Kang Tae mendengar suara isak tertahan dari kamar Mun Yeong.
Ia membuka pintu dan melihat Mun Yeong terbaring kaku sambil terisak. Barulah
ketika ia mengangkatnya bangun, Mun Yeong menangis histeris. Mun Yeong menyuruh
Kang Tae melarikan diri. Tapi tangannya menggenggam erat baju Kang Tae. Kang
Tae memeluknya untuk menenangkannya dan
berkata ia tidak akan pergi. Mun Yeong kembali tenang.
Semalaman Kang Tae menjaga Mun Yeong. Pagi hari ia terbangun
dan melihat Mun Yeong sedang menatapnya. Mun Yeong bertanya mengapa Kang Tae
ada di kamarnya. Kang Tae berkata Mun Yeong semalam demam.
“Jadi apa kau main dokter-dokteran?” sindir Mun Yeong.
Kang Tae menyuruh Mun Yeong istirahat. Ia akan mengantar
Sang Tae dan membeli obat. Sebelum Kang Tae pergi, Mun Yeong berkata ia tidak
melakukan kesalahan. Wanita itu (Kang Eun Ja) yang terus bersikap sekaan-akan ia ibunya,
jadi ia memberitahunya kalau ibunya sudah mati. Hanya itu. Hmmm...kenapa Mun
Yeong menceritakan ini pada Kang Tae bahkan sebelum ada yang menanyakannya?
Biasanya ia tidak peduli.
Sang Tae berusaha menghafal jalan menuju restoran Jae Su.
Baru kali ini ia pergi dari rumah Mun Yeong. Kang Tae berkata ia akan mengantar
karena ia juga perlu ke kota. Ia bolos kerja di rumah sakit hari ini.
Sementara itu di rumah sakit, Dokter Oh dan para staf sedang
mengamati rekaman CCTV saat pasien Kang Eun Ja pingsan. Mereka melihat Kang Eun
Ja pingsan saat berbicara dengan Mun Yeong. Sekarang ia sedang dirawat di ruang
isolasi.
Setelah itu mereka mengadakan rapat. Dokter Oh berkata Kang
Eun Ja bisa saja mengalami konversi dan berhenti berdelusi, jadi mereka harus
mengawasinya. Dokter Oh ingin tahu lebih dulu apa yang dikatakan Mun Yeong pada
pasien Kang.
“Pasti ia mengatakan: puterimu sudah mati. Jadi ia pingsan
karena shock dan emosi,” kata Byul.
Perawat Park bertanya bagaimana Mun Yeong bisa tahu kalau
puteri Kang sudah tiada. Byul berkata bisa saja Kang Tae yang memberitahu.
Mereka kan dekat. Ju Ri langsung protes kalau mereka berdua tidak dekat dan
Kang Tae tidak mungkin membocorkan informasi pasien. Saking kesalnya, ia tidak mau ikut-ikutan
ketika para staf voting agar mereka melakukan sesuatu pada Mun Yeong yang terus
menerus menyebabkan masalah sejak ada di sana.
Dokter Oh akhirnya berkata kelas Mun Yeong dihentikan untuk
sementara sampai mereka tahu apa yang terjadi. Para staf setuju dengan
keputusan tersebut. Dokter Oh juga ingin berbicara dengan Kang Tae tapi Perawat
Park berkata Kang Tae tadi menelepon kalau hari ini ia tidak masuk. Ju Ri lagi-lagi
kecewa karena ia tidak tahu apa-apa.
Di bis, Kang Tae menyarankan agar Sang Tae berhenti dari
restoran Jae Su. Menggambar di rumah sakit, menjual pizza, dan nanti akan mulai
menggambar ilustrasi..Sang Tae pasti akan sangat sibuk. Sang Tae tidak merasa
keberatan tapi Kang Tae khawatir Sang Tae kelelahan lalu jatuh sakit dan
sakit-sakit badan.
“Seperti anjing,” kata Sang Tae. Ia berkata Kang Tae
mengerang seperti anjing bila sakit.
Kang Tae berkata ia
tidak seperti itu. Ia tidak sakit karena sekarang ia tidak melakukan banyak
pekerjaan. Ia merasa baik-baik saja.
“Perasaanmu yang sakit. Tubuh itu jujur. Ketika kau sakit
secara fisik, kau menangis. Tapi hati itu berbohong. Ia tetap diam meski
tersakiti. Lalu ketika kau tidur, kau akhirnya menangis dan mengerang seperti
seekor anjing.” (Sang Tae bijak banget...)
Kang Tae teringat tangis Mun Yeong semalam. Ia mengalihkan
perhatiannya pada Sang Tae yang asyik membaca buku. Apa ia sangat menyukai buku
itu. Sang Tae mengiyakan. Buku itu karya Mun Yeong berjudul Anjing Musim Semi.
Ia menceritakannya pada Kang Tae.
Mereka tiba di restoran Jae Su. Jae Su bersiap marah tapi
Kang Tae mendapat telepon dan memberi isyarat kalau mereka akan bicara nanti.
Ia pergi keluar untuk berbicara. Direktur Lee yang meneleponnya karena Mun
Yeong tidak mengangkat teleponnya.
Kang Tae berkata Mun Yeong saat ini tidak enak badan.
Direktur Lee bertanya sejak kapan ia sakit dan apa gejalanya. Ia merasakan
firasat buruk dan khawatir semalaman. Tapi Kang Tae berkata ia akan memberitahu
Mun Yeong untuk menelepon Drektur Lee, lalu menutup telepon. Ia masuk ke apotik
untuk membeli obat.
Mun Yeong tidak menghiraukan telepon Direktur Lee. Ia
teringat masa kecilnya. Ibunya selalu menyisiri rambutnya dan berkata Mun Yeong
cocok berambut panjang karena mirip dengannya. Ia melarang Mun Yeong memotong
rambutnya. Bila Mun Yeong berkata ia bosan dengan rambutnya yang panjang,
ibunya akan marah dan berkata Mun Yeong harus menurut padanya. Marahnya ibu Mun
Yeong itu nyeremin ya, sampai lempar sisir dan memecahkan cermin.
Mun Yeong mengambil gunting dan hendak memotong rambutnya. Tapi tiba-tiba terngiang suara ibunya, “Kumohon, selamatkan aku...”
Direktur Lee baru tiba di rumah Mun Yeong ketika ia
mendengar suara kaca pecah dair lantai atas. Ia berlari ke kamar Mun Yeong.
Cermin di kamar itu pecah sementara Mun Yeong duduk diam di tempat tidur. Mun
Yeong, panggil Direktur Lee waspada.
“Aku ingin memotongnya, tapi aku tidak bisa,” kata Mun
Yeong.
Memotong apa, tanya
Direktur Lee. Ibuku, jawab Mun Yeong. Direktur Lee bertanya apa Mun Yeong
mengalami tindihan lagi karena halusinasinya. Sejak kapan?
“Sejak hari pertama aku kembali ke sini.”
Direktur Lee langsung membereskan semua barang Mun Yeong.
Mereka akan kembali ke Seoul sekarang. Kali ini ia tidak mempedulikan ancaman
Mun Yeong yang melarangnya menyentuh barang-barangnya. Ia tahu Mun Yeong akan
hancur jika halusinasi itu mulai menghantuinya lagi. Ia tidak bisa membiarkan Mun Yeong tinggal di
sini.
Mun Yeong dan Kang Tae harusnya tidak saling terlibat. Ia
sudah mendapat firasat buruk mengenai itu. Mun Yeong mengambil lampu meja dan
siap menghantamkannya pada Direktur Lee. Tapi Direktur Lee sangat mengenal Mun
Yeong. Ia berhasil menangkap lampu itu.
Ia membawa koper Mun Yeong dan menarik Mun Yeong pergi. Ia
tidak peduli pada protes kemarahan Mun Yeong dan ancamannya. Pokoknya Mun Yeong
harus keluar dari rumah ini agar bisa hidup. Mun Yeong berpegangan pada ujung
tangga. Direktur Lee berusaha melepasnya.
“Apa yang kau lakukan!!” bentak Kang Tae. Ia berjalan cepat
ke tangga.
Direktur Lee hendak menjelaskan tapi Mun Yeong mendorongnya
pelan. Direktur Lee kehilangan keseimbangan dan melihat Kang Tae berharap ia
menolongnya. Kang Tae dengan tenang meraih Direktur Lee dan menolongnya.
Lagi-lagi jadi adegan romantis XD
Direktur Lee berkata ia akan membawa Mun Yeong dan Kang Tae
sebaiknya pergi juga dari rumah ini. Ia mengulurkan tangan pada Mun Yeong tapi
Kang Tae menepisnya. Mun Yeong menyuruh Kang Tae mengusirnya.
“Kenapa kau pura-pura lemah,” kata Direktur Lee.
“Menyeretnya pergi tanpa persetujuannya dapat dianggap
kekerasan. Kau melakukannya duluan, jadi aku juga bisa melakukannya, bukan?”
ujar Kang Tae.
Ia memiting tangan Direktur Lee dan mendorongnya keluar
rumah. Direktur Lee menggedor pintu sambil berteriak kalau ia satu-satunya
orang yang bisa melindungi dan merawat Mun Yeong.
Kang Tae menasihati Mun Yeong agar tetap mengunci pintu jika
sendirian di rumah. Mun Yeong tersenyum memangnya ada orang yang akan
melukainya, bukannya sebaliknya? Kang Tae terdiam. Ia melihat cermin Mun Yeon
yang pecah.
“Tetap saja biarkan terkunci. Kau bilang hal menakutkan akan
terjadi jika kau lengah,” katanya. Ia menyerahkan obat penurun demam yang
dibelinya tadi.
“Jika aku meminum benda seperti ini setiap kali aku perlu menenangkan diri, maka aku sudah jadi pecandu,” seloroh Mun Yeong. Obat itu tidak berguna baginya.
Kang Tae punya ide lain. Ia mengajak Mun Yeong jalan-jalan.
Sepanjang jalan Mun Yeong bersenandung. Ia suka ide yang ini. Kau mau ke mana,
tanya Kang Tae. Motel. Apa yang mau kaumakan? Kau.
Kang Tae menghentikan mobilnya dan menegur Mun Yeong. Mun
Yeong berkata hari ini ia akan menurut dokter Kang Tae. Ia akan ikut ke manapun
Kang Tae membawanya.
Jae Su bertanya pada Sang Tae apa maksudnya dengan “nanti”.
Karena tadi Kang Tae menjawab “nanti” saat ia hendak bicara.
“Kapan-kapan sebelum kau mati,” jawab Sang Tae.
Jae Su terkejut. Tidak mungkin Kang Tae melakukan itu
padanya. Mereka bertemu saat ia baru berusia 16 tahun di resto ayam
orangtuanya. Ketika itu Kang Tae bekerja paruh waktu di resto mereka dan tinggal
bersama mereka. Jae Su lebih tua 1 tahun darinya tapi Kang Tae tidak pernah
menganggapnya sebagai kakak.
“Ia selalu memberi kakak semua paha,” curhatnya.
“Aku hanya makan paha,” Sang Tae membenarkan.
Jae Su berkata ia iri pada Sang Tae. Ia juga ingin punya
adik seperti Kang Tae. Jadi suatu waktu ia meminta Kang Tae menganggapnya
sebagai kakak. Tapi Kang Tae berkata ia tidak perlu kakak lagi. Sejak itu ia
sadar kalau Kang Tae butuh teman, bukan seorang kakak lagi.
“Aku juga butuh teman,” kata Sang Tae murung.
Kang Tae membawa Mun Yeong makan daging. Mun Yeong makan
dengan lahap dan berkata sekarang ia merasa lebih baik. Kang Tae berkata
dagingnya belum matang. Tidak apa-apa, kata Mun Yeong, ia memiliki banyak panas
dalam tubuhnya.
“Aku tidak bisa mengendalikan diri kalau soal makanan. Aku
tetap merasa lapar berapa banyak pun aku makan. Apa karena aku kaleng kosong?”
tanya Mun Yeong. Tapi itu pinggang tipis banget >,<
Kang Tae jadi tidak enak hati dan meminta maaf. Waktu itu ia
hanya bicara sembarangan. Tapi itu benar, kata Mun Yeong.
“Tidak, kau bukan kaleng kosong.”
“Kalau begitu apa?” Mun Yeong menatap Kang Tae.
“Preman?” Kang Tae tertawa garing.
Curhat Jae Su belum selesai. Sejak itu ia terus menjual
ayam. Dari ayam goreng, kukus, asam manis, paha, bahkan kaki ayam. Sang Tae
membalas hanya kepala ayam yang belum pernah dijual Jae Su. Itu benar, kata Jae
Su. Padahal ia tidak mau jualan ayam. Ia bahkan muak dengan baunya. Tapi hanya
bisnis itu yang bisa ditutup dan dibuka dengan cepat. Karena ia tidak tahu
kapan temannya harus pindah lagi, ia terus berjualan ayam.
“Tapi kali ini terasa berbeda. Aku merasa ia mungkin saja
menetap di Kota Seongjin. Jadi aku mengumpulkan semua uang yang kumiliki, bahkan
mengambil pinjaman untuk membuka bisnis lain. Tidak lagi ayam. Tapi dia.....dia
meninggalkan aku,” Jae Su mulai menangis, “Kenapa? Karena ia menyukai Go Mun
Yeong si gila itu, lebih dari padaku temannya selama 15 tahun.”
Sang Tae berkata bukan itu sebabnya. Tapi Jae Su berkata itu
benar. Sang Tae menjelaskan Kang Tae ikut dengannya karena kontrak yang
dibuatnya.
“Jangan terlalu percaya Kang Tae. Kakak mungkin saja
berakhir sepertiku,” kata Jae Su (aku tidak suka sih dengan perkataan Jae Su ini)
Mun Yeong telah selesai makan dan bertanya kenapa Kang Tae
tidak ikut makan. Kang Tae berkata ia tidak terlalu lapat. Kayanya sih ngirit
;p
“Apa kau pernah tidur dengan wanita?” tanya Mun Yeong dengan nada seakan bertanya apa warna kesukaan Kang Tae XD
Kang Tae sampai menyemburkan air minumnya mendengar
pertanyaan tak terduga Mun Yeong. Tidak pernah, tanya Mun Yeong kaget. Kang Tae
bertanya kenapa Mun Yeong tiba-tiba bertanya sembarangan.
“Kau kelihatannya tidak punya keinginan apapun. Tidak punya
keinginan untuk makan, memiliki, atau melakukan apapun. Kau selalu kelihatan
apatis,” kata Mun Yeong.
Aku tidak apatis, kilah Kang Tae. Ia berkata ia hanya
menahan dirinya. Kenapa, tanya Mun Yeong.
“Kau melakukan apapun yang kau mau, tapi tidak semua orang
seperti itu.”
“Jangan menahan dirimu. Seharusnya tidak sesulit itu. Apakah
aku perlu menarik pin pengamanmu? Aku penasaran apa yang akan terjadi jika kau
tidak menahan diri.”
Seung Jae menemui Sang Tae di resto Jae Su. Ia ingin memberi
referensi ilustrasi untuk pekerjaan Sang Tae. Sepertinya lebih karena ia juga
ingin mendekati Mun Yeong karena Direktur Lee kalah terus dari Mun Yeong. Tapi
Sang Tae berkata tidak sopan membicarakan pekerjaan lain di tempat kerja orang
lain. Dan lagi jam kerjanya sudah selesai. Mereka akan membicarakannya nanti.
Mun Yeong dan Kang Tae masih berjalan-jalan. Kang Tae
berkata jalan-jalan bisa menjernihkan pikiran dan menambah semangat. Tapi Mun
Yeong berkata ia hanya memikirkan kakinya yang sakit dan buang-buang waktu. Apa
Kang Tae mau menggendongnya?
Kang Tae gugup karena Mun Yeong mendadak berhenti di
hadapannya. Ia mengeluarkan ponselnya untuk mencari di mana Sang Tae berada.
Mun Yeong merebut ponselnya dan melemparnya. Tapi tidak betulan. Ia berkata
Kang Tae harus fokus hanya padanya.
“Baiklah, berikan padaku,” Kang Tae mendekati Mun Yeong.
Tapi Mun Yeong terus menyembunyikan ponsel itu. Kang Tae
berusaha merebutnya dan berakhir dalam posisi dekat. Terlalu dekat.
“Apa kau sedang memelukku?” tanya Mun Yeong.
Kang Tae cepat-cepat menjauh. Mun Yeong mengangkat telepon
Kang Tae yang berbunyi.
“Hei, Ju Ri. Teman serumahku sedang berada dalam situasi
canggung jadi aku mengangkat teleponnya. Ada apa?”
Ju Ri terkejut Mun Yeong yang mengangkat telepon. Ia ingin
tahu kenapa Kang Tae tidak masuk kerja hari ini. Mun Yeong berkata Kang Tae
cuti agar bisa bersamanya. Lalu ia menutup telepon.
Ia baru tahu Kang Tae sengaja cuti. Ia bertanya apa karena
Kang Tae khawatir padanya. Apa Kang Tae mengajaknya kencan untuk membantunya
menenangkan diri? Siapa bilang ini kencan, kilah Kang Tae. Lalu apa, tanya Mun
Yeong.
“Apa kau sedang merayuku? Atau coba-coba? Atau kau sedang
mempermainkanku? Baik, mari kita
jadian.”
“Pergi.” Kata Kang Tae. “Pergi. Apa kau tahu sudah berapa
kali kau mengatakan itu padaku? Bahkan semalam dan hari itu juga (hari ketika
Kang Tae membawakan bunga). Tapi semalam
kau terdengar seperti memohon agar aku tidak pergi. Waktu itu aku melarikan
diri. Tapi hari ini, kurasa aku sebaiknya bersamamu. Hanya itu.”
Direktur Lee minum-minum sambil mengomel karena Mun Yeong
yang sudah dibantunya selama 10 tahun meninggalkannya demi seorang perawat baru
dikenal. Ia akan mencari wanita termanis dan terbaik di dunia ini. Tiba-tiba seseorang
membentaknya karena berisik.
Ia menoleh dan melihat Ju Ri yang sudah mabuk. Ju Ri mengeluh
cinta sepihak itu sangat sulit. Ia menyerah saja. Direktur Lee mengenali Ju Ri
sebagai wanita manis yang dilihatnya di resto Jae Su.
“Kenapa tidak bisa aku? Kenapa harus dia? Aku juga bisa
menyumpahi. Aku juga bisa mengamuk dan menghancurkan barang-barang. Aku bisa
berhenti bersikap baik sepanjang waktu. Aku juga bisa jadi wanita jahat,” kata
Ju Ri.
“Astaga tidak semua orang bisa seperti itu,” kata Direktur
Lee mendekati Ju Ri.
Siapa kau, tanya Ju Ri. Direktur Lee memperkenalkan dirinya
dan memberikan kartu namanya. Plakk!! Tiba-tiba Ju ri menampar Direktur Lee.
“Semua ini salahmu. Kau seharusnya berbicara dengan Go Mun
Yeong. Dengan begitu ia tidak pindah ke sini dan mereka berdua tidak pernah
bertemu. Dan aku tidak akan jadi seperti ini. Semua gara-gara kau, ” keluh Ju
Ri.
Direktur Lee tiba-tiba mengenali suara Ju Ri sebagai perawat
yang sering meneleponnya mengenai ayah Mun Yeong. “Perawat Nam Ju Ri?” Ju Ri
tertidur karena mabuk.
Kang Tae dan Mun Yeong dalam perjalanan pulang. Mun Yeong
dalam mood yang sangat baik. Ia membuat gambar smiley dengan embun di kaca
jendela.
“Aku bermimpi buruk semalam. Mimpi burukku selalu mengenai
ibuku. Dan ketika aku bangun dari mimpi itu, aku merasa sangat buruk. Tapi hari
ini aku tidak apa-apa.”
Diam-diam Kang Tae tersenyum.
Jung Tae protes kelas Mun Yeong dihentikan sementara.
Sementara Pil Wong berkata ia sudah menduga kelas Mun Yeong suatu saat akan
dihentikan karena cara pemikiran Mun Yeong dan sikapnya yang buruk. Sementara
Ah Reum sedih kelas dihentikan padahal ia sudah membuat semua PR nya. Ia yakin
Mun Yeong akan memujinya kali ini.
Sun Hae mengomeli Ah Reum yang pagi-pagi sudah menangis
hingga merusak mood-nya. Jung tae langsung membela Ah Reum. Memangnya kalian
pacaran, tanya Sun Hae. Jung Tae dan Ah Reum cepat-cepat pergi. Keduanya cepat
atau lambat akan membuat masalah, kata Sun Hae.
Kang Tae seperti biasa menanyakan kabar kakaknya. Sang Tae
berkata ia hanya duduk, Mun Yeong? Sedang duduk juga. Mun Yeong mengajak Sang
Tae bermain saja hari ini. Sang Tae menurut dan membuka buku kesukaannya.
Kang Tae menemui Dokter Oh di kantornya. Dokter Oh bertanya
apa Mun Yeong memiliki kekasih. Kang Tae terdiam. Lalu ia berkata ia tidak
tahu. Dokter Oh berkata ia ingin memperkenalkan putera bungsunya dengan Mun
Yeong. Lalu ia menanyakan pendapat Kang Tae. Hehe...lagi ngetes doang nih
dokter ;p
“Kenapa Bapak tanya padaku?” tanya Kang Tae bingung.
“Kalian kan tinggal bersama.”
Rupanya Dokter Oh melihat kedatangan mereka bersama di rumah
sakit pagi itu. Tapi ia berkata ia sudah menganalisis kejiwaan begitu lama
hingga ia bisa melihat cerita orang hanya dengan melihat mata mereka. Pffft...
Ia bertanya kenapa Kang Tae kemarin tidak masuk. Karena
tidak enak badan, kata Kang Tae. Maksudmu Penulis Go yang tidak enak badan,
sindir Dokter Oh. Kang Tae membenarkan. Dokter Oh bertanya apa ada kaitannya
dengan pasien Kang Eun Ja yang bersikap jadi ibunya.
“Sepertinya Penulis Go sempat mengira ia benar-benar ibunya
utnuk sesaat.”
Dokter Oh berkata ibu Mun Yeong adalah penulis Do Hui Jae.
Pada hari terakhir ia menyelesaikan buku fiksi terakhirnya, ia menghilang tanpa
jejak. Lalu ia didaftarkan sebagai orang yang sudah meninggal 5 tahun setelah
ia menghilang. Beberapa orang percaya ia masih hidup dan banyak rumor beredar
ketika itu.
“Mungkinkah ia masih hidup?” tanya Kang Tae.
Dokter Oh berkata jika ibu Mun Yeong masih hidup, tidak
mungkin ia membiarkan para pembacanya menunggu selama hampir 20 tahun karena
mereka sangat ingin tahu bagaimana akhir dari buku Penyihir dari Barat (Witch
of The West). Hmmm...jadi buku terakhir itu belum selesai?
Dokter Oh berkata Mun Yeong pasti sangat shock juga dan
sangat merindukan ibunya. Karena itu ia salah menganggap orang lain sebagai
ibunya.
“Bagaimana jika bukan ia merindukan ibunya, tapi takut
padanya?” tanya Kang Tae, mengingat Mun Yeong berkata mimpi buruknya selalu
mengenai ibunya.
Ayah Mun Yeong hendak mengambil buku ke-9 seri Pembunuhan Penyihir
dari Barat. Tapi Park Ok Ran mengambilnya lebih dulu dan dengan sinis berkata
ayah Mun Yeong selalu selangkah lebih terlambat. Ayah Mun Yeong terlihat tidak
suka pada Ok Ran.
Setelah perbincangan dengan Kang Tae, Dokter Oh membaca
kembali berkas ayah Mun Yeong. Ayah Mun Yeong menjawab pertanyaan dengan
singkat dan sederhana tapi tidak pernah berusaha menghindari pertanyaan. Ketika
ditanya mengenai isterinya, ia menjawab istrinya sangat pintar dan elegan.
“Ia sangat mencintai puteri kami. Mungkin terlalu cinta. Setiap
malam ia menyanyikan lagi Oh My Darling Clementine sabagai pengantar tidur. Aku
bertanya-tanya apakah ia tahu arti sebenarnya lagu itu.”
Oh My Darling Clementine adalah lagu yang disenandungkan
sosok “hantu” yang pernah didenagr Chan Yong dan pasien Sun Hae. Lagu ini
sering dianggap lagu anak-anak tapi isi liriknya berkisah mengenai puteri
seorang penambang yang meninggal tenggelam.
Kang Tae membaca pengumuman mengenai kelas Mun Yeong yang
dihentikan sementara. Perawat Park bertanya apa Kang Tae sedih membaca
pengumuman itu. Karena para pasien sepertinya sedih. Mereka merasa kelas Mun
Yeong berbeda dan menarik.
“Memang menarik,” kata Kang Tae. Ia menyarankan agar Perawat
Park membaca buku Mun Yeong kapan-kapan. Perawat Park menolak. Ia lebih suka
novel horor atau cerita cinta yang kejam dan bodoh.
Kang Tae melanjutkan pekerjaannya. Ia membawakan air minum
untuk pasien Kang Eun Ja yang masih di kamar isolasi. Pasien Kang terus memeluk
syalnya dengan wajah sedih. Kang Tae merasa kasihan dan berkata ia akan
berkenalan dengan puterinya jika ia berkunjung nanti.
“Puteriku sudah meninggal. Bagaimana kau bisa bertemu orang
yang sudah meninggal? Bahkan aku tidak bisa menemuinya.”
Dokter Kwon langsung dipanggil untuk memeriksa Kang Eun Ja.
Kang Eun Jae bercerita pada para staf kalau syal yang selalu ia kenakan
harganya sangat mahal. Lebih dari ratusan juta won. Ia tidak pernah menerima
barang semahal itu selama hidupnya.
Ia hanya mengelola kedai kecil dan penghasilannya pas-pasan.
Tapi puterinya menghabiskan seluruh gajinya untuk membelikannya syal itu pada
hari ulang tahunnya. Ketika menerima syal itu dan tahu harganya (1.650.000 won),
ia sangat marah dan menyuruh puterinya mengembalikan syal itu agar uangnya
kembali. Ia sangat marah sampai memukul punggung puterinya.
Puterinya terluka dan menangis. Ia berkata ia muak dan lelah
melihat ibunya seperti ibu. Kang Eun Ja berkata ia tidak ingat banyak tapi ia
ingat mengatakan kalau ia tidak membutuhkan puteri sepertinya. Puterinya keluar
lalu tertabrak dan meninggal di tempat.
“Jika aku tahu ia akan meninggal seperti itu, aku tidak akan
pernah mengatakan hal sekejam itu. Tidak akan pernah...”
Kang Tae jadi teringat perkataan ibunya yang mengatakan ia
harus tinggal di sisi kakaknya sampai ia tiada, karena itulah tujuan ia
dilahirkan.
Malamnya ia pergi menemui Jae Su dan mengajaknya minum. Jae Su tidak bisa marah lama-lama apalagi
karena Kang Tae terlihat sedih.
“Jae Su apakah menurutmu ibuku juga menyesal dengan
bagaimana ia memperlakukanku?”
“Apa itu yang kauinginkan?” tanya Jae Su.
Kang Tae mulai menangis dan mengangguk. Jae Su menatap
langit lalu marah-marah pada ibu Kang Tae. Ia bertanya kenapa begitu kejam pada
Kang Tae padahal Sang Tae bukan satu-satunya puteranya. Kenapa membedakan Kang
Tae dan tidak membesarkannya dengan benar?
Ibu Ju Ri menemui mereka karena mendengar teriakan itu. Ia
berkata semua ibu berbuat kesalahan. Meski begitu Kang Tae harus memahami
ibunya. Tidak mudah membesarkan anak-anak tanpa suami pada masa itu. Ia sendiri
hanya memiliki seorang puteri tapi terkadang rasanya ingin melarikan diri.
“Tapi ibumu berhasil membesarkan dua putera. Terlebih lagi
kondisi Sang Tae yang khusus. Kau telah mengurus kakaknya dan aku yakin kau
tahu betapa sulitnya itu bagi ibumu.”
Kang Tae menunduk. Ibu Ju Ri mengulurkan cangkir ke langit
untuk menghormati ibu Kang Tae. (Aku pengennya ibu Ju Ri jadi ibu buat semuanya aja hahaha XD Lalu Ju Ri pun berteriaaak)
Ia kembali ke rumah untuk memeriksa Ju Ri yang tadi mabuk.
Ia memberitahu Kang Tae tadi datang tapi sudah pergi lagi. Ju Ri bertanya apa
yang dikatakan Kang Tae dan apakah ia sendirian.
“Jika kau sangat menyukainya kenapa kau pulang digendong
pria lain semalam?” tanya ibunya.
Ju Ri tidak ingat. Lebih baik tidak ingat, kata ibunya. Tapi
Ju Ri teringat sekarang. Bagaimana ia menampar Direktur Lee dan digendong
pulang. Bahkan ia sempat menjambak rambut Direktur Lee.
Kang Tae pulang dalam keadaan mabuk. Mun Yeong terus
menanyakan ia di mana dan menyuruhnya cepat pulang karena ia bosan. Tunggu,
balas Kang Tae.
Ketika ia sampai, ia melihat Mun Yeong tertidur di tangga.
Ia duduk di sisinya dan membangunkannya. Mun Yeong langsung memarahinya karena
pulang terlambat. Ia mencium bau alkohol dan bertanya apa Kang Tae minum dengan
Ju Ri. Kang Tae berkata ia minum dengan puter pemilik peternakan ayam Jo Jae Su
dan ibu kost berusia lebih dari 60 tahun.
“Apa kau bertemu orang dari dunia maya?” tanya Mun Yeong
bingung.
Ia berkata ia tadi mabuk tapi karena taksi tidak mau naik
sampai ke rumah Mun Yeong, ia berjalan kaki dan hampir pulih sekarang. Mun
Yeong mengajaknya minum lagi. Tapi Kang Tae cepat menghentikannya. Ia berkata
Mun Yeong tidak pernah melakukan sesuatu setengah-setengah.
“Jika kita berdua
mabuk, akan buruk akibatnya.”
“Kenapa? Apa kau takut aku akan menyerangmu?” tanya Mun
Yeong.
Kang Tae menyentil dahi Mun Yeong. Ketika Mun Yeong kesal,
Kang Tae mengingatkan bekas luka pisau di tangannya. Mun Yeong berkata Kang Tae
pintar berdalih kalau sedang mabuk. Kang Tae tertawa. Ia menyuruh Mun Yeong
menutup matanya.
Mun Yeong menutup mata dan memonyongkan bibirnya. Mengira
Kang Tae akan menciumnya. Tapi Kang Tae kemudian menyuruhnya buka mata dan di
hadapannya terdapat sebuah boneka unik.
“Sampah apa ini?” protesnya.
“Penangkap mimpi buruk. Jika kau tidur dengan memegangnya,
ia akan mengumpulkan semua mimpi burukmu dalam keranjangnya dan memakannya
semalaman. Dengan begitu kau bisa tidur nyenyak.”
Mun Yeong menganggap itu kekanakkan. Kang Tae berkata ia
membawanya dari rumah hari ini dan tadinya milik Sang Tae. Bekas, protes Mun
Yeong lagi. Tapi ia berubah pikiran ketika Kang Tae memberitahunya kalau ia
membuat sendiri boneka itu dengan tangannya. Boneka itu bernama Mang Tae.
“Kami bertiga kakak beradik. Sejujurnya, kakakku juga
bermimpi buruk sepertimu. Ia mulai mimpi buruk sejak ibu kami meninggal. Kakak
menderita tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa membuatnya boneka
ini.”
“Yah, lucu juga setelah kulihat-lihat. Aku menginginkannya,”
kata Mun Yeong.
Kang Tae masuk ke kamarnya lalu memanggil kakaknya yang
sudah tidur. Sang Tae protes karena Kang Tae bau alkohol. Kang Tae memeluk
kakaknya dan mengajaknya makan jjampong di pasar seperti dulu ketika bersama
ibu mereka. Ia berkata Sang Tae selalu suka jjampong di sana.
“Bukan, kau yang menyukainya,” kata Sang Tae. Kang Tae
pernah berkata pada ibu mereka kalau ia ingin memakan jjampong itu tiap hari
karena sangat enak. Karena itu ibu selalu membelikan mereka jjampong itu.
Kang Tae mulai ingat ia pernah mengatakan itu. Ketika itu
ibunya hanya membeli 2 mangkuk dan membiarkan kedua puteranya makan. Dan
ingatan hari hujan ketika ia tidak dipayungi lalu merasa tidak dipedulikan dan
berhujan-hujan sendirian, sebenarnya ibunya menyadarinya dan langsung
memanggilnya. Ibu dan kakaknya memayunginya agar ia tidak kehujanan. Bahkan
ibunya mengajak Kang Tae makan jjampong lagi besok.
Kang Tae mulai menangis setelah menyadari semuanya. Ibunya
juga menyelimutinya dan memeluknya setelah menyelimuti Sang Tae. Bahkan ibunya
meminta maaf atas semuanya sambil menangis.
“Kak, aku merindukan ibu,” isaknya di punggung kakaknya.
Malam itu Mun Yeong tidur sambil memeluk Mang Tae, setelah
membuang patung yang ia curi dari kantor Dokter Oh.
Keesokan paginya Mun Yeong baru tahu kalau kelasnya ditangguhnya. Ah Reum dengan baik hati menjelaskan penyebabnya dan melaporkan kalau banyak orang menjelekkan Mun Yeong, tapi ia tidak. Mun Yeong malah mendorong Ah Reum karena ia marah dan hendak mencari Dokter Oh. Ah Reum menangis karena Mun Yeong memukulnya lagi.
Cha Young yang sudah menanti di depan ruang terapi,
cepat-cepat melapor dengan heboh pada staf lain. Ju Ri mengira Byul yang menghubungi Mun
Yeong. Byul malah mengira Kang Tae yang memberitahu Mun Yeong karena mereka
dekat. Mereka tidak dekat, protes Ju Ri.
Perawat Park menegur mereka karena tidak memberitahu Mun
Yeong dan Mun Yeong tahu dari papan pengumuman. Kang Tae berkata ia akan mencari
Mun Yeong.
Dokter Oh sedang berbincang dengan Kang Eun Ja di taman. Ia
bercerita dulu ia pelari maraton. Suatu hari lututnya terinfeksi tapi ia tidak
mau istirahat dan lari lagi. Akibatnya uratnya terkena dan ia harus memakai
pin. Sekarang sulit baginya untuk berjalan dengan benar.
“Jangan membuat kesalahan yang sama denganku dengan mencoba
berlari ketika kau tidak bisa berjalan. Ketika lelah, istirahatlah. Ketika
sedih, menangislah. Tidak apa-apa beristirahat. Dan pada suatu hari kau akan
bisa lari lagi. Aku yakin puterimu menyemangatimu,” ia menasihati Kang Eun Ja.
Namun ketika melihat Mun Yeong mencarinya sambil mengomel,
ia langsung melarikan diri. Haha....kayanya cerita maraton itu bohong deh ;p
Kang Eun Ja sepertinya mengenali Mun Yeong. Begitu juga Mun
Yeong yang sudah bersikap waspada. Kang Tae yang baru tiba langsung mengajak
Kang Eun Ja untuk kembali ke kamar. Tapi Kang Eun Ja meminta maaf pada Mun
Yeong.
“Kurasa aku membuatmu dalam posisi sulit.”
“Kau tidak hanya membuatku dalam posisi sulit tapi juga
membuatku dipecat,” kata Mun Yeong. Ia bertanya bagaimana dengan ganti rugi.
Kang Eun Ja mundur ketakutan hingga syalnya terjatuh. Mun
Yeong memungutnya dan mengenalinya sebagai barang mahal. Ia menginginkan syal
itu. Kang Eun Ja dan Kang Tae terkejut.
“Kau bilang kau menyesal. Kalau begitu kau harus ganti rugi.
Itu yang disebut permintaan maaf yang tulus.
Kang Eun Ja terdiam. Kang Tae cepat-cepat menyuruh Mun Yeong
mengembalikannya dan hendak mengambilnya. Ambillah, kata Kang Eun Ja.
“Aku sudah memilikinya lebih dari cukup.”
Mun Yeong mengenakan syal itu dan berterimakasih lalu
berjalan pergi.
“Perawat Mun, beban itu akhirnya pergi,” kata Kang Eun Ja
tenang. Sebuah kalimat yang sama sekali
tidak disangka oleh Kang Tae.
Ia menemukan Mun Yeong sedang mengamati lukisan yang dibuat Sang Tae. Mun Yeong masih mengenakan syal itu. Kang Tae bertanya apa tidak panas.
“Jika ingin tampil modis, kau harus merasa tak nyaman dan
keras kepala,” sahut Mun Yeong.
Kang Tae berkata akhir-akhir ini kakaknya tenggelam dalam
salah satu buku Mun Yeong. Mun Yeong tahu, buku Anjing Musim Semi.
Pada suatu waktu, hiduplah seekor anjing yang pandai
menyembunyikan perasaannya. Anjing itu diikat di bawah pohon rindang. Ia selalu
menggoyangkan ekornya dan bersikap lucu. Karena itu ia dujuliki anjing musim
semi, karena ia begitu ceria seperti musim semi.
Anjing itu selalu bersenang-senang dengan anak-anak desa
sepanjang hari. Tapi setiap malam ia merengek dan mendengking ketika tidak ada
siapapun. Itu karena ia ingin melepaskan ikatannya dan berlarian dengan bebas
di padang. Tapi ia tidak bisa, karena itu ia menangis setiap malam.
Suatu hari, sebuah suara dalam dirinya bertanya padanya. “Hei,
kenapa kau tidak melepaskan ikatanmu dan lari?” Dan inilah jawaban si anjing musim
semi.
“Aku terlalu lama diikat hingga aku lupa bagaimana
membebaskan diriku.”
Kang Tae tersenyum lalu membelai kepala Mun Yeong. “Kau
sudah melakukan hal yang baik.”
Mun Yeong tidak mengerti apa yang sudah ia lakukan. Kang Tae
berkata Mun Yeong membantu Kang Eun Ja membebaskan diri dari ikatannya. Mun
Yeong tersenyum mendengarnya.
Tapi senyum itu lenyap ketika ia berpapasan dengan ayahnya
yang duduk sendirian di taman. Ia berjalan mengabaikan ayahnya tapi ayahnya
berkata Mun Yeong tidak akan bisa melarikan diri dan akan berakhir seperti
ibunya.
“Tidak. Aku berbeda,” jawab Mun Yeong.
Di rumah, ia mengambil gunting dan akhirnya membebaskan diri
dari ikatannya. Ia menggunting rambut panjangnya.
Kang Tae terkejut ketika melihatnya. Moon Yeong berkata ia sudah melepas ikatannya. Keduanya tertawa.
Malam itu di rumah sakit lagi-lagi terdengar senandung lagu
Oh My Darling Clementine. Ayah Mun Yeong keluar dari kamanya dan memegangi
kepalanya ketakutan. Seseorang berjubah hitam berjalan di lorong sambil
menyenandungkan lagu itu.
Kang Tae membantu Mun Yeong merapikan potongan rambutnya. Mun Yeong melihat wajahnya di cermin dan
terharu melihat dirinya sendiri.
“Bagaimana?” tanyanya pada Kang Tae.
“Kau terlihat cantik,” Kang Tae tersenyum tulus.
Mun Yeong tersenyum lepas.
Komentar:
Berbicara mengenai melepaskan ikatan, aku jadi teringat
sebuah lukisan di drama It’s Okay That’s Love (salah satu drama favoritku
mengenai kesehatan mental). Itu adalah lukisan unta yang terpasang di kamar
mandi Jae Yeol. Unta di siang hari dan malam hari. Pada malam hari unta diikat
di pohon, siang hari tidak terikat. Tapi kenapa unta tidak melarikan diri saat
ia tidak terikat? Karena ia masih mengingat dirinya yang terikat.
Sedangkan dalam cerita Anjing Musim Semi, anjing itu lupa
cara membebaskan diri dari ikatannya karena sudah lama terikat. Pada akhirnya
keduanya berarti sama, lupa atau enggan melepaskan ikatan. Ikatan akan masa
lalu yang menyakitkan, peristiwa traumatis, ikatan hubungan yang tidak sehat, komentar/anggapan
orang lain yang buruk tentang kita.
Mun Yeong mungkin secara simbolik telah melepaskan diri dari
ikatan akan ibunya. Tapi apakah ia benar-benar telah melepaskan diri dari
bayang-bayang ibunya? Kang Tae juga masih memiliki ikatan meski ia belum
mengakuinya. Ia terikat pada Sang Tae karena rasa bersalahnya dan kegetiran
pada ibunya. Salah satunya sudah terselesailkan.
Kenapa aku merasa mereka masih terikat? Karena mereka belum
bisa menjadi diri mereka sendiri. Seperti yang Mun Yeong katakan, Kang Tae
terlihat apatis. Tidak memiliki keinginan. Seolah memiliki keinginan dan melakukan
sesuatu yang membahagiakan dirinya sendiri adalah sebuah dosa. Seolah-olah
hidup hanya untuk dijalani tapi tidak dinikmati. Terlalu keras pada dirinya
sendiri.
Tapi aku merasa Kang Tae mulai melunak. Ia bahkan bisa bolos
demi Mun Yeong. Ia tidak lagi sekasar dulu pada Mun Yeong. Ia mau mencoba
memahami.
Sedangkan untuk Mun Yeong, aku masih ingin melihat apa yang
berubah setelah ia memotong rambutnya. Aku masih menunggu apa yang sebenarnya
terjadi dalam keluarganya hingga ia menjadi seperti itu. Dari sekilas ingatan mengenai
ibunya, kurasa Mun Yeong sebenarnya anak yang normal. Menurutku perilaku ibunya
yang membuatnya jadi seperti itu (diduga Mun Yeong seorang penderita Anisosial
Personality Disorder atau ASPD). Seperti yang ayah Mun Yeong ceritakan, ibunya
terlalu “sayang” pada Mun Yeong. Lebih kepada posesif dan obsesif sih...Mun Yeong
kaya dicuci otak sama ibunya.
Kang Eun Ja adalah contoh terbaik orang yang berhasil melepaskan ikatannya. Ia bisa mengakui apa yang terjadi meski itu sangat menyakitkan. Ia bisa merelakan semuanya dengan ikhlas. Ia siap untuk pelan-pelan move on. Pada akhirnya, melepaskan ikatan adalah jujur pada diri sendiri dan berhenti menyangkali kenyataan. Dan semua membutuhkan proses.
Ditgg lanjutannya mba fan😁
BalasHapus