Kamis, 26 Oktober 2017
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 15-16
Dalam kasus ini situasi terbalik. Jae Chan membebaskan Hak Young karena ia percaya Hak Young tidak bersalah. Sedangkan Yoo Bum? Aku tidak yakin ia benar-benar berpihak pada keluarga korban, karena sebelumnya saat menangani kasus So Yoon maupun Dae Hee ia juga tidak peduli. Menarik ia tidak menyobek kertas kali ini dan tidak melepas jam tangannya. Bahkan ia tidak menarik bayaran. Apakah ada kaitannya dengan masa lalunya? Apa ia kenal dekat keluarga korban?
Aku suka tim kerja para jaksa, polisi, maupun Hong Joo dengan seniornya. Sama seperti aku menyukai kerjasama Hong Joo, Woo Tak, dan Jae Chan. Meski Hong Joo tahu Woo Tak sempat diancam oleh Hak Young, tapi ia berpikiran terbuka menerima alasan Jae Chan membebaskan Hak Young. Dan juga tidak menjauhi Woo Tak karena mimpinya.
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 15
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 16
Rabu, 25 Oktober 2017
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 14
Bukan hanya kehadiran Robin yang membuat Seung Won terkejut, tapi juga sikap kakaknya yang hanya diam memandang keluar jendela di dalam ruangan yang gelap. Jae Chan bahkan melarang adiknya menyalakan lapi. Sedang apa dia?
Sedang mengintai rumah tetangga alias Hong Joo. Mereka melihat Hong Joo, ibunya, dan Woo Tak sedang makan bbq bersama.
Nama Woo Tak kembali ditulis oleh ibu dalam catatan kandidat pasangan Hong Joo. Karena Woo Tak sudah menyelamatkan Hong Joo, ia akan merawat Woo Tak sampai benar-benar pulih. Ia menanyakan makanan kesukaan Woo Tak. Woo Tak berkata ia akan menulis daftarnya dan memberikannya pada ibu.
Woo Tak mencari-cari daun perilla namun tak menemukannya. Hong Joo menawarinya sayur lain tapi Woo Tak berkeras bbq tidak terasa lengkap tanpa daun perilla.
Maka ia pun menelepon Jae Chan dan memintanya membelikan daun tersebut. Dengan berat hati karena merasa hutang budi, Jae Chan bersedia membelikannya.
Namun saat keluar rumah, Hong Joo sudah menunggunya. Rupanya Woo Tak juga menugasi Hong Joo untuk membeli berbagai barang keperluannya. Bahkan ia meminjamkan mobilnya.
Mereka tiba di toko. Woo Tak menelepon mereka dengan video call agar ia bisa memilih sendiri barang-barang yang ia inginkan. Barang pertama yang ingin ia beli adalah boneka penguin karena menurutnya mirip Hong Joo.
“Memang mirip. Kaki dan tangan yang pendek, mata yang lebar, dan bibir yang cemberut,” kata Jae Chan. Hong Joo cemberut.
Lalu Woo Tak menyuruh Jae Chan mencoba berbagai penutup mata untuk tidur. Err...kok aku ngerasanya Woo Tak agak ngerjain Jae Chan dan Hong Joo ya... soalnya barang yang dibeli tidak penting semua^^
Mereka pulang agak larut malam hingga Hong Joo berkata pesta bbq nya pasti sudah selesai. Jae Chan diam-diam tersenyum karena itu artinya Woo Tak tidak akan mendapatkan daun perilla. Mereka melewati kafe langganan mereka dan tidak melihat Cho Hee.
Mereka tiba di depan rumah. Jae Chan menyuruh Hong Joo meninggalkan barang belanjaan mereka. Ia yang akan membawakannya. Tapi Hong Joo menolak. Ia tidak ingin terus membuat Jae Chan terganggu.
“Kau pikir kau membuatku terganggu?”
“Ya, aku terus menerus ditolong olehmu tanpa bisa membalasnya.”
“Apa kau tidak menyukainya?”
Hong Joo berkata ia ingin membalas budi untuk semuanya sekaligus tapi ia tidak bisa. Jadi ia hanya bisa membalas sedikit demi sedikit.
“Bisakah aku menjadi kekecualian? Jangan merasa kau perlu membalasku. Kau bisa tak tahu malu denganku.”
“Kenapa kau ingin jadi kekecualian? Apa kau ingin selalu membantuku? Kau ingin melindungiku? Kau mengkhawatirkan aku?” kata Hong Joo dengan nada bercanda.
“Ya,” jawab Jae Chan serius sambil menatap Hong Joo.
Hong Joo berdehem. Ia bertanya ada apa dengan Jae Chan akhir-akhir ini. Setiap kali ia bercanda Jae Chan selalu membuatnya jadi romantis. Membuatnya berdebar saja.
“Jadi dirimu saja. Dirimu yang normal,” kata Hong Joo sambil mengipasi dirinya sendiri.
“Setelah ini, kita anggap impas,” Jae Chan menggenggam tangan Hong Joo.
Lalu ia mendekat untuk... kiss? Tapi ia tak bisa maju lagi karena tertahan seatbelt mwahahahaha XD
“Apa yang sedang kaulakukan?” tanya Hong Joo.
Malu, Jae Chan pun keluar dari mobil. Hong Joo turun mengikutinya. Tapi ibu Hong Joo sepertinya sudah tidur atau pergi karena pintu tidak dibuka juga. Hong Joo memberikan barang yang dibawanya pada Jae Chan agar ia bisa mengambil kunci. Masih merasa malu, Jae Chan menyuruh Hong Joo cepat.
Hong Joo berhasil membuka pintu. Lalu ia bertanya sebenarnya apa yang tadi hendak dilakukan Jae Chan di mobil. Jae Chan menyuruh Hong Joo melupakannya saja. Ia berkata sama seperti ketika Hong Joo membukakan apronnya (Hong Joo saat itu menanti kiss Jae Chan) ia juga tidak mengatakan apapun untuk menjaga perasaan Hong Joo.
“Jadi kau juga seharusnya....”
Ia terdiam karena Hong Joo tiba-tiba menciumnya. Saking kagetnya ia hanya diam terpaku. Hong Joo jadi malu dan bertanya bukankah ini yang tadi hendak dilakukan Jae Chan. Jae Chan masih diam.
“Kukira itu. Kurasa aku salah,” kata Hong Joo tertawa malu. “Ini semua tidak terjadi, ya.”
Ia cepat-cepat masuk ke dalam rumah.
Kasihan Woo Tak yang melihat semua itu dari layar bel pintu. Namun saat Hong Joo masuk ia pura-pura seperti baru keluar dari kamar mandi. Hong Jooo memintanya melihat barang belanjaannya. Ia bisa menukarnya nanti jika ada yang tidak disukai Woo Tak. Woo Tak tersenyum dan berkata ia tidak perlu memeriksanya. Ia menyukai apapun yang Hong Joo beli. Hong Joo agak heran dengan sikap Woo Tak.
Jae Chan masuk ke dalam rumah lalu senyum-senyum sendiri. Hahaha...he’s so happy^^
Bahkan ketika Seung Won melapor Robin buang air di dapur, Jae Chan malah menggendong Robin dengan penuh sayang sambil memujinya. Seung Won bengong dan bertanya apa kakaknya habis minum-minum. Tidak, jawab Jae Chan.
Seung Won pelan-pelan memberitahu kakaknya kalau mereka mendapat kiriman uang lagi dari Ahjusshi. Entah bagaimana ahjusshi itu menemukan alamat baru mereka. Dan ia sudah mengirimkan uang pada mereka selama hampir 10 tahun. Ia bertanya apakah mereka bisa menggunakan uang itu sekarang. Tapi Jae Chan berkata ia akan mengembalikan semua ketika ia menemukan Ahjusshi tersebut.
Seung Won berkata ia menaruh uang itu di meja Jae Chan. Ia bahkan sama sekali tidak menyentuhnya. Jae Chan mengambil amplop itu. Ingatannya kembali pada 13 tahun lalu saat ia dan Hong Joo remaja (tapi Jae Chan tidak tahu itu Hong Joo) berlari menghindari para wartawan yang mencari mereka di rumah duka.
Saat mereka bersembunyi, mereka mendengar para wartawan membicarakan kakak tentara yang kabur. Tentara itu sebenarnya sedang mencari kakaknya saat semua peristiwa itu terjadi. Dan kakaknya adalah seorang polisi. Kakak tentara itu kabarnya ada di rumah duka ini jadi para wartawan keluar mencarinya.
Setelah para wartawan pergi barulah Jae Chan bertanya apakah Hong Joo putra dari supir bis yang tewas. Hong Joo mengiyakan, tidak mengoreksi ucapan Jae Chan kalau ia adalah seorang anak perempuan.
Hong Joo menoleh dan melihat ada orang lain bersembunyi di tempat itu. Jae Chan menoleh dan melihat seorang polisi. Polisi anak buah ayahnya yang pernah menenangkannya saat ia menangis. Ahjusshi, panggil Jae Chan.
Hong Joo bertanya apakah ahjusshi adalah polisi yang tadi dibicarakan para wartawan. Ahjusshi hampir menangis dan meminta maaf.
“Orang yang membunuh ayahku adalah adik Ahjusshi?” tanya Jae Chan.
“Aku juga tidak tahu. Aku tidak tahu adikku akan melakukan hal semacam itu,” kata Ahjusshi polisi.
Jae Chan berteriak marah sambil mencengkeram seragam ahjusshi. Ahjusshi menangis sambil terus meminta maaf.
“Ahjusshi bilang aku memiliki banyak waktu. Ahjusshi bilang aku bisa mengesankan ayahku mulai sekarang. Ahjusshi yang bilang begitu. Banyak waktu apanya!! Tidak ada masa depan bersamanya. Ayahku sudah tidak ada. Bagaimana bisa aku membuatnya terkesan? Bagaimana?” Jae Chan menangis.
Ahjusshi nampak sangat menyesal dan hanya bisa menunduk sambil menangis.
Jae Chan menaruh amplop berisi uang itu di lacinya. Bersama dengan tumpukan amplop lainnya yang ia terima selama ini.
Keesokan paginya Jae Chan menunggu Hong Joo keluar dari rumah, tapi yang ditunggu tidak juga muncul. Hong Joo diam-diam mengintip dari lubang di bawah pagar. Ibunya melihatnya dan bertanya apa yang sedang ia lakukan.
Hong Joo memberi isyarat agar ibunya tidak bicara lalu ia berbisik meminta ibunya memberitahu Jae Chan kalau ia sudah pergi bekerja. Ibunya mengiyakan.
Maka ibunya keluar menemui Jae Chan.
“Hong Joo ingin aku memberitahumu bahwa ia sudah pergi kerja. Apa terjadi sesuatu? Kalian bertengkar?”
“Tidak,” kata Jae Chan tertawa. Ia berteriak memanggil Hong Joo agar keluar.
Terpaksa ia keluar. Dan seperti biasa kalau ia sedang malu, ia bersikap seolah semua superrrrr biasa saja. Ia pamit pada ibunya lalu mengajak Jae Chan pergi.
Sepanjang perjalanan Hong Joo tidak mau dekat-dekat dengan Jae Chan. Memandangnya pun tidak. Jae Chan bertanya apa Hong Joo menghindarinya karena apa yang terjadi kemarin.
“Kemarin? Ada apa kemarin? Apa aku bertemu denganmu kemarin? Aku tidak ingat.”
“Kalau begitu anggap saja itu tidak pernah terjadi. Apakah itu yang kauinginkan?” Jae Chan menarik Hong Joo agar mendekat padanya.
Hong Joo berkata ia tidak tahu apa yang Jae Chan bicarakan. Jae Chan akhirnya memegang kedua pundak Hong Joo agar ia menghadap padanya.
“Tidak ada yang terjadi kemarin. Apa kita baik-baik saja sekarang?” tanyanya.
“Ya.”
“Jadi jangan saling menghindari lagi. Berhentilah menghilang saat aku mencarimu.”
Hong Joo mengangguk pelan.
Do Hak Young kembali memperbaiki kabel internet atlet panahan. Kali ini gadis itu nampak kesal. Karena sudah ketiga kalinya dalam sebulan internetnya bermasalah. Dan Hak Young beralasan itu terjadi karena banyak orang pindahan hingga perusahaan internet lain terus menerus menyentuh kabelnya.
“Kau selalu mengatakan itu tapi rusak lagi,” gerutu gadis itu.
Hak Young tersenyum dan berkata gadis itu bisa memanggilnya lagi. Dan seperti biasa ia meminta gadis itu memberikan rating bagus saat ada survey pelanggan. Tapi kali ini gadis itu berkata ia akan memberi rating bagus jika internetnya tidak rusak lagi.
Tanpa diminta, Hak Young menawarkan untuk membawakan sampah keluar. Saat di luar, wajah Hak Young nampak kesal.
Karena Woo Tak sedang tidak bekerja, Kyung Han berpatroli dengan polwan. Kyung Han berkata Woo Tak akan kembali kerja minggu depan. Polwan itu gembira karena ia menaruh hati pada Woo Tak. Ia bertanya bisakah mereka mengajak Woo Tak makan malam bersama.
Kyung Han heran kenapa polwan itu ingin makan malam bersama Woo Tak sementara saat ini ia yang menjadi rekan patrolinya. Si Polwan berkata justru karena itu setidaknya ia ingin melihat Woo Tak saat makan malam.
Perbincangan mereka terhenti saat mendapat panggilan mengenai adanya peristiwa kematian tak wajar di daerah itu. Mereka segera menuju TKP.
Di depan sebuah apartemen mereka melihat seorang ahjumma nampak sangat gugup. Ahjumma itu mengaku sebagai pembantu rumah tangga. Dan saat ia masuk apartemen ia melihat...
Kyung Han bergegas masuk apartemen dan terkejut dengan apa yang dilihatnya. Si gadis atlet panahan, Yoo Su Kyung, terbaring kaku dengan darah mengalir dari kepalanya. Dan darahnya dibuat menjadi sebuah bentuk geometri yang belum jelas artinya.
Hong Joo menyiarkan berita mengenai peristiwa tersebut. Yoo Su Kyung diduga dibunuh dan tewas karena kehabisan darah akibat luka di belakang kepalanya. Berdasarkan hasil otopsi, kematiannya diperkitrakan terjadi pada pagi hari. Dan satu-satunya orang yang diketahui mengunjungi rumah tersebut pada waktu itu adalah Do Hak Young, seorang teknisi internet. Polisi mengetahuinya dari rekaman CCTV apartemen tersebut dan sudah mengeluarkan surat perintah pencarian.
Woo Tak mengamati berita itu dengan serius sampai Hong Joo bertanya apakah Woo Tak kenal dengan Do Hak Young. Woo Tak berkata ia belum pernah bertemu orang itu.
Ia memberikan daftar makanan yang ia inginkan pada ibu Hong Joo. Ia bertanya bolehkan ia membawa sebagian ke rumahnya. Ibu Hong Joo dengan senang hati menerimanya dan berkata ia sudah menunggu daftar tersebut.
“Apa kau akan pulang?” tanya Hong Joo.
“Ya, aku akan segera kembali bekerja. Aku seharusnya kembali sekarang.”
“Benarkah?” tanya semua orang berbarengan.
Namun hanya satu orang yang mengatakannya dengan penuh semangat dan terlihat gembira. Jae Chan XD
Melihat semua orang melihat padanya dengan aneh, ia cepat-cepat memasang wajah sedih dan berkata itu sangat disayangkan. Woo Tak tersenyum geli.
Malam itu Woo Tak memasukkan semua barangnya ke dalam mobil dan bersiap pulang. Ia berkata rasanya barangnya bertambah tiga kali lipat.
“Tentu saja. Pikirkan semua barang kauminta kami belikan. Kau juga meminta banyak makanan,” kata Jae Chan.
Hong Joo diam-diam mencubitnya dan mengingatkan kalau mereka harus balas budi dan tidak melupakan apa yang terjadi.
“Aku sedang balas budi. Apa lagi yang bisa kulakukan?” bisik Jae Chan membela diri.
Ia tersenyum dan menawari untuk mengantar Woo Tak. Ia yang akan menyupiri. Maka ia dan Hong Joo mengantar Woo Tak. Di perjalanan ia bertanya apakah Woo Tak merasa nyaman karena ia berusaha mengemudi dengan sangat hati-hati. Bagus sekali, kata Woo Tak.
Hong Joo berseru senang saat melihat Cho Hee telah kembali bekerja di kafe langganan mereka. Jae Chan dan Woo Tak ikut menoleh. Hong Joo merasa sangat lega karena ia selama ini mengkhawatirkannya. Jae Chan ikut tersenyum dan berkata ia juga merasa lega.
Woo Tak melihat Hong Joo dan Jae Chan sambil tersenyum lebar. Ada apa, tanya Jae Chan. Tidak ada apa-apa, kata Woo Tak.
Jae Chan dan Hong Joo juga membantu membereskan barang-barang Woo Tak. Errr...penguin Woo Tak kok menciut ya^^ Hong Joo memasukkan makanan dari ibunya ke dalam kulkas. Ia mendapati kulkas Woo Tak tak ada makanan, hanya ada beberapa minuman.
Jae Chan bertanya apakah Woo Tak harus ke rumah sakit lagi. Tidak, kata Woo Tak, karena jahitannya sudah dilepas kemarin. Ia bertanya apa Jae Chan ingin lihat. Dan siap mengangkat bajunya.
Jae Chan cepat-cepat merangkul Woo Tak sebelum Hong Joo bisa melihat. Ia berkata untuk apa ia melihatnya. Tapi kemudian ia mengkhawatirkan keadaan Woo Tak dan bertanya apa Woo Tak kesakitan. Tidak apa-apa, kata Woo Tak.
Setelah selesai, Jae Chan dan Hong Joo pamit pulang. Hong Joo berkata ibunya ingin Woo Tak datang sarapan bersama mereka setiap hari. Dan memberitahunya jika Woo Tak kehabisan makanan. Jae Chan menyuruh Woo Tak meneleponnya jika memerlukan sesuatu, ia akan langsung datang.
“Jangan khawatir, kalian sudah melakukan cukup untukku. Berkat kalian aku menjalani masa menyenangkan beberapa hari terakhir ini. Jadi mari kita anggap impas. Kalian tidak berhutang apapun padaku. Kau benar, Jae Chan. Aku tidak ingin membesar-besarkan lukaku maupun menyalahkan kalian. Aku hanya senang kau baik-baik saja,” kata Woo Tak pada Hong Joo, “Jadi aku tidak ingin kau menangis meski sesaat. Jangan salahkan dirimu juga, ya.”
Keduanya heran mendengar perkataan Woo Tak. Apa ia juga ada di taman waktu itu?
“Tidak, aku melihatnya dalam mimpiku. Kalian berdua menyengsarakan diri kalian di taman,” kata Woo Tak sambil tersenyum.
Jae Chan bertanya apa itu sebabnya Woo Tak membuat mereka melakukan berbagai macam hal untuknya. Kau baru menyadarinya sekarang, tanya Woo Tak.
“Itu menyakiti peraasanku. Aku tidak pernah merepotkan orang lain tanpa alasan,” kata Woo Tak bercanda.
Hong Joo tersenyum. Berarti selama ini Woo Tak menyuruh-nyuruh mereka agar mereka merasa lebih baik. Tapi Jae Chan tidak nampak senang.
“Setelah membuat kita melakukan semua itu, ia membuatnya dirinya nampak keren hanya dengan satu kalimat. Itu tidak adil. Dia membuatku terlihat seperti orang yang paling dangkal. Aku tidak menyangka ia bisa melakukan hal semacam ini. Ia memiliki sisi misterius.”
Hong Joo teringat pengakuan Woo Tak bahwa ia anak satu-satunya dan kesayangan orang tua. Tapi mengapa kulkasnya kosong dan tidak ada makanan sama sekali? Bukankah biasanya orangtua mengirimkan makanan untuk anak mereka?
“Kau benar. Ada sesuatu yang misterius mengenai dirinya,” katanya.
Woo Tak bermimpi ia menghadap Jae Chan di ruang interogasi. Jae Chan menanyainya mengenai hubungannya dengan Do Hak Young.
“Kami satu SMA. Dan ia teman sekamarku sampai satu setengah tahun yang lalu.”
“Apakah kau juga berpikir ia mungkin pembunuhnya setelah mendengar insiden itu?”
“Ya.”
Woo Tak terbangun karena suara telepon. Hong Joo yang meneleponnya. Hong Joo terdengar khawatir dan bertanya apa Woo Tak baik-baik saja. Apa ada yang terjadi?
“Tidak ada apa-apa. Kenapa kau bertanya?”
“Aku baru bermimpi mengenai dirimu. Kau ingat buronan itu, Do Hak Young? Orang itu menerobos rumahmu dalam mimpiku. Kau mengenalnya bukan? Kau pura-pura tidak kenal dengannya, kan?”
Woo Tak berkata ia benar-benar tidak mengenal Do Hak Young. Menurutnya mimpi itu tidak berarti apapun. Tapi Hong Joo khawatir dan menyuruh Woo Tak menelepon polisi.
“Kenapa aku menelepon polisi di saat aku sendiri polisi?” kata Woo Tak tertawa geli.
“Aku melihat orang itu menarikmu dan mengancammu dalam mimpiku,” kata Hong Joo.
“Baiklah, jangan khawatir. Aku akan pastikan aku sudah mengunci pintu. Jadi jangan khawatir dan tidurlah yang nyenyak.”
Begitu menutup telepon, senyum Woo Tak lenyap. Ia menoleh dan bertanya, “Mengapa kau ada di sini?”
Do Hak Young sedang duduk di dekat meja sambil memangku Robin. Ia berkata Woo Tak belum mengganti password pintunya padahal ia pindah lebih dari setahun yang lalu. Dan Robin juga masih mengingatnya.
Hong Joo tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya. Ia mengambil jaketnya.
“Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau ada di sini?”
“Woo Tak, aku telah menjadi seorang pembunuh.”
Woo Tak berkata ia sudah menonton berita dan polisi saat ini sedang mencari Hak Young. Hak Young berkata ia benar-benar tidak melakukannya. Ia memang pergi ke rumah korban tapi ia langsung pergi setelah memperbaiki kabel internetnya.
“Mereka bilang aku membunuhnya. Aku benar-benar tidak melakukannya tapi semua orang mengatakan aku pembunuhnya. Aku tidak percaya semua ini terjadi,” kata Hak Young emosi.
Woo Tak berkata sebaiknya Hak Young menyerahkan diri. Ia akan mengantarnya. Hak Young berkata ia akan menyerahkan diri.
“Tapi Woo Tak, kau akan membantuku, kan? Kau orang yang paling kompeten yang kukenal. Kau memiliki koneksi karena kau seorang polisi dan kau juga pintar. Karena itu aku ada di sini. Kau percaya padaku, kan? Kau akan memihakku, kan?”
“Jika aku berkata aku percaya padamu, apa kau akan menyerahkan diri?” tanya Woo Tak.
Menyadari Woo Tak tidak sepenuhnya percaya padanya, Hak Young terpukul.
“Jika aku menjadi pembunuh seperti ini, aku akan mengungkap rahasiamu pada polisi. Kau tidak menginginkannya, bukan? Jadi kau harus membuktikan ketidakbersalahanku bagaimanapun caranya.”
Woo Tak terdiam. Sementara Hong Joo berlari keluar rumah...sepertinya ia akan ke rumah Woo Tak.
Komentar:
Rahasia apa? Padahal sudah semakin tidak mencurigai Woo Tak, tapi sekarang balik lagi jadi curiga ia ada kaitannya dengan si tentara. Apa mungkin ia ada kaitannya dengan Ahjusshi polisi? Anaknya? Apa karena dia juga Ahjusshi bisa menemukan alamat baru Jae Chan?
Lalu apakah pertemuan mereka saat kecelakaan mobil itu merupakan suatu kebetulan, takdir, atau sesuatu yang sudah direncanakan?
Meski begitu aku yakin Woo Tak berada di pihak yang baik. Ia hampir mati melindungi Hong Joo jadi rasanya tak mungkin jika ia berniat jahat.
Selasa, 24 Oktober 2017
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 13
Woo Tak sebenarnya sudah tahu apa yang akan terjadi malam itu karena Jae Chan sudah memberitahunya saat mereka kebetulan bertemu dan sarapan bersama. Ketika itu Jae Chan meminta bantuan Woo Tak dan memberikan secarik kertas berisi info tempat dan waktu kejadian.
Ia mengatakan dalam mimpinya Hong Joo diserang oleh seorang pria bernama Kang Dae Hee, seorang tersangka pembunuh yang sedang diadili. Ketika itu Jae Chan berkata tak mungkin Da Hee dibebaskan jadi ia tidak tahu kenapa ia bermimpi seperti itu. Woo Tak meminta Jae Chan tidak khawatir karena ia akan memastikan Hong Joo tidak sendirian pada waktu tersebut.
Dan itulah yang terjadi. Woo tak memastikan Hong Joo tidak sendirian, namun akhirnya ia sendiri yang dilukai oleh Kang Dae Hee. Karena luka yang parah, Woo Tak tidak sanggup meraih telepon.
Jae Chan khawatir karena tidak bisa menghubungi Woo Tak maupun Hong Joo. Ia teringat dalam mimpinya Hong Joo mengatakan di mana ia berada saat ia berada dalam bahaya. Ia melihat jamnya....hanya 15 menit sebelum peristiwa dalam mimpinya terjadi.
Jae Chan bersama Investigator Choi dan anak buahnya akhirnya tiba di kedai ayam Dae Hee. Di dalam ia melihat Kyung Han dan polwan sedang panik meminta bantuan untuk Woo Tak yang tak sadarkan diri. Kyung Han menekan luka Woo Tak untuk menghentikan pendarahan dan memberitahu Jae Chan di mana Dae Hee berada.
Jae Chan langsung berlari ke atap, diikuti oleh Investigator Choi yang susah payah menyusulnya. Investigator Choi mengomel mengapa Jae Chan tidak menggunakan tangga saja. Nah itu dia XD juga kenapa Hong Joo kaburnya ke atas bukan ke luar ;p
Di atap, Jae Chan berkelahi dengan Dae Hee. Tapi Dae Hee lebih kuat. Untunglah Hong Joo punya sepatu lebih kuat. Ia melempar sepatunya yang tinggal sebelah mengenai kepala Dae Hee.
Investigator Choi tiba dan langsung menendang Dae Hee. Dae Hee diringkus namun dengan percaya diri ia berkata ia akan dibebaskan dan menyuruh mereka menelepon Yoo Bum.
Hong Joo terduduk lemas. Jae Chan menghampirinya dan Hong Joo langsung memeluknya sambil menangis, melepaskan semua rasa takutnya. Jae Chan menenangkannya dan berkata sudah tidak apa-apa. Sementara Cho Hee menangis melihat kakaknya ditangkap.
Hong Joo menanyakan keadaan Woo Tak, Jae Chan tidak menjawab.
Woo Tak sadarkan diri. Ia melihat Jae Chan dan Hong Joo yang menungguinya. Begitu juga polwan teman Woo Tak. Polwan langsung memanggil dokter.
Hal pertama yang ditanyakan oleh Woo Tak adalah keadaan Hong Joo. Hong Joo menggenggam tangannya dan berkata ia baik-baik saja.
“Syukurlah kau baik-baik saja.”
Kyung Han menerobos masuk dan menyeruak di antara Jae Chan dan Hong Joo. Ia berkata Woo Tak yang tidak baik-baik saka.
“Kau satu-satunya yang hampir mati, dasar bodoh,” katanya sambil menangis. Ia tambah menangis setelah memastikan Woo Tak mengenalinya.
Dae Hee meringkuk dalam penjara. Ia teringat perkataan Yoo Bum ketika ia hendak menyewanya pertama kali. Setelah Dae Hee mengakui ia membunuh adiknya, Yoo Bum berkata itu sama saja dengan Dae Hee menyuruhnya mengisi tangki tak berdasar. Dae Hee harus memberitahunya di mana lubangnya agar ia bisa menambalnya dan mengisi tangki itu dengan air. Dan ternyata Yoo Bum berhasil membebaskannya.
Karena itu kali ini Dae Hee meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia bisa mengisinya lagi. Ia sudah berhasil, jadi kenapa ia tidak bisa melakukannya lagi kali ini. Ia berteriak-teriak meminta polisi memanggilkan Yoo Bum untuknya.
Woo Tak masih dirawat di rumah sakit ditemani oleh Jae Chan. Ia berkata ini pertama kalinya ia tertikam. Ternyata apa yang dilihatnya di film-film itu bohong. Dalam film para aktor masih terus berkelahi meski sudah ditikam berkali-kali. Padahal dalam kehidupan nyata mustahil untuk tetap bergerak.
“Begitu kau ditikam, kau kehilangan seluruh tenagamu. Aku bahkan tidak bisa mengangkat jariku.” Ia bahkan tidak bisa membuka botol minum.
Jae Chan membantunya. Ia meminta maaf Woo Tak mengalami semua ini karena ia menceritakan mimpinya dan memintanya melindungi Hong Joo. Woo Tak berkata justru ia berterimakasih Jae Chan memberitahunya. Jae Chan tersenyum.
Ia bertanya apa yang akan terjadi pada Dae Hee. Jae Chan berkata kali ini Dae Hee tidak akan bisa lolos. Mereka memiliki bukti Dae Hee meracuni adiknya sampai mati, dan Cho Hee sudah memutuskan untuk bersaksi di pengadilan.
“Dan yang terpenting, jaksa yang menangani adalah orang yang sangat bisa diandalkan.”
“Oh, siapa dia?”
“Aku.” Pfft...
Ketika kembali ke kantor, Jae Chan berpapasan dengan Investigator Choi dan Hyang Mi. Hyang Mi melihat luka di wajah Jae Chan dan bertanya apa ia dipukul Dae Hee. Jae Chan berkata ia tidak dipukul tapi hanya terluka kecil saat hendak menjatuhkan Dae Hee. Eerr...oke deh^^
Hyang Mi bertanya kenapa Investigator Choi baik-baik saja sementara Jae Chan terluka. Memangnya Investigator Choi tidak ikut. Jae Chan melihat Asisten Kepala Park dan Jaksa Son berdiri di belakang Pak Choi dan berusaha memberi isyarat pada Pak Choi. Tapi Pak Choi dan Hyang Mi tidak menyadarinya. Ia membela diri ia ikut tapi ia tidak bisa menyamai langkah Jae Chan.
“Ia melompati 4 anak tangga sekaligus sedangkan aku paling banyak 2. Bagaimana aku bisa menyamainya?” keluh Pak Choi.
Hyang Mi kagum dan berkata itu mungkin saja karena kaki Jae Chan yang panjang. Pak Choi meneruskan memuji Jae Chan yang lari tanpa rasa takut menyerang Dae Hee karena memiliki ban hitam tingkat 4. Ia juga punya ban hitam. Setiap orang yang ikut wamil setidaknya mendapat ban hitam tingkat 1.
Ia bertanya pada Jae Chan apa hal terpenting saat hendak menjalankan surat perintah penangkapan. Jae Chan berkata sebaiknya mereka membicarakannya nanti saja. Tapi Pak Choi berkeras Jae Chan harus menjawabnya.
“Eh...menangkap penjahat?”
“Salah! Keselamatan dirimu. Menangkap penjahat itu hal kedua.”
Asisten Kepala Park dan Jaksa Son akhirnya menghampiri mereka setelah mendengar seluruh percakapan itu. Mereka terkesan dan memuji Jae Chan. Asisten Kepala Park membenarkan apa yang dikatakan Pak Choi tapi tetap saja Pak Choi tidak boleh mengkritik Jae Chan karena sudah mengutamakan menangkap penjahat di atas keselamatan dirinya sendiri.
Jae Chan berkata Pak Choi juga bekerja keras malam itu. Tapi Asisten Kepala Park hanya memuji Jae Chan. Kasian Pak Choi...
Jae Chan bertemu dengan Yoo Bum saat naik lift. Berbeda dari biasanya kali ini Yoo Bum tidak terlihat sok ramah dengan Jae Chan. Mungkin karena hanya mereka berdua.
Jae Chan berkata pasti sulit bekerja sebagai pengacara setelah sebelumnya menjadi jaksa.
“Kau harus berpihak pada orang yang salah meski tahu apa yang mereka lakukan. Aku pikir aku tidak akan bisa melakukannya meski ditawari puluhan juta won.”
“Jangan seyakin itu. Aku hari ini bisa jadi kau esok hari.”
Jae Chan bertanya apakah Yoo Bum akan menangani kasus Dae Hee. Yoo Bum berkata bukankah Jae Chan sudah mendapatkan semua bukti yang cukup untuk menuntut Dae Hee.
“Bukankah itu menjadi alasan lebih untuk meminta lebih banyak uang?” sindir Jae Chan.
Tapi Yoo Bum berkata ia tidak akan menangani kasus itu. Meski ditawari banyak uang, ia tidak bertaruh pada hal di mana ia tidak akan menang.
Dae Hee bersikap sombong dan tidak kooperatif ketika diinterogasi Jae Chan dan Pak Choi padahal ia dituntut berbagai kasus: kasus pembunuhan, percobaan pembunuhan, melukai orang lain, perusakan properti, dan melanggar hak perlindungan hewan.
Ia berkata ia dianggap tak bersalah sampai sidang memutuskan ia bersalah. Jae Chan menatapnya dan berkata ia sebaiknya menyerah jika bersikap seperti itu karena Yoo Bum.
“Ia tidak akan menangani kasusmu.”
Dae Hee masih saja songong dengan berkata ia hampir menjadi ahli hukum setelah pernah menjalani persidangan. Ia menyebutkan pasal di mana disebutkan setiap orang berhak didampingi oleh pengacara. Ia berkata undang-undang memberinya hak untuk menyewa Yoo Bum. Ia menuduh Jae Chan menghalanginya menghubungi Yoo Bum.
Jae Chan balas menyebutkan pasal di mana disebutkan negara akan menyediakan pengacara jika terdakwa tidak bisa mendapatkan seorang pengacara. Dae Hee marah menggebrak meja dan berkata ia sedang berusaha mencari pengacara tapi Jae Chan terus menghalanginya.
“Panggil Lee Yoo Bum untukku! Ia akan datang jika aku memanggilnya!”
“Pengacara Lee memberitahuku bahwa ia memutuskan untuk tidak mengambil kasusmu,” kata Jae Chan dengan tenang. “Karena ia tidak pernah bertaruh pada hal yang tidak bisa ia menangkan. Ia juga memintaku menyampaikan pesan ini: tangkimu sudah hancur, apapun yang kaulakukan tidak akan bisa mengisinya. Ia berkata kau tahu artinya. “
Dae Hee tertegun. Ia menyangkal ia tahu artinya tapi lalu ia mengamuk berteriak-terika menyuruh mereka memanggil Yoo Bum. Sampai-sampai Pak Choi dan anak buahnya harus memeganginya.
Jae Chan dan Seung Won menonton liputan Hong Joo mengenai kasus tersebut. Hong Joo memberitakan mengenai Dae Hee yang sempat dibebaskan karena kurangnya bukti. Lalu terungkap bahwa ia telah meracuni kucing-kucing liar dengan sianida dan memasukkannya ke obat herbal untuk membunuhnya.
Jae Chan berdecak kesal. Seung Won bertanya kenapa kakaknya tidka nampak senang. Seakan merasa tidak adil. Jae Chan ternyata ingat pada mimpinya di mana ia bersandar pada Hong Joo dan Hong Joo bertanya apa yang tidak adil.
Tapi karena kenyataan telah berubah, bukan Hong Joo yang menonton bersamanya. Melainkan Seung Won.
“Benar-benar rusak,” gumamnya.
“Apanya yang rusak?” tanya Seung Won.
“Kau yang merusaknya,” kata Jae Chan, membuat adiknya bingung.
Dalam persidangan, Jae Chan mengemukakan bahwa korban, adik Dae Hee, bekerja keras siang malam. Ia membelikan Dae Hee hadiah ulang tahun dengan uang gajinya sendiri dan gembira jika bisa memberi uang saku untuk adiknya, Cho Hee. Tapi keserakahan telah membuat Dae Hee merampas kebahagiaan adiknya sendiri. Dan meski Dae Hee sudah melakukan kejahatan terberat, ia menangis palsu di depan jenasah adiknya dan menipu para penyidik. Bahkan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya. Untuk itu Jae Chan menuntut hukuman penjara seumur hidup bagi Jae Hee.
Asisten Kepala Park memasang tulisan baru di kantornya: puji orang lain dan salahkan dirimu sendiri. Ia berkata Jae Chan sudah mencegah hal mengerikan. Meski Jae Chan sedang tidak bersama mereka, mereka harus bertepuk tangan untuknya. Jaksa Son dan Jaksa Lee bertepuk tangan sementara Hee Min tetap diam.
“Aku yang akan menanggung kesalahan karena telah membebaskan Kang Dae Hee. Meski aku tahu betul bagaimana Jaksa Lee bisa bersikap ceroboh, aku tidak memeriksa ulang semuanya saat penyelidikan paska kematian. Aku juga selalu tahu kesombongan Jaksa Shin suatu saat akan menimbulkan masalah bagi kita. Apa yang kupikirkan dengan menyerahkan kasus sebesar ini padanya? Ini semua salahku,” kata Asisten Kepala Park.
Jaksa Son cepat-cepat berkata ia yang bersalah karena ia jaksa senior yang seharusnya memeriksa semuanya dengan lebih teliti. Jaksa Lee berkata ia yang salah karena ia membawahi langsung Jaksa Shin dan seharusnya lebih berhati-hati. Jaksa Shin berkata...
“Benar, aku juga pikir Jaksa Lee yang salah.”
Semua menengok padanya.
Setelah rapat, Jaksa Lee menegur Hee Min karena sama sekali tidak merasa bertanggungjawab telah melepaskan Dae Hee. Tapi Hee Min berkata Jaksa Lee yang salah karena tidak melakukan otopsi. Jaksa Lee berkata ia memang salah tapi Hee Min adalah jaksa yang menangani kasus tersebut.
“Mengapa kau tidak menyadari kantung obat saat menggeledah rumahnya? Jika kau menemukannya...”
“Aku pasti akan mengambil kantung obat itu jika saja Senior melakukan otopsi dan menyatakan kalau kematian itu akibat diracuni. Senior menyatakan kematian disebabkan kecelakaan jadi aku mencari bukti yang cocok dengan pernyataan itu,” kata Hee Min keras kepala.
“Aku tidak pernah mengatakan aku benar! Aku tahu aku melakukan kesalahan, tapi kau juga bertanggungjawab untuk itu! Seorang polisi tertikam karena kita. Mungkin saja akan ada korban lain. Apa kau tidak takut sama sekali? Tanganku masih gemetar karena takut.”
“Sama sekali tidak. Jika sesuatu seperti itu terjadi, itu bukan salahku. Itu salah Senior.”
Astaga....Hee Min ini Yoo Bum versi wanita >,< Mirip sama jaksa drama sebelah ;p
Hong Joo masih teringat bagaimana Woo Tak menyuruhnya menunggu di luar sementara ia masuk ke dalam kedai ayam Dae Hee. Lalu Woo Tak ditikam namum masih berusaha menyelamatkannya dengan menyuruhnya lari sementara dirinya sendiri ditendang bertubi-tubi oleh Dae Hee.
Jae Chan meneleponnya dan bertanya ia ada di mana. Ia sudah berjanji akan mengantar Hong Joo tiap hari ke kantor. Hong Joo berbohong ia ada di kantor polisi mencari berita. Ia akan di sana selama beberapa hari. Padahal ia sedang berjalan melewati sebuah taman.
Ia berkata ia sangat sibuk hingga tak punya waktu untuk merasa takut akhir-akhir ini jadi Jae Chan tak perlu mengantarnya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Jae Chan berdiri tak jauh di hadapannya. Jae Chan bertanya apa taman ini kantor polisi. Ia memegang satu kotak tissue di tangannya.
Hong Joo bertanya bagaimana Jae Chan tahu ia ada di sini. Jae Chan berkata ia tahu melalui mimpi. Ia melihat Hong Joo menyalahkan diri sendiri di taman ini sendirian.
“Menangis, dan terlihat jelek.”
“Aku menangis? Aku jelek? Kau benar-benar penuh imajinasi. Bagaimana bisa kau bermimpi tak mungkin seperti itu,” kata Hong Joo sambil menggelengkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian, ia menangis tersedu-sedu. Diiringi tatapan prihatin Jae Chan karena Hong Joo hampir menghabiskan satu kotak tissue. Ia bertanya apa Hong Joo pikir Woo Tak terluka karenanya. Apa Hong Joo menyalahkan diri sendiri karena membawa Woo Tak ke kedai ayam itu?
Hong Joo berkata ia tidak bisa tidur karena berpikir demikian. Jae Chan berkata kalau begitu ia juga harusnya menangis dan tidak tidur setiap malam karena ia juga berhutnag budi sangat besar pada Woo Tak. Bahkan lebih besar dari Hong Joo.
“Aku juga menyalahkan diriku.”
“Kau terlihat santai untuk orang yang menyalahkan diri sendiri. Bagaimana kau bisa seperti itu?” tanya Hong Joo.
Jae Chan berkata ia berusaha menempatkan diri di posisi Woo Tak. Jika ia adalah Woo Tak, ia juga tidak ingin membesar-besarkan luka itu. Dan ia juga tidak akan menyalahkan mereka. Sebaliknya, Woo Tak mungkin senang karena Hong Joo baik-baik saja.
“Ia pasti merasa lega. Jadi jangan lama-lama salahkan dirimu. Tapi jangan lupakan apa yang sudah terjadi. Hanya dengan cara itu kau bisa membalasnya.”
Jaksa Lee masuk ke ruang interogasi dan melihat Hee Min sedang menangis tersedu-sedu. Hee Min terdiam menyadari kehadirannya. Jaksa Lee tahu, Hee Min juga sebenarnya merasa bersalah namun harga dirinya terlalu tinggi untuk mengakuinya. Tanpa bicara apapun ia keluar dan menempel kertas bertuliskan: “sedang ada penyelidikan, jangan ganggu”, lalu menyingkirkan orang-orang yang akan masuk ruangan itu. Ia memberi ruang bagi Hee Min untuk menangis.
“Penyesalan tidak ada gunanya. Tidak perlu menangisi susu yang sudah basi. Kau hanya perlu mengisi gelasnya lagi pelan-pelan. Waktu tidak akan berjalan mundur,” kata Jae Chan.
Hong Joo bertanya apakah itu lirik lagu atau semacamnya, karena sama sekali bukan kata-kata yang akan dikatakan seorang Jae Chan.
“Kau mengutip kata-kata orang, kan?”
“Kau pintar,” kata Jae Chan sambil tersenyum.
Ingatannya kembali pada 13 tahun lalu saat ayahnya dengan marah membuang semua rapornya setelah ia mengakui kalau ia sudah memalsukan nilai rapornya. Setelah itu ia menangis sendirian di luar kantor ayahnya.
Saat itu, seorang anak buah ayahnya menghampirinya dan menanyakan namanya. Jae Chan bersikap ketus padanya. Polisi itu bertanya apa Jae Chan menangis. Jae Chan menyangkal meski jelas ia menangis.
“Akan sangat bagus jika waktu bisa diputar kembali, tapi apa yang bisa kaulakukan? Tak ada gunanya menangisi susu yang sudah basi. Kau memiliki banyak waktu. Kau bisa mengisi kembali gelasnya pelan-pelan. Nanti akan tiba waktunya ayahmu tidak kecewa lagi padamu. Jadi jangan terlalu banyak menangis. Jangan terlalu lama salahkan dirimu, tapi jangan lupakan apa yang terjadi. Mengerti?” kata polisi itu.
Jae Chan mengangguk pelan.
Jae Chan berkata seseorang pernah mengatakan hal itu padanya dulu. Hong Joo bertanya siapa orang itu. Tidak tahu, kata Jae Chan. Ia bahkan tidak ingat namanya. Ia menyodorkan dasinya saat Hong Joo merogoh kotak tissue yang sudah kosong.
Hong Joo sudah berhenti menangis. Ia menyeka air matanya dengan dasi Jae Chan dan bertanya apa ia boleh bersandar. Jae Chan menepuk pundaknya.
“Jangan terlalu banyak menangis. Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu. Tapi jangan lupakan apa yang sudah terjadi... Pada waktu itu, aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa kata-kata hangat yang menenangkan itu akan diingat sebagai kata-kata terakhir seseorang suatu hari nanti....”
Seorang petugas membetulkan kabel internet di rumah seorang gadis. Gadis itu tampaknya seorang atlet panahan yang pernah mengikuti olimpiade. Ia bertanya kenapa koneksi internetnya bisa putus. Si petugas berkata sepertinya ada tetangga yang salah menggunakan kabel.
Sebelum pulang, ia berkata rating pelayanan pelanggan sangat penting bagi mereka jadi ia meminta gadis itu memberikan komentar yang baik saat ada survei. Gadis itu tidak keberatan. Seorang ahjumma di dapur meminta si petugas membawakan dus berisi sampah ke luar sekalian pulang, maka ia akan memberikan rating 10 dari 10.
Si Pelanggan merasa tak enak hati karena itu bukan tugas si petugas. Ia berkata ia yang akan membawanya keluar. Tapi si petugas menawarkan diri untuk membawanya keluar karena ia juga memang akan pergi. Sekali lagi ia meminta si gadis memberikan komentar yang baik untuknya. Tentu saja, kata si pelanggan.
Si petugas membawa dus itu keluar. Namun saat pintu ditutup, senyumnya menghilang. Ia mengeluarkan ponselnya lalu mengupdae status Fbnya. Namanya adalah Do Hak Young. Statusnya: apakah aku pergi saja?
Woo Tak yang masih berbaring di rumah sakit melihat status tersebut dan memberi “like”. Suster masuk dan memberitahunya kalau ia sudah boleh keluar dari rumah sakit.
Begitu ia mendapat pesan dari Woo Tak, ia langsung pamit pada Du Hyun. Jae Chan sudah lebih dulu tiba di rumah sakit. Ia memuji tubuh Woo Tak yang berotot. Woo Tak berkata semua polisi bertubuh sepertinya.
“Kecuali rekanmu,” kata Jae Chan sambil mengamati tubuhnya sendiri.
Hong Joo menerobos masuk saat Woo Tak masih berpakaian. Jae Chan cepat-cepat menghalangi pandangan Hong Joo pada Woo Tak. Hong Joo cuek dan bertanya kenapa Jae Chan menghalanginya.
“Biarkan aku melihatnya juga,” kata Hong Joo sambil terus berusaha melihat.
Woo Tak tersenyum geli melihat mereka berdua. Ia bertanya bisakah ia tinggal di rumah Hong Joo selama beberapa hari.
“Kenapa?!” tanya Jae Chan keras. Terlalu keras sampai Woo Tak dan Hong Joo kaget.
Woo Tak berkata dokter menyuruhnya istirahat di rumah tapi ia tidak bisa melakukannya sendirian. Ia juga tidak mau pulang ke rumah orangtuanya karena ia anak satu-satunya. Ketika ia kecil, sebuah persik jatuh ke kepalanya. Orangtuanya langsung menebang semua pohon persik di lingkungannya.
Sebelum bergabung dengan kepolisian ia bahkan harus menulis surat perjanjian yang menyatakan ia akan langsung berhenti jika ia terluka. Jika orangtuanya tahu, ia pasti langsung disuruh mengundurkan diri.
Hong Joo berkata ia pasti membantu. Jae Chan berkata Woo Tak juga bisa tinggal di rumahnya. Tapi Woo Tak meminta tolong untuk hal lain.
Ketika pulang sekolah, Seung Won terkejut melihat keadaan rumahnya seperti kapal pecah. Ia berteriak-teriak memanggil kakaknya. Tapi bukan Jae Chan yang muncul, melainkan Robin!
“Siapa kau? Aku memanggil Kakak, bukan kau!” seru Seung Won kaget. Guk, sahut Robin.
Komentar:
Sekarang karena keduanya merasa berhutang budi pada Woo Tak, harusnya mereka memimpikan Woo Tak juga, kan? Iya, kan?
Apa arti kata-kata Hong Joo bahwa kata-kata itu akan menjadi kata-kata terakhir seseorang? Duh...mengkhawatirkan gitu sih >,<