Chi Hyun berlari ke kamar Presdir Heo. Pelan-pelan ia membuka pintu. Ia mendengar saat Presdir Heo mengirim pesan pada Joon Jae bahwa ia berharap menjadi suami Yoo Ran dan ayah Joon Jae jika ia dilahirkan kembali. Ia menangis saat Presdir Heo meminta maaf dan berkata ia menyayangi Joon Jae.
Setelah itu tak terdengar suara lagi. Chi Hyun mendekati Presdir Heo dan memanggilnya. Tapi Presdir Heo tak bergerak. Chi Hyun memeriksa apakah Presdir Heo masih bernafas. Ia mundur ketakutan saat mengetahui Presdir Heo sudah tiada.
Kepanikan menutupi kesedihannya. Ia melihat cangkir berisi setengah racun di samping tempat tidur. Ia mencuci gelas itu sampai bersih lalu menelepon ambulans.
Pada polisi ia memberi keterangan bahwa Presdir Heo belum lama ini dioperasi karena pendarahan di otak dan juga sedang dijadwalkan untuk menjalani operasi mata yang membutuhkan obat-obatan untuk diminum.
Petugas medis menyatakan tidak ditemukan luka dan tidak ada reaksi bahan kimia beracun. Karena bibirnya membiru, diduga adanya serangan jantung. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.
Polisi bertanya di mana ibu Chi Hyun. Chi Hyun berkata ibunya sedang pergi. Ia diberitahu ibunya 2 jam yang lalu bahwa ia ada janji. Karena itu ibunya belum tahu mengenai kematian Presdir Heo. Ia belum mengabarinya karena ibunya akan terlalu shock jika diberitahu.
Polisi nampak bersimpati. Ia akan memindahkan Presdir Heo ke rumah sakit yang memiliki catatan medisnya dan menanyakan pendapat Chi Hyun. Chi Hyun setuju. Ia menangis keras saat melihat tubuh Presdir Heo ditandu keluar dari rumah.
Joon Jae melihat tubuhnya ayahnya terbaring kaku di bawah kain putih. Ia meratapi dan menyesali kematian ayahnya. Polisi membantu Chi Hyun keluar dari rumah, memberitahu Chi Hyun untuk mempersiapkan pemakaman Presdir Heo.
Joon Jae menoleh dan melihat Chi Hyun. Ia langsung menyerangnya dan memukulnya. Polisi tidak tahu siapa Joon Jae. Chi Hyun tentu saja bersikap seperti orang yang tak berdaya di depan polisi itu.
Sementara Joon Jae mengamuk menyalahkan Chi Hyun dan Nyonya Kang. Ia berkata ia akan membunuh mereka. Ia bahkan mendorong polisi yang hendak menariknya dari Chi Hyun.
“Kalian pembunuh! Kalian membunuh ayahku!” teriak Joon Jae penuh emosi. Chi Hyun menatapnya dengan wajah sedih.
Polisi menarik Joon Jae dan bertanya siapa dia. Joon Jae berteriak ia anak ayahnya. Ia anak Presdir Heo. Chi Hyun membenarkan, Joon Jae adalah adiknya. Joon Jae tak terima disebut adik Chi Hyun.
“Memangnya siapa kau!!!” Ia kembali menyerang Chi Hyun dan memukulinya.
Polisi berusaha menarik Joon Jae dan mengancam akan menahannya. Akhirnya beberapa polisi datang untuk menarik Joon Jae. Mereka memeganginya.
Detektif Hong berlari mendorong para polisi yang memegangi Joon Jae lalu memperlihatkan badgenya. Ia meraih Joon Jae dan menyuruhnya menenangkan diri. Joon Jae menjadi lebih tenang.
“Ayahku....ayahku sudah meninggal,” katanya pada Detektif Hong. Ia menangis dan berkata seharusnya ia menghentikannya tapi ia tidak bisa.
Memahami perasaan Joon Jae, Detektif Hong berkata itu sebabnya Joon Jae harus tenang. Joon Jae harus menemukan semua penyebab Presdir Heo menjadi seperti itu. Ia menyuruh Joon Jae ke rumah sakit sementara ia mengurus yang lain.
Di rumah, Chung mondar-mandir di tepi kolam mengkhawatirkan Joon Jae. Ia tidak bisa tidur karena terlalu khawatir. Nam Doo berkata Detektif Hong akan memberitahu mereka setelah bertemu Joon Jae. Tapi ada sesuatu yang membuatnya penasaran dan ingin ia tanyakan pada Chung.
Ia bertanya bagaimana Chung bisa tahu kalau Ma Dae Young tidak ingat semuanya. Apakah Chung yang membuat Dae Young menjadi seperti itu?
“Aku tidak pernah merasa telah mengenalmu dengan sangat baik, tapi akhir-akhir ini aku tidak yakin siapa kau dan kemampuan apa yang kaumiliki. Siapa kau?”
Chung menatap Nam Doo dengan waspada.
“Aku adalah....temanmu.”
Nam Doo tersenyum. Ia berkata pekerjaannya adalah membuat orang lain percaya bahwa ia adalah teman mereka lalu menikam mereka dari belakang (mengkhianati mereka). Chung setuju itu adalah hal yang tidak ia sukai dari Nam Doo.
“Tapi bagiku, sekali menjadi teman tetap teman. Mengkhianati atau tidak adalah pilihanmu. Jika kau menikamku dari belakang, barulah aku memikirkan apa yang akan kulakukan padamu. Sampai saat itu terjadi, kau tetap temanku.”
Mereka dikejutkan dengan suara Tae Oh yang berlari-lari ke arah mereka. Tae Oh menegur mereka karena tidak mengangkat telepon.
Begitu mendengar apa yang terjadi, ketiganya bergegas ke rumah sakit. Mereka menemukan Joon Jae terpuruk di lantai rumah sakit. Nam Doo memberi isyarat pada Tae Oh untuk menunggu di tempat lain, untuk memberikan kesempatan pada Chung menemani Joon Jae.
Begitu melihat Chung berdiri di hadapannya, Joon Jae kembali menangis. Chung memeluknya agar ia bisa menumpahkan seluruh isi hatinya.
Setelah agak tenang, Joon Jae bertanya bisakah Chung menghapus ingatannya akan ayahnya. Semua kenangan indah dan buruk tentang ayahnya sangat menyakitkan untuknya.
“Aku tidak bisa menghapusnya. Tak peduli bagaimana sakitnya, kau mencintai ayahmu. Ingatan akan cinta tidak akan lenyap meski itu menyakitkan.”
Joon Jae menyesal ia tidak datang lebih cepat. Ayahnya bisa saja diselamatkan. Seandainya ia mengurangi kadar kebenciannya terhadap ayahnya...sedikit saja...ia bisa menyelamatkan ayahnya.
Chung berkata semua ini bukan salah Joon Jae. Bukan karena Joon Jae. Tapi Joon Jae menyesal ia tidak mengangkat telepon terakhir ayahnya. Ia seharusnya menjawab telepon itu.
“Aku seharusnya mengatakan bahwa tidak apa-apa...aku memaafkan semuanya, dan aku juga menyayanginya. Aku seharusnya mengatakannya, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku terlalu sibuk membencinya. Satu hari saja....tidak, satu jam saja....jika aku memiliki 1 menit saja, aku ingin berbicara dengan ayahku. Sekarang aku tidak bisa melakukannya lagi,” isaknya.
Chung memeluknya dan berkata beberapa hal diungkapkan tanpa melalui perkataan. Ia yakin ayah Joon Jae tahu semua isi hatinya.
Nyonya Kang tiba dipapah oleh Chi Hyun dan polisi yang tadi pertama datang ke rumah keluarga Heo. Joon Jae dkk termasuk Detektif Hong dan partnernya ada di luar lamar mayat dan melihat mereka.
Nyonya Kang pura-pura shock melihat kamar mayat dan bertanya kenapa suaminya ada di sana. Ia menyalahkan dirinya yang pergi meski suaminya menyuruhnya pergi. Ia menangis dan meratap dengan begitu meyakinkan. Ujung-ujungnya ia jatuh pingsan....yang pasti juga pura-pura. Chi Hyun dan polisi itu membawa Nyonya Kang ke IGD.
Tapi Joon Jae dkk tidak bisa dibohongi dengan akting seperti itu. Detektif Hong berkata sungguh memalukan mellihat sendiri aksi kepura-puraan itu. Nam Doo berkata Nyonya Kang benar-benar berbakat, seharusnya jadi aktris saja.
Yoo Ran ke rumah sakit setelah mendengar berita itu. Ia menanyakan apa penyebab kematian mantan suaminya dengan begitu tiba-tiba. Joon Jae berkata dokter masuk memeriksa dan hasilnya akan keluar besok pagi.
Yoo Ran berkata itu sebabnya sejak dulu ia menyuruhnya untuk berhenti minum terlalu banyak dan merokok, tapi ayah Joon Jae tidak menurut. Merasa tak enak membicarakan ayah Joon Jae seakan ia masih istrinya, Yoo Ran berkata orang semakin tua semakin sering mengingat kenangan lama. Masa lalu terasa seperti baru terjadi kemarin.
“Tapi ayahmu sepertinya tidak begitu.”
Joon Jae terkejut dan bertanya apakah ibunya pernah bertemu ayahnya. Yoo Ran berkata sebulan lalu ia tak sengaja melihat ayah Joon Jae di rumah sakit ini. Tapi mantan suaminya itu pura-pura tidak mengenalinya dan berjalan melewatinya begitu saja meski mereka bertatapan.
Joon Jae teringat harapan ayahnya sebelum kematiannya bahwa ia ingin dilahirkan kembali menjadi suami Yoo Ran dan menjadi ayahnya. Ia memberitahu ibunya kalau ayahnya mengalami kerusakan kornea hingga sulit melihat. Yoo Ran terkejut.
“Ayah tidak berpura-pura tidak melihat Ibu. Ia tidak bisa melihat Ibu.”
Yoo Ran terhenyak. Joon Jae memeluk ibunya yang mulai menangis atas kepergian mantan suaminya.
Di ruang IGD, Nyonya Kang menelepon pengacara Lee dan menyuruhnya melaporkan kematian suaminya. Ia akan mengirim dokumen dan setifikat yang diperlukan. Ia juga memerintahkan proses pengalihan warisan. Pengacara Lee berkata proses itu membutuhkan waktu seminggu. Terlalu lama, kata Nyonya Kang. Ia menyuruh Sekretaris Lee menyelesaikannya secepat mungkin.
Chi Hyun menemui ibunya dan menutup tirai agar tidak ada yang bisa mendengar mereka. Nyonya Kang berkata Chi Hyun tidak perlu membelikannya obat karena ia sudah tidak apa-apa. Chi Hyun menatap ibunya dengan serius.
“Ibu yang melakukannya, kan?”
Nyonya Kang tidak mengerti apa maksud Chi Hyun. Chi Hyun berkata ibunya harus memberitahunya agar ia bisa membantu. Nyonya Kang mengakui ia yang melakukannya tapi untuk berjaga-jaga ia ingin Chi Hyun tidak tahu apapun.
Ketika keluar dari IGD, Chi Hyun melihat Nam Doo. Ia memanggilnya.
Dalam komanya, Manajer Nam melihat Nam Doo bergabung dengan pasukan yang baru direkrut Bangsawan Yang. Pada kehidupan dulu, Nam Doo bernama Park Moo. Bangsawan Yang dengar kemampuan Park Moo luar biasa karena itu ia memerintahkannya untuk membantu puteranya (Chi Hyun di kehidupan dulu).
Chi Hyun mengajak Nam Doo bicara di tempat sepi. Ia berkata ia dengar Joon Jae melakukan pekerjaan aneh hingga ia menyelidikinya karena khawatir. Saat itulah ia mengetahui pekerjaan mereka termasuk Nam Doo.
“Kau sedikit berbeda dengan Joon Jae. Joon Jae menipu orang yang memiliki uang kotor hingga mereka tak bisa melaporkan penipuan tersebut. Tapi kau tidak peduli dengan sumbernya, Jo Nam Doo-sshi. Dengan kata lain kau melakukan segala macam tindak kriminal.”
Nam Doo mengakui ia tidak membedakan. Ia makan segala sesuatu dan melakukan sesuatu. Memangnya kenapa?
Kata-kata sopan Chi Hyun berubah menjadi bahasa informal saat ia mengancam Nam Doo bahwa ia bisa memasukkan Nam Doo ke penjara hari ini juga.
“Jadi apa yang akan kau lakukan? Kau akan menurut padaku atau membusuk di penjara beberapa tahun?”
Nam Doo menatap Chi Hyun lalu tersenyum. Ia bertanya kenapa Chi Hyun mneggunakan banmal (bahasa informal) padanya.
“Aku selalu berpihak pada orang yang memiliki lebih banyak uang. Sepertinya kau akan mewarisi kekayaan ayahmu. Hyungnim (Kakak). Jika seperti itu, tidak perlu berlaku kasar padaku seperti ini. Aku memiliki lebih dari cukup alasan untuk berpihak padamu. Apa yang kauinginkan?”
“Aku akan menyingkirkan Joon Jae. Ke mana saja. Agar ia tidak ada di manapun.” Bunuh maksudnya?
Nam Doo berkata sebenarnya ada sesuatu yang spesial yang ia benar-benar inginkan. Jika Joon Jae menghilang, ia juga akan mendapatkannya dengan lebih mudah. Ia berkata ia agak ragu pada awalnya karena ia merasa dekat dengan Joon Jae, tapi sekarang ia setuju dengan Chi Hyun.
“Hubungan ini akan berakhir cepat atau lambat.”
Ketika ia bertemu Joon Jae yang sedang duduk bersama Detektif Hong, ia tersenyum.
Di depan Joon Jae dkk juga Nyonya Kang dan Chi Hyun, Dokter menyatakan kematian ayah Joon Jae adalah akibat gagal jantung mendadak. Joon Jae tidak terima, bukan karena diracuni? Dokter berkata kematian akibat racun akan menyebabkan bibir berwarna cokelat tua, tapi bibir Presdir Heo membiru seperti gejala serangan jantung.
Joon Jae berargumen racun kuat seperti sianida memang menimbulkan gejala seperti itu, tapi berbeda dengan racun dari bahan alami seperti bunga-bungaan. Gejalanya memang mirip serangan jantung. Ia ingin dilakukan otopsi agar bisa mengungkap kematian ayahnya, juga penyebab kerusakan kornea mata ayahnya.
“Kau ingin membunuh ayahmu untuk kedua kalinya?” protes Nyonya Kang.
Joon Jae bertanya apakah ada yang disembunyikan Nyonya Kang hingga menolak otopsi. Nyonya Kang beralasan sudah sangat berat baginya menerima kematian suaminya. Ia tidak ingin suaminya diiris-iris dengan pisau lagi.
“Apa yang kauingin temukan dari otopsi?”
“Bukti kau telah membunuh ayahku.”
Nyonya Kang menenangkan Chi Hyun yang hendak marah pada Joon Jae. Lalu dengan pura-pura prihatin ia berkata sudah 10 tahun Joon Jae pergi dari rumah. Selama 10 tahun itu ayah Joon Jae sangat merindukannya tapi Joon Jae tak pernah pulang. Sekarang ia curiga kenapa Joon Jae tiba-tiba seperti ini.
“Apa karena uang? Jika karena uang, aku akan berikan semuanya padamu. Jadi mari kita antar ayahmu dengan damai. Dia adalah ayahmu. Jangan kejam seperti itu,” Nyonya Kang tersedu.
Joon Jae berkata Nyonya Kang bisa berakting dengan sempurna hingga membodohi dirinya sendiri. Nyonya Kang bisa merayu banyak orang dan membutakan mata ayahnya. Tapi itu tidak akan berhasil lagi.
“Aku adalah satu-satunya putera kandung Heo Il Joong. Bunga yang ditemukan dalam rumah, jarum, dan sejumlah besar obat antikoligernik milik Kang Seo Hee adalah bukti yang bisa digunakan untuk membunuh. Jadi aku meminta otopsi,” kata Joon Jae pada polisi pertama yang mengurus kasus kematian ayahnya.
“Aku adalah putera tertua keluarga dan satu-satunya putera yang diakui ayahku. Adikku lari dari rumah 10 tahun lalu dan memutuskan hubungan dengan ayah kami. Karena masalah warisan, ia bertengkar dengan ayahku baru-baru ini. Aku dan ibuku tidak menginginkan otopsi. Ayahku akan setuju dengan itu,” kata Chi Hyun.
Sayangnya, Joon Jae tidak bisa membantah kalau ia lari dari rumah 10 tahun ini dan tidak ada bukti kalau hubungannya dengan ayahnya baik-baik saja.
Detektif Hong akhirnya mendapatkan surat perintah keesokan harinya dan bersama tim forensik ia menggeledah rumah keluarga Heo. Nyonya Kang sudah mengenakan pakaian berkabung. Detektif Hong berkata Nyonya Kang tidak akan bisa melakukan pemakaman jika diadakan otopsi. Nyonya Kang tersenyum sinis. Ia berkata terserah Detektif Hong saja.
“Apapun yang kukatakan, kau tidak akan percaya.”
Saat Nyonya Kang hendak pergi, Detektif Hong bertanya apakah Nyonya Kang kenal seseorang bernama Kang Ji Yeon. Nyonya Kang berkata mulai sekarang Detektif Hong harus menanyakan semua hal melalui pengacaranya.
“Ah, pengacara. Kurasa kau memang harus mengatakan sesuatu melalui pengacaramu. Kang Ji Yeon adalah nama saudara kembarmu.”
Detektif Hong mengeluarkan sebuah foto lawas dua orang anak perempuan kembar identik. Nyonya Kang berkata ia tidak tahu apa yang dikatakan Detektif Hong.
“Di mana adikmu sekarang? Atau kau orangnya?”
Nyonya Kang terdiam. Detektif Hong tersenyum puas.
Ternyata kembaran Nyonya Kang bukan mamanya Joon Jae XD Tapi jika Kang Seo Hee asli tidak ditemukan, artinya Kang Ji Yeon membunuh saudaranaya sendiri (mungkin menggunakan tangan Ma Dae Young) lalu ia mengambil identitas saudara kembarnya itu. Mengerikan banget wanita satu ini >,<
Polisi tidak menemukan apapun di rumah keluarga Heo. Mereka ke basement tapi tidak menemukan apapun. Meski begitu Detektif Hong yakin bunga2 itu masih di rumah ini.
Jin Joo memberitahu suaminya mengenai kematian Presdir Heo. Ia bertanya bagaimana dengan aset mereka karena Presdir Heo mewariskan semuanya pada Nyonya Kang dan Chi Hyun. Tadinya ia pikir Presdir Heo akan mengubah wasiatnya dan memberikannya pada putera kandungnya. Tapi jika Presdir Heo meninggal tiba-tiba seperti ini, maka tidak ada yang bisa diubah.
Apakah mereka berpihak di sisi yang salah, tanya suaminya. Lebih dari itu, kata Jin Joo. Terutama jika ia mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Nyonya Kang ia bisa-bisa dihukum mati.
“Tidak bisakah kau berpindah pihak?” tanya suaminya.
“Bagaimana bisa seperti itu? Sebagai manusia, berpindah pihak satu kali masih bisa diterima. Tapi jika kau berpindah dua kali, itu sangat salah. Aku tidak bisa melakukannya!” Dua jempol deh buat Jin Joo^^
Maka dengan mottonya itu, ia menemani Yoo Ran ke rumah sakit di mana jenasah Presdir Heo disemayamkan. Nyonya Kang marah melihat kedatangan Yoo Ran karena orang-orang sudah tahu ia istri pertama Presdir Heo. Yoo Ran tidak peduli. Ia menarik perhatian orang dan Nyonya Kang pasti canggung dengan kehadirannya.
Tanpa mempedulikan orang-orang yang berbisik-bisik mengenai kehadirannya, Yoo Ran memberikan penghormatan terakhir untuk mantan suaminya. Dalam hatinya ia berkata ada banyak hal di mana ia tidak bisa memaafkan mantan suaminya, tapi ia sangat sedih melihat akhir kehidupannya.
“Apakah kau bisa melihatku sekarang? Lihat aku baik-baik. Aku harus mengucapkan selamat tinggal,” katanya dalam hati dengan mata berkaca-kaca.
Yoo Ran menenangkan dirinya di toilet. Nyonya Kang menyusulnya. Ia menuduh Yoo Ran muncul karena uang, seperti Joon Jae yang tiba-tiba muncul setelah 10 tahun tak mengunjungi ayahnya.
“Alasanmu ke sini adalah untuk mencari receh yang bisa dikumpulkan, bukan?” katanya dengan nada menghina. “Jika kau tetap diam, aku mungkin akan memberimu sesuatu. Jika kau keluar seperti ini, apa aku mau memberimu satu sen pun?”
Plakk!! Yoo Ran menampar Nyonya Kang. Ia berkata Nyonya Kang dan Chi Hyun yang sudah mengumpulkan receh. Seharusnya mereka sudah puas menjadi parasit orang lain.
“Dan sekarang pencuri bertingkah sebagai pemilik? Kau terlalu serakah.”
Nyonya Kang tidak terima disebut pencuri (lah emang bener kok ;p) dan mengangkat tangannya untuk balas menampar Yoo Ran. Tapi Chung menangkap tangannya Ia berkata Nyonya Kang tidak berhak menampar Yoo Ran.
Nyonya Kang tidak mengenal Chung dan heran karena ia berani ikut campur. Yoo Ran membela Chung. Nyonya Kang berusaha melepaskan diri tapi Chung tidak melepaskan pegangannya. Ia mendorong Nyonya Kang hingga bersandar di tembok.
“Apa yang hendak kaulakukan?” tanya Nyonya Kang marah.
“Ada sesuatu yang ingin kuketahui,” kata Chung. Lalu ia memejamkan matanya.
Nyonya Kang nampak kebingungan. Chung melihat ingatannya. Ia melihat bagaimana Nyonya Kang menukar obat Presdir Heo, merebus racun dan memberikannya pada Presdir Heo hingga mengakibatkan kematiannya. Ia melihat Nyonya Kang turun ke basement dan membuka panel dinding. Di baliknya terdapat sebuah ruang rahasia berisi tanaman beracun itu, juga ada Ma Dae Young.
Ia melepaskan tangan Nyonya Kang. Nyonya Kang bertanya apa yang baru saja Chung lakukan.
“Aku bisa melakukan apapun tapi aku tidak melakukannya. Karena kau tidak seharusnya melupakan semua kejahatan yang kau perbuat. Kurasa kau harus ingat semuanya sampai akhir. Kau harus ingat semua hal yang kauinginkan agar kau lebih menderita karena tidak berhasil mendapatkannya,” kata Chung.
Ia menggandeng Yoo Ran lalu membimbingnya keluar.
Jin Joo menunggu sendirian sampai dikira petugas menyajikan makanan. Ia melihat teman-temannya yang juga hadir pada pertemuan itu berbalik arah menjilat Nyonya Kang. Ia tak menyangka begitu sedikit orang yang berprinsip.
“Mereka beruntung,” ia melihat mereka dengan iri. “Ugh...kenapa aku harus begitu jujur mengenai prinsipku sendiri. Aku sudah gila. Di mana Kak Yoo Ran? Saat ini hanya kami yang aneh di sini.”
Nam Doo menghampiri Joon Jae yang sedang duduk sendirian di lobi rumah sakit. Ia bertanya apakah Detektif Hong sudah menemukan bukti. Belum.
Nam Doo menyarankan agar Joon Jae pergi ke kamar duka. Joon Jae tidak mau karena ia belum tahu bagaimana ayahnya meninggal. Nam Doo bertanya apakah Joon Jae benar-benar harus melakukan otopsi.
“Semua itu sudah berlalu. Apapun kebenarannya, tidak akan membuat ayahnya yang sudah tiada hidup kembali. Kita hanya mendesak mereka. Dan lagi kau seharusnya berbaik-baik pada mereka dan menyelesaikannya hingga setidaknya kau mewarisi sesuatu.”
Tentu saja Joon Jae marah mendengar perkataan Nam Doo. Nam Doo berkata ia tidak mengatakan hal yang salah dan menyuruh Joon Jae memikirkannya.
Saat ia berjalan pergi, ia berpapasan dengan Chung dan meliriknya. Chung berkata pada Joon Jae kalau ia melihat sesuatu.
Joon Jae dan Chung dalam perjalanan menuju rumah Presdir Heo. Joon Jae berkata Chung datang untuk bersamanya namun malah terjebak dalam kekacauan ini. Melihat hal-hal buruk yang seharusnya tidak dilihatnya. Ia kesal semua ini menjadi bagian dari kenangan Chung saat bersamanya.
“Meski aku bahagia karena aku bisa melindungimu dengan apa yang kumiliki?” tanya Chung.
“Kau melindungiku?”
“Kenapa, Heo Joon Jae? Kaupikir aku tidak tahu? Memang benar aku naik ke darat tanpa tahu apapun hingga orang-orang memperlakukanku seperti orang bodoh. Tapi aku cukup populer di laut.”
Joon Jae meragukannya. Chung berkata ia adalah puteri duyung yang hampir punah. Akhir-akhir ini manusia merangsek ke dalam air dengan kapal selam, penyelam dan sebagainya. Sangat sulit bagi pada puteri duyung dan pangeran duyung untuk bersembunyi dan tetap bertahan hidup. Belum lagi hiu yang menguber mereka. idup mereka benar-benar susah.
Joon Jae bertanya apa yang Chung lakukan jika ada hiu. Chung berkata ia akan berkelahi dengan mereka dan tetap menang. Joon Jae tertawa.
“Wah, benarkah? Kekasihku memang paling hebat,” ia membelai rambut Chung.
“Kau tersenyum,” kata Chung sambil tersenyum. Mulai sekarang ia akan terus membuat Joon Jae tersenyum.
Aku akan melindungimu. Aku akan membuatmu tersenyum. Itu adalah kata-kata yang seharusnya diucapkan seorang pria, kata Joon Jae.
“Aku akan melindungimu. Aku akan membuatmu tersenyum,” kata Chung.
Joon Jae tersenyum. Chung menggenggam tangan Joon Jae lalu mengecupnya ringan berkali-kali.
Mereka tiba di rumah Presdir Heo. Berdasarkan ingatan Nyonya Kang yang dilihatnya, Chung berjalan ke basement. Detektif Hong berkata ia sudah memeriksa di sana tapi tak menemukan apapun. Joon Jae berkata tempat ini dulu tidak ada. Pasti Nyonya Kang yang membuatnya.
Chung ingat panel dinding yang dibuka Nyonya Kang. Ia mendorong panel tersebut. Detektif Hong berjalan masuk mendahului mereka. Mereka menemukan tempat tidur yang menyatakan ada orang yang tinggal di sini. Joon Jae menemukan ember berisi tanaman beracun di sudut kamar.
Detektif Hong melarang Joon Jae menyentuh tanaman tersebut karena mungkin saja ada sidik jari. Chung melihat gambar di dinding. Itu adalah gambar puteri duyung. Chung berkata Ma Dae Young tinggal di ruangan ini. Dan ini membuktikan Nyonya Kang adalah Kang Ji Yeon (karena hanya Kang Ji Yeon yang memiliki hubungan dengan Ma Dae Young).
Dengan diiringi Detektif Hong dan para polisi, Joon Jae dan Chung kembali ke rumah sakit. Mereka langsung menuju kamar duka. Nyonya Kang pura-pura senang melihat Joon Jae dan memintanya ikut memimpin perkabungan bersama Chi Hyun.
“Aku akan melakukannya....setelah melihatmu dipenjara.”
Nyonya Kang terkejut. Detektif Hong mengumumkan saat ini kasus kematian tak alami Presdir Heo telah menjadi kasus pembunuhan. Jenasah Presdir Heo akan segera dibawa ke Badan Forensik Nasional untuk diotopsi. Lalu ia menangkap Nyonya Kang sebagai tersangka pembunuhan tanpa surat perintah.
Chi Hyun bertanya apa mereka punya bukti. Apa mereka punya surat perintah? Detektif Hong berkata begitu banyak bukti yang ditinggalkan Nyonya Kang di rumah hingga mereka dengan mudah menemukannya. Karena itu tidak dibutuhkan surat perintah.
“Apa kau menuduhku membunuh suamiku sekarang? Kau seharusnya memfitnah orang yang tepat. Jika suamiku dengar, ia akan sangat marah.”
“Tutup mulutmu! Berhentilah menyebut nama ayahku dengan mulut itu!” kata Joon Jae marah.
Detektif Hong berkata perkataan Joon Jae ada benarnya. Ia memborgol Nyonya Kang lalu menggiringnya pergi. Nyonya Kang berteriak-teriak menyuruh mereka melepaskannya. Ia berkata mereka melakukan kesalahan terhadapnya. Ia berkata mereka tidak akan selamat karena melakukan ini pada orang tak bersalah.
Ia sempat terdiam saat melihat Chung. Lalu ia berteriak menyuruh Chi Hyun menelepon pengacara. Detektif Hong mendengus kesal pada polisi pertama yang sepertinya berpihak pada Chi Hyun karena tidak tahu apa-apa.
Joon Jae berdiri di depan altar ayahnya. Chung mendekatinya dan berdiri di sisinya. Joon Jae sudah menerima kematian ayahnya sekarang dan lebih tenang. Chung menggenggam tangannya dan bersandar padanya.
Shi Ah datang ke rumah sakit dan heran melihat orang-orang malah berbaris pergi. Tae Oh melihatnya dan memanggilnya. Shi Ah memalingkan wajahnya malu karena ingat bagaimana Tae Oh merangkulnya saat ia menangis patah hati.
Ia berusaha bersikap seperti biasa dan melambaikan tangannya. Ia bertanya mengapa suasana di sini seperti ini. Tae Oh merangkul pundaknya dan membawanya keluar dari keramaian.
Setelah mendengar penuturan Tae Oh, Shi Ah merasa kasihan pada Joon Jae. Tae Oh bertanya di mana mobilnya. Shi Ah datang naik bis. Tae Oh menawarkan diri untuk mengantarnya.
“Tidak apa-apa. Apa kau mau? Ini sudah malam. Tapi kau tidak boleh berpikiran macam-macam ya. Itu akan membebaniku.”
Tae Oh hanya tersenyum.
Mereka naik bisa yang dipenuhi penumpang anak sekolah. Shi Ah mengeluh mereka sangat berisik. Tae Oh memasangkan headphonenya pada Shi Ah. Lalu ia duduk bersandar dan memejamkan mata. Shi Ah diam-diam tersenyum.
Tak lama kemudian Tae Oh tertidur dan tak sengaja bersandar di pundak Shi Ah. Shi ah bergumam Tae Oh sudah memenangkan lotere.
“Ia pasti senang kalau tahu ia tertidur di pundakku.”
Ia terus memandangi Tae Oh dan bertanya-tanya bagaimana ia bisa lebih cantik dari perempuan. Ketika sudah tiba di halte tujuannya, ia tidak turun karena Tae Oh masih bersandar padanya.
Joon Jae dan Chung pulang ke rumah. Joon Jae menarik Chung untuk berbaring di tempat tidurnya. Chung berkata Ma Dae Young hilang ingatan tapi masih ingat pada puteri duyung. Dalam hal ini ia lebih baik dari Dam Ryeong yang tidak mengingat Se Hwa. Dan juga Joon Jae ;p
Joon Jae membalas Se Hwa berbicara sangat lembut. Senyum dan tindakannya begitu anggun. Hingga ia bertanya-tanya apakah wajah yang mirip menyebabkan sifatnya juga mirip. Chung menggelitik Joon Jae karena sudah mengoloknya. Tentu saja ia sadar sifatnya berbeda dengan Se Hwa.
Ia kembali serius dan bertanya apakah semuanya benar-benar akan kembali terulang dengan cara yang sama. Ia mengaku ia melihat orang lain saat ia menghapus ingatan Ma Dae Young.
Tombak yang membunuh mereka bukanlah tombak yang dilempar Dae Young. Ia melihat orang lain yang melemparnya dan ia melihat wajah orang itu. Siapa, tanya Joon Jae. Seseorang yang kita kenal, jawab Chung.
Pengacara Nyonya Kang berkata polisi tidak menemukan bukti langsung. Tidak ada bukti Nyonya Kang memberikan racun pada Presdir Heo. Ia menyarankan agar Nyonya Kang hanya menjawab singkat. Jika pertanyaannya tidak menguntungkan, ia cukup menjawab tidak ingat atau mengeluh sakit. Nyonya Kang berhak diam selama diperiksa. Karena Nyonya Kang ditangkap tanpa surat perintah, maka polisi hanya bisa menahannya selama 48 jam.
Maka itulah yang dilakukan Nyonya Kang selama ia diinterogasi. Ia bolak-balik menjawab ia tidak tahu, lalu mengeluh kepalanya sakit, menderita gejala panik, tidak ingat dan terus menerus meminta makanan.
Detektif Hong tidak menyangka sikap Nyonya Kang akan seperti itu karena ia pikir Nyonya Kang akan mengaku dengan banyaknya bukti. Jika Nyonya Kang mengaku maka ia didiskualifikasi sebagai pewaris dan semua uang warisan akan lenyap. Mungkin itu sebabnya ia begitu bertahan meski ditahan dalam sel. Joon Jae tahu Nyonya Kang akan dibebaskan jika tidak mengaku. Detektif Hong membenarkan.
Joon Jae keluar dari kantor polisi. Tak jauh dari sana Nam Doo melaporkannya pada Chi Hyun. Sore ini Chi Hyun akan menjemput ibunya yang dibebaskan. Ia menyarankan malam ini mereka bertindak karena Joon Jae dan polisi tidak akan tinggal diam.
Sore itu Detektif Hong terpaksa membebaskan Nyonya Kang. Chi Hyun menjemputnya dan memandang Detektif Hong dengan angkuh. Nam Doo lalu menjalankan mobilnya. Entah apakah Detektif Hong melihatnya.
Joon Jae berjalan ke mobilnya ketika tiba-tiba Nam Doo memukul kepalanya dari belakang. Joon Jae tak sadarkan diri.
Tae Oh sedang memeriksa CCTV ketika ia melihat di layar Nam Doo memukul Joon Jae. Ia berteriak kaget. Chung bertanya ada apa. Ia melihat layar.
Mereka pergi menyusul. Chung bertanya apa Nam Doo gila. Kenapa ia melakukannya. Tae Oh tidak ingin Chung ikut karena mungkin berbahaya.
“Tae Oh, ada sesuatu yang tidak kau ketahui. Jika kita berkelahi, kau bahkan tidak akan bisa menyelamatkan tulang-tulangmu. Ketahuilah bahwa aku lebih kuat darimu dan cepatlah.”
Nam Doo membawa Joon Jae ke sebuah gudang tua. Nyonya Kang dan Chi Hyun sudah menantinya di sana. Joon Jae dalam keadaan terikat. Nam Doo mendudukkannya di kursi. Chi Hyun menyuruhnya mengikat Joon Jae lebih kencang. Nam Doo menurut.
Joon Jae sadarkan diri dan terkejut melihat Nam Doo memperlakukannya seperti itu. Bagaimana bisa Nam Doo memperlakukannya seperti itu.
“Kau yang jatuh cinta pada seorang wanita dan berhenti bekerja denganku. Kau yang menkhianatiku!” ujar Nam Doo. “Aku juga harus mencari uang. Maafkan aku.”
Joon Jae berteriak-teriak menyuruh Nam Doo melepaskannya. Nam Doo malah mengeluarkan sepucuk surat. Surat bunuh diri Joon Jae yang akan ditemukan di kamarnya besok. Dalam surat itu tertera Joon Jae bunuh diri karena merasa bersalah telah membunuh ayahnya.
Joon Jae terkejut. Nam Doo lalu menyuntik Joon Jae dengan sesuatu. Ia berkata itu adalah acrotin, racun yang sudah membunuh Presdir Heo. Antara 10-30 menit, Joon Jae akan merasa nyaman alias mati. Kau gila, gumam Joon Jae.
“Karena kau tidak mendapatkan warisan dari ayah, itu menjadi motif pembunuhan. Dan karena kau tahu benar denah rumah, kau menyembunyikan bukti di basement,” kata Chi Hyun. Ia berkata tidak sulit mengarang cerita.
Joon Jae berteriak kesakitan. Nyonya Kang menyuruh Chi Hyun dan Nam Doo menunggu di luar. Nam Doo nampak merasa bersalah tapi ia pergi bersama Chi Hyun.
Joon Jae bertanya apakah Nyonya Kang pikir ia akan melepaskannya begitu saja. Nyonya Kang berkata orang mati tidak bisa berbicara. Seperti ayah Joon Jae.
“Bagaimana bisa kau melakukan itu pada Ayah? Ayah sangat baik padamu!” seru Joon Jae.
“Dan aku tidak baik?! Tujuh belas tahun! Aku menjalani 17 tahun berpura-pura menjadi orang terdekat Heo Il Joong dan aku sangat baik melakukannya. Tapi ketika waktunya tiba untuk mewariskan kekayaannya ia hanya mencari darah dagingnya sendiri.”
Joon Jae bertanya itukah sebabnya Nyonya Kang membunuh ayahnya. Nyonya Kang mengaku ia membunuh Presdir Heo. Tapi Presdir Heo memang sedang sekarat. Sebenarnya racun itu tidak ia berikan hanya dalam waktu 1-2 hari.
Ternyata ia memasukkan racun itu sedikit demi sedikit dalam minuman dan makanan Predir Heo. Hingga Presdir Heo kecanduan dalam jumlah kecil namun sama sekali tidak tahu. Hidupnya tidak akan melewati 1 tahun lagi.
“Tapi karena ia mengatakan ingin membuat wasiat, aku mengirimnya lebih cepat.”
“Kau membunuh suami-suami terdahulu seperti itu juga, bukan? Kang Ji Yeon?”
Nyonya Kang tersenyum membenarkan. Tapi tidak ada seorangpun yang tahu meski sudah 20 tahun berlalu. Mungkin 20 tahun lagi juga tidak ada yang akan tahu ia membunuh Joon Jae dan ayahnya. Ia tertawa.
Joon Jae ikut tertawa. Nyonya Kang menatapnya heran. Benarkah begitu, tanya Joon Jae.
Tiba-tiba terdengar suara dering telepon. Nyonya Kang melihat sekeliling. Detektif Hong muncul dari balik barang-barang di gudang itu. Diikuti beberapa polisi lainnya. Nyonya Kang terkejut. Para polisi langsung memborgol Nyonya Kang yang berteriak-teriak histeris.
Detektif Hong melepaskan Joon Jae.
“Lihatlah betapa banyak orang yang berpura-pura demi membuatmu mengakui kejahatanmu,” kata Joon Jae.
Ia mengeluarkan alat perekam lalu memberikannya pada Detektif Hong. Nyonya Kang terus berteriak dan meronta saat dibawa pergi polisi. Ia berteriak Joon Jae akan mendapat masalah.
Bagaimana Detektif Hong dan para polisi bisa ada di sana? Ternyata Nam Doo berbicara dengan mereka setelah Chi Hyun mengajaknya bicara. Ia mengaku ia mendapat pekerjaan dari Chi Hyun. Joon Jae dan Detektif Hong langsung menatapnya.
“Apa aku terlihat seperti pengkhianat? Kenapa semua orang melakukan ini padaku,” keluh Nam Doo. Hahaha...maaf ya Nam Doo, aku juga tadinya mengira kau pengkhianat XD
Detektif Hong berkata Chi Hyun tidak salah melihat orang. Joon Jae bertanya apa jawaban Nam Doo.
“Tentu saja aku bilang aku akan melakukannya,” kata Nam Doo.
“Aish...kau ini orang yang tidak bisa dipercaya,” omel Joon Jae.
“Hei, pihak sana adalah pewaris dan kau adalah pengemis. Kau tahu prinsipku kan? Pertama, uang. Kedua, lebih banyak uang.”
Joon Jae berkata kalau begitu Nam Doo bisa melakukan apa yang Chi Hyun mau dan mendapatkan uang. Kenapa malah menceritakannya pada mereka?
“Sayangnya, prinsip yang ketiga tidak cocok,” kata Nam Doo. “Etika. Aku menjaga etika tapi si brengsek itu terus berbicara banmal padaku meski ia lebih muda dariku.”
“Aku juga bicara banmal padamu,” kata Joon Jae.
“Kau kan pemilik rumah. Aku menghormati pemilik rumah. Hormat dan kagum.”
Detektif Hong bertanya apa Nam Doo menolak permintaan Chi Hyun. Nam Doo berkata ia mengiyakan permintaan Chi Hyun. Kenapa, tanya Joon Jae.
“Kita harus memukulnya. Memukul belakang kepalanya (mengkhianatinya).”
Ketika Nam Doo menyarankan agar Joon Jae tidak mengajukan otopsi, ia sudah lebih dulu mengirim pesan pada Joon Jae kalau mereka disadap hingga mereka harus saling berkirim pesan. Ia yang menyuruh Joon Jae terlihat lebih marah lagi.
Ketika Chi Hyun menjemput ibunya dari kantor polisi, Nam Doo menjalankan mobilnya dan sempat melambaikan tangan pada Detektif Heo dan partnernya. Mereka juga sudah siap untuk beraksi.
Ketika ia hendak memukul kepala Joon Jae juga ia sudah mengirim pesan pada Joon Jae kalau ia akan memukul kepalanya di dekat pintu mobil. Dan ia hanya menggetok pelan kepala Joon Jae dengan pipa. Ia berbisik agar Joon Jae jatuh pingsan.
Di mobil, Joon Jae mengoleskan darah imitasi ke kepalanya agar terlihat ia benar-benar terluka akibat pukulan Nam Doo. Joon Jae mengeluh kepalanya sakit. Nam Doo tidak percaya wong dia menggetok dengan pipa bohongan.
Chi Hyun terkejut saat melihat mobil berdatangan. Lalu ia melihat ibunya digiring keluar oleh polisi. Chi Hyun menatap Nam Doo dan tahu ia sudah dikhianati. Ia hendak menyerang Nam Doo tapi para polisi memeganginya.
Tae Oh dan Chung tiba. Mereka melihat Joon Jae keluar dengan selamat. Chi Hyun terkejut karena itu berarti suntikan tadi bukanlah racun. Nam Doo mengedipkan matanya pada Joon Jae. Joon Jae tersenyum dan berjalan ke mobil. Sama sekali tidak tahu Chung ada di sana.
Chi Hyun meronta sekuat tenaga. Ia meraih senjata di salah satu celana polisi yang memeganginya lalu mendorong polisi itu.
“Heo Joon Jae!!!” Teriaknya sambil mengacungkan senjata itu ke arah Joon Jae.
Chung terpana. Ia ingat bahwa orang yang melemparkan tombak untuk membunuh Dam Ryeong dan Se Hwa adalah Chi Hyun di kehidupan dahulu.
Joon Jae menoleh. Chung berlari ke arah Joon Jae. Chi Hyun menembakkan senjatanya.
Komentar:
Penyesalan Joon Jae memang sangat menyakitkan. Besok ia akan menjemput ayahnya namun malamnya ayahnya sudah pergi lebih dulu. Ia terus menyalahkan dirinya yang tidak berusaha lebih keras menyelamatkan ayahnya. Untunglah Chung yang kuat berada di sisinya hingga Joon Jae tidak terpuruk dalam menyalahkan dirinya sendiri.
Bagaimanapun juga yang meracuni Presdir Heo adalah Nyonya Kang. Chi Hyun membiarkannya meski sudah tahu. Dan ternyata racun itu sudah diberikan sedikit demi sedikit sejak lama hingga merusak tubuh Presdir Heo. Mungkin tanpa racun terakhir itu pun pada akhirnya Presdir Heo akan meninggal karena racun yang sudah terakumulasi dalam tubuhnya.
Gemes banget melihat akting pura-pura Nyonya Kang. Apalagi situasinya benar-benar tidak menguntungkan bagi Joon Jae yang memang 10 tahun ini tidak bertemu dengan ayahnya.
Jadi penyelamat sebenarnya adalah Nam Doo. Padahal sudah curiga dari awal sama Nam Doo. Gerak-gerik dan tatapannya itu seringkali mencurigakan sih XD Aku malah sempat berpikir Nam Doo yang melempar tombak pada Dam Ryeong.
Padahal tadinya berpikir Nam Doo tersentuh dengan ucapan Chung yang menganggapnya sebagai sahabatnya. Tapi sepertinya persahabatannya dengan Joon Jae selama 10 tahun ini yang membuatnya tidak serendah itu mengkhianati Joon Jae. Atau memang ia orang baik sejak kehidupan dahulu?
Takdir kembali terulang. Namun kali ini berbeda. Chung yang menyelamatkan Joon Jae. Dan ia membuktikan ucapannya bahwa ia akan melindungi Joon Jae. Lalu dengan perbedaan ini, apakah akan memberikan akhir berbeda dari takdir mereka? Chung memiliki kemampuan luar biasa dalam memulihkan tubuhnya. Jadi ia tidak akan mati, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)