Joon Jae terkejut mendengar kata hati Chung bahwa ia akan mati. Ia bertanya keras kenapa Chung harus mati. Sementara Chung terkejut mengetahui Joon Jae bisa mendengar suara aslinya. Ia bertanya sejak kapan Joon Jae tahu begitu banyak.
“Dari awal sampai akhir, semuanya.”
“Siapa aku...dari mana aku berasal...kau tahu semuanya?”
Joon Jae berkata ia sudah ingat semuanya. Pria yang memayungi Chung saat hujan, playboy yang menggenggam tangan Chung saat Chung sendirian, orang gila yang memasakkan ramyun untuk Chung....adalah dirinya.
“Kau juga yang menyelamatkanku saat aku tenggelam dan puteri duyung yang menghapus ingatanku.”
Chung benar-benar kaget. Joon Jae berkata sekarang giliran Chung. Ia meminta penjelasan mengenai apa yang dikatakan Chung mengenai jantung berhenti dan kematian.
“Bukankah kau bilang kau dengar semuanya?” tanya Chung.
“Semua itu benar? Bahwa jika aku pergi, jantungmu akan berhenti? Kau akan...mati?” Joon Jae menolak untuk percaya.
Chung berkata Joon Jae sudah mendengar semuanya. Ia membenarkan semua seperti yang didengar Joon Jae.
“Ini bukan duniaku. Begitu aku meninggalkan air dan datang ke sini, aku memiliki jantung yang berdetak hanya untukmu.”
Ia membenarkan ia akan mati jika Joon Jae mati. Jadi ia tidak bisa berjanji hidup bahagia melihat hal indah seorang diri jika terjadi sesuatu pada Joon Jae. Begitu Joon Jae pergi..ia juga akan pergi.
Joon Jae terhenyak. Ia teringat perkataan Profesor Jin bahwa mereka tidak akan berakhir tragis jika tidak saling mencintai. Takdir terburuk mereka adalah karena mereka saling mencintai hingga bisa membuat keduanya terbunuh.
“Jadi bukan Ma Dae Young masalahnya....aku yang mungkin bisa membunuhmu,” ujarnya dengan perasaan terpukul.
“Bukan begitu, Heo Joon Jae,” Chung hendak meraih Joon Jae.
Tapi Joon Jae melangkah mundur menghindari Chung. Chung sangat sedih.
Ia menangis tersedu-sedu di kamarnya. Mutiaranya bertambah setoples besar, belum lagi yang berserakan di lantai. Joon Jae merenung di balkon. Ia mengingat saran Profesor Jin agar membiarkan Chung kembali ke asalnya untuk menghindari akhir menyedihkan.
Nam Doo menghampirinya dan bertanya apakah ia dan Chung bertengkar hebat. Tidak, jawab Joon Jae. Namo Doo berkata ia mendengar Chung menangis tersedu-sedu.
“Jika kau tidak akan bertanggungjawab sampai akhir...sebaiknya kau menyelesaikannya sekarang.”
“Kenapa semua orang menyuruhku menyelesaikan semuanya,” protes Joon Jae. Ia berkata ia belum melakukan apapun untuk Chung. Apa yang sudah ia lakukan selain membuat Chung menangis?
“Memangnya aku yang membuatnya menangis? Kau yang melakukannya tapi kenapa marah padaku?” Nam Doo balas protes.
Joon Jae melunak. Ia berkata ketika Chung datang mencarinya, itu adalah keserakahan Chung. Tapi tidak mengirim Chung pergi, adalah keserakahannya.
“Aku tahu ini keserakahanku tapi aku terus menerus tidak mau mendengar alasan kenapa aku harus mengembalikannya. Aku terus membuat alasan agar aku tidak perlu mengirimnya pergi. Jika terus seperti ini, sesuatu yang buruk bisa terjadi padanya.”
Nam Doo tidak mengerti apa yang dikatakan Joon Jae. Ia berkata entah kenapa ia terus menerus merasa Chung berhutang sesuatu padanya. Ia merasa ia ingat tapi ia tidak ingat. Plakk!! Joon Jae kembali memukul kepala Nam Doo. Lama-lama bisa beneran amnesia nih XD
Chung ingat saat ia pertama kali mengatakan dalam hatinya kalau ia adalah seorang puteri duyung dan Joon Jae menatapnya lama. Ia sadar itulah pertama kalinya Joon Jae bisa mendengar suaranya. Lalu ia ingat bagaimana Joon Jae melindunginya di tempat sauna agar tidak terkena air.
Tapi lalu ia ingat saat Joon Jae menciumnya di dekat tangga kamarnya. Joon Jae tahu siapa dirinya sebenarnya tapi kenapa ia menciumnya?
Ia membuka pintu kamar atas dan melihat Joon Jae sedang melihat ke arah kamarnya. Ia turun dan berkata ada sesuatu yang ingin ia katakan. Ia menceritakan kalau ia ketahuan oleh Nam Doo saat ia berenang karena menyangka tak ada orang di rumah.
“Ia menjadi orang yang benar-benar berbeda. Ia mengancam akan menjualku untuk mendapatkan uang. Jadi aku menghilangkan ingatannya.”
Joon Jae nampak kesal mendengar rencana Nam Doo. Tapi bagi Chung yang penting adalah pendapat Joon Jae setelah mengetahui siapa dirinya.
“Meski kau tahu siapa aku, kau tidak membenciku atau takut padaku?”
Joon Jae berkata ia tidak benci atau takut pada Chung. Karena Chung bersikap aneh sejak awal mereka bertemu, ia mengira Chung memang seperti itu.
Chung berkata ia merasa lega. Baginya sudah cukup selama Joon Jae tidak membencinya.
“Sebenarnya aku senang aku tahu kalau aku ketahuan. Aku selalu berpikir setiap malam sebelum tidur apakah aku akan ketahuan hari ini atau besok. Jika aku ketahuan, bagaimana ekspresimu. Mimpi terburukku adalah wajahmu yang benci padaku.”
“Mimpi terburukku adalah semua terulang kembali dengan sendirinya,” kata Joon Jae.
Chung bertanya mimpi apa yang terulang kembali. Joon Jae membawa Chung ke museum yang sudah dibuka untuk umum, dan memperlihatkan lukisan diri Dam Ryeong. Chung sedikit kaget melihat lukisan itu.
“Aku tahu apa yang kaupikirkan tapi aku lebih tampan,” ujar Joon Jae. Ha.
Chung bertanya siapa orang itu. Joon Jae berkata orang itu adalah pria yang mencintai puteri duyung. Ia menceritakan bagaimana pria itu tenggelam saat masih kecil dan diselamatkan oleh puteri duyung. Keduanya tumbuh besar bersama dan saling mencintai.
Lalu pria itu menikah dengan wanita lain namun pada malam pertamanya malah terjun ke laut untuk bertemu dengan puteri duyung lagi. Puteri duyung menciumnya dan menghilangkan semua ingatannya hingga pria itu tak mencarinya lagi. Ia menceritakan bagaimana mereka bertemu kembali setelah dewasa dan hubungan yang dikira sudah berakhir dimulai kembali.
Chung menanyakan kelanjutan cerita Joon Jae. Joon Jae teringat bagaimana kisah itu menjadi tragedi saat Se Hwa naik ke darat untuk menemui Dam Ryeong. Ia dikejar-kejar anak buah Bangsawan Yang untuk dilukai, akhirnya tertangkap dan disiksa demi mutiara. Se Hwa yang lemah tak berdaya dalam pelukan Dam Ryeong, dan berakhir dengan kematian mereka berdua.
Ia tercekat tak sanggup meneruskan ceritanya. Tapi Chung berkata Joon Jae bilang akan memberitahunya apa yang akan terulang. Joon Jae mereka cerita kalau keduanya hidup bahagia.
“Tak tersakiti, tak terluka..memiliki banyak anak dan membesarkan mereka dengan baik...menua bersama bahagia selamanya...” (please endingnya kaya gini writernim >,<)
Chung tersenyum lega. Tak terasa ia meneteskan air mata. Ceritanya berakhir dengan baik tapi ia tak mengerti mengapa ia menangis.
Joon Jae lalu memperlihatkan keramik berisi lukisan mereka berdua.
“Mereka pasti melihat kita dalam mimpi mereka juga,” katanya.
“Kalau begitu kenapa mimpi itu menakutkan?” tanya Chung.
Joon Jae gelagapan. Chung berkata itu adalah mimpi yang indah jadi apa Joon Jae takut mimpi indah itu terulang. Joon Jae mengalihkan pembicaraan dengan berkata Chung tak boleh bicara keras-keras karena mengganggu orang lain. Orang lain yang mana, tanya Chung sambil memandang sekeliling mereka yang sepi. Tak ada orang lain di sana selain mereka.
Joon Jae berkata situasi mereka berbeda dengan situasi waktu itu. Jika Chung tinggal di sini maka Chung akan mati. Tapi Chung berkata selama Joon Jae tinggal di sisinya dan mencintainya, jantungnya akan terus berdetak. Dan mungkin itu juga yang terjadi pada Dam Ryeong dan Se Hwa hingga keduanya hidup bahagia selamanya.
“Aku bukan pria itu. Maksudku aku tidak bisa memastikan perasaanku. Hal yang paling mudah berubah di dunia ini adalah hati manusia. Karena itu pasangan yang mesra bisa putus, juga pernikahan yang seharusnya seumur hidup. Aku takut mengetahui hidupmu bergantung pada perasaanku yang bahkan tidak kuketahui.”
Chung menatap Joon Jae lalu cemberut. Ia merasa tidak adil Joon Jae bisa membaca isi hatinya sementara ia tidak bisa. Joon Jae berkata kenapa Chung harus mendengar isi hati orang yang hanya mengatakan kejujuran. Jelas Chung tidak setuju Joon Jae adalah orang jujur. Wong dia penipu ;p
Yoo Ran berusaha menelepon istri Menajer Nam tapi nomornya sudah berubah. Ia tidak menyadari sebuah mobil terus mengawasi dan mengikutinya.
Setiba di rumah, Chung berkata pada Joon Jae kalau ia memiliki ide bagus. Ia tidak mau Joon Jae terbebani dan takut karena dirinya. Jadi ia akan menghapus peristiwa kemarin. Hanya kemarin. Maksudnya agar Joon Jae tidak ingat kalau Chung tidak bisa hidup tanpa dirinya.
“Jika kita menghapus kemarin, kita bisa kembali seperti semula. Kau tidak akan merasa terbebani. Aku bisa melakukannya. Jika aku mengendalikan kekuatanku kurasa aku bisa melakukannya. Tidak mudah melakukannya dalam air dan aku kekurangan stamina karena terlalu lama berada di darat. Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga.”
Ia menyuruh Joon Jae menutup mata tapi Joon Jae tidak mau. Chung maju mendekati Joon Jae hingga Joon Jae terdesak ke dinding. Chung berkata tidak akan sakit. Ia mengangkat kedua tangan Joon Jae lalu menatapnya. Jantung Joon Jae berdetak kencang. Chung semakin mendekati wajah Joon Jae.
Joon Jae mengelak dan berhasil melepaskan diri. Chung mengejarnya hingga ke ruang tamu. Akhirnya mereka malah main kejar-kejaran. Sementara Nam Doo dan Tae Oh menjadi penonton yang terabaikan. Tae Oh menghela nafas panjang lalu masuk ke kamarnya.
“Kemarin ia menangis seakan tak ada hari esok, langit runtuh, meratap dan menangis badai. Ah, kuharap langit segera cerah agar aku bisa pergi dan tak melihat hal menggelikan seperti ini lagi.”
Sementara itu permainan kejar-kejaran berubah menjadi smack down...
Joon Jae membungkus dirinya dengan selimut rapat-rapat seperti lontong. Chung melongok dari kamar atas dan bertanya apakah ia benar-benar tidak boleh menghilangkan ingatan Joon Jae setengah hari saja.
“Memangnya menghapus ingat setengah hari akan menghapus peristiwa tersebut? Sudah kubilang bagaimana jika perasaanku berubah dan tidak menyukaimu lagi.”
“Heo Joon Jae, aku adalah puteri duyung yang sangat bisa menilai manusia. Apa kau pikir aku datang sejauh ini demi seorang pria yang mudah berubah pikiran? Aku tahu begitu aku melihatmu bahwa kaulah orangnya. Seseorang yang pantas kucintai seumur hidup.”
Joon Jae tersenyum geli mengingatkan keluhan Chung ketika mereka bertengkar. Ketika itu Chung marah-marah dalam hatinya bahwa ia sangat naif karena Joon Jae adalah pria pertama yang ia lihat begitu naik ke darat. Berpikir bahwa Joon Jae adalah pria tertampan di dunia tapi ternyata begitu banyak di TV. Chung juga mengatainya mengidap sindrom Pangeran.
“Kau dengar semuanya? Kau akan berpikir apapun saat kau marah,” Chung membela diri. Lalu ia memutuskan untuk menghapus bagian itu juga. Ia mulai menuruni tangga sambil berkata sebaiknya ia menghapus 1 minggu.
Joon Jae sedikit mengancam Chung untuk pergi ke lautan yang lebih hangat. Ia akan mengunjungi sesekali. Chung akhirnya menyerah dan berkata ia tidak akan melakukan apapun pada Joon Jae, cukup tidur saling berpegangan tangan. Tapi Joon Jae tak percaya dan menutupi kepalanya dengan selimut.
“Dia tidak terjebak,” batin Chung.
“Aku dengar itu. Kau benar-benar hebat. Kau itu puteri duyung yang seharusnya polos tapi kau sebaliknya, bahkan berbohong. Sebaiknya baca dongeng di waktu senggangmu. Di antara leluhurmu tidak ada yang senakal kau.,” celoteh Joon Jae di balik selimut.
Chung cemberut lalu berbalik untuk kembali ke kamar atas. Joon Jae membuka selimut dan bertanya benarkah Chung tidak akan melakukan apapun padanya. Chung tersenyum dan berjanji. Joon Jae membuka selimut dan menepuk tempat tidur di sebelahnya. Chung segera membaringkan diri di sisi Joon Jae.
“Jangan lakukan apapun. Aku hanya akan memeriksa apakah jantungmu baik-baik saja.” Joon Jae memeluk Chung erat-erat.
“Jantungku berdetak dengan baik berkat kau,” Chung tersenyum sambil balas memeluk Joon Jae.
Ternyata mobil yang mengikuti Yoo Ran adalah supir pribadi Nyonya Kang dan ia melaporkan kalau Yoo Ran bekerja di rumah Jin Joo. Nyonya Kang ingat ketika suaminya terdiam setelah memakan masakan kiriman Jin Joo lalu mengatakan masakan itu enak. Ia jadi kesal dan memutuskan pergi ke rumah Jin Joo.
Jin Joo sangat senang dan tak menyangka Nyonya Kang mengunjunginya setelah selama ini mengabaikan semua teleponnya. Jin Joo bertanya apakah Nyonya Kang sudah memaafkan kejadian waktu itu. Nyonya Kang berkata tentu saja sudah. Semua orang bisa seperti itu jika mabuk.
Nyonya Kang melirik ke dalam rumah dan bertanya bolehkah ia tinggal untuk minum. Jin Joo berteriak meminta Yoo Ran membuatkan kopi untuk mereka. Hanya terdengar suara Yoo Ran menjawab permintaan Jin Joo.
“Dia yang membuat makanan untuk kami, kan?” tanya Nyonya Kang.
Jin Joo membenarkan ia adalah orang yang membuat masakan yang disukai Presdir Heo. Tapi sayangnya ia akan berhenti kerja di rumahnya. Padahal ia seorang pekerja yang baik. Jin Joo mengira Yoo Ran mendapat tawaran dari tempat lain karena tiba-tiba ingin berhenti.
Yoo Ran keluar membawakan kopi. Ia berhenti saat melihat Nyonya Kang. Nyonya Kang pura-pura tidak mengenal Yoo Ran. Yoo Ran berlutut menyajikan kopi untuk keduanya. Saat Yoo Ran beranjak kembali ke dapur, Nyonya Kang memuji keahlian masak Yoo Ran sangat bagus dan keluarganya sangat menikmati masakannya.
“Kudengar kau berhenti bekerja. Apa sudah memutuskan mau ke mana? Jika belum, bagaimana kalau bekerja di rumahku?”
Yoo Ran berbalik dan bertanya benarkan ia boleh ke rumah Nyonya Kang. Ia berbicara dalam bahasa non formal hingga Jin Joo tersedak kopinya.
“Kau tidak akan memberikan kamar tidur utama, tapi dapur? Aku tidak tahu kenapa kau di sini dan apa yang ingin kauketahui. Kau salah. Alasan aku tinggal di sini seakan aku sudah mati adalah untuk melindungi Joon Jae. Tapi sekarang tak ada yang bisa menghentikanku.”
Nyonya Kang tak menyangka Yoo Ran akan blak-blakan seperti ini. Tadinya ia datang untuk merendahkan Yoo Ran. Karena itu ia lalu meminta Jin Joo meninggalkan mereka berdua sebentar, agar Jin Joo tak mendengar lebih lanjut.
Tapi Yoo Ran dengan tenang berkata Jin Joo pernah menceritakan tentang seorang wanita brengsek yang merebut suami temannya dan merebut posisinya. Dan keberadaan istri pertama tidak diketahui.
“Apa aku berbicara sekasar itu?” Jin Joo menunduk takut dan malu.
“Akulah istri pertama itu yang terusir. Dan orang ini adalah wanita berhati jahat itu,” Yoo Ran melirik Nyonya Kang yang tak bisa mengatakan apapun.
Jin Joo sangat terkejut. Ia berlari ke kamarnya lalu menelepon temannya dengan gembira. Ia melompat-lompat sambil berkata rumahnya menjadi saksi sejarah. Da menceritakan breaking news yang baru saja terjadi di rumahnya. Well..tak akan butuh waktu lama berita itu akan tersebar...
Detektif Hong dan partnernya datang ke rumah Joon Jae untuk membicarakan kasus Dae Young. Joon Jae bertanya apakah Nam Doo sudah mencari informasi mengenai Kang Ji Yeon. Nam Doo melirik kedua polisi di depannya dengan agak gugup. Ia berkata ia sudah mencari informasi dan belum pernah menemukan hal yang membuatnya semerinding ini.
“Semua orang di sekitar wanita ini mencurigakan.”
“Ia menikah dua kali dan kedua suaminya meninggal,” kata Detektif Hong.
“Benar, tapi ada alibi, diagnosis, hingga setelah kematian mereka Kang Ji Yeon mendapatkan semua uang asuransi. Bukan itu saja. Wanita ini yatim piatu saat diadopsi Tapi semua anggota keluarga dari keluarga yang mengadopsinya tidak ditemukan.
Tidak diketahui keberadaannya saat ini. Tapi wanita sekelas dia, sangat mungkin mengubah identitas dirinya. Dan ada fakta lain yang mengejutkan.”
“Berhentilah bicara sedikit-sedikit dan katakan semuanya,” kata Detektif Hong tak sabar.
Nam Doo berkata justru harus seperti itu agar ada ketegangan. Ia berkata Kang Ji Yeon berasal dari sekolah yang sama dengan sekolah ibu Joon Jae.
Nyonya Kang menjemput suaminya dari rumah sakit...bersama Dae Young. Ia memperkenalkan Dae Young sebagai pengganti Manajer Nam. Karena tidak bisa melihat jelas, Presdir Heo menyambut Dae Young dengan ramah.
Jin Joo menjadi sangat baik pada Yoo Ran. Yoo Ran meminta maaf atas keributan yang terjadi hari ini. Ia tahu Jin Joo belum menemukan penggantinya tapi ia ingin berhenti bekerja malam ini juga setelah makan malam.
“Eonni (kakak)...” panggil Jin Joo.
Yoo Ran terkejut. Jin Joo tersipu dan berkata Yoo Ran lebih tua darinya dan ia tidak punya kakak. Jadi akan menganggap Yoo Ran sebagai kakaknya mulai sekarang. Yoo Ran merasa keberatan, tapi Jin Joo berkata Yoo Ran tidak perlu bekerja. Dan lagi Yoo Ran belum tahu akan tinggal di mana jadi anggap saja tinggal di rumah adik dengan nyaman.
“Bagaimana bisa?” kata Yoo Ran.
“Kak, aku benar-benar berpikir sedang menonton sageuk yang bagus. Kau adalah Ratu In Hyun dan wanita itu adalah Jang Hee Bin (selir yang menyebabkan Ratu In Hyun diturunkan dari posisinya). Aku, Ahn Jin Joo, akan membantu kembalinya Kakak pada posisi ratu.” Errr...Jin Joo jadi Dong Yi ceritanya? XD
Yoo Ran berkata ia tidak berniat kembali pada posisinya. Jin Joo berkata Yoo Ran harus kembali pada posisinya setidaknya demi dirinya. Pokoknya ia akan membantu dan tidak akan membiarkan Yoo Ran pergi.
Jin Joo masuk ke kamar Shi Ah dan menuduhnya sudah tahu semuanya hingga akhir-akhir ini menempel pada Yoo Ran.
“Kau tahu ahjumma kita isteri pertama Presdir Heo Il Joong.”
Shi Ah terkejut. Ia hanya tahu Yoo Ran adalah ibu Joon Jae. Kalau begitu Joon Jae adalah...
“Joon Jae? Kau kenal putera mereka?”
“Bagaimana aku bisa kenal? Itu adalah nama temanku.”
“Tapi kudengar nama anak mereka yang lari dari rumah adalah Heo Joon Jae. Tadi ahjumma sempat mengatakan sesuatu tentang Joon Jae.”
Shi Ah makin galau.
Tae Oh sedang asyik main game di ponselnya ketika tiba-tiba Shi Ah menelepon dan ia tak sengaja menjawab telepon itu.
“Apa kau sedang menunggu teleponku? Jika tidak, bagaimana bisa kau mengangkat telepon bahkan sebelum osenl berbunyi?”
Tae Oh menjelaskan ia sedang main game. Shi Ah tak peduli. Ia ingin Tae Oh menjemputnya.
“Sekarang?” Tae Oh melihat jamnya yang menunjukkan pukul setengah 12 malam.
“Apa kau begitu gembira? Iya sekarang. Tapi kau tidak boleh berpikiran lain,” ujar Shi Ah.
Tae Oh terpaksa mengenakan jaketnya dan keluar dari kamar. Nam Doo bertanya ia hendak ke mana. Ia berkata Shi Ah memintanya datang ke klub. Nam Doo langsung bersemangat.
“Apa itu tempat dengan air yang bagus (suasana klub yang ramai)?” tanyanya.
Chung ikut bersemangat begitu ia mendengar kata air yang bagus. Ia ingin ikut juga. Diam-diam Tae Oh senang Chung ikut dengan mereka.
Mereka bertiga pergi ke klub. Awalnya mereka dilarang masuk karena pakaian Chung yang dianggap tak memenuhi ketentuan. Tapi begitu Chung membuka jaketnya dan memperlihatkan pakaian keren, mereka langsung boleh masuk. Tae Oh sampai melongo melihat pakaian keren Chung.
Bukan hanya ia yang melongo. Hampir semua orang memperhatikan Chung. Hanya Shi Ah yang tak senang melihat kedatangannya. Ia menegur Tae Oh karena tidak datang sendirian.
“Cha Shi Ah, kau datang ke tempat bagus sendirian? Cha Shi Ah, jangan minum. Terakhir kali aku melihat Heo Joon Jae minum, ia jadi semakin cute.”
Shi Ah kesal. Ia memelototi Nam Doo yang membeberkan kebiasaan mabuk Shi Ah. Ia berkata Shi Ah selalu menangis dan menelepon dan melarang tutup telepon. Shi Ah memelototinya. Nam Doo kabur ke lantai dansa.
Joon Jae baru pulang dan menelepon karena tidak ada orang di rumah. Nam Doo berkata mereka ada di klub. Termasuk Chung.
“Kenapa kau membawanya ke sana? Ia akan bilang ia pusing dan tak akan menyukainya.”
“Apa maksudmu? Ia bergerak lincah ke sana kemari. Dia benar-benar seperti di rumah di sini.”
Apa?!! Joon Jae terkejut.
Chung dan Shi Ah adu dansa dikelilingi para pengunjung. Chung bergerak heboh sementara Shi Ah terus terdesak oleh Chung setiap kali ia hendak maju.
Joon Jae tiba di klub itu dan shock melihat Chung-nya. Shi Ah dengan senang hati mendekati Joon Jae dan mengajaknya bersenang-senang. Joon Jae melepaskan diri dari Shi Ah dan berkata sopan kalau ia masih ada urusan. Jadi ia menyuruh Shi ah bersenang-senang dengan Tae Oh dan Nam Doo.
Sementara ia sendiri langsung menghampiri Chung dan menyuruhnya berhenti. Chung masih ingin berdansa dan tidak mau pergi. Joon Jae akhirnya memeluknya dengan posesif dan menggiringnya keluar, diiringi tatapan sakit hati Shi Ah.
Joon Jae dan Chung berdiri di depan pintu karena hujan lebat. Chung berkata sepertinya berjalan di tengah hujan menjadi salah satu hal yang tidak bisa ia lakukan dengan Joon Jae.
“Tidak ada yang tak bisa kaulakukan,” kata Joon Jae. Ia menyuruh Chung menunggunya lalu berlari menembus hujan. Tak lama kemudian ia kembali membawa payung dan menenteng sepatu bot.
“Mulai sekarang jangan katakan kau tidak bisa atau tidak mau. Aku akan membuatmu melakukan setiap hal yang dilakukan orang-orang tanpa terkecuali.”
Ia berlutut dan memakaikan sepatu tersebut. Keduanya berjalan melewati hujan sambil bergandengan tangan dan Chung bersandar pada pundak Joon Jae.
Chung sedang berteduh di minimarket bersama Yoo Na. Ia menceritakan pada Yoo Na kalau Joon Jae juga bisa mendengar suara hatinya. Ia bertanya bagaimana Joon Jae bisa mendengar. Chung sendiri tidak tahu. Ia balik bertanya bagaimana Yo Na bisa mendengarnya. Yoo Na tidak tahu.
Chung berkata ia merasa lebih lega setelah Joon Jae bisa mendengarnya. Sekarang ia bisa hidup normal seperti orang lain. Yoo Na seperti biasanya dengan bijak berkata menurut pengalamannya hal tersulit adalah hidup normal seperti orang lain meski kelihatannya mudah. Chung bertekad ia akan menua bersama Joon Jae seperti orang lain.
Gelandangan Hong bergabung dengan mereka. Ia menunjuk beberapa yang berlarian dengan memegang tas mereka di atas kepala untuk melindungi diri mereka dari hujan.
“Mereka kelihatan memegang tas mewah kan? Tapi mereka memegangnya di atas kepala seperti itu karena tas mereka aspal alias KW.”
Lalu ia menunjuk wanita yang berlari sambil melindungi tasnya di balik jaketnya.
“Dia memegang tasnya seperti memegang papan leluhur. Tas itu asli.”
Chung bertanya memangnya tas aspal boleh kehujanan. Bukankah tidak ada bedanya dengan yang asli? Gelandangan Hong berkata dari luar memang tampak sama, tapi ada satu hal yang tidak bisa dibohongi. Apa itu, tanya Chung.
“Perasaan pemilik tas. Mereka tahu tas mereka palsu karena itu mereka menggunakannya seperti payung saat hujan,” jawab Gelandangan Hong.
“Tapi pemilik tas bisa memperlakukan tas mereka yang asli maupun aspal dengan baik karena tas itu tetap milik mereka. Aku merasa aku aspal di dunia ini karena beberapa alasan. Namun tetap saja meski aspal aku merasa mungkin aku pantas dicintai oleh seseorang,” kata Chung.
Gelandangan Hong bertanya kenapa Chung begitu serius padahal ia hanya bergurau. Yoo Na menepuk-nepuk Chung untuk menghiburnya.
“Maksud kakak adalah seseorang seharusnya tidak membedakan asli atau aspal dari tampilan luar mereka, iya kan?”
Chung mengangguk. Gelandangan Hong memuji kepandaian Yoo Na.
“Terima kasih kalian berdua. Aku akan mencoba semua hal yang biasa dilakukan orang-orang. Ngomong-ngomong, besok adalah pesta ulang tahunku.”
Yoo Na bertanya apakah besok hari ulangtahun Chung. Ulang tahun kalender masehi atau kalender lunar, tanya Gelandangan Hong. Chung berkata ia tidak tahu kapan ulangtahunnya jadi ia memutuskan besok. Tanggal 5 Januari.
Pestanya diadakan di rumahnya. Gelandangan Hong berkata ia akan datang dan bertanya hadiah apa yang ingin Chung inginkan. Chung ingin ikan.
Istri Manajer Nam keluar dari kamar perawatan suaminya untuk pulang sebentar. Setelah ia pergi, seseorang menyelinap masuk ke kamar Manajer Nam. Manajer Nam membuka matanya dan melihat Chi Hyun melihatnya sambil tersenyum. Ia berkata ia melihat Manajer Nam berbicara dengan Joon Jae waktu itu jadi ia ingin Manajer Nam juga menjawab pertanyaannya.
“Jika Ma Dae Young yang membuatmu jadi seperti ini, kenapa ia melakukannya? Apakah orang yang kaupikir terlibat dengan Ma Dae Young adalah ibuku?”
Manajer Nam tidak berkedip tapi ia nampak ketakutan. Chi Hyun tersenyum dan berkata ia sudah menduganya. Ia melihat detak jantung Manajer Nam yang kencang.
“Ibuku sepertinya lega karena kau berbaring seperti ini tanpa bisa mengatakan apapun. Tapi masalahnya bukan bicara, melainkan pikiran. Sesuatu yang bisa mengkhianati kami kapanpun. Pikiranmu.”
Tiba-tiba ia melepas selang oksigen Manajer Nam dengan kasar. Manajer Nam kejang-kejang.
Istri Manajer Nam tiba di lantai bawah saat menerima telepon dari Yoo Ran. Sepertinya Yoo Ran berhasil mencari nomornya. Ia bertanya mengenai Joon Jae. Istri Manajer Nam meminta maaf karena sudah berbohong. Yoo Ran tidak marah. Ia bertanya apakah istri Manajer Nam tahu kabar Joon Jae.
Istri Manajer Nam bercerita kalau suaminya mengalami kecelakaan dan terbaring di rumah sakit. Joon Jae kadang-kadang menjenguk suaminya. Yoo Ran meminta nomor telepon Joon Jae. Istri Manajer Nam kesulitan membaca tulisan kecil jadi ia berkata ia akan naik ke atas (kamar perawatan Manajer Nam) untuk mengambil kacamatanya. Ia meminta Yoo Ran menunggu.
Alarm mesin di kamar Manajer Nam berbunyi keras. Chi Hyun jadi panik dan tidak tahu bagaimana memadamkannya. Seseorang menariknya keluar dari kamar itu. Ma Dae Young.
Istri Manajer Nam tiba di lantai atas dan terkejut saat melihat dokter dan perawat bergegas ke kamar suaminya. Ia berteriak histeris memanggil suaminya. Manajer Nam kehilangan kesadaran dan detak jantungnya berhenti. Dokter mulai melakukan CPR.
Dalam keadaan seperti itu, Manajer Nam melihat kehidupan masa lalunya di mana ia berjanji sesuatu pada Dam Ryeong. Dam Ryeong berkata mereka akan bertemu kembali sebagai sahabat di masa depan. Dan ia menjadi penamping Joon Jae sejak Joon Jae kecil.
Lalu ia melihatnya di kehidupan terdahulu setelah kematian Joon Jae. Ia menyelinap dalam sebuah kamar dan membuka papan di dinding yang menyembunyikan rak buku. Tiba-tiba seseorang membuka pintu. Ia cepat-cepat bersembunyi dalam ruang rak buku itu. Ia mengintip orang yang masuk itu memakai cincin logam.
Dokter terus melakukan CPR. Istri Manajer Nam berteriak-teriak histeris. Ponselnya jatuh ke lantai. Lalu ia jatuh pingsan.
Ma Dae Young membawa Chi Hyun pergi. Ia berkata alarm akan berbunyi jika Chi Hyun memutus aliran udara seperti itu. Untungnya sedang ada pergantian jaga di rumah sakit hingga tak ada yang melihat Chi Hyun. Chi Hyun mengenali Dae Young sebagai buronan, lalu kenapa bisa mengendarai mobil Presdir Heo?
“Mulai sekarang jangan berinisiatif melakukan apapun. Cukup pikirkan mengapa ibumu bersembunyi dalam diam dan menanti.”
“Jangan bicara omong kosong!!” kata Chi Hyun marah. “Aku bertanya kenapa orang berbahaya seperti dirimu berada di sekitar ibuku dan aku?”
“Dengarkan aku baik-baik. Kau hanya perlu diam dan menerima keuntungan dari yang orang lain lakukan untukmu. Jangan membalik meja yang sudah ditata. Apa kau mengerti?”
Yoo Ran terus menanti telepon dari istri Manajer Nam tapi ia tidak menelepon juga. Akhirnya teleponnya berbunyi dan ia mengangkat penuh harap. Ia agak kecewa saat mendengar Chung yang meneleponnya.
Chung mengundang Yoo Ran datang ke pesta ulang tahunnya. Yoo Ran meminta maaf dan berkata ia dalam keadaan tidak bisa pergi. Ia akan mempersiapkan hadiah jika saja Chung memberitahunya jauh-jauh hari. Chung berkata tidak apa-apa. Ia tidak tahu kapan ulang tahunnya jadi ia memutuskan hari ini kalau besok adalah ultahnya.
“Kau tidak pernah merayakan ulang tahunmu sejak kau dilahirkan?”
“Tidak, ini pertama kalinya.”
“Apakah orangtuamu masih hidup?”
“Tidak.”
Yoo Ran berkata ia akan datang ke pesta ulang tahun Chung besok.
Keesokan harinya Chung sibuk mempersiapkan pestanya. Ia memesan berbagai makanan untuk dikirim ke rumah. Ia menaruh topi ultah di atas kepala Yoo Na, Nam Doo, dan Tae Oh. Nam Doo menelepon Joon Jae mengenai kehebohan itu.
Ia berbisik mereka sebaiknya menyingkirkan TV karena Chung terus menonton hal buruk dalam drama dan ingin mengikutinya. Joon Jae tertawa. Ia berkata ia akan segera pulang. Ia membeli buket bunga indah untuk Chung.
Nam Doo membukakan pintu untuk tamu berikutnya. Ia terkejut melihat Gelandangan Hong. Chung berkata Gelandangan Hong adalah temannya. Gelandangan Hong benar-benar membawakan ikan untuk Chung.
Saat gelandangan Hong duduk, Nam Doo cepat-cepat menyelipkan sebuah bantal agar tidak mengotori sofa. Gelandangan Hong menggaruk kakinya lalu mencomot sebuah makanan. Ia tersenyum pada Yoo Na. Sementara Nam Doo bingung melihat tamu aneh di rumahnya.
Ia menyajikan salad dan sup tapi Gelandangan Hong berkata ia tidak biasa makan makanan mentah (salad) lalu mengomentari ada bahan yang kurang dalam sup itu. Jadi kau tak akan memakannya, tanya Nam Doo. Gelandangan Hong berkata tentu saja ia harus memakannya untuk menghormati tuan rumah.
Chung menjemput Yoo Ran yang baru turun dari bis. Yoo Ran membawakan makanan yang biasa ia buat saat ulangtahun puteranya. Chung berkata ia merasa seperti dilahirkan kembali setelah memutuskan hari ini adalah hari ulangtahunnya. Seakan diberi ijin untuk menjalani hidup baru.
Yoo Ran berkata ua sedang mengatur kembali hidupnya dan meninggalkan rumah yang selama ini ditinggalinya. Selama ini ia bersembunyi. Sekarang ia ingin bertemu dengan orang yang ia cari, mengatakan apa yang ingin ia katakan. Ia ingin hidup seperti itu.
Mereka berjalan berdampingan menyusuri jalan. Joon Jae melihat mereka dari seberang jalan, tapi ia hanya melihat Chung karena Yoo Ran tertutup oleh Chung. Joon Jae tersenyum melihat Chung tersenyum bahagia. Ia terus melihat ke arah mereka.
Akhirnya mereka berhenti untuk menyeberang. Joon Jae berdiri di seberang jalan. Chung akhirnya melihatnya dan melambaikan tangan. Siapa itu, tanya Yoo Ran. Kekasihku, kata Chung.
“Heo Joon Jae!!!” teriaknya.
“Dasar bodoh, sudah kubilang berkali-kali agar tidak memanggil namaku saat banyak orang,” gerutu Joon Jae.
Yoo Ran tertegun mendengar nama Joon Jae. Ia memastikan lagi namanya adalah Heo Joon Jae.
“Ya, ia sangat tampan. Ibunya berkata ketika ia masih kecil jika ia dibawa keluar maka akan sulit berjalan sejauh 10 langkah karena orang-orang selalu ingin menyentuhnya dan menggendongnya.”
Yoo Ran menatap Joon Jae dengan penuh kerindiuan sementara Joon Jae kebetulan tidak melihat ke arah mereka. Ada apa, tanya Chung.
“Namanya sama dengan puteraku. Heo Joon Jae. Aku sudah lama tidak melihatnya.”
Chung melihat ekspresi Yoo Ran dan menyadari Yoo Ran adalah ibu Joon Jae.
“Menara Herkules?” tanyanya. Ia menceritakan apa yang diceritakan Joon Jae saat mereka di Menara Herkules. Bahwa ibu Joon Jae menceritakan kisah ibu Herkules yang sangat merindukan anaknya hingga orang-orang membangunkan mercusuar untuknya. Dengan harapan Herkules melihat mercusuar itu dan bisa menemukan ibunya. Dan menurut legenda, orang yang terpisah di menara tersebut akan bertemu kembali.
Yoo Ran hampir terjatuh. Chung cepat-cepat memeganginya. Ia menoleh pada Joon Jae dan berbicara dalam hatinya.
“Heo Joon Jae, legenda menara itu benar. Bahwa yang terpisah di sana pasti akan bertemu kembali. Mereka akan bertemu kembali dan saling mencintai. Selamat, kau sudah menemukan ibumu.” Chung tersenyum.
Joon Jae terpana dan pertama kalinya melihat benar-benar wanita paruh baya yang berdiri bersama Chung. Lampu hijau menyala, tanda untuk menyeberang.
Joon Jae melangkahkan kakinya menghampiri ibunya. Makin lama makin cepat. Yoo Ran berjalan dari arah berlawanan di temani Chung.
Komentar:
Saat pertama kali menonton adegan ini aku ngeri membayangkan tiba-tiba datang mobil yang akan menabrak Yoo Ran. Untunglah mereka berbaik hati mengeluarkan foto pertemuan Joon Jae dan ibunya hingga para penonton agak tenang.
Tadinya aku juga takut Joon Jae akan memaksa Chung kembali ke lautan setelah tahu apa yang akan terjadi padanya. Syukurlah itu tidak terjadi. Menandakan ia tidak mau berpisah dengan Chung.
Tak menyangka Chi Hyun berubah sedrastis itu. Atau sejak awal ia memang jahat? Meski alasannya adalah untuk melindungi ibunya, perbuatannya terlalu kejam.
Aku menduga ada kemungkinan Manajer Nam selamat karena belum ada kain putih menutupinya dan tidak ada kabar mengenai kematian Manajer Nam pada Joon Jae. Mudah-mudahan sih ya...karena sekarang bertambah satu orang yang berada dalam posisi bahaya. Presdir Heo.
Semoga aja manager nam bisa selamat
BalasHapusKarena cuma manager nam yg tahu akan kejahatan ibu tirinya itu
Akhirnya joon jae ketemu sama ibunya
BalasHapus