Chung tidak bisa tidur setelah kiss itu. Ia membuka pintu kamar atas dan melihat hal sebaliknya pada Joon Jae. Joon Jae tidur lelap namun terlihat gelisah.
Joon Jae bermimpi Bangsawan Yang melepaskan lampion-lampion di atas laut untuk memancing Se Hwa muncul ke permukaan air. Se Hwa melihat cahaya terang dan berenang ke permukaan.
“Tidak, Se Hwa!” Joon Jae terbangun.
Ia menoleh dan melihat Chung menatapnya dengan khawatir. Chung bertanya apakah Joon Jae tidak apa-apa. Ia menenangkan saat ini Joon Jae sudah tidak bermimpi.
Bagi Joon Jae Se Hwa adalah Chung, sama seperti ia adalah Dam Ryeong di kehidupan dahulu. Ia memeluk Chung erat-erat. Chung bertanya apakah Joon Jae bermimpi buruk. Joon Jae mengiyakan.
“Awalnya tidak ada yang kutakuti karena aku tidak memiliki apa-apa. Tapi sekarang menakutkan karena aku mungkin akan kehilangan sesuatu.”
“Siapa? Se Hwa?” tanya Chung.
Ha...pernyataan romantis yang mendapat jawaban tak terduga. Chung berkata ia mendengar Joon Jae menyebut nama Se Hwa dalam tidurnya. Ia bertanya dengan cemburu siapa Se Hwa.
“Apa ia juga ikan yang kaugoda?”
“Bukan, bukan begitu.”
“Kalau begitu siapa dia? Apa ia seorang wanita.”
Joon Jae melirik Chung lalu tersenyum. Ia membenarkan kalau Se Hwa adalah seorang wanita. Cantik? Sangat cantik.
“Sangat cantik? Bagaimana denganku?”
“Kau juga cantik.”
Chung berkata Joon Jae harus memutuskan. Apa maksudnya dengan mengatakan mereka berdua cantik?
“Apa kau mendua seperti gurita?” Tanya Chung. Ia berkata ia sangat serius.
Joon Jae menatap Chung lekat-lekat.
“Kau.”
Dalam hatinya Chung bertanya-tanya apakah Joon Jae jujur dan bukan hanya untuk menenangkannya. Lalu bagaimana perasaannya pada Se Hwa? Apa Joon Jae sedang menipunya? Apa ia benar-benar lebih cantik dari Se Hwa? Di mana Se Hwa tinggal dan apa pekerjaannya?
“Sudah kubilang kau,” kata Joon Jae sungguh-sungguh.
Chung tersenyum dan berkata ia “suka anjing” itu adalah istilah internet yang artinya bukan ia menyukai anjing tapi ia sangat suka. Ia berkata semua orang yang menggunakan internet mengetahui itu jadi Joon Jae hanya perlu mengingatnya jika tidak tahu. Cieee... yang udah belajar komputer XD
Chung beranjak untuk kembali ke kamarnya. Joon Jae memegang tangannya dan berkata,” Jangan pergi.” Chung bertanya apa Joon Jae mabuk karena itulah kata-kata Joon Jae saat mabuk. Joon Jae berkata anggap saja ia mabuk, ia tidak ingin Chung pergi.
Ia menarik Chung berbaring di sisinya lalu memeluknya. Chung tersenyum senang dan berkata ia tidak akan pergi.
“Heo Joon Jae, kau tahu...yang tadi....itu, yang tadi...”
Joon Jae mengecupnya. “Ini?”
Chung bertanya bisakah kiss yang ini tidak ia lupakan. Joon Jae berkata tentu saja tidak boleh dilupakan. Dan lagi apa Chung bisa lupa? Chung berkata ia tidak akan melupakannya kali ini. Joon Jae memeluknya lebih erat.
“Aku perlu tidur seperti ini denganmu agar aku tidak bermimpi buruk lagi.”
Dalam hatinya Chung berharap Joon Jae mimpi buruk setiap hari. Ia sangat suka mimpi buruk.
Giliran Chung yang tidak bisa tidur. Setelah Joon Jae tertidur lelap, Chung turun dari tempat tidur lalu berlari ke balkon. Ia sangat gembira dan penuh semangat.
“Heo Joon Jae menyukaiku!!” teriaknya dalam hati. Ia tmelompat-lompat sambil terus bernyanyi dalam hatinya kalau Joon Jae menyukainya.
Entah kebetulan, entah karena kekuatan Chung yang membuncah, lampu-lampu gedung di sekitarnya tiba-tiba menyala. Ia memegang dadanya yang berdebar kencang, bertanya-tanya apakah jantungnya akan meledak jika ia seperti ini. Ia terus melompat dan tertawa.
“Aku tidak bisa mengendalikan kekuatanku!!” serunya sambil mengangkat kedua tangannya.
Setelah melihat mantan suaminya, suasana hati Yoo Ran sangat buruk. Ia duduk minum soju di kamarnya. Jin Joo masuk untuk meminta air madu. Ia masih mual akibat mabuk kemarin.
Yoo Ran membuatkan air madu untuk Jin Joo. Tanpa disangka-sangka, Jin Joo bertanya kenapa Yoo Ran minum-minum. Apa terjadi sesuatu? Yoo Ran menatapnya. Jin Joo bertanya ada apa.
Yoo Ran berterima kasih karena sudah lama sejak orang menanyakan padanya apakah ia memiliki masalah. Jin Joo bersimpati dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi.
Yoo Ran bercerita ia bertemu mantan suaminya hari ini. Meski mereka bertatapan tapi mantan suaminya berpura-pura tak melihatnya. Jin Joo berkata mungkin karena ia terkejut melihat Yoo Ran. Yoo Ran berkata ia bisa mengerti jika mantan suaminya terkejut tapi tatapannya seperti melihat orang asing.
“Ada hal-hal yang tidak bisa disembuhkan oleh waktu. Waktu sudah berlalu namun rasanya masih menyakitkan,” katanya sedih.
Jin Joo mengambil 2 gelas wine dan sebotol wine. Yoo Ran heran karena tadi Jin Joo berkata mual jika melihat alkohol.
“Bagaimana aku bisa tidak minum setelah medengarnya? Ahjumma, jangan minum soju. Kita minum ini,” Jin Joo menuangkan wine untuk mereka berdua.
Ia berkata ia juga sangat sedih hari ini. Ia bercerita mengenai nyonya yang sering ia kirimi makanan dan bagaimana ia bertingkah ketika ia mabuk. Ia bercerita bagaimana dinginnya perlakuan nyonya itu padanya meski ia sudah berlutut di hadapannya.
“Tapi sebenarnya apa yang kukatakan tidak salah. Wanita itu mencuri suami teman sekolahnya untuk merebut posisinya. Dia benar-benar jahat, kan? Istri pertama tidak mendapatkan tunjangan satu peser pun dan pergi seperti diusir. Tidak ada kabar apapun mengenai istri pertama. Ia menghilang.”
Yoo Ran terkejut mendengar cerita Jin Joo yang sangat mirip dengan kisah hidupnya. Ia bertanya keluarga mana yang dibicarakan Jin Joo. Jin Joo berkata mungkin Yoo Ran tidak kenal dan menyebut nama ayah Joon Jae. Lalu menceritakan bagaimana kayanya Presdir Heo.
“Tapi Ahjumma tahu apa lucunya keluarga itu? Mereka membangun kota baru tapi tidak membiarkan kami terlibat. Padahal kami sudah mengirimkan begitu banyak makanan,” gerutu Jin Joo.
Yoo Ran makin shock hingga ia memegang gelasnya erat-erat. Ia tak menyangka makanan yang dimasaknya selama ini ternyata dikirim ke keluarga mantan suaminya. Jin Joo berkata ia tidak akan diam saja jika ia terus diabaikan keluarga Heo seperti ini. Ia akan menyebarkan rumor mengenai Nyonya Kang ke seluruh Gangnam. Dan ia orang yang memegang perkatannya.
“Dunia begitu kecil,” gumam Yoo Ran.
“Benar, sangat kecil. Rumor itu akan menyebar dalam sekejap. Tunggu saja,” kata Jin Joo.
Nyonya Kang memastikan pada Pengacara Lee kalau isi surat wasiat Presdir Heo sudah diubah agar semua diwariskan padanya dan Chi Hyun. Pengacara Lee menyarankan agar Joon Jae diberikan jumlah minimal haknya sebagai anak kandung untuk menghindari tuntutan hukum di kemudian hari.
Nyonya Kang berkata tidak akan ada tuntutan semacam itu jadi Pengacara Lee hanya perlu melakukan perintahnya. Ia juga memastikan kedua saksi sudah diberitahu peran mereka. Pengacara Lee masih ragu apakah semua akan berjalan lancar. Nyonya Kang berkata tidak ada yang gratis. Ia akan membayar kedua saksi dan juga Pengacara Lee hingga bisa membuka kantornya sendiri.
Pengacara Lee membawa surat wasiat itu pada Presdir Heo. Presdir Heo tidak bisa membaca jelas isi surat tersebut. Karena kedua saksi sudah disuap, mereka juga mengatakan kalau isi surat tersebut sudah benar. Dengan bantuan Pengacara Lee, Presdir Heo membubuhkan stempelnya ke atas surat wasiat tersebut. Chi Hyun diam-diam melihat dari dekat pintu. (Apakah ia tahu kalau isi surat wasiat itu sudah diubah atas perintah ibunya? Karena yang terakhir ia dengar adalah Presdir Heo akan mewariskan semua pada Joon Jae, sementara ia dan ibunya mendapat bagian minimal hak mereka)
Nam Doo heran melihat posisi furnitur di ruang tamu berubah banya. Apalagi ketika melihat Chung yang sedang mengangkat sofa. Chung berkata ia tidak bisa tidur jadi ia beres-beres sedikit.
“Sendirian? Pasti sangat berat,” kata Nam Doo.
“Tidak, sangat ringan,” sahut Chung sambil berlari kecil ke dapur.
Ia terus berkata dalam hatinya kalau Joon Jae menyukainya. Joon Jae yang baru selesai mandi, tersenyum geli mendengarnya. Celotehan riang hati Chung tidak berhenti. Joon Jae berkata untung hanya dirinya yang bisa mendengar semua itu.
Ia ke ruang tamu dan Chung langsung menyapanya. Ia bertanya kapan mereka pindah dan ke mana. Joon Jae berkata ia tidak tahu karena masih lama waktunya habis. Memangnya kenapa?
“Aku sangat sehat hingga aku berpikir untuk memindahkan satu per satu furnitur lebih dulu.”
Nam Doo yang sedang berbaring di sofa bertanya siapa yang sudah mengganti baterai Chung.
“Cabut baterainya, benar-benar heboh,” kata Nam Doo.
“Kenapa dicabut? Malah bagus? Kau ingin apa untuk sarapan?” tanya Joon Jae.
Nasi, jawab Nam Doo. Pasta, jawab Chung berbarengan. Nam Doo lebih suka makan nasi di pagi hari dan lagi tidak ada pasta di rumah. Dengan bersemangat Chung berkata ia akan pergi membelinya. Protes Nam Doo sama sekali tidak didengar.
Semangat Chung terus membara. Ia membantu nenek yang susah payah mengangkut gerobak. Membantu wanita hamil tua yang membuang sampah. Bahkan memindahkan mobil yang menghalangi mobil pemadam kebakaran tanpa sepengetahuan siapapun.
Nam Doo mengeluh Chung sangat lama perginya. Ia menyuruh Tae Oh menelepon. Joon Jae bisa mendengar nyanyian hati Chung dan tersenyum. Ia berkata Chung hampir tiba. Bagaimana kau tahu, tanya Nam Doo.
Pintu dibuka dan Chung masuk. Nam Doo heran. Ia bertanya apa keduanya sekarang berbicara melalui telepati. Saat duduk makan, ia membicarakan proyek Jin Joo yang akan mereka hentikan karena terlalu banyak kerugian. Ia berkata ia sedang mempersiapkan proyek baru.
Chung langsung mendelik ke arahnya. Nam Doo berkata kali ini bukan pekerjaan buruk karena targetnya lebih buruk dari mereka. Chung memelototi Joon Jae.
“Sudah kubilang aku tidak akan melakukannya,” kata Joon Jae.
Tae Oh terlihat bingung di antara Nam Doo dan Joon Jae. Chung yang paling senang dan berkata dalam hatinya kalau Joon Jae benar-benar menyukainya. Tapi Nam Doo terlihat tidak suka.
Setelah makan ia memanggil Joon Jae. Ada apa lagi, tanya Joon Jae. Mendengar nada enggan Joon Jae, Nam Doo bertanya apa Joon Jae tak suka lagi berbicara dengannya.
“Apa ada yang bilang begitu?” tanya Joon Jae. Ia berkata Tae Oh sudah menemukan taksi Ma Dae Young jadi ia akan bertemu dengan Detektif Hong.
“Bagus. Seorang penipu memberitahu alamatnya pada polisi,” sindir Nam Doo. “Apa kalian sudah janjian? Apa kalian sahabat sekarang?”
Joon Jae bertanya sebenarnya apa yang ingin Nam Doo bicarakan. Nam Doo berkata ia tahu Joon Jae saat ini menyukai Chung. Tapi mereka baru bertemu selama 3 bulan. Sedangkan pertemanan mereka sudah berlangsung 10 tahun. Joon Jae berkata kedua hubungan itu tidak bisa disamakan.
“Tiga bulan bersama Chung itu penting, sedangkan 10 tahun bersamaku bukanlah apa-apa kurasa,” Nam Doo merajuk.
Joon Jae berkata ia sudah berjanji pada Chung ia tidak akan menipu lagi. Ia ingin menepati janjinya itu. Nam Doo berkata Joon Jae juga berjanji untuk bekerja sama dengannya sampai mereka menemukan ibu Joon Jae. Ia sudah menampung anak remaja, memberinya makan, memberinya pakaian dan rumah, dan mengirimnya ke sekolah. Joon Jae berkata Nam Doo yang saat ini menumpang di rumahnya dan dihidupi olehnya.
Nam Doo jadi kesal dan berkata ia juga akan pergi setelah musim dingin berlalu. Ia sudah memberitahu Joon Jae mengenai pemanas di kamarnya yang rusak tapi Joon Jae tidak memperbaikinya. Ia lelah diabaikan oleh Joon Jae.
“Ada pepatah kau tidak boleh melupakan teman di masa susahmu. Kau tidak boleh mencampakkan istri pertamamu.”
“Apa kau istri pertamaku, Kak?” tanya Joon Jae.
“Bukan, aku ada temanmu sejak dalam masa susah,” kata Nam Doo frustrasi. Ia menunjuk ke kolam dan bertanya siapa yang akan Joon Jae selamatkan pertama kali jika ia dan Chung jatuh ke dalam air.
“Kakak,” jawab Joon Jae tersenyum.
“Benarkah?” tanya Nam Doo terharu.
“Iya, karena jika tidak Chung yang akan menyelamatkanmu. Aku tidak suka itu.”
Nam Doo bertanya bagaimana dengan Tae Oh. Joon Jae yang merekrutnya padahal Tae Oh hidup baik di Jepang. Joon Jae merayu Tae Oh dengan berkata tak ada internet yang lebih cepat daripada di Korea. Joon Jae berkata ia tidak berkata bohong. Nam Doo berkata Tae Oh ikut dengan mereka jadi Joon Jae harus bertanggungjawab.
Tapi perhatian Joon Jae teralih pada telepon dari Detektif Hong. Dan ia langsung pergi. Nam Doo terduduk sedih.
Joon Jae menemui Detektif Hong di tempat taksi Dae Young ditemukan. Detektif Hong bertanya bagaimana Joon Jae bisa tahu gambar dari kotak hitam mobil mereka tidak akan bisa digunakan hingga minta bantuan pusat kendali. Itu keahlian, jawab Joon Jae.
Detektif Hong tak mau kalah. Ia berkata polisi melakukan tugas mereka dengan adik dan benar. Silakan saja, kata Joon Jae. Detektif Hong berkata masih belum pasti apakah Dae Young yang mengemudikan taksi ini atau bukan. Dalam kotak hitam memang terlihat seseorang yang mengenakan topi, tapi karena sangat gelap mereka tidak bisa menentukan siapa orang itu.
Joon Jae berkata pasti ada sidik jari atau DNA yang tertinggal. Detektif Hong dan partnernya kesal karena sikap angkuh Joon Jae. Petugas forensik berkata mereka tidak menemukan sidik jari, bahkan jejak sepatu. Sepertinya pengemudi sudah membersihkan semuanya sebelum melarikan diri.
Joon Jae bertanya-tanya apakaha ada kerusakan pada mobil. Ada jejak goresan. Kerusakan interior? Tidak ada. Noda darah dalam kendaraan?” Tidak ada. Akhirnya petugas forensik bertanya siapa Joon Jae. Penuntut umum-kah?
Detektif Hong berkata petugas itu tidak perlu mendengarkan Joon Jae. Ia bertanya apa yang sudah ditemukan. Hanya ditemukan sebuah boneka gurita pink yang sekarang menjadi barang bukti. Detektif Hong ingat itu adalah boneka yang Joon Jae pegang saat ia menangkapnya malam itu.
Joon Jae meminta petugas forensik memeriksa tempat sampah di sekitar tempat ini. Siapa tahu Ma Dae Young membuang pakaian penyamarannya atau alat suntik. Detektif Hong menegur Joon Jae karena lagi-lagi main perintah. Tapi Joon Jae tak peduli.
Ia berkata ada sebuah tangki besar berisi air di dalam ruangan tempat ia menemukan Chung. Melihat tidak banyak debu di dalamnya, air itu pasti baru diisikan ke dalam tangki. Jika Dae Young memindahkan tangki itu, mungkin saja sidik jarinya tertinggal.
“Tapi kenapa Ma Dae Young mengisi air?” tanya Detektif Hong.
Joon Jae tidak tahu, tapi ia teringat pada bangsawan Yang yang berusaha menangkap Se Hwa dengan menerbangkan lampion. Perasaan tak tenang menyelimuti hatinya.
Yoo Ran mengajukan pengunduran diri pada Jin Joo. Jin Joo terkejut. Apakah ia sudah membuat Yoo Ran marah? Yoo Ran beralasan ia hanya ingin beristirahat. Jin Joo berkata tidak mudah mencari seorang pekerja keras seperti Yoo Ran. Meski awalnya ia merasa kepribadian Yoo Ran aneh tapi ia sudah terbiasa. Yoo Ran meminta maaf. Ia berkata ia berhenti karena alasan pribadi.
Shi Ah bergabung dengan mereka dan bertanya apakah ini cara Yoo Ran untuk mendapatkan kenaikan gaji. Tidak, jawab Yoo Ran tersinggung. Jin Joo menyuruh Shi Ah tidak ikut campur. Shi Ah berkata buat apa menahan Yoo Ran jika ia sudah memutuskan untuk berhenti. Akhirnya Jin Joo berkata Yoo Ran boleh pergi setelah mereka menemukan penggantinya. Yoo Ran setuju.
Shi Ah berkata jadi sekarang Yoo Ran masih bekerja pada mereka. Ia menyuruh Yoo Ran menemuinya di suatu tempat setelah ia pulang kerja. Ia berkata ia akan mengirimkan alamatnya melalui sms.
Selesai berbelanja, Yoo Ran mencari alamat yang diberikan Shi Ah. Tiba-tiba jambret bermotor menjambret tasnya. Yoo Ran terjatuh dan belanjaannya berjatuhan. Chung yang kebetulan ada di sana. Langsung berlari mengejar si penjambret. Mereka berbelok ke suatu jalan lalu terdengar suara baku hantam.
Tak lama kemudian Chung berjalan gagah menghampiri Yoo Ran sambil menenteng tas. Yoo Ran bingung sekaligus sangat berterimakasih. Chung juga membantu membereskan barang belanjaan Yoo Ran. Yoo Ran sangat berterimakasih hingga ia ingin melakukan sesuatu. Tapi Chung berkata tidak apa-apa. Ia melambai ramah dan berjalan pergi.
Di belokan, si penjambret sial terikat memeluk tiang listrik.
Shi Ah menegur Yoo Ran yang terlambat datang. Ia sudah menunggu 10 menit. Yoo Ran meminta maaf dan berkata tadi ia bertemu penjambret. Shi Ah membawanya ke rumah Joon Jae dan menekan bel. Yoo Ran bertanya rumah siapa itu.
“Rumah calon pacarku.” Shi Ah berkata masakan Yoo Ran cocok dengan selera calon kekasihnya jadi ia ingin Yoo Ran memasak untuk mereka.
Mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Yoo Ran tertegun.
Ia tersenyum dan menyapa Chung, tak menyangka ini rumah Chung. Chung mengira Yoo Ran adalah ibu Shi Ah. Shi Ah cepat-cepat berkata kalau Yoo Ran adalah ahjumma yang bekerja di rumahnya. Ia bertanya bagaimana mereka bisa saling mengenal. Yoo Ran berkata Chung tadi yang menolong mengambilkan tasnya yang dijambret. Chung tidak mempedulikan Shi Ah dan membantu Yoo Ran membawakan barang belanjaannya.
Shi Ah melenggang masuk ke kamar Joon Jae. Ini pertama kalinya ia masuk ke sana. Ia melihat pintu kamar atas dan tahu Chung selama ini tingga di sana. Ia duduk di tempat tidur lalu mengeluarkan amplop berisi data yang ia kumpulkan mengenai Kim Dam Ryeong.
Ia melihat sebuah foto terpajang dan melihat foto Joon Jae kecil bersama ibunya. Awalnya ia tidak menyadarinya, tapi lalu ia tersadar ia pernah melihat foto wanita yang sama di kamar Yoo Ran. Ia melihat lebih dekat dan berusaha menenangkan dirinya kalau mereka hanya mirip. Tapi lama-lama ia semakin ragu dan mulai berpikir kalau Yoo Ran sangat mungkin adalah ibu Joon Jae.
Joon Jae bertanya pada Detektif Hong perawatan apa yang diterima Dae Young dari rumah sakit yang sudah ditutup itu. Dae Young dirawat karena delusi paranoid dan bipolar disorder. Bila Dae Young tidak memakan obat mungkin ia tidak bisa mengendalikan kecenderungannya melakukan tindak kekerasan.
Joon Jae berkata kalau begitu Dae Young mungkin masih memerlukan obat untuk bisa melakukan aktivitasnya seperti mengemudi. Jika tidak, bagaimana ia bisa tetap hidup? Mungkin di antara dokter yang merawat Dae Young, ada yang menjadi penyuplai obatnya. Rekan Detektif Hong bertanya dokter gila mana yang memberikan perawatan pada buronan.
Tapi Joon Jae berkeras mereka perlu memeriksa tim dokter yang menangani Dae Young waktu itu. Detektif Hong akhirnya berkata ia akan memeriksanya. Joon Jae meminta diturunkan di dekat rumahnya. Saat turun ia menyuruh mreka bekerja keras.
“Rasanya seperti mengantar ketua tim. Kenapa kita harus menurut padanya?” tanya rekan Detektif Hong.
Detektif Hong berkata mereka cuma berpura-pura. Joon Jae hanyalah umpan untuk menangkap Dae Young. Jadi sebenarnya mereka yang sedang mempergunakan Joon Jae.
“Tapi kenapa aku selalu merasa tidak seperti itu?” keluh partner Detektif Hong.
Shi Ah mengintip ke dapur dan melihat Yoo Ran sedang menyuapi makanan pada Chung. Ia teringat perkataan Nam Doo bahwa Joon Jae terpisah dari ibunya sejak usia 10 tahun dan terus mencarinya. Meski begitu mereka belum menemukannya sampai sekarang. Shi Ah ingat bagaimana ia berkata ia ingin menemukan ibu Joon Jae. Ia sama sekali tak menyangka ibu Joon Jae adalah ahjumma yang tinggal di rumahnya selama ini.
Chung memuji masakan Yoo Ran rasa nuklir alias sangat enak. Yoo Ran senang Chung menyukai masakannya.
Shi Ah keluar dengan takut-takut sambil terus melihat ke arah pintu. Yoo Ran bertanya kapan kekasih Shi Ah pulang. Ia sudah hampi selesai memasak.
“Siapa pacarmu? Apa mungkin Heo...” Chung tak dapat menyelesaikan kata-katanya karena Shi Ah membekap mulutnya.
Shi Ah langsung mengajak Yoo Ran pulang sekarang juga. Yoo Ran bingung melihat sikap Shi Ah tapi ia ikut berjalan keluar.
Shi Ah dan Yoo Ran sudah keluar dari gerbang ketika Shi Ah melihat Joon Jae menaiki tangga menuju pintu. Ia cepat-cepat mendorong Yoo Ran agar masuk ke dalam mobil Ia bahkan membukakan pintu untuknya. Joon Jae hanya sempat melihat mobil Shi Ah dinyalakan dan pergi.
Begitu tiba di rumah, Yoo Ran langsung ke dapur sementara Shi Ah mendekati Jin Joo. Ia bertanya apa yang Jin Joo tahu mengenai putera Yoo Ran. Jin Joo hanya tahu puteranya sangat tampan dan kuliah di KAIST. Mereka tinggal terpisah sejak Yoo Ran bercerai dan hanya mendengar kabar sesekali.
Shi Ah langsung teringat kata-kata pedasnya selama ini pada Yoo Ran. Kalau dia burung unta pasti sudah membenamkan kepalanya ke dalam pasir ;p
“Tidak, tidak,” gumamnya sambil berlari ke kamar Yoo Ran. Jin Joo bingung ada apa dengan adik iparnya.
Shi Ah melihat foto di ponselnya. Foto Joon Jae kecil dan ibunya yang tadi ia lihat di rumah Joon Jae. Ia membandingkannya dengan foto di kamar Yoo Ran. Ia langsung lemas karena keduanya memang orang yang sama.
Yoo Ran masuk ke kamar dan heran melihat Shi Ah ada di sana. Sh Ah menunjuk foto di samping tempat tidur Yoo Ran dan bertanya apakah itu puteranya. Yoo Ran nampak kurang nyaman membicarakan foto itu tapi ia membenarkan. Shi ah berkata putera Yoo Ran tidak mirip ibunya. Yoo Ran berkata justru orang selalu mengatakan kalau puteranya mirip dirinya.
Shi Ah makin kelihatan menderita. Yoo Ran bertanya ada apa dengan Shi Ah.
“Aku sudah memikirkannya....sampai sekarang, Ahjummoni, Nyonya...bisakah aku memanggilmu Ibu?”
“Kenapa aku jadi ibumu?” tanya Yoo Ran.
Shi Ah berkata Yoo ran memang bukan ibunya tapi seperti ibunya atau bisa menjadi ibunya. Yoo Ran bertanya apa Shi Ah sakit.
“Tidak, aku tadi sepertinya sakit. Sampai sekarang, aku tidak bisa berpikir jernih. Tapi sekarang aku sudah sadar. Tenggorokanku kering, bisakah Ibu mengambilkan air? Tidak..tidak.. Apa Ibu mau segelas air?” Shi Ah berceloteh makin tak jelas.
Yoo Ran berkata ia akan mengambilkan air untuk Shi Ah. Shi Ah menahannya dan berusaha mengatakan sesuatu. Yoo Ran bertanya ada apa. Apa Shi Ah ingin mengatakan sesuatu padanya?
“Nati...nanti...aku akan mengatakannya nanti. Aku sangat minta maaf, Ibu,” kata Shi Ah sambil kabur keluar kamar.
Tak biasanya, Joon Jae naik ke kamar atas menemui Chung. Joon Jae bertanya apa Chung kedinginan. Jika dingin, Chung boleh tidur di bawah.
“Bersamamu?” Chung tertawa dalam hati.
“Aku akan tidur di atas sini.”
Chung langsung berkata kalau di sini tidak dingin. Tapi sebenarnya yang ingin ditanyakan Joon Jae adalah mengapa Dae Young menyiapkan air saat menculik Chung. Chung menatap Joon Jae.
“Ma Dae Young tahu adalah puteri duyung. Ia bilang ia melihatku dalam mimpi dan ingin memastikannya. Tapi Heo Joon Jae, aku tidak mengatakannya padamu,” batin Chung.
Joon Jae berkata Chung tidak perlu mengatakannya jika sulit untuk dikatakan. Dalam hatinya Chung berkata ia takut karena Dae Young mengetahui rahasianya. Mendengar itu, Joon Jae memeluknya.
“Kau tidak perlu takut. Tidak ada yang akan terjadi. Tidak ada yang akan terulang. Apapun yang pernah terjadi sebelumnya tidak akan terjadi kali ini. Aku akan memastikannya,” kata Joon Jae.
Presdir Heo keluar dari kamar mencari Nyonya Kang. Karena kepalanya yang pusing dan penglihatannya yang kabur, ia berjalan pelan-pelan. Ia melihat sosok Nyonya Kang di ujung tangga dan berjalan menghampirinya. Namun saat ia hendak meraih istrinya, Nyonya Kang bergeser. Presdir Heo kehilangan keseimbangan dan berguling ke bawah tangga. Ia tak sadarkan diri.
Chi Hyun baru saja pulang dan terkejut melihat ayahnya. Ia mendongak ke atas dan melihat ibunya hanya melihat tanpa ekspresi. Chi Hyun mengambil ponselnya dan memanggil sekretaris ayahnya.
Presdir Heo dibawa ke rumah sakit. Chi Hyun menemaninya. Meski mengalami pendarahan dalam, dokter berhasil mengoperasinya. Chi Hyun menarik nafas lega. Ia bertanya apakah ayahnya masih bisa beraktivitas seperti biasa. Dokter berkata mereka masih perlu melihat keadaan Presdir Heo setelah sadar.
Perawat keluar dan berkata Presdir Heo mencari Chi Hyun. Chi Hyun cepat-cepat masuk menemui ayahnya. Ia sedih melihat keadaan ayahnya. Presdir Heo setengah sadar menggumamkan sesuatu. Chi Hyun dengan khawatir mendekatkan telinganya ke wajah ayahnya. Namun ia sangat terpukul saat ia dengar ayahnya memanggil nama Joon Jae berkali-kali, bukan namanya.
Ia keluar dengan perasaan tak karuan hingga tak melihat ibunya yang baru saja tiba. Di rumah ia memecahkan bingkai foto dirinya bersama Presdir Heo. Lalu membakar semua fotonya bersama Presdir Heo di halaman.
Joon Jae membaca berkas mengenai Dam Ryeong yang ditinggalkan Shi Ah. Barang-barang Dam Ryeong ditemukan dari kapal karam. Sepertnya Dam Ryeong tewas dalam perjalanan menuju tempat pengasingannya karena perahunya tenggelam. Kemungkinan karena badai. Joon Jae bertanya-tanya apakah Dam Ryeong berhasil melindungi Se Hwa.
Ia membalik berkas itu saat Chung mendekat. Chung berkata hari ini ia menemukan banyak hal dan sekarang ia tahu.
Tahu apa? Ternyata seharian ia berselancar di internet mengenai kiat hubungan pria dan wanita. Ia tak mengerti mengapa wanita harus bersikap mudah tapi sulit. Menerima ajakan kencan tapi menolak sentuhan fisik. Padalah menurutnya sentuhan fisik adalah hal bagus. Menolak ajakan kencan kedua namun menerima kencan ketiga. Untuk apa?
Dan terakhir ia membaca cinta pertama bagi seseorang adalah seperti stempel dari besi yang dibakar lalu ditempelkan ke tubuh. Begitu terkena, tidak akan pernah pergi.
Jadi menurutnya Se Hwa adalah cinta pertama Joon Jae. Joon Jae menyangkal tapi Chung berkata itu tidak apa-apa.
“Karena Se Hwa meninggalkan stempel besar di hatimu, maka kau bermimpi sedih. Tapi aku juga menemukan kalau cinta pertama tidak pernah menjadi kenyataan. Karena itu aku hanya akan membiarkan waktu yang menyembuhkan. Akan menjadi masalah besar jika aku yang menjadi cinta pertamamu. Kita hampir saja tidak berhasil.”
Joon Jae terdiam mendengar kata-kata Chung...karena baginya Chung adalah cinta pertamanya...seperti Se Hwa adalah cinta pertama Dam Ryeong.
Dae Young akhirnya mengangkat telepon Nyonya Kang. Nyonya Kang memarahinya karena hampir tertangkap saat menculik seorang gadis padahal ia menyuruhnya membereskan Joon Jae. Ia juga marah karena Dae Young tidak mengangkat teleponnya.
“Ji Yeon-ah...”
“Sadarlah! Siapa Ji Yeon? Aku adalah Kang Seo Hee.”
Tapi Dae Young tidak peduli dan bercerita kalau ia bermimpi melihat kehidupan sebelumnya. Dalam mimpinya ada Joon Jae juga ada Nyonya Kang, dan wanita itu. Nyonya Kang bertanya apakah wanita itu adalah wanita yang diculik Dae Young.
“Benar, dalam mimpiku wanita itu adalah puteri duyung.”
Nyonya Kang berkata ini karena Dae Young tidak meminum obatnya akhir-akhir ini hingga berdelusi. Dae Young mengakui ia hampir gila karena mimpi itu terlihat begitu nyata.
“Sekarang kita hampir sampai tujuan. Presdir Heo hampir selesai. Kau hanya perlu membereskan Joon Jae. Kita bertiga, kau, aku, dan Chi Hyun bisa hidup bahagia bersama. Kita sudah lama menunggu hari ini. Sadarlah dan minum obatmu! Berhentilah bicara mengenai mimpi aneh itu.”
Dae Young mengiyakan.
Detektif Hong dan partnernya menerima daftar dokter yang merawat Dae Young sejak tahun 2009. Dae Young pergi ke rumah sakit itu beberapa bulan sekali dan ia paling sering menerima perawatan dari satu dokter. Profesor Jin Gyeong Won.
Dan Joon Jae sedang menemui Profesor Jin untuk mengetahui akhir dari kisah Se Hwa dan Dam Ryeong dalam mimpinya. Selama ini ia terkadang masih bermimpi namun tidak utuh. Profesor Jin mengingatkan bahwa melihat akhir mimpi itu mungkin saja bisa menyebabkan trauma serius pada Joon Jae. Apa Joon Jae masih mau melanjutkan? Joon Jae terdiam lalu mengiyakan.
Dae Young berjalan menuju kantor Profesor Jin dan berhenti di depan pintu.
Di dalam, Profesor Jin menghipnotis Joon Jae. Joon Jae bermimpi Dam Ryeong memberikan pesan terakhirnya pada sahabatnya (yeaay...masih hidup^^) sebelum ia pergi ke pengasingan. Entah apa pesannya tapi sahabatnya sangat sedih dan bertanya kapan mereka bisa bertemu lagi.
Dam Ryeong bertanya pada tabib tanggal hari ini. Tanggal 15 Desember. Dam Ryeong ingat catatan sejarah yang dibaca Joon Jae di perpustakaan menyatakan ia meninggal pada tanggal 11 Desember dalam usia 27 tahun. Ia menyadari ia sudah menunda kematiannya.
Ia berkata pada sahabatnya kalau pertemuan mereka kembali sudah ditentukan dan mereka akan bertemu kembali sebagai sahabat.
Rakyat mengantar kepergian Dam Ryeong menuju dermaga. Dam Ryeong sempat melihat anak buah Bangsawan Yang berjalan cepat menyusuri pantai. Pengawal kerajaan sudah menanti untuk mengantarnya (aku sebut Pengawal Hong saja ya, untuk membedakan dengan Detektif Hong di masa modern). Dam Ryeong dan Pengawal Hong tampaknya saling mengenal dan saling menghormati. Pengawal Hong berkata ia hanya melakukan tugasnya.
Anak buah Bangsawan Yang menyalakan lampion dan menerbangkannya ke langit. Lalu Bangsawan Yang dan anak buahnya naik ke perahu. Mereka membawa jala dan senjata.
Se Hwa melihat cahaya dari atas permukaan air. Ia berenang ke arah cahaya tersebut. Mengira Dam Ryeong hendak menemuinya.
Joon Jae bergerak-gerak gelisah sementara Profesor Jin mengawasinya. Dae Young menggerakkan gagang pintu.
Gerhana bulan menutupi langit Joseon. Tapi Dam Ryeong menyadari ada cahaya lain di langit. Ia melihat lampion-lampion yang melayang. Teringat pada anak buah Bangsawan Yang di pinggir pantai, ia menyadari Bangsawan Yang sedang memburu Se Hwa.
Se Hwa hampir naik ke permukaan air ketika ia menyadari bukan Joon Jae yang hendak menemuinya. Ia berenang menjauh, tapi terlambat. Anak buah Bangsawan Yang melepaskan jala untuk menangkap Se Hwa.
Menyadari Se Hwa dalam bahaya, Dam Ryeong meminta Pengawal Hong memutar balik perahu. Ia berkata ada yang harus ia lakukan. Nyawa orang yang paling ia percaya sedang menjadi taruhannya. Pengawal Hong meminta maaf tapi menyatakan hal itu tidak mungkin dilakukan.
Dam Ryeong terpaksa menarik pedang Pengawal Hong dan menghunusnya ke leher Pengawal Hong. Anak buah Pengawal Hong menghunus pedang mereka ke leher Dam Ryeong. Dam Ryeong berjanji akan meneruskan perjalanan setelah melakukan apa yang harus ia lakukan.
“Jika aku tidak bisa melindungi orang itu, tidak ada alasan bagiku untuk hidup..”
Pengawal Hong melihat kesungguhan Dam Ryeong. Ia menyuruh anak buahnya mundur dan berkata Dam Ryeong adalah orang yang menyelamatkan ayahnya dari tuduhan palsu. Ia berkata ia yang akan bertanggungjawab dan menyuruh perahu berbalik arah. Dam Ryeong menurunkan pedangnya dan mengembalikannya pada Pengawal Hong.
Bangsawan Yang kesulitan melihat apakah mereka sudah berhasil menangkap Se Hwa atau belum. Ia memerintahkan anak buahnya menembakkan panah ke dalam air. Meski mati, Se Hwa harus ditangkap. Ia menjanjikan hadiah bagi orang yang bisa menangkap Se Hwa.
Se Hwa berusaha menghindari serbuan panah dan tombak. Tapi akhirnya salah satu panah melesat melukai lengannya. Saat Bangsawan Yang makin gencar menyerang, sebuah panah melesat mengenai anak buahnya. Perahu Dam Ryeong mendekat.
Dam Ryeong menyuruh Bangsawan Yang berhenti tapi Bangsawan Yang berkata Dam Ryeong sekarang ini adalah seorang kriminal jadi ia tidak akan menurutinya. Pengawal Hong juga menegur Bangsawan Yang tapi Bangsawan Yang berkata sah-sah saja seorang nelayan berburu di lautan sebagaimana seorang pemburu berburu di hutan.
Seorang anak buah Dam Ryeong berteriak melihat darah di air. Bangsawan Yang segera memerintahkan untuk menembaki Se Hwa lagi dan menangkapnya. Melihat Se Hwa diburu di hadapannya, Dam Ryeong melompat dari perahu ke perahu Bangsawan Yang dan menyerang mereka.
Tapi jumlah mereka terlalu banyak. Kepalanya dipukul dengan kayu oleh salah satu anak buah Bangsawan Yang. Ia jatuh terduduk dan hampir kehilangan kesadaran. Pengawal Hong ikut melompat dan melawan anak buanh Bangsawan Yang, sementara yang lain terus menembaki Se Hwa. Sebuah obar jatuh dan membakar lantai perahu.
Dam Ryeong melihat Bangsawan Yang memegang tombak dan siap menembakkannya. Dam Ryeong melihat Se Hwa dan berteriak memanggilnya. Bangsawan Yang melemparkan tombaknya ke dalam air.
Se Hwa menoleh. Jlebb!! Tombak itu menembus tubuh Dam Ryeong yang memeluk Se Hwa. Awalnya Se Hwa tidak tahu apa yang terjadi dan memeluk Dam Ryeong. Ia baru sadar setelah melihat ekspresi kesakitan Dam Ryeong dan tombak yang menusuk punggungnya.
Se Hwa menatap Dam Ryeong dan membelai wajahnya. Lambat laun Dam Ryeong memejamkan matanya. Tangannya terkulai.
Se Hwa memeluk Dam Ryeong dengan penuh kesedihan. Lalu ia meraih toombak yang menancap di punggung Dam Ryeong. Dan menariknya....menembus hingga ke tubuhnya sendiri.
Kilas balik pada percakapan Se Hwa dan Dam Ryeong saat mereka masih remaja. Se Hwa berkata dunia mereka berbeda. Dam Ryeong di darat, ia di air. Apakah surga mereka tempat yang sama atau berbeda? Dam Ryeong berkata surga mereka adalah satu tempat karena surga tidak dibedakan darat dan air.
Se Hwa berkata jika mereka bertemu kembali di tempat lain, ia berharap Dam Ryeong tetaplah Dam Ryeong dan ia tetaplah dirinya. Dengan begitu ia bisa mengenali Dam Ryeong. Dam Ryeong berkata itulah yang akan terjadi. Mereka akan menjadi diri mereka masing-masing.
“Apakah kita akan bisa mengingat percakapan kita sekarang?’” tanya Se Hwa.
“Aku berjanji. Jika kita dilahirkan kembali, aku akan mencarimu, menemukanmu dan melindungimu. Aku akan mengingat percakapan kita ini.”
Tubuh Se Hwa dan Dam Ryeong melayang semakin dalam ke dasar laut. Tangan Se Hwa akhirnya terkulai lemas. Gelang Dam Ryeong di tangannya terlepas dan ikut melayang bersama mereka.
Komentar:
Nooo...akhir yang sangat menyedihkan untuk Se Hwa dan Dam Ryeong T_T
Tapi aku sangat suka adegan di dalam air yang terlihat sangat indah sekaligus mengharukan. Lee Min Ho dan Jun Ji Hyun benar-benar total, padahal di sana lagi dingin kan?
Sebenarnya aku berharap bukan hanya Joon Jae yang bisa mengambil pengalaman dari Dam Ryeong, tapi juga sebaliknya. Hanya saja sejauh ini apa yang terjadi di masa lalu juga terulang di masa sekarang, jadi tahu mengenai masa depan maupun masa lalu sejauh ini tidak mengubah takdir yang ada.
Aku tertarik dengan bagaimana Dam Ryeong bisa mengulur waktu kematiannya sampai 4 hari. Apa yang sudah ia lakukan?
Seperti yang kuduga meski sangat kuharapkan tidak terjadi, sisi gelap Chi Hyun menguasai begitu ia mengetahui ayahnya masih mencari Joon Jae. Aku mengerti perasaannya yang begitu ingin diakui dan diterima ayahnya. Tapi bukankah selama ini Presdir Heo memperlakukannya seperti anaknya sendiri? Wajar saja seorang ayah mencari anak kandungnya yang sudah begitu lama tidak ada di sisinya.
Di sisi lain aku merasa Presdir Heo juga yang menyebabkan semua ini terjadi. Satu anak kandung, satu anak tiri. Jika keduanya diperlakukan sama dan tidak dibedakan, mungkin tidak akan terjadi seperti sekarang. Kedua anak itu dipenuhi luka dalam hati mereka karena orangtua mereka. Tapi yah...sulit juga karena Nyonya Kang seorang manipulator dan pembohong handal.
Shi Ah semakin menggali lubangnya sendiri dengan tidak memberitahu Joon Jae kalau ia sudah menemukan ibu kandungnya. Memang ia malu atas sikapnya pada Yoo Ran selama ini, tapi itu tidak membenarkan keputusannya untuk tidak mempertemukan ibu dan anak yang sudah terpisah 10 tahun.
Tapi ya Shi Ah adalah Shi Ah yang selalu mememtingkan dirinya sendiri. Apa ia tidak terpikir betapa marahnya Joon Jae jika sampai tahu Shi Ah menyembunyikan kebenaran mengenai keberadaan ibunya?
komentar mba fanny daebak,,,, !!!!!
BalasHapus