Hee Joo kecil pandai bermain gitar. Ia bahkan meraih juara pertama dalam lomba-lomba. Ayahnya, yang seorang gitaris tak ternama, begitu membanggakan kemampuan puterinya yang bahkan melampaui dirinya. Tak mau menyiakan bakat puterinya, ia membawa keluarganya pindah dari Korea ke Spanyol. Isteri dan ibunya menentang kepindahan itu, tapi mereka akhirnya meninggalkan tanah kelahiran mereka menuju Granada.
Mengapa Spanyol? Karena di sanalah tempat terbaik untuk mempelajari gitar klasik. Mereka menjual segala milik mereka di Korea dan membangun kehidupan baru mereka. Ayah Hee Joo mendirikan Hostel Bonita, hostel khusus untuk para turis atau pelajar Korea yang mengunjungi Granada.
Tapi hanya dalam waktu setahun mimpi indah ayah Hee Joo mulai buyar. Hostel mereka tidak berjalan baik. Ibu Hee Joo meninggal karena sakit. Hee Joo juga mendapati kalau di negara ini bakatnya sama saja dengan anak-anak lain. Ia merasa dirinya bukanlah seorang jenius gitaris lagi.
Ayah Hee Joo terpukul dengan kematian isterinya dan kenyataan pahit yang dihadapinya. Ia terpuruk dan selama bertahun-tahun menjadi alkoholik. Hingga akhirnya ia tewas dalam sebuah kecelakaan.
Tinggallah Hee Joo seorang diri menjadi pencari nafkah bagi keluarganya: nenek dan kedua adiknya, Se Joo dan Min Joo. Ia tidak melanjutkan sekolah dan berusaha keras menghidupi keluarganya dengan melakukan berbagai pekerjaan selain mengurus hostelnya. Menjadi pemandu wisata turis Korea hingga asisten pembuat gitar. Tapi hutangnya malah kian menumpuk dan impiannya semakin menjauh.
Sering Hee Joo menangis sendiri. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari persoalan keuangan keluarganya. Hanya keajaiban yang bisa membantunya.
Dan keajaiban itu muncul suatu malam ketika seorang pria tiba-tiba ingin menginap di hostelnya. Seorang pria berpakaian mahal namun berkeras tinggal di kamar lantai 6 yang sesungguhnya tidak layak pakai.
Meski sempat sebal dengan pria yang pernah memakinya itu, Hee Joo melunak saat tahu pria itu adalah seorang bos besar. Dan sekarang pria itu duduk di hadapannya, menawarkan untuk membeli hostelnya, Hostel Bonita, dengan harga 10 kali lipat dari harga pasaran. Padahal sudah 2 tahun Hee Joo berusaha menjual hostelnya tapi tidak berhasil.
Anehnya lagi, pria itu menyerahkan surat perjanjian jual beli dengan angka pembelian yang masih kosong. Si bos, Yoo Jin Woo, berkata ia akan membeli hostelnya dengan harga 10 miliar won, namun akan berkurang 1 miliar won setiap 10 menit sampai Hee Joo menandatangani kontrak itu.
Meski sangat membutuhkan uang, Hee Joo tidak ceroboh langsung menandatangani surat itu. Ia bahkan sempat ragu kalau orang di hadapannya itu benar-benar Yoo Jin Woo. Ia baru percaya setelah Yoo Jin Woo memperlihatkan paspornya. Tapi ia tidak berani memutuskan menjual hostelnya tanpa berbicara dengan keluarganya lebih dulu.
Ia permisi ke toilet dan berusaha menghubungi nenek dan kedua adiknya, tapi tidak ada yang menjawab teleponnya. Waktu terus berlalu dan harga pembeliaan hostelnya mulai berkurang. Akhirnya Min Joo menelepon balik dan setengah memarahi kakaknya karena tidak langsung menjual hostel mereka.
Tapi sialnya, pintu toilet macet hingga Hee Joo tidak bisa keluar. Plus, ponselnya jatuh ke dalam kloset. Sepuluh menit kembali berlalu....
Sebentar.....kenapa Jin Woo tiba-tiba ingin membeli Hostel Bonita? Apa karena ia kasihan setelah tahu latar belakang keluarga Hee Joo? Apa ia ingin memperlihatkan kebaikannya agar Hee Joo bersedia menjual game Memories of the Alhambra padanya? Apa karena ia ingin berinvestasi lebih banyak setelah mengetahui Granada akan menjadi kota tujuan utama para gamers? Bukankah ia bisa berinvestasi di tempat lain yang lebih layak...dan lagi untuk apa ia membeli dengan harga sepuluh kali lipat dari harga pasar?
Ternyata bukan hanya ada udang di balik batu...melainkan lobster... Hak paten game tersebut didaftarkan bukan atas nama Jung se Joo maupun Jung Hee Joo. Melainkan atas nama Hostal Bonita. Jadi dengan memiliki Hostal Bonita, otomatis memiliki hak paten atas game tersebut, termasuk teknologi dan lisensinya. Game Over.
Pantas ia begitu terburu-buru ingin membeli Hostel Bonita. Dan 10 miliar adalah harga yang ditawarkan Cha Hyeong Seok pada Se Joo untuk membeli gamenya. Jika ia menawarkan terlalu banyak maka akan mencurigakan, terlalu sedikit maka Hee Joo tidak akan menjual hostelnya. Dan lagi ia akan mengurangi 1 miliar won setiap 10 menit yang terlewat. Hanya saja, ia tidak akan memberitahu Hee Joo mengenai game tersebut. Jika Hee Joo tahu, pasti ia akan memilih menunggu adiknya sebelum menjual hostelnya. Hmmm...tapi Se Joo juga yang menghubungi Jin Woo duluan, Se Joo memang berniat menjual game tersebut pada Jin Woo.
Jin woo gelisah Hee Joo tidak juga kembali dari toilet, padahal sudah satu jam lebih terlewati. Belum lagi sekretarisnya bertanya-tanya apakah Hee Joo sedang bernegosiasi degan Hyeong Seok. Tak ingin kehilangan kesempatan itu, Jin Woo mencari Hee Joo ke toilet.
Tapi ketika ia masuk, ia malah mendapati Hee Joo mendobrak pintu toilet untuk keluar lalu jatuh pingsan karena lemas. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, Hee Joo bertanya jam berapa sekarang dan meminta keringanan sebanyak 3 menit agar tidak kehilangan 1 miliar won lagi (ia sudah melewatkan 73 menit, jadi tersisa 3 miliar won...dengan keringanan 3 menit ia bisa mendapat 4 miliar won). Jin Woo tersenyum geli.
Ketika sadar, Jin Woo tidak ada. Sekretarisnya menyerahkan surat perjanjian jual beli. Hee Joo melihat angkanya dan terkejut. Sepuluh miliar won. Jin Woo tidak menguranginya sama sekali. Hmmm...baik juga ternyata CEO judes itu ;p
Begitu Hee Joo menandatangani surat tersebut, uang sebesar 10 miliar won langsung masuk ke rekeningnya. Diliputi kelegaan dan kebahagiaan, Hee Joo berlari pulang ingin memberitahu keluarganya. Akhirnya ia mendapatkan keajaiban itu.
Sementara itu, Jin Woo sudah memasuki level 4 dan senjatanya sudah lebih baik. Game tersebut juga memiliki setting cuaca, di mana pemain merasakan hujan dalam game padahal kenyataannya cuaca cerah.
Jin Woo menemukan sebuah cafe bernama Alcazaba Cafe. Dalam kehidupan nyata kafe tersebut memang ada, namun di dalamnya ada beberapa karakter tambahan yang bukan merupakan pemain maupun musuh. Dalam kafe tersebut, pemain bisa bertukar informasi, mencari sekutu, maupun jual beli senjata atau perlengkapan.
Karakter tambahan yang dilihat Jin Woo adalah empat orang bajak laut. Sayangnya mereka baru bisa diajak bicara bila pemain sudah di atas level 5. Selain para bajak laut Malaga tersebut, ada seorang yang sangat menarik perhatian Jin Woo. Seorang wanita cantik pemain gitar di kafe tersebut. Namun ia mengenali wanita itu. Hee Joo. Jin Woo terpana melihat kecantikan Hee Joo, alias Emma dalam game tersebut. Ia mencoba menyapanya tapi Emma juga hanya bisa diajak bicara oleh pemain di atas level 5.
Hee Joo melihat Jin Woo dari luar kafe tersebut dan masuk untuk menyapanya. Butuh waktu bagi Jin Woo untuk membedakan Emma dan Hee Joo. Hee Joo menemuinya untuk mengucapkan terimakasih karena sudah membeli hostelnya dengan harga yang di luar pikirannya.
Jin Woo berkata Hee Joo tak perlu berterimakasih karena ia membayar dengan jumlah sepantasnya. Seorang pengusaha tidak membuang uang untuk bermurah hati. Ia bertanya apakah Hee Joo bermian gitar.
Hee Joo kaget mengapa Jin Woo bisa tahu. Ia sudah lama tidak bermain gitar lagi. Jin Woo berkata Hee Joo seharusnya tidak menyerah karena ia seorang gitaris handal. Dengan uang yang dimilikinya, Hee Hoo bisa mulai bermain gitar lagi. Dan menambahkan kalau Hee Joo jauh lebih mempesona saat bermain gitar.
Hee Joo masih bingung bagaimana Jin Woo bisa tahu tapi Jin Woo sudah pamit karena ada yang perlu dilakukannya. Hee Joo berkata ia akan menraktir Jin Woo makan malam. Jin Woo akan mengusahakannya jika urusannya selesai lebih cepat. Sambil tersenyum ia berkata ada seseorang yang harus ia kalahkan hari ini. Tampaknya bukan hanya keajaiban yang memasuki kehidupan Hee Joo hari ini...karena ia tersenyum saat melihat Jin Woo pergi.
Hyeong Seok bertanya pada Soo Jin, istrinya (mantan istri Jin Woo), mengenai pertemuannya dengan Jin Woo. Sudah pasti ini hal paling sensitif di antara mereka berdua. Soo Jin menjawab dengan defensif bahwa mereka tidak sengaja bertemu di stasiun dan Jin Woo tidak mengatakan apapun yang berarti.
Tapi Hyeong Seok terus bertanya apa lagi yang dikatakan Jin Woo selain sapaan biasa. Soo Jin merasa dituduh dan marah. Ia berkata tidak ada lagi yang bisa ia bicarakan dengan Jin Woo. Hyeong Seok menenangkannya dan berkata ia sebenarnya menanyakan mengenai bisnis karena kali ini ia kembali berhadapan dengan J-One.
Meski begitu malam itu Soo Jin sulit tidur. Hyeong Seok juga. Hyeong Seok mendapat telepon dari anak buahnya yang baru saja menggeledah kamar seseorang. Kamar Se Joo? Namun mereka tidak menemukan apa yang dicari. Dan muncul satu nama baru, Marco. Mungkin Marco adalah perantara Se Joo dan Hyeong Seok...atau mungkin partner Se Joo dalam membuat game tersebut? Atau Se Joo menggunakan nama alias Marco untuk menghubungi Hyeong Seok? Namun itu berarti Hyeong Seok sama sekali tidak tahu soal Se Joo.
Jin Woo menghubungi Hyeong Seok malam itu dan mengajaknya duel karena sekarang level mereka sama. Hyeong Seok tidak menolak. Ia pergi namun tidak memberitahu istrinya ia akan menemui siapa.
Keduanya berhadapan di sebuah taman. Level mereka sama, senjata mereka berbeda. Nilai pertahanan mereka sama-sama 400,s edangkan nilai serang Hyeong Seok lebih besar 10 poin dari Jin Woo. Jin Woo 380, Hyeong Seok 390.
Jin Woo berkata ia akan kembali besok. Hyeong Seok curiga mengapa Jin Woo kembali secepat itu. Jin Woo berkata ia yakin Hyeong Seok sudah tahu saat ia meneleponnya bahwa ia sudah mengalahkannya. Karena itu ia memberi kesempatan pada Hyeong Seok untuk mengalahkannya dalam dunia game.
“Bukankah itu gunanya game? Sebuah cara untuk menghindari kenyataan. Dunia di mana pecundang menjadi pemenang,” ejeknya. Dan lagi ia sudah menyarankan agar Hyeong Seok mengurus isterinya yang hami tua ketimbang memikirkan bisnis untuk mengalahkannya. Marah, Hyeong Seok menyerang Jin Woo.
Namun kemampuan mereka seimbang. Hyeong Seok berkata mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu empat mata seperti ini. Padahal ada yang ingin ia katakan pada Jjin Woo. Ia berkata tidak benar kalau ia merebut Soo Jin dan mengkhianatinya.
“Ia menderita karenamu. Sangat menyakitkan melihatnya seperti itu. Aku khawatir akan terjadi sesuatu padanya jika ia terus di sisimu. Aku tahu kau membenci kami. Tapi saatnya kini kau melihat kenyataan. Kegagalan pernikahanmu untuk kedua kalinya adalah bukti kau bukan suami yang kompeten. Kau seharusnya belajar dari kegagalanmu. Menyalahkan orang lain hanya membuatmu kembali gagal. Jika kau tidak mengakui bahwa kaulah sumber masalahnya, maka pernikahan ke-3...ke-4...akan terus gagal.”
Jin Woo tidak terprovokasi. Ia berkata hanya pengkhianat yang membuat alasan seperti itu. Pengkhianat selalu membuat alasan untuk menyembunyikan dirinya yang pengecut. Hyeong Seok dulu juga beralasan Jin Woo adalah sumber masalah dan ingin J-One memiliki visi lebih, lalu meninggalkannya. Tapi apa yang terjadi dengan perusahaan barunya sekarang, bukankah sama saja dengan J-One?
Hyeong Seok terdiam, tampaknya apa yang dikatakan Jin Woo tepat mengenai sasaran. Jin Woo berkata seharusnya Hyeong Seok membuat alasan yang lebih baik. Ia tahu Hyeong Seok sebenarnya marah pada ayahnya sendiri, lalu melampiaskannya padanya. Jika alasannya seperti itu, ia akan lebih mengerti.
Tak bisa menahan kemarahannya lagi, Hyeong Seok memukul Jin Woo dengan tangannya. Keduanya hampir berkelahi betulan tapi game mengingatkan kalau kontak fisik dilarang dan level serta nilai mereka akan dikurangi. Keduanya turun ke level 3.
Mereka kembali bertempur dengan senjata mereka. Jin Woo sempat kehilangan senjatanya karena terlempar, tapi saat Hyeong Seok hendak “membunuh”nya, ia meraih pedangnya dan berbalik menusuk Hyeong Seok. Lalu menebasnya berkali-kali.
Hyeong Seok jatuh terduduk di bangku taman. Nilai experiencenya nol. Jin Woo dinyatakan menang dan poin experience Hyeong Seok sebesar 200 poin berpindah padanya. Jin Woo tersenyum menang, lalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi.
Tidak ada yang melihat selama duel tersebut karena anak buah Jin Woo sedang tidur saat itu terjadi. Ketika anak buahnya bangun ia hanya mengatakan dengan bangga kalau ia sudah menghancurkan Hyeong Seok.
Jin Woo bergegas ke bandara untuk kembali ke Seoul. Ia akan transit di Barcelona. Sekretarisnya dan Hee Joo sudah menunggu di bandara. Jin Woo meminta maaf karena tidak bisa makan malam bersamanya. Hee Joo berkata tidak apa-apa dan bertanya apakah Jin Woo berhasil mengalahkan orang itu. Jin Woo mengiyakan dan lagi-lagi menyarankan agar Hee Joo tetap bermain gitar.
Sebelum pergi ia berbisik agar sekretarisnya meneleponnya jika Se Joo muncul. Jin Woo pun pergi. Hee Joo terlihat agak kecewa ketika mendengar sekretaris Jin Woo, Seo Jeong Hoon, berkata kalau Jin Woo mungkin tidak akan kembali lagi ke Granada jika semua berjalan lancar.
Setibanya di hotel di Barcelona, Jin Woo tertidur pulas karena kelelahan memainkan game tersebut selama beberapa hari terakhir. Keesokan paginya ia mendapati belasan missed call dari Jeong Hoon. Ia terkejut saat Jeong Hoon mengabarkan kalau Hyeong Seok sudah tiada dan mayatnya ditemukan orang di bangku taman dalam posisi duduk dan mata terbuka. Itu adalah tempat terakhir ia meninggalkan Hyeong Seok semalam.
Wow.....bener-bener wow....tidak menyangka sama sekali kalau Hyeong Seok akan benar-benar mati. Jelas Jin Woo tidak berpikir untuk membunuh Hyeong Seok betulan karena itu hanya sebuah game. Tapi apakah tebasan berkali-kali Jin Woo yang membuat Hyeong Seok terbunuh? Tetap saja aneh rasanya karena itu hanya dunia game yang tidak nyata.
Meski keduanya berseteru tapi aku merasa Jin Woo dan Hyeong Seok sebenarnya masih menyimpan rasa pertemanan itu. Mereka berdua benar-benar saling mengenal satu sama lain namun keduanya sama-sama keras kepala dan tidak mau kalah. Jika Hyeong Seok benar-benar tewas, kasihan Soo Jin yang sedang hamil tua.
Lalu apakah game itu yang menyebabkan Hyeong Seok tewas? Jika iya, maka Jin Woo baru saja membeli sebuah senjata mematikan yang sangat berbahaya.
Baru baca sinop ini, padahal udah nonton sampe tamat. Tetep lebih ngena kalo baca sinop dr mba Fanny. Tetep semangat mba, semoga sehat selalu.
BalasHapusMienzz