Chan Seong terkejut dan marah melihat Man Wol benar-benar
membunuh orang. Ia berlari menuju tembok tempat Walikota Park tewas naum hanya
menemukan seonggok debu. Sementara senjata besi tajam masih menancap di tembok
batu itu.
Tiba-tiba debu itu membara dan sebuah tangan keluar
daripadanya lalu meraih kaki Chan Seong. Chan Seong berteriak ketakutan. Ia
melompat mundur hingga sepatunya terlepas. Tangan itu masih memegang sepatu
Chan Seong namun langsung lebur begitu Man Wol datang mendekat.
Chan Seong yang tadinya marah malah bersembunyi di belakang
Man Wol. Ia bertanya makhluk apa itu.
“Debu dari roh yang baru saja terbakar.”
Chan Seong terkejut. Jadi kakek itu tadi bukan manusia? Sama
aku juga terkejoet...kirain Walikota Park masih hidup ternyata yang menyerang
Man Wol itu hantunya.
Man Wol berkata beberapa dari hantu memang cenderung mirip
manusia. Tapi kau bilang mereka tidak berbahaya, seru Chan Seong masih shock.
“Kalau kau diserang oleh roh yang menyimpan dendam kesumat,
kau bisa terbunuh. Kau harus bisa membedakan mereka.”
“Tapi kau bilang susah untuk membedakan mereka,” protes Chan
Seong.
Man Wol berkata itu sebabnya Chan Seong harus melihat dari
dekat. Tapi aku takut kalau melihat terlalu dekat, Chan Seong mengakui dengan
malu.
“Apa yang kautakutkan saat aku ada di sisimu,” kata Man Wol
tenang.
Ia berjalan pergi tapi Chan Seong memanggilnya dan
memintanya mengambilkan sepatunya karena ia takut mendekat. Man Wol tersenyum
geli dan menyuruh Chan Seong mengakuinya sebagai bosnya.
Chan Seong berkata Man Wol bukan bosnya dan ia sudah bilang
kalau ia tidak mau bekerja di Del Luna.
“Kau belum setakut itu rupanya,” kata Man Wol ketus. Ia
berbalik pergi.
Chan Seong terpaksa mengambil sepatunya sendiri lalu
mengejar Man Wol. Ia bertanya bukankah berbahaya membiarkan debu itu begitu
saja. Bagaimana jika ada orang yang lewat?
Man Wol berkata debu itu akan diambil segera ...oleh
malaikat maut.
Man Wol terlihat tak setuju ketika melihat Chan Seong
kembali mengenakan sepatunya. Mengira akan berbahaya, Chan Seong akhirnya
membuang sepatunya dengan terpaksa padahal sepatu itu masih baru.
Man wol mengajak Chan Seong ke mal untuk membeli sepatu
baru. Ia bahkan memilihkan modelnya. Chan Seong tidak suka dengan pilihan Man
Wol. Man Wol berkata ia tidak suka warna coklat dan sepatu Chan Seong yang tadi
berwarna coklat. Sadarlah Chan Seong bahwa sepatunya sebenarnya tidak
berbahaya.
“Aku tidak pernah bilang sepatu itu berbahaya,” kata Man Wol
cuek.
Ia memilihkan sepatu lain warna hitam putih tapi Chan Seong
tidak suka. Namun akhirnya lagi-lagi Chan Seong terpaksa membelinya
karena mal itu akan tutup. Man Wol mengomel ia bahkan belum sempat membeli
sepatu untuk dirinya sendiri.
Mereka keluar dari mal. Man Wol berkata ia sudah membelikan sepatu baru jadi Chan Seong bisa mulai bekerja besok.
“Mari kita luruskan. Kau memilih semaumu dan aku yang
membelinya,” kata Chan Seong kesal. Astaga Man Wol XD
Pokoknya ia tidak mau bekerja di hotel Man Wol. Dan lagi apa
yang bisa ia lakukan di sana?
“Kau akan menghibur mereka yang menutup pintu dengan
penderitaan,” jawab Man Wol sambil menatap pintu mal yang mulai menutup.
“Menutup pintu hidup mereka. Kematian.”
Roh orang-orang yang meninggal akan dijemput oleh dewa
kematian, sementara Dewa Mago mendoakan mereka. Lalu mereka akan diantar menuju
jembatan yang melewati Sungai Sanzu.
Roh orang-orang mati itu berjalan melewati jembatan Sungai
Sanzu menuju dunia lain (kaya film Coco^^). Tapi beberapa orang gagal menemukan
jalan menuju jembatan itu. Merekalah hantu-hantu gentayangan yang dengan bodohnya
tetap tinggal di dunia ini meski hidup mereka sudah berakhir.
“Sama seperti kau yang berdiri di sini meski mal sudah
tutup?” tanya Chan Seong.
“Perumpamaan yang bagus. Kau mengerti dengan baik. Mereka
yang datang ke hotelku adalah roh-roh yang tersesat saat menuju kehidupan
mereka selanjutnya.”
Chan Seong baru menyadari kalau semua tamu hotel Del Luna
adalah hantu dan itu sebabnya Man Wol membuatnya bisa melihat mereka.
“Datanglah ke Hotel Del Luna. Kau akan aman jika kau tinggal
di sisiku. Hal yang paling berbahaya adalah kau berusaha lari tampa seijinku.
Jangan lakukan itu,” Man Wol memperingatkan. Ia menyuruh Chan Seong mengenakan
sepatu barunya dan pergi ke stasiun 4.
Manajer No menjemput Man Wol. Saat Man Wol hendak naik ke
mobilnya, Chan Seong meamnggil dan bertanya apakah pintu Man Wol belum
tertutup. Atau ia adalah roh yang tetap berkeliaran meski pintu sudah tertutup?
“Kau bukan manusia biasa sepertiku. Aku bisa mengetahuinya
dari apa yang kualami hari ini. Kau bilang keinginan untuk membalas dendam
dapat membunuh dan kau bilang kau akan membunuhku. Apa kau juga hantu
pendendam?”
“Yang berdiri di sebelahmu mungkin hantu pendendam,” kata
Man Wol.
Chan Seong terkesiap dan langsung menutup mulutnya saat
melihat hantu wanita buta berdiri sangat dekat dengannya.
Man Wol tersenyum sinis lalu masuk ke mobilnya. Namun
perkataan Chan Seong mengenai ia seorang hantu pendendam tampaknya mengenai
hatinya.
Di sebuah taman, seorang anak perempuan dan ibunya memberi
makan kucing-kucing terlantar. Tapi tiba-tiba tanpa sepengetahuan ibunya, anak
itu berlari ke bagian dalam taman. Ia
tersenyum melihat sosok yang berjalan ke arahnya. Seekor harimau.
“Kucing besar. Kau kucing raksasa,” kata anak itu senang.
Untunglah ibu anak itu segera menemukannya. Namun ia hanya melihat anaknya sendirian, padahal
harimau itu berdiri di hadapan mereka. Ternyata
harimau itu juga hantu. Tapi sepertinya tidak berniat mencelakakan anak
itu dan ibunya. Ia hanya berjalan pergi begitu ibu anak itu bertemu.
Man Wol memandang pohon besar di taman hotelnya dan bertanya
apakah pohon itu hidup atau mati. Sudah lebih dari seribu tahun namun pohon itu
tidak berdaun apalagi berbunga. Apa itu artinya pohon itu mati?
“Pohon ini hidup,” kata Manajer No yang menemani Man Wol.
“Kau bilang pohon ini sama sepertimu.”
“Benar, jadi bisakah kita menganggap aku ini masih hidup?”
Tiba-tiba ia merasakan sesuatu. Ia berkata seorang tamu
spesial datang ke hotel mereka. Ia berkata ia harus menyambutnya.
Ia pergi keluar hotel. Roh harimau di taman berjalan menuju
hotel. Tapi ia tidak masuk dan hanya berjalan melewatinya meski ia melihat Man
Wol menyambutnya. Man Wol merasa heran. Terlalu berbahaya roh yang suci
berkeliaran seperti itu.
Hyun Jeong keluar dan
melihat sekilas roh harimau itu. Ia mengira Man Wol mengusir roh itu. Man Wol
memarahinya karena tidak bisa merasakan kehadiran tamu dan menyambutnya. Hyun
Jeong membela diri dengan berkata ia tidak pernah melihat roh harimau sebagai
tamu selama 60 tahun ia bekerja di hotel itu. Man Wol tak mau kalah. Ia berkata
banyak hantu yang ingin bekerja di hotelnya agar bisa tetap tinggal di dunia.
“Kalau kau protes, naik saja ke bis ke kehidupan
selanjutnya, aku tidak akan menahanmu.”
Hyun Jeong mengingatkan dengan bergurau kalau Chan Seong
bisa terlibat hotel mereka karena dirinya (karena ia tidak berjaga dengan benar
hingga ayah Chan Seong bisa masuk hotel mereka lebih dari 20 tahun lalu). Ia
memang tidak kompeten tapi beruntung.
“Jadi kau mati muda karena kau beruntung?” sergah Man Wol.
Hyun Jeong bergumam bosnya benar-benar kejam. Tapi kemudian
ia berlari menyusul bos kejamnya itu untuk membujuknya agar tidak marah lagi.
Chan Seong akan tinggal di rumah temannya selama ia di
Korea. Tadinya temannya mengira Chan Seong tidak jadi tinggal karena Chan Seong
mendadak berkata akan pergi. Sekarang ia mendapati Chan Seong duduk di ruang
tamunya dengan wajah khawatir. Teman Chan Seong mengajak mereka minum-minum
untuk merayakan kedatangan Chan Seong.
Tapi Chan Seong hanya diam seribu bahasa dan tak menjawab
apapun. Penyebabnya? Hantu buta yang duduk di depan rumah. Chan Seong tak
berani membuka mulutnya karena takut hantu itu mendekatinya lagi. Ia juga mulai
menyesali kata-katanya pada Man Wol tadi dan tanpa sadar bergumam. Dalam
sekejap hantu itu berdiri di sebelah Chan Seong. Hiiiy....kasian XD
Sepertinya karena tak tahan atau penasaran, keesokan paginya
Chan Seong pergi ke Del Luna sesuai petunjuk peta yang ada di kartu ulang
tahunnya. Ia bingung karena bangunan hotel yang ada di depannya berbeda dengan
gambaran ayahnya. Bukannya hotel mewah bertingkat, yang dilihatnya adalah hotel
tua dan biasa.
Di dalam pun terlihat sangat biasa dengan lampu
remang-remang. Ia bertanya-tanya apakah hotel itu tutup pada siang hari.
Tiba-tiba Hyun Jeon muncul dari balik meja dan menyapanya. Ia menguap karena
terbangun dari tidurnya. Setelah mengamati Chan Seong ia berkata Chan Seong
belum mati lalu menyerahkan daftar harga.
Chan Seong terkejut melihat tarif menginap di hotel itu.
Paling murahnya 1,2 juta won dan termahal 4 juta won. Sekitar 15-50 juta rupiah per malam!!
Hyun Jeong setuju tarif itu sangat mahal. Dengan harga itu,
sebaiknya menginap di hotel bintang lima dekat sana. Chan Seong berkata tentu
saja ia akan mencari hotel lain jika memang akan menginap. Ia menunjukkan kartu
ulang tahunnya.
“Ternyata kau manajer baru kami, Tuan Gu Chan Seong.”
Chan Seong berkata ia belum menerima posisi itu dan hanya
berkunjung. Hyujn Jeong berkata Man Wol sudah menunggu dan tetap memanggil Chan
Seong dengan sebutan Manajer meski berapa kali pun Chan Seong memprotes.
Hyun Jeong mengantar Chan Seong naik ke atas. Lobi terlihat
gelap dan sepi. Chan Seong bertanya apakah saat ini sedang tidak ada tamu di
hotel ini. Semua kamar terisi, kaya Hyun Jeong. Terlihat sepi karena hampir
semua sedang tidur.
Chan Seong pernah mendengar cerita tentang kolam luar biasa
dan bar di lantai atas hotel ini dari ayahnya. Ia menanyakan hal itu dan Hyun
Jeong berkata kedua fasilitas itu membanggakan mereka. Chan Seong yang awalnya
mengira ayahnya hanya mengada-ada terkejut karena kedua fasilitas itu memang
ada. Ia menolak ketika Hyun Jeong menawarkan diri untuk mengantarnya.
Manajer No datang dan mengambil alih tugas mengantarkan Chan
Seong. Melewati lorong-lorong kamar yang sepi dan remang-remang, Manajer No berkata
waktu di hotel ini sekitar jam 3 pagi (berbeda dengan waktu dunia luar). Chan
Seong mulai menyadari kalau semua hotel itu sekarang sedang berisi hantu dan
mulai merasa takut.
Ia pelan-pelan menjulurkan tangannya untuk menyentuh Manajer
No. Ingin memastikan identitasnya. Manajer No menoleh dan mengatakan kalau ia
manusia sama seperti Chan Seong.
Mereka tiba di ruangan Man Wol yang kosong. Chan Seong
melihat gambar dan foto Man Wol dari berbagai jaman. Ia tak menyangka Man Wol sudah hidup selama itu.
Ia bertanya pada Manajer No sudah berapa lama ia bekerja di Del Luna.
“Aku mulai bekerja sejak usia 40 tahun. Jadi sudah lebih
dari 30 tahun,” Manajer No tersenyum. Hanya ia satu-satunya yang menua di hotel
ini dan sekarang Chan Seong akan menggantikannya.
Chan Seong ketakutan memikirkan ia harus tinggal di hotel
ini selama itu.
Man Wol menemuinya dan hal pertama yang dilihatnya adalah
sepatu Chan Seong.Chan Seong tidak mengenakan sepatu yang dipilihnya semalam.
Chan Seong berkata sepatu itu terlalu menonjol untuk digunakan bekerja di hotel
tempatnya bekerja. Ia berkata ia hanya ke sini sebentar lalu akan pergi kerja.
Man Wol tidak marah, malah tertawa geli menanyakan apakah
Chan Seong kerepotan karena hantu berkacamata hitam. Chan Seong jadi mengira Man Wol yang mengirim hantu itu untuk
mengikutinya. Tapi Man Wol berkata hantu itu hanya berkeliaran di sekitar orang
yang “terhubung” dengannya.
“Sekalinya terhubung, otomatis berlangsung selamanya.”
“Memangnya aku ini router wi-fi atau semacamnya?” protes Chan
Seong. Pffft...
Man Wol berkata Chan Seong mudah mengerti jadi ia makin
menyukainya. Chan Seong tidak ingin Man Wol menyukainya. Ia benci melihat
hantu-hantu itu. Tapi Man Wol berkata Chan Seong harus bisa melihat mereka
karena mulai sekarang para hantu itu akan menjadi tamunya.
Chan Seong masih tidak mengerti keberadaan hotel itu untuk
apa. Ia masih menolak mempercayai ada hotel semacam itu di tengah kota Seoul.
Man Wol memastikan tempat ini adalah hotel, dan terdaftar di pemerintahan
daerah. Chan Seong berkata ia mencari semalaman tapi tidak menemukan website
atau artikel apapun mengenai hotel ini di internet. Man Wol jadi kesal. Tentu
saja tidak ada karena hotel ini bukan untuk manusia.
“Kau bilang tempat ini untuk menghibur para hantu, bukan?
Jadi layanan apa yang kauberikan pada para tamu? Ritual pengusiran hantu?”
Yeee...kabur semua dong tamunya ;p
Man Wol berkata mereka membuat nyaman semua tamu mereka.
Hotel Del Luna adalah tempat di mana semua roh yang dulunya manusia datang
untuk beristirahat dan memenuhi hal-hal yang tidak bisa mereka penuhi saat
mereka hidup.
Di suatu kamar, hantu yang meninggal karena diet berlebihan
(atau kekurangan gizi?) memakan dengan rakus semua makanan yang terhidang di
meja besar. Makanan disediakan tanpa henti. Di kamar lain, disediakan perapian dan banyak kayu bakar
untuk hantu yang meninggal kedinginan di gunung bersalju. Di kamar lain
terlihat seperti perpustakaan raksasa, hantu nenek terus belajar untuk memenuhi
keinginan belajarnya yang terpendam saat ia hidup.
Kesempatan memenuhi keinginan dan impian bukan hanya untuk
manusia saja, tapi juga untuk para hantu agar mereka bisa pergi tanpa
penyesalan.
Chan Seong berkata kalau begitu manajernya juga harus hantu
karena tamunya hantu. Untuk apa manusia? Man Wol berkata ada hal-hal yang hanya
bisa dilakukan manusia, seperti mengurusi ijin bisnis, membayar pajak,
pemeriksaan kebersihan, dll. Banyak hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Chan Seong menyerahkan buku tabungannya pada Man Wol dan
berkata ia sudah menabung agar bisa mengembalikan pada Man Wol apa yang sudah
diterimanya selama ini. Ia bahkan sudah menambahkan bunganya.
“Terimalah ini dan biarkan aku pergi.”
Man Wol membuka buku
itu dan memuji Chan Seong seorang yang rajin dan pintar karena bisa menabung
begitu banyak.
“Kurasa aku tidak perlu khawatir kehabisan uang,” katanya.
Ia berkata ia akan menerima uang itu karena Chan Seong yang memberikannya.
Chan Seong menegaskan kalau mereka sekarang sudah impas.
Jadi ia akan pergi.
Man Wol ikut berdiri dan berkata ia sudah menunggu agar
mereka bisa pergi bersama. Chan Seong berkata ia tidak berniat pergi bersama
Man Wol. Ia akan pergi sendiri. Tak seperti biasanya, Man Wol mengangguk dan
mempersilakan Chan Seong keluar sendiri.
Chan Seong keluar. Ia lupa kalau di luar adalah lorong
kamar-kamar berhantu. Ia menguatkan dirinya dan mulai melangkah. Ia terlonjak
kaget saat mendengar suara tawa mengerikan dari dalam salah satu kamar.
Hebat juga sih dia sanggup mencapai lift. Ketika ia sudah
berada di dalam terdengar ada yang
memintanya mengantar ke lantai 3. Tanpa pikir panjang Chan Seong mengiyakan.
Tersadar tadi ia masuk sendirian dalam lift kosong, ia mulai
takut. Apalagi ada tangan terulur menekan tombol lift. Ia menoleh dan melihat
hantu anak perempuan melayang di langit-langit dengan tangan terulur panjang ke
tombol lift. Hantu anak perempuan itu melambaikan tangannya pada Chan Seong.
Chan Seong menyiksa tombol untuk membuka pintu lalu lari
menerobos kantor Man Wol. Ia bertanya dengan frustrasi kenapa ia masih bisa
melihat hantu. Ia sudah membayar lunas jadi harusnya ia tidak melihat mereka
lagi.
“Kau sudah membayar kembali. Kemampuanmu adalah hadiah ulang
tahun dariku. Kau harusnya menghargainya.”
“Bagaimana kau bisa berharap aku hidup normal?” tanya Chan
Seong tak habis pikir.
Man Wol berkata itu sebabnya Chan Seong tidak punya pilihan
lain selain bekerja di hotelnya. Chan Seong menuntut agar matanya kembali
normal tapi Man Wol tak memperdulikannya. Ia mau pergi dan bertanya apa Chan
Seong akan ikut dengannya. Jika mau tinggal juga tidak apa-apa.
Chan Seong berkata mereka akan melanjutkan pembicaraan
mereka setelah mereka keluar. Lalu ia mengekori Man Wol keluar dari sana.
Bartender Kim dan Manajer No mengawasi mereka. Bartender Kim
khawatir Chan Seong terlalu lemah untuk bekerja di hotel ini. Tapi Manajer No
berpendapat sebaliknya. Ia lebih takut pada Man Wol daripada para hantu, tapi
Chan Seong sebaliknya.
“Itu karena ia tidak tahu kenapa Nona Jang menjadi pemilik
hotel ini,” kata Bartender Kim.Dari semua hantu di tempat ini, Man Wol adalah
yang paling mengerikan dan paling buruk.
Man Wol dan Chan Seong tiba di garasi. Di sana berderet
banyak mobil mewah. Man Wol memilih salah satunya. Chan Seog awalnya mengira
mobil-mobil itu milik para tamu. Semua itu milik Man Wol. Mana ada hantu naik
mobil?
Man Wol menyuruh Chan Seong mengemudi. Chan Seong terpaksa
menurut. Dalam perjalanan Chan Seong berkata Man Wol punya banyak mobil.
“Kau pikir aku hantu pendendam dan sekarang aku terlihat
sebagai manusia setelah melihat mobil-mobilku?” tanya Man Wol tersenyum.
Chan Seong tak mengira menghibur hantu bisa mendapatkan
banyak uang. Man Wol bertanya apa itu membuat Chan Seong tertarik sekarang.
Chan Seong tak mengerti bagaimana caranya Man Wol sekaya itu dengan profesi
menghibur hantu.
Man Wol berkata seharusnya sepertinya Chan Seong mulai
tertarik pada manajemen hotelnya. Harusnya ia menunjukkan mobilnya lebih dulu
alih-alih menunjukkan hantu. Lebih efektif. Ia berkata ia akan mengantar Man
Wol tapi Man Wol harus membetulkan matanya.
Man Wol tertawa sinis. Menurutnya lucu Chan Serong percaya
ia akan mengembalikan matanya seperti semula. Chan Seong berkata ia tidak bisa
bekerja dengan mata seperti ini.
“Benar kau tidak bisa bekerja di hotel itu karena kau harus
mengurus hal lain sekarang.”
“Kita akan pergi ke mana?”
“Menangkap harimau,” jawab Man Wol.
Chan Seong tertawa mengira Man Wol bercanda. Tapi melihat
ekspresi Man Wol, ia tahu itu bukan gurauan.
Mereka pergi ke pameran patung harimau Gunung Baekdu. Chan Seong bertanya apa roh harimau bisa tinggal di Del Luna. Man Wol mengiyakan
karena harimau itu makhluk mistis. Dan patung harimau di depan mereka bukan
patung biasa melainkan harimau Baekdu terakhir yang diawetkan.
Dulu harimau itu adalah hadiah dari Korut. Namun harimau itu
tidak bisa disatukan dengan harimau lain apalagi dikawinkan. Dan akhirnya mati
sendirian. Ia diawetkan dan dibuat terlihat seperti hidup untuk dipajang.
Melihat kesedihan di wajah Man Wol, Chan Seong jadi teringat
kalau Man Wol pernah berkata ia belum mati, hanya ada di dunia ini.
Seorang pria tua terbangun kaget karena melihat harimau
menerkamnya. Dan itu bukan pertama kalinya dialamnya.
Pria itu pemilik hotel tempat Chan Seong bekerja saat ini.
Ia yang membawa harimau Baekdu dari Korea Utara setelah diberikan padanya
ketika ia berkunjung ke sana dulu.
Man Wol membawa Chan Seong ke restoran bubur kacang merah.
Chan Seong heran apa hubungannya bubur dengan mencari harimau. Man Wol berkata
bubur kacang merah adalah kesukaan harimau, jadi ia langsung teringat bubur itu
saat teringat harimau. Iyain aja deh...
“Kau hanya ingin makan bubur, kan?” tuduh Chan Seong.
Man Wol berkata restoran ini ada di acara “Pria yang Tewas
setelah Makan”, acara favoritnya (yang juga membuat Man Wol ke restoran mandu
kemarin). Chan Seong mengingatkan ia harus pergi bekerja jadi tak punya waktu
makan bubur. Dengan enteng Man Wol mnejelaskan kalau bubur harus dimakan
pelan-pelan agar tidak membuat mulut terbakar.
Chan Seong memohon agar Man Wol menyembuhkan matanya. Man
Wol menceritakan dogeng harimau memakan penjual kue beras karena penjual itu
memberikan kue beras pemberiannya. Harusnya penjual itu bernegosiasi dulu
dengan si harimau.
Chan Seong marah dan bertanya apakah ia harus tinggal terus
dengan hantu berkacamata hitam itu. Tidak, kata Man Wol. Ia menyuruh Chan Seong
membawa hantu itu ke Del Luna. Ia bisa istirahat di sana beberapa hari lalu
diantar naik bis ke jembatan Sanzu. Jika hidupnya baik, ia bisa naik limosin.
Ibu Choi dan Manajer
No mengantar kepergian seorang tamu mereka yang dijemput oleh malaikat
kematian. Tamu itu naik limosin yang artinya ia hidup dengan baik.
Setelahnya Malaikat Maut sempat berbicara dengan Manajer No.
Ia mendengar akan ada manajer baru di hotel. Manajer No membenarkan. Ia akan
segera pensiun dan berencana pergi memancing. Tapi Malaikat Maut berkata waktu
Manajer No tidak lama lagi. Manajer No mengerti. Ia akan membereskan segala
sesuatunya.
Setelah dari restoran, Man Wol dan Chan Seong pindah ke kafe
di hotel tempat Chan Seong bekerja. Chan Seong menegaskan ia tidak mau bekerja
di hotel Man Wol. Ia sudah ditawari 3 dari 100 hotel teratas daftar Forbes.
Hotel Del Luna tidak memerlukan manajer MBA lulusan Harvard.
“Kau memang tidak perlu MBA. Kau bisa melihat hantu dan
cocok untuk hotelku.Forbes? aku ykain mereka ingin mempekerjakanmu karena tidak
tahu kau bisa melihat hantu. Kalau kau tidak bekerja di hotel kami, kau hanya
bisa menjadi seorang shaman (paranormal). Atau jadi komedian kalau bisa memakan
roti sekaligus dalam satu suap.”
Chan Seong berkata ia akan membiasakan diri. Begitu
terbiasa, ia bisa mengacuhkan mereka. Man Wol menantang untuk mengecek hal itu.
Ia mematikan lilin meja dengan tangannya lalu keluar api dan asap hitam.
Chan Seong mulai tampak takut. Ia terlompat kaget ketika
alat pesan di meja bergetar. Man Wol tersenyum. Ia berkata ia akan percaya Chan
Seong jika Chan Seong bisa membawakan
kopi pesanan mereka tanpa tumpah setetes pun. Chan Seong merasa tertantang dan
berjalan mengambil kopi. Saat berbalik, beberapa hantu mengerikan sudah
menunggunya. Ia berusaha berjalan tanpa mempedulikan mereka. Tapi sangat sulit
apalagi ketika para hantu itu tiba-tiba mendekatkan diri pada Chan Seong sambil
menyeringai seram.
Di saat-saat kritis akhirnya Chan Seong mampu membawa kopi
itu ke meja tanpa tumpah setetes pun. Man Wol sedikit kecewa. Ia memadamkan api
hitam dan semua hantu itu lenyap.
“Kau membawa secangkir kopi dengan begitu susah payah,
apakah hotel-hotel mewah itu akan mempekerjakanmu?” tanyanya. Lalu ia pergi.
Chan Seong menghela nafas panjang sementara tangannya masih
terus gemetaran.
Para staf hotel berkumpul untuk perpisahan dengan Manajer
No. Bartender Kim meminta Manajer No berkunjung sesekali membawa berita dunia
manusia. Ibu Choi lebih ingin Manaje rNo menikmati hidupnya lalu kembali
sebagai tamu jauh-jauh hari kemudian.
“Kalian harus berusaha menghapus semua penderitaan kalian
dan berjalan ke hidup selanjutnya untuk awal yang baru. Aku berharap bisa
melihat kalian semua pergi saat aku masih di sini, tapi itu tidak akan terwujud,”
kata Manajer No tersenyum.
Cartender Kim khawatir tanpa Manajer No siapa yang akan bisa
membantu menghadapi Man Wol. Manajer baru sepertinya tidak bisa diandalkan.
Tiba-tiba Man Wol masuk sambil marah-marah. Manajer No menjelaskan kalau ia
sedang berpamitan.
Man Wol bertanya pada mereka satu per satu. Bartender Kim
adalah lulusan ujian kerajaan (jaman Joseon sepertinya), yang menurutnya lebih
bagus dari Harvard. Sedangkan Ibu Choi dulu tinggal di rumah mewah dengan
pegawai tak terhitung banyaknya. Hyunjeong adalah lulusan terbaik satu
propinsi.
“Betul, kan? Kalian semua jauh lebih baik daripada Gu Chan
Seong. Ia pikir ia hebat karena Forbes apalah itu,” kata Man Wol melampiaskan
kekesalannya.
Manajer No meminta ijin ke rumah sakit selama beberapa hari
untuk memeriksakan diri. Ia bertanya kapan Chan Seong akan datang. Man Wol
berkata untuk sekarang ia akan membiarkannya tapi Chan Seong pasti tidak akan
tahan dalam beberapa hari dan akan ke sini.
“Aku sudah mempekerjakan manusia lain untuk menggantikanmu
jadi kau bisa menjalani hidupmu. Nikmatilah masa hidupmu sebagai manusia dan
pergilah.”
Manajer No mengangguk pelan lalu memberi hormat seakan itu
penghormatan terakhirnya. Sementara staf lain kecewa dengan sikap Man Wol yang
terlihat begitu dingin bahkan pada pelayan yang sudah mengabdi padanya puluhan
tahun.
Chan Seong menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya. Ia
hampir berteriak kaget karena melihat hantu mengerikan di lift hotel. Ia berusaha menenangkan diri dan pergi. Belum
lagi hantu berkacamata hitam yang terus mengikutinya. Tepat ketika ia harus
menemui dan menyapa tamu asing.
Jika ia berbicara, ia takut hantu itu membuka
kacamatanya. Dan tak mungkin ia bisa mengacuhkannya. Tapi bagaimana bisa ia
tidak menjawab sapaan atasan dan tamu penting hotel itu?
Terdesak, Chan Seong memilih menjatuhkan diri ke kolam. Man
Wol menemuinya yang sedang mengeringkan diri dan mengejeknya. Apa berikutnya
Chan Seong akan menjatuhkan diri dari atap?
“Jika begitu aku akan tinggal di hotelmu sebagai tamu. Aku
tidak akan ke sana satu hari pun sebelum aku mati. Aku akan mengabaikan apapun
yang kulihat.”
Tpai Man Wol melihat brosur harimau Baekdu di jas Chan
Seong. Artinya Chan Seong tak bisa mengabaikan harimau itu dan penasaran akan
apa yang terjadi padanya. Man Wol mengajaknya ikut untuk mencari tahu.
Chan Seong ikut tapi kaget tapi langsung menyesal begitu
tahu Man Wol membawanya ke rumah pemilik hotelnya. Tidak mungkin pegawai baru
sepertinya tiba-tiba datang berkunjung.
“Kenapa tidak? Kaubilang kau direkrut. Mana harga dirimu?”
ujar Man Wol.
Chan Seong berkata setidaknya mereka membuat janji dulu
dengan sekretaris bosnya. Tapi Man Wol sudah menekan bel duluan.
Untungnya bosnya seorang yang baik dan tidak keberatan
dikunjungi. Ia mengira Man Wol adalah istri Chan Seong. Chan Seong terpaksa
membenarkan. Bosnya berkata keduanya sepertinya saling menyayangi.
Man Wol tidak mempedulikan percakapan basa basi mereka. Ia
melihat sekeliling lalu dengan cuek berjalan ke kamar tidur bos.
“Sayang? Sayang?” panggil; Chan Seong panik. Ia beralasan
Man Wol sedang mencari toilet dan tinggal di luar negeri dalam waktu lama
hingga berbicara tidak formal. Ia menghampiri Man Wol dan menyuruhnya duduk.
“Sit down, please! Please!!” Man Wol kayanya ngga ngerti bahasa Inggris XD
Man Wol tak peduli. Ia menatap lukisan besar Gunung Baekdu
yang dipajang di dinding kamar itu. Bos mengira Man Wol penyuka lukisan. Ia
mendapatkan lukisan itu dari pelukis terkenal Korea Utara, bersama dengan
harimau Baekdu. Ia pun sedih harimau itu mati kesepian.
“Karena tidak perlu meninggalkan apapun yang berarti di
sini. Semua yang berarti baginya ada di tempat di mana ia tidak bisa kembali,”
kata Man Wol.
“Karena itu aku merasa kasihan padanya. Aku terus menerus
melihat harimau dalam mimpiku.”
Man Wol berkata yang membawanya ke sini yang harus
mengembalikannya. Tapi bos Chan Seong berkata bukan wewenangnya untuk
menyingkirkan atau mengembalikan harimau itu. Tiba-tiba semua kaca di kamar itu
pecah berantakan.
Manajer No dengan hati-hati memajang foto terbaru Man Wol di
dinding kantor Man Wol. Nukti waktu yang dilewatinya dalam hidup ini hanya
melalui foto itu satu-satunya.
“Akankah ia (Man Wol) mengingat seorang manusia yang hanya
lewat di sini?” tanyanya.
Chan Seong protes pada Man Wol yang membiarkan roh harimau
itu tetap berkeliaran meski jelas-jelas ada di rumah bosnya. Ia tadi mendengar
dan melihat sendiri geraman harimau itu di rumah bosnya.
Man Wol berkata ia tidak bisa memaksa harimau tiu ikut
dengannya karena harimau itu tidak mau. Sepertinya harimau itu menunggu bos
Chan Seong meninggal. Chan Seong berkata kalau begitu itu sangat
berbahaya.Mereka tidak punya waktu untuk makan sashimi katanya menunjuk
sepiring besar sashimi yang sedang diahap Man Wol.
Man Wol berkata ada puisi berjudul “Gung Baekdu dan Laut”
jadi ia teringat laut setelah melihat gambar gunung. Kau hanya ingin makan
sashimi, sergah Chan Seong. Pokoknya mereka harus kembali.
“Tentu saja kau harus kembali ke sana. Katakan pada bosmu
kau bisa menyingkirkan harimau dan mendapatkan sesuatu sebagai balasannya.
Lukisan mahal yang kita lihat tadi. Ia akan memberikannya padamu dengan gratis
jika kau bilang ia sakit karena harimau itu. Orang tua itu kaya raya.”
Chan Seong marah mendengarnya. Ia berkata ia tahu sekarang
darimana Man Wol mendapatkan kekayaannya.
“Kau mengeruk uang dari orang-orang yang menderita karena
hantu. Apa itu termasuk pekerjaanku sebagai pegawai manusia?”
Man Wol membenarkan. Chan Seong berkata ia tidak akan menipu
orang seperti itu. Apa begitu juga cara Man Wol menipu ayahnya?
“Aku menyelamatkan nyawa ayahmu. Sebagai gantinya, aku mendapatkanmu.
Karena itu aku juga melindungimu. Tanpaku, kau sudah mati.”
“Hantu akan membuatku menderita? Kau sendiri sudah
melakukannya. Aku sudah cukup menepati janjiku. Aku akan kembali pada kehidupan
manusiawiku,” kata Chan Seong sebelum pergi.
Di perjalanan menuju rumah, ia melihat hantu berkacamata
hitam menunggunya. Chan Seong melapiaskan kemarahannya dengan menantang hantu
itu untuk membuka kacamatanya. Ia berkata ia sudah melihat hantu harimau jadi
ia tidak takut apapun lagi. Hantu itu malah tidak jadi membuka kacamatanya dan
nampak sedih.
Di depan rumah, Manajer No sudah menunggunya. Merekapun
berbincang di halaman rumah. Chan Seong bertanya apakah Man Wol menawan Manajer
No dalam hotel itu selama 30 tahun. Manajer No berkata ia bekerja di hotel itu
atas keputusannya sendiri. Chan Seong tak bisa mengerti mengapa Manajer No
menghabiskan waktu di tempat seperti itu.
Manajer No berkata Del Luna berharga atas waktunya. Chan
Seong berkata ia tidak mengerti dan tidak mau mengeruk jutaan dolar dari bosnya
atas perintah Man Wol.
“Hotel Del Luna tidak bisa dijelaskan dengan logika dunia
manusia. Nilai uang dan kekuatan berbeda di hotel itu. Karena itu aku tidak
bisa menghakimi apa yang Non Jang lakukan untuk hotel dengan penilaian manusia.
Aku yakin kau membenci hotel itu dan tidak mau menghadapinya sekarang. Kau
pasti ingin menghindarinya. Tapi jika kau mengumpulkan keberanian dan
menghadapinya, kau mungkin menemukan arti hotel itu sama sepertiku.”
Teman Chan Seong, si pemilik rumah, keluar dan menyapanya.
Ia bertanya apa yang dilakukan Chan Seong sendirian di sana. Chan Seong menoleh
dan terkejut karena tak melihat Manajer No. Tidaaakkk...Manajer No sudah
meninggal?
Manajer No menampakkan dirinya kembali dan berkata Chan
Seong akan menemukan dunia rahasia yang tidak diketahui siapapun melalui
pekerjaan ini.
“Tidakkah kaupikir akan menyenangkan?”
Lalu ia menghilang.
Manajer No kembali ke Hotel Del Luna...kali ini sebagai
tamu. Ia menemui Man Wol di taman tempat pohon besar. Ia merasa aneh datang
sebagai tamu setelah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di hotel ini. Ia
meminta maaf karena meninggal saat pergi dari hotel.
“Saat aku akhirnya membiarkanmu pergi, kau bahkan tidak
memiliki kesempatan untuk hidup sebagai manusia biasa,” kata Man Wol berusaha
tidak terlihat sedih.
Manajer No berkata ia menghabiskan hidup yang berarti dalam
melayani tamu-tamu di hotel ini. Jika dulu ia tidak bertemu Man Wol, ia mungkin
sudah meninggal dalam usia muda dan hidup yang sia-sia. Ia senang ia bisa
tinggal di hotel itu.
Man Wol tampak tidak setuju karena Manajer No bahkan tidak
memiliki keluarga yang mengingatnya dan mendoakannya.
“Karena hanya aku satu-satunya yang menua di hotel ini, kau
menjadi adikku, puteriku, dan cucuku. Aku sekarang bisa pergi tanpa khawatir
karena sekarang ada pengganti yang dapat diandalkan,” kata Manajer No.
Man Wol mengulurkan tangannya untuk memegang lengan baju
Manajer No seakan tak rela melepasnya pergi.
Apalagi karena ia tidak bisa mati, ia tidak tahu apakah mereka akan bisa
bertemu lagi.
Dan mungkin untuk pertama kalinya, Manajer No menggenggam
tangan Man Woil dengan lembut. Ia berharap waktu Man Wol berjalan kembali suatu
hati nanti. Duh..terharu banget....sepertinya hanya Manajer No yang benar-benar
sayang pada Man Wol selama ini. Dan sekarang Man Wol kembali sendirian.
Manajer No akhirnya pergi diantar limosin, diantar oleh
rekan-rekan sekerjanya.
Chan Seong memutuskan kembali ke rumah bosnya untuk
memberitahu tentang harimau itu. Tapi bosnya berkata Man Wol tadi sudah datang
lebih dulu. Selama ini ia merasa bersalah karena menahan harimau itu tetap di
sini bahkan setelah harimau itu mati. Dan Man Wol mengatakan bahwa lukisan itu
harus dibawanya sebagai hukuman karena telah membawa harimau itu ke sini.
Dan bos Chan Seong membiarkan Man Wol membawa lukisannya. Jika
ia bisa menebus apa yang sudah ia lakukan, ia bahkan bisa melakukan lebih dari
itu. Chan Seong menyadari lukisan itu adalah lukisan Gunung Baekdu. Gunung
Baekdu dan harimau adalah suatu kesatuan. Ia telah salah paham mengira Man Wol
hanya mengincar uang bosnya.
Man Wol memanggil roh harimau keluar dari tubuhnya yang
diawetkan lalu menyuruhnya pergi ke tempat di mana ia bisa pulang meski tempat
aslinya sudah tidak ada lagi.
“Pergilah dan istirahat dengan tenang...”
Roh harimau itu melangkah menuju lukisan dan masuk ke
dalamnya. Dan ia melebur menjadi satu dalam lukisan itu. Lukisan itu terpajang
di salah satu kamar hotelnya.
Chan Seong kembali melihat hantu berkacamata hitam dalam
perjalanan pulang ke rumahnya. Kali ini ia tidak berusaha menghindarinya. Ia
berkata ia tahu ke mana hantu itu harus pergi dan ia akan mengantarnya.
Di dalam taksi ia megakui kalau ia tidak suka diikuti hantu
itu hingga tak berpikir untuk menanyakan mengapa hantu itu mengikutinya. Dan
sekarang setelah ia memikirkannya, mungkin saja sebenarnya hantu itu bisa
melihat meski sebelumnya tidak bisa.
“Lupakan kenyataan kalau ka tidak bisa melihat dan lihatlah
sekali lagi.”
Pelan-pelan hantu itu membuka kacamatanya. Chan Seong
tersenyum dan berkata matanya telah kembali. Sementara si supir taksi mengira
Chan Seong gila karena berbicara sendirian.
Chan Seong mengantar hantu itu ke Hotel Del Luna. Dan ia
merasa senang.
Ia kemudian kembali ke hotel tempatnya bekerja. Ia mengirim
pesan pada Man Wol untuk meminta maaf karena sudah salah paham dan juga juga
untuk menanyakan apakah harimau itu sudah kembali dengan selamat ke Gunung
Baekdu.
Seorang anak hendak membuka pembatas patung prajurit berbaju
besi. Chan Seong menghampirinya dan dengan lembut mengatakan kalau anak itu tidak
boleh melakukannya. Namun ketika ia berbalik pergi, ia merasa ada sesuatu yang
mengawasinya. Ia berbalik dan melihat mata parjurit yang tertutup topeng besi
itu menyala biru.
Ia cepat-cepat berbalik pergi dan mengingatkan dirinya untuk
pura-pura tidak melihat apapun. Tapi hantu itu tahu Chan Seong bisa melihatnya.
Ia mulai mengangkat pedangnya.
Hari sudah larut malam dan Chan Seong bertanya-tanya kenapa
Man Wol tidak membalas pesannya. Tiba-tiba terdengar suara derap langkah di
koridor hotel yang luas dan gelap itu. Ia berjalan makin cepat namun derap itu
juga terdengar semakin cepat.
Tiba-tiba seorang tamu menanyakan arah menuju kolam renang.
Chan Seong berbalik menunjukkannya. Tamu itu pergi ke arah yang ditunjuk Chan
Seong. Tapi Chan Seong tak mampu bergerak karena hantu prajurit besi itu
berdiri tak jauh darinya.
Ia teringat perkataan Man Wol bahwa hantu yang memendam
dendam bisa membuatnya terbunuh. Dan Chan Seong harus belajar membedakannya.
Tanpa berpikir lagi, Chan Seong melarikan diri. Tapi prajurit itu terus
mengejarnya.
Chan Seong tak kuat lagi berlari karena lelah. Hantu sih
tidak pernah lelah jadi dengan mudah ia menyerang Chan Seong. Chan Seong
berhasil menghindar beberapa kali dari serangan pedang hantu itu. Tapi ia tidak
sanggup berdiri lagi dan terdesak .
Man Wol muncul dan menusuk prajurit itu dengan tusuk
rambutnya. Seketika mata hantu itu padam dan hantu itu lebur menjadi abu. Keren
banget adegannya..
Man Wol menoleh pada Chan Seong dan berkata harimau itu sudah tiba dengan selamat di Gunung Baekdu
dan ia datang untuk memaafkan Chan Seong.
“Terimakasih,” kata Chan Seong lemah sebelum jatuh pingsan.
Kilas balik (atau mimpi Chan Seong?)
Man Wol dan seorang pria memandang sebuah pohon besar. Ia
berkata ia iri pada pohon karena tidak perlu berkeliaran. Pasti menyenangkan
bisa menetap. Pria itu sepertinya berkata akan membangun rumah untuk Man Wol
dengan kayu pohon itu. Man Wol tertawa dan berkata ia tidak berencana membangun
rumah dan tinggal dengannya.
Chan Seong terbangun... sepertinya ia bermimpi tentang masa
lalu Man Wol. Ia mendapati dirinya terbangun dalam kantor Man Wol. Hyun Jeong
sudah menunggunya. Ia berkata Man Sol sudah menunggunya.
Mereka berjalan menuju lobi dan Chan Seong tertegun melihat
pemandangan di hadapannya. Berbeda dengan yang dilihatnya pada pagi hari, di
waktu malam hotel itu sangat terang dan mewah. Seperti yang selalu diceritakan
ayahnya. Dan tamu-tamu hotel itu sama sekali tidak terlihat menakutkan. Ia
teringat perkataan Manajer No bahwa melalui pekerjaan ini ia akan menemukan
dunia rahasia yang tidak diketahui siapapun.
Komentar:
Sedih banget waktu Manajer No pergi T_T
Rasanya cuma Manajer No yang mengerti Man Wol dan seperti
kata-kata perpisahannya, menganggap Man Wol sebagai adiknya, anaknya, dan
cucunya. Selalu sabar dan penuh pengabdian. Mudah-mudahan nanti ada kilas balik
kenapa Manajer No bisa bekerja di Hotel Del Luna.
Sama seperti para staf yang lain, aku juga ingin Man Wol
memberi perhatian lebih pada Manajer No. Tapi justru ekspresi sedih dan mata
sedikit berkaca-kaca yang diperlihatkan Man Wol malah lebih nyesek. Dia
sebenarnya sangat sedih tapi tidak mampu mengungkapkan seluruh perasaannya.
Sama seperti 1000 tahun lalu ketika ia bertemu Dewa Mago, ia
penuh penderitaan, kesedihan dan perasaan bersalah tapi tidak bisa
mengungkapkan semuanya. Akhirnya semuanya ia tutupi dengan sikap dingin dan
galaknya.
Dan kurasa Chan Seong adalah orang yang bisa membuat Man Wol
keluar dari sikap dinginnya. Bukankah ia orang yang sudah dipilih Dewa Mago?
Menurutku bukan suatu kebetulan Dewa Mago menemui ayah Chan Seong dan Chan Seong
lebih d ri 20 tahun lalu. Apa mungkin Chan Seong adalah reinkarnasi dari pria
yang bersama Man Wol dalam mimpinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)