“Ini adalah kisah menyentuh tentang 3 anak muda….
Seperti pembalik halaman, yang membalik partitur musik. Mereka membantu
pertunjukkan dari tempat yang paling dekat dan melakukan yang terbaik agar sang
bintang bersinar. Mereka akan menjadi partner terbaik.”
Berlawanan dengan
intro perkenalan drama tadi, yang diperlihatkan malah 3 anak muda yang
menangis, putus asa, bersaing, dan penuh kemarahan.
“Kami tekankan
sekali lagi…ini adalah kisah menyentuh mengenai tiga orang anak muda yang
menjadi pembalik halaman untuk satu sama lain.”
Note: Pembalik
halaman adalah orang yang duduk di dekat pianis untuk membantu membalik halaman
partitur musik
Episode 1 –
Mereka yang menerima karunia dari atas
Seorang gadis
duduk menunggu di dalam mobil. Ia asyik mendengarkan musik pop di radio dan
membubuhkan ligloss di bibirnya. Ia sempat memperhatikan sekelompok pelajar
bersepeda yang lewat di jalan di depannya. Para pelajar itu saling mengolok
satu sama lain dengan akrab.
Gadis itu langsung
mematikan radio dan menyalakan CD begitu melihat ibunya. Musik klasik pun
mengalun.
“Mengapa kau tidak
melihat partiturmu, Yoo Seul?” tanya Ibu begitu masuk dalam mobil.
Yoon Yoo Seul (Kim So Hyun) berkata ia tadi sudah
membacanya dan khawatir mabuk kendaraan jika membaca saat mobil bergerak. Ibu
berkata mabuk kendaraan tidak berlangsung lama. Yoo Seul akan ikut tes sebentar
lagi dan mereka tidak tahu lagu apa yang akan diujikan. Karena itu ia menyuruh
Yoo Seul mempelajari satu lagu lagi. Yoo Seul tersenyum dan mengangguk.
Para pelajar
bersepeda tadi melewati lorong pejalan kaki dan berhenti di depan sebuah piano
berwarna-warni senada dengan mural tembok di belakangnya.
“Kenapa ada
keyboard di sini?” tanya salah satu dari mereka.
“Keyboard?
Bukannya itu piano?” timpal temannya.
Jung Cha Sik (Ji Soo) berkata itu sebabnya mereka
dianggap tidak tahu apa-apa. Dengan yakin ia berkata itu adalah keyboard.
“Kalau yang
murahan seperti ini disebut keyboard. Piano itu besar dan lebar, dengan tutup
seperti kerang.”
“Oh, yang berkaki
tiga!” sahut temannya.
“Betul, bro! Itu
yang disebut piano,” ujar Cha Sik sok tau. Errr…kalau itu sih grand piano, bro
;p
Tapi
teman-temannya percaya apa kata Cha Sik dan memujinya sebagai anak pintar dan
atletis. Serba bisa.
Gelandangan yang
duduk di dekat piano itu geleng-geleng mendengar percakapan mereka. Lah
gelandangan aja tahu kalau itu piano XD Tapi gelandangan ini terlalu mencolok
untuk sekedar peran gelandangan, tul ngga?
Ibu Yoo Seul
mengingatkan bahwa Profesor Moon dari universitas seni akan hadir dalam tes
ini. Dan semua orang berlatih habis-habisan demi dilihat oleh profesor tersebut. Yoo Seul mulai merasa
gerah dengan ke mana arah pembicaraan ibunya. Ia bertanya apakah ia boleh
membuka jendela.
Tapi ibunya
melarangnya karena takut Yoo Seul kena flu. Ibu mewanti-wanti Yoo Seul agar
mendapat peringkat pertama dengan nilai jauh lebih tinggi dari sebelumnya
sehingga terlihat menonjol di depan profesor.
Ia juga
mengingatkan Yoo Seul untuk melatih jari-jarinya sambil mempelajari partitu. Yoo Seul mengiyakan semua
perkataan ibunya. Hingga ibunya menyebut nama Jin Mok.
“Jin Mok?
Memangnya kenapa dengan psikopat itu?” tanyanya.
Seo Jin Mok (Shin Jae Ha) mengikuti tes piano
yang sama dengan Yoo Seul. Juri bertanya siapa di antara para hadirin yang
bersedia menjadi pembalik halaman. Yoo Seul melihat ibunya. Ibunya mengangguk.
Ternyata Ibu
menyuruh Yoo Seul menjadi pembalik halaman bagi Jin Mok. Kenapa aku? Tanya Yoo
Seul bingung.
Ibu berkata Jin
Mok saat ini meningkat pesat. Bahkan ia dengar dari salah satu guru kalau Jin
Mok berlatih semalaman dan tidur di ruang latihan. Ia berkata Yoo Seul harus
menahannya.
Yoo Seul
mengajukan diri menjadi pembalik halaman. Orang-orang bingung karena mereka
tahu Yoo Seul dan Jin Mok saingan berat, musuh besar, dan tidak akan berhenti
mengejek satu sama lain hingga mulut mereka kering. Lalu kenapa Yoo Seul
membantu Jin Mok?
Dalam tes itu,
peserta harus memilih salah satu amplop dan memainkan lagu apapun yang terdapat
dalam amplop tersebut. Jadi tidak ada seorangpun peserta yang tahu lagu apa
yang akan ia mainkan.
Tampaknya semua
orang tahu kelemahan Jin Mok adalah lagu dari jaman Romantis. Jin Mok membuka
amplopnya dan terdiam sejenak saat mengetahui ia harus memainkan salah satu
karya Chopin. Chopin adalah salah satu musikus jaman Romantis. Yoo Seul
tersenyum kecil saat Jin Mok membacakan judul materi tesnya. Ibu juga merasa
puas begitu mendengar judul tersebut.
(Sepertinya musik
jaman Romantis lebih membutuhkan curahan perasaan dan emosi saat dimainkan,
tidak cukup hanya dengan kemampuan memainkan piano dengan tepat dan baik)
Jin Mok duduk di
depan piano dan mulai memainkannya. Yoo Seul duduk tak jauh di belakangnya. Ia
teringat percakapannya dengan ibunya di mobil tadi.
Yoo Seul bertanya
pada ibunya bagaimana caranya menghalangi kemajuan Jin Mok. Ibu berkata seorang
pembalik halaman bisa menyelamatkan sebuah pertunjukkan atau merusaknya dengan
sengaja. Jika Yoo Seul membalik halaman sedikit tak tepat waktu, maka akan
sulit bagi Jin Mok untuk bermain tanpa melakukan kesalahan sedikitpun.
“Apa aku harus
menggunakan taktik kotor seperti itu? Tidak bisakah dengan kemampuanku….”
“Jika ketahuan,
maka itu menjadi taktik kotor. Tapi jika tidak ketahuan, maka itu keahlian,”
potong ibunya.
Yoo Seul tetap
keberatan. Ibu tidak mau tahu. Ia berkata seekor cacing menggeliat jika diinjak
ringan. Ia terganggu melihat Jin Mok menggeliat setelah menduduki peringkat
ke-2.
“Jadi kali ini
mari kita pastikan kita benar-benar menginjaknya,” kata Ibu sambil menggenggam
tangan Yoo Seul. Yoo Seul mengiyakan.
Para hadirin juga
mengira-ngira apa yang sebenarnya akan dilakukan Yoo Seul. Ada yang berkata ia
akan sengaja terlambat membalik halaman jika menjadi Yoo Seul. Tapi ada juga
yang berpendapat Yoo Seul tidak perlu melakukan hal semacam itu karena sudah
menjadi yang teratas.
Apa yang akan
dilakukan Yoo Seul. Semua menanti harap-harap cemas ketika tiba saatnya Yoo Seul
membalik halaman. Begitu juga dengan Jin Mok.
Yoo Seul berdiri
dan memegang ujung partitur. Ia membalik halamannya tepat waktu. Ibu meradang
meski cepat-cepat ia pura-pura memarahi kamera agar tidak ketahuan yang lain.
Ada latar belakang
lain yang membuat Ibu begitu ingin Yoo Seul melampaui Jin Mok (meski sebenarnya
sudah). Ternyata dulu Ibu adalah guru piano Jin Mok. Dan Ibu selalu membawa Yoo
Seul saat mengajar.
Jin Mok memang
pemain piano bagus, tapi ia tidak bisa bermain piano dengan penuh perasaan. Ketika
Ibu menegur dan berusaha mengajari, Jin Mok tidak setuju.
Ia merasa tidak
ada yang salah dengan caranya bermain, dan ia tidak bisa melihat bedanya antara
permainan pianonya dengan permainan piano Ibu. Malah menurutnya permainannya
lebih bagus dari Ibu karena ia tidak melakukan kesalahan dan temponya dimainkan
dengan tepat.
Ibu jadi kesal. Ia
berkata orang biasanya akan mengatakan
permainannya lebih baik dari permainan Jin Mok.
“Kecuali kau
seorang psikopat…” Ups….Ibu lupa kalau ayah Jin Mok mendengar di ruang tamu. Ia
cepat-cepat meralat perkataannya.
Tapi Jin Mok
menggunakan kesempatan itu untuk meminta ayahnya mengganti guru piano. Kenapa,
tanya ayahnya santai.
“Ia tidak pernah
belajar di luar negeri. Aku tidak perlu diajari oleh orang yang bahkan tidak
pernah menjadi solois. Dan aku terganggu dengan kehadiran anak perempuan bodoh yang
dibawanya itu.”
Jin Mok
menyelesaikan tesnya dengan baik. Ia bermain dengan tepat seperti komputer.
Tapi terasa ada yang kurang.
Setelah memberi
hormat, Jin Mok berkata pada Yoo Seul tadinya ia pikir Yoo Seul akan
menyabotasenya. Yoo Seul berkata tadinya ia berpikir begitu, tappi ia merasa
tidak perlu setelah mendengar permainan tadi. Permainan tadi terlalu
menyedihkan untuk dilihat. Jin Mok menatap Yoo Seul dengan kesal.
Giliran Yoo Seul.
Juri bertanya siapa yang akan mejadi pembalik halaman untuk Yoo Seul. Jin Mok yang
belum turun dari panggung langsung mengajukan diri. Ibu berseru protes meski
setelahnya ia pura-pura sedang protes pada kameranya.
Yoo Seul mendapat
materi tes salah satu karya Rachmaninoff (salah satu komposer dan pianis
terbaik dunia) yang sulit. Sulit dimainkan oleh pria sekalipun karena
membutuhkan jari-jari yang panjang. Sementara Yoo Seul memiliki tangan yang
kecil.
Pertanyaannya,
apakah Jin Mok akan membalik halaman tepat waktu? Sekali lagi ada yang menduga
Jin Mok akan sengaja terlambat membaliknya.
Jin Mok duduk di
belakang Yoo Seul. Ia teringat masa lalu ketika ia meminta ayahnya mengganti
guru pianonya. Ia berkata ibu Yoo Seul yang tidak bisa mengajar dan selalu
menyalahkannya.
Ibu meminta maaf
pada ayah Jin Mok dan berkata ia selalu mengajar sebaik mungkin. Ia tidak ke
luar negeri dan tidak menjadi solois bukan karena ia tidak berbakat tapi keluarganya tidak mampu membiayainya. Ia
berkata semua murid yang diajarnya selalu diterima masuk ke SMA Hanjoo.
Jin Mok berkata
semua orang menyebutnya jenius, kecuali
ibu Yoo Seul. Ayah Jin Mok mengeluarkan dompet dan berkata Jin Mok harus
mencari sendiri guru penggantinya. Ia berkata ia tidak bisa membantu ibu Yoo
Seul dan memberi kompensasi lebih banyak. Ibu Yoo Seul dipecat.
Ibu berlutut dan
meminta maaf pada Jin Mok. Ia berkata ia tidak tahu Jin Mok benar-benar
berbakat. Tapi Jin Mok tidak bergeming.
Tiba-tiba
terdengar suara piano mengalun. Mereka semua terkejut. Yoo Seul sedang
memainkan lagu yang tadi dipelajari Jin Mok.
“Lihat, ibuku
sedang mengajarimu bermain seperti ini. Ia mengajarimu dengan benar,” kata Yoo
Seul. “Kau yang tidak mau mendengar.”
Jin Mok tidak
terima. Ia menuduh ibu Yoo Seul mengajari Yoo Seul dengan benar tapi tidak padanya.
“Tidak….aku tidak
pernah mengajarinya bermain piano. Satu kali pun aku tidak pernah mendengarnya,”
ibu Yoo Seul tertegun. “Apa kalian tidak dengar? Aku tidak pernah mengajarinya,
tapi ia memainkannya dengan sempurna!”
Ia berlari pada
Yoo Seul dan berkata Yoo Seul adalah seorang jenius. Jenius yang sebenarnya.
Jin Mok iri dan marah. Ia berteriak ibu Yoo Seul berbohong. Ia menyuruh Yoo Seul
berhenti bermain tapi Yoo Seul terus memainkannya.
Jin Mok meraih
tutup tuts piano dan menjatuhkannya. Yoo Seul berteriak. Ibu Yoo Seul melindungi
tangan Yoo Seul dengan tangannya hingga ia yang terjepit penutup tuts piano
(berat lho tutup tuts itu >,<). Ayah Jin Mok memarahi Jin Mok.
Tapi ibu Yoo Seul
tidak peduli. Ia begitu bersemangat menyadari Yoo Seul seorang jenius piano. Ia
seperti tidak merasakan sakit meski Yoo Seul mengkhawatirkan tangan ibunya.
Baginya yang terpenting tangan Yoo Seul tidak apa-apa. Ia mengajak Yoo Seul
pergi.
Bagaimana dengan
Jin Mok, tanya Yoo Seul. Ibu berkata ia tidak akan mengajari Jin Mok meski
mereka memohon. Untuk apa ia repot-repot mengajari Jin Mok jika puterinya
sendiri seorang jenius?
Ibu Yoo Seul
membuang uang pemberian ayah Jin Mok ke lantai dan membawa Yoo Seul pergi
sambil terus berkata Yoo Seul adalah yang terbaik. Dan peristiwa itu membekas
di hati Jin Mok.
Tiba saatnya Jin
Mok membalik halaman Yoo Seul. Apakah ia akan membalik tepat waktu?
Ia membalik tepat
waktu. Tapi ia sengaja (atau tidak?) membalik terlalu kuat hingga partitur Yoo Seul jatuh ke
lantai. Yoo Seul berhenti bermain. Ibu kesal dan berkata Jin Mok pasti sengaja.
Jin Mok meminta
maaf dan berkata ia pasti gugup. Ia meminta maaf juga pada para guru juri
karena sudah membuat kesalahan. Tapi teman-teman menduga itu bukanlah kesalahan
melainkan disengaja.
Jin Mok memungut
partitur di lantai. Tapi kali ini Yoo Seul menepis tangan Jin Mok hingga
partitur kembali terjatuh. Yoo Seul dengan enteng meminta maaf. “Aku juga pasti
merasa gugup.”
Yoo Seul kembali
menghadap piano dan memejamkan matanya. Semua orang heran dengan sikap Yoo Seul
dan mengira Yoo Seul akan berkelahi dengan Jin Mok.
Tapi rasa heran
mereka berubah menjadi kekaguman ketika Yoo Seul kembali memainkan karya
Rachmaninoff. Kali ini tanpa melihat partitur sama sekali dan tanpa kesalahan. Semua
orang sangat terkesan. Terutama para guru.
Jika Jin Mok memang sengaja menjatuhkan partitus Yoo Seul, maka ini malah menjadi bumerang baginya. Karena semua orang semakin mengakui kejeniusan Yoo Seul.
Di empat lain, Cha
Sik sedang bersiap mengikuti ronde ke-3 lomba lompat galah. Pelatihnya berusaha
memotivasi Cha Sik dengan berkata Cha Sik harus mendapat medali agar diterima
masuk universitas. Tapi perhatian Cha Sik hanya tertuju pada ibunya yang duduk
sendirian di deretan bangku penonton.
Sepasang suami
istri berpakaian mahal berjalan melewati ibu Cha Sik. Sang wanita (bermantel
bulu motif zebra) tidak sengaja menyenggol tas ibu Cha Sik hingga jatuh.
Cha Sik meledak. “Apa
kalian lihat itu?! Wanita bermantel zebra mendorong tas ibuku dan tidak meminta
maaf!!” teriaknya.
Semua orang
kebingungan. Pelatih berusaha menenangkan Cha Sik. Tapi Cha Sik terus
marah-marah kalau ibunya paling benci dipandang rendah.
Si pelatih awalnya
menenangkan ChaSik tapi lalu ia mendapat ide.
“Tentu saja aku
tahu. Aku tahu ibumu tidak suka orang merendahkannya. Tapi ibumu akan lebih
sedih kalau kau tidak mendapat medali.”
Cha Sik terus
melihat ke arah ibunya. Wanita zebra tadi membuka spanduk lebar-lebar dan tak
sengaja menyenggol tangan ibu Cha Sik hingga kotak susu ibunya jatuh. Cha Sik
meledak untuk kedua kalinya.
“Anda menjatuhkan
susu strawberrynya, Nyonya Zebra!!” teriaknya.
Nyonya zebra
berpandangan bingung dengan suaminya. Ia memegang spanduk dukungan untuk Kang
Joon Ho. Pelatih dan rekan Cha Sik memegangi Cha Sik.
“Susu strawberry!
Ibuku suka susu strawberry!!” Cha Sik terus berteriak-teriak. “Tapi kau
menjatuhkan susu strawberrynya!!”
Ibu Cha Sik
memberi isyarat pada puteranya kalau ia tidak apa-apa.
“Tapi aku
apa-apa!!!” Cha Sik mendorong pelatih dan rekannya sekuat tenaga. “Kang Joon
Ho, siapa kau!!! Suruh ibumu minta maaf pada ibuku!”
Pelatih meminta
maaf dan berkata Cha Sik anak baik tapi agak error karena terlalu gugup. Ia
memarahi Cha Sik dan memberitahunya kalau Kang Joon Ho adalah atlet nasional
Korea dan saat ini menduduki peringkat pertama karena melompat 17 cm lebih
tinggi daripada Cha Sik.
“Ah, jadi itu
sebabnya ia mengabaikan ibuku? Karena ia melompat lebih tinggi 17 cm dariku?”
Pelatih berkata
bukan itu maksudnya. Tapi lagi-lagi ia mendapat ide.
“Benar begitu.
Jika kau melompat dengan baik, mereka tidak akan mengabaikan ibumu seperti itu.
Tidak akan!”
Rekor Joon Ho saat
ini. 5,27 meter. Pelatih berkata Cha Sik harus melompat setidaknya 5,10 meter.
“Jung Cha Sik dari SMA atletik Woo Jeong akan menaikkan
palang sampai 5,30 meter untuk ronde ke-3!!” seru Cha Sik.
“Apa?! Tidak, tidak!”
kata pelatih pada wasit.
40! Cha Sik terus
menaikkan tantangannya setiap kali pelatih protes. Pelatih berkata Cha Sik
pasti sudah gila karena rekor terbaik Cha Sik adalah 5,10 meter. Cha Sik
berteriak meminta 5,50 meter.
Pelatih menyerah
dan setuju 5,30 meter. Jika Cha Sik menang, maka Cha Sik mengalahkan Kang Joon
Ho.
Pasangan di
sebelah ibu Cha Sik bertanya apakah Cha Sik puteranya. Mereka berkata ambisi
Cha Sik bagus.
Kali ini ibu yang
tidak terima anaknya diremehkan. Ia mengajak pasangan itu bertaruh. Jika Cha
Sik berhasil, maka mereka harus menerima kartu namanya. Jika gagal, maka ia akan memberi mereka
laptopnya.
“Jika aku tidak
memiliki laptop, maka sumber pemasukkanku hilang. Aku mempertaruhkan mata
pencaharianku saat ini. Cha Sik!! Fighting!!” Hehe pantes anaknya suka
teriak-teriak^^
Padahal pelatih
Cha Sik pun meragukan Cha Sik mampu. Cha Sik dijuluki Mukbak karena Cha Sik menggila
setiap kali merasa dipandang rendah. Meski begitu ia tidak tahu Cha Sik akan menggila
hingga rela membuang medali perunggu
yang sudah pasti di tangan.
Cha Sik
mempersiapkan diri. Ia mulai berlari sambil memegang galahnya kuat-kuat. Lalu
ia melompat.
Cha Sik membuka
matanya dan melihat palang masih ada di tempatnya. Ia berhasil!! Semua orang
bersorak.
“Ibu lihat? Aku
mengalahkan rekor anak nyonya zebra!!” serunya.
Ibu Cha Sik
langsung menyerahkan kartu namanya pada pasangan itu. Ia ternyata seorang penulis.
Penulis apa saja - dari novel, teater, CV, bahkan surat permintaan maaf. Ia
berkata sepertinya pasangan itu mengenal banyak orang yang bisa menjadi
kliennya dan berharap mereka bisa membantunya promosi. Mereka terpaksa
mengiyakan.
Pelatih berkata
sekarang Cha Sik sudah memegang gelar nasinal. Bagaimana jika dinaikkan menjadi
5,35 meter? Jika Cha Sik menggunakan kesempatan ini untuk membuat rekor…
Cha Sik berteriak
menantang palang dinaikkan menjadi 5,50 meter. Pelatih cepat-cepat membungkam
mulut Cha Sik.
“Apa kau gila? Itu
rekor baru di Korea (belum pernah dicapai sebelumnya)!”
Cha Sik berkata ia
tahu itu tapi seseorang memberitahunya ia akan membuat rekor hari ini.
“Siapa? Siapa yang
mengatakan hal segila itu?” tanya pelatih.
“Dia!” Cha Sik
menunjuk pahanya.
“Oh, dia yang
mengatakan kau akan memecahkan rekor baru? Kau bohong!!” ujar pelatih pada paha Cha Sik.
Tes sudah selesai.
Yoo Seul keluar menemui ibunya dengan gembira.
“Bagaimana, Bu?
Aku benar-benar mengnjak Jin Mok, kan? Ibu melihatku bermain, kan?”
Ibu malah memarahi
Yoo Seul karena tidak menurut. Ia berkata Jin Mok tadi melakukan trik licik.
Jika Yoo Seul salah langkah, Yoo Seul yang akan diinjak. Yoo Seul
meminta maaf pada ibunya.
Tapi anehnya Ibu
malah bersikap baik pada Jin Mok. Ia berkata Jin Mok maju pesat sejak bulan
lalu dan menawarkan tumpangan.
“Tidak perlu,” Jin
Mok menepis tangan ibu Yoo Seul.
Yoo Seul marah
melihat itu . Ia memanggil Jin Mok dan berkata Jin Mok tadi sengaja menjatuhkan
partiturnya.
“Kau berusaha
keras berpura-pura itu tak disengaja, tapi itu jelas sekali. Apa mau dikata?
Aku ingat semuanya.”
“Apa kau
menyombong kau seorang jenius?” ujar Jin Mok kesal.
“Tidak. Berapa
kali harus kukatakan padamu, aku bukan
seorang jenius. Hanya saja kau tidak ada apa-apanya.”
Diam-diam ibu Yoo
Seul tersenyum. Yoo Seul menggandeng ibunya dan berbisik apakah ini sudah cukup
bagus. Ibu berkata itu baru permulaan.
Jin Mok
mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia pergi ke gereja dan berdoa agar Tuhan
berlaku adil. Ia berkata orang itu (Yoo Seul) terus menyerangnya dengan
kata-kata menyakitkan dan ia terus bertahan karena Tuhan
menyuruhnya. Tapi Yoo Seul terus menyombong dan merendahkannya. Dan tidak
bersyukur atas bakatnya.
“Hakimilah orang
yang hanya bisa menyombong. Ia merendahkanku di saat aku berusaha meningkatkan
kekuranganku. Aku tidak tahan lagi dengan keangkuhannya. Aku berdoa
sungguh-sungguh, mohon hakimi dia dengan api neraka agar ia memahami
keangkuhannya.”
Cha Sik mengambil
ancang-ancang, lalu melompat. Ia berhasil melompat tanpa menyentuh palang. Tapi
tak disangka-sangka, ia jatuh ke atas galah yang masih berdiri tegak. Tepat di pangkal
pahanya. Ouch >,<
Semua orang
terkejut. Pelatih berteriak memanggil ambulans.
Dalam perjalanan
pulang, Ibu menguliahi Yoo Seul agar menurut padanya dan selalu mengambil 1
langkah di depan Jin Mok. Ia berkata Yoo Seul harus belajar dari Profesor Moon. Ia bisa melihat profesor menyukai Yoo Seul.
Yoo Seul mendengar
perkataan ibunya dengan setengah hati. Ia menoleh dan melihat sebuah truk
melaju ke arah mereka. Ia terbelalak kaget.
“Buat dia bertobat
dalam kegelapan tanpa akhir. Dan perlihatkan bahwa Kau Tuhan yang adil.”
Tabrakan tak
terhindarkan. Ban mobil Yoo Seul menggelinding.
Amin. Jin Mok
mengakhiri doanya.
Komentar:
Aku sudah
mengikuti 3 drama terakhir Park Hye Ryun: Dream High, I Can Hear Your Voice,
dan Pinocchio. Semuanya aku sangat suka. Karena itu ketika aku mendengar beliau
menulis Page Turner, aku langsung tertarik. Tambahan lagi pemerannya Kim So
Hyun, Ji Soo, dan Shin Jae Ha.
Ada yang masih
ingat Jae Ha? Dia adalah pemeran Jae Myung muda, kakak Dal Po. Aktingnya dalam
Pinocchio memang menarik perhatian.
Park Hye Ryun selalu berhasil membuat drama bagus yang menyentuh.
Kelebihannya adalah membuat drama berisi (banyak hikmahnya) namun tetap
memiliki selera humor dan menyenangkan untuk ditonton.
Apa yang terjadi
antara Jin Mok dan Yoo Seul sebenarnya lebih karena ambisi pribadi ibu Yoo Seul.
Jin Mok memang salah, tapi tidak bisa dipungkiri kalau ia masih kecil ketika
itu. Sebagai seorang dewasa, ibu Yoo Seul seharusnya lebih dewasa menyikapinya dan bukannya
menggunakan Yoo Seul sebagai alat untuk memenuhi ambisi pribadinya.
Yoo Seul
sendiri sepertinya tidak berani membantah ibunya meski ia merasa bosan dan
tertekan dengan ambisi ibunya itu. Ia selalu berusaha menyenangkan hati ibunya. Ibu Yoo Seul lupa bahwa puterinya juga
memiliki keinginan dan perasaan sendiri.
Meski memiliki
karakter berbeda, Cha Sik dan Jin Mok memiliki kesamaan. Mereka tidak mau
direndahkan. Yah, memang ngga ada orang yang mau direndahkan sih hehe…tapi yang
penting adalah bagaimana sikap mereka menyikapi hal tersebut.
Jin Mok memilih
cara yang dangkal untuk membalas. Ia sepertinya tidak merasa bersalah atas apa
yang sudah diperbuatnya. Ia juga tidak merasa bersalah atas perlakuannya pada ibu Yoo Seul di masa lalu. Sebenarnya ia
sengaja atau tidak menjatuhkan partitur Yoo Seul?
Cha Sik memilih
cara yang baik. Ia mengalahkan saingannya dengan cara yang sportif. Sayangnya….ia
juga harus mengalami tragedi.
Kira-kira apa yang
terjadi pada 3 anak muda ini selanjutnya? Bagian 2 akan diposting Dee di
Kutudrama. Drama ini tayang 1 kali seminggu di KBS setiap hari Sabtu.