Hong Joo dan Jae Chan menikmati saat mereka di pantai. Hong Joo merasa moment itu seperti hadiah untuknya. Ia bersyukur untuk semua pilihan yang ia buat karena semua pilihan itu yang membawanya pada saat ini. Meski pilihan-pilihan itu tampak bodoh pada saat itu...namun ternyata pilihan yang bijaksana. Termasuk pilihan yang pernah ia sesali, pada akhirnya terbukti benar. Semua terasa indah dan ia merasa lega. Tapi ada satu hal yang ia pikirkan.
“Apa ia baik-baik saja?” tanya Hong Joo. Ia bertanya mengenai ahjusshi polisi yang mereka selamatkan dari danau belasan tahun lalu. Ia mengaku terkadang ia memikirkannya dan mengkhawatirkannya.
“Jangan khawatir. Ia baik-baik saja,” kata Jae Chan. Ia berkata ia tidak tahu di mana polisi itu tinggal, maupun namanya. Tapi ia tahu polisi itu masih hidup.
Hong Joo lega mendengarnya.
Tiga belas tahun lalu, ahjusshi polisi terbangun dari tidurnya saat temannya sedang membacakan puisi. Ia berkata ia lapar. Temannya mengira ahjusshi menyuruhnya keluar agar ia bisa melakukan hal bodoh lagi. Tapi ahjusshi berkata ia tidak akan pergi ke manapun maupun melakukan hal bodoh.
“Hidupku tidak seharusnya berakhir sekarang. Ada seseorang yang harus kutemui di masa yang akan datang.”
Hong Joo bertanya-tanya apakah mereka dan ahjusshi bisa saling mengenali jika nanti mereka bertemu lagi. Ia dan Jae Chan juga tidak saling mengenali saat pertama bertemu.
Jae Chan berkata mungkin saja mereka berpapasan dengaqnnya tapi tidak saling mengenali. Ia bertanya apa Hong Joo ingin bertemu dengan ahjusshi itu. Iya, jawab Hong Joo. Jae Chan juga ingin bertemu dengannya.
“Tapi apakah ia ingin bertemu dengan kita juga?” tanyanya.
“Entahlah.”
Setelah keluar dari rumah sakit, ahjusshi polisi mengundurkan diri dari pekerjaannya.
“Ketika kami bertemu kembali dengan ahjusshi, ia berkata ia memikirkan kami dan sangat merindukan kami. Dan ia sangat ingin bertemu dengan kami. Ketika ia bertemu dengan kami setelah begitu banyak hal terjadi dalam hidup ini, kami tidak bisa mengenalinya. Dan seperti ombak-ombak kecil, peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi mulai datang satu per satu menghampiri kami...menyatu menjadi ombak besar yang membawa kami padanya.” - Jae Chan
Seorang pria paruh baya berjalan menyusuri restoran dan diam-diam mencuri ponsel-ponsel yang tergeletak begitu saja di meja.
Seung Won menemani Dae Gu mengambil abu ayahnya. Tidak ada pemakaman karena tidak akan ada yang datang. Seung Won mengenakan jas Jae Chan hingga nampak kebesaran.
“Kakinya sangat panjang,” katanya.
Dae Gu tersenyum membenarkan. Seung Won heran dan bertanya apakah Dae Gu pernah melihat kakaknya. Dae Gu berkata ia pernah mengikuti salah satu sidang Jae Chan. Dan jelas ia mengagumi Jae Chan.
“Ia membandingkan keadilan dengan sungai dan benar-benar mengalahkan pengacara lawan. Sungguh memuaskan melihatnya. Dan aku juga merasa berterimakasih karena pengacara lawan adalah orang yang melakukan ini pada ayahku.”
“Siapa?” tanya Seung Won.
“Jaksa Lee Yoo Bum. Bukan, ia seorang pengacara sekarang.”
Hyang Mi dan Pak Choi berderet di atm untuk memeriksa buku tabungan mereka. Keduanya sama-sama menghela nafas panjang saat melihat jumlah yang tertera lalu mencoba memeriksa ulang saldo akhir mereka. Yoo Bum tersenyum geli melihatnya.
Ia berkata jumlahnya tidak akan berubah meski mereka memeriksa ulang. Hyang Mi mengeluh hari ini hari gajian tapi saldo di bukunya terlihat menyedihkan.
“Karena rasanya lama sekali menunggu hari gajian namun uang keluar secepat kilat,” kata Pak Choi. Haha....so true ^^”
Yoo Bum berkata mereka berdua harusnya bekerja di kantornya. Ia akan memastikan menunggu hari gajian tidak akan terasa lama. Mereka bisa mengajukan hendak digaji berapa dan mereka akan bernegosiasi. Posisi mereka terjamin hingga pensiun dan mereka bisa pulang tepat waktu tiap hari.
Hyang Mi berkata ia menyukai tawaran itu. Tapi sasaran Yoo Bum sebenarnya Pak Choi. Pak Choi tertawa dan berkata ia sudah mengatakannya sebelumnya.
“Aku tidak tertarik.”
Hyang Mi mengangkat tangannya dan berkata ia sangat tertarik. Dengan satu syarat, kata Yoo Bum. Hyang Mi harus mengajak Pak Choi pindah ke kantornya.
Saat mereka berjalan kembali ke kantor, Hyang Mi mengomel memangnya ia cuma bonus. Seperti buy 1 get 1? Pak Choi mewanti-wanti Hyang Mi agar tidak memberitahu Jae Chan atau siapapun mengenai tawaran Yoo Bum tersebut.
“Aku sungguh kecewa pada Bapak. Memangnya aku tipe yang suka menyebarkan hal semacam itu?” Hyang Mi tersinggung. “Memangnya Bapak tidak mengenalku?”
Tapi begitu Jae Chan datang, ia langsung memberitahunya. Ia berkata Yoo Bum berusaha keras merekrut Pak Choi. Jae Chan berkata Pak Choi orang yang sangat bertanggungjawab, tidak mungkin ia akan menerima tawaran itu.
Hyang Mi berkata mungkin saja karena pekerjaannya akan aman hingga pensiun, Pak Choi juga akan mendapat kantor sendiri, bahkan kartu kredit perusahaan. Orang normal pasti akan mengajukan pengunduran diri saat itu juga.
“Aku tahu Pak Choi lebih suka bekerja denganku daripada dengan Yoo Bum,” kata Jae Chan penuh percaya diri.
“Tidak. Kau mengesalkan kami karena kau sangat lamban. Kau hanya menggali sana sini seperti tikus tanah. Kau membuatnya lembur dan menyeretnya ke TKP. Aku hampir menangis karena aku merasa kasihan padanya. Baik-baiklah padanya sebelum kau kehilangannya. Puji dia dan cobalah memikatnya. Berikan dia hadiah.” Hyang Mi ini rupanya diam-diam lebih memihak Jae Chan daripada Yoo Bum.
Dengan angkuh Jae Chan berkata Pak Choi tidak perlu tinggal jika ia harus memaksanya.
Lain di mulut, lain di hati. Begitu melihat Pak Choi kesulitan mengambil dokumen di rak paling tinggi, Jae Chan langsung megambilkannya. Ia berkata ia sudah dengar semuanya dari Hyang Mi. Pak Choi kesal pada Hyang Mi sementara Hyang Mi kesal pada Jae Chan.
“Kurasa Bapak sebaiknya bekerja di kantornya jika tawarannya lebih baik,” kata Jae Chan serius.
Pak Choi nampak serba salah. Tapi tiba-tiba Jae Chan berjongkok dan menalikan tali sepatu Pak Choi.
“Aku tidak ingin memaksa Bapak untuk tinggal dan aku tidak bisa berjanji aku bisa lebih baik pada Bapak. Bapak yang akan memilih pada akhirnya. Aku tidak akan marah meski Bapak memilih untuk pergi,” katanya dengan wajah sedih.
Lalu tiba-tiba ia mengeluarkan ponselnya dan mengajak selfi Pak Choi. Pak Choi kebingungan namun menurut.
“Jangan khawatirkan aku dan jangan merasa terpaksa untuk tinggal. Ambil waktu untuk memutuskan.”
Tiba-tiba ada pesan baru. Hyang Mi membuka ponselnya. Jae Chan baru saja meng-upload foto selfinya bersama Pak Choi tadi dengan status: “bersama mentorku”. Lengkap dengan tanda hati. Pfft...
Hong Joo sedang rapat bersama timnya untuk membicarakan segmen acara “Pengalaman Tiga Hari”. Hong Joo mengusulkan pengalaman hamil selama 3 hari. Ia menunjukkan benda berbentuk perut dan dada wanita hamil yang bisa dikenakan. Berat dan bentuk alat itu sama persis dengan ukuran kehamilan 8 bulan. Mereka bisa mengenakannya selama 3 hari sambil mengerjakan rutinitas sehari-hari dan mempelajari apa yang para wanita hamil rasakan dan hadapi dalam masyarakat.
Kapten setuju. Du Hyun mengusulkan pengalama 3 hari di kantor kejaksaan utnuk melihat kehidupan sehari-hari para jaksa. Kapten menganggap itu ide bagus tapi mereka tidak akan diijinkan oleh kantor kejaksaan untuk melakukannya demi alasan kerahasiaan dan melindungi hak asasi para tersangka.
Tapi Du Hyun berkata mereka akan diijinkan. Ia sempat bertemu dengan Jaksa Daerah dalam suatu acara dan tampaknya Jaksa Daerah menyukai ide tersebut. Kapten setuju dengan ide itu.
“Senior, bukankah akan lebih berarti jika seorang pria yang mengalami bagaimana rasanya hamil?” tanya Hong Joo pada Du Hyun, begitu ia mendengar ide liputan kejaksaan tersebut.
“Tentu saja, pria sama sekali tidak tahu bagaimana rasanya, jadi pasti lebih berarti,” jawab Du Hyun.
Taktik Hong Joo berhasil. Kapten memberikan tugas meliput kejaksaan pada Hong Joo, sementara Du Hyun mengalami bagaimana rasanya hamil selama 3 hari. Du Hyun protes. Kapten berkata Du Hyun sendiri yang bilang liputannya akan lebih bermakna jika pria yang melakukannya. Jadi orang yang terbaik untuk melakukannya adalah Du Hyun.
Jae Chan berusaha memikirkan kata-kata yang tepat untuk meminta Pak Choi tidak menerima tawaran Yoo Bum.
“Pak Choi, bisakah Bapak tidak menerima tawaran Yoo Bum?” Terasa kaku, hapus.
“Jangan pergi.” Rasanya terlalu kasar, hapus
“Kumohon jangan pergi” Lebih baik? Hapus.
“Jangan pergi pada Yoo Bum.”
Tepat saat itu Seung Won memanggil kakaknya dan Jae Chan tak sengaja menekan tombol kirim. Ia panik karena pesannya terlalu kasar. Pesannya dibalas.
“Aku tidak akan pergi.”
Jae Chan melompat-lompat dan menari kegirangan seperti anak kecil.
Ia terdiam saat melihat Seung Won menatapnya dengan serius. Seung Won menyerahkan beberapa lembar surat. Ia masih tak percaya kenapa Dae Gu mempercayakan surat-surat itu pada Jae Chan.
Ia berkata temannya, Dae Gu, ingin Jae Chan membaca surat-surat itu. Jae Chan membacanya sekilas dan berkata itu seperti surat terakhir seseorang. Seung Won berkata itu adalah surat wasiat terakhir dari pembunuh berantai yang baru-baru ini bunuh diri di penjara.
“Dia adalah ayah Dae Gu. Dae gu ingin kau membacanya. Ia merasa ayahnya meninggal dengan tidak adil. Ia berharap Kakak bisa membersihkan nama ayahnya.”
Jae Chan berkata semua orang yang di penjara pasti merasa diperlakukan tidak adil. Tapi setelah ia membaca surat itu, ia mendapati ada yang tidak pas.
“Dan aku mendapat firasat buruk karena hal lain. Kak Yoo Bum adalah jaksa dalam kasus ini,” kata Seung Won.
Jae Chan ingat kasus itu yang dibanggakan Yoo Bum karena membuatnya diberi penghargaan oleh Jaksa Agung (episode 1). Dan ketika itu Yoo Bum merendah semua karena pekerjaan Pak Choi.
Polisi mengintai pria pencuri ponsel di depan rumah pencuri itru. Mereka akan menyergap saat pencuri itu bertemu dengan penadah HP-HP curian itu. Hmm...aneh juga mengintai kok tepat di depan rumah...ngga ketauan lagi hehehe^^
Di dalam rumah, si pencuri menyimpan ponsel-ponsel curiannya. Namun saat ia hendak memadamkan salah satunya, ada pesan masuk pada ponsel itu. Pesan itu berkata ia akan memberi 5 juta won jika si pencuri mengembalikan ponselnya. Dan ia tidak akan melaporkan si pencuri pada polisi.
Pencuri itu tak membalas. Ada pesan baru masuk lagi. Kali ini pemiliknya menawarkan 10 juta won dan menyebutkan tempat pertemuan. Pencuri itu heran ada apa di dalam ponsel tersebut hingga seseorang mau membayar begitu banyak.
Karena penasaran, ia melihat bekas sidik jari di permukaan ponsel dengan sinar lampu. Dengan begitu ia bisa menebak password ponsel tersebut. Dan ia berhasil.
Seseorang bermimpi Hong Joo dan Jae Chan berada dalam satu ruangan. Lalu tiba-tiba ruangan itu terbakar. Hong Joo dan Jae Chan terjebak di dalamnya. Orang itu terbangun.
Jae Chan dan Woo Tak sarapan di rumah Hong Joo. Hong Joo bertanya apa Jae Chan pikir ahjusshi polisi itu juga bermimpi mengenai mereka. Jae Chan menceritakan teori Woo Tak. Bahwa mereka bermimpi mengenai orang yang menyelamatkan mereka. Woo Tak bermimpi lebih banyak tentang Jae Chan, sementara Jae Chan bermimpi tentang Hong Joo.
Jae Chan berkata tadinya ia pikir teori itu tidak benar karena tidak tahu kalau Hong Joo adalah Chestnut. Tapi sekarang teori itu masuk akal. Woo Tak berkata mimpi itu bermula ketika ia merasa sangat berterimakasih telah diselamatkan oleh Jae Chan hingga ingin membalas budi.
Hong Joo berkata berdasarkan teori tersebut, ahjusshi polisi bisa bermimpi mengenai masa depan mereka karena mereka telah menyelamatkannya 13 tahun lalu.
Orang yang bermimpi mengenai Hong Joo dan Jae Chan menulis: “Mayat di tempat tidur. Nam Hong Joo tewas.”
Woo Tak berkata jika ahjusshi itu memang bermimpi mengenai mereka, pasti ia tahu bagaimana wajah mereka sekarang dan tempat tinggal mereka. Mungkin saja, jawab Jae Chan. Tapi Hong Joo berkata itu tidak mungkin. Jika teori Woo Tak benar, ahjusshi pasti sudah datang menemui mereka.
“Kaupikir ia ingin bertemu dengan kalian? Kalian tidak bertemu dalam suasana yang baik. Bertemu kembali hanya mengembalikan kenangan menyakitkan,” kata ibu.
Jae Chan mengamati Hong Joo yang akan mengambil potongan buah. Ia berseru pelan ketika Hong Joo mengambil potongan buah miliknya, bukan milik Woo Tak. Errr....coba ya pak jaksa, bukan anak SD lagi XD
Hong Joo berkata mulai hari ini ia akan pergi ke kantor Jae Chan selama 3 hari. Woo Tak berkata itu pasti untuk acara Pengalaman Tiga Hari. Ibu berkata itu artinya Hong Joo bisa melihat bagaimana Jae Chan bekerja.
Jae Chan langsung teringat bagaimana ia sering diteriaki Pak Park, dimarahi Hee Min karena tak sengaja menginjak jubahnya. Belum lagi Hyang Mi dan Pak Choi yang kesal karena kerja Jae Chan yang “menggali” terus.
Hong Joo berkata mungkin ia akan terus menempel dengan Jae Chan selama 3 hari. Pak Park sudah memilih jaksa yang paling kompeten dan paling menawan untuk diliput.
“Kompeten dan menawan? Pasti kau,” kata Woo Tak.
Jae Chan tertawa garing. Berusaha tak memperlihatkan kalau ia pastilah jaksa yang dimaksud.
Tapi ternyata Pak Park memilih Hee Min. Jae Chan nampak kecewa. Hong Joo juga tapi ia tidak memperlihatkannya di depan yang lain.
Saat Hee Min membawa Hong Joo melihat-lihat, Jaksa Lee dan Jaksa Son protes pada Pak Park karena tidak memilih Jae Chan. Mereka semua tahu kalau Jae Chan dan Hong Joo dekat, jadi kenapa Pak Park memilih Hee Min.
“Kurasa Bapak tidak sungguh-sungguh saat Bapak mengatakan sayang pada Jaksa Jung,” kata Jaksa Son. Ia berkata Jae Chan pasti terluka perasaannya.
Pak Park berkata justru karena ia sayang pada Jae Chan maka ia tidak memilihnya.
“Mereka sekarang sedang saling menyukai. Jika ia (Hong Joo) melihatnya selama 3 hari, ia akan pergi dengan angan-angan yang hancur dan kekecewaan.”
“Kenapa begitu? Memangnya apa yang salah dengan Jaksa Jung?” Jaksa Lee membela.
Pak Park bertanya siapa yang kasusnya paling banyak tidak selesai? Jae Chan. Siapa yang paling banyak typo? Fanny...eh Jae Chan. Siapa yang menghabiskan waktu sebulan hanya untuk kasus pencurian biasa sementara jaksa lain hanya seminggu? Jae Chan.
“Kalau begitu katakan, angan-angannya akan hancur atau tidak? Kau berterimakasih padaku atau tidak?”
Jae Chan menunduk lalu berterimakasih. Pak Park tertawa geli.
Hong Joo mengamati Hee Min bekerja. Astaga... ini lagi syuting iklan shampoo atau apa sih? Sampai-sampai asistennya ikut bergaya.
Tapi Hee Min memang bukan sekedar gaya dan cantik, ia juga seorang jaksa yang kompeten. Ia tidak bergeming di depan tersangka yang ngeyel. Hong Joo sampai kagum padanya.
Jaksa Lee dan Jae Chan melihat interogasi itu dari ruang sebelah. Jaksa Lee berkata bersyukurlah Hee Min itu seorang wanita. Jika ia seorang pria, Hong Joo pasti sudah jatuh hati. Jae Chan dengan lesu mengiyakan.
Jaksa Lee menyemangatinya dan berkata Jae Chan boleh meminjam Si Merah kapanpun ia mau. Jae Chan terharu dan memeluk Jaksa Lee.
“Kalau begitu bagaimana kalau kau menggantikanku tugas malam hari ini untuk menunjukkan rasa terimakasihmu?”
Jae Chan tidak keberatan. Ia bertanya apakah Jaksa Lee ada janji malam ini, dengan siapa? Jaksa Lee tidak mau memberitahunya.
Begitu di luar, Jaksa Lee mengirim pesan pada seseorang: “Aku bisa membawamu kencan hari ini!”
Lalu ia melompat-lompat seperti kelinci.
Jae Chan kembali ke kantornya. Pak Choi dan Hyang Mi sedang makan siang. Mereka mengajak Jae Chan makan bersama mereka. Jae Chan memandang mereka dengan terharu dan berkata ia ingin berterima kasih pada mereka karena tetap berada di sisinya meski ia penuh kekurangan.
Pak Choi mengira ini usaha Jae Chan agar ia tidak pindah ke kantor Yoo Bum. Ia berkata ia akan terus bekerja di sini sampai pensiun, jadi Jae Chan bisa berhenti mengatakan hal-hal aneh seperti itu.
Jae Chan bertanya apa Pak Choi tahu seorang pria bernama Myung Yi Suk. Mereka ingat kalau Myung Yi Suk adalah pembunuh berantai yang membunuh orang dengan menggunakan suntikan infus. Dan pembunuh itu baru-baru ini bunuh diri.
Jae Chan berkata ia dengar Yoo Bum yang menangani kasus ini. Ia bertanya apa Pak Choi mengerjakan kasus ini bersamanya. Pak Choi membenarkan dan bertanya kenapa Jae Chan menanyakannya.
Jae Chan berkata ia kebetulan membaca surat terakhirnya dan ada beberapa hal yang membuatnya gelisah. Pak Choi berkata semua hal mengenai kasus itu cukup jelas.
“Para kriminal selalu membuat cerita dan alasan. Kau kasihan pada mereka dan merasa mungkin mereka salah dituduh. Tapi kau akan mendapat masalah serius jika percaya pada mereka.”
Jae Chan membenarkan. Meski kelihatan ia tidak sepenuhnya yakin.
Pencuri ponsel menemui orang yang bersedia membayar 10 juta won demi ponsel itu. Mereka bertemu di bawah jembatan yang sepi. Ketika orang itu akhirnya datang, mereka melakukan pertukaran. Ia bertanya apa yang ada dalam ponsel itu hingga berani membayar sebanyak itu.
Belum sempat orang itu menjawab, beberapa polisi mengejar mereka. Mengira si pencuri ponsel sedang bertransaksi dengan si penadah.
Woo Tak dan Kyung Han kebetulan sedang berada di daerah tersebut dan melihat rekan mereka sedang mengejar orang. Mereka langsung membantunya.
Rekan mereka sudah kelelahan dan tak sanggup mengejar lagi. Ia berkata orang yang ia kejar mengenakan kaus abu-abu.
Tapi Woo Tak terdiam. Dalam pandangannya, hampir semua orang mengenakan pakaian abu-abu. Hanya ada biru dan kuning samar warna lainnya yang ia lihat. Kyung Han berkata pria itu mengenakan celana kotak-kotak. Barulah Woo Tak mengenali orang itu.
]Ia berlari sekencang-kencangnya mengejar orang itu. Tak bisa melarikan diri lagi, orang itu melempar ponsel ke dalam sungai. Woo Tak berhasil menangkapnya. Orang itu meronta dan berkata ia hanyalah korban.
Komentar:
Jadi Woo Tak benar-benar buta warna meski sebagian. Dan sepertinya Kyung Han mengetahui hal itu hingga ia beberapa kali membantu Woo Tak meski tak terlalu kentara.
Aku juga selama ini bertanya-tanya apakah ahjusshi itu tidak memimpikan Hong Joo dan Jae Chan. Tapi apakah ini pertama kalinya ia bermimpi mengenai mereka? Karena Jae Chan juga baru bermimpi mengenai Hong Joo setelah mereka bertemu kembali. Selama 13 tahun mereka berpisah, Jae Chan tidak pernah bermimpi tentang Hong Joo.
Dan ahjusshi selalu tahu alamat baru Jae Chan. Jadi apakah dia tahu Jae Chan seperti apa dan apa pekerjaannya? Apa dia diam-diam melihat mereka dari jauh? Tapi dari kilas balik, ahjusshi itu sepertinya ingin bertemu mereka. Jika ia tahu alamat Jae Chan, kenapa ia tidak menemuinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)