Rabu, 29 Juli 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 9

Keceriaan Kang Tae tidak berlangsung lama. Ia termenung saat sudah dalam perjalanan dengan Mun Yeong. Dan Mun Yeong bisa melihat kalau Kang Tae mulai bertanya-tanya mengenai apa yang sudah ia lakukan tadi. Tidak, kilah Kang Tae.

“Sebaiknya kau tidak melakukannya. Kau mengesankan dengan memukul pria tadi dan mengajakku pergi. Jangan bilang kalau kau mulai menyesalinya.”

“Tidak, tentu saja tidak,” kata Kang Tae dengan tawa terpaksa.

Mun Yeong mengajak Kang Tae pergi ke Serengeti di Afrika. Aku tidak punya paspor, kata Kang Tae polos. Apa kau dari luar angkasa, tanya Mun Yeong kaget. Akhirnya ia mengusulkan ke Jeju. Tapi Kang Tae tidak mau karena tidak bisa kembali hari ini. Mun Yeong mulai kesal karena ia ingin menginap. Kang Tae berkata mereka harus mengajak Sang Tae kalau menginap.

Bertambah kesal, Mun Yeong menekan pedal gas dalam-dalam dan mengebut menuju tumbukan batu di ujung pantai. Kang Tae mulai panik. Mun Yeong bertanya Kang Tae mau pergi seharian atau menginap dengannya. Menginap dengannya atau mati dengannya?

“Go Mun Yeong!!!” teriak Kang Tae saat mereka hampir menabrak tumpukan batu.

Mobil berhenti tepat di depan tumpukan batu. Untung Kang Tae tidak mengompol seperti Gi Do. Ia marah dan bertanya kenapa Mun Yeong mempertaruhkan nyawa hanya untuk main-main. Aku tidak main-main, kata Mun Yeong.

Kang Tae meminta setidaknya Mun Yeong menghitung tiga kali sebelum melakukan hal spontan. Mun Yeong bertanya balik apakah Kang Tae menghitung sampai tiga lebih dulu sebelum meninju mantan suami Ah Reum. Kang Tae tak bisa menjawab.

“Keluar,” kata Mun Yeong, “Jika aku bersamamu, aku akan ingin menabrak sesuatu (saking kesalnya).”

Kang Tae keluar dari mobil Mun Yeong. Mun Yeong melempar tas Kang Tae keluar lalu pergi. Kang Tae memungut tasnya sambil tersenyum geli. Mun Yeong marah-marah dalam mobil mengira Kang Tae sedang mempermainkannya.

Kang Tae akhirnya pergi ke tempat Jae Su. Melihat Kang Tae makan pizza dengan lahap, Jae Su berkata Kang Tae sangat aneh akhir-akhir ini. Kang Tae biasanya jarang makan dan berhenti bekerja seakan-akan hobinya. Tapi hari ini ia memukul seseorang dan diskors tapi masih memiliki nafsu makan.

“Teman, kau pasti sakit pikiran. Ayo kita pergi periksa.”

“Kau juga berpikir aku sedikit aneh?”

“bukan sedikit, tapi sangat.”

Kang Tae bertanya ada apa dengan dirinya. Jae Su berkata Kang Tae tertular virus kegilaan. Pada hari Mun Yeong melukai tangan Kang Tae dengan pisau, virus kegilaannya masuk dalam pembuluh darah Kang Tae dan mengacaukan otaknya.

“Wah kau hampir meyakinkanku,” kata Kang Tae pura-pura kagum.

“Aku hampir berpikir untuk menulis novel,” sahut Jae Su.

Kang Tae berkata ia ingin bersenang-senang. Kenapa tidak, kata Jae Su senang. Ia mengajak Kang Tae jalan-jalan naik Alberto nya. Kang Tae ingin jalan-jalan ke mana?

“Serengeti,” jawab Kang Tae.

Sang Tae makan siang bersama Dokter Oh dan ibu Ju Ri. Mereka membicarakan peristiwa tadi. Ibu Ju Ri berkata Kang Tae bukan orang seperti itu. Ia adalah orang yang sangat sabar. Ia tidak percaya Kang Tae bisa memukul seseorang.

“Itu sama saja dengan kentut. Jika kau menahannya 99 kali dan mengeluarkannya, bisa-bisa membunuh orang,” kata Dokter Oh.

“Kau tidak sopan,” sahut Sang Tae, “Jangan bicarakan kentut waktu makan.”

Dokter Oh meminta maaf. Tapi kenapa Kang Tae bisa memukul orang, tanya ibu Ju Ri.

“Dulu aku juga memukul para pria yang mengganggumu. Dia mungkin marah dengan alasan yang sama,” kata Dokter Oh. Whaaa XD

Dokter Oh menjelaskan pada Sang Tae kalau ia pernah menaksir ibu Ju Ri waktu mereka masih muda. Tapi ia ditolak 3 kali. Itu cukup mengejurkan, kata Sang Tae. Bagaimana cara ibu Ju Ri menolak Dokter Oh?

“Aku tidak suka padamu! Aku benar-benar tidak suka padamu! Begitulah caraku menolaknya. Oppa ini sangat tidak biasa sejak masih muda. Kemungkinannya 50-50 antara ia seorang jenius atau idiot. Jadi aku menolaknya.”

“Kau menyesalinya, kan?” seloroh Dokter Oh.

“Astaga, bagaimana kau tahu? Aku sangat menyesalinya,” sindir ibu Ju Ri.

“Lihat kan, ia masih menyukaiku.”

“Jangan mengkhayal,” kata Sang Tae. Pffft..

 Dokter Oh tidak sempat menyelesaikan makannya karena ia dipanggil ke lobi. Rupanya keluarga Ah Reum memaksa mengeluarkan Ah Reum dari rumah sakit setelah insiden tadi. Mereka marah karena mantan  suami Ah Reum bisa menemukan Ah Reum di sini. Kakak Ah Reum ingin membawa Ah Reum ke Amerika agar bisa dirawat di sana. Ah Reum menolak ikut. Tentu saja karena Jung Tae. Tapi ngomong-ngomong di mana Jung Tae??

Para staf berusaha menenangkan keluarga Ah Reum. Mereka berpendapat belum waktunya Ah Reum keluar dan beralasan ada prosedur untuk mengeluarkan pasien. Mereka berharap Dokter Oh sebagai direktur rumah sakit bisa menangani ini. Tapi Dokter Oh kalah galak, ia mengatakan mereka boleh keluar kalau sudah bayar.

Setelah Ah Reum dan keluarganya pergi, Perawat Park protes pada Dokter Oh karena membiarkan Ah Reum pergi sebelum waktunya. Tapi Dokter Oh berkata tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan jika keluarganya tidak mengijinkannya tinggal. Iya juga sih...

Sun Hae dan Pil Wong mengajak Jung Tae ke kamar cuci dan memberitahukannya kabar sedih itu. Jung Tae langsung hendak menyusul Ah Reum tapi Pil Wong menutup mulutnya dan berkata Jung Tae tidak boleh membuat orang lain tahu kalau ia dan Ah Reum berpacaran. Ia menasihati agar Jung Tae menahan diri sebaik-baiknya. Ia akan membantu mencarikan jalan.

Tiba-tiba Sun Hae, si mantan dukun, bergidik dan berkata besok seseorang yang muncul dari Barat akan membantu Jung Tae. Hantu dari Barat? Bukan hantu tapi manusia, kata Sun Hae. Hehe...udah bisa nebak sih siapa :p

Jae Su curhat, atau lebih tepatnya menggosip tentang Direktur Lee pada Kang Tae. Kang Tae tertawa mendengarnya. Ia berkata Jae Su boleh tinggal di kamar mereka jika tidak tahan sekamar dengan Direktur Lee. Ia juga ingin meminta tolong pada Jae Su.

“Mengenai kakakku. Besok bisakah kau...”

“Tentu.”

Kang Tae bingung karena ia belum selesai bicara. Jae Su berkata apapun itu ia akan membantu Kang Tae. Itu yang disebut kesetiaan.

Sang Tae sedang menonton kartu favoritnya. Dooly. Suaranya menggema di seluruh rumah. Mun Yeong muncul dan berkata ia benci Dooly dan teman-temannya. Mereka bersikap semau mereka di rumah yang bukan rumah mereka.

“Aku suka Ko Gil Dong.”

“Ko Gil Dong?” Sang Tae terkejut. Ko Gil Dong adalah karakter yang sering merasa tergangu dengan kehadiran Dooly dan kadang memukulnya. Anak Ko Gil Dong yang membawa pulang Dooly dan menganggapnya hewan peliharaan.

Mun Yeong menyukai Ko Gil Dong karena ia menganggap Ko Gil Dong adalah orang baik yang membiarkan Dooly dan teman-temannya tinggal di rumahnya meski mereka terkadang membuar masalah.

“Aku menyukainya. A...aku juga suja Gil Dong,” kata Sang Tae.

Giliran Mun Yeong yang kaget. Sang Tae memperlihatkan boneka dinonya dan berkata namanya Teary (air mata) tapi nama sebenarnya Ko Gil Dong. Ia suka Ko Gil Dong karena ia yang mengurus Dooly dan teman-temannya.  Ia adalah wali mereka dan memberi mereka tempat untuk tidur, memberi mereka makan, dan melindungi mereka.

“Sebagai info, aku adalah wali Kang Tae dan seorang wali harus bertanggungjawab dan bisa dipercaya. Aku adalah orang dewasa dan kakaknya.”

“Wah, kita benar-benar cocok, Oppa. Kita seperti teman baik,” Mun Yeong mengajak tos.

Sang Tae tertegun. Teman baik? Ia nampak sangat gembira.

Iya teman baik, kata Mun Yeong tersenyum. Senyumnya lenyap begitu mendengar suara Kang Tae. Ia tak bicara apa-apa dan berjalan keluar kamar tanpa melirik sedikitpun pada Kang Tae. Kang Tae memegang tangannya dan mengajak bicara.

Kang Tae bertanya apa mereka tidak jadi pergi besok. Mun Yeong masih kesal kalau mereka hanya bepergian satu hari. Tapi Kang Tae berkata satu hari sudah lebih dari cukup baginya. Itu adalah hari yang diimpikannya seumur hidupnya. Mun Yeong kesal tapi tak bisa membantah.

“Jadi besok kita pergi?” tanya Kang Tae.

“Terkadang kau seperti penjinak, bukan perawat. Aku merasa kau sedang menjinakkanku.’

“Kurasa sebaliknya. Aku terus melakukan hal yang tidak biasanya kulakukan karenamu. Tadi (saat memukul) aku tidak bisa mendengar atau melihat apapun. Aku pasti sudah tidak waras. Aku tidak bisa menahan kemarahanku.”

“Tidak, aku tidak gila. Kau mengagumkan,” puji Mun Yeomg.

Kang Tae menoleh dan mereka bertatapan. Pelan-pelan Kang Tae mendekat. Ketika bibir mereka hampir bersentuhan tiba-tiba terdengar pekikan rusa musuh bebuyutan Mun Yeong. Atau jangan-jangan reinkarnasi ibu Mun Yeong?? *sakingterlalubanyaknyateori*

Batal deh kissnya. Dengan kikuk Kang Tae bertanya apa mereka pergi besok pagi. Tentu saja, kata Mun Yeong datar. Setelah Kang Tae masuk ke dalam, Mun Yeong melotot marah ke arah suara rusa tadi.

“Aku ingin mematahkan leher rusa itu,” ujarnya geram. Eh disahutin sama rusanya. “Diam kau, rusa bodoh!!”

Ju Ri tidak bisa tidur dan hendak menyelinap keluar. Seung Jae terbangun dan mengikutinya ke atap untuk minum bersama. Ju Ri bertanya apa Seung Jae pernah merasakan jatuh cinta bertepuk sebelah tangan.

“Tidak, aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Sungguh membuang-buang waktu,” jawab Seung Jae. Setelahnya ia sadar dan merasa bersalah.

Ju Ri tidak marah. Ia membenarkan kalau itu buang-buang waktu. Seung Jae berkata Ju Ri pantas mendapatkan yang lebih baik.

“Kau tahu siapa yang aku sukai?” tanya Ju Ri. Udah dibilangin semua juga tau >,<

“Mun Kang Tae. Aku memang lambat dalam pekerjaan tapi sangat peka dalam masalah percintaan. Mari kita jujur dan realistis. Kau jauh lebih baik darinya. Ia mungkin tampan tapi ia benar-benar tidap punya....” Seung Jae tak berani meneruskan.

“Kau benar. Ia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan. Aku pikir aku bisa menjadi orang yang mengisi kehidupannya yang kosong,” kata Ju Ri. Ia berkata ia pasti sudah mabuk dan mengajak Seung Jae masuk setelah minuman mereka habis.

Seung Jae berkata secara pribadi ia berpendapat Ju Ri cocok bersama pria yang lebih tua dengan kepribadian ceria, berpikiran luas dan berkarakter pengusaha. Seperti Direktur Lee misalnya?^^ Ia menepuk Ju Ri dan berkata ia akan menemukannya suatu hari nanti.

Mereka sama sekali tak menyadari kalau Direktur Lee diam-diam mendengar percakapan mereka. Dengan senang ia berkata tidak sia-sia ia mempekerjakan Seung Jae.

Malam itu Kang Tae dan Mun Yeong sama-sama sulit tidur gara-gara batal kiss.

Dokter Oh mengajar menyanyi di kelas terapi musik. Semua bernyanyi riang kecuali ayah Mun Yeong dan Park Ok Ran. Park Ok Ran sesekali melirik ayah Mun Yeong.

Kang Tae memberitahu kakaknya kalau hari ini ia ada urusan jadi ia akan pulang terlambat. Ia meminta kakaknya menunggu di rumah Jae Su dan malam harinya ia akan menjemputnya. Tapi Sang Tae sedang gembira karena ia memiliki sahabat.

“Nona Go dan aku adalah sahabat sekarang. Kami adalah sahabat dan teman terbaik. Artinya kami benar-benar dekat. Sahabatmu adalah Jae Su. Sahabatku adalah Nona Go. Aku juga punya sahabat sekarang. Sahabat...sahabat...” Sang Tae terus berceloteh.

Kang Tae terdiam mendengarnya.

Dokter Oh mengajak ayah Mun Yeong jalan-jalan di taman. Ayah Mun Yeong sudah tidak perlu mengenakan kursi roda. Dokter Oh bertanya apakah ayah Mun Yeong tidak merindukan puterinya. Ia dengar kelas dongengnya sangat menyenangkan. Ia juga ingin melihatnya kapan-kapan.

“Dia hanya seperti wanita itu...” kata ayah Mun Yeong.

“Wanita itu?”

“Semua terpedaya oleh wanita itu. Wajahnya seperti malaikat  tapi di dalamnya hidup iblis.”

Dokter Oh berkata semua orang memiliki sisi baik dan buruk. Tapi ayah Mun Yeong berkata wanita itu monster dan membunuh seseorang.

“Di mana monster itu?” tanya Dokter Oh.

“Ia sudah mati. Aku membunuhnya,” tiba-tiba ayah Mun Yeong memegangi kepalanya kesakitan. “Aku yakin aku sudah membunuhnya. Tapi ia kembali. Ia kembali untuk membunuhku. Ia akan  membunuhku.”

Dokter Oh memegang tangan ayah Mun Yeong untuk menenangkannya.

Perawat Park hendak membaca buku novel ibu Mun Yeong bagian yang sudah ditandai. Park Ok Ran merebutnya sebelum ia sempat membaca. Perawat Park berkata Park Ok Ran tidak boleh masuk ruang perawat. Park Ok Ran bertanya kenapa perawat Park membaca buku itu padahal ia belum selesai membacanya.

Perawat Park melihat jarinya tergores kertas karena Park Ok Ran merebut buku dengan keras. Park Ok Ran berkata itu akibat mengambil barang orang lain. Ia benci jika orang melakukan itu. Lalu ia keluar membawa buku itu.

Ju Ri masuk dan menanyakan keadaannya. Perawat Park berkata ia tidak apa-apa. Ia tadi melihat Jung Tae keluar rumah sakit hari ini. Padahal hari ini kan giliran Pil Wong. Ju Ri berkata memang begitu seharusnya, tapi Dokter Oh mengijinkan Jung Tae yang keluar hari ini. Perawat Park merasa ada kesepakatan di balik perubahan jadwal ini.

Kang Tae sudah siap jalan-jalan. Ia bertanya apa Mun Yeong  sudah siap. Mun Yeong keluar dengan pakaian agak seksi plus topi selebar payung. Kang Tae bengong dan bertanya apa Mun Yeong hendak tampil di sirkus.

“Apa kau sedang dalam pelarian?” balas Mun Yeong, melihat pakaian kasual Kang Tae.

“Maksudku tidak bisa kau mengenakan pakaian yang nyaman?”

“Aku merasa nyaman tak pakai baju,” sahut Mun Yeong.

Maksudnya yang normal, kata Kang Tae. Mun Yeong kesal dan berkata ia tidak ingin terlihat normal.  Ia menggeledah isi tas besar Kang Tae yang kebanyakan merupakan cemilan bahkan kotak P3K lengkap.

“Apa kita sedang mengungsi?” tanyanya.

Kang Tae agak malu dan berkata mereka mungkin saja kelaparan dan mungkin saja membutuhkan kotak P3K itu.

“Jangan membuatnya terlalu kelihatan kalau ini pertama kalinya kau jalan-jalan. Kau cukup mengurusku,” kata Mun Yeong.

Ponsel Kang Tae bergetar. Mun Yeong melarangnya angkat telepon tapi Kang Tae tetap mengangkatnya, bahkan menemuinya.

Dokter Oh mengajak Kang Tae bertemu. Melihat Kang Tae memeriksa jam, ia bertanya apa Kang Tae ada janji lain.

“Kencan dengan Penulis Ko?” tanyanya sambil tersenyum.

Kang Tae bengong. Dokter Oh tertawa dan berkata ia sudah bilang kalau ia pintar membaca pikiran orang. Kang Tae berkata ia ingin menanyakan sesuatu.

“Apa latar belakang psikologis orang yang senang mengenakan pakaian terlalu berlebihan dan terlalu modis? Kurasa karena ingin pamer, bukan?”

“Sebaliknya. Mereka ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka berpikir mereka terlalu lemah hingga menggunakan pakaian sebagai perlindungan. Semacam perisai. Jadi kau harus melindunginya dengan baik.  Aku membicarakan Nona Go.”

Karena Kang Tae pergi, Mun Yeong mengadakan rapat dulu dengan Sang Tae. Ia bertanya  wanita seperti apa yang biasa bergaul dengan Kang Tae.

“Perawat, pasien, guru-guru di sekolahku, para ahjumma pemilik rumah,...”

Mun Yeong berkata bukan wanita seperti itu. Melainkan wanita yang Kang Tae sukai.

“Kang Tae tidak suka wanita,” jawab Sang Tae.

Mun Yeong terkejut. Kang Tae suka pria?

“Dia suka padaku,” jawab Sang Tae. “Aku adalah orang paling favoritnya di seluruh dunia. Kang Tae hanya bermain denganku.”

Pantas saja ia tidak tahu cara bersenang-senang, gumam Mun Yeong. Ia akan memastikan Kang Tae bersenang-senang. Mendengar itu Sang Tae mengingatkan kalau ia sudah memberikan Mang Tae. Mun Yeong boleh bermain bersama Mang Tae. Kang Tae akan main dengannya dan ia juga akan main dengan sahabatnya.

“Aku tidak boleh bermain bersama Kang Tae?” tanya Mun Yeong.

“Tidak, Kang Tae hanya bermain denganku. Ia adalah adikku.”

Mun Yeong bertanya apa Sang Tae juga menyayangi. Sang Tae berkata ia sangat menyayangi Kang Tae. Kang Tae memiliki mata yang indah. Paling indah, menurutnya.

“Apa Oppa juga pernah membencinya?”

Sang Tae terdiam. Sepertinya pernah, Mun Yeong melihat penuh selidik. Ia bertanya kapan Sang Tae membenci Kang Tae. Sang Tae tidak menjawab dan nampak kikuk.

“Apa Oppa tahu dongeng tentang Telinga Raja Keledai? (sempat disebut di episode 3)”

Sang Tae tahu dongeng itu. Tentang orang yang berteriak di hutan bambu (versi lain, di dalam lubang) untuk membeberkan rahasia telinga raja karena ia harus merahasiakannya dari semua orang. Ia meneriakkan di tempat itu karena mengira orang tidak akan ada yang mendengar, dan ia tetap bisa mengungkapkan rahasianya.

 “Benar. Jika kau menyimpan rahasia untuk dirimu sendiri, kau akan tertekan. Kau harus menceritakannya pada orang lain untuk meredakan stress. Jadi kapan Oppa paling membenci Kang Tae?”

Sepertinya Mun Yeong ingin menggunakan info ini agar Sang Tae marah pada Kang Tae dan Kang Tae jadi diberikan padanya. Tapi saat itu Jae Su menelepon dan Sang Tae memilih mengangkat telepon daripada memberitahu rahasianya.

Kang Tae dan Mun Yeong akhirnya bepergian. Mun Yeong bersenandung riang sementara Kang Tae masih memikirkan percakapannya dengan Dokter Oh tadi. Dokter Oh berkata mungkin saja Kang Tae benar. Bahwa ibu Mun Yeong bukanlah seseorang yang dirindukan melainkan seseorang yang masih ditakuti. Tapi itu baru dugaan karena mereka tidak bisa mempercayai semua ucapan seorang pasien demensia. Namun mereka juga tidak bisa seluruhnya menutup kemungknan itu.

“Bagaimana jika penulis Do Hui Jae sebenarnya belum meninggal?” tanya Kang Tae. Bagaimana jika ia hanya menghilang?

“Maka kita tahu satu hal yang pasti. Ia pasti akan kembali untuk menemui puteri dan suaminya. Mari kita berharap aku khawatir berlebihan, tapi untuk jaga-jaga aku ingin memintamu melindungi Penulis Go dan ada untuknya.”

Tidak seperti biasanya, Mun Yeong memutar musik di mobil. Ia berkata Sang Tae sangat perhitungan. Tidak akan memberi sesuatu secara gratis.

“Bukankah itu sebabnya kalian jadi sahabat? Karena kalian berdua mirip.”

Mun Yeong tersenyum.

Jae Su mengantar Sang Tae pulang ke rumah Ju Ri. Ia berkata ibu Ju Ri akan mengadakan pesta samgyeopsal malam ini untuk Sang Tae. Sang Tae bertanya kenapa Jae Su terus mengikutinya. Untuk bermain bersama Sang Tae. No thank you, jawab Sang Tae. Pekerja paruh waktu seperti apa yang ingin bermain bersama bosnya di rumah bosnya. Haha bener juga sih...

Mereka naik ke atap dan bingung melihat ember besar di sana. Tiba-tiba Direktur Lee keluar dari dalam ember. Ia sedang berendam. Ia berkata ia sedang menikmati liburannya. Biasanya ia pergi ke hotel luar negeri tiap musim panas dan tidak melakukan apapun selain membaca buku selama sebulan. Ia mengajak Sang Tae ikut tapi Sang Tae menolak keras. Ia benci air (karena pernah hampir tenggelam dulu).

Kang Tae mengajak Mun Yeong ke gunung. Mun Yeong bengong melihat jembatan gantung panjang yang dilihatnya membentang menyeberangi ngarai lebar. Apa mereka akan bungee jumping? Kang Tae ingin menyeberangi jembatan itu. Tapi Mun Yeong tidak mau. Ia takut.

Kang Tae tertawa karena baru kali ini mendengar kata ”takut” dari Mun Yeong. Mun Yeong kesal, memangnya menyenangkan menyeberangi jembatan bodoh itu? Kang Tae berkata ia hanya ingin naik ke pundak dan melihat pemandangan luas. Ia tidak bisa ke sana bersama kakaknya. Karena ia telah melihatnya sekarang, sudah cukup baginya. Ia mengajak Mun Yeong turun.

Tapi mendengar Kang Tae tidak bisa ke sana bersama Sang Tae, Mun Yeong berubah pikiran. Ia akan menyeberang asal Kang Tae menggendongnya di punggung. Kang Tae memilih menyeberang sendiri dan menyuruh Mun Yeong menunggu. Ia berjalan sambil tertawa mendengar Mun Yeong berteriak-teriak memanggilnya.

Demi Kang Tae, jembatan goyang pun kuseberangi..mungkin begitu pikir Mun Yeong. Ia mulai berjalan sambil marah-marah sekaligus takut karena jembatan itu bergoyang. Karena itu namanya jembatan goyang, kata Kang Tae. Ia menyarankan agar Mun Yeong menyanyi. Mun Yeong dengan polosnya menurut. Ia bernyanyi dengan suara gemetar sekaligus bernada marah.

“Hentikan,” kata Kang Tae. “Kau terdengar menakutkan.”

“Apa kau mau mati?” sembur Mun Yeong.

Akhirnya mereka tiba di seberang dengan selamat. Mun Yeong menyuruh Kang Tae berpose dan ia akan memotret sebagai kenang-kenangan. Awalnya Kang Tae menolak, tapi kemudian ia berpose canggung. Mun Yeong ikut berfoto dengannya agar Kang Tae tidak malu.

Seseorang menelepon Kang Tae. Kang Tae dan Mun Yeong pergi menemui orang itu. Ternyata Jung Tae yang menelepon. Ia sedang bersama Ah Reum. Keduanya tertawa tak menyangka Kang Tae datang berdua dengan Mun Yeong. Tapi Kang Tae tidak nampak senang dan bertanya apa yang sedang terjadi. Jung Tae menjelaskan kalau Pil Wong meminta pada Dokter Oh agar Jung Tae yang diijinkan pergi menginap di luar rumah sakit menggantikannya. Dokter Oh mengijinkan.

Lalu ia pergi ke rumah Ah Reum. Dan mereka melarikan diri dengan taksi dan pergi sejauh mungkin. Karena sangat jauh, seluruh uangnya habis untuk biaya taksi. Mereka tidak bisa membayar biaya kamar penginapan. Kang Tae bertanya bagaimana mereka bisa mengetahui nomor teleponnya.

Jung Tae menunjukkan daftar nomor telepon darurat yang dicuri Sun Hae dari meja staf rumah sakit. Dari semua orang dalam daftar itu, ia merasa paling dekat dengan Kang Tae. Kang Tae mengingatkan kalau staf dilarang bersama dengan pasien di luar rumah sakit. Jung Tae tahu itu, ia hanya ingin Kang Tae meminjamkan uang agar mereka bisa membayar kamar.

Ia akan menginap semalam dan kembali ke rumah sakit besok. Tentu saja Kang Tae melarang. Tapi Mun Yeong tersenyum penuh arti dan diam-diam pergi meninggalkan mereka .

Jung Tae protes kenapa mereka tidak boleh menginap. Bisa dibilang ini kesalahan Kang Tae juga. Karena mereka tidak bisa berpacaran sebagai sesama pasien, maka ia menahan diri sekuat mungkin. Tapi ketika mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong, Kang Tae yang tidak bisa menahan diri hingga Ah Reum dipulangkan. Mereka harus berpisah besok tapi Kang Tae tidak bisa membayarkan mereka?

Ah Reum mulai menangis dan berkata sungguh kejam. Mun Yeong kembali dan berkata Kang Tae harus minta maaf pada mereka karena sepertinya itu kesalahan Kang Tae.  Ia telah membayar kamar di samping kamar Jung Tae dan Ah Reum.

Kang Tae membawa Mun Yeong keluar dan mengingatkan kalau mereka tidak bisa menginap. Memangnya kau Cinderella, tanya Mun Yeong. Kang Tae berkata Mun Yeong bisa menginap sendiri.

“Aku yakin mereka akan melarikan diri besok. Wanita itu akan segera pindah ke Amerika. Dan si pria harus kembali ke rumah sakit jiwa besok. Lihat saja mereka.Apa mereka bisa dipisahkan? Rasionalitasmu tidak akan pernah bisa menang dari keinginanmu. Apa kau akan membiarkan pasien melarikan diri? Tidak bertanggungjawab. Atau kau akan memisahkan mereka meski tahu betapa mereka saling mencintai? Sungguh kejam.”

Kang Tae mulai berpikir. Mun Yeong berkata mereka bisa menginap malam ini dan besok Kang Tae bisa mengantar Jung Tae kembali ke rumah sakit.

“Aku sedang diskors, jadi aku tidak mau bekerja,” kata Kang Tae. Ia berjalan pergi pura-pura tak peduli. Tapi akhirnya ia menyerah. Mun Yeong tersenyum puas.

Di Rumah Ju Ri, semua berkumpul untuk makan malam. Ibu Ju Ri berkata akan lebih baik kalau Kang Tae juga bisa bergabung bersama mereka. Jae Su dan Sang Tae berkata Kang Tae pergi untuk bertemu seseorang. Sekarang kan dia punya banyak waktu luang karena diskors.

Seung Jae bertanya apakah Seung Tae senang bekerja dengan Mun Yeong. Sang Tae berkata mereka akan bekerja nanti. Sekarang mereka bersahabat dan sahabat tidak saling merahasiakan. Ibu Ju Ri senang mendengarnya dan berkata Sang Tae seharusnya mengajak Mun Yeon ke sini kalau begitu. Tapi Sang Tae berkata Mun Yeong tidak mau karena hendak pergi bersenang-senang sendiri. Padahal ia akan senang pergi bersama Mun Yeong.

Direktur Lee merasa aneh karena tidak biasanya Mun Yeong mau keluar di hari sepanas ini. Seung Jae dengan polos berkata mungkin Kang Tae dan Mun Yeong pergi bersama. Seketika itu juga suasana berubah dan semua orang terdiam. Jae Su dan Direktur Lee cepat-cepat bergurau kalau Seung Jae benar-benar kreatif dan bisa jadi penulis.

Ju Ri menawarkan diri untuk membeli bir untuk semuanya. Direktur Lee cepat-cepat keluar untuk menemaninya. Ju Ri berkata Kang Tae dan Mun Yeong mungkin sedang bersama saat ini. Tidak tahu dan siapa peduli, kata Direktur Lee.  Baginya yang terpenting ia bersama Ju Ri sekarang. Ju Ri berkata ia mulai mengerti mengapa Mun Yeong menempel pada Direktur Lee begitu lama.

“Itu pujian, bukan? Tapi sebenarnya, akulah yang menempel padanya..”

“Kenapa?” tanya Ju Ri tak mengerti.

“Karena ia tidak bisa ditinggalkan sendirian. Ia sangat kesepian. Tapi ia tidak mau seorangpun tahu jadi ia menghalau semua orang menjauh darinya. Dia orang yang rumit.”

Ju Ri berkata bisa dibilang Mun Yeong dan Kang Tae mirip. Apa karena itu mereka berdua tertarik satu sama lain?

“Ju Ri, tak terhitung banyaknya alasan kita jatuh cinta. Contohnya, kau mungkin suka karena betapa cantiknya mereka ketika mereka menangis. Atau kau jatuh hati karena mereka mabuk dan memakimu. Atau mungkin karena mereka secara tidak terduga menamparmu.”

Ju Ri tertawa malu. Direktur Lee berkata Kang Tae juga pasti memiliki alasan kenapa ia menyukai Mun Yeong. Bijak juga nih si direktur....dan Ju Ri nampaknya mulai mengerti mengapa rasa suka tidak bisa dipaksakan.

Mun Yeong melihat Kang Tae masih duduk termenung dan belum menelepon Sang Tae. Apa perlu ia yang meneleponnya? Kang Tae mencegahnya dan berkata ia akan menelepon sekarang.

Sang Tae sedang menggambar ketika Kang Tae menelepon. Sang Tae bertanya apa yang sedang Kang Tae lakukan sekarang. Dengan gugup Kang Tae berkata ia sedang berbicara di telepon dengan Sang Tae. Kapan kau kembali, tanya Sang Tae. Kang Tae berkata ia akan pulang sangat terlambat, mungkin subuh. Ia meminta kakaknya tidak menunggunya dan tidur duluan. Jika Sang Tae bosan atau tidak bisa tidur, ia bisa meneleponnya. Sang Tae berkata Kang Tae juga bisa meneleponnya jika merasa bosan. Hmmm...kenapa harus bohong dari awal sih...

Melihat ekspresi Kang Tae, Mun Yeong berkata ia pernah melihatnya di drama. Ekspresi seorang pria yang berselingkuh dari istrinya. Ia tidak mau jadi selingkuhan, ia ingin jadi istri yang setia.

“Tapi keduanya tidak bisa jadi sahabat, bukan?” tanya Kang Tae.

Ia berkata kakaknya sangat senang bisa bersahabat dengan Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia juga menyukai Sang Tae. Ia cute.

“Ada sesuatu yang diharapkan ibuku selama hidupnya. Melihat kakak memiliki teman. Seorang teman yang benar-benar memahaminya. Satu saja.”

Mun Yeong menghela nafas panjang dan berkata ia memiliki seorang teman seperti itu dulu. Seorang teman yang mengerti dirinya. Dan bisa ditebak itu adalah Ju Ri.

Ketika kecil, Ju Ri sering dan diejek dibully teman-temannya. Tapi sebaliknya, mereka takut pada Mun Yeong. Lalu Ju Ri mengajak Mun Yeong berteman. Mun Yeong senang karena ia tidak lagi merasa bosan. Dan Ju Ri senang karena teman-teman sekelas tidak membullynya lagi.

Tapi Ju Ri tidak ingin berteman hanya dengan satu orang. Ia ingin menjadi teman semua orang. Dan Mun Yeong tidak menyukainya. Jadi Mun Yeong mengganggu anak-anak lain, berharap Ju Ri hanya akan berteman dengannya jika ia kesepian lagi. Tapi ia salah.  Ju Ri jadi takut padanya dan tidak mau lagi berteman dengannya.

“Teman yang benar-benar memahamimu itu tidak ada,” kata Mun Yeong.

“Kau seharusnya berbaikan dengannya,” kata Kang Tae.

Mun Yeong tidak mau. Ia sudah memiliki sahabat sekarang dan ia juga memiliki Kang Tae. Ia melihat wajah Kang Tae memerah dan memegangnya. Kang Tae menepisnya dan terjatuh karena melompat mundur.

Jung Tae mencicipi minuman buah pemberian pemilik penginapan tapi langsung mengeluarkannya lagi karena mengandung alkohol. Ah Reum melarang Jung Tae meminumnya.

Sementara Kang Tae di kamar sebelah sudah meminumnya tanpa tahu itu mengandung alkohol dan mulai mabuk. Mun Yeong mengambil ponsel Kang Tae dan diam-diam mematikannya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong bertukar kamar dengan Jung Tae. Jadi Mun Yeong sekamar dengan Ah Reum, dan Jun Tae dengannya.

“Mereka akan berpisah besok, jadi biarkan saja mereka,” kata Mun Yeong.

Melihat Mun Yeong menatapnya tiba-tiba Kang Tae tertawa. Mun Yeong berkata Kang Tae selalu tersenyum bodoh seperti itu ketika mabuk. Kang Tae dengan jujur mengakui kalau ia merasa senang ketika bersama Mun Yeong dan itu membuatnya terus tersenyum.

“Tidak bisa begini,” kata Mun Yeong. Lalu ia “menyerang” Kang Tae. Kang Tae sibuk menghindar.

Sementara itu di kamar sebelah, Ah Reum dan Jung Tae asyik menikmati langit malam. Siapa yang lebih cinta, tanya Ah Reum. Orang yang lebih sabar, kata Jung Tae.

“Karena cinta adalah mengenai kesabaran.”

Kang Tae berhasil memegangi Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia akan tidur jadi Kang Tae bisa melepaskannya. Tapi begitu Kang Tae lengah, ia langsung bergerak. Kang Tae mendekapnya erat-erat dan memohon agar Mun Yeong  diam dan tidur saja.

“Kudengar kita bisa tidur nyenyak jika seseorang mengusap-usap rambut kita.”

Kang Tae pelan-pelan mengusap rambut Mun Yeong.

Setelah Mun Yeong tertidur pulas, Kang Tae memperhatikannya dari sudut kamar dan berkata, “Sudah kubilang aku tidak bisa menahan diriku lagi. Kurasa aku tidak bisa melarikan diri lagi.”

Sang Tae semalaman tertidur di meja dan ia mengigau mimpi buruk tentang ibunya yang meninggalkannya. Ia menelepon Kang Tae tapi tidak terhubung.

Mun Yeong bangun  sendirian di kamar. Ia cepat-cepat keluar mencari Kang Tae. Apakah ia sudah pergi meninggalkan Mun Yeong? Kang Tae kembali dengan tangan di balik punggungnya. Mun Yeong lega melihatnya dan bertanya ia dari mana.

“Mengambil yang tidak bisa kuberikan padamu waktu itu.”

Ia mengulurkan sebuket bunga liar dan berkata jangan menginjaknya lagi kali ini. Mun Yeong menerimanya dengan bahagia dan berkata bunga-bunga itu cantik.

“Begitu juga kau.”

Kang Tae mencium Mun Yeong. Keduanya tersenyum bahagia.

Mereka kembali ke penginapan tapi pemilik penginapan berkata pasangan lainnya telah pergi lebih dulu pada subuh hari. Kang Tae bingung karena sepatu mereka masih di depan kamar. Tiba-tiba seseorang memanggill Kang Tae. Jung Tae, sendirian.

Mereka sebenarnya sudah melarikan diri dengan uang pemberian Mun Yeong. Tapi Jung Tae tiba-tiba berhenti dan berkata melarikan diri seperti ini dirasanya tidak tepat. Melarikan diri seperti itu hanya mengubah cinta mereka menjadi seseuatu yang dangkal tak berarti dan merupakan sikap pengecut.

“Apa maksudmu?” kata Ah Reum panik.

Jung Tae berkata ia masih gila alkohol. Bahkan semalam ia berjuang menahan diri. Jika Ah Reum tidak bersamanya, ia pasti sudah mabuk habis-habisan. Ia belum sembuh benar untuk bisa menjaga Ah Reum dan bertanggung jawab atas kebahagiaannya.

“Kita bisa berusaha yang terbaik bersama,” kata Ah Reum menangis tersedu-sedu.

“Tidak, aku harus melaluinya seorang diri. Aku akan melaluinya.  Aku berjanji akan benar-benar sembuh dan menemuimu. Jadi kumohon tunggu aku. Aku tidak akan lama,” Jung Tae memeluknya.

Kang Tae dan Mun Yeong mengantar Jung Tae ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Jung Tae terus menangis. Setelah Jung Tae turun dari mobil, Mun Yeong berkata ia tidak mengerti mengapa Jung Tae melepas Ah Reum jika mencintainya. Apa ia bodoh?

“Karena ia sangat mencintainya. Terkadang itulah mengapa kau harus melepaskan seseorang.”

“Mereka putus karena mereka saling mencintai? Benar-benar omong kosong. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”

“Jangan terlalu yakin. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” kata Kang Tae.

Lalu ia turun untuk menemui Sang Tae sementara Mun Yeong menunggu di mobil.

Jung Tae menceritakan apa yang terjadi pada Pil Wong. Bahwa Kang Tae dan Mun Yeong datang bersama. Berkata mereka ia dan Ah Reum memiliki kenangan indah. Mereka merasa Mun Yeong dan Kang Tae berpacaran.

“Pasti menyenangkan jika ada dua pernikahan,” kata Pil Wong.

Chan Yong menguping percakapan mereka. Dan sepertinya ia akan memberitahu semua orang.

Sang Tae bertanya kenapa Kang Tae tidak mengangkat telepon. Kang Tae baru sadar ponselnya mati. Sang Tae berkata ia menelepon 17 kali. Apa ada yang terjadi, tanya Kang Tae khawatir.

“Kau dari mana saja?”

“Sudah kubilang aku pergi ke Seoul untuk menemui seseorang.”

Sendirian, tanya Sang Tae. Sendirian, Kang Tae berbohong lagi. Ia hendak membantu Sang Tae mengambil air tapi Sang Tae mau mengambilnya sendiri karena itu tugasnya.

Benar saja, Chan Yong pergi ke ruang perawat dan sepertinya memberitahu Perawat Park dan Byul. Lalu di toilet, ia memberitahu Dokter Kwon. Karena Dokter Kwon psikiater pasti bisa menjaga rahasia bukan.

“Apa yang kukatakan ini hanya antara kita ya. Mun Kang Tae dan Go Mun Yeong akan segera menikah. Jung Tae melihat mereka bepergian bersama dan mereka bahkan menginap di kamar yang sama. Sudah jelas...”

Sang Tae keluar dari toilet paling ujung. Ia tidak mengatakan apapun, tapi jelas pasti ia mendengarnya.

Perawat Park dan Kang Tae melihat gambar terakhir yang dibuat Sang Tae. Gambar tentang tiga orang bepergian dengan camping car. Perawat Park bertanya apa mereka bertiga pernah bepergian seperti itu. Tidak, jawab Kang Tae.

“Apa kau sempat bertemu dengan pasien Joo Jung Tae di luar rumah sakit?”

“Tidak, aku bertemu dengannya di depan rumah sakit.”

“Kau bohong, kakak sudah bilang jangan bohong,” kata Sang Tae.

Mun Yeong yang bosan menunggu Kang Tae akhirnya turun dan masuk ke dalam. Sang Tae sekilas melihatnya dan bertanya siapa yang lebih disukai Kang Tae, dia atau Mun Yeong. Kang Tae bertanya kenapa kakaknya bertanya seperti itu.

“Siapa yang lebih kausukai? Kakak atau Penulis Go Mun Yeong?” desak Sang Tae.

“Astaga tentu dia lebih menyukaimu,” Perawat Park mencoba menengahi.

Tapi Sang Tae berteriak ingin Kang Tae yang menjawab. Semua orang melihat ke arah mereka. Tentu saja aku lebih menyukai kakak, kata Kang Tae sambil tersenyum. Tapi Sang Tae tmelihat ekspresi Kang Tae dan tak bisa percaya lagi. Ia berulang-ulang mengatakan kalau Kang Tae berbohong.

“Tidak, aku bersungguh-sungguh,” kata Kang Tae khawatir kakaknya meledak.

Tapi Sang Tae keburu meledak. Ia menyiram Kang Tae dengan air. Perawat Park ingin membantu tapi Dokter Oh menahannya dan memberi isyarat agar diam.

“Aku minta maaf. Ini salahku. Aku tidak akan melakukannya lagi, ya,” kata Kang Tae membujuk.

“Aku ingin ia mati. Aku hanya ingin kakakku mati. Kau mengatakannya. Kau bilang kau ingin aku pergi. Kau bilang pada Ibu tiap hari kalau kau ingin kakakmu mati. Karena itu kau mendorongku ke sungai hari itu. Aku berteriak minta tolong. Aku berteriak.,...terus menangis minta tolong tapi kau melarikan diri. Kau meninggalkanku sendirian di air dan lari. Kau ingin aku mati. Setiap hari aku yakin kau menginginkan kematianku,” Sang Tae menangis.

“Tidak...” Kang Tae menggeleng sambil menangis.

“Semua, dengarkan!!! Ia berusaha membunuh kakaknya! Semuanya...dia berusaha membunuh kakaknya!!!” teriak Sang Tae berulang-ulang sambil menangis.

Kang Tae shock...Ia terus menggeleng sambil menangis.

“Itu tidak benar. Tidak, Kak. Itu tidak benar... Aku tidak berbohong...” Ia jatuh terduduk dan memohon. Menangis tersedu-sedu.

Semua orang bingung melihat apa yang terjadi. Sang Tae terus berteriak mengatakan adiknya mau membunuhnya. Hanya Mun Yeong yang tahu apa yang terjadi ketika itu. Ia menangis melihat Kang Tae.

Komentar:

Di saat Kang Tae mulai jujur dengan perasaannya terhadap Mun Yeong, ia malah bersikap tak jujur pada kakaknya. Bagi Sang Tae, kejujuran adalah hal yang sangat penting karena ia seorang yang jujur yang mengatakan apapun yang ada di pikirannya. Ia terus menerus meminta Kang Tae tidak membohonginya, tapi Kang Tae berulang-ulang membohonginya.

Satu hal yang Sang Tae pendam adalah apa yang terjadi pada hari itu di sungai. Dan sama seperti yang terjadi pada Kang Tae sebelumnya (mengenai perlakuan ibu mereka), ia salah mengingat apa yang terjadi. Aku tidak percaya kalau Sang Tae sengaja mengatakan hal yang tidak benar demi menyakiti Kang Tae yang sudah membohonginya. Aku percaya justru itulah yang ia rasakan ketika ia selama beberapa saat ditinggal Kang Tae dalam air yang membekukan itu.

Dalam saat paling menakutkan hidupnya, ia hanya ingat bagaimana Kang Tae meninggalkannya. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa keluar dari air itu dan meninggalkan Kang Tae hampir tenggelam seorang diri.

Tapi seperti dalam kisah Telinga Raja Keledai, kuharap dengan Sang Tae mengungkapkan semua yang ia pendam, ia bisa lebih lega. Begitu juga dengan Kang Tae karena aku yakin mereka tidak pernah lagi membicarakan peristiwa hari itu. Tidak ada penjelasan maupun permintaan maaf, tapi keduanya terus membawa ingatan hari itu. Satu dengan perasaan bersalahnya, satu dengan luka karena merasa ditinggalkan.

Episode ini suka dengan Direktur Lee dan Jung Tae yang bisa mengatakan hal yang bijak dan memilih melakukan hal yang benar. Direktur Lee sepertinya tidak lagi ingin memisahkan Kang Tae dan Mun Yeong. Begitu juga Ju Ri sepertinya mulai mengerti dan tahu harus merelakan Kang Tae, bahkan mulai memikirkan Mun Yeong. Semoga Jung Tae cepat sembuh dan bisa bersama Ah Reum.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)