Kegaduhan yang disebabkan Gi Do tersebar oleh media.
Menyebabkan orang-orang menuntut ayah Gi Do membatalkan pencalonannya. Perawat
Park bertanya apa yang akan dilakukan oleh Dokter Oh sebagai direktur rumah
sakit karena sudah menculik Gi Do dan menyebabkan semua ini. Entahlah, kata
Dokter Oh cuek.
Tiga jam sebelumnya, Gi Do akhirnya berhasil diamankan. Mun
Yeong bertanya pada Kang Tae apa yang akan mereka lakukan sekarang. Kang Tae
berjalan pergi. Mun Yeong menghentikannya. Bukankah Kang Tae ingin
bersenang-senang?
“Kapan aku mengatakannya? Tadi aku hanya berbicara pada
diriku sendiri,” bantah Kang Tae.
Mun Yeong berkata
Kang Tae harus memujinya karena sudah melakukan hal benar, yaitu menculik Gi
Do. Buktinya Kang Tae juga tidak menghentikan Gi Do dan membiarkannya berbuat
semaunya. Itu artinya ia sudah melakukan hal yang benar. Pandangan Kang Tae
mengatakan sebaliknya
“Bukan? Kalau begitu kenapa kau tidak menghentikannya?”
“Bagaimana bisa aku menghentikannya menari dan menyanyi saat
ia hebat dalam melakukannya,” kata Kang Tae.
Sorang staf ayah Gi Do memarahi mereka dan mengancam akan
terjadi sesuatu jika pencalonan ayah Gi Do bermasalah. Mun Yeong seperti biasa
tidak takut dan balik menantangnya. Orang itu hendak menamparnya, tapi Kang Tae
dengan cepat menangkap tangannya dan memelintirnya, lalu mendorongnya. Orang
itu pergi dengan kesal. Oooo...Mun Yeong berdecak kagum atas keberanian Kang
Tae.
Ju Ri memanggil Kang Tae dan memberitahunya kalau Gi Do
ingin berbicara padanya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong menunggu dan tidak pergi
ke mana-mana. Lalu ia pergi menemui Gi Do.
Gi Do tersenyum pada Kang Tae dan berkata hari ini semua
keinginannya tercapai. Hari ini adalah hari terbaik dalam hidupnya.
“Jadi jangan marah padanya karena mengantarku ke sini, ya?”
Ju Ri memberitahu keluarga Gi Do kalau salah satu dari
mereka harus ikut mereka ke rumah sakit. Mereka semua protes keras. Untuk apa
mereka pergi ke rumah sakit jiwa? Tapi akhirnya ibu Gi Do bersedia ikut.
Gi Do tersenyum melihat ibunya dan berkata ia sudah merasa
jauh lebih baik. Tapi belum selesai ia berbicara, ibunya menamparnya.
“Apa kau senang sekarang karena sudah mempermalukan seluruh
keluarga kita? Apa kau puas sudah mencoreng
ayahmu yang kaubenci bertahun-tahun lamanya? Kenapa kau harus dilahirkan
begitu bodoh dan diperlakukan seperti itu?” Ibu Gi Do menangis sedih sekaligus
frustrasi. “Kenapa kau selalu bertingkah hanya untuk menyakiti hati Ibu? Kenapa
kau tidak bisa diam saja? Kenapa kau harus melewati batas dan membuat
kekacauan? Kenapa?”
Ibu Gi Do memukuli Gi Do dengan kesal. Lalu ia menyadari
banyak yang memperhatikannya. Ia menenangkan dirinya lalu pergi. Semua orang
terdiam.
Gi Do memegang pipinya dan berkata ibunya tahu bagaimana
menampar dengan keras. Ibunya tidak pernah peduli padanya karena selalu sibuk
mengurus saudara-saudaranya.
“Tapi aku baru menyadari sesuatu setelah aku ditampar. Kak,”
kata Gi Do pada Kang Tae, “Ibuku tidak membenciku. Ia sangat menyayangiku.”
Bagaimana kau tahu, tanya Kang Tae. Gi Do berkata Kang Tae
akan tahu jika Kang Tae yang dipukul. Entah kenapa, ketika seseorang menamparmu
dengan rasa sayang, itu tidak akan membuatmu marah.
Kang Tae teringat ketika kecil ia pernah dipukuli ibunya
karena menyuruh kakaknya pulang duluan dan kakaknya pulang dengan wajah babak
belur. Ibunya berkata seharusnya Kang Tae bersama kakaknya seharian. Bertanya
apa yang dilakukan Kang Tae saat kakaknya dipukuli. Ibunya sengaja membuat Kang
Tae belajar bela diri demi bisa melindungi kakaknya, tapi bagaimana bisa Kang
Tae membiarkan kakaknya pulang dengan wajah seperti itu? Kang Tae menahan
tangis dan sedih sambil memegang erat sabuk bela dirinya (sepertinya sabuk
kelulusan tingkat).
Juga ketika hujan dan mereka jalan bertiga di bawah satu
payung, ibunya menjaga Sang Tae agar tidak kehujanan. Sementara Kang Tae
berjalan sendirian di samping ibunya. Hingga akhirnya Kang Tae berhenti
berjalan dan kehujanan tanpa disadari oleh ibunya sama sekali.
Suatu malam pada peringatan hari kematian ayahnya, ibunya
tidak tidur dan dalam keadaan setengah mabuk berbicara pada ayahnya bahwa ia
akan berumur panjang untuk bisa melihat Sang Tae dewasa. Ia akan meninggal satu
hari setelah Sang Tae meninggal. Kang Tae terbangun malam itu dan memanggil
ibunya.
Ibunya memeluknya dengan penuh kasih sayang. Kang Tae sangat
senang dan memeluk ibunya erat-erat. Ibunya berkata Kang Tae harus berada di
sisi kakaknya sampai hari ia meninggal. Ibunya akan membesarkan kakaknya,
sementara Kang Tae bertugas menjaga dan melindunginya. Kang Tae mengangguk.
“Karena itulah Ibu melahirkanmu.”
Mendengar itu Kang Tae sedih dan melepaskan pelukannya.
Kembali ke masa sekarang. Gi Do telah dibawa pergi oleh
mobil rumah sakit. Ju Ri mengajak Kang Tae pergi tapi Kang Tae berkata ia akan
pergi bersama Mun Yeong. Kenapa, tanya Ju Ri berusaha tak memperlihatkan
kekecewaannya. Kang Tae tidak bisa membiarkan Mun Yeong mengemudi sendirian. Ju
Ri melihat keduanya pergi dengan kesal.
Dalam perjalanan, Mun Yeong berkata ia tahu Kang Tae
sebenarnya cemburu pada Gi Do ketika Gi do bersenang-senang. Aku bisa melihat
ekspresi : ‘aku ingin menghentikan semuanya dan bersenang-senang sepertinya’ di
wajahmu. Beritahu aku jika kau sudah siap. Aku akan menculikmu dan membiarkanmu
memiliki seluruh waktu dalam hidupmu. Pasti luar biasa.”
Lupakan, kata Kang Tae. Mun Yeong berkata pokoknya setiap
saat Kang tae ingin melarikan diri, ia akan lari bersamanya saat itu juga ke
manapun juga.
Kang Tae tak mengatakan apa-apa lagi dan terpesona dengan
hujan kelopak bunga sepanjang perjalanan. Tapi tiba-tiba Mun Yeong berkata ia
benci kelopak bunga yang jatuh satu per satu, lalu menutup jendela.
“Aku suka bunga magnolia. Seluruh bunga langsung jatuh tanpa
ragu. Aku suka itu,” tambahnya.
Kang Tae tertawa. Ia berkata Mun Yeong memang memiliki cara
sendiri dalam membandingkan dan magnolia sepertinya cocok untuk Mun Yeong. Mun
Yeong bertanya apa bunga favorit Kang Tae. Aku tidak suka bunga, jawab Kang
Tae.
“Aku tidak suka saat musim semi datang.”
“Kenapa?” tanya Mun Yeong bingung.
“Karena itulah saat aku harus pergi lagi,” gumam Kang Tae
pelan.
Mun Yeong tak bisa mendengar jawabannya itu.
Direktur Lee mendapat berita buruk kalau buku terbaru Mun
Yeong, Zombie Kid, disetujui pelarangan penjualannya. Ia memutuskan untuk
menyusul Mun Yeong.
Kang Tae dan Mun Yeong berhenti sejenak untuk makan siang.
Kang Tae membelikan ramyun cup untuk Mun Yeong dan Mun Yeong sama sekali tidak
terkesan. Kang Tae berkata ia harus buru-buru. Karena harus mengangkat
telepon, ia menyuruh Mun Yeong makan duluan dan pergi ke luar.
Mun Yeong menggerutu Kang Tae bahkan tidak membelikan
kimchi. Benar-benar hemat. Aku tidak peduli ia miskin tapi aku benci orang
pelit, katanya.
Ternyata Direktur Lee yang menelepon Kang Tae. Ia bertanya
apakah semua baik-baik saja. Kang Tae bingung. Direktur Lee lega belum ada yang
terjadi. Ia bertanya apakah Mun Yeong pernah mengatakan kalau Kang Tae indah
dan ingin memilikinya.
“Tentu saja pernah. Aku yakin,” sambungnya,.
“Memang kenapa kalau iya?” tanya Kang Tae.
“Baik, dengarkan aku baiik-baik. Ketika ia mengatakan ingin
sesuatu, itu artinya ia lapar. Dengan kata lain ia mengatakan akan memakanmu
hidup-hidup. Maksudku adalah kau dan aku berada dalam situasi darurat. Bukunya
dilarang dijual jadi ia seharusnya tidak menghabiskan waktu bersamamu. Ia harus
menulis buku berikutnya. Bagaimanapun aku akan ke sana dan melakukan apapun
untuk membawanya kembali. Jadi tetaplah hidup...maksudku, bertahanlah sampai
saat itu. Good luck.”
Kang Tae kembali ke dalam dan mulai makan. Mun Yeong
bertanya siapa yang menelepon. Rumah sakit, Kang Tae berbohong. Mun Yeong
bertanya apa mereka menyuruh Kang Tae cepat datang, apa mereka akan memecatnya
(Mun Yeong)? Kang Tae tak menjawab. Mun
Yeong menyindir kalau Kang Tae pintar mengacuhkan orang.
“Kudengar buku barumu dilarang untuk dijual. Apa karena apa
yang kaulakukan untuk kakakku waktu itu?” tanya Kang Tae.
“Mereka tidak akan melakukan itu hanya karena aku berkata
kasar dan menarik rambut orang. Mereka berpikir gambar dan ceritanya terlalu
mengerikan. Para idiot itu tidak bisa membaca pesan sesungguhnya yang
tersembunyi di balik tulisan,” kata Mun Yeong kesal.
Apa pesannya, tanya Kang Tae. Mun Yeong tersenyum dan
berkata Kang Tae sebaiknya membacanya. Ia ingin dengar pendapatnya. Kang Tae
berkata ia sudah terlalu tua untuk membaca dongeng (kata siapa woy...ahjumma
gini juga masih suka baca dongeng ;p).
Mun Yeong berkata Kang Tae berada pada usia yang tepat. Kang Tae
bertanya berapa usia Mun Yeong. Mun Yeong tersenyum dan berkata ia hanya anak
kecil.
“Tapi kau lebih kecil dariku.”
“Kenapa aku seperti anak kecil?” kata Kang Tae lelah.
“Karena aku bisa melihat kau ingin disayang,” kata Mun Yeong
sambil membelai rambut Kang Tae. Jlebb banget....
Kang Tae terdiam. Ia masihlah seperti dirinya dulu ketika
anak-anak yang merindukan kasih sayang ibunya.
Dokter Oh mengadakan rapat darurat bersama para staf
mengenai peristiwa hari itu. Melihat kepribadian ayah Gi Do, ia pasti akan
mengamuk jika disuruh mengundurkan diri. Apa yang sebaiknya mereka lakukan?
“Bersiaplah untuk dituntut,” kata Dokter Oh santai.
Lagi? Kuasa hukum mereka terkejut tapi tak bisa membantah.
Dokter Kwon bertanya kenapa Dokter Oh tidak memecat Mun
Yeong. Dia kan sudah menculik pasien. Tapi Dokter Oh berkata itu bukan
penculikan karena Gi Do dengan sukarela masuk mobilnya. Byul berpendapat mereka
tetap harus memecatnya karena Mun Yeong tidak menepati janji untuk mengajak
ayahnya jalan-jalan dan malah berkata tidak pernah berjanji seperti itu.
Ju Ri membenarkan saat Byul menanyakan pendapatnya. Dokter
Oh tahu kalau Ju Ri kenal dengan Mun Yeong. Staf lain terkejut, sejak kapan
mereka saling mengenal. Ju Ri menjelaskan kalau mereka sempat kenal waktu masih
kecil.
“Kalau begitu kalian berteman,” kata Dokter Oh. Ia bertanya
apa yang sebaiknya mereka lakukan pada Mun Yeong.
Ju Ri berkata mereka sebaiknya memecat Mun Yeong karena ia
tidak cocok berada di tempat ini. Dan staf lain tampaknya setuju. Tapi keputusan
Dokter Oh adalah mereka melihat dulu kondisi Gi Do baru memutuskan. Toh mereka
tidak terburu-buru.
Kang Tae dan Mun Yeong melanjutkan perjalanan. Merasa
canggung, Kang Tae hendak menyalakan radio tapi Mun Yeong melarangnya. Ia tidak
mau mendengar orang lain berbicara. Ia ingin mendengar Kang Tae yang berbicara.
Memangnya tidak ada yang ingin dikatakannya?
“Kenapa kau tidak membawa ayahmu jalan-jalan? Kau sudah
berjanji pada direktur rumah sakit.”
“Janji? Hal seperti itu tidak berguna. Aku sudah mendapatkan
apa yang kuinginkan jadi tidak kubutuhkan lagi. Ia menderita demensia. Jiwanya
sudah mati, tubuhnya hanya cangkang kosong. Kenapa aku harus menghabiskan waktu
untuk hal seperti itu? Lebih baik ia mati saja.”
Kang Tae terkejut dengan perkataan Mun Yeong yang mengerikan
itu. Ganti Mun Yeong bertanya bagaimana orangtua Kang Tae meninggal. Kang Tae
bertanya bagaimana Mun Yeong bisa tahu, Mun Yeong menjelaskan kalau ia sudah
menyelidiki latar belakang Kang Tae.
“Sama seperti kita mengecek asal dan tanggal kadaluarsa
benda yang kita beli. Jadi tidak masalah.”
“Benda? Apa manusia seperti produk bagimu?” tanya Kang Tae
tak percaya.
Apa bedanya? Sergah Mun Yeong. Anak-anak membuang orangtua
mereka ketika mereka tua dan sakit-sakitan. Orangtua lebih menyayangi anak yang
membuat mereka bahagia dan mengabaikan anak yang bodoh dan tidak berguna. Bukankah
itu yang terjadi pada Gi Do?
Kang Tae menyuruh Mun Yeong menghentikan mobil. Mun Yeong terkejut
kenapa tiba-tiba Kang Tae menyuruhnya berhenti. Kang Tae memutar kendali mobil
hingga Mun Yeong terpaksa menghentikan mobilnya. Lalu Kang Tae turun dengan
marah. Mun Yeong tak mengerti mengapa Kang Tae tiba-tiba marah.
“Aku lupa untuk sesaat kalau kau berbeda dari yang lain. Sepertinya
tanpa sadar aku berharap sesuatu darimu,” kata Kang Tae.
“Memangnya apa yang kau harapkan dariku?” tanya Mun Yeong.
Tapi Kang Tae menggeleng dan berkata harapan itu tidak ada
lagi. Ia berjalan pergi.
“Aku mencintaimu,” kata Mun Yeong tiba-tiba.
Ia tersenyum saat melihat Kang Tae berhenti. Tapi Kang Tae
tidak menoleh. Ia mencoba lagi. Aku mencintaimu, Kang Tae-sshi. Kang Tae
berjalan pergi. Mun Yeong bingung dan dengan panik terus berkata kalau ia
mencintai Kang Tae. Ngegas banget pengakuan cintanya XD
Ia mengemudi kembali ke rumahnya. Benar-benar tak mengerti
mengapa tiba-tiba Kang Tae meledak padahal tadinya mereka baik-baik saja. Apa
yang membuatnya marah?
Kang Tae tidak ke rumah sakit. Ia pergi menjemput kakaknya
di sekolah kejuruan kota itu. Tapi Sang Tae keluar dengan tidak bersemangat.
Hari ini ia diajari membuat selai dan ia merasa itu membosankan setengah mati.
Kang Tae meminta maaf karena tidak bisa menemukan sekolah seni di daerah itu.
Sang Tae berkata ia akan menggambar di tembok rumah sakit.
“Aku akan menggambar, mendapat uang, menyapu taman dan
menemukan uang. Itu yang disebut sekali tepuk dua lalat.”
Kang Tae bergurau apa kakaknya yang akan menghidupinya
sekarang. Maka ia bisa berhenti dan bersenang-senang.
“Jangan..jangan khawatir. Percayalah pada kakak. Aku adalah
kakakmu. Aku adalah kakakmu jadi kau bisa bergantung padaku,” kata Sang Tae.
Kang Tae tersenyum dan mengajak kakaknya membeli peralatan
yang diperlukan untuk menggambar di rumah sakit.
Mun Yeong tiba di rumah. Mobil direktur Lee terparkir di
halaman. Direktur Lee tertidur saat menunggu Mun Yeong. Kenapa kau ke sini,
tanya Mun Yeong.
Mereka masuk ke rumah dan Direktur Lee berkata rumah itu
sangat suram. Bagaimana bisa ada orang tinggal di rumah itu, apalagi muncul
dengan ide tulisan? Ia mengajak Mun Yeong kembali ke Seoul dan menulis buku
baru.
Tapi Mun Yeong berkata baru beberapa hari mereka mengumumkan
kalau ia menghilang. Bagaimana bisa ia tiba-tiba kembali. Direktur Lee berkata
ia lupa kalau Mun Yeong juga selebritis. Jika tidak menunjukkan wajah ke depan
publik, maka mereka akan mudah melupakan Mun Yeong. Mun Yeong tidak peduli. Ia
ingin bersenang-senang di kota ini.
Direktur Lee mencoba kembali membujuknya. Mun Yeong kan bisa
bersenang-senang di Seoul. Dan lagi Mun Yeong seharusnya tidak ke rumah ini.
“Kau tahu kenapa. Di sini adalah tempat ibumu....” Direktur
Lee tak berani melanjutkan kata-katanya.
“Kalau begitu kenapa kau tidak pindah saja ke sini
bersamaku?” tanya Mun Yeong.
Direktur Lee langsung pamit.
Ketika Mun Yeong sedang menyisir rambutnya, ia teringat
perkataan Kang Tae bahwa ia lupa kalau Mun Yeong berbeda dari yang lainnya. Ia
terdiam teringat ibunya biasa menyisiri rambutnya lalu berkata,
“Kau berbeda dari orang lain. Kau sangat spesial. Kau adalah
karya terbesarku. Diriku yang lain. Aku mencintaimu, puteriku.”
Lalu Mun Yeong kecil yang berada di depan pintu terkunci
lantai satu rumah itu. Ia memegang kuncinya, sementara di dalam ibunya terkapar
basah kuyup...oleh air? Atau darah? Apakah ibunya meninggal? Dibunuh? Bunuh
diri?
Direktur Lee kebetulan makan malam di kedai pizza Jae Su. Ju
Ri juga hendak makan di sana. Direktur Lee langsung terpesona begitu melihat Ju
Ri. Ia mencuri dengan Ju Ri memesan bir. Jae Su ingin menemani Ju Ri minum tapi
Ju Ri menolak dengan halus.
Direktur Lee memanfaatkan kesempatan untuk mengajak Ju Ri
minum bersama karena ia juga sendirian. Ju Ri menolak dengan sopan. Ya
iyalah..serem kalau orang asing tiba-tiba ngajak makan minum bareng >,<
Ju Ri memikirkan jawabannya tadi pada Dokter Oh. Bahwa
mereka sebaiknya memecat Mun Yeong. Ia menyesal karena sudah bersikap begitu
dangkal. Tapi ia tetap berpendapat Mun Yeong seharusnya tidak ada di sini.
“Dia tidak boleh ada di sini. Tidak selamanya. Aku akan
membawanya ke Seoul denganku bagaimanapun juga,” Direktur Lee berbicara
sendiri.
Mereka seakan saling melengkapi kalimat masing-masing hingga
Jae Su terpikir kalau mereka membicarakan orang yang sama.
Sang Tae bersemangat membeli alat-alat menggambar. Tapi ia
lebih terpesona dengan sekotak mainan dinosaurus, yang di matanya tampak
glowing shimmering splendid...
Sementara Kang Tae tenggelam dalam lamunan teringat
pengakuan cinta Mun Yeong.
“Sangat cantik. Aku menginginkannya,” kata Sang Tae sambil
menatap kotak itu. Kang Tae menoleh pada kakaknya dan teringat perkataan Mun
Yeong.
“Karena kau cantik. Mun Kang Tae, karena aku
menginginkanmu. Karena aku tidak bisa berhenti menginginkanmu. Keitka aku
melihat sesuatu yang cantik, aku menginginkannya. Dan aku harus mendapatkan apa
yang aku inginkan.”
Sang Tae mengambil kotak itu dan membawanya ke kasir. Kang
Tae membelikan semuanya.
Kwon Man Su, ayah Gi Do, bersama para pengawalnya menerobos
masuk rumah sakit OK. Orang-orang khawatir sekaligus ingin tahu apa yang akan
terjadi. Perawat Park berusaha menghentikan rombongan seperti preman tersebut
tapi mereka tidak peduli. Perawat Park menelepon Dokter Oh untuk memperingatkan
kedatangan mereka.
Kwon Man Su menyuruh Dokter Oh memanggil Mun Yeong dan Kang
Tae. Mereka adalah orang-orang yang sudah merusak reputasinya dan mereka semua
harus berlutut di hadapannya.
Cha Yong memberitahu Kang Tae kalau ia berada dalam masalah
besar. Byul dan Ju Ri mempertimbangkan untuk menelepon Mun Yeong. Mun Yeong
pasti akan menolak datang (hmmm.sebaliknya sih kayanya^^). Ju Ri memutuskan
untuk menelepon tapi Kang Tae melarang Ju Ri untuk menelepon Mun Yeong. Ia akan
masuk sendiri.
“Jadi kita tidak akan menelepon,” tanya Byul.
“Dia bilang jangan meneleponnya. Aku yakin ia akan
mengurusnya,” kata Ju Ri dengan nada kesal.
Byul ikut kesal karena ia yang kena pelampiasan kekesalan Ju
Ri.
Ayah Gi Do bertanya di mana Mun Yeong ketika Kang Tae hanya
masuk ruangan Dokter Oh sendirian. Kang Tae berkata Mun Yeong tidak akan
datang karena tidak perlu ada di sini. Ayah Gi Do berkata Mun Yeong adalah
pelakunya jadi kenapa tidak ada di sini.
“Putera Anda kabur dari rumah sakit atas kehendaknya
sendiri. Tidak ada yang membawanya ke sana melawan keinginannya.”
“Si Idiot itu tidak sehat. Ia mendadak membuka seluruh
pakaiannya dan buang air kecil tanpa melihat tempat. Ia menghabiskan puluhan
juta won dalam semalam. Dia gila!!” kata Ayah Gi Do marah. “Aku mengurungnya di
sini supaya ia tidak berkeliaran. Aku tak percaya kalian membiarkannya pergi ke
tempat kampanyeku!”
Ia lalu menuduh mereka sengaja membuat Gi Do kabur karena
dalam kampanyenya ia berkata akan menutup rumah sakit ini. Mereka sengaja
menghancurkan dirinya. Dokter Oh berkata kondisi Gi Do sangat membaik setelah
insiden. Bahkan cukup baik untuk bisa segera dipulangkan. Ia menjelaskan kalau
mengeluarkan emosi yang terpendam saat
menjadi pusat perhatian bisa menjadi cara perawatan.
“Apa kau gila?! Siapa yang akan mengawasi si bodoh itu kalau
kalian mengeluarkannya? Aku tidak peduli. Ada banyak rumah sakit jiwa di negara
ini. Aku akan terus memindahkannya dan ia bisa terkurung selamanya.”
Dokter Oh marah dan berkata Kwon Man Su tidak bisa melakukan
itu pada puteranya sendiri. Tapi Kwon Man Su berkata ia tidak perlu punya anak
yang benar-benar tak berguna. Astagaaa...aku aja kesel dengernya ~,~
“Tidak berguna?” tanya Kang Tae. “Apa anak-anak harus
berguna bagi orang tuanya?”
“Kita semua datang ke
dunia ini karena orangtua memerlukan kita. Tanyakan orangtuamu apakah mereka
akan memerlukanmu jika kau tidak berguna!” Kwan Man Su mendorong-dorong Kang
Tae dengan jarinya.
“Kalau begitu kalian seharusnya tidak melahirkannya!” bentak
Kang Tae marah.
Plak!! Kwon Man Su menampar Kang Tae. Ia berkata Kang Tae
hanya perawat rendahan. Dokter Oh terkejut dan marah melihat Kang Tae diperlakukan
seperti itu.
Kang Tae berusaha menenangkan kemarahannya dengan membasahi
wajahnya. Di dinding kamar mandi tertulis: tersenyum bisa membuatmu bahagia.
Tapi Kang Tae tak bisa tersenyum saat ini.
Sang Tae tiba di rumah sakit. Dengan ponselnya, ia memfoto
semua hal yang menarik untuknya. Dan ia juga memfoto pemandangan di luar rumah
sakit untuk dijadikan gambar.
Seorang pasien, Park Ok Ran, meminta Sang Tae mengambil
fotonya lalu mulai berpose. Sang Tae hendak memfotonya tapi tiba-tiba seekor
kupu-kupu hinggap di tangannya. Sang Tae berteriak histeris dan panik melarikan
diri. Apa dia tidak suka poseku, Ok Ran bertanya-tanya bingung.
Perawat Park menerobos masuk kantor Dokter Oh dengan kesal.
Ia bertanya apa Dokter Oh akan membiarkan Kwon Man Su berlaku seenaknya. Dokter
Oh membenarkan. Ia lalu memperlihatkan sebuah video.
Video rekaman CCTV saat Kwon Man Su menampar Kang Tae. Ia
akan menggunakan video itu untuk memeras Kwon Man Su dengan mengancam akan
menyebarkan video itu pada media dan siapa tahu bisa mendapat uang sumbangan
juga. Dan lagi Gi Do sebenarnya membaik setelah insiden itu. Jadi insiden itu
sebenarnya tidak bermasalah. Ia hanya perlu menghukum orang yang sudah menampar
perawat mereka. Perawat Park merasa menyesal telah marah-marah tadi pada Dokter
Oh.
Sang Tae sudah tenang dan ia sedang mengamati tembok sambil
membayangkan di mana ia akan menggambar pemandangan langit, laut, rumah sakit
dan lainnya. Mun Yeong yang baru datang penasaran dengan apa yang dilihat Sang
Tae tapi ia tidak melihat apa-apa selain tembok kosong.
“Apa ini? Apa sesuatu yang hanya bisa dilihat orang baik?”
katanya.
Mendengar suara Mun Yeong, Sang Tae menoleh. Ia terkejut
melihat idolanya tersenyum manis padanya.
“Akhirnya kita bertemu, Sang Tae oppa.”
Sang Tae nampak sangat senang sekaligus gugup bertemu Mun Yeong.
Ju Ri memanggil Sang Tae saat melihatnya di lobi. Tapi
senyumnya lenyap ketika melihatnya sedang berselfie ria bersama Mun Yeong. Ia
menghampiri mereka dan bertanya apakah Mun Yeong datang karena ada yang
meneleponnya dari rumah sakit. Hari ini bukan jadwal mengajar Mun Yeong.
Mun Yeong berkata ia datang untuk mengajak ayahnya
jalan-jalan. Ia datang untuk menenangkan orang marah karena ia tidak menepati
janjinya. Kalau sekarang ia sedang melayani fansnya, alias Sang Tae. Mun Yeong
berkata Sang Tae sangat lucu.
“Gadis-gadis suka pria lucu,” celoteh Sang Tae.
Kang Tae telah siap pergi setelah shiftnya selesai. Ia
menelepon kakaknya dan bertanya ia ada di mana. Sang Tae ada di taman bersama
Mun Yeong. Ia baru saja membuat sketsa Mun Yeong. Mun Yeong memuji gambarnya.
Pelan-pelan Sang Tae mengulurkan tangannya.
“Sepuluh ribu won.”
“Tadi katanya gratis,” Mun Yeong melempar buku sketsa ke
meja.
“Apa kau memesan pizza?
Kau tidak memesan pizza.” Kalau pesan pizza baru gratis XD
Mun Yeong berkata Sang Tae sangat lucu. Ia juga melihat
boneka dinosaurusnya. Dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambutnya. Tapi
Kang Tae keburu datang dan menarik tangan Mun Yeong menjauh.
“Jangan sentuh rambutnya.”
Mun Yeong bertanya apa Kang Tae masih marah. Ia datang untuk
mengajak ayahnya jalan-jalan. Karena itu kan Kang Tae marah?
Kang Tae menyuruh kakaknya menunggu di lobi tapi Sang Tae
ingin tetap di sini bersama Mun Yeong. Kesal, Kang Tae membentak kakaknya sampai
semua orang kaget. Mun Yeong melihat pipi Kang Tae yang merah karena tamparan
tadi. Ia bertanya siapa yang menamparnya.
Kang Tae menarik Mun Yeong untuk berbicara di tempat yang
lebih sepi. Mun Yeong mencecarnya siapa yang sudah memukulnya. Ia akan beri
pelajaran pada orang yang sudah menampar Kang Tae. Ia yakin Kang Tae hanya
pasrah saja menerima semuanya seperti pecundang.
“Kenapa kau marah? Kenapa kau sangat kesal?” tanya Kang Tae.
“Karena seseorang menamparmu.”
“Terus kenapa? Apa itu menyakitkan hatimu? Atau membuatmu
sedih? Emosi apa yang kaurasakan sekarang? Kau tidak tahu. Emosi apa yang
membuatmu kesal kau bahkan tidak tahu. Kau kosong di dalam. Kau hanya berisik.
Seperti kaleng kosong. Jadi kau sebaiknya tidak bersikap seakan kau tahu
mengerti semuanya tentang diriku di saat kau tidak tahu apa-apa Jangan
mengkhayal. Kau tidak akan mengerti diriku sampai kau mati.”
Mun Yeong hanya diam dengan wajah sedih. Seseorang
sepertinya memperhatikan mereka.
Kang Tae mencari Sang Tae di lobi tapi Sang Tae bersembunyi
di dapur rumah sakit. Ibu Ju Ri, yang adalah pegawai dapur rumah sakit,
berusaha membujuk Sang Tae untuk keluar. Tapi Sang Tae masih terus mengingat
wajah kesal Kang Tae saat membentaknya tadi. Ia menganggap Kang Tae
membencinya.
Ibu Ju Ri akhirnya menemui Kang Tae sambil membawakan tas
Sang Tae dan menyuruhnya pulang duluan. Ia yang akan membawa Sang Tae pulang
nanti. Ia meminta Kang Tae untuk tidak khawatir. Kang Tae menurut.
Ju Ri membawa Go Dae Hwan ke taman di mana Mun Yeong
menunggu. Untuk awal-awal ia akan menemani kalau-kalau terjadi sesuatu. Mun
Yeong melihat ayahnya yang terus menatap tanah dan bertanya apakah ingatan
ayahnya benar-benar sudah terhapus semua. Tidak berpura-pura?
“Tolong jangan memprovokasinya,” kata Ju Ri.
Cha Yong dan Perawat Park memperhatikan dari jauh. Mun Yeong
mendekati ayahnya dan berbisik pelan.
“Apa Ayah benar-benar lupa aku orang seperti apa?”
Ia menatap ayahnya penuh harap. Tapi ayahnya menatapnya dan
berkata, “Kenapa....kenapa kau....masih hidup?”
Ia meraih Mun Yeong lalu tiba-tiba mencekiknya. “Mati! Mati
kau, monster! Matilah!!”
Para perawat menghambur dan menolong ayah Mun Yeong. Mun
Yeong tergeletak di tanah seorang diri. Air mata mengalir. Ia lalu tertawa.
Tertawa sambil menangis.
Seseorang melihat Mun Yeong berjalan pergi dari rumah sakit.
“Salahmu sendiri. Kau seharusnya tidak datang ke sini,” gumamnya. Lalu ia
tertawa. Hmmm...siapakah dia?
Mun Yeong berjalan keluar dari rumah sakit tanpa
mempedulikan siapapun. Kang Tae akhirnya pulang sendirian naik bis. Ia melihat
Mun Yeong berjalan sendirian menyusuri jalan. Ia menghela nafas panjang.
Setiba di rumah, ia membersihkan rumah dan lain-lain. Namun
ia terus teringat pada Mun Yeong dan perkataannya saat mereka terakhir bertemu
tadi. Sepertinya ia mulai menyesali perkataannya yang terlalu menyakitkan.
Lelah berjalan, Mun Yeong duduk di pinggir jalan lalu melepas sepatunya. Ia melihat seekor semut di atas batu dan berusaha menghalanginya dengan sepatunya. Semut itu terus menghindar. Teringat perkataan Kang Tae, ia berkata Kang Tae juga tidak akan bisa mengerti dirinya sampai ia mati.
Kang Tae membereskan
barang-barang kakaknya dan menemukan buku Zombie Kid. Buku terbaru Mun Yeong
yang sudah ditandatangani dan sekarang dilarang penjualannya. Ia mulai membaca
buku itu.
Seorang bayi laki-laki
dilahirkan di sebuah desa kecil. Kulitnya pucat dan matanya besar. Saat
membesarkan anaknya, secara alami ibunya menyadari kalau anaknya tidak memiliki
perasaan apapun. Ia hanya memiliki keinginan untuk makan, seperti zombie.
Jadi ibunya
mengurungnya di ruang bawah tanah agar warga desa tidak melihatnya. Dan setiap
malam ia mencuri ternak tetangga untuk memberi makan anaknya. Begitulah caranya
membesarkan anaknya dengan diam-diam. Satu malam ia mencuri ayam, esok harinya
mencuri seekor babi. Tahun-tahun berlalu seperti itu.
Suatu hari terjadi
wabah. Semua binatang yang tersisa mati dan juga banyak orang meninggal. Mereka
yang bertahan dari wabah pergi meninggalkan desa. Tapi ibu itu tidak bisa
meninggalkan puteranya sendirian. Dan untuk memenuhi rasa lapar puteranya, ia
memotong satu kakinya padanya dan memberikannya padanya. Setelah itu tangannya.
Ia memberikan semua anggota tubuhnya.
Ketika yang tersisa
hanya tubuh bagian atasnya, ia memeluk puteranya untuk terakhir kali. Untuk
membiarkan puteranya memakan apa yang tersisa dari dirinya. Dengan kedua
tangannya, anak laki-laki itu memegang erat tubuh ibunya dan berbicara untuk
pertama kalinya dalam hidupnya.
“Ibu....Ibu sangat
hangat....”
Apa yang benar-benar
diinginkan anak laki-laki itu? Memuaskan rasa laparnya? Atau merasakan
kehangatan ibunya?
Kang Tae mulai menangis. Ia teringat ketika ibunya
meninggalkannya kehujanan, sebenarnya ibunya sudah memanggilnya untuk mendekat. Ketika ibunya
menyelimuti kakaknya yang tak terselimuti dengan benar, ia ada di belakang ibunya mengenakan selimut. Apa ibunya
tidak menyayangi Kang Tae? Sayang. Tapi apa rasa sayang itu seperti yang
dibutuhkan oleh Kang Tae? Kang Tae ingin ibunya merangkulnya saat hujan,
mendekapnya saat dingin.
Sama juga dengan Mun Yeong. Ibunya terobsesi dengannya. Ayahnya
ingin membunuhnya. Entah keduanya dengan alasan apa, tapi setiap anak memiliki
keinginan yang sama. Disayangi orangtuanya.
Jae Su pulang kehujanan. Ia menemukan Kang Tae duduk
sendirian dalam gelap. Ia pulang karena Ju Ri memintanya memeriksa keadaan Kang
Tae. Ia dengar Kang Tae ditampar lagi dan ini membuatnya kesal. Apa Kang Tae
sengaja melakukannya?
“Ngomong-ngomong kudengar ayah Go Mun Yeong mencekiknya dan
menyebabkan kehebohan.”
Kang Tae terkejut dan bertanya kapan dan Jae Su tahu dari
mana. Jae Su berkata ia mendengarnya dari beberapa pasien saat ia mampir
mengantarkan pesanan.
“Ia pasti sangat
membenci puterinya hingga mencekiknya seperti itu. Ayahnya sudah jelas
tidak waras,” kata Jae Su.
Kang Tae ingat Mun Yeong tadi berjalan sendirian. Ia bangkit
berdiri dan meminjam motor Jae Su. Di tengah hujan deras ia mencari Mun Yeong.
Mun Yeong masih terus berjalan sambil menenteng sepatunya. Tidak mempedulikan
hujan dan tubuhnya yang basah kuyup.
Kang Tae menemukannya. Mun Yeong tersenyum. Lampu mercusuar
menyorot mereka, seakan menunjukkan jalan. Kang Tae melepaskan jaketnya dan
memakaikannya pada Mun Yeong. Mun Yeong menjatuhkan dirinya pada pelukan Kang
Tae.
Komentar:
Episode kali ini berpusat pada hubungan orangtua dan anak.
Dimulai dari Gi Do yang akhirnya menyadari ibunya menyayanginya setelah ibunya
menamparnya dan menangis memarahinya. Selama ini Gi Do mencari perhatian karena
ia merasa tidak diperhatikan. Ia tidak merasa disayangi oleh orangtua maupun
saudara-saudaranya. Tapi tamparan dan tangisan ibunya sudah cukup membuatnya
percaya kalau ibunya menyayanginya. Apa yang lebih mengerikan daripada
dimarahi? Diabaikan.
Kang Tae juga merasa ibunya hanya menyayangi kakaknya.
Apalagi ibunya jelas-jelas mengatakan kalau ia melahirkan Kang Tae dengan
tujuan agar ada yang menjaga kakaknya. Karena itu ia marah ketika ayah Gi Do
mengatakan untuk apa memiliki anak tidak berguna. Apa anak dilahirkan hanya
untuk memenuhi tujuan orangtuanya? Apa dirinya, tidak pantas untuk disayangi
jika tidak memenuhi tujuan orangtuanya? Tapi kurasa dari buku Mun Yeong ia
menyadari kalau ibunya sebenarnya menyayanginya, hanya dengan cara berbeda dari
yang ia harapkan.
Sementara Mun Yeong jauh lebih pelik. Perlakuan kedua
orangtuanya bertolak belakang. Tapi ayah Mun Yeong sangat senang ketika
puterinya lahir sampai membuatkan rumah semewah itu. Apa yang membuatnya
berubah drastis sampai-sampai ingin melenyapkan puterinya sendiri? Padahal Mun
Yeong sepertinya masih berharap ayahnya yang demensia bisa menerimanya.
Harapannya hancur ketika ayahnya, bahkan dalam kondisi seperti itu,
menginginkan kematiannya. Ia tertawa menertawakan dirinya yang masih sempat
berharap ayahnya benar-benar lupa.
Menurutku buku-buku Mun Yeong sedikit demi sedikit menjelaskan
cara berpikir Mun Yeong dan siapa dirinya. Sangat mungkin zombie kid
terinspirasi dari dirinya sendiri. Begitu juga cerita The Boy Who Fed On
Nightmare. Karena Mun Yeong juga selama ini mengalami mimpi buruk. Kuharap di
episode-episode berikutnya ada dongeng dari Mun Yeong lagi.
Siapa wanita yang diam-diam tertawa melihat Mun Yeong pergi? Dari suaranya sepertinya bukan Byul, Ju Ri, maupun perawat Park. Lebih seperti suara seorang wanita yang sudah cukup berumur. Salah satu pasien?
Aku curiga ibu Mun Young dibunuh suaminya ya?
BalasHapuskalau menurut referensi cerita bluebeard yang diucapkan di preview ep 6 sih ada kemungkinan ya...sejauh ini mun yeong mengambil dongeng dari sisi sebaliknya dan belum ada cerita mengenai hubungan ayah dan ibu mun yeong, jadi segalanya masih sangat mungkin
Hapus