Kisah ini dimulai dengan animasi apik mengenai seorang anak
perempuan yang tinggal di kastil megah di dalam hutan. Ia selalu sendirian.
Karena bosan dan kesepian, ia meninggalkan kastil untuk mencari teman. Ia
membawa berbagai macam hadiah menakjubkan, tapi anak-anak lain malah lari
ketakutan saat melhat hadiah tersebut. Ya iyalah bawanya burung mati, bukan
ayam goreng :p
Awalnya ia tidak mengerti kenapa tidak ada orang yang mau
menerimanya. Tapi akhirnya ia tahu. Orang-orang menyebutnya monster pembawa kematian.
Ia sangat marah pada semua orang di dunia dan perlu melampiaskannya. Dalam
animasi itu ia pergi memancing ikan hanya untuk menginjak-injak para ikan
malang itu.
Tapi tanpa sengaja ia memancing seorang anak laki-laki.
Sejak itu bayangan gelap yang selalu mengikutinya tiba-tiba menghilang. Anak
laki-laki itu selalu mengikutinya ke manapun ia pergi. Hingga pada suatu hari gadis
itu bertanya apakah anak laki-laki itu akan selalu berada di sisinya. Tentu
saja, kata anak itu. Ia tidak akan pernah melarikan diri.
“Meski setelah melihat ini?” tanya anak perempuan itu sambil
merobek sayap kupu-kupu dengan tangannya.
Anak laki-laki itu terkejut melihat begitu banyak kupu-kupu
tergeletak tak berdaya di tanah karena semua sayapnya sudah dipatahkan. Anak laki-laki
itu melarikan diri ketakutan. Anak perempuan itu kembali sendiri dan bayangan
kematian kembali padanya dan berbisik.
“Tidak seorang pun akan berada di sisimu karena kau seorang
monster. Jangan pernah lupakan itu, apa kau mengerti?”
“Ya, Ibu,” jawab anak perempuan itu.
Mun Sang Tae (Oh Jung Se) dikeluarkan dari sekolah keterampilan karena membuat keributan. Adiknya, Mun Kang Tae (Kim Soo Hyun), dipanggil kepasa sekolah dan dimarahi. Mun Sang Tae dikeluarkan dari sekolah karena dianggap merepotkan dan membahayakan. Seharusnya Sanga Tae di bawa ke sekolah berkebutuhan khusus, bukan ke sekolah umum seperti itu. Kang Tae hanya diam tanpa ekspresi.
Tapi Sang Tae bisa merasakan adiknya sedang marah. Karena
itu ia hanya diam tak berani melihat pada adiknya ketika adiknya membereskan
semua barang-barangnya. Kang Tae melihat kakaknya dan tersenyum lembut.
“Kak? Apa kakak tidak lapar?”
Kakaknya terus diam sepanjang perjalanan. Kang Tae berusaha
menghibur kakaknya kalau mereka juga tidak lama lagi akan pindah kota dan ia
akan menemukan sekolah yang lebih baik. Sang Tae akhirnya mau menjawab dengan
mengoceh tentang makanan kesukaannya. Yup, Sang Tae seorang yang spesial. Ia
seorang penderita ASD (Austism Spectrum Disorder).
Penulis buku populer anak-anak, Go Mun Yeong (Seo Ye Ji)
sedang makan siang di sebuah restoran. Ia makan sendirian dan terlihat
menikmati kesendiriannya itu. Seorang ibu dan anaknya menyapanya karena anaknya
penggemar buku Mun Yeong dan ingin meminta tanda tangan. Meski sebenarnya
merasa terganggu, Mun Yeong memberikan tanda tangannya.
Tapi ketika anak itu berkata Mun Yeong sangat cantik seperti puteri di negeri dongeng, Mun Yeong terdiam. Anak itu berkata Mun Yeong puteri karena cantik, sama sepeti dirinya yang juga dipanggil puteri oleh ibunya. Mun Yeong menawarkan agar mereka berfoto.
Ia memangku anak itu untuk difoto, lalu berbisik.
“Kau bukan benar-benar penggemarku, bukan? Dalam semua
dongengku, yang cantik selalu si penyihir. Siapa yang memberitahumu kalau semua
puteri cantik dan baik? Ibumu? Jika kau ingin secantik itu, katakan ini pada ibumu: Ibu, aku ingin menjadi
penyihir yang cantik.”
Anak itu langsung meronta sambil menangis ketakutan, lari meninggalkan Mun Yeong.
Direktur Lee, direktur perusahaan penerbit yang menerbitkan
buku Mun Yeong, menemui Mun Yeong dan menyarankan agar Mun Yeong mengganti
penampilannya (gaun hitam) dengan yang lebih cerah karena Mun Yeong hari ini
dijadwalkan utnuk membacakan dongengnya di bangsal anak-anak.
Tapi Mun Yeong malah mengalihkan perhatian dengan berkata ia
sangat suka makan di restoran ini karena pisaunya sangat tajam. Ia mengiris
jarinya sedikit sampai berdarah, lalu
memasukkan pisau daging ke dalam tasnya dan pergi. Direktur Lee sudah terbiasa
dengan tingkah Mun Yeong. Ia cepat-cepat memberi uang pada pelayan restoran
untuk mengganti pisau tersebut.
Kang Tae adalah seorang perawat di rumah sakit. Ia yang
bertugas menangani ketika ada pasien
yang membuat masalah. Misalnya pasien yang tak henti-hentinya makan karena
merasa kosong setelah ditinggal selingkuh suaminya. Pasien itu mengira Kang Tae suaminya. Awalnya
memeluknya, lalu memuntahinya. Kang Tae berusaha tersenyum dan berkata tidak
apa-apa. Tapi pasien itu malah menampar Kang Tae.
“Jangan tersenyum padaku. Memuakkan,” kata pasien itu.
Hari ini bangsal mereka mendapat pasien baru. Seorang pria
yang berusaha bunuh diri dengan meminum obat overdosis bersama puterinya yang
masih kecil. Pria itu ingin membunuh puterinya lalu bunuh diri, tapi mereka
dapat diselamatkan.
Pria itu terus berontak hingga harus diikat ke tempat tidur. Ia terus berteriak mencari puterinya, Go Eun. Go Eun saat ini sedang dikonseling di bagian psikologi anak. Anak itu hanya diam tak menjawab saat psikolog bertanya apa yang ia pikirkan.
Direktur Lee ketahuan mendapat telepon dari Rumah Sakit Jiwa OK oleh Mun Yeong. Padahal jelas sekali ia tidak ingin, bahkan takut, kalau Mun Yeong sampai tahu ia dikontak oleh rumah sakit tersebut. Mun Yeong menyuruh Direktur Lee mengangkat telepon itu dan menyalakan speaker.
Perawat Nam Ju Ri memberitahu kalau pasien Go Dae Hwan harus
dioperasi dan membutuhkan ijin dari wali atau keluarga. Ia terdengar kesal
karena teleponnya tidak pernah diangkat. Itu sama saja dengan membunuh pasien.
“Go Dae Hwan...sudah mati bagiku. Kenapa kau terus berusaha
membangkitkannya? Apa kau Yesus?”
Ju Ri terkejut mendengar respon Mun Yeong. Mung Yeong
menantang Ju Ri untuk datang menemuinya langsung jika begitu putus asa. Kepala
Perawat Park berkata Go Dae Hwan adalah pasien terlama mereka. Walinya tidak
pernah satu kali pun menjenguk atau menelepon, artinya ia telah dibuang. Ia
menyarankan agar Ju Ri mendatangi wali itu langsung untuk menyelamatkan pasien.
Ju Ri bersedia asal ia diberi waktu libur 2 hari.
Go Dae Hwan adalah seorang pasien demensia. Ju Ri
memberitahunya kalau puterinya, Mun Yeong, tidak bisa menjenguknya. Bukannya
sedih, Go Dae Hwan malah berteriak ketakutam.
“Tidak!!! Tidak!! Jika ia datang....mati!!”
Kang Tae menelepon kakaknya yang sendirian di rumah. Sang
Tae sedang asyik menggambar sambil mengoceh percakapan acara kartun yang sudah
sangat dihafalnya bahkan tanpa perlu melihatnya. Kang Tae tahu kakaknya
lagi-lagi menggambar di buku wanita itu.
“Bukan wanita itu, tapi penulis Go Mun Yeong,” protes Sang
Tae. Rupanya ia penggemar berat buku-buku Mun Yeong dan memiiliki semua
koleksinya.
Karena itu ketika Kang Tae memberitahu kalau Mun Yeong akan
datang ke rumah sakit tempatnya bekerja untuk membacakan dongeng, Sang Tae
langsung melompat bangun dan bersiap hendak pergi ke rumah sakit itu.
Kang Tae berusaha agar kakaknya tidak pergi tapi Sang Tae
tidak mau mendengar. Mun Sang Tae!! Bentak Kang Tae. Sang Tae terdiam. Kang Tae
menyuruhnya menarik nafas 3 kali dan menurut padanya. Ia berkata meski kakaknya
pergi sekarang, tidak akan sempat sampai tepat waktu. Dan lagi acara itu hanya
untuk anak-anak. Ia berjanji akan berusaha mendapatkan tanda tangan Mun Yeong.
Bukankah tanda tangan lebih tersimpan lama daripada perjumpaan sesaat?
Sang Tae menurut.
Kang Tae melihat
seorang pengunjung rumah sakit dengan tenangnya merokok di depan tanda dilarang
merokok, sambil mencabuti kelopak bunga satu per satu. Siapa lagi kalau bukan
si nyentrik Mun Yeong. Ia tidak peduli meski orang-orang melihat padanya dan
membicarakan tingkahnya.
Kang Tae menegurnya agar memadamkan rokoknya tapi Mun Yeong tidak peduli dan berkata ia baru saja
menyalakannya. Tapi ketika ia berhadapan dengan Kang Tae ia terdiam (karena
ketampanannya mungkin ;D). Ia bertanya apa Kang Tae percaya pada takdir.
“Jika seseorang muncul ketika ia memerlukannya, maka itu
disebut takdir.”
Mun Yeong memasukkan rokoknya ke sisa kopi Kang Tae untuk
memadamkannya. Lalu berjalan pergi. Kang Tae kesal dan pergi.
Mun Yeong membacakan dongengnya di aula rumah sakit. Go Eun
juga ikut mendengar dengan seksama.
Sementara itu ayah Go Eun berhasil melepaskan diri dan
sekarang berusaha mencari puterinya di seluruh penjuru rumah sakit. Kang Tae
mendengar kabar tersebut dan berlakri mencari ayah Go Eun. Ayah Go Eun masuk ke aula dan membuat kericuhan hingga
acara pembacaan dongeng terpaksa dihentikan. Dan Mun Yeong terlihat sangat
tidak senang karena ia belum selesai. Ia memprotes pihak rumah sakit dan
memaksa mereka membawa anak-anak kembali masuk ke aula, tapi matanya melihat
ayah Go Eun menarik Go Eun ke belakang panggung.
Go Eun ketakutan melihat ayahnya. Ayahnya berkata kalau
mereka tertangkap mereka akan dipisahkan. Ia akan masuk rumah sakit jiwa dan Go
Eun akan masuk panti asuhan. Go Eun menangis berkata ia tidak mau mati, ia
ingin hidup.
“Sudah ayah bilang, anak-anak tidak bisa hidup sendirian.
Jika kita harus dipisahkan, lebih baik kiita mati bersama. Itu lebih baik.”
Mun Yeong yang sejak tadi mendengar percakapan mereka,
mengumpat pelan.
“Benar-benar omong kosong. Kau adalah manusia tak berguna
pertama yang kutemui setelah begitu lama.”
Ayah Go eun terkejut dan berusaha mengancam Mun Yeong. Tapi
Mun Yeong dengan tenang bertanya apa ayah Go Eun pernah membunuh orang.
“Kaupikir kau tidak bisa melanjutkan hidupmu tapi tidak
punya keberanian untuk mati sendiri. Karena itu kau membujuk anak ini untuk
menjalaninya lebih dulu. Jangan jadi pecundang. Ambil saja nyawamu sendiri.”
Ayah Go Eun menyerang Mun Yeong tapi Mun Yeong memukulnya dengan tasnya. Pisau di dalam tas terlempar keluar. Ayah Go Eun hendak mengambil pisau itu tapi Mun Yeong menginjak tangannya dan menendang pisau itu. Ayah Go Eun menerjang dan mencekik Mun Yeong.
Go Eun ketakutan dan berlari keluar dari belakang aula.
Untunglah ia berpapasan dengan Kang Tae.
“Siapa kau berani-beraninya ikut campur!” Teriak ayah Go
Eun, ”Dia anakku! Aku bisa membunuhnya jika aku mau. Aku bisa melakukan apapun
yang kuinginkan padanya!”
Mun Yeong malah menentangnya untuk mencekiknya lebih kuat.
Ayah Go Eun makin marah dan mengetatkan cekikannya. Pada saat itu Mun Yeong
teringat pada masa kecilnya. Ayahnya juga pernah hendak membunuhnya dengan
mencekiknya. Mun Yeong sampai mencakar tangan ayahnya karena kesakitan.
Kang Tae menerjang ayah Go Eun. Mereka sempat berkelahi
hingga Kang Tae akhirnya bisa mengikatnya.Mun Yeong berjalan mendekati mereka
lalu mengayunkan pisaunya.
Darah menetes dari tangan Kang Tae yang menangkap pisau
tersebut.
“Jadi ini bukan takdir. Aku akan menghargai kalau kau tidak
ikut campur. Dia bukan pasien. Dia adalah cacing.”
Ayah Go Eun berkata Mun Yeong adalah orang gila. Ia lari
sambil berkata ia hampir saja mati karena Mun Yeong. Lah...bukannya memang dia
pengen mati ya? Para perawat langsung menangkapnya.
Kang Tae membungkus pisau dengan kain. Mun Yeong bertanya
memangnya pisau itu terluka hingga perlu dibalut. Anggap saja ia tadi membela
diri. Ia hanya ingin menggores ayah Go Eun seidkit dengan pisau tapi Kang Tae
bereaksi berlebihan. Ia lalu membalut tangan Kang Tae dengan kain yang tadi
membalut pisaunya.
“Kau tahu? Di dunia ini ada orang-orang yang pantas mati.
Tapi beberapa orang gila yang pengertian, diam-diam membunuh mereka. Karena itu
rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa bisa tidur tenang di malam hari tanpa tahu
apa-apa. Menurutmu aku yang mana?” tanya Mun Yeong.
“Kau orang gila yang tidak tahu apa-apa,” jawab Kang Tae.
Mun Yeong tertawa kecil.
Direktur Lee khawatir korban pisau Mun Yeong akan
menyebarkan berita mengenai kelakuan Mun Yeong. Seperti biasa ia akan
menyogok korban.
Di sisi lain, pihak rumah sakit kesulitan karena pasien
berbahaya lepas dan mengacaukan cara.
Para wali pasien protes dengan kejadian tersebut. Mereka membutuhkan orang
untuk disalahkan. Perawat yang bersalah karena melonggarkan ikatan ayah Go Eun
adalah seorang perawat pemula. Sedangkan Kang Tae sudah berpindah-pindah rumah
sakit selama 10 tahun terakhir. Total 15 rumah sakit. Ia tahu Kang Tae juga
tidak lama lagi akan meninggalkan mereka. Dengan kata lain, mereka membuat Kang
Tae menjadi kambing hitam insiden tersebut dan memecatnya. Kang Tae menerima
tanpa protes.
Untunglah ada Jae Su, sahabatnya, yang selalu siap menemani
dan menghiburnya. Meski akhirnya mereka harus mendorong motor Jae Su sampai ke
rumah.
Ju Ri benar-benar menemui Mun Yeong. Ternyata mereka berdua
saling mengenal. Hampir 20 tahun mereka tidak bertemu sejak Mun Yeong pindah
sekolah. Ju Ri menyerahkan surat persetujuan wali untuk ditandatangani.
“Kau jauh-jauh datang ke sini hanya untuk meminta
tandatanganku di kertas bodoh ini? Kau memang sangat bertanggungjawab atau kau
hanya berbuat baik?”
Ju Ri menjelaskan rumah sakit tempatnya bekerja adalah rumah
sakit jiwa sedangkan operasi ayah Mun Yeong dilakukan di rumah sakit lain.
“Sudah kubilang ayahku sudah mati. Kau tahu kan aku adalah
yatim piatu...”
“Tapi ibumu masih hidup...”
“Aku sudah lama mendaftarkan kematiannya. Apa kau tahu apa
yang menarik? Jiwa ayahku sudah mati, tapi fisiknya hidup seperti zombie.
Sedangkan ibuku, mati secara fisik bertahun-tahun lalu...tapi jiwanya masih
hidup. Jadi siapa yang masih hidup di antara mereka berdua? Kau kan perawat,
beritahu aku.”
Ju Ri berusaha membicarakan kondisi ayah Mun Yeong yang akan
semakin parah jika tidak dioperasi.
“Hei, orang-orang akan berpikir kau adalah puterinya. Ah,
kenapa kita tidak melakukan ini. Kau boleh jadi puteri Go Dae Hwan dan aku jadi
puteri ibumu. Aku akan tandatangan jika kau setuju. Bagaimana?”
Pertemuan dengan Mun Yeong sangat melelahkan bagi Ju Ri.
Tapi ia berhasil mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Apakah itu artinya
menyetujui perkataan Mun Yeong? Ia bertanya apakah sesekali ia perlu menemui
ibu Ju Ri untuk makan karena masakan ibu Ju Ri enak. Ju Ri hanya diam.
Mun Yeong menggoda kalau Ju Ri sampai sekarang tidak bisa
mengerti gurauannya. Ju Ri baru bisa menumpahkan kekesalannya saat ia
sendirian.
Kang Tae menceritakan apa yang terjadi pada Jae Su. Jae Su
berpendapat Mun Yeong tidak waras. Tapi Kang Tae berkata Mun Yeong memang
dilahirkan seperti itu. Jae Su protes karena Kang Tae menerima dipecat begitu
saja. Kang Tae mengaku pasti enak rasanya kalau bisa mengamuk melampiaskan
kemarahannya, tapi dengan begitu ia tidak akan mendapat uang pensiun.
Jae Sun berkata Sang Tae dikeluarkan dari sekolah, Kang Tae
dipecat, dan sudah waktunya juga baginya untuk berhenti.
“Inilah saatnya, ketika angin malam terasa hangat. Kurasa
kupu-kupu akan segera muncul. Bagaimana dengan kak Sang Tae? Belum ada
tanda-tanda?”
Belum, jawab Kang Tae. Jae Su bertanya-tanya ke mana lagi
kali ini mereka akan pergi. Mereka hampir tiba di rumah. Kang Tae meminta Jae
Su merahasiakan insiden hari ini pada Sang Tae.
Tapi tiba-tiba Kang Tae terkejut. Ia lupa meminta
tandatangan Mun Yeong. Jae Su meniru tandatangan Mun Yeong semirip mungkin.
Kang Tae tersenyum gembira saat melihat hasilnya.
“Jangan tersenyum. Memuakkan,” kata Jae Su.
Kang Tae berkata seorang pasien juga mengatakan hal yang
sama. Memangnya senyumnya sememuakkan itu? (ngga kok nggaaaaa^^) Jae Su berkata senyum Kang Tae
seperti Joker, dengan mata sedih dan sudut bibir terangkat naik.
Merekat tiba di rumah. Tapi Sang Tae bisa tahu kalau itu
adalah tanda tangan palsu. Alhasil Sang Tae marah dan merajuk. Ia mengurung
diri dalam lemari kain mengomel kalau berbohong itu buruk. Kang Tae berusaha
membujuknya dengan berjanji membawanya ke toko buku untuk memberi ensiklopedi
dinosaurus yang sangat diinginkan kakaknya. Tapi itu pun tidak sanggup membuat
Sang Tae keluar.
Jae Su berkata itu semua salah Go Mun Yeong. Ia akan
membakar semua buku-bukunya. Tentu saja tidak betulan. Sang Tae menghambur keluar untuk menghalangi
Jae Su.
Direktur Lee mengirim pesan pada Kang Tae. Ia meminta maaf
atas insiden yang terjadi hari ini dan meminta Kang Tae datang ke kantor besok.
Kang Tae mengiyakan dengan singkat.
Sementara itu di tv diberitakan kalau ayah Go Eun ditemukan
meninggal di kamar tempatnya diamankan. Polisi sedang menyelidiki penyebab
kematiannya. Bunuh diri kah? Aku kok ngga yakin ya karena darahnya di area
kepala, dan lagi dia pasti diikat erat karena perbuatannya tadi. Aku merasa ada
yang membunuhnya...
Mun Yeong memikirkan Kang Tae dan menganggapnya memiliki
mata yang indah. Kang Tae juga memikirkan perkataan Mun Yeong. Bahwa di dunia
ini ada orang gila yang membunuh orang yang pantas mati agar warga biasa bisa
tidur dengan tenang.
Ia bangun untuk melihat kakaknya yang tidur sambil memegangi
buku-buku Mun Yeong agar tidak diambil Jae Su. Ia mengambil buku “The Boy Who
Fed On Nightmares”...buku yang tadi dibacakan Mun Yeong di rumah sakit.
THE BOY WHO FED ON NIGHTMARES
Anak
laki-laki itu terbangun lagi dari mimpi buruknya. Ingatan buruk dari masa lalu
yang ingin ia hapus dari kepalanya, Terulang setiap malam dalam mimpinya dan
menghantuinya tanpa henti.
Anak
itu sangat takut jika ia sampai tertidur. Jadi suatu hari ia menemui Si
Penyihir dan memohon,
“Tolong
lenyapkan semua ingatan burukku agar aku tidak akan pernah lagi mengalami mimpi
buruk. Maka aku akan melakukan apapun yang kauminta.”
Tahun
demi tahun berlalu dan anak laki-laki itu menjadi dewasa. Ia tidak lagi
mengalami mimpi buruk. Tapi anehnya, ia tidak merasa bahagia sama sekali.
Suatu
malam, saat bulan merah memenuhi langit malam, Si Penyihir akhirnya muncul
kembali untuk mengambil apa yang sudah dijanjikan laki-laki itu sebagai imbalan
memenuhi permintaannya. Laki=laki itu berteriak pada Si Penyihir dengan penuh
kemarahan,
“Semua
ingatan burukku sudah hilang. Tapi kenapa....kenapa aku tidak bisa bahagia?”
Maka
Si Penyihir mengambil jiwa laki-laki itu sesuai perjanjian mereka, dan memberitahunya
hal ini,
“Kenangan
pedih dan menyakitkan. Kenangan penyesalan yang mendalam. Kenangan menyakiti
dan disakiti orang lain. Kenangan dicampakkan.
Hanya
mereka yang memiliki kenangan-kenangan seperti itu terkubur dalam hati mereka, yang bisa menjadi lebih kuat, lebih
penyayang, dan lebih luwes secara emosional.
Dan
hanya mereka yang bisa mencapai kebahagiaan. Jadi jangan lupakan apapun.
Ingatlah semua dan atasi semuanya. Jika kau tidak mengatasinya, kau akan selalu
menjadi anak kecil yang jiwanya tidak pernah bertumbuh.”
Sementara itu Go Eun di rumah sakit
telah selesai membaca buku yang sama. Ia membaca tulisan Mun Yeong di buku yang
ditandatanganinya.
“Jangan
lupakan hari ini.”
Seorang perawat melihatnya belum tidur. Go Eun bertanya di mana ayahnya. Perawat tidak berani
mengatakan kalau ayahnya sudah tiada. Ia meminta Go Eun tidak khawatir.
Go Eun mulai menangis dan bertanya apakah polisi akan membawa
ayahnya dan mengurungnya di rumah sakit jiwa. Ia berkata ayahnya bukan orang
jahat, ayahnya hanya sedang sakit. Ia memohon agat ayahnya tidak dibawa polisi
dan agar ia diijinkan tinggal bersama ayahnya. Ia ingin hidup bersama ayahnya
dan merindukan ayahnya.
Sang Tae bermimpi ia berada di
tengah hutan ketika ia masih seorang pemuda. Hutna itu sangat gelap. Lalu
tiba-tiba ia melarikan diri ketakutan karena dikejar banyak kupu-kupu. Dalam
mimpinya itu kupu-kupu yang sangat banyak menyerbunya.
Ia terbangun sambil berteriak ketakutan.
Kupu-kupu!! Kupu-kupu itu akan membunuhku!! Kupu-kupu akan membunuhku!
Jae Su yang terbangun menghela
nafas panjang. Kupu-kupu itu telah kembali. Kang Tae sedih melihat kakaknya.
Inilah tanda yang dimaksud Jae Su...Tanda bagi mereka untuk pindah.
Keesokan harinya Kang Tae pergi ke kantor penerbitan buku Mun Yeong. Mun Yeong juga baru tiba di kantor. Semua orang langsung sibuk membereskan meja mereka begitu tahu Mun Yeong datang. Lebih tepatnya, menyembunyikan semua benda tajam. Mun Yeong tapi bisa melihat sebilah pedang mini (sepertinya alat pembuka surat) yang ada di meja salah satu staf. Ia mengambil miniatur pedang tersebut. Jadi ia terobsesi benda tajam?
Mun Yeong melihat Kang Tae sedang menunggu di ruang rapat sambil membaca bukunya. Ia terlihat senang dan langsung menemuinya.
Ia berkata tadinya ia kira Kang Tae
berbeda dengan yang lainnya, tapi ternyata ia salah. Ia bertanya berapa banyak
yang ditawarkan pada Kang Tae. Kang Tae berkata ia tidak mengerti maksud
perkataan Min Yeong. Mun Yeong bertanya berapa banyak yang ditawarkan Direktur
Lee untuk menutup mulut Kang Tae atas insiden pisau kemarin. Metode uang selalu
berhasil, kata-kata tidak ada artinya.
“Tidak berlaku untukku,” kata Kang
Tae.
Lalu apa yang diinginkan Kang Tae
kalau bukan uang. Seks?
“Apa itu lebih berharga dari uang?”
Kang Tae balas bertanya.
Ia berkata ia berharap bisa bertemu
dengan Mun Yeong lagi.
“Aku ingin melihat kedua matamu
lagi. Matamu mengingatkanku pada seseorang yang pernah kukenal. Seseorang yang
kacau dan tidak punya hati nurani. Seorang wanita yang matanya tidak memiliki
kehangatan.”
“Apa kau takut pada wanita itu?”
tanya Mun Yeong.
“Tidak. Sebaliknya, aku
menyukainya.”
Komentar:
Walah akhirnya aku malah buat sinop
lengkap hahaha...soalnya susah komentar kalau tidak menulis alur cerita dengan
lengkap. Banyak hal yang terlewat dibicarakan. Kalau ditulis, lebih terlihat
apa saja yang menarik untuk dibahas^^
Oke pertama, aku suka banget dengan
directing dan efek-efek visualnya. Jadi berasa ada efek-efek dongeng gitu waktu
Kang Tae dan Mun Yeong menceritakan dongeng itu. Kesan misterius sekaligus
indah, terkadang ada humornya seperti adegan muntah seorang pasien digambarkan
dengan air terjun dan lain-lain.
Kisah animasi di awal sepertinya
menceritakan Kang Tae dan Mun Yeong pernah bertemu waktu mereka masih kecil.
Bayangan hitam yang menyertai Mun Yeong adalah ibunya? Atau didikan ibunya?
Bagaimana bisa seorang ibu mencap anaknya sebagai monter? Apa karena perilaku
Mun Yeong? Mungkinkan Mun Yeong tidak berhati nurani sejak dilahirkan seperti
yang dikatakan Sang Tae? Karena itu jugakah ayahnya sampai hendak membunuhnya?
Tapi kalau disebut tidak berhati
nurani, untuk apa ia ikut campur pada masalah Go Eun sampai ia hampir mati? Meski
terkesan tidak berperasaan dan kata-katanya sembarangan, tapi apa yang
dikatakannya benar. Ia juga membalut tangan Kang Tae yang terluka karena
pisaunya. Ia juga akhirnya menandatangani surat persetujuan operasi ayahnya. Meski
ia terkesan tidak peduli tapi lebih karena ia tahu rumah sakit tidak akan
membiarkan ayahnya begitu saja. Ia tahu ayahnya dalam penanganan yang baik. Sepertinya
sulit untuk mengerti Mun Yeong hanya dari 1 episode saja ;p
Penyebab Sang Tae dan Kang Tae
berpindah-pindah adalah karena pada musim tertentu, Sang Tae akan bermimpi
mengenai kupu-kupu dan mereka akan pindah. Pindah untuk mencari daerah yang beda
cuacanya? Mencari suasana baru untuk Sang Tae? Sampai kapan mereka akan terus
berpindah? Dalam 10 tahun saja sudah 15 rumah sakit...wow...pasti melelahkan
secara fisik dan mental bagi Kang Tae.
Ju Ri dan Mun Yeong juga pernah
bertemu waktu kecil. Mereka pernah bersekolah di sekolah yang sama dan kalau
Mun Yeong sampai tahu rasa masakan ibu Ju Ri, apakah mereka pernah berteman?
Dan pasti berakhir tidak begitu baik karena Ju Ri terlihat tegang dan sedikit
takut pada Mun Yeong....juga ada kekesalan?
Bagaimanapun aku suka drama
ini...melihat Seo Ye Ji dan Kim Soo Hyun berpandangan saja udah ikut happy
hahaha XD
Ciiieeeee yg akhirnya nulis lagi hahaha...demi siapa cobak? Dan 1 eps jadinya berapa hari hahaha
BalasHapusciieeeee.. nulis lagii.. horeee..
Hapusayo put.. jangan mau kalah.. nulis lagi aja.. yang sering ada di status itu lohh :D
Mksdnya tulisan kerecehanku di dunia nyata....aduuhh jgn...kita jaim lah disini hahhaha...
HapusAyo mb dee mb put nulis lagi 😊
HapusSeperti mimpi saya bisa membaca sinopsis Mba Fanny lagii .. ����
BalasHapusSenangnya...
BalasHapusAkhirnya mb fanny nulis lg . Berharap mb Dee Kutudrama, mb Hazuki Airyn clover blossom, mb Mumu berbagi jg bs kembali menulis. Kalian semua blogger idola sy sejak 2010an.
asyiiiik dikunjungi para tetangga
BalasHapusTerima kasih banyak mb fanny.. udah lamaa ga baca sinop, tp demi siapaaa coba kita bertemu disini 😄😄😄 babang uyun laaahhh
BalasHapusMasyaaAllah akhirnya mba fanny nulis lg,,favorit ku dr thn 2010,,walaupun sering jd silent reader heheee,,dan br kali ini koment krn terlalu senang akhirnya penulis sinop favoritku nulis lg yeeaayyy,,,,suka ngecek kapan mba fanny nyinop lg,karena aku suka komentarnya mba fanny diakhir,,semoga ga Hiatus lg ya heee
BalasHapushai^^ iya lagi berusaha aktif lagi hehe...mudah2an bisa terus update ya :)
Hapuskangen.. akhirnya..kdramatized rilis sinopsis lagi
BalasHapusSenengnya... Mbak fanny nulis lagi...
BalasHapusSekarang rada susah kalau mau baca sinopsis, padahal aku udah kebiasaan kalau nonton drakor itu tamatin dulu biar bisa maraton,smbil nunggu tamat baca sinopsisnya dlu