar kejam.
“Suruh siapa kau
kembali begitu tampan dan seksi,” kata Joo Eun. Mana tahaaaan XD
“Aku tarik kembali
malam yang hangat,” kata Young Ho. “Malam erotis, okay?”
Okay, Joo Eun
membuat huruf O dengan tangannya. Young Ho berkata Joo Eun yang lagi-lagi
menggodanya duluan. Dan mereka pun menghabiskan malam bersama.
Joo Eun bergumam
ia harus segera bangun karena Ji Woong dan Joon Sung sebentar lagi pulang.
Young Ho menyuruh Joo Eun kembali tidur karena Joon Sung dan Ji Woong bermalam
di rumah ibu Joon Sung.
Joo Eun mendorong
pipi Young Ho dengan jarinya. Ia lega karena ini bukan mimpi.
“Kau ini memangnya
selama ini bermimpi apa?” ujar Young Ho.
Joo Eun berkata
Young Ho harus selalu berada di sisinya kecuali saat bekerja dan urusan
pribadi. Young Ho mengiyakan. Mereka pun tidur kembali.
Joo Eun membuka
matanya dan membalikkan tubuh mencari Young Ho. Ia merasa lega saat melihat
Young Ho sedang menatapnya.
“Kau bilang kau
ingin selalu melihatku, tapi kau yang membelakangiku,” ledek Young Ho.
“Aku lapar, Oppa,
aku lapar,” kata Joo Eun menggemaskan. Young ho tersenyum gemas dan berkata Joo
Eun harus berpakaian lebih dulu sebelum terjadi pagi yang erotis. Waduh episode
ini benar-benar episode 17 tahun ke atas >,<
Mereka sarapan
bersama. Joo Eun sudah memasakkan sup rumput laun untuk Young Ho kemarin
(karena Young Ho ulang tahun). Young Ho mengingatkan Joo Eun mengenai
hipotiroidnya. Joo Eun berkata dokter sudah menghentikan obatnya bulan lalu.
Kadar kolesterol dan tiroidnya sudah normal.
“Kau semakin
cantik dan seksi. Bagus,” puji Young Ho.
Joo Eun merasa pujian
itu tidak cukup. Ia menarik tangan Young Ho dan mengusapkannya di kepalanya
seakan Young Ho membelai kepalanya.
“Sudah kubilang
jika aku membulatkan tekad, aku bisa melakukan apapun. Boleh aku pidato?” ia
membuat tangan Young Ho menjadi mic.
Dengan gaya
dramatis ia berkata merindukan seseorang bisa membuat stress. Dan dalam keadaan
stress itu ia bisa menghadapi hipotiroidnya.
“Aku Daegu Venus,
yang sekarang menjadi Venus-nya Kim Young Ho, Kang Joo Eun, ingin berbagi
kehormatan ini …dengan diriku sendiri.”
Young Ho tersenyum
dan berkata ia mengakuinya. Joo Eun meminta Young Ho memakan supnya karena ia
hanya sedikit membumbuinya. Young Ho menurut. Ia bertanya apa yang mereka
lakukan hari ini.
Joo Eun berkata ia
ada meeting malam ini. Jadi sampai saat itu tiba ia ingin melekat bersama Young
Ho. Young Ho malu-malu setuju.
Keduanya
menghabiskan waktu seharian bersama. Mereka menonton TV dan tertawa bersama.
Joo Eun tak sengaja meneteskan yoghurt saat Young Ho berbaring di pangkuannya.
Ia mencium Young Ho untuk membersihkan yoghurt itu.
Young Ho tiba-tiba
bangkit dan berkata ia harus memeriksa sesuatu. Ia terus mendekati Joo Eun. Joo
Eun tersenyum nakal.
Coach-nim ya tetep
coach-nim… yang ia periksa adalah ketahanan Joo Eun melakukan plank selama 1
menit. Joo Eun protes. Young Ho berkata Joo Eun yang mengatakannya dalam video
yang dikirimnya (salah satu video yang dikirim Joo Eun saat Young Ho di
Amerika), jadi ia hanya ingin memastikannya.
Joo Eun mengeluh
berapa kali Young Ho harus memeriksanya karena mereka sudah melakukannya
sebanyak 5 kali sejak tadi. Young Ho berkata 5 kali sudah cukup, jadi sebagai
latihan penutup Joo Eun harus lari 30 menit.
Joo Eun mengomel
Young Ho membuatnya berlatih keras di tengah-tengah situasi mesra. Young Ho
mengingatkan Joo Eun yang ingin mereka terus bersama. Terpaksa Joo Eun
mengikuti perintah coach-nimnya.
Ia agak khawatir
melihat Young Ho melatih kakinya. Young Ho berkata tulang yang sembuh dari
patah tulang, melekat lebih kuat jika dilekatkannya dengan benar. Ia memastikan
tulangnya melekat dengan sempurna, sesempurna Joo Eun. Joo Eun tersenyum lega.
Entah karena
perasaan rindu setahun yang menumpuk, entah karena Young Ho terlalu seksi.
Bahkan Young Ho yang sedang minum pun terlihat sangat seksi di mata Joo Eun. Ia
kembali menggoda Young Ho.
Mereka hampir kiss
ketika tiba-tiba ponsel Joo Eun berdering.
“Itu ibu!!” kata
Joo Eun kaget.
“Maafkan aku,
Ibu,” gumam Young Ho.
Joo Eun mengangkat
telepon itu. Ibunya sedang berada di Seoul. Joo Eun berkata ia ada di dekat
rumah dan akan segera pulang. Setelah menutup telepon, dengan sedih ia berkata
sekarang waktunya bagi mereka untuk berpisah.
Young Ho berkata
mereka bisa bertemu besok. Joo Eun berkata ibunya akan menginap besok.
“Ibu sungguh
beruntung, bisa bermalam dengan Kang Joo Eun,” ujar Young Ho. Joo Eun tersenyum dan mengecup pipi Young Ho.
Young Ho mengantar
Joo Eun pulang. Sebelum berpisah, ia berkata mulai sekarang mereka akan menebus
waktu berkencam mereka tahun lalu.
“Mari kita lakukan
semuanya, Kang Joo Eun.”
Joo Eun
mengangguk. Ia akan mengingat semua kencan itu dan bahagia dua kali lipat.
“Mengenai ibumu…”
“Nanti saja. Kau
bisa menemuinya pada waktunya, tidak perlu buru-buru.”
Dengan berat hati
mereka pun berpisah.
Ibu Joo Eun
mengira Joo Eun baru dari pesta pernikahan karena melihat Joo Eun mengenakan
pakaian bagus. Ia mulai mengomeli puterinya yang belum menikah juga. Joo Eun
tidak meladeni omelan ibunya dan masuk ke kamar.
Tapi ibu Joo Eun
belum selesai. Ia masuk ke kamar dan bercerita kalau temannya sudah memiliki 3
cucu. Temannya tidak punya kekhawatiran lagi dalam hidup setelah semua anaknya
menikah.
Joo Eun
mengingatkan kalau ibunya juga sudah punya cucu dan menantu berusia 22 tahun.
Ibu Joo Eun mengiyakan menantunya yang berusia 22 tahun sudah punya bayi.
Sedangkan Joo Eun?
Ia bertanya kenapa
Joo Eun belum juga memperkenalkannya pada kekasihnya. Nanti, jawab Joo Eun.
“Nanti akan
terlalu terlambat. Kenapa? Apa ia seorang penipu para wanita? Apa ia punya
masalah?”
Joo Eun tertawa
dan menyangkal semuanya. Ia berkata ia tahu apa yang ia lakukan. Hingga tiba di
kantor pun ia masih tertawa mengingat dugaan ibunya kalau Young Ho adalah
seorang penipu wanita.
Joo Eun sedang
menangani kasus pelecehan seksual yang dialami kliennya. Ia dan kliennya
berhadapan dengan pelaku dan pengacaranya di kantor Soo Jin. Pelaku adalah
seorang pejabat dan menyangkal tuduhan yang ditimpakan padanya. Ia ingin
menyelesaikan kasus ini dengan berdamai.
Soo Jin
membenarkan. Dalam kasus ini memang tidak ada bukti fisik. Juga tidak ada
catatan kesehatan sebelum insiden untuk dibandingkan. Cedera yang sembuh dalam
waktu 2 minggu biasanya diselesaikan di luar pengadilan.
“Tapi…” Soo Jin
memberi isyarat pada Joo Eun.
Joo Eun
memperlihatkan rekaman video yang menunjukkan si pelaku sedang melecehkan
kliennya. Si klien dan pengacaranya terkejut. Mereka berkilah Soo Jin dan Joo
Eun tidak bisa membuktikan siapa wanita dan pria dalam video itu karena wajah
mereka diburamkan.
Soo Jin berkata ia
sudah mendapatkan file audio dalam video tersebut dan file tersebut sedang
dianalisis. Joo Eun berkata tidak akan ada penyelesaian cara damai.
Soo Jin berkata
pelaku sudah melakukan pelecehan seperti ini berkali-kali. Ia sudah mendapatkan
pernyataan dari korban lainnya. Joo Eun membacakan pasal-pasal yang dapat
menjerat si pelaku dan mengingatkan agar pelaku tidak coba-coba melarikan diri.
Nenek Young Ho
mendapat laporan dari sekretarisnya mengenai keadaan Young Joon dan Nyonya Choi.
Young Joon cuti kuliah dan akan mengikuti wamil. Sedangkan Nyonya Choi aktif
dalam kegiatan sosial. Nenek menyadari Nyonya Choi sama sekali tidak berpikir
untuk hidup menikmati hidup nyaman (pastinya Nenek sudah memberikan kompensasi
sangat banyak pada Nyonya Choi tapi Nyonya Choi tidak mau menggunakannya untuk
dirinya sendiri melainkan untuk kegiatan sosial).
Sekretarisnya juga
melaporkan mengenai latar belakang Joo Eun. Ayah Joo Eun meninggal karena
kecelakaan. Memiliki ibu dan seorang adik laki-laki yang sudah menikah. Nenek
langsung bisa menduga keadaan finansial Joo Eun.
Persahabatan Joo
Eun dan Soo Jin sudah kembali. Joo Eun melihat cincin di jari Soo Jin dan berkata
cincin itu cantik. Soo Jin tersenyum.
Melihat Soo Jin
yang pucat, Joo Eun bertanya apakah Soo Jin sakit. Soo Jin berkata ia hanya
sakit perut. Ia mengucapkan selamat pada Joo Eun atas kembalinya Young Ho.
Joo Eun tersenyum lalu
ia memberanikan diri untuk menasihati Soo Jin. Ia berkata Soo Jin harus makan.
“Kau sudah cukup
langsing dan lebih dari cantik.”
“Aku
tahu. Siapa bilang aku membuat diriku sendiri lapar?” kilah Soo Jin.
Joo Eun meminta
Soo Jin memeriksakan diri ke rumah sakit atau ia yang akan menyeretnya ke sana.
Soo Jin tersenyum mengiyakan dan mengucapkan selamat tahun baru.
Tapi sepertinya kondisi
Soo Jin memang tidak baik. Ia tak mengangkat telepon Woo Shik dan tak membalas
pesan-pesannya. Karena rasa sakitnya tak juga berkurang, ia akhirnya menelepon
rumah sakit.
Joo Eun membaca
pesan Young Ho yang menanyakan ia ada di mana. Joo Eun meneleponnya dan berkata
ia baru mau pulang. Ia menyuruh Young Ho beristirahat karena Young Ho belum
lama kembali dari Amerika dan mungkin mengalami jet lag. Young Ho berseloroh ia
kelelahan bukan karena jet lag.
Ia berkata ia
mengirim Joon Sung dan Ji Woong ke rumah Joo Eun agar ibu Joo Eun tidak merasa kesepian.
Joo Eun tersenyum, ibunya memang menyayangi Ji Woong dan juga Joon Sung. Ia
menutup percakapan dan berjanji akan berkirim pesan sebelum tidur.
Soo Jin akhirnya
mengangkat telepon Woo Shik. Ia berkilah ia sedang meeting dan akan pulang
terlambat karena masih ada rapat lain. Woo Shik bertanya apakah Soo Jin sudah
makan. Tentu saja, jawab Soo Jin.
Tapi Woo Shik tahu
betul Soo Jin selalu makan sangat sedikit. Ia berkata ia akan membawakan bubur
dalam perjalanan pulang nanti. Tak sengaja ia melihat Soo Jin di tempat parkir
rumah sakit Gahong. Ia bertanya Soo Jin sedang ada di mana.
Tak menyadari Woo
Shik sudah melihatnya, Soo Jin berbohong ia ada di kantor. Woo Shik pura-pura
percaya. Ia turun dari mobil dan mengikuti Soo Jin. Ia melihat Soo Jin menemui
dokter kandungan. Seulas senyum menghiasi wajahnya.
Joo Eun bermain
kartu (go stop) bersama ibunya, Ji Woong, dan Joon Sung. Mereka sangat akrab.
Saking akrabnya, Ji Woong memanggil ibu Joo Eun dengan namanya (tidak memanggil
ibu). Joon Sung berkata itu tidak sopan. Tapi ibu Joo Eun tidak keberatan
karena ia dengar di Amerika memang seperti itu.
Terdengar suara
bel pintu. Joon Sung berkata itu pasti pesanan makanan mereka yang datang. Joo
Eun membukakan pintu.
Wah kalau
pengantar makanannya keren gini sih bakal pesen tiap hari…bawa bunga lagi
hehehe^^ Joo Eun bengong melihat Young Ho berdiri di depan pintu rumahnya
dengan mengenakan pakaian formal, membawa sebuket bunga, dan banyak makanan.
Ia bertanya
bagaimana Young Ho bisa ke sini. Young Ho ingin menyapa ibu Joo Eun meski hanya
sebentar. Joo Eun berkata ibunya saat ini sedang mengenakan sweater Young Ho
jadi jangan sampai Young Ho tertawa saat melihatnya.
“Saat ini aku sama
sekali tidak terpikir untuk tertawa,” jawab Young Ho tegang. Ia menaruh tangan
Joo Eun di dadanya. Joo Eun terkejut karena jantung Young Ho berdebar kencang
menandakan ia sangat gugup.
“Kenapa kau seperti
ini? Dia hanya ibuku,” Joo Eun menenangkan.
“Beliau bukan “hanya
ibu”. Beliau adalah ibu Kang Joo Eun,” kata Young Ho. Ini pertama kalinya ia
merasa seperti ini.
Joo Eun mengajak
Young Ho masuk. Ibu, Ji Woong, dan Joon Sung tertegun melihatnya. Joon Sung
cepat-cepat mengajak Ji Woong pergi. Mereka meminta ibu Joo Eun baik-baik pada
Young Ho.
“Ok Boon (nama ibu
Joo Eun), Hyung is my hero. Jadi jangan menyusahkannya ya. Sampai ketemu lagi,
aku adalah Go-stopper profesional,” ujar Ji Woong sebelum pergi.
“Dia ini bicara
apa,” gumam ibu Joo Eun bingung. Pfft...
Young Ho diam-diam
berbisik pada Joo Eun, “Untung aku berganti pakaian sebelum ke sini. Bisa-bisa
aku menyapa ibumu dengan mengenakan couple look.”
Joo Eun tertawa
geli.
“Joo Eun, siapa
dia? Apa dia pengantar makanan?” kata ibu Joo Eun. Young Ho cepat-cepat menaruh
makanan di meja.
“Bertanya padahal
sudah tahu jawabannya pastilah menurun dari keluarga kita,” sahut Joo Eun.
Young Ho
memperkenalkan dirinya. Ibu Joo Eun terus mengamatinya. Joo Eun memberi isyarat
kalau Young Ho adalah orangnya.
“Apa kau akan
terus chatting dan tertawa dengan Joo Eun-ku?” tanya ibu Joo Eun.
Young Ho bingung
dan dengan gugup mengiyakan.
“Kalau begitu
cukup,” kata ibu Joo Eun. Haha…gampang banget ya^^
Ia berkata ia
sudah melihat Young Ho dan Young Ho berkata akan terus chatting dan tertawa
bersama Joo Eun. Baginya itu sudah cukup.
Joo Eun tersenyum
lega. Young Ho menyerahkan buket bunga yang dibawanya. Ah cantik sekali, kata
ibu Joo Eun. Young Ho berkata ia pintar bermain kartu. Ibu langsung mengajaknya
bermain.
Soo Jin duduk merenung
di kamarnya. Woo Shik datang membawakan bubur. Soo Jin meminta maaf karena ia
tidak memiliki selera makan. Ia melihat bungkusan lain yang dibawa Woo Shik.
Ternyata isinya sepasang sepatu bayi. Wajahnya langsung sedih.
Woo Shik mengaku
ia tadi melihat Soo Jin di rumah sakit dan mengetahui Soo Jin menemui dokter
kandungan. Soo Jin berkata ia tidak hamil.
“Tidak ada alasan
untukku hamil, dan aku juga tidak menginginkannya. Aku sudah memikirkannya dan
kurasa aku belum siap. Aku juga ingin bekerja lebih banyak. Jika aku menikah
dan punya anak, bukankah akan menghalangi pekerjaanku?”
Woo Shik bertanya
mengapa Soo Jin berbicara seperti itu. Jika Soo Jin tidak hamil, lalu apakah Soo
Jin sakit? Soo Jin jadi kesal. Ia menyuruh Woo Shik pergi. Woo Shik bingung
dengan sikap Soo Jin yang tiba-tiba berubah seperti itu.
Soo Jin berkata ia
lelah dan ia masih banyak pekerjaan. Woo Shik masih berusaha berbicara
baik-baik dengan Soo Jin tapi Soo Jin makin emosi dan menyuruhnya pergi.
“Hanya karena aku
mendapat cincin darimu, bukan berarti semuanya sudah pasti.”
Woo Shik menyerah
dan akhirnya pergi.
Mengapa Soo Jin
seperti itu? Dokter mengatakan kalau ia mengicap sindrom ovarium polisistik.
Rahimnya tipis dan lemah jadi akan sulit hamil secara normal. Tes darah juga
menunjukkan kalau Soo Jin kekurangan gizi. Soo Jin mengakui ia menjalani diet
sangat ketat baru-baru ini.
Dokter berkata Soo
Jin juga menderita anemia dan haid tidak teratur. Ia bertanya sudah berapa lama
Soo Jin menggunakan obat anti depresi. Soo Jin bertanya apakah obat itu ada
pengaruhnya. Ia sudah 2 bulan tidak meminum obat itu dan hanya minum obat untuk
anemia.
Sayangnya dokter berkata
obat itu berpengaruh. Ia merasa kasihan saat melihat cincin di jari Soo Jin. Ia
berkata bukannya tidak mungkin untuk memiliki anak setelah dirawat dan diobati.
Hanya ia tidak bisa menjamin keberhasilannya. Ia berkata masih ada harapan.
“Harapan? Orang
lain memiliki anak secara alami, sedangkan aku hanya bisa berharap?” tanya Soo
Jin sedih.
Sesuai janji,
sebelum tidur Joo Eun dan Young Ho saling berkirim pesan. Young Ho berkata ibu Joo Eun sangat mirip dengan Joo Eun. Joo
Eun berkata banyak yang mengatakan seperti itu. Ia berterima kasih atas
kedatangan Young Ho tadi.
Young Ho berkata
tidak akan mudah bagi Joo Eun menghadapi keluarganya. Joo Eun mengingatkan
kalau ia bukan wanita biasa. Semuanya lebih baik baginya selama ia tidak
berpisah dengan Young Ho dan terus bersamanya. Young Ho mengajak Joo Eun pergi
ke suatu tempat bersamanya besok. Ke mana? Ke luar Seoul.
Young Ho menjemput
Joo Eun keesokan paginya. Ia bingung melihat Joo Eun membawa koper. Apa Joo Eun
akan ke luar negeri? Giliran Joo Eun yang bingung, bukankah Young Ho yang
bilang mereka akan keluar Seoul.
Young Ho langsung
memeriksa koper Joo Eun. Haha…sudah bisa ditebak isinya pakaian seksi. Joo Eun
membela diri ia kira mereka akan menginap dan ia hanya bersiap-siap.
“Maaf
mengecewakanmu tapi hari ini kita tidak akan menginap. Koper ini akan kusimpan
untuk berjaga-jaga.”
Young Ho membawa
Joo Eun ke kuil tempat ibunya. Meski begitu Joo Eun merasa gugup. Ia bertanya
apakah syalnya terlalu pink, apakah ia terlihat cantik?
Young Ho
membawanya masuk ke dalam. Joo Eun melihat kotak kaca berisi syal rajutan Young
Ho yang belum selesai di sebelah papan nama ibu Young Ho. Itu adalah rajutan
yang dibuat Young Ho ketika ia masih kecil dan mendengar kecelakaan ibunya. Joo
Eun terkejut menyadari syal yang dikenakannya dibuat oleh Young Ho sendiri.
Joo Eun
memperkenalkan dirinya. Ia berkata ia akan terus berada di sisi Young Ho agar
Young Ho menjalani sisa hidupnya sebagai pria seksi dan bahagia. Ia membungkuk
memberi hormat meminta restu dan berterima kasih berkali-kali karena sudah
melahirkan pria setampan itu. Young Ho tersenyum sayang dan terharu.
Saat Joo Eun
sendirian, ia mendapat pesan dari nenek Young Ho. Nenek Young Ho ngin bertemu
dengannya besok. Joo Eun tidak memberitahu Young Ho soal itu.
Young Ho mengajak
Joo Eun pergi berkencan. Meski ia paling benci dingin, ia bersedia
berjalan-jalan bergandengan tangan bersama Joo Eun.
Mereka
berjalan-jalan dengan gembira. Orang-orang sempat diam-diam menertawakan mereka
karena mereka mengenakan satu syal berdua.
“Orang berpacaran
memang harus sedikit memalukan dan norak,” Joo Eun membela diri.
“Saat
tergila-gila satu sama lain, sudah wajar
tidak bisa berpikir dengan benar, bukan?”
“Berkencan itu
memang sulit. Tapi tunggu, kau bilang kau tergila-gila? Seberapa gila?” Yeee
Young Ho ketularan norak XD
Mereka melihat
sebuah lorong yang dipenuhi pesan-pesan para pasangan yang berkunjung ke tempat
ini. Isinya harapan-harapan mereka. Joo Eun mengajak Young Ho untuk
melakukannya juga.
“Untuk apa?” jawab
Young Ho.
Ujung-ujungnya ia
menurut dan menulis pesan. Bahkan ia dengan serius merenung apa yang hendak ia
tulis hingga Joo Eun meledeknya. Young Ho berkata ia harus memikirkannya dengan
betul karena ia hanya boleh menulis satu kalimat.
Joo Eun diam-diam
mengkhawatirkan pesan dari nenek Young Ho. Selama ini ia melihat nenek Young Ho
bak seorang ratu. Seorang yang sangat dihormati dan berwibawa.
Namun ia tidak
memperlihatkan kekhawatirannya itu pada Young Ho. Ia melambaikan jarinya dan menyindir
jarinya terasa dingin.
“Setidaknya kau
bisa menaruh cincin dari tutup botol soju. Aku bahkan sudah bertemu ibumu. Ah
lupakan, orang berduit cenderung lebih pelit.”
Young Ho
menatapnya. Joo Eun jadi tak enak hati dan berkata ia bukannya materialistis.
“Kau sudah
menerimanya dan pura-pura tidak tahu apa-apa?” ujar Young Ho.
Joo Eun bingung.
Young Ho memegang
bandul di ujung syal Joo Eun, lalu ia menarik simpulnya. Ia terus berjalan
mundur menarik benang wol itu. Joo Eun ternganga saat melihat bandul itu sudah
terurai semua. Sebentuk cincin tergantung pada tali itu.
Ia menjulurkan
tangan untuk meraihnya. Tapi Young Ho menurunkan benang yang dipegangnya hingga
cincin itu meluncur turun. Ia mengambil cincin itu.
“Aku hendak
memasangkannya padamu. Jadi kau harus ke sini.”
Ia merentangkan
kedua tangannya. Joo Eun tersenyum dan berlari ke dalam pelukan Young Ho. Ia
sangat tersentuh.
Young Ho menatap
Joo Eun. “Kang Jo Eun, aku mungkin membuatmu sedih. Aku mungkin menyulitkanmu.
Tapi tetap saja aku ingin menjalani hidupku bersama Kang Joo Eun selamanya.”
Joo Eun tersenyum
dan mengangguk bahagia.
Young Ho
memasangkan cincin di jari Joo Eun.
“Sekarang Kang Joo
Eun adalah milikku.”
Apa isi harapan
mereka? Harapan Joo Eun: bersama Young Ho hyungnim, coach-nim. Harapan Young Ho: bersama Oh My
Venus, Kang Joo Eun.
Mereka berpelukan.
Komentar:
Writernim baik
banget. Setelah minggu kemarin membuat sinopsis sambil berurai air mata,
sekarang menulis sambil senyum-senyum sendiri^^
Meski aku senang
dengan episode kali ini yang penuh keseksian dan senyum, tetap terasa kalau
penulis sepertinya kehabisan cerita hehe…Tidak keberatan sih berhubung
chemistry antara So Ji Sub dan Shin Min Ah luar biasa. Tidak bosan-bosannya
melihat mereka berdua.
Kadang saat
melihat mereka berdua, yang ada di benakku adalah, “Woo Bin…yang sabar yaaaa…” Soalnya yang lebih agresif di drama ini Joo Eun^^
Aku juga tidak mau
kalau tiba-tiba di 2 episode terakhir ini gantian Joo Eun yang sakit atau
kecelakaan. Atau ibu Joo Eun mendadak tidak setuju hehehe…atau ayah Young Ho
mendadak kolaps yang mengharuskan Young Ho mewarisi perusahaan dan mengikuti
kata nenek…atau Nenek yang kolaps hingga Young Ho terpaksa meninggalkan Joo Eun
lagi. Lah…itu sih bagiannya drama makjang hehe^^
Tapi
ngomong-ngomong soal nenek, kira-kira apa yang hendak ia bicarakan? Tinggal
satu episode lagi masa iya hubungan mereka dipersulit ;p