Hong Joo tersenyum
melihat puteri yang dicarinya ada di hadapannya. Apa kau senang melihatku,
tanya Yeon Hee tersenyum.
“Tentu saja. Kau
tahu berapa lama aku mencarimu. Apa kau sudah bertemu dengan kakakmu?” Hong Joo
melirik pot di belakang Yeon Hee.
“Itu kakakku?”
ujar Yeon Hee cuek.
“Kau seharusnya
tidak bersikap sekasar itu. Ia menjadi seperti itu karenamu.”
Yeon Hee nampak
marah. Ia mengulurkan tangannya ke arah pot tersebut. Pot itu melayang sendiri
ke arahnya. Yeon Hee memegang pot itu.
“Apa yang kau
lakukan begitu kejam hingga aku tak bisa lagi duduk diam,” Yeon Hee mengangkat
pot di tangannya.
Hong Joo berkata
ternyata Yeon Hee benar-benar membunuh kakaknya sendiri (jika Yeon Hee
menjatuhkan pot itu). Ratu pasti akan sedih dengan yang ia lakukan.
“Karena salah satu
dari kami harus mati. Bukankah aku yang hidup seharusnya tetap hidup?” Yeon Hee
memiringkan pot itu seakan hendak menjatuhkannya.
Tampaknya
gertakannya berhasil karena Hong Joo tak tersenyum lagi dan menyuruh Yeon Hee
mengembalikan pot itu.
“Aku yang
menciptakan kalian. Jadi aku yang memutuskan siapa yang hidup dan yang mati.”
Hong Joo hendak
menghampiri Yeon Hee tapi tiba-tiba tubuhnya terangkat ke udara. Hanya dengan
tatapan mata Yeon Hee, anak buah Hong Joo berjatuhan dan tidak bisa mendekat. Ia
bahkan dapat terbang melayang ke arah
Hong Joo.
Yeon Hee berkata
ia yakin Hong Joo akan menggunakan raja untuk berusaha membunuhnya lagi.
“Apa kau tahu sudah berapa banyak orang yang
mati karena kejahatanmu?” kata Yeon Hee emosi. Ia mengangkat pot di tangannya
tinggi-tinggi.
Hong Joo terlihat
agak ketakutan. Tapi ia menantang Yeon Hee menjatuhkan pot itu.
“Apa kau pikir aku
tidak bisa membunuhmu hanya karena Putera Mahkota tidak ada?”
Yeon Hee akhirnya
menurunkan pot itu. Ia berkata ia akan melihat sendiri apakah pot itu
satu-satunya cara untuk membunuhnya. Ia membawa pot itu pergi bersamanya.
Setelah beberapa
saat Hong Joo baru terjatuh ke lantai. Ia menoleh dan tersenyum jahat.
Yo Gwang terkejut
dengan perubahan sikap Hyun Seo. Melihat mata Hyun Seo yang berubah, sepertinya
Yo Gwang menyadari Hyun Seo dikendalikan orang lain. Hyun Seo berusaha membunuh
Yo Gwang. Tiba-tiba ia melempar Yo Gwang ke lantai lalu melarikan diri.
Hong Joo menemui
Ibu Suri dan bertanya apakah Ibu Suri yang memanggil Puteri ke istana. Kalau
iya, tanya Ibu Suri.
“Sembunyikan ia
baik-baik. Aku mencari ke seluruh Joseon untuk menemukannya. Jadi mencari di
istana hanyalah persoalan sepele.”
Ibu Suri tidak
menjawab. Setelah Hong Joo pergi, ia membuka sekat di belakangnya. Lalu membuka
pintu rahasia yang berada di baliknya. Pintu itu terhubung dengan lorong menuju
ruang rahasia. Di sanalah Yeon Hee bersembunyi.
Hong Joo melapor
pada Raja kalau Puteri ada di istana dan disembunyikan Ibu Suri. Ia berkata Ibu
Suri pasti sudah tahu kalau mereka akan mengorbankan puterinya untuk
menyembuhkan raja. Mereka harus menangkapnya sebelum puteri ikut campur
urusannya.
Raja berkata ia
sangat ingin melihat puteri. Hong Joo yakin Ibu Suri tidak akan semudah itu
melepas Yeon Hee.
“Hamba harus
memburunya. Jika Yang Mulia memberi
hamba ijin dan bantuan untuk memburunya, hamba
akan menangkapnya untuk Yang Mulia.”
“Tidak, perburuan
lebih seru diikuti daripada hanya ditonton. Aku yang akan memburunya,” kata
Raja.
“Kalau begitu
hamba akan menonton,” Hong Joo tersenyum.
Yeon Hee berkata
akan lebih baik secepat mungkin mengadakan upacara penguburan untuk Putera
Mahkota Sunhoe. Ia akan meminta Hyun Seo melakukannya. Tapi Ibu Suri belum
rela. Ia ingin lebih banyak waktu lagi bersama puteranya. Yeon Hee mengerti. Ia
akan menanti sampai Ibu Suri siap.
“Tidak, aku yakin
Hong Joo sudah merencanakan sesuatu untuk menangkapmu. Aku tidak yakin apakah
kita bisa mengadakan upacara dengan aman dengan keberadaannya,” kata Ibu Suri.
Yeon Hee berkata
ada sesuatu yang harus dilakukan Ibu Suri.
Hong Joo kembali
ke Seongsucheong dan berbiacara pada Hyun Seo yang berdiri membelakanginya. Ia
terkejut saat melihat Hyun Seo sedang berusaha bunuh diri dengan pedang. Tapi
Hyun Seo tidak bisa mengendalikan tubuhnya hingga ia tidak bisa menancapkan
pedang itu ke tubuhnya.
Hong Joo marah dan
berkata tubuh dan jiwa Hyun Seo sekarang adalah miliknya. Hyun Seo tidak bisa
bergerak dan berpikir sesuka hati. Hmm…ternyata tadi ia melepaskan Yo Gwang
karena roh Hyun Seo masih bisa mengambil alih sesaat.
Hong Joo
melepaskan pedang yang dipegang Hyun Seo. Hyun Seo nampak putus asa.
“Tatap aku,” Hong
Joo menatap Hyun Seo, “Kumohon jangan putus asa. Kau baik-baik saja, bukan? Kau
hanya perlu tetap seperti ini. Aku akan membantumu.”
“Aku ingin hidup
sebagai manusia,” Hyun Seo memohon.
Hong Joo berkata
banyak yang harus dilakukan Hyun Seo untuknya. Ia mengulurkan tangannya. Hyun
Seo menyambut uluran tangan itu. Matanya kembali berubah.
Jun menemui Poong
Yeon. Suasana canggung meliputi mereka berdua. Poong Yeon berkata Jun tidak
perlu berterima kasih karena apa yang ia lakukan adalah untuk Yeon Hee. Jun
berkata tetap saja ia berterima kasih dan mengucapkan terima kasih. Poong Yeon
mempersilakan Jun pergi jika sudah selesai.
Jun belum selesai.
Ia bertanya apakah Poong Yeon datang bersama Sol Gae ketika datang ke desa
Banchon (ketika Jubah Merah hendak menculik Yeon Hee). Poong Yeon mengiyakan.
Memangnya kenapa?
Jun bertanya
apakah mereka selalu pergi bersama dan sejak kapan Poong Yeon bersama Sol Gae.
Ia ingin tahu seberapa besar kesetiaan Sol Gae dan seberapa banyak Poong Yeon
mempercayainya.
“Dia tangan
kananku dan pedangku. Dengan kata lain aku mempercayainya dengan nyawaku.
Karena aku sudah menjawab pertanyaanmu, katakan mengapa kau menanyakannya.”
Jun berkata ia
bertanya karena Raja mencari Si Jubah Merah. Jika ia menangkap Jubah Merah, apa
yang akan Poong Yeon lakukan? PoongYeon berkata ia bukan lagi pengawal
kerajaan. Tapi ia akan membantu Jun mencari Jubah Merah jika demi Raja dan Yeon
Hee.
Jun berkata ada
seseorang yang ia curigai tapi ia tidak akan mengatakannya sebelum ia yakin.
Ketika keluar
ruangan, Jun berpapasan dengan Sol Gae. Jun tersenyum. Ia mendengar Poong Yeon
menyuruh Sol Gae pulang karena tidak ada pekerjaan. Poong Yeon melihat wajah
Sol Gae dan meraba dahinya. Ia merasa So Gae demam. Tapi Sol Gae berkata ia
tidak sakit hanya kepanasan di luar. Ia berkata akan tetap ikut Poong Yeon
meski tidak ada pekerjaan.
“Jubah Merah….”
Ujar Jun.
Poong Yeon dan Sol
Gae menoleh. Sol Gae terlihat gugup. Jun tertawa kecil.
“Jika aku berhasil
menangkapnya, aku akan menyerahkannya padamu,” Jun melanjutkan kata-katanya.
Lalu ia pergi.
Heo Ok melapor
pada Raja kalau ia melihat Poong Yeon menemui Yeon Hee dan ia melihat Yeon Hee
masuk dalam tandu. Ia juga melihat seseorang yang ia kenal (Jun) tapi
kehilangan jejaknya. Ia sudah mencari ke mana-mana tapi tidak menemukan mereka.
Heo Ok sangat
terkejut saat Raja dengan tenang mengatakan tidak apa-apa. Padahal ia sudah
heboh memukul-mukul lantai tanda penyesalan diri.
“Jadi kau tahu
seperti apa wajah adik Poong Yeon, kan?”
“Ya, hamba
melihatnya sendiri. Raut wajahnya dingin tapi tubuhnya indah dan memiliki mata
bersinar,” Heo Ok berceloteh. Masih mengira Raja mencari Yeon Hee karena ingin
dijadikan selir.
Raja tidak
mendengar ocehannya dan berkata ada sesuatu yang harus dikerjakan Heo Ok
untuknya. Sesuatu yang sesuai dengan bakat Heo Ok.
Poong Yeon
menghadap Ibu Suri. Ia berkata ia tahu Yeon Hee ada di istana dan ia membawakan
pakaian untuk Yeon Hee. Ia ingin memberikannya sendiri pada Yeon Hee.
Ibu Suri tidak
menyetujui keinginan Poong Yeon untuk menemui Yeon Hee. Ia berkata pakaian itu
akan ia sampaikan pada Yeon Hee. Poong Yeon berkata ada yang mengincar nyawa
Yeon Hee di istana dan berapa lama Ibu Suri bisa menyembunyikan Yeon Hee. Ia
akan membawa Yeon Hee pergi.
“Kau tahu ia seorang puteri kan? Ada yang
harus ia lakukan untuk keluarga kerajaan. Jadi tidak usah khawatir dan silakan
pergi.”
“Apa Yang Mulia
tidak peduli sedikitpun dengan keselamatan Yeon Hee?”
Ibu Suri marah dan
tersinggung dengan perkataan Poong Yeon. Tapi percakapan mereka terhenti saat
kasim tergopoh-gopoh masuk melapor dengan ketakutan.
Raja masuk membawa
pasukan ke dalam kediaman Ibu Suri. Ibu Suri terkejut. Raja melihat Poong Yeon
dan mengira Poong Yeon sudah mengkhianatinya untuk berpihak pada Ibu Suri.
Ibu Suri bertanya
apa arti kedatangan Raja seperti ini. Beraninya ia membawa pasukan masuk ke
kediamannya. Raja berkata ia bukan hendak menyerang Ibu Suri melainkan untuk
melindunginya. Ia menyuruh Heo Ok melaporkan apa yang sudah dilihatnya.
Dengan
terbata-bata Heo Ok melaporkan ada rumor mengenai seorang penyihir yang
menyebabkan hal-hal buruk bagi negeri ini. Sebagai kapten pengawal kerajaan ia
mengejar penyihir itu karena merupakan ancaman bagi keamanan negeri. Ia
berbohong telah melihat penyihir itu masuk ke kamar Ibu Suri. Tentu saja ini
kebohongan yang Raja perintahkan untuk dilakukan Heo Ok.
Raja menegaskan
Heo Ok sudah melihat sendiri si penyihir itu. Heo Ok membenarkan dan berkata
penyihir itu bersembunyi di kediaman Ibu Suri.
“Apa kau berusaha
menyingkirkanku dengan menggunakan mitos omong kosong seperti itu? Kenapa kau
tidak menuduhku hendak memberontak saja?” kata Ibu Suri marah.
“Untuk apa aku
menyingkirkan Ibu Suri. Ibu Suri tidak akan selamanya menjadi penguasa. Saat
aku sembuh, Ibu Suri harus turun dari kedudukannya. Aku hanya khawatir pada Ibu
Suri jadi aku ke sini meski tubuhku sakit.”
Ibu Suri berkata
ia tidak mengijinkan kediamannya digeledah dengan alasan semacam itu. Ia memerintahkan
agar Raja membawa pasukannya pergi sekarang juga. Tapi Raja tidak bergeming dan
sekali lagi mengatakan ia hanya memeriksa apakah ada bahaya yang mengancam Ibu
Suri.
Ia memerintahkan
penggeledahan. Pasukan menggeledah tempat itu. Heo Ok melihat penyekat ruangan
di belakang Ibu Suri dan membukanya. Mereka menemukan pintu tersembunyi. Ibu
Suri berusaha tidak nampak gugup.
Raja dan
pasukannya masuk melalui pintu itu dan menemukan ruangan rahasia. Namun saat
mereka membukanya, tempat itu kosong. Raja sangat marah.
Ia hampir meluapkan emosinya tapi kasim datang
memberitahu kalau para pejabat berkumpul di aula menunggunya. Ibu Suri
tersenyum menang.
Raja pergi ke aula
dengan kesal. Ia terdiam begitu melihat sosok yang baru dilihatnya.
Yeon Hee, berpakaian
layaknya seorang puteri, berdiri di tengah aula. Raja langsung menyadari kalau
ini adalah Puteri yang dicarinya. Ia melihatnya dengan curiga.
“Siapa kau?”
tanyanya.
“Dia adalah Puteri
Yeon Hee, adik almarhum Putera Mahkota,” ujar Ibu Suri yang menyusul ke aula.
Yeon Hee memberi
salam dan hormat pada Raja. Raja bertanya apa arti semua ini.
Ibu Suri berkata
ia mendengar puteri yang ia kira mati saat dilahirkan ternyata masih hidup.
Karena itu ia mencarinya ke mana-mana. Dan mulai hari ini ia menyatakan Yeon
Hee sebagai seorang Puteri.
“Kalau begitu
benar rumor yang kudengar bahwa Ratu melahirkan anak kembar,” kata Raja.
“Bukan hanya
kembar yang sudah merupakan hal buruk, tapi juga menyembunyikannya?” Ibu Suri,
benarkah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia?” tanya seorang Menteri.
Ibu Suri berkata
Raja seharusnya tidak merendahkan keluarga kerajaan seperti itu. Ia tidak bisa
melakukan apa-apa jika mereka merasa tidak nyaman dengan adanya anak kembar.
Tapi anak kembar adalah hal yang dianugerahkan oleh langit.
Raja berkata
karena Yeon Hee maka negeri dan keluarga kerajaan telah dikutuk. Ia juga dengar
penyakitnya disebabkan oleh Yeon Hee. Ibu Suri berkata ia akan bertanggungjawab
jika rumor itu benar.
Raja bertanya apa
Ibu Suri bisa menerima jika nanti hukumannya adalah dilepasnya Ibu Suri dari
jabatannya. Ibu Suri menjawab Raja harus membuktikan lebih dulu apakah benar
Yeon Hee penyebab kutukan di negeri ini jika ingin melepas jabatan Ibu Suri
darinya.
Meski di hadapan
Raja Ibu Suri nampak tenang, sebenarnya
tidaklah demikian. Yeon Hee bertanya apa Ibu Suri tidak apa-apa setelah mereka
keluar dari aula. Ibu Suri menekankan agar Yeon Hee memperhatikan keselamatan
dirinya karena itu yang terpenting saat ini.
Mereka berpapasan
dengan Hong Joo. Hong Joo membungkuk memberi hormat dan ucapan selamat atas kembalinya
Puteri.
“Pastikan kau
selalu menundukkan kepalamu di hadapan Puteri seperti itu. Dan perhatikan
sikapmu. Jika terjadi sesuatu padanya, aku akan menyalahkanmu tak peduli apapun
itu,” kata Ibu Suri.
Hong Joo dengan
sopan berkata itu tidak terdengar adil baginya. Yeon Hee berkata mereka akan segera
mengadakan ritual penguburan Putera Mahkota dan ia ingin Hong Joo membantu
sebagai kepala Seongsucheong. Tentu saja, jawab Hong Joo tersenyum.
Hong Joo kembali
ke Seongsucheong dengan kesal. Ia bertanya pada anak buahnya apakah pesannya
sudah disampaikan pada Si Jubah Merah. Anak buahnya mengiyakan.
“Ya, aku sudah
memberitahunya agar ia dan pot keramik itu tetap bersembunyi dan membawanya
kembali ke sini jam 9 malam.”
Hong Joo tersenyum
puas.
Jubah Merah berjalan
di hutan membawa bungkusan berisi pot keramik.
Jun sudah menunggunya. Mereka berkelahi. Tapi Si Jubah Merah tak sekuat
biasanya, tambahan lagi ia harus terus memegangi pot di tangannya.
Jun akhirnya
mengalahkannya dan membuka topengnya. Jun bertanya siapa yang memberi nama Sol
Gae, orang yang menjualnya atau Hong Joo?
“Jika kau
memberitahu Tuan (Poong Yeon) siapa diriku, aku…akan…membunuhmu,” Sol Gae jatuh
pingsan.
Yeon Hee membawa
pot ke markas divisi Tao. Hong Joo tersenyum sinis saat melihatnya dari jauh.
“Teruslah bersikap
percaya diri, puteri. Kau akan segera merasa malu karena tidak menyadari bahwa
pot yang kaumiliki adalah palsu.”
Pantas Hong Joo
tersenyum ketika pot itu diambil Yeon Hee. Ia memang sudah menukar pot itu
sejak awal dan memberikan yang asli pada Sol Gae.
Ibu Suri dan Yeon
Hee mempersiapkan upacara untuk penguburan Putera Mahkota. Hong Joo bergabung
dengan mereka. Ibu Suri menyuruh Hong Joo mengucapkan perpisahan pada Putera
Mahkota karena Hong Joo memiliki ikatan khusus dengan Putera Mahkota.
“Kau sangat
menyayanginya,” sindir Ibu Suri.
“Bagaimana bisa
saya membandingkan kesedihan saya dengan Yang Mulia?” timpal Hong Joo. “Saya
juga merasa sanagt sedih melihatnya pergi.”
“Benarkah? Kalau
begitu kenapa kau menukar abunya dengan yang palsu?” tanya Yeon Hee.
Pangeran Mahkota,
ia memanggil kakaknya. Seketika itu juga pot di altar berguncang. Hong Joo
terkejut karena itu artinya pot itu asli.
Yeon Hee menaruh
tangannya di atas pot. Pot itu langsung tenang. Yeon Hee menyuruh Hong Joo
mengucapkan salam perpisahannya. Hong Joo melakukannya dengan tenang.
“Ini belum
berakhir,” kata Ibu Suri geram. “Aku memutuskan membayar kesalahanku dan aku
akan memastikan kau melakukan hal yang sama.”
Hong Joo
membungkukkan diri lalu pergi. Ibu Suri nampak sangat sedih karena akan
berpisah dengan (roh) puteranya. Ia berkata akan pergi mencari udara segar.
Jun muncul dari
balik tembok. Ia tersenyum menghibur Yeon Hee. Yeon Hee tersenyum.
Kilas balik: Yeon
Hee melihat Jun di depan altar. Jun mengambil pot yang dibawa Yeon Hee dan
menoleh pada pot di atas altar yang dibawanya.
Yeon Hee menyadari bahwa pot yang selama ini dimilikinya bukanlah yang
asli.
Jun memastikan
Hong Joo tidak bisa membunuh Yeon Hee jika roh Putera Mahkota pergi. Yo Gwang berlari masuk menemui mereka. Ia lega
melihat Yeon Hee tidak apa-apa. Yeon Hee menanyakan keadaan ayahnya. Yo Gwang
bingung menjawabnya.
Pada saat itulah
Hyun Seo masuk. Yo Gwang melihatnya dengan curiga. Tapi Hyun Seo nampak normal.
Hyun Seo berdiri di depan altar dan berkata mereka harus segera menyelesaikan
ritual penguburan. Ia meminta Yeon Hee memanggil Ibu Suri.
Yo Gwang yang
masih curiga, meminta Jun menemani Yeon Hee. Sementara ia mengawasi Hyun Seo
yang mempersiapkan ritual. Ia bertanya apakah Hyun Seo benar-benar tidak
apa-apa. Hyun Seo menenangkannya, tapi
sorot matanya berubah dingin saat ia berdiri membelakangi Yo Gwang.
Jun bertanya
apakah mulai sekarang ia harus memanggil “Puteri” pada Yeon Hee. Yeon Hee
berkata tidak perlu karena gelarnya hanyalah untuk melindungi dirinya. Ia
berkata Jun tidak perlu khawatir.
“Aku tidak
khawatir. Aku hanya takut. Aku takut terpisah darimu lagi,” kata Jun.
Yeon Hee
menatapnya.
Poong Yeon melihat
keduanya. Kecemburuannya langsung bangkit. Ia menarik Yeon Hee pergi dan
melarang Jun ikut karena mereka akan bicara empat mata. Jun kesal dan berusaha
menghalangi. Tapi Yeon Hee memberi isyarat untuk membiarkan mereka pergi.
Poong Yeon membawa
Yeon Hee ke tempat sunyi. Ia menyerahkan bungkusan pakaian yang dibawanya dan
menyuruh Yeon Hee berganti pakaian. Mereka akan meninggalkan istana.
Tapi Yeon Hee
menolak. Ia tahu Poong Yeon takut ia berada dalam bahaya. Poong Yeon berkata
bukan hanya Hong Joo tapi Raja juga mengincar nyawa Yeon Hee jadi bagaimana
bisa Yeon Hee berkeliaran sebebas itu?
“Karena semua
orang yang mengincar nyawaku ada di sini. Aku akan berada di dekat mereka dan
melihat sendiri apa yang mereka rencanakan untukku. Hanya dengan cara itu aku
bisa melindungi diriku dari mereka dan menghentikan mareka,” kata Yeon Hee.
Ia juga menegaskan
kalau saat ini ia hanya memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Ia tidak
memiliki keleluasaan untuk memikirkan hubungannya dengan Poong Yeon.
Poong Yeon marah.
Ia sudah berusaha agar tidak menghindari Yeon Hee saat Yeon Hee dalam keadaan
kutukannya aktif. Ia sudah berusaha menghadapi rasa takutnya. Ia ingin
melindungi Yeon Hee sebagai seorang pria, bukan seorang kakak. Kenapa Yeon Hee
tidak memberinya kesempatan.
Yeon Hee berkata
jawaban yang bisa ia berikan hanyalah ini. Ia mengembalikan lonceng kecil
pemberian Poong Yeon. Lalu ia berbalik pergi.
Poong Yeon meraih
tangan Yeon Hee. Muncul Jun menghentikan Poong Yeon. Yeon Hee terkejut.
“Lepaskan. Aku
yakin kau menyakiti Yeon Hee,” kata Jun.
Poong Yeon berakta Jun tidak boleh ikut
campur. Tapi Jun tidak bergeming. Akhirnya Yeon Hee meminta Jun melepaskan
Poong Yeon.
“Lepaskan aku
juga, Kak. Aku akan pergi dengannya,” kata Yeon Hee.
“Jika aku
melepaskan tanganmu sekarang, kau tidak akan pernah melihat kakakmu lagi,” kata
Poong Yeon.
Yeon Hee menarik
tangannya dan pergi bersama Jun. Meninggalkan Poong Yeon yang patah hati.
Jun membiarkan
Yeon Hee menghampiri Ibu Suri yang termenung sendirian. Ibu Suri tampak lebih
ikhlas. Ia tersenyum dan mengangguk.
Hong Joo
menggunakan sihir hitamnya untuk mengendalikan Hyun Seo.
Ketika Jun, Ibu
Suri, dan Yeon Hee tiba di divisi Tao, mereka menemukan Yo Gwang terkapar di
lantai dengan luka di kepalanya. Jelas Hyun Seo pelakunya. Tapi Yo Gwang
berbohong Hyun Seo sedang keluar saat ia diserang.
Jun melihat pot di
altar tidak ada. Hyun Seo menyerahkan pot itu pada Hong Joo.
Ibu Suri sangat
marah. Ia bergegas ke Seongsucheong dan melihat Hong Joo memegang pot itu.
“Lagi-lagi kau!!”
kata Ibu Suri geram.
“Yang Mulia tidak
bisa menentang takdir seberapa pun kerasnya Yang Mulia berusaha. Takdir Yang
Mulia adalah untuk memilih salah satu dari kedua anak itu untuk hidup.
Karena
Yang Mulia memilih puteri, aku akan melakukan yang kuinginkan dengan Pangeran.”
Hong Joo melirik
ke arah pintu masuk di mana Jun dan Yeon Hee baru saja tiba. Sementara Ibu Suri
tidak menyadari kedatangan mereka.
Ketika Ibu Suri
bertanya apa yang akan Hong Joo lakukan dengan puteranya, Hong Joo berkata itu
tidak ada urusannya dengan Ibu Suri.
Terserah apakah ia akan membiarkannya membusuk di neraka selamanya atau
menjadikannya Raja.
“Pangeran Mahkota
bukan lagi putera Yang Mulia.”
Ibu Suri sangat
marah dan berkata Putera Mahkota adalah puteranya.
“Bukankah Yang
Mulia menyisihkannya?”
“Aku tidak pernah
melakukannya!!”
“Kalau begitu
seharusnya Yang Mulia membiarkanku membunuh Puteri agar aku bisa membuatnya
hidup kembali. Yang Mulia tidak seharusnya membawanya ke sini untuk melawanku.”
Dengan emosi Ibu
Suri berkata semua ini tidak akan terjadi jika Putera Mahkota masih hidup. Jika
Hong Joo membunuh Puteri dengan benar waktu itu maka puteranya masih hidup
sekarang. Yeon Hee tertegun.
“Apa kau mengerti sekarang?” tanya Hong Joo.
Ia melirik Yeon Hee. “Apa kau mengerti
mengapa Pangeran Mahkota lebih penting dari dirimu?”
Ibu Suri terhenyak.
Ia menoleh dan melihat Yeon Hee memandangnya dengan sedih. Jun ikut sedih
melihat Yeon Hee.
Diam-diam ia
mengambil sesuatu lalu melemparnya ke arah Hong Joo. Benda itu tepat mengenai
tangan Hong Joo hingga pot terlepas.
“Puteraku!!” seru
Ibu Suri.
Tapi pot itu tidak
pecah. Pot itu melayang di udara karena kekuatan Yeon Hee. Jun menarik nafas
lega. Ia memang sengaja melakukannya karena ia percaya Yeon Hee tidak akan membiarkan
pot itu pecah.
Yeon Hee
mengulurkan tangannya. Pot itu melayang ke arah Yeon Hee. Yeon Hee meraih pot
itu. Ibu Suri nampak ketakutan.
Hong Joo menoleh
dan menatap Jun dengan sedih. Jun mengangguk kecil. Yeon Hee berjalan
menghampiri Ibu Suri lalu menyerahkan pot itu tanpa mengatakan apapun. Hanya
kesedihan dan kepedihan yang terlihat di matanya. Lalu ia berjalan pergi.
“Yang Mulia
menyingkirkan Yeon Hee, tapi apa yang ia lakukan hanyalah melindungi Yang
Mulia,” kata Jun. Ia pergi mengikuti Yeon Hee.
Ibu Suri menangis
memandang pot dalam pelukannya. Tanpa diduga ia memecahkannya. Yeon Hee, Jun, dan Hong
Joo terkejut.
Asap hitam Putera
Mahkota berubah menjadi putih berkilauan lalu melayang keluar dari istana. Ibu Suri menatap Hong Joo dengan marah.
“Jangan pernah
lagi mengganggu anak-anakku.”
Yeon Hee menangis
mendengarnya. Ibu Suri pergi meninggalkan tempat itu diikuti Jun dan Yeon Hee.
Malam itu Jun dan
Yeon Hee sibuk membuat ramuan. Yeon Hee membawa ramuan yang dibuatnya pada Ibu
Suri. Ibu Suri nampak terpukul dengan apa yang sudah terjadi hingga ia
menyendiri.
Yeon Hee berkata
itu ramuan mimpi. Jika Ibu Suri meminumnya, Ibu Suri akan bisa melihat orang
yang dirindukannya dalam mimpi. Ia menyarankan agar Ibu Suri meminumnya sebelum
tidur karena ia tahu Ibu Suri tidak akan bisa tidur malam ini.
Ibu Suri
melakukannya. Dan malam itu ia bermimpi saat-saat gembiranya bersama Putera
Mahkota. Mereka tertawa bersama melihat pertunjukkan boneka.
Lalu dalam
mimpinya, Putera Mahkota dengan serius menggambar potret diri Ibu Suri. Ibu
Suri sabar dan patuh mengikuti arahan putera kesayangannya.
“Jika aku bisa
membawa kenangan satu hari besamaku saat aku pergi setelah kematian, aku
memilih hari seperti hari ini. Ketika kita tertawa bersama menertawakan hal
yang tidak penting. Aku akan menggunakan hari ini untuk memberiku harapan
sampai hari kita bertemu kembali. Aku berdoa hari itu akan segera tiba,” kata
Pangeran.
Ibu Suri mulai
menangis di sela-sela senyumnya saat mengingat perkataan puteranya dan melihat
senyum Pangeran untuknya.
Tepat saat itu
satu lilin di kuil Chungbing menyala.
Hong Joo terjatuh.
Ia berusaha menggapai Hyun Seo yang berdiri bagai robot di dekatnya. Ia berkata
yang tersisa sekarang hanyalah Hyun Seo. Hanya kemampuan Hyun Seo yang bisa
membunuh Yeon Hee dengan api suci. Lalu Hong Joo jatuh pingsan.
Hyun Seo yang dalam
pengaruh sihir hitam diam-diam mendekati Yeon Hee yang sedang berdoa di depan
altar. Ia mengulurkan tangannya untuk mencekik Yeon Hee. Tapi jiwa di dalam
dirinya berusaha melawan pengaruh Hong Joo. Hyun Seo terkejut saat menyadari
apa yang akan ia lakukan. Ia berbalik dan melihat Yo Gwang sedang mengawasinya.
Yeon Hee sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi.
Hyun Seo keluar
dari sana diikuti Yo Gwang. Ia mengeluarkan halaman terakhir Mauigeumseo dari
balik jubahnya dan menyerahkannya pada Yo Gwang.
“Ini adalah
halaman terakhir Mauigeumseo. Hanya pengorbanan dari seseorang yang benar-benar
mencintai Yeon Hee yang bisa menyalakan lilin terakhir. Jika Hong Joo
menemukannya maka Tuan Heo (Jun) akan berada dalam bahaya.”
Ia meminta Yo
Gwang membunuhnya jika ia menjadi jahat lagi. Yo Gwang berkata ia tidak bisa
melakukannya. Ia tidak akan melakukannya. Tapi Hyun Seo memohon agar Yo Gwang
tidak ragu membunuhnya dan menyelamatkan Yeon Hee.
“Kumohon bunuh aku
sebelum Poong Yeon dan Yeon Hee melihatku dalam keadaan jahat.”
Poong Yeon
berjalan lunglai di tengah kegelapan malam. Ia melihat bungkusan yang
dipegangnya. Lalu dengan marah melemparnya. Baru beberapa langkah, ia kembali
untuk mengambilnya kembali. Ia mengulurkan tangannya. Tapi akhirnya ia tak jadi
mengambilnya dan pergi. Tiba-tiba bungkusan itu terbakar dengan sendirinya.
Hong Joo
memulihkan kondisinya dengan menghirup asap hitam. Tiba-tiba terdengar suara
ribut-ribut. Jun menghambur masuk dan menghunus pedangnya ke leher Hong Joo.
Hong Joo melarang anak buahnya mendekat dan bertanya apa yang Jun inginkan.
Jun memasukkan
pedangnya dan bergurau ia menginginkan permintaan maaf dari Hong Joo karena
sudah menusuknya. Hong Joo berkata orang yang datang menemuinya hanya untuk
mengancam atau memohon padanya. Jadi Jun yang mana?
“Aku penasaran.
Mengenai gadis yang kautempatkan di sisi Poong Yeon. Apa yang akan kaulakukan
jika ia tidak menemukan Yeon Hee?”
Hong Joo menyadari
kalau Jun adalah orang yang menukar pot dengan yang asli dan memiliki Sol Gae.
Jun bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan dengan kartu as di tangannya.
“Apa yang
kauinginkan?” tanya Hong Joo.
“Berhentilah
mengganggu Yeon Hee dan berhentilah membunuh orang. Hanya itu yang kuinginkan.”
Hong Joo berkata
ia akan memikirkan apakah ia akan menerima atau menolak permintaan sederhana
Jun. Jun bersedia memberi waktu.
Setelah Jun pergi,
Hong Joo menyuruh anak buahnya untuk mengikuti Jun. Jun pergi ke tempat Soon
Deuk. Ia tahu anak buah Hong Joo mengikutinya. Soon Deuk yang tidak tahu
apa-apa hanya bisa bengong melihat Jun melahap makanannya.
Hong Joo menghadap
Raja. Raja berkata ia terlalu meremehkan Ibu Suri. Karena Yeon Hee sudah
diperkenalkan secara formal di depan para pejabat, akan sulit untuk
menangkapnya.
“Jika kita tidak
mengorbankannya, tubuh Yang Mulia akan terus mengeluarkan duri. Bagaimana jika
kita mengurus duri lain di sisi Yang Mulia? Maksudku adalah Ibu Suri yang
melindungi Puteri.”
Raja terkejut Hong
Joo menyarankan untuk menyingkirkan Ibu Suri. Ia berkata ia tidak mungkin bisa
mengijinkannya. Ia akan menganggap tidak pernah mendengar saran tersebut.
“Jadi jika terjadi
sesuatu pada Ibu Suri, itu bukanlah salahku,” ujarnya tersenyum penuh arti.
Hong Joo menaruh
tungku kecil di dekat tempat tidur Ibu Suri yang tidur lelap. Ia berkata ia
tahu Ibu Suri sulit melupakan Pangeran jadi ia akan mengirim Ibu Suri segera ke
sisi Pangeran. Tungku hitam itu mulai mengeluarkan asap hitam.
Ketika Hong Joo
kembali ke Seongsucheong, ia melihat Poong Yeon sudah menunggunya.
“Apakah kau bisa
menggunakan sihir hitam untuk mendapatkan hati seseorang?” tanya Poong Yeon
putus asa.
Komentar:
Akhirnya Putera
Mahkota bisa pergi dengan tenang. Aku yakin roh Pangeran Mahkota tidak mengembara
tak tentu arah karena mereka sudah mengadakan upacara penguburan. Dan itu pula
sebabnya roh Putera Mahkota berubah menjadi putih berkilau karena akhirnya
terlepas dari pengaruh sihir hitam Hong Joo.
Aku senang
akhirnya Ibu Suri memutuskan hal yang benar. Aku mengerti ia sangat berat melepas Putera Mahkota. Bagaimanapun juga ia yang membesarkan Putera Mahkota sejak bayi. Ia menumpukan seluruh harapan dan hidupnya untuk puteranya. Berpisah dengan roh Putera Mahkota bagaikan mengalami kematian Putera Mahkota untuk kedua kalinya.
Tapi seperti yang dikatakan Yeon Hee
pada Hong Joo. Jika memang salah satu dari mereka harus mati, kenapa bukan ia
yang tetap hidup? Dan lagi kematian Putera Mahkota bukan salah Yeon Hee. Hong
Joo yang membunuhnya.
Seandainya Hong
Joo tidak membunuh Putera Mahkota, kutukannya akan bisa dikendalikan selama
Yeon Hee dilindungi jimat. Bukankah itu juga yang terjadi pada Poong Yeon dan
Jun? Seandainya Hong Joo tidak membunuh Putera Mahkota, kutukan Putera Mahkota
akan terhenti begitu Yeon Hee masuk kuil Chungbing, sama seperti Poong Yeon.
Poong Yeon
tampaknya memiliki kekuatan api suci seperti ayahnya. Aku jadi bertanya-tanya
apakah Poong Yeon pernah dilatih oleh ayahnya untuk menjadi pendeta Tao, karena
sepertinya Poong Yeon tidak mempercayai hal seperti itu dan memilih menggunakan
kekuatan akal dan fisiknya.
Raja pernah
memintanya mendirikan kembali divisi Tao (sebelum Hyun Seo kembali) dan Poong
Yeon menolak dengan alasan ia yakin ayahnya masih hidup. Apakah maksud Raja
waktu itu adalah membuat Poong Yeon menjadi pemimpin divisi Tao?
Melihat Poong Yeon
putus asa seperti itu dan dipenuhi obsesi terhadap Yeon Jee, bukan tidak
mungkin ia beralih meminta bantuan Hong Joo dan jatuh dalam perangkap
kebohongan Hong Joo. Akibatnya Poong Yeon bisa menjadi senjata Hong Joo
selanjutnya untuk membunuh Yeon Hee jika Hyun Seo tidak berhasil.