Chung keluar dari rumah Joon Jae membawa tas besar berisi barang-barangnya. Ia berpapasan dengan Nam Doo, Tae Oh, dan Yoo Ran yang baru pulang. Mereka bertanya Chung hendak pergi ke mana malam begini. Nam Doo berkata Joon Jae menyuruh mereka pergi sebentar dan sekarang Chung mau pergi. Apakah mereka bertengkar?
Chung berkata ia harus pergi ke suatu tempat untuk sementara waktu. Ke mana, tanya mereka. Chung tidak menjawab. Ia mengulurkan tangannya dan berterimakasih untuk semuanya. Ketiganya menatapnya dengan heran. Nooo...jangan salaman dengan Chung >,<
Jin Joo sekeluarga bersama Shi Ah hendak pergi makan malam bersama. Shi Ah menegur kakaknya yang mengenakan mantel bulu cerpelai asli. Untuk membuat mantel tersebut entah sudah berapa banyak cerpelai lucu yang dikorbankan. Elizabeth ngeri mendengar perkataan tantenya.
Jin Joo membalas Shi Ah juga mengenakan parka yang terbuat dari bulu angsa. Apa Shi Ah merasa kasihan pada cerpelai tapi tidak merasa kasihan pada angsa-angsa yang dicabuti bulunya satu per satu.
Keduanya mengomel sambil berjalan keluar pagar. Mereka terkejut melihat Chung sudah menunggu mereka. Jin Joo dan suaminya mengenal Chung sebagai kekasih Joon Jae. Sementara Shi Ah masih kesal karena selain menjadi kekasih Joon Jae, Chung juga sasaran cinta tak berbalas seseorang.
“Kau pasti senang. Ponsel Tae Oh dipenuhi fotomu.”
“Apa kau bisa menghapusnya?” tanya Chung tersenyum.
“Apa kaupikir aku akan membiarkannya? Tentu saja aku sudah menghapusnya.”
Ia bertanya kenapa Chung ada di sini. Chung berkata ia akan pergi ke suatu tempat jadi ia ingin berpamitan pada semuanya. Ke mana, tanya mereka. Chung hanya mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Berikutnya ia menemui Yoo Na. Mereka duduk di minimarket langganan mereka. Chung berkata ia akan merindukan semua makanan di sini. Ia mengucapkan selamat tinggal sambil mengulurkan tangannya. Yoo Na menyalaminya sambil berkata Chung harus kembali.
Setelah beberapa saat, Chung bangkit berdiri untuk pergi. Yoo Na bertanya kenapa Chung pergi secepat itu. Chung heran Yoo Na masih mengenalinya. Seharusnya tidak begitu. Ia berkata ada yang aneh pada Yoo Na. Dimulai dari kemampuan Yoo Na untuk mendengar suara aslinya.
Yoo Na berkata ia melihat Chung dalam mimpinya. Dalam mimpinya itu Chung adalah puteri duyung.
“Dan aku juga. Dalam mimpiku, ayahku adalah seorang nelayan dan ibuku puteri duyung. Karena aku bisa berbicara dengan para duyung di lautan, aku bisa tahu banyak hal.”
Yoo Na di kehidupan dulu memperingatkan para nelayan untuk tidak melaut jika akan terjadi badai. Dan para nelayan mempercayainya karena perkataan Yoo Na selalu benar dan mereka terselamatkan.
Chung menanyakan apa yang terjadi dalam kehidupan Yoo Na di sana. Yoo Na berkata dalam mimpinya semua baik-baik saja dan ia bahagia. Setiap kali ia bangun dari mimpinya itu, ia selalu merasa senang sepanjang hari.
Chung merasa lega. Karena ternyata dongeng yang diceritakan ibu Joon Jae bukan sekedar dongeng melainkan kenyataan yang pernah terjadi.
Setelah itu ia berdiri di pantai menatap lautan luas.
“Kaubilang memiliki kenangan adalah jalan untuk kembali. Kisah kita di dunia ini biarlah hanya aku yang mengingatnya. Agar tidak hilang dan berakhir menyedihkan, aku akan melindunginya. Aku akan menghargainya. Dan aku akan kembali....”
Berikutnya...hanya tersisa sepasang sepatu di tepi pantai. Chung telah kembali ke lautan luas.
Keesokan paginya Joon Jae terbangun kaget. Ia mengambil sebutir mutiara yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Dan menatapnya sangat lama.
Tiga tahun kemudian.....
Nam Doo dan Tae Oh masih tinggal bersama Joon Jae dan Yoo Ran. Mereka duduk bersama untuk sarapan. Nam Doo berkata ia tidak bisa pergi karena Yoo Ran. Joon Jae berkata Nam Doo selalu berkata akan pergi jika cuaca menghangat tapi sudah tiga tahun berlalu ia tidak pergi juga.
Yoo Ran berkata tidak perlu pergi membuang uang untuk menyewa tempat lain. Mereka boleh tinggal sampai mereka menikah. Ibu, protes Joon Jae.
Nam Doo berterimakasih. Seumur hidupnya ia tidak memiliki kesempatan untuk memanggil “Ibu” dan sekarang ia bisa mengatakannya. Aku juga, kata Tae Oh.
Yoo Ran kaget dan bersimpati pada Tae Oh. Ia langsung menyorongkan telur gulung kesukaan Joon Jae untuk Tae Oh. Tae Oh tersenyum manis.
Joon Jae merebut piring telur tersebut dan memindahkan ke tempat semula. Ibunya menjitaknya. Joon Jae tertawa sambil memberi sepotong telur gulung untuk Tae Oh. Mereka terlihat bahagia.
Nam Doo menunjuk kursi kosong di sampingnya dan bertanya kenapa mereka selalu mengosongkan kursi itu saat mereka makan. Kebiasaan, jawab Joon Jae singkat.
“Itu benar. Tapi karena kita selalu mengosongkan kursi ini, rasanya seakan ada pemilik khusus untuk kursi ini. Bukankah itu aneh?” tanya Nam Doo.
“Semua hal aneh untukmu,” sergah Joon Jae. Namun sekilas ia tidak tampak sebahagia tadi.
Joon Jae pergi ke kantor penuntut umum dengan mengenakan setelan jas resmi yang rapi. Masih ingat kan kantor yang dulu pernah digunakan Joon Jae dkk untuk menipu nyonya ketua mafia? Ketika Joon Jae menyamar menjadi seorang penuntut umum?
Ia pergi ke kantor yang sama, namun kali ini ia masuk gedung dengan tanda pengenal dan mengetuk pintu kantor sebelum masuk. Ia datang sebagai mahasiswa hukum yang akan magang di kantor tersebut.
Jika Joon Jae menjadi penuntut, lalu bagaimana dengan warisan ayahnya? Ia memberikan semuanya pada ibunya sementara ia melanjutkan kuliahnya dan masuk sekolah hukum. Yoo Ran sekarang kembali menjadi nyonya yang disegani kalangan atas, terutama Jin Joo.
Jin Joo bercerita pada nyonya-nyonya lain kalau Yoo Ran menggunakan setengah dari warisannya untuk membuat tempat penampungan para remaja yang melarikan diri. Ia juga mendirikan sekolah swasta. Ia melakukannya karena mendengar penderitaan Joon Jae saat melarikan diri dari rumah.
Jin Joo berkata Yoo Ran bisa menjadi CEO dengan warisan sebanyak itu. Yoo Ran berkata ia tidak tahu apa-apa tentang perusahaan jadi lebih baik dijalankan oleh ahlinya. Jin Joo memuji Yoo Ran sangat rendah hati.
“Melihat kakak ini, aku menyadari satu hal. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Jangan hanya melihat keadaan sekarang. Meski orang tidak berubah, keadaan berubah.”
Ia berkata berkat Yoo Ran ia dan suaminya bisa berinvestasi dengan baik. Ia yakin mereka diikat dengan takdir yang sangat kuat.
“Mungkin kita kakak beradik pada kehidupan sebelumnya,” katanya. He...andai ia tahu kalau ia dulu pelayan Yoo Ran.
Dan sekarang ia menawarkan untuk membuatkan kopi lagi untuk Yoo Ran meski Yoo Ran berkata akan membuatnya sendiri. Ia menyuruh Yoo Ran duduk tenang sementara ia melayani.
Saat makan siang, penuntut atasan Joon Jae bertanya siapa yang akan makan siang duluan. Asistennya mempersilakan bos makan duluan. Bos mengajak Joon Jae makan bersama. Joon Jae bertanya kenapa mereka tidak makan bersama saja. Kenapa harus bergantian?
Atasannya bertanya apa yang paling penting untuk menjadi seorang penuntut umum. Rasa keadilan, kata Joon Jae penuh semangat. Atasannya berkata itu memang penting. Tapi ada yang lebih penting lagi.
“Jangan tinggalkan kantor dalam keadaan kosong.”
Joon Jae kebingungan. Kenapa begitu? Atasannya berkata 3 tahun lalu mereka dirampok penipu. Para penjahat itu duduk di kursinya dan berpura-pura menjadi penuntut untuk menemui klien. Mereka juga menghapus rekaman CCTV.
Joon Jae pura-pura kaget dan menunjukkan tangannya yang merinding mendengar itu. Ia berkata bagaimana bisa mereka memikirkan hal semacam itu.
“Banyak psycho di dunia ini,” katanya.
Atasannya berkata jika waktu itu ia kembali 5 menit lebih awal saja maka ia bisa menangkap mereka. Tapi sinyal lalu lintas waktu itu tiba-tiba kacau. Para penjahat itu bisa masuk karena berkata akan mengganti saringan air.
“Bukannya memperbaiki lift?” tanya Joon Jae.
“Ah ya benar, memperbaiki lift. Bagaimana kau bisa tahu?” tanya atasannya curiga.
Joon Jae dengan enteng berkata ia banyak mendengar hal seperti itu sering terjadi di daerah Gangnam. Atasannya berkata ia memang tidak mudah mempercayai orang lain. Dan sejak peristiwa itu ia makin tidak percaya pada orang lain. Di dunia ini ada begitu banyak macam orang.
Joon Jae mengangkat kedua tangannya dan berkata ia akan menangkap para penjahat itu.
Joon Jae dan atasannya menginterogasi seorang terduga penipu. Penipu itu terus menerus mengelak dari tuduhan, tapi Joon Jae bisa mengetahui semua kebohongan dan penipuan yang dilakukan si penipu. Ia bahkan tahu jumlah kerugian gara-gara si penipu sebenarnya ribuan kali lipat dari yang dituduhkan padanya. Penipu itu makin lama makin gelisah mendengar tuduhan Joon Jae. Atasannya heran melihat Joon Jae tahu sebanyak itu.
Saat pulang bekerja, atasannya bertanya apakah Joon Jae memiliki koneksi atau informan. Joon Jae menyangkal. Atasannya tidak begitu percaya. Joon Jae melihat Detektif Hong sedang menunggunya di lobi gedung. Ia cepat-cepat pamit pada atasanya dan pergi bersama Detektif Hong.
Joon Jae dan Detektif Hong makan malam bersama. Meski keduanya jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, mereka makin dekat. Detektig Hong senang Joon Jae mengambil langkah yang bijak meneruskan sekolahnya. Ia sudah khawatir ketika Joon Jae sempat kehilangan arah dan banyak mengatakan hal gila. Lalu Joon Jae menghilang dan menutupi jejaknya. Meski begitu ia mengakui apa yang dialami Joon Jae tidak bisa dihadapi secara normal. Hmmmm...apa maksudnya ya? Mungkin peristiwa kematian ayah Joon Jae? Dan lagi...apa Chung juga menghapus ingatan Detektif Hong?
Joon Jae berkata ia tidak terlalu ingat lagi apa yang terjadi waktu itu. Meski ia berusaha mengingat, ia tidak ingat dengan baik. Detektif Hong bertanya apa yang dilakukan Nam Doo akhir-akhir ini.
Nam Doo menjadi penceramah bagi tante-tante kaya mengenai pajak. Ceramahnya tidak boleh direkam suara mapun divideo. Mereka hanya boleh mendengar dan mencatat. Err...dia ini memberi ceramah cara menghindari pajak atau ceramah bagaimana membayar pajak yang benar?
Ketika ia kemudian bergabung dengan Detektif Hong dan Joon Jae, Detektif Hong bertanya apa Nam Doo menipu orang melalui kuliahnya. Nam Doo berkata memangnya dia gila. Dia lebih keluar daripada nantinya tertangkap Joon Jae. Joon Jae tersenyum geli.
Nam Doo berkata ia tadinya mengira Joon Jae hanya bergurau saat berkata akan menjadi pegawai negeri. Detektif Hong berkata itu berkat dirinya.
“Begitu ia bertemu denganku, ia mengenali orang baik dan ingin hidup sepertiku. Jika hidup seperti Jo Nam Doo, maka ia pikir hidupnya akan rusak. Aku yakin ia banyak memikirkannya lalu memutuskan begitu.”
“Kau salah,” kata Joon Jae.
Kalau begitu apa alasannya? Tanya Nam Doo. Selain mendadak ingin menjadi pegawai negeri, Joon Jae juga memutuskan menjadi penuntut umum. Keputusan yang sangat ekstrim. Joon Jae berkata ada faktor pencetusnya tapi ia tidak begitu ingat. Melihat wajah sedih Joon Jae, Detektif Hong dan Nam Doo tak bertanya lebih jauh lagi.
Perbincangan mereka berlanjut di rumah Joon Jae. Mereka minum-minum bersama Tae Oh dan keempatnya mulai mabuk. Detektif Hong ingin memastikan Tae Oh juga tdaik menjadi peretas ilegal lagi. Nam Doo berkata ia sudah menjelaskan berkali-kali kalau Tae Oh sekarang menjadi peretas putih. Ia memeriksa sistem keamanan perusahaan-perusahaan apakah dapat diretas atau tidak, lalu memperkuat sistem keamanan mereka. Detektif Hong tak begitu mengerti, pokoknya ia ingin mereka bertiga melakukan pekerjaan bersih.
Nam Doo mencari-cari ponselnya. Tae Oh mengeluarkannya dari sakunya. Nam Doo berkata Tae Oh mulai lagi.
“Apa kau tidak bisa mengendalikannya?” ujar Joon Jae.
Nam Doo menyuruh mereka memeriksa apakah mereka kehilangan sesuatu atau tidak. Joon Jae memeriksa sakunya dan aman. Sementara Detektif Hong kehilangan sesuatu dan kebingungan.
Tae Oh mengeluarkan borgol dari saku celananya lalu menyerahkannya pada Detektif Hong. Detektif Hong bertanya apa ini hobi Tae Oh.
Nam Doo mulai menelepon seorang wanita. Detektif Hong bangkit berdiri bersiap pulang. Tapi Joon Jae menariknya kembali untuk duduk. Ia memegang kedua pipi Detektif Hong dan berkata hari ini tidak boleh ada yang pulang. Ia merangkul Detektif Hong kuat-kuat. Haha...beneran mabuk ini^^
Tae Oh berusaha “mencuri” sebuah cangkir. Kebiasaan mabuk Tae Oh adalah mencuri? XD Nam Doo masih sibuk menelepon namun ternyata wanita yang diteleponnya sudah bersuami. Ia meminta maaf lalu menutup telepon.
Tiba-tiba Joon Jae menangis. Detektif Hong kebingungan. Aku merindukannya, isak Joon Jae. Siapa, tanya Detektif Hong. Tapi Joon Jae hanya berulang-ulang berkata “aku merindukannya” sambil menangis.
Nam Doo berkata ini kebiasaan baru Joon Jae saat mabuk. Biasanya Joon Jae mengulang kata-katanya terus dan tidak memperbolehkan orang lain pulang.
“Tapi sekarang ia menangis! Ia bahkan tidak ingat keesokan harinya!”
“Aku merindukannya...”
“Siapa? Beritahu aku siapa?! Siapa yang kaurindukan setiap kali kau minum!” seru Nam Doo.
Joon Jae hanya menangis tersedu-sedu. Jauh di dasar lautan, Chung mengusap air matanya yang berubah menjadi butiran-butiran mutiara di dasar laut.
Joon Jae lalu masuk ke kamar gantinya. Ia membuka brankas dan mengeluarkan beberapa diari, lalu membacanya. Nam Doo memberitahu Detektif Hong kalau Joon Jae jadi aneh. Sering mengunci diri di kamar dan diam di sana. Lalu pergi ke pantai untuk melihat matahari terbit, dan pergi lagi saat matahari terbenam. Jika ditanya apa alasannya, Joon Jae menjawab ia sendiri tidak tahu.
Detektif Hong dan Tae Oh ikut sedih mendengar cerita Nam Doo. Mereka bertiga minum bersama dan memikirkan Joon Jae bersama.
Chung akhirnya berenang ke permukaan. Suatu hari terdapat jejak-jejak kaki di atas salju dari arah pantai. Seorang kurir menaruh paket di bangku pantai lalu berteriak kalau ia sudah mengantarkan barang sesuai pesanan. Setelah kurir itu pergi, seseorang mengambil paket tersebut.
Tentu saja itu puteri duyung kita yang sudah kembali. Ia mengenakan pakaian trendinya yang baru, mengeringkan rambutnya dengan pengering tangan di toilet umum, lalu berjalan menuju halte sambil menenteng dompet kerangnya.
Karena ini bukan pertama kalinya, ia sudah tahu harus turun di mana. Ia tiba di Seoul tempat ia pertama turun dulu. Menghirup udara Seoul yang dipenuhi asap kendaraan, dan melihat orang lalu lalang seperti ikan teri di lautan.
“Aku merasa sudah di rumah!” katanya senang.
Ia pergi ke toko perhiasan untuk menukar mutiara-mutiaranya dengan uang lalu meneruskan perjalanannya. Ia berhenti saat melihat seorang gadis (cameo Kim Seul Gi^^) mengamati ikan-ikan di luar sebuah restoran.
“Kau dari mana?” tanyanya.
Gadis itu terkejut melihat Chung. Makin terkejut saat Chung bertanya ia dari laut mana. Bagaimana Chung bisa tahu? Chung menyuruh gadis itu menjawab. Akhirnya gadis itu berkata ia berasal dari Jeju.
“Apa yang kaulakukan di sini?” tanya Chung. Melihat wajah memelas gadis itu, ia bertanya apakah gadis itu lapar. Puteri duyung malang itu mengangguk.
Chung membawa gadis itu masuk ke dalam restoran dan menraktirnya makan. Seperti Chung dulu, gadis itu langsung meraup makanan dengan tangannya. Chung memegang tangan gadis itu dan menggoyangkannya agar melepaskan makanan tersebut.
“Kau akan diperlakukan seperti idiot jika makan seperti itu di sini,” katanya. Ia memberi contoh bagaimana cara makan dengan baik. Gadis itu mencobanya dengan percaya diri. Ia berusaha mengambil sepotong sashimi.
Chung bertanya kenapa gadis itu ke sini. Gadis itu tersipu dan berkata ia merindukan seseorang. Ia terkadang main di darat dan bertemu seorang pria yang katanya tinggal di Seoul. Jadi ia berenang selama 15 hari untuk menemui pria itu.
Chung memandang gadis itu dengan penuh selidik. Ia bertanya apa pria itu menyuruhnya datang? Apa pria itu menyatakan cinta? Apa pria itu bolang akan menikahinya?”
“Ia tidak mengatakannya dengan jelas,” kata gadis itu membela diri.
Seperti ketika Jung Hoon mengajarinya dulu, Chung memberitahu gadis itu kalau jantungnya akan mengeras jika berada di darat. Dan satu-satunya cara untuk bisa terus bernafas adalah cinta dari pria yang ia cintai.
“Mungkinkah dengan pria itu?” tanya Chung skeptis.
“Mungkin saja jika aku bertemu dengannya. Tapi ia tidak mengangkat teleponku. Aku tidak bisa bertemu dengannya.”
Chung berkata sebaiknya gadis itu menikmati sashiminya dan segera kembali ke laut. Anggap saja mendapat pengalaman bagus dari peristiwa ini.
Gadis itu bertanya apa Chung sudah menemukan pria seperti itu. Tentu saja, kata Chung. Seorang tampan bodoh yang hanya mencintainya, karena itu jantungnya berdetak dengan baik.
“Kalau begitu kenapa kau kembali ke laut?”
“Karena sebagus apapun jantungmu, tidak tahan jika terkena senjata. Setelah tertembak aku baru mengerti mengapa hiu dan lumba-lumba mati dalam satu tembakan.”
Mata gadis itu melebar ngeri mendengarnya.
Chung berkata ia harus turun jauh ke dasar laut untuk memulihkan diri dengan memakan semua makanan bernutrisi. Ia bekerja keras dalam waktu yang lama untuk memulihkan dirinya.
“Kenapa kau tertembak?”
“Aku ingin melindungi pria itu. Jadi aku menyelamatkannya dan aku tidak menyesalinya.”
“Di mana pria itu? Apa ia tahu kau sudah kembali?”
Chung terdiam.
Ia pergi ke rumah Joon Jae. Nam Doo yang membukakan pintu. Ia tidak mengenali Chung. Chung berkata ada yang ingin ia bicarakan. Tapi Nam Doo malah menutup pintu mengira Chung sedang menyebarkan agama.
Chung menekan bel lagi berkali-kali. Nam Doo membuka pintu sambil menggerutu, bertanya Chung jualan apa. Chung berkata ia tidak menjual apapun. Ia mencari Joon Jae.
Nam Doo menghela nafas panjang dan bersimpati Chung. Ia menyarankan agar Chung melupakan Joon Jae. Mengira Chung tertipu oleh kerennya Joon Jae yang bolak balik melihat lautan saat matahari terbit dan terbenam.
“Aku merasa familiar denganmu dan merasa kau seperti adikku, itu sebabnya aku memberikan saran.”
Nam Doo berbalik masuk sebelum Chung sempat berkata apapun. Untunglah Yoo Ran datang tepat pada saat itu. Ia juga tidak mengenali Chung. Chung melihatnya dengan penuh kerinduan.
Berbeda dengan Nam Doo, Yoo Ran mengajak Chung masuk karena Chung adalah tamu Joon Jae.
Chung masuk dan terharu melihat semuanya masih sama seperti saat ia pergi dulu. Nam Doo dan Yoo Ran terheran-heran melihat Chung tahu letak tissue di bawah meja, bahkan tahu di mana kamar mandinya. Seakan ia berada di rumahnya sendiri. Nam Doo mengira Joon Jae membawa Chung ke rumah saat mereka semua pergi.
Ia menelepon Joon Jae dan memberitahu Joon Jae kedatangan seorang tamu cantik berambut panjang. Ia belum tahu nama wanita itu dan menyuruh Joon Jae cepat pulang.
Chung berjalan ke tepi kolam menghampiri Nam Doo. Nam Doo menanyakan namanya. Tidak seperti saat pertama mereka bertemu, Chung menyebutkan namanya. Sim Chung.
“Ah, orangtuamu pasti suka cerita dongeng (Shim Chung adalah nama tokoh dongeng meski Joon Jae memilihkan nama tersebut karena lafal Chung sama dengan bodoh). Di mana rumahmu?”
“Jauh,” Chung tersenyum menyadari pengulangan percakapan mereka.
Nam Doo melihatnya dengan heran. Namun perhatiannya teralih pada gelang giok yang dikenakan Chung. Matanya langsung bersinar. Chung tertawa.
“Kurasa orang tidak berubah banyak. Aku menyukainya.”
Shi Ah datang berkunjung. Ia langsung melihat Chung dengan waspada, lalu tak peduli setelah Nam Doo menjelaskan siapa Chung.
“Dia belum datang, ya?” tanyanya pada Nam Doo.
“Apa kau harus melamar duluan?” Nam Doo balik bertanya.
Chung terkejut mendengar percakapan mereka. Ia melihat cincin yang melingkari jari manis Shi Ah. Shi Ah berkata wanita akhir-akhir ini melakukannya. Nam Doo menyarankan agar Shi Ah menunggu hingga pria melakukannya.
Shi Ah terkejut saat tiba-tiba Chung menghampirinya dengan wajah serius. Ia bertanya apakah Shi Ah akan menikah. Shi Ah membenarkan, sambil membenahi rambutnya dengan jari untuk memamerkan cincinnya. Ia akan menikah dengan pria yang tinggal di rumah ini.
“Dengan siapa? Ada tiga orang pria di rumah ini, yang mana?”
Nam Doo bertanya bagaimana Chung bisa tahu ada tiga pria tinggal di rumah ini. Apa Joon Jae yang memberitahu?
“Kau akan menikah dengan siapa, Cha Shi Ah?” tanya Chung tak peduli.
Shi Ah kaget Chung tahu namanya.
“Apa kau akan menikah dengan Heo Joon Jae?” tanya Chung khawatir.
“Memangnya kenapa kalau iya?” tanya Shi Ah. Sama seperti Nam Doo, ia mengira Chung adalah salah satu fans Joon Jae. Ia menyarankan agar Chung menyerah.
“Kau tidak akan bisa mendapatkannya. Kau tahu wanita yang tidak akan bisa kaukalahkan adalah wanita yang berada dalam kenangan seseorang. Ia memiliki seorang wanita hebat dalam kenangannya. Kau tidak akan bisa menang. Sebagai info, pria yang akan kunikahi...”
“Jika bukan Heo Joon Jae, ya sudah...” potong Chung sambil tersenyum lega.
Joon Jae tiba di rumah. Chung menatapnya dengan penuh harap. Tapi Joon Jae menatapnya dengan dingin.
“Kau siapa?” tanyanya.
“Kau semakin tampan, Heo Joon Jae. Aku senang kau baik-baik saja,” Chung berkata dalam hatinya.
“Aku tanya siapa kau?”
“Aku....aku....” Chung menambahkan dalam hatinya,” Orang yang kau cintai lebih lama dari umurmu.”
Nam Doo mulai merasa kasihan karena Joon Jae bahkan tidak ingat Chung.
Joon Jae bertanya apa yang membuat Chung datang ke sini. Chung tidak mampu menjawab. Dalam hatinya ia berkata ia datang untuk memberitahu kalau sekarang ia sudah sehat dan ia merindukan Joon Jae.
“Apa kau mengenalku?” tanya Joon Jae.
“Ya, aku mengenalmu lebih dari siapapun di dunia ini,” batin Chung. Namun ia berkata ia tidak terlalu mengenal Joon Jae karena mereka hanya bertemu sekilas. Ia tidak tahu apakah Joon Jae mengenalnya atau tidak.
“Begitukah? Apa kau datang ke sini karena ada yang ingin kaukatakan?”
“Aku mencintaimu,” batin Chung. Tapi ia berkata tidak ada yang ingin ia katakan. Dalam hatinya ia berkata lagi kalau ia mencintai Joon Jae.
“Tidak ada lagi yang ingin kukatakan. Sepertinya kau baik-baik saja. Itu bagus,” kata Chung menelan kekecewaannya. Dalam hatinya ia kembali mengatakan kalau ia mencintai Joon Jae.
Joon Jae melihat jam tangannya dan berkata ia datang hanya untuk menaruh mobil di rumah dan harus pergi lagi karena ada janji lain.
Shi Ah protes hari ini ia akan melamar Tae Oh dan mengumumkan pernikahan mereka. Joon Jae harus bersama mereka. Joon Jae meminta maaf dan mengucapkan selamat pada Shi Ah. Lalu ia pergi tanpa satu kalipun melihat Chung lagi.
Yoo Ran merasa kasihan pada Chung. Chung mengambil jaketnya dan berlari keluar mencari Joon Jae. Tapi ia tidak menemukan Joon Jae di manapun. Ia melihat lampu air mancur, di mana 3 tahun lalu ia menunggu Joon Jae di sana.
Ia melompat mundur ketika seorang pengendara motor tak sengaja mencipratkan salju ke kakinya. Chung mulai menyerah dan berjongkok, seperti ketika ia diusir dari mall di Spanyol.
“Kau terlihat nyaman dan bahagia dengan apa adanya dirimu. Apakah aku sebaiknya tidak kembali?” batinnya.
Seseorang menghampirinya dan memayunginya.
“Kenapa? Agar kau bisa pergi lagi?” tanya Joon Jae.
Aha...ternyata Joon Jae tidak lupa. Ia bahkan masih bisa mendengar suara hati Chung. Jadi tadi ia mendengar ungkapan hati Chung yang sesungguhnya.
Ia mengulurkan tangannya pada Chung. Chung menyambutnya dan bangkit berdiri.
“Apakah ini yang kauinginkan? Dihapus dari dunia sepenuhnya agar aku melupakanmu? Jika kau akan seperti ini, kenapa kau menghapusnya? Sudah kubilang jangan lakukan itu.”
Apa kau benar-benar ingat, tanya Chung. Joon Jae berkata di dunia ini hanya dirinya yang mengingat Chung. Bagaimana bisa, tanya Chung lagi.
“Gadis bodoh...hapuslah 100 kali dan lihat apakah aku melupakanmu,” kata Joon Jae sambil memeluk Chung.
Chung masih sulit percaya ini terjadi. Joon Jae berkata Chung melewatkan sesuatu. Chung memang bisa menghapus apa yang mereka lakukan, apa yang mereka makan, apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka tertawakan, tapi Chung tidak bisa menghapus dirinya yang sudah terukir di hati Joon Jae. Cieeee....
Tapi Joon Jae mengakui ia berusaha keras untuk mengingat Chung. Ia sudah mencatat semuanya jauh sebelum Chung pergi, seandainya hal seperti ini terjadi di masa yang akan datang. Joon Jae menulis dalam diarinya semua yang dialaminya bersama Chung. Seandainya ingatannya hilang, ia masih bisa menemukan Chung dalam diarinya.
Setahun pertama setelah Chung pergi, ia menyatukan semua kepingan ingatan akan Chung yang mulai memudar. Setahun berikutnya ia mencari laut yang mungkin menjadi tempat Chung tinggal. Dan setahun terakhir ia mencari rumah di dekat laut untuk ditinggali bersama Chung.
Ia berusaha mencari rumah yang tidak terlalu banyak orang, dekat dengan laut, dan banyak jalan setapak. Akhirnya ia menemukannya.
Ketika Nam Doo meneleponnya memberitahunya mengenai kedatangan seorang wanita berambut panjang yang cantik, ia hampir tak bisa menahan perasaannya.
“Setelah membuatku sangat menderita....akhirnya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Lalu ia memacu mobilnya lebih kencang. Ia berjalan-jalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Setelah 3 tahun berlalu hari yang terasa tidak akan datang, akhirnya datang juga. Mereka bertemu kembali.
Chung menatap Joon Jae terharu. Ia bertanya mengapa Joon Jae melakukan itu. Ia mungikin saja tidak bisa kembali. Lalu bagaimana dengan Joon Jae?
“Maka aku akan mengenangmu sendirian selama sisa hidupku. Aku sendiri yang mencintaimu.”
Ia memeluk Chung kembali.
Mereka pulang ke rumah dan naik ke kamar atas. Entah penjelasan apa yang diberikan Joon Jae pada ibu dan teman-temannya. Chung melihat semuanya tidak berubah. Lalu ia teringat masa sewa rumah tersebut pasti sudah habis.
“Tentu saja sudah lewat. Karena orang yang akan bantu pindahan tidak datang, akhirnya aku beli saja.”
Chung tersenyum. Ia berterimakasih Joon Jae sudah menantinya. Joon Jae berkata Chung juga sudah berusaha keras tidak menyerah dan kembali menempuh perjalanan panjang.
Chung pelan-pelan mendekati Joon Jae. Joon Jae sedikit mundur, curiga Chung akan mengghapus ingatannya lagi.
“Ingatanku tidak bisa dihapus meski kau mencobanya ratusan kali...tapi tetap saja...”
Chung jadi kesal dan berkata ia tidak akan melakukannya. Joon Jae berkata ia hanya bercanda lalu mendekatkan wajahnya pada Chung. Tapi kali ini Chung yang menjauh dari Joon Jae. Mereka tertawa.
Suatu hari Chung mengunjungi Gelandangan Hong yang tentu saja tidak mengenalinya. Ia heran bagaimana Chung tahu di mana tempat penampungan pakaian bekas yang bagus. Chung berkata ia datang karena kangen pada Gelandangan Hong.
“Aku tidak kangen karena ini pertama kalinya kita bertemu,” kata Gelandangan Hong mengira Chung orang aneh.
Chung mengulang perkataan yang pernah diucapkan Gelandangan Hong. Bahwa hidup ini dipenuhi pertemuan tak disengaja. Mereka harus menghargai pertemuan itu dan hubungan baik akan terjalin.
Gelandangan Hong terkejut Chung sepemikiran dengannya. Chung mengajaknya berteman. Ia akan datang pada hari Gelandangan Hong ke sini, yaitu Senin, Rabu, Jumat.
“Apa kau seorang penguntit? Apa kau mengikutiku?” Gelandangan Hong curiga.
Chung berkata ia memiliki pria yang ia cintai. Lalu ia berkata ada tiga tahap cinta. Romantis, panas, dan kotor. Gelandangan Hong makin heran. Chung berkata saat ini hubungannya tidak romantis tapi jadi panas dan sedang menuju fase kotor.
“Apa kita ini soulmate? Kita benar-benar cocok!” kata Gelandangan Hong senang.
Waktu berlalu.... Chung sudah menikah dengan Joon Jae. Dan ia sedang belajar untuk mengikuti tes persamaan SMA. Joon Jae tak rela istrinya belajar di malam yang dingin ini. Ia berkata ia akan mengajari Chung semuanya untuk lulus ujian itu.
“Tidak ada hal yang tidak bisa kulakukan atau terlalu sulit bagiku,” sahut Chung merasa tertantang.
“Jadi apa masalahnya,” kata Joon Jae sambil menggendong Chung ke tempat tidur.
Dalam sidang terakhir pemilihan penuntut, para penguji senang karena Joon Jae mendapat nilai yang luar biasa. Mereka bertanya Joon Jae ingin menjadi penuntut umum seperti apa.
“Impianku adalah menjadi penuntut umum di daerah, yang memiliki pemandangan indah. Lebih bagus lagi di dekat lautan. Beberapa tahu lalu aku membeli rumah kecil di daerah Sokcho. Jika aku bisa menjalankan tugas pertamaku di sana, maka itu akan bagus.”
Meski heran dengan keinginan Joon Jae, para penguji langsung menyetujuinya.
Joon Jae dan Chung pindah ke rumah baru mereka. Lho kemana Yoo Ran dan yang lainnya?
Impian mereka menjadi kenyataan. Mereka menjalani hidup sederhana di desa yang terpencil. Tidak terlalu banyak hal terjadi di sana. Desa kecil yang membosankan. Namun hidup mereka tidak akan membosankan karena Chung mengandung anak pertama mereka.
Melihat nafsu makan Chung yang naik berlipat-lipat saat hamil, Joon Jae bercanda bagaimana ia menghidupi mereka dengan gajinya sebagai pegawai negeri.
“Jangan khawatir, sayang! Aku akan berusaha keras menangis sampai air mataku kering,” kata Chung tertawa.
“Tentu saja. Berusahalah lebih keras karena akhir-akhir ini kau tidak menangis,” gurau Joon Jae.
Mereka duduk berdampingan menyaksikan matahari terbenam di tepi pantai. Menertawakan dan menangisi hal-hal sangat sederhana. Kadang gembira, kadang sedih. Melihat dalam diam bagaimana waktu mereka bersama terus mengalir hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik tiap detik.
“Menghargai cinta yang akhirnya datang padaku setelah melalui banyak jalan memutar. Diam-diam mengingat legenda kami yang indah....”
The End.
Komentar:
Happy ending.
Akhir yang memuaskan bagi Joon Jae dan Chung. Namun sayangnya tidak diperlihatkan apa yang terjadi pada Yoo Ran, Nam Doo, dan Tae Oh setelah Joon Jae dan Chung menikah. Bagaimanapun mereka adalah bagian dari hidup Chung dan Joon Jae selama ini. Kan masih pengen liat Tae Oh dan Shi Ah setelah mereka menikah XD
Drama ini sangat romantis namun sayangnya alur ceritanya kurang diperdalam oleh penulis hingga terasa biasa saja setelahnya. Kurang bikin baper istilahnya. Konflik yang ada antara Dae Young, Chi Hyun, dan Nyonya Kang menurutku kurang digali lebih dalam sehingga terkesan kehadiran mereka hanyalah pengulangan dari takdir masa Joseon.
Apakah pengulangan itu berarti takdir selalu berulang persis? Jahat selalu kembali jahat, baik selalu baik? Atau hanya kasus Joon Jae dan Chung saja karena kaitannya dengan takdir Se Hwa – Dam Ryeong? Penyelesaian yang sederhana namun jadi kurang menggelitik.
Meski dari segi cerita menurutku kurang cetar, drama ini membuatku kembali menyukai Lee Min Ho setelah jaman Boys Before Flowers. Aku memang membuat sinopsis Heirs, tapi aku kurang menyukai karakter Kim Tan. Karakter Joon Jae lebih menarik dan adorable menurutku^^
Juga salut pada Jun Ji Hyun yang harus syuting di dalam air berkali-kali pada cuaca sedingin itu. Hanya saja aku berharap lebih pada pertemuan Chung kembali dengan Joon Jae setelah 3 tahun berpisah. Joon Jae pake ngambek dulu sih....mungkin karena tak ingin terlihat yang lain ya...
Sebagai hiburan, drama ini bagus untuk ditonton. Juga sangat romantis dengan kata-kata maut dari Joon Jae. Dan lagi semua kelemahan drama ini terlupakan saat melihat wajah bening pada pemerannya^^