Bukan hanya kehadiran Robin yang membuat Seung Won terkejut, tapi juga sikap kakaknya yang hanya diam memandang keluar jendela di dalam ruangan yang gelap. Jae Chan bahkan melarang adiknya menyalakan lapi. Sedang apa dia?
Sedang mengintai rumah tetangga alias Hong Joo. Mereka melihat Hong Joo, ibunya, dan Woo Tak sedang makan bbq bersama.
Nama Woo Tak kembali ditulis oleh ibu dalam catatan kandidat pasangan Hong Joo. Karena Woo Tak sudah menyelamatkan Hong Joo, ia akan merawat Woo Tak sampai benar-benar pulih. Ia menanyakan makanan kesukaan Woo Tak. Woo Tak berkata ia akan menulis daftarnya dan memberikannya pada ibu.
Woo Tak mencari-cari daun perilla namun tak menemukannya. Hong Joo menawarinya sayur lain tapi Woo Tak berkeras bbq tidak terasa lengkap tanpa daun perilla.
Maka ia pun menelepon Jae Chan dan memintanya membelikan daun tersebut. Dengan berat hati karena merasa hutang budi, Jae Chan bersedia membelikannya.
Namun saat keluar rumah, Hong Joo sudah menunggunya. Rupanya Woo Tak juga menugasi Hong Joo untuk membeli berbagai barang keperluannya. Bahkan ia meminjamkan mobilnya.
Mereka tiba di toko. Woo Tak menelepon mereka dengan video call agar ia bisa memilih sendiri barang-barang yang ia inginkan. Barang pertama yang ingin ia beli adalah boneka penguin karena menurutnya mirip Hong Joo.
“Memang mirip. Kaki dan tangan yang pendek, mata yang lebar, dan bibir yang cemberut,” kata Jae Chan. Hong Joo cemberut.
Lalu Woo Tak menyuruh Jae Chan mencoba berbagai penutup mata untuk tidur. Err...kok aku ngerasanya Woo Tak agak ngerjain Jae Chan dan Hong Joo ya... soalnya barang yang dibeli tidak penting semua^^
Mereka pulang agak larut malam hingga Hong Joo berkata pesta bbq nya pasti sudah selesai. Jae Chan diam-diam tersenyum karena itu artinya Woo Tak tidak akan mendapatkan daun perilla. Mereka melewati kafe langganan mereka dan tidak melihat Cho Hee.
Mereka tiba di depan rumah. Jae Chan menyuruh Hong Joo meninggalkan barang belanjaan mereka. Ia yang akan membawakannya. Tapi Hong Joo menolak. Ia tidak ingin terus membuat Jae Chan terganggu.
“Kau pikir kau membuatku terganggu?”
“Ya, aku terus menerus ditolong olehmu tanpa bisa membalasnya.”
“Apa kau tidak menyukainya?”
Hong Joo berkata ia ingin membalas budi untuk semuanya sekaligus tapi ia tidak bisa. Jadi ia hanya bisa membalas sedikit demi sedikit.
“Bisakah aku menjadi kekecualian? Jangan merasa kau perlu membalasku. Kau bisa tak tahu malu denganku.”
“Kenapa kau ingin jadi kekecualian? Apa kau ingin selalu membantuku? Kau ingin melindungiku? Kau mengkhawatirkan aku?” kata Hong Joo dengan nada bercanda.
“Ya,” jawab Jae Chan serius sambil menatap Hong Joo.
Hong Joo berdehem. Ia bertanya ada apa dengan Jae Chan akhir-akhir ini. Setiap kali ia bercanda Jae Chan selalu membuatnya jadi romantis. Membuatnya berdebar saja.
“Jadi dirimu saja. Dirimu yang normal,” kata Hong Joo sambil mengipasi dirinya sendiri.
“Setelah ini, kita anggap impas,” Jae Chan menggenggam tangan Hong Joo.
Lalu ia mendekat untuk... kiss? Tapi ia tak bisa maju lagi karena tertahan seatbelt mwahahahaha XD
“Apa yang sedang kaulakukan?” tanya Hong Joo.
Malu, Jae Chan pun keluar dari mobil. Hong Joo turun mengikutinya. Tapi ibu Hong Joo sepertinya sudah tidur atau pergi karena pintu tidak dibuka juga. Hong Joo memberikan barang yang dibawanya pada Jae Chan agar ia bisa mengambil kunci. Masih merasa malu, Jae Chan menyuruh Hong Joo cepat.
Hong Joo berhasil membuka pintu. Lalu ia bertanya sebenarnya apa yang tadi hendak dilakukan Jae Chan di mobil. Jae Chan menyuruh Hong Joo melupakannya saja. Ia berkata sama seperti ketika Hong Joo membukakan apronnya (Hong Joo saat itu menanti kiss Jae Chan) ia juga tidak mengatakan apapun untuk menjaga perasaan Hong Joo.
“Jadi kau juga seharusnya....”
Ia terdiam karena Hong Joo tiba-tiba menciumnya. Saking kagetnya ia hanya diam terpaku. Hong Joo jadi malu dan bertanya bukankah ini yang tadi hendak dilakukan Jae Chan. Jae Chan masih diam.
“Kukira itu. Kurasa aku salah,” kata Hong Joo tertawa malu. “Ini semua tidak terjadi, ya.”
Ia cepat-cepat masuk ke dalam rumah.
Kasihan Woo Tak yang melihat semua itu dari layar bel pintu. Namun saat Hong Joo masuk ia pura-pura seperti baru keluar dari kamar mandi. Hong Jooo memintanya melihat barang belanjaannya. Ia bisa menukarnya nanti jika ada yang tidak disukai Woo Tak. Woo Tak tersenyum dan berkata ia tidak perlu memeriksanya. Ia menyukai apapun yang Hong Joo beli. Hong Joo agak heran dengan sikap Woo Tak.
Jae Chan masuk ke dalam rumah lalu senyum-senyum sendiri. Hahaha...he’s so happy^^
Bahkan ketika Seung Won melapor Robin buang air di dapur, Jae Chan malah menggendong Robin dengan penuh sayang sambil memujinya. Seung Won bengong dan bertanya apa kakaknya habis minum-minum. Tidak, jawab Jae Chan.
Seung Won pelan-pelan memberitahu kakaknya kalau mereka mendapat kiriman uang lagi dari Ahjusshi. Entah bagaimana ahjusshi itu menemukan alamat baru mereka. Dan ia sudah mengirimkan uang pada mereka selama hampir 10 tahun. Ia bertanya apakah mereka bisa menggunakan uang itu sekarang. Tapi Jae Chan berkata ia akan mengembalikan semua ketika ia menemukan Ahjusshi tersebut.
Seung Won berkata ia menaruh uang itu di meja Jae Chan. Ia bahkan sama sekali tidak menyentuhnya. Jae Chan mengambil amplop itu. Ingatannya kembali pada 13 tahun lalu saat ia dan Hong Joo remaja (tapi Jae Chan tidak tahu itu Hong Joo) berlari menghindari para wartawan yang mencari mereka di rumah duka.
Saat mereka bersembunyi, mereka mendengar para wartawan membicarakan kakak tentara yang kabur. Tentara itu sebenarnya sedang mencari kakaknya saat semua peristiwa itu terjadi. Dan kakaknya adalah seorang polisi. Kakak tentara itu kabarnya ada di rumah duka ini jadi para wartawan keluar mencarinya.
Setelah para wartawan pergi barulah Jae Chan bertanya apakah Hong Joo putra dari supir bis yang tewas. Hong Joo mengiyakan, tidak mengoreksi ucapan Jae Chan kalau ia adalah seorang anak perempuan.
Hong Joo menoleh dan melihat ada orang lain bersembunyi di tempat itu. Jae Chan menoleh dan melihat seorang polisi. Polisi anak buah ayahnya yang pernah menenangkannya saat ia menangis. Ahjusshi, panggil Jae Chan.
Hong Joo bertanya apakah ahjusshi adalah polisi yang tadi dibicarakan para wartawan. Ahjusshi hampir menangis dan meminta maaf.
“Orang yang membunuh ayahku adalah adik Ahjusshi?” tanya Jae Chan.
“Aku juga tidak tahu. Aku tidak tahu adikku akan melakukan hal semacam itu,” kata Ahjusshi polisi.
Jae Chan berteriak marah sambil mencengkeram seragam ahjusshi. Ahjusshi menangis sambil terus meminta maaf.
“Ahjusshi bilang aku memiliki banyak waktu. Ahjusshi bilang aku bisa mengesankan ayahku mulai sekarang. Ahjusshi yang bilang begitu. Banyak waktu apanya!! Tidak ada masa depan bersamanya. Ayahku sudah tidak ada. Bagaimana bisa aku membuatnya terkesan? Bagaimana?” Jae Chan menangis.
Ahjusshi nampak sangat menyesal dan hanya bisa menunduk sambil menangis.
Jae Chan menaruh amplop berisi uang itu di lacinya. Bersama dengan tumpukan amplop lainnya yang ia terima selama ini.
Keesokan paginya Jae Chan menunggu Hong Joo keluar dari rumah, tapi yang ditunggu tidak juga muncul. Hong Joo diam-diam mengintip dari lubang di bawah pagar. Ibunya melihatnya dan bertanya apa yang sedang ia lakukan.
Hong Joo memberi isyarat agar ibunya tidak bicara lalu ia berbisik meminta ibunya memberitahu Jae Chan kalau ia sudah pergi bekerja. Ibunya mengiyakan.
Maka ibunya keluar menemui Jae Chan.
“Hong Joo ingin aku memberitahumu bahwa ia sudah pergi kerja. Apa terjadi sesuatu? Kalian bertengkar?”
“Tidak,” kata Jae Chan tertawa. Ia berteriak memanggil Hong Joo agar keluar.
Terpaksa ia keluar. Dan seperti biasa kalau ia sedang malu, ia bersikap seolah semua superrrrr biasa saja. Ia pamit pada ibunya lalu mengajak Jae Chan pergi.
Sepanjang perjalanan Hong Joo tidak mau dekat-dekat dengan Jae Chan. Memandangnya pun tidak. Jae Chan bertanya apa Hong Joo menghindarinya karena apa yang terjadi kemarin.
“Kemarin? Ada apa kemarin? Apa aku bertemu denganmu kemarin? Aku tidak ingat.”
“Kalau begitu anggap saja itu tidak pernah terjadi. Apakah itu yang kauinginkan?” Jae Chan menarik Hong Joo agar mendekat padanya.
Hong Joo berkata ia tidak tahu apa yang Jae Chan bicarakan. Jae Chan akhirnya memegang kedua pundak Hong Joo agar ia menghadap padanya.
“Tidak ada yang terjadi kemarin. Apa kita baik-baik saja sekarang?” tanyanya.
“Ya.”
“Jadi jangan saling menghindari lagi. Berhentilah menghilang saat aku mencarimu.”
Hong Joo mengangguk pelan.
Do Hak Young kembali memperbaiki kabel internet atlet panahan. Kali ini gadis itu nampak kesal. Karena sudah ketiga kalinya dalam sebulan internetnya bermasalah. Dan Hak Young beralasan itu terjadi karena banyak orang pindahan hingga perusahaan internet lain terus menerus menyentuh kabelnya.
“Kau selalu mengatakan itu tapi rusak lagi,” gerutu gadis itu.
Hak Young tersenyum dan berkata gadis itu bisa memanggilnya lagi. Dan seperti biasa ia meminta gadis itu memberikan rating bagus saat ada survey pelanggan. Tapi kali ini gadis itu berkata ia akan memberi rating bagus jika internetnya tidak rusak lagi.
Tanpa diminta, Hak Young menawarkan untuk membawakan sampah keluar. Saat di luar, wajah Hak Young nampak kesal.
Karena Woo Tak sedang tidak bekerja, Kyung Han berpatroli dengan polwan. Kyung Han berkata Woo Tak akan kembali kerja minggu depan. Polwan itu gembira karena ia menaruh hati pada Woo Tak. Ia bertanya bisakah mereka mengajak Woo Tak makan malam bersama.
Kyung Han heran kenapa polwan itu ingin makan malam bersama Woo Tak sementara saat ini ia yang menjadi rekan patrolinya. Si Polwan berkata justru karena itu setidaknya ia ingin melihat Woo Tak saat makan malam.
Perbincangan mereka terhenti saat mendapat panggilan mengenai adanya peristiwa kematian tak wajar di daerah itu. Mereka segera menuju TKP.
Di depan sebuah apartemen mereka melihat seorang ahjumma nampak sangat gugup. Ahjumma itu mengaku sebagai pembantu rumah tangga. Dan saat ia masuk apartemen ia melihat...
Kyung Han bergegas masuk apartemen dan terkejut dengan apa yang dilihatnya. Si gadis atlet panahan, Yoo Su Kyung, terbaring kaku dengan darah mengalir dari kepalanya. Dan darahnya dibuat menjadi sebuah bentuk geometri yang belum jelas artinya.
Hong Joo menyiarkan berita mengenai peristiwa tersebut. Yoo Su Kyung diduga dibunuh dan tewas karena kehabisan darah akibat luka di belakang kepalanya. Berdasarkan hasil otopsi, kematiannya diperkitrakan terjadi pada pagi hari. Dan satu-satunya orang yang diketahui mengunjungi rumah tersebut pada waktu itu adalah Do Hak Young, seorang teknisi internet. Polisi mengetahuinya dari rekaman CCTV apartemen tersebut dan sudah mengeluarkan surat perintah pencarian.
Woo Tak mengamati berita itu dengan serius sampai Hong Joo bertanya apakah Woo Tak kenal dengan Do Hak Young. Woo Tak berkata ia belum pernah bertemu orang itu.
Ia memberikan daftar makanan yang ia inginkan pada ibu Hong Joo. Ia bertanya bolehkan ia membawa sebagian ke rumahnya. Ibu Hong Joo dengan senang hati menerimanya dan berkata ia sudah menunggu daftar tersebut.
“Apa kau akan pulang?” tanya Hong Joo.
“Ya, aku akan segera kembali bekerja. Aku seharusnya kembali sekarang.”
“Benarkah?” tanya semua orang berbarengan.
Namun hanya satu orang yang mengatakannya dengan penuh semangat dan terlihat gembira. Jae Chan XD
Melihat semua orang melihat padanya dengan aneh, ia cepat-cepat memasang wajah sedih dan berkata itu sangat disayangkan. Woo Tak tersenyum geli.
Malam itu Woo Tak memasukkan semua barangnya ke dalam mobil dan bersiap pulang. Ia berkata rasanya barangnya bertambah tiga kali lipat.
“Tentu saja. Pikirkan semua barang kauminta kami belikan. Kau juga meminta banyak makanan,” kata Jae Chan.
Hong Joo diam-diam mencubitnya dan mengingatkan kalau mereka harus balas budi dan tidak melupakan apa yang terjadi.
“Aku sedang balas budi. Apa lagi yang bisa kulakukan?” bisik Jae Chan membela diri.
Ia tersenyum dan menawari untuk mengantar Woo Tak. Ia yang akan menyupiri. Maka ia dan Hong Joo mengantar Woo Tak. Di perjalanan ia bertanya apakah Woo Tak merasa nyaman karena ia berusaha mengemudi dengan sangat hati-hati. Bagus sekali, kata Woo Tak.
Hong Joo berseru senang saat melihat Cho Hee telah kembali bekerja di kafe langganan mereka. Jae Chan dan Woo Tak ikut menoleh. Hong Joo merasa sangat lega karena ia selama ini mengkhawatirkannya. Jae Chan ikut tersenyum dan berkata ia juga merasa lega.
Woo Tak melihat Hong Joo dan Jae Chan sambil tersenyum lebar. Ada apa, tanya Jae Chan. Tidak ada apa-apa, kata Woo Tak.
Jae Chan dan Hong Joo juga membantu membereskan barang-barang Woo Tak. Errr...penguin Woo Tak kok menciut ya^^ Hong Joo memasukkan makanan dari ibunya ke dalam kulkas. Ia mendapati kulkas Woo Tak tak ada makanan, hanya ada beberapa minuman.
Jae Chan bertanya apakah Woo Tak harus ke rumah sakit lagi. Tidak, kata Woo Tak, karena jahitannya sudah dilepas kemarin. Ia bertanya apa Jae Chan ingin lihat. Dan siap mengangkat bajunya.
Jae Chan cepat-cepat merangkul Woo Tak sebelum Hong Joo bisa melihat. Ia berkata untuk apa ia melihatnya. Tapi kemudian ia mengkhawatirkan keadaan Woo Tak dan bertanya apa Woo Tak kesakitan. Tidak apa-apa, kata Woo Tak.
Setelah selesai, Jae Chan dan Hong Joo pamit pulang. Hong Joo berkata ibunya ingin Woo Tak datang sarapan bersama mereka setiap hari. Dan memberitahunya jika Woo Tak kehabisan makanan. Jae Chan menyuruh Woo Tak meneleponnya jika memerlukan sesuatu, ia akan langsung datang.
“Jangan khawatir, kalian sudah melakukan cukup untukku. Berkat kalian aku menjalani masa menyenangkan beberapa hari terakhir ini. Jadi mari kita anggap impas. Kalian tidak berhutang apapun padaku. Kau benar, Jae Chan. Aku tidak ingin membesar-besarkan lukaku maupun menyalahkan kalian. Aku hanya senang kau baik-baik saja,” kata Woo Tak pada Hong Joo, “Jadi aku tidak ingin kau menangis meski sesaat. Jangan salahkan dirimu juga, ya.”
Keduanya heran mendengar perkataan Woo Tak. Apa ia juga ada di taman waktu itu?
“Tidak, aku melihatnya dalam mimpiku. Kalian berdua menyengsarakan diri kalian di taman,” kata Woo Tak sambil tersenyum.
Jae Chan bertanya apa itu sebabnya Woo Tak membuat mereka melakukan berbagai macam hal untuknya. Kau baru menyadarinya sekarang, tanya Woo Tak.
“Itu menyakiti peraasanku. Aku tidak pernah merepotkan orang lain tanpa alasan,” kata Woo Tak bercanda.
Hong Joo tersenyum. Berarti selama ini Woo Tak menyuruh-nyuruh mereka agar mereka merasa lebih baik. Tapi Jae Chan tidak nampak senang.
“Setelah membuat kita melakukan semua itu, ia membuatnya dirinya nampak keren hanya dengan satu kalimat. Itu tidak adil. Dia membuatku terlihat seperti orang yang paling dangkal. Aku tidak menyangka ia bisa melakukan hal semacam ini. Ia memiliki sisi misterius.”
Hong Joo teringat pengakuan Woo Tak bahwa ia anak satu-satunya dan kesayangan orang tua. Tapi mengapa kulkasnya kosong dan tidak ada makanan sama sekali? Bukankah biasanya orangtua mengirimkan makanan untuk anak mereka?
“Kau benar. Ada sesuatu yang misterius mengenai dirinya,” katanya.
Woo Tak bermimpi ia menghadap Jae Chan di ruang interogasi. Jae Chan menanyainya mengenai hubungannya dengan Do Hak Young.
“Kami satu SMA. Dan ia teman sekamarku sampai satu setengah tahun yang lalu.”
“Apakah kau juga berpikir ia mungkin pembunuhnya setelah mendengar insiden itu?”
“Ya.”
Woo Tak terbangun karena suara telepon. Hong Joo yang meneleponnya. Hong Joo terdengar khawatir dan bertanya apa Woo Tak baik-baik saja. Apa ada yang terjadi?
“Tidak ada apa-apa. Kenapa kau bertanya?”
“Aku baru bermimpi mengenai dirimu. Kau ingat buronan itu, Do Hak Young? Orang itu menerobos rumahmu dalam mimpiku. Kau mengenalnya bukan? Kau pura-pura tidak kenal dengannya, kan?”
Woo Tak berkata ia benar-benar tidak mengenal Do Hak Young. Menurutnya mimpi itu tidak berarti apapun. Tapi Hong Joo khawatir dan menyuruh Woo Tak menelepon polisi.
“Kenapa aku menelepon polisi di saat aku sendiri polisi?” kata Woo Tak tertawa geli.
“Aku melihat orang itu menarikmu dan mengancammu dalam mimpiku,” kata Hong Joo.
“Baiklah, jangan khawatir. Aku akan pastikan aku sudah mengunci pintu. Jadi jangan khawatir dan tidurlah yang nyenyak.”
Begitu menutup telepon, senyum Woo Tak lenyap. Ia menoleh dan bertanya, “Mengapa kau ada di sini?”
Do Hak Young sedang duduk di dekat meja sambil memangku Robin. Ia berkata Woo Tak belum mengganti password pintunya padahal ia pindah lebih dari setahun yang lalu. Dan Robin juga masih mengingatnya.
Hong Joo tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya. Ia mengambil jaketnya.
“Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau ada di sini?”
“Woo Tak, aku telah menjadi seorang pembunuh.”
Woo Tak berkata ia sudah menonton berita dan polisi saat ini sedang mencari Hak Young. Hak Young berkata ia benar-benar tidak melakukannya. Ia memang pergi ke rumah korban tapi ia langsung pergi setelah memperbaiki kabel internetnya.
“Mereka bilang aku membunuhnya. Aku benar-benar tidak melakukannya tapi semua orang mengatakan aku pembunuhnya. Aku tidak percaya semua ini terjadi,” kata Hak Young emosi.
Woo Tak berkata sebaiknya Hak Young menyerahkan diri. Ia akan mengantarnya. Hak Young berkata ia akan menyerahkan diri.
“Tapi Woo Tak, kau akan membantuku, kan? Kau orang yang paling kompeten yang kukenal. Kau memiliki koneksi karena kau seorang polisi dan kau juga pintar. Karena itu aku ada di sini. Kau percaya padaku, kan? Kau akan memihakku, kan?”
“Jika aku berkata aku percaya padamu, apa kau akan menyerahkan diri?” tanya Woo Tak.
Menyadari Woo Tak tidak sepenuhnya percaya padanya, Hak Young terpukul.
“Jika aku menjadi pembunuh seperti ini, aku akan mengungkap rahasiamu pada polisi. Kau tidak menginginkannya, bukan? Jadi kau harus membuktikan ketidakbersalahanku bagaimanapun caranya.”
Woo Tak terdiam. Sementara Hong Joo berlari keluar rumah...sepertinya ia akan ke rumah Woo Tak.
Komentar:
Rahasia apa? Padahal sudah semakin tidak mencurigai Woo Tak, tapi sekarang balik lagi jadi curiga ia ada kaitannya dengan si tentara. Apa mungkin ia ada kaitannya dengan Ahjusshi polisi? Anaknya? Apa karena dia juga Ahjusshi bisa menemukan alamat baru Jae Chan?
Lalu apakah pertemuan mereka saat kecelakaan mobil itu merupakan suatu kebetulan, takdir, atau sesuatu yang sudah direncanakan?
Meski begitu aku yakin Woo Tak berada di pihak yang baik. Ia hampir mati melindungi Hong Joo jadi rasanya tak mungkin jika ia berniat jahat.
Kira2 rahasianya apa ya? Kayaknya kalo rahasia itu ketahuan woo tak nda bisa jadi polisi. Btw sy punya teman yang kayak begini, mimpinya suka kejadian, tapi nda heboh2 amat. Dia suka mimpi ketemu orang yg tidak dikenal, trus besoknya ketemu sama orang itu, tapi syukurlah tidak sampe kecelakaan2 spti di drama
BalasHapus