Woo Tak segera menelepon kantor pusat agar mengirim ambulans dan polisi ke kantor Yoo Bum. Kyung Han bertanya apa orang yang menelepon Woo Tak adalah orang yang bisa dipercaya. Ya, jawab Woo Tak. Mereka harus tiba di lokasi dalam waktu 5 menit.
Sementara itu Jae Chan meminta sopir taksi agar lebih cepat.
Ha Ju Won, pelaku pembunuhan berantai dengan suntik infus, menyuntikkan obat pada Hong Joo. Ia berkata obat itu akan melumpuhkan semua otot Hong Joo hingga Hong Joo tidak bisa bernafas dan mati pelan-pelan dalam waktu 5 menit, seakan tertidur.
Hong Joo bertanya jam berapa sekarang dan di mana dirinya sekarang. Ju Won memberitahunya.
“Jam setengah sebelas di atap kantor Firma Hukum Hae Kwang.”
“Jae Chan, kau dengar itu? Kau mendengarnya, kan?” kata Hong Joo lirih. Lalu ia memejamkan matanya.
Yoo Bum diam-diam mengeluarkan sebotol obat lalu mengeluarkan satu dari antaranya dan memakannya.
Terdengar suara sirine mobil polisi mendekati gedung. Ju Won terkejut, sementara Yoo Bum tersenyum licik.
Woo Tak dan Kyung Han tiba di kantor Yoo Bum. Tapi lift tidak jalan karena sedang ada pemadaman listrik. Satpam memberitahu di mana letak tangga darurat.
Ju Won berkata Yoo Bum terlihat menakutkan seakan hendak membunuhnya. Yoo Bum dengan enteng mengatakan ia memang akan melakukannya. Ju Won tidak percaya Yoo Bum akan menjadi pembunuh.
“Tidak. Tentu saja tidak. Aku hanya membersihkan sampah. Kau berusaha membunuh reporter itu dan juga membunuhku. Aku membunuhmu saat berusaha menghentikanmu. Dengan kata lain aku melakukannya sebagai pembelaan diri. Aku akan dinyatakn tidak bersalah. Kau sendiri yang menasihatiku agar menyelesaikannya dengan baik dan memastikan semuanya menang. Ini jawaban yang kutemukan.”
Dalam sekejap, Yoo Bum menyerang Ju Won.
Woo Tak akhirnya menemukan tangga darurat dan berlari ke atap. Setibanya di sana, ia melihat Yoo Bum sedang menggendong Hong Joo. Ia segera mengambil alih dan membopong Hong Joo. Sementara Yoo Bum terhuyung-huyung mengikutinya karena obat yang diminumnya mulai bekerja. Saat Kyung Han menanyakan keadaannya, ia berkata ia tidak apa-apa dan memintanya mendahulukan Hong Joo.
Jae Chan baru tiba ketika Woo Tak sampai di lantai dasar. Jae Chan meminta Woo Tak membaringkan Hong Joo di lantai dan memanggil paramedis dengan alat pernafasan. Dari mimpi, ia sudah tahu Hong Joo tidak bisa bernafas karena paru-parunya dilumpuhkan.
Ia memohon agar Hong Joo bertahan dan memberikan nafas buatan. Sama seperti yang dilakukan Hong Joo padanya 13 tahun lalu.
Yoo Bum sadarkan diri di rumah sakit. Dua orang detektif polisi sudah menantinya. Mereka bertanya apa yang terjadi. Yoo Bum berkata ia bertemu dengan Hong Joo di kantornya untuk wawancara. Mereka minum kopi bersama. Tapi ia tiba-tiba merasa lemah.
“Seseorang pasti menaruh semacam obat di dalamnya,” katanya.
Ia merasa pusing tapi ia melihat Ha Ju Won membawa Hong Joo keluar dari kantornya. Ia berusaha menghentikannya tapi ia tidak bisa bergerak karena obat.
“Ha Ju Won adalah wanita yang tewas karena jatuh, bukan?” tanya si detektif.
Yoo Bum membenarkan. Ia berkata Ju Won datang menemuinya sebelumnya dan mengaku sebagai pembunuh berantai sebenarnya. Ia datang untuk berkonsultasi.
“Aku menyarankan agar ia menyerahkan diri, tapi ia menolaknya. Kurasa ia melihatku bertemu dengan Nona Nam dan mengira aku membocorkan informasi pada media.”
Detektif bertanya apa itu sebabnya Ju Won menaruh obat dalam kopi Yoo Bum. Yoo Bum berkata itulah yang ia duga. Saat itu ia tidak memiliki kekuatan untuk bergerak tapi ia tidak sepenuhnya tidak sadar. Ia pikir ia harus menghentikan Ju Won membunuh orang lagi, jadi ia dengan susah payah mengikuti ke atap.
“Tapi Ha Ju Won sudah lebih dulu menyuntikkan obat pada Nona Nam. Aku ingin menghentikannya tapi aku tidak bisa bergerak karena obat itu. Lalu Ha Ju Won menyerangku. Kami berkelahi saat aku berusaha menghentikannya. Aku tak sengaja mendorongnya dan ia terjatuh.”
“Lalu kau pingsan saat kau berusaha menolong Nona Nam,” sambung detektif.
Yoo Bum terlihat menyesal dan berkata seandainya ia tidak diberi obat, ia pasti bisa menyelamatkan nyawa Hong Joo.
“Jangan khawatir. Ia baik-baik saja,” kata detektif itu.
Yoo Bum terkejut. Hong Joo masih hidup? Bukankah obat itu dapat membunuh orang hanya dalam waktu 5 menit? Detektif itu berkata ini memang sebuah keajaiban. Satu menit saja terlambat, Hong Joo bisa meninggal.
“Jaksa Jung Jae Chan menyelamatkan nyawanya dengan terus menerus memberikan nafas buatan.”
Yoo Bum terkejut Jae Chan datang ke lokasi. Para detektif itu berkata Hong Joo sangat beruntung. Yoo Bum membenarkan, meski ia sebenarnya sangat kecewa. Kedua detektif itu tidak melihatnya, tapi Woo Tak melihatnya.
Dokter memberitahu ibu Hong Joo dan Jae Chan kalau Hong Joo sudah melewati masa kritisnya. Tapi ia tidak bisa memastikan kapan Hong Joo akan sadarkan diri. Karena tidak bernafas selama beberapa waktu, otaknya sempat tidak terpasok oksigen selama beberapa saat. Dan itu bisa menyebabkan trauma secara psikologis juga. Saat ini mereka tidak bisa memastikan apapun.
Ibu Hong Joo hampir jatuh lemas. Jae Chan menopangnya dan meminta maaf karena tidak menyelamatkan Hong Joo lebih cepat. Ibu berkata Jae Chan tidak boleh mengatakan hal seperti itu. Ia malah berterimakasih karena Jae Chan menyelamatkan nyawa Hong Joo.
Ia membelai Hong Joo dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia berkata Hong Joo pasti akan sadar seakan tidak pernah terjadi sesuatu.
Saat Jae Chan sendirian, Woo Tak menghampirinya dan menanyakan keadaan Hong Joo. Jae Chan memberitahunya apa yang dikatakan oleh dokter.
Woo Tak memberitahu Jae Chan mengenai apa yang dikatakan Yoo Bum pada para detektif. Bahwa ia melakukan pembelaan diri dalam peristiwa itu. Jae Chan marah dan bertanya di mana Yoo Bum sekarang. Woo Tak berusaha menghentikannya.
Tapi kedatangan Pak Choi lah yang menghentikan Jae Chan. Ini pertamakalinya mereka bertemu setelah ia tahu Pak Choi adalah ahjusshi polisi anak buah ayahnya.
“Kenapa Bapak pergi begitu tiba-tiba? Kenapa pada saat seperti ini? Bapak meninggalkanku sendirian,” ia tak bisa lagi menahan tangisnya. Pak Choi memeluknya.
“Maafkan aku, Jaksa Jung.”
Jae Chan menangis tersedu-sedu dalam pelukannya.
Mereka berdua berbicara di taman. Jae Chan sudah tenang sekarang. Ia berkata tidak ada yang tahu Pak Choi mengundurkan diri jadi anggap saja Pak Choi sedang cuti. Tapi Pak Choi berkata ia tidak akan kembali. Ia akan bekerja di kantor Yoo Bum. Jae Chan tak mengerti mengapa Pak Choi memutuskan bekerja pada Yoo Bum.
Pak Choi bercerita dulu adiknya melarikan diri dari wajib militer dengan membawa senjata. Setiap kali adiknya menelepon mengeluh tidak tahan dan ingin keluar, ia selalu mengatakan semua orang menjalani wamil dan bertahan. Bahwa pengalaman itu akan membuatnya lebih dewasa.
“Aku hanya memarahinya seperti itu dan tidak benar-benar mendengarkannya. Aku merasa bersalah. Aku merasa buruk karena tidak pernah mendengarkannya. Jadi ketika ia menemuiku setelah melarikan diri, membujuknya untuk menyerahkan diri bukanlah hal pertama yang muncul dalam pikiranku. Aku pikir ia pasti lapar, jadi prioritasku adalah memberinya makanan.”
Pak Choi ketika itu memborong makanan dan kembali ke tempat ia terakhir bertemu dengan adiknya. Namun adiknya sudah tidak ada. Lalu ia mendengar adiknya menembak komandannya sendiri dan menyebabkan kematian orang lain.
“Aku ingin membunuh diriku sendiri. Aku berpikir aku sudah menjadi komplotan.”
Jae Chan marah dan bertanya kenapa Pak Choi baru mengatakannya sekarang. Pak Choi memiliki banyak waktu, bahkan bisa memberitahunya saat mereka pertama kali bertemu. Sekarang lalu apa? Apa Pak Choi menginginkan ia memaafkannya? Atau ingin ia membencinya?
“Tidak keduanya. Kau bertanya kenapa aku pergi ke Firma Hukum Hae Kwang. Aku menjawab pertanyaanmu. Aku tidak ingin lagi menjadi komplotan. Aku tidak boleh lagi mengabaikan kesalahan seperti yang kulakukan dulu. Karena itu aku keluar. Tidak ada alasan lain.”
Ia menasihati Jae Chan agar tidak bertindak ceroboh. Pergi menemui Yoo Bum sekarang untuk menanyainya adalah tindakan ceroboh. Dan sikap seperti itu tidak akan menghasilkan apapun.
“Sekarang pilihlah. Pukul dia sekarang dan dikeluarkan dari penyelidikan dan proses hukum atau menahan diri sekarang agar kau bisa memberinya pukulan yang pantas melalui penyelidikan dan sidang nanti?”
Jae Chan menahan tangis dan berusaha meredam emosinya. Pak Choi mengusap air matanya seperti seorang ayah pada anaknya.
Jae Chan bertanya bagaimana Pak Choi tahu ia akan ada di sana. Ia berkata sesuatu memberitahunya bahwa Jae Chan akan dikeluarkan dan tidak bisa melakukan apapun jika saat ini menemui Yoo Bum dan membuat keributan. Ia berkata ia cukup peka.
Jae Chan menatapnya. Menyadari kalau Pak Choi bermimpi juga seperti mereka. Karena itu ketika Pak Choi bertanya apakah Jae Chan menganggapnya omong kosong, ia berkata ia tidak menganggapnya omong kosong. Ia berjanji tidak akan bertindak ceroboh.
“Bagus. Itulah yang harus kau lakukan sebagai putera Komandan Jung. Aku benar-benar ingin bertemu denganmu lagi, putera Komandan Jung,” Pak Choi membelai kepala Jae Chan dan memeluknya sambil menangis.
Hong Joo yang masih tak sadarkan diri, meneteskan air mata. Apa ia melihat pertemuan ini dalam mimpinya?
Para jaksa rapat membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Kasus pembakaran trailer selesai dengan Ha Ju Won sebagai tersangka utamanya. Bukti CCTV di pom bensin dan jejak sepatu di TKP adalah bukti kuat. Tapi karena ia sudah tewas, maka kasus ditutup.
Kasus pembunuhan berantai dengan suntikan juga dipastikan Ha Ju Won pelakunya. Semua korban yang terjadi setelah ayah Dae Gu ditangkap, juga semua korban sebelumnya, dirawat di bangsal yang sama dengannya. Hasil penggeledahan ke rumahnya juga ditemukan suntikan dan botol obat-obatan yang digunakan dalam kasus tersebut. Tapi karena ia sudah tewas, maka ia tidak bisa dituntut lagi.
Bagaimana dengan kasus pemalsuan bukti?
Yoo Bum sengaja datang ke minimarket tempat Dae Gu bekerja paruh waktu. Untung Seung Won ada di sana menemani Dae Gu. Ia berkata Ha Ju Won yang sudah memanipulasi bukti.
“Jadi maksudmu dia yang memfitnah ayahnya sebagai pembunuh, bukan kau?” kata Seung Won kesal.
Yoo Bum berkata seingatnya obat-obatan itu ditemukan di kantor ayah Dae Gu. Kantor itu ada di dalam rumah sakit, jadi Ha Ju Won memiliki akses ke kantor itu sebagai salah satu pasien ayah Dae Gu. Masuk akal, bukan?
“Masuk akal,” Dae Gu mengakui, “Begitu mudahnya bagimu membuat teori seperti itu. Lalu kenapa dulu sangat sulit? Kenapa kau tidak memikirkannya pada saat itu?”
Yoo Bum menghela nafas panjang lalu berlutut. Orang-orang yang melihat dari luar, heboh membicarakannya dan merekamnya.
“Maafkan aku. Sebagai seorang jaksa, aku seharusnya tidak berhenti mencurigainya. Aku hanya tidak berpikir kenapa seseorang bisa begitu rapi dan licik. Ini semua salahku.”
“Kalau begitu kau harus bertanggungjawab. Kau bilang itu salahmu,” kata Seung Won. Maksudnya Yoo Bum sendiri yang harus mengakui kalau ia salah menuduh ayah Dae Gu.
“Aku ingin bertanggungjawab. Tapi membuat kesalahan semacam itu, tidaklah dianggap tidak sah,” katanya berbisik.
Dae Gu marah dan melompat menyerang Yoo Bum. Untung Seung Won menghentikannya. Dae Gu berteriak histeris meminta Yoo Bum mengembalikan ayahnya. Yoo Bum tersenyum licik.
Kematian Ha Ju Won menutup sejumlah kasus karena pada akhirnya semua disimpulkan dengan ia sebagai pelakunya.
Jae Chan mendapat pesan dari ibu Hong Joo kalau Hong Joo sudah sadar. Ia segera meminta ijin. Begitu tahu alasannya, Pak Park dan yang lainnya langsung menyuruh Jae Chan pergi.
Setelah Jae Chan pergi, Pak Park mengusulkan agar Jaksa Lee bekerjasama dengan Jae Chan menangani kasus Yoo Bum. Jaksa Son dengar pengacara yang akan membela Yoo Bum adalah Pengacara Ko, CEO Firma Hukum Hae Kwang, bos Yoo Bum sendiri.
“Kau tidak akan bisa menanganinya sendirian,” kata Jaksa Son.
Jaksa Lee tiba-tiba tertawa membuat semua orang kaget. Ia berkata Pengacara Ko tetap saja hanya seorang pengacara, tidak ada bedanya.
“Karena beliau, permintaan kita untuk menahan Lee Yoo Bum ditolak. Ia bahkan tidak ditahan untuk investigasi pembunuhan. Bukankah itu mengesankan?”
“Benar, jelas itu sebabnya gajinya berdigit 8,” Pak Park menambahkan.
Jaksa Lee terkejut. Hee Min berkata pendapatannya sekita 27 juta won per hari (kalau rupiah lebih dari 270 juta...per hari). Hehe...kok jadi inget pengacara yang belakangan ini beken karena “kemewahan”nya ya^^
“Meski ia hanya bekerja 4 hari dalam setahun, pendapatannya tetap lebih banyak darimu.”
Jaksa Lee setuju bekerjasama dengan Jae Chan setelah mendengar semua itu.
Jae Chan tiba di ICU tapi sekarang bukan jam besuk. Begitu melihat seorang perawat ia memohon agar ia diijinkan masuk sebentar saja. Ia hanya ingin melihat wajah Hong Joo lalu pergi. Tapi perawat tidak mengijinkannya dan menyuruhnya kembali pada jam besuk berikutnya.
“Kumohon. Aku hanya ingin memastikan ia baik-baik saja.”
“Aku baik-baik saja,” terdengar suara Hong Joo.
Jae Chan menoleh. Hong Joo sedang duduk meski ia masih diinfus. Jae Chan bertanya apakah Hong Joo benar baik-baik saja dan bisa mengenalinya. Tentu saja, kata Hong Joo. Ia bahkan tahu Jae Chan berusaha sekuatnya untuk menyelamatkannya.
“Aku mendengar semuanya. Semua yang kaukatakan.”
Jae Chan menarik nafas lega dan mengangkat Hong Joo. Hong Joo berterimakasih karena Jae Chan sudah menyingkirkan mimpi buruknya selama ini...yaitu mimpi tentang kematiannya.
Mereka berjalan di taman. Hong Joo berkata ia sudah tidak apa-apa dan akan segera pindah ke bangsal umum. Jae Chan bertanya bagaimana Hong Joo tahu ia akan terlamabt dan menunggunya di luar ICU. Apa Hong Joo bermimpi lagi?
Hong Joo berkata ia terus bermimpi tentang Jae Chan saat ia tak sadarkan diri. Karena itu ia tahu garis besar kasus yang terjadi dan omong kosong yang dikatakan Yoo Bum.
“Aku juga tahu tentang Pak Choi. Ia adalah ahjusshi polisi itu. Aku melihatmu menangis dalam mimpiku.”
Ia meraih tangan Jae Chan dan berkata ia juga menangis bersamanya.
Pak Choi resmi bekerja di kantor Yoo Bum. Sesuai janji, ia mendapat kantor sendiri juga kartu kredit perusahaan. Lalu ia memberitahu Yoo Bum kalau Hong Joo sudah sadar.
Yoo Bum tertegun.
“Ia sadarkan diri?”
“Ada apa? Bukankah itu kabar baik?” tanya Pak Choi.
Yoo Bum berkata tentu saja itu kabar baik. Pengacara Ko bergabung dengan mereka dan berkata tentu saja itu kabar baik. Mereka mendapat tambahan satu sekutu lagi sekarang. Sama seperti orang lain, ia mengira Yoo Bum benar-benar berusaha menyelamatkan Hong Joo pada malam itu.
Yoo Bum dan Pengacara Ko kembali ke kantor Yoo Bum. Pengacara Ko menyuruh Yoo Bum merencanakan makan malam bersama Hong Joo karena ia di pihak mereka. Mereka harus mengatur apa yang akan mereka katakan di sidang.
Dengan terbata-bata Yoo Bum berkata Hong Joo mungkin tidak berpihak pada mereka. Pengacara Ko heran, bukankah Yoo Bum sudah menyelamatkannya. Tapi Yoo Bum berkata Hong Joo mungkin salah paham padanya.
Pengacara Ko bisa melihat ada yang disembunyikan Yoo Bum. Ia berkata ia sudah lama tidak muncul di sidang dan tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri. Ia bertanya apa yang membuat Hong Joo salah paham. Yoo Bum terdiam. Ragu untuk mengatakannya.
“Begini, Pengacara Lee. Apa kau pikir aku menawarkan diri untuk membelamu karena aku menyukaimu? Apa kau pikir aku mengambil kasus ini demi uang secuil? Aku tidak ingin tahu kau orang seperti apa. Aku bahkan tidak mempercayaimu. Entah kau sengaja membunuhnya atau tidak, bukan masalah bagiku. Aku hanya tidak suka nama firmaku tercoreng.”
Pengacara Ko berkata Yoo Bum harus memberitahu semuanya agar ia bisa menyelesaikannya atau menutupinya.
“Jadi katakan padaku sekarang. Kesalahpahaman apa yang mungkin terjadi?”
“Pak...sebenarnya....”
Komentar:
Akhirnya mengerti kenapa Pak Choi merasa bersalah atas kematian orangtua Jae Chan dan Hong Joo. Ia sebenarnya memiliki kesempatan untuk menghentikan adiknya. Tapi susah juga ya...mana terpikir kalau adiknya akan menembaki orang seperti itu >,<
Tapi lagi-lagi tidak terjawab apakah Pak Choi sudah tahu sejak awal Jae Chan bergabung di kejaksaan atau baru-baru ini pada peristiwa kebakaran trailer itu. Karena jika sudah tahu sejak awal, ia seharusnya muncul saat Jae Chan juga hendak dilukai akibat kasus atlet panahan. Setidaknya pertemuan mereka mengharukan, karena selama ini Jae Chan kehilangan figur ayah dan sekarang Pak Choi mengisinya.
Aku sebenarnya sangat ingin tahu lebih banyak mengenai Yoo Bum. Tapi sayang ia hanya diperlihatkan sebagai seorang oportunis dan egois tulen yang sanggup melakukan cara apapun demi dirinya sendiri. Psikopat berdasi kalau boleh dibilang. Karena ia tidak menggunakan tangannya untuk membunuh tapi ia membiarkan orang lain dibunuh. Pada akhirnya ia juga membunuh.
Bener mbak...sayang bagian dam dong ahjussi kayak doekspos baru belakangan dan ga dijelasin soal mimpinya. Gatau sih 2 episode terakhir hehe sengaja nunggu sinop dan komen pamungkas.
BalasHapusYoo bum kayaknya dibikin sama ma karakter ibu young kwang di pinocchio bukan? Saya ga nonton sih tp kallo sekilas baca, kemunculannya sbg antagonis di ending jg ga dijelasin jauh. Dari awal mgkin yoo bum sengaja dibuat begini. Ibarat ga semua misteri manusia terungkap di sini pula ☺