Setelah melihat akhir menyedihkan kehidupan Se Hwa dan Dam Ryeong, Joon Jae tersadar dari hipnotisnya. Ia menangis.
“Pada akhirnya....aku tak bisa melindunginya. Karena aku....”
Joon Jae teringat Se Hwa menarik sendiri tombak yang menusuk tubuh Dan Ryeong hingga menembus ke tubuhnya sendiri. Hatinya sangat sakit mengingatnya. Lalu ia teringat janji yang dibuat Dam Ryeong pada Se Hwa bahwa ia akan mencari Se Hwa, mencintainya dan melindunginya meski ia dilahirkan kembali. Ia berjanji akan ingat pada Se Hwa.
“Setelah mengatakan itu....setelah berjanji seperti itu....aku melupakan semuanya. Meski ia dilahirkan kembali dan mencariku, menemukanku, dna mencintaiku, aku tidak ingat semuanya. Aku hanya membuatnya menangis. Aku tidak bisa melindungi apapun,” Joon Jae terisak.
Di luar, Dae Young membuka pintu sedikit dan melihat Profesor Jin sedang berbicara dengan Joon Jae. Joon Jae menceritakan apa yang ia lihat dalam keadaan terhipnotis tadi. Bagaimana Se Hwa terjaring dalam jala, Dam Ryeong tewas saat berusaha menyelamatkannya, dan Se Hwa memilih mati bersama Dam Ryeong.
Ia bertanya kenapa mereka dilahirkan kembali dan bertemu kembali. Profesor Jin berkata seseorang dilahirkan kembali karena ada impian yang belum tercapai. Entah itu cinta yang tidak terpenuhi, atau keserakahan yang tidak terpuaskan.
“Kenapa takdir buruk berulang?” tanya Joon Jae.
Profesor Jin bertanya mana yang takdir buruk: takdir antara Dam Ryeong dan Bangsawan Yang, ataukah takdir antara Dam Ryeong dan Se Hwa?
“Jika kau tidak mencintainya dan jika ia tidak mencintaimu, maka tidak akan ada akhir yang tragis. Cinta antara kalian berdua yang membuat kalian terbunuh. Apakah ada takdir yang lebih buruk dari itu?”
Joon Jae bertanya apakah semua ini akan berulang. Profesor Jin berkata Joon Jae mungkin bisa menghindari ending yang tragis jika ia mengirim Chung kembali ke asalnya. Tapi Joon Jae tidak sependapat.
“Semua ini berulang bukan sebagai kutukan, tapi sebuah kesempatan. Kesempatan untuk mengubah akhirnya. Pasti ada alasan kenapa aku mengingat semuanya. Kali ini aku akan melindunginya.”
Dae Young mendengar semua itu. Ia tersenyum lalu berbalik pergi.
Joon Jae bergegas pulang dan mencari Chung. Nam Doo berkata Chung baru saja keluar jadi pasti masih ada di sekitar sini. Tanpa berkata apapun Joon Jae langsung keluar. Nam Doo menggerutu pria yang dibutakan seornag gadis pasti menjadi seperti itu, padahal sebelumnya Joon Jae sangat normal.
Chung sedang berusaha mengambil bonek gurita pink dari mesin permainan. Anak-anak tetangga memperhatikannya. Tapi Chung selalu gagal mengeluarkan boneka itu meski sudah berhasil menjepitnya.
Joon Jae menemukannya dan langsung memeluknya. Chung heran dan bertanya apakah Joon Jae bermimpi buruk. Joon Jae berkata ia tidak akan bermimpi buruk lagi. Ia bertanya apakah ada yang ingin Chung lakukan. Ia akan melakukan semuanya.
“Semua?” tanya Chung.
Semua, jawab Joon Jae. Chung bertanya apakah mereka sebaiknya melakukan kegiatan tanpa makna. Joon Jae bingung tak mengerti. Chung menjelaskan ada tiga tingkatan cinta: cinta romantis, cinta panas, dan cinta “kotor”. Mereka akan melakukan cinta romantis.
Joon Jae bertanya apa itu cinta romantis. Bak seorang ahli, Chung menjelaskan cinta romantis itu diisi kegiatan formalitas seperti minum teh, nonton bioskop, makan bersama, even spesial, menyatakan cinta, dll.
“Tapi semua itu mengarah pada cinta kotor. Aku sendiri penasaran apa itu cinta kotor, tapi aku diberitahu bahwa itu hanya untuk yang ahli. Jika kita sembarangan, akhirnya akan kacau balau. Jadi kita harus berhati-hati. Sebaiknya kita menikmati kegiatan formalitas lebih dulu.”
“Baiklah, mari lakukan itu. Apa yang dilakukan orang lain, kita lakukan semuanya.”
Joon Jae menggenggam tangan Chung lalu mengajaknya pergi. Mereka menikmati kencan bersama. Berjalan-jalan, makan saling menyuapi, bermain DDR di pusat permainan (ngga jelas sih mereka injek apa hahaha...tapi yang pasti mereka terus berpegangan tangan^^). Saat melewati permainan tinju, Chung meninju bantalannya hingga mendapat skor 999 (maksimal), dan mesin tersebut berasap. Joon Jae cepat-cepat membawanya kabur.
Mereka menonton bioskop, film Titanic. Para penonton yang lain merasa terganggu karena Chung menangis tersedu-sedu melihat adegan sedih. Tapi berkah bagi ahjumma yang membersihkan karena ia menemukan butiran-butiran mutiara di lantai setelah bioskop kosong.
Kencan mereka berlanjut di kedai kopi. Joon Jae menjadi serius. Ia berkata ia hanya berandai-andai jadi Chung tidak perlu terlalu serius dan jawab dengan cepat.
Ia menyebutkan adegan film Titanic saat Jack menyelamatkan Rose dengan memberinya papan kayu agar tetap terapung, namun pada akhirnya Jack sendiri mati kedinginan dan tenggelam. Chung ingat adegan tersebut.
“Tidak mungkin hal itu terjadi tapi jika aku mati seperti itu, apa yang akan kaulakukan?”
“Aku akan ikut denganmu,” jawab Chung tenang.
Joon Jae tak menyangka jawaban secepat itu dan bertanya apa Chung gila. Ia berkata Chung harus memikirkannya dulu sebelum memberi jawaban. Chung mengingatkan Joon Jae yang menyuruhnya langsung menjawab tanpa berpikir.
“Tapi tetap saja, siapa yang akan menjawab seperti itu seakan diajak ke supermarket?” kata Joon Jae gusar.
“Jika kau hidup, aku harus hidup bersamamu. Jika kau mati, aku harus mati bersamamu.”
Joon Jae bertanya apa Chung bodoh. Lalu apa arti kematian Jack? Jack mengorbankan diri demi Rose. Jack meminta Rose berjanji untuk tetap hidup dan tidak menyerah, bertahan hidup dan menemukan orang yang baik dan hidup sampai tua dengan bahagia. (Jika Rose memilih mati dengan Jack maka pengorbanan Jack sia-sia)
Tapi Chung balik bertanya apakah Joon Jae akan mencari orang lain dan hidup bahagia jika ia tak ada lagi di dunia ini. Joon Jae terdiam sejenak lalu menjawab ia akan melakukannya.
“Jadi kau juga lakukan hal yang sama. Jika..jika terjadi sesuatu padaku, kau harus hidup dengan baik. Jangan menyerah. Milikilah hal yang baik, hal yang indah,” kata Joon Jae serius.
Chung tidak suka dengan keseriusan Joon Jae membicarakan hal tersebut padahal tadi Joon Jae hanya berandai-andai. Ia bertanya apakah akan terjadi sesuatu pada Joon Jae
“Sudah kubilang, hanya berandai-andai. Berjanjilah padaku. Jika terjadi sesuatu, kau tidak akan berpikir yang bukan-bukan. Kau harus hidup dengan baik sampai akhir.”
“Aku tidak bisa. Aku merasa jika aku berjanji, sesuatu yang buruk benar-benar akan terjadi.”
Joon Jae berkata ini hanya berandai-andai. Chung tidak peduli, pokoknya ia tidak suka dan ia tidak akan berjanji. Keduanya berkeras hingga saling meninggikan suara.
Kencan hari itu berakhir dengan pertengkaran dan kebisuan di antara keduanya. Joon Jae tak lagi menggenggam tangan Chung dan tak mau bicara dengannya sebelum Chung berjanji padanya. Chung jadi kesal kenapa ia harus membuat janji seperti itu.
“Jangan bicara padaku. Aku juga tidak akan bicara padamu,” ujarnya.
Keduanya kembali ke rumah dengan mood buruk. Joon Jae langsung menyuruh Tae Oh mengikutinya ke ruangan lain. Nam Doo bisa merasakan ketegangan tak biasa di antara Joon Jae dan Chung, dia bertanya apa mereka bertengkar.
Chung mengeluh Joon Jae terus menerus mengatakan hal yang aneh. Menyuruhnya hidup dengan baik jika terjadi sesuatu pada Joon Jae. Bukankah itu aneh? Tanyanya.
Nam Doo mengangguk. Ia berkata sudah tiba saatnya. Ia berkata Joon Jae mulai bosan. Waktu untuk cinta hanyalah 3 bulan dan mereka sudah bersama selama 3 bulan. Ia berkata Chung harus bisa melewati pertengkaran ini atau kereta cepat menuju putusnya hubungan mereka.
Chung berkata Joon Jae bukan orang seperti itu. Tapi Nam Doo berkeras itulah Joon Jae. Ia sudah mengenalnya selama 10 tahun dan Joon Jae tidak pernah berpacaran lebih dari 3 bulan. Semuanya putus sebelum 3 bulan. Chung kesal mendengar itu. Ia berjalan ke kamar sambil sengaja mengibaskan jaketnya ke wajah Nam Doo.
Joon Jae menyuruh Tae Oh meningkatkan keamanan rumah mereka semaksimal mungkin. Ia ingin bisa memonitor semua tempat dalam radius 100 meter setiap waktu. Jika ada usaha pembobolan dari luar, ia harus diberitahu saat itu juga. Tae Oh bertanya apakah ini karena Ma Dae Young. Joon Jae terdiam.
Dae Young menemui Profesor Jin. Profesor Jin nampak kaget melihat Dae Young. Dae Young berkata sudah 9 bulan mereka tidak bertemu. Dan ia tahu Joon Jae datang ke tempat ini.
“Jangan berpikir untuk berbohong karena aku sudah melihat semuanya.”
Ia duduk di bangku dan meminta Profesor Jin menghipnotisnya seperti tadi ia menghipnotis Joon Jae. Ia juga ingin melihat akhir dari mimpinya.
“Kurasa aku perlu tahu agar aku tahu kenapa hidupku seperti ini. Sejak aku dilahirkan, aku selalu merasa aku sedang dihukum. Aku ingin bertanya mengapa hidupku seperti ini. Aku tidak tahu kenapa tapi kurasa jawabannya ada pada kehidupan tersebut.”
Profesor Jin menghipnotis Dae Young. Pada saat tersadar Dae Young nampak terkejut.
“Bukan aku....bukan aku....” ujarnya.
“Lalu siapa? Siapa yang membunuh mereka?” tanya Profesor Jin.
Chi Hyun dengan gaya rambut barunya memimpin rapat direksi perusahaan Presdir Heo. Ia mengumumkan untuk selanjutnya ia yang memegang kekuasaan akhir setiap pengambilan keputusan. Ada beberapa direktur yang nampak ragu dan menanyakan apakah Presdir Heo sangat sakit.
Chi Hyun berkata ayahnya sedang bepergian untuk rileks dan memulihkan diri. Setelah ayahnya kembali, ayahnya ingin mundur dari pekerjaan. Ia berkata mereka bisa menyampaikan padanya apa yang mereka ingin sampaikan pada Presdir Heo.
Seorang direktur berkata tetap saja ada hal yang harus dilaporkan langsung pada Presdir Heo.
“Kenapa?” tanya Chi Hyun sambil menatapnya tajam. “Apa kau takut aku akan mengubah sesuatu? Kau tidak bisa mempercayaiku? Jika kalian berada di pihak ayahku dan tidak bisa bekerja di bawahku, kalian bisa pergi sekarang.”
Para direktur terpaksa diam. Chi Hyun berkata ia akan menganggap semuanya setuju.
Presdir Heo bangun dan melihat Chi Hyun sedang menungguinya. Chi Hyun memberitahunya kalau ia sudah bertemu dengan dokter dan hasilnya bagus. Ia menasihati agar Presdir Heo beristirahat beberapa hari lagi dan dirawat di rumah. Presdir Heo mengeluh penglihatannya semakin memburuk.
Chi Hyun beralasan Presdir Heo baru dioperasi untuk pendarahan di kepala jadi matanya tidak bisa cepat dioperasi. Ia berkata Presdir Heo harus minum obat dan berhati-hati agar tidak tambah parah. Presdir Heo mengangguk menurut.
Ia lalu menanyakan apakah Chi Hyun bisa menghubungi Joon Jae. Chi Hyun berbohong ia langsung menghubungi Joon Jae begitu Presdir Heo jatuh. Tapi sepertinya Joon Jae sibuk.
“Aku yakin ia akan segera datang. Aku akan menghubunginya lagi.”
Joon Jae dan Chung masih perang dingin. Tapi Joon Jae bisa mendengar Chung mengata-ngatainya dalam pikirannya.
“Dasar berpikiran pendek! Ia merajuk mengenai masalah itu dan tidak mau bicara denganku? Aku pasti dibutakan cinta. Aku sangat naif. Aku hidup dalam air seumur hidupku dan naik ke darat untuk pertama kalinya. Jadi aku tahu apa? Satu-satunya pria yang pernah kutemui adalah Heo Joon Jae. Jadi kukira ia yang terbaik.
Seharusnya ia memberitahuku kalau Seoul itu sangat jauh. Ia terbang dengan pesawat sementara aku berenang jauh-jauh ke sini selama 2 bulan 10 hari hanya karena dirinya hingga kukira tulang ekorku akan copot. Kenapa ia menyuruhku membuat janji yang tak masuk akal seperti itu?”
Joon Jae tak tahan lagi dan menyuruh Chung berhenti. Chung bingung, karena ia hanya mengomel dalam hatinya. Joon Jae berkata Chung pasti sedang mengata-ngatainya saat ini.
“Heol...bagaimana ia bisa tahu? Ia benar-benar peka akan apa yang terjadi. Tadinya kukira Heo Joon Jae pria tertampan di dunia ini, tapi ternyata begitu banyak pria tampan di TV. Apa ia pikir cuma ia yang tampan? Ia terkena sindrom Pangeran dan berpikir semua orang tertarik padanya!” Chung mengomel lagi dalam hati.
“Hei!!!” protes Jaon Jae.
“Kenapa?!!” Chung balas berteriak.
Nam Doo keluar menengahi dan menyarankan mereka untuk putus jika tidak cocok. Joon Jae melarang Chung keluar rumah tapi Chung berkata ia sudah ada janji. Joon Jae bertanya Chung hendak bertemu siapa, Chung bertanya balik siapa yang Joon Jae temui.
“Lihat, kau tak bisa memberitahuku, kan?” kata Chung cemberut.
“Benar, harus adil,” Nam Doo mengompori.
Joon Jae menyuruh Nam Doo menemani Chung. Nam Doo tidak mau. Chung juga tidak mau. Joon Jae menarik nafas kesal dan berkata terserah Chung saja.
Setelah Joon Jae pergi, Nam Doo memuji Joon Jae. Ia berkata Joon Jae sekarang bertemu dengan “Mimi” dan hampir menjadi sama mimi-nya. Apa itu Mimi, tanya Chung.
“Gila penderitaan...orang yang senang pada obsesi dan keterikatan.”
Chung berkata ia tidak keberatan dengan obsesi dan keterikatan. Malah ia menyukainya. Nam Doo berkata justru karena Chung seperti itu maka Joon Jae jadi bosan. Ia menyemangati Chung agar tetap kuat.
Joon Jae pergi menjenguk Manajer Nam. Manajer Nam dalam keadaan sadar tapi masih tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Joon Jae menceritakan kalau dalam kehidupan mereka dahulu Manajer Nam adalah sahabatnya yang selalu berada di sisinya. Dalam kehidupan sekarang, Manajer Nam lahir lebih awal dan selalu berada di sisinya sejak ia kecil.
“Aku akan menemukan orang yang membuat Paman menjadi seperti ini.”
Ia memperlihatkan foto Dae Young dan meminta Manajer Nam memejamkan mata dua kali jika Dae Young pelakunya. Manajer Nam memejamkan mata dua kali. Joon Jae bertanya apakah Manajer Nam menduga ada orang dalam yang terhubung dengan Dae Young. Manajer Nam kembali memejamkan mata dua kali.
Namun Joon Jae tak sempat bertanya lebih banyak karena seseorang memanggilnya. Chi Hyun.
Mereka berbicara empat mata. Chi Hyun berkata ia sangat mabuk ketika menelepon Joon Jae terakhir kali. Tapi Joon Jae tidak percaya Chi Hyun mengatakan hal semacam itu dalam keadaan mabuk berat. Chi Hyun pura-pura tidak ingat apa yang sudah ia katakan.
Joon Jae menanyakan kesehatan ayahnya. Chi Hyun berbohong Presdir Heo sudah membaik. Ia berkata Presdir Heo menyerahkan seluruh pekerjaan padanya dan bepergian dengan teman-temannya.
“Juga kau akan tahu cepat atau lambat. Ayah sudah mengesahkan surat wasiatnya. Dia memberikan hampir semua asetnya padaku dan ibu. Aku sudah memintanya berpikir ulang berkali-kali. Hatinya pasti hancur saat terakhir bertemu denganmu.”
Tapi Joon Jae sama sekali tidak terpengaruh dengan kata-kata Chi Hyun. Ia malah tersenyum dan bertanya sejak kapan Chi Hyun seramah ini.
“Aku akan membenci ayahku dengan caraku sendiri. Kau tidak perlu memanas-manasiku untuk membencinya. Jika kau terus seperti ini, kau malah terlihat memiliki maksud tersembunyi.”
Joon Jae bangkit berdiri dan berbalik pergi. Ia berhenti saat Chi Hyun menanyakan perihal Chung. Joon Jae nampak gusar dan bertanya untuk apa Chi Hyun bertanya. Chi Hyun berkata ia sesekali memikirkan Chung jadi ia berpikir apakah Chung baik-baik saja. Ia menitipkan salam. Melihat Joon Jae kesal, Chi Hyun berkata tidak usah jika Joon Jae tidak mau. Ia menepuk pundak Joon Jae lalu pergi.
Shi Ah sangat galau. Ia mengetik pesan pada Joon Jae untuk memberitahu kalau pembantu di rumahnya adalah ibunya. Tapi ia tidak sanggup mengirim pesan tersebut.
Yoo Ran masuk membawakan makanan karena Shi Ah tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Shi Ah cepat-cepat berdiri dengan sopan. Ia menyesal telah membuat Yoo Ran bekerja lebih keras karena ia sakit.
Yoo Ran meminta Shi Ah memanggilnya jika sudah selesai makan, ia akan membereskan peralatan makannya.
“Astaga, aku kan punya tangan dan kaki. Mana berani aku memanggil. Setelah aku selesai, aku akan membereskannya sendiri. Jangan khawatirkan aku.”
Yoo Ran tidak mau berdebat dan berbalik pergi. Shi Ah tiba-tiba memeluknya dari belakang. Yoo Ran terkejut dan bertanya kenapa Shi Ah melakukannya. Shi Ah berkata ia ingin melakukannya satu kali saja. Yoo Ran meminta maaf, dengan jujur ia berkata ia merasa sedikit tak nyaman dipeluk seperti itu. Shi Ah cepat-cepat melepaskan pelukannya dna meminta maaf.
Yoo Ran memberitahu Jin Joo kalau Shi Ah sepertinya sangat sakit karena tingkahnya jauh dari normal, sangat aneh. Jin Joo malah berkata Shi Ah memang tidak pernah normal. Ia kembali sibuk berusaha menelepon Nyonya Kang.
Mendengar nama Nyonya Kang, Yoo Ran memberanikan diri untuk bertanya pada Jin Joo apa yang terjadi pada putera kandung Presdir Heo. Jin Joo heran kenapa Yoo Ran ingin tahu, tapi ia memberitahu kalau saat ini yang mengurus semua bisnis Presdir Heo adalah putera yang dibawa Nyonya Kang.
“Anak kandungnya melarikan diri dari rumah 10 tahun lalu dan tidak ada yang tahu di mana dia sekarang.”
Yoo Ran shock. Ia baru tahu kalau Joon Jae melarikan diri, bukan sekolah ke luar negeri.
“Sekolah ke luar negeri? Kurasa tidak. Aku jelas mendengar kalau ia melarikan diri dari sumah saat masih SMA. Jika seperti ini, putera Kang Seo Hee yang akan mendapat semua warisan. Hanya orang asing yang mendapat keuntungan dari bisnisnya. Presdir Heo tidak terlalu pintar,” kata Jin Joo. “Ayah macam apa dia? Kenapa ia mencampakkan putera kandungnya sendiri dan mengurus anak orang lain? Meski dia mabuk kepayang oleh wanita itu, bagaimana ia bisa melakukannya?”
Yoo Ran sangat terguncang mendengarnya. Ia meminta ijin untuk keluar sebentar. Tapi Jin Joo tidak mengijinkan karena sebentar lagi waktu anak-anak pulang sekolah. Untunglah Shi Ah turun dan menyuruh Yoo Ran pergi. Ia yang akan mengurus keponakan-keponakannya. Jin Joo mengomel Yoo Ran bertingkah karena mau berhenti kerja.
“Kumohon, Kak! Dia pasti ada urusan penting. Dan lagi bagaimana bisa kakak menyebutnya ahjumma? Siapa yang menyebut pembantu rumah tangga dengan sebutan ahjumma akhir-akhir ini? Trend sekarang adalah Eomonim (ibu/ibu mertua).”
Jin Joo berkata perbedaan usianya dengan Yoo Ran tidak terlalu jauh untuk disebut ibu. Shi Ah berkata ibu adalah orang yang hidup bersama dengan mereka dan makan bersama mereka.
“Ia menyiapkan makananmu, bahkan mencuci pakaianku. AAAHHH!!Aku bahkan membiarkan ibu mencuci pakaian dalamku!!!” seru Shi Ah horror.
Yoo Ran berdiri di depan rumah mantan suaminya. Ingatannya melayang belasan tahun lalu ketika ia meninggalkan rumah itu, bersamaan dengan kedatangan Nyonya Kang dan Chi Hyun. Nyonya Kang menyuruh Chi Hyun masuk lebih dulu.
Lalu ia berkata kalau ia sengaja datang terlambat agar tiba setelah Yoo Ran pergi. Yoo Ran bertanya apa Nyonya Kang bahagia. Nyonya Kang minta maaf, meski Yoo Ran mungkin tak percaya, tapi ia tidak sengaja melakukannya. Tidak sengaja menggoda suami orang???
“Benarkah? Aku percaya. Aku harus percaya. Kau harus membesarkan Joon Jae-ku sekarang. Aku berharap kau orang baik lebih dari siapapun.”
“Benar. Aku yakin suamiku sudah memberitahumu, tolong jangan memperlihatkan diri sampai Joon Jae dewasa agar ia terbiasa dengan keluarga barunya.” Nyonya Kang menggenggam tangan Yoo Ran dan memintanya jangan khawatir karena ia akan mencintai dan membesarkan Joon Jae lebih dari puteranya sendiri.
Yoo Ran menekan bel pintu rumah itu. Meski tak suka, Nyonya Kang membiarkan Yoo Ran masuk. Lalu ia pura-pura menyambut Yoo Ran dengan ramah. Tanpa basa basi Yoo Ran bertanya di mana Joon Jae.
“Kenapa kau menanyakan padaku di mana puteramu? Dia kan puteramu. Sepertinya kau datang karena tahu puteramu tidak ada di rumah ini. Jadi kenapa kau menanyakannya? Aku tidak pernah mengusirnya. Ia yang pergi sendiri. Suamiku juga tidak benar-benar berusaha mencarinya. Kukira kalian saling menghubungi, tapi kelihatannya tidak.”
“Kaubilang kau akan membesarkannya dengan baik,” kata Yoo Ran.
Nyonya Kang berkata ia memang akan melakukannya tapi apa mau dikata jika Joon Jae pergi. Yoo Ran bertanya inikah sebabnya Nyonya Kang tidak mengijinkan mereka bertemu. Untuk memiliki semua yang dimilikinya: puteranya, suaminya, posisinya?
“Kau ini benar-benar lucu!” Nyonya Kang tersenyum sinis. “Hai, jangan pura-pura baik. Kau yang menyerah. Kalau aku, aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan pergi meninggalkan puteraku. Hanya karena aku bilang kalian jangan bertemu, kau benar-benar tidak menemuinya? Apa kau bodoh?”
Ia menyuruh Yoo Ran pergi karena ia sangat lelah.
“Kang Ji Yeon!”
“Namaku Kang Seo Hee.”
“Bukan, namamu Kang Ji Yeon. Aku akan menemukan puteraku dan mengembalikan dia ke tempatnya. Kau juga akan kukembalikan ke tempat asalmu,” ujar Yoo Ran.
Lalu ia pergi. Meski kelihatannya tak takut, Nyonya Kang gentar juga dan menelepon seseorang.
Yoo Ran berjalan lunglai tak tahu apa yang harus ia lakukan. Sebuah mobil hampir menyerempetnya kalau saja Chung tidak muncul menarik Yoo Ran. Yoo Ran terkejut melihat Chung.
Chung menasihati Yoo Ran agar berhati-hati. Pria yang ia sukai menyuruhnya memperhatikan mobil yang datang dan tidak melamun. Ia mengingatkan janji mereka untuk pergi belanja bersama. Yoo Ran baru ingat dan bertanya apa Chung sudah menunggu lama. Chung menggandeng Yoo Ran dan berkata tidak apa-apa karena hanya ini jadwalnya hari ini. Mereka berjalan bersama.
Mobil yang tadi hampir menabrak Yoo Ran berjalan mundur dan membuka jendela untuk melihat mereka. Apa ia tertarik pada kecantikan Chung atau ia seorang yang disuruh oleh Nyonya Kang? Tiba-tiba muncul Tae Oh hendak memotret orang itu. Orang itu cepat-cepat kabur.
Kenapa Tae Oh ada di sana? Karena Joon Jae memintanya untuk diam-diam mengikuti Chung. Tae Oh kesenangan diberi tugas seperti itu.
“Kau! Jangan biarkan telingamu jadi merah!” ujar Joon Jae.
Saat berbelanja, Yoo Ran memberitahu Chung cara membedakan ikan segar. Chung berkata ikan-ikan di supermarket itu tidak segar. Ia belum menemukan ikan segar sejak tinggal di sini. Yoo Ran berkata Chung pasti tinggal di tempat banyak ikan. Di dekat laut? Chung berkata kurang lebih seperti itu tapi di sini banyak makanan enak jadi tidak apa-apa.
Ia mengajak Yoo Ran makan es krim sebelum pulang. Yoo Ran berkata tadi ia sangat tertekan tapi ia merasa lebih baik setelah bertemu Chung. Mereka berjalan bergandengan menuju kasir. Duh calon mertua dan calon menantu nih^^
Tae Oh diam-diam memotret mereka lalu mengirimnya pada Joon Jae. Sayangnya pada foto itu tidak terlihat wajah Yoo Ran. Tapi Joon Jae merasa familiar dengan sosok tersebut. Setidaknya tidak bertemu pria lain, kan?
Joon Jae sedang di kantor polisi menemui Mimi alias Detektif Hong. Detektif Hong memperlihatkan laporan psikologis Dae Young. Ia bertanya apa Joon Jae pernah mendengar tentang seorang wanita bernama Kang Ji Yeon. Joon Jae tidak pernah mendengarnya.
Detektif Hong berkata Kang Ji Yeon adalah satu-satunya wanita yang terlibat dengan Dae Young tapi mereka tidak bisa menemukannya. Mereka menduga keduanya memiliki seorang anak. Joon Jae menduga wanita itu atau anak mereka bisa saja membantu Dae Young melarikan diri.
Ia meminta Detektif Hong menyerahkan data tersebut padanya. Ia berkata Nam Doo lebih pandai mencari orang daripada polisi. Detektif Hong hampir menjitak Joon Jae dan menggerutu.
Joon Jae teringat di kehidupan dahulu Detektif Hong sangat baik padanya. Ia menepuk tangan Detektif Hong dan tersenyum.
“Detektif Hong adalah orang yang lebih baik dari yang kaukira,” katanya.
“Apa kau sudah gila? Memangnya aku temanmu,” omel Mimi.
Joon Jae melihat laporan medis Dae Young dan tertegun saat mengenal nama Profesor Jin. Mereka pun pergi menemui Profesor Jin. Profesor mengakui Dae Young adalah pasiennya dan terkadang datang untuk dirawat karena menderita pengendalian amarah dan depresi.
Detektif Hong bertanya apakah Dae Young datang menemuinya akhir-akhir ini. Tidak, jawab Profesor Jin. Tapi Joon Jae mengetahui Profesor Jin berbohong karena ia melihat jari profesor mengetuk-ngetuk kakinya.
Chung mengantar Yoo Ran ke rumah Shi Ah, yang adalah rumah Jin Joo. Chung menyadari kepanikan Joon Jae dan Nam Doo waktu itu karena mereka baru tahu kalau itu rumah Shi Ah.
Yoo Ran masuk ke rumah sementara Chung berjalan pergi. Tae Oh memotret Yoo Ran yang hendak masuk ke rumah. Err...kenapa dipotret ya, kan dia tahu kalau itu rumah Shi Ah...
Ia hendak menyusul Chung ketika tiba-tiba Shi Ah berdiri di depannya.
“Noona, bukan begitu...” katanya cepat.
“Apanya yang bukan begitu?” tuntut Shi Ah.
“Apapun yang Kakak pikirkan, bukan seperti itu.” Ia cepat-cepat pergi karena Chung makin jauh.
Tapi Shi Ah menahannya. Ia berkata Tae Oh benar-benar parah.
“Apa yang akan kaulakukan dengan foto pintu rumahku? Kau ingin merasakan kehadiranku sampai sejauh itu? Aku juga hampir gila. Kepalaku hampir meledak karena masalahku sendiri. Kenyataannya tidak ada ruang untukmu dalam hatiku.”
“Benar-benar tidak apa-apa jika tidak ada ruang,” gumam Tae Oh pelan.
Ia melihat Chung tidak terlihat lagi dan berlari menyusul dengan panik. Shi Ah mengira Tae Oh kabur karena ditegur olehnya.
Chung tiba di dekat rumah. Ia mengangkat teleponnya dengan gembira, mengira Joon Jae yang menelepon. Tapi ternyata Chi Hyun yang menelepon dan Chi Hyun ada di depan rumah Joon Jae. Chi Hyun senang melihat Chung dan membawakan tas belanjaannya.
Joon Jae dan Detektif Hong keluar dari ruangan Profesor Jin. Joon Jae menyuruh Detektif Heo keluar duluan dan menunggunya karena ada hal lain yang hendak ia tanyakan pada profesor.
Ia masuk kembali seorang diri dan profesor mengaku Dae Young datang menemuinya kemarin. Joon Jae bertanya kenapa ia datang. Profesor menjawab Dae Young tidak bisa mengendalikan kecenderungannya untuk melakukan kekerasan jika tidak minum obat.
Joon Jae berkata Dae Young di kehidupan dahulu adalah orang yang membunuh Dam Ryeong dan Se Hwa. Dan sekarang Dae Young juga mengejar mereka. Profesor Jin memberitahu Joon Jae kalau Dae Young juga melihat akhir dari dirinya kemarin.
“Dan ia berkata: bukan aku...bukan aku....”
Joon Jae terkejut. Jika bukan Dae Young, lalu siapa? Profesor Jin berkata Dae Young tidak memberitahunya jadi ia juga tidak tahu. Sekali lagi ia menasihati kalau takdir tidak bisa diubah semudah itu dan menyarankan agar Joon Jae mengembalikan Chung ke tempat asalnya.
Joon Jae bertanya apakah Dae Young akan kembali menemui Profesor Jin. Profesor berkata Dae Young akan datang kembali untuk mengambil obatnya. Joon Jae meminta Profesor memberitahunya jika Dae Young kembali. Profesor mengiyakan.
Joon Jae menerima pesan dari Tae Oh kalau ia kehilangan jejak Chung. Ia diantar Detektif Hong mencari Chung. Saking paniknya ia terus menyuruh Detektif Hong untuk cepat. Detektif Hong ikut panik karena ia sudah melanggar lampu lalu lintas dua kali. Joon Jae berkata Detektif Hong yang bertanggungjawab jika Chung bertemu Dae Young. Ia berusaha menelepon Chung tapi tidak diangkat.
Ponsel Chung dimatikan oleh Chi Hyun saat Chung pergi ke toilet. Chung sama sekali tidak tahu Joon Jae mencarinya. Ia ikut dengan Chi Hyun karena Chi Hyun menraktirnya makan.
Chung kembali ke meja tepat saat makanan disajikan. Ia bertanya Chi Hyun memilih “disiram” (saus disiram ke daging) atau “dicelup” (daging dicelup dalam saus). Awalnya Chi Hyun tidak mengerti dan ia takut salah menjawab. Akhirnya ia menjawab “dicelup”.
Chung berkata ia juga memilih dicelup (Chi Hyun tersenyum lega) tapi Joon Jae lebih suka disiram hingga mereka selalu bertengkar saat makan. Mendengar nama Joon Jae, Chi Hyun terlihat sedikit kecewa. Ia bertanya sudah berapa lama Chung tinggal bersama Joon Jae. Tiga bulan, jawab Chung.
Chi Hyun bertanya apa mereka hanya berdua. Ia menghela nafas lega saat mendengar jawaban Chung kalau mereka juga tinggal bersama teman-teman Joon Jae.
Dae Young kembali mengingat akhir dari mimpinya yang dilihatnya saat dihipnotis Profesor Jin. Bangsawan Yang melihat Se Hwa di dalam air lalu melemparkan tombaknya sekuat tenaga. Dam Ryeong beteriak lalu menceburkan diri ke dalam air. Seorang di dalam perahu melemparkan tombak.
Tombak kedua itulah yang menusuk Dam Ryeong dan akhirnya menyebabkan kematian Se Hwa dan Dam Ryeong. Siapa pelemparnya? Wajahnya samar-samar, tapi ia mengenakan cincin logam. Dari posturnya....banyak yang menebak Chi Hyun atau Nam Doo, tapi lebih banyak yang menduga itu Chi Hyun...aku juga sih >,<
Masalahnya apakah Dae Young tahu siapa sebenarnya si pelempar tombak itu?
Joon Jae tiba di depan rumah bertepatan dengan Chi Hyun dan Chung. Chi Hyun menyapa dengan ramah. Joon Jae menghampiri mereka dengan raut tak senang. Ia merebut belanjaan Chung yang dibawa Chi Hyun.
“Terima kasih sudah membawakannya untuknya, tapi kau tak perlu melakukannya lagi.”
Ia menarik Chung masuk ke dalam. Chung sempat mengucapkan selamat tinggal pada Chi Hyun. Setelah keduanya masuk, Chi Hyun tersenyum lalu pergi.
Chung bertanya apa Joon Jae sedang marah padanya. Joon Jae menatapnya tanpa bicara lalu masuk ke dalam. Nam Doo diam-diam tersenyum. Ia bertanya kenapa mereka berdua bertengkar tiap hari. Chung berkata ia bertemu kakak Joon Jae hari ini dan entah kenapa jadi Joon Jae jadi seperti itu.
“Jika seorang pria marah saat pacarnya menemui keluarganya, itu artinya ia tidak bermaksud untuk melanjutkan hubungan dengannya,” kata Nam Doo.
Tapi lalu ia tersadar. Chung bertemu kakak Joon Jae? Bagaimana bisa? Chung berkata ia diajak makan oleh kakak Joon Jae. Nam Doo berkata ia kira Joon Jae tidak berhubungan lagi dengan keluarganya dan ia tidak pernah diperkenalkan pada mereka.
“Kau diperkenalkan pada mereka?” tanyanya iri.
“Iya, sudah lama.”
Setelah berganti pakaian, Chung naik ke kamarnya dan merasa jantungnya tiba-tiba sakit. Ia bertanya-tanya dalam hatinya apakah karena ia sudah terlalu lama tidak masuk dalam air. Joon Jae kebetulan mendengar suara hati Chung.
Keesokan harinya Joon Jae memastikan sistem keamanan rumah sudah diperketat oleh Tae Oh. Tae Oh berkata sistem itu tidak bisa diretas kecuali oleh orang yang lebih ahli dari padanya. Joon Jae percaya pada kemampuan Tae Oh.
Ia menyuruh Tae Oh dan Nam Do keluar rumah hari ini dan tidak pulang sampai malam. Alasannya tetap sama. Ia adalah pemilik rumah jadi mereka harus menurut pada perintahnya. Nam Doo protes ke mana mereka harus pergi di cuaca dingin seperti ini. Apalagi mereka tidak punya pekerjaan.
Tapi Joon Jae tidak peduli. Begitu Chung keluar dari kamar, ia mengumumkan tidak ada seorangpun yang kembali ke rumah hingga malam. Bahkan ia menarik paksa Tae Oh dan Nam Doo keluar.
Nam Doo keluar belakangan. Tapi kemudian ia menoleh ke arah rumah dan terlihat curiga.
Chung memutuskan menikmati air sepuasnya karena tidak ada orang di rumah. Saat ia berhenti di ujung kolam, ia mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Nam Doo sedang mengamatinya.
Nam Doo tidak bisa melihat ekor Chung dari tempatnya berdiri. Ia berjalan mendekat dan bertanya kenapa Chung berenang di musim dingin. Kakinya terantuk bangku. Ia mengaduh kesakitan dan menoleh. Barulah ia melihat wujud Chung yang sebenarnya.
Ia terkejut. Namun ia mengira Chung akan bekerja sebagai puteri duyung di wahana akuarium.
“Kau benar-benar lucu....untuk sesaat kukira kau adalah put... Ah, apa yang kubicarakan ini? Aku minta maaf. Aku terlalu banyak menonton drama Amerika. Itu benar-benar seperti sungguhan hingga aku berpikir hal yang tak masuk akal.”
Tapi ia terdiam saat mengingat jawaban aneh Chung ketika ditanyai asal-usulnya. Juga kemampuannya yang luar biasa untuk menyembuhkan diri. Dan mutiara yang dimiliki Chung.
“Tidak mungkin....” gumamnya.
Chung meminta Nam Doo mengambilkan kimononya. Nam Doo memberinya dengan hati-hati. Ia terkejut saat melihat ekor Chung berubah menjadi kaki ketika naik dari kolam. Tanpa sadar ia berjalan mundur saat Chung mendekatinya. Ia berceloteh panik tak jelas.
Chung bertanya apa Nam Doo akan memberitahu Joon Jae. Nam Doo berkata ia tidak tahu. Tergantung bagaimana jawaban Chung atas pertanyaanya. Ia terlihat takut pada Chung saat Chung mendekatinya. Ia bertanya apakah Chung menjadi puteri duyung dalam air dan menjadi manusia jika di luar air. Chung mengiyakan.
“Jadi mutiara itu? Seperti dalam dongeng, berasal dari air matamu?”
Chung membenarkan.
“Menangislah! Menangislah!” kata Nam Doo bersemangat. Ia ingin melihat apakah air mata Chung benar-benar berubah menjadi mutiara. Whaaat? Menyuruh seorang wanita menangis? *pengen geplak*
Chung nampak kecewa dengan reaksi Nam Doo. Nam Doo berkata Chung tidak perlu menangis sekarang, Chung bisa menangis pelan-pelan mulai sekarang. Ia terlihat seperti mendapatkan lotere.
Chung berkata ia sudah menjawab dengan baik, jadi Nam Doo tidak akan memberitahu Joon Jae kan? Nam Doo berkata untuk apa ia merahasiakannya dari Joon Jae. Ini adalah hal yang menakjubkan.
“Kita duduk di tumpukan uang!”
“Aku tidak suka tumpukan uang,” kata Chung.
Nam Doo memiliki ide untuk pergi ke Las Vegas bersama-sama mengadakan pertunjukan puteri duyung dan mengadakan tur keliling dunia.
“Apa kau akan menjualku, Jo Nam Doo?” Chung mulai marah.
Nam Doo berkilah ia hanya memberi Chung pekerjaan. Ia tidak akan melaporkan Chung pada pihak berwajib dan mereka bisa bekerja di luar negeri. Chung terdiam sesaat lalu tersenyum manis.
“Baiklah,” katanya sambil mengulurkan tangan untuk salaman.
Nam Doo masih merasa ragu untuk menyambut uluran tangan Chung. Tapi akhirnya ia menyalami Chung. Dalam sekejap, ingatannya mengenai puteri duyung Chung lenyap.
Chung memperhatikan reaksinya dan bertanya apakah Nam Doo tidak apa-apa. Nam Doo terlihat bingung. Kemudian ia mengomeli Chung yang berenang pada cuaca sedingin ini dan berjalan kembali ke rumah. Kakinya lagi-lagi terantuk di tempat yang sama.
Chung bertanya-tanya apakah Joon Jae akan bereaksi sama dengan Nam Doo jika mengetahui siapa dirinya. Ia memutuskan untuk mengetahuinya sebelum menghapus ingatan Nam Doo.
Ia memanggil Nam Doo. Dan Chung membuat Nam Doo mengulang peristiwa yang sama. Menemukan jati dirinya, lalu melupakannya. Reaksi Nam Doo? Pada dasarnya sama saja. Ia menganggap Chung sumber uang.
Chung berkata Nam Doo sudah tahu kebenarannya. Apakah ia tidak bisa lagi melihat Chung sama seperti sebelumnya? Setidaknya Nam Doo jujur menjawab ia sulit melihat Chung seperti sebelumnya. Chung bertanya apakah Joon Jae juga akan seperti itu. Nam Doo berkata Joon Jae lebih parah. Ia yakin Joon Jae kabur jika melihat hal seperti ini.
“Kalau begitu sebaiknya aku tidak ketahuan.”
“Tapi terlambat, karena aku sudah tahu,” kata Nam Doo tertawa.
Chung tertawa dan berkata ia sebenarnya tidak yakin karena baru melakukannya satu kali, itu pun di dalam air. Tapi ternyata di darat juga bekerja dengan baik. Maksud Chung adalah kemampuannya untuk menghilangkan ingatan. Ia menggenggam tangan Nam Doo dan meminta maaf. Ia menghilangkan kembali ingatan Nam Doo mengenai siapa dirinya.
Saat makan malam, Nam Doo mengeluh ia merasa teringat sesuatu tapi tak bisa mengingatnya. Dalam hatinya, Chung bertanya was-was apakah Nam Doo ingat. Ia sudah menghapusnya, tapi apa tidak terhapus dengan baik? Mendengar itu, tahulah Joon Jae kalau Nam Doo sudah mengetahui siapa Chung tapi dihilangkan ingatannya.
“Tunggu! Aku ingat sesuatu. Itu...di kolam renang rumah ini....Chung!!”
Plakkk!! Joon Jae memukul kepala Nam Doo. Ia menyuruh Nam Doo makan dengan tenang. Nam Doo menaikkan kakinya ke meja. Eeewww... Ia menunjukkan kuku kakinya yang hampir copot tapi ia tidak ingat kenapa bisa begitu.
Joon Jae berkata itu kepikunan dini akibat banyak minum alkohol. Tae Oh mengangguk setuju. Joon Jae menyuruh Nam Doo menurunkan kakinya. Nam Doo mengeluh ia tidak mau cepat tua.
Chung menatap Joon Jae tapi Joon Jae memalingkan wajahnya. Chung tahu ini tidak bisa dibiarkan lagi.
Selesai makan, ia menarik Joon Jae untuk bicara berdua dengannya. Ia bertanya sampai kapan Joon Jae akan bersikap seperti ini, tidak bicara maupun tersenyum padany. Bahkan melihat pun tak mau.
“Baiklah. Aku tanya sekali lagi. Jika terjadi sesuatu padaku....”
“Jawabannya tetap sama meski kau bertanya ratusan kali. Jika terjadi sesuatu padamu, aku tidak bisa hidup.”
Kenapa, tanya Joon Jae. Chung menatapnya. Dalam hatinya ia berkata jantungnya hanya bisa berdetak jika Joon Jae mencintainya.
“Jantungku di darat memiliki waktu terbatas. Jika kau meninggalkanku atau meninggalkan dunia ini, jantungku berhenti berdetak. Jung Hoon meninggal juga karena itu. Saat ditinggalkan orang yang dicintai, jantung akan mendingin – mengeras- dan berhenti. Tanpamu, aku akan jadi seperti itu. Kecuali aku kembali ke laut, aku mungkin akan mati.”
“Kau akan mati?” Joon Jae bertanya saking kagetnya.
Giliran Chung yang terkejut. Joon Jae bertanya apa yang akan berhenti dan mengeras, apa yang akan terjadi?
“Kau mendengar suaraku?” tanya Chung.
“Kau bilang jantungmu akan berhenti!” ujar Joon Jae.
“Sejak kapan kau mendengarnya?” desak Chung
“Kau bilang kau akan mati! Kenapa kau akan mati!” bentak Joon Jae tanpa mempedulikan pertanyaan Chung.
Komentar:
Finally....Joon Jae tahu kenapa Chung mengikutinya. Chung tahu kalau Joon Jae sudah tahu siapa dirinya. Mudah-mudahan Joon Jae tidak berpikir untuk mengirim Chung ke lautan ;p
Meski Nyonya Kang jahat, tapi aku setuju dengan perkataannya kalau seharusnya Yoo Ran tidak menyerah dan tidak sebodoh itu mengikuti larangan untuk tidak bertemu puteranya. Apalagi usia Joon Jae sudah melebihi batas dewasa. Ia sangat berhak mengetahui dan menemui puteranya.
Kita masih belum tahu apa yang menyebabkan Presdir Heo meninggalkan Yoo Ran dan memilih Nyonya Kang. Salah satu yang mungkin adalah Nyonya Kang menjelek-jelekkan Yoo Ran pada Presdir Heo dan Presdir Heo percaya. Tapi apakah semudah itu Presdir Heo menikah lagi? Pernikahan selalu berlandaskan cinta, bukan?
Seandainya Presdir Heo marah dan tidak mempercayai lagi Yoo Ran, cukup dengan menceraikannya kan (walau jauh lebih masuk akal kalau keduanya tidak menyerah dan berusaha mempertahankan pernikahan)? Apa alasannya hingga ia menikahi Nyonya Kang? Apa karena ia tidak mencintai Yoo Ran lagi dan mencintai Nyonya Kang? Lalu kenapa warisannya semua diberikan pada Joon Jae, tanpa memikirkan Nyonya Kang maupun Chi Hyun?
Fiuhhh...untung Chung memiliki kemampuan untuk menghilangkan ingatan hingga ia selama dari Nam Doo. Semoga Nam Doo tetap pikun...eh ;p
Kisah tentang 3 orang pria dan seorang wanita tinggal bersama hmpir mirip dengan drakor y're beautiful tapi beda kisah hidupnya
BalasHapus