Hong Joo bermimpi ia terkapar di tanah tak bergerak. Dengan mengenakan seragam biru reporter SBC. Meski hujan lebat membasahi tubuhnya, ia tidak bangun. Mati? Apakah itu sebabnya ia berhenti menjadi reporter? Karena ia bermimpi tewas mengenakan seragam SBC?
Mimpi seperti ini bukan pertama kalinya bagi Hong Joo. Mimpi itu belum terjadi tapi membuatnya merasa ia sudah merasakannya. Ia merasa ia masih berada di tengah mimpi itu meski ia sudah bangun. Membuatnya merasa esok pagi tidak akan pernah datang. Benar-benar mimpi buruk.
Tapi ada suatu suara yang membangunkannya dari mimpi buruknya. Ia merasa tenang karena suara itu memberitahunya bahwa malam dan mimpi buruk telah berlalu untuk sementara. Suara itu memberitahunya, “Pagi telah tiba. Kau tidak apa-apa sekarang.” Membuatnya merasa lega.
Suara apa itu? Suara ibunya yang bangun di pagi hari dan mempersiapkan sarapan lalu masuk kamar untuk membangunkannya. Suara ibunya seperti pagi yang mengusir malam. Padahal yang dilakukan ibunya adalah mengomelinya karena kamarnya yang berantakan seperti kandang babi. Perkataan yang selalu diulangnya setiap hari sampai Hong Joo hafal.
Sama seperti pagi ini. Hong Joo memeluk ibunya. Ibunya awalnya berkata Hong Joo terlalu besar untuk bermanja-manja seperti itu. Tapi ia lalu menyadari sesuatu dan bertanya apakah Hong Joo bermimpi “itu” lagi. Hong Joo mengiyakan sambil terus memeluk ibunya. Ibunya nampak khawatir.
Jae Chan tidak bermimpi. Tapi mimpinya mencium Hong Joo selalu terngiang. Ia berusaha mengenyahkan pikiran itu. Seung Won heran kakaknya makin rajin berangkat pagi. Jae Chan berkata ia harus menghindari seseorang.
Terdengar bel di pintu. Seung Won melihat siapa yang datang dan berkata tetangga mereka membawakan ikan. Jae Chan lalu menyuruh adiknya yang membukakan pintu. Ia sudah berpakaian sangat rapi dan tidak ingin Hong Joo salah paham lagi mengira ia berdandan rapi seperti itu hanya untuk membukakan pintu. Tapi Seung Won menolak karena ia sudah kebelet.
Terpaksa Jae Chan membukakan pintu. Namun bukan Hong Joo yang datang melainkan ibunya. Ibu Hong Joo membawakan ikan karena ia dengar dari Seung Won kalau sarapan mereka tidak banyak.
“Itu tidak baik, terutama bagi pria. Kau akan kecapean seharian.” Jadi ibu Hong Joo membungkus satu per satu ikan itu agar dapat ditaruh di kulkas dan tinggal dikeluarkan satu per satu untuk dipanggang. Itu lebih mudah daripada membuat ramyun.
Jae Chan tersenyum senang dan berterimakasih. Ibu Hong Joo gembira Jae Chan menyukainya.
Seperti biasa Jae Chan pergi ke kafe langganannya. Gadis pelayan kafe berkata Jae Chan datang lebih pagi akhir-akhir ini. Jae Chan mulai menyebut pesanannya namun pelayan kafe berkata si gadis berambut pendek sudah memesannya. Sekarang gadis itu sedang ke toilket dan akan segera kembali.
Jae Chan terkejut karena Hong Joo juga datang sepagi itu. Si pelayan berkata Hong Joo selalu mencari Jae Chan namun mereka tidak pernah bertemu jadi ia memberitahu Hong Joo untuk datang lebih pagi.
Hong Joo masuk dengan kesal sambil melihat jamnya. Namun ia tidak melihat Jae Chan karena Jae Chan cepat-cepat bersembunyi. Lucunya, Jae Chan tidak pergi. Ia malah duduk mengamati Hong Joo. Hong Joo terus menerus mencari Jae Chan dari orang yang lalu lalang di luar kafe. Ia terlihat kecewa setiap kali tidak melihat sosok Jae Chan.
Jae Chan menghela nafas panjang dan akhirnya duduk di sebelah Hong Joo. Hong Joo sangat senang dan langsung menyerahkan kopi Jae Chan. Jae Chan berkata apa Hong Joo sekarang menjadi penguntitnya? Apa Hong Joo tidak punya kerjaan lain?
Hong Joo membenarkan. Ia bertanya apakah Jae Chan selalu rapat pagi akhir-akhir ini. Ia tidak tahu Jae Chan pergi sepagi ini hingga membuang-buang waktu beberapa hari ini.
“Kau bilang kau sedang cuti. Apa tidak sebaiknya kau kembali?”
“Kalau begitu kau tidak akan bisa melihatku sering-sering. Apa kau ingin begitu?”
“Ya, sangat ingin,” kata Jae Chan.
“Maaf, tapi aku lebih senang melihat wajahmu daripada bekerja.”
Tapi Jae Chan bertanya apakah alasannya karena Hong Joo tidak ingin kembali bekerja. Pertanyaan yang tepat sasaran karena seketika itu juga raut wajah Hong Joo berubah muram.
“Aku bukannya tidak ingin kembali. Aku sebaiknya kembali atau tidak?”
“Kenapa kau tanya padaku?”
Hong Joo berkata ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sebagian dirinya ingin kembali namun sebagian lagi tidak.
“Jadi kau yang memutuskan, aku akan melakukan sesuai perkataanmu. Aku sebaiknya kembali atau tidak?”
Jae Chan bertanya apakah pekerjaan menjadi reporter penuh tekanan hingga Hong Joo begitu tidak ingin kembali. Hong Joo berkata sebaliknya ia sangat ingin kembali.
Di rumah, saat membereskan kamar Hong Joo, ibu menemukan surat permintaan untuk kembali bekerja.
Begitu tiba di kantor, Jae Chan langsung disapa Yoo Bum yang memujinya...entah menyindir...kalau Jae Chan terlihat hebat. Dengan enteng Jae Chan menjawab kalau ia memang terlahir dengan wajah tampan. Ok deh XD
Yoo Bum bertanya apa Jae Chan mengencani seseorang. Tentu saja, jawab Jae Chan. Yoo Bum terkejut.
“Aku berkomitmen pada kasus-kasusku.”
Mereka tiba di depan lift. Begitu lift terbuka, ternyata isinya hampir penuh dengan para asisten jaksa termasuk Investigator Choi. Mereka langsung menyapa Yoo Bum dengan ramah. Heran deh...padahal kan mereka sudah tahu kalau Yoo Bum ini memanipulasi bukti >,<
Yoo Bum melangkah masuk ke dalam lift. Ia mengajak Jae Chan masuk. Jae Chan menolak. Tapi Yoo Bum terus menerus memaksa membuat orang lain kesal karena Jae Chan terus menolak. Harusnya kesal sama yang memaksa atau yang menolak? Jae Chan terpaksa masuk dan berdesak-desakkan dengan mereka semua.
Yoo Bum bertanya apakah Jae Chan sudah membuat kemajuan. Ia berkata dulu ia sangat cepat melakukan segala sesuatu.
“Aku hanya perlu sebulan untuk...”
“Cukup..di sini banyak orang,” Jae Chan mengingatkan, mengira Yoo Bum membicarakan Hong Joo.
Tapi ternyata Yoo Bum berkata ia diberi penghargaan sebagai jaksa hanya dalam waktu sebulan. Ia bertanya pada semua orang di lift apakah itu hal yang tidak pantas dikatakan di depan mereka. Tentu saja mereka menjawab tidak.
“Kau pasti berpikir aku membicarakan tentang kemajuan yang lain. Tentang Nam Hong Joo-sshi?” tanyanya sinis.
Yoo Bum keluar dari lift lebih dulu dan sempat-sempatnya berkata kalau ia juga jauh lebih cepat dalam masalah Hong Joo daripada Jae Chan. Kau sebaiknya meningkatkan permainanmu, katanya penuh arti.
Para asisten jaksa berbisik-bisik membicarakan kata-kata Yoo Bum. Apakah artinya rumor yang beredar selama ini benar bahwa Jae Chan merebut kekasih Yoo Bum?
“Aku bisa mendengar semua,” kata Jae Chan.
Hyang Mi meminta Jae Chan menjelaskan rumor tersebut. Investigator Choi setuju, rumor akan lepas kendali jika dibiarkan. Tapi Jae Chan berkata semakin ia mencoba beralasan, justru rumor itu akan semakin lepas kendali.
Salah satu dari mereka bertanya seperti apa Hong Joo itu. Tidak tahu, jawab Jae Chan. Hyang Mi mengenali nama Hong Joo sebagai pemilik Hong Joo Samgyeopsal. Karena semur kimchinya sangat enak. Tapi mereka belum pernah melihat Hong Joo. Hanya saja kabarnya ia sangat cantik dan pintar.
Investigator Choi bertanya apakah pintar dan cantik seperti Jaksa Shin Hee Min. Jaksa Shin yang tersembunyi di belakang tersenyum mendengarnya.Tentu saja tidak, kata Jae Chan. Senyumnya lenyap.
“Tidak mungkin Jaksa Shin terkena rumor seperti itu,” kata Hyang Mi.
“Itulah maksudku. Dia tergolong cantik hanya jika dibandingkan dengan orang rata-rata seperti kita,” kata asistennya sendiri. “Nam Hong Joo-sshi itu kelasnya tersendiri. Orang seperti kita tidak akan berani bersaing dengannya.”
Asisten lain membenarkan. Yoo Bum sendiri berkata kalau Hong Joo tipe sulit diraih...benar-benar terdengar seperti femme fatale (wanita yang menggoda pria dengan kecantikan dan kepintarannya). Jae Chan sampai tersedak mendengarnya.
Dan sang femme fatale sedang mengacungkan anatomi ayam dari sisa tulang ayam goreng pada pemilik kedai ayam goreng. Si pemilik kedai juga tidak heran lagi karena bukan kali ini saja Hong Joo mengajukan protes. Protes apa? Protes karena ia beli satu ayam goreng utuh tapi setelah dikumpulkan tulangnya ternyata ada yang kurang. Kali ini sebelah tulang paha tidak ada. Padahal itu bagaian terenak setelah sayap.
Si pemilik kedai tidak terlalu menanggapi serius protes Hong Joo. Ia bukan mesin jadi mungkin saja ada potongan yang terbawa box lain. Ia berkata akan lebih berhati-hati lagi mulai sekarang.
Hong Joo tidak menyerah. Ia berkata ia sudah memesan 26 ayam goreng dari tempat ini. Kalau ada yang terbawa ke kotak lain, pasti ada kotak yang isinya lebih kan?
“Tapi apa kau tahu? Aku tidak pernah dapat potongan lebih. Dalam menu disebutkan satu ayam utuh. Lalu kenapa aku tidak pernah mendapat satu ayam utuh? Ke mana potongan-potongan yang hilang itu? Apa mereka dijadikan satu lalu dijual sebagai ayam utuh?”
Si pemilik kedai mulai kesal karena melihat pelanggan lain mulai berkasak-kusuk mendengar protes Hong Joo. Ia berkata ia bisa menuntut Hong Joo karena tanpa bukti merusak bisnis orang lain.
“Kau ingin bukti? Aku punya bukti kuat. Aku merekam video saat ayam goreng itu datang,” Hong Joo merogoh kantung mencari ponselnya. Sama sekali tak menyadari kedatangan ibunya.
Ibu menjewer Hong Joo. Tadi ia menyuruh Hong Joo belanja untuknya tapi malah keliaran ke sini.
“Aku melahirkan gadis ini, tapi aku tidak bisa mengerti dia. Never mind. Sorry. It seems to be the hardest work,” ibu meminta maaf pada pemilik kedai.
Pemilik kedai tertawa dan mengiyakan. Ibu menarik Hong Joo keluar sementara Hong Joo berkata ia akan terus mengawasi si pemilik kedai.
“Untuk apa kau mengawasinya,” ujar ibu sambil terus menarik Hong Joo. “Kau ini Terminator atau apa?”
Di restoran, ibu bertanya sebenarnya ada apa dengan Hong Joo. Kenapa Hong Joo membuat keributan di sana?
“Benar. Bodoh, bukan? Aku biasanya mengunjungi jaksa, polisi, pejabat untuk bekerja. Aku tidak percaya aku berusaha mengungkap korupsi ayam goreng. Bakat yang terbuang sia-sia. Aku membuang bakatku dari jendela.”
Jadi apa kau akan kembali bekerja, ibu mengeluarkan surat yang ia temukan di kamar Hong Joo. Ia berkata jelas ia melihat surat itu karena Hong Joo sepertinya sengaja menaruhnya di sana untuk ia lihat. Ia bertanya apakah Hong Joo akan kembali bekerja. Hong Joo mengiyakan.
“Kau bilang kau melihat dirimu tewas sebagai seorang reporter dalam mimpimu dan kau terlalu takut untuk tetap bekerja. Kau berjanji pada Ibu bahwa kau akan membantu Ibu saja di sini. Kenapa hatimu berubah? Apa yang terjadi?”
Hong Joo berkata bukan hatinya yang berubah tapi karena masa depan mungkin berubah. Ibu berkata Hong Joo sendiri yang mengatakan masa depan tak bisa diubah. Bahwa mengetahui apa yang akan terjadi tidaklah mengubah apa-apa.
Tapi Hong Joo berkata ia tahu sekarang kalau masa depan bisa diubah. Dari Jae Chan yang menyelamatkan mereka berdua.
“Jadi kau akan bergantung padanya dan kembali bekerja? Apa ia bilang akan menyelamatkanmu? Akan melindungimu?” tanya Ibu marah.
“Tidak juga. Tapi jujur saja, kenapa aku tidak bisa mengubah depanku sementara ia bisa?”
Ibu berkata Hong Joo tidak bisa. Tidak akan bisa. Hong Joo protes kenapa ia tidak bisa. Jae Chan tidak lebih kompeten darinya.
“Ia lebih kompeten dari padamu dalam banyak hal,” kata Ibu dengan suara meninggi.
“Bu, aku ini anak Ibu. Ibu lebih percaya padanya?” Hong Joo tersinggung.
“Benar. Di mata ibu, kau lebih lemah dan tidak bisa diandalkan dibanding dirinya. Kau lebih membuat ibu khawatir. Dan kau....jauh...jauh lebih berharga bagi ibu. Kau satu-satunya yang ibu miliki di dunia ini. Jadi jangan tinggalkan ibu.” Ibu mengulang perkataan Hong Joo seperti saat Hong Joo bermimpi ibunya meninggal.
Hong Joo sangat mengerti perasaan itu. Ia mengiyakan. Ibu dan anak berpelukan dengan erat.
Woo Tak berdehem. Ia dan Kyung Han datang untuk makan samgyeopsal karena harus berpatroli pagi ini. Lagi?
Masih ingat dengan reporter yang menjadi saksi kasus ayah So Yoon? Reporter yang menelepon polisi saat menyadari ibu So Yoon pingsan karena banyak jejak sepatu di pakaiannya. Ternyata ia adalah reporter senior yang biasa bekerja bersama Hong Joo. Namanya Bong Du Hyun. Dan ia seorang reporter yang sangat teliti karena tidak mau memberitakan hal yang salah. Termasuk jumlah massa yang berdemo pun ia hitung karena polisi dan penyelenggara demo mengatakan jumlah yang berbeda. Heeee...sound familiar ;p
Kapten mereka berkata Hong Joo seharusnya kembali bekerja minggu depan. Apa Hong Joo akan kembali bekerja. Du Hyun berkata kenapa tanya padanya. Ia sibuk menghitung seakan tak peduli. Kapten berkata ia perlu tahu berapa banyak orang yang membutuhkan seragam. Du Hyun kan atasan langsung Hong Joo.
Du Hyun terus menghitung. Kapten kesal hingga ia mengacaukan hitungan Du Hyun. Ia bertanya lagi apakah Hong Joo akan kembali bergabung. Du Hyun malah kembali menghitung dari satu.
Jae Chan dan para jaksa baru selesai rapat bersama Asisten Kepala Park dan akan pergi makan siang. Kali ini giliran Jae Chan yang menentukan tempatnya. Belum juga Jae Chan sempat berbicara, Jaksa Son (seorang wanita yang lebih senior dari Hee Min) protes pada Asisten Kepala Park karena kasus tabrak larinya tidak disetujui.
Asisten Kepala Park berkata alasannya adalah karena kurangnya bukti. Dalam kasus itu, Jaksa Son hendak menuntut penumpang kendaraan karena membantu dan mendorong mengemudi dalam pengaruh alkohol. Jika diajukan ke pengadilan pun pasti akan kalah. Itu yang terjadi pada kasus bulan lalu.
Tapi Jaksa Son tidak puas. Tahun lalu kasus yang sama dijatuhi hukuman percobaan di propinsi yang lain. Dan di Jepang malah dijatuhi hukuman 2 tahun. Jaksa Lee (pria berkacamata) bertanya apa kasus Jaksa Son sama dengan kasus di Jepang.
Sama...malah sebenarnya jauh lebih buruk. Jadi penabrak dan penumpang minum bersama sampai mabuk. Penumpang mengambil kunci dari valet service lalu menyerahkan kuncinya pada temannya yang juga mabuk ditambah perkataan ia tahu bagaimana cara menghindari polisi. Jadi si penumpang ini yang menyebabkan kecelakaan.
Ia mendorong pengemudi untuk mengemudi meski dalam pengaruh alkohol. Dalam kecelakaan itu, sepasang suami istri meninggal dunia. Putera mereka yang berusia 9 tahun harus memakai kantung kolostomi sepanjang sisa hidupnya. Semua ini tidak akan terjadi jika penumpang melarang pengemudi untuk mengemudi.
Jaksa Son berkata sebenarnya tuntutannya lebih ringan dari yang seharusnya penumpang itu terima.
Tapi Asisten Kepala Park tidak sependapat. Si penumpang tidak mengemudi. Ia hanya menyerahkan kunci mobilnya. Mereka sebagai jaksa tidak bisa mengubah orang tak bersalah menjadi kriminal.
Jaksa Son protes kertas. Asisten Kepala Park juga tidak menyerah. Melihat keadaan makin panas, Jaksa Lee menyarankan mereka makan siang lebih dulu. Ia bertanya pada Jae Chan ke mana mereka akan makan.
Jae Chan dengan bangga berkata hari ini mereka akan makan tonkatsu di seberang jalan. Tapi Hee Min beralasan Asisten Kepala Park minum-minum semalam dan perlu menyembuhkan sisa mabuknya. Ia menyarankan mereka makan siang di Hong Joo Samgyeopsal. Dia sih penasaran ingin lihat Hong Joo yang kabarnya cantik dan pintar ;p
Jaksa Lee berkata tempat itu terlalu jauh. Lebih baik mereka makan di restoran yang lebih dekat dengan kantor. Well, yang memutuskan tentu saja Asisten Kepala Park. Mereka akan pergi ke Hong Joo Samgyeopsal.
Sementara itu Woo Tak dan Kyung Han sudah selesai makan. Kyung Han pergi ke kasir untuk membayar sementara Woo Tak berbicara dengan Hong Joo yang sedang membereskan meja. Woo Tak berkata ia berusaha menganalisi mimpi mereka bertiga.
“Kau sepertinya melihat berbagai macam orang dalam mimpimu. Tapi akhir-akhir ini Jae Chan sering muncul dalam mimpimu. Sepertinya Jae Chan biasa bermimpi tentang dirimu. Sementara aku lebih banyak bermimpi tentang dia (Jae Chan).”
Hong Joo juga baru menyadari itu dan merasa itu aneh. Woo Tak yakin pasti ada aturannya. Hong Joo yang pertama bermimpi, lalu Jae Chan, lalu dirinya. Seperti penyakit menular, Hong Joo adalah yang pertama terinfeksi. Tapi jelas tidak menular melalui udara atau sentuhan fisik. Jika tidak pasti lebih banyak orang yang terkena.
“Hei, kau anggap aku ini sakit?” kata Hong Joo sedikit tersinggung.
Woo Tak berkata ia hanya menggunakan analogi untuk menjelaskan lebih baik. Ia bertanya apa Hong Joo tak menyukai mimpi-mimpi itu. Hong Joo mengiyakan. Ia bertanya-tanya apa ia melakukan dosa besar di kehidupan sebelumnya. Ini pasti semacam hukuman.
Tapi Woo Tak berpikir sebaliknya. Hong Joo pasti menyelamatkan negara atau semacamnya di kehidupan sebelumnya. Jika mereka bisa menemukan aturannya, mereka akan bisa mencegah berbagai kejahatan dan bencana.
“Tunggu dulu. Bagaimana jika aku melihat perang atau teroris menyerang dalam mimpiku? Hong Joo, kita harus menguasai bahasa asing uintuk mencegah bencana tingkat dunia. Aku bisa bicara sedikit bahasa Jerman.,” celoteh Woo Tak. Sementara Hong Joo geleng-geleng kepala menganggap itu tak masuk akal.
Ibu melihat mereka berdua dan tersenyum. Ia berkata pada Kyung Han kalau Woo Tak seornag yang sopan. Apalagi tadi ia melihat Woo Tak membantu Hong Joo membereskan peralatan. Dan juga tampan. Ia menambah satu skor untuk Woo Tak.
Kyung Han menyombong semua itu karena ia yang mengajarinya. Woo Tak itu persis dengannya hingga orang selalu menyangka ia adalah adiknya dan berkata ia membesarkan Woo Tak dengan baik. Ibu hanya mengangguk-angguk. Ia mengiyakan ketika Kyung Han berhutang dulu.
Hong Joo melihat Woo Tak sangat bersemangat dan bertanya apa Woo Tak menyukai mimpi-mimpi itu. Woo Tak mengiyakan.
“Bagaimana jika kau bermimpi mengenai kematianmu?” tanya Hong Joo.
Ibu langsung melihat mereka. Woo Tak meminta Hong Joo tak membicarakan hal seburuk itu. Tapi Hong Joo berkata Woo Tak adalah seorang polisi. Bagaimana jika Woo Tak melihat dalam mimpi dirinya tewas saat menangani suatu kasus sulit?
“Apa kau akan berhenti bekerja?”
“Apa kau gila? Apa kau tahu apa yang harus kulalui untuk menjadi seorang polisi?”
“Tapi kau bisa mati.”
“Kalau begitu aku hanya perlu mengubah masa depanku. Masa depan bisa diubah,” kata Woo Tak yakin.
“Benarkah? Kau benar-benar berpikir seperti itu?” tanya Hong Joo penuh harap.
“Keluar!!!” tiba-tiba ibu membentak.
Woo Tak terkejut. Tambah terkejut ketika ibu memukulnya dan mengusirnya keluar. Kasian Woo Tak L
Hong Joo mengerti kenapa ibunya seperti itu. Tapi Woo Tak bingung dan bertanya pada Kyung Han apa ia telah mengatakan sesuatu yang salah. Kyung Han berkata sepertinya ibu Hong Joo marah padanya karena ia hendak berhutang dulu.
Woo Tak dan Kyung Han naik ke mobil mereka lalu pergi. Jae Chan sempat melihat mereka saat ia hampir tiba di restoran Hong Joo.
Ibu mencoret habis skor Woo Tak.
Ketika melihat Jae Chan, ibu langsung menyapa ramah. Jaksa Lee berkata sepertinya Jae Chan mengenal pemilik restoran ini dengan baik. Tentu saja, kata Hong Joo. Jae Chan adalah pelanggan mereka.
“Jadi rumor kalian berdua itu benar?” tanya Hee Min.
“Tidak benar,” Jae Chan cepat-cepat menjawab.
Hee Min bertanya apa mereka bisa mendapat minum gratis karena Jae Chan pelanggan tetap. Jaksa Son berkata orang yang meminta minum atau makanan pembuka gratis di restoran terlihat sangat murahan. Rupanya ia masih kesal karena Hee Min tadi juga setuju dengan pendapat Asisten Kepala Park mengenai kasusnya.
“Dia pasti Nam Hong Joo-sshi. Dia sangat cantik, juga terlihat sangat pintar. Bagaimana aku menggambarkannya? Tipe femme fatale?” sindir Hee Min.
Jae Chan menatapnya dengan kesal. Menyadari Hee Min juga tadi ada di lift.
Waktunya berdoa. Lagi-lagi doa mereka menjadi doa saling melancarkan protes. Assiten Kepala Park berdoa agar para jaksa diberi kebijaksanaan untuk menangani kasus dengan adil sementara Jaksa Son berdoa bahwa orang yang menyebabkan kecelakaan dan yang membiarkan kecelakaan terjadi adalah pendosa. Ia “berdoa” agar mereka yang tidak mencegah kecelakaan itu juga dihukum.
Dalam “doanya” Hee Min berkata kecelakaan adalah tindak kelalaian/kesalahan, jadi tidak mungkin ada yang membantu atau mendorong. Jadi mereka tidak bisa menuntut orang itu.
Jaksa Lee memotong dalam “doanya” kalau mengemudi di bawah pengaruh alkohol bisa menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan itu bisa dicegah. Orang yang mengabaikan itu semua pantas dihukum. Karena itu hukum ada.
Jae Chan? Ia sibuk membagikan peralatan makan dengan pelan-pelan agar “doa” mereka tidak terganggu.
Asisten Kepala Park menanggapi jika jalan pemikirannya seperti itu, berarti semua orang yang tidak menyumbang untuk anak kelaparan juga layak dihukum. Jaksa Son berdoa agar mereka diselamatkan dari orang yang berusaha mengalihkan masalah utama. Asisten Kepala Park akhirnya mengeluarkan senjatanya. Bahwa di negara ini, menghormati orang yang lebih tua adalah sebuah keharusan.
Jaksa Son tak tahan lagi dan membuka matanya. Doa mereka pun bubar. Ia protes dengan doa Asisten Kepala Park. Menghormati orang tua itu ajaran Konfusius. Err...di semua agama juga ada kaleee... Assiten Kepala Park berkata semua agama harus bersatu demi kedamaian dunia. Jaksa Son cemberut.
Jaksa Lee mengusulkan agar adil mereka melakukan voting. Siapa yang beranggapan penumpang juga harus dihukum, angkat tangan! Jaksa Son dan Jaksa Lee angkat tangan. Sebaliknya, siapa yng tidak setuju? Asisten Kepala Park dan Hee Min.
Semua menoleh pada Jae Chan yang tidak mengangkat tangannya sama sekali. Ia berkata kedua pihak memiliki argumen yang kuat jadi ia memerlukan waktu lebih banyak untuk memikirkannya.
“Jangan khawatirkan apa yang orang lain pikirkan. Jujur saja. Mundur adalah tindakan pengecut. Benar, kan?” kata Hee Min pada Hong Joo.
“Kenapa kau tanya padaku?” tanya Hong Joo.
Hee Min berkata ia penasaran apakah hanya dirinya yang menganggap tindakan Jae Chan itu pengecut. Hong Joo menuangkan minuman untuk mereka. Ia berkata berdoa seperti tadi saja sudah melawan hak kebebasan beragama yang seharusnya dihormati oleh para pejabat masyarakat.
Hee Min berkata mereka berempat orang Kristen. Tidak mungkin, kata Hong Joo. Di Korea populasi orang Kristen hanya 20%. Jadi kemungkinan mereka berempat sama-sama Kristen itu bahkan lebih tidak mungkin dari melihat pelangi dobel. Dengan kata lain, tidak mungkin.
“Aku bertaruh beberapa dari kalian menyembunyikan agama kalian yang sebenarnya untuk memastikan kalian tidak melawan atasan.”
Diam-diam Jaksa Lee menyembunyikan gelang Buddhisnya. Hong Joo berkata justru tidak ikut berdoa menunjukkan kalau orang itu tidak takut menyatakan keyakinannya. Ia menatap Jae Chan yang balas menatapnya.
“Aku tidak berpikir ia takut atau khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan. Ia pasti berpikir keras mengenai apa yang benar untuk ia lakukan. Ia lebih berhati-hati dibanding kalian semua. Apa itu menjawab pertanyaanmu?” Hong Joo berbalik pergi sambil mengibaskan rambutnya.
Jae Chan tersenyum. Jaksa Lee bertanya siapa Hong Joo, sangat pintar bicara. Hee Min terdiam tampak sedikit malu. Asisten Kepala Park berkata gaya bicara Hong Joo terdengar familiar.
“Nam Hong Joo!!” serunya saat mereka baru melangkah kembali ke lobi kantor kejaksaan. Semua kaget.
Asisten Kepala Park berkata wanita di restoran tadi adalah reporter SBC. Awalnya ia tidak mengenalinya karena rambutnya sekarang pendek. Tapi suaranya familiar. Jae Chan jadi penasaran dan bertanya Hong Joo itu reporter seperti apa.
“Dia adalah seorang yang tangguh. Ia selalu mencuri tempat terbaik setiap kali kami mengawal tersangka dan membombardir kami dengan pertanyaan. Suaranya juga sangat keras. Ia selalu berteriak sekuat tenaga.”
Ia berkata kasus mengenai seorang asisten kepala jaksa melecehkan seorang jaksa perempuan dalam sebuah makan malam membuat semua orang terkejut. Peristiwa itu terjadi 2 tahun lalu di daerah lain. Hong Joo lah yang membuat orang itu dipecat.
“Lalu tiba-tiba ia menghilang ditelan bumi. Kukira ia dikirim ke luar negeri untuk menjadi koresponden.”
Hee Min berkata Hong Joo memiliki karir bagus, lalu kenapa ia sekarang bekerja di restoran? Asisten Kepala Park berkata ia juga ingin tahu karena Hong Joo tidak mungkin berhenti jadi reporter. Ia akan mencari informasi.
Hong Joo menghela nafas panjang sambil mengupasi bawang. Ia melihat Du Hyun membawakan berita dan ia kembali menarik nafas panjang. Ia teringat bagaimana para jaksa tadi berdebat. Nampaknya ia merindukan suasana kerja.
Karena teralihkan, tak sengaja ia melukai jarinya dan mengaduh. Ibunya menghampirinya. Tanpa ditahan air mata Hong Joo keluar. Bukan karena lukanya, tapi karena kerinduannya pada pekerjaannya.
Ia beralasan bawang-bawang itu yang membuat matanya pedih. Ia berjalan keluar dari restoran. Sepertinya ibunya tahu bukan bawang itu penyebabnya.
Hong Joo berdiri di seberang gedung SBC. Masih dengan celemek dari restoran ibunya. Ia menatap gedung itu...yang terlihat dekat namun terasa sangat jauh. Kakinya ingin melangkah namun ia tetap terpaku.
Komentar:
Aku senang drama ini memperhatikan hal detil. Termasuk tulang ayam yang tadinya kukira tidak dibuang Hong Joo karena ia malas atau jorok, tapi ternyata ia sedang mengumpulkan bukti korupsi kedai ayam goreng.
Dan makin senang ketika mengetahui Hong Joo adalah seorang yang kompeten dalam pekerjaannya. Sangat kompeten malah melihat bagaimana ia bisa membungkam para jaksa itu. Benar-benar bakat yang terbuang sia-sia.
Dari awal kita hanya melihat Hong Joo yang bolak balik halte bis dan kafe demi bertemu Jae Chan. Tapi ternyata ia menyimpan potensi sangat besar. Selama ini ia bersembunyi di balik keceriaannya.
Ia takut untuk bekerja karena mimpinya. Sama seperti ia takut memanjangkan rambutnya. Dan sekarang ia memiliki harapan karena tragedi masa depan bisa diubah setelah kehadiran Jae Chan dan Woo Tak. Terutama Jae Chan.
Reporternya park hye ryun yang keren kembaliiiiiiiii
BalasHapusJong suk pengalaman bangt deh di bidang ini sama park hye ryun swnim^^
Saya jg senang kok mbak, ada kekuatan di balik kelucuan dan kecantikan hong joo...
iya drama ini kaya ada gabungan i hear your voice sama pinocchio...plus ada cameo page turner^^
HapusSalam kenal mbak fanny
BalasHapusAkhirnya ketemu sinopsis yang lagi on going, jadinya sy bisa berterima kasih properly untuk semua sinopsis2 yang mbak buat. Sudah 3 bulan ini sy nongkrong disini, membaca semua sinopsis yg sudah mbak buat. Menyenangkan sekali, seperti nonton bersama seorang teman saja rasanya. Saya hobi baca novel dan nonton drama, bisa membaca drama seperti ini kayak mimpi saja hehehe. Terima kasih mbak, I really appreciate your work
Woah...your fan mbak fan
HapusKomen gini ini paling bikin sesuatu buat writernya^^
salam kenal nuniek^^ makasih juga udah jadi reader blogku...makasih buat apresiasinya yang bikin aku tambah semangat :) hobi kita sama kalau gitu hehe
Hapusiya komen seperti ini sesuatu banget, termasuk komen dari komentator setia yang udah pasti aku tahu siapa ;) thank you so much for always being here
HapusBlushiiiiiiiiiiing
Hapus