Jumat, 09 Agustus 2019

Sinopsis Hotel Del Luna Episode 4



Setelah menceritakan mimpinya pada Man Wol, Chan Seong bertanya kenapa ia melihat Man wol dalam mimpinya.

“Sebenarnya apa yang gagal kauketahui? Apa menurutmu aku ada di sini untuk membantumu mencaritahu apa yang gagal kauketahui?” tanyanya.

 Man Wol tidak bisa menjawab.

Chan Seong menyentuh ranting pohon itu dan perlahan-lahan terjadi keajaiban. Daun pada pohon itu mulai tumbuh. Dan dalam waktu singkat pohon itu dipenuhi dengan daun-daun hijau dan segar.

Man Wol dan Chan Seong terkejut. Man Wol teringat perkataan Ma GO pada kali terakhir mereka bertemu. Bahwa arus hidup dan matinya akan kembali mengalir seiring dengan tumbuhnya daun, mekar dan gugurnya bunga. Ia menyadari Chan Seong seseorang yang jauh lebih spesial daripada yang ia perkirakan.


Dewa Mago melihat Malaikat Maut sedang menunggu di depan sebuah rumah. Hantu seorang kakek tidak mau ikut dengannya. Jadi kakek itu meninggal seorang diri seminggu lalu dan hanya ada anjingnya di dalam rumah yang menemaninya. Tapi kakek itu tidak mau anjingnya meninggal karena tidak ada yang memberi makan dan minum. Jadi ia tidak mau pergi dan berusaha menyuruh anjingnya menggonggong untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.

Dewa Mago memutuskan untuk menolong. Ia membuka pintu rumah agar anjing itu bisa keluar. Tapi anjing itu tetap diam di samping jasad kakek meski kakek memohon agar anjing itu keluar menyelamatkan diri.

Dewa Mago berkata nanti juga Kakek itu akan menemukan jalan ke Penginapan Bulan. Hotel Del Luna, Malaikat Mau mengoreksi. Dewa Mago mengomel nama tempat itu terus berubah tapi pemiliknya tidak berubah sama sekali.

Malaikat Maut sependapat. Man Wol tidak berubah bahkan setelah lebih dari 100 tahun. Ia tidak ada harapan, katanya. Dewi Mago tersenyum dan berkata itu sebabnya ia mengirim seseorang ke sana.  Apa kau akan mengganti pemiliknya, tanya Malaikat Maut.

“Man Wol sangat keras kepala, jadi aku hanya mengirim bantuan.”


Dan bantuan itu bernama Gu Chan Seong. Man Wol berkata pohon itu berubah karena Chan Seong. Kenangan yang sudah mengering sekarang kembali gara-gara Chan Seong. Chan Seong protes ia tidak melakukan apapun. Ia hanya menceritakan mimpinya.

Melihat hantu adalah bagian dari pekerjaannya, tapi tidak dengan bermimpi. Ia tidak mau diperlakukan tidak adil untuk sesuatu yang tidak ia minta. Man Wol tidak peduli. Chan Seong sudah mengusiknya jadi wajar jika diperlakukan tidak adil.

“Pohon ini jadi jelek karena kau!”

Chan Seong berkata Man Wol memutarbalikkan kenyataan. Pohon itu sekarang hidup dan sehat.

“Itulah masalahnya. Kau baru saja menyelamatkan sesuatu yang tidak seharusnya diselamatkan.”

Chan Seong bingung kenapa Man Wol begitu marah. Apa itu artinya mimpinya memang masa lalu Man Wol dan  karena itu Man Wol malu ia sudah melihatnya. Man Wol mengakui ia sangat malu sat ini dan ia harus memeriksa sendiri apa yang terjadi.


Ia mendorong Chan Seong hingga ke tempat tidur. Ia memerintahkan Chan Seong untuk tidur agar bisa bermimpi. Ia harus melihat sendiri apakah Chan Seong melihatnya dalam mimpi atau membohonginya karena mendengar gosip di hotel itu.

Chan Seong berkata ia tidak bisa tidur dengan cara seperti itu dan lagi ia tidak bisa menjamin apakah ia akan bermimpi seperti itu lagi.

“Kalau begitu tidurlah di sisiku sampai kau bermimpi demikian.”

Chan Seong jelas menolak tapi Man Wol tidak mau melepaskannya. Man Wol mengancam akan membunuh Chan Seong jika membohonginya. Akhirnya Chan Seong berkata ia akan tidur dan Man Wol bisa tidur di sisinya atau melihatnya.

“Lakukan apapun yang kau mau. Kau hanya ingin kalau semua itu bohong karena kau tidak suka aku melihat masa lalumu. Aku tidak akan memberitahumu lagi apa yang kulihat dalam mimpiku karena kau sangat membencinya. Kau bisa membunuhku atau membiarkanku hidup. Terserah.”


Chan Seong melipat tangannya lalu memejamkan mata. Man Wol terdiam lalu turun dari tempat tidur. Chan Seong mengikutinya ke kantor di sebelah kamar. Ia bertanya apa kenangan yang ia bangkitkan sangat menyakitkan bagi Man Wol. Karena memikirkan pria itu?

Man Wol menyuruh Chan Seong tutup mulut sebelum ia mengubahnya menjadi hijau seperti pohon. Tapi Chan Seong bertanya siapa pria itu.

“Mengapa kau bertanya? Apa kau berpikir dia adalah kau?” tanya Man Wol.

Chan Seong tidak menyangkal. Apa yang ia lihat mungkin saja ingatan dari kehidupan terdahulunya. Tapi Man Wol berkata tidak mungkin Chan Seong adalah Cheong Myung. Kenapa tidak, tanya Chan Seong. Sejak ia bermimpi seperti itu ia selalu memikirkan Man Wol. Mungkin saja hubungan mereka sudah ada sejak dulu. Man Wol menaruh tangannya di dada Chan Seong.

“Kau bukan dia. Aku tidak merasakan apapun. Jika kau adalah dia, aku tidak mungkin merasa seperti ini.” Ouchh...

Chan Seong berkata itu melegakan. Selama ini ia terus bertanya-tanya bagaimana jika ia adalah pria yang dulu disukai Man Wol. Lalu apakah Man Wol tidak memiliki perasaan pada Cheong Myung? Karena ia melihat Man Wol sangat menyukainya. Man Wol kembali marah dan akhirnya menghukum Chan Seong untuk menangani para hantu mulai sekarang.


Chan Seong terpaku tak bisa bergerak melihat sosok tamu yang baru tiba. Sepertinya hantu itu korban pembunuhan atau bunuh diri yang sudah lama karena ia dikerubuti lalat. Hyun Jeong terpaksa membantu Chan Seong menerima tamu itu. Ia menyarankan agar hantu itu menggunakan jasa kecantikan hotel mereka lebih dulu.

Chan Seong hampir terduduk lemas setelah akhirnya hantu itu masuk lift. Hyun Jeong bertanya apakah Man Wol masih meski sudah minum sekotak champagne. Chan Seong berkata sepertinya ia sudah membuat Man Wol murka.

Ia bertanya dosa apa yang dibuat Man Wol di masa lalu. Tapi Hyun Jeong hanya menggeleng. Apa karena urusan percintaan? Apa Hyun Jeong mendengar mengenai pria yang mungkin dinanti Man Wol? Apa ia tidak menantinya? Hyun Jeong terus menggeleng. Ia balik bertanya apa Chan Seong peduli pada apa yang Man Wol pikirkan.

“Tidak, tidak sama sekali.”

Hyun Jeong mengira Chan Seong masih kesal karena berada di urutan ke-3. Bukankah Chan Seong yang sekarang ada di sini?

“Aku sama sekali tidak peduli pada apa yang dipikirkan Nona Jang. Dan aku bukan urutanke-3. Aku urutan ke nol. Aku mengalahkan semuanya.”

Baiklah,  Hyun Jeong mengiyakan sambil tertawa geli. Chan Seong kembali murung sambil bergumam semuanya tidak ada gunanya karena Man Wol berkata tidak merasakan apapun padanya. Wah...mulai ada rasa nih XD

Hyun Jeong bergidik merasakan ada sekelompok tamu yang akan datang ke hotel mereka. Ia bertanya apa Chan Seong akan baik-baik saja. Chan Seong memilih mengungsi ke bar.


Bartender Kim berkata tamu yang baru datang biasanya dalam keadaan rusak, terkadang diikuti sesuatu. Tapi tamu di bar semuanya sudah didandani jadi Chan Seong akan baik-baik saja. Meski begitu Chan Seong terlonjak kaget melihat tamu si peminum kopi.

Chan Seong bertanya bagaimana cara mereka mendapatkan makanan dan minuman untuk pelanggan. Bartender Kim menjawab mereka mendapatkannya dari dunia setelah kematian. Jika mereka memperlakukan tamu dengan baik di hotel mereka dan membantu mereka menuju kehidupan selanjutnya, mereka akan diberi kompensasi.

Para roh yang pergi dengan tenang meninggalkan energi yang baik. Energi itu membuat bunga-bunga di taman bermekaran. Semakin sedikit penyesalan yang dibawa pergi tamu mereka, semakin cantik bunga yang dihasilkan. Setelah kebun mereka penuh, Dewa Mago akan membawa bunga-bunga itu lalu sebagi gantinya mengirim barang kebutuhan mereka.

Lalu bagaimana dengan uang yang diperoleh Man Wol saat membantu para hantu?  Bartender Kim berkata itu semua digunakan untuk gaya hidup mewah Man Wol. Champagne mahal, pakaian, perhiasan, dan mobil.

“Bagaimana bisa seseorang yang sedang dihukum bersikap seperti itu,” gerutunya.


Man Wol menyadari Dewa Mago yang telah membuat Chan Seong bermimpi tentang dirinya. Tapi mimpi itu mau tak mau membuatnya teringat sesuatu yang pernah terjadi lebih dari 1000 tahun lalu.
Man Wol dalam keadan terluka dan ia bersembunyi dalam sebuah gubuk. Di luar terjadi keributan karena para pengawal sedang mencari orang, sepertinya termasuk Man Wol. Tiba-tiba Man Wol menyadari ada orang masuk ke dalam gubuk itu. Ketika orang itu mendekat, ia melawan sekuat tenaga.

Tapi ternyata yang datang adalah Cheong Myung. Sementara itu karena mendengar suara, para pengawal hendak memasuki gubuk. Cheong Myung keluar menmeui mereka dan berkata tidak ada orang mereka cari di dalam. Para pengawal itu pergi.

Cheong Myung kembali ke dalam dan membalut luka Man Wol. Ia berkata ia mendengar ada serangan di pasar di mana para budak dari Goguryeo di perjualbelikan. Ia mendapat firasat kalau yang menyerang adalah Man Wol dan kelompoknya. Jadi ia datang.

Ia bergurau apa yang akan Man Wol lakukan dengan wajahnya yang terkena goresan pisau Man Wol. Man Wol berkata sayang sekali padahal puteri Istana Yeongju menyukai wajah Cheong Myung. Dengan apa lagi Cheong Myung akan merayunya.

“Apa kaukira ia hanya menyukai wajahku?” balas Cheong Myung.

Tapi tiba-tiba terdengar suara di luar. Man Wol mengintip dan melihat Yeon Woo tertangkap. Yeon Woo dibawa oleh para pengawal itu. Man Wol panik dan hendak keluar. Tapi Cheong Myung memeganginya dan membekap mulutnya agar ia tidak ikut tertangkap. Ia berjanji akan menyelamatkan Yeon Woo.

Cheong Myung menepati janjinya. Entah bagaimana caranya ia menyelamatkan Yeon Woo. Man Wol langsung memeluknya. Yeon Woo tersenyum dan berkata ia tidak apa-apa. Cheong Myung berdehem lalu tersenyum pada mereka.


Apakah Cheong Myung yang dinanti oleh Man Wol? Man Wol meraih gelasnya lalu melemparkannya dengan penuh kemarahan ke Pohon Bulan. Tapi sebelum mengenai pohon itu, gelas itu seakan mengenai tabir pelindung dan pecah berkeping-keping.

Chan Seong bermimpi hal yang sama. Ia mengetahui kalau salah satu dari mereka bernama Yeon Woo. Pemuda yang satu kelompok dengan Man Wol.

Tiba-tiba ia terkejut karena ada seorang nenek lusuh berdiri di depannya. Awalnya ia mengira nenek itu penjual bunga dan hendak membelinya. Tapi Dewa Magoberkata ia sudah memberi Chan Seong bunga.

“Ayahmu hampir meninggal saat hendak memetik bunga untukmu. Karena peristiwa itu ia tidak pernah mencuri lagi dan hidup dengan rajin. Ia juga membesarkan seorang putera hebat sepertimu.”

Chan Seong akhirnya mengenali Dewa Mago adalah nenek yang menjual bunga di hari ulang tahunnya 21 tahun yang lalu. Dewa Mago menanyakan pekerjaan Chan Seong di hotel.

“Apa kau yang merencanakan semuanya?” tanya Chan Seong.
“Aku hanya membuka jalan,” jawab Dewa Mago.

Jadi ayahnya bukan kebetulan datang ke hotel itu? Dewa Mago tidak menjawab pertanyaan itu. Ia berkata ia menanam pohon. Pohon itu penuh dengan ranting berduri dan dingin terhadap yang lain.

“Aku ingin kau merawat pohon itu. Jika kau merasa kesulitan dalam merawatnya, kau bisa mencariku,” Dewa Mago memberi sebuah kartu. Lalu ia lenyap.


Chan Seong kaget. Ia berusaha mencari Dewa Mago tapi tidak menemukannya. Ia malah melihat seorang kakek duduk sendirian di pinggir jalan dengan membawa bunga putih seperti yang tadi dibawa Dewa Mago.

Kakek itu dijemput sebuah limosin menuju ke sorga. Chan Seong mendengar suara anjing menyalak. Ia segera menghentikan mobil itu sebelum berangkat dan membuka pintu. Ternyata itu adalah kakek yang meninggal seorang diri. Akhirnya anjingnya juga mati karena tidak mau keluar dari rumah meski pintu terbuka. Kakek itu pergi ke kehidupan selanjutnya dengan membawa anjingnya. Chan Seong tersenyum melihat semuanya berakhir dengan baik. Malaikat Maut melihat semua itu dari seberang jalan, terlihat senang.

Chan Seong teringat perkataan Bartender Kim tentang Dewa Mago yang memberi bunga pada mereka yang akan pergi ke kehidupan selanjutnya. Dan setiap roh yang menerimanya akan pergi ke tempat yang baik. Chan Seong menyadari nenek tadi adalah Dewa Mago.

Ia membaca kartu dari Dewa Mago itu. Alamatnya bertuliskan alamat sebuah toko obat.


Di sebuah toko roti, seorang pembuat roti berteriak-teriak dan lari ketakutan karena adonan rotinya bergerak-gerak seperti ada yang menguleni. Ternyata hantu gadis buta yang menguleni adonan itu.
Sanchez kebetulan sedang membeli roti di toko roti itu. Ia membeli beberapa lalu pulang membangunkan Chan Seong.  Ia bercerita mengenai penampakan hantu di toko roti itu. Jadi ia membeli roti yang adonannya diuleni hantu. Kalau aku malah ngga bakalan mau beli >,<

Chan Seong mengeluh ia tidak mau mendengar tentang hantu di rumah. Ia hampir tersedak ketika melihat hantu gadis buta itu ternyata mengikuti Sanchez pulang. Ia bertanya kenapa ia ke sini lagi. Sanchez bingung dan mengira Chan Seong bergurau.

“Apa kau mengikutinya?” ia menunjuk Sanchez. Hantu itu menggeleng.
“Kau mengikuti roti itu?”

Hantu itu mengangguk. Sanchez makin ketakutan. Ia minta maaf karena sudah bercerita tentang hantu. Sekarang ia ingin makan roti saja. Tapi Chan Seong tidak mau makan roti. Ia berkata ia akan pergi ke hotel. Membawa hantu itu tentu saja.


Para staf membicarakan Chan Seong yang membawa kembali hantu yang sudah meninggalkan hotel. Mereka sudah dengar apa yang dilakukan hantu tersebut. Padahal hantu itu seharusnya dijemput limosin hari ini. Mereka bertanya-tanya apakah hantu itu ingin makan roti. Kan tinggal meminta layanan kamar. Hantu tidak bisa makan roti dari dunia nyata.

Ibu Choi memarahi Hyun Jeong karena tidak memperhatikan tamu yang masuk dan keluar. Hyun Jeong membela diri ia menerima sekelompok tamu kemarin. Ia tidak bisa melihat semuanya. Ibu Choi mewanti-wanti agar Hyun Jeong melakukan pekerjaannya dengan baik atau akan dikirim dengan bis ke kehidupan selanjutnya.

Hyun Jeong bingung kenapa Ibu Choi segalak itu. Bartender Kim mengingatkan kalau sebentar lagi tanggal 25. Mereka harus bisa melewati hari itu dengan aman. Jika apa yang terjadi 42 tahun lalu terjadi kembali, Ibu Choi pasti akan diseret ke kehidupan selanjutnya.


Chan Seong pergi menemui Man Wol untuk mengganti jadwal keberangkatan hantu itu karena hantu itu ingin menemui seseorang lebih dulu. Man Wol baru saja bangun setelah semalaman minum. Karena itu ia sangat kesal dan melemparkan bolpen Chan Seong.

“Tidak ada hantu yang tidak ingin menemui seseorang!” bentaknya.

Dengan tenang Chan Seong mengeluarkan bolpen berikutnya. Ia berkata hantu itu tidak pernah melihat orang itu saat ia masih hidup karena ia buta, karena itu ia ingin melihatnya sekarang.  Lalu bagaimana ia bisa menemui orang itu? Namanya saja ia tidak tahu. Kenapa mencari orang yang bahkan tidak dikenalnya?

“Ia bilang tangannya ingat. Jika ia bisa memegang tangan orang itu, ia bisa merasakannya,” kata Chan Seong.

Man Wol tertawa dan berkata hantu itu cuma bicara omong kosong lalu melambaikan tangannya menyuruh Chan Seong pergi. Chan Seong memegang tangan Man Wol dan bertanya apakah itu artinya Man Wol juga hanya bicara omong kosong.

“Kau bilang kau bisa merasakan kalau aku bukanlah pria itu. Kalau begitu kau juga tidak tahu.”

Man Wol terdiam sejenak lalu berkata kalau Chan Seong sudah pasti bukan orang itu. Chan Seong berkata kalau begitu ia yang benar jadi Man Wol harus tandatangan. Ia menarik Man Wol untuk duduk. Lalu memegangi tangannya untuk menuliskan namanya.

Man Wol langsung teringat ketika Cheong Myung juga melakukan hal yang sama dulu.


Chan Seong berkata ia akan mencari orang yang ingin ditemui hantu itu lalu mengantarnya pergi. Bagaimanapun hantu itu adalah tamu pertama yang dibawanya jadi ia ingin menyelesaikannya dengan baik. Ia menegaskan kalau hantu itu tidak punya uang jadi jangan minta uang darinya.
Man Wol mengeluh kenapa Chan Seong melakukan sesuatu yang tidak mendatangkan uang. Bisa-bisa Chan Seong diperalat oleh para hantu karena berhati lemah. Benar-benar target mudah bagi para hantu.

“Kau benar. Jika aku lebih tangguh, aku tidak akan berakhir di sini. Aku menyesal aku adalah manusia lemah yang kausukai,” kata Chan Seong. Ia menerima ini sebagai takdirnya.

Man Wol berkata ia tidak menyesal membawa Chan Seong ke hotelnya dan mempersulit hidupnya. Tapi Chan Seong berkata mungkin saja bukan Man Wol yang mempersulitnya tapi ia sendiri yang mendorong dirinya ke tempat ini.

Ia memberi Man Wol segelas air untuk melegakan tenggorokannya setelah minum alkohol dan berkata akan membawakan roti karena ia akan mendatangi toko roti bersama hantu itu. Toko roti yang pernah dikunjungi Kim Joon Hyun, komedian favorit Man Wol.

Man Wol bertanya kenapa Chan Seong bersikap baik padanya. Membuatnya curiga. Apa Chan Seong menaruh racun di gelasnya? Chan Seong berkata ia ingin merawat Man Wol. Jika ia memberi roti dan air siapa tahu pohon kering yang mengeluarkan daun pun akan berbunga.

“Jangan. Apa kau pikir aku ini benih yang tumbuh jika diberi air? Aku adalah pohon tua yang kering selama lebih dari seribu tahun.”

Chan Seong berkata pohon itu sekarang mengeluarkan daun. Jadi mungkin saja terjadi. Man Wol mengeluh rasanya gatal.

“Apa aku mengganggumu? Kau bilang kau tidak merasakan apapun. Kurasa itu tidak benar,” kata Chan Seong.


Chan Seong meninggalkan kantor Man Wol. Man Wol mengejarnya dan menyuruhnya tidak datang lagi. Ia melepas Chan Seong pergi. Tapi Chan Seong berkata sekarang ia tidak bisa pergi ke manapun. Ia sudah berhenti dari hotel sebelumnya karena Man Wol. Sekarang ia memiliki reputasi buruk dan tak ada yang mau menerimanya. Apalagi kalau tahu ia bisa melihat hantu.

“Dan kau tidak memiliki siapapun selain aku.”

Man Wol berkata Chan Seong ada di urutan ke-3. Urutan 1 dan 2 lebih baik dari Chan Seong. Chan Seong berkata mereka terlalu kuat jadi tidak bisa bekerja di hotel ini. Man Wol memerlukan seorang yang menudah jadi terget hantu seperti dirinya. Seseorang yang bisa menyelesaikan kemarahan mereka dan yang lainnya.

“Aku adalah pilihan ke nol.”

Man Wol berkata ia tidak akan menyukai Chan Seong jika terus seperti ini. Ia tidak mengganggu Man Wol tapi Man Wol menyukainya. Man Wol jadi tidak menyukainya karena ia mengganggunya. Ia memilih yang ke-2. Man Wol sangat kesal dan berpikir Chan Seong meremehkannya karena sekarang pohon itu berdaun.


Chan Seong membawa hantu gadis buta ke toko roti. Dulu ketika masih hidup ia suka ke toko roti. Seorang pembuat roti sangat baik padanya dan menawarkan roti hangat yang baru selesai dipanggang. Ia membantu gadis itu memegang roti dengan tangannya. Karena itu ia ingat kehangatan tangan si pembuat roti yang membuatnya jantungnya berdebar
.
Masalahnya ada beberapa pembuat roti di toko itu, sedangkan hantu itu tidak tahu wajah maupun nama pembuat roti. Jadi Chan Seong bersedia meminjamkan tangannya pada hantu itu.

Dengan berbagai alasan ia berhasil berjabat tangan atau memegang tangan para pembuat roti di toko itu. Hingga akhirnya ia mendapat masalah karena bersikap sangat aneh. Untunglah Sanchez kebetulan datang dan membantunya tidak terkena masalah lebih jauh meski Chan Seong di blokir datang lagi ke toko roti itu.

Sayangnya dari tiga pembuat roti di toko itu, tidak ada orang yang dicari hantu tersebut. Karena Sanchez sejak dulu berlangganan di toko roti itu, ia mengenal semua pegawainya. Ia juga tahu ada satu pembuat roti yang pindah kerja.


Para staf hotel terkejut melihat Pohon Bulan berdaun. Bagi mereka ini adalah tanda akan terjadi kekacauan. Dengan tumbuhnya daun berarti hukuman Man Wol akan berakhir. Jika Man Wol pergi, apa yang akan terjadi pada mereka bertiga? Mereka akan naik bis ke kehidupan selanjutnya.

Dan mereka belum mau pergi. Mereka bertanya-tanya apa yang membuat hal seperti ini mendadak terjadi. Tentu saja mereka langsung menebak Chan Seong lah penyebabnya.

Chan Seong dan hantu buta (yang tidak buta lagi sebetulnya) pergi ke toko roti lain. Orang yang dicari hantu itu sekarang bekerja di sana. Seorang pemuda tampan yang sopan. Chan Seong kembali meminjamkan tangannya dan berjabat tangan dengan pembuat roti itu.

Hantu itu langsung bisa merasakan kalau orang itulah yang dicarinya. Chan Seong memberi waktu pada hantu itu untuk berada di toko roti lalu kembali ke hotel. Hantu itu senang dan mengangguk penuh terima kasih.

Keluar dari toko roti, Chan Seong melihat Man Wol sudah menunggu. Dengan mobil barunya. Chan Seong langsung pusing tujuh keliling. Ia berkata lebih baik ia tidur.

“Baiklah, ayo kita tidur,” kata Man Wol. Ia akan melihat mimpi Chan Seong  kali ini.

Chan Seong berkata itu bukan kata-kaa yang pantas diucapkan seorang bos. Ia akan membiarkannya kali ini saja. Man Wol mengalah dan bertanya bagaimana kalau mereka pergi makan. Chan Seong tetap memilih tidur. Tidak dengan Man Wol tentunya.

Man Wol bekata bukankah Chan Seong berkata akan merawatnya. Membuatnya tidur nyenyak dan makan dengan baik adalah cara untuk melakukannya. Chan Seong menyerah dan bertanya mereka akan makan di mana.


Ternyata Man Wol membawa Chan Seong ke restoran pizza milik Sanchez. Chan Seong mewanti-wanti Man Wol agar tidak menyebut apapun tentang hantu. Man Wol berkata pasti Chan Seong berbohong pada Sanchez soal bekerja di hotel yang normal.

Lucunya, Man Wol tidak mengatakan apapun tentang Sanchez, sebaliknya Sanchez membicarakan Man Wol tanpa tahu kalau Man Wol adalah bos Chan Seong. Chan Seong memperkenalkannya sebagai teman kerja.

“Itu tempat bekerja yang sulit, bukan? Chan Seong tertekan sejak bekerja di sana. Bos kalian seorang maniak, bukan? Wanita itu...siapa namanya?”

“Jang Man Wol,” jawab Man Wol.

“Ya, Jang Man Wol. Aku ingat karena namanya berantakan. Bagaimanapun banyak yang mengatakan para pegawai harus menggosipkan bos mereka agar hidup kerja mereka nyaman. Aku akan menyajikan pizza d sini sebagai ganti kepala bos kalian. Nikmati makanan kalian sambil merobek-robeknya. Akan membutuhkan lebih dari 1 pizza untuk melampiaskan kemarahan kalian,” celoteh Sanchez.


Untung Man Wol tidak mengeluarkan hantu saat itu juga XD Setelah Sanchez pergi, Chan Seong berkata ia tidak pernah menyebut Man Wol maniak. Dengan tenang Man Wol berkata tidak ada yang salah dengah itu. Bukankah mereka semua sesekali menjadi sedikit gila?

Man Wol bertanya bagaimana dengan kunjungan Chan Seong ke toko roti. Chan Seong melaporkan tangan hantu itu membawa mereka ke tempat yang benar. Benarkah, tanya Man Wol.

Ia berkata ingatan hantu seringkali campur aduk. Karena terlalu lama gentayangan, mereka seringkali melupakan apa yang penting. Terkadang mereka hanya ingat apa yang ingin mereka ingat.

“Kau bilang ia hanya ingat tangannya. Kenangan yang sangat indah. Tapi kurang berpengaruh. Ia hidup dengan baik jadi kenapa ia mengingat tangan orang yang memberinya beberapa roti?”

Chan Seong jadi waspada dan bertanya apa sebenarnya yang ingin Man Wol katakan.

“Ingatan penting bagi hantu hampir semua sama. Ingatan ketika mereka meninggal.”

Chan Seong terkejut dan lari keluar.


Hantu gadis buta menunggu hingga si pembuat roti menutup toko. Si pembuat roti menyalakan motornya dna bersiap pulang. Saat itulah hantu gadis itu teringat pada kejadian sebenarnya. Ia tertabrak motor itu saat menyeberang jalan.

Dalam keadaan sekarat ia mengulurkan tangan pada si pembuat roti dan berhasil memegang tangannya. Tapi si pembuat roti memutuskan untuk membiarkan gadis itu dan melarikan diri. Akhirnya gadis itu meninggal dunia.

Sekarang hantu itu kembali dendam. Ia berubah wujud menjadi kembali menyeramkan dan duduk di belakang si pembuat roti. Pembuat roti memacu motornya dengan kencang.


Chan Seong sampai di toko roti tapi toko itu sudah tutup. Ia berlari sekeliling daerah itu mencari mereka. Akhirnya ia menemukannya.

Dengan nekat ia berdiri di tengah jalan sambil merentangkan tangannya untuk menghentikan motor itu. Man Wol memakan pastanya dengan tenang dan bergumam, “Gu Chan Seong, datanglah ke hotelku setelah kau mati.”

Si pembuat roti terkejut melihat Chan Seong di tengah jalan, tapi ia tidak sempat mengerem motornya. Motor itu beralih sedikit hingga hanya menyerempet sedikit tangan Chan Seong lalu menabrak tiang. Di pembuat roti tidak apa-apa dan marah pada Chan Seong.

Tapi Chan Seong lebih marah dan memukul si pembuat roti hingga terkapar. Chan Seong menghampiri hantu buta menyeramkan yang nampak geram. Ia berkata jika hantu itu membunuh si pembuat roti, ia akan lenyap jadi abu. Untuk apa pergi dengan sia-sia seperti itu? Ia berjanji akan membuat si pembuat roti dihukum atas perbuatannya.

Untunglah hantu itu mendengar kata-kata Chan Seong. Kemarahannya mereda. Chan Seong menoleh dan melihat Man Wol di seberang jalan. Man Wol mengedikkan bahu lalu pergi.


Chan Seong pergi ke kantor polisi melaporkan kejadian tabrak lagi yang dilakukan si pembuat roti. Si pembuat roti pun ditangkap.

Hantu gadis buta sudah menerima bunga dari Dewa Mago. Artinya ia akan pergi ke tempat yang baik. Chan Seong sendiri yang mengantarnya. Hantu itu berterimakasih pada Chan Seong. Ingatan tentang tangan pembuat roti itu sebenarnya ingatan yang buruk tapi dengan bodohnya ia mengira itu ingatan bahagia.

Chan Seong berkata itu karena gadis itu memang orang yang seperti itu. Selalu mengingat kenangan bahagia sekecil apapun itu dibandingkan dengan ingatan buruk. Roh gadis itu pun pergi dengan tenang diantar limosin.


Chan Seong mulai merasakan makna dari pekerjaannya. Ia bahkan menawarkan sendiri kopi pada hantu peminta kopi yang selama ini selalu membuatnya terkejut. Ia tersenyum dan memberi hormat melihat hantu yang kemarin dikerubungi lalat. Ia juga bersimpati pada hantu ayah dan anak yang meninggal karena kecelakaan. Ayah anak itu berusaha menyelamatkan anaknya yang berlari mengambil bola ke tengah jalan. Tapi mereka berdua tertabrak.

Man Wol melihat semua itu dan berdecak karena Chan Seong belum sadar juga. Ia menganggap kelembutan hati Chan Seong sebagai sebuah kebodohan.


Ibu Choi dan Bartender Kim menghadap Man Wol perihal Pohon Bulan yang berbunga. Kenapa pohon itu mendadak kembali hidup? Man Wol berkata Dewa Mago memberitahunya kalau seseorang akan datang dan membantunya pergi. Ia membenarkan tebakan mereka kalau orang itu adalah Chan Seong.

Ia berkata Chan Seong akan berusaha membuat bunga bermekaran di pohon itu. Ia rasa ia akan pergi begitu bunga itu gugur. Mereka bertanya apa yang akan terjadi pada mereka.

“Mana aku tahu? Semuanya terserah kalian. Kita semua bisa menyerah dan pergi ke kehidupan selanjutnya atau kalian bisa gentayangan di dunia ini sebagai roh jahat lalu jadi abu.”

Mereka belum mau pergi, begitu juga Man Wol. Mereka harus melepaskan Chan Seong. Lagipula mereka sudah memiliki kandidat ke-4.

Kandidat tersebut adalah Yu Na...atau Su Jeong dalam tubuh Yu Na. Untuk selanjutnya kita sebut Yu Na saja ya^^ Karena ia menjadi roh parasit yang mendiami tubuh orang lain, secara alami ia memiliki kemampuan untuk melihat roh lainnya alias hantu. Dan ia seorang pemberani. Sangat cocok untuk menjadi manajer hotel mereka.


Man Wol memikirkan itu dan merasa itu ide yang baik. Ia yang membantu Yu Na mendapatkan tubuhnya jadi ia bisa menggunakan itu untuk mengancamnya. Selain itu Yu Na dari keluarga sangat kaya. Tapi masalahnya Chan Seong tidak mau pergi.

Meski ia mengusir Chan Seong tanpa bola mata sekalipun, ia tetap akan bisa melihat hotel mereka dan melihat hantu. Hanya Mago yang bisa mengambil kemampuan itu dari Chan Seong. Tapi apa ia akan membantu mereka karena ia yang mengirim Chan Seong ke sana.

Mereka bingung. Mereka tidak boleh membunuh manusia. Tapi jika mereka membiarkan Chan Seong, mereka bisa-bisa dikirim pergi naik bis.

Ibu Choi memiliki ide untuk menyelesaikan masalah ini tanpa membunh Chan Seong. Tamu kamar no. 13 hotel mereka. Tamu itu benci manusia bahkan suara nafasnya sekalipun. Jika manusia melihat hantu kamar no. 13, ia akan jadi gila. Jika Chan Seong jadi gila, ia tidak akan bisa kembali ke hotel meski bisa melihat hantu karena pasti dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Ia bertanya apa Man Wol setuju. Man Wol memikirkannya lalu ia bertanya di mana Chan Seong sekarang. Tampaknya ia menyetujuinya.


Ia menemukan Chan Seong tidur nyenyak di bawah Pohon Bulan. Ia berkata Chan Seong tidak memiliki waktu lama lagi sebagai orang waras tapi menyia-nyiakan waktu untuk tidur. Sangat disayangkan tapi itu semua akibat ulah Chan Seong sendiri.

“Aku benar-benar menyukaimu, tapi aku benci kau bisa melihat ke dalam diriku.”

Ia mengambil daun yang terjatuh di bahu Chan Seong. Chan Seong terbangun. Ia tertawa melihat Man Wol. Ia bertanya apa Man Wol datang agar bisa tidur bersama. Apa sekarang Man Wol senang karena melihatnya tidur.

Man Wol bertanya apa Chan Seong melihatnya lagi dalam mimpi. Chan Seong bertanya apa Man Wol ingin tahu. Ia akan memberitahu jika Man Wol duduk di sebelahnya.


Man wol jadi kesal dan berkata inilah yang ia benci. Ia ingin menyuruh Chan Seong tutup mulut atau bahkan mengancam akan merobek mulutnya, tapi yang ia pikirkan adalah duduk di sebelah Chan Seong untuk mendengarnya. Dan ia benci pikiran itu.

Ia berkata Chan Seong harus membayarnya. Chan Seong sendiri yang mengakui kalau sudah mempersulit diriya sendiri, jadi apapun yang terjadi adalah kesalahannya. Chan Seong tersenyum dan berkata ia yakin Man Wol akan melindunginya jika terjadi sesuatu padanya.

“Kau yang menghentikan motor itu.”

Man Wol membantah keras. Ia berkata ia tidak peduli meski Chan Seong meninggal dalam kecelakaan. Lah Neng Bulan ngapain di sono kalau ngga peduli ;p

Chan Seong berkata ia justru berani melompat ke tengah jalan karena ia percaya pada Man Wol. Ia yakin Man Wol yang melindunginya.

“Sudah kubilang bukan aku.”
“Aku percaya kau akan melindungiku. Jadi lindungi aku jika terjadi sesuatu padaku. Aku akan berada di sisimu.”
“Aku akan mengusirmu,” kata Man Wol ketus.

Chan Seong tersenyum kecil lalu pergi meninggalkan taman. Dalam mimpinya tadi ia melihat Man Wol berteduh di bawah pohon favoritnya dengan raut wajah bahagia. Ketika itulah sehelai daun jatuh ke pundak Man Wol dan Chan Seong. Ia bertanya-tanya apakah daun itu dari mimpinya tadi. Ia mengantungi daun tadi.


Ibu Choi menghampirinya dan meminta tolong padanya untuk melayani tamu kamar 13. Bartender Kim menyerahkan sekotak dupa untuk dinyalakan Chan Seong di kamar 13. Ia berkata tamu kamar itu menyulitkan jadi ia minta maaf sudah menyusahkan Chan Seong. Chan Seong dengan senang hati membantu mereka.

Begitu Chan Seong pergi, Bartender Kim merasa bersalah. Ia merasa ia sudah menyerahkan kehormatannya sebagai seorang cendekiawan. Ia merasa malu. Hyun Jeong juga nampak sedih. Ia menyukai Chan Seong dan menganggapnya teman.

Ibu Choi melaporkan pada Man Wol kalau saat ini Chan Seong sedang menuju kamar 13. Man Wol hanya diam.


Chan Seong membuka kamar 13 dengan kunci pemberian Bartender Kim. Memasuki kamar itu seperti memasuki gua batu yang berkelok-kelok. Ia memasuki kamar itu dengan berjalan  ke dalam dengan hati-hati. Sementara yang lain antara merasa bersalah dan harap-harap cemas dengan apa yang akan terjadi.

Chan Seong membuka pintu besi berkarat yang terletak di ujung gua batu itu. Ia memasuki kamar luas yang terlihat seperti gudang tua. Ada sebuah lemari besar dan meja di tengahnya. Ia meletakkan nampan di meja dan menyalakan dupa yang dibawanya. Tidak ada siapapun di sana. Ia bertanya-tanya di mana tamu kamar itu.


Ia tidak tahu ada sosok mengerikan yang mengintipnya dari dalam lemari. Setelah menyalakan dupa ia berbalik pergi. Tiba-tiba ia mendengar sesuatu dan menoleh. Ia melihat sesuatu di dalam lemari dan mendengar gumaman aneh. Seperti terkena mantra, Chan Seong mulai berjalan menghampiri lemari itu.

“Gu Chan Seong!!” panggil Man Wol.

Chan Seong tersadar dan menoleh. Man Wol melarang Chan Seong melihat lemari itu.

“Jangan biarkan ia mendengarmu bernafas.”

Tapi dasar Chan Seong. Ia berkata ia mendengar sesuatu.


Man Wol menutupi telinga Chan Seong dengan tangannya dan menatapnya. Jangan dengarkan, katanya. Hantu di lemari siap melompat keluar.

“Ada apa?” tanya Chan Seong menoleh.

Man Wol menariknya lalu menciumnya. Pada saat itu juga hantu itu lenyap menjadi asap hitam.


Komentar:

Semakin lama melihat masa lalu Man Wol dan interaksi Chan Seong-Man Wol, aku semakin merasa Chan Seong memang ada kaitan dengan Cheong Myung. Hanya mereka yang bisa membuat Man Wol tak bisa berkata-kata. Cheong Myung dan Chan Seong sama-sama bisa membuat hati meleleh...emangnya coklat XD

Aku jadi ingin tahu kenapa Man Wol marah kalau hukumannya akan berakhir. Kukira ia menunggu hukumannya berakhir, tapi ternyata tidak. Apa ia merasa ia belum selesai menebus dosanya? Atau memang ia sedang menunggu sesuatu? Apa ia ingin selamanya mengurus hotel itu?

Memangnya Dewa Mago tidak akan memilih orang lain untuk mengurus hotel itu seandainya Man Wol tidak ada? Bukankah penginapan itu sejak dulu ada bahkan sebelum Man Wol menjadi pemiliknya? Buktinya dulu Man Wol bertemu Dewa Mago karena mencari penginapan itu.

Setelah pohon itu berdaun, artinya waktu Man Wol kembali berjalan. Artinya sekarang ia manusia yang suatu saat akan meninggal, mungkin saja ditandai dengan gugurnya bunga itu. Mungkinkah tumbuhnya daun di pohon itu artinya ada sesuatu yang tumbuh di hati Man Wol?

Gemes deh liat mereka berdua...juga melihat Man Wol dan Cheong Myung. Terlihat kalau sama-sama ada rasa tapi gengsi mengakui ;p

Rabu, 07 Agustus 2019

Sinopsis Hotel Del Luna Episode 3



Man Wol teryata dulu adalah seorang pemimpin gerombolan perampok yang menjarah harta benda orang-orang yang dalam perjalanan jauh. Gerombolan itu kelompok nomaden (berpindah-pindah tempat) dari Goguryeo (cikal bakal Korea). Suatu hari mereka menyerang rombongan seorang puteri dan menjarah harta mereka.

Namun mereka mendapat perlawanan sengit dari kepala pengawal puteri itu. Man Wol terpaksa meniup peluit untuk menarik mundur kelompoknya. Merekapun melarikan diri dengan barang jarahan mereka.

Tapi si kepala pengawal tidak menyerah. Ia mengejar Man Wol yang terpisah dari kelompoknya dan berhasil menjatuhkannya dari kudanya.   
      
Ia membuka selendang yang menutupi wajah Man Wol dan terdiam saat menyadari adalah seorang wanita. Wanita yang sangat cantik. Man Wol menggunakan kesempatan itu untuk menghantam kepala si pengawal dengan batu.


Sekarang si kepala pengawal menjadi tawanan Man Wol. Go Cheong Myung, si pengawal, berbohong ia hanyalah pengawal biasa dan menawannya tidak akan membuat Man Wol mendapat uang banyak. Tapi Man Wol dengan tenang berkata ia tahu bagaimana cara mendapatkan uang.

Dengan mata jelinya ia bisa melihat bahwa puteri yang dikawal Cheong Myung tidak peduli kehilangan harta bendanya tapi terlihat khawatir ketika melihat Cheong Myung bertempur. Menurutnya Cheong Myung bukan hanya seorang pengawal bagi puteri itu.

Cheong Myung berkata ia hanya mengobrol beberapa kali dengan puteri dan membujuk Man Wol untuk melepaskan ikatannya. Tapi Man Wol mengancam akan memotong lidahnya. Saat mereka berbicara, kuda Man Wol kabur. Man Wol mengejarnya namun tanpa disangka terhisap dalam pasir hisap.


Cheong Myung yang masih dalam keadaan terikat berjalan dengan tenang menghampiri Man Wol. Man Wol melemparkan seledangnya dan menyuruhnya menariknya. Cheong Myung diam saja. Man Wol berteriak panik. Cheong Myung menyuruh Man Wol melemparkan pedangnya untuk melepaskan lebih dulu ikatannya. Ia berkata dengan begitu ia bisa lebih leluasa menolong Man Wol.

Meski awalnya ragu, akhirnya Man Wol melemparkan pedangnya. Tapi setelah Cheong Myung melepaskan ikatannya, ia malah pergi meninggalkan Man Wol. Man Wol berteriak memanggilnya tapi Cheong Myung tidak peduli.

Man Wol sudah putus asa ketika tiba-tiba seutas tali dilemparkan padanya.  Cheong Myung kembali untuk menolongnya. Hmm....seperti ketika Chan Seong pergi ketika Man Wol ditikam, namun kembali untuk menolongnya.

Keadaan berbalik, sekarang Man Wol menjadi tawanan Cheong Myung. Ia mengakui kalau ia adalah kepala pengawal puteri dari Istana Yeongju.  Lalu tiba-tiba ia jatuh pingsan karena seseorang melempari kepalanya dengan batu. Ia adalah Yeon Woo, sahabat Man Wol sekaligus salah satu anggota kelompoknya. Man Wol tersenyum melihatnya.


Man Wol menatap pohon di taman hotelnya saat mengingat semua itu. Lalu ia melihat bulan purnama yang bersinar terang. Dewa Mago mendekatinya dan bertanya apakah Man Wol sedang melihat bulan hari ini atau bulan seribu tahun lalu.

Man Wol menjawab dingin kalau keduanya adalah bulan yang sama. Dewa Mago melihat tamna itu dipenuhi bunga yang bermekaran. Tandanya Man Wol melayani para tamu penginapannya dengan baik selama ini.

Man Wol protes kalau ia sudah mengubah nama Penginapan Bulan menjadi Hotel Del Luna. Dan ia buka penjaga penginapan tapi Direktur. Sama saja, balas Dewa Mago.

Ia berkata pelayan Man Wol sudah pergi menuju kehidupan selanjutnya. Man Wol jadi murung dan berkata ia juga sudah mati tapi kenapa ia tidak dibawa pergi.

“Kau belum mati. Sudah kukatakan kalau kau terikat dengan Pohon Bulan dan arus hidup matimu telah terhenti,” kata Dewa Mago.

“Sampai kapan kau akan mengikatku?” tanya Man Wol.

Dewa Mago berkata Man Wol lah yang tidak bergeming. Daun akan bertunas, bunga akan mekar dan jatuh. Arus hidup dan mati akan kembali mengalir. Bukankah bagus jika Man Wol meninggalkan sesuatu yang indah dan berwarna daripada sesuatu yang kering dan rapuh (seperti pohon itu)? Tapi Man Wol tidak peduli.


Dewa Mago menghela nafas panjang setelah Man Wol pergi. Ia berkata Man Wol hati Man Wol masih belum berubah. Ia tidak bisa membiarkannya. Ia menyentuh Pohon Bulan dan rantingnya mengeluarkan bunga ungu indah seperti yang dikeluarkannya pada hari ulang tahun Chan Seong 21 tahun lalu.

Lalu ia meletakkan bunga itu di atas dada Chan Seong yang tidur di kantor Man Wol. Itu adalah setelah Chan Seong  pingsan karena menghindari serangan hantu baju besi di hotel tempatnya bekerja.

Seketika itu juga Chan Seong bermimpi melihat Man Wol di masa lalunya. Dalam mimpinya Man Wol tersenyum cerah dan gembira. Yeon Woo dan Cheong Myeong berlari mendekatinya sambil membawa arak. Sepertinya ketiganya menjadi sahabat baik.  Chan Seong terbangun.


Sebagai lanjutan dari akhir episode sebelumnya, ia menemui Man Wol dan berterimakasih karena sudah menyelamatkannya. Man Wol berkata Chan Seong beruntung. Ia tidak akan menyelamatkannya jika saja Chan Seong tidak memakai sepatu piihannya.

“Kau menungguku dengan mengenakan sepatu yang kupilihkan.”
“Aku tidak menunggumu,” kilah Chan Seong.

Ia cuma penasaran. Tentu saja kau penasaran karena kau hanya bisa memikirkanku, kata Man Wol. Chan Seong bertanya apa Man Wol sudah memantrainya hingga ia bermimpi tentang Man Wol.

“Melihat hantu sudah berlebihan bagiku, aku tidak ingin melihatmu juga dalam mimpiku.”

Man Wol berkata memangnya dalam mimpi itu ia memakan Chan Seong atau semacamnya. Seketika itu juga Chan Seong teringat senyum manis Man Wol dalam mimpinya.

“Lupakan saja. Kurasa bukan kau yang ada dalam mimpiku,” gerutunya. “Tidak mungkin kau melakukan hal seperti itu.”

Man Wol berkata ia memaafkan Chan Seong karena sudah memaafkannya. Adalah wajar seorang dewasa bermimpi seperti itu. Chan Seong bengong.

“Bukan mimpi seperti itu!!” protesnya.  

Man Wol berkata sebaiknya Chan Seong tidak pingsan seperti tadi lagi karena sangat merepotkan. Chan Seong bertanya dengan cara apa Man Wol membawanya ke hotel ini. Teleport?


Rupanya Man Wol menyuruh Hyun Jeong masuk ke tubuh Chan Seong untuk membawanya pulang. Cara bersikap dan berbicaranya langsung seperti Hyun Jeong (Yeo Jin Goo hebat!!^^). Setelah tiba di kantor Man Wol, Hyun Jeong meminta Man Wol membiarkannya memakai tubuh Chan Seong lebih lama untuk main ke luar hotel. Ia terus merengek meski Man Wol menyuruhnya keluar. Akhirnya Man Wol menggeplak kepalanya. Tubuh Chan Seong ambruk ke sofa sementara Hyun Jeong yang sudah keluar cemberut pada Man Wol.

“Pokoknya kau tahu kalau aku membawamu ke sini dengan selamat. Tapi apa kau bisa menggerakkan kepalamu dengan baik?” tanya Man Wol.  Ia tidak mau memberitahu Chan Seong kalau ia sempat menggeplak kepalanya.

“Ayo..karena kau ada di hotelku, aku akan memberimu tur.”


Chan Seong bertanya apakah hotel ini benar-benar ada di dunia nyata. Man Wol mengeaskan kalau hotelnya terdaftar legal dan mereka juga membayar pajak. Mereka nyata di dunia nyata tapi keberadaan mereka sangat tidak mencolok jadi manusia hidup tidak mengetahui tentang mereka.

Terkadang mereka bisa terlihat saat cuaca buruk atau oleh orang yang memiliki indera keenam. Tiga atau empat kali setahun ada saja orang yang berani masuk untuk mencaritahu. Bahkan ada yang berani membayar mahal walau disodori harga hotel berbintang.

Apa yang terjadi pada orang yang memaksa masuk, tanya Chan Seong. Man Wol berkata ada kamar spesial untuk orang seperti mereka. Orang yang masuk kamar itu, tidak ada satupun yang keluar lagi.
Dan mereka sekarang berdiri di depan kamar itu. Kamar 404. Chan Seong terlihat takut dan bertanya apa yang Man Wol lakukan pada mereka. Man Wol menantang Chan Seong untuk masuk dan melihat sendiri.

Chan Seong memegang pegangan pintu tapi ragu untuk membukanya. Bahkan Man Wol pun terlihat sedikit khawatir. Akhirnya ia berkata ada ruangan lain yang bisa dilihat Chan Seong. Iya, Chan Seong cepat-cepat mengiyakan. Ada apa ya di kamar 404?

Mereka menuju area kolam renang. Ada pegawai yang memegang nampan berisi berbagai jenis kacamata hitam. Man Wol memlih salah satunya lalu keluar.

Dan Chan Seong akhirnya melihat kolam renang luar biasa yang diceritakan ayahnya. Ia mengucek-ngucek matanya. Tak bisa percaya ada pantai dan laut di area kolam renang dengan matahari bersinar terik. Padahal di Seoul saat ini adalah malam hari.

“Dunia dalam hotel bukanlah dunia nyata. Waktu dan ruang di sini berbeda dengan dunia tempat kau tinggal. Peta dan jam  tidak berguna sama sekali di sini.”


Mereka ke balkon yang menyajikan pemandangan malam yang sangat indah. Man Wol berkata semua yang ada dalam hotel tidak ada di dunia nyata betapapun indahnya.

“Apakah kau juga begitu?” tanya Chan Seong.

Man Wol kembali berwajah sendu. Ia membenarkan. Chan Seong mengulurkan tangannya untuk menyentuh Man Wol. Untuk meyakinkan kalau Man Wol bukan hantu.

Ia bertanya apakah ia tidak akan mati jika jatuh dari balkon itu. Man Wol memegangnya dan menyuruhnya berhati-hati.

“Hati-hati, kau masih hidup. Jika manusia jatuh dengan tubuh lemah merkea, mereka akan mati.”
Lalu ia mengangkat tangannya ke dada Chan Seong.

“Begini rasanya memiliki tubuh yang hangat dengan jantung berdetak. Kau harus hidup dan melakukan banyak hal untukku. Tetaplah di sisiku, Gu Chan Seong.”

Chan Seong bertanya apa Man Wol akan mendorongnya jatuh jika ia menolak. Man Wol terlihat kesal dan mendorong Chan Seong sedikit.

Chan Seong berkata tempat ini mungkin tidak nyata tapi ia meminta keuntungan yang nyata. Dan ia akan memakai sepatu sesuka hatinya.

Man Wol menyadari Chan Seong akhirnya menerima pekerjaan di hotelnya. Ia bertanya apa Chan Seong berubah pikiran karena takut didorong olehnya. Chan Seong berkata ia sudah ada di hotel ini dan tidak ada lagi alasan baginya untuk melarikan diri.

“Sejujurnya aku juga sedikit penasaran dan juga sepertinya seru. Aku ingin tahu lebih banyak mengenai hotel ini dan dirimu.”

Man Wol tersenyum senang dan masuk ke dalam. Chan Seong menyadari wanita dalam mimpinya benar-benar adalah Chan Seong.

Dasar ngagetin!!! Momen romantis lenyap seketika gara-gara ada hantu serem muncul di sebelah Chan Seong nanya kopi >,<


Seorang siswi SMA tiba-tiba jatuh ke jalan dari jembatan penyeberangan. Seorang siswi lainnya melihat dengan ketakutan dari jembatan itu. Ia memegang seuntai kalung. Namanya adal ah Kim Yu Na. Yu Na  berlari pulang sebelum polisi dan ambulans datang. Sementara siswi yang jatuh dinyatakan meninggal dunia.

Di rumah, Yu Na tidak bisa tidur dan terlihat gugup. Ia memegang kalung yang sejak tadi dipegangnya di jembatan. Lalu ia berkata masa bodoh dengan semuanya.

Tiba-tiba sesuatu jatuh ke pipinya. Ia memegangnya dan terkejut melihat kalau itu adalah darah. Ia melihat ke atas dan tak bisa bergerak melihat hantu siswi yang tadi meninggal melayang di langit-langit kamarnya. Hantu itu turun mendekatinya sementara darah semakin banyak menetes ke wajahnya. Lalu...bum

Roh Yu Na keluar dari tubuhnya, sementara roh siswi yang jatuh tadi masuk ke dalam tubuh Yu Na. Yu Na palsu memegang kalung dan berkata kalung itu miliknya. Yu Na berteriak histeris.


Suasana hati Man Wol sangat baik hari ini karena ia sudah memiliki manajer baru untuk hotelnya. Manajer dari salah satu hotel yang ada dalam daftar Forbes. Ia memberitahukan itu pada para stafnya. Tapi mereka tidak terlihat senang.

Bartender Kim berkata Chan Seong memang lulusan Harvard tapi pekerjaan di hotel mereka bukan berdasarkan pengetahuan. Paling penting adalah keberanian dan tampaknya Chan Seong terlalu lemah hati. Itu membuatnya khawatir.

Ibu Choi menyarankan agar mereka membiarkan posisi manajer kosong untuk sementara sambil mencari calon dari dua kandidat teratas yang dipilih Man Wol. Hyun Jeong terkejut. Ada dua kandidat lain selain Chan Seong?

Bahkan kandidat pertama mengetahui cara mengusir setan. Man Wol tampak geram. Ia berkata apa gunanya bisa mengusir setan. Kandidat itu malah pergi untuk memburu setan tidak berguna.


Lee Joon Ki!! Ia berperan sebagai pastur kandidat utama manajer Del Luna. Ia berusaha mengusir setan dari tubuh seorang pria yang diikat di tempat tidur. Man Wol membentaknya tapi Lee Joon Ki tidak mau ikut sebelum berhasil mengusir setan itu. Ia sibuk membentak setan itu agar  keluar. Man Wol kesal dan berkta ia lebih takut padanya daripada setan.

Jadi setelah diberi kemampuan melihat hantu, Lee Joon Ki malah memburu hantu dan tidak mau ikut dengan Man Wol. Ibu Choi berkata bukankah ia akan datang setelah berhasil menangkap setan itu. Man Wol berkata itu tidak mungkin karena setan itu sangat kuat, Park Il Do. Bagi yang menonton kdrama The Guest pasti tidak asing dengan nama itu ;p

Kandidat kedua adalah seorang pilot pesawat tempur (cameo oleh Lee Si Un). Man Wol sampai ke Amerika untuk mencarinya. Tapi pilot itu malah melarikan diri ke luar angkasa menjadi astronot. Saat Man Wol mengejarnya, ia malah menendang Man Wol balik ke  bumi. Pffttt.....


Mengingat semua itu membuat Man Wol kesal. Ia tidak memerlukan kedua kandidat teratas. Mereka baik-baik saja selama ada Gu Chan Seong.

Ibu Choi berkata Manajer No sudah membereskan kantornya karena tahu akan pergi. Bartender Kim menyayangkan tidak ada sisa keberadaan Manajer No walaupun telah bekerja selama 30 tahun di hotel ini. Hyun Jeong menunjuk foto terakhir Man Owl dan berkata Manajer No yang mengambil foto itu.

Mereka berkata sudah banyak manusia yang bekerja di hotel ini tapi ingatan tentang mereka mulai kabut. Mereka bertanya-tanya ada berapa orang yang sudah bekerja di hotel ini termasuk Manajer No. Hyun Jeong berkata hanya Man Wol yang tahu.

Man Wol sebenarnya terlihat sedih ketika mendengar nama Manajer No. Tapi ia kembali dengan ekspresi dinginnya dan berkata mereka semua sama saja jadi tidak ada gunanya dihitung. Lalu ia menyuruh mereka kembali bekerja. Ketiganya agak kesal dengan Man Wol yang tidak punya perasaan.

Tapi setelah sendirian di kantornya, Man Wol berkata Manajer No hanyalah manusia ke-48 yang bekerja di hotelnya. Dan Gu Chan Seong adalah orang yang ke-49. Menurutku Man Wol berusaha tidak terlalu dekat dengan mereka (para manajer dan pegawainya)  karena suatu saat mereka akan berpisah dan itu akan lebih menyakitkan. Bayangkan harus berpuluh-puluh kali berpisah dengan orang terdekat karena Man Wol tidak memiliki keluarga.


Chan Seong masuk ke kantor Manajer No , yang berantakan, yang akan menjadi kantornya. Dan ia mulai menyesal kenapa ia menyerah begitu cepat. Ia teringat ketika Man Wol menyentuh dadanya dan menganggap keputusannya tadi karena terbawa suasana.

Ketiga staf datang untuk memberi salam pada Chan Seong. Chan Seong menyambut mereka dan agak takut-takut karena mereka pastilah hantu. Bartender Kim berkata ia meninggal dunia sekitar 500 tahun lalu. Ibu Choi 200 tahun lalu dan Hyun Jeong, si maknae ((termuda), 70 tahun lalu.

Bartender Kim bercerita dulu ia adalah seorang bangsawan yang giat belajar. Bahkan lulus ujian dengan nilai tertinggi. Tapi tiba-tiba ia meninggal dunia sebelum mencapai cita-citanya. Saat berkeliaran, ia menemukan Penginapan Bulan. Ia yang paling lama di hotel ini. Hmm... Man Wol dua kali lipat lebih lama...

Chan Seong bertanya apa pekerjaan Kim di hotel ini. Kim berkata dulu ia sangat pintar menulis puisi, sekarang ia seorang bartender. Chan Seong bengong dan menganggap Kim yang mengurus makanan dan minuman di hotel.


Ibu Choi berkata ia adalah menantu tertua keluarga elit di jamannya. Tapi ia dibunuh oleh keluarganya sendiri.  Ia menjadi arwah penasaran dan bertemu dengan Man Wol dan Kim.  Ia tetap di hotel menanti hingga keturunan terakhir keluarga hina itu meninggal dunia. Dan ia yang menangani kamar-kamar di hotel ini.

Hyun Jeong meninggal saat perang Korea.  Keadaan buruk waktu itu, termasuk Penginapan Man Wol. Ia ingin pergi ke kehidupan selanjutnya bersama kakaknya yang masih hidup. Jadi ia menunggu kakaknya meninggal baru pergi.

Bartender Kim berkata masing-masing mereka memiliki kisah yang panjang. Ia baru mulai bercerita ketika Ibu Choi memotong perkataannya. Ia berkata mereka awalnya datang sebagai tamu tapi sekarang bekerja untuk memperlama masa tinggal mereka. Dan mereka termasuk yang terlama tinggal di hotel ini selain Man Wol.


Chan Seong bertanya apakah Man Wol juga dulunya adalah tamu seperti mereka lalu memperpanjang masa tinggalnya. Hyun Jeong berkata Man Wol adalah pemilik hotel.

“Pemilik apanya? Ia terikat di sini karena hukuman dari nenek tua itu. Maksudnya adalah Dewa Mago. Ia berkata ada pohon besar di taman mereka. Chan Seong baru tahu ada taman di hotel ini. Tapi sebelum Bartender Kim bercerita lebih lanjut, Ibu Choi cepat-cepat menyuruh mereka kembali bekerja.

Chan Seong menanyakan di mana taman itu karena ia belum melihatnya. Ibu Choi berkata Man Wol tidak memperlihatkannya mungkin karena tidak penting.

“Apakah ada kaitan antara Direktur Jang dengan pohon itu?” tanya Chan Seong.

Ibu Choi bertanya berapa lama Chan Seong ingin bekerja di sini. Sesingkat mungkin karena ia ke sini bukan karena keinginannya. Ibu Choi berkata kalau begitu sebaiknya Chan Seong menjaga rasa penasarannya seminimal mungkin.  Mereka para staf akan mengurusi para tamu sementara Chan Seong hanya perlu menangani urusan dengan dunia manusia. Chan Seong mengerti.


Chan Seong pulang saat orang-orang lain mulai pergi bekerja. Dunia nyata yang dilihatnya saat ini terasa sangat berbeda dengan dunia yang dilihatnya semalam.

Pada temannya, Sanchez, ia berkata ia akan keluar dari hotel tempatnya bekerja dan bekerja di hotel yang lain. Sanchez bingung. Kenapa Chan Seong pergi ke hotel lain setelah diterima di hotel terbaik Seoul.

“Hotel dengan pantai pribadi dan bar di lantai tinggi menuju ke langit.”

Sanchez bingung memangnya ada hotel seperti itu. Ia juga ingin ke sana.

“Tidak bisa. Jika kau datang, kau akan berakhir di kamar 404.”

Lalu ia masuk ke kamarnya. Menegaskan kalau inilah dunia nyata, di mana ia memiliki tempat dan teman. Dan juga banyak tempat lain yang ingin mempekerjakannya. Ia tidak boleh bingung.
Saat menaruh jasnya, ia melihat ada bunga ungu di sakunya. Ia meraih bunga itu dan bunga itu langsung lenyap.

“Benda aneh mengikutiku ke dunia nyata.”


Kilas balik 1000 tahun lalu...

Man Wol, Cheong Myung dan Yeon Woo duduk di tepi sungai tanpa berbicara. Yeon Woo memainkan musik dengan sejenis kecapi. Man Wol menawari Cheong Myung arak di sebuah botol. Botol itu bertanda lingkaran dengan lengkungan di tengah seperti bulan.

Cheong Myung meraih tangan Man Wol lalu membasahinya dengan air. Sambil memegangi tangan Man Wol, ia mengajari cara menuliskan namanya. Man Wol. Katanya itu sebagai balasan karena sudah memberinya arak yang bagus. Keduanya dian-diam tersenyum.


Chan Seong terbangun. Peristiwa tadi ternyata ada dalam mimpinya. Dan sekarang Man Wol meneleponnya untuk memberi pekerjaan pertama. Menjual lukisan Gunung Baekdu.

Man Wol membawa Chan Seong ke ruangan tempat ia menggantung lukisan tersebut. Menurutnya energi lukisan itu semakin baik karena roh makhluk mistis yang di dalamnya. Dan mereka bisa menjualnya dengan harga dua kali lipat.

Chan Seong terlihat tak setuju. Jika lukisan itu dijual, bagaimana dengan harimau di dalamnya? Man Wol berkata harimau itu sudah pergi setelah beberapa hari bersenang-senang di sana. Dan ia yakin akan dilahirkan kembali dengan penuh berkah.

“Jadi ini sebabnya kau memintaku mendapatkan lukisan ini? Untuk menjualnya dan bukan karena peduli pada harimau itu?”

Man Wol berkata tentu saja ia peduli. Buktinya ia mengenakan stoking motif harimau. Jika Chan Seong mendapatkan harga bagus untuk lukisan itu, ia akan membelikan jas motif harimau untuk Chan Seong.

“Terimakasih tapi tidak usah. Siapa yang mau mengenakan hal semacam itu?”

“Bukannya kau suka warna coklat yang norak?” balas Man Wol. Ia bahkan sudah membeli mobil baru dengan warna itu demi Chan Seong.

Chan Seong kaget. Man Wol beli mobil baru? Mobil yang kemarin itu juga mobil baru. Man Wol berkata ia bangkrut karena membeli mobil baru jadi Chan Seong harus menjual mobil itu dengan harga bagus. Setidaknya dua kali lipat dari harga awal. Chan Seong pusing tujuh keliling.

Chan Seong bertanya-tanya apakah harimau itu benar-benar sudah pergi. Ia mengaum di depan lukisan, berharap mendapat balasan. Tapi tidak ada suara apapun.


Yu Na palsu melihat dari jembatan penyeberangan tempat ia jatuh. Ia menggenggam kalungnya. Roh Yu Na asli berteriak kalau ia sudah mati di sana dan memerintahkan agar tubuhnya dikembalikan. 

Tapi anehnya berapa kalipun ia berusaha, ia tidak bisa mendorong roh siswi itu keluar dari tubuhnya.
Pada saat bersamaan Chan Seong hendak melewati bawah jembatan tersebut. Dan ia sempat bertatap mata dengan roh Yu Na asli. Roh Yu Na tiba-tiba berdiri di depan mobil Chan Seong hingga Chan Seong mengerem mendadak. Lalu ia duduk di samping Chan Seong dan menunjuk tubuhnya yang dihuni roh lain. Yu Na palsu tidak peduli dan berjalan pergi.

Chan Seong membawa roh Yu Na ke Del Luna. Bartender Kim berkata Chan Seong sudah membawa pelanggan yang sangat menyebalkan. Hyun Jeong setuju. Yu Na terus saja berkata kalau ia belum mati.

“Ini bukan pertama kalinya melihat roh orang mati berkata kalau mereka masih hidup. Mereka selalu bilang kalau mereka masih hidup, mereka tidak boleh mati dan bertanya kenapa mereka mati. Kita selalu mendengar hal seperti itu.”


Man Wol memarahi Chan Seong karena bukannya menjual lukisan malah membawa tamu tak diinginkan. Chan Seong balik marah. Bukankah Man Wol bilang  tempat ini untuk menenangkan roh. Jadi kenapa tidak membantunya?

“Dia bilangnya tubuhnya dicuri.”
“Kalau itu benar, kita harus mengembalikannya. Kau membawa roh dari seseorang yang masih hidup.”

Chan Seong bingung. Jadi tubuhnya keliaran tanpa roh? Astaga..Chan Seong polos banget. Kata Man Wol tubuh Yu Na pasti diambil roh lain.

Yu Na palsu ada di sekolah. Ternyata siswi yang jatuh adalah teman sekelas Yu Na. Para siswi lain heran melihat “Yu Na” terlihat sedih memegang foto siswi jatuh itu karena Yu Na adalah orang yang paling banyak mem-bully-nya.


Man Wol dan Chan Seong pergi ke rumah Yu Na. Ternyata Yu Na berasal dari keluarga kaya  dan anak satu-satunya. Sangat kaya malah. Chan Seong bertanya apa Man Wol akan membuat orangtua Yu Na membayar untuk mengembalikan tubuh anaknya.

Chan Seong sudah tidak heran lagi. Ia berkata mereka harus mencaritahu kenapa ini terjadi. Tapi Man Wol sudah tahu. Semuanya karena kalung milik siswi yang mengambil alih tubuh Yu Na. Rohnya tinggal dalam kalung lalu mengambi alih tubuhnya. Chan Seong bertanya kenapa seorang teman melakukan hal seperti itu?

Tidak usah banyak tanya, kata Man Wol. Mereka hanya perlu mendapatkan tubuh Yu Na kembali. Pada saat yang sama Yu Na palsu pulang sekolah. Ia langsung kabur ketika melihat mereka. Chan Seong lari mengejarnya. Sementara Man Wol masuk ke dalam rumah.

“Yu Na” sampai di jembatan tempat ia meninggal. Ia hendak menjatuhkan diri agar Yu Na juga meninggal. Tapi Chan Seong menghentikannya.

“Ini bukan tubuhmu. Kenapa kau melakukan hal seperti ini pada temanmu?”


Siswi itu berkata Yu Na bukanlah temannya. Yu Na yang membunuhnya. Chan Seong terkejut.

Siswi itu bernama Jeong Su Jeong dan menjadi korban bully Yu Na. Pada malam ia meninggal di jembatan itu, Yu Na mengambil paksa kalungnya. Su Jeong adalah siswi penerima bantuan sosial dan Yu Na menuduhnya menggunakan uang itu untuk membeli kalung bukannya beli makanan. Menyebutnya menyia-nyiakan uang pajak.

Su Jeong berusaha mengambil kembali kalungnya dan tak sengaja mendorong Yu Na. Yu Na marah. Ia menyerang Su Jeong hingga terjatuh dari jembatan. Su Jeong berkata ia tidak ingat apapun setelah jatuh. Ketika ia sadar, ia sudah berada dalam tubuh Yu Na dengan kalungnya di tangannya,

“Apa kau ke sini untuk mengembalikan tubuh Yu Na? Ia yang membunuhku!”
Chan Seong jadi bingung.


Sementara itu roh Yu Na memberitahu Man Wol di mana kalung Su Jeong. Man Wol mengambilnya dan berkata roh Su Jeong tidak akan lenyap dengan mudah. Yu Na berkata cukup beritahu orangtuanya dan mereka akan melakukan apapun untuknya.

“Tentu saja. Mereka yang sudah membuatmu,” kata Man Wol penuh arti.

Man Wol menemui orangtua Yu Na dan memberitahu mereka kalau Yu Na sudah membunuh temannya yang diberitakan bunuh diri di jembatan. Buktinya adalah kalung di tangannya. Orangtua Yu Na tidak nampak kaget. Mereka bertanya apa yang Man Wol inginkan. Man Wol datang untuk mendapatkan hadiah.


Su Jeong bertanya apakah salah jika ia membunuh Yu Na. Chan Seong berkata mereka akan mencari cara lain. Tapi Su Jeong berkata dengan cara apapun ia tidak bisa kembali hidup.

“Aku juga ingin hidup! Meski mereka menyebutku parasit, aku tetap ingin hidup.”

Ia tidak bisa membiarkan Yu Na kembali ke tubuhnya dan hidup seolah tak terjadi apapun. Chan Seong sangat bingung. Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil kembali kalung itu dan Su Jeong tetap hidup dalam tubuh Yu Na.

Tapi ketika ia menoleh ia melihat Man Wol sudah menunggunya. Ia berlari pada Man Wol dan berkata mereka belum bisa membiarkan Yu Na kembali ke tubuhnya. Akan sangat tidak adil bagi Su Jeong. Man Wol berkata ia sudah mengembalikan kalung itu pada orangtua Yu Na. Su Jeong nampak pasrah.


Di rumah Yu Na, orangtua Yu Na hendak membakar kalung Su Jeong.  Man Wol memberitahu mereka ada dua cara untuk membayar perbuatan Yu Na. Pertama, kalung itu dijadikan bukti untuk membuktikan kesalahan Yu Na dan menghukumnya.Mereka juga harus meminta maaf pada Su Jeong. Kedua, mereka bisa merahasiakan semua ini dan menyingkirkan kalung itu.

Mereka tidak perlu berpikir lama untuk memutuskan. Mereka akan membayar sebanyak apapun agar kalung itu diserahkan pada mereka secara diam-diam. Man Wol tersenyum dan berkata mereka akan membayar mahal untuk keputusan mereka ini. Roh Yu Na tersenyum puas.

Ia mengantar Man Wol keluar rumah dan berkata semuanya akan kembali seperti biasa. Man Wol mengiyakan. Begitu kalung itu lenyap, tidak ada yang tahu Yu Na membunuh Su Jeong.

“Sudah kukatakan dendamnya sangat kuat, bukan? Begitu kalung itu dibakar, kesempatanmu untuk dimaafkan olehnya pun akan lenyap.”

“Tidak masalah,” jawab Yu Na.

Tentu saja masalah, kata Man Wol tertawa. Karena Yu Na tidak akan bisa kembali ke tubuhnya. Roh Yu Na akan lenyap tanpa ada seorangpun yang tahu. Yu Na terkejut. Ia langsung masuk kembali ke rumah.

Orangtua Yu Na menganggap semua sudah berlalu toh gadis itu sudah tiada lalu membakar kalung itu. Sedangkan Yu Na mereka bisa lanjut hidup dengan baik. Mereka akan menganggap semua tidak pernah terjadi. Tapi mereka teringat pada perkataan terakhir Man Wol sebelum pergi.

“Kalian harus tahu bahwa pilihan yang kalian buat akan membunuh jiwa puteri kalian.”

Yu Na berteriak agar orangtuanya mengambil kalung itu sebelum terbakar. Tapi tentu saja mereka tidak mendengar sekeras apapun teriakannya. Dan rohnya terbakar seiring dengan terbakarnya kalung tersebut.

Su Jeong benar-benar hidup dalam tubuh Yu Na sekarang meski sebagai parasit. Man Wol berkata ia harus berusaha bangkit lagi. Meski Su Jeong sekarang benar-benar menjadi parasit dalam tubuh Yu Na, setidaknya ia hidup dalam keluarga yang bergelimang emas. Ia akan dimanjakan orangtua Yu Na tanpa tahu kalau Yu Na bukanlah puteri mereka.


Man Wol mendapat bayaran emas sebagai ganti kalung itu. Chan Seong masih merasa kasihan pada roh Yu Na. Tapi Man Wol berkata itu akibat perbuatannya sendiri. Chan Seong jadi teringat perkataan Bartender Kim.

“Apa kau juga sedang membayar akibat perbuatanmu? Kudengar kau sedang dihukum.”

“Benar,” kata Man Wol setelah terdiam sejenak. “Seseorang mengatakan kalau aku arogan dan bodoh. Meski aku tidak setuju.”

Ia bertanya apa Chan Seong sekarang merendahkannya. Tidak, katanya. Hanya saja ada kalanya...sangat jarang...ia merasa bersimpati pada Man Wol.

Tapi yang diberi simpati malah sibuk marah-marah karena pesanan mobilnya dibatalkan. Ia menelepon dealer mobil dan membentak-bentak mereka.

Sekembalinya ke hotel, Hyun Jeong membawa Chan Seong ke gudang anggur. Ia berkata Man Wol banyak minum champaign jika sedang marah. Jadi Manajer No selalu menyiapkannya untuknya. Chan Seong berkata ia tidak tahu pekerjaannya termasuk menyediakan minuman.

“Kau tidak beruntung. Kau sebenarnya di urutan ketiga tapi jadi manajer kami. Kami juga tidak tahu kau akan datang,” kata Hyun Jeong.

Apa maksudnya aku urutan ketiga, tanya Chan Seong kaget. Upsss....Hyun Jeong ember ;D
Melihat Chan Seong kesal, Hyun Jeong berkata Chan Seong sudah jadi pemenangnya. Ia menyerahkan kotak champaign. Di atas kotak itu ada simbol yang tidak asing. Lingkaran dengan lengkung di tengah. Simbol Man Wol yang dilihatnya pada botol arak di mimpinya. Hyun Jeong berkata semua benda dengan lambang itu artinya milik Man Wol.


Chan Seong membawa kotak itu ke kantor Man Wol. Di sana ada ibu Choi yang sedang merapikan meja. Ia bertanya apa Ibu Choi tahu seperti apa Man Wol ketika masih hidup dan apa artinya ia sedang dihukum.

“Kau hanya pengunjung yang lewat. Seperti mereka yang singgah selama bertahun-tahun, anggap saja kau hanya berkunjung sebentar dan tinggalkan tempat ini secepat keinginanmu,” kata Ibu Choi tanpa mau memberitahu.

Chan Seong mengamati lukisan dan foto-foto Man Wol dari berbagai jaman dengan lebih dekat. Ia bertanya-tanya kenapa Man Wol hidup begitu lama seperti ini. Ia juga melihat lukisan sebuah pohon dan bertanya apakah itu pohonnya.


Ia pergi ke taman dan menemukan Pohon Bulan. Man Wol tiba dan bertanya apa yang Chan Seong lakukan di sini. Chan Seong berkata Man Wol tidak memperlihatkan taman padanya jadi ia datang untuk melihat.

“Tamu tidak bisa ke sini. Jadi kau tidak perlu melihatnya.”

Chan Seong bertanya apakah itu pohonnya. Pohon yang disentuh ayahnya. Alasan kenapa ia dijual di sini. Man Wol membenarkan, karena itu Chan Seong juga ikut membayarnya (dengan bekerja di Del Luna.

“Tapi kudengar tidak harus aku. Aku cuma urutan ketiga. Tadinya kukira harus aku. Kau bilang kau menyukaiku jadi aku membuat keputusan besar untuk datang ke sini. Tapi aku di sini menggantikan nomor 1 dan 2,” gerutu Chan Seong. Ha...kok kesannya Chan Seong malah pengen jadi nomor 1 XD
“Siapa bilang kau urutan ke-3?”

“Masih ada lagi sebelum aku?” tanya Chan Seong kaget.
“Kau urutan ke nol. Harus kau orangnya,” jawab Man Wol serius.

Chan Seong terdiam. Yeee...dalam hati jangan-jangan senang^^


Man Wol menawarkan segelas minuman untuk Chan Seong sebagai hadiah karena mau menjual lukisan Gunung Baekdu. Chan Seong bertanya apa harimau itu sudah melihat apa yang ingin dilihatnya. Mungkin saja, kata Man Wol, karena harimau itu pergi dengan tenang.

“Ia melihat masa lalunya seperti mimpi, waktu di mana ia tidak bisa kembali. Ia cukup beruntung.”
“Aku yakin ada hal-hal yang kaurindukan di masa lalu...tempat kau tidak bisa kembali. Kurasa aku melihatnya. Sudah kubilang aku melihatmu dalam mimpi,” kata Chan Seong.

Tadinya Man Wol tidak menanggapi dengan serius. Tapi kemudian Chan Seong berkata ia melihat Man Wol tersenyum di bawah sebuah pohon besar. Lalu ada seseorang berkata akan membuatkan Man Wol rumah. Ketika itu Man Wol menanggapi dengan kata-kata pedas tapi terlihat bahagia. Ia juga melihat Man Wol minum pada malam bulan purnama diiringi alunan musik dan suara tawa. Man Wol tidak sendirian tapi ada seseorang di sisinya. Orang yang mengajari cara menuliskan nama Man Wol.

“Apakah orang itu yang paling kaurindukan selama kau tinggal di sini?”


Man Wol terguncang.

“Kau....Kau benar-benar melihat orang itu?”

Chan Seong berkata selama ini Man Wol terus menanti orang itu. Man Wol bertanya kenapa Chan Seong bisa melihat semua itu. Chan Seong juga tidak tahu.

“Jang Man Wol-sshi, setelah aku mulai melihatmu dalam mimpiku..aku banyak memikirkanmu. Maksudku adalah kau mengisi seluruh malam dan mimpiku.”


Komentar:

Awww...Chan Seong jujur banget....

Tapi apakah benar yang dinanti Man Wol adalah Cheong Myung? Aku bisa merasakan Man Wol mulai jatuh hati pada Cheong Myung di malam ia mengajar menuliskan namanya. Welll...siapa yang tidak akan jatuh hati dengan senyum semanis itu ;p

Sebenarnya lebih gemes melihat  kisah masa lalu Man Wol sih...penasaran apa yang terjadi pada mereka bertiga hingga Man Wol dihukum seperti ini. Dan apa hubungannya dengan Chan Seong hingga ia bisa bermimpi demikian? Apa hanya karena Dewa Mago memilihnya? Dan lagi apa yang ditunggu Dewa Mago untuk melepaskan hukumannya?

Aku senang dengan cara Man Wol menyelesaikan masalah Su Jeong dan Yu Na. Ia memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan tapi mereka memilih hal yang salah hingga harus membayar mahal. Dapat emas banyak lagi hehe...