Sabtu, 25 Juli 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 8

Kang Tae menggunting rambut Mun Yeong untuk merapikannya. Mun Yeong bertanya apa ia bisa mempercayai Kang Tae. Dengan tenang Kang Tae berkata ia juga yang menggunting rambut Sang Tae karena hanya ia yang boleh menyentuh rambut Sang Tae. Mengingat gaya rambut jamur Sang Tae, Mun Yeong langsung panik. Apalagi Kang Tae sendiri yang menggunakan gaya seperti itu, bukan atas kemauan Sang Tae.

“Aku tidak mau gaya rambut jamur!” protesnya.

“Sudah terlambat,” kata Kang Tae. Ia yang memegang gunting sekarang. Mun Yeong hanya perlu diam agar semuanya berakhir baik. Mun Yeong terpaksa menurut dan mempercayakan rambutnya pada Kang Tae.

Setelah semua selesai, ia menatap cermin dan tersenyum. Ia mneyukai gaya rambutnya. Begitu juga Kang Tae.

“Kau terlihat cantik,” katanya ketika Mun Yeong menanyakan penampilannya yang sekarang.

Mun Yeong berkata ia sekarang tidak perlu lagi menurut pada ibunya karena ia sudah melepas ikatannya.

“Jadi kau ingin melarikan diri dari ibumu?” tanya Kang Tae agak terkejut. Tapi ia tidak menanyakan alasannya dan mengucapkan selamat ketika Mun Yeong berkata ia sekarang sudah bebas.

“Aku tidak mau ucapan selamat, aku mau pujian,” Mun Yeong mendekatkan kepalanya.

Kang Tae membelai rambutnya dan memuji Mun Yeong. Ia bangga pada Mun Yeong.

Merasa gembira, Mun Yeong mengajak Kang Tae pergi bersenang-senang tak peduli di manapun. Seperti Anjing Musim Semi, tanya Kang Tae tersenyum. Mun Yeong mengiyakan lalu tertawa.

Keesokan paginya, Sang Tae tertegun saat melihat penampilan baru Mun Yeong. Ia bertanya apa yang terjadi pada rambut panjang Mun Yeong. Aku memotongnya, kata Mun Yeong bangga. Ia menanyakan pendapat Sang Tae, berharap mendapat pujian. Tapi Sang Tae berlata Mun Yeong lebih cocok berambut panjang.

Kang Tae cepat-cepat menyanggah kalau Mun Yeong bagus berambut pendek, takut Mun Yeong marah pada kakaknya. Tapi Sang Tae tak bisa berbohong. Ia berkata Mun Yeong 100 kali bahkan 1000 kali lebih baik dengan rambut hitam yang panjangnya sepinggang. Ia kecewa Mun Yeong memotong rambutnya dan bertanya kenapa Mun Yeong melakukannya.

Mun Yeong berusaha keras menahan kekesalannya yang sudah mencapai ubun-ubun. Berusaha mencegah ledakan kemarahan Mun Yeong, Kang Tae diam-diam memberi isyarat para Sang Tae dengan menendang kakinya. Tapi Sang Tae malah bertanya kenapa Kang Tae menendang kakinya.

Mun Yeong mulai memarahi telur puyuh yang sulit diambilnya dengan sumpit. Kang Tae membantunya. Sang Tae mengamati. Mun Yeong mengulurkan sendok meminta telur gulung. Kang Tae mendekatkan piring telur gulung. Tapi Mun Yeong tidak bergeming hingga akhirnya Kang Tae mengambilkan telur itu.

“Kau seharusnya mengambilnya sendiri. Kau bukan bayi,” kata Sang Tae. Mun Yeong vs Sang Tae part 1 XD

Sambil mengantar Kang Tae keluar, Mun Yeong mengomel kala Sang Tae tidak peka. Maksudmu ia terlalu jujur, kata Kang Tae. Mun Yeong menuduh Kang Tae berpihak pada Sang  Tae. Tentu saja, kata Kang Tae, mereka kan bersaudara. Mun  Yeong kesal lalu melemparkan sesuatu pada Kang Tae.

Kunci mobil. Pulanglah secepatnya begitu kau selesai bekerja, kata Mun Yeong sambil tersenyum. Kang Tae diam-diam mengamati Mun Yeong yang sedang berdiri melihat pemandangan. I know that look....Kang Tae jatuh hati ;)

Mun Yeong menoleh dan berkata mulai sekarang Kang Tae yang  bertugas memotong rambutnya. Kenapa tidak ke salon, tanya Kang Tae. Mun Yeong berkata ia sama seperti Sang Tae,  tidak suka orang lain menyentuhnya. Kang Tae adalah kekecualian.

Lalu ia bertanya lagi apa ia cantik. Cantik, kata Kang Tae sungguh-sungguh. Mun Yeong menatap pantulan dirinya di kaca mobil dan berkata ia juga merasa dirinya cantik. Kang Tae tertawa. Ia mewanti-wanti Mun Yeong agar tidak bertengkar dengan kakaknya. Lalu ia pergi. Namun ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Mun Yeong.

Di rumah sakit, Chan Yong mengeluh karena sekarang ia terlihat seperti zombie. Semalam  ayah Mun Yeong kumat.

“Benar-benar mimpi buruk. Ia keluar ke lorong dengan matanya terbalik ke atas lalu mulutnya berbusa dan ia mengalami kejang. Aku tidak bisa tidur sekejap pun. Kenapa ini selalu terjadi pada saat aku bertugas malam,” keluhnya.

Perawat Park menyuntikkan obat pada ayah Mun Yeong. Ia sudah tenang sekarang. Pil Wong berkata ia khawatir tumor otak ayah Mun Yeong kambuh lagi karena semalaman ia terus mengoceh tak jelas. Setelah perawat Park keluar, ayah Mun Yeong membuka matanya.

Perawat Park meminta Kang Tae menggantikan baju ayah Mun Yeong karena basah oleh air liur. Ketika Kang Tae menggantikan bajunya, ayah Mun Yeong pelan-pelan bergumam.

“Wanita itu menyanyikan sebuah lagu.”

Lagu apa, tanya Kang Tae.

“Oh My Darling Clementine. Aku yakin ia sudah mati, tapi ia ada di sini.”

“Siapa yang Bapak bicarakan?” tanya Kang Tae.

“Dia sudah mati, tapi dia ada di sini,” kata ayah Mun Yeong lagi.

Mun Yeong membaca komentar orang-orang mengenai artikel kalau ia sedang merawat ayahnya yang sakit. Ternyata banyak yang tidak percaya. Mereka menganggap Mun Yeong pura-pura dan tidak peduli. Mereka berkata Mun Yeong harus jadi orang yang lebih baik dulu. Penulis dongeng yang menyumpah tidak pantas menjadi penulis. Dan mereka menyesal membaca buku Mun Yeong.

Mun Yeong kesal. Dulu ia memiliki sanga banyak penggemar, ke mana mereka semua? Ia melihat Sang Tae yang duduk di hadapannya dan berkata penggemarnya ada di sini. Ia bertanya mengapa Sang Tae suka dengan dongengnya. Karena Mun Yeong yang menulisnya, jawab Sang Tae.

“Jadi kau menyukaiku, bukan dongengku,” kata Mun Yeong tersenyum. Ia bertanya mengapa Sang Tae menyukainya.

“Karena kau cantik.”

“Apa yang kausukai dariku?”

“Rambutmu. Rambut panjangmu yang hitam dengan panjang sepinggang. Itu sangat cantik. Kau memotongnya. Seharusnya kau tidak melakukannya,” celoteh Sang Tae.

Mun Yeong menggebrak meja dengan marah dan berkata rapat selesai. Bagaimana bisa mengakhiri rapat yang bahkan belum dimulai, tanya Sang Tae. Mun Yeong berkata mereka akan rapat nanti. Sang Tae mengejar Mun Yeong karena takut tidak dibayar dengan mobil kemping.

Direktur Lee menyuruh Seung Jae menyelidiki latar belakang Ju Ri. Seung Jae melaporkan hasilnya. Ju Ri adalah seorang jomblo. Ia bertemu Kang Tae setahun lalu ketika bekerja di sebuah rumah sakit yang sama.

“Mereka belum lama saling mengenal,” Direktur Lee senang.

Ayah Ju Ri meninggal karena sakit saat Ju Ri masih kecil. Ibunya dulu memasak untuk pekerja konstruksi dan sekarang menjadi tukang masak di Rumah Sakit Ok. Ibu dan anak tinggal di rumah berlantai dua dan masih harus membayar hipotek.

“Astaga, hidupnya sulit,” kata Direktur Lee prihatin.

Kakak beradik Mun tinggal di rumah lantai atas dan temannya yang memiliki resto pizza tinggal di basement. Ibu Ju Ri memberi mereka makanan gratis.

“Pada dasarnya mereka cuma numpang,” gerutu Direktur Lee.

Seung Jae bertanya apa Direktur Lee menyukai Ju Ri. Direktur Lee bertanya kenapa Seung Jae cepat tanggap masalah seperti ini tapi tidak kalau soal pekerjaan. Ia bertanya siapa yang lebih baik menurut Seung Jae antara dirinya dan Kang Tae.

Ia lebih tinggi dan besar, juga kedudukan sosial dan kedewasaannya. Bukankah ia lebih baik? Seung Jae berkata Direktur Lee hanya kurang satu yang paling utama. Wajah. Direktur Lee meradang.

Kang Tae tidak bisa menghilangkan Mun Yeong dari pikirannya meski ia berusaha. Aku pasti sudah gila, gumamnya.

Dokter Oh melihat rekaman CCTV semalam untuk memeriksa apa yang terjadi semalam pada ayah Mun Yeong. Ia mellihat seorang wanita berjalan di lorong dalam kegelapan mengenakan jubah hitam. Wanita itu menoleh hingga wajahnya terlihat. Dokter Oh menelepon staf dan ingin berbicara dengan pasien Park Ok Ran (pasien yang juga menyukai buku ibu Mun Yeong).

Kang Tae menemani Park Ok Ran ke kantor Dokter OH. Dokter Oh memberi isyarat agar Kang Tae tetap tinggal di kantornya selama ia berbicara dengan Ok Ran. Ok Ran bertanya kenapa Dokte Oh ingin bertemu dengannya. Dokter Oh bertanya apa semalam Park Ok Ran melihat Go Dae Hwan (ayah Mun Yeong) di lorong sekitar tengah malam. Park Ok Ran berkata ia pergi ke kamat mandi sekitar tengah malam tapi tak melihatnya.

Dokter Oh bertanya apa Park Ok Ran menyanyikan lagi saat pergi ke kamar mandi. Lagu apa, tanya Ok Ran. Dokter Oh menyanyikan lagu Oh My Darling Clementine. Ia mengetahui dari Pil Wong sebelumnya kalau ayah Mun Yeong terus mengatakan kalau ia mendengar lagu itu.

Park Ok Ran tersenyum sinis dan berkata ia bukan hanti. Ia bercerita kalau Yoo Sun Hae, pasien yang dulunya shaman, selalu berbicara omong kosong tentang hantu yang muncul di malam hari sambil menyanyi di ujung lorong.

“Tapi aku bukan hantu.”

“Tentu saja bukan,” kata Dokter Oh. Ia menanyakan lagi apakah Ok Ran benar-benar tidak menyanyikan lagu tersebut.  Aku bilang tidak, jawabnya galak. Dokter Oh tidak bertanya lagi.

Kang Tae mengantar Ok Ran untuk kembali ke kamar. Ia melihat Ok Ran tersenyum dan bertanya kenapa. Ok Ran berkata tidak ada yang benar-benar memperhatikannya meski ia sudah berbulan-bulan tinggal di sana. Tapi sekarang, orang mulai memperhatikannya. Sungguh menyenangkan, katanya.

Kang Tae berbicara dengan Dokter Oh di atap rumah sakit. Dokter Oh bertanya pada Kang Tae kenapa Ok Ran berbohong. Jelas-jelas ia yang ada di lorong semalam. Aku tidak tahu, jawab Kang Tae. Dan lagi kenapa Dokter Oh bertanya padanya.

“Nona Go Mun Yeong adalah wali satu-satunya Go Dae Hwan. Dan sekarang kurang lebih kau adalah wali Go Mun Yeong. Jadi ini urusanmu juga.”

“Aku rasa tidak,” Kang Tae menolak.

Dokter Oh memberikan cumi kering untuk dikunyah Kang Tae. Ia berkata mengunyah sesuatu bisa mencegah kepikunan. Kang Tae menurut.

“Sepertinya sesuatu yang aneh terjadi di rumah sakit kita,” kata Dokter Oh. Ia ingin mereka berdua merahasiakannya untuk sementara waktu dan ia meminta Kang Tae mengawasi Park Ok Ran.

Kang Tae diam saja, tidak mengiyakan. Dokter Oh berkata Kang Tae sedang satu tim dengan orang paling berkuasa di rumah sakit itu. Tapi Kang Tae tetap diam seakan tak tertarik. Apa yang kuinginkan, tanya Dokter Oh. Kang Tae menatapnya.

Sebelum pulang, Kang Tae mencabut pengumuman ditundanya kelas Mun Yeong. Ia bersedia membantu Dokter Oh asal kelas Mun Yeong kembali diadakan.

Mun Yeong bertanya Sang Tae akan pergi ke mana. Restoran Cina dan restoran pizza. Sang Tae akan makan sebanyak itu? Sang Tae menjelaskan ia akan makan masakan Cina dengan Kang Tae dan ia kerja di resto pizza. Begitu mendengar dengan Kang Tae, Mun Yeong langsung ingin ikut.

Maka mereka bertiga pun pergi ke kedai jjampong langganan mereka. Mun Yeong baru kali ini makan di kedai sesederhana itu. Kang Tae berkata dulu ibu mereka sering membawa mereka ke sini karena ia sangat menyukai jjampong di sini. Mun Yeong terdiam lalu berkata sepertinya ini adalah restoran terkenal dan sejarah panjang.

Kang Tae dan Sang Tae menikmati makanan mereka. Tapi Kang Tae teringat pada ibunya dan mulai tak bisa menahan tangisnya. Mun Yeong mengamatinya dan bertanya apakah itu enak. Kang Tae mengangguk. Mun Yeong menyeruput mie dan mengaduh kepedasan. Ia mendinginkan lidahnya dengan sepotong acar lobak. Kang Tae tertawa geli melihatnya.

Sementara Sang Tae berceloteh itu pedas karena capsaicin. Capsaicin melepaskan endorfin dalam tubuh saat dimakan dan membantu meredakan stress. Tapi akan sakit ketika kau pup keesokan harinya. Mun Yeong tersenyum senang melihat Kang Tae tertawa.

Di luar hujan, Kang Tae langsung memayungi kakaknya setelah memberikan payung pada Mun  Yeong. Melihat Kang Tae sibuk melindungi kakaknya agar tidak basah sementara ia sendiri kehujanan, Mun Yeong berlari memayungi Kang Tae. Mereka jalan bertiga.

Mun Yeong dan Kang Tae mengantar Sang Tae naik bis. Sang Tae akan pergi ke resto Jae Su. Setelah naik bis, Sang Tae melihat Mun Yeong menggandeng Kang Tae dan keduanya jalan bersama. Ia tidak nampak senang melihatnya.

Mun Yeong mengajak minum Kang Tae. Tadinya Kang Tae menolak karena waktu  istirahat makan siangnya hampir selesai. Tapi Mun Yeong berkata hanya membutuhkan waktu 10 menit. Saat memesan kopi, ia melihat Mun Yeong menatap seorang pria di meja seberang. Tangan Mun Yeong terulur seperti hendak meraih pria itu. “Aku menginginkannya,” kata Mun Yeong.

Sepertinya pria itu mendengar karena ia berhenti menulis dan menoleh pada Mun Yeong. Mun Yeong pura-pura tak melihat. Pria itu menatap agendanya lalu menghampiri Mun Yeong.

“Apa Anda penulis Go Mun Yeong?” tanyanya.

Mun Yeong menoleh. Pria itu sangat senang karena benar-benar bertemu Mun Yeong. Ia sudah lama menjadi penggemar Mun Yeong. Lalu ia memberikan kartu namanya. Daniel Choi.

Kang Tae yang sejak tadi memperhatikan, terlihat tak suka dan duduk di depan Mun Yeong. Daniel Choi bertanya apa Kang Tae adalah kekasih Mun Yeong. Bukan, kata Mun Yeong cuek, Kang Tae hanyalah seseorang yang ia kenal. Kang Tae tambah kesal mendengarnya.

Mun Yeong mengajak Daniel Choi duduk di sampingnya. Daniel Choi duduk dan berkata perusahaannya bertanggungjawab merencanakan event pameran buku seni Mun Yeong pada musim panas lalu. Namun waktu itu ia hanya melihat dari jauh jadi ia yakin Mun Yeong tak ingat padanya.

“Itu yang kausebut takdir,” kata Mun Yeong.

Daniel Choi tambah senang dan berharap ia bisa terus berhubungan dengan Mun Yeong. Mun Yeong berkata mereka bisa bertemu untuk makan bila ada waktu. Daniel Choi meminta Mun Yeong menuliskan nomor teleponnya.

Mun Yeong dengan senang hati menulis (entah betulan atau tidak nomornya) sambil memberi pesan bernada imut (aegyo). Kang Tae yang diam-diam melirik dan membaca pesan itu tambah terlihat kesal.

Daniel Choi lalu meminta Kang Tae memfoto mereka. Kang Tae dengan berat hati mengambil foto mereka. Tapi ia tak bisa fokus karena Daniel Choi menaruh tangannya di lengan bawah Mun Yeong hampir menyentuh pinggang.

“Err...mengenai tangan di pinggang...”

“Tangan di pinggang?” tanya Mun Yeong. Ia menaruh tangan Daniel Choi agar marangkul pinggangnya. Ya Daniel Choi sih senang-senang aja...tpai ada yang merasa sangat terganggu melihat itu. Ditambah lagi Mun Yeong berpose akrab.

Mereka keluar dengan Kang Tae mengomel karena Mun Yeong sangat ramah pada penggemarnya. Mun Yeong berkata setiap senyumnya bisa membuat satu bukunya terjual. Itu adalah ajaran Direktur Lee. Kang Tae mengomel Mun Yeong harusnya fokus menulis bukan pemasaran. Dan lagi kenapa Mun Yeong memberi nomor teleponnya di saat tidak benar-benar kenal.

“Aku tak bisa menahannya. Aku suka benda-benda hebat. Memangnya ada apa?”

Kang Tae tak mau membahasnya lagi dan menyuruh Mun Yeong pulang. Tapi Mun Yeong menariknya dan bertanya apakah Kang Tae cemburu. Kang Tae menyangkal habis-habisan. Ia berkata ia telat karena Mun Yeong. Ia terus mengomel sambil berjalan. Sementara Mun Yeong mengeluarkan benda hebat yang ia dapatkan. Bolpen Daniel Choi.

Ju Ri terkejut melihat ibunya sedang mengobrol dengan Direktur Lee di kantin rumah sakit. Ia langsung protes pada ibunya setelah tahu kalau ibunya menyewakan kamar pada Direktur Lee. Ia merasa kasihan pada Direktur Lee yang tidak mengenal siapapun di kota itu dan bangkrut. Apalagi ia adalah direktur perusahaan penerbit yang mempekerjakan Sang Tae.

Ju Ri protes mereka tak punya kamar kosong. Apa jangan-jangan ibunya hendak menyewakan kamar di atap pada Direktur Lee? Melihat anaknya protes keras, ibu Ju Ri berkata Ju Ri dan Jae Su harus berbagi kamar.

Jae Su sudah mendengar tentang pembagian kamar itu dan ia marah-marah karena merasa ibu Ju Ri bersikap semena-mena sebagai ibu kos. Ia curhat pada Sang Tae dengan berapi-api. Ia merasa semua orang di sekeliling Mun Yeong adalah orang menyebalkan. Tapi Sang Tae masih terus memikirkan kedekatan Mun Yeong dan Kang Tae. Kegelisahannya terlihat dari tangannya yang terus menggaruk-garuk tangan satunya lagi.

Direktur Lee bertanya apa Ju Ri marah padanya. Ia terus menelepon tapi Ju Ri tidak mengangkat teleponnya. Ia pikir Ju Ri menghindarinya karena merasa tak enak telah menamparnya. Kenapa harus di rumahku, tanya Ju Ri.

“Karena kau?” kata Direktur Lee jujur.

Ju Ri menghela nafas dan berkata ada orang yang ia sukai. Direktur Lee berkata ia tahu. Cinta tak terbalas yang ingin dilepaskan Ju Ri. Tapi ia lebih tidak ingin Ju Ri menjadi wanita jahat.

“Kau baik dan manis. Kau seharusnya bertemu dengan pria yang mencintaimu apa adanya.” Wow...Direktur Lee bisa juga ya^^

“Aku tidak baik,” kata Ju Ri.

Direktur Lee berkata orang baik biasanya berkata mereka tidak baik. Terserah, kata Ju Ri.

Kemarahan Kang Tae masih belum reda ketika ia tiba di rumah sakit. Ia melampiarkannya pada Direktur Lee yang hendak pulang. Ia berkata Mun Yeong bukanlah selebritis, ia hanya perlu menulis dengan baik. Kenapa ia harus sangat ramah pada penggemar ketika tidak diperlukan?

“Karena taktik penjualanmu yang rendah, ia belajar untuk menyebut semua orang tampan dan membuat hati dengan jarinya setiap saat. Ia membiarkan orang asing merangkul pinggangnya. Kau terlalu sering memaksanya tersenyum hingga ia hanya menaikkan ujung bibirnya saat tersenyum dan terlihat seperti Joker,” Kang Tae menyerocos.

Direktur Lee bingung apa yang sebenarnya dibicarakan Kang Tae sekarang.

“Lakukan tugasmu dengan lebih baik!” bentak Kang Tae. Lalu ia pergi dengan kesal sementara Direktur Lee bertanya-tanya apa yang sangat salah yang sudah dilakukannya.

Jung Tae diam-diam masuk ke ruang cuci. Ah Reum sudah menunggunya dengan bersembunyi di balik tumpukan seprai. Ia mengeluh dan menangis karena Jung Tae lama datang. Jung Tae meminta maaf, ia harus menghindari dulu seorang pasien yang terus mengajaknya main tenis meja.

Ternyata mereka diam-diam berpacaran. Mereka merahasiakannya karena peraturan rumah sakit adalah dilarang berpacaran sesama pasien. Apalagi mereka selalu diawasi, jadi ruang cuci itu yang paling aman. Jung Tae menghibur mereka sebaiknya menikmati saja kebersamaan mereka sampai mereka bisa keluar.

 Mereka hampir kiss saat tiba-tiba terdengar suara dari luar. Jung Tae bersembunyi di balik pintu sementara Ah Reum kembali ke balik tumpukan seprai. Cha Yong masuk sambil mengomel karena harus mengganti seprai padahal ia sangat mengantuk. Kang Tae menyusul dan berkata ia yang akan melakukannya, jadi Cha Yong bisa istirahat.

Dengan senang hati Cha Yong menggelar selimut di lantai dan berbaring di atasnya. Ia segera tertidur sementara Kang Tae keluar dari kamar.

Merasa keadaan sudah aman, Jung Tae dan Ah Reum keluar dari tempat persembunyian mereka lalu diam-diam keluar dari kamar. Namun Kang Tae sudah menunggu mereka di luar. Sepertinya ia sempat melihat Jung Tae atau merasakan ada yang menghalangi di belakang pintu ketika ia masuk.

Di tempat sepi, Jung Tae dan Ah Reum memohon agar Kang Tae pura-pura tidak melihat mereka. Ah Reum terus menangis. Jung Tae berlutut dan memohon. Mencintai kan bukan dosa. Pasien juga manusia.

Kang Tae setuju itu bukan dosa, tapi mereka telah melanggar peraturan. Salah satu dari mereka mungkin akan dipindahkan. Tangis Ah Reum semakin keras sementara Jung Tae menunduk sedih. Ia berusaha memohon agar Kang Tae tidak melaporkan mereka. Kang Tae menasihati agar mereka fokus merawat diri mereka di tempat ini agar bisa segera pulang. Setelah keluar dari sni, tidak ada yang akan memisahkan mereka. Lalu ia pergi meninggalkan mereka.

Mun Yeong merasa bosan di rumah. Karena Sang Tae sudah pulang, ia pergi ke kamarnya untuk mengajak bermain. Sang Tae protes Mun Yeong tidak mengetuk pintu sebelum masuk. Lalu matanya tertuju pada Mang Tae yang dipegang Mun Yeong.

“Mang Tae itu punyaku.”

“Sekarang milikku. Kang Tae memberikannya padaku,” Mun Yeong menjelaskan.

 Tapi Sang Tae berkata Mang Tae dibuat oleh Kang Tae pada bulan Mei 2007 dan diberikan padanya. Mang Tae akan memakan semua mimpi buruknya. Mun Yeong memotong kalau ia sudah mengadopsi Mang Tae pada bulan Juni 2020, jadi sekarang Mang Tae adalah miliknya. Sang Tae berkata ia tidak pernah menyerahkan Mang Tae untuk diadopsi. Keduanya tidak ada yang mau mengalah.

Sang Tae berusaha merebut Mang Tae dari Mun Yeong. Ia berhasil meraihnya namun jadi tarik-tarikan. Mang Tae yang malah terpotong jadi dua. Keduanya tertegun. Tidak bisa mengendalikan amarah, terjadilah perang.

Kang Tae pulang dan mendengar keributan dari dalam kamarnya. Ketika pintu dibuka, isi bantal beterbangan di seluruh ruangan. Sementara Mun Yeong dan Sang Tae masih berkelahi. Sang Tae menjambak rambut Mun Yeong. Mun Yeong menarik baju Sang Tae dengan hidung berdarah. Begitu melihat Kang Tae keduanya berteriak bertanya Mang Tae punya siapa. Lalu kembali bertengkar.

“Kalian berdua...” Kang Tae memejamkan mata menahan kemarahannya.

Keduanya malah saling memukul dengan bantal dengan heboh.

“DIAAAAAMMM!!!” teriak Kang Tae.

Keduanya terdiam, tanpa saling melepaskan. Kang Tae menyuruh keduanya menyerahkan Mang Tae. Ia menghitung sampai 3. Akhirnya Sang Tae menyerahkan potongan badan Mang Tae pada Kang Tae lalu bersembunyi dalam lemari. Sebelum masuk ia sempat melempar bantal pada Mun Yeong dan berkata ia membencinya.

Kang Tae menyuruh Mun Yeong menyerahkan Mang Tae juga. Mun Yeong berteriak kalau Kang Tae sudah memberikannya padanya jadi tidak boleh diambil lagi. Kang Tae berkata ia sudah mewanti-wanti agar Mun Yeong tidak bertengkar dengan Sang Tae jadi Mang Tae harus dikembalikan. Dengan marah Mun Yeong melempar kepala Mang Tae lalu keluar. Ia masuk kamarnya dan mengamuk di balik selimut.

Kang Tae memanggil kakaknya agar keluar dari lemari. Sang Tae tak menjawab. Kang Tae berkata Mang Tae tidak bisa menangkap kupu-kupu. Sang Tae mengulangi ucapan Kang Tae. Kang Tae berkata ia tidak bisa mendengar. Sang Tae membuka pintu dan berkata Mang Tae tidak berguna jika tidak bisa menangkap kupu-kupu.

“Benar. Kakak menaruhnya di laci dan melupakannya, jadi kuberikan pada Nona Go. Maaf aku tidak meminta ijin terlebih dulu. Tapi jika kita tidak memerlukan sesuatu, bukankah lebih baik memberikannya pada yang membutuhkan?”

“Tapi jika aku memberikan semua barangku pada orang yang membutuhkan, bagaimana denganku? Apa yang tertinggal untukku?” tanya Sang Tae sedih.

“Kakak akan selalu memilikiku. Lupakan Mang Tae, kakak memiliki Kang Tae.”

“Penulis Go sendirian jadi ia membutuhkan Mang Tae,” kata Sang Tae. Ia berkata Mun Yeong boleh mendapatkan Mang Tae, tapi tidak boleh Kang Tae.

Kang Tae  terdiam sejenak lalu mengiyakan. Mun Yeong mendapat Mang Tae, bukan Kang Tae.

Malamnya ia menjahit kembali kepala Mang Tae pada tubuhnya. Mun Yeong menemuinya karena tidak bisa tidur. Ia tidak mengerti apa salahnya. Kang Tae berkata Sang Tae sudah memberikan Mang Tae pada Mun Yeong. Sekarang Mang Tae milik Mun Yeong.

“Terserah, itu kan memang milikku,” Mun Yeong duduk di sebelah Kang Tae.

Kang Tae berkata Mun Yeong harus berusaha tenang bahkan ketika Sang Tae marah. Mun Yeong tidak suka diperintah. Kang Tae berkata itu bukan perintah tapi permintaan tolong.

“Tapi bagaimana aku bisa menahan kemarahanku dan tetap tenang? Katakan, kau kan ahlinya. Aku melihatmu melakukannya saat aku melukai tanganmu dengan pisau. Ketika orang itu menjambak rambut kakakmu di toko buku. Dan ketika kakakmu memukulimu secara membabi buta. Bagaimana kau bisa melakukannya?”

“Jika kau hanya menahannya, tidak akan ada yang terjadi. Jika aku membiarkan emosiku menguasai tanpa memikirkan akibatnya, kakak dan aku tidak akan memiliki hubungan seperti ini. Menyimpan semuanya dan bertahan adalah satu-satunya cara aku bisa melindungi kakak.”

Mun Yeong berkata karena itu ia dan Kang Tae berjodoh. Kang Tae sabar, sementara ia temperamental. Seperti bom dan pin pengamannya. Mereka ditakdirkan bersama. Kang Tae jadi kesal lagi ingat peristiwa siang tadi. Ia bertanya berapa banyak pria yang ditakdirkan dengan Mun Yeong.

Mun Yeong bingung tak mengerti. Kenapa kau tak bertanya pada penggemarmu yang hebat, sindir Kang Tae. Mun Yeong mengeluarkan bolpen Daniel Choi, maksudnya bolpen ini?

“Bukankah ini sangat bagus? Lihatlah bentuknya. Sempurna. Tapi kau jauh lebih tampan dari bolpen ini,” Mun Yeong mendekati Kang Tae lalu meniup telinganya. Ia tertawa Kang Tae tidak perlu cemburu.

“Aku tidak cemburu,” kilah Kang Tae.

Mun Yeong mengantuk dan membaringkan dirinya di paha Kang Tae. Ia tidak mau ke kamarnya karena Mang Tae ada di sini. Ia menepuk paha Kang Tae agar rileks. Kang Tae berusaha tidak terpengaruh. Ia bertanya apa Dokter Oh sudah menelepon mengenai kelas Mun Yeong yang dimulai kembali. Sudah, jawab Mun Yeong.

Kang Tae berkata mereka menerima banyak permintaan kelas Mun Yeong dibuka kembali dair para pasien. Sepertinya mereka menyukai kelasnya. Tapi Mun Yeong sudah tertidur lelap.

Kang Tae membaringkannya di sofa, menyelimutinya, dan memberikan Mang Tae yang sudah utuh untuk digenggam Mun Yeong. Lalu ia duduk di lantai menatap Mun Yeong. Pelan-pelan ia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Mun Yeong. 

Direktur Lee panik melihat kumisnya lenyap entah ke mana. Jae Su berkata ia sudah mencukurnya. Sekarang mereka tinggal sekamar. Dan semalam Jae Su kesal karena Direktur Lee terus mendengkur. Tanpa sengaja permen karetnya jatuh ke dekat hitung Direktur Lee. Direktur Lee malah terus menggosoknya hingga permen karet itu menempel ke seluruh kumis. Jae Su mencukur habis kumis tersebut.

Saat sarapan Direktur Lee menceritakan hal tersebut pada ibu Ju Ri hingga ibu Ju Ri tertawa. Ia juga membantu memasak. Ibu Ju Ri memuji Direktur Lee terlihat tampan tanpa kumis. Hmmm...aku malah lebih suka liat dia pake kumis sih hehe...keliatan lebih muda sih iya ;p

Direktur Lee senang dipuji ibu Ju Ri dan berterimakasih pada Jae Su. Jae Su diam-diam merasa sebal karena sebelumnya Direktur Lee marah karena ia sudah mencukur kumisnya tapi sekarang malah haha hihi dengan ibu Ju Ri. Poin tambahan untuk Direktur Lee: bantu masak^^

Ju Ri terbangun dan terkejut melihat Seung Jae sedang sibuk  membersihkan lantai. Sama seperti Direktur Lee, Seung Jae juga tinggal di sana, sekamar dengan Ju Ri. Seung Jae ingin membantu selama tinggal di sini jadi ia akan bertanggungjawab dengan kebersihan kamar. Ju Ri bisa mengabaikannya, anggap saja ia tidak terlihat.

Ju Ri dan Seung Jae turun untuk sarapan. Direktur Lee bertanya apa Ju Ri tidak melihat ada yang berbeda. Ju Ri berkata Direktur Lee terlihat lebih baik dengan kumis. Ibu Ju Ri memindahkan piring daging ke dekat Direktur Lee. Ia ingin Direktur Lee menjaga Sang Tae baik-baik. Jika dilakukan, ia akan memastikan selalu ada daging di meja.

Direktur Lee tertawa dan meminta ibu Ju Ri tidak khawatir. Sekarang saja makanannya sudah seperti pesta. Sop ini terlalu asin, kata Seung Jae. Drektur Lee hendak menendang Seung Jae tapi Jae Su menghalanginya. Lalu Jae Su menuangkan sedikit air pada sop Seung Jae.

Ibu Ju ri memuji Direktur Lee karena semuda itu sudah memiliki perusahaan penerbitan sendiri. Jae Su tak mau kalah dan berkata ia juga punya resto pizza meski masih muda. Tapi Direktur Lee memotong ucapannya dan berkata ia akan membalas kebaikan ibu Ju Ri ribuan kali setelah ia kembali sukses. Ibu Ju Ri menyemangatinya.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, ibu Ju Ri melihat Ju Ri sedang kesal. Kenapa lagi? Ju Ri bertanya kenapa ibunya tanya-tanya mengenai orangtua Direktur Lee. Ibu menjelaskan kalau Direktur Lee akan tinggal sementara bersama mereka, jadi wajar saja jika ia bertanya-tanya. Ju Ri merasa terganggu ibunya tertarik pada Direktur Lee.

“Karena ia tertarik padamu,” kata ibu Ju Ri.

Ju Ri bertanya bagaimana ibunya bisa tahu. Yaelah semua juga tau kali >,< Ibu Ju Ri berkata dengan bertambahnya usia, ada beberapa hal yang kita tahu begitu saja. Ju Ri berkata kalau begitu seharusnya ibunya tidak memberi harapan.

“Dia pekerja keras dan ceria. Ia terlihat seperti orang yang bertanggung jawab.”

Ju Ri mengingatkan ibunya mengapa ia menolak Direktur Lee. Ibu Ju Ri berkata justru karena ia tahu.

“Pria itu tidak membalas perasaan  puteri tersayangku. Aku membencinya untuk itu. Tapi aku juga merasa kasiha. Bagi Ibu, kau yang jauh lebih penting.”

Ju Ri mengingatkan kalau ibunya yang menyuruhnya tetap mengejar meski ia ditolak.

“Ibu khawatir kau akan mengikutinya ke ujung jurang jika kau terus menerus mengejarnya,” ibu Ju Ri mengakui.

Mereka tiba di rumah sakit, hampir bersamaan dengan trio Kang Tae, Sang Tae, dan Mun Yeong. Ibu Ju Ri memuji potongan rambut baru Mun Yeong. Mun Yeong menggandeng Kang Tae dan berkata Kang Tae yang memotongnya. Kang Tae melepaskan gandengan Mun Yeong dengan malu. Sang Tae bertanya kenapa Kang Tae memotongnya padahal Mun Yeong lebih cantik berambut panjang.

Ibu Ju Ri mengundang Mun Yeong datang ke rumahnya jika ada waktu. Ia akan memasakkan makanan untuknya.

“Kurasa puterimu tidak suka ide itu,” kata Mun Yeong.

Ibu Ju Ri berkata Ju Ri mirip dengannya jadi tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Ia berkata Mun Yeong tak usah khawatir dan datang saja untuk makan.

“Kalian bisa bertengkar lagi jika masih ada sisa tenaga. Lebih baik lagi kalian berbaikan setelah bertengkar,” ibu Ju Ri tersenyum.

Ju Ri cepat-cepat menarik ibunya pergi. Kang Tae memperhatikan mereka.

“Apa kau suka dia?” tanya Mun Yeong.

“Kenapa kau memotong rambut Nona Go? Kenapa?” sambung Sang Tae.

“Atau kau suka pada ibu kosmu?”

Berhentilah bicara sembarangan, kata Kang Tae. Mun Yeong protes karena Kang Tae tadi melepas gandengannya. Ia menggandeng Kang Tae lagi. Melihat itu, Sang Tae memisahkan mereka dengan berdiri di tengah. Ia menggandeng Mun Yeong dan Kang Tae. Aku kok suka kombinasi ini ya...

Mun Yeong menemui Dokter Oh di kantornya. Ia berkata ia kira Mun Yeong akan marah padanya dan menolak untuk mengajar lagi. Ia sangat khawatir kemarin. Mun Yeong berkata ia dengar para pasien merindukan kelasnya.

Dokter Oh bertanya apa itu yang dikatakan Kang Tae. Sepertinya Kang Tae terlalu malu memberitahu Mun Yeong kalau ia sudah mengancamnya.

“Ia berkata aku lebih baik mengembalikan kelas dongeng atau ia tidak akan melakukan apa yang kusuruh. Ia melotot padaku dan memberiku ultimatum.”

“Kenapa ia melakukannya?” Mun Yeong diam-diam tersenyum.

“Kurasa ia ingin melihatmu meski ia sedang bekerja.”

Setelah suasana mencair, Dokter Oh berkata ada yang ingin ia tanyakan pada Mun Yeong. Apa ia mengenal pasien mereka yang bernama Park Ok Ran. Mun Yeong mengenalnya sebagai salah satu pasien di kelasnya. Dokter Oh berkata ia hanya ingin tahu apakah Ok Ran menikmati kelas Mun Yeong.

Saat pemeriksaan, Jung Tae diam-diam memasukkan susis ke kantung Kang Tae. Ia berterimakasih karena Kang Tae tidak melaporkannya dan Ah Reum. Kang Tae berkata ia belum memutuskan. Jung Tae berkata ia dan Ah Reum sudah berjanji untuk menunggu hingga mereka keluar dari rumah sakit. Mereka harus menuruti peraturan. Mereka akan fokus untuk menjadi lebih baik agar bisa segera keluar dan saling mencintai sesuka hati mereka.

Kang Tae berkata ia senang mendengarnya. Yang terpenting adalah tekad mereka. Tapi Jung Tae mengakui kalau sesungguhnya itu berat baginya. Ia tidak sesabar Kang Tae. Akan lebih baik jika ia tidak pernah melihat Ah Reum.

“Aku melihatnya tiap hari dan itu membuatku benar-benar gila. Aku mengatakan pada diriku sendiri untuk tidak melihat padanya tapi aku terus memikirkannya bahkan ketika aku memejamkan mataku. Lalu ketika aku melihatnya, aku ingin menyentuhnya. Ketika aku melihatnya tersenyum pada pria lain, aku menjadi sangat marah. Kepalaku terus mengatakan aku tidak boleh. Dan hatiku hanya bisa mengikuti mataku. Benar-benar membuatku gila.”

Mendengar itu, Kang Tae langsung menyadari itu yang ia rasakan pada Mun Yeong. Ia berdiri di luar kelas Mun Yeong. Mun Yeong tersenyum dan melambai padanya. Ia cepat-cepat pergi karena semua orang menoleh padanya. Park Ok Ran melihat itu dan tersenyum sinis.

Mun Yeoung sedang mengupas dongeng Beauty and The Beast. Kisah itu dianggap memberi pesan moral agar tidak menilai orang hanya dari penampilan. Menurutnya itu hanya hal yang ingin dikatakan orang dewasa pada anak-anaknya untuk mendisiplinkan mereka. Bagi Mun Yeong, Beauty and The Beast adalah cerita tentang Stockholm Syndrome (sindrom di mana para korban penculikan menunjukkan kesetiaan bahkan jatuh cinta pada penculiknya).

Beast tinggal sendirian di kastilnya karena terkena kutukan. Ia menyandera seorang gadis bernama Belle di kastil itu dan menjadikannya korban yang setia (grooming: melakukan kejahatan dengan membangun hubungan lebih dulu hingga korban sulit lepas dari pengaruh pelaku). Pil Wong berkata bukankah cerita itu tenang gadis baik hati yang dikurung dalam kastil demi ayahnya, lalu membantu Beast menghilangkan kutukannya karena jatuh cinta padanya.

Mun Yeong berkata Beast biasanya egois dan keras pada Belle, jadi melakukan hal baik sesekali dan menatapnya dengan senyum tipis sudah cukup untuk menggugah hati Bell, si gadis polos. Belle jadi beranggapan Beast adalah orang yang kesepian jadi ia harus merengkuhnya dengan cintanya dan hanya ia yang bisa mengubahnya. Hmmm....kira-kira apakah itu anggapan Mun Yeong tentang Kang Tae, bahwa ia adalah Beast-nya dan Kang Tae adalah Belle yang polos? Bahwa Kang Tae sudah terkena Stockholm Syndrome?

Tidak, tiba-tiba Ah Reum berteriak. Ia menolak keras anggapan Mun Yeong tentang cerita itu. Menurutnya Beast berubah jadi pangeran karena cinta sejati Belle. Cinta Belle menenangkan kekerasan Beast. Cinta itu memeluk jiwanya yang terluka. Itu adalah hal terbesar yang bisa dilakukan pada sesama manusia. Itu adalah cinta sejati.

Sun Hae berkata ia hampir muntah mendengar ulasan seromantis itu, sementara Pil Wong mengira Ah Reum harus minum obat lagi.  Tapi untuk pertama kalinya, Mun Yeong tidak membantah. Ia malah termenung dan bertanya, “Cinta?” Nampaknya hal ini sama sekali tidak terpikirkan olehnya.

Perawat Park menghampiri Sang Tae yang sedang asyik melukis. Ia memuji lukisan Sang Tae dan bertanya sejak kapan ia belajar melukis. Aku terlihat dengan bakat, kata Sang Tae. Bakat alami. Ia tidak pernah belajar.

Perawat Park berkata ia iri pada orang-orang yang bisa menggambar dan melukis dengan baik. Ia bertanya apakah ia boleh melukis bunga kecil di sana. Sang Tae menepis tangannya dan melarang Perawat Park menyentuh lukisannya. Perawat Park kaget dan menenangkan kalau ia tidak akan menyentuhnya.

Lalu ia ikut menyanyikan lagu yang sedang didengarkan oleh Sang Tae. Ia bertanya apakah Sang Tae mau ikut dengannya melihat bunga jika sudah selesai. Tentu saja, kata Sang Tae. Entah karena Perawat Park ingin lebih mengenal Sang Tae atau ada maksud lain.

Para staf khawatir dengan kedatangan mantan suami Ah Reum untuk menemui Ah Reum. Tapi Ah Reum sudah bersedia menemuinya dan lagi Chan Yeong menemani di dalam ruangan itu. Byul berkata ia dengar mantan suami Ah Reum sering memukulinya. Kenapa mengunjunginya di saat mereka sudah bercerai? Tidak tahu malu. Dan lagi Ah Reum juga terlalu baik karena bersedia menemuinya.

Ju Ri berkata mereka sudah bersekolah bersama sejak SMP. Mereka saling mengenal lebih dari separuh hidup mereka jika ditambah 3 tahun masa pernikahan mereka.

“Pasti sulit untuk memutuskan semua ikatan.”

Byul jadi berpendapat kalau pendapat Mun Yeong benar, grooming itu menakutkan.  Tepat saat itu, di layar CCTV terlihat Ah Reum berlari keluar dan mantan suaminya mengejarnya. Chan Yong hendak mengejar tapi terhalang oleh peralatan.

Ah Reum dikejar sampai ke taman, di mana Mun Yeong sedang duduk sendirian. Ah Reum meminta mantan suaminya tidak menemuinya lagi. Mantannya meminta maaf dan ingin memulai semuanya dari awal. Ia berjanji akan baik pada Ah Reum. Tapi Ah Reum berkata ia tidak akan tertipu lagi. Semua sudah selesai di antara mereka. Ia akan memulai hidup baru setelah keluar dari rumah sakit.

Mantan suaminya meminta Ah Reum mengingat masa-masa bahagia mereka. Ia bahkan berjanji akan memotong tangannya jika ia memukul Ah Reum lagi. Mun Yeong memperhatikan mereka.

“Ada seseorang yang kusukai,” kata Ah Reum. Ia akan tinggal bersamanya setelah ia keluar.

Sikap mantan suami Ah Reum langsung berubah kasar. Ia membentak dan memegangi Ah Reum dengan kasar. Lalu mengayunkan tangannya untuk memukul.

Tapi kepalanya terkena lemparan kaleng kosong. Mun Yeong yang melemparnya.

“Astaga, kukira kau tempat sampah,” katanya tenang.

Ah Reum berlari ke belakang Mun Yeong untuk berlindung. Mantan suami Ah Reum berkata rumah sakit ini pasti rumah sakit jiwa betulan karena banyak perempuan gila.

“Kenapa kau juga tidak memeriksakan diri? Orang gila? ” tanya Mun Yeong.

Mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong dengan keras hingga Mun Yeong jatuh terduduk di tanah. Mun Yeong melotot marah. Mantan suami Ah Reum menarik Mun Yeong agar berdiri tapi Mun Yeong bertahan. Saat itulah Kang Tae menarik mantan suami Ah Reum dan langsung menonjoknya. Bahkan Mun Yeong pun terkejut melihatnya.

Kang Tae memegangi mantan suami Ah Reum dan siap memukulnya lagi. Perawat Park dan Chan Yong berlari untuk menghalanginya. Jangan, gumam Sang Tae yang tadi sedang bersama Perawat Park. Tapi Kang Tae mendorong Chan Yong. Kali ini kemarahannya tidak tertahankan.

Barulah ketika Ah Reum berteriak sambil menangis dan berlutut, Kang Tae mulai bisa meredakan kemarahannya dan tak jadi memukul. Ia menghampiri Mun Yeong dan membantunya berdiri.

“Apa kau tak apa-apa?” tanyanya.

“Tidak. Rasanya sakit,” Mun Yeong mengakui.

Kang Tae memegang pipi Mun Yeong. Wajahnya nampak terluka seolah ia sendiri yang tadi ditampar. Mun Yeong melepaskan batu yang sejak tadi digenggamnya di belakang punggungnya. Seperti biasa, ia tidak pernah tidak memiliki “senjata” untuk membalas lawan. Tapi kali ini ia tidak menggunakannya.

Detektif Oh masih merasa itu pembelaan diri dari Perawat Park beranggapan itu adalah penganiayaan. Apapun alasannya, seorang perawat telah memukul seorang pengunjung. Jika Ah Reum tidak maju, masalahnya akan lebih buruk.

Sang Tae meminta maaf atas perbuatan adiknya dan ia berkata ia akan menasihati adiknya. Lalu ia menegur Kang Tae karena tidak lebih pengertian. Kang Tae berkata ia bersedia menerima hukuman apapun yang dijatuhkan. Dokter Oh memutuskan untuk menskors Kang Tae dan ia tidak mendapat gaji selama diskors.

Kang Tae membereskan barang-barangnya. Chan Yong tak habis pikir Kang Tae bisa kehilangan kesabaran seperti tadi. Ia yakin mantan suami Ah Reum akan menuntutnya. Ju Ri bertanya apakah Kang Tae tidak bisa meminta maaf dan mengakui telah melakukan kesalahan.

“Itu bukan kesalahan,” jawab Kang Tae.

Ju Ri terdiam. Artinya Kang Tae memang benar-benar akan tetap memukul mantan suami Ah Reum jika hal seperti tadi terulang lagi.

Para pasien menganggap Kang Tae sangat keren. Mereka akan menunggu Kang Tae kembali. Kang Tae tidak mengatakan apapun dan berjalan keluar. Ia sempat berpapasan dengan Sun Hae.

Sun Hae bertanya pada teman-temannya kenapa Kang Tae tersenyum. Teman-temannya bingung, Kang Tae tadi tidak tersenyum. Kang Tae kan diskors pasti sedang sedih dan hampir menangis. Tapi Sun Hae yakin tadi ia melihat Kang Tae tersenyum.

Kang Tae berjalan menuju pintu keluar dengan senyum makin lebar. Seolah sebuah beban berat telah terlepas. Ia berlari menemui Mun Yeong yang masih duduk di tempat tadi. Senyumnya makin lebar. Ia berdiri di depan Mun Yeong dan melepaskan tasnya. Duh cerah banget dek senyumnya XD

“Aku diskors. Mereka tidak akan membayarku selama aku diskors dan aku mungkin akan dituntut. Semuanya sangat kacau,” kata Kang Tae sambil tertawa. “Kaubilang kau akan melarikan diri denganku kapanpun aku mau. Aku ingin bepergian bersamamu. Sekarang. Ayo.”

Ia mengulurkan tangan pada Mun Yeong.  Mun Yeong tersenyum dan menyambut uluran tangan Kang Tae.

 Komentar:

Sebenarnya aku agak heran kenapa orang di sekitar tidak menyadari apa yang terjadi. Anggaplah Perawat Park dan Sang Te belum lama ada di sana, atau staf dan pasien lain. Kejadian Kang Tae memukul mantan suami Ah Reum dengan mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong itu perbedaannya cuma beberapa detik. Apa mereka sama sekali tidak tahu apa yang terjadi? Padahal suami Ah Reum dari tadi bentak-bentak, rasanya aneh kalau tidak ada yang mendengar.

Dan lagi sama seperti Kang Tae aku merasa mantan suami Ah Reum pantas mendapat pukulan. Jika Mun Yeong tidak melempar kaleng dan bersikap cuek, maka Ah Reum sudah dipukuli. Orang-orang mungkin melihat Mun Yeong sebagai provokatornya, tapi penjahatnya di sini adalah mantan suami Ah Reum. Benar kata Mun Yeong, harusnya ia memeriksakan diri juga di rumah sakit jiwa.

Senyum Kang Tae seharusnya menyadarkan dirinya kalau tidak apa-apa sesekali melepaskan emosi selama ia melakukan hal yang benar. Selama ini ia menahan diri dengan anggapan ia menghindari masalah dan sebagainya, tapi alkibatnya ia sama sekali tidak bahagia. Hanya satu pukulan saja bisa membuat ia tersenyum begitu gembira karena ia meyakini ia tidak melakukan kesalahan.

Sebaliknya, Mun Yeong yang dulu pasti akan menghampiri mantan suami Ah Reum dan memukulnya dengan batu meski Kang Tae sudah memukulnya tadi. Ingat bagaimana ia mengejar kritikus bukunya setelah menngatakan hal buruk tentang dirinya? Kang Tae saat itu menahannya tapi ia tetap mengejar dan melakukan balas dendamnya.

Satu lagi perubahan Mun Yeong adalah ia tidak lagi menimbang-nimbang apakah ia harus membantu orang atau tidak. Sebelumnya ia selalu memikirkan dulu apakah ia harus membantu dalam kasus Kang Tae dan Sang Tae, tapi sekarang ia langsung maju. Apapun alasan ia melempar kaleng, aku yakin mulai ada empati dalam dirinya.

Mun Yeong vs Sang Tae. Aku mengerti mengapa Sang Tae merasa khawatir melihat kedekatan Kang Tae dan Mun Yeong. Selama ini Kang Tae selalu ada untuknya dan ia terbiasa mengetahui Kang Tae selalu bersamanya. Kuharap satu saat ia menyadari, meski dalam keterbatasannya, bahwa Kang Tae pun berhak mendapatkan kehidupannya sendiri. Dan lagi aku yakin kehidupan sendiri Kang Tae akan selalu melingkupi Sang Tae. Karena itu aku sangat senang dengan momen mereka bertiga.

Apalagi sang Tae mengatakan ia ingin punya teman. Artinya ia merasa belum mempunya teman sama sekali, meski ia lama bersama Jae Su. Kang Tae adalah adiknya sekaligus orangtuanya. Tidak sama dengan teman.  Mun Yeong orang yang tepat menurutku. Keduanya sama-sama terlalu jujur. Tidak menilai orang secara diskriminatif. Di mata mereka semua orang sama dan mendapat perlakuan yang sama sesuai pemahaman mereka. Mirip temenan ala bocah, bentar berantem bentar baekan hehe... 


 


1 komentar:

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)