Keceriaan Kang Tae tidak berlangsung lama. Ia termenung saat
sudah dalam perjalanan dengan Mun Yeong. Dan Mun Yeong bisa melihat kalau Kang
Tae mulai bertanya-tanya mengenai apa yang sudah ia lakukan tadi. Tidak, kilah
Kang Tae.
“Sebaiknya kau tidak melakukannya. Kau mengesankan dengan
memukul pria tadi dan mengajakku pergi. Jangan bilang kalau kau mulai
menyesalinya.”
“Tidak, tentu saja tidak,” kata Kang Tae dengan tawa
terpaksa.
Mun Yeong mengajak Kang Tae pergi ke Serengeti di Afrika.
Aku tidak punya paspor, kata Kang Tae polos. Apa kau dari luar angkasa, tanya
Mun Yeong kaget. Akhirnya ia mengusulkan ke Jeju. Tapi Kang Tae tidak mau
karena tidak bisa kembali hari ini. Mun Yeong mulai kesal karena ia ingin
menginap. Kang Tae berkata mereka harus mengajak Sang Tae kalau menginap.
Bertambah kesal, Mun Yeong menekan pedal gas dalam-dalam dan
mengebut menuju tumbukan batu di ujung pantai. Kang Tae mulai panik. Mun Yeong
bertanya Kang Tae mau pergi seharian atau menginap dengannya. Menginap
dengannya atau mati dengannya?
“Go Mun Yeong!!!” teriak Kang Tae saat mereka hampir
menabrak tumpukan batu.
Mobil berhenti tepat di depan tumpukan batu. Untung Kang Tae
tidak mengompol seperti Gi Do. Ia marah dan bertanya kenapa Mun Yeong
mempertaruhkan nyawa hanya untuk main-main. Aku tidak main-main, kata Mun
Yeong.
Kang Tae meminta setidaknya Mun Yeong menghitung tiga kali
sebelum melakukan hal spontan. Mun Yeong bertanya balik apakah Kang Tae
menghitung sampai tiga lebih dulu sebelum meninju mantan suami Ah Reum. Kang
Tae tak bisa menjawab.
“Keluar,” kata Mun Yeong, “Jika aku bersamamu, aku akan
ingin menabrak sesuatu (saking kesalnya).”
Kang Tae keluar dari mobil Mun Yeong. Mun Yeong melempar tas
Kang Tae keluar lalu pergi. Kang Tae memungut tasnya sambil tersenyum geli. Mun
Yeong marah-marah dalam mobil mengira Kang Tae sedang mempermainkannya.
Kang Tae akhirnya pergi ke tempat Jae Su. Melihat Kang Tae
makan pizza dengan lahap, Jae Su berkata Kang Tae sangat aneh akhir-akhir ini.
Kang Tae biasanya jarang makan dan berhenti bekerja seakan-akan hobinya. Tapi
hari ini ia memukul seseorang dan diskors tapi masih memiliki nafsu makan.
“Teman, kau pasti sakit pikiran. Ayo kita pergi periksa.”
“Kau juga berpikir aku sedikit aneh?”
“bukan sedikit, tapi sangat.”
Kang Tae bertanya ada apa dengan dirinya. Jae Su berkata
Kang Tae tertular virus kegilaan. Pada hari Mun Yeong melukai tangan Kang Tae
dengan pisau, virus kegilaannya masuk dalam pembuluh darah Kang Tae dan
mengacaukan otaknya.
“Wah kau hampir meyakinkanku,” kata Kang Tae pura-pura
kagum.
“Aku hampir berpikir untuk menulis novel,” sahut Jae Su.
Kang Tae berkata ia ingin bersenang-senang. Kenapa tidak,
kata Jae Su senang. Ia mengajak Kang Tae jalan-jalan naik Alberto nya. Kang Tae
ingin jalan-jalan ke mana?
“Serengeti,” jawab Kang Tae.
Sang Tae makan siang bersama Dokter Oh dan ibu Ju Ri. Mereka
membicarakan peristiwa tadi. Ibu Ju Ri berkata Kang Tae bukan orang seperti
itu. Ia adalah orang yang sangat sabar. Ia tidak percaya Kang Tae bisa memukul
seseorang.
“Itu sama saja dengan kentut. Jika kau menahannya 99 kali
dan mengeluarkannya, bisa-bisa membunuh orang,” kata Dokter Oh.
“Kau tidak sopan,” sahut Sang Tae, “Jangan bicarakan kentut
waktu makan.”
Dokter Oh meminta maaf. Tapi kenapa Kang Tae bisa memukul
orang, tanya ibu Ju Ri.
“Dulu aku juga memukul para pria yang mengganggumu. Dia
mungkin marah dengan alasan yang sama,” kata Dokter Oh. Whaaa XD
Dokter Oh menjelaskan pada Sang Tae kalau ia pernah menaksir
ibu Ju Ri waktu mereka masih muda. Tapi ia ditolak 3 kali. Itu cukup
mengejurkan, kata Sang Tae. Bagaimana cara ibu Ju Ri menolak Dokter Oh?
“Aku tidak suka padamu! Aku benar-benar tidak suka padamu!
Begitulah caraku menolaknya. Oppa ini sangat tidak biasa sejak masih muda.
Kemungkinannya 50-50 antara ia seorang jenius atau idiot. Jadi aku menolaknya.”
“Kau menyesalinya, kan?” seloroh Dokter Oh.
“Astaga, bagaimana kau tahu? Aku sangat menyesalinya,”
sindir ibu Ju Ri.
“Lihat kan, ia masih menyukaiku.”
“Jangan mengkhayal,” kata Sang Tae. Pffft..
Dokter Oh tidak
sempat menyelesaikan makannya karena ia dipanggil ke lobi. Rupanya keluarga Ah
Reum memaksa mengeluarkan Ah Reum dari rumah sakit setelah insiden tadi. Mereka
marah karena mantan suami Ah Reum bisa
menemukan Ah Reum di sini. Kakak Ah Reum ingin membawa Ah Reum ke Amerika agar
bisa dirawat di sana. Ah Reum menolak ikut. Tentu saja karena Jung Tae. Tapi
ngomong-ngomong di mana Jung Tae??
Para staf berusaha menenangkan keluarga Ah Reum. Mereka
berpendapat belum waktunya Ah Reum keluar dan beralasan ada prosedur untuk
mengeluarkan pasien. Mereka berharap Dokter Oh sebagai direktur rumah sakit
bisa menangani ini. Tapi Dokter Oh kalah galak, ia mengatakan mereka boleh
keluar kalau sudah bayar.
Setelah Ah Reum dan keluarganya pergi, Perawat Park protes
pada Dokter Oh karena membiarkan Ah Reum pergi sebelum waktunya. Tapi Dokter Oh
berkata tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan jika keluarganya tidak
mengijinkannya tinggal. Iya juga sih...
Sun Hae dan Pil Wong mengajak Jung Tae ke kamar cuci dan
memberitahukannya kabar sedih itu. Jung Tae langsung hendak menyusul Ah Reum
tapi Pil Wong menutup mulutnya dan berkata Jung Tae tidak boleh membuat orang
lain tahu kalau ia dan Ah Reum berpacaran. Ia menasihati agar Jung Tae menahan
diri sebaik-baiknya. Ia akan membantu mencarikan jalan.
Tiba-tiba Sun Hae, si mantan dukun, bergidik dan berkata
besok seseorang yang muncul dari Barat akan membantu Jung Tae. Hantu dari
Barat? Bukan hantu tapi manusia, kata Sun Hae. Hehe...udah bisa nebak sih siapa
:p
Jae Su curhat, atau lebih tepatnya menggosip tentang
Direktur Lee pada Kang Tae. Kang Tae tertawa mendengarnya. Ia berkata Jae Su
boleh tinggal di kamar mereka jika tidak tahan sekamar dengan Direktur Lee. Ia
juga ingin meminta tolong pada Jae Su.
“Mengenai kakakku. Besok bisakah kau...”
“Tentu.”
Kang Tae bingung karena ia belum selesai bicara. Jae Su
berkata apapun itu ia akan membantu Kang Tae. Itu yang disebut kesetiaan.
Sang Tae sedang menonton kartu favoritnya. Dooly. Suaranya
menggema di seluruh rumah. Mun Yeong muncul dan berkata ia benci Dooly dan
teman-temannya. Mereka bersikap semau mereka di rumah yang bukan rumah mereka.
“Aku suka Ko Gil Dong.”
“Ko Gil Dong?” Sang Tae terkejut. Ko Gil Dong adalah
karakter yang sering merasa tergangu dengan kehadiran Dooly dan kadang
memukulnya. Anak Ko Gil Dong yang membawa pulang Dooly dan menganggapnya hewan
peliharaan.
Mun Yeong menyukai Ko Gil Dong karena ia menganggap Ko Gil
Dong adalah orang baik yang membiarkan Dooly dan teman-temannya tinggal di
rumahnya meski mereka terkadang membuar masalah.
“Aku menyukainya. A...aku juga suja Gil Dong,” kata Sang
Tae.
Giliran Mun Yeong yang kaget. Sang Tae memperlihatkan boneka
dinonya dan berkata namanya Teary (air mata) tapi nama sebenarnya Ko Gil Dong.
Ia suka Ko Gil Dong karena ia yang mengurus Dooly dan teman-temannya. Ia adalah wali mereka dan memberi mereka
tempat untuk tidur, memberi mereka makan, dan melindungi mereka.
“Sebagai info, aku adalah wali Kang Tae dan seorang wali
harus bertanggungjawab dan bisa dipercaya. Aku adalah orang dewasa dan
kakaknya.”
“Wah, kita benar-benar cocok, Oppa. Kita seperti teman
baik,” Mun Yeong mengajak tos.
Sang Tae tertegun. Teman baik? Ia nampak sangat gembira.
Iya teman baik, kata Mun Yeong tersenyum. Senyumnya lenyap
begitu mendengar suara Kang Tae. Ia tak bicara apa-apa dan berjalan keluar
kamar tanpa melirik sedikitpun pada Kang Tae. Kang Tae memegang tangannya dan
mengajak bicara.
Kang Tae bertanya apa mereka tidak jadi pergi besok. Mun
Yeong masih kesal kalau mereka hanya bepergian satu hari. Tapi Kang Tae berkata
satu hari sudah lebih dari cukup baginya. Itu adalah hari yang diimpikannya
seumur hidupnya. Mun Yeong kesal tapi tak bisa membantah.
“Jadi besok kita pergi?” tanya Kang Tae.
“Terkadang kau seperti penjinak, bukan perawat. Aku merasa
kau sedang menjinakkanku.’
“Kurasa sebaliknya. Aku terus melakukan hal yang tidak
biasanya kulakukan karenamu. Tadi (saat memukul) aku tidak bisa mendengar atau
melihat apapun. Aku pasti sudah tidak waras. Aku tidak bisa menahan
kemarahanku.”
“Tidak, aku tidak gila. Kau mengagumkan,” puji Mun Yeomg.
Kang Tae menoleh dan mereka bertatapan. Pelan-pelan Kang Tae
mendekat. Ketika bibir mereka hampir bersentuhan tiba-tiba terdengar pekikan
rusa musuh bebuyutan Mun Yeong. Atau jangan-jangan reinkarnasi ibu Mun Yeong??
*sakingterlalubanyaknyateori*
Batal deh kissnya. Dengan kikuk Kang Tae bertanya apa mereka
pergi besok pagi. Tentu saja, kata Mun Yeong datar. Setelah Kang Tae masuk ke
dalam, Mun Yeong melotot marah ke arah suara rusa tadi.
“Aku ingin mematahkan leher rusa itu,” ujarnya geram. Eh
disahutin sama rusanya. “Diam kau, rusa bodoh!!”
Ju Ri tidak bisa tidur dan hendak menyelinap keluar. Seung
Jae terbangun dan mengikutinya ke atap untuk minum bersama. Ju Ri bertanya apa
Seung Jae pernah merasakan jatuh cinta bertepuk sebelah tangan.
“Tidak, aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Sungguh
membuang-buang waktu,” jawab Seung Jae. Setelahnya ia sadar dan merasa
bersalah.
Ju Ri tidak marah. Ia membenarkan kalau itu buang-buang
waktu. Seung Jae berkata Ju Ri pantas mendapatkan yang lebih baik.
“Kau tahu siapa yang aku sukai?” tanya Ju Ri. Udah
dibilangin semua juga tau >,<
“Mun Kang Tae. Aku memang lambat dalam pekerjaan tapi sangat
peka dalam masalah percintaan. Mari kita jujur dan realistis. Kau jauh lebih
baik darinya. Ia mungkin tampan tapi ia benar-benar tidap punya....” Seung Jae
tak berani meneruskan.
“Kau benar. Ia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan. Aku
pikir aku bisa menjadi orang yang mengisi kehidupannya yang kosong,” kata Ju
Ri. Ia berkata ia pasti sudah mabuk dan mengajak Seung Jae masuk setelah
minuman mereka habis.
Seung Jae berkata secara pribadi ia berpendapat Ju Ri cocok
bersama pria yang lebih tua dengan kepribadian ceria, berpikiran luas dan
berkarakter pengusaha. Seperti Direktur Lee misalnya?^^ Ia menepuk Ju Ri dan
berkata ia akan menemukannya suatu hari nanti.
Mereka sama sekali tak menyadari kalau Direktur Lee
diam-diam mendengar percakapan mereka. Dengan senang ia berkata tidak sia-sia
ia mempekerjakan Seung Jae.
Malam itu Kang Tae dan Mun Yeong sama-sama sulit tidur gara-gara batal kiss.
Dokter Oh mengajar menyanyi di kelas terapi musik. Semua
bernyanyi riang kecuali ayah Mun Yeong dan Park Ok Ran. Park Ok Ran sesekali
melirik ayah Mun Yeong.
Kang Tae memberitahu kakaknya kalau hari ini ia ada urusan
jadi ia akan pulang terlambat. Ia meminta kakaknya menunggu di rumah Jae Su dan
malam harinya ia akan menjemputnya. Tapi Sang Tae sedang gembira karena ia
memiliki sahabat.
“Nona Go dan aku adalah sahabat sekarang. Kami adalah
sahabat dan teman terbaik. Artinya kami benar-benar dekat. Sahabatmu adalah Jae
Su. Sahabatku adalah Nona Go. Aku juga punya sahabat sekarang.
Sahabat...sahabat...” Sang Tae terus berceloteh.
Kang Tae terdiam mendengarnya.
Dokter Oh mengajak ayah Mun Yeong jalan-jalan di taman. Ayah
Mun Yeong sudah tidak perlu mengenakan kursi roda. Dokter Oh bertanya apakah
ayah Mun Yeong tidak merindukan puterinya. Ia dengar kelas dongengnya sangat
menyenangkan. Ia juga ingin melihatnya kapan-kapan.
“Dia hanya seperti wanita itu...” kata ayah Mun Yeong.
“Wanita itu?”
“Semua terpedaya oleh wanita itu. Wajahnya seperti
malaikat tapi di dalamnya hidup iblis.”
Dokter Oh berkata semua orang memiliki sisi baik dan buruk.
Tapi ayah Mun Yeong berkata wanita itu monster dan membunuh seseorang.
“Di mana monster itu?” tanya Dokter Oh.
“Ia sudah mati. Aku membunuhnya,” tiba-tiba ayah Mun Yeong
memegangi kepalanya kesakitan. “Aku yakin aku sudah membunuhnya. Tapi ia
kembali. Ia kembali untuk membunuhku. Ia akan
membunuhku.”
Dokter Oh memegang tangan ayah Mun Yeong untuk
menenangkannya.
Perawat Park hendak membaca buku novel ibu Mun Yeong bagian
yang sudah ditandai. Park Ok Ran merebutnya sebelum ia sempat membaca. Perawat
Park berkata Park Ok Ran tidak boleh masuk ruang perawat. Park Ok Ran bertanya
kenapa perawat Park membaca buku itu padahal ia belum selesai membacanya.
Perawat Park melihat jarinya tergores kertas karena Park Ok
Ran merebut buku dengan keras. Park Ok Ran berkata itu akibat mengambil barang
orang lain. Ia benci jika orang melakukan itu. Lalu ia keluar membawa buku itu.
Ju Ri masuk dan menanyakan keadaannya. Perawat Park berkata
ia tidak apa-apa. Ia tadi melihat Jung Tae keluar rumah sakit hari ini. Padahal
hari ini kan giliran Pil Wong. Ju Ri berkata memang begitu seharusnya, tapi
Dokter Oh mengijinkan Jung Tae yang keluar hari ini. Perawat Park merasa ada
kesepakatan di balik perubahan jadwal ini.
Kang Tae sudah siap jalan-jalan. Ia bertanya apa Mun
Yeong sudah siap. Mun Yeong keluar
dengan pakaian agak seksi plus topi selebar payung. Kang Tae bengong dan
bertanya apa Mun Yeong hendak tampil di sirkus.
“Apa kau sedang dalam pelarian?” balas Mun Yeong, melihat
pakaian kasual Kang Tae.
“Maksudku tidak bisa kau mengenakan pakaian yang nyaman?”
“Aku merasa nyaman tak pakai baju,” sahut Mun Yeong.
Maksudnya yang normal, kata Kang Tae. Mun Yeong kesal dan
berkata ia tidak ingin terlihat normal.
Ia menggeledah isi tas besar Kang Tae yang kebanyakan merupakan cemilan
bahkan kotak P3K lengkap.
“Apa kita sedang mengungsi?” tanyanya.
Kang Tae agak malu dan berkata mereka mungkin saja kelaparan
dan mungkin saja membutuhkan kotak P3K itu.
“Jangan membuatnya terlalu kelihatan kalau ini pertama
kalinya kau jalan-jalan. Kau cukup mengurusku,” kata Mun Yeong.
Ponsel Kang Tae bergetar. Mun Yeong melarangnya angkat
telepon tapi Kang Tae tetap mengangkatnya, bahkan menemuinya.
Dokter Oh mengajak Kang Tae bertemu. Melihat Kang Tae
memeriksa jam, ia bertanya apa Kang Tae ada janji lain.
“Kencan dengan Penulis Ko?” tanyanya sambil tersenyum.
Kang Tae bengong. Dokter Oh tertawa dan berkata ia sudah
bilang kalau ia pintar membaca pikiran orang. Kang Tae berkata ia ingin
menanyakan sesuatu.
“Apa latar belakang psikologis orang yang senang mengenakan
pakaian terlalu berlebihan dan terlalu modis? Kurasa karena ingin pamer,
bukan?”
“Sebaliknya. Mereka ingin melindungi diri mereka sendiri.
Mereka berpikir mereka terlalu lemah hingga menggunakan pakaian sebagai
perlindungan. Semacam perisai. Jadi kau harus melindunginya dengan baik. Aku membicarakan Nona Go.”
Karena Kang Tae pergi, Mun Yeong mengadakan rapat dulu
dengan Sang Tae. Ia bertanya wanita
seperti apa yang biasa bergaul dengan Kang Tae.
“Perawat, pasien, guru-guru di sekolahku, para ahjumma
pemilik rumah,...”
Mun Yeong berkata bukan wanita seperti itu. Melainkan wanita
yang Kang Tae sukai.
“Kang Tae tidak suka wanita,” jawab Sang Tae.
Mun Yeong terkejut. Kang Tae suka pria?
“Dia suka padaku,” jawab Sang Tae. “Aku adalah orang paling
favoritnya di seluruh dunia. Kang Tae hanya bermain denganku.”
Pantas saja ia tidak tahu cara bersenang-senang, gumam Mun
Yeong. Ia akan memastikan Kang Tae bersenang-senang. Mendengar itu Sang Tae
mengingatkan kalau ia sudah memberikan Mang Tae. Mun Yeong boleh bermain
bersama Mang Tae. Kang Tae akan main dengannya dan ia juga akan main dengan
sahabatnya.
“Aku tidak boleh bermain bersama Kang Tae?” tanya Mun Yeong.
“Tidak, Kang Tae hanya bermain denganku. Ia adalah adikku.”
Mun Yeong bertanya apa Sang Tae juga menyayangi. Sang Tae
berkata ia sangat menyayangi Kang Tae. Kang Tae memiliki mata yang indah.
Paling indah, menurutnya.
“Apa Oppa juga pernah membencinya?”
Sang Tae terdiam. Sepertinya pernah, Mun Yeong melihat penuh
selidik. Ia bertanya kapan Sang Tae membenci Kang Tae. Sang Tae tidak menjawab
dan nampak kikuk.
“Apa Oppa tahu dongeng tentang Telinga Raja Keledai? (sempat
disebut di episode 3)”
Sang Tae tahu dongeng itu. Tentang orang yang berteriak di
hutan bambu (versi lain, di dalam lubang) untuk membeberkan rahasia telinga
raja karena ia harus merahasiakannya dari semua orang. Ia meneriakkan di tempat
itu karena mengira orang tidak akan ada yang mendengar, dan ia tetap bisa
mengungkapkan rahasianya.
“Benar. Jika kau
menyimpan rahasia untuk dirimu sendiri, kau akan tertekan. Kau harus
menceritakannya pada orang lain untuk meredakan stress. Jadi kapan Oppa paling
membenci Kang Tae?”
Sepertinya Mun Yeong ingin menggunakan info ini agar Sang
Tae marah pada Kang Tae dan Kang Tae jadi diberikan padanya. Tapi saat itu Jae
Su menelepon dan Sang Tae memilih mengangkat telepon daripada memberitahu
rahasianya.
Kang Tae dan Mun Yeong akhirnya bepergian. Mun Yeong
bersenandung riang sementara Kang Tae masih memikirkan percakapannya dengan
Dokter Oh tadi. Dokter Oh berkata mungkin saja Kang Tae benar. Bahwa ibu Mun
Yeong bukanlah seseorang yang dirindukan melainkan seseorang yang masih
ditakuti. Tapi itu baru dugaan karena mereka tidak bisa mempercayai semua
ucapan seorang pasien demensia. Namun mereka juga tidak bisa seluruhnya menutup
kemungknan itu.
“Bagaimana jika penulis Do Hui Jae sebenarnya belum
meninggal?” tanya Kang Tae. Bagaimana jika ia hanya menghilang?
“Maka kita tahu satu hal yang pasti. Ia pasti akan kembali
untuk menemui puteri dan suaminya. Mari kita berharap aku khawatir berlebihan,
tapi untuk jaga-jaga aku ingin memintamu melindungi Penulis Go dan ada
untuknya.”
Tidak seperti biasanya, Mun Yeong memutar musik di mobil. Ia
berkata Sang Tae sangat perhitungan. Tidak akan memberi sesuatu secara gratis.
“Bukankah itu sebabnya kalian jadi sahabat? Karena kalian
berdua mirip.”
Mun Yeong tersenyum.
Jae Su mengantar Sang Tae pulang ke rumah Ju Ri. Ia berkata
ibu Ju Ri akan mengadakan pesta samgyeopsal malam ini untuk Sang Tae. Sang Tae
bertanya kenapa Jae Su terus mengikutinya. Untuk bermain bersama Sang Tae. No
thank you, jawab Sang Tae. Pekerja paruh waktu seperti apa yang ingin bermain
bersama bosnya di rumah bosnya. Haha bener juga sih...
Mereka naik ke atap dan bingung melihat ember besar di sana.
Tiba-tiba Direktur Lee keluar dari dalam ember. Ia sedang berendam. Ia berkata
ia sedang menikmati liburannya. Biasanya ia pergi ke hotel luar negeri tiap
musim panas dan tidak melakukan apapun selain membaca buku selama sebulan. Ia
mengajak Sang Tae ikut tapi Sang Tae menolak keras. Ia benci air (karena pernah
hampir tenggelam dulu).
Kang Tae mengajak Mun Yeong ke gunung. Mun Yeong bengong
melihat jembatan gantung panjang yang dilihatnya membentang menyeberangi ngarai
lebar. Apa mereka akan bungee jumping? Kang Tae ingin menyeberangi jembatan
itu. Tapi Mun Yeong tidak mau. Ia takut.
Kang Tae tertawa karena baru kali ini mendengar kata ”takut”
dari Mun Yeong. Mun Yeong kesal, memangnya menyenangkan menyeberangi jembatan
bodoh itu? Kang Tae berkata ia hanya ingin naik ke pundak dan melihat
pemandangan luas. Ia tidak bisa ke sana bersama kakaknya. Karena ia telah
melihatnya sekarang, sudah cukup baginya. Ia mengajak Mun Yeong turun.
Tapi mendengar Kang Tae tidak bisa ke sana bersama Sang Tae,
Mun Yeong berubah pikiran. Ia akan menyeberang asal Kang Tae menggendongnya di
punggung. Kang Tae memilih menyeberang sendiri dan menyuruh Mun Yeong menunggu.
Ia berjalan sambil tertawa mendengar Mun Yeong berteriak-teriak memanggilnya.
Demi Kang Tae, jembatan goyang pun kuseberangi..mungkin
begitu pikir Mun Yeong. Ia mulai berjalan sambil marah-marah sekaligus takut
karena jembatan itu bergoyang. Karena itu namanya jembatan goyang, kata Kang
Tae. Ia menyarankan agar Mun Yeong menyanyi. Mun Yeong dengan polosnya menurut.
Ia bernyanyi dengan suara gemetar sekaligus bernada marah.
“Hentikan,” kata Kang Tae. “Kau terdengar menakutkan.”
“Apa kau mau mati?” sembur Mun Yeong.
Akhirnya mereka tiba di seberang dengan selamat. Mun Yeong
menyuruh Kang Tae berpose dan ia akan memotret sebagai kenang-kenangan. Awalnya
Kang Tae menolak, tapi kemudian ia berpose canggung. Mun Yeong ikut berfoto
dengannya agar Kang Tae tidak malu.
Seseorang menelepon Kang Tae. Kang Tae dan Mun Yeong pergi
menemui orang itu. Ternyata Jung Tae yang menelepon. Ia sedang bersama Ah Reum.
Keduanya tertawa tak menyangka Kang Tae datang berdua dengan Mun Yeong. Tapi
Kang Tae tidak nampak senang dan bertanya apa yang sedang terjadi. Jung Tae
menjelaskan kalau Pil Wong meminta pada Dokter Oh agar Jung Tae yang diijinkan
pergi menginap di luar rumah sakit menggantikannya. Dokter Oh mengijinkan.
Lalu ia pergi ke rumah Ah Reum. Dan mereka melarikan diri
dengan taksi dan pergi sejauh mungkin. Karena sangat jauh, seluruh uangnya
habis untuk biaya taksi. Mereka tidak bisa membayar biaya kamar penginapan.
Kang Tae bertanya bagaimana mereka bisa mengetahui nomor teleponnya.
Jung Tae menunjukkan daftar nomor telepon darurat yang
dicuri Sun Hae dari meja staf rumah sakit. Dari semua orang dalam daftar itu,
ia merasa paling dekat dengan Kang Tae. Kang Tae mengingatkan kalau staf
dilarang bersama dengan pasien di luar rumah sakit. Jung Tae tahu itu, ia hanya
ingin Kang Tae meminjamkan uang agar mereka bisa membayar kamar.
Ia akan menginap semalam dan kembali ke rumah sakit besok.
Tentu saja Kang Tae melarang. Tapi Mun Yeong tersenyum penuh arti dan diam-diam
pergi meninggalkan mereka .
Jung Tae protes kenapa mereka tidak boleh menginap. Bisa
dibilang ini kesalahan Kang Tae juga. Karena mereka tidak bisa berpacaran
sebagai sesama pasien, maka ia menahan diri sekuat mungkin. Tapi ketika mantan
suami Ah Reum menampar Mun Yeong, Kang Tae yang tidak bisa menahan diri hingga
Ah Reum dipulangkan. Mereka harus berpisah besok tapi Kang Tae tidak bisa
membayarkan mereka?
Ah Reum mulai menangis dan berkata sungguh kejam. Mun Yeong
kembali dan berkata Kang Tae harus minta maaf pada mereka karena sepertinya itu
kesalahan Kang Tae. Ia telah membayar
kamar di samping kamar Jung Tae dan Ah Reum.
Kang Tae membawa Mun Yeong keluar dan mengingatkan kalau
mereka tidak bisa menginap. Memangnya kau Cinderella, tanya Mun Yeong. Kang Tae
berkata Mun Yeong bisa menginap sendiri.
“Aku yakin mereka akan melarikan diri besok. Wanita itu akan
segera pindah ke Amerika. Dan si pria harus kembali ke rumah sakit jiwa besok.
Lihat saja mereka.Apa mereka bisa dipisahkan? Rasionalitasmu tidak akan pernah
bisa menang dari keinginanmu. Apa kau akan membiarkan pasien melarikan diri?
Tidak bertanggungjawab. Atau kau akan memisahkan mereka meski tahu betapa
mereka saling mencintai? Sungguh kejam.”
Kang Tae mulai berpikir. Mun Yeong berkata mereka bisa menginap
malam ini dan besok Kang Tae bisa mengantar Jung Tae kembali ke rumah sakit.
“Aku sedang diskors, jadi aku tidak mau bekerja,” kata Kang
Tae. Ia berjalan pergi pura-pura tak peduli. Tapi akhirnya ia menyerah. Mun
Yeong tersenyum puas.
Di Rumah Ju Ri, semua berkumpul untuk makan malam. Ibu Ju Ri
berkata akan lebih baik kalau Kang Tae juga bisa bergabung bersama mereka. Jae
Su dan Sang Tae berkata Kang Tae pergi untuk bertemu seseorang. Sekarang kan
dia punya banyak waktu luang karena diskors.
Seung Jae bertanya apakah Seung Tae senang bekerja dengan
Mun Yeong. Sang Tae berkata mereka akan bekerja nanti. Sekarang mereka
bersahabat dan sahabat tidak saling merahasiakan. Ibu Ju Ri senang mendengarnya
dan berkata Sang Tae seharusnya mengajak Mun Yeon ke sini kalau begitu. Tapi
Sang Tae berkata Mun Yeong tidak mau karena hendak pergi bersenang-senang
sendiri. Padahal ia akan senang pergi bersama Mun Yeong.
Direktur Lee merasa aneh karena tidak biasanya Mun Yeong mau
keluar di hari sepanas ini. Seung Jae dengan polos berkata mungkin Kang Tae dan
Mun Yeong pergi bersama. Seketika itu juga suasana berubah dan semua orang
terdiam. Jae Su dan Direktur Lee cepat-cepat bergurau kalau Seung Jae
benar-benar kreatif dan bisa jadi penulis.
Ju Ri menawarkan diri untuk membeli bir untuk semuanya.
Direktur Lee cepat-cepat keluar untuk menemaninya. Ju Ri berkata Kang Tae dan
Mun Yeong mungkin sedang bersama saat ini. Tidak tahu dan siapa peduli, kata
Direktur Lee. Baginya yang terpenting ia
bersama Ju Ri sekarang. Ju Ri berkata ia mulai mengerti mengapa Mun Yeong menempel
pada Direktur Lee begitu lama.
“Itu pujian, bukan? Tapi sebenarnya, akulah yang menempel
padanya..”
“Kenapa?” tanya Ju Ri tak mengerti.
“Karena ia tidak bisa ditinggalkan sendirian. Ia sangat
kesepian. Tapi ia tidak mau seorangpun tahu jadi ia menghalau semua orang menjauh
darinya. Dia orang yang rumit.”
Ju Ri berkata bisa dibilang Mun Yeong dan Kang Tae mirip. Apa
karena itu mereka berdua tertarik satu sama lain?
“Ju Ri, tak terhitung banyaknya alasan kita jatuh cinta.
Contohnya, kau mungkin suka karena betapa cantiknya mereka ketika mereka
menangis. Atau kau jatuh hati karena mereka mabuk dan memakimu. Atau mungkin
karena mereka secara tidak terduga menamparmu.”
Ju Ri tertawa malu. Direktur Lee berkata Kang Tae juga pasti
memiliki alasan kenapa ia menyukai Mun Yeong. Bijak juga nih si direktur....dan
Ju Ri nampaknya mulai mengerti mengapa rasa suka tidak bisa dipaksakan.
Mun Yeong melihat Kang Tae masih duduk termenung dan belum
menelepon Sang Tae. Apa perlu ia yang meneleponnya? Kang Tae mencegahnya dan
berkata ia akan menelepon sekarang.
Sang Tae sedang menggambar ketika Kang Tae menelepon. Sang
Tae bertanya apa yang sedang Kang Tae lakukan sekarang. Dengan gugup Kang Tae
berkata ia sedang berbicara di telepon dengan Sang Tae. Kapan kau kembali,
tanya Sang Tae. Kang Tae berkata ia akan pulang sangat terlambat, mungkin
subuh. Ia meminta kakaknya tidak menunggunya dan tidur duluan. Jika Sang Tae
bosan atau tidak bisa tidur, ia bisa meneleponnya. Sang Tae berkata Kang Tae
juga bisa meneleponnya jika merasa bosan. Hmmm...kenapa harus bohong dari awal
sih...
Melihat ekspresi Kang Tae, Mun Yeong berkata ia pernah
melihatnya di drama. Ekspresi seorang pria yang berselingkuh dari istrinya. Ia
tidak mau jadi selingkuhan, ia ingin jadi istri yang setia.
“Tapi keduanya tidak bisa jadi sahabat, bukan?” tanya Kang
Tae.
Ia berkata kakaknya sangat senang bisa bersahabat dengan Mun
Yeong. Mun Yeong berkata ia juga menyukai Sang Tae. Ia cute.
“Ada sesuatu yang diharapkan ibuku selama hidupnya. Melihat
kakak memiliki teman. Seorang teman yang benar-benar memahaminya. Satu saja.”
Mun Yeong menghela nafas panjang dan berkata ia memiliki
seorang teman seperti itu dulu. Seorang teman yang mengerti dirinya. Dan bisa
ditebak itu adalah Ju Ri.
Ketika kecil, Ju Ri sering dan diejek dibully
teman-temannya. Tapi sebaliknya, mereka takut pada Mun Yeong. Lalu Ju Ri
mengajak Mun Yeong berteman. Mun Yeong senang karena ia tidak lagi merasa
bosan. Dan Ju Ri senang karena teman-teman sekelas tidak membullynya lagi.
Tapi Ju Ri tidak ingin berteman hanya dengan satu orang. Ia
ingin menjadi teman semua orang. Dan Mun Yeong tidak menyukainya. Jadi Mun
Yeong mengganggu anak-anak lain, berharap Ju Ri hanya akan berteman dengannya
jika ia kesepian lagi. Tapi ia salah. Ju
Ri jadi takut padanya dan tidak mau lagi berteman dengannya.
“Teman yang benar-benar memahamimu itu tidak ada,” kata Mun
Yeong.
“Kau seharusnya berbaikan dengannya,” kata Kang Tae.
Mun Yeong tidak mau. Ia sudah memiliki sahabat sekarang dan
ia juga memiliki Kang Tae. Ia melihat wajah Kang Tae memerah dan memegangnya.
Kang Tae menepisnya dan terjatuh karena melompat mundur.
Jung Tae mencicipi minuman buah pemberian pemilik penginapan
tapi langsung mengeluarkannya lagi karena mengandung alkohol. Ah Reum melarang
Jung Tae meminumnya.
Sementara Kang Tae di kamar sebelah sudah meminumnya tanpa
tahu itu mengandung alkohol dan mulai mabuk. Mun Yeong mengambil ponsel Kang
Tae dan diam-diam mematikannya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong bertukar kamar
dengan Jung Tae. Jadi Mun Yeong sekamar dengan Ah Reum, dan Jun Tae dengannya.
“Mereka akan berpisah besok, jadi biarkan saja mereka,” kata
Mun Yeong.
Melihat Mun Yeong menatapnya tiba-tiba Kang Tae tertawa. Mun
Yeong berkata Kang Tae selalu tersenyum bodoh seperti itu ketika mabuk. Kang
Tae dengan jujur mengakui kalau ia merasa senang ketika bersama Mun Yeong dan
itu membuatnya terus tersenyum.
“Tidak bisa begini,” kata Mun Yeong. Lalu ia “menyerang”
Kang Tae. Kang Tae sibuk menghindar.
Sementara itu di kamar sebelah, Ah Reum dan Jung Tae asyik
menikmati langit malam. Siapa yang lebih cinta, tanya Ah Reum. Orang yang lebih
sabar, kata Jung Tae.
“Karena cinta adalah mengenai kesabaran.”
Kang Tae berhasil memegangi Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia
akan tidur jadi Kang Tae bisa melepaskannya. Tapi begitu Kang Tae lengah, ia
langsung bergerak. Kang Tae mendekapnya erat-erat dan memohon agar Mun
Yeong diam dan tidur saja.
“Kudengar kita bisa tidur nyenyak jika seseorang
mengusap-usap rambut kita.”
Kang Tae pelan-pelan mengusap rambut Mun Yeong.
Setelah Mun Yeong tertidur pulas, Kang Tae memperhatikannya
dari sudut kamar dan berkata, “Sudah kubilang aku tidak bisa menahan diriku lagi.
Kurasa aku tidak bisa melarikan diri lagi.”
Sang Tae semalaman tertidur di meja dan ia mengigau mimpi
buruk tentang ibunya yang meninggalkannya. Ia menelepon Kang Tae tapi tidak
terhubung.
Mun Yeong bangun
sendirian di kamar. Ia cepat-cepat keluar mencari Kang Tae. Apakah ia
sudah pergi meninggalkan Mun Yeong? Kang Tae kembali dengan tangan di balik
punggungnya. Mun Yeong lega melihatnya dan bertanya ia dari mana.
“Mengambil yang tidak bisa kuberikan padamu waktu itu.”
Ia mengulurkan sebuket bunga liar dan berkata jangan
menginjaknya lagi kali ini. Mun Yeong menerimanya dengan bahagia dan berkata
bunga-bunga itu cantik.
“Begitu juga kau.”
Kang Tae mencium Mun Yeong. Keduanya tersenyum bahagia.
Mereka kembali ke penginapan tapi pemilik penginapan berkata
pasangan lainnya telah pergi lebih dulu pada subuh hari. Kang Tae bingung
karena sepatu mereka masih di depan kamar. Tiba-tiba seseorang memanggill Kang
Tae. Jung Tae, sendirian.
Mereka sebenarnya sudah melarikan diri dengan uang pemberian
Mun Yeong. Tapi Jung Tae tiba-tiba berhenti dan berkata melarikan diri seperti
ini dirasanya tidak tepat. Melarikan diri seperti itu hanya mengubah cinta
mereka menjadi seseuatu yang dangkal tak berarti dan merupakan sikap pengecut.
“Apa maksudmu?” kata Ah Reum panik.
Jung Tae berkata ia masih gila alkohol. Bahkan semalam ia
berjuang menahan diri. Jika Ah Reum tidak bersamanya, ia pasti sudah mabuk
habis-habisan. Ia belum sembuh benar untuk bisa menjaga Ah Reum dan bertanggung
jawab atas kebahagiaannya.
“Kita bisa berusaha yang terbaik bersama,” kata Ah Reum
menangis tersedu-sedu.
“Tidak, aku harus melaluinya seorang diri. Aku akan
melaluinya. Aku berjanji akan
benar-benar sembuh dan menemuimu. Jadi kumohon tunggu aku. Aku tidak akan lama,”
Jung Tae memeluknya.
Kang Tae dan Mun Yeong mengantar Jung Tae ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan Jung Tae terus menangis. Setelah Jung Tae turun dari mobil,
Mun Yeong berkata ia tidak mengerti mengapa Jung Tae melepas Ah Reum jika
mencintainya. Apa ia bodoh?
“Karena ia sangat mencintainya. Terkadang itulah mengapa kau
harus melepaskan seseorang.”
“Mereka putus karena mereka saling mencintai? Benar-benar
omong kosong. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
“Jangan terlalu yakin. Kau tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi,” kata Kang Tae.
Lalu ia turun untuk menemui Sang Tae sementara Mun Yeong menunggu
di mobil.
Jung Tae menceritakan apa yang terjadi pada Pil Wong. Bahwa Kang
Tae dan Mun Yeong datang bersama. Berkata mereka ia dan Ah Reum memiliki
kenangan indah. Mereka merasa Mun Yeong dan Kang Tae berpacaran.
“Pasti menyenangkan jika ada dua pernikahan,” kata Pil Wong.
Chan Yong menguping percakapan mereka. Dan sepertinya ia
akan memberitahu semua orang.
Sang Tae bertanya kenapa Kang Tae tidak mengangkat telepon. Kang
Tae baru sadar ponselnya mati. Sang Tae berkata ia menelepon 17 kali. Apa ada
yang terjadi, tanya Kang Tae khawatir.
“Kau dari mana saja?”
“Sudah kubilang aku pergi ke Seoul untuk menemui seseorang.”
Sendirian, tanya Sang Tae. Sendirian, Kang Tae berbohong
lagi. Ia hendak membantu Sang Tae mengambil air tapi Sang Tae mau mengambilnya
sendiri karena itu tugasnya.
Benar saja, Chan Yong pergi ke ruang perawat dan sepertinya
memberitahu Perawat Park dan Byul. Lalu di toilet, ia memberitahu Dokter Kwon.
Karena Dokter Kwon psikiater pasti bisa menjaga rahasia bukan.
“Apa yang kukatakan ini hanya antara kita ya. Mun Kang Tae
dan Go Mun Yeong akan segera menikah. Jung Tae melihat mereka bepergian bersama
dan mereka bahkan menginap di kamar yang sama. Sudah jelas...”
Sang Tae keluar dari toilet paling ujung. Ia tidak
mengatakan apapun, tapi jelas pasti ia mendengarnya.
Perawat Park dan Kang Tae melihat gambar terakhir yang
dibuat Sang Tae. Gambar tentang tiga orang bepergian dengan camping car.
Perawat Park bertanya apa mereka bertiga pernah bepergian seperti itu. Tidak,
jawab Kang Tae.
“Apa kau sempat bertemu dengan pasien Joo Jung Tae di luar
rumah sakit?”
“Tidak, aku bertemu dengannya di depan rumah sakit.”
“Kau bohong, kakak sudah bilang jangan bohong,” kata Sang
Tae.
Mun Yeong yang bosan menunggu Kang Tae akhirnya turun dan
masuk ke dalam. Sang Tae sekilas melihatnya dan bertanya siapa yang lebih
disukai Kang Tae, dia atau Mun Yeong. Kang Tae bertanya kenapa kakaknya
bertanya seperti itu.
“Siapa yang lebih kausukai? Kakak atau Penulis Go Mun Yeong?”
desak Sang Tae.
“Astaga tentu dia lebih menyukaimu,” Perawat Park mencoba
menengahi.
Tapi Sang Tae berteriak ingin Kang Tae yang menjawab. Semua orang
melihat ke arah mereka. Tentu saja aku lebih menyukai kakak, kata Kang Tae sambil
tersenyum. Tapi Sang Tae tmelihat ekspresi Kang Tae dan tak bisa percaya lagi.
Ia berulang-ulang mengatakan kalau Kang Tae berbohong.
“Tidak, aku bersungguh-sungguh,” kata Kang Tae khawatir
kakaknya meledak.
Tapi Sang Tae keburu meledak. Ia menyiram Kang Tae dengan
air. Perawat Park ingin membantu tapi Dokter Oh menahannya dan memberi isyarat
agar diam.
“Aku minta maaf. Ini salahku. Aku tidak akan melakukannya
lagi, ya,” kata Kang Tae membujuk.
“Aku ingin ia mati. Aku hanya ingin kakakku mati. Kau
mengatakannya. Kau bilang kau ingin aku pergi. Kau bilang pada Ibu tiap hari
kalau kau ingin kakakmu mati. Karena itu kau mendorongku ke sungai hari itu. Aku
berteriak minta tolong. Aku berteriak.,...terus menangis minta tolong tapi kau
melarikan diri. Kau meninggalkanku sendirian di air dan lari. Kau ingin aku
mati. Setiap hari aku yakin kau menginginkan kematianku,” Sang Tae menangis.
“Tidak...” Kang Tae menggeleng sambil menangis.
“Semua, dengarkan!!! Ia berusaha membunuh kakaknya!
Semuanya...dia berusaha membunuh kakaknya!!!” teriak Sang Tae berulang-ulang
sambil menangis.
Kang Tae shock...Ia terus menggeleng sambil menangis.
“Itu tidak benar. Tidak, Kak. Itu tidak benar... Aku tidak
berbohong...” Ia jatuh terduduk dan memohon. Menangis tersedu-sedu.
Semua orang bingung melihat apa yang terjadi. Sang Tae terus
berteriak mengatakan adiknya mau membunuhnya. Hanya Mun Yeong yang tahu apa
yang terjadi ketika itu. Ia menangis melihat Kang Tae.
Komentar:
Di saat Kang Tae mulai jujur dengan perasaannya terhadap Mun
Yeong, ia malah bersikap tak jujur pada kakaknya. Bagi Sang Tae, kejujuran
adalah hal yang sangat penting karena ia seorang yang jujur yang mengatakan
apapun yang ada di pikirannya. Ia terus menerus meminta Kang Tae tidak
membohonginya, tapi Kang Tae berulang-ulang membohonginya.
Satu hal yang Sang Tae pendam adalah apa yang terjadi pada
hari itu di sungai. Dan sama seperti yang terjadi pada Kang Tae sebelumnya
(mengenai perlakuan ibu mereka), ia salah mengingat apa yang terjadi. Aku tidak
percaya kalau Sang Tae sengaja mengatakan hal yang tidak benar demi menyakiti
Kang Tae yang sudah membohonginya. Aku percaya justru itulah yang ia rasakan
ketika ia selama beberapa saat ditinggal Kang Tae dalam air yang membekukan
itu.
Dalam saat paling menakutkan hidupnya, ia hanya ingat
bagaimana Kang Tae meninggalkannya. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa keluar
dari air itu dan meninggalkan Kang Tae hampir tenggelam seorang diri.
Tapi seperti dalam kisah Telinga Raja Keledai, kuharap
dengan Sang Tae mengungkapkan semua yang ia pendam, ia bisa lebih lega. Begitu
juga dengan Kang Tae karena aku yakin mereka tidak pernah lagi membicarakan
peristiwa hari itu. Tidak ada penjelasan maupun permintaan maaf, tapi keduanya
terus membawa ingatan hari itu. Satu dengan perasaan bersalahnya, satu dengan
luka karena merasa ditinggalkan.
Episode ini suka dengan Direktur Lee dan Jung Tae yang bisa
mengatakan hal yang bijak dan memilih melakukan hal yang benar. Direktur Lee
sepertinya tidak lagi ingin memisahkan Kang Tae dan Mun Yeong. Begitu juga Ju
Ri sepertinya mulai mengerti dan tahu harus merelakan Kang Tae, bahkan mulai
memikirkan Mun Yeong. Semoga Jung Tae cepat sembuh dan bisa bersama Ah Reum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)