Yoo Bum mengadakan konferensi pers. Ia bahkan menggunakan air mata palsu untuk menunjukkan “kesedihan”nya. Ia sengaja datang terlambat lalu meminta maaf sesudahnya dengan mengatakan ia baru saja menjenguk ayah korban di rumah sakit. Ia pura-pura menghapus aior matanya lalu mengatakan ayah korban mengidap kanker pankreas stadium akhir dan langsung kolaps begitu mendengar Hak Young dibebaskan.
Ia berkata ia tidak mengerti mengapa satu-satunya tersangka kasus tersebut dibebaskan. Dibebaskan dalam arti tidak ditahan.
“Saya dengar jaksa berpendapat bahwa itu mungkin kecelakaan, bukan pembunuhan, “ kata Du Hyun yang hadir dalam konpres tersebut. “Tidak ada tanda perlawanan maupun tanda pembunuhan.”
“Lalu karena tidak adanya tanda perlawanan maka tidak terjadi pembunuhan? Banyak kasus seperti itu yang telah dilaporkan, namanya serangan kilat. Dalam kasus serangan tiba-tiba, mungkin saja tidak ditemukan luka tanda perlawanan,” kata Yoo Bum.
Du Hyun bertanya apakah menurut Yoo Bum mungkin untuk membuat tanda darah di lantai dalam waktu 13 menit. Yoo Bum mengakui itu sulit. Ia sudah mencobanya dan itu sulit.
“Tapi kau tahu apa yang lebih tidak mungkin? Membuat darah di lantai dalam waktu 13 menit atau muncul gambar secara otomatis tanpa ada orang di sana? Penyidikan ini jelas tidak dilakukan dengan benar. Aku tahu apa yang terjadi jika orang sudah tidak tertarik lagi dengan kasus ini. Jaksa akan memutuskan tidak menuntut pelaku. Untuk memastikan pelaku membayar perbuatannya, kalian semua harus menunjukkan perhatian pada kasus ini dan mendesak jaksa menyelidiki dengan benar.”
Jae Chan tertidur kelelahan di sofa. Seung Won mencoba memindahkannya namun akhirnya menyerah.
Jam 3 pagi terdengar suara bel pintu. Seung Won kaget saat melihat yang datang adalah Hong Joo. Ia memanggil Jae Chan. Jae Chan cepat-cepat membukakan pintu.
Tanpa bicara Hong Joo langsung masuk ke dalam rumah dan bertanya di mana kamar Jae Chan. Ia masuk ke kamar dan mengeluarkan semua jas hitam Jae Chan sambil menangis panik.
Jae Chan dan Seung Won bingung melihatnya. Jae Chan menghentikannya dan bertanya kenapa Hong Joo seperti ini. Hong Joo terduduk lemas.
“Apa yang harus kita lakukan?” tangisnya. “Dalam mimpiku, kau...kau...aku melihatmu berdarah karena terluka parah. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Jae Chan memeluk Hong Joo untuk menenangkannya.
Hong Joo masih terus menangis. Membuat Jae Chan dan Seung Won bingung melihatnya. Akhirnya Jae Chan memberi isyarat agar Seung Won kembali ke kamarnya.
Hong Joo berkata pokoknya Jae Chan harus melakukan segala cara untuk menghindari situasi yang terjadi dalam mimpinya.
“Jangan kenakan jas. Kau mengenakan jas saat terluka. Jangan menyeberang di manapun. Tidak, kau seharusnya tidak pernah menemuiku. Kau sedang akan menemuiku saat peristiwa itu terjadi. Jadi mulai sekarang kita....”
“Aku tidak mau,” kata Jae Chan sambil duduk di sisi Hong Joo.
Ia berkata ia seorang jaksa jadi harus mengenakan jas. Dan lagi ia terlihat keren mengenakan jas. Lalu apa ia harus menyeberang jalan sembarangan? Itu gila.
“Dan kau ingin aku menghindarimu? Itu lebih gila.”
Hong Joo sedikit tenang mendengar kata-kata Jae Chan. Jae Chan berkata mereka tidak bisa mencegah peristiwa itu dengan trik-trik semacam itu. Ia mengambil notes dan menyuruh Hong Joo menceritakan mimpinya dengan detil. Ia ingin tahu kenapa peristiwa itu terjadi. Hanya dengan begitu mereka bisa mencegahnya.
Hong Joo berkata ia berdiri di seberang jalan. Ia melihat lentera di belakang Jae Chan. Dan Jae Chan berdiri di antara banyak orang. Seorang pria berpakaian hitam-hitam mendekati Jae Chan lalu menikamnya.
Saat pagi tiba, Seung Won keluar dari kamarnya. Ia cepat-cepat masuk kembali ke dalam saat melihat Hong Joo dan Jae Chan tertidur di sofa. Hong Joo bangun lebih dulu. Ia menatap Jae Chan dan membelai pelan rambutnya.
“Kali ini giliranku untuk membuatmu tetap aman. Bisakah aku melakukannya?” tanyanya dalam hati.
“Jangan khawatir. Apa yang kaulihat dalam mimpimu tidak akan terjadi,” Jae Chan membuka matanya lalu mengusap pipi Hong Joo.
“Kumohon...jangan terluka,” kata Hong Joo. Jae Chan mengiyakan.
Hong Joo menggenggam tangan Jae Chan.
“Aku menyukaimu,” katanya.
Jae Chan tersenyum.
Pagi itu tidak ada yang sanggup sarapan kecuali Jae Chan. Ibu Hong Joo, Woo Tak, dan Seung Won nampak khawatir.
“Kenapa kalian seperti ini? Kalian semua membuatku merasa seperti aku benar-benar akan mati saja,” kata Jae Chan. Ia mengajak mereka semua makan.
Ibu bertanya pada Hong Joo siapa yang menikam Jae Chan. Apa Hong Joo melihat wajah orang itu dalam mimpinya? Tidak, jawab Hong Joo.
“Tapi satu hal yang kutahu pasti, ada kaitannya dengan Do Hak Young.”
Woo Tak terkejut dan bertanya kenapa Hong Joo berpikir demikian. Hong Joo berkata mimpinya berubah setelah Hak Young dilepaskan. Pada mimpi pertamanya, Jae Chan dapat menyeberangi jalan tanpa ada masalah.
Tapi mimpinya berubah pada hari Hak Young dilepaskan. Jae Chan tidak bisa menyeberang jalan dan tak sadarkan diri meski tempat dan situasinya sama. Sesuatu pasti berubah karena Hak Young dilepaskan.
Jae Chan mendapat telepon dari atasannya agar melihat berita di TV. Ia menyalakan TV dan mereka semua menonton berita mengenai Hak Young yang dilepaskan akibat kurangnya bukti dan kasus akan diteruskan tanpa adanya penahanan. Berita tersebut seakan menyalahkan jaksa karena sudah ada bukti CCTV namun tersangka tetap dilepaskan.
Dan diberitakan juga mengenai masa lalu Hak Young di mana ia pernah dituntut karena pencurian dan penyerangan. Jika Hak Young dilepaskan ada kemungkinan ia melakukan kejahatan lain di masa yang akan datang dan akan lebih banyak korban. Kalau sampai itu terjadi maka jaksa harus bertanggungjawab.
Woo Tak menjelaskan bahwa kasus pencurian yang dimaksud adalah Hak Young mencuri tanda tangan G.O.D dari sebuah kedai. Ia ingin memajang tandatangan itu di restoran kimbab itunya.
“Mencuri tandatangan? Apa itu dianggap mencuri?” tanya ibu Hong Joo.
Dan kasus penyerangan itu adalah karena si pemilik kedai mendatangi restoran ibunya dan membuat keributan. Hak Young berusaha menghentikannya namun akhirnya ia yang dituntut atas penyerangan. Semua itu terjadi lebih dari 10 tahun lalu, artinya saat Hak Young masih remaja.
Seung Won berkata semua informasi pribadi Jae Chan telah tersebar di internet. Dan orang-orang berpendapat Jae Chan tidak menyelidiki dengan benar. Melihat itu Hong Joo berpikir bahwa orang yang menyerang Jae Chan pastilah orang yang marah setelah mendengar berita tadi.
“Mungkin saja seorang fans yang sangat sedih karena kehilangan idolanya.”
Orang-orang berdemo di depan gedung kejaksaan. Salah satu di antara mereka adalah seorang pria berpakaian hitam-hitam dan topi hitam, dengan memegang poster korban.
“Mungkin saja seseorang yang harus menghadapi ketidakadilan yang ditujukan padanya.”
Hak Young memang dilepaskan, tapi orang-orang tetap berpendapat ia pembunuhnya hingga ia tidak bisa menjalani hidup normal.
“Mungkin juga seseorang yang tidak bisa menghukum siapapun atas kematian puteri yang disayanginya.”
Ibu korban terus menangis sementara ayah korban nampak memendam kemarahan. Di dinding terpajang foto sang ayah dengan senapan berburu.
“Untuk mencegah hal buruk yang terjadi dalam mimpiku adalah kami harus mencegah bertambahnya kemarahan akibat kesalahpahaman dan mencegah kemarahan itu menjadi pisau tajam yang siap menusuk korbannya. Kami harus mengubah aliran waktu.”
Di kantor, Hong Joo marah pada Du Hyun karena sudah membuat berita mengenai Hak Young tanpa menyelidiki lebih jelas masa lalunya. Ia berkata yang dicuri Hak young 11 tahun lalu adalah sebuah tanda tangan. Du Hyun membela diri bahwa tetap saja itu pencurian. Memangnya hanya uang yang bisa dicuri?
“Tapi apa hubungannya dengan kasus Yo Su Kyung?” kata Hong Joo galak. “Apa ia membunuhnya karena ia menolak memberi tanda tangan?”
“Astaga...orang-orang akan berpikir kau adalah atasanku,” omel Du Hyun.
Tapi Hong Joo tidak takut sama sekali. Ia berkata bersyukurlah Du Hyun adalah atasannya jika ia yang menjadi atasan Du Hyun maka....Hong Joo membuat tanda menggorok leher dengan jarinya. Du Hyun speechless ;p
Hong Joo menelepon Jae Chan dan menanyakan keadaannya karena ia dengar ada demo di sana. Ia berkata mereka sekarang tahu wajah Jae Chan jadi sebaiknya Jae Chan menggunakan pintu belakang atau menyamar. Jae Chan berkata ia tidak berbuat salah jadi mereka boleh menemuinya kapan saja. Ia percaya diri baik itu berkelahi maupun berdebat. Ia meminta Hong Joo jangan khawatir.
Padahal Jae Chan sedang berusaha menaiki pagar kantor Kejaksaan demi menghindari para demonstran. Percaya diri apanya XD
Jaksa Lee memergokinya dan bertanya apa yang sedang ia kerjakan. Jae Chan tertawa untuk menutupi rasa malunya.
Setelah melihat demo yang sedang berlangsung, Jaksa Lee berkata Jae Chan butuh bantuan. Ia melepas kacamatanya dan menyuruh Jae Chan memakainya. Lalu ia menukar tanda pengenal mereka.
“Jika mereka menangkapmu, bilang saja kalau kau adalah Lee Ji Kwang. Mengerti?”
Jae Chan terharu dan berterima kasih dengan sungguh-sungguh. Jaksa Lee berkata jika Jae Chan ingin berterima kasih padanya maka jangan lupa untuk mengadakan kencan buta untuknya. Jae Chan mengangguk.
Mereka menarik nafas panjang lalu mulai berjalan menuju kantor.
“Tunggu! Bukankah itu Jaksa Jung Jae Chan?!” teriak salah satu demonstran.
“Lari!” Jaksa Lee berbisik pada Jae Chan.
Jae Chan langsung lari menuju kantor. Tapi saat ia berbalik, ia melihat Jaksa Lee dikerubuti para demonstran. Jaksa Lee berkata ia bukan Jae Chan.
“Lihat saja foto ini. Aku sama sekali tidak mirip dengannya.”
Tapi para demonstran berkeras ia adalah Jae Chan. Dan apapun yang dikatakannya malah membuat para pendemo semakin marah dan menyerbunya. Terdesak, akhirnya ia menunjuk Jae Chan dan berkata itu adalah Jaksa Jung yang sebenarnya.
Tapi para pendemo itu menoleh pun tidak dan terus menarik-narik Jaksa Lee. Jae Chan merasa tak enak hati dan menyelamatkan Jaksa Lee. Tapi Pak Choi menghentikannya dan berkata ia sudah memanggil satpam jadi Jaksa Lee akan baik-baik saja. Ia berkata Jae Chan tak akan bisa menyelamatkannya meski mendekat ke sana.
Jaksa Lee berteriak memberitahu para demonstran yang mana Jae Chan.
“Aku adalah Jung Jae Chan dari kantor Kejaksaan Distrik Hangang!!” teriak Pak Choi.
Para demonstran itu akhirnya menoleh tapi tentu saja tak percaya dan kembali mengerubungi Jaksa Lee. Jae Chan dan Pak Choi akhirnya masuk ke dalam.
Seorang pendemo memperhatikan mereka lekat-lekat. Ia tidak ikut mengerubungi Jaksa Lee. Ia berpakaian hitam-hitam dan bertopi hitam.
Teman-teman sekelas Seung Won juga membicarakan kasus tersebut. Sama seperti orang lain, mereka menyalahkan Jae Chan yang sudah melepaskan Hak Young. Mereka berpendapat Jae Chan bodoh atau sudah disuap.
Karena mereka tahu Seung Won adalah adik Jae Chan, mereka mulai mengucilkannya dan membuat chatroom sendiri tanpa mengikutsertakan Seung Won. Kecuali seorang pemuda yang nampaknya dikucilkan juga.
Jaksa Lee tiba di kantor dengan pakaian sobek-sobek dan bekas tamparan merah di wajah. Jaksa yang lain tak habis pikir kenapa para demonstran bisa salah mengira Jaksa Lee sebagai Jae Chan.
“Mereka bilang mereka menangkapku karena mereka dengar Jaksa Jung itu tampan. Ini semua karena aku tampan. Menjadi tampan itu sebuah dosa. Aku pendosa besar (alias tampan banget),” kata Jaksa Lee bangga.
Jaksa Son berkata para pendemo itu menghentikan semua orang yang mengenakan jas karena menganggap mereka semua adalah jaksa. Jadi bukan karena tampan.
Mereka pergi makan siang bersama. Jae Chan berlari hendak ikut bersama mereka tapi mereka sudah mengunci pintu. Mereka berkata di luar berbahaya jadi Jae Chan harus bertahan di dalam kantor dan makan di kantin saja.
Jae Chan akhirnya mengajak Pak Choi makan siang bersama. Untungnya Pak Choi mau. Sambil berjalan Pak Choi bertanya apakah Jae Chan sudah memutuskan akan menuntut Hak Young atau tidak. Jae Chan belum memutuskan. Ia menanyakan pendapat Pak Choi.
“Kenapa? Kau takut orang-orang akan mengkritikmu jika ia tidak dituntut?”
“Aku manusia tentu saja aku takut....Aku tidak takut!” tiba-tiba Jae Chan meninggikan suaranya saat melihat siapa yang menghampiri mereka. Ia berkata ia akan mengikuti aturan. Jika Hak Young bersalah, ia akan menuntutnya. Sebaliknya, ia tidak akan menuntut jika Hak Young tidak bersalah.
Yoo Bum menghampiri mereka dan berkata Jae Chan harus menuntut Hak Young jika ingin ikut aturan.
“Kau adalah seorang jaksa. Bukankah kau harus mengutamakan korban lebih dulu? Biarkan pengacara tersangka yang mengkhawatirkannya. Jika jaksa memihak tersangka, siapa yang akan memihak korban?”
“Sejak kapan tugas jaksa memihak orang?” balas Jae Chan.
Pak Choi mengeluh mereka berdua selalu bertengkar setiap kali bertemu. Ia bertanya kenapa Yoo Bum datang ke sini. Yoo Bum berkata ia datang untuk mengajak Pak Choi pergi ke undangan pernikahan salah satu teman mereka. Pak Choi baru ingat dan berkata ia akan ke undangan itu. Jae Chan mengingatkan kalau mereka akan makan siang bersama.
Yoo Bum dan Jae Chan memperebutkan Pak Choi. Pak Choi akhirnya meminjam uang pada Jae Chan tapi Jae Chan malah menyuruhnya mengambil di ATM. Sementara Yoo Bum langsung bersedia meminjamkannya asal Pak Choi ikut dengannya. Ia menang.
Tentu saja ada hal lain yang diinginkan Yoo Bum dengan ia mengajak Pak Choi. Ia bertanya apakah Jae Chan akan menuntut Hak Young atau tidak.
“Mana aku tahu? Memangnya aku bisa membaca pikirannya?” kata Pak Choi sambil sibuk melihat-lihat interior mobil Yoo Bum.
Yoo Bum bertanya apa Pak Choi tahu seorang bernama Han Woo Tak. Ia berkata sepertinya Woo Tak dan Jae Chan dekat. Pak Choi terdiam dan mulai menyadari ke arah mana pembicaraan Yoo Bum.
“Aku menyelidiki dan menemukan kalau ia dan Do Hak Young pernah menjadi teman sekamar.”
“Pengacara Lee, kau tidak mencoba menghubung-hubungkan ketiganya, bukan?” kata Pak Choi canggung. Ia berkata persahabatan mereka tidak ada kaitannya dengan kasus ini.
Yoo Bum berkata tentu saja ia tahu. Ia tahu bagaimana bersih dan tegasnya Jae Chan. Tapi ia khawatir jika reporter dan keluarga korban mengetahui hal ini maka mereka akan berpikir lain. Orang-orang akan menganggap mereka bersekongkol.
Hmmm....jelas ini ancaman dan Pak Choi mulai menyadari itu. Yoo Bum berkata Pak Choi harus mendesak Jae Chan untuk menuntut Hak Young.
“Seseorang mati. Bagaimana ia bisa dilepaskan? Aku tidak peduli apakah ia harus memanipulasi laporan atau memalsukan bukti. Ia harus menuntutnya. Tolong bujuk dia. Jika kau tidak melakukannya, aku akan memberitahu wartawan mengenai Han Woo Tak.”
Pak Choi berkata itu akan membahayakan Jae Chan. Yoo Bum berkata itu sebabnya ia meminta bantuan Pak Choi.
“Aku tidak ingin melihat Jae Chan dalam bahaya.”
Woo Tak mengunjungi Hak Young di restoran ibunya. Ia melihat Hak Young sedang sibuk menghapus grafiti yang memnuhi dinding dan jendela kedai ibunya. Ia teriingat percakapannya dengan Hong Joo setelah sarapan tadi pagi. Ia sempat bertanya apa ciri-ciri orang yang menusuk Jae Chan dalam mimpi Hong Joo.
“Aku tidak begitu yakin karena aku hanya melihatnya dari belakang. Kurasa tingginya sekitar 180 cm. Ia mengenakan pakaian hitam-hitam dan topi hitam.”
Hak Young yang sekarang sedang dilihatnya, mengenakan pakaian hitam-hitam dan topi hitam. Tiba-tiba Hak Young membanting lapnya dengan marah karena tulisan-tulisan itu tidak bisa hilang. Seandainya tulisan-tulisan itu hilang pun, cap poembunuh dan psikopat sudah ditanamkan pada dirinya.
Hak Young menghampirinya dan menyodorkan sejerigen thinner. Ia berkata cat baru bisa dihapus dengan itu, tidak hanya dengan lap saja.
“Kau ini sok pamer. Kau tahu semuanya, ya..” gerutu Hak Young.
“Bagaimanapun aku lega kau dilepaskan,” kata Woo Tak sambil tersenyum.
Hak Young berkata itu tidak ada bedanya. Semua orang masih mengusiknya dan menyebutnya pembunuh.
Keesokan paginya, Hong Joo sudah menanti di depan rumah. Saat melihat Jae Chan dan Seung Won keluar rumah ia langsung mengomelinya.
“Aku tahu kau akan seperti ini. Kudengar kau hampir terkena masalah dengan para pendemo. Apaan ini?” Hong Joo menarik jas Jae Chan, “Bagaimana kau bisa mengenakan jas lagi setelah apa yang terjadi kemarin. Hei Seung Won, kau harus menasihatinya.”
Seung Won kebingungan karena ikut dimarahi.
“Ganti sekarang juga!” ujar Hong Joo galak.
Jae Chan balik kanan bubar jalan, kembali masuk ke rumah. Seung Won cepat-cepat ikut masuk ke dalam sebelum kena marah Hong Joo lagi.
Jae Chan terpaksa pergi bekerja dengan mengenakan hoodie Seung Won plus kacamata tebal. Hong Joo berkata nanti di kantor Jae Chan bisa berganti pakaian lagi.
“Lebih baik dimarahi daripada diserbu.”
Mereka duduk menunggu bisa. Hong Joo bertanya kapan kasus Hak Young akan diputuskan. Jae Chan menjawab ia baru bisa memutuskan setelah menanyai saksi hari ini. Ia tidak bisa terus menerus mengulur waktu.
Hong Joo melihat orang-orang sedang menggantung lentera warna warni di sepanjang jalan. Ia langsung teringat pada mimpinya.
“Tidak bisakah kau menuntutnya saja? Kurasa itu satu-satunya cara kita bisa memastikan kau baik-baik saja,” kata Hong Joo pelan.
Jae Chan menatapnya.
“Tidak, jangan pikirkan. Aku tidak serius. Lupakan apa yang sudah kukatakan,” kata Hong Joo.
Jae Chan tersenyum dan menggenggam tangannya.
Degan penyamaran seperti itu, Jae Chan dengan mudah lolos masuk ke kantor. Tapi ia tidak lepas dari pengamatan si pria fans berbaju hitam.
Tak lama kemudian, lewatlah seorang pria berpakaian ski lengkap dengan topi penutup wajah dan tongkat ski. Tentu saja penampilannya menarik perhatian para pendemo. Mereka langsung mengerubutinya dan mengira ia Jae Chan. Dan saat topi dibuka, ternyata lagi-lagi Jaksa Lee yang jadi korban.
Hyang Mi dan para asisten membicarakan jumlah pendemo yang semakin banyak. Dalam sekejap musuh Jae Chan pasti menjadi sejuta orang.
“Ada satu di sini,” kata salah satu dari mereka sambil menunjuk Hyang Mi.
Mereka dikejutkan dengan kehadiran Jae Chan dalam samaran anak kuliahnya. Jae Chan berkata ia akan segera berganti pakaian. Para asisten langsung terpesona, bahkan Hyang Mi.
Saksi yang akan ditanyai hari ini adalah ahjumma pembantu rumah tangga Yoo Su Kyung yang pertama kali menemukan korban.
Hong Joo melihat artikel Du Hyun yang mengkritisi kinerja jaksa dalam kasus Yoo Su Kyung telah mendapat lebih dari 9000 komentar. Ia kesal dan dengan sinis memberikan selamat pada seniornya itu. Namun ia makin kesal saat melihat komentar-komentar jelek tentang Jae Chan. Ia membalas komen mereka dengan mengingatkan kalau mereka bisa dituntut setelah berkomentar jahat.
Tapi mereka membalas mereka tidak takut karena Jae Chan akan mengurus kasus itu dengan asal-asalan dan melepaskan mereka. Dan ada juga yang menuduh Hong Joo sebagai Jae Chan yang menyamar hingga bisa membalas komen mereka.
Hong Joo sangat kesal namun salah satu komentar menarik perhatiannya. Komentar itu berkata: pola darah di TKP mengingatkanku pada sebuah foto. Lalu ada tautan pada foto tersebut.
Hong Joo melihat tautan foto tersebut dan terkejut saat melihat pola yang dibuat oleh sebuah robot vacuum cleaner. Ia langsung memanggil Du Hyun.
Komentar:
Kali ini trio naga terbang diharuskan memilih apakah Jae Chan akan menuntut Hak Young atau tidak. Taruhannya adalah nyawa Jae Chan. Jika ia tidak menuntut maka ada banyak orang yang menginginkan nyawanya. Tapi jika ia menuntut maka ia sudah mengorbankan orang tak bersalah demi menyelamatkan dirinya sendiri. Bukan pilihan yang mudah.
Satu-satunya cara adalah membuktikan kalau Hak Young memang tidak bersalah. Dengan demikian ia bisa dibebaskan, dan Jae Chan juga tidak disalahkan. Tapi maslaahnya Yoo Bum juga memiliki kartu yang mengindikasikan ada kaitan antara Jae Chan – Woo Tak – Hak Young. Jika kartu itu dibuka, kira-kira orang akan mempercayai siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)