Ingatan Dam Ryeong berpadu dengan ingatan Joon Jae. Percakapan Se Hwa dan Dam Ryeong diingat pula oleh Joon Jae.
Se Hwa: “Dulu ada seorang anak laki-laki mencintai puteri duyung dan mendengar suaranya. Tapi ia tidak tahu satu hal penting. Puteri duyung memiliki kemampuan khusus. Ia bisa menghilangkan dirinya dari ingatan manusia melalui sebuah ciuman.”
Dam Ryeong: “Meski kau menghapus ingatanku lagi dan lagi....”
Ingatan Joon Jae bersama Chung di Spanyol mulai kembali.
Joon Jae: “Meski ia terlahir di dunia yang lain...ia adalah anak laki-laki yang takdirnya mencintai puteri duyung lagi. Ia adalah.....aku.”
Setelah mengingat itu semua, Joon Jae bertanya pada orang-orang di jalan sambil menunjukkan foto Chung di ponselnya pada mereka apakah mereka melihatnya. Tidak ada yang melihatnya.
Dari radio terdengar berita bahwa hari ini Bulan Hitam akan muncul. Bulan Hitam adalah bulan baru kedua dalam satu bulan. Bulan lenyap dalam kegelapan hingga disebut Bulan Hitam. Err...maksudnya gerhana bulan?? Dan jaman dulu, Bulan Hitam dianggap sebagai pertanda buruk.
Di masa Joseon juga terjadi hal yang sama. Anak buah Dam Ryeong melapor kalau Bangsawan Yang telah mengirim pesan pada salah satu pejabat pusat yang selama ini disogoknya. Pesan itu berisi tuduhan bahwa Dam Ryeong telah tersihir puteri duyung jahat hingga rakyat terganggu, juga menuduh Dam Ryeong telah memfitnahnya sebagai pembunuh. Pejabat pusat itu telah mengirim petisi pada Raja.
Bukan hanya itu, anak buah Bangsawan Yang melepaskan jala setiap hari di laut untuk menangkap Se Hwa. Hmmm...berarti Se Hwa telah kembali ke laut?
Mendengar itu, Dam Ryeong menarik pedang anak buahnya dan bergegas ke penjara. Ia menghunus pedangnya ke leher Bangsawan Yang. Bangsawan Yang tertawa mengejek dan bertanya apa yang sedang Dam Ryeong lakukan.
“Matilah.... dan jangan pernah dilahirkan kembali,” Dam Ryeong menngayunkan pedangnya.
Dae Young terbangun karena memimpikan peristiwa tersebut. Ia bertanya-tanya kenapa ia bermimpi seperti itu. Dan bukan hanya itu, ia juga pernah memimpikan Se Hwa dan Dam Ryeong. Dengan kata lain, bukan hanya semua ingatan Dam Ryeong diingat Joon Jae, semua ingatan Bangsawan Yang dimiliki oleh Dae Young. Karena itu ia tahu Joon Jae adalah Dam Ryeong yang hendak membunuhnya, dan Chung adalah puteri duyung dalam mimpinya.
Ke mana Chung? Ia pergi ke mall membawa semua barang yang sudah dibelikan Joon Jae untuk melakukan penipuan pada Jin Joo, dan meminta agar semua ditukar kembali dengan uang.
Joon Jae akhirnya pulang. Nam Doo dan Tae Oh ikut mencari dengan memeriksa CCTV di rumah dan sekitar rumah. Mereka hanya tahu Chung pergi membawa banyak barang dari mall. Nam Doo berkata mungkin Chung hendak menjual semua barang itu mencari kamar kos.
“Buat apa dia mencari kamar kos dengan meninggalkan rumahnya sendiri?” ujar Joon Jae sengit.
“Ini rumah Chung? Ini rumahmu. Kau sendiri yang selalu berkata seperti itu,” kata Nam Doo.
Joon Jae menyuruh Tae Oh mencari Chung melalui rekaman CCTV di mall. Tae Oh berkata tidak mudah meretas CCTV mall. Tapi Joon Jae tidak peduli dan menyuruhnya cepat melakukannya. Nam Doo berkata tidak mudah mencari orang di tempat yang begitu banyak orang. Ia menyarankan Joon Jae mencari melalui GPS. Tapi ponsel Chung dipadamkan.
“Hei, aku merasakan firasat buruk. Apa mungkin ia benar-benar pergi (dan tidak kembali)?” tanya Nam Doo. Joon Jae makin frustrasi.
Chung sepertinya berhasil menukar semua barangnya karena ia berjalan hanya dengan tasnya. Ia melihat kursi putar di tengah mall dan menaikinya sendirian.
Di mall yang sama, Chi Hyun baru saja selesai mengurus bisnis mewakili Presdir Heo. Ia dan manajer mall melihat Chung. Manajer Mall hendak menegur Chung tapi Chi Hyun mencegahnya dan memintanya membiarkan Chung sebentar saja karena mall sebentar lagi tutup. Chung tidak melihat mereka karena ia terus melihat ke arah lain. Chi Hyun tersenyum melihat Chung.
Joon Jae masuk ke kamarnya dan menatap pintu kamar atas yang tertutup. Kali ini tidak ada Chung yang tiba-tiba membuka pintu dan menyapanya. Tidak ada Chung yang langsung turun meski Joon Jae melarangnya turun.
Joon Jae naik ke kamar Chung dan melihat kamar yang kosong itu. Kali ini ia melihat toples berisi mutiara yang terletak di meja sebelah tempat tidur. Ia duduk di tempat tidur melihat mutiara-mutiara itu. Pengakuan Chung terus terngiang.
“Rahasiaku adalah aku berbeda darimu. Aku adalah puteri duyung. Jika kau tahu siapa aku, kau akan terkejut, terluka, dan takut padaku. Kau akan meninggalkanku. Jadi aku berusaha sebaik-baiknya agar tidak ketahuan.”
Joon Jae membayangkan sosok puteri duyung. Ia bertanya-tanya apakah ia masuk ke dalam dongeng anak-anak, atau Chung keluar ke dalam dunia ini?
Chung berjalan keluar dari mall, melewati jalanan yang dihiasi lampu-lampu indah. Ia ingat Joon Jae berbohong pada Jin Joo dan suaminya kalau mereka akan menikah. Juga pengakuan Joon Jae bahwa ia seorang penipu. Ah...jadi ia pergi karena Joon Jae membohonginya selama ini?
Chi Hyun berjalan di sampingnya. Kali ini Chung melihatnya dan lagi-lagi menyebutnya keluarga Heo Joon Jae. Chi Hyun meminta Chung memanggilnya namanya saja.
“Heo Chi Hyun-sshi?” kata Chung.
Chi Hyun bertanya mengapa Chung sendirian. Di mana Joon Jae? Bukannya menjawab, Chung menatap lampu-lampu di atas mereka dan berkata ada banyak hal bagus dan indah di sini.
“Tidak ada yang seperti ini di tempat asalku.”
“Di mana itu? Di manapun pasti ada Natal,” kata Chi Hyun.
Chung berkata ada tempat yang tidak ada Natal. Chi Hyun bertanya Chung tinggal di mana.
“Aku tinggal bersama Heo Joon Jae.”
“Kalian tinggal bersama?” kata Chi Hyun kaget.
Untunglah Chung menjelaskan kalau ia di kamar atas, Joon Jae di kamar bawah. Ia berkata Joon Jae adalah pemilik rumah. Seandainya Chi Hyun tahu kalau kamar atas itu ada di kamar Joon Jae juga ;p
Chi Hyun menawarkan tumpangan pulang. Tapi Chung memintanya mengantarnya ke tempat lain.
“Apa kau benar-benar akan tidur di sini?” tanya Chi Hyun ragu saat mereka tiba di tempat sauna. Chung membenarkan. Ia melihat di TV banyak orang yang tidur di sini bila kabur dari rumah.
“Baiklah, tapi hati-hati ya,” kata Chi Hyun.
Baru saja Chi Hyun hendak pergi, ia melihat Chunn berjalan ke kamar ganti pria. Ia buru-buru mengejar Chung tapi Chung sudah membuka pintu dan melangkah masuk. Chung tertegun sementara terjadi keriuhan di dalam kamar ganti. Chi Hyun meminta maaf dan menggiring Chung ke luar.
Ia berkata kamar ganti wanita ada di sebelah. Chung mengangkat tangannya seakan baru sadar. Lalu ia membuka pintu...ke kamar ganti pria.
“Maaf yaaa,” katanya.
Barulah ia masuk ke kamar ganti wanita. Chi Hyun jadi khawatir melihatnya.
Di dalam, Chung tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia mengikuti apa yang dilakukan seorang pelanggan lain. Memasukkan ponsel ke tas, lalu memasukkan uang ke tas. Masalahnya, ia memasukkan segepok uang. Dan sekelompok anak SMA melihatnya. Mereka langsung berniat jahat.
Di rumah, Joon Jae dkk masih berusaha melacak keberadaan Chung dengan meretas CCTV mall. Masalahnya tidak semua area terdapat CCTV.
Nam Doo berkata kemarin memang sangat menegangkan karena Chung dan Joon Jae hanya bertatapan tanpa bicara. Sampai-sampai ia merasa Chung mengeluarkan kharisma yang tidak bisa didekati.
Joon Jae bertanya apakah Nam Doo tahu cerita puteri duyung. Nam Doo terkejut karena begitu cepatnya Joon Jae mengubah arah pembicaraan ke hal yang tidak disangka-sangka.
“Bukankah ceritanya tentang puteri duyung naik ke darat dan jatuh cinta dengan pangeran?” tanya Joon Jae.
“Yah, dan penyihir memberi kaki pada puteri duyung. Tapi setelah tengah malam, kakinya berubah kembali menjadi ekor. Akibatnya ia tidak bisa mengenakan sepatu kaca, jadiPangeran mencari pemilik sepatu kaca....” Nam Doo menjelaskan. LOL cerita apa itu XD
Joon Jae mengernyit dan bertanya bukannya itu dongen lain. Itu Cinderella, sahut Tae Oh. Joon Jae malah memarahinya agar fokus mencari Chung.
Nam Doo membela diri bahwa semua dongeng akhirnya sama saja. Pangeran dan puteri duuyng saling jatuh cinta lalu menikah. Tamat.
Tae Oh berkata itu versi Disney. Dalam versi aslinya sih mati.
“Mati?” tanya Joon Jae kaget. “Siapa? Pangeran? Puteri duyung?”
“Benar, kurasa puteri duyung yang mati.”
“Kenapa ia mati? Cerita anak macam apa itu?” protes Joon Jae.
Nam Doo membenarkan. Anak-anak membaca dongeng itu jadi kenapa akhirnya seperti itu? Tapi ia lebih tidak mengerti lagi kenapa mereka membicarakan ini subuh-subuh. Dan lagi anak-anak jaman sekarang sudah jarang membaca dongeng klasik. Mereka kembali melanjutkan pencarian.
Sementara itu Chung melihat semua orang di tempat itu bersama orang lain, entah bersama pasangannya maupun keluarganya. Ia pergi ke ruangan untuk tidur, namun tempat itu sudah penuh.
Nam Doo dan Tae Oh akhirnya tertidur. Joon Jae terus bertahan memelototi layar laptop sampai pagi, tapi ia belum menemukan jejak Chung. Akhirnya ia mengambil jaketnya dan memutuskan keluar untuk mencari langsung.
Tempat pertama yang ia tuju adalah tempat mangkal Gelandangan Hong. Gelandangan Hong mengenali Joon Jae. Joon Jae bertanya apakah Chung datang ke sini. Gelandangan Hong malah tersenyum penuh arti. Ia bertanya kisah apa yang dapat membangkitkan emosi. Baginya kisah Romeo and Juliet, sampai-sampai membuatnya menangis.
Jaka sembung makan kedondong....ngga nyambung dong. Gelandangan Hong menyuruh Joon Jae duduk di sampingnya. Joon Jae menurut. Dengan gaya bijak Gelandangan Hong berkata ada banyak kisah cinta.
“Tapi dari semua kisah cinta, jika kau menghapus kata-kata tak penting...maka hanya tersisa satu kalimat. Apa menurutmu?”
Joon Jae tidak tahu.
“Bersikap baiklah padanya selama ia bersamamu.”
Joon Jae bangkit berdiri dengan kesal. Hong berkata Chung tidak akan pergi jika selama ini Joon Jae memperlakukannya dengan baik. Joon Jae tidak ada waktu untuk mendengar perkataan Hong. Ia meminta Hong menyuruh Chung menghubunginya jika Chung datang.
“Tuh kan? Harusnya ia mendengarkan perkataanku. Dia akan menyesal nanti,” gumam Hong. Ia berteriak ia akan di tempat ini setiap Senin, Rabu, dan Jumat.
Sekelompok anak SMA berhasil mencuri tas Chung. Mereka terkejut mendapati segepok uang di dalamnya. Lalu mereka menyalakan ponsel Chung. Joon Jae mendapat pemberitahuan mengenai keberadaan Chung melalui GPS. Ia memacu mobilnya ke lokasi tersebut.
Para pelajar SMA itu sedang membagi-bagi uang curian mereka ketika tiba-tiba Joon Jae muncul. Mereka cepat-cepat menyembunyikan uang tersebu. Tapi perhatian Joon Jae tertuju pada ponsel Chung.
Dengan sigap ia berhasil merebutnya. Seorang dari pelajar SMA itu mengaku ponsel itu miliknya. Joon Jae tersenyum. Ia menelepon ponsel Chung yang langsung berbunyi.
“Ini ponsel pacarku. Di mana dia?”
Mereka bilang tidak tahu. Joon Jae berkata mereka boleh mengambil uang itu asalkan memberitahu di mana Chung. Salah satu dari mereka memberitahu Chung ada di tempat sauna. Joon Jae tersenyum.
Ia mengajak berjabat tangan. Saat pelajar itu menyambut tangannya, ia menarik pelajar itu hingga berbalik dan merebut tas Chung. Para pelajar itu terkejut dan bertanya siapa Joon Jae.
“Aku adalah seorang penipu. Jika kalian terus seperti ini, kalian akan menjadi sepertiku. Jika pria yang kalian sukai bertanya apa pekerjaan kalian, kalian nantinya harus berbohong. Apa kalian akan tetap senang?” Ia menasehati. Lalu ia pergi.
Para pelajar itu kesal jarahan mereka diambil Joon Jae. Tapi mereka tak bisa tak terpesona padanya.
Chi Hyun kembali ke tempat sauna untuk menemani Chung dengan alasan hari ini ia hari liburnya. Chung nampak acuh tak acuh.Tapi melihat telur di hadapannya, pasti Chi Hyun yang sudah membelikannya (uang Chung kan diambil semua).
Chi Hyun bertanya apa Chung bisa tidur semalam. Chung mengeluh ia tidak bisa tidur. Dan kehilangan nafsu makan....sambil menyuapkan sebutir telur rebus ke dalam mulutnya.
Chi Hyun berkata ia mengkhawatirkan Chung jadi ia datang. Chung mengangguk lalu memecahkan sebutir telur lagi dengan kepalanya.
“Sepertinya nafsu makanmu sudah kembali,” kata Chi Hyun yang selalu terkaget-kaget melihat tingkah Chung.
Joon Jae tiba di tempat sauna. Ia masuk dan melihat Chung sedang makan dengan wajah murung. Ia teringat sikap buruknya pada Chung saat awal-awal mereka bertemu di mana ia selalu mengusir Chung padahal Chung memiliki alasan untuk tidak menjawab pertanyaannya mengenai Spanyol. Perasaan bersalah memenuhi hatinya.
Chung mengangkat wajahnya dan terkejut melihat Joon Jae. Joon Jae menghampirinya dan langsung memeluknya. Tanpa menyadari kehadiran Chi Hyun di sana.
Joon Jae memarahi Chung karena meninggalkan rumah dan tinggal di tempat ini. Ia bertanya bagaimana Chung tahu tempat ini. Chung berkata ia diantar oleh Chi Hyun. Joon Jae terkejut. Ia menoleh dan melihat Chi Hyun.
Chi Hyun meminta Joon Jae tidak salah paham. Ia berkata mereka tidak sengaja bertemu kemarin dan Chung tidak mau pulang. Joon Jae tak percaya tapi lalu Chung membenarkan perkataan Chi Hyun. Joon Jae menghela nafas panjang. Ia menyuruh Chi Hyun pergi. Lalu ia menarik Chung untuk berbicara empat mata.
Meski begitu ia tidak bisa memulai percakapan. Chung akhirnya berkata ia sudah menukar kembali semua barang yang dibelikan Joon Jae karena ia tidak memerlukannya. Dan ia akan mengembalikan uangnya.
Joon Jae mengeluarkan uang dari jaketnya juga ponsel Chung. Chung heran bagaimana Joon Jae bisa mendapatkan semua itu. Joon Jae berkata ia memang orang jahat tapi ada orang yang lebih jahat darinya di luar sana.
“Jadi kau harus berhati-hati. Apa kau sudah makan?”
Chung berkata ia sudah makan telur dan minuman beras.
Joon Jae bertanya apakah Chung ingin makan yang lain. Tidak, jawab Chung. Sementara dalam pikirannya ia menyebutkan semua makanan kesukaannya. Joon Jae berusaha menahan tawanya.
“Ah, kau tidak nafsu makan. Kukira kau akan pulang, jadi aku memasak iga bakar di rumah.”
“Ah, iga bakar paling enak bila dibumbui,” batin Chung.
“Iga bakar berbumbu,” ujar Joon Jae.
Chung berpikir pasti iga itu empuk sekali. Joon Jae berkata iganya sangat empuk hingga lumer di dalam mulut. Chung berkilah ia tidak apa-apa, sementara dalam hatinya ia berkata ia ingin makan iga itu.
“Jadi kau benar-benar tidak akan pulang?” tanya Joon Jae.
“Tidak,” jawab Chung singkat.
Joon Jae menunggu suara hati Chung yang mengatakan sebaliknya, namun tidak ada. Ia merasa kecewa karena itu artinya Chung benar-benar tidak mau pulang. Ia menanyakan alasannya.
“Karena kau seorang penipi. Kau orang jahat yang menipu orang lain. Kau menipuku juga. Tapi kenapa aku tidak kecewa padamu meski kau orang jahat? Kenapa aku tidak bisa meninggalkanmu meski kau menbodohiku?” batin Chung.
Joon Jae menunduk mendengar kata hati Chung. Ia akhirnya membiarkan Chung tinggal di tempat sauna itu tapi tidak boleh ke tempat lain.
“Kau tidak boleh pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.”
Chung mengiyakan. Aku pergi, kata Joon Jae. Chung diam saja. Aku bilang aku pergi, kata Joon Jae lagi. Pergilah, sahut Chung. Joon Jae terpaksa pergi.
Di luar ia berusaha menguping suara batin Chung, berharap Chung akan menghentikan kepergiannya. Tapi tidak ada. Hening. Joon Jae akhirnya pergi.
Chi Hyun masih menunggunya. Ketika melihat Joon Jae, ia memberitahunya kalau Presdir Heo sakit akhir-akhir ini. Lalu? Tanya Joon Jae cuek. Tapi ia berhenti dan kembali untuk berbicara dengan Chi Hyun. Ia menanyakan penyakit ayahnya. Chi Hyun berkata Presdir Heo menderita katarak dan penglihatannya sangat menurun.
“Sudah kukatakan agar kau bekerja keras memenuhi tugasmu sebagai seorang anak,” kata Joon Jae menyalahkan Chi Hyun. Ia menyuruhnya mengantar ayahnya ke rumah sakit.
“Ia adalah ayahmu sejak semula, tapi ia adalah ayah pertama yang kumiliki. Baiklah, seperti katamu aku anak palsu yang berpura-pura menjadi anak kandung. Aku bersyukur ia menjadi ayahku. Jadi aku selalu ingin disukainya dan ingin melindunginya.”
Sayangnya, Joon Jae tidak tersentuh dengan pengakuan jujur Chi Hyun.
“Tentu saja. Bersyukurlah, teruslah menjadi kesukaannya dan pastikan untuk melindunginya. Agar ayahku menjadi ayahmu, ada banyak hal yang gagal ia lindungi dan akhirnya kehilangan,” kata Joon Jae getir.
Lalu ia pergi.
Detektif Hong dan rekannya menyelidiki catatan tempat tinggal Dae Young tahun 1988. Ia tinggal di sebuah apartemen, namun pada hari yang sama ada seorang penyewa baru yang pindah ke rumah yang sama. Namanya Kang Ji Yeon.
Dae Young tidak pernah tercatat menikah. Catatan kejahatannya rumit, tapi catatan kelaurganya sederhana. Yatim piatu dan tidak pernah menikah. Mereka bertanya-tanya siapa Kang Ji Yeon karena nama itu baru mereka ketahui sekarang.
Mereka lanjut memeriksa catatan kependudukan Kang Ji Yeon. Dalam catatan itu ia tercatat menikah 2 kali. Dan kedua suaminya sudah meninggal. Mereka mendatangi rumah tempat tinggal Kang Ji Yeon dulu.
Di tempat yang pertama, seorang ahjumma ingat kalau Kang Ji Yeon adalah seorang wanita yang sangat cantik. Ia berkata mungkin itu sebabnya hingga suami (pertama)nya menikahinya meski wanita itu sudah punya anak. Tapi sang suami tiba-tiba meninggal setahun setelah pernikahan mereka.
Sang suami sehat-sehat saja awalnya namun lambat laun kehilangan penglihatannya. Mungkin ia keluar dengan mata yang kabur dan meninggal dalam kecelakaan mobil.
Di tempat kedua, seorang kakek bercerita kalau Kang Ji Yeon adalah seorang agen asuransi. Tak lama setelah pernikahan, penglihatan suami ((kedua) mulai memburuk dan meninggal akibat komplikasi.
Nyonya Kang pura-pura mengkhawatirkan Presdir Heo yang terbaring sakit. Presdir Heo ingin menemui dokter lagi karena sepertinya obatnya tidak bekerja. Nyonya Kang berkata ia sudah menelepon dokter dan dokter mengatakan Presdir Heo harus rajin minum obat dan beristirahat di rumah. Jadi ia menyuruh suaminya beristirahat di rumah.
Jin Joo dan suaminya bingung karena Nam Doo tak mengangkat teleponnya dan kantor Kim Jae tak mau menghubungkannya dengan Kim Jae. Mereka bertanya-tanya apa yang salah pada hari itu. Mereka mengingat sampai waktu makan semuanya berjalan baik, bahkan Kim Jae menghabiskan 2 piring telur gulung.
Mereka tak tahu apa salah mereka. Yoo Ran yang sejak tadi mendengarkan, bergumam kalau mereka terlalu terburu-buru. Jin Joo menanyakan apa maksudnya. Yoo Ran berkata ia sempat mendengar percakapan mereka dan ia bisa melihat kalau suami Jin Joo seperti berusaha mendapatkan sesuatu dari tamu yang baru pertama mereka temui. Ia berkata bagi orang lain mungkin itu menganggu.
Jin Joo langsung memarahi dan menyalahkan suaminya. Suami Jin Joo membela diri ia sudah menyembunyikan keinginannya tapi apakah tetqp terlihat. Ahjumma berkata ia bisa melihatnya. Jin Joo makin yakin kalau suaminya yang bersalah.
Joon Jae pulang sambil mengomel kenapa Chung memilih tinggal di tempat sauna daripada di rumahnya yang nyaman. Nam Doo yang tidur di sofa terbangun dan bertanya apakah Joon Jae sudah menemukan Chung. Joon Jae mengiyakan.
Nam Doo mengikuti Joon Jae ke kamar. Pemanas kamarnya mati jadi ia kedinginan. Ia ingin menumpang di kamar Joon Jae. Sementara Joon Jae masih terlalu emosi untuk tidur. Ia mengomel seharusnya Chung membicarakannya jika ada masalah.
Nam Doo bertanya apakah Chung tidak mau pulang. Joon Jae balik bertanya dari mana Chung belajar kabur dan kebiasaan buruk lainnya. Nam Doo mengingatkan kalau Joon Jae juga kabur dari rumah ketika masih SMA. Joon Jae masih kesal karena Chung tidak mau pulang.
“Pada siapa Chung berkata ia tidak mau pulang?” tanya Nam Doo.
“Pada seorang psycho,” jawab Joon Jae.
Ia lalu teringat ia mengatakan pria yang diceritakan Chung adalah seorang psycho ketika Chung menceritakan arti cinta menurut pria itu. Lalu percakapan mereka tentang ramyun dan bahwa orang itu orang baik menurut Chung. Ketika itu Joon Jae mengata-ngatai orang itu brengsek dan hidung belang. Ia tersadar.
“Orang brengsek itu....aku??”
Ia malu setengah mati hingga berguling-guling di tempat tidur. Nam Doo terpaksa turun dari tempat tidur dan heran melihat tingkah Joon Jae. Tiba-tiba Joon Jae berhenti berguling.
“Tunggu...jadi si brengsek itu aku, bukan orang lain,” Joon Jae tersenyum lebar. “Pria itu aku, kak! Pria itu aku.”
Joon Jae tertawa gembira. Nam Doo memutuskan ia kembali ke kamarnya saja meski kedinginan. Ia menyarankan agar Joon Jae minum obat lalu beristirahat.
Joon Jae malah pergi lagi. Sepanjang perjalanan ia terus tersenyum. Ia pergi ke tempat sauna di mana Chung menginap.
Chung sudah tertidur di salah satu ruangan. Joon Jae tersenyum lembut melihatnya. Namun ia melihat seorang ahjusshi tak sopan berusaha beringsut mendekati Chung. Joon Jae langsung berjalan menginjak ahjusshi itu lalu minta maaf karena tak melihatnya. Si ahjusshi terpaksa beringsut kembali ke tempatnya. Joon Jae menggelar matrasnya di antara Chung dan ahjusshi itu.
Ia membaringkan dirinya sambil terus menatap Chung yang tidur lelap. Waktu berlalu, Joon Jae tertidur. Chung terbangun dan terkejut melihat Joon Jae di hadapannya.
“Heo Joon Jae....” batinnya. “Jangan buka matamu, Heo Joon Jae. Jangan bangun, Heo Joon Jae. Tetaplah seperti ini agar aku bisa melihatmu. Agar aku bisa menebus waktu di mana aku tidak bisa melihatmu. Aku tidak perlu menanyakan apapun. Dan kau tidak perlu menyembunyikan apapun dariku. Jangan buka matamu, Heo Joon Jae.”
Entah apakah Joon Jae mendengar kata-kata Chung atau tidak. Chung menarik selimutnya dan mengeluh dalam hatinya kalau sangat dingin.
Tiba-tiba Joon Jae menendang selimutnya ke arah Chung. Ah...ternyata ia tidak tidur^^ Chung hendak menyelimuti Joon Jae karena tak mau Joon Jae kedinginan. Tapi Joon Jae mengigau ia kepanasan dan menepis selimut itu. Chung akhirnya memakai selimut Joon Jae.
“Ah, hangatnya,” katanya dalam hati.
Diam-diam Joon Jae tersenyum. Lalu menggigil menahan cuaca dingin.
Shi Ah mencari-cari Yoo Ran. Ia ke kamar Yoo Ran tapi Yoo Ran tidak ada. Ia sempat melihat foto Yoo Ran bersama suami dan puteranya yang masih kecil. Ia bergumam anak Yoo Ran tampan juga.
Tiba-tiba Yoo Ran menegurnya dan terlihat tak suka Shi An menyentuh barangnya. Shi Ah berkata ia mencari kimchi buatan Yoo Ran untuk diberikan pada seseorang.
“Apa kimchi ada di sini?” sindir Yoo Ran. Ia menyuruh Shi Ah mengikutinya.
Sudah bisa diduga ia membawa kimchi itu ke rumah Joon Jae. Lah Joon Jae kok udah ada di rumah lagi? Mungkin bolak-balik kali ya ;p
Ia berkata ia membawakannya karena Joon Jae suka. Nam Doo tak berpikir panjang membenarkan kalau makanan di rumah Shi Ah sangat enak. Joon Jae dan Tae Oh langsung memelototinya. Tapi Nam Doo tak sadar.
Shi Ah mengajak mereka mengunjungi rumahnya. Rasa makanannya pasti lebih enak jika dimakan hangat. Joon Jae berkata ia lebih suka makanan dingin jadi ia akan makan di rumah saja. Nam Doo cepat-cepat menyetujui.
Shi Ah baru menyadari Chung tidak ada. Nam Doo berkata Chung akan kembali jika sudah berbaikan dengan Joon Jae. Tae Oh serta merta mendelik pada Joon Jae.
Shi Ah melihatnya dan mengira Tae Oh cemburu pada Joon Jae karena dirinya, bukan karena Chung. Belum lagi tangan mereka sempat bersentuhan ketika sama-sama mengambil tempat air.
Selesai makan, ia menarik Tae Oh ke tempat sepi dan menegurnya karena bersikap terang-terangan di depan orang lain. Tae Oh tak mengerti.
“Kusangka kau anak pintar. Di depan cinta semua orang tak berdaya. Tadi kau cemburu pada Joon Jae dan mendelik padanya. Itu semua karena aku.”
Tae Oh hanya bisa menunduk.
“Apa begitu sulit menatap wajahku?” tanya Shi Ah.
Tae Oh berkata ia sudah melupakan perasaannya pada Shi Ah dan itu sungguh-sungguh. Tapi Shi Ah tak percaya. Ia mengira Tae Oh berbohong demi membuat dirinya merasa lebih baik.
“Cinta bukanlah sesuatu yang bisa dihentikan dengan mudah. Aku tahu itu. Apa kau punya nomor teleponku? Berikan teleponmu.”
Tae Oh menggeleng. Shi Ah merebut ponsel Tae Oh dan menyimpan nomor teleponnya. Ia berkata Tae Oh boleh meneleponnya jika terlalu berat.
“Jika kau terlalu merindukan seseorang, kau bisa sakit. Meski Kakak ini tidak bisa memberikan hatinya, tapi ia bisa membelikan minum untukmu.”
Tae Oh hanya bisa menghela nafas panjang.
Chung menatap air kolam dengan penuh kerinduan. Seornag pelanggan tak sengaja menabraknya hingga ia hampir terjatuh ke dalam air. Untunglah Joon Jae menangkapnya dengan memeluknya erat-erat.
“Sesuatu yang buruk hampir terjadi. Jika aku jatuh ke dalam air, ia (Joon Jae) bisa mengetahui semuanya,” batin Chung.
Joon Jae menyuruh Chung berhati-hati karena bisa saja Chung jatuh dan terbentur. Beberapa orang sedang main air di dekat mereka dan tak sengaja mencipratkan air. Joon Jae lagi-lagi melindungi Chung...dengan memeluknya.
Joon Jae terkena cipratan itu sementara Chung selamat. Mereka saling mengkhawatirkan. Joon Jae memarahi orang yang main air agar pergi ke kolam renang jika mau bermain air seperti itu. Ia menggiring Chung masuk ke dalam mencari tempat yang aman...maksudnya yang kering.
Chung sedang duduk sendirian ketika seorang anak tak sengaja menumpahkan air minumnya hingga airnya sedikit terciprat ke arah Chung. Joon Jae langsung berlari menghampiri dan menggendong Chung. Lalu memarahi anak itu sampai menangis dengan mengatakan air itu berbahaya. Ibu anak itu ganti memarahi Joon Jae dan mengatakan air tidak berbahaya.
“Bagaimana bisa air tidak berbahaya. Itu benda paling berbahaya. Jika digunakan tak benar bisa menyebabkan korslet listrik. Jika orang memasukkan hidungnya ke dalam mangkuk berisi air, ia bisa mati!” Joon Jae menguliahi...sambil tetap menggendong Chung yang bingung.
Seorang ahjumma memperhatikan peristiwa itu dan tak suka dengan sikap Joon Jae. Well...bukan hanya ahjumma itu saja yang merasa terganggu karena tiba-tiba Joon Jae menjadi polisi anti air di tempat sauna itu.
Ia menghentikan anak-anak yang sedang berperang dengan pistol air. Lalu ia meminta celana panjang pada penjaga sauna. Ketika penjaga sauna berkata tidak ada celana panjang di tempat sauna, Joon Jae berkeras mereka seharusnya membuat celana seperti itu karena di sini banyak benda berbahaya. Dan terakhir, Joon Jae susah payah memindahkan dispenser air menjauhi Chung.
Ahjumma yang sejak tadi memperhatikan kelakukan Joon Jae akhirnya mendekati Chung dan bertanya kapan Chung akan pulang ke rumah.
“Aku juga pernah bertengkar dengan pasangan. Mungkin sedikit aneh mengatakannya di tempat seperti ini, tapi kami merasa tak nyaman karena suamimu!”
“Suami?” tanya Chung tersenyum senang.
“Suamimu, bukan suamiku. Suamimu terlalu aneh. Kami merasa terganggu di sini. Tidak bisakah kau pulang saja? Aku tidak tahu alasannya, tapi berbaikanlah. Pulanglah saat ia memintamu. Lihat aku. Aku tinggal di dekat persimpangan tapi suamiku tidak datang. Ia tahu aku ada di sini tapi ia tidak datang. Aku sudah kehilangan timing dan akhirnya harus kembali dengan kesadaran sendiri. Pulanglah! Kami tidak bisa hidup karena suamimu! Kumohon pulanglah!”
Jin Joo menjemput Elizabeth, puterinya. Ia menanyakan tentang Yoo Na. Ketika Elizabeth berkata ia tidak tahu, Jin Joo menegurnya karena ia sudah menyuruh Elizabeth mendekati Yoo Na. Ia tahu Yoo Na ada hubungan dengan Kim Jae alias Joon Jae.
Begitu melihat Yoo Na berjalan sendirian, ia langsung menyapa dengan hangat. Yoo Na membalas dengan sopan. Jin Joo berkata Yoo Na boleh masuk dalam tim renang Elizabeth. Lalu ia menyinggung soal Chung. Ia berkata Yoo Na boleh membicarakan dirinya dengan Chung.
“Apa yang akan kaukatakan padanya?”
“Seorang ahjumma anehnya menjadi baik padaku akhir-akhir ini.”
Jin Joo tertawa terpaksa. Ia menyarankan agar Yoo Na memberitahu Chung kalau Jin Joo mengurusnya dengan baik hingga ia ingin pergi ke sekolah.
Yoo Na pergi ke tempat sauna menemui Chung dan mengatakan apa yang dikatakan Jin Joo. Benarkah, tanya Chung.
“Tidak. Aku mengatakannya hanya karena ia memintaku mengatakannya. Aku tidak mau pergi ke sekolah,” kata Yoo Na sedih.
Chung bertanya kenapa Yoo Na tak mau sekolah. Yoo Na berkata sebentar lagi ada pertunjukan di sekolah dan para murid seharusnya mengundang keluarga mereka.
“Tapi aku tidak suka itu. Tidak ada orang yang datang untukku,” Yoo Na menunduk.
“Apakah Ibumu sibuk?”
Yoo Na mengangguk. Sejak ia masih di TK dan juga tahun kemarin, meski ia menyanyi dan menari, tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang melambai padanya.
“Membosankan,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Di dekat mereka ada meja yang dijaga seorang pria berpakaian santa. Chung berkata ia melihat di TV kalau Santa suka memberi hadiah dan mengabulkan permintaan.
“Apa Kakak anak-anak?” ujar Yoo Na.
Yoo Na berkata mereka tidak boleh menangis jika ingin mendapat hadiah dan permintaannya dikabulkan. Yoo Na berkata ia sudah beberapa kali menangis jadi tidak akan berhasil untuknya. Chung berkata ia juga sudah beberapa kali menangis. Keduanya menunduk sedih.
“Bagaimana jika aku meminta tolong pada orang itu?” tanya Chung sambil menunjuk orang berpakaian santa.
Yoo Na mendekati meja santa dan bertanya apakah Ahjusshi itu bisa mengatakan pada Santa apa keinginannya. Pria berpakaian santa itu menyuruh Yoo Na menuliskan permintaannya dan menggantungnya di pohon natal.
Chung berkata ia juga ingin memberitahu Santa apa keinginannya. Santa terpesona melihat kecantikan Chung. Chung berkata ia memang pernah menangis berkali-kali, tapi karena keadaan. Ia ingin menjelaskannya pada Santa jadi ia bertanya apakah ia bisa menghubungi Santa.
Pria itu meminta Chung menuliskan nomor ponselnya. Ia berkata ia akan memberitahu Santa. Dengan polos Chung menuliskan nomor teleponnya.
Yoo Na menggantungkan keinginannya. Ia ingin ayah dan ibunya datang pada pertunjukkan. Chung menuliskan keinginannya.
Hari pertunjukkan pun tiba. Jin Joo sibuk memotret puterinya. Ia melihat Yoo Na dan memanggilnya.
“Apakah Ibumu datang hari ini?” tanyanya.
“Ibu Yoo Na biasanya tidak datang,” kata Elizabeth.
“Itu karena ibunya sibuk,” Jin Joo menegur puterinya.
Chung memanggil Yoo Na. Ia datang dengan penampilan mempesona dan langsung menjadi pusat perhatian. Yoo Na tersenyum melihat Chung. Jin Joo tentu saja senang melihat Chung.
“Tampillah dengan baik. Ibumu memintaku untuk datang, melambai padamu, memotret dan menyemangatimu menggantikannya,” Chung tersenyum.
Jin Joo menyapa Chung dan berkata sepertinya Chung cukup dekat dengan ibu Yoo Na. Chung berbohong kalau mereka adalah sahabat.
Namun bukan hanya Chung yang datang. Kim Jae juga datang bersama Nam Doo dan Tae Oh. Chung nampak terkejut melihat kehadiran Joon Jae. Jin Joo makin senang bisa bertemu Kim Jae.
Joon Jae merangkul Chung dan berkata ia sedikit terlambat. Chung berbisik bertanya bagaimana Joon Jae bisa tahu. Joon Jae berkata tak ada yang tidak ia tahu. Ia lalu menggendong Yoo Na.
“Kau yang tercantik di sini. Tampillah dengan baik, aku hanya akan melihatmu.”
Yoo Na tersenyum gembira.
Jin Joo menyapa Nam Doo dan menegurnya karena ia sudah berkali-kali menelepon tapi tidak diangkat. Nam Doo tertawa canggung.
Yoo Na tampil dengan baik bersama teman-temannya. Chung, Joon Jae, Nam Doo, dan Tae Oh melambai, bertepuk tangan, dan tersenyum untuknya. Mereka juga memotret Yoo Na.
Yoo Na lalu mengambil kamera untuk memotres Joon Jae dan Chung. Kali ini ia memanggil “oppa” (kakak) pada Joon Jae. Ia menyuruh mereka berdiri berdekatan. Joon Jae merangkul pundak Chung dan menoleh. Chung akhirnya tersenyum.
“Aku bahagia,” batinnya.
Ketika mereka keluar dari sekolah, sebuah taksi mencurigakan terparkir di depan sekolah. Taksi itu tidak mau mengangkat penumpang. Dan dari suara supirnya, itu adalah suara Ma Dae Young.
Joon Jae, Chung, Nam Doo, dan Tae Oh pergi minum kopi bersama. Nam Doo berkata alangkah senang Chung pulang bersama mereka. Selama Chung tidak ada, kulkas memang kosong, tapi hatinya juga terasa kosong.
Chung mengaku ia hari ini berbohong karena Yoo Na, dan baginya itu bisa dialkukan. Nam Doo berkata di dunia ini memang ada bohong untuk kebaikan.
“Tapi kalian lebih berbohong lebih dari itu,” tegur Chung.
Ketiga pria itu terdiam.
Chung meminta Joon Jae berjanji padanya untuk berbohong hanya demi kebaikan.
“Berjanjilah padaku kau tidak akan berbohong hingga menyakiti orang lain.”
“Kau ingin aku berjanji di depan mereka?” tanya Joon Jae.
Chung mengiyakan dengan tegas.
Nam Doo tersenyum geli karena ia yakin Joon Jae tidak akan mau melakukannya.
“Aku berjanji,” kata Joon Jae.
Benarkah, tanya Chung terharu. Joon Jae berkata ia tidak akan lagi menipu orang. Nam Doo bertanya apa ia salah dengar. Atau Joon Jae sedang berbohong?
Joon Jae melihat ke arah mesin boneka berisi gurita pink. Ia menyuruh Nam Doo dan Tae Oh pulang lebih dulu karena ia akan pergi sebentar bersama Chung ke tempat lain.
Joon Jae membawa Chung ke sebuah taman di mana ada lampu berbentuk air mancur besar. Ia meminta Chung menunggunya sebentar di sana.
Sementara itu Detektif Hong dan partnernya tiba di dekat sana karena menerima laporan ada yang melihat Ma Dae Young di sana.
Tak lama kemudian Joon Jae kembali dengan membawa gurita pink. Ia melihat Chung sedang memandangi lampu air mancur. Dan mendengar isi hati Chung.
“Heo Joon Jae, ketika aku melintasi lautan panjang untuk menemukanmu, aku melihat bintang-bintang indah setiap malam. Tapi aku kesepian karena aku sendirian. Aku lelah. Aku takut. Sekarang, apakah tidak apa-apa aku merasa senyaman ini? Apakah tidak apa-apa untuk merasa bahagia? Apakah tidak apa-apa untuk mencintaimu?”
Joon Jae melangkah mendekati Chung. Tapi tiba-tiba seseorang menarik pundaknya. Detektif Hong. Joon Jae terkejut.
“Ah, ternyata aku benar. Aku datang untuk menangkap harimau namun menangkap kelinci. Masih lebih baik menangkap satu daripada tidak menangkap apapun,” Detektif Hong memasangkan borgol ke tangan Joon Jae.
Gurita pink di tangan Joon Jae terjatuh. Joon Jae menoleh ke arah Chung yang masih menunggunya tanpa mengetahui apa yang terjadi. Joon Jae meminta Detektif Hong tidak memanggil bantuan karena ia akan ikut dengannya.
“Heo Joon Jae, cepatlah datang,” batin Chung.
Joon Jae terus menoleh melihat dengan khawatir pada Chung. Namun ia tidak berdaya saat ini.
“Laki-laki itu mencintai puteri duyung, jadi ia mendengar suaranya. Meski ia menghapus dan menghapus kembali ingatannya, meski ia terlahir di dunia lain, takdirnya adalah untuk mencintai puteri duyung lagi. Jadi pada akhirnya ia mendengar suara puteri duyung lagi. Orang itu adalah aku....”
Bersamaan dengan perginya Joon Jae bersama Detektif Hong, sebuah taksi berhenti tak jauh dari tempat Chung berdiri. Taksi Ma Dae Young.
Epilog:
Ketika pria berpakaian santa di tempat sauna meminta nomor telepon Chung, Joon Jae diam-diam melihat semuanya. Saat santa itu pulang, Joon Jae mencegatnya dan berkata Chung adalah kekasihnya. Ia juga akan menelepon Santa jika pria itu memang bisa menghubungi Santa. Pria itu ketakutan dan menyerahkan kertas berisi nomor telepon Chung. Joon Jae langsung merobeknya.
Sementara itu di pohon natal tergantung permintaan Yoo Na. Permintaan Chung: Aku berharap bisa berkencan bersama Heo Joon Jae di bawah pohon yang cantik tahun ini, dan tahun-tahun berikutnya. Di bawahnya, permintaan Joon Jae.
“Aku berharap aku bisa menepati semua janjiku padamu.”
Komentar:
Jadi apakah Joon Jae bisa mendengar suara Chung karena ia mencintai Chung? Lalu bagaimana dengan Yoo Na? Kasus khusus sepertinya. Dan bisa membaca pikiran Chung rupanya lebih efektif bagi Joon Jae. Sekarang ia tahu kalau Chung akan kembali ke wujud asli jika terkena air, walau tidak jelas sebanyak apa air yang diperbolehkan. Apakah cipratan juga tidak boleh?
Chi Hyun kok sepertinya senang melihat Chung. Apakah ia suka dengan Chung? Berharap Joon Jae bisa lebih membuka diri pada Chi Hyun. Tapi luka yang membekas di hati Joon Jae telah mengeraskan hatinya. Chi Hyun mungkin awalnya memang tidak baik, tapi sepertinya ia menjadi baik karena kasih sayang ayah Joon Jae. Aku khawatir sikap Joon Jae malah membuat Chi Hyun kembali seperti dulu >,<
Cerita puteri duyun gversi Nam Doo bikin ngakak...kaki berubah jadi ekor jadi ngga bisa pakai sepatu kaca? Mermaiderella??