tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088Thu, 31 Mar 2022 15:16:17 +0000gu family bookkang chi the beginningheirsinheritorsnice guymy love from another starflower boy next dooryou're all surroundedking 2 heartsempress kimaster's sunsecret gardenthe moon that embraces the sunbigpinocchioheard it through the grapevinehyde jekyll meit's okay that's lovefaiththree daysbest loveartikelgreatest lovescholar who walks the nightlegend of the blue sealiar gamemirror of the witchi hear your voicebts49 daysgirl who sees smellsprotect the bosscinderella and four knightsit's okay to not be okayoh my venusbad guysdrama koreaproducersdream highdating agency cyranoMy princessnightmare teacherHyun Binhotel del lunamemories of the alhambramoviecha seung-wonflower boy ramyun shoppage turnerscent of a womanthe princess's mantshirt1 night 2 daysequator manfashion kinggiveawayhealerheartstringsjo in sungrooftop princethe best lee soon shinw two worldsHwatuPO aksesorisa thousand days promisebaby faced beautybachelor's vegetable storebaek dong soobeautiful spycity huntercunning single ladydream high 2emergency couplefull house 2general kye baekgolden rainbowha ji wonhair showheaven's orderjang ok jung lives in lovekill me heal meking of dramaslet's eatlie to melove rainmaidsman of honourmannyme too flowermidasmiss koreamy secret hotelone more happy endingpadam padampollingpretty manprime minister and ired carpetreply 1994reviewripleyscarlet heart ryeosong joong kistrong hearttake care of us captainteriusthe color of womanthe history of salarymanthe sun and the moonthe virustree with deep rootstwo weeksvampire prosecutorwhen a man loveswild romanceKDRAMATIZEDWhen Drama Becomes More than A Dramahttps://www.kdramatized.com/[email protected] (Kdramatized)Blogger1012125- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-1361805033825740606Sun, 09 Aug 2020 08:12:00 +00002020-08-09T15:12:06.298+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 13<p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8BrKNNuIB4A/Xy-oin5pNsI/AAAAAAADKuM/GJ7uM857v78cnVMPjTrIzKHaUZoqpf4eQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h56m17s244.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="230" src="https://1.bp.blogspot.com/-8BrKNNuIB4A/Xy-oin5pNsI/AAAAAAADKuM/GJ7uM857v78cnVMPjTrIzKHaUZoqpf4eQCLcBGAsYHQ/w410-h230/vlcsnap-2020-08-02-16h56m17s244.png" width="410" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal">Sebelum pergi ke studio foto, Mun Yeong sempat hendak membuka pintu kamar tapi ia mengurungkan niatnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan mengatakan kalau ia dan Sang Tae akan pergi. Kang Tae bisa bergabung jika berubah pikiran. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menghampiir setelan jas yang tergantung. Di sana ada alamat studio foto. Ia menyentuh jas tersebut dan merasa ada sesuatu di dalam kantungnya. Ia merogohnya dan menemukan Mang Tae. Dalam keranjang Mang Tae ada kertas yang ditulis Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Berkat Mang Tae yang kauberikan padaku, aku tidak lagi bermimpi buruk. Kau, Kak Sang Tae, dan Mang Tae. Aku sangat senang sekarang memiliki keluarga ini. PS: Aku ingin Mang Tae kembali. Ia milikku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengenakan setelah jasnya dan memutuskan menyusul ke studio foto. Mun Yeong dan Sang Tae sangat senang melihatnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak terlalu terlambat, bukan?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika kau tidak datang aku akan memasang photoshopmu,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae mengitari adiknya dan berkata adiknya sangat menawan. Kakak juga, kata Kang Tae. Mereka bertiga mengambil foto keluarga bersama. Kang Tae tersenyum melihat Kakaknya dan Mun Yeong yang sekarang menjadi keluarganya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-EF_Xb2hzqwY/Xy-oxNzgOKI/AAAAAAADKuQ/yenGH59hReM3n-xZmF4cDSBpHBl2_WsSACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h53m26s286.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-EF_Xb2hzqwY/Xy-oxNzgOKI/AAAAAAADKuQ/yenGH59hReM3n-xZmF4cDSBpHBl2_WsSACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h53m26s286.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee akhirnya kembali. Seung Jae yang pertama kali bertemu dengannya. Ternyata Direktur Lee selama ini mematikan ponselnya atas saran Seung Jae. Seung Jae berbisik strategi mereka tampaknya berhasil. Ia mewanti-wanti Direktur Lee agar tidak membicarakan kencan buta sampai Ju Ri yang menanyakannya. Direktur Lee tidak mengerti mengapa tapi Seung Jae menyuruhnya menurut saja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah Seung Jae pergi, Direktur Lee masuk ke kamar Ju Ri untuk mengabarkan kepulangannya. Sikap Ju Ri kembali jutek seperti dulu.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Direktur Lee ingin mengobrol dengan Ju Ri tapi Ju Ri tidak terlalu menanggapinya. Akhirnya Direktur Lee menceritakan kalau ia ikut kencan buta dan teman kencannya sangat mirip Song Hye Kyo yang merupakan tipe idealnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri tambah kesal dan berkata ia ada pelatihan besok jadi ia harus belajar seharian. Direktur Lee terpaksa keluar kamar. Ia menyesal telah melanggar larangan Seung Jae. Di dalam, Ju Ri sangat kesal karena Direktur Lee begitu bersemangat dengan kencannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-t4lA4Kl9NdQ/Xy-pAfUu9nI/AAAAAAADKuY/z5oUyj_RZk4Zsp5lLBzDy63GbBRe7NzyACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h55m20s675.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-t4lA4Kl9NdQ/Xy-pAfUu9nI/AAAAAAADKuY/z5oUyj_RZk4Zsp5lLBzDy63GbBRe7NzyACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h55m20s675.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Seung Jae ada janji bertemu dengan Mun Yeong dan Sang tae di perpustakaan seni. Ia kesal karena mereka belum datang juga dan mulai mengomel. Ia berteriak kaget saat tahu Mun Yeong sudah di belakangnya. Tidak apa-apa, kata Mun Yeong. Bergosip itu bisa menghilangkan stress.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae terpesona melihat Kang Tae dalam setelan jasnya. Mun Yeong langsung menatapnya dengan tajam. Ia langsung mengajak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sang Tae melihat-lihat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong melarang Kang Tae mengenakan jas lagi ke depannya. Ia bilang Kang Tae lebih kelihatan bagus dalam seragam perawatnya. Benarkah, tanya Kang Tae. Tadinya ia akan membeli lebih banyak jas. Tentu saja ia mengatakannya untuk menggoda Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Itu terlihat sangat tidak nyaman. Jangan pakai.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baik, tapi kau juga jangan pakai pakaian itu. Kelihatannya tidak nyaman,” balas Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae berusaha menjelaskan tipe ilustrasi yang sedang tren saat ini dan menyarankan agar untuk buku terbaru Mun Yeong diberi kehangatan dan kepolosan, tidak kejam dan intens seperti buku Mun Yeong biasanya. Dengan warna-warna pastel misalnya, untuk menetralisasi cerita intens Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Sang Tae menolak. Jika netral akan terlalu hambar. Tidak akan terasa apapun. Siapa yang akan memakannya? Sabar ya Seung Jae XD Tapi Seung Jae menganggap Sang Tae keren kok^^<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-DughaXEhkig/Xy-pSnPSzSI/AAAAAAADKuk/FRIT82_De7ECX8mCWHoKgrLoudNihxjGQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h58m58s018.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-DughaXEhkig/Xy-pSnPSzSI/AAAAAAADKuk/FRIT82_De7ECX8mCWHoKgrLoudNihxjGQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h58m58s018.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae melihat buku Anjing Musim Semi karya Mun Yeong. Mun Yeong berkata itu buku yang disukai Kang Tae. Ia dengar dari Jae Su kalau Kang Tae tidak pernah benar-benar terbuka pada orang lain dan menyimpan semuanya sendiri. Itu seperti Anjing Musim Semi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kalian bertemu, tanya Kang Tae. Mun Yeong menceritakan ia sampai memesam 10 box pizza agar Jae Su menemuinya karena ia ingin bertanya kenapa Kang Tae sangat marah. Lalu apa katanya, tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia memberitahuku agar tidak berusaha mengorek-ngorek karena mengetahui apa yang kaupikirkan tidak akan baik untukku. Jadi aku memutuskan untuk menyerah. Aku tidak lagi penasaran.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia sangat muak dan lelah melindungi dan memperhatikan orang lain. Ia terlahir untuk menjaga kakaknya, juga harus mencari nafkah, dan ia memaksa dirinya untuk melakukan semua itu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi aku sekarang tidak lagi memikirkannya sebagai pekerjaan. Melangkah maju akan menjadi tujuanku. Mempertaruhkan hidupku untuk melindungi keluargaku, setelah kupikir-pikir sebenarnya cukup keren. Aku tidak peduli siapapun itu, aku tidak akan memaafkan siapapun yang macam-macam dengan keluargaku. Jika keluargaku diambil dariku, aku akan mengejar mereka sampai aku mendapatkannya kembali. Aku akan melindungi keluargaku tak peduli apapun juga.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa aku bagian dari keluarga itu?” tanya Mun Yeong penuh harap.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kita sudah mengambil foto keluarga bersama, jadi kita keluarga sekarang,” Kang Tae menggenggam tangan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-w3XI2hUxQ6I/Xy-pga73JjI/AAAAAAADKuo/iNWhrC-eUHE3gISChzVyYKxTTIYW11CAgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h02m33s236.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-w3XI2hUxQ6I/Xy-pga73JjI/AAAAAAADKuo/iNWhrC-eUHE3gISChzVyYKxTTIYW11CAgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h02m33s236.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sun Hae marah-marah di telepon, melarang orang yang meneleponnya datang menemuinya. Jika ia berani datang, ia akan bunuh diri.. Setelah menutup telepon, Sun Hae menyuruh para staf memberitahu tahu orang itu bahwa ia sudah mati kalau sampai ia menelepon lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Peneleponnya ternyata ayah Sun Hae yang dulu mengirim Sun Hae ke dukun ketika Sun Hae masih kanak-kanak karena menganggapnya kerasukan. Mereka sudah berpisah selama bertahun-tahun jadi kenapa sekarang tiba-tiba ayah yang tidak tahu malu itu peduli pada anaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park menegur Byul karena terlalu cepat menyimpulkan sebelum tahu cerita seluruhnya keluarga itu. Ia hanya tahu sepihak dan orangtuanya pasti punya alasan sendiri. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dRs92aAo6x4/Xy-pqvLKnBI/AAAAAAADKuw/N4o0d4qf8WgVlojkpMnqhiymarvemFTWgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h03m42s209.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-dRs92aAo6x4/Xy-pqvLKnBI/AAAAAAADKuw/N4o0d4qf8WgVlojkpMnqhiymarvemFTWgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h03m42s209.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri menemui Direktur Lee di kamar Jae Su sambil membawakan makanan karena Direktur Lee tidak ikut makan bersama. Direktur Lee berkata ada yang harus ia kerjakan. Ibu Ju Ri melihat tumpukan buku anak-anak di atas tempat tidur. Dan Direktur Lee jelas sedang membacanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau orang dewasa tapi membaca buku anak-anak. Membuatmu terlihat keren dan berhati murni,” puji Ibu Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, ini hanya pekerjaanku,” Direktur Lee merendah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia akhirnya mengaku kalau ia sebenarnya kelaparan. Ia tidak ikut makan malam karena ia merasa mal. Ia menceritakan semua kebohongannya. Ibu Ju Ri tertawa dan berkata apakah ia sebaiknya memberi petunjuk pada Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata Ju Ri lebih menyukai ayahnya daripada ibunya. Ayahnya itu bagaikan pilarnya. Tapi ayahnya meninggal ketika ia masih kecil, jadi ia harus menjadi segalanya bagi ibunya. Karena itu ia tidak tahu bagaimana bersandar pada orang lain. Jika ayahnya masih hidup, Ju Ri pasti berpikir ia memiliki seseorang yang berada di belakangnya dan dapat mengatakan apapun yang ia ingin katakan. Ia bisa menghadapi apapun dengan lebih sedikit sakit hati. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Seseorang yang bisa menjadi tempat bersandar ketika keadaan menjadi sulit. Bukankah itu sudah cukup?” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mengerti. Atau tidak?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VZBRC51Sle8/Xy-p17Eb1DI/AAAAAAADKu4/B87NMEIv_987ozyhA0_-GL4UXuC06qCWQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h06m20s970.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-VZBRC51Sle8/Xy-p17Eb1DI/AAAAAAADKu4/B87NMEIv_987ozyhA0_-GL4UXuC06qCWQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h06m20s970.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae, Kang Tae, dan Mun Yeong tiba di rumah. Sang Tae langsung naik ke kamar untuk menington Dooly. Kang Tae dan Mun Yeong ke ruang kerja untuk menaruh buku-buku Sang Tae. Mun Yeong memikirkan tempat untuk menaruh foto keluarga mereka nanti. Ruangan itu pasti akan lebih ceria. Ia bahkan berpikir untuk mendekorasi ulang seluruh rumah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kamar Kang Tae dan Sang Tae menurutnya terlalu kecil untuk dipakai berdua. Jadi apa harus</p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Oq1tTbiMtkQ/Xy-qAT6X-HI/AAAAAAADKvA/b-Yq0osKw1YDRyj-wyT25QVzZE4c6b8TgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h09m19s105.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Oq1tTbiMtkQ/Xy-qAT6X-HI/AAAAAAADKvA/b-Yq0osKw1YDRyj-wyT25QVzZE4c6b8TgCLcBGAsYHQ/s640/vlcsnap-2020-08-02-16h09m19s105.png" width="640" /></a></div> tukar kamar, tanya Kang Tae. Mun Yeong berkata itu tidak perlu. Kang Tae tinggal pindah ke kamarnya saja. Tapi Kang Tae tidak mau.<o:p></o:p><p></p> <p class="MsoNormal">“Karena dulu itu kamar orang tuamu. Go Mun Yeong, jika aku mengajakmu tinggal di tempat lain bersamaku apa kau akan ikut denganku?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bingung. Apa Kang Tae harus melarikan diri lagi? Apa Sang Tae mulai bermimpi lagi? Jika itu yang terjadi ia yang akan merobek kupu-kupu itu sampai hancur dan membunuhnya. Kang Tae sudah tahu kan kalau ia pandai menangkap kupu-kupu. Kang Tae memeluk Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan itu alasannya. Meski kupu-kupu itu muncul, kau tidak boleh membunuhnya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa tidak?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata bagaimana jika ia jadi takut dan melarikan diri lagi. Mun Yeong bergurau ia akan mengejar Kang Tae dan mematahkan kakinya. Kang Tae tertawa. Mun Yeong berjanji ia tidak akan melakukannya. Tidak akan membunuh kupu-kupu itu. Mereka mengaitkan kelingking dan mencapnya dengan kiss.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-boOVdvzZcdk/Xy-qKPfAgoI/AAAAAAADKvI/EQNIG4Rpy0kHz1sxUmfECf4tS5OeYDHkQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h09m19s105.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-boOVdvzZcdk/Xy-qKPfAgoI/AAAAAAADKvI/EQNIG4Rpy0kHz1sxUmfECf4tS5OeYDHkQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h09m19s105.png" width="328" />\</a></div><p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae kembali ke kamar. Kakaknya bertanya apa Kang Tae merasa malu. Pipinya merah dan menghindari tatapannya, juga tersenyum canggung. Itu yang dilakukan Kang Tae jiika merasa malu. Apa Kang Tae malu karena melakukan sesuatu? Tidak, kilah Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau menciumnya?” haha Sang Tae ternyata cukup peka ya XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hanya kecupan di bibir,” Kang Tae mengakui.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Cium lebih baik daripada bertengkar. Jangan bertengkar atau aku akan memarahi kalian.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya siapa yang lebih disukai kakaknya. Ia atau Mun Yeong. Sang Tae terlihat ragu, lalu ia menjawab ia suka Ko Gil Dong. Hehe....ia bahkan sudah sulit memilih antara Kang Tae dan Mun yeong^^<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-g6lv0pruKww/Xy-qyajYh5I/AAAAAAADKvY/S8JUOR4Ady8-7ZMG1LeFY7o3i-gMLZE-ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h10m25s105.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-g6lv0pruKww/Xy-qyajYh5I/AAAAAAADKvY/S8JUOR4Ady8-7ZMG1LeFY7o3i-gMLZE-ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h10m25s105.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pil Wong mendekati Sang Tae yang sedang menggambar untuk mengembalikan buku. Sang Tae menanyakan pendapatnya tentang buku itu. Pil Wong berkata ia sangat menyukai ceritanya hingga ia mengingat semuanya. Sang Tae bertanya bagian mana yang paling disukainya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan lupakan apapun. Ingatlah semua dan hadapilah. Jika kau tidak menghadapinya, kau akan selalu menjadi anak-anak yang jiwanya tidak pernah bertumbuh.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Itu juga bagian kesukaan Sang Tae. Pil Wong bertanya apa Sang Tae masih berlatih menggambar kupu-kupu. Sedikit sedikit, kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Menurutmu mana yang lebih dulu? Kupu-kupu pada lukisanmu atau aku meninggalkan rumah sakit ini?” tanya Pil Wong. Siapa yang lebih dulu bisa mengatasi trauma mereka?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tergantung siapa yang menemukan pintunya duluan,” jawab Sang Tae,<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pil Won setuju. Mereka akan mencari pintu itu sama-sama agar bisa pergi bersama.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri melihat pasien Sun Hae bersikap aneh. Ia terus menerus tidur dan tidak bisa dibangunkan. Byul dan Ju Ri mengetahui mereka akan segera bertemu “pengunjung” itu. Pengunjung yang memilih satu orang dan mengikutinya ke manapun. Tahun lalu Pil Wong yang jadi korbannya. Apa itu hantu, tanya Cha Yong kaget. Ju Ri tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oy46hmoNybI/Xy-q-upso_I/AAAAAAADKvc/w2PhW627KtMvH6AF7eCsHmzJcWI1aTR6wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h14m14s811.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-oy46hmoNybI/Xy-q-upso_I/AAAAAAADKvc/w2PhW627KtMvH6AF7eCsHmzJcWI1aTR6wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h14m14s811.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memperlihatkan semua kertas yang ia temukan, baik dari buku Park Ok Ran maupun surat dari amplop biru di meja kerja Sang Tae. Dokter Oh berkata itu seperti peringatan dari si kupu-kupu. Masalahnya tidak ada tulisan yang bisa dikenali dari kertas-kertas yang ditemukan dalam buku Park Ok Ran. Dan Kang Tae tidak menemukan kertas kosong yang sama dengan itu di manapun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Artinya bukan Park Ok Ran yang menulis semuanya tapi menerima kertas-kertas itu dari tempat lain. Dokter Oh berkata ia selalu merasa ada yang aneh di rumah sakitnya, tapi ia belum mengetahui alasannya. Ia mewanti-wanti Kang Tae agar tidak mempercayai siapapun dalam rumah sakit ini dan tidak membiarkan Sang Tae sendirian di rumah sakit untuk sementara waktu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Merasa khawatir, Kang Tae meminta kakaknya pulang lebih dulu tanpa menunggunya dan selalu membawa ponselnya. Sang Tae protes ia bukan bayi lagi dan ia bukan pengecut. Ia bahkan berlatih menggambar kupu-kupu. Ia akan menemukan pintunya sebelum Pil Wong. Ia tidak akan melarikan diri lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kakak akan melindungi kami sekarang?” Kang Tae tersenyum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja. Aku punya dua adik sekarang. Aku adalah kakakmu dan Mun Yeong, jadi aku harus melindungi kalian.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eiAVUYQ0aKo/Xy-rHnUuQSI/AAAAAAADKvk/DyotxQQIt_A9jORRFusTJNvGnvfJj7_1wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h17m08s384.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-eiAVUYQ0aKo/Xy-rHnUuQSI/AAAAAAADKvk/DyotxQQIt_A9jORRFusTJNvGnvfJj7_1wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h17m08s384.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae juga menelepon Mun Yeong yang bekerja sendirian di rumah. Ia menyarankah agar Mun Yeong menelepon Seung Jae atau Direktur Lee untuk menemaninya. Tapi Mun Yeong tidak suka teralihkan saat menulis. Kang Tae mengingatkan agar Mun Yeong mengunci pintu dan tidak membiarkan orang asing masuk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum. Ia senang ada yang mengkhawatirnya. Ia bergurau seharusnya ia hanya melakukan hal-hal yang membuat Kang Tae khawatir.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oppa...oppa....” tiba-tiba terdengar suara anak kecil memanggil Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong meradang. Kang Tae berkata bukan siapa-siapa dan menyuruh Mun Yeong terus menulis. Lalu menutup telepon. Suaranya seperti anak kecil, gumam Mun Yeong kesal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ternyata yang memanggil Kang Tae adalah Sun Hae. Sekarang ia seperti anak kecil dan bertanya mereka ada di mana sekarang. Kang Tae sudah lama bekerja di rumah sakit jadi tidak kaget dengan hal-hal seperti ini. Dengan tenang ia menjelaskan mereka ada di rumah sakit.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ah rumah sakit lagi...apa aku dibawa ke sini setelah dipukuli lagi?” tanya Sun Hae. Ia menatap Kang Tae dan berkata sepertinya ia kenal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae memperlihatkan kartu namanya dan memperkenalkan diri sebagai perawat. Sun Hae memperkenalkan diri sebagai murid kelas 2 SD. Umur 8 tahun. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-o8DCfuou2Bo/Xy-ruK5phHI/AAAAAAADKvw/1ZxmDz46oyo6fyljKapThg6f-xTHxyUBQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h18m41s948.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-o8DCfuou2Bo/Xy-ruK5phHI/AAAAAAADKvw/1ZxmDz46oyo6fyljKapThg6f-xTHxyUBQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h18m41s948.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Yoo Sun Hae menderita DID (Dissociative Identity Disorder atau Kepribadian Ganda). <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Penyebabnya adalah disiksa saat masih kanak-kanak. Dulu orangtua memukul anaknya dianggap wajar karena dianggap sebagai cara untuk mendisiplinkan anaknya. Tapi itu adalah penyiksaan anak. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jadi ia mengembangkan kepribadian lain sebagai mekanisme pertahanan diri.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tapi orangtuanya percaya kalau ia kerasukan dan menjualnya ke dukun di llngkungan rumah mereka. Jadi ia bukan dukun sungguhan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Oh pernah menemuinya untuk diramal tapi malah memberinya konseling dan akhirnya memasukkannnya ke rumah sakit ini. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Keadaan ayah Mun Yeong memburuk. Direktur Oh memindahkannya ke kamar isolasi agar tidak mempengaruhi pasien lain.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WspXCWm7wXk/Xy-r5MngSsI/AAAAAAADKv0/d3RGe1jgxbgKGWUm1Nn6D_Z_f5LCuN0XQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h19m49s476.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-WspXCWm7wXk/Xy-r5MngSsI/AAAAAAADKv0/d3RGe1jgxbgKGWUm1Nn6D_Z_f5LCuN0XQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h19m49s476.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tae pulang. Mun Yeong memanggilnya. Sang Tae menegurnya agar memberi salam dan menanyakan keadaannya lbih dulu tapi Mun Yeong mengingatkan kalau ia adalah bos Sang Tae. Ia sedang melihat sketsa yang dibuat Sang Tae dan tidak puas dengan hasilnya. Ia menyuruh Sang Tae menggambar ulang semuanya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia tidak suka dengan penampilan mereka. Semua kepalanya terputak 180 serajat. Tidak ada wajah, rambut semua. Semuanya sedang menghadap belakang. Tapi Sang Tae berkata itu wajah mereka semua. Mun Yeong makin kaget, mana wajahnya? Tidak ada ekspresi pada wajah mereka. Pesan dan karakter adalah dua elemen penting.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae akhirnya mengakui sulit baginya untuk menggambar ekspresi wajah. Mun Yeong menyarankan agar Sang Tae mengikuti ekspresi wajah dari kartu ekspresi yang dimilikinya. Tapi Sang Tae berkata jika ia mengikuti gambar tesebut maka ia tidak bisa menyebutnya sebagai gambarnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong melunak dan berkata Sang Tae bisa belajar lagi. Sang Tae adalah seorang pengamat yang baik. Ia berkata jangan hanya wajah Kang Tae yang diamat, tapi juga pelajari dan amati ekspresi wajah orang lain. Dengan begitu Sang Tae bisa membuat kartu ekspresinya sendiri. Ia ingin Sang Tae menemukan hasilnya minggu depan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park menemui Kang Tae. Ia berkata ayah Mun Yeong kelihatannya akan meninggal dalam beberapa hari ini. Ia yakin Dokter Oh juga akan menghubungi Mun Yeong, tapi Kang Tae lebih dekat dengannya. Ia ingin Kang Tae mempersiapkan Mun Yeong agar lebih siap mental.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia mengira ayah Mun Yeong akan bisa bertahan lebih lama dan merasa sedih karenanya. Jika ia perawat saja sedih, pasti Mun Yeong lebih sedih. Ia ingin Kang Tae menghibur Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ewEDA6oJezs/Xy-sEWPRKAI/AAAAAAADKv8/qsfBzJrxuXEqwqSTBh-45XKXfmQhaImjQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h22m01s751.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-ewEDA6oJezs/Xy-sEWPRKAI/AAAAAAADKv8/qsfBzJrxuXEqwqSTBh-45XKXfmQhaImjQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h22m01s751.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menunggu kepulangan Ju Ri di halte bis. Akhirnya ia mengakui kebohongannya. Ia memnag harus ikut kencan buta tiap bulan karena ayahnya. Ayahnya memiliki anak saat sudah sangat berumur. Sekarang usianya 90-an. Ju Ri bertanya apa Song Hye Kyo benar-benar tipe idel Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“bukan, bukan. Tipe idealku adalah seseorang yang bisa bersandar padaku saat keadaan menjadi sulit. Ia bisa mengeluh padaku kapanpun ia mau,” Direktur Lee berusaha mengingat perkataan ibu Ju Ri. “Jadi aku akan menganggapnya sebagai puteriku.” (karena ibu Ju Ri mengatakan andai saja ayah Ju Ri masih hidup)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Puteri?! Apa kau orang mesum?” omel Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan begitu...aku ingin berada di sisimu seperti yang pernah dilakukan ayahmu,” sesal Direktur Lee sambil mengejar Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nKXGAGc7RLw/Xy-sSzxkUKI/AAAAAAADKwE/vjEAx72Op7karz_tQisOwvWikdHnJjuQwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h25m16s163.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-nKXGAGc7RLw/Xy-sSzxkUKI/AAAAAAADKwE/vjEAx72Op7karz_tQisOwvWikdHnJjuQwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h25m16s163.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong masih sibuk dengan pekerjaannya. Kang Tae mengambil lembaran kertas di meja dan akan membacanya, tapi Mun Yeong langsung merebutnya. No spoiler.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apa ketiga karakter dalam cerita Mun Yeong pada akhirnya menemukan apa yang mereka cari. Mun Yeong bertanya apa Kang Tae baru saja menanyakan ending ceritanya? Kang Tae tertawa dan berkata ia hanya penasaran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia juga penasaran siapa yang tadi memanggil “oppa” pada Kang Tae. Pasien yang usianya lebih tua 13 tahun dari Mun Yeong. Mun Yeong berkata suaranya sangat imut dan cocok untuk membacakan cerita dongeng.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae hendak membicarakan ayah Mun Yeong tapi Mun Yeong sudah tahu karena Dokter Oh sudah meneleponnya. Dokter Oh berkata Mun Yeong sebaiknya datang menjenguk saat ayahnya masih sadar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tak masuk akal. Apa semua orangtua otomatis dimaafkan atas semua perbuatan buruk mereka sebelum mereka meninggal. Apa mereka tidak bisa meninggal sebelum mendengar ‘dosamu diampuni” dari anak-anak mereka?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau yakin tidak akan menyesalinya nanti?” tanya Kang Tae. “Raja Bertellinga Keledai. Kau bilang seseorang harus mengeluarkan apa yang ada di dalam hatinya untuk menghindari sakit hati. Kau tidak akan memiliki kesempatan untuk berbicara dengan ayahmu lagi. Apa kau benar-benar tidak akan apa-apa?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia tidak peduli. Tidak ada yang harus disesali atau dikatakan pada ayahnya. Ia berkata ada sebuah dongeng yang sangat dibencinya saat ia masih kanak-kanak. A Tale of Two Sisters. Ia benci sang ayah dalam dongeng tersebut. Meski anak-anaknya disiksa oleh ibu tirinya dan berada di ambang kematian, ia pura-pura tidak melihatnya. Orang yang mengabaikan dan pura-pura tidak melihat penyiksaan lebih buruk dari penyiksanya. Kedua kakak beradik itu sebenarnya dibunuh oleh ayah mereka.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-xuXAqLoE4-k/Xy-shL6iHII/AAAAAAADKwM/IRvK-VPQFVARnNapRQ3QCCD8xzXkGjiRQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h28m55s217.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-xuXAqLoE4-k/Xy-shL6iHII/AAAAAAADKwM/IRvK-VPQFVARnNapRQ3QCCD8xzXkGjiRQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h28m55s217.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">A Tale of Two Sisters<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kisah tentang dua orang kakak beradik bernama Janghwa dan Hongryeon. Ibu mereka meninggal dunia ketika Hongryeon berusia 5 tahun. Ayah mereka menikah lagi. Tapi ibu tiri mereka jelek dan kejam. Ia membenci kedua anak tirinya tapi tidak memperlihatkannya. Setelah ia memiliki tiga orang putera berturut-turut barulah ia menyiksa keduanya dengan segala macam cara. Tapi Janghwa dan Hongryeong tidak pernah memberitahu ayah mereka.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ketika sudah waktunya Janghwa menikah, ayah mereka menyuruh isterinya untuk merencanakan pernikahan. Ibu tiri marah karena tidak mau membuang uang untuk anak tirinya. Ia menyuruh anak tertuanya menaruh tikus mati di atas tempat tidur Janghwa lalu memfitnah Janghwa telah keguguran. Ayahnya percaya pada ibu tirinya. Janghwa yang tidak tahu apa yang harus dilakukan melarikan diri ke danau. Ibu tiri menyuruh putera sulungnya mengikuti Janghwa dan mendorongnya ke danau. Janghwa tenggelam. Seekor harimau tiba-tiba muncul dan menyerang putera sulung ibu tiri, mengambil satu tangan dan kakinya.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Janghwa tewas tapi gantinya puteranya cacat. Ia melampiaskan kemarahannya pada Hongryeon. Tak tahan lagi, Hongryeon bunuh diri di danau tempat kakaknya ditemukan tewas.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejak itu, kepala desa yang baru selalu tewas sehari setelah diangkat tanpa ada yang tahu penyebabnya. Hingga seorang pemuda pemberani menjadi kepala desa. Malam setelah ia diangkat, dua hantu wanita muda mendatanginya. Pemuda itu menanyakan siapa mereka dan kenapa mereka membunuh kepala-kepala desa sebelumnya. Sambil meratap, hantu Janghwa menceritakan apa yang terjadi. Ia ingin semua orang tahu kebenarannya, bahwa ia sudah difitnah ibutirinya dan dibunuh. Saat diminta bukti, hantu Janghwa meminta kepala desa memeriksa bangkai tikus yang disangka janin keguguran.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Keesokan harinya, kepala desa melakukan apa yang dikatakan hantu Janghwa. Ia memanggil ayah keduanya, ibu tiri, dan anak sulung, dan memeriksa “janin” itu. Ia membelahnya dengan pisau dan menemukan itu bangkai tikus. Ibu tiri dan anak sulung dihukum mati. Tapi sang ayah dibebaskan karena dianggap tidak tahu apa-apa dan sama-sama korban.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ayah menikah lagi bertahun-tahun kemudian. Pada malam pernikahannya ia melihat kedua puterinya dalam mimpi. Mereka ingin kembali pada ayah mereka. Sembilan bulan kemudian istri ketiga melahirkan puteri kembar dan ayah menamai mereka Janghwa dan Hongryeon. Ia menyayangi mereka dan hidup bahagia. (sumber: wikipedia)<o:p></o:p></i></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-DgDntzNOUNs/Xy-stH5Ns1I/AAAAAAADKwU/4soJfpYGXjouP6onDBIuRI50t0XWJnhKwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h29m20s275.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-DgDntzNOUNs/Xy-stH5Ns1I/AAAAAAADKwU/4soJfpYGXjouP6onDBIuRI50t0XWJnhKwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h29m20s275.png" width="328" /></a></div><p></p> <p class="MsoNormal">Sun Hae menangis saat dikunjungi ayahnya. Para staf menahan ayah Sun Hae agar tidak bisa mendekat. Sun Hae berlindung di balik punggung Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ada apa ini?!!!” bentak Direktur Oh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ternyata ayah Sun Hae menemui Sun Hae agar untuk meminta Sun Hae mendonorkan livernya. Direktur Oh berkata Sun Hae jelas menolak, jika ayah Sun Hae memaksa maka ia akan memanggil polisi. Ayah Sun Hae berkata ia adalah ayah kandung Sun Hae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lalu kenapa” Ia tidak wajib memberikan livernya padamu!” kata Dokter Oh marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Sun Hae berlutut dan memohon agar Dokter Oh membantunya. Jika ia tidak mendapat transplantasi liver ia bisa mati. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang kaulakukan ketika istrimu memukuli puterimu sampai hampir mati? Kau membiarkannya. Puterimu membutuhkan bantuan tapi kau mengatakan ia kerasukan dan menjualnya ke shaman. Kau membuangnya!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Sun Hae beralasan itu karena Sun Hae terus mengoceh omong kosong. Tapi Dokter Oh berkata selama 30 tahun ini ayahnya memperlakukan Sun Hae seperti orang asing dan sekarang tiba-tiba datang untuk meminta livernya. Jika ingin hidup, maka ayah Sun Hae harus berlutut pada Sun Hae bukan padanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fjvsx4Ho0lM/Xy-s6bl8-JI/AAAAAAADKwc/d-55dQflnaAJoCYywn8jhvFjQ2pv_cf7ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h31m08s032.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-fjvsx4Ho0lM/Xy-s6bl8-JI/AAAAAAADKwc/d-55dQflnaAJoCYywn8jhvFjQ2pv_cf7ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h31m08s032.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sun Hae mengeluh seluruh tubuhnya sakit. Dalam penglihatannya ia memar-memar, tapi Kang Tae tidak melihat memar apapun. Kang Tae bertanya apa Sun Hae pernah meminta tolong pada ayahnya. Sun Hae berkata ayahnya tak pernah menolongnya. Ayahnya selalu pura-pura tidak tahu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Sun Hae datang lagi dan memanggilnya. Sun Hae ketakutan. Kang Tae bertanya apa sebaiknya ia mengusir ayah Sun Hae dan memastikan ia tidak datang lagi, atau ia tetap di sisi Sun Hae dan menjaganya sementara Sun Hae mengatakan apa yang ingin ia katakan pada ayahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sun Hae diam sejenak lalu memilih Kang Tae menjaganya, bukan mengusir ayahnya. Ketika ayahnya mendekat, Sun Hae bersembunyi di belakang Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku benci Ayah. Ayah hanya pergi setiap kali ibu menyiksaku. Aku terus meminta tolong tapi Ayah hanya pergi. Ibu mungkin orang yang memukulku, tapi aku lebih benci Ayah. Aku tidak kerasukan tapi Ayah menjualku pada shaman,” Sun Hae menangis. “Aku terus menunggu. Aku terus menunggu Ayah kembali menjemputku. Aku benci Ayah. Aku sangat benci Ayah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Sun Hae terhenyak mendengar perkataan puterinya. Ia lalu pergi tanpa mengatakan apapun. Kang Tae memeluk Sun Hae yang terus menangis. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-y1odBRwhvCU/Xy-tFCBy-CI/AAAAAAADKwk/oY_K37MaTPAIhO8ALr3Mp_ytEFAcVXOmQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h33m25s820.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-y1odBRwhvCU/Xy-tFCBy-CI/AAAAAAADKwk/oY_K37MaTPAIhO8ALr3Mp_ytEFAcVXOmQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h33m25s820.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Meski menolak, Mun Yeong sebenarnya memikirkan perkataan Kang Tae. Apakah ia akan menyesal nanti jika tidak menemui ayahnya sekarang?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae belajar menggambar ekspresi dengan meminta Jae Su sebagai modelnya. Tapi ekspresi Jae Su saat merasa terganggu, tidak suka, dan marah semuanya sama saja. Jae Su mengomel wajahnya kaku gara-gara membantu PR Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae menemui mereka. Sang Tae menjelaskan ia harus belajar ekspresi wajah. Ia ingin meminta bantuan Seung Jae. Jae Su memberi isyarat agar Seung Jae menolak. Tapi Seung Jae dengan senang hati membantu. Sang Tae meminta Seung Jae berekspresi menggemaskan. Seung Jae berpose.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Sang Tae kesulitan untuk menggambarnya. Sementara Jae Su menganggap Seung Jae cute.Sang Tae menyerah dan berkata akan istirahat dulu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Kw1-oA46QlI/Xy-tRzsGKeI/AAAAAAADKws/codHVxnVZWIC3I5N5vgzS49ERmCPbmYFwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h36m57s563.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-Kw1-oA46QlI/Xy-tRzsGKeI/AAAAAAADKws/codHVxnVZWIC3I5N5vgzS49ERmCPbmYFwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h36m57s563.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menelepon Ju Ri dan mengajaknya minum karena Kang Tae sedang ada shift malam. Ju Ri datang ke rumah Mun Yeong. Ia melihat mood Mun Yeong yang kurang baik dan bertanya apa karena ayahnya. Mun Yeong berteriak, “Raja bertelinga keledai!!” Ia ingin curhat malam ini. Ia tidak mau menahan diri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri mengerti dan berkata ia tidak akan mabuk hari ini. Mun Yeong bertanya apa yang akan terjadi jika ia dilahirkan sebagai anak ibu Ju Ri, sementara Ju Ri dilahirkan sebagai anak ayahnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku yakin ibuku akan memukulimu sampai mati karena tidak sopan,” jawab Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tertawa dan berkata itu benar. Ju Ri tersenyum melihat mood Mun Yeong membaik.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0Ni8QCDGJQc/Xy-tb-0dbNI/AAAAAAADKw0/00EFbG56vzsCh0AMV_lf785CZSVz4WYjQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h38m35s071.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0Ni8QCDGJQc/Xy-tb-0dbNI/AAAAAAADKw0/00EFbG56vzsCh0AMV_lf785CZSVz4WYjQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h38m35s071.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee panik ketika tahu Ju Ri minum di rumah Mun Yeong. Mereka tidak seharusnya bersama. Tapi ibu Ju Ri menyuruhnya membiarkan mereka berdua. Mereka berteman jadi pasti bisa mengurusnya sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri bercerita dulu ketika ia masih menjadi tukang masak para buruh, Ju Ri membawa teman pertama kalinya ke rumah. Dan teman itu adalah Mun Yeong. Mun Yeong sangat kurus dan kecil tapi menghabiskan semangkuk besar nasi. Rasanya seperti baru pertama kali ia makan nasi hangat. Ia merasa ada masalah antara Mun Yeong dan keluarganya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Direktur Lee tidak terlalu tahu. Ia hanya tahu masa kecil Mun Yeong sangat berat.</p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong tersadar saat Perawat Park bertugas. Ia berkata ia sudah melakukan hal mengerikan tapi tidak ada orang yang bisa ia mintai pengampunan. Perawat Park memegang tangan ayah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku membunuh istriku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata wanita itu bersenandung setelah membunuh orang.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7UQLzs8YB1g/Xy-twokORyI/AAAAAAADKxE/PE4vfL2LgYQAe783ORJ_EDkWBsnxBAzLQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h41m33s537.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-7UQLzs8YB1g/Xy-twokORyI/AAAAAAADKxE/PE4vfL2LgYQAe783ORJ_EDkWBsnxBAzLQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h41m33s537.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dalam ingatannya, malam itu ayah Mun Yeong minum-minum setelah mendengar vonis dokter bahwa ia menderita glioblastoma. Itu adalah tumor otak ganas yang berarti kemungkinan untuk sembuh kecil. Semakin besar tumornya, akan mengakibatkan gangguan kognitif dan ingatan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam keadaan setengah mabuk, ia masuk ke kamar dan menemukan istrinya sedang bersenandung sambil mengecat kuku. Radio memberitakan peristiwa pembunuhan seorang wanita. Peristiwa pembunuhan ibu Kang Tae. Diberitakan saat kejadian putera korban yang mentalnya tidak stabil juga ada bersama korban namun tidak bisa dimintai keterangan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiba-tiba ayah Mun Yeong tersadar dan bertanya kenapa pembantu mereka tidak datang hari ini. Ia tidak akan bisa datang lagi, jawab istrinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia seharusnya tidak melewati batas.” Lalu istrinya tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mendengar itu ayah Mun Yeong mencurigai kalau pelakunya adalah istrinya. Ia bertanya apa istrinya membunuh korban. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan khawatir, tidak ada yang tahu,” kata istrinya santai.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong memegang istrinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika aku mati, Mun Yeong puteriku akan menjadi monster sepertimu.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0-efu0IKdCQ/Xy-t4Vvby6I/AAAAAAADKxI/bxXztctL0kczq0o1CvoO2rr_TB_xaJuPACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h44m29s313.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0-efu0IKdCQ/Xy-t4Vvby6I/AAAAAAADKxI/bxXztctL0kczq0o1CvoO2rr_TB_xaJuPACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h44m29s313.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Istrinya malah tertawa mengejek. Dalam kemarahan, ayah Mun Yeong mendorong istrinya. Istrinya terjatuh dari balkon ke tangga. Darah mengalir dari kepalanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku membunuhnya pada hari itu,” kata ayah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mellihat ke kamar ayah Mun Yeong untuk menawarkan bantuan. Semua baik-baik saja, kata Perawat Park. Kang Tae hendak keluar tapi tidak jadi ketika mendengar nama Mun Yeong disebut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong berkata Mun Yeong melihat semuanya. Ia ada di sana ketika ia membunuh istrinya, padahal ia hanya seorang gadis kecil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam kilas balik, ayah Mun Yeong menangis menyesali perbuatannya. Darah terus mengalir dari kepala istrinya. Mun Yeong melihatnya. Lalu ayah Mun Yeong memindahkan istrinya ke ruang bawah tanah dan mengunci pintunya. Mun Yeong juga melihatnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika ayah Mun Yeong kembali setelah menenggelamkan tas berisi istrinya ke dalam waduk, Mun Yeong sedang menunggunya di tangga dan bertanya ayahnya dari mana. Ayah Mun Yeong terkejut dan beralasan ia tidak bisa tidur hingga pergi memancing di waduk. Mun Yeong melihat sepatu ayahnya yang berlumpur.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Yeong tahu semuanya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa itu sebabnya kau juga mencoba membunuh puterimu?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak,” ayah Mun Yeong menggeleng. Ia hanya takut Mun Yeong juga akan menjadi monster seperti ibunya. Karena itu ia melakukannya. Ia berkata puterinya tidak melakukan kesalahan apapun. Ia yang harus disalahkan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UsCWR3yWHi0/Xy-uFRsPOhI/AAAAAAADKxQ/-ss_KUkI3u86YHClaMt4dQqS4m-iWrTAwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h47m44s594.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-UsCWR3yWHi0/Xy-uFRsPOhI/AAAAAAADKxQ/-ss_KUkI3u86YHClaMt4dQqS4m-iWrTAwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h47m44s594.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bercerita pada Ju Ri kalau ia benar-benar takut pada ibunya. Jadi ia selalu berusaha menjadi anak yang baik. Ia tidak ingin ibunya membencinya. Ia tidak ingin ibunya membencinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak ada yang datang menolongku, kecuali satu orang (Kang Tae kecil). Aku ingin melarikan diri bersamanya tapi tidak bisa karena ibuku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana dengan ayahmu? Apa ia tidak ada untukmu?” tanya Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sementara ibuku membesarkanku dengan caranya sendiri, satu-satunya hal yang dilakukan ayahku untukku adalah membacakan buku dongeng satu kali saja. Tapi Ju Ri....ayah mungkin hanya melakukannya satu kali, tapi aku tidak pernah bisa melupakannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park dan Kang Tae keluar dari kamar ayah Mun Yeong. Perawat Park berkata setelah semua yang dilalui Mun Yeong, ia tumbuh dengan cukup baik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan keesokan harinya ayah Mun Yeong meninggal dunia.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-zfLfzPNeOc8/Xy-uThRX2xI/AAAAAAADKxU/CzTRtgEB3bwlEF-O7eS6Lolk-iGJlwNVACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h51m44s094.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-zfLfzPNeOc8/Xy-uThRX2xI/AAAAAAADKxU/CzTRtgEB3bwlEF-O7eS6Lolk-iGJlwNVACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h51m44s094.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae dan Kang Tae mengantar Mun Yeong ke pemakaman. Mun Yeong menatap makam ayahnya tanpa ekspresi. Sang Tae beberapa kali mencoba mengamati wajahnya. Berhenti menatapku, kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa itu wajah sedihmu?” tanya Sang Tae. Sepertinya ia maih berusaha mengerjakan PR nya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan. Ini wajah cantikku,” jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata Mun Yeong tidak perlu malu jika bersedih. Tapi Mun Yeong berkata ia tidak sedih. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, kurasa kau bohong,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak...” Kang Tae memberi isyarat kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae bersikeras Mun Yeong berbohong dengan mengatakan ia tidak sedih. </p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HIjaxnv6xVE/Xy-ugNgW7aI/AAAAAAADKxc/M6z-Ejh668QGgs_MAaZWYntqbOa2S-y_wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h54m47s155.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-HIjaxnv6xVE/Xy-ugNgW7aI/AAAAAAADKxc/M6z-Ejh668QGgs_MAaZWYntqbOa2S-y_wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h54m47s155.png" width="328" /></a></div><p class="MsoNormal">Mereka bertiga meninggalkan pemakanan, tapi di tengah jalan Mun Yeong menoleh lagi. Ia teringat saat ayahnya membacakan dongeng Puteri Tidur untuknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu aku juga seorang puteri? Aku tinggal di kastil di tengah hutan,” kata Mun Yeong waktu itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja. Ayah membangun kastil ini agar anakku bisa menjadi seorang puteri,” kata ayah Mun Yeong merangkul puterinya dengan penuh kasih sayang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Momen paling berharha yang paling diingat Mun Yeong mengenai ayahnya. Apa ia sedih dan menyesal? Meski tidak mau mengakuinya kurasa ada kesedihan di sana. Dan mungkin sedikit penyesalan?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-iCX8TvwA1LY/Xy-unyNmkcI/AAAAAAADKxk/3C5Hme0tP3giAcQ3wTxmR1J9PexZdhu1gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-16h56m50s911.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-iCX8TvwA1LY/Xy-unyNmkcI/AAAAAAADKxk/3C5Hme0tP3giAcQ3wTxmR1J9PexZdhu1gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-16h56m50s911.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri dan seisi penghuni rumahnya juga turut berduka. Ibu Ju Ri berkata setiap kematian adalah peristiwa sedih.Direktur Lee berkata ia lega setidaknya Mun Yeong memiliki Kang Tae dan San Tae untuk bersandar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berkata ayah Mun Yeong adalah pasien terlama rumah sakit mereka. Jadi orang-orang merasa sedih dan tertekan sekarang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae datang ke rumah Ju Ri karena Mun Yeong ingin makan telur puyuh kecap kesukaannya. Ibu Ju Ri dengan senang hati memberikannya pada Kang Tae. Ia bertanya apa Kang Tae tidak apa-apa. Karena entah kenapa ia merasa harus menanyakannya setiap kali bertemu dengan Kang Tae. Kang Tae berkata ia tidak apa-apa. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak akan apa-apa. Tapi aku tidak tahu apakah ibuku tidak apa-apa jika aku berusaha keras untuk menjadi bahagia.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Omong kosong apa itu? Hal terburuk yang bisa kaulakukan pada orangtua adalah menyerah untuk menjadi bahagia hanya karena kau merasa tidak enak hati. Jika kau ingin ibumu bahagia, lakukan yang terbaik untuk menjalani hidup bahagia mulai sekarang.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-mYNfmonMi6I/Xy-uzf9gabI/AAAAAAADKxs/1LW3brR_SaAjxqlKZ4lfVuMGEM8j7oCFgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h02m59s956.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-mYNfmonMi6I/Xy-uzf9gabI/AAAAAAADKxs/1LW3brR_SaAjxqlKZ4lfVuMGEM8j7oCFgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h02m59s956.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ketika Kang Tae kembali ke rumah Mun Yeong, di ruang kerja sudah terpasang foto keluarga mereka. Dan memang suasananya terasa lebih hangat. Mun Yeong bertanya-tanya apakah sebaiknya ia menjual rumah ini. Ia ingin memulai semuanya kembali dari awal. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku akan menjual rumah ini dan membantu Direktur Lee membangun perusahaan penerbitan. Dengan uang yang tersisa, aku akan membeli mobil camping. Pekerjaan Kak Sang Tae selesai setelah ia menggambar kupu-kupu pada mural itu. Kau juga berhenti bekerja dari rumah sakit. Lalu kita bertiga bisa bepergian tanpa tujuan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum mengangguk setuju.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau akan menghabiskan uang, bisakah kau membelikan beberapa setelan jas baru, membiayai perjalananku ke Serengeti, dan membiarkanku tinggal di kamar suite hotel? Bagaimana kalau kau mengurusku selama sisa hidupku?” astaga....ini lamarankah?^^<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong berkata Kang Tae tidak cocok jadi gigolo. Pffft...<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_e3gnCLfjh8/Xy-u_F8l0qI/AAAAAAADKx0/3UnbNQ1s00g7-UAyUsPzwyxJa6wiRHEJgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h04m25s660.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-_e3gnCLfjh8/Xy-u_F8l0qI/AAAAAAADKx0/3UnbNQ1s00g7-UAyUsPzwyxJa6wiRHEJgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h04m25s660.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia meminta Kang Tae mengatakan dengan jujur padanya apa yang benar-benar ingin ia lakukan. Apa impiannya? Setelah didesak akhirnya Kang Tae menjawab ia ingin sekoilah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sekolah?,” Mun Yeong berpikir sejenak. “Tidak boleh. Para murid perempuan akan mengejarmu jadi aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya. Jika kau harus sekolah, kursus online saja.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tertawa geli. Ia bertanya balik kenapa Mun Yeong menjadi penulis cerita dongeng. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena aku paling tahu dunia itu. Aku benar-benar tumbuh seperti seorang puteri di dalam kasil yang ayahku dirikan. Kehidupan seorang puteri jauh lebih sulit dari yang pernah kaubayangkan. Hanya endingnya yang bahagia.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kautahu, happy ending adalah yang paling penting.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Keduanya tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-tMfmrz04GaE/Xy-vJeRn1-I/AAAAAAADKx8/za64ZISBuskr1St--IF4CF1Iks2kMNl8gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h09m04s192.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-tMfmrz04GaE/Xy-vJeRn1-I/AAAAAAADKx8/za64ZISBuskr1St--IF4CF1Iks2kMNl8gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h09m04s192.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae, Sang Tae, dan Mun Yeong pergi ke rumah sakit sama-sama. Hari ini Sang Tae akan menggambar kupu-kupu. Mun Yeong berkata ia akan menunggu mereka setelah kelasnya selesai dan mereka bisa pulang bersama.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika mendekati lobi terdengar orang-orang mengobrol. Pil Wong mendekati Sang Tae dan mengucapkan selamat karena telah berhasil menemukan pintunya. Pintu? Sang Tae bingung. Mereka pergi ke lobi dan terpaku saat melihat gambar Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ada gambar kupu-kupu putih besar di sana. Sang Tae ketakutan. Bukan ia yang menggambarnya. Mun Yeong juga mengenali bentuk kupu-kupu itu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu...itu....kupu-kupu yang ada di pakaian nyonya yang membunuh ibuku. Kupu-kupu! Kupu-kupu!” Sang Tae mulai panik.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NCQp7P4tMoE/Xy-vYJmBs4I/AAAAAAADKyE/prHtjigcy1oc_84kmpOJFhom9B0UTF6dACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h10m06s618.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-NCQp7P4tMoE/Xy-vYJmBs4I/AAAAAAADKyE/prHtjigcy1oc_84kmpOJFhom9B0UTF6dACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h10m06s618.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong terkejut. Ia ingat ibunya memakai bros kupu-kupu seperti di gambar itu. Ibunya berakta kata kupu-kupu dalam bahasa Yunani kuno adalah psyche. Dan kata yang muncul dari psyche adalah psycho. (aslinya psyche berarti jiwa)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae bertanya kenapa kupu-kupu itu ada di sana. Kupu-kupu itu membunuh ibunya. Mun Yeong mulai menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak....” ujarnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae khawatir melihat reaksi Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-rUlbdjM15TA/Xy-vh6Ora9I/AAAAAAADKyM/Ez5tuJb3QL8_zo5jWpLf8JUUc7i_oagoACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h11m07s537.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-rUlbdjM15TA/Xy-vh6Ora9I/AAAAAAADKyM/Ez5tuJb3QL8_zo5jWpLf8JUUc7i_oagoACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h11m07s537.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Tidak.... tidak...” kata Mun Yeong shock. Ia berbalik lari keluar. Kang Tae mengejarnya dan memeganginya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu tidak benar, kan?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Yeong....kumohon...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Katakan itu tidak benar...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tidak bisa menjawab.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Katakan itu tidak benar!!!” teriak Mun Yeong histeris.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berlari pergi meninggalkan Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-299TLeylMo0/Xy-vq9vVcvI/AAAAAAADKyU/mAXEz9jT3wwTNDdo6MAU5YgevYSuawMWgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h11m57s722.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-299TLeylMo0/Xy-vq9vVcvI/AAAAAAADKyU/mAXEz9jT3wwTNDdo6MAU5YgevYSuawMWgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h11m57s722.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Seseorang mengendarai mobil sambil menyenandungkan Oh My Darling Clementine. Ia mengenakan pakaian, cincin, dan bros kupu-kupu ibu Mun Yeong. Perawat Park.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0HqWY_b10es/Xy-vxJHAOAI/AAAAAAADKyY/99WiMh_d9zwCZltC41_ERoO0iQkj7D1jQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-17h13m49s273.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0HqWY_b10es/Xy-vxJHAOAI/AAAAAAADKyY/99WiMh_d9zwCZltC41_ERoO0iQkj7D1jQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-17h13m49s273.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Melihat ingatan Mun Yeong kecil bersama ayahnya, rasanya nyesek. Aku membayangkan apa yang terjadi seandainya ayah Mun Yeong lebih memperhatikan Mun Yeong. Seandainya ayah Mun Yeong tidak membiarkan istrinya memonopoli puterinya. Bahkan sebagai seorang ayah, ia memiliki praduga anaknya akan menjadi monster seperti ibunya, tanpa usaha untuk lebih mengerti anaknya lebih dulu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah istrinya tidak ada, bukankah ia masih memiliki kesempatan untuk membesarkan Mun Yeong dengan baik? Vonis dokter memang menakutkan, tapi bukankah justru itu seharusnya menjadi pemacu untuk menyelamatkan puterinya lebih cepat? Untuk memberi kasih sayang sebanyak-banyaknya sebelum penyakitnya bertambah berat? Sigh.....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dari sisi Mun Yeong sebenarnya ia sudah mencoba ketika ia mendekati ayahnya di rumah sakit. Tapi ayahnya lagi-lagi berusaha membunuhnya. Setiap nama Mun Yeong disebut, yang diucapkan selalu kata “monster”. Penyakitnya boleh dianggap sebagai alasan, tapi ia sadar penuh waktu mengatakan Mun Yeong tidak salah apa-apa menjelang akhir hidupnya. Anak mana yang tidak sakit hati dianggap monster oleh ayahnya sendiri bahkan hendak dibunuh? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sama seperti ayah Sun Hae yang mengabaikan puterinya ketika disiksa. Sun Hae sangat terluka lebih dari luka yang diakibatkan oleh siksaan ibunya. Satu-satunya orang tempat ia berharap malah orang yang meninggalkannya. Dan orang itu kembali hanya karena membutuhkan sesuatu darinya, bukan karena menyayanginya atau karena menyesali perbuatannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seandainya ayah Mun Yeong meminta maaf pada Mun Yeong atau setidaknya melupakan semua masa lalu, kurasa masih ada harapan bagi mereka berdua. Tapi Mun Yeong sudah sangat tersakiti dan ayah Mun Yeong terlalu keras kepala. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jika perawat Park adalah ibu Mun Yeong, maka yang paling tertipu adalah Dokter Oh yang selama ini mengatakan ia berpengalaman hingga bisa mengenali orang sekali melihatnya. Perawat paling senior yang jadi kepala perawat di rumah sakitnya, mungkin orang yang paling ia percaya, ternyata pembunuh psikopat. Luar biasa sekali sampai suami dan anaknya pun tidak bisa mengenali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bagaimana bisa ia hidup setelah jatuh dari ketinggian seperti itu? Dengan luka para hingga darah mengalir deras dari kepala, dipindahkan ke basement, lalu dimasukkan dalam tas dan ditenggelamkan....masih bisa hidup? Apa ingatan ayah Mun Yeong yang salah? <o:p></o:p></p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/08/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_9.html[email protected] (Kdramatized)5
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-1955251642351807289Fri, 07 Aug 2020 09:41:00 +00002020-08-07T16:41:28.604+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 12<p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-l-cvc_6mOfU/Xy0ZXOwQLyI/AAAAAAADKp8/0Ehsn7bQXoAIeS9hxQfpEzBrIB4Z_PRqgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h43m53s878.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="230" src="https://1.bp.blogspot.com/-l-cvc_6mOfU/Xy0ZXOwQLyI/AAAAAAADKp8/0Ehsn7bQXoAIeS9hxQfpEzBrIB4Z_PRqgCLcBGAsYHQ/w410-h230/vlcsnap-2020-08-02-15h43m53s878.png" width="410" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal">Kang Tae bangun kesiangan. Ia melihat Sang Tae sudah tidak di tempat tidur. Di bawah, lantai sudah dibersihkan, dan cucian sudah beres. Ia masuk ke dapur dan melihat banyak roti panggang hangus. Sang Tae dan Mun Yeong sedang sarapan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sementara sahabatku menghanguskan delapan rot, aku mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Dan kau tidur nyenyak,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia bahkan menampar Kang Tae untuk membangunkannya tapi Kang Tae tetap tidur seperti Puteri Tidur.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau kau mau membangunkan puteri, kau harus menciumnya,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku sudah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melakukannya,” Mun Yeong tersenyum penuh arti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae menghela nafas panjang. Ia mengusulkan agar para karakter buku terbaru Mun Yeong diberi nama. Mun Yeong menamarinya, Pria Tanpa Rasa Diri, Puteri Tanpa Emosi, dan...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu bukan nama!” Protes Sang Tae. Nama itu seperti Kang Tae dan Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong berkata sekarang sedang trendnya tanpa nama.Keduanya mulai berdebat. Melihat itu Kang Tae merasa tersisih dan bertanya apa mereka mau jalan-jalan karena hari ini hari liburnya. Tapi keduanya tidak mempedulikannya bahkan hingga ia pergi dari ruang makan. Kang Tae pun menghubungi orang ketiga favoritnya, Jae Su. Dan Jae Su tahu itu.</p> <p class="MsoNormal">“Kau itu selihai rubah. Setiap kali kau membutuhkanmu kau berbicara padaku dengan serius dan aku jadi khawatir karena kau melihatku dengan mata berair. Tapi begitu kau mendapat yang kaubutuhkan, kau mengabaikanku begitu saja. Dasar egois,” gerutunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kau tidak mau pergi?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su menyuruh Kang Tae datang ke restonya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3E9POfKjRno/Xy0Zifd-NaI/AAAAAAADKqE/JR-RntL8QF8NtkKigBJXe39Uv6oEcCtrgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-11h27m34s252.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-3E9POfKjRno/Xy0Zifd-NaI/AAAAAAADKqE/JR-RntL8QF8NtkKigBJXe39Uv6oEcCtrgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-11h27m34s252.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee memberikan vitamin untuk ibu Ju Ri. Hari ini ia akan pulang menemui orangtuanya karena ada suatu urusan. Ibu Ju Ri masuk ke kamar agar Direktur Lee bisa bicara berdua dengan Ju Ri, namun ia diam-diam menguping.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee berkata ini acara bulanan. Ayahnya masuk rumah sakit karena tiga tulang rusuknya patah. Seung Jae muncul dan berkata kalau itu bohong. Ayah Direktur Lee seorang pembohong dan Direktur Lee sama seperti ayahnya. Diam-diam ibu Ju Ri memaki Seung Jae karena sudah mengganggu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mengaku sebenarnya ayahnya merasa iri setiap kali ada sepupu Direkur Lee yang menikah dan menyuruhnya mengunjunginya dengan berbagai macam cara. Lalu ia disuruh mengikuti kencan buta. Sebagai anak, itu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hal terkecil yang bisa dilakukannya. Jadi ia mengikuti kencan buta sebulan sekali. Sebelum pergi ia berkata nanti akan menelepon Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-mODofmAhrhA/Xy0ZsjpJlEI/AAAAAAADKqM/yqlxHEOgG_o0OPUqtRquiIG8Yq7-3iLlQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-11h36m12s992.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-mODofmAhrhA/Xy0ZsjpJlEI/AAAAAAADKqM/yqlxHEOgG_o0OPUqtRquiIG8Yq7-3iLlQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-11h36m12s992.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae asyik menyantap pizza di resto Jae Su tanpa menyadari tatapan para pelanggan wanita di sekelilingnya. Diam-diam Jae Su mengirim pesan pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dear Ms Go, sama seperti semut tertarik pada gula, banyak wanita bersiap untuk mendekati temanku yang kesepian Kang Tae. Jadi aku memintamu secepatnya mengunjungi pizzeria-ku.” Lengkap dengan fotonya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong langsung ngebut ke resto Jae Su. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su duduk di depan Kang Tae. Ia<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berkata ketika seseorang sedang jatuh cinta, otak melepaskan vitamin yang membuat orang itu semakin terlihat menarik. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dopamine, bukan vitamin,” Kang Tae membetulkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau sedang pamer kau kerja di rumah sakit? Kita berdua tidak mendapat pendidikan yang baik. Kita seperti dua kacang dalam pot.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan pot tapi pod,” kata Kang Tae lagi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-iaGqS8YFeqU/Xy0Z4R5OM5I/AAAAAAADKqU/LaP9rYzYjokB2-hYo0cg3QNm2v5OuWPUQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h00m58s643.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-iaGqS8YFeqU/Xy0Z4R5OM5I/AAAAAAADKqU/LaP9rYzYjokB2-hYo0cg3QNm2v5OuWPUQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h00m58s643.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata Kang Tae harus berhati-hati pada wanita. Pada para wanita yang mengincarnya, terlebih lagi pada wanita psiko yang mengejar para wanita yang mengincarnya. Tepat saat itu Mun Yeong masuk dan langsung melihat para wanita di sekeliling Kang Tae. Jae Su berkata ia punya berton-ton kotak pizza. Aku sudah kenyang, Mun Yeong mendorong Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana kau tahu aku di sini?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong malah mengambil pisau terus menggoreskannya ke piring hingga terdengar buyi memekakkan telinga. Para wanita itu tidak berani melihat Kang Tae lagi. Kang Tae menghentikan Mun Yeong dan bertanya bukankah ia sedang rapat dengan kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana itu penting jika kau dikelilingi semut,” jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae melirik Jae Su, tahu ia yang melapor pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AF68o_9d-QA/Xy0aC1RT8OI/AAAAAAADKqc/_ix-foRUm78tZ61XMvTsFkIQFXqmsOCuQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h01m23s266.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-AF68o_9d-QA/Xy0aC1RT8OI/AAAAAAADKqc/_ix-foRUm78tZ61XMvTsFkIQFXqmsOCuQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h01m23s266.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae tiba di rumah sakit dengan ceria. Ia menyapa semua makhluk hidup di sekitarnya. Dokter Oh melihat dari jendela dan tersenyum senang. Ia kira Sang Tae tidak akan datang karena masih marah padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh memanggil Perawat Park ke kantornya. Ia bertanya kenapa tempat tidur Ok Ran sudah dibereskan. Karena ia tidak bisa kembali, kata Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pasien yang melarikan diri jarang kembali dengan kemauan mereka sendiri dan kita memiliki daftar tunggu yang panjang.”</p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh melarang Perawat Park melakukan hal yang sama pada ayah Mun Yeong. Biarkan ia tinggal di rumah sakit OK. Perawat Park berkata ia sudah memberitahu para staf untuk melakukan itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi Pak, kenapa Go Dae Hwan bersikap seperti itu ketika melihat Park Ok Ran pada hari itu?” tanya Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Paling mungkin ia mengalami delusi dan salah mengira Park Ok Ran sebagai istrinya. Sepertinya ia benci sekaligus takut pada istrinya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa?” tanya Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Nampaknya ia membunuh seseorang.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park bertanya siapa yang dibunuh. Dokter Oh tidak sempat menjawab (dan lagi belum tahu), karena Sang Tae masuk ke kantor. Perawat Park keluar dari kantor agar Sang Tae bisa berbicara dengan Dokter Oh.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FKBNTv-AGto/Xy0aQtYQFVI/AAAAAAADKqk/JyFAfOK0qOgk_OxSeiq9NPkrnia7G1FmQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h02m52s750.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-FKBNTv-AGto/Xy0aQtYQFVI/AAAAAAADKqk/JyFAfOK0qOgk_OxSeiq9NPkrnia7G1FmQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h02m52s750.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Melihat anak-anak berlarian ke sana kemari, Mun Yeong berkata ia benci binatang dan anak kecil. Karena mereka tidak masuk akal, mengeluh setiap saat, dan selalu memohon dicintai.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sebaliknya, karena itu aku menyukai mereka. Mereka membuatku peduli karena mereka tidak masuk akal. Lucu melihat mereka mengeluh. Dan karena mereka ingin dicintai, aku jadi menyukai mereka. Sama sepertimu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak mau mempunyai anak-anakmu,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersedak. Mun Yeong berkata Kang Tae jangan mengharapkan itu darinya. Ia tidak mau cemburu pada anaknya sendiri. Kang Tae menghela nafas panjang dan menyuruh Mun Yeong mendekat. Ia menjentikkan jarinya di dahi Mun Yeong. Mun Yeong berteriak kesakitan. Kang Tae berkata tidak semua orang bisa menjadi ibu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-u1nN5AU2uaM/Xy0aYMhdYXI/AAAAAAADKqs/RLeYVZyJLbQrQTVsgfu1EgVreCM13iZbwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h20m51s018.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-u1nN5AU2uaM/Xy0aYMhdYXI/AAAAAAADKqs/RLeYVZyJLbQrQTVsgfu1EgVreCM13iZbwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h20m51s018.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Meski masuk kantor Dokter Oh, Sang Tae belum mau bicara. Setelah beberapa saat ia berdiri dan hendak pergi. Dokter Oh memegangnya dan bertanya apa ia masih kesal karena ia menolak membayar mural tanpa kupu-kupu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata Dokter Oh harus menepati janjinya. Dokter Oh berkata ia hanya ingin Sang tae berhenti melarikan diri dari kupu-kupu. Karena Sang Tae terus melarikan diri, Kang Tae juga mengalami masa yang sulit.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata ia takut pada kupu-kupu. Ia tidak suka kupu-kupu. Dokter Oh berkata kupu-kupu dalam bahasa Yunani kuno adalah psyche. Dan psyche artinya obat (aku cari-cari sih artinya jiwa, tapi mungkin bisa beda arti). Tidak semua kupu-kupu itu menakutkan. Ada juga kupu-kupu yang baik dan bisa menyembuhkan orang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi daripada merasa tidak sabar, kenapa kita tidak mencoba mengatasi rasa takut itu sama-sama? Jika kita terus mencoba, siapa tahu ada seekor kupu-kupu terbang di lukisanmu suatu hari nanti.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Arti kata psyche itu nampaknya cukup mempengaruhi Sang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-CvDzo5Act4s/Xy0ahhq0USI/AAAAAAADKq0/o2xEBqjoPSwD4G2rRYUuQ9ehPyRvz4v5ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h22m31s232.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-CvDzo5Act4s/Xy0ahhq0USI/AAAAAAADKq0/o2xEBqjoPSwD4G2rRYUuQ9ehPyRvz4v5ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h22m31s232.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apakah buku terbaru Mun Yeong berdasarkan gambar kakaknya tentang anak-anak yang bepergian dengan mobil camping.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Buku itu mengenai kita. Kita bertiga,” jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa aku Pria Tanpa Rasa Diri? Dan kau Puteri Tanpa Emosi?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong membenarkan. Lalu bagaimana dengan Sang Tae?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pria Dalam Kotak.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apa yang mereka lakukan dalam perjalanan itu. Mun Yeong berkata mereka bertemu dengan orang-orang yang lebih aneh dan lebih berkekurangan dibanding mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lalu apa yang terjadi setelah itu?” tanya Kang Tae penasaran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menolak memberi spoiler. Kedengarannya menarik, kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja, aku penulisnya,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berharap kali ini ceritanya akan berakhir happy ending. Aku juga, kata Mun Yeong tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--uJUOETbt48/Xy0avOuIWiI/AAAAAAADKq8/VG_ruCR0NdYuOYTiZBI7vuFgpvmrmcX_ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h23m53s746.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/--uJUOETbt48/Xy0avOuIWiI/AAAAAAADKq8/VG_ruCR0NdYuOYTiZBI7vuFgpvmrmcX_ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h23m53s746.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mereka pergi ke supermarket untuk membeli roti ganti roti yang dihanguskan Mun Yeong tadi pagi. Mun Yeong baru kali ini pergi ke supermarket dan kalap membeli banyak barang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Setelah kupikir-pikir, akan menyenangkan punya anak laki-laki seperti dirimu. Kurasa aku tidak akan cemburu. Mari kita punya anak laki-laki,” katanya tiba-tiba.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau benar-benar harus berhenti bersikap berlebihan,” kata Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa salahnya? Ayo kita punya anak laki-laki. Aku ingin anak punya anak laki-laki! Kenapa kau tidak mau kerjasama?!” suaranya makin meninggi dan semakin keras.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Orang-orang berbisik-bisik menyalahkan Kang Tae yang tidak mau punya anak. Kang Tae menyuruh Mun Yeong membeli susu dan tidak membicarakan anak lagi.</p> <p class="MsoNormal">Ju Ri diam-diam menunggu telepon Direktur Lee. Sementara itu Byul mengabarkan kalau Dokter Kwon akan menikah. Ju Ri bingung karena setahunya Dokter Kwon itu jomblo. Byul berkata Dokter Kwon akan menikah dengan wanita yang ditemuinya dalam kencan buta bulan lalu. Secepat itu, tanya Ju Ri kaget. Byul berkata bagi pria seusia Dokter Kwon, adalah wajar menikah jika semuanya cocok.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Kwon yang dibicarakan muncul membagikan kartu undangan. Ia berkata tipe idealnya muncul saat kencan buta. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UAB7g_jVpnw/Xy0bC-XacAI/AAAAAAADKrI/Vts8wiUdkbAWa26cQ1EpdmBfpZ_x3Ug_ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h25m45s019.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-UAB7g_jVpnw/Xy0bC-XacAI/AAAAAAADKrI/Vts8wiUdkbAWa26cQ1EpdmBfpZ_x3Ug_ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h25m45s019.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dan Kang Tae sudah tiba di rumah dan membereskan belanjaan mereka. Mun Yeong memeluk pinggang Kang Tae erat-erat dan bertanya kapan mereka akan tidur sekamar. Kang Tae berusaha melepaskan pegangan Mun Yeong. Ia makin panik mendengar Sang Tae pulang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oppa, kami di sini!” teriak Mun Yeong sengaja. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Akhirnya Kang Tae setuju berduaan dengan Mun Yeong di kamar. Aku akan menunggu, bisik Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri masih menanti telepon Direktur Lee. Seung Jae masuk kamar dan pura-pura menerima telepon dari Direktur Lee. Diam-diam ia melihat reaksi Ju Ri. Ju Ri membuka buku tapi jelas pandangannya bukan pada buku tersebut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah Seung Jae selesai “menelepon” ia bertanya apakah Direktur Lee mengatakan sesuatu. Awalnya Seung Jae pura-pura tak mengerti lalu ia berkata kalau teman kencan buta Direktur Lee mirip Song Hye Kyo.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tipe wanita idealnya adalah seseorang seperti Song Hye Kyo. Pria itu mudah jatuh cinta. Dia benar-benar beruntung kali ini.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri terdiam.</p> <p class="MsoNormal">Sang Tae menceritakan percakapannya dengan Dokter Oh agar ia berhenti melarikan diri dan menghadapi kupu-kupu itu sehingga Kang Tae tidak perlu mengalami masa sulit lagi. Kang Tae bertanya apa kakaknya benar-benar bisa melakukan itu. Sang Tae terdiam lalu mengalihkan pembicaraan. Ia bertanya apakah peralatan melukis yang dibeli Kang Tae harganya mahal. Kang Tae tersenyum dan berkata kakaknya bisa menggantinya setelah menjual buku yang banyak.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-W7mh2LIZzno/Xy0bPX2CyAI/AAAAAAADKrQ/Tjprt8gGikIHSCe5DKYeh7BUTWsD5GXBgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-12h26m22s463.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-W7mh2LIZzno/Xy0bPX2CyAI/AAAAAAADKrQ/Tjprt8gGikIHSCe5DKYeh7BUTWsD5GXBgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-12h26m22s463.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong membereskan kamarnya sambil bersenandung menunggu Kang Tae. Kang Tae masuk dan bengong melihat Mun Yeong berbaring di tempat tidur dengan pose menggoda. Mun Yeong menyuruhnya duduk di tempat tidur di sebelahnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae melewati tempat tidur dan duduk di dekat jendela.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kau tidak pernah menurut, keluh Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia duduk di depan Kang Tae. Ia sudah menyiapkan banyak wine. Kang Tae berkata kakaknya mulai mendapat konseling. Tapi Mun Yeong menghentikannya. Ia melarang Kang Tae membicarakan kakaknya. Setiap kali melanggar maka dihukum minum segelas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu setiap kau memaki, kau minum segelas,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong setuju.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tak lama kemudian Mun Yeong memegangi kepalanya yang sakit karena mabuk. Kang Tae menghampirinya dan berkata Mun Yeong harus tidur sekarang. Tapi Mun Yeong menariknya hingga duduk di lantai di sampingnya, lalu memeluknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku sangat senang. Aku sangat senang kau dan oppa tinggal bersamaku di sini sekarang.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum. Lalu ia membaringkan Mun Yeong yang tertidur ke tempat tidur dan mengecupnya. Tak lupa meletakkan Mang Tae dalam genggaman Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0EMTmTKq1-E/Xy0bZOlFLPI/AAAAAAADKrY/THKBzz_kB04NJXLLaVhsCQ-qvFErIzGSgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-13h49m52s704.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0EMTmTKq1-E/Xy0bZOlFLPI/AAAAAAADKrY/THKBzz_kB04NJXLLaVhsCQ-qvFErIzGSgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-13h49m52s704.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae turun ke ruang kerja untuk membereskan peralatan mengggambar Sang Tae. Ia melihat ada amplop biru terselip. Ia mengambil amplop itu dan membukanya. Isinya kupu-kupu kertas beserta secarik kertas dengan tulisan: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Aku akan datang untukmu segera</i>. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyadari Park Ok Ran sengaja datang ke rumah Mun Yeong untuk meletakkan kartu itu. Dan surat itu ditujukan untuk Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pil Wong mendapat giliran keluar rumah sakit hari ini. Dokter Oh berharap kali ini Pil Wong bisa bertahan lebih lama di luar. Jung Tae menyemangati agar Pil Wong banyak makan makanan enak. Tapi setelah Pil Wong pergi, Jung Te berkata ia yakin Pil Wong hanya akan naik bis dan pulang setelah keliling-keliling sebentar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi bagaimana bisa ia melakukan hal seperti itu padahal ia tidak sanggup membunh seekor semur?” tanyanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat ekspresi bingung Dokter Oh, Jung Tae menjelaskan kalau Pil Wong sudah menceritakan semuanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia bilang ia sudah membunuh banyak orang. Itukah sebabnya ia menjadi gila?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia seorang yang begitu baik dan lemah. Itu bukan sesuatu yang bisa dihadapinya,” kata Dokter Oh.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vUKweSI-0v8/Xy0bi-ZT8UI/AAAAAAADKrg/9harpc5YBiEuWOL0hW_qJ468NG-6rltkQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-14h31m57s771.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-vUKweSI-0v8/Xy0bi-ZT8UI/AAAAAAADKrg/9harpc5YBiEuWOL0hW_qJ468NG-6rltkQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-14h31m57s771.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae melamun setelah apa yang ia temukan semalam. Sang Tae melihatnya dan bertanya apakah Kang Tae semalam tidak tidur nyenyak karena matanya merah. Kang Tae ingat hari ini Sang Tae akan menjalani konseling. Sang Tae membenarkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Meski ia berulang-ulang mengatakan pada dirinya kalau kupu-kupu adalah psyche dan melambangkan pengobatan, ia jujur mengakui kalau ia masih takut. Bagaimana jika kupu-kupu itu muncul lagi? Mereka harus pindah lagi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak, mari kita berhenti melarikan diri. Kakak tahu aku pandari berkelahi, kan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae membenarkan. Kang Tae mendapat ban merah taekwondo dan memukul semua anak yang membullynya. Kang Tae berkata mulai sekarang kakaknya bisa bersembunyi di belakangnya jika takut. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi aku kan kakakmu. Aku orang dewasa. Jika aku bersembunyi di belakang adikku, maka aku akan disebut.. penakut?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak apa-apa. Selama hidupku aku sudah bersembunyi di belakang kakak.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Og_hxZxiJ70/Xy0b8X4Ip9I/AAAAAAADKrs/8_MFRdY20ecT-ul6F1HGn9Wx1YZYrIvjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h00m41s244.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-Og_hxZxiJ70/Xy0b8X4Ip9I/AAAAAAADKrs/8_MFRdY20ecT-ul6F1HGn9Wx1YZYrIvjACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h00m41s244.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri cepat-cepat mengangkat teleponnya, tapi ternyata telepon Byul yang bergetar. Ju Ri jadi kesal. Ia tidak bisa berhenti melihat ponselnya karena Direktur Lee berkata akan meneleponnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mencoba membandingkan tulisan yang ia temukan di buku Park Ok Ran dengan kertas dari amplop biru semalam. Tapi ia tidak bisa membandingkannya karena tulisan dari buku Park Ok Ran benar-benar tidak terlihat jelas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park tiba-tiba masuk dan melihat Kang Tae sedang buru-buru menyembunyikan sesuatu. Ia buru-buru mendekat dan ingin melihat. Tapi Kang Tae menghalanginya. Ia bertanya ada apa Perawat Park mencarinya. Perawat Park menemukan alat cukur tajam di salah satu kamar. Itu adalah salah satu benda berbahaya yang dilarang di rumah sakit itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menganggap Cha Yong teledor saat memeriksa barang-barang pasien dan meminta Kang Tae memeriksa kembali kamar-kamar di lantai 2. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sebelumnya Perawat Park meminta Ju Ri mengajak ayah Mun Yeong jalan-jalan keluar. Ju Ri membawa ayah Mun Yeong ke taman dan duduk di sana. Ayah Mun Yeong bertanya apakah ia akan segera mati. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apakah aku sudah cukup dihukum?” tanyanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-j42p6kt6asE/Xy0cHMxBFpI/AAAAAAADKrw/Mxw5WtjpGQAGXOW8j1bYY0soeT_Zw6Z0gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h02m06s819.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-j42p6kt6asE/Xy0cHMxBFpI/AAAAAAADKrw/Mxw5WtjpGQAGXOW8j1bYY0soeT_Zw6Z0gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h02m06s819.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Pil Wong naik ke bis dan tak sengaja bertemu dengan Sang Tae.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pil Wong memuji lukisan Sang Tae di rumah sakit. Sang Tae berkata gambarnya memang bagus tapi Dokter Oh tidak mau membayarnya karena ia menolak menggambar kupu-kupu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau tidak gambar saja beberapa kupu-kupu?” tanya Pil Wong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku takut pada kupu-kupu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa? Apa kau punya ingatan buruk mengenai kupu-kupu atau semacamnya?” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae tak menjawab.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pil Wong tertawa dan berkata, “Jangan biarkan masa lalu menjebakmu, atau kau akan berakhir sepertiku. Lihat aku. Aku tidak bisa kembali ke dunia. Aku akan selalu terjebak dalam rumah sakit.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Masa lalu bisa menjebakku? Maka aku tinggal membuka pintu dan keluar.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak bisa. Kau tidak bisa melihat pintunya. Kau tidak bisa keluar begitu kau terjebak dalam masa lalu. Jangan berakhir sepertiku.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-K5EzsE-zjJY/Xy0cQIgOR4I/AAAAAAADKr4/DwavHhk1ec85eE_PVpv9xOHFvk3C5Ry9gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h04m47s041.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-K5EzsE-zjJY/Xy0cQIgOR4I/AAAAAAADKr4/DwavHhk1ec85eE_PVpv9xOHFvk3C5Ry9gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h04m47s041.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memeriksa dengan teliti setiap kamar dan menemukan beberapa benda dilarang seperti gunting kuku dan pemantik api. Lalu ia membuka lemari dan menemukan sebuah foto di balik selimut. Foto keluarga Mun Yeong. Wajah ibu Mun Yeong tidak terlihat karena kacanya retak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Suara mesin penghancur jalan membuat Pil Wong terganggu. Ia teringat suasana medan perang yang penuh ledakan dan tembakan. Ia adalah mantan tentara dan tampaknya menderita trauma. Untunglah Sang Tae menutupi kepalanya dengan kemejanya dan memeluknya untuk menenangkannya. Sama seperti Kang Tae menenangkannya ketika ia panik dalam peristiwa di toko buku. Sang Tae meminta tolong orang dalam bis untuk menelepon Rumah Sakit OK.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-M8JaufosPEM/Xy0cbYhEZUI/AAAAAAADKsA/zmbmbkRP6I43V4ElCkqohYqjHOsOl9SEACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h07m14s722.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-M8JaufosPEM/Xy0cbYhEZUI/AAAAAAADKsA/zmbmbkRP6I43V4ElCkqohYqjHOsOl9SEACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h07m14s722.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Pil Wong dibawa dengan selamat kembali ke rumah sakit. Pil Wong tak tahan lagi dan bertanya tidak bisakah mereka membunuhnya saja. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan khawatir, kau juga akan mati. Semua orang di sini, termasuk aku, pada akhirnya akan mati. Jangan terlalu gelisah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh melihat Sang Tae melihat dari luar pintu. Ia keluar dan bertanya ada apa. Sang Tae ingin meminjamkan buku The Boy Who Fed on Nightmares pada Pil Wong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae pergi ke kantor Dokter Oh. Sang Tae juga ada di sana. Dokter Oh menceritakan apa yang terjadi. Bahwa Sang Tae menyelamatkan Pil Wong dari situasi berbahaya. Sang Tae terlihat bangga. Begitu juga Kang Tae. Ia memuji kakaknya. Dokter Oh meminta Sang Tae mengatakan apa yang sudah dikatakan padanya tadi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tuan Kang (Pil Wong) menasihatiku agar aku tidak berakhir sepertinya. Ia bilang kita tidak akan pernah bisa keluar begitu terjebak dalam masa lalu karena kau bahkan tidak bisa melihat pintunya.” <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-iKTz8tRCdVU/Xy0coSnFoiI/AAAAAAADKsI/R7eaV-5bCSYIn64XT3xj-Dq90qb-oXwrgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h08m28s998.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-iKTz8tRCdVU/Xy0coSnFoiI/AAAAAAADKsI/R7eaV-5bCSYIn64XT3xj-Dq90qb-oXwrgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h08m28s998.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Pil Wong ikut bertempur dalam perang Vietnam saat masih berusia 20 tahun dan meninggalkan trauma yang mendalam. Ia bercerita saat itu banyak anak-anak yang matanya bersinar-sinar dan menggemaskan. Ia tidak sanggup melihat mereka jadi ia menutup matanya, lalu ia membunuh semua orang yang tidak berdosa itu. Ia bahkan tidak tahu kenapa ia masih hidup.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jung Tae menghiburnya kalau Pil Wong hanya mengikuti perintah dan tidak memiliki pilihan. Tapi Pil Wong menangis dan berkata, “Kau tidak lebih dari seorang monster jika kau mengikuti perintah seperti itu begitu saja. Aku seharusnya tidak menyebut diriku manusia.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-USaUPait77M/Xy0c1P3pIdI/AAAAAAADKsQ/wDCXNSrJrrYFjz_OMKIGP5gN6Gslm14bACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h10m16s262.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-USaUPait77M/Xy0c1P3pIdI/AAAAAAADKsQ/wDCXNSrJrrYFjz_OMKIGP5gN6Gslm14bACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h10m16s262.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae mengucapkan kalimat dalam buku The Boy Who Fed On Nightmares: <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan lupakan apapun. Ingatlah semua dan hadapilah. Jika kau tidak menghadapinya, kau akan selalu menjadi anak kecil yang jiwanya tidak pernah bertumbuh.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata ia bukan anak-anak. Ia seorang dewasa. Karena itu ia tidak akan melarikan diri lagi. Dokter Oh dan Kang Tae tersenyum. Dokter Oh memuji Sang Tae sangat pemberani. Ia bertanya apakah Sang Tae bisa menceritakan apa yang terjadi pada hari itu. Sang Tae memejamkan matanya dan berusaha mengingat hari itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Malam itu Ibu dan Sang Tae pulang bersama. Ibu berkata mulai sekarang ia akan pulang terlambat, jadi Sang Tae akan pulang bersama Kang Tae. Saat hendak melewati terowongan gelap, Sang Tae berlari mengejar kucing. Ibunya masuk dalam terowongan sendirian. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Beberapa waktu kemudian Sang Tae masuk ke dalam terowongan sambil menggendong kucing. Namun ia melihat ibunya jatuh ke tanah setelah ditikam oleh seorang wanita berpakaian hitam-hitam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak sempat mengatakan ini tadi. Anak itu, aku yang akan mengurusnya,” kata wanita itu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-D7-H6K_oLj0/Xy0c_AucKlI/AAAAAAADKsY/Y5pztcQIXPgX362WI2CE6CvzB3aYp6ZUgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h12m59s384.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-D7-H6K_oLj0/Xy0c_AucKlI/AAAAAAADKsY/Y5pztcQIXPgX362WI2CE6CvzB3aYp6ZUgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h12m59s384.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sang Tae nampak ketakutan melihat apa yang terjadi. Wanita itu menghampirinya tapi ibu Sang Tae berusaha menghalanginya dengan memegangi kakinya. Wanita itu dengan dingin menghentakkan kakinya. Ibu Sang Tae tak berdaya melihat wanita itu mendekati Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Wanita itu membelai kepala Sang tae dan berkata Sang Tae tidak boleh mengatakan pada siapapun apa yang ia lihat atau dengar di sini. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika kau melakukannya, aku akan membunuhmu. Meski kau melarikan diri, aku akan mengejarmu tak peduli apapun dan memastikan membunuhmu. Mengerti? Jawab aku! Jawab!!!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae melarikan diri ketakutan. Ia bahkan tidak berani melihat wajah wanita itu. Ia hanya ingat ada kupu-kupu di pakaian wanita itu. Dokter Oh bertanya apa Sang Tae ingat bentuk kupu-kupu itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae ingat. Itu adalah ibu kupu-kupu menggendong kupu-kupu kecil di punggungnya. Dua kupu-kupu. Ibu dan anaknya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ILI7UJcUN9s/Xy0dYXc-GHI/AAAAAAADKso/uzV98bQx06IoPekqPmESPbhebMkLtx-mgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h16m20s692.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-ILI7UJcUN9s/Xy0dYXc-GHI/AAAAAAADKso/uzV98bQx06IoPekqPmESPbhebMkLtx-mgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h16m20s692.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae ingat melihat bentuk kupu-kupu yang sama di foto keluarga Mun Yeong. Bros kupu-kupu yang dikenakan ibu Mun Yeong.</p> <p class="MsoNormal">Mengetahui kenyataan menyakitkan itu, Kang Tae pergi ke bagian rumah sakit yang tidak terpakai. Ia melampiaskan rasa frustrasinya dengan memukuli tembok. Ia mengingat bagaimana Mun Yeong menyebut mereka berdua adalah takdir dan bagaimana ia sendiri membutuhkan Mun Yeong di sisinya. Bagaimana mereka berharap kisah mereka berakhir bahagia. Sekarang bagaimana bisa itu terwujud?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri melihat Mun Yeong di taman dan duduk di sisinya. Ia berkata buku Mun Yeong cukup menarik. Kau pasti sudah dengar tentang ayahmu, kata Ju Ri. Mun Yeong bertanya berapa lama lagi waktu yang tersisa. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan..aku ganti pertanyaannya. Kapan ia akan meninggal?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak akan terkejut meski ia meninggal besok,” kata Ju Ri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia mengusulkan Mun Yeong berjalan-jalan dengan ayahnya jika Mun Yeong bersedia. Tapi Mun Yeong berkata ia tidak mau. Dan Ju Ri bisa menerima itu. Ia menghormati keinginan Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nvs_-u9lJQ8/Xy0diuTPe1I/AAAAAAADKsw/zOXzAzewnccADb5b8k4NDrNFAsABS_v7wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h18m55s861.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-nvs_-u9lJQ8/Xy0diuTPe1I/AAAAAAADKsw/zOXzAzewnccADb5b8k4NDrNFAsABS_v7wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h18m55s861.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae menceritakan aksi heroiknya pada ibu Ju Ri. Tentu saja ibu Ju Ri memujinya dan bangga padanya. Sang Tae bahkan bercerita ia meminjamkan buku dan Pil Wong tak hentinya berterimakasih padanya. Mun Yeong datang dan mengajaknya menunggu Kang Tae sebelum pulang bersama.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata ibu Ju Ri jauh lebih tua dari Mun Yeong jadi Mun Yeong harus memberi salam lebih dulu padanya sebelum padanya. Tanpa diduga ibu Ju Ri, Mun Yeong menurut dan memberi salam padanya. Meski singkat, tapi Mun Yeong menurut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat percakapan Mun Yeong dan Sang Tae, ibu Ju Ri berkata mereka bertiga terlihat seperti keluarga sungguhan dan ia jadi cemburu. Sang Tae berkata mereka bukan keluarga. Ia dan Kang Tae bermarga sama sedangkan Mun Yeong marganya beda. Mereka juga tidak terdaftar satu keluarga.</p> <p class="MsoNormal">“Kami bukan keluarga betulan tapi kami seperti keluarga.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MYKOVnNLS0E/Xy0dt9bxdOI/AAAAAAADKs4/B-0TXbHiqOcCjkmBY5ntpSfo5lKPFDSjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h20m01s963.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-MYKOVnNLS0E/Xy0dt9bxdOI/AAAAAAADKs4/B-0TXbHiqOcCjkmBY5ntpSfo5lKPFDSjACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h20m01s963.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata daftar keluarga bukan segalanya. Keluarga adalah.... Mun Yeong berpikir sejenak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau menjadi keluarga jika berfoto keluarga bersama.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Foto keluarga?” tanya Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar. Lupakan daftar keluarga. Foto keluarga adalah bukti kalau kita keluarga.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri tertawa dan berkata mereka berdua sangat mirip. Sang Tae melihat Mun Yeong dan bertanya-tanya apa mata mereka yang mirip. Kita sama sekali tidak mirip, kata Mun Yeong. Sang Tae merasa ada kemiripan meski ia tidak tahu apa itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak salah. Aku sangat cantik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan bohong, Go Mun Yeong. Kau...kau memotong rambutmu.” Haha...auto ngga cantik buat Sang Tae^^<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8VkAu2FhgbQ/Xy0d2tSLF5I/AAAAAAADKtA/vmLTpVygjCApmtixSNgiyWhY7n1ato9QACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h21m14s563.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-8VkAu2FhgbQ/Xy0d2tSLF5I/AAAAAAADKtA/vmLTpVygjCApmtixSNgiyWhY7n1ato9QACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h21m14s563.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mencari Kang Tae ke ruang ganti. Ia melihat Kang Tae sedang membalut tangannya. Apa, yang terjadi, tanyanya khgawatir sambil memegang tangan Kang Tae. Tapi Kang Tae menyingkirkan tangan Mun Yeong dan berkata ia terluka saat bekerja. Mun Yeong berkali-kali bertanya siapa yang melakukannya tapi Kang Tae diam saja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat sikap Kang Tae yang aneh, Mun Yeong bertanya apa Kang Tae marah padanya. Apa ia lagi-lagi tidak memikirkan perasaan Kang Tae seperti kaleng kosong? Kang Tae beralasan ia hanya lelah dan tidak tidur nyenyak semalam. Ia menyuruh Mun Yeong pulang lebih dulu bersama Sang Tae karena ia juga kerja shift malam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dengan semangat menceritakan rencana foto bersama besok. Ia sudah membuat janji dengan studio foto. Mereka juga akan membeli beberapa jas. Tapi Kang Tae teringat siapa ibu Mun Yeong dan berkata lain kali saja. Mun Yeong yang tidak apa-apa menolak untuk membatalkan janji dengan studio foto. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kita harus berfoto bersama untuk menjadi keluarga sungguhan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pergi!!!” bentak Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nwKIpPHjseI/Xy0eBFpSIYI/AAAAAAADKtI/xMehyqY3F4004zpwSQBO7u3dJIRmSD-7QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h23m18s622.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-nwKIpPHjseI/Xy0eBFpSIYI/AAAAAAADKtI/xMehyqY3F4004zpwSQBO7u3dJIRmSD-7QCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h23m18s622.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mun Yeong terkejut. Kang Tae memohon agar Mun Yeong pergi saja. Ia sama sekali tidak mau melihat Mun Yeong. Mun Yeong akhirnya pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menangis. Sepertinya ia merasa kesal pada dirinya sendiri yang telah bersikap kasar pada Mun Yeong yang tidak tahu apa-apa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tak mengerti mengapa Kang Tae lagi-lagi marah padanya. Apa jangan-jangan ia melakukan kesalahan saat mabuk kemarin? Tapi kenapa? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su muncul dan bertanya apa Mun Yeong memesan 10 box pizza dan menyuruhnya datang karena ingin tahu kenapa Kang Tae marah. Sudah pasti bukan karena aku ingin makan pizza 10 box, sahut Mun Yeong. Ia ingin thau kenapa Kang Tae marah dan sebagai sahabatnya, Jae Su pasti tahu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia tidak pernah benar-benar terbuka pada seseorang. Apa kau tahu bagaimana aku bisa tetap dekat dengannya selama ini? Dengan tidak mengetahui apapun yang ia pikirkan atau rasakan. Kang Tae adalah seorang yang ahli menyembunyikan perasaannya. Tidak akan berhasil baik memaksa dan mengorek pikiran dan perasaanya. Kau hanya bisa berada di sisinya dan menenangkannya diam-diam. Hanya itu yang kulakukan.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-RTRWxLny20I/Xy0eqWZBh2I/AAAAAAADKtU/ZQGBGSjspIYvHNE42D0HcgSmlKb3-Q4dwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h28m34s937.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-RTRWxLny20I/Xy0eqWZBh2I/AAAAAAADKtU/ZQGBGSjspIYvHNE42D0HcgSmlKb3-Q4dwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h28m34s937.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata Kang Tae tidak pernah punya kesempatan untuk mengeluh atau merajuk pada orangtuanya. Ia terlalu terbiasa menyerah pada keadaan dan menyimpan semuanya. Dan tiba-tiba ia menjadi dewasa. Tapi di dalam ia masih seorang anak kecil, jadi bagaimana bisa mengerti pikiran dan perasaannya? Bahkan orangtua pun tidak bisa mengerti anak-anak mereka sepenuhnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae melihat tulisan Mun Yeong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di papan kelas terapi. Romeo dan Juliet. Mereka pernah membicarakan kisah itu di rumah Kang Tae. Ketika itu Mun Yeong berkata mereka seperti Romeo dan Juliet. Kang Tae setuju mereka seperti musuh bebuyutan yang seharusnya tidak pernah bertemu. Tapi Mun Yeong berkata mereka ditakdirkan bersama.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Takdir yang tragis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh melihat Kang Tae merenung di ruang terapi. Ia juga melihat tangan Kang Tae yang terluka dan berkata tangan itu tidak melakukan kesalahan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hatimu yang bermasalah karena kau tidak bisa mengendalikannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pak, kurasa kupu-kupu yang membunuh ibuku adalah ibu Mun Yeong.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-aNrzEW_nOHY/Xy0e15wcitI/AAAAAAADKtY/6UKtnlt1O0I8LlIjb3MkZdh_A_khS4aswCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h30m29s749.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-aNrzEW_nOHY/Xy0e15wcitI/AAAAAAADKtY/6UKtnlt1O0I8LlIjb3MkZdh_A_khS4aswCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h30m29s749.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dokter Oh kaget dan bertanya apa Kang Tae yakin. Kang Tae berkata kemungkinan itu benar membuatnya takut. Ia berharap ia salah. Ia berharap ia tidak tahu apa-apa.</p> <p class="MsoNormal">“Tidakknya ini terlalu kejam? Aku mulai merasa aku bisa bernafas sedikit. Aku akhirnya memiliki dorongan untuk hidup seperti orang lainnya. Karena kupu-kupu jahanam itu, aku harus merangkak dan menderita bertahun-tahun. Tapi bagaimana bisa kupu-kupu itu ibunya? Aku selalu berpikir aku akan merobek kupu-kupu itu sampai hancur jika bertemu dengannya, tapi sepertinya aku tidak bsia melakukannya lagi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Aku merasa bersalah bila aku memikirkan ibuku dan kakakku. Apa yang harus kulakukan? Aku berjanji akan melawan kupu-kupu itu menggantikannya. Aku yang mengatakan kami seharusnya tidak melarikan diri lagi. Ini benar-benar kacau,” Kang Tae menangis dan berlutut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia ingin melarikan diri. Ia tidak ingin Mun Yeong menderita seperti dirinya karena itu ia berharap Mun Yeong tidak akan pernah tahu. Ia tidak ingin Mun Yeong terluka. Lebih baik Mun Yeong tidak peduli pada perasaan orang lain. Lebih baik ia hidup tanpa emosi seperti kaleng kosong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Oh tidak mengatakan apapun dan hanya menepuk pundak Kang Tae untuk menghibur dan menenangkannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-JyLSforFZvM/Xy0e-7gO0KI/AAAAAAADKtg/5wx9x11WGn0kW6ZXtxWVoESayiKwAxfegCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h33m07s610.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-JyLSforFZvM/Xy0e-7gO0KI/AAAAAAADKtg/5wx9x11WGn0kW6ZXtxWVoESayiKwAxfegCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h33m07s610.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae akhirnya pulang. Ia masuk ke kamar Mun Yeong. Mun Yeong sudah tidur lelap. Ia menyentuh pipi Mun Yeong dengan lembut dan ingat percakapan mereka kemarin sebelum Mun Yeong tertidur.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata dulu ia sangat benci rumah ini. Ayahnya kehilangan kewarasan di rumah ini dan ibunya meninggal di rumah ini. Darah terus mengalir dari kepala ibunya dan ayahnya mengurungnya di ruang bawah tanah. Tapi kemudian ibunya menghilang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak tahu apakah ibu benar-benar mati atau hanya menghilang. Kurasa hanya ayahku yang tahu kebenarannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika ibumu kembali, bagaimana menurutmu perasaanmu?’<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku akan sangat takut dan merasa terccekik. Tapi...bagaimanapun ia tetap ibuku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae melihat foto ibunya dan menangis.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XwBib07Mr8k/Xy0fL85EJ8I/AAAAAAADKto/2CM_JXoEJyYnE93284QmtzAdTa4Rz7txwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h36m58s771.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-XwBib07Mr8k/Xy0fL85EJ8I/AAAAAAADKto/2CM_JXoEJyYnE93284QmtzAdTa4Rz7txwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h36m58s771.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dan Sang Tae sudah siap pergi tapi Kang Tae tidak bangun juga.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia terus tidur di balik selimut meski Sang Tae membangunkannya. Mun Yeong mengerti Kang Tae bukannya tidur tapi menolak ikut foto. Ia akhirnya menyerah dan berkata mereka bisa berfoto lain kali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae nampak kecewa. Ia sudah mengenakan pakaian bagusnya dan bangun sangat pagi. Semalam ia terus berlatih banyak pose keren. Mun Yeong <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak ingin mengecewakan Sang Tae. Ia tersenyum dan mengajak Sang Tae berfoto untuk buku baru mereka. Sang Tae ceria kembali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menaruh alamat studio foto di jas Kang Tae yang sudah dipersiapkannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-lhU8g01c3UM/Xy0fV2gz6tI/AAAAAAADKtw/7LkREzO_gd0m8U-scHFGlKcPkEqSZ9apACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h39m10s885.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-lhU8g01c3UM/Xy0fV2gz6tI/AAAAAAADKtw/7LkREzO_gd0m8U-scHFGlKcPkEqSZ9apACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h39m10s885.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Melihat Mun Yeong diam saja, Sang Tae bertanya apa Mun Yeong sedang bad mood hari ini. Mun Yeong tersenyum dan berkata ia selalu bad mood. Sang Taae bertanya apakah fotonya benar-benar akan dimasukkan dalam buku.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja. Kakak adalah ilustratornya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata ia sudah berlatih pose keren semalam. Mun Yeong merapikan pakaian Sang Tae dan meminta Sang Tae menunjukkan hasil latihannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Setelah Sang Tae memperlihatkannya, Mun Yeong berkata semua itu terlihat palsu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak tidak perlu berusaha begitu keras. Rileks dan jadilah diri kakak sendiri. Itulah Mun Sang Tae yang sebenarnya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Sang Tae yang sebenarnya?” tanya Sang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AOjjAqgGVng/Xy0fc9S5ApI/AAAAAAADKt0/vOgJc43F8eM4DjiCtWRRFLZOvytOfFEOACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h41m41s495.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-AOjjAqgGVng/Xy0fc9S5ApI/AAAAAAADKt0/vOgJc43F8eM4DjiCtWRRFLZOvytOfFEOACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h41m41s495.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mereka pun memulai sesi foto berdua. Tapi saat foto hendak diambil, tiba-tiba Sang Tae meminta mereka tunggu sebentar. Kang Tae datang dengan mengenakan jasnya. Sang Tae sangat senang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menghampiri mereka dan berkata ia tidak terlalu terlambat, bukan? Sang Tae dan Mun Yeong tersenyum. Kang Tae tersenyum meski matanya masih diliputi kesedihan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan merekapun mengambil foto keluarga mereka.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-It4sLjGZy3s/Xy0fj7_P1pI/AAAAAAADKt4/0TMxuiQHLeEVp9wuYVJC2UgrLjLd9ZsiACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-02-15h43m35s541.png" imageanchor="1" style="display: block; padding: 1em 0px; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-It4sLjGZy3s/Xy0fj7_P1pI/AAAAAAADKt4/0TMxuiQHLeEVp9wuYVJC2UgrLjLd9ZsiACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-02-15h43m35s541.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Entah kenapa terharu banget waktu mereka akhirnya foto bertiga. Ketiganya benar-benar sudah mengalami begitu banyak penderitaan. Mereka sama-sama dipaksa tumbuh sendiri tanpa orang tua. Satu menjadi pria tanpa rasa diri, satu jadi puteri tanpa emosi, dan satu lagi terjebak dalam kotak. Tapi perjalanan hidup mempertemukan mereka. Dan mereka sekarang menjadi keluarga. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Selain itu ketiganya menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Mun Yeong sekarang lebih toleran, mau memahami keadaan orang lain, tidak memaksakan kehendak seperti dulu. Dari sikapnya pada Sang Tae, ia benar-benar menganggap Sang Tae sebagai kakaknya dan menyayanginya. Sang Tae berani menghadapi trauma dan rasa takutnya. Ikut bangga ketika Sang Tae sigap menolong Pil Wong dan meminta orang menelepon rumah sakit. Dan Kang Tae, mulai mau terbuka pada orang-orang. Seperti ia menceritakan dugaannya pada Dokter Oh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tentu saja ini belum berakhir karena tantangan terbesar masih harus dihadapi setelah terungkap siapa kupu-kupu sebenarnya. Meski kecewa pada sikap Kang Tae terhadap Mun Yeong, untungnya ia juga menyadari kalau Mun Yeong tidak bersalah. Bahkan Mun Yeong ljuga korban. Dan mungkin akan lebih terpukul jika tahu ibunya adalah seorang pembunuh.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal">Sebelumnya meski sudah banyak dugaan berseliweran, aku tidak curiga para Perawat Park. Tapi mulai episode ini sikapnya makin terlihat aneh. Terutama ketika ia begitu kepo melihat apa yang disembunyikan Kang Tae. Sekeponya juga ngga gitu amat kali >,<</p><p class="MsoNormal">Juga ternyata bukan Dokter Oh yang memerintahkan tempat tidur Park Ok Ran dibereskan. Masa kepala perawat melangkahi wewenang direktur rumah sakit? Juga Kang Tae yang disuruh memeriksa kamar dan menemukan foto keluarga Mun Yeong. agak aneh aja sih ayah Mun Yeong menyimpan foto keluarga di saat ia begitu takut pada istri dan anaknya. </p><p class="MsoNormal">Tadinya aku masih berharap yang membunuh ibu Kang Tae bukan ibu Mun Yeong. Apa alasannya? Awalnya terpikir kalau perkataan ibu Mun Yeong tidak ditujukan untuk Mun Yeong melainkan Kang Tae, karena ia menggunakan kata "anak" yang kasar seperti kata makian. Tadinya kupikir mungkin saja ibu Mun Yeong mengincar Kang Tae.</p><p class="MsoNormal">Tapi kemudian terpikir juga dari perkataan ibu Kang Tae bahwa ia akan pulang terlambat mulai sekarang. Artinya ia mendapat pekerjaan baru. Dan perkataan ibu Mun Yeong bahwa ia tadi tidak sempat mengatakan kalau ia akan mengurus anaknya sendiri. Artinya mereka sempat bertemu sebelum di terowongan. Kemungkinan ayah Mun Yeong mempekerjakan ibu Kang Tae sebagai pengasuh ibu Mun Yeong tapi ibu Mun Yeong yang posesif tidak terima. Tapi kan ngga usah dibunuh kali ya....tinggal ngga diterima aja toh? </p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/08/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_7.html[email protected] (Kdramatized)0
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4398676224546846330Sat, 01 Aug 2020 13:57:00 +00002020-08-01T20:57:06.796+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 11<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-J2LXk_p1g2A/XyVuGf6BSnI/AAAAAAADKkA/FeHDUZAhaSglWxGi1GcLCf1KvkUYyY5VgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h24m35s370.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="230" src="https://1.bp.blogspot.com/-J2LXk_p1g2A/XyVuGf6BSnI/AAAAAAADKkA/FeHDUZAhaSglWxGi1GcLCf1KvkUYyY5VgCLcBGAsYHQ/w410-h230/vlcsnap-2020-08-01-19h24m35s370.png" width="410" /></a></div><p class="MsoNormal">Mun Yeong mengambil bunga pemberian Kang Tea yang sudah layu. Ia memasukkannya dalam vas berisi air lalu membuka gumpalan kertas yang dibuang Sang Tae. Melihat gambar tersebut, Mun Yeong tak bisa menahan tangisnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu, mendengar Park Ok Ran kabur dari rumah sakit, Kang Tae bergegas pergi menuju rumah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran datang ke rumah Mun Yeong. Ia menyanyikan lagu Happy Birthday dan tersenyum. Mun Yeong membiarkannya masuk sebagai seorang tamu. Tapi ia tetap waspada dan mengawasi Park Ok Ran yang terus menerus melihat-lihat keadaan rumah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak datang ke sini pada jam seperti ini hanya untuk minum teh. Apa yang kauinginkan?” tanya Mun Yeong sambil menuang teh. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tidak ada jawaban. Ketika menoleh, Park Ok Ran tidak ada di dapur. Ia menemukannya sedang berkeliaran di ruang kerjanya. Mun Yeong mengamati gerak-geriknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran melihat bunga di vas dan berkata bunga itu sudah mati. Dan berkata Mun Yeong seharusnya membuang benda yang sudah mati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan sentuh barang-barangku,” Mun Yeong memperingatkan sambil merebut bunga itu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-aSYAMa1huac/XyVuQHvjGoI/AAAAAAADKkE/vNKeObXV67AhiqfwRNRe7JS4f-B5Z6vSwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-31-20h39m26s028.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-aSYAMa1huac/XyVuQHvjGoI/AAAAAAADKkE/vNKeObXV67AhiqfwRNRe7JS4f-B5Z6vSwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-31-20h39m26s028.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia bertanya apa yang membuat Park Ok Ran datang ke rumahnya. Ok Ran berkata ia khawatir Mun Yeong kesepian. Ia menceritakannya bagaimana ayahnya mencoba membunuhnya tadi dan menyebutnya monster. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia bilang semua monster harus dibunuh. Ia juga bilang seharusnya membunuh puterinya hari itu. Ia benar-benar melampiaskannya padaku. Kau tidak tahu, kan?” katanya sambil memegang belati pembuka surat di meja Mun Yeong. Ia terus melihat dan memegang barang-barang Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Terus kenapa, tanya Mun Yeong. Park Ok Ran berkata itu terlalu kejam. Bagaimana mungkin seorang ayah mengatakan hal seperti itu pada hari ulang tahun puterinya sendiri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kupikir aku sebaiknya datang untuk membuatmu merasa lebih baik dan mengucapkan selamat ulang tahun. Sepi jika merayakan hari seperti ini sendirian?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau peduli?” tanya Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena aku penggemar. Aku penggemar ibumu. Ini cantik,” Park Ok Ran mengamati ujung pena berukir yang diambilnya dari meja Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah jelas kukatakan jangan menyentuh barangku,” Mun Yeong merebut pena itu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran tersenyum dan berkata mereka berdua sama. Ia juga benci kalau orang menyentuh barangnya. Ia menarik pena itu dengan keras hingga ukiran di ujung pena melukai tangan Mun Yeong. Darah terciprat dan menetes.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SEIEl4mNcFk/XyVuV8Or9FI/AAAAAAADKkI/TK55i7oSJ5o1fZTSJq_QYSzVHswZOA0NgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-31-20h41m36s690.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-SEIEl4mNcFk/XyVuV8Or9FI/AAAAAAADKkI/TK55i7oSJ5o1fZTSJq_QYSzVHswZOA0NgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-31-20h41m36s690.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae tiba di rumah Mun Yeong. Ia berlari masuk mencarinya tapi tidak ada siapa-siapa. Ia melihat tetesan darah di ruang kerja Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Kang Tae?” Mun Yeong berdiri di ujung tangga.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berlari ke arahnya dan memeluknya. Syukurlah, Kang Tae menghela nafas panjang. Ia bertanya apa Mun Yeong tidak apa-apa. Ia melihat luka di tangan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ah, pasien Park Ok Ran...” Mun Yeong hendak menjelaskan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Di mana dia?” potong Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dia sudah pergi, kata Mun Yeong. Kang Tae bertanya ke mana dia pergi? Kapan? Mun Yeong diam. “<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kapan dia pergi?!!” Kang Tae membentak Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baru saja,” kata Mun Yeong pelan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae langsung berlari pergi. Mun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yeong memegangnya. Jadi Kang Tae datang ke sini untuk menangkap pasien yang kabur? Bukan karena dirinya? Bukan karena Kang Tae merindukannya? <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia melepaskan tangan Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah jelas kau mendahulukan kakakmu daripada aku. Dan bahkan pasien itu lebih penting bagimu daripadaku,” kata Mun Yeong menahan sakit hatinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae memegang tangannya ketika Mun Yeong berbalik pergi. Tapi kali ini Mun Yeong yang menepisnya. Ia naik dan masuk ke kamarnya. Menutup pintu dan naik ke ranjangnya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Q_zLBT7hY6E/XyVucEo5n0I/AAAAAAADKkM/SaQF-tnKmsoBMxUgJg725jIxi8iS19C2gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-31-20h44m41s738.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-Q_zLBT7hY6E/XyVucEo5n0I/AAAAAAADKkM/SaQF-tnKmsoBMxUgJg725jIxi8iS19C2gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-31-20h44m41s738.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia mengomel untuk apa Kang Tae memeluknya jika sedang mengejar pasien. Setelah Park Ok Ran melukai tangannya, Mun Yeong reflesk hendak mengambil gunting di meja. Tapi ia teringat perkataan Kang Tae untuk menghitung sampai 3 sebelum melakukan sesuatu yang spontan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Park Ok Ran juga mengamati arah tangan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Satu...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga apa tanganmu tidak apa-apa?” Ok Ran berusaha mengalihkan perhatian Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dua...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau berdarah...bagaimana ini?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tiga!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran menaruh pena Mun Yeong di meja. Heh...berarti dia takut juga sama Mun Yeong. Dengan wajah seakan tak berdosa ia berkata ia sudah mengembalikannya. Mun Yeong mengusirnya pergi. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-EQkp8rODYkA/XyVusrofzfI/AAAAAAADKkc/KQNog_okcO4LaF6cn_l4IXpyKwRT316LACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-31-20h45m49s342.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-EQkp8rODYkA/XyVusrofzfI/AAAAAAADKkc/KQNog_okcO4LaF6cn_l4IXpyKwRT316LACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-31-20h45m49s342.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mendengar langkah kaki Kang Tae. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut dan membelakangi pintu. Kang Tae mengajaknya bicara. Mun Yeong tidak menjawab.</p> <p class="MsoNormal">Kang Tae duduk di tepi tempat tidur. Ia meraih tangan Mun Yeong dan membalut tangannya. Mun Yeong marah. Kenapa Kang Tae membalut tangannya. Memangnya dia bilang itu sakit? Ia menarik tangannya dan berkata itu hanya luka kecil dan tidak sakit. Baginya jauh lebih menyakitkan perkataan dan sikap Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah kubilang hari ini hari sangat penting bagiku! Aku sudah bilang aku tidak mau sendirian!” emosi Mun Yeong memuncak dan suaranya makin meninggi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae memegang pundaknya dan menyuruhnya menghitung sampai 3 jika tidak bisa mengendalikan diri. Mun Yeong menurut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Satu....” Ia menatap Kang Tae dengan marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dua...” Ia mulai melunak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tiga....”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menciumnya. Lagi dan lagi....<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UGK6CQ_ZRsI/XyVu2w-T-bI/AAAAAAADKkg/8KxXLn4bqDcG1eOrpjoGQ3crBYDpj3e8ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-31-20h49m13s740.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-UGK6CQ_ZRsI/XyVu2w-T-bI/AAAAAAADKkg/8KxXLn4bqDcG1eOrpjoGQ3crBYDpj3e8ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-31-20h49m13s740.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Selamat ulang tahun,” katanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum. Kemarahannya sudah menguap tak berbekas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku merindukanmu,” kata Kang Tae lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat Mun Yeong terus tersenyum, ia bertanya kenapa pipi Mun Yeong memerah. Mun Yeong berdalih ia merasa panas. Dan di sini sangat panas. Ia berkata wajah Kang Tae juga merah. Kang Tae baru ingat. Ia menyentuhkan tangan Mun Yeong ke dahinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak enak badan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau demam,” kata Mun Yeong kaget.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae sudah melapor pada Dokter Oh mengenai kedatangan Ok Ran ke rumah Mun Yeong. Belum tahu alasan ia datang ke sana. Ia menginstruksikan agar mereka memberitahu polisi hal tersebut. Ada kemungkinan Ok Ran pulang larut malam jadi ia meminta para staf berjaga-jaga sepanjang malam. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menanyakan keadaan Chan Yong. Chan Yong mengeluh bagaimana bisa ia baik-baik saja. Seharusnya ini dianggap kecelakaan saat bekerja (jadi ada ganti rugi dari rumah sakit). Dokter Oh berkata ia akan bantu mengajukan ganti rugi, dan ia juga akan memikirkan pemecatan Chan Yong (karena sudah lalai menyebabkan pasien kabur). Tentu saja ini hanya gurauan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uj6jkJLXFrM/XyVvDAR_HkI/AAAAAAADKko/mjUlQ8-zbeIbTR5mDRl-lQUPHLUb5X3HACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-12h50m28s830.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-uj6jkJLXFrM/XyVvDAR_HkI/AAAAAAADKko/mjUlQ8-zbeIbTR5mDRl-lQUPHLUb5X3HACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-12h50m28s830.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su datang untuk menemani Sang Tae yang sedang makan malam sendirian. Sang Tae baru makan karena tadinya akan makan malam dengan Kang Tae tapi ada keadaan darurat di rumah sakit jadi Kang Tae tidak bisa pulang malam ini. Jae Su berkata karena itu ia datang. Ia ingin mencicipi makanan Sang Tae tapi tidak diperbolehkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Satu suap akan menjadi dua lalu tiga suap. Dia yang mencuri telur, lama-lama akan mencuri kerbau,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata ia tadi menemukan sesuatu di luar rumah. Mang Tae, kata Sang Tae. Di episode sebelumnya ia membuang Mang Tae ketika marah pada Mun Yeong. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia adalah Mang Tae, adik Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sang Tae, Kang Tae, Mang Tae. Kami tiga bersaudara.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su kesal karena ia sudah bersama mereka selama 10 tahun tapi boneka jelek itu yang dianggap adik oleh Sang Tae dan Kang Tae. Ia ingin menjadi adik kakak dengan mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak bisa, Jae Su. Kau bukan saudara kami. Kita tidak bermarga sama dan tidak ada hubungan. Kau tidak ada dalam kartu keluarga, jadi kita sebenarnya orang asing. Kita bukan keluarga.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su memaksa agar ia dimasukkan tapi Sang Tae tetap menolak.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-37gKrsFmADk/XyVvNlUXHlI/AAAAAAADKk0/gmKjXPJwltU5T9cWUZWqN8RyXqCqHVKdQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-12h53m18s703.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-37gKrsFmADk/XyVvNlUXHlI/AAAAAAADKk0/gmKjXPJwltU5T9cWUZWqN8RyXqCqHVKdQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-12h53m18s703.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae terbaring di tempat tidur karena demamnya. Mun Yeong berkata ia sudah mengisi bak dengan air sedingin es. Kang Tae harus masuk sana untuk menurunkan demamnya. Ia melihat cara itu digunakan dalam film-film. Apa Kang Tae juga ingin kelopak mawar dalam air? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tertawa dan meminta Mun Yeong membawakan handuk basah. Mun Yeong mengompres Kang Tae dengan handuk itu. Ia bertanya apa Ok Ran melarikan diri dari rumah sakit. Kang Tae balik bertanya apa yang dikatakan Ok Ran pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia datang karena ia berpikir aku akan kesepian dan mengucapkan selamat ulang tahun. Ia juga mengatakan dia adalah penggemar ibuku. Ia bilang ia hampir mati di rumah sakit hari ini. Kenapa itu terjadi?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata pasien sering bertengkar di rumah sakit dan Mun Yeong tidak perlu khawatir. Ia membaringkan Mun Yeong di sisinya dan berkata rasanya menyenangkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak pernah mempunyai orang yang mengurusku saat aku sakit.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong membalikkan badannya dan membaringkan kepalanya di dada Kang Tae. Ia melihat bekas luka di telapak tangan Kang Tae, lalu memejamkan matanya. Kang Tae memeluknya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vKt3GVdPbhg/XyVvciWwYWI/AAAAAAADKlA/DwsCAPlrgR4N6RfH9WeqWlZ33nxSZ3cIQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-12h56m09s409.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-vKt3GVdPbhg/XyVvciWwYWI/AAAAAAADKlA/DwsCAPlrgR4N6RfH9WeqWlZ33nxSZ3cIQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-12h56m09s409.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri merasa tak enak hati melihat Direktur Lee menyemrot bagian dalam mobil dengan pewangi. Ia meminta maaf karena sudah menyulitkan. Direktur Lee berkata Ju Ri tak perlu mengkhawatirkan itu. Tapi Ju Ri mengulurkan amplop. Isinya uang untuk biaya cuci mobil. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ah ternyata begini rasanya,” kata Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri tak mengerti. Direktur Lee berkata setiap kali Mun Yeong membuat masalah, ia selalu menyodorkan uang di dalam kardus minuman. Mungkin mereka juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakannya saat ini. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau menuai apa yang kautabur,” katanya tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia mengajak Ju Ri makan bersama dengan uang itu. Dan ia akan menganggap mereka impas.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-O_i5MwRrLZI/XyVvmC1RMgI/AAAAAAADKlI/nLnFR1tyZsky_Ku5o--FX0q-6aEifrSIgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-13h27m45s492.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-O_i5MwRrLZI/XyVvmC1RMgI/AAAAAAADKlI/nLnFR1tyZsky_Ku5o--FX0q-6aEifrSIgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-13h27m45s492.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bangun sendirian dan ia panik mengira Kang Tae meninggalkannya lagi. Tapi Kang Tae masuk, sudah berpakaian rapi. Mun Yeong menanyakan demamnya. Sudah turun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Cuma sehari? Kau pura-pura, ya?” tuduh Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Itu sakit cinta,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Keduanya tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengajak Mun Yeong bicara. Ia ingin membicarakan kakaknya. Ia memberitahu Mun Yeong kalau Sang Tae memiliki ingatan traumatis. Itu penyebab mereka meninggalkan kota<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Seongjin ketika mereka kecil dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>harus berpindah seakan sedang melarikan diri dari sesuatu setiap musim semi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ibuku dibunuh. Dan kakakku satu-satunya saksi yang melihat peristiwa itu. Karena kami takut, kami melarikan diri. Aku baru berusia 12 tahun dan tidak ada orang dewasa yang bisa melindungi kami. Di situlah awal mulanya. Setiap musim semi ketika kau<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bisa melihat kupu-kupu, kakak akan bermimpi buruk tentang malam saat ibu dibunuh. Kakak berkata kupu-kupu akan membunuhnya dan kami harus melarikan diri. Ia telah menahan semua rasa sakit itu sendirian selama 20 tahun. Dan karena itu ia membutuhkan aku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong diam mendengarkan dengan sedih. Mungkin bersimpati pada mereka berdua, tapi juga khawatir Kang Tae akan meninggalkannya lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi masalahnya...meski begitu aku tetap ingin bersamamu. Kau pernah bilang kau tidak peduli pada takdir. Saat seseorang muncul ketika kau membutuhkannya, itulah yang disebut takdir. Dan aku membutuhkanmu. Aku harus berada di sisi kakakku. Jadi kau tetaplah di sisiku...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum. Tentu saja, kenapa tidak?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-aS7Rkn97J-M/XyVvukQhk2I/AAAAAAADKlQ/K-WiNgZ6bfkZCHqWSAOXk_1vLFaWehY_QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-13h35m44s353.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-aS7Rkn97J-M/XyVvukQhk2I/AAAAAAADKlQ/K-WiNgZ6bfkZCHqWSAOXk_1vLFaWehY_QCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-13h35m44s353.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Perasaan Kang Tae lebih lega sekarang. Dalam perjalanan ia menelepon kakaknya dan menanyakan apa kakaknya sudah makan. Sang Tae bertanya apa Kang Tae sudah menangkap penjahatnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan penjahat, tapi pasien,” kata Kang Tae. Ia berkata ia tidak bisa menemukannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mendengar Sang Tae khawatir, Kang Tae menenangkan kakaknya. Ia berkata ia akan pulang lebih awal untuk makan malam bersama kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong dibawa untuk diperiksa. Ju Ri berharap tumor otaknya tidak kambuuh lagi. Perawat Park berkata adallah mujizat ayah Mun Yeong bisa bertahan dalam kondisi seperti itu selama 20 tahun. Ia menanyakan apa yang polisi katakan mengenai Park Ok Ran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berkata Ok Ran terakhir terlihat dalam rekaman CCTV di jalur keluar hiking Gunung Oji semalam. Mereka masih menyelidiki ke mana ia pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benarkah? Kalau begitu bersihkan tempat tidurnya dan kirim seluruh barang miliknya ke polisi. Kita harus menerima pasien dalam daftar tunggu,” kata Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri kaget. Secepat itu? Park Ok Ran mungkin saja kembali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Ia tidak akan bisa kembali,” kata Perawat Park.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4go6MkdbloM/XyVv2bTAjuI/AAAAAAADKlY/GJqbNrSpxPMK6G5aSAAOrZi3nQX_Z6_5ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-13h51m43s562.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-4go6MkdbloM/XyVv2bTAjuI/AAAAAAADKlY/GJqbNrSpxPMK6G5aSAAOrZi3nQX_Z6_5ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-13h51m43s562.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri bingung melihat Kang Tae dalam kondisi berbanding terbalik dari kemarin. Hari ini ia tampak ceria dan tidak pucat seperti kemarin. Ia memberitahu Kang Tae kalau mereka harus membersihkan tempat tidur Ok Ran. Kang Tae juga kaget mengapa secepat ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membereskan barang-barang Ok Ran. Sun Hae bertanya apa Ok Ran tidak akan kembali atau tidak bisa kembali. Anjing yang lari saja akan pura-pura dicari selama beberapa hari. Ia tidak menyangka Perawat Park sekejam itu. Kang Tae berkata Park Ok Ran dicari polisi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sun Hae berkata Kang Tae sudah berubah. Senyumnya sekarang cantik.</p> <p class="MsoNormal">Pil Wong melaporkan hasil penyelidikannya mengenai Park Ok Ran. Ia dulu adalah aktris panggung yang tak terkenal dan menjalani beberapa kali operasi plastik. Menurut Yoo Sun Hae, beberapa bulan terakhir sikap Park Ok Ran terlihat aneh. Ia terus menerus mengatakan harus latihan akting dan bercermin sambil terkekeh. Ia juga semalaman menghafal sesuatu. Sun Hae berkata sepertinya Park Ok Ran masih mengira dirinya seorang aktris.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia berlatih akting?” Dokter Oh berusaha memikirkan apa yang terjadi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FLOGG-MMR1s/XyVwBCzD1jI/AAAAAAADKlg/o2ruwdUZ73sc4FXFrWAcT0yEEzxXcarjQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-13h53m00s154.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-FLOGG-MMR1s/XyVwBCzD1jI/AAAAAAADKlg/o2ruwdUZ73sc4FXFrWAcT0yEEzxXcarjQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-13h53m00s154.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memeriksa barang-barang Park Ok Ran dan menemukan salah satu novel Do Hui Jae. Di dalam buku itu terselup kertas-kertas berisi tulisan. Tapi tulisannya tidak terbaca karena sudah dicoret dengan warna merah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menaruh kertas-kertas itu dalam lokernya, tanpa menyadari Dokter Oh diam-diam berdiri di belakangnya. Kang Tae mengumpat kaget saat melihat Dokter Oh. Dokter Oh berkata sekarang Kang Tae memperlihatkan kepribadian aslinya. Kang Tae meminta maaf.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh bertanya semalam Kang Tae tidur di mana. Semalam terlihat depresi tapi sekarang terlihat gembira. Apa Kang Tae melakukan sesuatu yang lain dan bukannya mencari pasien? Kang Tae berkilah bukan itu yang terjadi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi kenapa pergi ke sana, tanya Dokter Oh. Apa untuk mengucapkan selamat ulang tahun? Kang Tae berkata bukan itu sebabnya ia pergi ke sana.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan kau, tapi Park Ok Rak,” kata Dokter Oh. Pffft...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kenapa ia pergi ke sana? Tidak mungkin hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Kang Tae berkata ia berharap memang itu yang terjadi. Bahwa ia hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun dan tidak ada lagi yang terjadi pada mereka.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-u2flqsn5-Qc/XyVwI0WRRiI/AAAAAAADKlo/qW-wjkKjvlEgLMJFXgCPrXER6YE1VCezgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-15h39m19s772.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-u2flqsn5-Qc/XyVwI0WRRiI/AAAAAAADKlo/qW-wjkKjvlEgLMJFXgCPrXER6YE1VCezgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-15h39m19s772.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum mengingat kiss semalam. Ia mengambil gamabr Sang Tae dan memutuskan melakukan sesuatu. Ia pergi ke resto pizza Jae Su dan memesan banyak pizza. Jae Su yang tadinya terlihat sebal langsung berganti sikap hormat. Ia juga mengijinkan Sang Tae berbicara dengan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengeluarkan gambar yang diberikan padanya kemarin. Bukan diberikan tapi dibuang, kata Sang Tae. Mun Yeong berkata gambar itu memberinya ide untuk bukunya berikutnya. Kisah tiga orang yang berpetualang mencari sesuatu yang hilang dari mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ah pasti menyenangkan,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar bukan?” kata Mun Yeong bersemangat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi bukan cerita Mun Yeong yang dianggapnya menarik. Hmmm...tapi menurutku bisa saja ia menganggap menarik cerita Mun Yeong. Sama seperti pada malam ia mengatakan menyukai Kang Tae tapi sambil berbicara pada ibu Dooly seolah-olah yang ia sukai adalah ibu Dooly.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BA2v-X1E_D0/XyVwSuq6HBI/AAAAAAADKlw/wBr2yeDoYHMCAKiZOwLVx8pzmLtubdEhwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-15h42m49s631.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-BA2v-X1E_D0/XyVwSuq6HBI/AAAAAAADKlw/wBr2yeDoYHMCAKiZOwLVx8pzmLtubdEhwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-15h42m49s631.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae sudah menceritakan pada Dokter Oh masa lalunya, bagaimana trauma membuat Sang Tae tidak mau menggambar kupu-kupu. Dokter Oh tidak menyangka ceritanya semengejutkan itu. Tapi kenapa Kang Tae tiba-tiba menceritakan semuanya padanya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata Dokter Oh pernah bilang kalau seseorang harus menghadapi ingatan traumatiknya untuk bisa melewatinya. Ia memohon agar Dokter Oh membantu kakaknya menghadapi traumanya. Dokter Oh senang karena Kang Tae percaya padanya. Bahkan banyak dokter yang satu bidang dengannya berpendapat kalau ia aneh dan gadungan. Kang Tae berkata Sang Tae akan langsung tahu jika Dokter Oh benar-benar gadungan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MWUALC7C4oM/XyVwZ0qATsI/AAAAAAADKl4/dt_0ZX1kktcVsyFJU4kAr8peIdwq2Ix0gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-15h44m30s931.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-MWUALC7C4oM/XyVwZ0qATsI/AAAAAAADKl4/dt_0ZX1kktcVsyFJU4kAr8peIdwq2Ix0gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-15h44m30s931.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tak mempan, Mun Yeong menggunakan cara lama. Meminta denda pemutusan kontrak jika Sang Tae menolak menjadi ilustratornya. Tiga kali lipat. Sang Tae bingung, dapat mobil camping saja belum. Mun Yeong berkata ia sudah menyediakan tempat tingal dan makanan. Dan bersama Kang Tae maka jadi enam kali lipat. Pilihan di tangan Sang Tae, bayar ganti rugi atau menggambar untuknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su menelepon Kang Tae dan berkata Mun Yeong orang yang sangat hebat. Kang Tae heran karena biasanya Jae Su benci Mun Yeong. Jae su berkata ia suka orang yang murah hati (beli pizza banyak) dan tegas. Benar-benar tipenya. Kang Tae bertanya-tanya apa yang direncanakan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Saat Sang Tae pergi ke rumah sakit pun Mun Yeong terus mengikutinya sambil membawa dua tumpuk kotak pizza. Sang Tae tidak mempedulikan semua ocehan Mun Yeong. Ganti taktik, Mun Yeong mengingatkan kalau mereka adalah sahabat. Sang Tae adalah penggemarnya. Penggemar harus setia. Sebuah janji tidak bisa dianggap remeh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Sang Tae terus mengabaikannya hingga Mun Yeong marah dan berteriak padanya. Sang Tae berkata Mun Yeong tidak boleh memiliki Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kang Tae bukan benda yang bisa kita lempar sana sini,” Mun Yeong mencoba menasihati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar, dia adalah adikku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tepat, hanya adikmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata Kang Tae adalah miliknya. Kang Tae milik Kang Tae, kata Mun Yeong. Sang Tae berkeras Kang Tae miliknya karena ia kakaknya. Mun Yeong berkata ia kesal mendengar kata “kakak”. Sang Tae berkata Mun Yeong hanya “orang asing”.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka berhenti saat ada barisan anak sekolah lewat. Sang Tae mengikuti mereka dan berkata mereka tidak bertengkar, hanya tidak sependapat.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-YYuU9Jb-xXc/XyVwkG7L7-I/AAAAAAADKmE/XFXnrQfqufg2BmFS4HrmsBTZYdp-q3ivACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-15h46m39s798.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-YYuU9Jb-xXc/XyVwkG7L7-I/AAAAAAADKmE/XFXnrQfqufg2BmFS4HrmsBTZYdp-q3ivACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-15h46m39s798.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mun Yeong menaruh tumpukan kotak pizza di meja. Ia mengadu pada Kang Tae kalau ia sudah meminta baik-baik dan membujuk dengan sikap baik. Lebih seperti mengancam, kata Kang Tae. Mun Yeong menganggap Jae Su yang mengadu tapi Kang Tae berkata ia tidak perlu tanya Jae Su segala untuk tahu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata kalau begitu Kang Tae pasti tahu perasaannya saat ini. Perasaan pria yang memohon pada para calon mertua agar bisa menikahi puteri mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi tanpa ijinnya, kita tidak bisa tinggal bersama,” goda Kang Tae. Jae Su saja membutuhkan waktu 10 tahun untuk bisa dekat dengan kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong terkejut. Sepuluh tahun. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tunggu saja.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tunggu 10 tahun? Apa kau gila?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan, tunggu di sini. Aku akan mengantar semua ini di ruang perawat,” kata Kang Tae mengambil tumpukan pizza.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fh0FPQ9p3Oc/XyVwtkoLeBI/AAAAAAADKmM/CoDOANXwE5oGQ2W9u98d1bvMFRp_0M_TACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-15h47m54s392.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-fh0FPQ9p3Oc/XyVwtkoLeBI/AAAAAAADKmM/CoDOANXwE5oGQ2W9u98d1bvMFRp_0M_TACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-15h47m54s392.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Setelahnya, Mun Yeong bertanya apa benar-benar membutuhkan waktu 10 tahun. Kang Tae berkata Mun Yeong membutuhkan waktu lebih lama karena Sang Tae sudah memiliki kesan buruk terhadapnya. Mun Yeong berkata ia tidak bisa menunggu selama itu. Ia menolak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengajaknya duduk. Ia berkata bagi Sang Tae, hanya dirinya satu-satunya keluarganya. Ia takut Mun Yeong mengambil Kang Tae darinya dan ia dibiarkan sendiri. Apa yang harus kulakukan, tanya Mun Yeong bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kita harus mendapatkan kepercayaannya. Bahwa kau tidak merampasku darinya. Melainkan ia memiliki satu adik lagi yang akan tinggal di sisinya. Bahwa kau bukan orang asing tapi menjadi salah satu dari kami. Dapatkan rasa percayanya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum dan berkata ia akan berusaha. Kang Tae mewanti-wanti Mun Yeong agr mengunci pintu saat sendirian dan tidak membiarkan orang asing masuk dalam rumah. Mun Yeong mengiyakan. Anak baik, Kang Tae mengelus rambutnya sambil tersenyum. Mun Yeong tersenyum senang.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8BivPB4MGvU/XyVw1ucxdEI/AAAAAAADKmU/-IwOjj_VGuQlWkXVRQZUZ-TUDf9QyBOGwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-15h49m21s355.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-8BivPB4MGvU/XyVw1ucxdEI/AAAAAAADKmU/-IwOjj_VGuQlWkXVRQZUZ-TUDf9QyBOGwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-15h49m21s355.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Para perawat sedang membicarakan ayah Mun Yeong di ruang perawat. Ternyata tumor otaknya kambuh dan sudah menyebar ke bagian dalam. Dan kali ini operasi pun tidak berguna. Kang Tae juga mendengar kabar tersebut.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri heran melihat Ju Ri pulang kerja lebih awal. Ju Ri berkata ia ada janji. Dengan siapa? Sekilas Ju Ri berkata dengan Direktur Lee. Ibu Ju Ri senang bukan main dan memakaikan lipstick ke bibir puterinya. Pergi kencan setidaknya harus mengenakan make up. Ia bahkan menasihati puterinya agar pulang selama mungkin. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-089HGeBXYCA/XyVw8a8vuwI/AAAAAAADKmY/AZU5SUt3qsIbbEJBwieZpCc2EQEqAYBxwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-16h26m51s223.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-089HGeBXYCA/XyVw8a8vuwI/AAAAAAADKmY/AZU5SUt3qsIbbEJBwieZpCc2EQEqAYBxwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-16h26m51s223.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ketika Direktur Lee mengomentari ia mengenakan make up, Ju Ri beralasan ia tiap hari mengenakan make up. Direktur Lee berkata Ju Ri cantik setiap hari, pakai make up ataupun tidak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri bertanya apakah Mun Yeong memiliki anggota keluarga lain selain ayahnya. Direktur Lee berkata seandainya ada orang dewasa yang bisa merawatnya, ia tidak akan tumbuh begitu berbeda. Ia bertanya apa hasil tes ayah Mun Yeong begitu buruk. Ju Ri berkata operasi sepertinya tidak bisa dilakukan lagi. Direktur Lee berkata ia akan melihat keadaan dulu dan mencari waktu terbaik untuk memberitahu Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika Ju Ri ingin bertanya tentang Kang Tae, Direktur Lee cepat-cepat berkata kalau mereka sudah cukup membicarakan Kang Tae dan Mun Yeong. Ia ingin membicarakan Ju Ri dan Sang In (nama Direktur Lee).<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Biarkan mereka bersenang-senang sendiri. Banyak yang ingin kuketahui tentang Nam Ju Ri. Sejak kapan lipstick pink begitu cocok denganmu? Kenapa kau berubah menjadi orang lain saat mabuk? Juga siapa yang mengajarimu memaki seperti itu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri tertawa dan mulai bercerita.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0Q6Du9DkLkE/XyVxEU83KKI/AAAAAAADKmc/TvlqMFkUVdo7Li2VLLaSVfN7YanXn4a4gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-16h28m41s752.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0Q6Du9DkLkE/XyVxEU83KKI/AAAAAAADKmc/TvlqMFkUVdo7Li2VLLaSVfN7YanXn4a4gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-16h28m41s752.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae duduk di dalam lemari dan menghitung semua uangnya. Ia harus mengumpulkan banyak uang untuk membayar ganti rugi pada Mun Yeong. Kang Tae memanggilnya dan bertanya apa yang ia lakukan karena cuaca sedang panas. Sang Tae keluar dan berkata Jae Su memberinya banyak bonus hari ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Seseorang pasti membeli banyak pizza,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Penulis Go Mun Yeong, dia sangat kaya,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae pura-pura bertanya untuk apa Mun Yeong datang ke resto pizza. Tentu saja beli pizza, kata Sang Tae. Tak mau memberitahu alasan sebenarnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-w8VDlMonthg/XyVxN9UndfI/AAAAAAADKmo/Y0VCxlarDNkmFAMYHYM-1BHOxj491pdzQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-16h29m52s802.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-w8VDlMonthg/XyVxN9UndfI/AAAAAAADKmo/Y0VCxlarDNkmFAMYHYM-1BHOxj491pdzQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-16h29m52s802.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Seung Jae muncul di rumah Mun Yeong. Awalnya Mun Yeong bersikap dingin seperti biasa. Tapi begitu mendengar Kang Tae yang menyuruhnya, sikapnya berubah 180 derajat. Seung Jae berkata Kang Tae menelepon Direktur Lee dan menanyakan apakah ia boleh bekerja dari rumah Mun Yeong. Direktur Lee juga senang Mun Yeong akan memulai buku barunya jadi ia dikirim untuk membantu sementara waktu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia tidak memerlukan sesuatu tapi ia memiliki pertanyaan. Semalam ada orang mengaku penggemar ibunya tapi tahu hari ulang tahunnya. Bukankah itu aneh?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae berkata itu sama sekali tidak aneh. Dulu ia penggemar Tony anggota H.O.T <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan ia mengucapkan selamat ulang tahun pada semua anggota keluarganya. Ia bahkan membelikan hadian dan menunggu di depan rumah hingga manajer mereka benar-benar marah padanya. Setelah grup itu bubar, ia masih berkeliaran di sana sini untuk melihat mereka. Seung Jae itu sasaeng? XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi kalau kau penggemar H.O.T, sebenarnya berapa usiamu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae langsung mengucapkan selamat malam. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dx1MB3TM3U4/XyVxT3Dq4FI/AAAAAAADKms/tiTE7nU0M_sN5BEIjYJh4NXEvZDVX_ywQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-16h31m33s032.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-dx1MB3TM3U4/XyVxT3Dq4FI/AAAAAAADKms/tiTE7nU0M_sN5BEIjYJh4NXEvZDVX_ywQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-16h31m33s032.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae menemani SangTae menonton Dooly. Ia bertanya kenapa Ko Gil Dong membiarkan Dooly dan teman-temannya tinggal bersamanya meski ia selalu marah pada mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena ia wali mereka. Ia orang dewasa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi mereka kan bukan keluarga,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar. Mereka tidak bermarga sama. Tidak berhubungan satu sama lain. Jadi mereka orang asing.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika mereka orang asing, kenapa ia membiarkan mereka tinggal bersamanya?’<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena ia wali mereka. Ia orang dewasa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak juga orang dewasa, bukan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae terdiam sejenak lalu mulai memperkenalkan diri dan usianya. Bahwa ia bukan anak kecil. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar. Kakak seorang dewasa. Seorang dewasa seperti Ko Gil Dong, yang bisa menerima orang lain sebagai anggota keluarganya. Kak, apa kakak tahu? Aku juga berusaha sangat keras untuk menjadi orang dewasa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata Kang Tae juga bisa menjadi orang dewasa dengan berusaha. Yup, ia sudah sangaaaaat berusaha >,<<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_eJqv9eZnRY/XyVxlffbT9I/AAAAAAADKm8/WPCGJ0Uu7YERnU3SegmtdfsRZwdxYniqQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-16h32m33s132.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-_eJqv9eZnRY/XyVxlffbT9I/AAAAAAADKm8/WPCGJ0Uu7YERnU3SegmtdfsRZwdxYniqQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-16h32m33s132.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dokter Oh melihat lukisan Sang Tae hampir selesai. Sang Tae bertanya berapa banyak Dokter Oh akan membayarnya untuk lukisan tersebut. Ia ingin dibayar pada hari ia menyelesaikan gambar tersebut. Tapi Dokter Oh mengeluh ia tidak melihat kupu-kupu padahal ia jelas-jelas mengatakan ingin lukisan sesuai situasi aslinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata ia tidak akan menggambar kupu-kupu. Ia tidak suka kupu-kupu. Kalau begitu lukisan itu belum bisa dianggap selesai, kata Dokter Oh. Dan karena belum selesai, ia tidak mau membayar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae kesal pada Dokter Oh dan menganggapnya penipu. Ia bahkan membereskan semua peralasan melukisnya dan membawanya pulang. Kang Tae bertanya kenapa Sang Tae berhenti padahal lukisannya belum selesai. Sang Tae berkata pokoknya ia tidak mau.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0iuIyY1lN_M/XyVxvnyo4zI/AAAAAAADKnA/JO6gKxFSDXcg-6JyECLtwRTY3pt2kAr1wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h05m06s135.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0iuIyY1lN_M/XyVxvnyo4zI/AAAAAAADKnA/JO6gKxFSDXcg-6JyECLtwRTY3pt2kAr1wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h05m06s135.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Di rumah pun ia terus ngambek dan merajuk. Ia tidak mau bicara saat Kang Tae mengajaknya bicara. Kang Tae kesal dan bertanya kenapa kakaknya tidak mau ke rumah sakit lagi dan tidak mau menemui Dokter Oh lagi. Sang Tae tetap diam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kakak akan terus menghindar dan bersikap seperti anak kecil? Kukira Kakak sudah dewasa, ” tegur Kang Tae. Ia menghitung 1 sampai 3. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae akhirnya menjawab kalau Dokter Oh itu penipu. Penipu yang lebih buruk dari penipu via pesan suara. Ia ingin masuk lemari untuk bersembunyi. Tapi kali ini Kang Tae tidak membiarkannya. Ia tidak akan lagi membiarkan kakaknya melarikan diri dari masalah. Ia memegangi kakaknya agar tidak masuk. Sang Tae malah menggigit tangan Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kesakitan, Kang Tae memukuli punggung kakaknya dengan keras. Sang Tae berteriak kesakitan dan melepaskan diri. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5BvARgzHTDI/XyVyLdIA0DI/AAAAAAADKnU/IBmtMUu9D6giW0ES8YhelLnSMQHIL6HtACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h06m59s447.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-5BvARgzHTDI/XyVyLdIA0DI/AAAAAAADKnU/IBmtMUu9D6giW0ES8YhelLnSMQHIL6HtACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h06m59s447.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Sakit, kan? Rasanya sakit kan kalau dipukul? Kakak juga menyakitiku. Lihat bekas gigitannya,” Kang Tae menunjukkan tangannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau memukulku? Kau memukul kakakmu? Beraninya kau memukul kakakmu!” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak juga menyakitiku! Rasanya sangat sakit ketika kakak menusuk kepalaku dengan pensil. Kakak mendorongku hingga membentur meja dan aku tidak bisa tidur semalaman. Apa kakak pikir aku diam karena aku senang disakiti? Aku tidak akan menahannya lagi. Sudah cukup!!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae menyuruh Kang Tae menghitung sampai 3 jika tidak bisa mengendalikan diri. Tidak, kakak yang hitung! Sang Tae berkata Kang Tae harus menurut pada kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Maka bersikaplah sebagai seorang kakak!!!” teriak Kang Tae sekuat tenaga.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae terdiam. Beraninya Kang Tae membentaknya? Ia mulai memukuli Kang Tae lagi seperrti ketika di rumah Mun Yeong. Tapi Kang Tae benar-benar tidak bertahan kali ini. Ia melawan sekuat tenaga dan balas memukul saat ada kesempatan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-jahsiM6g7mw/XyVyXk5N68I/AAAAAAADKnY/dwwOqcUTKWkMkNznEvB5txf9YYrMfJ7awCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h07m58s573.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-jahsiM6g7mw/XyVyXk5N68I/AAAAAAADKnY/dwwOqcUTKWkMkNznEvB5txf9YYrMfJ7awCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h07m58s573.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Meski setelahnya babak belur dan hidung berdarah, Kang Tae masih bisa tertawa. Jae Su heran dengannya. Kang Tae berkata ia tidak benar-benar peduli kakaknya memukulnya. Tapi sekarang setelah melawan, rasanya sangat melegakan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Virus gila ternyata sangat kuat,” sindir Jae Su. Ia berkata Kang Tae berubah sangat banyak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jae Su..”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Siapa kau? Apa aku mengenamu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Inilah diriku yang sebenarnya,” kata Kang Tae tersenyum,” Mun Kang Tae milik Mun Kang Tae...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae diobati oleh Ju Ri dan ibunya. Sang Tae ngambek dan berkata Kang Tae bukan adiknya lagi. Mereka sekarang orang asing. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalian orang asing? Kalau begitu, mengapa Ibu tidak adopsi saja Kang Tae sebagai putera Ibu?” kata Ju Ri pada ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja aku senang. Terima kasih, Sang Tae. Aku akan menganggapnya sebagai puteraku sendiri sekarang,” kata ibu Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak boleh,” gumam Sang Tae pelan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XETYcHVF6AU/XyVyfixacXI/AAAAAAADKng/1wSaN8ipmT4ZFxwstojhdmfXoQET8ylSQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h24m04s922.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-XETYcHVF6AU/XyVyfixacXI/AAAAAAADKng/1wSaN8ipmT4ZFxwstojhdmfXoQET8ylSQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h24m04s922.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Malamnya, saat Sang Tae sudah tidur, Kang Tae menempelkan plester pada luka kakaknya. Pada Jae Su tadi ia mengatakan kalau ia dan kakaknya sudah terlalu lama hanya berdua saja. Sudah waktunya bagi mereka untuk belajar bersosialisasi dengan orang lain.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi kenapa dengan Go Mun Yeong?” tanya Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena ia orang paling kesepian yang kukenal. Aku akan mulai darinya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengirim rentetan pesan pada Kang Tae. Meski sudah dibaca, Kang Tae tidak membalasnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu. Sangat keras dan mencurigakan. Mun Yeong turun dan melihat Seung Jae masih tidur, tidak terganggu oleh suara itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Suara ketukan itu terdengar lagi. Bahkan lebih keras. Mun Yeong mengambil sekop perapian dan pelan-pelan berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu sambil menghunus sekopnya. Tidak ada orang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika ia kembali masuk tiba-tiba sekopnya ditarik dan direbut. Lalu orang tersebut membuka pintu. Mun Yeong terkejut melihat orang di depannya. Kang Tae memarahi Mun Yeong karena membuka pintu untuk orang asing. Mun Yeong tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oGxThTfxFuI/XyVypseGyLI/AAAAAAADKno/sOQRZR47JM4wj-n7GcTuHkQ6O3HACKAugCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h27m18s419.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-oGxThTfxFuI/XyVypseGyLI/AAAAAAADKno/sOQRZR47JM4wj-n7GcTuHkQ6O3HACKAugCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h27m18s419.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae membawanya makan di luar. Mun Yeong menanyakan apa yang terjadi pada wajah Kang Tae. Kang Tae berkata ia berkelahi. Dengan pasien? Aku pasti akan dipecat, kata Kang Tae. Lalu dengan siapa?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Memangnya apa yang akan kaulakukan?” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku akan memukuli mereka,” kata Mun Yeong tegas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum geli. Dengan kakakku, jawabnya. Giliran Mun Yeong yang kaget. Kang Te memukul Sang Tae?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kami berkelahi. Dia lebih banyak memukulku daripada aku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tanpa disangka Mun Yeong malah memarahi Kang Tae karena berkelahi dengan Sang Tae padahal mereka kan berencana memberitahu Sang Tae kalau ia akan mendapat teman baru. Jadi apa yang akan Kang Tae lakukan sekarang? Tidak tahu, aku Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukannya kau yang menyuruhku berpikir dulu sebelum bertindak?” sindir Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dan kau mengatakan padaku bukanlah hal buruk bergerak sesuai insting,” balas Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyarankannagar Kang Tae jujur saja pada Sang Tae. Bahwa Kang Tae menyukai Mun Yeong dan tidak bisa hidup tanpanya. Sederhana.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku menyukai Go Mun Yeong....”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berseri-seri mendengar kata-kata itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang akan kakak katakan jika aku mengatakan demikian?’” sambung Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5HkWSN-ztos/XyVyxQ8jL8I/AAAAAAADKnw/CPRco2-jBv8CsBVMMZE8a4BGjnaob8k-QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h39m14s474.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-5HkWSN-ztos/XyVyxQ8jL8I/AAAAAAADKnw/CPRco2-jBv8CsBVMMZE8a4BGjnaob8k-QCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h39m14s474.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bertanya kapan Kang Tae berhenti memperhatikan kakaknya dan mulai memperhatikan dirinya sendiri. Apa Kang Tae tidak punya impian? Sesuatu yang ingin ia lakukan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia memiliki 3 keinginan dan dua di antaranya sudah terwujud. Pertama, jalan-jalan bukan pindah rumah. Kedua, ingin berkelahi bersama kakaknya. Kedengarannya payah tapi ia senang sekali setelah melakukannya karena ia merasa akhirnya ia hidup normal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum lembut. Ia bertanya apa impian ketiga Kang Tae. Ia akan mewujudkannya sekarang karena Kang Tae menemuinya. Kang Tae tersenyum menggeleng dan berkata sudah terlambat. Ia menunjuka sekumpulan anak sekolah yang sedang makan di pojok resto. Impiannya adalah pergi sekolah memakai seragam.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0JxRUHeEdC0/XyVy7XciSKI/AAAAAAADKn4/kV13lA8WSUMI-heai5o-PY47K6JRtPx_wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-17h56m11s992.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0JxRUHeEdC0/XyVy7XciSKI/AAAAAAADKn4/kV13lA8WSUMI-heai5o-PY47K6JRtPx_wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-17h56m11s992.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae berseragam sekolah terbangun di restoran. Teman-temannya berisik mengobrol. Ia melirik gadis yang duduk sendirian di meja seberang. Namanya Go Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika gadis itu keluar resto, ia berdiri dan cepat-cepat mengejar tanpa menghiraukan teman-temannya. Ia memanggilnya dan mencoba mengajaknya berbicara. Tapi ia sangat gugup. Kemunculan kakaknya secara tiba-tiba juga tidak membantu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Gadis itu akhirnya pergi. Kang Tae melepaskan diri dari kakaknya dengan kesal karena sudah mengganggunya. Kakaknya melihat gadis itu dan mengerti. Ia memanggil gadis itu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TCEghC8O1uM/XyVzGuXhyII/AAAAAAADKoE/_CPXJKjaig8uje77PdoG4q2Rr81BMK6AQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h10m50s308.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-TCEghC8O1uM/XyVzGuXhyII/AAAAAAADKoE/_CPXJKjaig8uje77PdoG4q2Rr81BMK6AQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h10m50s308.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Permisi. Hei kau gadis berambut pendek.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Gadis itu berhenti dan menoleh. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Adikku ingin mengatakan sesuatu. Apa kau bisa meluangkan waktu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae meminta kakaknya berhenti karena ia malu. Tapi gadis itu berjalan menghampiri mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadilah pria sejati. Buatlah ia terkesan,” pesan Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Kang Tae sangat gugup hingga ia bahkan tidak bisa mengucapkan sebuah kalimat utuh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku mengenalmu,” kata Go Mun Yeong. “Aku melihatmu di sekolah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia mengenalmu,” ledek Sang Tae, “Selamat, semoga beruntung.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-sb4bLJmjTWA/XyVzNGyy3rI/AAAAAAADKoM/5U_Xce3voBUqq3z3XtzfLSLT1P9g7wYDACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h11m29s074.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-sb4bLJmjTWA/XyVzNGyy3rI/AAAAAAADKoM/5U_Xce3voBUqq3z3XtzfLSLT1P9g7wYDACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h11m29s074.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Semua itu adalah mimpi Kang Tae. Kak, ia mengigau. Sang Tae terbangun. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku...aku sangat menyukainya. Aku menyukainya,” igau Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae bingung. Ia mengamati wajah adiknya lalu membandingkannya dengan gambar panduan ekspresi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bahagia. Ia bahagia,” gumam Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan itu membuat Sang Tae ikut bahagia. Ia terus mengamati wajah adiknya. Ia tidak pernah melihat ekspresi Kang Tae seperti itu. Ini adalah pertama kalinya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0li9NJTsqIY/XyVzU4IZC9I/AAAAAAADKoQ/C-RLNay6aSUSpIbyHGsOvqvttstefqhwQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h14m43s914.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-0li9NJTsqIY/XyVzU4IZC9I/AAAAAAADKoQ/C-RLNay6aSUSpIbyHGsOvqvttstefqhwQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h14m43s914.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Seung Jae mengeluh ia tidak cocok dengan rumah Mun Yeong. Ia bermimpi buruk semalaman dan merinding. Err....tapi gedoran keras ngga efek ;p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menemui Mun Yeong untuk menanyakan buku barunya. Cerita tentang apa kali ini? Mun Yeong menyerahkan gambar Sang Tae. Ia berkata ia belum memiliki alur ceritanya. Judulnya? Belum ada. Pesan moral? Tidak yakin. Kapan selesai? Kapan-kapan. Jadi belum ada yang jelas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Hanya satu yang jelas. Siapa ilustratornya? Sahabatku, kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kYQrDKtB6fQ/XyVzqAvmquI/AAAAAAADKok/VmAgqn1XZy8qJuPCygsvOFb1S-Ve5gM5ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h16m03s025.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-kYQrDKtB6fQ/XyVzqAvmquI/AAAAAAADKok/VmAgqn1XZy8qJuPCygsvOFb1S-Ve5gM5ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h16m03s025.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae menghitung uangnya lalu menelepon Kang Tae. Sebelum Kang Tae sempat bertanya, Sang Tae bertanya duluan apakah Kang Tae sudah makan. Kang Tae terdiam sejenak. Ini pertama kalinya kakaknya yang bertanya duluan. Ia berkata ia belum makan karena ada pasien darurat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau lapar?” tanya Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kelaparan,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Datanglah ke restoran We Are Family jam 6 sore.”</p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee memberitahu Mun Yeong mengenai kondisi ayahnya. Mun Yeong berkata ayahnya sudah mati ketika ia berumur 12 tahun. Ayahnya sudah mati, yang tersisa hanyalah tubuhnya. Direktur Lee mencoba menasihati kalau otak ayah Mun Yeong rusak. Karena itu ingatannya kacau balau. Dan lagi ayahnya adalah satu-satunya keluarga Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Keluarga? Aku yatim piatu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia tak mau membicarakannya lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Namun ketika ia beristirahat di kamar, ia melhat fotonya, dan foto ayahnya yang terlipat. Ia menelepon Kang Tae dan mengajaknya makan bersama. Ketika mendengar Kang Tae akan makan dengan Sang Tae, ia langsung ingin ikut.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-zUP5-DZYEAU/XyVzzsofpPI/AAAAAAADKos/XgtbhTmxsuAO3XgGxtc6sMzoaZIo7on6QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h19m02s372.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-zUP5-DZYEAU/XyVzzsofpPI/AAAAAAADKos/XgtbhTmxsuAO3XgGxtc6sMzoaZIo7on6QCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h19m02s372.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengamati kakaknya memotongkan daging untuknya. Kakaknya juga bertanya apa ia sudah membersihkan tangan sebelum makan. Sang Tae juga memberikan potongan daging untuk adiknya, sampai potongan terakhir pun ia berikan. Ingat kan kalau Sang Tae ini paling anti bagi-bagi makanan dia^^<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum sepanjang waktu melihat kakaknya. Sang Tae mengeluarkan kotak uangnya untuk membayar makan malam mereka. Bahkan ia memberikan uang saku untuk Kang Tae dan menasihatinya untuk berhemat. Ia akan memberi lagi kalau kurang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae sangat terharu menerima uang saku pertama kali dalam hidupnya. Ia berterimakasih suungguh-sungguh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam perjalanan keluar restoran, tiba-tiba ada <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tangan terulur ke arah Sang Tae. Mun Yeong mengulurkan bonnya dan meminta Sang Tae membayarinya juga. Kang Tae Sang Tae berdua makan sekitar 26 ribu won, Mun Yeong sendirian 46 ribu won XD<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-CFGXAgZnefQ/XyV0Dy9IlsI/AAAAAAADKo8/HUO0Dw_fEdkaEUMQHc42arSTWJvGqiBLACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h22m09s482.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-CFGXAgZnefQ/XyV0Dy9IlsI/AAAAAAADKo8/HUO0Dw_fEdkaEUMQHc42arSTWJvGqiBLACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h22m09s482.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae tidak mempedulikannya dan berjalan keluar. Mun Yeong langsung mengejarnya, tanpa membayar. Terpaksa Kang Tae yang membayar hahaha...langsung habis uang sakunya gara-gara pacar^^<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong meminta uang saku juga. Tidak pernah ada yang memberinya hal semacam itu karena ia yatim piatu. Ia juga tidak punya keluarga untuk diajak makan bersama. Sang Tae menatap Kang Tae dan mengajaknya pulang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oppa, aku juga ingin punya kakak sepertimu!!” teriak Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berhenti dan menoleh. Ia nampak ragu</p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TgwoDfIZSCk/XyV0NrpdZ7I/AAAAAAADKpE/YozvQQruQdw7jtXuuvc2n6h04Uak_VUbwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h22m49s632.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-TgwoDfIZSCk/XyV0NrpdZ7I/AAAAAAADKpE/YozvQQruQdw7jtXuuvc2n6h04Uak_VUbwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h22m49s632.png" width="328" /></a></div><o:p></o:p><p></p> <p class="MsoNormal">“Kang Tae, ayo cepat!” serunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menunduk sedih. Kang Tae tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak tega meninggalkan Mun Yeong juga.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Go Mun Yeong!!” tiba-tiba Sang Tae berteriak.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Cepat ke sini. Go Mun Yeong, Mun Kang Tae! Ayo cepat!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Mun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yeong langsung tersenyum cerah. Mereka berlari menghampiri Sang Tae dan menggandengnya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-I1vkew4hpHQ/XyV0Vr0AjRI/AAAAAAADKpM/kACJtADHFlABgbhImQGjadDexquTYpoXACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h24m06s736.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-I1vkew4hpHQ/XyV0Vr0AjRI/AAAAAAADKpM/kACJtADHFlABgbhImQGjadDexquTYpoXACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h24m06s736.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae pernah bertanya pada kakaknya apa kakaknya tahu dongeng berjudul Itik Buruk Rupa. Itik yang lain kejam pada itik yang buruk rupa. Mereka membullynya karena ia berbeda dari mereka. Jadi ia sangat kesepian dan akhirnya meninggalkan keluarganya (ternyata itik buruk rupa itu seekor angsa). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang terjadi jika ibu itik memberikan banyak cinta pada itik yang buruk rupa?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Maka ia tidak akan pergi.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika yang dewasa merangkul anak-anak, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itik dan angsa bisa hidup bersama dengan rukun.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae dan Kang Tae kembali tinggal di rumah Mun Yeong. Mun Yeong sangat gembira menyambut mereka. Sang Tae mengembalikan Mang Tae pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dQVfDCtfPnQ/XyV0fO3cwQI/AAAAAAADKpQ/WiLIZMCUd3Y3QluilSG20xaiBBLpKPnAACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h24m48s021.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-dQVfDCtfPnQ/XyV0fO3cwQI/AAAAAAADKpQ/WiLIZMCUd3Y3QluilSG20xaiBBLpKPnAACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h24m48s021.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sebelum tidur, Kang Tae bertanya apa kakaknya seorang dewasa yang tahu bagaimana merangkul orang lain.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Iya, aku orang dewasa. Aku seorang dewasa seperti Ko Gil Dong,” kata Sang Tae sebelum terlelap.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Namun tanpa diketahui siapapun, seseorang masuk ruang bawah tanah. Seorang wanita dengan potongan rambut meniru Mun Yeong. Dan ia menghantui Kang Tae dan Mun Yeong dengan bayangan kupu-kupu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2yaGm0wCSBI/XyV0lgbOQHI/AAAAAAADKpU/HZu0korbKUYRLwX_NUScPuMNE7GZWiqygCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-08-01-19h27m30s536.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-2yaGm0wCSBI/XyV0lgbOQHI/AAAAAAADKpU/HZu0korbKUYRLwX_NUScPuMNE7GZWiqygCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-08-01-19h27m30s536.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Episode ini paling favorit menurutku. Kang Tae berani memutuskan untuk tetap bersama kakaknya, juga bersama Mun Yeong. Mun Yeong juga belajar untuk toleransi dengan mengikuti apa yang Kang Tae inginkan. Dan Sang Tae belajar menjadi dewasa dan menjadi kakak sesungguhnya, bukan secara usia.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae akhirnya bisa menjadi dirinya sendiri dan ia merasa lebih bahagia. Ju Ri bisa move on dan sepertinya ia akan baik-baik saja bersama Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi kebahagiaan dalam drama yang belum tamat biasanya menandakan badai besar akan datamg. Apalagi kemunculan seorang wanita di akhir episode dengan bayangan kupu-kupu. Sudah saatnya mengungkap misteri di balik kematian ibu Mun Yeong dan Kang Tae bukan?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Selama ini aku tidak terlalu membahasnya karena aku merasa perkembangan karakter mereka jauh lebih penting dibandingkan misteri kematian itu. Dan aku selalu tidak curiga pada Perawat Park karena ia seorang perawat yang baik dan kompeten. Tapi perkataannya yang mengatakan Park Ok Ran tidak akan kembali mulai mengusikku. Apakah karena ia mengira Ok Ran akan ditangkap polisi hingga tak bisa kembali? Atau ia tahu lebih dari itu?<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><br /></p><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/08/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay.html[email protected] (Kdramatized)3
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-8831416823950160838Fri, 31 Jul 2020 13:35:00 +00002020-07-31T20:35:36.661+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 10<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wvWHcFJw5T0/XyQZR-4mXtI/AAAAAAADKgk/NfTK_Tn71VczSUn6C-TvaT7LYVQB6lHvwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h37m08s859.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="230" src="https://1.bp.blogspot.com/-wvWHcFJw5T0/XyQZR-4mXtI/AAAAAAADKgk/NfTK_Tn71VczSUn6C-TvaT7LYVQB6lHvwCLcBGAsYHQ/w410-h230/vlcsnap-2020-07-29-22h37m08s859.png" width="410" /></a></div><p class="MsoNormal">Seperti yang diduga, Sang Tae hanya mengingat perkataan Kang Tae yang menyakitkan dan juga bagaimana ia jatuh ke dalam air. Dan terutama bagaimana Kang Tae lari meninggalkannya dalam air. Ia tidak ingat bagaimana Kang Tae kembali untuk menyelamatkannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara Mun Yeong menangis melihat bagaimana Sang Tae berteriak-teriak seperti tukang cukur dalam kisah Telinga Raja Keledai. Kang Tae menangis dan terus mengatakan kalau itu tidak benar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae akhirnya diberi obat penenang dan dirawat di kamar isolasi. Dokter Oh menyarankan agar Kang Tae membiarkannya dulu di sana untuk sementara waktu. Perawat Park menyarankan agar Kang Tae pergi ke luar menghirup udara segar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menurut dan berjalan pergi. Mun Yeong yang sejak tadi memperhatikan, mengikuti Kang Tae tanpa mengatakan apapun. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Kang Tae berjalan dan terus berjalan seakan tidak akan berhenti. Mun Yeong tak tahan lagi dan berteriak Kang Tae mau ke mana. Kakinya sudah sakit. Kang Tae tidak merespon dan terus berjalan. Bahkan ketika Mun Yeong terjatuh pun ia tidak menoleh atau berhenti. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah kubilang jangan membelakangiku!” serunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia melemparkan salah satu sepatunya hingga mengenai punggung Kang Tae. Barulah Kang Tae berhenti dan menoleh. Mun Yeong meminta maaf dan berkata itu salah Kang Tae karena bahunya terlalu lebar. Ia berkata ia lapar dan mengajak Kang Tae makan siang.</p> <p class="MsoNormal">“Go Mun Yeong, berhentilah mengikutiku,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menghentikan Kang Tae yang hendak berjalan lagi. Ia mengingatkan kalau mereka seharusnya bersama.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pulanglah. Aku perlu bersama kakakku,” kata Kang Tae letih.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata Kang Tae tidak melakukan kesalahan apapun. Hari itu Sang Tae hanya kurang beruntung hingga jatuh ke dalam air.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae memang pengecut tapi tidak berniat jahat. Meski lari, pada akhirnya kembali untuk menyelamatkan Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak bersalah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku melarikan diri karena aku benar-benar ingin kakakku mati. Kakakku tahu itu. Kau juga,” Kang Tae mengingatkan. Mun Yeong pernah menyebutnya sebagai seorang yang munafik. Jadi ia tidak mungkin tidak bersalah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau selamanya akan mengorbankan seluruh hidupmu untuk menebus dosamu?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau menyelamatkanku dari sungai itu hari itu? Kau seharusnya meninggalkanku untuk mati. Jika aku mati hari itu, aku tidak akan hidup dengan cara seperti ini.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berbalik dan berjalan pergi. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-k1Yjgx9CRCg/XyQZcwQnkkI/AAAAAAADKgo/04X_pl_lZksMabZq72f8S55gCCuHfpgzQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-17h22m34s819.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-k1Yjgx9CRCg/XyQZcwQnkkI/AAAAAAADKgo/04X_pl_lZksMabZq72f8S55gCCuHfpgzQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-17h22m34s819.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Orang-orang jadi membicarakan peristiwa tadi dan berbicara jelek tentang Kang Tae sebagai seorang yang kejam. Mereka menganggap perkataan Sang Tae itu benar. Jung Tae kesal. Ia mengambil alat pemadam kebakaran dan menyemprot semua orang yang berbicara buruk tentang Kang Tae, termasuk beberapa staf.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Chan Yong, Byul, dan Dokter Kwon terduduk lemas di ruang perawat. Jung Tae menyemprot mereka dengan mengatakan kalau mereka yang menyebabkan kekacauan itu. Mereka setuju untuk lebih hati-hati berbicara mulai sekarang. Bahkan lebih baik tidak membicarakan Kang Tae sama sekali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menyerahkan catatan konseling Park Ok Ran pada perawat Park dan bertanya mengapa ia tiba-tiba tertarik padanya. Perawat Park berkata akhir-akhir ini Park OK Ran mengalami perubahan mood yang parah dan ekspresi perasaan/emosinya tidak seperti biasanya. Ia ingin melihat apakah ada penyebab khusus.</p> <p class="MsoNormal">Lalu ia memanggil Park Ok Ran untuk konseling. Ia bertanya apa Park Ok Ran bisa beradaptasi di rumah sakit. Bukannya menjawab Park Ok Ran malah bertanya apa Kang Tae benar-benar mencoba membunuh Sang Tae. Perawat Park terdiam lalu tertawa dan berkata tidak mungkin. Ia percaya ada kesalahpahaman di antara kedua kakak beradik itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Park Ok Ran tertawa sinis mendengarnya dan berkata, “Perawat Park, menurutmu kenapa Othello membunuh istrinya? Karena kesalahpahaman.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2cjQ_52C17U/XyQZpKdPwoI/AAAAAAADKgw/qzfBPf-vxJMp2t-rx4h6UQpp1ZFHiVCgQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-17h28m29s342.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-2cjQ_52C17U/XyQZpKdPwoI/AAAAAAADKgw/qzfBPf-vxJMp2t-rx4h6UQpp1ZFHiVCgQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-17h28m29s342.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri menemui Sang Tae yang terus bersembunyi di balik selimut di kamar isolasi. Ia berkata ia akan memindahkannya ke kamar biasa jika sudah ada kamar kosong. Dan jika Sang Tae ingin pulang...Sang Tae langsung menolak. Ia tidak mau pulang. Ju Ri tidak mendesaknya dan membiarkannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu Jae Su dan Direktur Lee bertengkar karena yang satu mengkhawatirkan Kang Tae, yang satu mengkhawatirkan Mun Yeong. Sementara Seung Jae mengkhawatirkan Sang Tae. Direktur Lee khawatir kapan Mun Yeong akan menulis bukunya jika terlibat pertengkaran dengan Mun bersaudara.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su kesal karena Direktur Lee hanya memikirkan uang padahal ia mengkhawatirkan Kang Tae yang entah hidup atau mati karena tidak bisa dihubungi sampai sekarang. Keduanya sibuk memperdebatkan siapa yang salah. Mun Yeong yang mengajak jalan-jalan atau Kang Tae yang ikut menginap. Keduanya hampir berkelahi jika saja ibu Ju Ri tidak muncul dari dapur dengan membawa pisau.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ayo makan,” ujarnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketiganya langsung menurut membereskan meja makan.Sementara ibu Ju Ri khawatir Kang Tae dan Sang Tae tidak makan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mondar-mandir di depan kamar Sang Tae. Ia mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, tapi tidak jadi. Ia hanya terus melihat dari jendela kamar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Chan Yong dan Ju Ri melihatnya saat sedang patroli. Chan Yong bertanya kenapa Kang Tae diam saja di sana dan tidak masuk. Ju Ri berkata saat seseorang menderita autis, mereka menutup diri terhadap dunia. Kang Tae sedang menunggu Sang Tae membuka pintu lebih dulu. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-RhScXGO2Lf4/XyQZynI8XEI/AAAAAAADKg4/hWnX8WnN05oErE_GRDwm9lykgS8NgdbSQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-17h33m51s652.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-RhScXGO2Lf4/XyQZynI8XEI/AAAAAAADKg4/hWnX8WnN05oErE_GRDwm9lykgS8NgdbSQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-17h33m51s652.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae terus berdiam di sana semalaman. Dokter Oh memberitahu Sang Tae kalau Kang Tae seperti hantu yang terjebak, tidak bisa mendekat tapi juga tidak bisa pergi. Lalu ia berkata pada Sang Tae yang masih berdiam di balik selimut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku yakin pasti sangat panas di situ (di balik selimut). Kau hampir gila, kan? Tunggu dulu, berapa lama sampai Pangeran Sado meninggal dalam peti beras itu? Aku tidak ingat ia meninggal karena kelaparan atau kepanasan. Kalian berdua benar-benar keras kepala.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata ia akan membawa Kang Tae ke atas ke kantornya, jadi Sang Tae bisa keluar dari selimut dan mendapat udara segar, bahkan bisa ke kamar mandi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae melihat Kang Tae pergi bersama Dokter Oh, barulah ia keluar dari kamar. Dokter Oh bertanya apakah Kang Tae pernah mencoba lomba tiga kaki (dua orang dengan salah satu kaki terikat sama-sama berlari ke garis finish). Ia pernah mencobanya di acara sekolah anaknya dan ia selalu yang jatuh duluan, jadi mereka tidak pernah sampai garis finish.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau dan kakakmu seperti sedang mengikuti lomba itu.” Mencoba berlari sama-sama dengan salah satu kaki saling terikat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa menurut Dokter kami saling menghalangi?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Kalian saling bergantung satu sama lain. Selama yang satu tetap kuat saat yang satu jatuh, kalian tidak akan pernah jatuh bersama. Berusahalah yang terbaik untuk tetap kuat. Siapa tahu? Suatu hari nanti kakakmu yang yang menyelamatkanmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia kira Sang Tae sudah melupakan semua peristiwa hari itu karena tidak pernah membicarakannya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dokter Oh berkata Kang Tae hanya ingin mempercayai demikian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kebanyakan penderita autisme memiliki ingatan yang sangat baik. Mereka hanya berusaha menghindari emosi mereka atau mengekspresikannya sedikit berbeda dari kita. Kau tidak boleh menghindarinya. Hadapi saja. Kembalilah bekerja.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata mantan suami Ah Reum sudah membatalkan tuntutannya setelah diancam sedikit. Dan Kang Tae sudah diskors selama beberapa hari jadi itu sudah cukup. Ia membutuhkan Kang Tae karena perawat satu lagi tak bisa diandalkan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-o5CpakEw8ew/XyQZ8c8p3fI/AAAAAAADKhA/pPPMUFC9L6AfNlBlOLKshOfKKyJJDfGdQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-17h36m16s062.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-o5CpakEw8ew/XyQZ8c8p3fI/AAAAAAADKhA/pPPMUFC9L6AfNlBlOLKshOfKKyJJDfGdQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-17h36m16s062.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jung Tae menggigit jari Chan Yong karena mencekokinya minum obat. Tapi ia langsung berhenti begitu melihat Kang Tae dalam seragam perawatnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengobati jari Chan Yong mengeluh Jung Tae tidak mau minum obat. Kang Tae berkata tetap saja tidak boleh dipaksa. Chan Yong berkata Jung Tae sengaja melakukannya. Untuk apa ia melakukannya, tanya Kang Tae. Chan Yong keceplosan berbicara kalau Jung Tae menyalahkannya sebagai biang masalah, karena telah memberitahu semua orang kalau Kang Tae akan menikah dengan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Seharusnya aku menjahit mulutmu, bukan tanganmu,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su menemui Kang Tae di rumah sakit. Ia berkata ia baru tahu rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Ia khawatir saat Kang Tae tidak mengangkat teleponnya hingga ia sangat marah, tapi tidak bisa marah setelah bertemu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah kuperingatkan, bukan? Agar kau menjauh dari Go Mun Yeong. Aku terus menerus mengingatkanmu pada luka yang ia berikan padamu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Jae Su...aku sudah bangun dari mimpiku. Aku seharusnya fokus pada kakakku. Tapi aku berani memimpikan hal yang tidak mungkin. Aku seharusnya tahu diri. Aku memimpikan impian yang mustahil,” kata Kang Tae sedih, mengingat kebersamaannya dengan Mun Yeong kemarin.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su juga menjenguk Sang Tae sambil membawa pizza kesukaannya. Sang Tae memejamkan mata pura-pura tidur. Jae Su berkata ia harus kembali ke restoran karena ia tidak punya pekerja paruh waktu. Ia akan senang jika ia kembali menemukan kotak pizza itu sudah kosong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fI8jEsWpxu8/XyQaJ9q7u6I/AAAAAAADKhI/6XQ6NL7I0soB7iW_KepSfdHdjA8eHh1qwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-17h42m55s510.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-fI8jEsWpxu8/XyQaJ9q7u6I/AAAAAAADKhI/6XQ6NL7I0soB7iW_KepSfdHdjA8eHh1qwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-17h42m55s510.png" width="328" /></a></div><p class="MsoNormal"> menemui Kang Tae karena ia terus mengabaikan teleponnya. Ia melihat wajah Kang Tae yang pucat dan lesu. Seperti jujube (sejenis kurma) kering. Karena Kang Tae lama tidak pulang, ia membawakan pakaian dalam. Kang Tae menyuruh Mun Yeong ikut dengannya keluar. Byul dan Chan Yong beranggapan keduanya memang memiliki hubungan.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae memakan pizza nya dengan lahap. Ia mendengar suara pintu dibuka dan ada benda jatuh. Ia melihat ke dekat pintu ada buku ke-9 novel Pembunuhan Penyihir Dari Barat, karya Do Hui Jae. Di tengahnya ada selipan kertas bertulis:” Adik membunuh kakaknya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Perawat Park melihat Sang Tae sedang membaca buku. Hmm...apakah ia yang menaruh buku tersebut? Atau Park Ok Ran? Karena Perawat Park melihat Park Ok Ran sedang mengamati lukisan Sang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata setelah ia memikirkannya, peristiwa kemarin adalah hal yang baik. Sudah waktunya Kang Tae berhenti bermain jadi sandera. Ia tidak ingin Kang Tae menghabiskan seluruh hidupnya dengan merawat Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tahu kau ingin hidup denganku. Kau ingin aku di pelukanmu dan bersenang-senang denganku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata Kang Tae bisa berbohong di mulut, tapi mata tidak bisa berbohong. Kang Tae berkata ia sudah bangun dari mimpinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ini adalah salahku, aku seharusnya fokus pada kakakku. Dia seharusnya segalanya bagiku.Tapi aku teralihkan olehmu. Aku seharus tidak pernah menghentikanmu pada hari kita bertemu kembali. Aku seharusnya menghindarimu ketika kau mulai membicarakan takdir. Apa yang kita miliki adalah hubungan buruk.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyuruh Kang Tae berhenti pura-pura. Bukankah Kang Tae bilang ia membuatnya tersenyum? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kumohon tolong aku. Menjauhlah dari hidupku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau berjanji tidak akan meninggalkanku,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata itu hanya omong kosong. Itu adalah pertama kalinya ia bersenang-senang hingga ia terlalu bersemangat dan mengatakan apapun. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakakku sudah cukup. Aku sudah mengalami masa sulit bertahan dengannya, jadi kumohon..kumohon berhentilah mengganggu hidupku yang menyedihkan dan enyahlah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata Kang Tae berbohong. Sama seperti ketika malam itu Kang Tae mengatakan ia terdengar seperti tidak menginginkan Kang Tae pergi meski mengusirnya. Sekarang ia juga mendengar hal yang sama,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae tidak ingin ia meninggalkannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia memegang tangan Kang Tae dengan lembut dan dengan sedih memintanya untuk tidak pergi. Tidak, Kang Tae menarik tangannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Kau seperti petasan bagiku. Hanya peristiwa sekali saja. Aku sudah bersenang-senang kadi waktunya bagimu untuk pergi dari hidupku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae pergi meninggalkan Mun Yeong yang mulai menangis. Ia memegang dadanya yang terasa sakit.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku bukan petasan!! Aku adalah bom!! Aku tidak akan menghilang begitu aku meledak. Aku akan meledak dan membunuh semuanya!” teriaknya sambil menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berjalan pergi dengan menahan tangisnya. Mun Yeong kembali ke rumahnya yang kembali sepi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-825ZEDYY770/XyQaWm2PyRI/AAAAAAADKhQ/YES5wolEl2clBEb_nwHbH09PdFumB6jlwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h37m17s410.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-825ZEDYY770/XyQaWm2PyRI/AAAAAAADKhQ/YES5wolEl2clBEb_nwHbH09PdFumB6jlwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h37m17s410.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae masuk ke kamar kakaknya saat kakaknya sedang tidur. Ia memegang tangannya dan menempelkannya ke pipinya. Lalu ia menangis. Mun Yeong duduk sendirian di kamar Kang Tae dan Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menawarkan untuk mengantar Ju Ri bekerja. Awalnya Ju Ri menolak tapi Direktur Lee berkata ia memiliki waktu senggang sebelum pekerjaan berikutnya. Ia akan pergi ke Seoul untuk menghadiri seminar para penerbit buku. Ia bergurau harus menunjukkan kalau ia masih hidup.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi tiba-tiba wiper mobil menyala, pemanas menyala sendiri. Ju Ri khawatir akan terjadi sesuatu pada mobil itu. Tentu saja tidak akan ada masalah, kata Direktur Lee. Dan mobil pun mogok.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Akhirnya Ju Ri naik taksi. Sementara Direktur Lee kesal karena ini kesempatannya berdua saja dengan Ju Ri. Belum lagi dompetnya ketinggalan di mobil yang sedang diderek. Ia berlari mengejar sambil berteriak-teriak. Ju Ri melihatnya dan mau tak mau tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae terbelalak melihat sesuatu muncul di kamarnya. Ibu? Seekor dinosaurus hijau besar muncul.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu ibu Dooly! Brachiosaurus!” kata Sang Tae senang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park membawakannya sebagai hadiah. Lalu Sang Tae asyik memperlihatkan buku dinosaurusnya pada Perawat Park sambil menjelaskan mana Dooly dan ibu Dooly. Dooly adalah ceratosaurus, sementara ibunya brachiosaurus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tunggu dulu. Mereka kan ibu dan anak, kenapa bisa beda spesies?” tanya Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar, ada rahasia dibalik kelahiran Dooly. Ibu Dooly adalah ibu tiri. Maksudku, palsu. Ibu palsu. Ibu kandung Dooly kehilangan telurnya sebelum Dooly sempat menetas. Brachiosaurus menemukan telur itu dan mengeraminya, dan membesarkannya sendiri. Itu adalah perkiraan yang dibuat para penggemar kartun itu sepertiku.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi ia ibu yang baik meski ia ibu palsu,” kata Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar, semua yang palsu itu buruk tapi semua ibu itu baik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park bertanya apa ibu Sang Tae juga ibu yang baik. Sang Tae terdiam beberapa saat, lalu ia berkata, “Ibu adalah ibu yang baik untukku tapi buruk untuk Kang Tae.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-aQOmzIMwthw/XyQafkZxUjI/AAAAAAADKhU/vJftn3OmEY057APVVZTZyjX2O_DnAoixACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h43m28s214.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-aQOmzIMwthw/XyQafkZxUjI/AAAAAAADKhU/vJftn3OmEY057APVVZTZyjX2O_DnAoixACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h43m28s214.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri menyiapkan makan siang untuk Kang Tae dan menyuruhnya makan. Dengan terus menunduk, Kang Tae berterimakasih dan makan pelan-pelan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Orang bilang kau harus baik pada orang yang kaubenci,” Ibu Ju Ri memisahkan ikan dari durinya dan menaruhnya di mangkuk Kang Tae. “Aku sepenuhnya setuju dengan perkataan itu. Aku benci padamu. Karena itu aku memasak sebanyak ini untukmu. Kau menolak puteriku dan sekarang kasmaran dengan gadis lain. Bagaimana bisa aku tidak membencimu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri berkata ia terus menerus bertanya-tanya apakah ia perlu menyuruh Kang Tae dan Sang Tae pindah. Tidak melihat mereka pasti akan membantu Ju Ri melupakan Kang Tae dan move on. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa Ibu ingin kami pindah?” tanya Kang Tae pasrah dan merasa bersalah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika mengusir kalian, jadi tidak. Aku akan membawa Sang Tae pulang hari ini, jadi fokuslah menenangkan dirimu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terharu. Dengan menahan tangis ia berterimakasih.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak perlu berterimakasih. Jika kau tidak bisa menjadi menantuku, kau bisa lahir kembali menjadi puteraku di kehidupan berikutnya. Kau bisa menjadi anak yang baik sepanjang hidupmu untuk membalasku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tangis Kang Tae mulai tak tertahan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak ingin dilahirkan kembali.” Uff....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan begitu sulit. Makanlah,” kata ibu Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-d609yIC_Q3c/XyQaot1UyRI/AAAAAAADKhc/XjlldkTM8IkaoItlHDmzHGdFncu_SMnnwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h46m21s548.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-d609yIC_Q3c/XyQaot1UyRI/AAAAAAADKhc/XjlldkTM8IkaoItlHDmzHGdFncu_SMnnwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h46m21s548.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae pulang membawa ibu Dooly dengan gembira. Kang Tae melihatnya dari jauh. Ju Ri mendekatinya dan bertanya apakah Kang Tae pulang malam ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pulanglah untuk makan malam dan berbaikanlah dengan kak Sang Tae. Ia makan banyak dan aku melihatnya bicara panjang lebar dengan Perawat Park. Itu berarti ia tidak marah lagi, bukan? Kau tahu, ada satu hal yang kita selalu katakan pada pasien: Jika kau ingin membuat orang di sekelilingmu bahagia, kau harus menemukan kebahagiaan lebih dulu,” kata Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata menjadi egois tidaklah selalu buruk. Kang Tae boleh memikirkan hanya kebahagiaannya sendiri ketika keadaan sangat menekan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu apa aku bisa meminta tolong yang egois?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VGsdnEUCo18/XyQayJ04rOI/AAAAAAADKhg/Fjx0vL8td6QoabyvNk6I9hYnI71FVP5CQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h47m53s409.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-VGsdnEUCo18/XyQayJ04rOI/AAAAAAADKhg/Fjx0vL8td6QoabyvNk6I9hYnI71FVP5CQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h47m53s409.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong belum menyerah. Ia berfoto dengan kaset-kaset Dooly dan mengancam akan membuang semuanya jika Kang Tae tidak pulang. Lalu ia memanaskan kepalanya dengan pengering rambut dan mengukur temperaturnya, lalu mengirim fotonya seolah-olah ia demam. Ia meminta Kang Tae membawakan obat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiba-tiba terdengar suara di pintu. Ia mengira<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae membawakan makanan. Ternyata Ju Ri yang datang. Ia mengangkat sekantung makanan yang ia temukan di tangga depan. Makanan itu ditinggalkan Seung Jae yang sempat menunggu seharian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri diminta tolong oleh Kang Tae untuk membawakan barang-barang Sang Tae karena untuk sementara mereka akan tinggal di rumahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Rumah? Jadi ini bukan rumahnya,” kata Mun Yeong getir.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-f0Pki6MRA9E/XyQbH2rsMbI/AAAAAAADKhw/1tIi1Hy6XywPttjz0rUUPlzcDAdBhFGdACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h50m04s665.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-f0Pki6MRA9E/XyQbH2rsMbI/AAAAAAADKhw/1tIi1Hy6XywPttjz0rUUPlzcDAdBhFGdACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h50m04s665.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae mencoret tulisan: adik membunuh kakaknya, yang tadi ditemukannya di dalam buku novel. Ketika ia mendengar kedatangan Kang Tae, ia langsung bersembunyi dalam lemari.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae masuk dan menyadari kakaknya masih marah padanya. Ia duduk di depan lemari dan memohon agar kakaknya memaafkannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Untuk apa?” tanya Sang Tae. Minta maaf untuk apa?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Untuk melarikan diri ketika kakak jatuh ke air. Dan untuk mengatakan aku berharap kakak mati. Itu adalah hal yang sangat kejam untuk diucapkan. Juga...” Kang Tae meminta maaf atas kejadian itu untuk pertama kalinya dengan sungguh-sungguh. Ia menangis meminta maaf karena sering kali berharap memiliki kakak yang normal seperti anak lainnya. “Untuk semuanya...untuk semuanya aku meminta maaf...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia terus menangis sambill meminta maaf. Sang Tae akhirnya keluar. Ia ragu melihat Kang Tae terus menangis. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku minta maaf, jangan tinggalkan aku,” Kang Tae memohon,” Jangan tinggalkan aku, kak.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae lalu memeluk Kang Tae. Seingatku untuk pertama kalinya Sang Tae yang lebih dulu memeluk adiknya. Biasanya Kang Tae yang memeluk kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan tinggalkan aku,” kata Sang Tae sambil menepuk punggung adiknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tangis Kang Tae makin keras di pelukan kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan tinggalkan aku. Jangan menangis,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-t8vkgZIcW1g/XyQbSG6HNtI/AAAAAAADKh4/d1ITevTI9HwLbjsDSSPCMkoWZ0MBhmtSACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h54m49s690.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-t8vkgZIcW1g/XyQbSG6HNtI/AAAAAAADKh4/d1ITevTI9HwLbjsDSSPCMkoWZ0MBhmtSACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h54m49s690.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri telah selesai membereskan pakaian Sang Tae. Ia menemukan Mun Yeong duduk sendirian di meja makan. Ia mengira Miun Yeong belum makan. Tapi Mun Yeong menoleh dengan mulut penuh oleh makanan. Ia berkata ia tidak punya makanan tapi punya minuman keras.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri duduk untuk minum bersama Mun Yeong. Mun Yeong bertanya apa Ju Ri tidak lagi takut padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Masih. Aku masih takut padamu, dan benci padamu. Aku juga cemburu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menatap Ju Ri. Biasanya Ju Ri tidak mau mengakui kalau Kang Tae dekat dengan Mun Yeong. Tapi sekarang ia mengaku cemburu, artinya ia mengakui Kang Tae menyukai Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MyzAD251rNQ/XyQbcIqBRMI/AAAAAAADKh8/-CqEaP4cjqY_sdLpBr15qcg8cKyEko9LwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h56m49s834.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-MyzAD251rNQ/XyQbcIqBRMI/AAAAAAADKh8/-CqEaP4cjqY_sdLpBr15qcg8cKyEko9LwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h56m49s834.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Aku adalah kakakmu,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar, dan aku adikmu,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Kang Tae milik Mun Sang Tae.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Iya, aku milik kakak,” kata Kang Tae setelah terdiam sejenak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku menyukaimu.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae menoleh pada ibu Dooly dan berkata ia sangat menyukainya meski mereka baru pertama bertemu. Kang Tae tersenyum dan berkata ia juga menyukai Sang Tae. Baikan deh^^<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3uzPFAkso4I/XyQbmFeEiTI/AAAAAAADKiE/c9FnkEWe3lo6HZGtOlIKstBFc3ra0duiACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h57m21s404.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-3uzPFAkso4I/XyQbmFeEiTI/AAAAAAADKiE/c9FnkEWe3lo6HZGtOlIKstBFc3ra0duiACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h57m21s404.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri sudah mabuk. Ia berteriak sambil berdiri kalau ia ingin menampar Mun Yeong. Mun Yeong pelan-pelan hendak meraih botol kosong kalau-kalau Ju Ri benar-benar menamparnya. Ju Ri berkata Mun Yeong adalah gadis terjahat di seluruh dunia. Mun Yeong menarik tangannya karena tahu Ju Ri tak berbahaya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ketika kita kecil, kau mengganggu teman-temanku dan membuatku dikucilkan. Lalu kau mencuri pria yang kusukai. Apa kau senang melihatku ditinggal sendirian? Kau mengambil satu-satunya yang kuinginkan meski tahu aku tidak punya apa-apa. Kau senang sekarang? Dasar jahat!!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong malah tersenyum mendengar curhat Ju Ri dan berkata Ju Ri cute.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Iya benar, aku sangat cute. Aku se-cute ini kenapa Kang Tae hanya menyukaimu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena aku cantik?” jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Plakk! Ju Ri memukul kepala Mun Yeong. Lalu ia jatuh terduduk di kursi dan tertidur.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nwuEaRmUa8w/XyQbxs-K4bI/AAAAAAADKiM/bwIiHksIYqQBB3o3b4DJ51nUvywAEkLWgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-22h59m56s265.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-nwuEaRmUa8w/XyQbxs-K4bI/AAAAAAADKiM/bwIiHksIYqQBB3o3b4DJ51nUvywAEkLWgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-22h59m56s265.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menjemput Ju Ri dan menemukan Ju Ri tertidur di meja makan. Ia bertanya apa Mun Yeong memukulnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hampir, tapi ia keburu pingsan sebelum aku melakukannya,” kata Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee melihat Ju Ri dan hendak menggendongnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau menyukainya?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Iya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya siapa yang lebih disukai Direktur Lee, dia atau Ju Ri. Direktur Lee berkata ia menyukai mereka berdua dengan cara berbeda. Tapi Mun Yeong bertanya siapa yang pertama dan siapa yang kedua.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Yeong, ketika kau membicarakan orang, kau seharusnya tidak menomori mereka seperti itu. Kau bisa menghargai dan menyayani mereka dengan cara berbeda. Pikirkan mengenai berbagai macam warna kuning. Kuning tua, kuning mustard, kuning pucat. Bahkan warna yang sama bisa memiliki nama berbeda tergantung kromanya. Begitu juga dengan emosi manusia. Seperti rasa suka, sayang, benci, cinta, pertemanan, dan nafsu. Mereka seperti pelangi.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi ketika semua dicampur, mereka menjadi hitam kelam,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mengerti Mun Yeong mungkin sudah terbiasa tinggal bersama Kang Tae dan Sang Tae. Ia bertanya bagaimana perasaannya sekarang setelah kembali sendiri. Aku bosan, jawab Mun Yeong datar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku merasa kesal tiba-tiba dan merasa lebih dingin di malam hari. Aku juga lebih sering merasa lapar.’<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hanya ada satu cara menjelaskan semua itu. Apa kau tahu apa itu? Kau merindukannya.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AbfzdRgxlfM/XyQb7Uz9OeI/AAAAAAADKiU/nalDi3W3PGQWixDBeAl3M26BNDZnhmL4wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h01m45s010.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-AbfzdRgxlfM/XyQb7Uz9OeI/AAAAAAADKiU/nalDi3W3PGQWixDBeAl3M26BNDZnhmL4wCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h01m45s010.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae melihat foto-fotonya bersama Mun Yeong saat mereka berjalan-jalan kemarin. Ia tidka bisa tidur dan termenung sendirian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku merindukannya.... aku merindukannya...” kata Mun Yeong berulang-ulang setelah Direktur Lee dan Ju Ri pergi. Air matanya menggenang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pagi harinya Ju Ri terbangun dan berharap ia tidak melakukan kesalahan apapun semalam. Seung Jae berkata Ju Ri dua kali muntah di mobil Direktur Lee tapi itu bukan masalah besar.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-B5SHi0GXVaM/XyQcUDTFvLI/AAAAAAADKig/tPR5BZg3sggcex6BHzQjBRuXubW0Web2QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h03m31s172.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-B5SHi0GXVaM/XyQcUDTFvLI/AAAAAAADKig/tPR5BZg3sggcex6BHzQjBRuXubW0Web2QCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h03m31s172.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri melihat Kang Tae sedang menunggu bis. Wajah Kang Tae sangat pucat dan tak bersemangat. Mereka naik bis bersama. Kang Tae menanyakan keadaan Ju Ri setelah mabuk semalam. Ju Ri malah bingung kenapa Kang Tae tiba-tiba berbicara kasual padanya, padahal biasanya formal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kilas balik semalam setelah Direktur Lee dan Ju Ri pulang. Kang Tae sudah menunggu mereka karena menunggu barang-barang yang dibawa Ju Ri. Direktur Lee membantu Ju Ri keluar dari mobil sementara Kang Tae mengambil barang-barangnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiba-tiba Ju Ri memaki Kang Tae dan berkata Kang Tae sengaja mengirimnya ke rumah Mun Yeong agar ia dan Mun Yeong berbaikan. Juga karena khawatir Mun Yeong kesepian sendirian di sana. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itukah sebabnya kau mengirimku ke sana? Dasar brengsek. Apa kau tidak tahu aku punya perasaan padamu? Tahu tidaaaak?” teriak Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee cepat-cepat menutup mulut Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau bilang tidak apa-apa bersikap egois kalau keadaan terlalu menekan,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menggigit tangan Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau menganggap aku tukang memaksa?” tanya Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kenapa Ju Ri terus berbicara kasual dengannya. Ju Ri berkata ia dan Mun Yeong berteman jadi kenapa Kang Tae membedakan cara berbicara dengan mereka berdua.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bicara kasual saja denganku. Menurut saja padaku!” seru Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Baiklah, kata Kang Tae singkat.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uJgXpcMa6f0/XyQcdsTuKII/AAAAAAADKio/MnZCWMW6dRA_GLccGr-WDH5wjcxx9-lvQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h06m35s226.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-uJgXpcMa6f0/XyQcdsTuKII/AAAAAAADKio/MnZCWMW6dRA_GLccGr-WDH5wjcxx9-lvQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h06m35s226.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri pura-pura tidur mengingat kejadian semalam. Terimakasih, kata Kang Tae. Ju Ri bertanya dengan formal apa Kang Tae tidak enak badan. Kang Tae berkata ia hanya lelah. Lalu ia tertidur.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Chan Yong juga melihat Kang Tae tidak seperti biasanya dan memegang dahinya. Kang Tae demam. Kang Tae lagi-lagi mengabaikan telepon Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia memarahi Direktur Lee yang meneleponnya karena ternyata bukan Kang Tae.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Direktur Lee ingin mengajak Mun Yeong makan enak hari ini karena hari ini adalah hari “itu”.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park bertanya pada Kang Tae apakah Sang Tae menyukai ibu Dooly. Ia yang menghadiahkannya pada Sang Tae. Kang Tae berterimakasih karena Perawat Park sudah menjaga Sang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau tahu kalau ibu Dooly bukanlah ibu kandungnya?” tanya Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak sangat memilih kepada siapa ia akan menceritakan hal tersebut,” Kang Tae tersenyum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park senang karena ia sudah cukup dekat dengan Sang Tae. Ia bertanya apakah Kang Tae kalau Sang Tae dekat dengan Park Ok Ran. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tidak, kata Kang Tae bingung. Ia bertanya kenapa Perawat Park menanyakannya. Perawat Park berkata ia hanya penasaran dan ingin Kang Tae lebih mengawasi Park Ok Ran karena kondisinya agak tidak stabil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku merasa ia secara sengaja berusaha memprovokasi pasien lain.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kU2yaW1YCq0/XyQco-52NkI/AAAAAAADKis/rThthU02Mn8iaNIraFm65lOiUbk1uSLjQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h10m58s094.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-kU2yaW1YCq0/XyQco-52NkI/AAAAAAADKis/rThthU02Mn8iaNIraFm65lOiUbk1uSLjQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h10m58s094.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong sedang duduk sendirian di taman ketika ia kembali mendengar senandung lagu “Oh My Darling Clementine”. Ia mencari darimana arah suara itu dan melihat Park Ok Ran yang sedang duduk membelakanginya. Ia menghampiri wanita itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae melihatnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong melihat Park Ok Ran membaca buku Do Hui Jae. Park Ok Ran menoleh. Ayah Mun Yeong bertanya apakah Ok Ran yang tadi bersenandung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran mendekati ayah Mun Yeong lalu berbisik, “Kenapa? Apa kau akan membunuhku lagi?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong mencekik Park Ok Ran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau seperti ini?” Park Ok Ran berusaha meminta tolong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak bisa membodohiku lagi, monster!”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LYLeoOvfRUY/XyQc0arzTDI/AAAAAAADKi0/jUyUIbWpluIFPaTUrYeC3U3NPXIHTYuqwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h12m35s914.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-LYLeoOvfRUY/XyQc0arzTDI/AAAAAAADKi0/jUyUIbWpluIFPaTUrYeC3U3NPXIHTYuqwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h12m35s914.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae menarik ayah Mun Yeong menjauh dan berusaha menenangkannya. Ayah Mun Yeong berteriak ia harus membunuhnya jika tidak ia yang akan mati. Park Ok Ran yang dibawa para perawat menoleh dan tersenyum sinis. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku harus membunuhnya! Aku harus membunuh wanita itu! Hari itu seharusnya aku juga membunuh Mun Yeong! Semua monster harus dibunuh!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak!” kata Kang Tae. Ia berkata Mun Yeong bukan monster.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika kau tidak membunuhnya, kau akan mati,” kata ayah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pada Perawat Park, Park Ok Ran berbohong kalau ayah Mun Yeong tiba-tiba saja menghampirinya dan mencekiknya. Tanpa alasan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia menyebutku monster. Monster. Orang gila itu, apa aku seharusnya membunuhnya saja?” gumamnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-yvmqdxWMHtw/XyQc8Tfd74I/AAAAAAADKi8/6d9kimT1pb4hJc8zwLCPPvIazwHVX_svgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h13m46s696.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-yvmqdxWMHtw/XyQc8Tfd74I/AAAAAAADKi8/6d9kimT1pb4hJc8zwLCPPvIazwHVX_svgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h13m46s696.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sementara Kang Tae yang melihat semuanya mengatakan pada Dokter Oh kalau Park Ok Ran memprovokasi ayah Mun Yeong dengan menyenandungkan lagu Clementine. Lalu ayah Mun Yeong menyebutnya monster dan mencekiknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi orang yang biasanya ia sebut monster adalah istrinya, Do Hui Jae.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apa mungkin ayah Mun Yeong salah mengenali Ok Ran sebagai istrinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Entah ia tahu banyak tentang Doi Hui Jae, atau...Park Ok Ran benar-benar Do Hui Jae,” kata Dokter Oh.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-yTWcl4FkJPg/XyQdHaOyVXI/AAAAAAADKjE/6t3hc2K4QSolD8-vBh3khrltKeA_lrW8ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h14m55s332.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-yTWcl4FkJPg/XyQdHaOyVXI/AAAAAAADKjE/6t3hc2K4QSolD8-vBh3khrltKeA_lrW8ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h14m55s332.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri terkejut melihat Mun Yeong duduk di depan rumahnya. Mun Yeong berkata ibu Ju Ri pernah menawarinya makan. Ibu Ju Ri tersenyum dan bertanya Mun Yeong ingin makan apa.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menyajikan sup rumput laut dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Mun Yeong. Mun Yeong meminta sup rumput laut jadi hari ini pasti ulang tahunnya. Anggap sup itu hadiah ulang tahunnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mencicipinya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan berkata rasanya tidak buruk. Melihat Mun Yeong hanya diam, ibu Ju Ri masuk ke dalam.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Diam-diam ia melihat Mun Yeong makan dengan lahap dan tersenyum senang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee dan Seung Jae yang baru pulang terkejut melihat Mun Yeong. Seung Jae mengucapkan selamat ulang tahun.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7_vlVKWwQ08/XyQdTLJVlRI/AAAAAAADKjM/1Fp2cF3zu_E8NKJvDcyyO5UXhYI1N6lTQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h18m37s270.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-7_vlVKWwQ08/XyQdTLJVlRI/AAAAAAADKjM/1Fp2cF3zu_E8NKJvDcyyO5UXhYI1N6lTQCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h18m37s270.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menemui Mun Yeong yang duduk sendirian di luar. Mun Yeong menyalakan rokok terakhirnya. Tapi Direktur Lee membuangnya. Ia memberikan hadiah kalung untuk Mun Yeong. Mun Yeong langsung mengenakannya. Liontinnya berbentuk setengah hati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hati kita disatukan bersama. Sempurna, bukan? Kau menulis buku, aku menjualnya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya apa ini cara Direktur Lee mendorongnya untuk menulis buku berikutnya. Ia berpikir sebentar lalu berkata ia harus cepat bergerak jika Direktur Lee mendorongnya. Ia naik ke atas menuju rumah Kang Tae dan Sang Tae. Ia melarang Direktur Lee ikut naik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oppa, Mun Sang Tae!! Buka pintunya, sahabat! Ini aku, buka pintunya!” Mun Yeong menggedor pintu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae tidak mau membuka pintu. Mun Yeong berkata ia akan mendobrak pintu. Sang Tae berpikir untuk menelepon polisi. Mun Yeong berkata ia membawa gergaji listrik dan ia tidak main-main. Terdengar suara gergaji dinyalakan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae panik. Mun Yeong berkata ia akan menghitung 1 sampai 3. 1...2...3!<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nDCF1ui0OAk/XyQdcuyVowI/AAAAAAADKjU/fk7ghLnFXNMvnOJfw6oor5Rm5jAFy3n2gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h20m06s831.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-nDCF1ui0OAk/XyQdcuyVowI/AAAAAAADKjU/fk7ghLnFXNMvnOJfw6oor5Rm5jAFy3n2gCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h20m06s831.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae melesat keluar. Ia menoleh dan melihat Mun Yeong bersandar santai. Suara gergaji tadi hanya efek suara dari ponsel. Mun Yeong mengembalikan Mang Tae pada Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dibandingkan dengan Mang Tae, bolehkah aku memiliki Sang Tae? Aku ingin Sang Tae,” Mun Yeong tersenyum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata senyum Mun Yeong palsu. Mun Yeong berkata ia sungguh-sungguh. Ia merasa bosan tanpa sahabatnya dan ia datang menjemput.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tapi Sang Tae tak percaya dan berkata Mun Yeong berbohong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata hari ini hari ulang tahunnya. Ia ingin ditemani Sang Tae sebagai hadiah ulang tahunnya. Bohong, kata Kang Tae berkali-kali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak ini pendeteksi kebohongan atau apa?” kata Mun Yeong kesal.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-U3SIjBurWNU/XyQdrh9XXDI/AAAAAAADKjc/Rl3DMrEsMlYC8Bw9BuvStZMwzzaP46VVgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h21m55s431.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-U3SIjBurWNU/XyQdrh9XXDI/AAAAAAADKjc/Rl3DMrEsMlYC8Bw9BuvStZMwzzaP46VVgCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h21m55s431.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae marah dan masuk ke dalam rumah sambil terus mengatakan kalau Mun Yeong bohong. Ia bahkan membanting Mang Tae ke lantai. Ia berkata hanya orang jahat yang berbohong. Ia berakta Mun Yeong bohong padanya tentang jalan-jalan sendirian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sahabat tidak saling merahasiakan. Tapi mereka berdua pergi bersenang-senang tanpa aku,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia merobek gambarnya, meremasnya, lalu melemparnya keluar jendela. Ia berkata ia tidak perlu lagi mobil camping. Mun Yeong memungut gambar tersebut dan bersandar di jendela yang tertutup.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oppa, orang yang benar-benar jahat adalah orang yang tidak percaya apapun yang dikatakan orang lain. Kakak tahu dongeng Anak yang Berteriak Serigala, bukan? Anak gembala itu selalu berbohong. Anak itu berbohong pada warga desa berulang kali kalau ada serigala muncul. Apa kakak tahu kenapa anak itu terus menipu para warga desa?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah pasti karena bosan,” jawab Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Salah. Karena ia kesepian. Ia melakukannya karena ia kesepian seorang diri di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pegunungan.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eXcSPZD0wag/XyQdzlZgnEI/AAAAAAADKjk/UipX-jvWcXgHGwNHZjNmiaLYehb8g0BqwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h23m13s346.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-eXcSPZD0wag/XyQdzlZgnEI/AAAAAAADKjk/UipX-jvWcXgHGwNHZjNmiaLYehb8g0BqwCLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h23m13s346.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae meminum obat penurun demam dan bersiap pulang. Ia baru melihat pesan dari Mun Yeong dan pesan terakhirnya adalah hari ini adalah yang sangat penting bagi Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong pulang dan melihat gambar yang tadi dibuang Sang Tae. Itu adalah gambar tiga orang bepergian dengan mobil camping.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae melihat Chan Yong sedang mengompres kepalanya. Park Ok Ran memukulnya dengan batu. Tadi Ok Ran berkata ia menjatuhkan sesuatu yang penting di taman dan memintanya membantu mencari. Tapi ketika mereka keluar, tiba-tiba Ok Ran mengambil batu dan memukulnya di kepala. Chan Yong sempat pingsan dan baru sadarkan diri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Di mana Park Ok Ran?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri dan Perawat Park tidak menemukannya. Sepertinya ia berhasil kabur. Perawat Park menyuruh Byul menelepon polisi. Kang Tae bertanya apa Park Ok Ran mengatakan sesuatu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia mengatakan hari ini adalah hari yang sangat penting baginya. Aku mendengarnya bergumam mengenai menemui seseorang hari ini.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1eaJ7iObry0/XyQd8Js4cyI/AAAAAAADKjs/1xZMCMuJsHQ96nQH8EI3KERLbiVNlITXACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h24m57s725.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-1eaJ7iObry0/XyQd8Js4cyI/AAAAAAADKjs/1xZMCMuJsHQ96nQH8EI3KERLbiVNlITXACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h24m57s725.png" width="328" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae langsung teringat pesan terakhir Mun Yeong yang mengatakan hari ini hari yang sangat penting untuknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae langsung lari keluar. Ia teringat percakapannya dengan Dokter Oh. Bagaimana jika Do Hui Jae masih hidup? Waktu itu Dokter Oh berkata pasti ia akan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kembali untuk mencari suami dan puterinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Anak gembala berbohong karena ia sangat kesepian. Tapi ketika seekor serigala benar-benar muncul, tidak ada yang datang menolongnya. Kalau saja ada satu orang percaya padanya dan datang untuk menolongnya, anak itu tidak akan mati.”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mendengar suara ketukan di pintu dan membukanya. Park Ok Ran tersenyum dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Go Mun Yeong....Mun Yeong-ah,” panggil Kang Tae dalam hati.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9JXd_T4yZjg/XyQeDg1fooI/AAAAAAADKjw/1XJJBiimzKQ3V4fZUxH3D-h-7p0wHp23ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-29-23h27m09s740.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="184" src="https://1.bp.blogspot.com/-9JXd_T4yZjg/XyQeDg1fooI/AAAAAAADKjw/1XJJBiimzKQ3V4fZUxH3D-h-7p0wHp23ACLcBGAsYHQ/w328-h184/vlcsnap-2020-07-29-23h27m09s740.png" width="328" /></a></div><p class="MsoNormal"><br /></p> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Menurutku tidak adil Kang Tae menyalahkan Mun Yeong karena sudah menyelamatkannya. Itu adalah pilihan yang dibuat Mun Yeong terlepas apa motifnya. Dan jalan hidup yang dijalani Kang Tae saat ini adalah pilihannya sendiri. Ia bertahan hidup dan menjaga kakaknya adalah pilihannya sendiri, bukan karena Mun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia memilih melarikan diri ketika akan dipisahkan dengan Sang Tae setelah kematian ibu mereka. Begitu ia memutuskan untuk melakukan itu, ia sendiri sadar kalau itu artinya ia bertanggungjawab penuh atas kakaknya. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Aku mengerti sangat tidak mudah bagi Kang Tae sejak kecil harus menjadi ibu, sekaligus ayah, dan kakak bagi kakaknya sendiri. Menafkahi, menjaga, dan bertumbuh sendiri. Pasti sangat sulit dan kesepian. Dipaksa tumbuh dewasa dan bertanggungjawab sebelum waktunya. Sangat melelahkan, membuat frustrasi, dan menyesakkan. Apalagi Kang Tae melakukannya sebagai penebusan rasa bersalah karena sudah pernah mengatakan hal kejam pada kakaknya, bahkan pernah menginginkan kematiannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia harus menghadapi rasa bersalahnya dengan mengakui kesalahannya dan meminta maaf sungguh-sungguh pada kakaknya. Aku senang ketika Sang Tae bertanya minta maaf untuk apa. Dan Kang Tae dengan jelas mengatakan hal-hal apa yang membuatnya bersalah pada kakaknya. Kurasa dengan Sang Tae memaafkannya, beban rasa bersalah itu terangkat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sekarang Kang Tae memilih bersama kakaknya bukan karena perasaan bersalah lagi. Tapi karena ia benar-benar menyayangi kakaknya. Dan Sang Tae juga tidak lagi memiliki ganjalan pada adiknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong sendiri menanggung akibat dari sikap egoisnya memaksa Kang Tae selalu bersamanya dan tinggal dengannya tanpa Sang Tae. Ia tidak memahami arti ikatan adik kakak, persahabatan, bahkan mungkin cinta. Ketika ia mengatakan Jung Tae bodoh karena memilih berpisah sementara dengan Ah Reum, itu sudah menunjukkan ia tidak begitu memahami.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia hanya tahu ia suka dan ia harus memiliki. Tapi cinta tidak sesederhana itu. Cinta berarti menginginkan orang yang kita cintai bahagia. Apa Mun Yeong bisa membahagiakan Kang Tae tanpa Sang Tae? Ia terlalu percaya diri dengan mengira Kang Tae mau bersamanya hanya karena mau jalan-jalan sehari bersamanya. Menginap pun karena ancaman dan paksaan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong memang harus belajar juga untuk menghadapi arti kehilangan. Ia bukan hanya kehilangan Kang Tae, tapi juga Sang Tae. Seharusnya ketika melihat gambar Sang Tae, ia menyadari kesalahannya. Baginya Sang Tae mungkin hanya kakak Kang Tae yang cute. Tapi bagi Sang Tae, ternyata Mun Yeong lebih dari itu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae ingin membeli mobil camping karena tahu adiknya tidak suka berpindah-pindah. Jadi mobil camping adalah jalan keluar yang tepat karena rumah mereka bisa ikut pindah kapanpun mereka mau. Dan Sang Tae menggambar Mun Yeong di sana. Artinya ia sudah menerima Mun Yeong sebagai orang yang dekat dengannya. Orang yang akan ikut pindah-pindah bersama mereka. Orang yang serumah dengan mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia tidak menggambar Ju Ri, atau ibu Ju Ri, bahkan Jae Su yang sudah dikenal jauh lebih lama. Tapi ia menggambar Mun Yeong. Seharusnya Mun Yeong menyadari kalau bagi Sang Tae kebohongannya sama menyakitkannya dengan kebohongan Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan aku senang karena karakter-karakter lain seperti Direktur Lee, Ju Ri, ibu Ju Ri, bisa memberikan nasihat yang baik bagi ketiga tokoh utama kita. Ketika kita terlalu terpaku pada masalah kita, mungkin nasihat dari orang ketiga yang mengamati dari luar bisa menjadi bahan pertimbangan yang baik.<o:p></o:p></p><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_31.html[email protected] (Kdramatized)0
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4378969853857170598Wed, 29 Jul 2020 08:24:00 +00002020-07-29T15:24:19.995+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 9<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XH6YJ3L4lmo/XyEukpK31JI/AAAAAAADKco/Uu-LglUjKpcKimRn69fW-Iu1OH8v4WkeQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h09m00s435.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-XH6YJ3L4lmo/XyEukpK31JI/AAAAAAADKco/Uu-LglUjKpcKimRn69fW-Iu1OH8v4WkeQCLcBGAsYHQ/w400-h225/vlcsnap-2020-07-26-14h09m00s435.png" width="400" /></a></div><p class="MsoNormal">Keceriaan Kang Tae tidak berlangsung lama. Ia termenung saat sudah dalam perjalanan dengan Mun Yeong. Dan Mun Yeong bisa melihat kalau Kang Tae mulai bertanya-tanya mengenai apa yang sudah ia lakukan tadi. Tidak, kilah Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sebaiknya kau tidak melakukannya. Kau mengesankan dengan memukul pria tadi dan mengajakku pergi. Jangan bilang kalau kau mulai menyesalinya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, tentu saja tidak,” kata Kang Tae dengan tawa terpaksa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengajak Kang Tae pergi ke Serengeti di Afrika. Aku tidak punya paspor, kata Kang Tae polos. Apa kau dari luar angkasa, tanya Mun Yeong kaget. Akhirnya ia mengusulkan ke Jeju. Tapi Kang Tae tidak mau karena tidak bisa kembali hari ini. Mun Yeong mulai kesal karena ia ingin menginap. Kang Tae berkata mereka harus mengajak Sang Tae kalau menginap.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bertambah kesal, Mun Yeong menekan pedal gas dalam-dalam dan mengebut menuju tumbukan batu di ujung pantai. Kang Tae mulai panik. Mun Yeong bertanya Kang Tae mau pergi seharian atau menginap dengannya. Menginap dengannya atau mati dengannya? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Go Mun Yeong!!!” teriak Kang Tae saat mereka hampir menabrak tumpukan batu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mobil berhenti tepat di depan tumpukan batu. Untung Kang Tae tidak mengompol seperti Gi Do. Ia marah dan bertanya kenapa Mun Yeong mempertaruhkan nyawa hanya untuk main-main. Aku tidak main-main, kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae meminta setidaknya Mun Yeong menghitung tiga kali sebelum melakukan hal spontan. Mun Yeong bertanya balik apakah Kang Tae menghitung sampai tiga lebih dulu sebelum meninju mantan suami Ah Reum. Kang Tae tak bisa menjawab.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Keluar,” kata Mun Yeong, “Jika aku bersamamu, aku akan ingin menabrak sesuatu (saking kesalnya).”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae keluar dari mobil Mun Yeong. Mun Yeong melempar tas Kang Tae keluar lalu pergi. Kang Tae memungut tasnya sambil tersenyum geli. Mun Yeong marah-marah dalam mobil mengira Kang Tae sedang mempermainkannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-udZPxd3Zdlo/XyEursme7LI/AAAAAAADKcs/ZHjXU4ue68gi005t8yyC-ROiMsDiUXUXACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-18h33m23s281.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-udZPxd3Zdlo/XyEursme7LI/AAAAAAADKcs/ZHjXU4ue68gi005t8yyC-ROiMsDiUXUXACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-18h33m23s281.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae akhirnya pergi ke tempat Jae Su. Melihat Kang Tae makan pizza dengan lahap, Jae Su berkata Kang Tae sangat aneh akhir-akhir ini. Kang Tae biasanya jarang makan dan berhenti bekerja seakan-akan hobinya. Tapi hari ini ia memukul seseorang dan diskors tapi masih memiliki nafsu makan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Teman, kau pasti sakit pikiran. Ayo kita pergi periksa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau juga berpikir aku sedikit aneh?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“bukan sedikit, tapi sangat.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya ada apa dengan dirinya. Jae Su berkata Kang Tae tertular virus kegilaan. Pada hari Mun Yeong melukai tangan Kang Tae dengan pisau, virus kegilaannya masuk dalam pembuluh darah Kang Tae dan mengacaukan otaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wah kau hampir meyakinkanku,” kata Kang Tae pura-pura kagum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku hampir berpikir untuk menulis novel,” sahut Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia ingin bersenang-senang. Kenapa tidak, kata Jae Su senang. Ia mengajak Kang Tae jalan-jalan naik Alberto nya. Kang Tae ingin jalan-jalan ke mana?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Serengeti,” jawab Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae makan siang bersama Dokter Oh dan ibu Ju Ri. Mereka membicarakan peristiwa tadi. Ibu Ju Ri berkata Kang Tae bukan orang seperti itu. Ia adalah orang yang sangat sabar. Ia tidak percaya Kang Tae bisa memukul seseorang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu sama saja dengan kentut. Jika kau menahannya 99 kali dan mengeluarkannya, bisa-bisa membunuh orang,” kata Dokter Oh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak sopan,” sahut Sang Tae, “Jangan bicarakan kentut waktu makan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh meminta maaf. Tapi kenapa Kang Tae bisa memukul orang, tanya ibu Ju Ri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dulu aku juga memukul para pria yang mengganggumu. Dia mungkin marah dengan alasan yang sama,” kata Dokter Oh. Whaaa XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh menjelaskan pada Sang Tae kalau ia pernah menaksir ibu Ju Ri waktu mereka masih muda. Tapi ia ditolak 3 kali. Itu cukup mengejurkan, kata Sang Tae. Bagaimana cara ibu Ju Ri menolak Dokter Oh?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak suka padamu! Aku benar-benar tidak suka padamu! Begitulah caraku menolaknya. Oppa ini sangat tidak biasa sejak masih muda. Kemungkinannya 50-50 antara ia seorang jenius atau idiot. Jadi aku menolaknya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau menyesalinya, kan?” seloroh Dokter Oh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga, bagaimana kau tahu? Aku sangat menyesalinya,” sindir ibu Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lihat kan, ia masih menyukaiku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan mengkhayal,” kata Sang Tae. Pffft..</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-L7gME6UddLs/XyEuz-zc7uI/AAAAAAADKcw/eWhVvBj90DUrekEnPs5WRYhsZVZsUu4MwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-20h16m00s392.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-L7gME6UddLs/XyEuz-zc7uI/AAAAAAADKcw/eWhVvBj90DUrekEnPs5WRYhsZVZsUu4MwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-20h16m00s392.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dokter Oh tidak sempat menyelesaikan makannya karena ia dipanggil ke lobi. Rupanya keluarga Ah Reum memaksa mengeluarkan Ah Reum dari rumah sakit setelah insiden tadi. Mereka marah karena mantan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>suami Ah Reum bisa menemukan Ah Reum di sini. Kakak Ah Reum ingin membawa Ah Reum ke Amerika agar bisa dirawat di sana. Ah Reum menolak ikut. Tentu saja karena Jung Tae. Tapi ngomong-ngomong di mana Jung Tae??<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Para staf berusaha menenangkan keluarga Ah Reum. Mereka berpendapat belum waktunya Ah Reum keluar dan beralasan ada prosedur untuk mengeluarkan pasien. Mereka berharap Dokter Oh sebagai direktur rumah sakit bisa menangani ini. Tapi Dokter Oh kalah galak, ia mengatakan mereka boleh keluar kalau sudah bayar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah Ah Reum dan keluarganya pergi, Perawat Park protes pada Dokter Oh karena membiarkan Ah Reum pergi sebelum waktunya. Tapi Dokter Oh berkata tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan jika keluarganya tidak mengijinkannya tinggal. Iya juga sih...<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wjfryrZWZws/XyEu7eOQbHI/AAAAAAADKc4/yW65A9wEovY6eFl_q8-zRhFrXBp6irVVwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-20h17m13s267.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-wjfryrZWZws/XyEu7eOQbHI/AAAAAAADKc4/yW65A9wEovY6eFl_q8-zRhFrXBp6irVVwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-20h17m13s267.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sun Hae dan Pil Wong mengajak Jung Tae ke kamar cuci dan memberitahukannya kabar sedih itu. Jung Tae langsung hendak menyusul Ah Reum tapi Pil Wong menutup mulutnya dan berkata Jung Tae tidak boleh membuat orang lain tahu kalau ia dan Ah Reum berpacaran. Ia menasihati agar Jung Tae menahan diri sebaik-baiknya. Ia akan membantu mencarikan jalan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiba-tiba Sun Hae, si mantan dukun, bergidik dan berkata besok seseorang yang muncul dari Barat akan membantu Jung Tae. Hantu dari Barat? Bukan hantu tapi manusia, kata Sun Hae. Hehe...udah bisa nebak sih siapa :p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su curhat, atau lebih tepatnya menggosip tentang Direktur Lee pada Kang Tae. Kang Tae tertawa mendengarnya. Ia berkata Jae Su boleh tinggal di kamar mereka jika tidak tahan sekamar dengan Direktur Lee. Ia juga ingin meminta tolong pada Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mengenai kakakku. Besok bisakah kau...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bingung karena ia belum selesai bicara. Jae Su berkata apapun itu ia akan membantu Kang Tae. Itu yang disebut kesetiaan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3kOXqd08lyQ/XyEvCk8K0SI/AAAAAAADKdA/w3Lmy0H2fbgxAk9VclXX9RGyIk7Za0TjQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-20h19m39s934.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-3kOXqd08lyQ/XyEvCk8K0SI/AAAAAAADKdA/w3Lmy0H2fbgxAk9VclXX9RGyIk7Za0TjQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-20h19m39s934.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae sedang menonton kartu favoritnya. Dooly. Suaranya menggema di seluruh rumah. Mun Yeong muncul dan berkata ia benci Dooly dan teman-temannya. Mereka bersikap semau mereka di rumah yang bukan rumah mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku suka Ko Gil Dong.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ko Gil Dong?” Sang Tae terkejut. Ko Gil Dong adalah karakter yang sering merasa tergangu dengan kehadiran Dooly dan kadang memukulnya. Anak Ko Gil Dong yang membawa pulang Dooly dan menganggapnya hewan peliharaan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyukai Ko Gil Dong karena ia menganggap Ko Gil Dong adalah orang baik yang membiarkan Dooly dan teman-temannya tinggal di rumahnya meski mereka terkadang membuar masalah. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku menyukainya. A...aku juga suja Gil Dong,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Giliran Mun Yeong yang kaget. Sang Tae memperlihatkan boneka dinonya dan berkata namanya Teary (air mata) tapi nama sebenarnya Ko Gil Dong. Ia suka Ko Gil Dong karena ia yang mengurus Dooly dan teman-temannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia adalah wali mereka dan memberi mereka tempat untuk tidur, memberi mereka makan, dan melindungi mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sebagai info, aku adalah wali Kang Tae dan seorang wali harus bertanggungjawab dan bisa dipercaya. Aku adalah orang dewasa dan kakaknya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wah, kita benar-benar cocok, Oppa. Kita seperti teman baik,” Mun Yeong mengajak tos.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae tertegun. Teman baik? Ia nampak sangat gembira.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Iya teman baik, kata Mun Yeong tersenyum. Senyumnya lenyap begitu mendengar suara Kang Tae. Ia tak bicara apa-apa dan berjalan keluar kamar tanpa melirik sedikitpun pada Kang Tae. Kang Tae memegang tangannya dan mengajak bicara.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-44feYG-GNzg/XyEvLdWtYJI/AAAAAAADKdM/nMwTURP0X9ci2YXQBuL4NNzZz0L0CeCXgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-20h20m45s942.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-44feYG-GNzg/XyEvLdWtYJI/AAAAAAADKdM/nMwTURP0X9ci2YXQBuL4NNzZz0L0CeCXgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-20h20m45s942.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apa mereka tidak jadi pergi besok. Mun Yeong masih kesal kalau mereka hanya bepergian satu hari. Tapi Kang Tae berkata satu hari sudah lebih dari cukup baginya. Itu adalah hari yang diimpikannya seumur hidupnya. Mun Yeong kesal tapi tak bisa membantah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi besok kita pergi?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Terkadang kau seperti penjinak, bukan perawat. Aku merasa kau sedang menjinakkanku.’<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa sebaliknya. Aku terus melakukan hal yang tidak biasanya kulakukan karenamu. Tadi (saat memukul) aku tidak bisa mendengar atau melihat apapun. Aku pasti sudah tidak waras. Aku tidak bisa menahan kemarahanku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, aku tidak gila. Kau mengagumkan,” puji Mun Yeomg.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menoleh dan mereka bertatapan. Pelan-pelan Kang Tae mendekat. Ketika bibir mereka hampir bersentuhan tiba-tiba terdengar pekikan rusa musuh bebuyutan Mun Yeong. Atau jangan-jangan reinkarnasi ibu Mun Yeong?? *sakingterlalubanyaknyateori*<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Batal deh kissnya. Dengan kikuk Kang Tae bertanya apa mereka pergi besok pagi. Tentu saja, kata Mun Yeong datar. Setelah Kang Tae masuk ke dalam, Mun Yeong melotot marah ke arah suara rusa tadi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku ingin mematahkan leher rusa itu,” ujarnya geram. Eh disahutin sama rusanya. “Diam kau, rusa bodoh!!”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_NuZah4mnek/XyEvUdfdlOI/AAAAAAADKdU/sF8vBWDk35g6DdTJH1tQHaJlbewN5mUTwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-20h26m44s337.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-_NuZah4mnek/XyEvUdfdlOI/AAAAAAADKdU/sF8vBWDk35g6DdTJH1tQHaJlbewN5mUTwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-20h26m44s337.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri tidak bisa tidur dan hendak menyelinap keluar. Seung Jae terbangun dan mengikutinya ke atap untuk minum bersama. Ju Ri bertanya apa Seung Jae pernah merasakan jatuh cinta bertepuk sebelah tangan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Sungguh membuang-buang waktu,” jawab Seung Jae. Setelahnya ia sadar dan merasa bersalah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri tidak marah. Ia membenarkan kalau itu buang-buang waktu. Seung Jae berkata Ju Ri pantas mendapatkan yang lebih baik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tahu siapa yang aku sukai?” tanya Ju Ri. Udah dibilangin semua juga tau >,<<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Kang Tae. Aku memang lambat dalam pekerjaan tapi sangat peka dalam masalah percintaan. Mari kita jujur dan realistis. Kau jauh lebih baik darinya. Ia mungkin tampan tapi ia benar-benar tidap punya....” Seung Jae tak berani meneruskan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau benar. Ia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan. Aku pikir aku bisa menjadi orang yang mengisi kehidupannya yang kosong,” kata Ju Ri. Ia berkata ia pasti sudah mabuk dan mengajak Seung Jae masuk setelah minuman mereka habis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae berkata secara pribadi ia berpendapat Ju Ri cocok bersama pria yang lebih tua dengan kepribadian ceria, berpikiran luas dan berkarakter pengusaha. Seperti Direktur Lee misalnya?^^ Ia menepuk Ju Ri dan berkata ia akan menemukannya suatu hari nanti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka sama sekali tak menyadari kalau Direktur Lee diam-diam mendengar percakapan mereka. Dengan senang ia berkata tidak sia-sia ia mempekerjakan Seung Jae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Malam itu Kang Tae dan Mun Yeong sama-sama sulit tidur gara-gara batal kiss.</p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh mengajar menyanyi di kelas terapi musik. Semua bernyanyi riang kecuali ayah Mun Yeong dan Park Ok Ran. Park Ok Ran sesekali melirik ayah Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-h_CXuar4xIk/XyEvcTI-3KI/AAAAAAADKdc/sKYvuS8q36sRckLXvFQvS2yL2TZEPKPgACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-25-20h29m43s802.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-h_CXuar4xIk/XyEvcTI-3KI/AAAAAAADKdc/sKYvuS8q36sRckLXvFQvS2yL2TZEPKPgACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-25-20h29m43s802.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memberitahu kakaknya kalau hari ini ia ada urusan jadi ia akan pulang terlambat. Ia meminta kakaknya menunggu di rumah Jae Su dan malam harinya ia akan menjemputnya. Tapi Sang Tae sedang gembira karena ia memiliki sahabat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Nona Go dan aku adalah sahabat sekarang. Kami adalah sahabat dan teman terbaik. Artinya kami benar-benar dekat. Sahabatmu adalah Jae Su. Sahabatku adalah Nona Go. Aku juga punya sahabat sekarang. Sahabat...sahabat...” Sang Tae terus berceloteh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terdiam mendengarnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh mengajak ayah Mun Yeong jalan-jalan di taman. Ayah Mun Yeong sudah tidak perlu mengenakan kursi roda. Dokter Oh bertanya apakah ayah Mun Yeong tidak merindukan puterinya. Ia dengar kelas dongengnya sangat menyenangkan. Ia juga ingin melihatnya kapan-kapan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia hanya seperti wanita itu...” kata ayah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wanita itu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Semua terpedaya oleh wanita itu. Wajahnya seperti malaikat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tapi di dalamnya hidup iblis.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata semua orang memiliki sisi baik dan buruk. Tapi ayah Mun Yeong berkata wanita itu monster dan membunuh seseorang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Di mana monster itu?” tanya Dokter Oh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia sudah mati. Aku membunuhnya,” tiba-tiba ayah Mun Yeong memegangi kepalanya kesakitan. “Aku yakin aku sudah membunuhnya. Tapi ia kembali. Ia kembali untuk membunuhku. Ia akan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membunuhku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh memegang tangan ayah Mun Yeong untuk menenangkannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-RCgCNLsztAU/XyEvjM5fO4I/AAAAAAADKdg/6v-0c-y212csnXLJadMDs0vQqgJgk_lzACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h07m04s477.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-RCgCNLsztAU/XyEvjM5fO4I/AAAAAAADKdg/6v-0c-y212csnXLJadMDs0vQqgJgk_lzACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h07m04s477.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Perawat Park hendak membaca buku novel ibu Mun Yeong bagian yang sudah ditandai. Park Ok Ran merebutnya sebelum ia sempat membaca. Perawat Park berkata Park Ok Ran tidak boleh masuk ruang perawat. Park Ok Ran bertanya kenapa perawat Park membaca buku itu padahal ia belum selesai membacanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park melihat jarinya tergores kertas karena Park Ok Ran merebut buku dengan keras. Park Ok Ran berkata itu akibat mengambil barang orang lain. Ia benci jika orang melakukan itu. Lalu ia keluar membawa buku itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri masuk dan menanyakan keadaannya. Perawat Park berkata ia tidak apa-apa. Ia tadi melihat Jung Tae keluar rumah sakit hari ini. Padahal hari ini kan giliran Pil Wong. Ju Ri berkata memang begitu seharusnya, tapi Dokter Oh mengijinkan Jung Tae yang keluar hari ini. Perawat Park merasa ada kesepakatan di balik perubahan jadwal ini.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_cfL2yhadKU/XyEvrCCbx3I/AAAAAAADKdk/E9SubH3gYFI186Bm7z3jzQmAkMxnBilywCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h08m03s344.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-_cfL2yhadKU/XyEvrCCbx3I/AAAAAAADKdk/E9SubH3gYFI186Bm7z3jzQmAkMxnBilywCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h08m03s344.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae sudah siap jalan-jalan. Ia bertanya apa Mun Yeong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sudah siap. Mun Yeong keluar dengan pakaian agak seksi plus topi selebar payung. Kang Tae bengong dan bertanya apa Mun Yeong hendak tampil di sirkus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau sedang dalam pelarian?” balas Mun Yeong, melihat pakaian kasual Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Maksudku tidak bisa kau mengenakan pakaian yang nyaman?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku merasa nyaman tak pakai baju,” sahut Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Maksudnya yang normal, kata Kang Tae. Mun Yeong kesal dan berkata ia tidak ingin terlihat normal.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia menggeledah isi tas besar Kang Tae yang kebanyakan merupakan cemilan bahkan kotak P3K lengkap. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kita sedang mengungsi?” tanyanya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae agak malu dan berkata mereka mungkin saja kelaparan dan mungkin saja membutuhkan kotak P3K itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan membuatnya terlalu kelihatan kalau ini pertama kalinya kau jalan-jalan. Kau cukup mengurusku,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ponsel Kang Tae bergetar. Mun Yeong melarangnya angkat telepon tapi Kang Tae tetap mengangkatnya, bahkan menemuinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh mengajak Kang Tae bertemu. Melihat Kang Tae memeriksa jam, ia bertanya apa Kang Tae ada janji lain. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kencan dengan Penulis Ko?” tanyanya sambil tersenyum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bengong. Dokter Oh tertawa dan berkata ia sudah bilang kalau ia pintar membaca pikiran orang. Kang Tae berkata ia ingin menanyakan sesuatu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa latar belakang psikologis orang yang senang mengenakan pakaian terlalu berlebihan dan terlalu modis? Kurasa karena ingin pamer, bukan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sebaliknya. Mereka ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka berpikir mereka terlalu lemah hingga menggunakan pakaian sebagai perlindungan. Semacam perisai. Jadi kau harus melindunginya dengan baik.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aku membicarakan Nona Go.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1A3dH92MS_A/XyEvye9TxQI/AAAAAAADKdo/9eC8Syc-3jcVKLvrjAAJLuHraqJNg-G7ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h11m24s639.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-1A3dH92MS_A/XyEvye9TxQI/AAAAAAADKdo/9eC8Syc-3jcVKLvrjAAJLuHraqJNg-G7ACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h11m24s639.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Karena Kang Tae pergi, Mun Yeong mengadakan rapat dulu dengan Sang Tae. Ia bertanya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>wanita seperti apa yang biasa bergaul dengan Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Perawat, pasien, guru-guru di sekolahku, para ahjumma pemilik rumah,...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata bukan wanita seperti itu. Melainkan wanita yang Kang Tae sukai. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kang Tae tidak suka wanita,” jawab Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong terkejut. Kang Tae suka pria?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia suka padaku,” jawab Sang Tae. “Aku adalah orang paling favoritnya di seluruh dunia. Kang Tae hanya bermain denganku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pantas saja ia tidak tahu cara bersenang-senang, gumam Mun Yeong. Ia akan memastikan Kang Tae bersenang-senang. Mendengar itu Sang Tae mengingatkan kalau ia sudah memberikan Mang Tae. Mun Yeong boleh bermain bersama Mang Tae. Kang Tae akan main dengannya dan ia juga akan main dengan sahabatnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak boleh bermain bersama Kang Tae?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, Kang Tae hanya bermain denganku. Ia adalah adikku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya apa Sang Tae juga menyayangi. Sang Tae berkata ia sangat menyayangi Kang Tae. Kang Tae memiliki mata yang indah. Paling indah, menurutnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa Oppa juga pernah membencinya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae terdiam. Sepertinya pernah, Mun Yeong melihat penuh selidik. Ia bertanya kapan Sang Tae membenci Kang Tae. Sang Tae tidak menjawab dan nampak kikuk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa Oppa tahu dongeng tentang Telinga Raja Keledai? (sempat disebut di episode 3)”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae tahu dongeng itu. Tentang orang yang berteriak di hutan bambu (versi lain, di dalam lubang) untuk membeberkan rahasia telinga raja karena ia harus merahasiakannya dari semua orang. Ia meneriakkan di tempat itu karena mengira orang tidak akan ada yang mendengar, dan ia tetap bisa mengungkapkan rahasianya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Benar. Jika kau menyimpan rahasia untuk dirimu sendiri, kau akan tertekan. Kau harus menceritakannya pada orang lain untuk meredakan stress. Jadi kapan Oppa paling membenci Kang Tae?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sepertinya Mun Yeong ingin menggunakan info ini agar Sang Tae marah pada Kang Tae dan Kang Tae jadi diberikan padanya. Tapi saat itu Jae Su menelepon dan Sang Tae memilih mengangkat telepon daripada memberitahu rahasianya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-N8wG1Ah8y_w/XyEv6v4MvmI/AAAAAAADKdw/TVC7WzHguq4pmLVqXzdEAOmqbdyb-lcVwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h13m12s915.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-N8wG1Ah8y_w/XyEv6v4MvmI/AAAAAAADKdw/TVC7WzHguq4pmLVqXzdEAOmqbdyb-lcVwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h13m12s915.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Mun Yeong akhirnya bepergian. Mun Yeong bersenandung riang sementara Kang Tae masih memikirkan percakapannya dengan Dokter Oh tadi. Dokter Oh berkata mungkin saja Kang Tae benar. Bahwa ibu Mun Yeong bukanlah seseorang yang dirindukan melainkan seseorang yang masih ditakuti. Tapi itu baru dugaan karena mereka tidak bisa mempercayai semua ucapan seorang pasien demensia. Namun mereka juga tidak bisa seluruhnya menutup kemungknan itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana jika penulis Do Hui Jae sebenarnya belum meninggal?” tanya Kang Tae. Bagaimana jika ia hanya menghilang?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Maka kita tahu satu hal yang pasti. Ia pasti akan kembali untuk menemui puteri dan suaminya. Mari kita berharap aku khawatir berlebihan, tapi untuk jaga-jaga aku ingin memintamu melindungi Penulis Go dan ada untuknya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tidak seperti biasanya, Mun Yeong memutar musik di mobil. Ia berkata Sang Tae sangat perhitungan. Tidak akan memberi sesuatu secara gratis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukankah itu sebabnya kalian jadi sahabat? Karena kalian berdua mirip.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5DwTq22qJmg/XyEwC1WtF0I/AAAAAAADKd4/KAyeAqAeF1olJJ1YzZlrrFIt6SEX7pvMgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h17m57s637.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-5DwTq22qJmg/XyEwC1WtF0I/AAAAAAADKd4/KAyeAqAeF1olJJ1YzZlrrFIt6SEX7pvMgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h17m57s637.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su mengantar Sang Tae pulang ke rumah Ju Ri. Ia berkata ibu Ju Ri akan mengadakan pesta samgyeopsal malam ini untuk Sang Tae. Sang Tae bertanya kenapa Jae Su terus mengikutinya. Untuk bermain bersama Sang Tae. No thank you, jawab Sang Tae. Pekerja paruh waktu seperti apa yang ingin bermain bersama bosnya di rumah bosnya. Haha bener juga sih...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka naik ke atap dan bingung melihat ember besar di sana. Tiba-tiba Direktur Lee keluar dari dalam ember. Ia sedang berendam. Ia berkata ia sedang menikmati liburannya. Biasanya ia pergi ke hotel luar negeri tiap musim panas dan tidak melakukan apapun selain membaca buku selama sebulan. Ia mengajak Sang Tae ikut tapi Sang Tae menolak keras. Ia benci air (karena pernah hampir tenggelam dulu).<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-EmOjpkHS05k/XyEwKjmshjI/AAAAAAADKeA/OdqRiNaKBkwS247ZOO-2CsIOkDP09vBYACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h19m30s318.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-EmOjpkHS05k/XyEwKjmshjI/AAAAAAADKeA/OdqRiNaKBkwS247ZOO-2CsIOkDP09vBYACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h19m30s318.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengajak Mun Yeong ke gunung. Mun Yeong bengong melihat jembatan gantung panjang yang dilihatnya membentang menyeberangi ngarai lebar. Apa mereka akan bungee jumping? Kang Tae ingin menyeberangi jembatan itu. Tapi Mun Yeong tidak mau. Ia takut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tertawa karena baru kali ini mendengar kata ”takut” dari Mun Yeong. Mun Yeong kesal, memangnya menyenangkan menyeberangi jembatan bodoh itu? Kang Tae berkata ia hanya ingin naik ke pundak dan melihat pemandangan luas. Ia tidak bisa ke sana bersama kakaknya. Karena ia telah melihatnya sekarang, sudah cukup baginya. Ia mengajak Mun Yeong turun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi mendengar Kang Tae tidak bisa ke sana bersama Sang Tae, Mun Yeong berubah pikiran. Ia akan menyeberang asal Kang Tae menggendongnya di punggung. Kang Tae memilih menyeberang sendiri dan menyuruh Mun Yeong menunggu. Ia berjalan sambil tertawa mendengar Mun Yeong berteriak-teriak memanggilnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Demi Kang Tae, jembatan goyang pun kuseberangi..mungkin begitu pikir Mun Yeong. Ia mulai berjalan sambil marah-marah sekaligus takut karena jembatan itu bergoyang. Karena itu namanya jembatan goyang, kata Kang Tae. Ia menyarankan agar Mun Yeong menyanyi. Mun Yeong dengan polosnya menurut. Ia bernyanyi dengan suara gemetar sekaligus bernada marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hentikan,” kata Kang Tae. “Kau terdengar menakutkan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau mau mati?” sembur Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8FZ2RzuvpgM/XyEwSK6gCmI/AAAAAAADKeE/OyO5_h2alPUHkRtfvBdWl23JV-4zRJZ9gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h21m42s923.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-8FZ2RzuvpgM/XyEwSK6gCmI/AAAAAAADKeE/OyO5_h2alPUHkRtfvBdWl23JV-4zRJZ9gCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h21m42s923.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Akhirnya mereka tiba di seberang dengan selamat. Mun Yeong menyuruh Kang Tae berpose dan ia akan memotret sebagai kenang-kenangan. Awalnya Kang Tae menolak, tapi kemudian ia berpose canggung. Mun Yeong ikut berfoto dengannya agar Kang Tae tidak malu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seseorang menelepon Kang Tae. Kang Tae dan Mun Yeong pergi menemui orang itu. Ternyata Jung Tae yang menelepon. Ia sedang bersama Ah Reum. Keduanya tertawa tak menyangka Kang Tae datang berdua dengan Mun Yeong. Tapi Kang Tae tidak nampak senang dan bertanya apa yang sedang terjadi. Jung Tae menjelaskan kalau Pil Wong meminta pada Dokter Oh agar Jung Tae yang diijinkan pergi menginap di luar rumah sakit menggantikannya. Dokter Oh mengijinkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lalu ia pergi ke rumah Ah Reum. Dan mereka melarikan diri dengan taksi dan pergi sejauh mungkin. Karena sangat jauh, seluruh uangnya habis untuk biaya taksi. Mereka tidak bisa membayar biaya kamar penginapan. Kang Tae bertanya bagaimana mereka bisa mengetahui nomor teleponnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jung Tae menunjukkan daftar nomor telepon darurat yang dicuri Sun Hae dari meja staf rumah sakit. Dari semua orang dalam daftar itu, ia merasa paling dekat dengan Kang Tae. Kang Tae mengingatkan kalau staf dilarang bersama dengan pasien di luar rumah sakit. Jung Tae tahu itu, ia hanya ingin Kang Tae meminjamkan uang agar mereka bisa membayar kamar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia akan menginap semalam dan kembali ke rumah sakit besok. Tentu saja Kang Tae melarang. Tapi Mun Yeong tersenyum penuh arti dan diam-diam pergi meninggalkan mereka . <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jung Tae protes kenapa mereka tidak boleh menginap. Bisa dibilang ini kesalahan Kang Tae juga. Karena mereka tidak bisa berpacaran sebagai sesama pasien, maka ia menahan diri sekuat mungkin. Tapi ketika mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong, Kang Tae yang tidak bisa menahan diri hingga Ah Reum dipulangkan. Mereka harus berpisah besok tapi Kang Tae tidak bisa membayarkan mereka? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ah Reum mulai menangis dan berkata sungguh kejam. Mun Yeong kembali dan berkata Kang Tae harus minta maaf pada mereka karena sepertinya itu kesalahan Kang Tae.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia telah membayar kamar di samping kamar Jung Tae dan Ah Reum. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-l--vp2_8zek/XyEwa-CA_QI/AAAAAAADKeQ/pDatmFkcAxEftC1qntb7qfxywsaV6epPwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h25m21s080.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-l--vp2_8zek/XyEwa-CA_QI/AAAAAAADKeQ/pDatmFkcAxEftC1qntb7qfxywsaV6epPwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h25m21s080.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae membawa Mun Yeong keluar dan mengingatkan kalau mereka tidak bisa menginap. Memangnya kau Cinderella, tanya Mun Yeong. Kang Tae berkata Mun Yeong bisa menginap sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku yakin mereka akan melarikan diri besok. Wanita itu akan segera pindah ke Amerika. Dan si pria harus kembali ke rumah sakit jiwa besok. Lihat saja mereka.Apa mereka bisa dipisahkan? Rasionalitasmu tidak akan pernah bisa menang dari keinginanmu. Apa kau akan membiarkan pasien melarikan diri? Tidak bertanggungjawab. Atau kau akan memisahkan mereka meski tahu betapa mereka saling mencintai? Sungguh kejam.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mulai berpikir. Mun Yeong berkata mereka bisa menginap malam ini dan besok Kang Tae bisa mengantar Jung Tae kembali ke rumah sakit. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku sedang diskors, jadi aku tidak mau bekerja,” kata Kang Tae. Ia berjalan pergi pura-pura tak peduli. Tapi akhirnya ia menyerah. Mun Yeong tersenyum puas.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-D960Qy0jUPc/XyEwjU8dUQI/AAAAAAADKeY/KonOpOVD8sk-F9KX_V8Ufbz_XoWM1CkjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h27m55s357.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-D960Qy0jUPc/XyEwjU8dUQI/AAAAAAADKeY/KonOpOVD8sk-F9KX_V8Ufbz_XoWM1CkjACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h27m55s357.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Di Rumah Ju Ri, semua berkumpul untuk makan malam. Ibu Ju Ri berkata akan lebih baik kalau Kang Tae juga bisa bergabung bersama mereka. Jae Su dan Sang Tae berkata Kang Tae pergi untuk bertemu seseorang. Sekarang kan dia punya banyak waktu luang karena diskors.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae bertanya apakah Seung Tae senang bekerja dengan Mun Yeong. Sang Tae berkata mereka akan bekerja nanti. Sekarang mereka bersahabat dan sahabat tidak saling merahasiakan. Ibu Ju Ri senang mendengarnya dan berkata Sang Tae seharusnya mengajak Mun Yeon ke sini kalau begitu. Tapi Sang Tae berkata Mun Yeong tidak mau karena hendak pergi bersenang-senang sendiri. Padahal ia akan senang pergi bersama Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee merasa aneh karena tidak biasanya Mun Yeong mau keluar di hari sepanas ini. Seung Jae dengan polos berkata mungkin Kang Tae dan Mun Yeong pergi bersama. Seketika itu juga suasana berubah dan semua orang terdiam. Jae Su dan Direktur Lee cepat-cepat bergurau kalau Seung Jae benar-benar kreatif dan bisa jadi penulis. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menawarkan diri untuk membeli bir untuk semuanya. Direktur Lee cepat-cepat keluar untuk menemaninya. Ju Ri berkata Kang Tae dan Mun Yeong mungkin sedang bersama saat ini. Tidak tahu dan siapa peduli, kata Direktur Lee.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Baginya yang terpenting ia bersama Ju Ri sekarang. Ju Ri berkata ia mulai mengerti mengapa Mun Yeong menempel pada Direktur Lee begitu lama.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu pujian, bukan? Tapi sebenarnya, akulah yang menempel padanya..”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa?” tanya Ju Ri tak mengerti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena ia tidak bisa ditinggalkan sendirian. Ia sangat kesepian. Tapi ia tidak mau seorangpun tahu jadi ia menghalau semua orang menjauh darinya. Dia orang yang rumit.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berkata bisa dibilang Mun Yeong dan Kang Tae mirip. Apa karena itu mereka berdua tertarik satu sama lain?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ju Ri, tak terhitung banyaknya alasan kita jatuh cinta. Contohnya, kau mungkin suka karena betapa cantiknya mereka ketika mereka menangis. Atau kau jatuh hati karena mereka mabuk dan memakimu. Atau mungkin karena mereka secara tidak terduga menamparmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri tertawa malu. Direktur Lee berkata Kang Tae juga pasti memiliki alasan kenapa ia menyukai Mun Yeong. Bijak juga nih si direktur....dan Ju Ri nampaknya mulai mengerti mengapa rasa suka tidak bisa dipaksakan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Vp5BiWLSE3o/XyEwrMOl5mI/AAAAAAADKeg/w9OvrKxVj8kI6VBgw2D1_fE78Z7IDlt1QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h32m21s860.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Vp5BiWLSE3o/XyEwrMOl5mI/AAAAAAADKeg/w9OvrKxVj8kI6VBgw2D1_fE78Z7IDlt1QCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h32m21s860.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong melihat Kang Tae masih duduk termenung dan belum menelepon Sang Tae. Apa perlu ia yang meneleponnya? Kang Tae mencegahnya dan berkata ia akan menelepon sekarang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae sedang menggambar ketika Kang Tae menelepon. Sang Tae bertanya apa yang sedang Kang Tae lakukan sekarang. Dengan gugup Kang Tae berkata ia sedang berbicara di telepon dengan Sang Tae. Kapan kau kembali, tanya Sang Tae. Kang Tae berkata ia akan pulang sangat terlambat, mungkin subuh. Ia meminta kakaknya tidak menunggunya dan tidur duluan. Jika Sang Tae bosan atau tidak bisa tidur, ia bisa meneleponnya. Sang Tae berkata Kang Tae juga bisa meneleponnya jika merasa bosan. Hmmm...kenapa harus bohong dari awal sih...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat ekspresi Kang Tae, Mun Yeong berkata ia pernah melihatnya di drama. Ekspresi seorang pria yang berselingkuh dari istrinya. Ia tidak mau jadi selingkuhan, ia ingin jadi istri yang setia.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi keduanya tidak bisa jadi sahabat, bukan?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata kakaknya sangat senang bisa bersahabat dengan Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia juga menyukai Sang Tae. Ia cute.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ada sesuatu yang diharapkan ibuku selama hidupnya. Melihat kakak memiliki teman. Seorang teman yang benar-benar memahaminya. Satu saja.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menghela nafas panjang dan berkata ia memiliki seorang teman seperti itu dulu. Seorang teman yang mengerti dirinya. Dan bisa ditebak itu adalah Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0hYEG3jc6LE/XyEw6Hg4z2I/AAAAAAADKek/qx_zl6VuWHIPltVBIVxYDzNwx4YQaeQQQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h35m27s284.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-0hYEG3jc6LE/XyEw6Hg4z2I/AAAAAAADKek/qx_zl6VuWHIPltVBIVxYDzNwx4YQaeQQQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h35m27s284.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ketika kecil, Ju Ri sering dan diejek dibully teman-temannya. Tapi sebaliknya, mereka takut pada Mun Yeong. Lalu Ju Ri mengajak Mun Yeong berteman. Mun Yeong senang karena ia tidak lagi merasa bosan. Dan Ju Ri senang karena teman-teman sekelas tidak membullynya lagi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Ju Ri tidak ingin berteman hanya dengan satu orang. Ia ingin menjadi teman semua orang. Dan Mun Yeong tidak menyukainya. Jadi Mun Yeong mengganggu anak-anak lain, berharap Ju Ri hanya akan berteman dengannya jika ia kesepian lagi. Tapi ia salah. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ju Ri jadi takut padanya dan tidak mau lagi berteman dengannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Teman yang benar-benar memahamimu itu tidak ada,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau seharusnya berbaikan dengannya,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tidak mau. Ia sudah memiliki sahabat sekarang dan ia juga memiliki Kang Tae. Ia melihat wajah Kang Tae memerah dan memegangnya. Kang Tae menepisnya dan terjatuh karena melompat mundur.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QgEvWVPgueE/XyExFF6f6fI/AAAAAAADKes/ifCjWhWXfaAqGOURG6j1vHWYiMHd11xbgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h37m31s535.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-QgEvWVPgueE/XyExFF6f6fI/AAAAAAADKes/ifCjWhWXfaAqGOURG6j1vHWYiMHd11xbgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h37m31s535.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jung Tae mencicipi minuman buah pemberian pemilik penginapan tapi langsung mengeluarkannya lagi karena mengandung alkohol. Ah Reum melarang Jung Tae meminumnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara Kang Tae di kamar sebelah sudah meminumnya tanpa tahu itu mengandung alkohol dan mulai mabuk. Mun Yeong mengambil ponsel Kang Tae dan diam-diam mematikannya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong bertukar kamar dengan Jung Tae. Jadi Mun Yeong sekamar dengan Ah Reum, dan Jun Tae dengannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mereka akan berpisah besok, jadi biarkan saja mereka,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat Mun Yeong menatapnya tiba-tiba Kang Tae tertawa. Mun Yeong berkata Kang Tae selalu tersenyum bodoh seperti itu ketika mabuk. Kang Tae dengan jujur mengakui kalau ia merasa senang ketika bersama Mun Yeong dan itu membuatnya terus tersenyum. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak bisa begini,” kata Mun Yeong. Lalu ia “menyerang” Kang Tae. Kang Tae sibuk menghindar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu di kamar sebelah, Ah Reum dan Jung Tae asyik menikmati langit malam. Siapa yang lebih cinta, tanya Ah Reum. Orang yang lebih sabar, kata Jung Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena cinta adalah mengenai kesabaran.”<o:p></o:p></p><div style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-YYR2zgVFzIE/XyExLX_4kTI/AAAAAAADKe0/l3x8dbqpJ006KU_Fa_HraOTe13QQOxmyACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h46m17s872.png" width="320" /></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae berhasil memegangi Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia akan tidur jadi Kang Tae bisa melepaskannya. Tapi begitu Kang Tae lengah, ia langsung bergerak. Kang Tae mendekapnya erat-erat dan memohon agar Mun Yeong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diam dan tidur saja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kudengar kita bisa tidur nyenyak jika seseorang mengusap-usap rambut kita.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae pelan-pelan mengusap rambut Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah Mun Yeong tertidur pulas, Kang Tae memperhatikannya dari sudut kamar dan berkata, “Sudah kubilang aku tidak bisa menahan diriku lagi. Kurasa aku tidak bisa melarikan diri lagi.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae semalaman tertidur di meja dan ia mengigau mimpi buruk tentang ibunya yang meninggalkannya. Ia menelepon Kang Tae tapi tidak terhubung.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NI5ySFBnYys/XyExWr6jiQI/AAAAAAADKe8/tSubhGPciPQ_9kWMCBWmm2hwW3J92GtKgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h46m54s682.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-NI5ySFBnYys/XyExWr6jiQI/AAAAAAADKe8/tSubhGPciPQ_9kWMCBWmm2hwW3J92GtKgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h46m54s682.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bangun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sendirian di kamar. Ia cepat-cepat keluar mencari Kang Tae. Apakah ia sudah pergi meninggalkan Mun Yeong? Kang Tae kembali dengan tangan di balik punggungnya. Mun Yeong lega melihatnya dan bertanya ia dari mana.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mengambil yang tidak bisa kuberikan padamu waktu itu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia mengulurkan sebuket bunga liar dan berkata jangan menginjaknya lagi kali ini. Mun Yeong menerimanya dengan bahagia dan berkata bunga-bunga itu cantik. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Begitu juga kau.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mencium Mun Yeong. Keduanya tersenyum bahagia.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka kembali ke penginapan tapi pemilik penginapan berkata pasangan lainnya telah pergi lebih dulu pada subuh hari. Kang Tae bingung karena sepatu mereka masih di depan kamar. Tiba-tiba seseorang memanggill Kang Tae. Jung Tae, sendirian.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hcsxO1DVQRQ/XyExd63t49I/AAAAAAADKfE/oueCZLgxaukzECQLmtDrWpEZM25fvk9-QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h54m12s664.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-hcsxO1DVQRQ/XyExd63t49I/AAAAAAADKfE/oueCZLgxaukzECQLmtDrWpEZM25fvk9-QCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h54m12s664.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mereka sebenarnya sudah melarikan diri dengan uang pemberian Mun Yeong. Tapi Jung Tae tiba-tiba berhenti dan berkata melarikan diri seperti ini dirasanya tidak tepat. Melarikan diri seperti itu hanya mengubah cinta mereka menjadi seseuatu yang dangkal tak berarti dan merupakan sikap pengecut. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa maksudmu?” kata Ah Reum panik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jung Tae berkata ia masih gila alkohol. Bahkan semalam ia berjuang menahan diri. Jika Ah Reum tidak bersamanya, ia pasti sudah mabuk habis-habisan. Ia belum sembuh benar untuk bisa menjaga Ah Reum dan bertanggung jawab atas kebahagiaannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kita bisa berusaha yang terbaik bersama,” kata Ah Reum menangis tersedu-sedu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, aku harus melaluinya seorang diri. Aku akan melaluinya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aku berjanji akan benar-benar sembuh dan menemuimu. Jadi kumohon tunggu aku. Aku tidak akan lama,” Jung Tae memeluknya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-18Mg8oZoNLs/XyExnSj3w7I/AAAAAAADKfM/NrQzS0Xj3SQpIV3ouygOLUfbjygv98FVgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h57m18s067.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-18Mg8oZoNLs/XyExnSj3w7I/AAAAAAADKfM/NrQzS0Xj3SQpIV3ouygOLUfbjygv98FVgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h57m18s067.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Mun Yeong mengantar Jung Tae ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Jung Tae terus menangis. Setelah Jung Tae turun dari mobil, Mun Yeong berkata ia tidak mengerti mengapa Jung Tae melepas Ah Reum jika mencintainya. Apa ia bodoh?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena ia sangat mencintainya. Terkadang itulah mengapa kau harus melepaskan seseorang.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mereka putus karena mereka saling mencintai? Benar-benar omong kosong. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan terlalu yakin. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lalu ia turun untuk menemui Sang Tae sementara Mun Yeong menunggu di mobil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jung Tae menceritakan apa yang terjadi pada Pil Wong. Bahwa Kang Tae dan Mun Yeong datang bersama. Berkata mereka ia dan Ah Reum memiliki kenangan indah. Mereka merasa Mun Yeong dan Kang Tae berpacaran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pasti menyenangkan jika ada dua pernikahan,” kata Pil Wong.</p> <p class="MsoNormal">Chan Yong menguping percakapan mereka. Dan sepertinya ia akan memberitahu semua orang.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9w1GafAU06c/XyExwYMtR1I/AAAAAAADKfU/neRBekwY9eonFZcI6Ja7spfF4ERwPbZqQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-14h59m21s159.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-9w1GafAU06c/XyExwYMtR1I/AAAAAAADKfU/neRBekwY9eonFZcI6Ja7spfF4ERwPbZqQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-14h59m21s159.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae bertanya kenapa Kang Tae tidak mengangkat telepon. Kang Tae baru sadar ponselnya mati. Sang Tae berkata ia menelepon 17 kali. Apa ada yang terjadi, tanya Kang Tae khawatir.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau dari mana saja?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah kubilang aku pergi ke Seoul untuk menemui seseorang.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sendirian, tanya Sang Tae. Sendirian, Kang Tae berbohong lagi. Ia hendak membantu Sang Tae mengambil air tapi Sang Tae mau mengambilnya sendiri karena itu tugasnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Benar saja, Chan Yong pergi ke ruang perawat dan sepertinya memberitahu Perawat Park dan Byul. Lalu di toilet, ia memberitahu Dokter Kwon. Karena Dokter Kwon psikiater pasti bisa menjaga rahasia bukan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang kukatakan ini hanya antara kita ya. Mun Kang Tae dan Go Mun Yeong akan segera menikah. Jung Tae melihat mereka bepergian bersama dan mereka bahkan menginap di kamar yang sama. Sudah jelas...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae keluar dari toilet paling ujung. Ia tidak mengatakan apapun, tapi jelas pasti ia mendengarnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-YHE6gkTc56w/XyEx3VQdN7I/AAAAAAADKfc/10tlZ3Fr3JAhNKkOcyetz8rGtnGIvFf2gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-15h02m07s235.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-YHE6gkTc56w/XyEx3VQdN7I/AAAAAAADKfc/10tlZ3Fr3JAhNKkOcyetz8rGtnGIvFf2gCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-15h02m07s235.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Perawat Park dan Kang Tae melihat gambar terakhir yang dibuat Sang Tae. Gambar tentang tiga orang bepergian dengan camping car. Perawat Park bertanya apa mereka bertiga pernah bepergian seperti itu. Tidak, jawab Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau sempat bertemu dengan pasien Joo Jung Tae di luar rumah sakit?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, aku bertemu dengannya di depan rumah sakit.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau bohong, kakak sudah bilang jangan bohong,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong yang bosan menunggu Kang Tae akhirnya turun dan masuk ke dalam. Sang Tae sekilas melihatnya dan bertanya siapa yang lebih disukai Kang Tae, dia atau Mun Yeong. Kang Tae bertanya kenapa kakaknya bertanya seperti itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Siapa yang lebih kausukai? Kakak atau Penulis Go Mun Yeong?” desak Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga tentu dia lebih menyukaimu,” Perawat Park mencoba menengahi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Sang Tae berteriak ingin Kang Tae yang menjawab. Semua orang melihat ke arah mereka. Tentu saja aku lebih menyukai kakak, kata Kang Tae sambil tersenyum. Tapi Sang Tae tmelihat ekspresi Kang Tae dan tak bisa percaya lagi. Ia berulang-ulang mengatakan kalau Kang Tae berbohong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, aku bersungguh-sungguh,” kata Kang Tae khawatir kakaknya meledak.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PP_Cx7hGYBw/XyEx_IXyDxI/AAAAAAADKfg/9k2HR1l3zIA5Y4miAcpHAUPXzj4LHq-IACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-15h03m07s066.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-PP_Cx7hGYBw/XyEx_IXyDxI/AAAAAAADKfg/9k2HR1l3zIA5Y4miAcpHAUPXzj4LHq-IACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-15h03m07s066.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tapi Sang Tae keburu meledak. Ia menyiram Kang Tae dengan air. Perawat Park ingin membantu tapi Dokter Oh menahannya dan memberi isyarat agar diam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku minta maaf. Ini salahku. Aku tidak akan melakukannya lagi, ya,” kata Kang Tae membujuk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku ingin ia mati. Aku hanya ingin kakakku mati. Kau mengatakannya. Kau bilang kau ingin aku pergi. Kau bilang pada Ibu tiap hari kalau kau ingin kakakmu mati. Karena itu kau mendorongku ke sungai hari itu. Aku berteriak minta tolong. Aku berteriak.,...terus menangis minta tolong tapi kau melarikan diri. Kau meninggalkanku sendirian di air dan lari. Kau ingin aku mati. Setiap hari aku yakin kau menginginkan kematianku,” Sang Tae menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak...” Kang Tae menggeleng sambil menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Semua, dengarkan!!! Ia berusaha membunuh kakaknya! Semuanya...dia berusaha membunuh kakaknya!!!” teriak Sang Tae berulang-ulang sambil menangis.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-I0FLgZC6n0g/XyEyFGytnFI/AAAAAAADKfo/KNqp5UHBgs0_H3WBN4nxxs-6K2CYdZAswCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-15h04m58s435.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-I0FLgZC6n0g/XyEyFGytnFI/AAAAAAADKfo/KNqp5UHBgs0_H3WBN4nxxs-6K2CYdZAswCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-15h04m58s435.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae shock...Ia terus menggeleng sambil menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu tidak benar. Tidak, Kak. Itu tidak benar... Aku tidak berbohong...” Ia jatuh terduduk dan memohon. Menangis tersedu-sedu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Semua orang bingung melihat apa yang terjadi. Sang Tae terus berteriak mengatakan adiknya mau membunuhnya. Hanya Mun Yeong yang tahu apa yang terjadi ketika itu. Ia menangis melihat Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-bYOwZDDHl1k/XyEyJ6CSUJI/AAAAAAADKfw/REgACCRiU_E7bXnIQjdaxukbR_ug2q63ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-26-15h05m43s078.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-bYOwZDDHl1k/XyEyJ6CSUJI/AAAAAAADKfw/REgACCRiU_E7bXnIQjdaxukbR_ug2q63ACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-26-15h05m43s078.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Di saat Kang Tae mulai jujur dengan perasaannya terhadap Mun Yeong, ia malah bersikap tak jujur pada kakaknya. Bagi Sang Tae, kejujuran adalah hal yang sangat penting karena ia seorang yang jujur yang mengatakan apapun yang ada di pikirannya. Ia terus menerus meminta Kang Tae tidak membohonginya, tapi Kang Tae berulang-ulang membohonginya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Satu hal yang Sang Tae pendam adalah apa yang terjadi pada hari itu di sungai. Dan sama seperti yang terjadi pada Kang Tae sebelumnya (mengenai perlakuan ibu mereka), ia salah mengingat apa yang terjadi. Aku tidak percaya kalau Sang Tae sengaja mengatakan hal yang tidak benar demi menyakiti Kang Tae yang sudah membohonginya. Aku percaya justru itulah yang ia rasakan ketika ia selama beberapa saat ditinggal Kang Tae dalam air yang membekukan itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam saat paling menakutkan hidupnya, ia hanya ingat bagaimana Kang Tae meninggalkannya. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa keluar dari air itu dan meninggalkan Kang Tae hampir tenggelam seorang diri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi seperti dalam kisah Telinga Raja Keledai, kuharap dengan Sang Tae mengungkapkan semua yang ia pendam, ia bisa lebih lega. Begitu juga dengan Kang Tae karena aku yakin mereka tidak pernah lagi membicarakan peristiwa hari itu. Tidak ada penjelasan maupun permintaan maaf, tapi keduanya terus membawa ingatan hari itu. Satu dengan perasaan bersalahnya, satu dengan luka karena merasa ditinggalkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Episode ini suka dengan Direktur Lee dan Jung Tae yang bisa mengatakan hal yang bijak dan memilih melakukan hal yang benar. Direktur Lee sepertinya tidak lagi ingin memisahkan Kang Tae dan Mun Yeong. Begitu juga Ju Ri sepertinya mulai mengerti dan tahu harus merelakan Kang Tae, bahkan mulai memikirkan Mun Yeong. Semoga Jung Tae cepat sembuh dan bisa bersama Ah Reum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_29.html[email protected] (Kdramatized)0
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-8331917355984422317Sat, 25 Jul 2020 08:58:00 +00002020-07-25T15:58:13.517+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 8<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_bQzF2rVeDk/XxvtPa11AyI/AAAAAAADKV8/PZOTtS7C0ho1YCWqlDgNQaO84PAcsjMLgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h15m01s423.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-_bQzF2rVeDk/XxvtPa11AyI/AAAAAAADKV8/PZOTtS7C0ho1YCWqlDgNQaO84PAcsjMLgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h15m01s423.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal">Kang Tae menggunting rambut Mun Yeong untuk merapikannya. Mun Yeong bertanya apa ia bisa mempercayai Kang Tae. Dengan tenang Kang Tae berkata ia juga yang menggunting rambut Sang Tae karena hanya ia yang boleh menyentuh rambut Sang Tae. Mengingat gaya rambut jamur Sang Tae, Mun Yeong langsung panik. Apalagi Kang Tae sendiri yang menggunakan gaya seperti itu, bukan atas kemauan Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak mau gaya rambut jamur!” protesnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah terlambat,” kata Kang Tae. Ia yang memegang gunting sekarang. Mun Yeong hanya perlu diam agar semuanya berakhir baik. Mun Yeong terpaksa menurut dan mempercayakan rambutnya pada Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah semua selesai, ia menatap cermin dan tersenyum. Ia mneyukai gaya rambutnya. Begitu juga Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau terlihat cantik,” katanya ketika Mun Yeong menanyakan penampilannya yang sekarang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia sekarang tidak perlu lagi menurut pada ibunya karena ia sudah melepas ikatannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kau ingin melarikan diri dari ibumu?” tanya Kang Tae agak terkejut. Tapi ia tidak menanyakan alasannya dan mengucapkan selamat ketika Mun Yeong berkata ia sekarang sudah bebas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak mau ucapan selamat, aku mau pujian,” Mun Yeong mendekatkan kepalanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membelai rambutnya dan memuji Mun Yeong. Ia bangga pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Merasa gembira, Mun Yeong mengajak Kang Tae pergi bersenang-senang tak peduli di manapun. Seperti Anjing Musim Semi, tanya Kang Tae tersenyum. Mun Yeong mengiyakan lalu tertawa.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qdjErvVkiWA/XxvtXnpJ1vI/AAAAAAADKWA/4r2zOveI9H09u748vxy4a--N0DJZO3tSACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-19h51m09s592.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-qdjErvVkiWA/XxvtXnpJ1vI/AAAAAAADKWA/4r2zOveI9H09u748vxy4a--N0DJZO3tSACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-19h51m09s592.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Keesokan paginya, Sang Tae tertegun saat melihat penampilan baru Mun Yeong. Ia bertanya apa yang terjadi pada rambut panjang Mun Yeong. Aku memotongnya, kata Mun Yeong bangga. Ia menanyakan pendapat Sang Tae, berharap mendapat pujian. Tapi Sang Tae berlata Mun Yeong lebih cocok berambut panjang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae cepat-cepat menyanggah kalau Mun Yeong bagus berambut pendek, takut Mun Yeong marah pada kakaknya. Tapi Sang Tae tak bisa berbohong. Ia berkata Mun Yeong 100 kali bahkan 1000 kali lebih baik dengan rambut hitam yang panjangnya sepinggang. Ia kecewa Mun Yeong memotong rambutnya dan bertanya kenapa Mun Yeong melakukannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berusaha keras menahan kekesalannya yang sudah mencapai ubun-ubun. Berusaha mencegah ledakan kemarahan Mun Yeong, Kang Tae diam-diam memberi isyarat para Sang Tae dengan menendang kakinya. Tapi Sang Tae malah bertanya kenapa Kang Tae menendang kakinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mulai memarahi telur puyuh yang sulit diambilnya dengan sumpit. Kang Tae membantunya. Sang Tae mengamati. Mun Yeong mengulurkan sendok meminta telur gulung. Kang Tae mendekatkan piring telur gulung. Tapi Mun Yeong tidak bergeming hingga akhirnya Kang Tae mengambilkan telur itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau seharusnya mengambilnya sendiri. Kau bukan bayi,” kata Sang Tae. Mun Yeong vs Sang Tae part 1 XD<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-RPw6d4x4upU/Xxvtf9AblhI/AAAAAAADKWI/A7ZJ1BDqnwQ2wnIT1_mlGz8gxfCgQnN0gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h06m14s903.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-RPw6d4x4upU/Xxvtf9AblhI/AAAAAAADKWI/A7ZJ1BDqnwQ2wnIT1_mlGz8gxfCgQnN0gCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h06m14s903.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sambil mengantar Kang Tae keluar, Mun Yeong mengomel kala Sang Tae tidak peka. Maksudmu ia terlalu jujur, kata Kang Tae. Mun Yeong menuduh Kang Tae berpihak pada Sang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tae. Tentu saja, kata Kang Tae, mereka kan bersaudara. Mun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yeong kesal lalu melemparkan sesuatu pada Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kunci mobil. Pulanglah secepatnya begitu kau selesai bekerja, kata Mun Yeong sambil tersenyum. Kang Tae diam-diam mengamati Mun Yeong yang sedang berdiri melihat pemandangan. I know that look....Kang Tae jatuh hati ;)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menoleh dan berkata mulai sekarang Kang Tae yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bertugas memotong rambutnya. Kenapa tidak ke salon, tanya Kang Tae. Mun Yeong berkata ia sama seperti Sang Tae,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak suka orang lain menyentuhnya. Kang Tae adalah kekecualian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lalu ia bertanya lagi apa ia cantik. Cantik, kata Kang Tae sungguh-sungguh. Mun Yeong menatap pantulan dirinya di kaca mobil dan berkata ia juga merasa dirinya cantik. Kang Tae tertawa. Ia mewanti-wanti Mun Yeong agar tidak bertengkar dengan kakaknya. Lalu ia pergi. Namun ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Qvw5t61BBkI/XxvtrgHMs1I/AAAAAAADKWQ/9vm72uMFHsQEQXl_SOKFE0mwdZuELy2yACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h09m16s632.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Qvw5t61BBkI/XxvtrgHMs1I/AAAAAAADKWQ/9vm72uMFHsQEQXl_SOKFE0mwdZuELy2yACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h09m16s632.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Di rumah sakit, Chan Yong mengeluh karena sekarang ia terlihat seperti zombie. Semalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ayah Mun Yeong kumat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar-benar mimpi buruk. Ia keluar ke lorong dengan matanya terbalik ke atas lalu mulutnya berbusa dan ia mengalami kejang. Aku tidak bisa tidur sekejap pun. Kenapa ini selalu terjadi pada saat aku bertugas malam,” keluhnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park menyuntikkan obat pada ayah Mun Yeong. Ia sudah tenang sekarang. Pil Wong berkata ia khawatir tumor otak ayah Mun Yeong kambuh lagi karena semalaman ia terus mengoceh tak jelas. Setelah perawat Park keluar, ayah Mun Yeong membuka matanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park meminta Kang Tae menggantikan baju ayah Mun Yeong karena basah oleh air liur. Ketika Kang Tae menggantikan bajunya, ayah Mun Yeong pelan-pelan bergumam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wanita itu menyanyikan sebuah lagu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lagu apa, tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oh My Darling Clementine. Aku yakin ia sudah mati, tapi ia ada di sini.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Siapa yang Bapak bicarakan?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia sudah mati, tapi dia ada di sini,” kata ayah Mun Yeong lagi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1wvYr-tBrhI/Xxvt3ELG8lI/AAAAAAADKWY/bWlbNxHp6gYhIVVZVIwSNiJYel9hLuy9ACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h12m51s073.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-1wvYr-tBrhI/Xxvt3ELG8lI/AAAAAAADKWY/bWlbNxHp6gYhIVVZVIwSNiJYel9hLuy9ACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h12m51s073.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong membaca komentar orang-orang mengenai artikel kalau ia sedang merawat ayahnya yang sakit. Ternyata banyak yang tidak percaya. Mereka menganggap Mun Yeong pura-pura dan tidak peduli. Mereka berkata Mun Yeong harus jadi orang yang lebih baik dulu. Penulis dongeng yang menyumpah tidak pantas menjadi penulis. Dan mereka menyesal membaca buku Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong kesal. Dulu ia memiliki sanga banyak penggemar, ke mana mereka semua? Ia melihat Sang Tae yang duduk di hadapannya dan berkata penggemarnya ada di sini. Ia bertanya mengapa Sang Tae suka dengan dongengnya. Karena Mun Yeong yang menulisnya, jawab Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kau menyukaiku, bukan dongengku,” kata Mun Yeong tersenyum. Ia bertanya mengapa Sang Tae menyukainya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau cantik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang kausukai dariku?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Rambutmu. Rambut panjangmu yang hitam dengan panjang sepinggang. Itu sangat cantik. Kau memotongnya. Seharusnya kau tidak melakukannya,” celoteh Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menggebrak meja dengan marah dan berkata rapat selesai. Bagaimana bisa mengakhiri rapat yang bahkan belum dimulai, tanya Sang Tae. Mun Yeong berkata mereka akan rapat nanti. Sang Tae mengejar Mun Yeong karena takut tidak dibayar dengan mobil kemping.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FxBj0SLUm3k/XxvuPONYJAI/AAAAAAADKWo/0FG9mEmhAiwWcuzM6UnvkAbEraHzzggjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h15m23s515.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-FxBj0SLUm3k/XxvuPONYJAI/AAAAAAADKWo/0FG9mEmhAiwWcuzM6UnvkAbEraHzzggjACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h15m23s515.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menyuruh Seung Jae menyelidiki latar belakang Ju Ri. Seung Jae melaporkan hasilnya. Ju Ri adalah seorang jomblo. Ia bertemu Kang Tae setahun lalu ketika bekerja di sebuah rumah sakit yang sama. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mereka belum lama saling mengenal,” Direktur Lee senang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Ju Ri meninggal karena sakit saat Ju Ri masih kecil. Ibunya dulu memasak untuk pekerja konstruksi dan sekarang menjadi tukang masak di Rumah Sakit Ok. Ibu dan anak tinggal di rumah berlantai dua dan masih harus membayar hipotek.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga, hidupnya sulit,” kata Direktur Lee prihatin.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kakak beradik Mun tinggal di rumah lantai atas dan temannya yang memiliki resto pizza tinggal di basement. Ibu Ju Ri memberi mereka makanan gratis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pada dasarnya mereka cuma numpang,” gerutu Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae bertanya apa Direktur Lee menyukai Ju Ri. Direktur Lee bertanya kenapa Seung Jae cepat tanggap masalah seperti ini tapi tidak kalau soal pekerjaan. Ia bertanya siapa yang lebih baik menurut Seung Jae antara dirinya dan Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia lebih tinggi dan besar, juga kedudukan sosial dan kedewasaannya. Bukankah ia lebih baik? Seung Jae berkata Direktur Lee hanya kurang satu yang paling utama. Wajah. Direktur Lee meradang.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SVitTBg_Ewk/XxvudkcMpAI/AAAAAAADKWw/riRcwCTp7K0RY2CWSnAzTeGbF8OgWTa3gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h18m20s448.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-SVitTBg_Ewk/XxvudkcMpAI/AAAAAAADKWw/riRcwCTp7K0RY2CWSnAzTeGbF8OgWTa3gCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h18m20s448.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae tidak bisa menghilangkan Mun Yeong dari pikirannya meski ia berusaha. Aku pasti sudah gila, gumamnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh melihat rekaman CCTV semalam untuk memeriksa apa yang terjadi semalam pada ayah Mun Yeong. Ia mellihat seorang wanita berjalan di lorong dalam kegelapan mengenakan jubah hitam. Wanita itu menoleh hingga wajahnya terlihat. Dokter Oh menelepon staf dan ingin berbicara dengan pasien Park Ok Ran (pasien yang juga menyukai buku ibu Mun Yeong).<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menemani Park Ok Ran ke kantor Dokter OH. Dokter Oh memberi isyarat agar Kang Tae tetap tinggal di kantornya selama ia berbicara dengan Ok Ran. Ok Ran bertanya kenapa Dokte Oh ingin bertemu dengannya. Dokter Oh bertanya apa semalam Park Ok Ran melihat Go Dae Hwan (ayah Mun Yeong) di lorong sekitar tengah malam. Park Ok Ran berkata ia pergi ke kamat mandi sekitar tengah malam tapi tak melihatnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh bertanya apa Park Ok Ran menyanyikan lagi saat pergi ke kamar mandi. Lagu apa, tanya Ok Ran. Dokter Oh menyanyikan lagu Oh My Darling Clementine. Ia mengetahui dari Pil Wong sebelumnya kalau ayah Mun Yeong terus mengatakan kalau ia mendengar lagu itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran tersenyum sinis dan berkata ia bukan hanti. Ia bercerita kalau Yoo Sun Hae, pasien yang dulunya shaman, selalu berbicara omong kosong tentang hantu yang muncul di malam hari sambil menyanyi di ujung lorong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi aku bukan hantu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja bukan,” kata Dokter Oh. Ia menanyakan lagi apakah Ok Ran benar-benar tidak menyanyikan lagu tersebut.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aku bilang tidak, jawabnya galak. Dokter Oh tidak bertanya lagi.</p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengantar Ok Ran untuk kembali ke kamar. Ia melihat Ok Ran tersenyum dan bertanya kenapa. Ok Ran berkata tidak ada yang benar-benar memperhatikannya meski ia sudah berbulan-bulan tinggal di sana. Tapi sekarang, orang mulai memperhatikannya. Sungguh menyenangkan, katanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ftd0uRVSQtM/XxvupN2phUI/AAAAAAADKW0/6wkkj0WA6FgYNQtQqHamLrQg7cMPnJhHwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h22m37s993.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ftd0uRVSQtM/XxvupN2phUI/AAAAAAADKW0/6wkkj0WA6FgYNQtQqHamLrQg7cMPnJhHwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h22m37s993.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae berbicara dengan Dokter Oh di atap rumah sakit. Dokter Oh bertanya pada Kang Tae kenapa Ok Ran berbohong. Jelas-jelas ia yang ada di lorong semalam. Aku tidak tahu, jawab Kang Tae. Dan lagi kenapa Dokter Oh bertanya padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Nona Go Mun Yeong adalah wali satu-satunya Go Dae Hwan. Dan sekarang kurang lebih kau adalah wali Go Mun Yeong. Jadi ini urusanmu juga.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku rasa tidak,” Kang Tae menolak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh memberikan cumi kering untuk dikunyah Kang Tae. Ia berkata mengunyah sesuatu bisa mencegah kepikunan. Kang Tae menurut. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sepertinya sesuatu yang aneh terjadi di rumah sakit kita,” kata Dokter Oh. Ia ingin mereka berdua merahasiakannya untuk sementara waktu dan ia meminta Kang Tae mengawasi Park Ok Ran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae diam saja, tidak mengiyakan. Dokter Oh berkata Kang Tae sedang satu tim dengan orang paling berkuasa di rumah sakit itu. Tapi Kang Tae tetap diam seakan tak tertarik. Apa yang kuinginkan, tanya Dokter Oh. Kang Tae menatapnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sebelum pulang, Kang Tae mencabut pengumuman ditundanya kelas Mun Yeong. Ia bersedia membantu Dokter Oh asal kelas Mun Yeong kembali diadakan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eyS6tgRou7A/XxvuyPiAdcI/AAAAAAADKW4/awzorKPosikcNc3_x2SgydQHnaXTpi2PgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h24m19s100.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-eyS6tgRou7A/XxvuyPiAdcI/AAAAAAADKW4/awzorKPosikcNc3_x2SgydQHnaXTpi2PgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h24m19s100.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya Sang Tae akan pergi ke mana. Restoran Cina dan restoran pizza. Sang Tae akan makan sebanyak itu? Sang Tae menjelaskan ia akan makan masakan Cina dengan Kang Tae dan ia kerja di resto pizza. Begitu mendengar dengan Kang Tae, Mun Yeong langsung ingin ikut. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Maka mereka bertiga pun pergi ke kedai jjampong langganan mereka. Mun Yeong baru kali ini makan di kedai sesederhana itu. Kang Tae berkata dulu ibu mereka sering membawa mereka ke sini karena ia sangat menyukai jjampong di sini. Mun Yeong terdiam lalu berkata sepertinya ini adalah restoran terkenal dan sejarah panjang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Sang Tae menikmati makanan mereka. Tapi Kang Tae teringat pada ibunya dan mulai tak bisa menahan tangisnya. Mun Yeong mengamatinya dan bertanya apakah itu enak. Kang Tae mengangguk. Mun Yeong menyeruput mie dan mengaduh kepedasan. Ia mendinginkan lidahnya dengan sepotong acar lobak. Kang Tae tertawa geli melihatnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara Sang Tae berceloteh itu pedas karena capsaicin. Capsaicin melepaskan endorfin dalam tubuh saat dimakan dan membantu meredakan stress. Tapi akan sakit ketika kau pup keesokan harinya. Mun Yeong tersenyum senang melihat Kang Tae tertawa.</p> <p class="MsoNormal">Di luar hujan, Kang Tae langsung memayungi kakaknya setelah memberikan payung pada Mun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yeong. Melihat Kang Tae sibuk melindungi kakaknya agar tidak basah sementara ia sendiri kehujanan, Mun Yeong berlari memayungi Kang Tae. Mereka jalan bertiga.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-g6Fue4wckDQ/XxvvSuuzJ3I/AAAAAAADKXM/P0SwbS1nAYs4mquAUdw8bAkNqHP4gntMgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h31m06s433.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-g6Fue4wckDQ/XxvvSuuzJ3I/AAAAAAADKXM/P0SwbS1nAYs4mquAUdw8bAkNqHP4gntMgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h31m06s433.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dan Kang Tae mengantar Sang Tae naik bis. Sang Tae akan pergi ke resto Jae Su. Setelah naik bis, Sang Tae melihat Mun Yeong menggandeng Kang Tae dan keduanya jalan bersama. Ia tidak nampak senang melihatnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengajak minum Kang Tae. Tadinya Kang Tae menolak karena waktu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>istirahat makan siangnya hampir selesai. Tapi Mun Yeong berkata hanya membutuhkan waktu 10 menit. Saat memesan kopi, ia melihat Mun Yeong menatap seorang pria di meja seberang. Tangan Mun Yeong terulur seperti hendak meraih pria itu. <o:p></o:p>“Aku menginginkannya,” kata Mun Yeong.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-6ebT5fmLMr4/XxvvuoIYqCI/AAAAAAADKXg/SavQV-pvDcQLgs8vstmxg_vEFbPumnbugCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h31m29s421.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-6ebT5fmLMr4/XxvvuoIYqCI/AAAAAAADKXg/SavQV-pvDcQLgs8vstmxg_vEFbPumnbugCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h31m29s421.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sepertinya pria itu mendengar karena ia berhenti menulis dan menoleh pada Mun Yeong. Mun Yeong pura-pura tak melihat. Pria itu menatap agendanya lalu menghampiri Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa Anda penulis Go Mun Yeong?” tanyanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menoleh. Pria itu sangat senang karena benar-benar bertemu Mun Yeong. Ia sudah lama menjadi penggemar Mun Yeong. Lalu ia memberikan kartu namanya. Daniel Choi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae yang sejak tadi memperhatikan, terlihat tak suka dan duduk di depan Mun Yeong. Daniel Choi bertanya apa Kang Tae adalah kekasih Mun Yeong. Bukan, kata Mun Yeong cuek, Kang Tae hanyalah seseorang yang ia kenal. Kang Tae tambah kesal mendengarnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengajak Daniel Choi duduk di sampingnya. Daniel Choi duduk dan berkata perusahaannya bertanggungjawab merencanakan event pameran buku seni Mun Yeong pada musim panas lalu. Namun waktu itu ia hanya melihat dari jauh jadi ia yakin Mun Yeong tak ingat padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu yang kausebut takdir,” kata Mun Yeong. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-u4-xzzx8Ubk/Xxvv3bdNTDI/AAAAAAADKXk/cVWErjtTDZkx5ByPS7wuS2zWXHuanCRAQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h33m35s353.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-u4-xzzx8Ubk/Xxvv3bdNTDI/AAAAAAADKXk/cVWErjtTDZkx5ByPS7wuS2zWXHuanCRAQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h33m35s353.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Daniel Choi tambah senang dan berharap ia bisa terus berhubungan dengan Mun Yeong. Mun Yeong berkata mereka bisa bertemu untuk makan bila ada waktu. Daniel Choi meminta Mun Yeong menuliskan nomor teleponnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dengan senang hati menulis (entah betulan atau tidak nomornya) sambil memberi pesan bernada imut (aegyo). Kang Tae yang diam-diam melirik dan membaca pesan itu tambah terlihat kesal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Daniel Choi lalu meminta Kang Tae memfoto mereka. Kang Tae dengan berat hati mengambil foto mereka. Tapi ia tak bisa fokus karena Daniel Choi menaruh tangannya di lengan bawah Mun Yeong hampir menyentuh pinggang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Err...mengenai tangan di pinggang...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tangan di pinggang?” tanya Mun Yeong. Ia menaruh tangan Daniel Choi agar marangkul pinggangnya. Ya Daniel Choi sih senang-senang aja...tpai ada yang merasa sangat terganggu melihat itu. Ditambah lagi Mun Yeong berpose akrab.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0OkybnFSl4Q/XxvwADN62PI/AAAAAAADKXs/My9AUWiARyUzGnBmol0YBD4gabq_EecVACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h35m15s243.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-0OkybnFSl4Q/XxvwADN62PI/AAAAAAADKXs/My9AUWiARyUzGnBmol0YBD4gabq_EecVACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h35m15s243.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mereka keluar dengan Kang Tae mengomel karena Mun Yeong sangat ramah pada penggemarnya. Mun Yeong berkata setiap senyumnya bisa membuat satu bukunya terjual. Itu adalah ajaran Direktur Lee. Kang Tae mengomel Mun Yeong harusnya fokus menulis bukan pemasaran. Dan lagi kenapa Mun Yeong memberi nomor teleponnya di saat tidak benar-benar kenal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tak bisa menahannya. Aku suka benda-benda hebat. Memangnya ada apa?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tak mau membahasnya lagi dan menyuruh Mun Yeong pulang. Tapi Mun Yeong menariknya dan bertanya apakah Kang Tae cemburu. Kang Tae menyangkal habis-habisan. Ia berkata ia telat karena Mun Yeong. Ia terus mengomel sambil berjalan. Sementara Mun Yeong mengeluarkan benda hebat yang ia dapatkan. Bolpen Daniel Choi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Sx9FF4sTZyA/XxvwIfCSHmI/AAAAAAADKX0/ptn19gYevhAr6Z6Lh8y63uufeje_DSf8wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-22-21h36m20s711.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Sx9FF4sTZyA/XxvwIfCSHmI/AAAAAAADKX0/ptn19gYevhAr6Z6Lh8y63uufeje_DSf8wCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-22-21h36m20s711.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri terkejut melihat ibunya sedang mengobrol dengan Direktur Lee di kantin rumah sakit. Ia langsung protes pada ibunya setelah tahu kalau ibunya menyewakan kamar pada Direktur Lee. Ia merasa kasihan pada Direktur Lee yang tidak mengenal siapapun di kota itu dan bangkrut. Apalagi ia adalah direktur perusahaan penerbit yang mempekerjakan Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri protes mereka tak punya kamar kosong. Apa jangan-jangan ibunya hendak menyewakan kamar di atap pada Direktur Lee? Melihat anaknya protes keras, ibu Ju Ri berkata Ju Ri dan Jae Su harus berbagi kamar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su sudah mendengar tentang pembagian kamar itu dan ia marah-marah karena merasa ibu Ju Ri bersikap semena-mena sebagai ibu kos. Ia curhat pada Sang Tae dengan berapi-api. Ia merasa semua orang di sekeliling Mun Yeong adalah orang menyebalkan. Tapi Sang Tae masih terus memikirkan kedekatan Mun Yeong dan Kang Tae. Kegelisahannya terlihat dari tangannya yang terus menggaruk-garuk tangan satunya lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee bertanya apa Ju Ri marah padanya. Ia terus menelepon tapi Ju Ri tidak mengangkat teleponnya. Ia pikir Ju Ri menghindarinya karena merasa tak enak telah menamparnya. Kenapa harus di rumahku, tanya Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau?” kata Direktur Lee jujur.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menghela nafas dan berkata ada orang yang ia sukai. Direktur Lee berkata ia tahu. Cinta tak terbalas yang ingin dilepaskan Ju Ri. Tapi ia lebih tidak ingin Ju Ri menjadi wanita jahat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau baik dan manis. Kau seharusnya bertemu dengan pria yang mencintaimu apa adanya.” Wow...Direktur Lee bisa juga ya^^<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak baik,” kata Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee berkata orang baik biasanya berkata mereka tidak baik. Terserah, kata Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uUZNfI4B9I4/XxvwRWS9OgI/AAAAAAADKX8/AnyulSWim44XJHzSnhr-8OTEpluo7QQbwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h03m59s053.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-uUZNfI4B9I4/XxvwRWS9OgI/AAAAAAADKX8/AnyulSWim44XJHzSnhr-8OTEpluo7QQbwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h03m59s053.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kemarahan Kang Tae masih belum reda ketika ia tiba di rumah sakit. Ia melampiarkannya pada Direktur Lee yang hendak pulang. Ia berkata Mun Yeong bukanlah selebritis, ia hanya perlu menulis dengan baik. Kenapa ia harus sangat ramah pada penggemar ketika tidak diperlukan?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena taktik penjualanmu yang rendah, ia belajar untuk menyebut semua orang tampan dan membuat hati dengan jarinya setiap saat. Ia membiarkan orang asing merangkul pinggangnya. Kau terlalu sering memaksanya tersenyum hingga ia hanya menaikkan ujung bibirnya saat tersenyum dan terlihat seperti Joker,” Kang Tae menyerocos.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee bingung apa yang sebenarnya dibicarakan Kang Tae sekarang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lakukan tugasmu dengan lebih baik!” bentak Kang Tae. Lalu ia pergi dengan kesal sementara Direktur Lee bertanya-tanya apa yang sangat salah yang sudah dilakukannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qdnGV2Az_x4/XxvwbgU2KkI/AAAAAAADKYE/NR7wa3Kv3Nc6Y3QGuoHOJ6_qFfrqzi9MQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h05m21s879.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-qdnGV2Az_x4/XxvwbgU2KkI/AAAAAAADKYE/NR7wa3Kv3Nc6Y3QGuoHOJ6_qFfrqzi9MQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h05m21s879.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jung Tae diam-diam masuk ke ruang cuci. Ah Reum sudah menunggunya dengan bersembunyi di balik tumpukan seprai. Ia mengeluh dan menangis karena Jung Tae lama datang. Jung Tae meminta maaf, ia harus menghindari dulu seorang pasien yang terus mengajaknya main tenis meja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ternyata mereka diam-diam berpacaran. Mereka merahasiakannya karena peraturan rumah sakit adalah dilarang berpacaran sesama pasien. Apalagi mereka selalu diawasi, jadi ruang cuci itu yang paling aman. Jung Tae menghibur mereka sebaiknya menikmati saja kebersamaan mereka sampai mereka bisa keluar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka hampir kiss saat tiba-tiba terdengar suara dari luar. Jung Tae bersembunyi di balik pintu sementara Ah Reum kembali ke balik tumpukan seprai. Cha Yong masuk sambil mengomel karena harus mengganti seprai padahal ia sangat mengantuk. Kang Tae menyusul dan berkata ia yang akan melakukannya, jadi Cha Yong bisa istirahat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dengan senang hati Cha Yong menggelar selimut di lantai dan berbaring di atasnya. Ia segera tertidur sementara Kang Tae keluar dari kamar.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UZ4MgtUBAdc/XxvwmHI6kEI/AAAAAAADKYM/d1tfWuKRWk00LIaBhjQEo64Z1EjQpCFIQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h07m16s752.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-UZ4MgtUBAdc/XxvwmHI6kEI/AAAAAAADKYM/d1tfWuKRWk00LIaBhjQEo64Z1EjQpCFIQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h07m16s752.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Merasa keadaan sudah aman, Jung Tae dan Ah Reum keluar dari tempat persembunyian mereka lalu diam-diam keluar dari kamar. Namun Kang Tae sudah menunggu mereka di luar. Sepertinya ia sempat melihat Jung Tae atau merasakan ada yang menghalangi di belakang pintu ketika ia masuk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Di tempat sepi, Jung Tae dan Ah Reum memohon agar Kang Tae pura-pura tidak melihat mereka. Ah Reum terus menangis. Jung Tae berlutut dan memohon. Mencintai kan bukan dosa. Pasien juga manusia.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae setuju itu bukan dosa, tapi mereka telah melanggar peraturan. Salah satu dari mereka mungkin akan dipindahkan. Tangis Ah Reum semakin keras sementara Jung Tae menunduk sedih. Ia berusaha memohon agar Kang Tae tidak melaporkan mereka. Kang Tae menasihati agar mereka fokus merawat diri mereka di tempat ini agar bisa segera pulang. Setelah keluar dari sni, tidak ada yang akan memisahkan mereka. Lalu ia pergi meninggalkan mereka. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MlCVygEoH0U/XxvwvxdwTDI/AAAAAAADKYU/ao1Pq6R0x7sD7ki2q4Mea9rY7iyGEh3OQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h08m59s492.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-MlCVygEoH0U/XxvwvxdwTDI/AAAAAAADKYU/ao1Pq6R0x7sD7ki2q4Mea9rY7iyGEh3OQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h08m59s492.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong merasa bosan di rumah. Karena Sang Tae sudah pulang, ia pergi ke kamarnya untuk mengajak bermain. Sang Tae protes Mun Yeong tidak mengetuk pintu sebelum masuk. Lalu matanya tertuju pada Mang Tae yang dipegang Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mang Tae itu punyaku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sekarang milikku. Kang Tae memberikannya padaku,” Mun Yeong menjelaskan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tapi Sang Tae berkata Mang Tae dibuat oleh Kang Tae pada bulan Mei 2007 dan diberikan padanya. Mang Tae akan memakan semua mimpi buruknya. Mun Yeong memotong kalau ia sudah mengadopsi Mang Tae pada bulan Juni 2020, jadi sekarang Mang Tae adalah miliknya. Sang Tae berkata ia tidak pernah menyerahkan Mang Tae untuk diadopsi. Keduanya tidak ada yang mau mengalah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berusaha merebut Mang Tae dari Mun Yeong. Ia berhasil meraihnya namun jadi tarik-tarikan. Mang Tae yang malah terpotong jadi dua. Keduanya tertegun. Tidak bisa mengendalikan amarah, terjadilah perang.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-6_KfVXdeFac/Xxvw4UVT7-I/AAAAAAADKYc/8eDlUFzAj7clJdfcEnKfKexFAqg7O0MeACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h13m05s971.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-6_KfVXdeFac/Xxvw4UVT7-I/AAAAAAADKYc/8eDlUFzAj7clJdfcEnKfKexFAqg7O0MeACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h13m05s971.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae pulang dan mendengar keributan dari dalam kamarnya. Ketika pintu dibuka, isi bantal beterbangan di seluruh ruangan. Sementara Mun Yeong dan Sang Tae masih berkelahi. Sang Tae menjambak rambut Mun Yeong. Mun Yeong menarik baju Sang Tae dengan hidung berdarah. Begitu melihat Kang Tae keduanya berteriak bertanya Mang Tae punya siapa. Lalu kembali bertengkar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalian berdua...” Kang Tae memejamkan mata menahan kemarahannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Keduanya malah saling memukul dengan bantal dengan heboh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“DIAAAAAMMM!!!” teriak Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Keduanya terdiam, tanpa saling melepaskan. Kang Tae menyuruh keduanya menyerahkan Mang Tae. Ia menghitung sampai 3. Akhirnya Sang Tae menyerahkan potongan badan Mang Tae pada Kang Tae lalu bersembunyi dalam lemari. Sebelum masuk ia sempat melempar bantal pada Mun Yeong dan berkata ia membencinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruh Mun Yeong menyerahkan Mang Tae juga. Mun Yeong berteriak kalau Kang Tae sudah memberikannya padanya jadi tidak boleh diambil lagi. Kang Tae berkata ia sudah mewanti-wanti agar Mun Yeong tidak bertengkar dengan Sang Tae jadi Mang Tae harus dikembalikan. Dengan marah Mun Yeong melempar kepala Mang Tae lalu keluar. Ia masuk kamarnya dan mengamuk di balik selimut.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Z0t9pIgbxuA/XxvxDN7COLI/AAAAAAADKYg/M-_EIPXyiKA0C6gTvTmGB-GGVLBgbxkEwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h15m26s747.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Z0t9pIgbxuA/XxvxDN7COLI/AAAAAAADKYg/M-_EIPXyiKA0C6gTvTmGB-GGVLBgbxkEwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h15m26s747.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memanggil kakaknya agar keluar dari lemari. Sang Tae tak menjawab. Kang Tae berkata Mang Tae tidak bisa menangkap kupu-kupu. Sang Tae mengulangi ucapan Kang Tae. Kang Tae berkata ia tidak bisa mendengar. Sang Tae membuka pintu dan berkata Mang Tae tidak berguna jika tidak bisa menangkap kupu-kupu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar. Kakak menaruhnya di laci dan melupakannya, jadi kuberikan pada Nona Go. Maaf aku tidak meminta ijin terlebih dulu. Tapi jika kita tidak memerlukan sesuatu, bukankah lebih baik memberikannya pada yang membutuhkan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi jika aku memberikan semua barangku pada orang yang membutuhkan, bagaimana denganku? Apa yang tertinggal untukku?” tanya Sang Tae sedih.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak akan selalu memilikiku. Lupakan Mang Tae, kakak memiliki Kang Tae.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Penulis Go sendirian jadi ia membutuhkan Mang Tae,” kata Sang Tae. Ia berkata Mun Yeong boleh mendapatkan Mang Tae, tapi tidak boleh Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terdiam sejenak lalu mengiyakan. Mun Yeong mendapat Mang Tae, bukan Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-88Y-hS_tmhE/XxvxR5hd8_I/AAAAAAADKYo/dG30WxgpNesZCGjAAV7uy5pNqW9r8yuFQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h17m46s716.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-88Y-hS_tmhE/XxvxR5hd8_I/AAAAAAADKYo/dG30WxgpNesZCGjAAV7uy5pNqW9r8yuFQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h17m46s716.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Malamnya ia menjahit kembali kepala Mang Tae pada tubuhnya. Mun Yeong menemuinya karena tidak bisa tidur. Ia tidak mengerti apa salahnya. Kang Tae berkata Sang Tae sudah memberikan Mang Tae pada Mun Yeong. Sekarang Mang Tae milik Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Terserah, itu kan memang milikku,” Mun Yeong duduk di sebelah Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata Mun Yeong harus berusaha tenang bahkan ketika Sang Tae marah. Mun Yeong tidak suka diperintah. Kang Tae berkata itu bukan perintah tapi permintaan tolong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi bagaimana aku bisa menahan kemarahanku dan tetap tenang? Katakan, kau kan ahlinya. Aku melihatmu melakukannya saat aku melukai tanganmu dengan pisau. Ketika orang itu menjambak rambut kakakmu di toko buku. Dan ketika kakakmu memukulimu secara membabi buta. Bagaimana kau bisa melakukannya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika kau hanya menahannya, tidak akan ada yang terjadi. Jika aku membiarkan emosiku menguasai tanpa memikirkan akibatnya, kakak dan aku tidak akan memiliki hubungan seperti ini. Menyimpan semuanya dan bertahan adalah satu-satunya cara aku bisa melindungi kakak.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NiNwjyyGNl0/XxvxiDf_2AI/AAAAAAADKY0/GPWE8ZvgM3844PPiOP1qcOKjOC467WxjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h18m56s956.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-NiNwjyyGNl0/XxvxiDf_2AI/AAAAAAADKY0/GPWE8ZvgM3844PPiOP1qcOKjOC467WxjACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h18m56s956.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata karena itu ia dan Kang Tae berjodoh. Kang Tae sabar, sementara ia temperamental. Seperti bom dan pin pengamannya. Mereka ditakdirkan bersama. Kang Tae jadi kesal lagi ingat peristiwa siang tadi. Ia bertanya berapa banyak pria yang ditakdirkan dengan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bingung tak mengerti. Kenapa kau tak bertanya pada penggemarmu yang hebat, sindir Kang Tae. Mun Yeong mengeluarkan bolpen Daniel Choi, maksudnya bolpen ini?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukankah ini sangat bagus? Lihatlah bentuknya. Sempurna. Tapi kau jauh lebih tampan dari bolpen ini,” Mun Yeong mendekati Kang Tae lalu meniup telinganya. Ia tertawa Kang Tae tidak perlu cemburu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak cemburu,” kilah Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengantuk dan membaringkan dirinya di paha Kang Tae. Ia tidak mau ke kamarnya karena Mang Tae ada di sini. Ia menepuk paha Kang Tae agar rileks. Kang Tae berusaha tidak terpengaruh. Ia bertanya apa Dokter Oh sudah menelepon mengenai kelas Mun Yeong yang dimulai kembali. Sudah, jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata mereka menerima banyak permintaan kelas Mun Yeong dibuka kembali dair para pasien. Sepertinya mereka menyukai kelasnya. Tapi Mun Yeong sudah tertidur lelap.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membaringkannya di sofa, menyelimutinya, dan memberikan Mang Tae yang sudah utuh untuk digenggam Mun Yeong. Lalu ia duduk di lantai menatap Mun Yeong. Pelan-pelan ia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Mun Yeong. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5BJW_ZBigN0/XxvxpCFeqTI/AAAAAAADKY4/ELG6DdfLgTgWOZPnte8FNVPf6kQ9P-NJACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h22m45s949.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-5BJW_ZBigN0/XxvxpCFeqTI/AAAAAAADKY4/ELG6DdfLgTgWOZPnte8FNVPf6kQ9P-NJACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h22m45s949.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee panik melihat kumisnya lenyap entah ke mana. Jae Su berkata ia sudah mencukurnya. Sekarang mereka tinggal sekamar. Dan semalam Jae Su kesal karena Direktur Lee terus mendengkur. Tanpa sengaja permen karetnya jatuh ke dekat hitung Direktur Lee. Direktur Lee malah terus menggosoknya hingga permen karet itu menempel ke seluruh kumis. Jae Su mencukur habis kumis tersebut.</p> <p class="MsoNormal">Saat sarapan Direktur Lee menceritakan hal tersebut pada ibu Ju Ri hingga ibu Ju Ri tertawa. Ia juga membantu memasak. Ibu Ju Ri memuji Direktur Lee terlihat tampan tanpa kumis. Hmmm...aku malah lebih suka liat dia pake kumis sih hehe...keliatan lebih muda sih iya ;p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee senang dipuji ibu Ju Ri dan berterimakasih pada Jae Su. Jae Su diam-diam merasa sebal karena sebelumnya Direktur Lee marah karena ia sudah mencukur kumisnya tapi sekarang malah haha hihi dengan ibu Ju Ri. Poin tambahan untuk Direktur Lee: bantu masak^^<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pdWtMcD_dJQ/Xxvx4RMHciI/AAAAAAADKZA/vcq8QzLL_RQekybRIWIdYXbSzXdOgd5WwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h25m33s893.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pdWtMcD_dJQ/Xxvx4RMHciI/AAAAAAADKZA/vcq8QzLL_RQekybRIWIdYXbSzXdOgd5WwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h25m33s893.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri terbangun dan terkejut melihat Seung Jae sedang sibuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membersihkan lantai. Sama seperti Direktur Lee, Seung Jae juga tinggal di sana, sekamar dengan Ju Ri. Seung Jae ingin membantu selama tinggal di sini jadi ia akan bertanggungjawab dengan kebersihan kamar. Ju Ri bisa mengabaikannya, anggap saja ia tidak terlihat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri dan Seung Jae turun untuk sarapan. Direktur Lee bertanya apa Ju Ri tidak melihat ada yang berbeda. Ju Ri berkata Direktur Lee terlihat lebih baik dengan kumis. Ibu Ju Ri memindahkan piring daging ke dekat Direktur Lee. Ia ingin Direktur Lee menjaga Sang Tae baik-baik. Jika dilakukan, ia akan memastikan selalu ada daging di meja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee tertawa dan meminta ibu Ju Ri tidak khawatir. Sekarang saja makanannya sudah seperti pesta. Sop ini terlalu asin, kata Seung Jae. Drektur Lee hendak menendang Seung Jae tapi Jae Su menghalanginya. Lalu Jae Su menuangkan sedikit air pada sop Seung Jae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju ri memuji Direktur Lee karena semuda itu sudah memiliki perusahaan penerbitan sendiri. Jae Su tak mau kalah dan berkata ia juga punya resto pizza meski masih muda. Tapi Direktur Lee memotong ucapannya dan berkata ia akan membalas kebaikan ibu Ju Ri ribuan kali setelah ia kembali sukses. Ibu Ju Ri menyemangatinya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UAtOBbx3IsQ/XxvyJghyIRI/AAAAAAADKZM/rGJ15OmAfac4Dtuq7DrWY8vbeoOSN6kEACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h25m59s483.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-UAtOBbx3IsQ/XxvyJghyIRI/AAAAAAADKZM/rGJ15OmAfac4Dtuq7DrWY8vbeoOSN6kEACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h25m59s483.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dalam perjalanan ke rumah sakit, ibu Ju Ri melihat Ju Ri sedang kesal. Kenapa lagi? Ju Ri bertanya kenapa ibunya tanya-tanya mengenai orangtua Direktur Lee. Ibu menjelaskan kalau Direktur Lee akan tinggal sementara bersama mereka, jadi wajar saja jika ia bertanya-tanya. Ju Ri merasa terganggu ibunya tertarik pada Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena ia tertarik padamu,” kata ibu Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri bertanya bagaimana ibunya bisa tahu. Yaelah semua juga tau kali >,< Ibu Ju Ri berkata dengan bertambahnya usia, ada beberapa hal yang kita tahu begitu saja. Ju Ri berkata kalau begitu seharusnya ibunya tidak memberi harapan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia pekerja keras dan ceria. Ia terlihat seperti orang yang bertanggung jawab.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri mengingatkan ibunya mengapa ia menolak Direktur Lee. Ibu Ju Ri berkata justru karena ia tahu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pria itu tidak membalas perasaan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>puteri tersayangku. Aku membencinya untuk itu. Tapi aku juga merasa kasiha. Bagi Ibu, kau yang jauh lebih penting.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri mengingatkan kalau ibunya yang menyuruhnya tetap mengejar meski ia ditolak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ibu khawatir kau akan mengikutinya ke ujung jurang jika kau terus menerus mengejarnya,” ibu Ju Ri mengakui.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7YTsaCVUp1A/XxvySTd-OVI/AAAAAAADKZQ/1RLgoimDyY0ZOuE1AX6qWgCcyp6R_4GQQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h28m28s730.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7YTsaCVUp1A/XxvySTd-OVI/AAAAAAADKZQ/1RLgoimDyY0ZOuE1AX6qWgCcyp6R_4GQQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h28m28s730.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mereka tiba di rumah sakit, hampir bersamaan dengan trio Kang Tae, Sang Tae, dan Mun Yeong. Ibu Ju Ri memuji potongan rambut baru Mun Yeong. Mun Yeong menggandeng Kang Tae dan berkata Kang Tae yang memotongnya. Kang Tae melepaskan gandengan Mun Yeong dengan malu. Sang Tae bertanya kenapa Kang Tae memotongnya padahal Mun Yeong lebih cantik berambut panjang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri mengundang Mun Yeong datang ke rumahnya jika ada waktu. Ia akan memasakkan makanan untuknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa puterimu tidak suka ide itu,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri berkata Ju Ri mirip dengannya jadi tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Ia berkata Mun Yeong tak usah khawatir dan datang saja untuk makan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalian bisa bertengkar lagi jika masih ada sisa tenaga. Lebih baik lagi kalian berbaikan setelah bertengkar,” ibu Ju Ri tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WLCIOa5BsiI/XxvybizLkgI/AAAAAAADKZY/bjA_K73QHt0ESuZ7Y9C89ftohpxdRpE_gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h29m23s960.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-WLCIOa5BsiI/XxvybizLkgI/AAAAAAADKZY/bjA_K73QHt0ESuZ7Y9C89ftohpxdRpE_gCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h29m23s960.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri cepat-cepat menarik ibunya pergi. Kang Tae memperhatikan mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau suka dia?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau memotong rambut Nona Go? Kenapa?” sambung Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Atau kau suka pada ibu kosmu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Berhentilah bicara sembarangan, kata Kang Tae. Mun Yeong protes karena Kang Tae tadi melepas gandengannya. Ia menggandeng Kang Tae lagi. Melihat itu, Sang Tae memisahkan mereka dengan berdiri di tengah. Ia menggandeng Mun Yeong dan Kang Tae. Aku kok suka kombinasi ini ya...<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qYn8U8buf-o/Xxvyt1cMg6I/AAAAAAADKZk/DErrI2sz3RQWOIZxObuaLfuY83hx60FCQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h30m40s428.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-qYn8U8buf-o/Xxvyt1cMg6I/AAAAAAADKZk/DErrI2sz3RQWOIZxObuaLfuY83hx60FCQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h30m40s428.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menemui Dokter Oh di kantornya. Ia berkata ia kira Mun Yeong akan marah padanya dan menolak untuk mengajar lagi. Ia sangat khawatir kemarin. Mun Yeong berkata ia dengar para pasien merindukan kelasnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh bertanya apa itu yang dikatakan Kang Tae. Sepertinya Kang Tae terlalu malu memberitahu Mun Yeong kalau ia sudah mengancamnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia berkata aku lebih baik mengembalikan kelas dongeng atau ia tidak akan melakukan apa yang kusuruh. Ia melotot padaku dan memberiku ultimatum.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa ia melakukannya?” Mun Yeong diam-diam tersenyum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa ia ingin melihatmu meski ia sedang bekerja.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah suasana mencair, Dokter Oh berkata ada yang ingin ia tanyakan pada Mun Yeong. Apa ia mengenal pasien mereka yang bernama Park Ok Ran. Mun Yeong mengenalnya sebagai salah satu pasien di kelasnya. Dokter Oh berkata ia hanya ingin tahu apakah Ok Ran menikmati kelas Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PMhS8pDJ5j0/Xxvy0_9t7GI/AAAAAAADKZo/kaxdn89_7_Mv5MbmzmObU1QOdVxU4XFVwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h31m21s608.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-PMhS8pDJ5j0/Xxvy0_9t7GI/AAAAAAADKZo/kaxdn89_7_Mv5MbmzmObU1QOdVxU4XFVwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h31m21s608.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Saat pemeriksaan, Jung Tae diam-diam memasukkan susis ke kantung Kang Tae. Ia berterimakasih karena Kang Tae tidak melaporkannya dan Ah Reum. Kang Tae berkata ia belum memutuskan. Jung Tae berkata ia dan Ah Reum sudah berjanji untuk menunggu hingga mereka keluar dari rumah sakit. Mereka harus menuruti peraturan. Mereka akan fokus untuk menjadi lebih baik agar bisa segera keluar dan saling mencintai sesuka hati mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia senang mendengarnya. Yang terpenting adalah tekad mereka. Tapi Jung Tae mengakui kalau sesungguhnya itu berat baginya. Ia tidak sesabar Kang Tae. Akan lebih baik jika ia tidak pernah melihat Ah Reum. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku melihatnya tiap hari dan itu membuatku benar-benar gila. Aku mengatakan pada diriku sendiri untuk tidak melihat padanya tapi aku terus memikirkannya bahkan ketika aku memejamkan mataku. Lalu ketika aku melihatnya, aku ingin menyentuhnya. Ketika aku melihatnya tersenyum pada pria lain, aku menjadi sangat marah. Kepalaku terus mengatakan aku tidak boleh. Dan hatiku hanya bisa mengikuti mataku. Benar-benar membuatku gila.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mendengar itu, Kang Tae langsung menyadari itu yang ia rasakan pada Mun Yeong. Ia berdiri di luar kelas Mun Yeong. Mun Yeong tersenyum dan melambai padanya. Ia cepat-cepat pergi karena semua orang menoleh padanya. Park Ok Ran melihat itu dan tersenyum sinis.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wrSf37ClD9Y/Xxvy7ybSiXI/AAAAAAADKZs/ymxrY4kCYbg4lxSSfvxg37gI6XPM0WmEACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h32m42s121.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-wrSf37ClD9Y/Xxvy7ybSiXI/AAAAAAADKZs/ymxrY4kCYbg4lxSSfvxg37gI6XPM0WmEACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h32m42s121.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeoung sedang mengupas dongeng Beauty and The Beast. Kisah itu dianggap memberi pesan moral agar tidak menilai orang hanya dari penampilan. Menurutnya itu hanya hal yang ingin dikatakan orang dewasa pada anak-anaknya untuk mendisiplinkan mereka. Bagi Mun Yeong, Beauty and The Beast adalah cerita tentang Stockholm Syndrome (sindrom di mana para korban penculikan menunjukkan kesetiaan bahkan jatuh cinta pada penculiknya).<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Beast tinggal sendirian di kastilnya karena terkena kutukan. Ia menyandera seorang gadis bernama Belle di kastil itu dan menjadikannya korban yang setia (grooming: melakukan kejahatan dengan membangun hubungan lebih dulu hingga korban sulit lepas dari pengaruh pelaku). Pil Wong berkata bukankah cerita itu tenang gadis baik hati yang dikurung dalam kastil demi ayahnya, lalu membantu Beast menghilangkan kutukannya karena jatuh cinta padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata Beast biasanya egois dan keras pada Belle, jadi melakukan hal baik sesekali dan menatapnya dengan senyum tipis sudah cukup untuk menggugah hati Bell, si gadis polos. Belle jadi beranggapan Beast adalah orang yang kesepian jadi ia harus merengkuhnya dengan cintanya dan hanya ia yang bisa mengubahnya. Hmmm....kira-kira apakah itu anggapan Mun Yeong tentang Kang Tae, bahwa ia adalah Beast-nya dan Kang Tae adalah Belle yang polos? Bahwa Kang Tae sudah terkena Stockholm Syndrome?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-knH4fjvvcc8/XxvzECeqiyI/AAAAAAADKZ0/K8LWPldS1WEYjQu_jfiScVu99c_hTjuPACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h34m51s409.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-knH4fjvvcc8/XxvzECeqiyI/AAAAAAADKZ0/K8LWPldS1WEYjQu_jfiScVu99c_hTjuPACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h34m51s409.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tidak, tiba-tiba Ah Reum berteriak. Ia menolak keras anggapan Mun Yeong tentang cerita itu. Menurutnya Beast berubah jadi pangeran karena cinta sejati Belle. Cinta Belle menenangkan kekerasan Beast. Cinta itu memeluk jiwanya yang terluka. Itu adalah hal terbesar yang bisa dilakukan pada sesama manusia. Itu adalah cinta sejati. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sun Hae berkata ia hampir muntah mendengar ulasan seromantis itu, sementara Pil Wong mengira Ah Reum harus minum obat lagi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tapi untuk pertama kalinya, Mun Yeong tidak membantah. Ia malah termenung dan bertanya, “Cinta?” Nampaknya hal ini sama sekali tidak terpikirkan olehnya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uxRogoVHqN0/XxvzMOx_zTI/AAAAAAADKaA/k7PFgiJdl90D49-XdmZM8BQGgGNA2U5UQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h36m31s741.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-uxRogoVHqN0/XxvzMOx_zTI/AAAAAAADKaA/k7PFgiJdl90D49-XdmZM8BQGgGNA2U5UQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h36m31s741.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Perawat Park menghampiri Sang Tae yang sedang asyik melukis. Ia memuji lukisan Sang Tae dan bertanya sejak kapan ia belajar melukis. Aku terlihat dengan bakat, kata Sang Tae. Bakat alami. Ia tidak pernah belajar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park berkata ia iri pada orang-orang yang bisa menggambar dan melukis dengan baik. Ia bertanya apakah ia boleh melukis bunga kecil di sana. Sang Tae menepis tangannya dan melarang Perawat Park menyentuh lukisannya. Perawat Park kaget dan menenangkan kalau ia tidak akan menyentuhnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lalu ia ikut menyanyikan lagu yang sedang didengarkan oleh Sang Tae. Ia bertanya apakah Sang Tae mau ikut dengannya melihat bunga jika sudah selesai. Tentu saja, kata Sang Tae. Entah karena Perawat Park ingin lebih mengenal Sang Tae atau ada maksud lain.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SK7Dshh6WE8/XxvzUNDMuhI/AAAAAAADKaI/xsKeCYcN_UYmh9-2aId3Y7P3wZf4c2xjQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h37m18s497.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-SK7Dshh6WE8/XxvzUNDMuhI/AAAAAAADKaI/xsKeCYcN_UYmh9-2aId3Y7P3wZf4c2xjQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h37m18s497.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Para staf khawatir dengan kedatangan mantan suami Ah Reum untuk menemui Ah Reum. Tapi Ah Reum sudah bersedia menemuinya dan lagi Chan Yeong menemani di dalam ruangan itu. Byul berkata ia dengar mantan suami Ah Reum sering memukulinya. Kenapa mengunjunginya di saat mereka sudah bercerai? Tidak tahu malu. Dan lagi Ah Reum juga terlalu baik karena bersedia menemuinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berkata mereka sudah bersekolah bersama sejak SMP. Mereka saling mengenal lebih dari separuh hidup mereka jika ditambah 3 tahun masa pernikahan mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pasti sulit untuk memutuskan semua ikatan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Byul jadi berpendapat kalau pendapat Mun Yeong benar, grooming itu menakutkan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tepat saat itu, di layar CCTV terlihat Ah Reum berlari keluar dan mantan suaminya mengejarnya. Chan Yong hendak mengejar tapi terhalang oleh peralatan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2EhdVJR9Rok/XxvzcgSkxxI/AAAAAAADKaM/bNA--VY9on87QSsq00JYpn7Up0_mfRY2wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h38m48s746.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-2EhdVJR9Rok/XxvzcgSkxxI/AAAAAAADKaM/bNA--VY9on87QSsq00JYpn7Up0_mfRY2wCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h38m48s746.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ah Reum dikejar sampai ke taman, di mana Mun Yeong sedang duduk sendirian. Ah Reum meminta mantan suaminya tidak menemuinya lagi. Mantannya meminta maaf dan ingin memulai semuanya dari awal. Ia berjanji akan baik pada Ah Reum. Tapi Ah Reum berkata ia tidak akan tertipu lagi. Semua sudah selesai di antara mereka. Ia akan memulai hidup baru setelah keluar dari rumah sakit.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mantan suaminya meminta Ah Reum mengingat masa-masa bahagia mereka. Ia bahkan berjanji akan memotong tangannya jika ia memukul Ah Reum lagi. Mun Yeong memperhatikan mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ada seseorang yang kusukai,” kata Ah Reum. Ia akan tinggal bersamanya setelah ia keluar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sikap mantan suami Ah Reum langsung berubah kasar. Ia membentak dan memegangi Ah Reum dengan kasar. Lalu mengayunkan tangannya untuk memukul.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pi0-EvUMgaE/Xxvzj1UwmpI/AAAAAAADKaQ/EqW6CxDfr1UTZrTS9hO7lJZaImDVHTUOACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h39m25s055.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pi0-EvUMgaE/Xxvzj1UwmpI/AAAAAAADKaQ/EqW6CxDfr1UTZrTS9hO7lJZaImDVHTUOACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h39m25s055.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tapi kepalanya terkena lemparan kaleng kosong. Mun Yeong yang melemparnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga, kukira kau tempat sampah,” katanya tenang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ah Reum berlari ke belakang Mun Yeong untuk berlindung. Mantan suami Ah Reum berkata rumah sakit ini pasti rumah sakit jiwa betulan karena banyak perempuan gila.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau juga tidak memeriksakan diri? Orang gila? ” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong dengan keras hingga Mun Yeong jatuh terduduk di tanah. Mun Yeong melotot marah. Mantan suami Ah Reum menarik Mun Yeong agar berdiri tapi Mun Yeong bertahan. Saat itulah Kang Tae menarik mantan suami Ah Reum dan langsung menonjoknya. Bahkan Mun Yeong pun terkejut melihatnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FxUgyei_f5c/Xxvzrjr12wI/AAAAAAADKaY/f-GSoUbZ0MQKqzKCnXH7RWbui84dR6thgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h40m30s285.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-FxUgyei_f5c/Xxvzrjr12wI/AAAAAAADKaY/f-GSoUbZ0MQKqzKCnXH7RWbui84dR6thgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h40m30s285.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memegangi mantan suami Ah Reum dan siap memukulnya lagi. Perawat Park dan Chan Yong berlari untuk menghalanginya. Jangan, gumam Sang Tae yang tadi sedang bersama Perawat Park. Tapi Kang Tae mendorong Chan Yong. Kali ini kemarahannya tidak tertahankan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Barulah ketika Ah Reum berteriak sambil menangis dan berlutut, Kang Tae mulai bisa meredakan kemarahannya dan tak jadi memukul. Ia menghampiri Mun Yeong dan membantunya berdiri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau tak apa-apa?” tanyanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Rasanya sakit,” Mun Yeong mengakui. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae memegang pipi Mun Yeong. Wajahnya nampak terluka seolah ia sendiri yang tadi ditampar. Mun Yeong melepaskan batu yang sejak tadi digenggamnya di belakang punggungnya. Seperti biasa, ia tidak pernah tidak memiliki “senjata” untuk membalas lawan. Tapi kali ini ia tidak menggunakannya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LJhGCNptbks/Xxvzyt_-zMI/AAAAAAADKag/6lpbmOjf8fojxAsHpcDMtAyLI8EgVD7AwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h42m05s975.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-LJhGCNptbks/Xxvzyt_-zMI/AAAAAAADKag/6lpbmOjf8fojxAsHpcDMtAyLI8EgVD7AwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h42m05s975.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Detektif Oh masih merasa itu pembelaan diri dari Perawat Park beranggapan itu adalah penganiayaan. Apapun alasannya, seorang perawat telah memukul seorang pengunjung. Jika Ah Reum tidak maju, masalahnya akan lebih buruk.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae meminta maaf atas perbuatan adiknya dan ia berkata ia akan menasihati adiknya. Lalu ia menegur Kang Tae karena tidak lebih pengertian. Kang Tae berkata ia bersedia menerima hukuman apapun yang dijatuhkan. Dokter Oh memutuskan untuk menskors Kang Tae dan ia tidak mendapat gaji selama diskors.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membereskan barang-barangnya. Chan Yong tak habis pikir Kang Tae bisa kehilangan kesabaran seperti tadi. Ia yakin mantan suami Ah Reum akan menuntutnya. Ju Ri bertanya apakah Kang Tae tidak bisa meminta maaf dan mengakui telah melakukan kesalahan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu bukan kesalahan,” jawab Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri terdiam. Artinya Kang Tae memang benar-benar akan tetap memukul mantan suami Ah Reum jika hal seperti tadi terulang lagi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BirfQVoncYQ/Xxvz8-5KFVI/AAAAAAADKas/Gd8_LrN16_0nvtyLzlEygCgWLB_KADrqACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h43m31s326.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-BirfQVoncYQ/Xxvz8-5KFVI/AAAAAAADKas/Gd8_LrN16_0nvtyLzlEygCgWLB_KADrqACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h43m31s326.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Para pasien menganggap Kang Tae sangat keren. Mereka akan menunggu Kang Tae kembali. Kang Tae tidak mengatakan apapun dan berjalan keluar. Ia sempat berpapasan dengan Sun Hae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sun Hae bertanya pada teman-temannya kenapa Kang Tae tersenyum. Teman-temannya bingung, Kang Tae tadi tidak tersenyum. Kang Tae kan diskors pasti sedang sedih dan hampir menangis. Tapi Sun Hae yakin tadi ia melihat Kang Tae tersenyum. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berjalan menuju pintu keluar dengan senyum makin lebar. Seolah sebuah beban berat telah terlepas. Ia berlari menemui Mun Yeong yang masih duduk di tempat tadi. Senyumnya makin lebar. Ia berdiri di depan Mun Yeong dan melepaskan tasnya. Duh cerah banget dek senyumnya XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku diskors. Mereka tidak akan membayarku selama aku diskors dan aku mungkin akan dituntut. Semuanya sangat kacau,” kata Kang Tae sambil tertawa. “Kaubilang kau akan melarikan diri denganku kapanpun aku mau. Aku ingin bepergian bersamamu. Sekarang. Ayo.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia mengulurkan tangan pada Mun Yeong.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mun Yeong tersenyum dan menyambut uluran tangan Kang Tae. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Plr8l7my0l4/Xxv0DbHjRbI/AAAAAAADKa0/Rto42MAFdJERv98bOYatvmeUwFE_fvowwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-23-14h47m39s244.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Plr8l7my0l4/Xxv0DbHjRbI/AAAAAAADKa0/Rto42MAFdJERv98bOYatvmeUwFE_fvowwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-23-14h47m39s244.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p><b>Komentar:</b></p> <p class="MsoNormal">Sebenarnya aku agak heran kenapa orang di sekitar tidak menyadari apa yang terjadi. Anggaplah Perawat Park dan Sang Te belum lama ada di sana, atau staf dan pasien lain. Kejadian Kang Tae memukul mantan suami Ah Reum dengan mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong itu perbedaannya cuma beberapa detik. Apa mereka sama sekali tidak tahu apa yang terjadi? Padahal suami Ah Reum dari tadi bentak-bentak, rasanya aneh kalau tidak ada yang mendengar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan lagi sama seperti Kang Tae aku merasa mantan suami Ah Reum pantas mendapat pukulan. Jika Mun Yeong tidak melempar kaleng dan bersikap cuek, maka Ah Reum sudah dipukuli. Orang-orang mungkin melihat Mun Yeong sebagai provokatornya, tapi penjahatnya di sini adalah mantan suami Ah Reum. Benar kata Mun Yeong, harusnya ia memeriksakan diri juga di rumah sakit jiwa. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Senyum Kang Tae seharusnya menyadarkan dirinya kalau tidak apa-apa sesekali melepaskan emosi selama ia melakukan hal yang benar. Selama ini ia menahan diri dengan anggapan ia menghindari masalah dan sebagainya, tapi alkibatnya ia sama sekali tidak bahagia. Hanya satu pukulan saja bisa membuat ia tersenyum begitu gembira karena ia meyakini ia tidak melakukan kesalahan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sebaliknya, Mun Yeong yang dulu pasti akan menghampiri mantan suami Ah Reum dan memukulnya dengan batu meski Kang Tae sudah memukulnya tadi. Ingat bagaimana ia mengejar kritikus bukunya setelah menngatakan hal buruk tentang dirinya? Kang Tae saat itu menahannya tapi ia tetap mengejar dan melakukan balas dendamnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Satu lagi perubahan Mun Yeong adalah ia tidak lagi menimbang-nimbang apakah ia harus membantu orang atau tidak. Sebelumnya ia selalu memikirkan dulu apakah ia harus membantu dalam kasus Kang Tae dan Sang Tae, tapi sekarang ia langsung maju. Apapun alasan ia melempar kaleng, aku yakin mulai ada empati dalam dirinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong vs Sang Tae. Aku mengerti mengapa Sang Tae merasa khawatir melihat kedekatan Kang Tae dan Mun Yeong. Selama ini Kang Tae selalu ada untuknya dan ia terbiasa mengetahui Kang Tae selalu bersamanya. Kuharap satu saat ia menyadari, meski dalam keterbatasannya, bahwa Kang Tae pun berhak mendapatkan kehidupannya sendiri. Dan lagi aku yakin kehidupan sendiri Kang Tae akan selalu melingkupi Sang Tae. Karena itu aku sangat senang dengan momen mereka bertiga. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Apalagi sang Tae mengatakan ia ingin punya teman. Artinya ia merasa belum mempunya teman sama sekali, meski ia lama bersama Jae Su. Kang Tae adalah adiknya sekaligus orangtuanya. Tidak sama dengan teman. Mun Yeong orang yang tepat menurutku. Keduanya sama-sama terlalu jujur. Tidak menilai orang secara diskriminatif. Di mata mereka semua orang sama dan mendapat perlakuan yang sama sesuai pemahaman mereka. Mirip temenan ala bocah, bentar berantem bentar baekan hehe... <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><br /></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_25.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-6859398273602986803Wed, 22 Jul 2020 04:34:00 +00002020-07-22T11:34:15.064+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 7<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-12StTtYTVTQ/Xxe7KEh_kZI/AAAAAAADKN8/2pBW8y7t-OUupiDAMEB-3o7EJfXWHbM0gCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h26m39s798.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-12StTtYTVTQ/Xxe7KEh_kZI/AAAAAAADKN8/2pBW8y7t-OUupiDAMEB-3o7EJfXWHbM0gCLcBGAsYHQ/w400-h225/vlcsnap-2020-07-12-14h26m39s798.png" width="400" /></a></div><p class="MsoNormal">Kang Tae mendengar suara isak tertahan dari kamar Mun Yeong. Ia membuka pintu dan melihat Mun Yeong terbaring kaku sambil terisak. Barulah ketika ia mengangkatnya bangun, Mun Yeong menangis histeris. Mun Yeong menyuruh Kang Tae melarikan diri. Tapi tangannya menggenggam erat baju Kang Tae. Kang Tae memeluknya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk menenangkannya dan berkata ia tidak akan pergi. Mun Yeong kembali tenang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Semalaman Kang Tae menjaga Mun Yeong. Pagi hari ia terbangun dan melihat Mun Yeong sedang menatapnya. Mun Yeong bertanya mengapa Kang Tae ada di kamarnya. Kang Tae berkata Mun Yeong semalam demam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi apa kau main dokter-dokteran?” sindir Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruh Mun Yeong istirahat. Ia akan mengantar Sang Tae dan membeli obat. Sebelum Kang Tae pergi, Mun Yeong berkata ia tidak melakukan kesalahan. Wanita itu (Kang Eun Ja) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang terus bersikap sekaan-akan ia ibunya, jadi ia memberitahunya kalau ibunya sudah mati. Hanya itu. Hmmm...kenapa Mun Yeong menceritakan ini pada Kang Tae bahkan sebelum ada yang menanyakannya? Biasanya ia tidak peduli. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-bxHbC3Vi6lM/Xxe7V47JUQI/AAAAAAADKOA/cP-7azoMrRADqdLz6IxdunP7VAKQezJagCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-12h49m06s829.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-bxHbC3Vi6lM/Xxe7V47JUQI/AAAAAAADKOA/cP-7azoMrRADqdLz6IxdunP7VAKQezJagCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-12h49m06s829.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae berusaha menghafal jalan menuju restoran Jae Su. Baru kali ini ia pergi dari rumah Mun Yeong. Kang Tae berkata ia akan mengantar karena ia juga perlu ke kota. Ia bolos kerja di rumah sakit hari ini. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu di rumah sakit, Dokter Oh dan para staf sedang mengamati rekaman CCTV saat pasien Kang Eun Ja pingsan. Mereka melihat Kang Eun Ja pingsan saat berbicara dengan Mun Yeong. Sekarang ia sedang dirawat di ruang isolasi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah itu mereka mengadakan rapat. Dokter Oh berkata Kang Eun Ja bisa saja mengalami konversi dan berhenti berdelusi, jadi mereka harus mengawasinya. Dokter Oh ingin tahu lebih dulu apa yang dikatakan Mun Yeong pada pasien Kang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pasti ia mengatakan: puterimu sudah mati. Jadi ia pingsan karena shock dan emosi,” kata Byul.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park bertanya bagaimana Mun Yeong bisa tahu kalau puteri Kang sudah tiada. Byul berkata bisa saja Kang Tae yang memberitahu. Mereka kan dekat. Ju Ri langsung protes kalau mereka berdua tidak dekat dan Kang Tae tidak mungkin membocorkan informasi pasien.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Saking kesalnya, ia tidak mau ikut-ikutan ketika para staf voting agar mereka melakukan sesuatu pada Mun Yeong yang terus menerus menyebabkan masalah sejak ada di sana. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh akhirnya berkata kelas Mun Yeong dihentikan untuk sementara sampai mereka tahu apa yang terjadi. Para staf setuju dengan keputusan tersebut. Dokter Oh juga ingin berbicara dengan Kang Tae tapi Perawat Park berkata Kang Tae tadi menelepon kalau hari ini ia tidak masuk. Ju Ri lagi-lagi kecewa karena ia tidak tahu apa-apa. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pcptrauH3ss/Xxe7gfTOY-I/AAAAAAADKOI/TeYC7WEqd9ouBYYDWJCTgdv8HxL43LuhwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-12h51m45s079.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pcptrauH3ss/Xxe7gfTOY-I/AAAAAAADKOI/TeYC7WEqd9ouBYYDWJCTgdv8HxL43LuhwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-12h51m45s079.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Di bis, Kang Tae menyarankan agar Sang Tae berhenti dari restoran Jae Su. Menggambar di rumah sakit, menjual pizza, dan nanti akan mulai menggambar ilustrasi..Sang Tae pasti akan sangat sibuk. Sang Tae tidak merasa keberatan tapi Kang Tae khawatir Sang Tae kelelahan lalu jatuh sakit dan sakit-sakit badan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Seperti anjing,” kata Sang Tae. Ia berkata Kang Tae mengerang seperti anjing bila sakit. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae berkata ia tidak seperti itu. Ia tidak sakit karena sekarang ia tidak melakukan banyak pekerjaan. Ia merasa baik-baik saja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Perasaanmu yang sakit. Tubuh itu jujur. Ketika kau sakit secara fisik, kau menangis. Tapi hati itu berbohong. Ia tetap diam meski tersakiti. Lalu ketika kau tidur, kau akhirnya menangis dan mengerang seperti seekor anjing.” (Sang Tae bijak banget...)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae teringat tangis Mun Yeong semalam. Ia mengalihkan perhatiannya pada Sang Tae yang asyik membaca buku. Apa ia sangat menyukai buku itu. Sang Tae mengiyakan. Buku itu karya Mun Yeong berjudul Anjing Musim Semi. Ia menceritakannya pada Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-tGVqvGzrnNc/Xxe71rWHvNI/AAAAAAADKOY/nU-MyBML0CwqjyjSfkj2-c_x-81fZDWrQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-12h54m01s679.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-tGVqvGzrnNc/Xxe71rWHvNI/AAAAAAADKOY/nU-MyBML0CwqjyjSfkj2-c_x-81fZDWrQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-12h54m01s679.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> <p class="MsoNormal">Mereka tiba di restoran Jae Su. Jae Su bersiap marah tapi Kang Tae mendapat telepon dan memberi isyarat kalau mereka akan bicara nanti. Ia pergi keluar untuk berbicara. Direktur Lee yang meneleponnya karena Mun Yeong tidak mengangkat teleponnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata Mun Yeong saat ini tidak enak badan. Direktur Lee bertanya sejak kapan ia sakit dan apa gejalanya. Ia merasakan firasat buruk dan khawatir semalaman. Tapi Kang Tae berkata ia akan memberitahu Mun Yeong untuk menelepon Drektur Lee, lalu menutup telepon. Ia masuk ke apotik untuk membeli obat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tidak menghiraukan telepon Direktur Lee. Ia teringat masa kecilnya. Ibunya selalu menyisiri rambutnya dan berkata Mun Yeong cocok berambut panjang karena mirip dengannya. Ia melarang Mun Yeong memotong rambutnya. Bila Mun Yeong berkata ia bosan dengan rambutnya yang panjang, ibunya akan marah dan berkata Mun Yeong harus menurut padanya. Marahnya ibu Mun Yeong itu nyeremin ya, sampai lempar sisir dan memecahkan cermin.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengambil gunting dan hendak memotong rambutnya. Tapi tiba-tiba terngiang suara ibunya, “Kumohon, selamatkan aku...”</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WV1S9KjurXU/Xxe8ZsinZ4I/AAAAAAADKOw/kG0tslXaExEqtSXbRG7kMxZj8eKtJkMggCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-12h57m18s380.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-WV1S9KjurXU/Xxe8ZsinZ4I/AAAAAAADKOw/kG0tslXaExEqtSXbRG7kMxZj8eKtJkMggCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-12h57m18s380.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee baru tiba di rumah Mun Yeong ketika ia mendengar suara kaca pecah dair lantai atas. Ia berlari ke kamar Mun Yeong. Cermin di kamar itu pecah sementara Mun Yeong duduk diam di tempat tidur. Mun Yeong, panggil Direktur Lee waspada.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku ingin memotongnya, tapi aku tidak bisa,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Memotong apa, tanya Direktur Lee. Ibuku, jawab Mun Yeong. Direktur Lee bertanya apa Mun Yeong mengalami tindihan lagi karena halusinasinya. Sejak kapan?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sejak hari pertama aku kembali ke sini.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee langsung membereskan semua barang Mun Yeong. Mereka akan kembali ke Seoul sekarang. Kali ini ia tidak mempedulikan ancaman Mun Yeong yang melarangnya menyentuh barang-barangnya. Ia tahu Mun Yeong akan hancur jika halusinasi itu mulai menghantuinya lagi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia tidak bisa membiarkan Mun Yeong tinggal di sini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dan Kang Tae harusnya tidak saling terlibat. Ia sudah mendapat firasat buruk mengenai itu. Mun Yeong mengambil lampu meja dan siap menghantamkannya pada Direktur Lee. Tapi Direktur Lee sangat mengenal Mun Yeong. Ia berhasil menangkap lampu itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia membawa koper Mun Yeong dan menarik Mun Yeong pergi. Ia tidak peduli pada protes kemarahan Mun Yeong dan ancamannya. Pokoknya Mun Yeong harus keluar dari rumah ini agar bisa hidup. Mun Yeong berpegangan pada ujung tangga. Direktur Lee berusaha melepasnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-svX5FyZ4zqM/Xxe8rF2FTbI/AAAAAAADKO8/xhuQj4OcMv4GAChgDRFLCv-31hL_oErUQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h00m11s571.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-svX5FyZ4zqM/Xxe8rF2FTbI/AAAAAAADKO8/xhuQj4OcMv4GAChgDRFLCv-31hL_oErUQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h00m11s571.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Apa yang kau lakukan!!” bentak Kang Tae. Ia berjalan cepat ke tangga. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee hendak menjelaskan tapi Mun Yeong mendorongnya pelan. Direktur Lee kehilangan keseimbangan dan melihat Kang Tae berharap ia menolongnya. Kang Tae dengan tenang meraih Direktur Lee dan menolongnya. Lagi-lagi jadi adegan romantis XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee berkata ia akan membawa Mun Yeong dan Kang Tae sebaiknya pergi juga dari rumah ini. Ia mengulurkan tangan pada Mun Yeong tapi Kang Tae menepisnya. Mun Yeong menyuruh Kang Tae mengusirnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau pura-pura lemah,” kata Direktur Lee.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Menyeretnya pergi tanpa persetujuannya dapat dianggap kekerasan. Kau melakukannya duluan, jadi aku juga bisa melakukannya, bukan?” ujar Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia memiting tangan Direktur Lee dan mendorongnya keluar rumah. Direktur Lee menggedor pintu sambil berteriak kalau ia satu-satunya orang yang bisa melindungi dan merawat Mun Yeong. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1d2HsYjU0zg/Xxe8z4nMzeI/AAAAAAADKPA/6Y1_-N4cNiEn6Sc8urGrd4EOCz45Gp8-QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h01m00s063.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-1d2HsYjU0zg/Xxe8z4nMzeI/AAAAAAADKPA/6Y1_-N4cNiEn6Sc8urGrd4EOCz45Gp8-QCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h01m00s063.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal"><br /></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menasihati Mun Yeong agar tetap mengunci pintu jika sendirian di rumah. Mun Yeong tersenyum memangnya ada orang yang akan melukainya, bukannya sebaliknya? Kang Tae terdiam. Ia melihat cermin Mun Yeon yang pecah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tetap saja biarkan terkunci. Kau bilang hal menakutkan akan terjadi jika kau lengah,” katanya. Ia menyerahkan obat penurun demam yang dibelinya tadi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika aku meminum benda seperti ini setiap kali aku perlu menenangkan diri, maka aku sudah jadi pecandu,” seloroh Mun Yeong. Obat itu tidak berguna baginya.</p> <p class="MsoNormal">Kang Tae punya ide lain. Ia mengajak Mun Yeong jalan-jalan. Sepanjang jalan Mun Yeong bersenandung. Ia suka ide yang ini. Kau mau ke mana, tanya Kang Tae. Motel. Apa yang mau kaumakan? Kau. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menghentikan mobilnya dan menegur Mun Yeong. Mun Yeong berkata hari ini ia akan menurut dokter Kang Tae. Ia akan ikut ke manapun Kang Tae membawanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Qyl0S3F9Cek/Xxe9AXKFssI/AAAAAAADKPI/JF5bwdYMt6UK3ayfUMVNqSRjuTdoAEiRACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h05m01s976.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Qyl0S3F9Cek/Xxe9AXKFssI/AAAAAAADKPI/JF5bwdYMt6UK3ayfUMVNqSRjuTdoAEiRACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h05m01s976.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su bertanya pada Sang Tae apa maksudnya dengan “nanti”. Karena tadi Kang Tae menjawab “nanti” saat ia hendak bicara.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kapan-kapan sebelum kau mati,” jawab Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su terkejut. Tidak mungkin Kang Tae melakukan itu padanya. Mereka bertemu saat ia baru berusia 16 tahun di resto ayam orangtuanya. Ketika itu Kang Tae bekerja paruh waktu di resto mereka dan tinggal bersama mereka. Jae Su lebih tua 1 tahun darinya tapi Kang Tae tidak pernah menganggapnya sebagai kakak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia selalu memberi kakak semua paha,” curhatnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku hanya makan paha,” Sang Tae membenarkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata ia iri pada Sang Tae. Ia juga ingin punya adik seperti Kang Tae. Jadi suatu waktu ia meminta Kang Tae menganggapnya sebagai kakak. Tapi Kang Tae berkata ia tidak perlu kakak lagi. Sejak itu ia sadar kalau Kang Tae butuh teman, bukan seorang kakak lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku juga butuh teman,” kata Sang Tae murung.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-idgB5Jod7jo/Xxe9LwrQS4I/AAAAAAADKPQ/UYzg2_fYqtIf6R3jKxC5OHUUgx0BZWl9QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h05m55s176.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-idgB5Jod7jo/Xxe9LwrQS4I/AAAAAAADKPQ/UYzg2_fYqtIf6R3jKxC5OHUUgx0BZWl9QCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h05m55s176.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae membawa Mun Yeong makan daging. Mun Yeong makan dengan lahap dan berkata sekarang ia merasa lebih baik. Kang Tae berkata dagingnya belum matang. Tidak apa-apa, kata Mun Yeong, ia memiliki banyak panas dalam tubuhnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak bisa mengendalikan diri kalau soal makanan. Aku tetap merasa lapar berapa banyak pun aku makan. Apa karena aku kaleng kosong?” tanya Mun Yeong. Tapi itu pinggang tipis banget >,<<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae jadi tidak enak hati dan meminta maaf. Waktu itu ia hanya bicara sembarangan. Tapi itu benar, kata Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, kau bukan kaleng kosong.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu apa?” Mun Yeong menatap Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Preman?” Kang Tae tertawa garing. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-STqaNDIdkXE/Xxe9Y-LtlAI/AAAAAAADKPY/kSa-hJczGOkShjhwAtT4zcVat0VWhgCCwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h07m20s427.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-STqaNDIdkXE/Xxe9Y-LtlAI/AAAAAAADKPY/kSa-hJczGOkShjhwAtT4zcVat0VWhgCCwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h07m20s427.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Curhat Jae Su belum selesai. Sejak itu ia terus menjual ayam. Dari ayam goreng, kukus, asam manis, paha, bahkan kaki ayam. Sang Tae membalas hanya kepala ayam yang belum pernah dijual Jae Su. Itu benar, kata Jae Su. Padahal ia tidak mau jualan ayam. Ia bahkan muak dengan baunya. Tapi hanya bisnis itu yang bisa ditutup dan dibuka dengan cepat. Karena ia tidak tahu kapan temannya harus pindah lagi, ia terus berjualan ayam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi kali ini terasa berbeda. Aku merasa ia mungkin saja menetap di Kota Seongjin. Jadi aku mengumpulkan semua uang yang kumiliki, bahkan mengambil pinjaman untuk membuka bisnis lain. Tidak lagi ayam. Tapi dia.....dia meninggalkan aku,” Jae Su mulai menangis, “Kenapa? Karena ia menyukai Go Mun Yeong si gila itu, lebih dari padaku temannya selama 15 tahun.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata bukan itu sebabnya. Tapi Jae Su berkata itu benar. Sang Tae menjelaskan Kang Tae ikut dengannya karena kontrak yang dibuatnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan terlalu percaya Kang Tae. Kakak mungkin saja berakhir sepertiku,” kata Jae Su (aku tidak suka sih dengan perkataan Jae Su ini)<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ohtNNSUprjI/Xxe9mBNEBNI/AAAAAAADKPg/o9w9mpYGPEwyGxnJhiMW9GqlcSSTT8q4wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h08m42s998.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ohtNNSUprjI/Xxe9mBNEBNI/AAAAAAADKPg/o9w9mpYGPEwyGxnJhiMW9GqlcSSTT8q4wCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h08m42s998.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong telah selesai makan dan bertanya kenapa Kang Tae tidak ikut makan. Kang Tae berkata ia tidak terlalu lapat. Kayanya sih ngirit ;p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau pernah tidur dengan wanita?” tanya Mun Yeong dengan nada seakan bertanya apa warna kesukaan Kang Tae XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae sampai menyemburkan air minumnya mendengar pertanyaan tak terduga Mun Yeong. Tidak pernah, tanya Mun Yeong kaget. Kang Tae bertanya kenapa Mun Yeong tiba-tiba bertanya sembarangan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau kelihatannya tidak punya keinginan apapun. Tidak punya keinginan untuk makan, memiliki, atau melakukan apapun. Kau selalu kelihatan apatis,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Aku tidak apatis, kilah Kang Tae. Ia berkata ia hanya menahan dirinya. Kenapa, tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau melakukan apapun yang kau mau, tapi tidak semua orang seperti itu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan menahan dirimu. Seharusnya tidak sesulit itu. Apakah aku perlu menarik pin pengamanmu? Aku penasaran apa yang akan terjadi jika kau tidak menahan diri.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NmpVmegB-DQ/Xxe9uw5iLQI/AAAAAAADKPo/hDfZI6BRS94N05ObjpLDHwCFR80vIoe1QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h09m32s621.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-NmpVmegB-DQ/Xxe9uw5iLQI/AAAAAAADKPo/hDfZI6BRS94N05ObjpLDHwCFR80vIoe1QCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h09m32s621.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Seung Jae menemui Sang Tae di resto Jae Su. Ia ingin memberi referensi ilustrasi untuk pekerjaan Sang Tae. Sepertinya lebih karena ia juga ingin mendekati Mun Yeong karena Direktur Lee kalah terus dari Mun Yeong. Tapi Sang Tae berkata tidak sopan membicarakan pekerjaan lain di tempat kerja orang lain. Dan lagi jam kerjanya sudah selesai. Mereka akan membicarakannya nanti. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong dan Kang Tae masih berjalan-jalan. Kang Tae berkata jalan-jalan bisa menjernihkan pikiran dan menambah semangat. Tapi Mun Yeong berkata ia hanya memikirkan kakinya yang sakit dan buang-buang waktu. Apa Kang Tae mau menggendongnya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae gugup karena Mun Yeong mendadak berhenti di hadapannya. Ia mengeluarkan ponselnya untuk mencari di mana Sang Tae berada. Mun Yeong merebut ponselnya dan melemparnya. Tapi tidak betulan. Ia berkata Kang Tae harus fokus hanya padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baiklah, berikan padaku,” Kang Tae mendekati Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong terus menyembunyikan ponsel itu. Kang Tae berusaha merebutnya dan berakhir dalam posisi dekat. Terlalu dekat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau sedang memelukku?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae cepat-cepat menjauh. Mun Yeong mengangkat telepon Kang Tae yang berbunyi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hei, Ju Ri. Teman serumahku sedang berada dalam situasi canggung jadi aku mengangkat teleponnya. Ada apa?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri terkejut Mun Yeong yang mengangkat telepon. Ia ingin tahu kenapa Kang Tae tidak masuk kerja hari ini. Mun Yeong berkata Kang Tae cuti agar bisa bersamanya. Lalu ia menutup telepon.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8XnNGhJf1qk/Xxe-FzLvhII/AAAAAAADKP4/xJg6yhy0mPoIF_tV7TU_lufZ_A-3wkQWACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h18m43s197.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-8XnNGhJf1qk/Xxe-FzLvhII/AAAAAAADKP4/xJg6yhy0mPoIF_tV7TU_lufZ_A-3wkQWACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h18m43s197.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia baru tahu Kang Tae sengaja cuti. Ia bertanya apa karena Kang Tae khawatir padanya. Apa Kang Tae mengajaknya kencan untuk membantunya menenangkan diri? Siapa bilang ini kencan, kilah Kang Tae. Lalu apa, tanya Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau sedang merayuku? Atau coba-coba? Atau kau sedang mempermainkanku? <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Baik, mari kita jadian.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pergi.” Kata Kang Tae. “Pergi. Apa kau tahu sudah berapa kali kau mengatakan itu padaku? Bahkan semalam dan hari itu juga (hari ketika Kang Tae<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membawakan bunga). Tapi semalam kau terdengar seperti memohon agar aku tidak pergi. Waktu itu aku melarikan diri. Tapi hari ini, kurasa aku sebaiknya bersamamu. Hanya itu.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QPZm7sBKp2s/Xxe-NIOo2qI/AAAAAAADKP8/uLxo6n5_G1AExWA6d28ciuk0ogvHEV1NwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h20m28s800.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-QPZm7sBKp2s/Xxe-NIOo2qI/AAAAAAADKP8/uLxo6n5_G1AExWA6d28ciuk0ogvHEV1NwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h20m28s800.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee minum-minum sambil mengomel karena Mun Yeong yang sudah dibantunya selama 10 tahun meninggalkannya demi seorang perawat baru dikenal. Ia akan mencari wanita termanis dan terbaik di dunia ini. Tiba-tiba seseorang membentaknya karena berisik. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menoleh dan melihat Ju Ri yang sudah mabuk. Ju Ri mengeluh cinta sepihak itu sangat sulit. Ia menyerah saja. Direktur Lee mengenali Ju Ri sebagai wanita manis yang dilihatnya di resto Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa tidak bisa aku? Kenapa harus dia? Aku juga bisa menyumpahi. Aku juga bisa mengamuk dan menghancurkan barang-barang. Aku bisa berhenti bersikap baik sepanjang waktu. Aku juga bisa jadi wanita jahat,” kata Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga tidak semua orang bisa seperti itu,” kata Direktur Lee mendekati Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Siapa kau, tanya Ju Ri. Direktur Lee memperkenalkan dirinya dan memberikan kartu namanya. Plakk!! Tiba-tiba Ju ri menampar Direktur Lee. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Semua ini salahmu. Kau seharusnya berbicara dengan Go Mun Yeong. Dengan begitu ia tidak pindah ke sini dan mereka berdua tidak pernah bertemu. Dan aku tidak akan jadi seperti ini. Semua gara-gara kau, ” keluh Ju Ri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee tiba-tiba mengenali suara Ju Ri sebagai perawat yang sering meneleponnya mengenai ayah Mun Yeong. “Perawat Nam Ju Ri?” Ju Ri tertidur karena mabuk.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uf5u-dUUokQ/Xxe-d875lcI/AAAAAAADKQI/LPHjiCDKgmAXq6m35F-ltff_lKi4ZDLpACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h24m03s980.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-uf5u-dUUokQ/Xxe-d875lcI/AAAAAAADKQI/LPHjiCDKgmAXq6m35F-ltff_lKi4ZDLpACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h24m03s980.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Mun Yeong dalam perjalanan pulang. Mun Yeong dalam mood yang sangat baik. Ia membuat gambar smiley dengan embun di kaca jendela.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku bermimpi buruk semalam. Mimpi burukku selalu mengenai ibuku. Dan ketika aku bangun dari mimpi itu, aku merasa sangat buruk. Tapi hari ini aku tidak apa-apa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Diam-diam Kang Tae tersenyum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jung Tae protes kelas Mun Yeong dihentikan sementara. Sementara Pil Wong berkata ia sudah menduga kelas Mun Yeong suatu saat akan dihentikan karena cara pemikiran Mun Yeong dan sikapnya yang buruk. Sementara Ah Reum sedih kelas dihentikan padahal ia sudah membuat semua PR nya. Ia yakin Mun Yeong akan memujinya kali ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sun Hae mengomeli Ah Reum yang pagi-pagi sudah menangis hingga merusak mood-nya. Jung tae langsung membela Ah Reum. Memangnya kalian pacaran, tanya Sun Hae. Jung Tae dan Ah Reum cepat-cepat pergi. Keduanya cepat atau lambat akan membuat masalah, kata Sun Hae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-j8VaAwr4XmY/Xxe-qSQ-TyI/AAAAAAADKQM/iJE3VX8BtSIy9EWUstgIg1Ze0AWL7cYsACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h49m44s852.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-j8VaAwr4XmY/Xxe-qSQ-TyI/AAAAAAADKQM/iJE3VX8BtSIy9EWUstgIg1Ze0AWL7cYsACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h49m44s852.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae seperti biasa menanyakan kabar kakaknya. Sang Tae berkata ia hanya duduk, Mun Yeong? Sedang duduk juga. Mun Yeong mengajak Sang Tae bermain saja hari ini. Sang Tae menurut dan membuka buku kesukaannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menemui Dokter Oh di kantornya. Dokter Oh bertanya apa Mun Yeong memiliki kekasih. Kang Tae terdiam. Lalu ia berkata ia tidak tahu. Dokter Oh berkata ia ingin memperkenalkan putera bungsunya dengan Mun Yeong. Lalu ia menanyakan pendapat Kang Tae. Hehe...lagi ngetes doang nih dokter ;p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa Bapak tanya padaku?” tanya Kang Tae bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalian kan tinggal bersama.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Rupanya Dokter Oh melihat kedatangan mereka bersama di rumah sakit pagi itu. Tapi ia berkata ia sudah menganalisis kejiwaan begitu lama hingga ia bisa melihat cerita orang hanya dengan melihat mata mereka. Pffft...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia bertanya kenapa Kang Tae kemarin tidak masuk. Karena tidak enak badan, kata Kang Tae. Maksudmu Penulis Go yang tidak enak badan, sindir Dokter Oh. Kang Tae membenarkan. Dokter Oh bertanya apa ada kaitannya dengan pasien Kang Eun Ja yang bersikap jadi ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sepertinya Penulis Go sempat mengira ia benar-benar ibunya utnuk sesaat.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata ibu Mun Yeong adalah penulis Do Hui Jae. Pada hari terakhir ia menyelesaikan buku fiksi terakhirnya, ia menghilang tanpa jejak. Lalu ia didaftarkan sebagai orang yang sudah meninggal 5 tahun setelah ia menghilang. Beberapa orang percaya ia masih hidup dan banyak rumor beredar ketika itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mungkinkah ia masih hidup?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata jika ibu Mun Yeong masih hidup, tidak mungkin ia membiarkan para pembacanya menunggu selama hampir 20 tahun karena mereka sangat ingin tahu bagaimana akhir dari buku Penyihir dari Barat (Witch of The West). Hmmm...jadi buku terakhir itu belum selesai?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata Mun Yeong pasti sangat shock juga dan sangat merindukan ibunya. Karena itu ia salah menganggap orang lain sebagai ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana jika bukan ia merindukan ibunya, tapi takut padanya?” tanya Kang Tae, mengingat Mun Yeong berkata mimpi buruknya selalu mengenai ibunya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Yx2I0SnUKrE/Xxe_K8s_DFI/AAAAAAADKQc/lyIim09Gvi0MRoxUpBH-A5rGcNhWCnvfQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h53m19s399.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Yx2I0SnUKrE/Xxe_K8s_DFI/AAAAAAADKQc/lyIim09Gvi0MRoxUpBH-A5rGcNhWCnvfQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h53m19s399.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong hendak mengambil buku ke-9 seri Pembunuhan Penyihir dari Barat. Tapi Park Ok Ran mengambilnya lebih dulu dan dengan sinis berkata ayah Mun Yeong selalu selangkah lebih terlambat. Ayah Mun Yeong terlihat tidak suka pada Ok Ran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah perbincangan dengan Kang Tae, Dokter Oh membaca kembali berkas ayah Mun Yeong. Ayah Mun Yeong menjawab pertanyaan dengan singkat dan sederhana tapi tidak pernah berusaha menghindari pertanyaan. Ketika ditanya mengenai isterinya, ia menjawab istrinya sangat pintar dan elegan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia sangat mencintai puteri kami. Mungkin terlalu cinta. Setiap malam ia menyanyikan lagi Oh My Darling Clementine sabagai pengantar tidur. Aku bertanya-tanya apakah ia tahu arti sebenarnya lagu itu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Oh My Darling Clementine adalah lagu yang disenandungkan sosok “hantu” yang pernah didenagr Chan Yong dan pasien Sun Hae. Lagu ini sering dianggap lagu anak-anak tapi isi liriknya berkisah mengenai puteri seorang penambang yang meninggal tenggelam.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PNmGz_yUFEM/Xxe_W73WyII/AAAAAAADKQg/qmMUbVzHj2IQVrV9Ur4bfFaf1TsqnbglQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h53m02s303.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-PNmGz_yUFEM/Xxe_W73WyII/AAAAAAADKQg/qmMUbVzHj2IQVrV9Ur4bfFaf1TsqnbglQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h53m02s303.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae membaca pengumuman mengenai kelas Mun Yeong yang dihentikan sementara. Perawat Park bertanya apa Kang Tae sedih membaca pengumuman itu. Karena para pasien sepertinya sedih. Mereka merasa kelas Mun Yeong berbeda dan menarik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Memang menarik,” kata Kang Tae. Ia menyarankan agar Perawat Park membaca buku Mun Yeong kapan-kapan. Perawat Park menolak. Ia lebih suka novel horor atau cerita cinta yang kejam dan bodoh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae melanjutkan pekerjaannya. Ia membawakan air minum untuk pasien Kang Eun Ja yang masih di kamar isolasi. Pasien Kang terus memeluk syalnya dengan wajah sedih. Kang Tae merasa kasihan dan berkata ia akan berkenalan dengan puterinya jika ia berkunjung nanti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Puteriku sudah meninggal. Bagaimana kau bisa bertemu orang yang sudah meninggal? Bahkan aku tidak bisa menemuinya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Kwon langsung dipanggil untuk memeriksa Kang Eun Ja. Kang Eun Jae bercerita pada para staf kalau syal yang selalu ia kenakan harganya sangat mahal. Lebih dari ratusan juta won. Ia tidak pernah menerima barang semahal itu selama hidupnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-CDTbtsp2A2M/Xxe_fOQURrI/AAAAAAADKQk/TeoTyuvD_0kmLiZGVxIvtJczh1FsSvWkwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h56m32s651.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-CDTbtsp2A2M/Xxe_fOQURrI/AAAAAAADKQk/TeoTyuvD_0kmLiZGVxIvtJczh1FsSvWkwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h56m32s651.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia hanya mengelola kedai kecil dan penghasilannya pas-pasan. Tapi puterinya menghabiskan seluruh gajinya untuk membelikannya syal itu pada hari ulang tahunnya. Ketika menerima syal itu dan tahu harganya (1.650.000 won), ia sangat marah dan menyuruh puterinya mengembalikan syal itu agar uangnya kembali. Ia sangat marah sampai memukul punggung puterinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Puterinya terluka dan menangis. Ia berkata ia muak dan lelah melihat ibunya seperti ibu. Kang Eun Ja berkata ia tidak ingat banyak tapi ia ingat mengatakan kalau ia tidak membutuhkan puteri sepertinya. Puterinya keluar lalu tertabrak dan meninggal di tempat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika aku tahu ia akan meninggal seperti itu, aku tidak akan pernah mengatakan hal sekejam itu. Tidak akan pernah...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae jadi teringat perkataan ibunya yang mengatakan ia harus tinggal di sisi kakaknya sampai ia tiada, karena itulah tujuan ia dilahirkan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7jm2atJFIBM/Xxe_pOohybI/AAAAAAADKQs/_fvplIZR5oA1nq1LoAMvG9ATTNNAAqtAgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-13h58m02s644.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7jm2atJFIBM/Xxe_pOohybI/AAAAAAADKQs/_fvplIZR5oA1nq1LoAMvG9ATTNNAAqtAgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-13h58m02s644.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Malamnya ia pergi menemui Jae Su dan mengajaknya minum.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jae Su tidak bisa marah lama-lama apalagi karena Kang Tae terlihat sedih.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jae Su apakah menurutmu ibuku juga menyesal dengan bagaimana ia memperlakukanku?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa itu yang kauinginkan?” tanya Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mulai menangis dan mengangguk. Jae Su menatap langit lalu marah-marah pada ibu Kang Tae. Ia bertanya kenapa begitu kejam pada Kang Tae padahal Sang Tae bukan satu-satunya puteranya. Kenapa membedakan Kang Tae dan tidak membesarkannya dengan benar?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri menemui mereka karena mendengar teriakan itu. Ia berkata semua ibu berbuat kesalahan. Meski begitu Kang Tae harus memahami ibunya. Tidak mudah membesarkan anak-anak tanpa suami pada masa itu. Ia sendiri hanya memiliki seorang puteri tapi terkadang rasanya ingin melarikan diri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi ibumu berhasil membesarkan dua putera. Terlebih lagi kondisi Sang Tae yang khusus. Kau telah mengurus kakaknya dan aku yakin kau tahu betapa sulitnya itu bagi ibumu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menunduk. Ibu Ju Ri mengulurkan cangkir ke langit untuk menghormati ibu Kang Tae. (Aku pengennya ibu Ju Ri jadi ibu buat semuanya aja hahaha XD Lalu Ju Ri pun berteriaaak)<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-IIqd8_pui7M/Xxe_0hCKGZI/AAAAAAADKQ0/G9_VfHKVUB4oi2lCzrSvNzGrU72VtwFfACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h01m46s311.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-IIqd8_pui7M/Xxe_0hCKGZI/AAAAAAADKQ0/G9_VfHKVUB4oi2lCzrSvNzGrU72VtwFfACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h01m46s311.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia kembali ke rumah untuk memeriksa Ju Ri yang tadi mabuk. Ia memberitahu Kang Tae tadi datang tapi sudah pergi lagi. Ju Ri bertanya apa yang dikatakan Kang Tae dan apakah ia sendirian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika kau sangat menyukainya kenapa kau pulang digendong pria lain semalam?” tanya ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri tidak ingat. Lebih baik tidak ingat, kata ibunya. Tapi Ju Ri teringat sekarang. Bagaimana ia menampar Direktur Lee dan digendong pulang. Bahkan ia sempat menjambak rambut Direktur Lee.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7s2lZtwp3JU/XxfAHplU9TI/AAAAAAADKRA/UHwMy5YiA9UubL3m2mCf2qJcxWSTJR6MwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h05m05s009.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7s2lZtwp3JU/XxfAHplU9TI/AAAAAAADKRA/UHwMy5YiA9UubL3m2mCf2qJcxWSTJR6MwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h05m05s009.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae pulang dalam keadaan mabuk. Mun Yeong terus menanyakan ia di mana dan menyuruhnya cepat pulang karena ia bosan. Tunggu, balas Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika ia sampai, ia melihat Mun Yeong tertidur di tangga. Ia duduk di sisinya dan membangunkannya. Mun Yeong langsung memarahinya karena pulang terlambat. Ia mencium bau alkohol dan bertanya apa Kang Tae minum dengan Ju Ri. Kang Tae berkata ia minum dengan puter pemilik peternakan ayam Jo Jae Su dan ibu kost berusia lebih dari 60 tahun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau bertemu orang dari dunia maya?” tanya Mun Yeong bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata ia tadi mabuk tapi karena taksi tidak mau naik sampai ke rumah Mun Yeong, ia berjalan kaki dan hampir pulih sekarang. Mun Yeong mengajaknya minum lagi. Tapi Kang Tae cepat menghentikannya. Ia berkata Mun Yeong tidak pernah melakukan sesuatu setengah-setengah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Jika kita berdua mabuk, akan buruk akibatnya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa? Apa kau takut aku akan menyerangmu?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyentil dahi Mun Yeong. Ketika Mun Yeong kesal, Kang Tae mengingatkan bekas luka pisau di tangannya. Mun Yeong berkata Kang Tae pintar berdalih kalau sedang mabuk. Kang Tae tertawa. Ia menyuruh Mun Yeong menutup matanya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menutup mata dan memonyongkan bibirnya. Mengira Kang Tae akan menciumnya. Tapi Kang Tae kemudian menyuruhnya buka mata dan di hadapannya terdapat sebuah boneka unik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sampah apa ini?” protesnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Penangkap mimpi buruk. Jika kau tidur dengan memegangnya, ia akan mengumpulkan semua mimpi burukmu dalam keranjangnya dan memakannya semalaman. Dengan begitu kau bisa tidur nyenyak.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menganggap itu kekanakkan. Kang Tae berkata ia membawanya dari rumah hari ini dan tadinya milik Sang Tae. Bekas, protes Mun Yeong lagi. Tapi ia berubah pikiran ketika Kang Tae memberitahunya kalau ia membuat sendiri boneka itu dengan tangannya. Boneka itu bernama Mang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kami bertiga kakak beradik. Sejujurnya, kakakku juga bermimpi buruk sepertimu. Ia mulai mimpi buruk sejak ibu kami meninggal. Kakak menderita tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa membuatnya boneka ini.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Yah, lucu juga setelah kulihat-lihat. Aku menginginkannya,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ocYCpDiIoT8/XxfARFPf_QI/AAAAAAADKRE/aw37HPs2N-g-vRV5eSxJHkBPlfhqBwEigCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h07m51s456.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ocYCpDiIoT8/XxfARFPf_QI/AAAAAAADKRE/aw37HPs2N-g-vRV5eSxJHkBPlfhqBwEigCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h07m51s456.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae masuk ke kamarnya lalu memanggil kakaknya yang sudah tidur. Sang Tae protes karena Kang Tae bau alkohol. Kang Tae memeluk kakaknya dan mengajaknya makan jjampong di pasar seperti dulu ketika bersama ibu mereka. Ia berkata Sang Tae selalu suka jjampong di sana.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan, kau yang menyukainya,” kata Sang Tae. Kang Tae pernah berkata pada ibu mereka kalau ia ingin memakan jjampong itu tiap hari karena sangat enak. Karena itu ibu selalu membelikan mereka jjampong itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mulai ingat ia pernah mengatakan itu. Ketika itu ibunya hanya membeli 2 mangkuk dan membiarkan kedua puteranya makan. Dan ingatan hari hujan ketika ia tidak dipayungi lalu merasa tidak dipedulikan dan berhujan-hujan sendirian, sebenarnya ibunya menyadarinya dan langsung memanggilnya. Ibu dan kakaknya memayunginya agar ia tidak kehujanan. Bahkan ibunya mengajak Kang Tae makan jjampong lagi besok.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mulai menangis setelah menyadari semuanya. Ibunya juga menyelimutinya dan memeluknya setelah menyelimuti Sang Tae. Bahkan ibunya meminta maaf atas semuanya sambil menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak, aku merindukan ibu,” isaknya di punggung kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Malam itu Mun Yeong tidur sambil memeluk Mang Tae, setelah membuang patung yang ia curi dari kantor Dokter Oh.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_Pz0yKZw3as/XxfAdmYbRZI/AAAAAAADKRM/bhAqZiDGtLIoTACjqR94d7Sx65zOo1HMACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h13m03s518.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-_Pz0yKZw3as/XxfAdmYbRZI/AAAAAAADKRM/bhAqZiDGtLIoTACjqR94d7Sx65zOo1HMACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h13m03s518.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Keesokan paginya Mun Yeong baru tahu kalau kelasnya ditangguhnya. Ah Reum dengan baik hati menjelaskan penyebabnya dan melaporkan kalau banyak orang menjelekkan Mun Yeong, tapi ia tidak. Mun Yeong malah mendorong Ah Reum karena ia marah dan hendak mencari Dokter Oh. Ah Reum menangis karena Mun Yeong memukulnya lagi.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Cha Young yang sudah menanti di depan ruang terapi, cepat-cepat melapor dengan heboh pada staf lain.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ju Ri mengira Byul yang menghubungi Mun Yeong. Byul malah mengira Kang Tae yang memberitahu Mun Yeong karena mereka dekat. Mereka tidak dekat, protes Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park menegur mereka karena tidak memberitahu Mun Yeong dan Mun Yeong tahu dari papan pengumuman. Kang Tae berkata ia akan mencari Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-b4zNsHY4toU/XxfAmzYDtoI/AAAAAAADKRU/RzkT0FyDOgYSiYI1WRaCAN-9iN-QK_uVwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h16m36s378.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-b4zNsHY4toU/XxfAmzYDtoI/AAAAAAADKRU/RzkT0FyDOgYSiYI1WRaCAN-9iN-QK_uVwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h16m36s378.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dokter Oh sedang berbincang dengan Kang Eun Ja di taman. Ia bercerita dulu ia pelari maraton. Suatu hari lututnya terinfeksi tapi ia tidak mau istirahat dan lari lagi. Akibatnya uratnya terkena dan ia harus memakai pin. Sekarang sulit baginya untuk berjalan dengan benar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan membuat kesalahan yang sama denganku dengan mencoba berlari ketika kau tidak bisa berjalan. Ketika lelah, istirahatlah. Ketika sedih, menangislah. Tidak apa-apa beristirahat. Dan pada suatu hari kau akan bisa lari lagi. Aku yakin puterimu menyemangatimu,” ia menasihati Kang Eun Ja. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Namun ketika melihat Mun Yeong mencarinya sambil mengomel, ia langsung melarikan diri. Haha....kayanya cerita maraton itu bohong deh ;p<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nvbCrH8AYsU/XxfAuePl4FI/AAAAAAADKRY/FL9V4geNJ7s5TmRWJp2B0n0YzPSDeWwCgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h17m41s843.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-nvbCrH8AYsU/XxfAuePl4FI/AAAAAAADKRY/FL9V4geNJ7s5TmRWJp2B0n0YzPSDeWwCgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h17m41s843.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Eun Ja sepertinya mengenali Mun Yeong. Begitu juga Mun Yeong yang sudah bersikap waspada. Kang Tae yang baru tiba langsung mengajak Kang Eun Ja untuk kembali ke kamar. Tapi Kang Eun Ja meminta maaf pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa aku membuatmu dalam posisi sulit.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak hanya membuatku dalam posisi sulit tapi juga membuatku dipecat,” kata Mun Yeong. Ia bertanya bagaimana dengan ganti rugi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Eun Ja mundur ketakutan hingga syalnya terjatuh. Mun Yeong memungutnya dan mengenalinya sebagai barang mahal. Ia menginginkan syal itu. Kang Eun Ja dan Kang Tae terkejut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau bilang kau menyesal. Kalau begitu kau harus ganti rugi. Itu yang disebut permintaan maaf yang tulus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Eun Ja terdiam. Kang Tae cepat-cepat menyuruh Mun Yeong mengembalikannya dan hendak mengambilnya. Ambillah,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kata Kang Eun Ja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku sudah memilikinya lebih dari cukup.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengenakan syal itu dan berterimakasih lalu berjalan pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Perawat Mun, beban itu akhirnya pergi,” kata Kang Eun Ja tenang. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebuah kalimat yang sama sekali tidak disangka oleh Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FfCPK8TpY98/XxfA4uKaOnI/AAAAAAADKRg/XBnFl9oy-_QEnZRuh9_rUCbsjTve2nAHwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h22m42s719.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-FfCPK8TpY98/XxfA4uKaOnI/AAAAAAADKRg/XBnFl9oy-_QEnZRuh9_rUCbsjTve2nAHwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h22m42s719.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia menemukan Mun Yeong sedang mengamati lukisan yang dibuat Sang Tae. Mun Yeong masih mengenakan syal itu. Kang Tae bertanya apa tidak panas.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika ingin tampil modis, kau harus merasa tak nyaman dan keras kepala,” sahut Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata akhir-akhir ini kakaknya tenggelam dalam salah satu buku Mun Yeong. Mun Yeong tahu, buku Anjing Musim Semi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><i>Pada suatu waktu, hiduplah seekor anjing yang pandai menyembunyikan perasaannya. Anjing itu diikat di bawah pohon rindang. Ia selalu menggoyangkan ekornya dan bersikap lucu. Karena itu ia dujuliki anjing musim semi, karena ia begitu ceria seperti musim semi.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i>Anjing itu selalu bersenang-senang dengan anak-anak desa sepanjang hari. Tapi setiap malam ia merengek dan mendengking ketika tidak ada siapapun. Itu karena ia ingin melepaskan ikatannya dan berlarian dengan bebas di padang. Tapi ia tidak bisa, karena itu ia menangis setiap malam.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i>Suatu hari, sebuah suara dalam dirinya bertanya padanya. “Hei, kenapa kau tidak melepaskan ikatanmu dan lari?” Dan inilah jawaban si anjing musim semi.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i>“Aku terlalu lama diikat hingga aku lupa bagaimana membebaskan diriku.”</i><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum lalu membelai kepala Mun Yeong. “Kau sudah melakukan hal yang baik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tidak mengerti apa yang sudah ia lakukan. Kang Tae berkata Mun Yeong membantu Kang Eun Ja membebaskan diri dari ikatannya. Mun Yeong tersenyum mendengarnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3PbcgA3J_o8/XxfBDzuCBZI/AAAAAAADKRo/90UkesvYaZkZqCmosxAGo6ahF2sRd-FxACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h24m33s854.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-3PbcgA3J_o8/XxfBDzuCBZI/AAAAAAADKRo/90UkesvYaZkZqCmosxAGo6ahF2sRd-FxACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h24m33s854.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tapi senyum itu lenyap ketika ia berpapasan dengan ayahnya yang duduk sendirian di taman. Ia berjalan mengabaikan ayahnya tapi ayahnya berkata Mun Yeong tidak akan bisa melarikan diri dan akan berakhir seperti ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Aku berbeda,” jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Di rumah, ia mengambil gunting dan akhirnya membebaskan diri dari ikatannya. Ia menggunting rambut panjangnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terkejut ketika melihatnya. Moon Yeong berkata ia sudah melepas ikatannya. Keduanya tertawa.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7-7VxwvXois/XxfBOfiZ4YI/AAAAAAADKRw/cw_UDdFzb5kVn0uw2olF-iZ8CThY5cixACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h25m51s760.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7-7VxwvXois/XxfBOfiZ4YI/AAAAAAADKRw/cw_UDdFzb5kVn0uw2olF-iZ8CThY5cixACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h25m51s760.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Malam itu di rumah sakit lagi-lagi terdengar senandung lagu Oh My Darling Clementine. Ayah Mun Yeong keluar dari kamanya dan memegangi kepalanya ketakutan. Seseorang berjubah hitam berjalan di lorong sambil menyenandungkan lagu itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membantu Mun Yeong merapikan potongan rambutnya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mun Yeong melihat wajahnya di cermin dan terharu melihat dirinya sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana?” tanyanya pada Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau terlihat cantik,” Kang Tae tersenyum tulus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tersenyum lepas.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-p5PY87APjfg/XxfBaXEH6_I/AAAAAAADKR8/h0q2RtRZWJk0jUJSPYCyXYK6KsJJUM9LwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-12-14h29m52s385.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-p5PY87APjfg/XxfBaXEH6_I/AAAAAAADKR8/h0q2RtRZWJk0jUJSPYCyXYK6KsJJUM9LwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-12-14h29m52s385.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Berbicara mengenai melepaskan ikatan, aku jadi teringat sebuah lukisan di drama It’s Okay That’s Love (salah satu drama favoritku mengenai kesehatan mental). Itu adalah lukisan unta yang terpasang di kamar mandi Jae Yeol. Unta di siang hari dan malam hari. Pada malam hari unta diikat di pohon, siang hari tidak terikat. Tapi kenapa unta tidak melarikan diri saat ia tidak terikat? Karena ia masih mengingat dirinya yang terikat. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sedangkan dalam cerita Anjing Musim Semi, anjing itu lupa cara membebaskan diri dari ikatannya karena sudah lama terikat. Pada akhirnya keduanya berarti sama, lupa atau enggan melepaskan ikatan. Ikatan akan masa lalu yang menyakitkan, peristiwa traumatis, ikatan hubungan yang tidak sehat, komentar/anggapan orang lain yang buruk tentang kita. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-GKbMUj8pGQ4/XxfBuH6z05I/AAAAAAADKSQ/ktKWNkacr3wYZTXDKulM9lAuJQgq9MSOQCLcBGAsYHQ/s274/It%2527s.Okay.It%2527s.Love.E10.mp4_000401734_thumb%255B1%255D%255B2%255D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="156" data-original-width="274" src="https://1.bp.blogspot.com/-GKbMUj8pGQ4/XxfBuH6z05I/AAAAAAADKSQ/ktKWNkacr3wYZTXDKulM9lAuJQgq9MSOQCLcBGAsYHQ/s0/It%2527s.Okay.It%2527s.Love.E10.mp4_000401734_thumb%255B1%255D%255B2%255D.jpg" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mungkin secara simbolik telah melepaskan diri dari ikatan akan ibunya. Tapi apakah ia benar-benar telah melepaskan diri dari bayang-bayang ibunya? Kang Tae juga masih memiliki ikatan meski ia belum mengakuinya. Ia terikat pada Sang Tae karena rasa bersalahnya dan kegetiran pada ibunya. Salah satunya sudah terselesailkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kenapa aku merasa mereka masih terikat? Karena mereka belum bisa menjadi diri mereka sendiri. Seperti yang Mun Yeong katakan, Kang Tae terlihat apatis. Tidak memiliki keinginan. Seolah memiliki keinginan dan melakukan sesuatu yang membahagiakan dirinya sendiri adalah sebuah dosa. Seolah-olah hidup hanya untuk dijalani tapi tidak dinikmati. Terlalu keras pada dirinya sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi aku merasa Kang Tae mulai melunak. Ia bahkan bisa bolos demi Mun Yeong. Ia tidak lagi sekasar dulu pada Mun Yeong. Ia mau mencoba memahami.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sedangkan untuk Mun Yeong, aku masih ingin melihat apa yang berubah setelah ia memotong rambutnya. Aku masih menunggu apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarganya hingga ia menjadi seperti itu. Dari sekilas ingatan mengenai ibunya, kurasa Mun Yeong sebenarnya anak yang normal. Menurutku perilaku ibunya yang membuatnya jadi seperti itu (diduga Mun Yeong seorang penderita Anisosial Personality Disorder atau ASPD). Seperti yang ayah Mun Yeong ceritakan, ibunya terlalu “sayang” pada Mun Yeong. Lebih kepada posesif dan obsesif sih...Mun Yeong kaya dicuci otak sama ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Eun Ja adalah contoh terbaik orang yang berhasil melepaskan ikatannya. Ia bisa mengakui apa yang terjadi meski itu sangat menyakitkan. Ia bisa merelakan semuanya dengan ikhlas. Ia siap untuk pelan-pelan move on. Pada akhirnya, melepaskan ikatan adalah jujur pada diri sendiri dan berhenti menyangkali kenyataan. Dan semua membutuhkan proses.</p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_22.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4841378026242388440Sat, 11 Jul 2020 07:40:00 +00002020-07-11T14:40:19.949+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 6<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-6SYzyUW0jaI/Xwleu3MHZmI/AAAAAAADKBY/0s56qe8RsDoJaVtRfSa9nWW54oK27PmLgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-13h04m11s368.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-6SYzyUW0jaI/Xwleu3MHZmI/AAAAAAADKBY/0s56qe8RsDoJaVtRfSa9nWW54oK27PmLgCLcBGAsYHQ/w400-h225/vlcsnap-2020-07-10-13h04m11s368.png" width="400" /></a></div><div><br /></div><div>Kang Tae membuka pintu rumah Mun Yeong dan melangkah masuk. Ia menemukan kakaknya tertidur di sofa sambil memeluk botol soju yang sudah kosong. Kang Tae menyelimuti kakaknya dengan jaket lalu ia naik ke atas, menuju balkon tempat Mun Yeong berada.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong bertanya sejak kapan Kang Tae tahu siapa dirinya. Kang Tae berkata mungkin saat pertama kali ia melihat mata Mun Yeong (ketika ia menangkap pisau Mun Yeong). Mun Yeong berkata Kang Tae benar-benar pintar berpura-pura. Kau bisa memenangkan Oscar dengan mudah, sindirnya.</div><div><br /></div><div>“Apa itu menyenangkan? Kau berpura-pura tidak tahu apapun. Betapa jahatnya kau. Kau berani membodohiku?”</div><div><br /></div><div>“Kau juga melakukan hal yang sama,” Kang Tae mengingatkan.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong membela diri ia tidak berpura-pura tidak mengenali Kang Tae. Aku tahu, kata Kang Tae. Ia tahu Mun Yeong selama ini ingin ia mengenalinya. Tapi ia ingin menghindari Mun Yeong. Ia ingin terus berpura-pura tidak tahu dan mengabaikan Mun Yeong. Kenapa, tanya Mun Yeong.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oIxLgiX_SoY/XwlfnkxCe8I/AAAAAAADKBs/5KL9H5XTPCkU5DPhhDo828gtES3s8gMqwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h27m03s667.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-oIxLgiX_SoY/XwlfnkxCe8I/AAAAAAADKBs/5KL9H5XTPCkU5DPhhDo828gtES3s8gMqwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h27m03s667.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div>“Seperti yang kukatakan malam itu,” jawab Kang Tae. Ketika Kang Tae berkata ia melarikan diri seperti seorang pengecut dan terus melarikan diri sejak saat itu.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong bertanya kenapa tiba-tiba Kang Tae mengakui semuanya kalau begitu. Apa sudah bosan berpura-pura? </div><div><br /></div><div>“Agar aku bisa mengakhirinya dengan benar. Terimakasih sudah menyelamatkanku hari itu di sungai yang membeku. Aku minta maaf karena melarikan diri di saat aku yang menyukaimu lebih dulu. Aku menyesalinya begitu aku membalikkan tubuhku...”</div><div><br /></div><div>“Hentikan!” </div><div><br /></div><div>Kang Tae terus berbicara kalau ia tidak sempat mengatakan semua ini pada Mun Yeong (ketika ia kecil) dan itu terus mengganggunya. Karena itu ia tidak bisa melupakan Mun Yeong. </div><div><br /></div><div>“Lalu apakah sekarang kau tidak memiliki perasaan apapun lagi padaku?” </div><div><br /></div><div>Kang Tae berkata kakaknya sudah lebih dari cukup baginya untuk diperhatikan. Ia berbalik pergi. Mun Yeong memeganginya. Kau bisa memperhatikan kakakmu tapi kenapa aku tidak, tanya Mun Yeong. </div><div>“Perhatikan aku juga. Aku memerlukanmu sama sepertinya,” desak Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>“Aku sudah lelah menjadi orang yang diperlukan oleh orang lain,” jawab Kang Tae. Ia meninggalkan Mun Yeong.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--3kmT-wxE80/Xwle6jxsyTI/AAAAAAADKBc/JeKFkBRHRYwLE8V7VqsYs7FLbc5zmVvGwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h28m17s202.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/--3kmT-wxE80/Xwle6jxsyTI/AAAAAAADKBc/JeKFkBRHRYwLE8V7VqsYs7FLbc5zmVvGwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h28m17s202.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mun Yeong mengejarnya, mengingatkan kalau ia sudah menyelamatkan Kang Tae hari itu. Kang Tae tidak bisa menolaknya. </div><div><br /></div><div>“Dan aku sudah berterimakasih padamu untuk itu,” kata Kang Tae kesal. “Karena kau menyelamatkanku hari itu, aku telah menjalani hidup yang kacau.”</div><div><br /></div><div>Mun Yeong terus mengejar Kang Tae bahkan mengancamnya akan membunuhnya. Kang Tae tidak bisa lari darinya.</div><div><br /></div><div>“Kau milikku,...” Mun Yeong mengejar Kang Tae tanpa memperhatikan langkahnya di tangga hingga ia terpeleset.</div><div><br /></div><div>Tapi Kang Tae dengan sigap menangkapnya. Mun Yeong memeluknya. Kang Tae memarahi Mun Yeong karena sudah melakukan hal berbahaya tanpa mempedulikan akibatnya. Bisa saja Mun Yeong terbunuh karena jatuh.</div><div><br /></div><div>“Jangan pergi,” Mun Yeong memegang erat baju Kang Tae. “Mari kita hidup bersama.”</div><div><br /></div><div>“Lepaskan aku,” Kang Tae berusaha melepaskan genggaman Mun Yeong.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Qh7UcOXmvNg/Xwlfxxn14FI/AAAAAAADKBw/OPb5qVhcg4c9zhGmTclck-DbMhojGBsfgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h29m01s095.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Qh7UcOXmvNg/Xwlfxxn14FI/AAAAAAADKBw/OPb5qVhcg4c9zhGmTclck-DbMhojGBsfgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h29m01s095.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div> Sang Tae memanggilnya. Kang Tae cepat-cepat menghampiri kakaknya dan menanyakan keadaannya. Lalu ia mengajak Sang Tae pulang. </div><div><br /></div><div>“Ini...ini adalah rumah kita sekarang.”’</div><div><br /></div><div>Kang Tae terkejut. Sang Tae berkata ia harus tinggal di rumah ini sekarang. Ia sudah berjanji. Lalu ia dengan gembira mengulurkan surat kontrak yang sudah ditandatanganinya. Ia sekarang adalah ilustrator Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia mempekerjakan Sang Tae sebagai ilustrator buku-bukunya. Dan ia akan bekerja di sini.</div><div><br /></div><div>“Sudah kukatakan, bukan? Kau tidak bisa melarikan diri dariku.” </div><div><br /></div><div>Kang Tae marah dan meminta Sang Tae memberikan surat kontraknya. Tentu saja Sang Tae tidak mau memberikannya. Itu adalah miliknya. Kang Tae berkata Sang Tae sudah diperalat. Ia memaksa kakaknya memberikan kontrak itu. Sang Tae tidak mau. Ia ingin menjadi ilustrator. </div><div><br /></div><div>“Aku ingin tinggal di sini. Ini adalah rumah kita sekarang.”</div><div><br /></div><div>“Kenapa di sini rumah kita?!” bentak Kang Tae.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dlA0CAOjvVo/Xwlf5XV3i7I/AAAAAAADKB4/b7y03lIHpPo4LORHgVPXPG0NTSK8XBMXQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h32m47s914.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-dlA0CAOjvVo/Xwlf5XV3i7I/AAAAAAADKB4/b7y03lIHpPo4LORHgVPXPG0NTSK8XBMXQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h32m47s914.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Sang Tae terdiam. Kang Tae merebut kontrak itu lalu merobeknya. Sang Tae berteriak marah kalau itu adalah miliknya dan Kang Tae tidak boleh merobeknya. Kemarahannya tak tertahankan hingga ia mendorong Kang Tae.</div><div><br /></div><div>“Itu adalah milikku! Milik Mun Sang Tae!”</div><div><br /></div><div>Tenaga Sang Tae sangat besar. Ia mendorong hingga pintu terbuka dan Kang Tae jatuh tergeletak di tanah. Lalu ia memukuli Kang Tae dengan penuh kemarahan.</div><div><br /></div><div>“Aku milik diriku sendiri! Kau tidak memilikiku! Mun Sang Tae milik Mun Sang Tae! Aku bukan milikmu!” teriak Sang Tae berulang-ulang sambil terus memukul.</div><div><br /></div><div>Kang Tae terlalu terkejut dengan kemarahan kakaknya hingga ia hanya bisa menahan pukulan kakaknya dengan kedua tangannya. Mun Yeong memegang tangan Sang Tae dan menyuruhnya berhenti.</div><div>Sang Tae akhirnya berhenti memukul. Mun Yeong berjongkok di sisinya.</div><div><br /></div><div>“Oppa, masuklah dalam rumah. Ayo...” katanya lembut sambil menepuk punggung Sang Tae. Sang Tae menurut. Ia berdiri sambil terus berkata kalau ia milik dirinya sendiri. Kang Tae terhenyak. Selain kaget dengan ledakan Sang Tae, juga betapa menurutnya Sang Tae pada Mun Yeong.</div><div>.</div><div>Mun Yeong mengulurkan tangannya tapi Kang Tae memilih bangkit sendiri. Kakakmu sudah membuangmu, kata Mun Yeong. Sekarang pilihan ada di tangan Kang Tae. </div><div><br /></div><div>“Apakah kau juga akan membuang kakakmu atau kau akan membiarkannya mengurungmu seumur hidupmu? Jangan plinplan seperti waktu itu.”</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-sUDlmvoo1aA/Xwlf_9Xs30I/AAAAAAADKB8/aOVP1RQRwxEYwO8Iy8J3C95toqQIIO7tQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h34m03s209.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-sUDlmvoo1aA/Xwlf_9Xs30I/AAAAAAADKB8/aOVP1RQRwxEYwO8Iy8J3C95toqQIIO7tQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h34m03s209.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Kang Tae pulang ke rumah sendirian. Ia teringat peristiwa saat ia kecil. Ia pulang dengan begitu gembira karena berhasil mendapatkan ikat pinggang merahnya dari tempat les bela diri. Tapi yang diperolehnya adalah makian dan pukulan karena sudah membiarkan Sang Tae lebih dulu hingga Sang Tae dipukuli orang. </div><div><br /></div><div>Ketika itu Kang Tae sangat marah dan merasa diperlakukan tidak adil. Ia berteriak sambil menangis kalau pekerjaannya bukanlah melindungi kakaknya. Ibunya terkejut. Kang Tae berteriak kalau ia bukan milik kakaknya.</div><div><br /></div><div>“Aku milik diriku sendiri! Mun Kang Tae milik Mun Kang Tae!”</div><div><br /></div><div>“Apa yang kaukatakan?” tanya ibunya marah tak percaya.</div><div><br /></div><div>“Mun Kang Tae milik Mun Kang Tae,” kata Sang Tae sambil tertawa senang.</div><div><br /></div><div>“Aku hanya ingin kakakku mati!” teriak Kang Tae sebelum lari dari rumah.</div><div><br /></div><div>Sang Tae memungut ikat pinggang merah Kang Tae dan berlari mengejar Kang Tae. Ibu Kang Tae terduduk lemas.</div><div><br /></div><div>Sang Tae mengejar Kang Tae hingga ke sungai yang telah membeku. Ia berkali-kali jatuh terpeleset karena sangat licin. Tapi ia terus mengejar adiknya sambil mengacungkat ikat pinggang merah.</div><div>“Ini punya Mun Kang Tae!” teriaknya berkali-kali.</div><div><br /></div><div>Akhirnya Kang Tae menghampiri kakaknya dan membantunya bangun. Mereka bermain dengan gembira di sungai itu. Seseorang memperhatikan mereka dari tepi sungai. Mun Yeong.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-j2QWBQ2e_fQ/XwlgRB-NHxI/AAAAAAADKCI/VJq5ILbssYkm0RGOjgtsVVx097giXxaqgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h37m39s287.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-j2QWBQ2e_fQ/XwlgRB-NHxI/AAAAAAADKCI/VJq5ILbssYkm0RGOjgtsVVx097giXxaqgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h37m39s287.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Ketika sedang bermain, tanpa sadar Sang Tae berlari ke daerah sungai yang lapisan esnya tipis. Ia melompat-lompat hiingga lapisan es yang diinjaknya pecah dan ia tercebur dalam air sungai yang sangat dingin. Sang Tae panik dan berteriak-teriak memanggil Kang Tae.</div><div><br /></div><div>Awalnya Kang Tae hendak menolong. Tapi tiba-tiba ia berhenti dan menginjak-injak lapisan es agar lebih banyak yang pecah. Karena tidak bisa, ia membalikkan diri meninggalkan kakaknya. Mun Yeong tersenyum.</div><div><br /></div><div>Kang Tae berhenti berlari. Ia menoleh melihat kakaknya yang terus menggapai-gapai memanggil namanya. </div><div><br /></div><div>“Pergi...” gumam Mun Yeong. “Tinggalkan saja dia.”</div><div><br /></div><div>Kang Tae berbalik dan masuk ke dalam air. Ia membantu kakaknya naik ke lapisan es yang tebal. “Membosankan,” kata Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>Kang Tae memanggil kakaknya untuk membantunya naik. Sang Tae berjalan pergi dan tidak menoleh lagi. Saat itulah Mun Yeong memetik sekuntum bunga dan mempertimbangkan apakah sebaiknya ia menyelamatkan Kang Tae atau tidak. Meski pilihan terakhir mengatakan tidak, Mun Yeong memutuskan menyelamatkannya. Begitu Kang Tae selamat keluar dari air, Mun Yeong meninggalkannya.</div><div><br /></div><div>Ah, ternyata inilah yang dimaksud munafik oleh Mun Yeong waktu itu. Bahwa ada satu waktu Kang Tae juga ingin membuang kakaknya. Ada satu waktu di mana Kang Tae juga tidaklah “sebaik” itu. Tapi jadi berpikjir, kalau Kang Tae benar-benar meninggalkan Sang Tae, apakah Mun Yeong juga akan menyelamatkan Sang Tae?</div><div><br /></div><div>Sang Tae bolak-balik membuka pintu, melihat apakah Kang Tae akan kembali. Mun Yeong meminta Sang Tae tidak khawatir.</div><div><br /></div><div>“Ia tidak akan bisa membuangmu.” Dulu tidak, sekarang juga tidak...</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-xw02NAdn5lc/XwlgjpDyOpI/AAAAAAADKCQ/mERpYbOIp2YQBdgW36TeOiukCoNfEw-RQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h41m45s138.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-xw02NAdn5lc/XwlgjpDyOpI/AAAAAAADKCQ/mERpYbOIp2YQBdgW36TeOiukCoNfEw-RQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h41m45s138.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Kang Tae melihat robekan setengah kertas kontrak yang dibawanya. Ia membaca persyaratan dari Mun Yeong bahwa pekerja akan bekerja di studio pemberi kerja dan menggambar di sana. Pemberi kerja akan mengakui pekerja sebagai ilustrator terbaik di dunia. </div><div><br /></div><div>Sementara persyaratan Sang Tae adalah pemberi kerja akan membelikan sebuah mobil van untuk camping sebagai gaji pekerja. Pekerja memiliki adik yang tidak suka pindah-pindah. Mereka menandatangani kontrak itu. Dan Kang Tae pun tidak bisa menahan tangisnya.</div><div><br /></div><div>Sang Tae tertidur di dekat pintu. Mun Yeong menyelimutinya. Just a simple act but she cares too..</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-stXgR4JLqq0/Xwlg0sDHcnI/AAAAAAADKCc/PFqpZ2HSK3gbgZFNi2XfJPxnxZg7zDBjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h46m17s195.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-stXgR4JLqq0/Xwlg0sDHcnI/AAAAAAADKCc/PFqpZ2HSK3gbgZFNi2XfJPxnxZg7zDBjACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h46m17s195.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div>Direktur Lee membeli berbagai cake untuk diberikan pada Mun Yeong. Seung Jae bertanya memangnya Mun Yeong akan menerima Direktur Lee jika membelikan kue. Direktur Lee berkata Mun Yeong membutuhkan gula untuk menulis. Mereka harus memastikan Mun Yeong mendapatkan apa yang ia butuhkan. Seung Jae mengomel diam-diam kenapa Direktur Lee tidak bisa bersikap baik padanya juga. </div><div>Direktur Lee berkata mereka harus lebih dulu ke rumah Mun Yeong sebelum Mun Yeong membawa orang lain.</div><div><br /></div><div>Ibu Ju Ri mengantar makanan untuk Kang Tae. Ia melihat wajah Kang Tae yang terluka dan bertanya ada apa. Kang Tae berkata ia bertengkar dengan kakaknya. Itu bukan pertengkaran, tapi kau dipukuli kakakmu, kata ibu Ju Ri. Ia berteriak memarahi Sang Tae dari luar rumah.</div><div><br /></div><div>Kang Tae berkata kakaknya tidak di rumah. Apa ia melarikan diri juga, tanya ibu Ju Ri. Kang Tae menjelaskan kalau Sang Tae diberi pekerjaan sebagai ilustrator buku. Ibu Ju Ri sangat gembira dan mendukung hal tersebut. </div><div><br /></div><div>“Apa itu benar-benar hal yang baik?” tanya Kang Tae.</div><div><br /></div><div>“Tentu saja itu hal baik. Aku ingin berterimakasih pada penulis itu yang memberi Sang Tae kesempatan begitu baik.”</div><div><br /></div><div>Melihat Kang Tae ragu, ibu Ju Ri menggenggam tangannya. Ia berkata Kang Tae seharusnya mendukung kakaknya. Kang Tae sudah mengurus kakaknya dengan baik sampai sekarang. Sekarang waktunya bagi Kang Tae membiarkan kakaknya melakukan apa yang ia inginkan. </div><div><br /></div><div>“Kau seharusnya tidak menghentikan orang melakukan apa yang mereka inginkan atau menyukai seseorang. Dan lagi itu hal yang tidak mungkin.” Ibu Ju Ri tersenyum hangat.</div><div><br /></div><div>Kang Tae sepertinya menerima nasihat itu.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-iqty9uxPb-o/Xwlg-IHhFlI/AAAAAAADKCg/h2H1nKu7kJw6ltEalNUP5ub8gQzGunofwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h49m09s514.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-iqty9uxPb-o/Xwlg-IHhFlI/AAAAAAADKCg/h2H1nKu7kJw6ltEalNUP5ub8gQzGunofwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h49m09s514.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Direktur Lee mengetuk pintu rumah Mun Yeong. Sang Tae membuka pintu. Karena bukan Kang Tae, ia menutup pintu lalu menguncinya lagi. Seung Jae ingat kalau Sang Tae adalah kakak Kang Tae, yang menyebabkan keributan di toko buku waktu itu. Direktur Lee kesal karena lagi-lagi berhubungan dengan Kang Tae. Ia mengetuk pintu keras-keras sambil memanggil Mun Yeong. Mun Yeong turun dari lantai atas dengan kesal karena begitu berisik.</div><div><br /></div><div>Direktur Lee siap mendobrak pintu. Tapi tiba-tiba pintu terbuka hingga ia terjatuh. Tepat di hadapan Mun Yeong. Kenapa ke sini, tanya Mun Yeong. Usir dia sekarang juga, kata Direktur Lee.</div><div><br /></div><div>“Tapi aku tinggal di sini,” kata Sang Tae. Mun Yeong membenarkan.</div><div><br /></div><div>“Kami tinggal bersama. Kami tidak menikah, tapi tinggal bersama. Kami tidak menikah, “ kata Sang Tae pada Seung Jae. Daebak, gumam Seung Jae.</div><div><br /></div><div>“Berikan salam pada ilustrator eksklusifku,” kata Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>Sang Tae memperkenalkan namanya. Ia berusia 35 tahun dan bergolongan darah AB, lahir di tahun tikus. Dan memiliki ASD (autism spectrum disorder). Tapi ia tidak bermasalah mengurus dirinya sendiri.</div><div><br /></div><div>“Aku Yoo Seung Jae, direktur seni yang menangani ilustrasi,” Seung Jae dengan ramah memperkenalkan diri. </div><div><br /></div><div>“Tidak, aku menolak tim ini!” kata Direktur Lee.</div><div><br /></div><div>Aku setuju, kata Mun Yeong. Sang Tae dan Seung Jae ikut mengangkat tangan tanda setuju (ikut angkat tangan!). Direktur Lee frustrasi. Ia menasihati Mun Yeong kalau ia sering membuat masalah karena tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Jadi bagaimana ia juga mengurusi Sang Tae? Bagaimana kalau keduanya berakhir menyebabkan masalah?</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XlL89ppRcsU/XwlhKjN9kxI/AAAAAAADKCo/ZUkF4b2M6Gg6m95LvR7XpJfMPksVdLxmgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h51m04s560.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-XlL89ppRcsU/XwlhKjN9kxI/AAAAAAADKCo/ZUkF4b2M6Gg6m95LvR7XpJfMPksVdLxmgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h51m04s560.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>“Pin pengamanku,” kata Mun Yeong. Ia melihat ke arah pintu. Pin pengamannya sudah datang jadi Direktur Lee tak perlu khawatir.</div><div><br /></div><div>Kang Tae sudah tiba di rumah Mun Yeong. Sang Tae langsung memperkenalkannya sebagai adiknya. Adiknya yang penakut tapi tetap saja adiknya. Ia menghampiri Kang Tae dan menanyakan keadaannya. Lalu ia meminta maaf.</div><div><br /></div><div>“Tidak apa-apa,” Kang Tae menenangkan kakaknya. “Ayo kita masuk.”</div><div><br /></div><div>Mun Yeong tersenyum. Detik berikutnya Direktur Lee dan Seung Jae terusir keluar. Kolaborasi antara penulis dengan kelainan kepribadian dan ilustrator dengan kelainan perkembangan. Itu bisa menjadi sukses besar atau bencana besar, menurut Seung Jae. Mun Yeong keluar hanya untuk meminta mobil SUV yang dikendarai Direktur Lee karena jalanan gunung yang cukup sulit. Dan lagi itu memang mobil Mun Yeong. Tukeran mobil kali ya ;p</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vl-kN3C4upQ/XwlhYnAC_cI/AAAAAAADKCw/eraTQ78Xz4Mw8Nuv1dG0heOXAX6BciNIACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h52m11s730.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-vl-kN3C4upQ/XwlhYnAC_cI/AAAAAAADKCw/eraTQ78Xz4Mw8Nuv1dG0heOXAX6BciNIACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h52m11s730.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Ibu Ju Ri panik seorang diri setelah tahu kalau penulis yang mempekerjakan Sang Tae adalah Mun Yeong. Ia merasa kasihan pada puterinya. Tapi ketika Ju Ri datang, ia tidak sanggup memberitahunya.</div><div>Sang Tae membantu menyiapkan kue yang dibawa Direktur Lee. Mun Yeong berkata Kang Tae memilih kakaknya lagi. Kang Tae berkata ia memiliki beberapa persyaratan. Tapi yang ingin Mun Yeong tahu adalah apakah ia memiliki bagian dalam membantu Kang Tae mengambil keputusan. Kang Tae tidak menjawabnya. </div><div><br /></div><div>Persyaratan yang ia ajukan adalah pulang ke rumah (rumah Ju Ri) tiap akhir pekan. Jika kakaknya ingin berhenti bekerja, ia akan langsung membawa kakaknya kapanpun juga. Dan ia ingin Mun Yeong menghormati kakaknya sebaik mungkin. Mun Yeong setuju.</div><div><br /></div><div>Kang Tae tidak percaya Mun Yeong mengiyakan semudah itu. Apa perlu menulis kontrak darah, sindir Mun Yeong. Kang Tae mengingatkan kalau Mun Yeong pernah berkata janji adalah sampah. </div><div><br /></div><div>“Aku akan menepati janjiku. Karena itu janji yang kubuat padamu.”</div><div><br /></div><div>Kang Tae terdiam.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-cFAwRWjyM9g/XwlhmA7wzcI/AAAAAAADKC4/bqUlI3AH_ccmgSv4Xyt5t8nf7m1TAKLAwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h53m58s099.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-cFAwRWjyM9g/XwlhmA7wzcI/AAAAAAADKC4/bqUlI3AH_ccmgSv4Xyt5t8nf7m1TAKLAwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h53m58s099.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Giliran Jae Su yang panik mendengar Kang Tae pergi. Ia berteriak-teriak memanggil Kang Tae. Kembalilah padaku, kumohon!! Teriaknya.</div><div><br /></div><div>Ju Ri mendengar Jae Su teriak-teriak. Terpaksa ibunya memberitahu apa yang terjadi. Ju Ri pun kembali menangis di balik selimut. “Go Mun Yeong, kau penyihir jahat,” teriaknya geram.</div><div><br /></div><div>Sang Tae sangat gembira melihat begitu banyaknya buku di rumah Mun Yeong. Bahkan Kang Tae pun nampak terkesan. Mun Yeong bertanya apa yang Kang Tae sukai. Tidak ada yang khusus, kata Kang Tae.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong berkata Sang tae meminta sebuah mobil camping, apakah Kang Tae senang pergi wisata. Aku tidak pernah berwisata, kata Kang Tae.</div><div><br /></div><div>“Sama sekali?” tanya Mun Yeong kaget.</div><div><br /></div><div>“Aku ingin pergi wisata.”</div><div><br /></div><div>Ke mana, tanya Mun Yeong. Ke mana saja. Kang Tae ingin bepergian tanpa menetapkan tempat tujuan lebih dulu. Sang Tae mengoceh mereka tidak pernah jalan-jalan wisata, tapi mereka pindah beberapa kali. Ini adalah kepindahan mereka yang ke delapanbelas kali. Mun Yeong bertanya kenapa mereka begitu sering pindah.</div><div><br /></div><div>“Karena itu mengikutiku ke manapun ku pergi.</div><div>”</div><div>Kang Tae berusaha memperingatkan kakaknya untuk tidak bicara lebih banyak. Tapi Mun Yeong penasaran. Ia bertanya siapa yang mengikuti Sang Tae. Kang Tae cepat-cepat mengajak kakaknya mencari kamar mereka.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vcP8A5h3Q3w/Xwlh0fKpNSI/AAAAAAADKDA/yA6sFJHDBc0ZwrHdYrEiJIcEUq_NsGTawCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h56m49s378.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-vcP8A5h3Q3w/Xwlh0fKpNSI/AAAAAAADKDA/yA6sFJHDBc0ZwrHdYrEiJIcEUq_NsGTawCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h56m49s378.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mun Yeong memberi mereka kamarnya waktu ia kecil. Hanya ada satu tempat tidur kecil di sana jadi Mun Yeong menambahkan satu laig. Sang Tae suka kamarnya. Ia langsung bersembunyi dalam lemari. Kang Tae duduk di tempat tidur pelan-pelan lalu mengguncangkannya. </div><div><br /></div><div>“Kau tidak pernah punya kasur sebelumnya?” tanya Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>“Tidak,” kilah Kang Tae. Ia bersandar di kasur agar terlihat biasa. Ia bertanya kapan terakhir Mun Yeong mencuci seprainya. Sekitar 20 tahun lalu. Tepat saat itu Sang Tae melompat ke tempat tidur, menyebabkan debu beterbangan ke mana-mana. Sang Tae terlihat sangat senang hingga Kang Tae tersenyum.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Q9TvXlB4CTg/Xwlh-BurXBI/AAAAAAADKDI/GOF9kb-AWJELHoo92LYTzi1uGo30mHqugCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h58m04s905.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Q9TvXlB4CTg/Xwlh-BurXBI/AAAAAAADKDI/GOF9kb-AWJELHoo92LYTzi1uGo30mHqugCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h58m04s905.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Seorang pasien diam-diam keluar dari kamarnya dan masuk kamar cuci. Begitu ia masuk, Dokter Oh bertanya apakah ada yang melihatnya. Satu orang melihatku, kata pasien Kan Pil Wong ketakutan. Profesor Go, alias ayah Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>Tadi ayah Mun Yeong tiba-tiba bertanya kepadanya apakah ia akan pergi ke suatu tempat. Ia sangat kaget sampai sedikit mengompol. Dan sekarang ia langsung mengganti celananya. Dokter Oh memberikan sekotak minuman padanya. Pil Wong berkata itu sangat enak. Itu soda, kata Dokter Oh. Pil Wong kesal karena mengira itu soju.</div><div><br /></div><div>“Itu adalah efek plasebo. Jika kau berpikir itu soju, rasanya akan seperti soju.”</div><div><br /></div><div>Pil Wong mengomel harusnya Dokter Oh memberitahunya nanti saja setelah ia menghabiskan minuman itu. Dokter Oh berkata Pil Wong bisa pergi jika ingin minum alkohol betulan. Ia bertanya mengapa Pil Wong tidak pergi dan memilih tetap tinggal di rumah sakit ini. Hmmm....berarti Pil Wong ini sebenarnya sudah sembuh.</div><div><br /></div><div>“Belum waktunya,” jawab Pil Wong.</div><div><br /></div><div>Dokter Oh mengambil catatannya dan bertanya apakah ada hal baru mengenai para pasien. Ah rupanya Pil Wong adalah mata-mata Dokter Oh. Pil Wong bertanya bukankah seharusnya Dokter Oh sendiri yang bisa menemukan semua hal tentang pasiennya saat sesi konseling. Dokter Oh kan dokter.</div><div><br /></div><div>“Ada pepatah seperti ini: hanya mereka yang pernah menderita yang benar-benar mengerti penderitaan (hanya mereka yang pernah mengalami yang bisa mengerti).”</div><div><br /></div><div>Pil Wong mengangguk. Ada hal-hal yang tidak bisa dipelajari hanya dari buku. Dan juga ada batasan dari apa yang dikatakan pasien, kata Dokter Oh. Mereka seringkali menipu dokternya. Pil Won membenarkan. Ia membocorkan kalau Jung Tae, teman sekamarnya yang alkoholik, mengisi sarung tangan medis dengan soju saat ia pergi keluar dan menyembunyikannya di pakaian dalamnya lalu dibawa ke sini. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ASbZdkkxdKg/XwliI7_7--I/AAAAAAADKDQ/HtMjKxDAh0k0v57XRaZAPPatA6pBZiGCACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h00m15s844.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ASbZdkkxdKg/XwliI7_7--I/AAAAAAADKDQ/HtMjKxDAh0k0v57XRaZAPPatA6pBZiGCACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h00m15s844.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Sang Tae melihat sebuah pintu bergerak menutup sendiri saat ia melewatinya. Ia membuka pintu itu dan turun ke bawah, ada sebuah pintu digembok. Mun Yeong memegang pundaknya. Di bawah ini, kata Sang Tae.</div><div><br /></div><div>“Kak, apa pernah mendengar cerita tentang Bluebeard (Si Janggut Biru)?” tanya Mun Yeong.</div><div><br /></div><div><i>Pada suatu waktu, ada seorang bangsawan berjanggut biru yang tinggal sendirian di sebuah kastil besar. Ia sangat kaya tapi semua orang menghindarinya karena takut pada janggut birunya. Tapi suatu hari, seorang wanita miskin datang ke kastil itu dan berkata ingin menjadi pengantinnya.</i></div><div><i><br /></i></div><div><i>Dipenuhi kegembiraan, Bluebeard mengeluarkan semua perhiasan dan harta dari setiap kamar dan memberikannya pada istrinya sebagai hadiah. Tapi ada sebuah kekecualian. Ia memperingatkan istrinya agar tidak pernah masuk ke kamar di bawah tanah.</i></div><div><i><br /></i></div><div><i>Namun istrinya yang penasaran, akhirnya membuka pintu rahasia itu tanpa memberitahu suaminya. Apa kau tahu apa yang ada di kamar itu? Mayat banyak wanita dipajang di dinding. Mereka adalah para istri Bluebeard yang tidak menghiraukan peringatannya dan membuka pintu itu. Begitulah mereka semua berakhir.</i></div><div><i><br /></i></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-rasd2m93ras/XwliW0MnD9I/AAAAAAADKDY/YY_3A2VWKhYgArWqaQNuHDYQm_NNmeXRACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h01m54s903.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-rasd2m93ras/XwliW0MnD9I/AAAAAAADKDY/YY_3A2VWKhYgArWqaQNuHDYQm_NNmeXRACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h01m54s903.png" width="320" /></a></div></div><div><br /></div><div>Saat Mun Yeong menceritakan hal ini, yang diperlihatkan adalah ayah Mun Yeong membawa ibu Mun Yeong ke kastil baru mareka. Lalu suatu malam Mun Yeong membuka pintu di ruang bawah tanah itu dan menemukan mayat ibunya berlumuran darah.</div><div><br /></div><div>Sang Tae menceritakan kembali dongeng itu pada Kang Tae. Sepertinya Sang Tae agak takut mendengar cerita itu. Kang Tae menasihati kakaknya agar tidak ke bawah tanah tanpa ijin karena ini bukan rumah mereka. </div><div><br /></div><div>“Tapi kenapa para penduduk desa takut pada Bluebeard?” tanya Sang Tae.</div><div><br /></div><div>“Karena ia berbeda dari orang lain. Janggutnya berwarna biru.”</div><div><br /></div><div>“Apakah menjadi berbeda merupakan sesuatu yang menakutkan? Apakah kau harus tinggal sendirian di kastil jika kau berbeda?”</div><div><br /></div><div>Kang Tae berkata pada akhirnya Bluebeard akan menemukan cinta sejatinya yang tidak takut pada janggut birunya. Seseorang yang mengerti dirinya sebagaimana adanya. Mun Yeong mendengar semua itu dari luar. Apa Mun Yeong juga akan mendapat happy ending seperti Bluebeard versi Kang Tae?</div><div><br /></div><div>Dalam cerita aslinya, istri terakhir Bluebeard merencanakan untuk melarikan diri setelah tahu rahasia suaminya. Ia meminta bantuan saudaranya. Namun ia ketahuan oleh suaminya hingga akan dibunuh. Tepat ia akan dibunuh, saudara-saudaranya datang menyelamatkannya dan membunuh Bluebeard. Istrinya mewarisi semua kekayaannya dan akhirnya menikah kembali. Banyak versi mengenai kisah Bluebeard ini ;)</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-L_Ddvohujao/Xwlif8ecMSI/AAAAAAADKDg/R37_K_h1eUQxcaWIuPa3r3x_9ePQkQMEQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h03m35s102.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-L_Ddvohujao/Xwlif8ecMSI/AAAAAAADKDg/R37_K_h1eUQxcaWIuPa3r3x_9ePQkQMEQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h03m35s102.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Ju Ri masih kesal pada ibunya. Ibunya berusaha menghiburnya kalau Kang Tae dan kakaknya tidak benar-benar pindah. Mereka akan kembali tiap akhir pekan. Ju Ri menekan klakson dengan kesal dan marah-marah pada pengemudi lain. Ibunya kesal dengan sikap puterinya dan berkata Mun Yeong juga tidak mengatakan itu menggoda Kang Tae. Ia yakin semua ini hanya masalah pekerjaan.</div><div><br /></div><div>Ju Ri kembali menekan klakson sambil marah-marah. Ibunya berkata sebaiknya Ju Ri marah padanya dan berhenti mengklakson. </div><div><br /></div><div>“Kau kan punya mulut, jadi gunakan itu!” ujar ibunya.</div><div><br /></div><div>“Aku akan menjepret bibir itu jika Ibu bukan ibuku,” kata Ju Ri dalam hati. Ia melampiaskan kekesalannya dengan berteriak menirukan bunyi klakson berkali-kali.</div><div><br /></div><div>“Apa kau sudah gila!” tegur ibunya.</div><div><br /></div><div>Dokter Oh mengunjungi ayah Mun Yeong. Ia menanyakan namanya dan apakah ia tahu di mana ia berada sekarang. Ayah Mun Yeong diam membisu seperti patung. Dokter Oh melihat Pil Wong. Pil Wong mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.</div><div><br /></div><div>Dokter Oh merasa kondisi ayah Mun Yeong aneh karena keadaannya bisa berubah begitu tiba-tiba. Ia meminta Perawat Park mengawasinya dan melaporkannya padanya. Perawat Park menyelimuti ayah Mun Yeong. </div><div><br /></div><div>“Go...Dae...Hwan” ayah Mun Yeong berbisik terbata-bata.</div><div><br /></div><div>Perawat Park mendekatkan diri agar bisa mendengar lebih baik.</div><div><br /></div><div>“Dia sangat cantik. Dia seperti malaikat,” kata ayah Mun Yeong lagi.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7exVZMbeLVs/Xwli9wvzr_I/AAAAAAADKDs/7mq_x12ifnYSLPhfytdEMrYsOecyKbX_wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h06m20s212.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7exVZMbeLVs/Xwli9wvzr_I/AAAAAAADKDs/7mq_x12ifnYSLPhfytdEMrYsOecyKbX_wCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h06m20s212.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Siapa yang seperti malaikat, tanya Perawat Park. Ibu Mun Yeong, jawab ayah Mun Yeong. Dokter Oh berbalik melihat mereka dan berpikir. Setelah selesai melakukan kunjungan, Dokter Oh berkata sepertinya terlalu cepat untuk mempertemukan kembali Mun Yeong dan ayahnya. Perawat Park berkata Dokter Oh tahu apa yang terjadi saat mereka jalan-jalan waktu itu.</div><div><br /></div><div>“Tapi apa kau yakin ia melakukannya pada puterinya? Delusi. Mungkin ia melihat orang lain ketika ia melihat puterinya.”</div><div><br /></div><div>Siapa, tanya Perawat Park. Itu yang harus kita cari tahu, jawab Dokter Oh. Memangnya mata-mata dokter Oh tidak mengatakan apapun, sindir Perawat Park. Ia berkata ia akan mengunci kamar cuci mulai sekarang. Dokter Oh bergumam Perawat Park tahu segalanya.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ow6Efor2Cj0/XwljJr7-PTI/AAAAAAADKDw/7llinFXBsr4rf_TfOn2yz4wfRcr6D70VACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h07m12s725.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ow6Efor2Cj0/XwljJr7-PTI/AAAAAAADKDw/7llinFXBsr4rf_TfOn2yz4wfRcr6D70VACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h07m12s725.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mun Yeong bangun lebih siang karena tidurnya sangat nyenyak semalam. Ia turun dan bingung melihat Sang Tae sedang mengepel lantai. Ia menyapa Mun Yeong dan melapor kalau mereka bangun jam 6 pagi, mencuci semua seprai, berbelanja, dan bersih-bersih. </div><div><br /></div><div>Mereka ke dapur dan melihat Kang Tae baru selesai memasak. Kang Tae mengajak sarapan dan bertanya apa yang bisa Mun Yeong makan untuk sarapan. Mereka biasa sarapan dengan nasi. Roti?</div><div>Mun Yeong ingin nasi. Sepertinya ia tidak pernah sarapan. Ia meminta nasi lebih banyak pada Kang Tae. Kang Tae tersenyum. Mun Yeong makan dengan lahap pagi itu. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-aqVmOekdJYI/XwlpJb_zmTI/AAAAAAADKEA/ayiNj2yvcxYtl1BCfj89uqhormo1mo93wCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h09m33s044.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-aqVmOekdJYI/XwlpJb_zmTI/AAAAAAADKEA/ayiNj2yvcxYtl1BCfj89uqhormo1mo93wCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h09m33s044.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Pasien Kang Eun Ja (yang ingin menjodohkan puterinya dengan Kang Tae) menelepon puterinya dan menceritakan tentang Kang Tae. Sesekali ia menggaruk pergelangan tangannya yang dipenuhi bekas luka irisan. Kang Eun Ja senang karena puterinya akan datang hari ini.</div><div><br /></div><div>Sementara itu pasien-pasien lain komplain pada Ju Ri dan Byul kalau Kang Eun Ja tidak membayar kembali semua snack yang dipinjam dari mereka. Padahal Kang Eun Ja orang kaya, tapi ia meminjam uang dan mengatakan akan mengembalikannya saat puterinya berkunjung. So Hae menyuruh para perawat memanggil polisi dan ia akan melapor pada Dokter Oh. Ju Ri cepat-cepat mencegah mereka dengan mengatakan akan mengurus masalah itu lalu menyuruh mereka kembali ke kamar.</div><div><br /></div><div>Cha Yong memperhatikan Kang Eun Ja dan berkomentar kalau ia tidak terlihat terlalu gila. Byul dan Ju Ri menoleh memelototinya.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wMVy6XwlXGM/XwlpTAb-AZI/AAAAAAADKEE/9YvH8hb7uDo9Nk1CP3NayQhfchTTrvvbACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h10m04s768.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-wMVy6XwlXGM/XwlpTAb-AZI/AAAAAAADKEE/9YvH8hb7uDo9Nk1CP3NayQhfchTTrvvbACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h10m04s768.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mun Yeong, Sang Tae, dan Kang Tae tiba bersama di rumah sakit. Kang Tae ingin mereka pergi masing-masing lain kali agar orang-orang tidak salah paham. Mun Yeong cuek dan bertanya kapan mereka selesai bekerja, ia akan menunggu dan mereka akan pulang bersama.</div><div><br /></div><div>Sang Tae sudah menyelesaikan sebagian besar gambar. Gambar itu penuh dengan bunga. Dokter Oh melihatnya dan berkata ada sesuatu yang kurang. Kupu-kupu. Harus ada kupu-kupu jika ada bunga. Begitu banyak bunya tapi tidak ada kupu-kupu satu pun. Ia berkata ia yakin Sang Tae akan menggambarnya nanti.</div><div><br /></div><div>Sang Tae menolak dengan keras. Dokter Oh bertanya apa Sang Tae tidak bisa menggambarnya. Apa ia saja yang menggambarnya? Sang Tae menepis tangan Dokter Oh yang hendak mengambil kuas.</div><div><br /></div><div>“Jangan! Tidak boleh ada kupu-kupu! Tidak di sini! Mereka tidak boleh ke sini. Tidak ada kupu-kupu. Kupu-kupu tidak boleh ke sini. Tidak boleh,” kata Sang Tae ketakutan.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fX9UNxwL0PY/XwlpcFFGJmI/AAAAAAADKEM/i-RRTSQaw-M7H23FqOMEe0MGq-d5HfhcQCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h12m29s107.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-fX9UNxwL0PY/XwlpcFFGJmI/AAAAAAADKEM/i-RRTSQaw-M7H23FqOMEe0MGq-d5HfhcQCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h12m29s107.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mun Yeong merasa ada seseorang yang mengikutinya dan mengamatinya. Ia berdiri dan mencari orang itu. Sementara Byul bingung mencari Mun Yeong padahal para pasien sudah menunggu. Kang Tae berkata ia akan membantu mencari.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong menemukan orang yang mengikutinya di bagian rumah sakit yang sedang diperbaiki. Orang itu adalah pasien Kang Eun Ja. Ia sudah menunggu Mun Yeong dan bertanya kenapa ia begitu terkejut.</div><div><br /></div><div>“Apa kau sudah melupakanku? Ini aku, Ibumu.”</div><div><br /></div><div>Kang Tae melihat mereka, namun ia diam-diam mendengar dari luar pintu.</div><div><br /></div><div>“Ibu sudah menunggumu selama ini. Kau sangat kurus sekarang. Tapi di mataku, kau tetap gadis tercantik di dunia,” Kang Eun Ja menyentuh pipi Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong tertegun tak mampu mengatakan apapun.</div><div><br /></div><div>“Kenapa kau tidak mengatakan apapun? Jangan bilang kau tidak mengenali Ibu hanya karena beberapa kali operasi plastik.”</div><div><br /></div><div>“I...bu?” tanya Mun Yeong pelan. “Benar-benar Ibu? Ibu sudah kembali?”</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-rDl8zjJT5M0/XwlplUPQyeI/AAAAAAADKEU/HEKd5SnP2HwwJUcq5F1ElU2f377PO3XVgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h15m43s265.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-rDl8zjJT5M0/XwlplUPQyeI/AAAAAAADKEU/HEKd5SnP2HwwJUcq5F1ElU2f377PO3XVgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h15m43s265.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>“Kau ini kenapa? Ibu tahu kau pergi sebulan untuk konsermu, tapi kenapa kau bersikap seperti orang asing?”</div><div><br /></div><div>Mun Yeong seakan ditampar kenyataan. Konser? Eun Ja berkata ia sudah bilang di telepon mengenai pria yang akan cocok dengan puterinya. Ia mulai memuji-muji pria itu. Mun Yeong jadi marah.</div><div>“Kau wanita gila!” ia menarik syal wanita itu.</div><div><br /></div><div>Kang Tae cepat-cepat memeganginya dan berkata Eun Ja perlu minum obat. Eun Ja senang melihat Kang Tae dan berkata dialah pria yang dibicarakannya. Mun Yeong memelototi Kang Tae. Kang Tae cepat-cepat membawa Kang Eun Ja pergi. Mun Yeong berusaha menenangkan dirinya.</div><div><br /></div><div>Kang Tae menanyakan kondisi Kang Eun Ja pada Perawat Park. Perawat Park berkata Kang Eun Ja menderita depresi yang sangat parah hingga mengalami halusinasi dan delusi. Ia sering menerima tunjangan kesejahteraan (alias miskin) tapi percaya kalau dirinya istri muda pengusaha kaya.</div><div><br /></div><div>Kang Eun Ja memang memiliki seorang puteri. Dan ia bekerja keras untuk membesarkan puteri satu-satunya itu. Tapi puterinya sudah meninggal dalam kecelakaan mobil beberapa bulan lalu. Kang Eun Jae percaya puterinya masih hidup. Pasti sulit baginya untuk menerima kematiannya sementara waktu ini.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-c_yYOWO0oaQ/XwlpwFeFO8I/AAAAAAADKEc/z5TaSDxJ_V8st61eJ8ci_-72U73fbU0dACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h16m17s495.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-c_yYOWO0oaQ/XwlpwFeFO8I/AAAAAAADKEc/z5TaSDxJ_V8st61eJ8ci_-72U73fbU0dACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h16m17s495.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Di kelas, Ah Reum sedang membacakan sebuah buku. Tapi Mun Yeong tidak bisa fokus. Perkataan “ini aku, Ibumu” terus terngiang di benaknya. </div><div><br /></div><div>“Diam,” gumamnya.</div><div><br /></div><div>Ah Reum terus membaca. Perkataan itu semakin sering terdengar mengisi pikiran Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>“Kubilang, diam!” bentaknya.</div><div><br /></div><div>Para pasien keluar sambil mengomel. Ah Reum menangis mengira Mun Yeong membencinya. Ia tidak salah tapi Mun Yeong sangat kejam padanya. Kang Tae mendengr mereka dan bertanya ada apa. Jung Tae menjelaskan apa yang terjadi. Mun Yeong menyuruh Ah Reum membaca tapi tiba-tiba membentak agar dia diam.</div><div><br /></div><div>“Menurut pengalamanku, dia akan segera kerasukan,” kata So Hae. “Orang yang mendengar hantu berbicara pada mereka akan mulai berbicara omong kosong seperti itu.”</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Hz0N9ap0ySw/Xwlp6RgSn1I/AAAAAAADKEk/AGz7UL1qmxE6eCcOCnGP4qtW8XYTOA33QCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-11h18m12s866.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Hz0N9ap0ySw/Xwlp6RgSn1I/AAAAAAADKEk/AGz7UL1qmxE6eCcOCnGP4qtW8XYTOA33QCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-11h18m12s866.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mendengar itu Kang Tae mencari Mun Yeong. Tapi saat mencarinya ia malah bertemu dengan Direktur Lee dan Seung Jae. Direktur Lee ingin berbicara dengan Kang Tae. Ia menyerahkan sebuah bungkusan besar. </div><div><br /></div><div>Direktur Lee berkata itu adalah hasil penelitiannya mengenai literatur anak-anak trend terkini untuk Mun Yeong, sebagai referensi saat ia mengerjaka buku berikutnya. Ia sendiri yang pergi ke kafe internet dan...</div><div><br /></div><div>“Apa kau ingin aku menitipkannya padaku?” tanya Kang Tae tak terkesan.</div><div><br /></div><div>“Tidak, aku ingin menyerahkannya sendiri padanya,” sergah Direktur Lee.</div><div><br /></div><div>Lalu kenapa Direktur Lee ingin bertemu Kang Tae? Ia menyuruh Kang Tae pindah dari rumah Mun Yeong bersama kakaknya. Mereka berdua seharusnya tidak tinggal di sana. Kenapa tidak, tanya Kang Tae.</div><div><br /></div><div>“Karena di sanalah tempatku. Kau tidak bisa menangani Mun Yeong. Itu bukan pekerjaan bagi orang sembarangan. Aku telah bertahan dan mengalah padanya selama 10 tahun. Aku bahkan membungkuk terbalik untuknya. Aku sudah mempertaruhkan nyawa dan jiwaku untuk melindunginya.” </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Dw21unZAUAQ/XwlqJEr8UoI/AAAAAAADKEs/IAkYjcNabUMR2fuqrjqMaFYzSjEyI2JiwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-12h49m35s501.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Dw21unZAUAQ/XwlqJEr8UoI/AAAAAAADKEs/IAkYjcNabUMR2fuqrjqMaFYzSjEyI2JiwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-12h49m35s501.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Seung Jae mengangguk kecil. Kenapa, untuk apa, tanya Kang Tae.</div><div><br /></div><div>“Karena aku benar-benar peduli padanya dan..."</div><div><br /></div><div>“Karena uang?” tanya Kang Tae. Ia berkata Direktur Lee sudah mendapatkan banyak uang dari penjualan buku Mun Yeong. Jadi untuk apa membanggakan diri pengorbanannya padahal sudah mendapat upah setimpal?</div><div><br /></div><div>Direktur Lee membantah ia membanggakan diri. Jika ia hanya menganggap Mun Yeong sebagai alat untuk mendapatkan uang, ia pasti sudah meninggalkannya saat perusahaannya menderita karenanya.</div><div><br /></div><div>“Hubungan kami tidak didasarkan pada keuntungan finansial semacam kapitalis, melainkan lebih dari itu!”</div><div><br /></div><div>“Hubungan seperti apa kalau begitu?” tanya Kang Tae.</div><div><br /></div><div>“Bagi Mun Yeong, aku adalah penerbitnya, mentor, kakak, sekaligus prianya! Pokoknya kau sudah mengambil tempatku jadi menyingkirlah.”</div><div><br /></div><div>Begitu mendengar kata “prianya”, wajah Kang Tae membeku. Tidak mau, katanya. Ia tidak akan menyingkir. Hehe...kayanya ada yang cemburu...</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/--WrHLUNQ_Sg/XwlqP9XVL4I/AAAAAAADKE0/zB31X9JhesgmmD69k3kxizfAsV3QrzLiwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-12h50m26s983.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/--WrHLUNQ_Sg/XwlqP9XVL4I/AAAAAAADKE0/zB31X9JhesgmmD69k3kxizfAsV3QrzLiwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-12h50m26s983.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Sementara itu Kang Eun Ja mengikuti Mun Yeong ke mana-mana sambil terus membicarakan Kang Tae dan berusaha menjodohkan mereka. Mun Yeong tidak mempedulikannya. Untunglah sebelum Mun Yeong lepas kendali, Byul membawa pergi Kang Eun Jae.</div><div><br /></div><div>Kang Tae masih mencari Mun Yeong tapi teleponnya tidak diangkat dan ia tidak menemukan Mun Yeong. Ia malah melihat Ju Ri, ibunya, dan Sang Tae akan makan siang di kantin. Ibu Ju Ri memanggilnya untuk makan bersama. Ia tidak bisa menolak. Ponsel Mun Yeong tertinggal di ruang terapi. </div><div><br /></div><div>Ibu Ju Ri berkata mereka pasti kelaparan. Ia tidak bisa tidur nyenyak karena khawatir pada mereka. Karena itu ia bangun pagi-pagi menyiapkan makanan untuk mereka. Kang Tae berterimakasih dengan sopan sambil sesekali melihat sekeliling untuk mencari Mun Yeong.</div><div><br /></div><div>Ibu Ju Ri memberi isyarat pada Ju Ri untuk berbicara. Kang Tae yang berbicara duluan. Sepertinya ia akan meminta maaf karena pergi tanpa memberitahu, tapi Ju Ri langsung mengatakan kalau ia sudah dengar mereka pindah ke sana karena pekerjaan Sang Tae. </div><div><br /></div><div>“Selamat, kak. Aku ingin satu bukunya setelah bukunya terbit.”</div><div><br /></div><div>“Beli sendiri bukunya,” kata Sang Tae. “Kau harus membayarnya dengan uangmu.”</div><div><br /></div><div>Kang Tae menegur kakaknya karena tidak enak hati. Ibu Ju Ri cepat-cepat berkata ia akan membeli 100 buku. Sang Tae berterimakasih. Situasi canggung menjadi lebih ringan setelah percakapan itu. Mun Yeong melihat dari luar bagaimana Kang Tae tersenyum dan berbicara dengan Ju Ri.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NpDUyqzr344/Xwlqcj9T4RI/AAAAAAADKE8/CgeD_v81O3AyOM5KQEe3xnVDORgb1ybFgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-12h52m58s721.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-NpDUyqzr344/Xwlqcj9T4RI/AAAAAAADKE8/CgeD_v81O3AyOM5KQEe3xnVDORgb1ybFgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-12h52m58s721.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Tiba-tiba Kang Eun Ja muncul di sebelahnya. Ia kesal karena Ju Ri mendapat “bantuan” dari ibunya. Ia berkata Mun Yeong tidak boleh pergi begitu saja. Ia harus memastikan Ju Ri jauh-jauh dari Kang Tae. Lalu ia tiba-tiba memarahi Mun Yeong karena tidak mendengarnya. </div><div><br /></div><div>“Apa ibu bilang? Wanita lain akan merebutnya. Jangan keras kepala. Dengarkan ibu! Ibu sudah mengawasi dia untukmu tapi wanita itu hendak mencurinya. Baiklah, jika kau tidak mau bertindak, Ibu yang akan melakukannya. Memangnya cuma dia yang punya ibu? Kau juga punya!”</div><div><br /></div><div>“Kumohon!” seru Mun Yeong. “Kumohon hentikan mengatakan kata itu: ibu.”</div><div><br /></div><div>Kang Eun Ja bingung. Apalagi yang harus ia katakan? Aku kan ibumu, katanya.</div><div><br /></div><div>“Ibuku...sudah tiada. Ibuku....tengkoraknya pecah, darahnya di mana-mana. Tubuhnya terpelintir dan lemas. Lantai masih ternoda dengan darahnya. Jadi nyonya, bangunlah dari mimpimu.”</div><div><br /></div><div>Kang Eun Ja shock dengan kata-kata Mun Yeong. Tidak, tidak, gumamnya. Lalu ia jatuh pingsan. Mun Yeong berjalan pergi. Para perawat menemukan Kang Eun Ja terbaring sendirian.</div><div><br /></div><div>Menurutku Mun Yeong sudah cukup menahan diri sih. Tapi Kang Eun Ja terus mengikurinya, keterkejutannya karena sempat mengira ibunya kembali hidup, dan Kang Tae yang terlihat gembira bersama orang lain. Rasa kesepian itu pasti kembali menggigitnya...</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UA5j4il1hsM/XwlqkxJ9QRI/AAAAAAADKFE/6LwGpW2rKeA9WQoQ9rUJqOf7dKcG2gzVACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-12h54m42s922.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-UA5j4il1hsM/XwlqkxJ9QRI/AAAAAAADKFE/6LwGpW2rKeA9WQoQ9rUJqOf7dKcG2gzVACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-12h54m42s922.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Mun Yeong mengurung diri di kamarnya. Kang Tae mengetuk pintu dan bertanya apakah ia tidak akan makan. Ia menemukan ponsel Mun Yeong. Apa Mun Yeong tidur? Ia tidak tidur, tapi ia tidak menjawab. </div><div><br /></div><div>Kang Tae membereskan piring kotor di dapur. Ia teringat pada perkataan Mun Yeong saat pertama bertemu Kang Eun Ja. Benar-benar Ibu? Ibu kembali? Ia tidak bisa tidur.</div><div><br /></div><div>Mun Yeong pergi ke ruang terkunci bawah tanah dan masuk. Ia melihat noda darah di lantai. Di lantai banyak foto orangtuanya yang tertutup kain. Lalu ia melepas kain yang menutupi meja rias di sana dan mengambil sisir. Ibunya mengambil sisir itu dan menyisiri rambutnya.</div><div><br /></div><div>“Kau sepertinya tidak sedang dalam mood baik hari ini,” kata ibunya pada Mun Yeong kecil.</div><div>“Ibu, kenapa Bluebeard membunuh para istrinya?”</div><div><br /></div><div>“Karena mereka tidak menurut padanya. Kau harus selalu menurut pada Ibu, ya? Itu berarti kau anak baik. Jawab Ibu.”</div><div><br /></div><div>“Iya, aku akan menurut setiap waktu.”</div><div><br /></div><div>“Bagus, kau anak yang sangat baik. Tapi.....kenapa kau membawanya ke sini!!” tiba-tiba ibu Mun Yeong menjambak rambut puterinya.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WFSORbzpPwo/XwlrSJQQT_I/AAAAAAADKFY/ecGfgYhUoH4SD3YJMOFzIo0gjIkcUhBrwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-12h59m20s278.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-WFSORbzpPwo/XwlrSJQQT_I/AAAAAAADKFY/ecGfgYhUoH4SD3YJMOFzIo0gjIkcUhBrwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-12h59m20s278.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><br /></div><div>Mun Yeong membuka matanya.Semua itu mimpi. Ia kembali mengalami tindihan. Ia melihat ibunya melayang-layang di atasnya sementara ia seperti lumpuh, tak mampu bergerak. Ia berusaha bersuara tpai yang keluar hanya suara rintihan menahan tangis. Bayangan ibunya terus mendekatinya.</div><div><br /></div><div>“Sudah Ibu peringatkan. Ibu juga akan membunuh pangeran yang datang menyelamatkanmu,” ibu Mun Yeong tertawa mengerikan. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-B406aE-AkVI/XwlrdNOoEiI/AAAAAAADKFg/UMIK9TpkwG0Wwc1dJ9y_RkAbVHwh6mKJgCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-13h00m13s070.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-B406aE-AkVI/XwlrdNOoEiI/AAAAAAADKFg/UMIK9TpkwG0Wwc1dJ9y_RkAbVHwh6mKJgCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-13h00m13s070.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Kang Tae yang belum tidur mendengar suara Mun Yeong. Ia cepat-cepat pergi ke kamar Mun Yeong dan menemukan Mun Yeong sedang menangis tanpa bisa bergerak. Kang Tae membangunkannya. Tangis Mun Yeong berubah menjadi teriakan pilu. Kang Tae berusaha menenangkannya.</div><div><br /></div><div>“Larilah! Lari!!’ kata Mun Yeong sambil menangis terisak.</div><div><br /></div><div>“Tidak apa-apa Go Mun Yeong, itu hanya mimpi.”</div><div><br /></div><div>“Larilah, cepat! Cepat pergi!!” seru Mun Yeong. </div><div><br /></div><div>Tapi tangannya menggenggam erat baju Kang Tae, sama seperti ketika ia menghalangi Kang Tae pergi di hari pertama Kang Tae masuk rumah itu. Kang Tae memeluk Mun Yeong. </div><div><br /></div><div>“Baik, aku tidak akan pergi...”</div><div><br /></div><div>Dan Mun Yeong pelan-pelan menjadi tenang. Kang Tae membelai kepalanya dan memegangi tangannya. Mun Yeong memejamkan matanya. Tangannya terus memegang baju Kang Tae dengan sangat erat.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-e6Ni5vX-GvA/XwlrliSvaHI/AAAAAAADKFk/YJswTv39n0I3aF7hyllKCCgodFwgWUZbwCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-13h01m40s857.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-e6Ni5vX-GvA/XwlrliSvaHI/AAAAAAADKFk/YJswTv39n0I3aF7hyllKCCgodFwgWUZbwCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-13h01m40s857.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div><i>Epilog:</i></div><div><i><br /></i></div><div><i>Sang Tae membayangkan adegan dongeng Bluebeard. Ia jadi Bluebeard, Mun Yeong jadi istri Bluebeard, Kang Tae jadi si bungkuk. Di meja terpajang kepala para istri Bluebeard: Celine (ih sama dengan nama anakku >,<), Allie, Mary, Anna, dan terakhir Esmeralda (pantes ada si bungkuk). Kreatif banget sih, mana ada NG nya pula XD</i></div><div><i><br /></i></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PIo7eTBRn28/Xwlrst5RQjI/AAAAAAADKFs/3G0R74LLZU8Vv1vjRRxSZ6BrMEIKYUhigCLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-13h03m43s048.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-PIo7eTBRn28/Xwlrst5RQjI/AAAAAAADKFs/3G0R74LLZU8Vv1vjRRxSZ6BrMEIKYUhigCLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-13h03m43s048.png" width="320" /></a></div></div><div><br /></div><div><b>Komentar:</b></div><div><br /></div><div>Aku suka banget dengan perubahan yang terjadi dari adegan Kang Tae menolak Mun Yeong meski Mun Yeong terus mengejarnya, mengancamnya, sampai tak mempedulikan keselamatannya, hingga di akhir ketika Mun Yeong menyuruhnya pergi, Kang Tae sendiri yang mengatakan tak akan meninggalkan Mun Yeong. Jauh lebih baik atas keinginan sendiri daripada dipaksa, bukan?</div><div><br /></div><div>Melihat dua episode terakhir, jadi ibu Mun Yeong seperti penyihir di kisah Rapunzel, sedangkan ayahnya seperti Bluebeard? Ibu Mun Yeong sepertinya memang obsesif dan seperti penyihir itu yang melarang Mun Yeong bergaul dengan orang lain. Menganggap Mun Yeong sangat berbeda. Mun Yeong selalu bereaksi pada kata “ibu”.</div><div><br /></div><div>Tapi mengenai ayah Mun Yeong, aku tidak terlalu yakin ia seperti Bluebeard yang membunuh istrinya. Berbeda dengan ibunya yang sangat mempengaruhi hidupnya, ayah yang diingat Mun Yeong adalah ayah yang hendak membunuhnya. Tapi ia tidak terlihat takut pada ayahnya. Jika ayahnya yang membunuh ibunya, pasti itu lebih traumatis lagi.</div><div><br /></div><div>Persamaannya adalah, meski kedua orangtuanya sama-sama orangtua yang “aneh”, Mun Yeong tetap merindukan mereka. Iya dia menelantarkan ayahnya bertahun-tahun lamanya. Tapi ketika ia melihatnya, ia berharap ayahnya telah lupa semuanya dan bisa menjadi ayah baginya. Juga ketika tiba-tiba “ibu”nya kembali. Meski ia takut, tapi ia terlihat merindukannya. Jadi makin penasaran dengan cerita keluarga di kastil terkutuk itu. </div><div><br /></div><div>Drama ini sungguh tidak bisa ditebak. Dan karakternya unik-unik. Mengingatkan kita kalau tidak ada orang yang sama. Semua terlihat baik-baik saja di luar, tapi masing-masing orang memiliki “keanehannya” sendiri. Aku aneh, kau aneh, sama-sama aneh..jadi kenapa harus saling berprasangka? </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9_iIcaIsNic/Xwlr86egJFI/AAAAAAADKF8/Msywoc2Y5sEHZldwNROzw3UzQTs-ZpbjACLcBGAsYHQ/s960/vlcsnap-2020-07-10-10h55m54s410.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-9_iIcaIsNic/Xwlr86egJFI/AAAAAAADKF8/Msywoc2Y5sEHZldwNROzw3UzQTs-ZpbjACLcBGAsYHQ/s320/vlcsnap-2020-07-10-10h55m54s410.png" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Di banyak forum aku melihat banyak orang yang berprasangka para karakter Ju Ri. Ia seorang yang bermuka dua, seorang yang jahat, yang licik. Aku masih berpendapat sama seperti episode sebelumnya, kalau ia justru menggambarkan orang kebanyakan. Selalu berusaha terlihat baik, berusaha mengendalikan diri bila ada yang menyakiti, tapi terkadang bisa lepas kendali. Mengenai kekesalan pada ibunya, siapa sih yang tidak pernah kesal pada orangtuanya satu kali saja dalam hidupnya? Atau dalam hati diam-diam mengomeli orangtua kita? Tapi setelah itu hubungan mereka tetap baik. </div><div><br /></div><div>Terkadang kekanakkan tapi berusaha pengertian. Bersikap lembut, tapi kadang bisa kesal juga. aku belum merasa ada yang berbahaya dari Ju Ri selain ia merasa iri dan cemburu. Mun Yeong lebih berbahaya sih karena tindakannya itu tidak bisa diprediksi. </div><div><br /></div><div>Antara Ju Ri dan Mun Yeong juga aku berharap suatu hari nanti Ju Ri bisa mengerti Mun Yeong. Bahkan bisa berteman. Dulu mereka masih kecil, tapi sekarang mereka sudah dewasa. Ju Ri mungkin mudah berprasangka pada Mun Yeong, ditambah rasa cemburunya. Tapi bukankah kita juga melakukan hal yang sama padanya?</div><div><br /></div><div> </div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_11.html[email protected] (Kdramatized)9
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-1575168766034129884Thu, 09 Jul 2020 14:19:00 +00002020-07-10T07:39:23.946+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 5<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7FwrweJJogc/XwcjC0qDFzI/AAAAAAADKAQ/Fx1PdVn7lfM4Fw_bT25OJ9N7E7dJ-DtowCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h54m23s220.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7FwrweJJogc/XwcjC0qDFzI/AAAAAAADKAQ/Fx1PdVn7lfM4Fw_bT25OJ9N7E7dJ-DtowCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h54m23s220.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p class="MsoNormal">Kang Tae memakaikan jaketnya pada Mun Yeong yang basah kuyup. Mun Yeong menjatuhkan dirinya dalam pelukan Kang Tae. Hangat, katanya pelan. Lalu ia berkata ia lapar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membawanya ke sebuah motel terdekat. Bates Motel. Bagi penggemar film horror, nama hotel ini pasti tidak asing. Bates Motel adalah judul drama serial TV Amerika, namun lebih dikenal lagi sebagai nama motel di film terkenal <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Psycho</i>. Film pembunuhan berlatar belakang kepribadian ganda sekaligus kasih sayang abnormal ibu dan anak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka masuk ke dalam dan disambut pemilik motel (cameo Jung Sang Hoon). Ia mengira kedua tamunya adalah sepasang kekasih yang mencari kamar untuk bersenang-senang semalaman. Tak nyaman dengan penawaran aneh-aneh si pemilik, Kang Tae mengajak Mun Yeong pulang. Tapi Mun Yeong tidak mau. Ia suka motel ini dan ia tidak mau mati kedinginan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia malah menyalahkan Kang Tae yang membawa motor di hujan deras seperti ini. Kang Tae menyuruh Mun Yeong naik taksi tapi Mun Yeong minta uang untuk ongkos taksi. Ia tidak membawa apapun, termasuk ponsel dan dompetnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-O653oKYAQh4/XwceYAMQmnI/AAAAAAADJ2w/sOYJFISjYZgS6JkyS1BpklwIM89-0Bb4wCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-11h26m23s120.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-O653oKYAQh4/XwceYAMQmnI/AAAAAAADJ2w/sOYJFISjYZgS6JkyS1BpklwIM89-0Bb4wCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-11h26m23s120.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae terkejut dan mulai memarahi Mun Yeon karena begitu ceroboh dan tidak berpikir sebelum bertindak. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya di jalan yang sepi dan gelap itu? Bagaimana bisa ia berjalan sendirian tanpa rasa takut? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika sesuatu yang buruk terjadi...” Kang Tae sadar lalu berhenti mengomel. Si pemilik motel tersenyum geli.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau marah? “ tanya Mun Yeong tersenyum. “Siapa yang peduli jika aku berjalan semalaman atau mengadakan pertunjukan buka baju? Kenapa kau marah? Apa kau mengkhawatirkanku? Apa kau kesal? Hatimu sakit? Apa kau menyukaiku?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tak bisa menjawab dan terdesak karena Mun Yeong terus mendekatinya. Si Pemilik motel nampak menikmati “drama romantis dadakan” di depannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia bertanya karena ia benar-benar tidak tahu. Ia menyindir Kang Tae yang sebelumnya mengatakan kalau ia tidak tahu apa-apa tentang Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku adalah kaleng kosong yang tidak akan pernah mengerti perasaanmu sampai aku mati. Jadi apa yang kaurasakan sekarang? Katakan. Kenapa kau diam? Apa kau juga kaleng kosong?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku...aku...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Katakan padanya kalau kau mencintainya,” kata si pemilik motel.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia akan menyewa kamar. Tapi ternyata ia juga tidak bawa uang. Si pemilik motel berkata bahkan ibunya juga harus membayar jika ingin menginap di sini (dalam film Psycho, si pemilik Bates Motel membunuh ibunya tapi karena perasaan bersalah menyimpan mayat ibunya bertahun-tahun, dan ia sendiri akhirnya memiliki kepribadian ganda sebagai ibunya). Ia menyuruh mereka pergi, tapi sebelumnya memberitahu ada motel murah di ujung jalan yang bisa dibayar belakangan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uBlqX79roCw/XwceftnVEuI/AAAAAAADJ3A/lZFBB8uRIGkg6cLXbLSLmXPbyjw5f14NACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-11h27m50s780.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-uBlqX79roCw/XwceftnVEuI/AAAAAAADJ3A/lZFBB8uRIGkg6cLXbLSLmXPbyjw5f14NACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-11h27m50s780.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae memilih membawa Mun Yeong ke rumahnya. Mun Yeong melihat celana dinosaurus yang dijemur (pasti punya Sang Tae^^) dan berkata ia tidak suka dinosaurus jadi ia akan meminjam pakaian Kang Tae. Ia melihat sekeliling dan takjub Kang Tae bisa melakukan semuanya dalam ruangan (sempit) itu, seperti kandang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau tidak merasa seperti hewan peliharaan di sini?” tanyanya penasaran.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menatapnya. Apa itu kasar, tanya Mun Yeong. Kang Tae memberikan pakaiannya agar Mun Yeong bisa berganti pakaian. Mun Yeong bertanya di mana Sang Tae. Di bawah, kata Kang Tae. Mun Yeong melarang Kang Tae memanggilnya. Tidak akan, kata Kang Tae. Ia tidak ingin Mun Yeong dekat-dekt dengan kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau cemburu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan pernah dekati kakakku. Aku tidak peduli anggapanmu. Biarkan saja dia sendiri.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya apa itu juga keinginan Sang Tae. Ia akan tanyakan langsung. Kang Tae menghentikannya dan menatapnya. Ia bertanya wajahnya mengisyaratkan apa. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ketampanan.” Jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ekspresi wajahku, kata Kang Tae. Apa yang dikatakannya mengenai perasaan, emosi dan keadaan Kang Tae? Aku tidak tertarik, jawab Mun Yeong. Entah karena ia memang tidak bisa membaca ekspresi Kang Tae, atau karena ia tidak mau mengakui ekspresi Kan<o:p></o:p>g Tae.</p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membawa Mun Yeong ke depan deretan kartu ekspresi yang selama ini digunakan Sang Tae untuk menghafal ekspresi orang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lihat wajah mereka dan cobalah membaca emosi mereka.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pelajari meski kau tidak tertarik. Jika kau tidak suka merasakan emosi, diingat saja. Setidaknya berusahalah kecuali kau ingin tinggal sendirian selamanya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia tidak mau. Lakukan meski tidak mau, desak Kang Tae. Mun Yeong berkata ia tidak autis. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QTwGwrf70S0/Xwce36nZ5mI/AAAAAAADJ3k/l-N3rDJyC88yhwEv-Uq67EJ1RuUQr8tnQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-11h43m51s247.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-QTwGwrf70S0/Xwce36nZ5mI/AAAAAAADJ3k/l-N3rDJyC88yhwEv-Uq67EJ1RuUQr8tnQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-11h43m51s247.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Tapi kau juga bukan anak zombie, yang tidak punya emosi dan hanya memilki keinginan untuk makan. Menurutmu apa yang benar-benar ia (zombie kid) inginkan? Memuaskan rasa lapar? Atau merasakan kehangatan seseorang? Apa jawabanmu? Makanan? Apa memuaskan rasa laparnya yang terpenting?” Kang Tae meraih tangan Mun Yeong dan menempelkan tangannya ke pipi Mun Yeong. “Kehangatan. Itulah yang benar-benar ia inginkan. Ia tidak hanya ingin diberi makan saja. Kau ingin mengirimkan pesan itu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menurunkan tangan Kang Tae dari pipinya. Ia berkata Kang Tae salah. Anak zombi tidak punya perasaan jadi yang paling penting baginya adalah makanan. Ia ingin memuaskan rasa laparnya meski dengan tubuh ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kehangatan? Omong kosong. Itu hanya rasa kasihan memuakkan untuk orang sentimental seperti dirimu. Jangan mengajari aku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Tapi meski begitu menyangkalnya, ia menyentuh pipinya yang tadi disentuh Kang Tae. Lalu ia melihat sekeliling kamar mandi, hampir semua benda di beri label dan instruksi untuk mengingatkan Sang Tae. Munafik, gumamnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oGfVFFuyCZM/Xwce_Ql8G_I/AAAAAAADJ3w/xMCy4FBNLEgOLzWxrmikdMIEEqLotq21QCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-11h44m36s461.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-oGfVFFuyCZM/Xwce_Ql8G_I/AAAAAAADJ3w/xMCy4FBNLEgOLzWxrmikdMIEEqLotq21QCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-11h44m36s461.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae membenturkan kepalanya ke dinding berulang kali. Ekspresi kemarahan dan bentakan Kang Tae belum dilupakannya. Kang Tae menahan kepala kakaknya dan bertanya apa kakaknya masih marah. Ia minta maaf karena sudah membentaknya tadi dan tidak akan melakukannya lagi. Tapi Sang Tae tidak berhenti membenturkan kepalanya, kali ini ke tangan Kang Tae yang menghalangi dinding. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak, sakit Kakak menyakiti diri sendiri,” Kang Tae berusaha membujuk. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia bercerita hari ini ia ditampar seseorang begitu keras hinigga gusinya berdarah dan ia tidak bisa mendengar dengan baik. Ia berbohong wajahnya bengkak hingga ia terlihat seperti Tuan Gumpalan. Sang Tae menoleh ingin tahu. Tapi wajah Kang Tae baik-baik saja. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae memegangi wajahnya pura-pura terkejut karena semua bengkaknya sudah hilang. Sang Tae kesal karena Kang Tae membohonginya. Ia menjitak dan memukuli Kang Tae. Memarahinya karena sudah berbohong. Ia berkata Kang Tae harus dipukul karena sudah nakal dan menyebutkan semua tokoh dongeng yang berakhir tidak baik karena berbohong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tae melindungi dirinya dari pukulan kakaknya. Sementara Jae Su dan ibu Ju Ri mendengar di luar kamar dengan prihatin. Pukulan Sang Tae pasti menyakitkan. Bagaimanapun itu adalah pukulan orang dewasa dan Sang Tae bukan seseorang yang bisa mengendalikan kekuatannya. Tapi menurutku bukan niat Sang Tae untuk menyakiti Kang Tae. Ia hanya tidak tahu cara mengendalikan dirinya. Setidaknya sekarang Sang Tae tidak marah lagi. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WqSw7kCnEUQ/XwcfHT2_7aI/AAAAAAADJ4A/5uaoQdESySsshSYa2NnsJkU9MnVJcuMpACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-11h50m32s119.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-WqSw7kCnEUQ/XwcfHT2_7aI/AAAAAAADJ4A/5uaoQdESySsshSYa2NnsJkU9MnVJcuMpACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-11h50m32s119.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri mempersiapkan makan malam. Tapi Kang Tae menolak dengan sopan dan meminta ijin untuk makan di rumahnya saja. Tentu saja karena ia membawakannya untuk Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Melihat makanan rumahan, Mun Yeong bertanya apak Kang Tae menymebunyikan seorang istri di rumah. Kang Tae berkata induk semangnya yang memasak. Mun Yeong mencoba makanannya dan sangat menyukai rasanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku ingin tinggal dengan nyonya ini. Dia seorang pemasak yang baik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Te bertanya apa yang dimakan Mun Yeong di rumah. Tidak ada, jawab Mun Yeong. Ia tidak memiliki ibu yang rela memberikan tubuhnya, maupun induk semang yang bisa memasak. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia kesal karena tidak bisa mengambil telur dengan sumpitnya. Kang Tae membantunya. Eh Mun Yeong malah menunjuk daging minta diambilkan lagi. Dasar Mun Yeong....<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MBlVj-KZHhw/Xwcfnx7EpFI/AAAAAAADJ5I/jK8QTtoYpZgb4zogXmf8fBRcdJOGXOJ6gCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-11h51m18s819.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-MBlVj-KZHhw/Xwcfnx7EpFI/AAAAAAADJ5I/jK8QTtoYpZgb4zogXmf8fBRcdJOGXOJ6gCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-11h51m18s819.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Chan Yong tak bisa menahan kantuknya apalagi lampu mulai kelap kelip lalu padam. Di lorong terdengar senandung seorang wanita dan sosoknya berjalan melewati Chan Yong. Chan Yeong terbangun tapi tidak ada siapapun. Ia menyalakan senter, mencari ke mana sosok itu pergi. Tiba-tiba pintu di sampingnya terbuka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri keluar dari ruangan dan bertanya apa yang sedang Chan Yong lakukan. Chan Yeong bertanya apa Ju Ri mendengar suara tadi. Tidak, kata Ju Ri. Lampu kembali menyala. Chan Yong berkata ia tadi mendengar suara orang bersenandung. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ah, itu...Apa Yoon So Hae tidak memberitahumu? Kadangkala setelah tengah malam, kau bisa mendengar hantu bersenandung di ujung lorong lantai dua,” kata Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Chan Yong tidak percaya. Entahlah, kata Ju Ri. Ia dengar Yoon So Hae adalah seorang shaman (dukun), yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bisa berkomunikasi dengan hantu. Chan Yong mulai ketakutan, sementara Ju Ri diam-diam tersenyum geli.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FN9vu5Clq2Y/XwcfPrF8Z6I/AAAAAAADJ4Q/MxF2JXGaSNQBBP6x0d9foINZqikVH9r6ACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-12h53m21s840.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-FN9vu5Clq2Y/XwcfPrF8Z6I/AAAAAAADJ4Q/MxF2JXGaSNQBBP6x0d9foINZqikVH9r6ACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-12h53m21s840.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Perawat Park juga dalam shift malam dan menanyakan keadaan ayah Mun Yeong pada Ju Ri. Ju Ri berkata tekanan darahnya masih tinggi dan mengalami sulit tidur. Ia bertanya-tanya kenapa Go Dae Hwan melakukan itu pada puterinya sendiri. Perawat Park berkata bisa saja itu efek komplikasi dari operasi yang sudah dijalaninya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana kalau bukan itu alasannya?” tanya Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lalu apa? Apa maksudmu ia menyerangnya untuk membunuhnya?” Perawat Park tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan. Untuk hidup. Maksudku karena ia tidak mau mati. Ia menjadi agresif untuk melindungi dirinya sendiri.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park berkata Ju Ri dan Mun Yeong sudah lama saling mengenal tapi Ju Ri menyembunyikannya. Artinya hubungan mereka berdua tidak baik. Dalam kilas balik, Ju Ri yang mengajak Mun Yeong berteman duluan...tapi kemudian menangis menyuruh Mun Yeong menjauh darinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sekarang tanyakan pada dirimu sendiri apakah kau tidak bisa menyingkirkan perasaan pribadimu jika berkaitan dengan mereka? Kau tidak boleh membiarkan perasaan pribadimu terlibat. Kau kan seorang profesional,” Perawat Park mengingatkan. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XdFbV1Zrb44/XwcferPZ-_I/AAAAAAADJ40/wyj1Y2fKCD0Hh_gnmXx7dRlagrcUgmZ5ACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-12h56m47s742.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-XdFbV1Zrb44/XwcferPZ-_I/AAAAAAADJ40/wyj1Y2fKCD0Hh_gnmXx7dRlagrcUgmZ5ACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-12h56m47s742.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Setelah selesai makan, Kang Tae membersihkan semuanya. Mun Yeong mengamatinya sambil berbaring dan berkata Kang Tae pasti seorang pelayan di kehidupan dulu, sementara ia seorang nyonya.Kang Tae menyuruh Mun Yeong pulang. Ia akan memberi ongkos taksi. Tapi Mun Yeong tidak mau. Ia akan menginap malam ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengancam akan menyeretnya keluar. Ia tidak pernah mengijinkan Mun Yeong tidur di sini. Tapi Mun Yeong balik mengancam akan berteriak. Ia mulai berteriak memanggil Sang Tae hingga Kang Tae harus menutup mulutnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiba-tiba terdengar suara Jae Su di luar memanggil Kang Tae dan mengajaknya makan bersama. Kang Tae cepat-cepat keluar. Jae Su heran kenapa Kang Tae berkeringat. Kang Tae berkata kamarnya terasa sangat panas. Jae Su berkata hari ini Kang Tae bersikap aneh. Ia hendak masuk tapi Kang Tae menendang pintu agar menutup. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su kaget. Ia berkata ia datang untuk menemani Kang Tae makan karena dikiranya Kang Tae<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kesepian dan sedih makan sendirian. Kang Tae berkata ia sudah makan. Ia menyuruh Jae Su turun dan makan dulu. Jae Su makin curiga. Apalagi Kang Tae meninggalkan kakaknya di bawah. Kang Tae berkata ia tenang karena Jae Su bersama kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su tidak percaya dan hendak menerobos masuk tapi Kang Tae menarik rambutnya agar menjauh dari pintu. Jae Su akhirnya menyerah dan turun ke bawah.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oJLeIjvYdss/XwcfYwoOgHI/AAAAAAADJ4k/abBZmJHpqhEQbz6mmAjicK8U7cuHv11zwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-12h59m03s374.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-oJLeIjvYdss/XwcfYwoOgHI/AAAAAAADJ4k/abBZmJHpqhEQbz6mmAjicK8U7cuHv11zwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-12h59m03s374.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tapi ketika Kang Tae hendak masuk, pintunya dikunci oleh Mun Yeong. Tak berani berteriak, Kang Te meminta Mun Yeong membuka pintunya. Mun Yeong berkata ia akan membuka pintu jika Kang Tae membiarkannya menginap malam ini. Setelah berusaha meyakinkan Mun Yeong, akhinya Mun Yeong membukakan...jendela.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kita seperti Romeo dan Juliet saling bertatapan seperti ini.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau bemar. Musuh bebuyutan tidak seharusnya saling bertemu,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, mereka sudah ditakdirkan. Takdir tragis mereka yang membunuh mereka. Kau tahu kenapa mereka mati? Karena hanya Juliet yang meminum ramuan tidur. Jika mereka meminumnya bersama, mereka tidak akan mati (iya sih, keduanya tidur yang mirip mati terus bisa kabur sama-sama ;p). Jadi mari kita tidur bersama.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata cara berpikir Mun Yeong tidak masuk akal. Ia menyuruh Mun Yeong membuka pintu sebelum ia mendobraknya. Mun Yeong bertanya bagaimana kalau Sang Tae bergabung dengan mereka. Ia mulai berteriak memanggil Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyerah. Ia terpaksa menelepon Jae Su dan berbohong pipa di rumah rusak hingga banjir. Dan menitipkan kakaknya pada Jae Su. Mun Yeong tersenyum lalu membukakan pintu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8bESfjpluQ0/Xwcf14Jq1WI/AAAAAAADJ5s/HRNXjTzdpTYdrTaOCIXzl1Dv2h4S0mu7QCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h01m35s355.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-8bESfjpluQ0/Xwcf14Jq1WI/AAAAAAADJ5s/HRNXjTzdpTYdrTaOCIXzl1Dv2h4S0mu7QCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h01m35s355.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata Kang Tae seorang aktor yang bagus. Kenapa jadi perawat, bukan jadi aktor? Kebohongan Kang Tae mengandung ketulusan hingga ia ingin mempercayainya. Kang Tae berbaring membelakangi Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kakakku selalu mengamati wajahku. Mataku, bentuk alis, sudut bibir, dan setiap kerut di wajahku. Ia mempelajari wajahku untuk mengetahui perasaanku. Meski aku sangat kesakitan dan sangat lelah, kakakku percaya aku bahagia jika aku memaksakan diri untuk tersenyum. Aku hanya peduli pada apa yang kakakku pikirkan. Tidak apa-apa meski itu palsu. Tersenyum bukanlah hal yang sulit.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu tersenyumlah padaku. Kau bilang tidak sulit. Tersenyumlah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruh Mun Yeong tidur saja. Mun Yeong bertanya apa Kang Tae seperti ini sejak kecil. Ia melihat foto mereka. Apa Kang Tae juga tersenyum palsu ketika masih kecil? Kang Tae berkata ia tidak tahu, ia tidak ingat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana dengan gadis yang kausukai. Kau bilang mataku mengingatkanmu padanya. Apa kau masih memikirkannya? Apa kau merindukannya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak. Aku ingin melupakannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata pasti anak perempuan itu benar-benar jahat. Kang Tae berkata sebaliknya ia yang jahat pada anak perempuan itu. Anak itu menyelamatkannya tapi ia melarikan diri....seperti seorang pengecut. Dan sejak itu ia selalu melarikan diri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu kenapa kau menjemputku tadi? Kau berlari padaku dan bukannya melarikan diri.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia menyesalinya sekarang. Mun Yeong tertawa kecil dan berkata ia cukup terpikat. Ketika Kang Tae menoleh, Mun Yeong sudah tertidur.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-D4ZzasvqmM8/Xwcf8lERlZI/AAAAAAADJ58/OLQZGLZ4MiAbsoypz8BM0SwFxwbRB3FagCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h03m14s545.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-D4ZzasvqmM8/Xwcf8lERlZI/AAAAAAADJ58/OLQZGLZ4MiAbsoypz8BM0SwFxwbRB3FagCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h03m14s545.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sosok wanita berbaju hitam mencekik ayah Mun Yeong. Alat bantunya langung memberi peringan dengan berbunyi keras. Teman-teman sekamarnya bangun tapi tidak ada sosok wanita itu (sepertinya khayalan/mimpi ayah Mun Yeong). Mereka panik dan memanggil perawat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tidak bisa tidur nyenyak karena Mun Yeong terus mengganggunya. Akhirnya ia tidak tahan lagi dan menyeret Mun Yeong menjauh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sebaliknya, Jae Su sulit tidur karena Sang Tae terus mengoceh sambil menonton film kartun. Paginya Sang Tae yang terbangun karena Jae Su mendengkur dengan sangat keras.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bangun lebih dulu dan mengamati poster ekspresi wajah. Ju Ri baru pulang. Ia langsung naik ke atas, membawakan susu untuk Kang Tae. Tapi yang dilihatnya di balkon adalah Mun Yeong. Ia bertanya apa yang dilakukan Mun Yeong di sini.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku di sini sepagi ini tentu saja karena aku menginap di sini. Bagaimana denganmu? Apa kau mengantar susu sebagai pekerjaan sampingan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tinggal<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di sini. Ini rumahku,” kata Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LNlReT3-DD4/XwcgJYC2yxI/AAAAAAADJ6M/swn1GDDdHcQlTmuJ3ANqa03GI6SgNSfEgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h09m20s422.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-LNlReT3-DD4/XwcgJYC2yxI/AAAAAAADJ6M/swn1GDDdHcQlTmuJ3ANqa03GI6SgNSfEgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h09m20s422.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tak seramah tadi dan bertanya apakah Ju Ri yang mengajak Kang Tae pindah ke sini. Tak mau kalah, Ju Ri membenarkan ia yang merekomendasikan rumahnya dan rumah sakit. Tapi tetap Kang Tae yang memutuskan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kedengarannya seperti kau mengatakan ia kembali ke kota Seongjin karena dirimu. Apa kau menyukainya? Kau menyukainya. Apa kau sudah mengakuinya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bukan urusanmu, kata Ju Ri. Tentu saja urusanku, kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku mencintaimu! Aku mencintaimu!<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Aku mengatakannya dengan penuh perasaan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menuduh Mun Yeong berbohong. Mun Yeong berkata ia tidak bohong dan Kang Tae terus menempel padanya seakan menginginkan sesuatu darinya. Jadi ia berikan apa yang ia inginkan. Pinjaman? Tanya Ju Ri kesal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dasar pencuri. Jangan menginginkannya. Ia selalu milikku,” Mun Yeong tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa semua yang kaulihat menjadi milikmu? Jika kau tidak bisa memilikinya, kau bahkan menghancurkannya agar bisa mendapatkannya. Lalu kau memainkannya sedikit dan membuangnya setelah kau bosan. Kau menyebutnya sebagai cinta? Itu hanya obsesi dan keserakahan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wanita bermuka dua. Kau menjelek-jelekkan orang sesuka hati tapi bersikap pura-pura di depan mereka. Kau selalu pura-pura bersikap bailk, lemah, dan polos. Karena itu aku tidak pernah punya teman di sekolah. Apa kau mengerti sekarang?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Plakkk! Ju Ri menampar Mun Yeong. Mun Yeong balas menjambak rambut Ju Ri. Mereka berkelahi sambil berteriak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Go Mun Yeong!” bentak Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka berhenti berkelahi tapi Mun Yeong tidak melepaskan Ju Ri. Ibu Ju Ri, Jae Su, dan Sang Tae buru-buru naik ke atas. Kang Tae khawatir melihat kakaknya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9M8a9bdlFOA/XwcgU2ccISI/AAAAAAADJ6g/IAAs4lBgLTQGGf1Zwo42zgjnFh2vDheRwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h11m22s620.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-9M8a9bdlFOA/XwcgU2ccISI/AAAAAAADJ6g/IAAs4lBgLTQGGf1Zwo42zgjnFh2vDheRwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h11m22s620.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyeret Mun Yeong ke bawah. Mun Yeong protes kenapa ia yang kena padahal Ju Ri yang memukulnya duluan. Kang Tae berkata ia tidak peduli siapa yang duluan. Mun Yeong menuduh Kang Tae berpihak pada Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Go Mun Yeong! Tadi kau meneriakkan hanya namaku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan kekanakkan. Pulanglah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyuruh Kang Tae keluar dari rumah itu sekarang juga dan tinggal bersamanya. Ia tidak bisa mebiarkan Kang Tae tinggal di sana. Tapi Kang Tae menyuruh Mun Yeong mengurus urusannya sendiri. Ia yang memutuskan di mana ia tinggal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dan satu lagi. Kau tidak memilikiku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong sadar Kang Te mendengar percakapannya dengan Ju Ri tadi. Seberapa banyak yang didengarnya? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku mencintaiimu. Aku mencintaimu. Aku mendengarnya dari sana.” (kaget aku..kirain Kang Tae menyatakan perasaannya juga XD)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae memberikan dua lembar uang sebagai ganti cinta Mun Yeong yang didasarkan atas rasa simpati. Lalu ia kembali ke rumahnya. Mun Yeong melempar uang itu dengan marah.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7Fz4F2QCrqw/XwcgdFL8aCI/AAAAAAADJ6s/kpDbpkAGueszHrpQUyDINFJdx18-Bt13wCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h12m12s177.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7Fz4F2QCrqw/XwcgdFL8aCI/AAAAAAADJ6s/kpDbpkAGueszHrpQUyDINFJdx18-Bt13wCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h12m12s177.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae kembali dan melihat Sang Tae sedang menunggunya. Sang Tae masuk ke rumah dan menyalakan semua keran air. Tidak ada pipa yang rusak, semua baik-baik saja. Ia tahu Kang Tae sudah berbohong padanya. Lagi....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae meminta maaf sungguh-sungguh dan berkata ia tidak akan berbohong lagi jadi kakaknya maafkan dia sekali ini saja. Tapi Sang Tae malah menanyakan pakaian Mun Yeong. Kang Tae bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae berkata pakaian itu diperoleh Kang Tae dari obralan, beli satu gratis satu. Harganya 9.900 won (sekitar 140 ribu rupiah). Kang Tae menjelaskan kalau semalam ia meminjamkannya karena pakaian Mun Yeong basah kuyup kehujanan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana dengan pakaianku? Aku juga punya banyak baju bagus,” protes Sang Tae sedih. Sang Tae cemburu rupanya....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia akan membiarkan Mun Yeong meminjam baju Sang Tae jika ia datang lagi. Baju dengan gambar dinosaurus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baju yang ada ultrasaurusnya. Harganya 27.000 won. Itu lebih mahal dari 9.900 won. Walau lebih mahal belum tentu labih bagus.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baiklah, aku janji ya,” bujuk Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pbDPSfFQR8E/Xwcgk5eqhuI/AAAAAAADJ68/aGF8We1-8z4_cxp04577vQTQ8vodPifXwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h15m05s071.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pbDPSfFQR8E/Xwcgk5eqhuI/AAAAAAADJ68/aGF8We1-8z4_cxp04577vQTQ8vodPifXwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h15m05s071.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Bukan hanya Sang Tae yang merajuk. Ju Ri merajuk dengan tidak mau makan. Ibunya membawakan makanan untuknya. Ibunya ingat kalau Mun Yeong dulu pernah diajak ke kantin mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia tidak pernah menajdi temanku,” protes Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibunya bertanya apa Ju Ri menangis karena kalah dari Mun Yeon, karena banyak rambutnya yang tercabut? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia hanya meneriakkan naman Go Mun Yeong,” rengek Ju Ri. “Ia memelototinya tanpa melihat sedikitpun padaku. Ia selalu berbicara sopan padaku tapi sangat kasual dengannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Haha...Satu kata dari Kang Tae bisa beda-beda gini ya artinya ;p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menangis dan berkata Kang Tae lebih dekat dengannya tapi memanggilnya dengan sangat sopan. Sedangkan pada Mun Yeong memanggil namanya seperti itu. Baju itu juga baju beli 1 gratis 1 yang dibelinya bersama Kang Tae. Ia tidak percaya bagaimana bisa Kang Tae membiarkan Mun Yeong memakainya, dan juga bagaimana bisa ia membiarkannya tidur di kamarnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ObS2iDzrxEw/XwcgrsFifnI/AAAAAAADJ7c/r8QiW-wxN84uanhoFK8uE3XRmyieWGf7QCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h17m44s238.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ObS2iDzrxEw/XwcgrsFifnI/AAAAAAADJ7c/r8QiW-wxN84uanhoFK8uE3XRmyieWGf7QCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h17m44s238.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ibunya menjelaskan kalau ada situasi mendesak. Tidak mungkin Kang Tae bermain-main dengan wanita di belakang kakaknya. Ia menenangkan anaknya. Pasti Ju Ri juga akan mendapat kesempatan. Ju Ri tiba-tiba tersadar sesuatu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana bisa Ibu tahu?’<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa? Bahwa kau menyukai Kang Tae? Semua orang di daerah ini juga tahu. Kenapa menyimpannya? Karena ini terjadi, katakan saja padanya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri kembali menangis dan bertanya bagaimana jika Kang Tae menolaknya lalu melarikan diri. Ibunya berkata Ju Ri tidak boleh berhenti berusaha. Kejar sampai ujung bumi. Ia juga berusaha agar bisa memiliki Ju Ri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi harus kubilang, Mun Yeong tumbuh jadi anak yang sangat cantik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri merengek lagi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HTUKdIHtun4/Xwcgzfx1wYI/AAAAAAADJ7o/guv8tyiWIdMhx0kE9uRNDE1J1sKG8qq3QCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h19m07s640.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-HTUKdIHtun4/Xwcgzfx1wYI/AAAAAAADJ7o/guv8tyiWIdMhx0kE9uRNDE1J1sKG8qq3QCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h19m07s640.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee terpaksa kembali ke kantor karena masalah baru muncul. Kritikus buku yang jatuh dari tangga ternyata memiliki rekaman suara Mun Yeong saat sebelum ia jatuh. Pasti sudah dipotong bagian awalnya, bagian ia kurang ajar pada Mun Yeong. Kritikus itu sempat dioperasi dan baru sadar dua hari kemudian. Jadi ia meminta kompensasi sangat besar. Jika tidak diberi ganti rugi, ia akan memenjarakan Mun Yeong atau menghancurkan karirnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Belum lagi penerbit dan gudang distribusi meminta pembayaran mereka yang sudah tertunda. Manajer keuangan mereka baru saja mengundurkan diri. Direktur Lee jatuh pingsan. Ketika ia sadar, ia bertanya pada Seung Jae apakah ia bisa hiking. Seung Jae menjawab ia pernah jadi ketua klub hiking. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AH5vBQVIPMk/XwchWZofAjI/AAAAAAADJ8Y/zRRF3R6BIi0g_RSOPlMO70qzgUEAfOUrQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h21m03s085.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-AH5vBQVIPMk/XwchWZofAjI/AAAAAAADJ8Y/zRRF3R6BIi0g_RSOPlMO70qzgUEAfOUrQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h21m03s085.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae minum-minum di toko Jae Su. Jae Su menginterogasinya. Apakah Kang Tae tidur dengan Mun Yeong? ?Berpacaran? Apa Kang Tae menyukai psiko itu? Kenapa Kang Tae berhujan-hujan dengan Alberto (motor Jae Su) untuk menjemputnya? Kenapa dibawa ke rumah jika Kang Tae tidak menyukainya? Memberinya makan dan membiarkannya menginap? Untuk amal? Memangnya Kang Tae orang religius?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menolak menjawab. Jae Su menasihati Kang Tae agar tidak bersikap tidak seperti biasanya. Ia berkata Kang Tae harus hati-hati. Apa Kang Tae lupa Mun Yeong melukainya dengan pisau saat mereka pertama kali bertemu? (errrr...tapi itu kan tidak sengaja. Kang Tae yang menangkap pisau itu)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae teringat dan tersenyum mengiyakan. Jae Su tidak suka. Apa Kang Tae sedang mengenang saat itu? Apa Kang Tae merindukannya? Orang yang psiko tidak bertindak berdasarkan logika. Mereka bisa jadi monster saat kehilangan kendali. Ia menunjuk bekas luka di tangan Kang tae dan berkata seharusnya itu menjadi pengingat. Bisa saja lain kali bukan cuma tangan Kang Tae yang terluka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau benar. Aku seharusnya menghindarinya, bukan? Aku seharusnya menjauh dari pandangannya. Tapi Jae Su...aku mulai sering lupa akhir-akhir ini. Lupa akan luka-lukaku. Kupu-kupu. Bahkan kakakku. Terkadang aku lupa semuanya begitu saja. Jadi kau harus mengingatkanku seperti ini dari waktu ke waktu dan membantu kembali sadar.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su mengiyakan dan melarang Kang Tae tersenyum lagi. Kali ini senyumnya seperti Chucky.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VQaHhRav0zY/XwchOzwD8vI/AAAAAAADJ8M/ezuGK7Cpr8sQb-TA5QibEYeyEc3LbAMHQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h24m34s490.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-VQaHhRav0zY/XwchOzwD8vI/AAAAAAADJ8M/ezuGK7Cpr8sQb-TA5QibEYeyEc3LbAMHQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h24m34s490.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Entah bagaimana caranya, Mun Yeong pulang ke rumah (apa dia pungut uang itu ya?). Ia menggantung baji Kang Tae di atas balkon. Lalu teringat bagaimana Kang Tae merendahkannya dengan memberi uang, ia mencampakkan baju itu lalu menginjak-injaknya dengan kesal. Tapi lalu ia teringat Kang Tae memegang tangannya dan menyentuh pipinya. Dan baju itu pun tergantung lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae pulang dalam keadaan mabuk. Ia melihat Sang Tae sudah tidur. Ia berbaring lalu memeluk kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak, siapa yang lebih kakak sukai? Aku atau Go Mun Yeong? Aku lebih menyukai kakak. Kakak adalah segalanya bagiku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pelan-pelan Sang Tae membuka matanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-k1vrl-cTZW0/XwchfP-qd1I/AAAAAAADJ8k/RhaIJpzVt0gkYPYr12fIWZJKG2bemEEtACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h27m40s013.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-k1vrl-cTZW0/XwchfP-qd1I/AAAAAAADJ8k/RhaIJpzVt0gkYPYr12fIWZJKG2bemEEtACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h27m40s013.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee pergi ke rumah Mun Yeong dengan mata berkaca-kaca. Kita hancur, katanya. Kenapa dia di sini, tanya Mun Yeong. Seung Jae muncul dari balik Direktur Lee. Dengan sedih ia berkata ia dijebak Direktur Lee untuk datang ke sini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee dan Seung Jae duduk di ruang tamu di semua perabotan masih tertutup kain putih. Direktur Lee berkata ia sudah membayar ganti rugi pada si kritikus, menggaji dan memberi pesangon para karyawan, membayar para rekan bisnis, menggunakan uang deposit bangunan kantor mereka. Sekarang ia bangkrut. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seng Jae protes ia tidak diberi pesangon. Ia hanya dibelikan koper lalu dibawa ke sini. Apa Direktur Lee menipunya? Direktur Lee berkata ia membawa Seung Jae ke sini demi masa depannya. Bagaimana bisa Direktur Lee menjamin masa depan jika ia sudah bangkrut?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku belum bangkrut. Aku masih punya Go Mun Yeong. Dia adalah harapanku, iya kan?” tanyanya penuh harap.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong malah mengusir mereka. Kenapa ia yang harus menyelamatkan Direktur Lee dair kekacauan ini?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hei, apa kau tidak tahu siapa yang menyebabkan semua ini?” tanya Direktur Lee tak percaya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau yang menyebabkannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee terdiam lalu mengangguk ini semua karena ia CEO yang tidak becus. Mun Yeong menyuruhnya pergi. Direktur Lee berlutut dan memohon agar ia tetap bisa di sisi Mun Yeong. Ia akan membantu menerbitkan bukunya. Terakhir kali bukankah Mun Yeong memintanya tinggal di rumah ini bersamanya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukankah kau melarikan diri? Orang lain akan pindah ke sini,” Mun Yeong tersenyum.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee terkejut menyadari siapa yang dimaksud Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-DCcakFC6GSo/XwchmCtpndI/AAAAAAADJ8w/QIXLnkcGDcY6LkjsZ87BP19AWkFr-_XmwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h29m48s389.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-DCcakFC6GSo/XwchmCtpndI/AAAAAAADJ8w/QIXLnkcGDcY6LkjsZ87BP19AWkFr-_XmwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h29m48s389.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Para dokter,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perawat, dan pasien Rumah Sakit OK melakukan olahraga rutin mereka. Ju Ri diam-diam terus melirik Kang Tae. Seorang pasien menyadari hal itu. Setelah olahraga selesai dan semua berbaris masuk ke dalam, pasien itu memanggil Kang Tae untuk bicara.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata ia sudah memperhatikan Kang Tae selama beberapa hari ini. Menurutnya Kang Tae sangat tampan, kuat dan terlihat bisa diandalkan. Ia membaca nama Kang Tae, namanya juga bagus. Ia bertanya berapa usia Kang Tae. Tigapuluh tahun, Kang Tae menjawab sopan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pasien itu menanyakan orangtua Kang Tae. Mereka sudah meninggal, kata Kang Tae sopan. Lalu pasien itu bertanya apa Kang Tae punya pacar. Kang Tae mulai bingung tapi ia menjawab tidak punya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ah, jadi perawat itu hanya naksir padamu? Itu bagus. Aku ingin memperkenalkanmu pada seorang gadis baik yang akan sempurna untukmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menolak dengan halus tapi pasien itu mendesak dengan berkata bukan karena gadis itu anaknya, melainkan karena gadis itu tangkapan bagus.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka harus bertemu saat puterinya mengunjunginya nanti. Kang Tae berkata ia akan memikirkannya lalu cepat-cepat pamit untuk kembali bekerja.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AcRvU8Rrk8Y/XwchvXszdSI/AAAAAAADJ9U/zOeqAQ8QRY8HpUkiK08pdE8MnTLVXEACwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h32m17s934.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-AcRvU8Rrk8Y/XwchvXszdSI/AAAAAAADJ9U/zOeqAQ8QRY8HpUkiK08pdE8MnTLVXEACwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h32m17s934.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae hendak mulai menggambar tapi ia ragu warna yang mana dulu yang akan ia pulaskan. Dokter Oh mengamatinya sambil tersenyum. Dengan niat membantu, ia memulaskan warna hijau. Ia berkata langkah pertama selalu yang tersulit. Tapi begitu mengambil langkah, semuanya akan lebih mudah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sekarang waktunya menunjukkan kemampuanmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bukannya senang, Sang Tae malah marah. Ia mengecat wajah Dokter Oh dengan cat hijau lalu mengejarnya dengan dua kaleng cat. Dokter Oh dikejar-kejar Sang Tae sekeliling rumah sakit. Jung Tae berkata pada Ah Reum kalau direktur rumah sakitnya juga tidak waras.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ah Reum malah menangis hingga Jung Tae kebingungan. Kenapa nangis lagi? Ah Reum berkata karena ia iri. Ia juga ingin main kejar-kejaran seperti mereka.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jung Tae mengajaknya minum obat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae terus mengejar Direktur Oh. Pasien Kan Pil Wong tertawa. Menurutnya lucu orang yang seharusnya mengenakan baju pasien adalah orang yang tidak mengenakannya. Maksudnya Direktur Oh juga tidak waras seperti mereka.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2YbcyhR3v5s/Xwch2hmBEnI/AAAAAAADJ9g/gdfzkocw8LQkWOaZrJ8QU0e2sPQW5c2agCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h34m25s790.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-2YbcyhR3v5s/Xwch2hmBEnI/AAAAAAADJ9g/gdfzkocw8LQkWOaZrJ8QU0e2sPQW5c2agCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h34m25s790.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berhasil menyelamatkan diri ke kantornya dan ia sibuk membersihkan wajahnya dari cat. Mun Yeong masuk dan bertanya kenapa Dokter Oh memanggilnya. Dokter Oh berkata ia sudah dengar apa yang dilakukan ayah Mun Yeong dan ia meminta maaf. Mun Yeong berkata bukan Dokter Oh yang mencekiknya jadi kenapa minta maaf.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi tetap saja aku yang menyuruhmu membawanya jalan-jalan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu ini adalah kesalahan medis (perawatan). Kau tidak bisa menyelesaikannya hanya dengan permintaan maaf.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu kau cekik saja aku,” tantang Dokter Oh. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong keluar dari kantor Dokter Oh sambil mengomel. Haha...kayanya Dokter Oh salah satu dari orang yang bisa menangani Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3A7yAjB9o8U/XwciG3qs82I/AAAAAAADJ-I/94M73b7WDsoEjV1YHo8dQSDS-SVMMsViQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h35m29s813.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-3A7yAjB9o8U/XwciG3qs82I/AAAAAAADJ-I/94M73b7WDsoEjV1YHo8dQSDS-SVMMsViQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h35m29s813.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri bertanya pada pasien Yoon So Hae, semalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jam berapa ia mendengar suara orang bersenandung. So Hae berkata ia tidak tahu. Hari ini tanggal berapa saja ia tidak tahu. Ia hanya mendengarnya saat hendak ke kamar kecil. Kalau begitu apa ia melihat seseorang?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Park Ok Ran (pasien yang pernah meminta Sang Tae memfotonya), yang diam-diam mendengarkan, bertanya apa Ju Ri benar-benar percaya pada ocehan So Hae. So Hae berkata itu bukan ocehan. Ia benar-benar mendengarnya. Ok Ran berkata itu namanya halusinasi suara dan itu bukti So Hae gila. So Hae marah lalu mendekati Ok ran dan berkata ia tidak gila.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menenangkan kalau ia yakin So Hae mendengarnya. Ok Ran tiba-tiba menampar Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu apa itu artinya aku yang gila?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menunduk dan meremas tangannya untuk mengendalikan dirinya. Ia naik ke atap untuk menenangkan diri dan melihat Kang Tae di sana. Ia berdiri di dekatnya dan berkata hal ini mengingatkannya pada masa lalu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-tz-FXT1jhUs/XwciOqKZFII/AAAAAAADJ-Y/pZ8wwL1KkLIgm70j0wupeZ4DMQkOUnQrACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h36m39s843.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-tz-FXT1jhUs/XwciOqKZFII/AAAAAAADJ-Y/pZ8wwL1KkLIgm70j0wupeZ4DMQkOUnQrACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h36m39s843.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dulu ia pernah menangis di atap rumah sakit Yongrim (sepertinya mereka pertama kali bertemu ketika bekerja di rumah sakit ini) setelah ditampar seorang pasien dan Kang Tae mengatakan sesuatu padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mengapa kau tidak menamparku dan membuatmu merasa lebih baik?” Kang Tae masih ingat kata-katanya waktu itu. Ia tersenyum dan berkata waktu itu ia tidak menyangka Ju Ri benar-benar akan menamparnya. Ju Ri berkata waktu itu pasti ia sudah gila. Ia tidak tahu kenapa waktu itu ia melakukannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi berkat itu kita menjadi benar-benar dekat, bukan?” tanya Ju Ri. “Atau tidak? Kita tidak dekat?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apa Ju Ri ingin menamparnya sekali lagi. Karena ia merasa Ju Ri akan sedih untuk sementara waktu. Ju Ri sepertinya mengerti maksud perkataan Kang Tae. Ia menahan tangisnya dan bertanya apakah Kang Tae sudah menolaknya duluan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-JcRFKvel-6s/XwciXjSXBsI/AAAAAAADJ-o/FCn-_zg8J5E6wJh-L_aWTocRL0LLYYtkQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h37m59s371.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-JcRFKvel-6s/XwciXjSXBsI/AAAAAAADJ-o/FCn-_zg8J5E6wJh-L_aWTocRL0LLYYtkQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h37m59s371.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Jangan sia-siakan perasaanmu padaku. Aku tidak pantas menerimanya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau akan pergi lagi nantinya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tidak menjawab. Ju Ri berkata itu tidak masalah. Hanya biarkan ia menyukai Kang Tae karena itu terserah padanya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kumohon...Aku harap kau tidak melarikan diri karena merasa tidak nyaman padaku. Jika demikian, aku akan merasa aku menyedihkan. Tetaplah hidup bersama kami di rumah kami saat di kota ini. Ibuku benar-benar menyukai kalian dan kak Sang Tae juga senang hidup dengan kami. Lakukan itu untukku.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengangguk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka tidak tahu, di ujung tangga, Mun Yeong melihat mereka. Mun Yeong mendekati Sang Tae yang sedang menggambar sambil mengomel tentang Dokter Oh. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak, apa kau ingin bersenang-senang denganku?” tanya Mun Yeong sambil tersenyum. Sang Tae langsung mengiyakan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3n7fsLhkgcA/XwcigF2-API/AAAAAAADJ-4/94QG37AXdGomkddzRtWiYIBzhtKsrBnngCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h41m01s245.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-3n7fsLhkgcA/XwcigF2-API/AAAAAAADJ-4/94QG37AXdGomkddzRtWiYIBzhtKsrBnngCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h41m01s245.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae menelepon kakaknya namun tidak diangkat. Sang Tae ada di mobil bersama Mun Yeong, sepertinya menuju rumah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menuju tempat kakaknya menggambar tapi kakaknya tidak ada. Dokter Min Seok berkata tadi Sang Tae pergi bersama Mun Yeong. Perawat Byul berkata hari ini tidak jadwal pelajaran Mun Yeong jadi mengapa ia ke sini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae terkagum-kagum dengan benda-benda di rumah Mun Yeong. Mun Yeong bertanya apa Sang Tae menyukai tempat ini. Iya. Apa Sang Tae ingin tinggal dengannya? Iya. Mun Yeong menyerahkan selembar kertas untuk ditandatangani oleh Sang Tae. Kontrak menjadi ilustrator. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-t3SxPq8um0E/XwcincY1CvI/AAAAAAADJ_E/yhNlmoQoT5MuhzILMUsF2gaqVHH25wcogCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h47m30s910.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-t3SxPq8um0E/XwcincY1CvI/AAAAAAADJ_E/yhNlmoQoT5MuhzILMUsF2gaqVHH25wcogCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h47m30s910.png" width="320" /></a></div><p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bingung apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia menelepon Mun Yeong. Ia bertanya di mana kakaknya. Ia sudah memperingatkan agar Mun Yeong menjauhi kakaknya. Sang Tae mengigau karena mabuk di meja makan. Isi kontrak itu salah satunya adalah pekerja tinggal di rumah pemberi kerja. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia bosan jadi ia mengajak Sang Tae. Apa Kang Tae akan datang menjemputnya? Kang Tae bertanya di mana Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Di kastil terkutuk.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baik.” Jawab Kang Tae singkat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya apa Kang Tae tahu di mana tempatnya. Aku tahu, jawab Kang Tae, karena aku pernah ke sana. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pada hari di mana kau menyelamatkanku dan aku melarikan diri darimu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Maksudmu selama ini kau sudah tahu?” tanya Mun Yeong terkejut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia akan menemui Mun Yeong. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-cmkYMB9KHbI/XwciuCTb95I/AAAAAAADJ_Q/undleI8o9wAGgvlU4rALVoaesKpWDEHHQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h49m38s804.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-cmkYMB9KHbI/XwciuCTb95I/AAAAAAADJ_Q/undleI8o9wAGgvlU4rALVoaesKpWDEHHQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h49m38s804.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menceritakan sebuah dongeng pada Sang Tae. Dulu kala di sebuah hutan belantara, hidup seorang gadis kecil di sebuah kastil terkutuk. Ibu gadis itu selalu mengatakan pada puterinya kalau puterinya terlalu spesial untuk hidup di antara orang lain di luar kastil. Ibunya memberitahu ia harus tinggal di dalam kastil. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi gadis kecil itu merasa terkurung. Jadi ia berdoa pada bulan setiap hari. “Kumohon kirimkan seorang pangeran tampan yang bisa menolongku dari sini.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Apakah ia akan datang hari ini? Apakah ia akan datang besok? Gadis kecil itu menunggu setiap hari kemunculan pangerannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae kecil mengumpulkan bunga-bunga liar dan menjadikannya buket kecil, setelah ia melarikan diri karena terkejut dengan Mun Yeong yang merobek sayap kupu-kupu. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia pergi ke rumah Mun Yeong. Mun Yeong berlari untuk menemuinya dengan gembira. Tapi sebelum ia keluar, ibunya menghadangnya. Entah apa yang dikatakan oleh ibunya. Senyum Mun Yeong lenyap.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-x4yX8W1TDFU/Xwci1rzz1PI/AAAAAAADJ_c/YNO6AVxIq589Okw_iAtHR1mR6IC1ODT_ACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h52m26s040.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-x4yX8W1TDFU/Xwci1rzz1PI/AAAAAAADJ_c/YNO6AVxIq589Okw_iAtHR1mR6IC1ODT_ACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h52m26s040.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ketika ia menemui Kang Tae di gerbang, ia mengambil buket pemberian Kang Tae lalu menginjak-injaknya. Dan mengusirnya dengan dingin. Kang Tae kecewa melihat buketnya yang hancur dan berbalik pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sekarang Kang Tae kembali datang ke kastil itu. Berbeda dengan waktu kecil, kali ini Kang Tae membuka gerbang dan melangkah masuk ke dalam. Ia melihat Mun Yeong berdiri di balkon, sama seperti belasan tahun lalu. Apakah Mun Yeong masih menanti pangeran tampan yang akan menyelamatkannya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><o:p> </o:p></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qxqv91AZRyo/Xwci85_yPfI/AAAAAAADKAA/iWI4LAUn4EUAdlEAb_85F6aVQac_T9TUQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-05-13h54m26s524.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-qxqv91AZRyo/Xwci85_yPfI/AAAAAAADKAA/iWI4LAUn4EUAdlEAb_85F6aVQac_T9TUQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-05-13h54m26s524.png" width="320" /></a></b></div><p></p> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar: <o:p></o:p></b></p><p class="MsoNormal">Setiap episode drama ini selalu diberi judul sebuah dongeng. Dan judul dongeng episode kali ini adalah Rapunzel. Kita masih ingat kan cerita Rapunzel yang dikurung dalam menara yang tinggi dan ia tidak bisa pergi ke mana-mana karena penyihir jahat. Rapunzel tidak bisa bertemu siapapun dan hanya melihat Si Penyihir sepanjang hidupnya. Ketika Penyihir tahu Rapunzel diam-diam bertemu seorang pangeran, ia sangat marah dan memotong rambut Rapunzel agar pangeran tidak bisa mendaki <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menara lagi untuk bertemu dengan Rapunzel. Ia ingin Rapunzel terus terkurung dalam menara itu, sendirian dan kesepian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong seperti Rapunzel. Entah apa dasar pemikiran ibunya hingga ia tidak boleh bertemu siapapun. Mungkin seperti dicuci otak ya, bahwa ia seorang yang spesial dan tidak membutuhkan siapapun. Karena itu Mun Yeong tidak mau mengakui kalau ia juga membutuhkan kehangatan dan kasih sayang sama seperti Kang Tae. Ketika ia mengatakan munafik, kurasa ia juga mengatakan itu pada dirinya sendiri. Kehangatan itu yang meluluhkan kemarahannya pada Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Banyak yang tidak suka pada Ju Ri karena ia menampar Mun Yeong. Menganggapnya seorang yang bermuka dua. Tapi menurutku reaksinya justru wajar. Baik bukan berarti ia tidak boleh marah ketika ada orang yang menghinanya, bukan? Baik bukan berarti ia tidak boleh cemburu, bukan? Dan baik bukan berarti ia harus menyerahkan perasaan cintanya begitu saja, bukan? Kurasa ia juga berhak mengejar kebahagiaannya. Toh pada akhirnya pada siapa perasaan Kang Tae tertuju.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Aku malah berharap Ju Ri dan ibunya suatu saat mengerti mengapa Mun Yeong berbeda dengan mereka dan belajar untuk bisa menerimanya. Karena bagaimanapun, Mun Yeong tidak mengenal kasih sayang orangtua yang “normal”. Mungkin saja Mun Yeong melakukan sesuatu saat mereka kecil karena ia iri dengan kehangatan keluarga Ju Ri. Dan Ju Ri masih terlalu kecil untuk mengerti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae memukul Kang Tae menurutku bukan indikasi kalau ia seorang yang temperamen dan berbahaya. Itu lebih seperti hukuman seorang kakak pada adiknya yang nakal. Hanya karena ia seorang autis, ia tidak bisa mengendalikan kekuatan pukulannya. Untuk mengetahui ekspresi wajah seseorang saja ia harus menghafalnya, apalagi untuk mengukur seberapa sakit pukulannya? Aku yakin ia tidak bermaksud menyakiti Kang Tae. Hanya saja sempat muncul juga sih pemikiran, bagaimana kalau ia tidak sengaja membunuh ibunya? Tapi sepertinya itu terlalu menyedihkan >,<<o:p></o:p></p><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_9.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-6409274440053644314Sat, 04 Jul 2020 09:08:00 +00002020-07-04T16:23:05.648+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 4<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-K46hC3l3sfU/XwA9Bl-jXJI/AAAAAAADJno/8EHgA5mm1HYToZCP2aTD07FKoMmSRahogCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h50m31s593.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-K46hC3l3sfU/XwA9Bl-jXJI/AAAAAAADJno/8EHgA5mm1HYToZCP2aTD07FKoMmSRahogCK4BGAsYHg/w400-h225/vlcsnap-2020-07-03-13h50m31s593.png" width="400" /></a></div><p class="MsoNormal">Kegaduhan yang disebabkan Gi Do tersebar oleh media. Menyebabkan orang-orang menuntut ayah Gi Do membatalkan pencalonannya. Perawat Park bertanya apa yang akan dilakukan oleh Dokter Oh sebagai direktur rumah sakit karena sudah menculik Gi Do dan menyebabkan semua ini. Entahlah, kata Dokter Oh cuek.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiga jam sebelumnya, Gi Do akhirnya berhasil diamankan. Mun Yeong bertanya pada Kang Tae apa yang akan mereka lakukan sekarang. Kang Tae berjalan pergi. Mun Yeong menghentikannya. Bukankah Kang Tae ingin bersenang-senang?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kapan aku mengatakannya? Tadi aku hanya berbicara pada diriku sendiri,” bantah Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mun Yeong berkata Kang Tae harus memujinya karena sudah melakukan hal benar, yaitu menculik Gi Do. Buktinya Kang Tae juga tidak menghentikan Gi Do dan membiarkannya berbuat semaunya. Itu artinya ia sudah melakukan hal yang benar. Pandangan Kang Tae mengatakan sebaliknya<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan? Kalau begitu kenapa kau tidak menghentikannya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana bisa aku menghentikannya menari dan menyanyi saat ia hebat dalam melakukannya,” kata Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sorang staf ayah Gi Do memarahi mereka dan mengancam akan terjadi sesuatu jika pencalonan ayah Gi Do bermasalah. Mun Yeong seperti biasa tidak takut dan balik menantangnya. Orang itu hendak menamparnya, tapi Kang Tae dengan cepat menangkap tangannya dan memelintirnya, lalu mendorongnya. Orang itu pergi dengan kesal. Oooo...Mun Yeong berdecak kagum atas keberanian Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri memanggil Kang Tae dan memberitahunya kalau Gi Do ingin berbicara padanya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong menunggu dan tidak pergi ke mana-mana. Lalu ia pergi menemui Gi Do.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Gi Do tersenyum pada Kang Tae dan berkata hari ini semua keinginannya tercapai. Hari ini adalah hari terbaik dalam hidupnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi jangan marah padanya karena mengantarku ke sini, ya?”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-25MKTcc4COA/XwA9QIlcd-I/AAAAAAADJn0/9uhiEAJZITI8q5wnLHok3MxL0Z0pUSbKgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-12h43m43s746.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-25MKTcc4COA/XwA9QIlcd-I/AAAAAAADJn0/9uhiEAJZITI8q5wnLHok3MxL0Z0pUSbKgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-12h43m43s746.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri memberitahu keluarga Gi Do kalau salah satu dari mereka harus ikut mereka ke rumah sakit. Mereka semua protes keras. Untuk apa mereka pergi ke rumah sakit jiwa? Tapi akhirnya ibu Gi Do bersedia ikut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Gi Do tersenyum melihat ibunya dan berkata ia sudah merasa jauh lebih baik. Tapi belum selesai ia berbicara, ibunya menamparnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau senang sekarang karena sudah mempermalukan seluruh keluarga kita? Apa kau puas sudah mencoreng<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ayahmu yang kaubenci bertahun-tahun lamanya? Kenapa kau harus dilahirkan begitu bodoh dan diperlakukan seperti itu?” Ibu Gi Do menangis sedih sekaligus frustrasi. “Kenapa kau selalu bertingkah hanya untuk menyakiti hati Ibu? Kenapa kau tidak bisa diam saja? Kenapa kau harus melewati batas dan membuat kekacauan? Kenapa?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Gi Do memukuli Gi Do dengan kesal. Lalu ia menyadari banyak yang memperhatikannya. Ia menenangkan dirinya lalu pergi. Semua orang terdiam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Gi Do memegang pipinya dan berkata ibunya tahu bagaimana menampar dengan keras. Ibunya tidak pernah peduli padanya karena selalu sibuk mengurus saudara-saudaranya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi aku baru menyadari sesuatu setelah aku ditampar. Kak,” kata Gi Do pada Kang Tae, “Ibuku tidak membenciku. Ia sangat menyayangiku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bagaimana kau tahu, tanya Kang Tae. Gi Do berkata Kang Tae akan tahu jika Kang Tae yang dipukul. Entah kenapa, ketika seseorang menamparmu dengan rasa sayang, itu tidak akan membuatmu marah.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9FNHcQmqpEg/XwA9avPoegI/AAAAAAADJoE/cJImKFNtJh8-5ugw_Tloq75N1fX2gjLzACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-12h46m27s433.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-9FNHcQmqpEg/XwA9avPoegI/AAAAAAADJoE/cJImKFNtJh8-5ugw_Tloq75N1fX2gjLzACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-12h46m27s433.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae teringat ketika kecil ia pernah dipukuli ibunya karena menyuruh kakaknya pulang duluan dan kakaknya pulang dengan wajah babak belur. Ibunya berkata seharusnya Kang Tae bersama kakaknya seharian. Bertanya apa yang dilakukan Kang Tae saat kakaknya dipukuli. Ibunya sengaja membuat Kang Tae belajar bela diri demi bisa melindungi kakaknya, tapi bagaimana bisa Kang Tae membiarkan kakaknya pulang dengan wajah seperti itu? Kang Tae menahan tangis dan sedih sambil memegang erat sabuk bela dirinya (sepertinya sabuk kelulusan tingkat). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Juga ketika hujan dan mereka jalan bertiga di bawah satu payung, ibunya menjaga Sang Tae agar tidak kehujanan. Sementara Kang Tae berjalan sendirian di samping ibunya. Hingga akhirnya Kang Tae berhenti berjalan dan kehujanan tanpa disadari oleh ibunya sama sekali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Suatu malam pada peringatan hari kematian ayahnya, ibunya tidak tidur dan dalam keadaan setengah mabuk berbicara pada ayahnya bahwa ia akan berumur panjang untuk bisa melihat Sang Tae dewasa. Ia akan meninggal satu hari setelah Sang Tae meninggal. Kang Tae terbangun malam itu dan memanggil ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibunya memeluknya dengan penuh kasih sayang. Kang Tae sangat senang dan memeluk ibunya erat-erat. Ibunya berkata Kang Tae harus berada di sisi kakaknya sampai hari ia meninggal. Ibunya akan membesarkan kakaknya, sementara Kang Tae bertugas menjaga dan melindunginya. Kang Tae mengangguk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena itulah Ibu melahirkanmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mendengar itu Kang Tae sedih dan melepaskan pelukannya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ThAIHLJt_4g/XwA9hzcUvUI/AAAAAAADJoU/t83w3VWTkcEBNKcKS4jMmhd7SGmIewfMgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-12h49m39s482.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ThAIHLJt_4g/XwA9hzcUvUI/AAAAAAADJoU/t83w3VWTkcEBNKcKS4jMmhd7SGmIewfMgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-12h49m39s482.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kembali ke masa sekarang. Gi Do telah dibawa pergi oleh mobil rumah sakit. Ju Ri mengajak Kang Tae pergi tapi Kang Tae berkata ia akan pergi bersama Mun Yeong. Kenapa, tanya Ju Ri berusaha tak memperlihatkan kekecewaannya. Kang Tae tidak bisa membiarkan Mun Yeong mengemudi sendirian. Ju Ri melihat keduanya pergi dengan kesal.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam perjalanan, Mun Yeong berkata ia tahu Kang Tae sebenarnya cemburu pada Gi Do ketika Gi do bersenang-senang. Aku bisa melihat ekspresi : ‘aku ingin menghentikan semuanya dan bersenang-senang sepertinya’ di wajahmu. Beritahu aku jika kau sudah siap. Aku akan menculikmu dan membiarkanmu memiliki seluruh waktu dalam hidupmu. Pasti luar biasa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lupakan, kata Kang Tae. Mun Yeong berkata pokoknya setiap saat Kang tae ingin melarikan diri, ia akan lari bersamanya saat itu juga ke manapun juga. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tak mengatakan apa-apa lagi dan terpesona dengan hujan kelopak bunga sepanjang perjalanan. Tapi tiba-tiba Mun Yeong berkata ia benci kelopak bunga yang jatuh satu per satu, lalu menutup jendela.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku suka bunga magnolia. Seluruh bunga langsung jatuh tanpa ragu. Aku suka itu,” tambahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tertawa. Ia berkata Mun Yeong memang memiliki cara sendiri dalam membandingkan dan magnolia sepertinya cocok untuk Mun Yeong. Mun Yeong bertanya apa bunga favorit Kang Tae. Aku tidak suka bunga, jawab Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak suka saat musim semi datang.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa?” tanya Mun Yeong bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena itulah saat aku harus pergi lagi,” gumam Kang Tae pelan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tak bisa mendengar jawabannya itu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OHKfHIBnGmI/XwA9rpGMa-I/AAAAAAADJog/dzAd-6SsCxQFccs_2jwxFCsZl_vxzh9wwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-12h52m41s541.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-OHKfHIBnGmI/XwA9rpGMa-I/AAAAAAADJog/dzAd-6SsCxQFccs_2jwxFCsZl_vxzh9wwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-12h52m41s541.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mendapat berita buruk kalau buku terbaru Mun Yeong, Zombie Kid, disetujui pelarangan penjualannya. Ia memutuskan untuk menyusul Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Mun Yeong berhenti sejenak untuk makan siang. Kang Tae membelikan ramyun cup untuk Mun Yeong dan Mun Yeong sama sekali tidak terkesan. Kang Tae berkata ia harus buru-buru. Karena harus mengangkat telepon, ia menyuruh Mun Yeong makan duluan dan pergi ke luar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menggerutu Kang Tae bahkan tidak membelikan kimchi. Benar-benar hemat. Aku tidak peduli ia miskin tapi aku benci orang pelit, katanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ternyata Direktur Lee yang menelepon Kang Tae. Ia bertanya apakah semua baik-baik saja. Kang Tae bingung. Direktur Lee lega belum ada yang terjadi. Ia bertanya apakah Mun Yeong pernah mengatakan kalau Kang Tae indah dan ingin memilikinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tentu saja pernah. Aku yakin,” sambungnya,.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Memang kenapa kalau iya?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Baik, dengarkan aku baiik-baik. Ketika ia mengatakan ingin sesuatu, itu artinya ia lapar. Dengan kata lain ia mengatakan akan memakanmu hidup-hidup. Maksudku adalah kau dan aku berada dalam situasi darurat. Bukunya dilarang dijual jadi ia seharusnya tidak menghabiskan waktu bersamamu. Ia harus menulis buku berikutnya. Bagaimanapun aku akan ke sana dan melakukan apapun untuk membawanya kembali. Jadi tetaplah hidup...maksudku, bertahanlah sampai saat itu. Good luck.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-adrscxeOLto/XwA911lHMXI/AAAAAAADJow/QPHJTR333lIBKZ8BFx567T5ofQEt50gdACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-12h57m21s047.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-adrscxeOLto/XwA911lHMXI/AAAAAAADJow/QPHJTR333lIBKZ8BFx567T5ofQEt50gdACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-12h57m21s047.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae kembali ke dalam dan mulai makan. Mun Yeong bertanya siapa yang menelepon. Rumah sakit, Kang Tae berbohong. Mun Yeong bertanya apa mereka menyuruh Kang Tae cepat datang, apa mereka akan memecatnya (Mun Yeong)?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae tak menjawab. Mun Yeong menyindir kalau Kang Tae pintar mengacuhkan orang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kudengar buku barumu dilarang untuk dijual. Apa karena apa yang kaulakukan untuk kakakku waktu itu?” tanya Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mereka tidak akan melakukan itu hanya karena aku berkata kasar dan menarik rambut orang. Mereka berpikir gambar dan ceritanya terlalu mengerikan. Para idiot itu tidak bisa membaca pesan sesungguhnya yang tersembunyi di balik tulisan,” kata Mun Yeong kesal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Apa pesannya, tanya Kang Tae. Mun Yeong tersenyum dan berkata Kang Tae sebaiknya membacanya. Ia ingin dengar pendapatnya. Kang Tae berkata ia sudah terlalu tua untuk membaca dongeng (kata siapa woy...ahjumma gini juga masih suka baca dongeng ;p).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mun Yeong berkata Kang Tae berada pada usia yang tepat. Kang Tae bertanya berapa usia Mun Yeong. Mun Yeong tersenyum dan berkata ia hanya anak kecil. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi kau lebih kecil dariku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa aku seperti anak kecil?” kata Kang Tae lelah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena aku bisa melihat kau ingin disayang,” kata Mun Yeong sambil membelai rambut Kang Tae. Jlebb banget....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terdiam. Ia masihlah seperti dirinya dulu ketika anak-anak yang merindukan kasih sayang ibunya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OwTg0QYB__Y/XwA9-Edf2mI/AAAAAAADJpA/oJe9B_ia3b4aIiX64HJtVRcPfWLWYz0xQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h00m09s414.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-OwTg0QYB__Y/XwA9-Edf2mI/AAAAAAADJpA/oJe9B_ia3b4aIiX64HJtVRcPfWLWYz0xQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h00m09s414.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dokter Oh mengadakan rapat darurat bersama para staf mengenai peristiwa hari itu. Melihat kepribadian ayah Gi Do, ia pasti akan mengamuk jika disuruh mengundurkan diri. Apa yang sebaiknya mereka lakukan? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bersiaplah untuk dituntut,” kata Dokter Oh santai.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lagi? Kuasa hukum mereka terkejut tapi tak bisa membantah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Kwon bertanya kenapa Dokter Oh tidak memecat Mun Yeong. Dia kan sudah menculik pasien. Tapi Dokter Oh berkata itu bukan penculikan karena Gi Do dengan sukarela masuk mobilnya. Byul berpendapat mereka tetap harus memecatnya karena Mun Yeong tidak menepati janji untuk mengajak ayahnya jalan-jalan dan malah berkata tidak pernah berjanji seperti itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri membenarkan saat Byul menanyakan pendapatnya. Dokter Oh tahu kalau Ju Ri kenal dengan Mun Yeong. Staf lain terkejut, sejak kapan mereka saling mengenal. Ju Ri menjelaskan kalau mereka sempat kenal waktu masih kecil. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu kalian berteman,” kata Dokter Oh. Ia bertanya apa yang sebaiknya mereka lakukan pada Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berkata mereka sebaiknya memecat Mun Yeong karena ia tidak cocok berada di tempat ini. Dan staf lain tampaknya setuju. Tapi keputusan Dokter Oh adalah mereka melihat dulu kondisi Gi Do baru memutuskan. Toh mereka tidak terburu-buru.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BDoACKTf_Fk/XwA-IKRwKAI/AAAAAAADJpU/MCHhsVWifCsHLPAGtEx6tJjpjv6V4RG4ACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h01m51s089.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-BDoACKTf_Fk/XwA-IKRwKAI/AAAAAAADJpU/MCHhsVWifCsHLPAGtEx6tJjpjv6V4RG4ACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h01m51s089.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Mun Yeong melanjutkan perjalanan. Merasa canggung, Kang Tae hendak menyalakan radio tapi Mun Yeong melarangnya. Ia tidak mau mendengar orang lain berbicara. Ia ingin mendengar Kang Tae yang berbicara. Memangnya tidak ada yang ingin dikatakannya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau tidak membawa ayahmu jalan-jalan? Kau sudah berjanji pada direktur rumah sakit.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Janji? Hal seperti itu tidak berguna. Aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan jadi tidak kubutuhkan lagi. Ia menderita demensia. Jiwanya sudah mati, tubuhnya hanya cangkang kosong. Kenapa aku harus menghabiskan waktu untuk hal seperti itu? Lebih baik ia mati saja.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terkejut dengan perkataan Mun Yeong yang mengerikan itu. Ganti Mun Yeong bertanya bagaimana orangtua Kang Tae meninggal. Kang Tae bertanya bagaimana Mun Yeong bisa tahu, Mun Yeong menjelaskan kalau ia sudah menyelidiki latar belakang Kang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sama seperti kita mengecek asal dan tanggal kadaluarsa benda yang kita beli. Jadi tidak masalah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benda? Apa manusia seperti produk bagimu?” tanya Kang Tae tak percaya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Apa bedanya? Sergah Mun Yeong. Anak-anak membuang orangtua mereka ketika mereka tua dan sakit-sakitan. Orangtua lebih menyayangi anak yang membuat mereka bahagia dan mengabaikan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>anak yang bodoh dan tidak berguna. Bukankah itu yang terjadi pada Gi Do?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruh Mun Yeong menghentikan mobil. Mun Yeong terkejut kenapa tiba-tiba Kang Tae menyuruhnya berhenti. Kang Tae memutar kendali mobil hingga Mun Yeong terpaksa menghentikan mobilnya. Lalu Kang Tae turun dengan marah. Mun Yeong tak mengerti mengapa Kang Tae tiba-tiba marah. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku lupa untuk sesaat kalau kau berbeda dari yang lain. Sepertinya tanpa sadar aku berharap sesuatu darimu,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Memangnya apa yang kau harapkan dariku?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Kang Tae menggeleng dan berkata harapan itu tidak ada lagi. Ia berjalan pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku mencintaimu,” kata Mun Yeong tiba-tiba. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia tersenyum saat melihat Kang Tae berhenti. Tapi Kang Tae tidak menoleh. Ia mencoba lagi. Aku mencintaimu, Kang Tae-sshi. Kang Tae berjalan pergi. Mun Yeong bingung dan dengan panik terus berkata kalau ia mencintai Kang Tae. Ngegas banget pengakuan cintanya XD<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-EqwSQzfq9nE/XwA-RmzNdwI/AAAAAAADJps/kIP_zr8VaUAihcAxML18b5FAHpMPmXgvgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h18m09s832.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-EqwSQzfq9nE/XwA-RmzNdwI/AAAAAAADJps/kIP_zr8VaUAihcAxML18b5FAHpMPmXgvgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h18m09s832.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ia mengemudi kembali ke rumahnya. Benar-benar tak mengerti mengapa tiba-tiba Kang Tae meledak padahal tadinya mereka baik-baik saja. Apa yang membuatnya marah?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tidak ke rumah sakit. Ia pergi menjemput kakaknya di sekolah kejuruan kota itu. Tapi Sang Tae keluar dengan tidak bersemangat. Hari ini ia diajari membuat selai dan ia merasa itu membosankan setengah mati. Kang Tae meminta maaf karena tidak bisa menemukan sekolah seni di daerah itu. Sang Tae berkata ia akan menggambar di tembok rumah sakit. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku akan menggambar, mendapat uang, menyapu taman dan menemukan uang. Itu yang disebut sekali tepuk dua lalat.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bergurau apa kakaknya yang akan menghidupinya sekarang. Maka ia bisa berhenti dan bersenang-senang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan..jangan khawatir. Percayalah pada kakak. Aku adalah kakakmu. Aku adalah kakakmu jadi kau bisa bergantung padaku,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum dan mengajak kakaknya membeli peralatan yang diperlukan untuk menggambar di rumah sakit.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pPfu8PCA_bs/XwA-axkK9gI/AAAAAAADJp4/VpaQ4P6jRZsEXZskrPkOLJ7up0YTxqfHACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h19m48s838.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pPfu8PCA_bs/XwA-axkK9gI/AAAAAAADJp4/VpaQ4P6jRZsEXZskrPkOLJ7up0YTxqfHACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h19m48s838.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tiba di rumah. Mobil direktur Lee terparkir di halaman. Direktur Lee tertidur saat menunggu Mun Yeong. Kenapa kau ke sini, tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka masuk ke rumah dan Direktur Lee berkata rumah itu sangat suram. Bagaimana bisa ada orang tinggal di rumah itu, apalagi muncul dengan ide tulisan? Ia mengajak Mun Yeong kembali ke Seoul dan menulis buku baru.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong berkata baru beberapa hari mereka mengumumkan kalau ia menghilang. Bagaimana bisa ia tiba-tiba kembali. Direktur Lee berkata ia lupa kalau Mun Yeong juga selebritis. Jika tidak menunjukkan wajah ke depan publik, maka mereka akan mudah melupakan Mun Yeong. Mun Yeong tidak peduli. Ia ingin bersenang-senang di kota ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mencoba kembali membujuknya. Mun Yeong kan bisa bersenang-senang di Seoul. Dan lagi Mun Yeong seharusnya tidak ke rumah ini. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tahu kenapa. Di sini adalah tempat ibumu....” Direktur Lee tak berani melanjutkan kata-katanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu kenapa kau tidak pindah saja ke sini bersamaku?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee langsung pamit.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika Mun Yeong sedang menyisir rambutnya, ia teringat perkataan Kang Tae bahwa ia lupa kalau Mun Yeong berbeda dari yang lainnya. Ia terdiam teringat ibunya biasa menyisiri rambutnya lalu berkata,<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau berbeda dari orang lain. Kau sangat spesial. Kau adalah karya terbesarku. Diriku yang lain. Aku mencintaimu, puteriku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lalu Mun Yeong kecil yang berada di depan pintu terkunci lantai satu rumah itu. Ia memegang kuncinya, sementara di dalam ibunya terkapar basah kuyup...oleh air? Atau darah? Apakah ibunya meninggal? Dibunuh? Bunuh diri?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pjE036SM_cc/XwA-lMwNPQI/AAAAAAADJqI/ZwB-nDemiEIbq-JPwG-c4kksNp9oYLdIACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h32m36s779.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pjE036SM_cc/XwA-lMwNPQI/AAAAAAADJqI/ZwB-nDemiEIbq-JPwG-c4kksNp9oYLdIACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h32m36s779.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee kebetulan makan malam di kedai pizza Jae Su. Ju Ri juga hendak makan di sana. Direktur Lee langsung terpesona begitu melihat Ju Ri. Ia mencuri dengan Ju Ri memesan bir. Jae Su ingin menemani Ju Ri minum tapi Ju Ri menolak dengan halus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee memanfaatkan kesempatan untuk mengajak Ju Ri minum bersama karena ia juga sendirian. Ju Ri menolak dengan sopan. Ya iyalah..serem kalau orang asing tiba-tiba ngajak makan minum bareng >,<<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri memikirkan jawabannya tadi pada Dokter Oh. Bahwa mereka sebaiknya memecat Mun Yeong. Ia menyesal karena sudah bersikap begitu dangkal. Tapi ia tetap berpendapat Mun Yeong seharusnya tidak ada di sini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia tidak boleh ada di sini. Tidak selamanya. Aku akan membawanya ke Seoul denganku bagaimanapun juga,” Direktur Lee berbicara sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka seakan saling melengkapi kalimat masing-masing hingga Jae Su terpikir kalau mereka membicarakan orang yang sama.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-E9DzAXCGEsk/XwA-u5HvtlI/AAAAAAADJqY/bpbsZwObHqAOT0VKsMaJ5kefTrEGYh_JwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h38m47s998.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-E9DzAXCGEsk/XwA-u5HvtlI/AAAAAAADJqY/bpbsZwObHqAOT0VKsMaJ5kefTrEGYh_JwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h38m47s998.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae bersemangat membeli alat-alat menggambar. Tapi ia lebih terpesona dengan sekotak mainan dinosaurus, yang di matanya tampak glowing shimmering splendid...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara Kang Tae tenggelam dalam lamunan teringat pengakuan cinta Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sangat cantik. Aku menginginkannya,” kata Sang Tae sambil menatap kotak itu. Kang Tae menoleh pada kakaknya dan teringat perkataan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau cantik. Mun Kang Tae, karena aku menginginkanmu. Karena aku tidak bisa berhenti menginginkanmu. Keitka aku melihat sesuatu yang cantik, aku menginginkannya. Dan aku harus mendapatkan apa yang aku inginkan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae mengambil kotak itu dan membawanya ke kasir. Kang Tae membelikan semuanya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Gz6epbCvd3o/XwA-4eyCXTI/AAAAAAADJqs/mNu-Qk4pg-sYNUkRtKrT8FAXspHC1_7lgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h40m00s178.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Gz6epbCvd3o/XwA-4eyCXTI/AAAAAAADJqs/mNu-Qk4pg-sYNUkRtKrT8FAXspHC1_7lgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h40m00s178.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kwon Man Su, ayah Gi Do, bersama para pengawalnya menerobos masuk rumah sakit OK. Orang-orang khawatir sekaligus ingin tahu apa yang akan terjadi. Perawat Park berusaha menghentikan rombongan seperti preman tersebut tapi mereka tidak peduli. Perawat Park menelepon Dokter Oh untuk memperingatkan kedatangan mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kwon Man Su menyuruh Dokter Oh memanggil Mun Yeong dan Kang Tae. Mereka adalah orang-orang yang sudah merusak reputasinya dan mereka semua harus berlutut di hadapannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Cha Yong memberitahu Kang Tae kalau ia berada dalam masalah besar. Byul dan Ju Ri mempertimbangkan untuk menelepon Mun Yeong. Mun Yeong pasti akan menolak datang (hmmm.sebaliknya sih kayanya^^). Ju Ri memutuskan untuk menelepon tapi Kang Tae melarang Ju Ri untuk menelepon Mun Yeong. Ia akan masuk sendiri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kita tidak akan menelepon,” tanya Byul.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia bilang jangan meneleponnya. Aku yakin ia akan mengurusnya,” kata Ju Ri dengan nada kesal. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Byul ikut kesal karena ia yang kena pelampiasan kekesalan Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ewRaZlzTIgw/XwA_CyovJsI/AAAAAAADJrA/4pHJNi-w8t09EmbOMWFTnvcMfx7sD437gCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h42m16s884.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ewRaZlzTIgw/XwA_CyovJsI/AAAAAAADJrA/4pHJNi-w8t09EmbOMWFTnvcMfx7sD437gCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h42m16s884.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ayah Gi Do bertanya di mana Mun Yeong ketika Kang Tae hanya masuk ruangan Dokter Oh sendirian. Kang Tae berkata Mun Yeong tidak akan datang karena tidak perlu ada di sini. Ayah Gi Do berkata Mun Yeong adalah pelakunya jadi kenapa tidak ada di sini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Putera Anda kabur dari rumah sakit atas kehendaknya sendiri. Tidak ada yang membawanya ke sana melawan keinginannya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Si Idiot itu tidak sehat. Ia mendadak membuka seluruh pakaiannya dan buang air kecil tanpa melihat tempat. Ia menghabiskan puluhan juta won dalam semalam. Dia gila!!” kata Ayah Gi Do marah. “Aku mengurungnya di sini supaya ia tidak berkeliaran. Aku tak percaya kalian membiarkannya pergi ke tempat kampanyeku!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia lalu menuduh mereka sengaja membuat Gi Do kabur karena dalam kampanyenya ia berkata akan menutup rumah sakit ini. Mereka sengaja menghancurkan dirinya. Dokter Oh berkata kondisi Gi Do sangat membaik setelah insiden. Bahkan cukup baik untuk bisa segera dipulangkan. Ia menjelaskan kalau mengeluarkan emosi yang terpendam saat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi pusat perhatian bisa menjadi cara perawatan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau gila?! Siapa yang akan mengawasi si bodoh itu kalau kalian mengeluarkannya? Aku tidak peduli. Ada banyak rumah sakit jiwa di negara ini. Aku akan terus memindahkannya dan ia bisa terkurung selamanya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh marah dan berkata Kwon Man Su tidak bisa melakukan itu pada puteranya sendiri. Tapi Kwon Man Su berkata ia tidak perlu punya anak yang benar-benar tak berguna. Astagaaa...aku aja kesel dengernya ~,~<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak berguna?” tanya Kang Tae. “Apa anak-anak harus berguna bagi orang tuanya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Kita semua datang ke dunia ini karena orangtua memerlukan kita. Tanyakan orangtuamu apakah mereka akan memerlukanmu jika kau tidak berguna!” Kwan Man Su mendorong-dorong Kang Tae dengan jarinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu kalian seharusnya tidak melahirkannya!” bentak Kang Tae marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Plak!! Kwon Man Su menampar Kang Tae. Ia berkata Kang Tae hanya perawat rendahan. Dokter Oh terkejut dan marah melihat Kang Tae diperlakukan seperti itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berusaha menenangkan kemarahannya dengan membasahi wajahnya. Di dinding kamar mandi tertulis: tersenyum bisa membuatmu bahagia. Tapi Kang Tae tak bisa tersenyum saat ini.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OnIXRqssSz8/XwA_M3E7fKI/AAAAAAADJrY/_WpZED4L2TY6dhVP7HZhQB-9-ZrWItj0QCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h46m25s549.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-OnIXRqssSz8/XwA_M3E7fKI/AAAAAAADJrY/_WpZED4L2TY6dhVP7HZhQB-9-ZrWItj0QCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h46m25s549.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae tiba di rumah sakit. Dengan ponselnya, ia memfoto semua hal yang menarik untuknya. Dan ia juga memfoto pemandangan di luar rumah sakit untuk dijadikan gambar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seorang pasien, Park Ok Ran, meminta Sang Tae mengambil fotonya lalu mulai berpose. Sang Tae hendak memfotonya tapi tiba-tiba seekor kupu-kupu hinggap di tangannya. Sang Tae berteriak histeris dan panik melarikan diri. Apa dia tidak suka poseku, Ok Ran bertanya-tanya bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park menerobos masuk kantor Dokter Oh dengan kesal. Ia bertanya apa Dokter Oh akan membiarkan Kwon Man Su berlaku seenaknya. Dokter Oh membenarkan. Ia lalu memperlihatkan sebuah video.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Video rekaman CCTV saat Kwon Man Su menampar Kang Tae. Ia akan menggunakan video itu untuk memeras Kwon Man Su dengan mengancam akan menyebarkan video itu pada media dan siapa tahu bisa mendapat uang sumbangan juga. Dan lagi Gi Do sebenarnya membaik setelah insiden itu. Jadi insiden itu sebenarnya tidak bermasalah. Ia hanya perlu menghukum orang yang sudah menampar perawat mereka. Perawat Park merasa menyesal telah marah-marah tadi pada Dokter Oh.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-KKSBT0m3H8U/XwA_XcvhUlI/AAAAAAADJro/ExKh5zgzNmMCoiuBauMctrYoQoJvs8sLQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h48m21s813.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-KKSBT0m3H8U/XwA_XcvhUlI/AAAAAAADJro/ExKh5zgzNmMCoiuBauMctrYoQoJvs8sLQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h48m21s813.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae sudah tenang dan ia sedang mengamati tembok sambil membayangkan di mana ia akan menggambar pemandangan langit, laut, rumah sakit dan lainnya. Mun Yeong yang baru datang penasaran dengan apa yang dilihat Sang Tae tapi ia tidak melihat apa-apa selain tembok kosong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa ini? Apa sesuatu yang hanya bisa dilihat orang baik?” katanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mendengar suara Mun Yeong, Sang Tae menoleh. Ia terkejut melihat idolanya tersenyum manis padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Akhirnya kita bertemu, Sang Tae oppa.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae nampak sangat senang sekaligus gugup bertemu Mun Yeong.</p> <p class="MsoNormal">Ju Ri memanggil Sang Tae saat melihatnya di lobi. Tapi senyumnya lenyap ketika melihatnya sedang berselfie ria bersama Mun Yeong. Ia menghampiri mereka dan bertanya apakah Mun Yeong datang karena ada yang meneleponnya dari rumah sakit. Hari ini bukan jadwal mengajar Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia datang untuk mengajak ayahnya jalan-jalan. Ia datang untuk menenangkan orang marah karena ia tidak menepati janjinya. Kalau sekarang ia sedang melayani fansnya, alias Sang Tae. Mun Yeong berkata Sang Tae sangat lucu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Gadis-gadis suka pria lucu,” celoteh Sang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-KaxWcbrLEic/XwA_hWMgOnI/AAAAAAADJr8/OzwpCGSCE6ghvQUJUg5s6vhWcJnZjL_xACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h51m26s899.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-KaxWcbrLEic/XwA_hWMgOnI/AAAAAAADJr8/OzwpCGSCE6ghvQUJUg5s6vhWcJnZjL_xACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h51m26s899.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae telah siap pergi setelah shiftnya selesai. Ia menelepon kakaknya dan bertanya ia ada di mana. Sang Tae ada di taman bersama Mun Yeong. Ia baru saja membuat sketsa Mun Yeong. Mun Yeong memuji gambarnya. Pelan-pelan Sang Tae mengulurkan tangannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sepuluh ribu won.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tadi katanya gratis,” Mun Yeong melempar buku sketsa ke meja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau memesan pizza?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kau tidak memesan pizza.” Kalau pesan pizza baru gratis XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata Sang Tae sangat lucu. Ia juga melihat boneka dinosaurusnya. Dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambutnya. Tapi Kang Tae keburu datang dan menarik tangan Mun Yeong menjauh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan sentuh rambutnya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya apa Kang Tae masih marah. Ia datang untuk mengajak ayahnya jalan-jalan. Karena itu kan Kang Tae marah?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruh kakaknya menunggu di lobi tapi Sang Tae ingin tetap di sini bersama Mun Yeong. Kesal, Kang Tae membentak kakaknya sampai semua orang kaget. Mun Yeong melihat pipi Kang Tae yang merah karena tamparan tadi. Ia bertanya siapa yang menamparnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menarik Mun Yeong untuk berbicara di tempat yang lebih sepi. Mun Yeong mencecarnya siapa yang sudah memukulnya. Ia akan beri pelajaran pada orang yang sudah menampar Kang Tae. Ia yakin Kang Tae hanya pasrah saja menerima semuanya seperti pecundang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau marah? Kenapa kau sangat kesal?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena seseorang menamparmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Terus kenapa? Apa itu menyakitkan hatimu? Atau membuatmu sedih? Emosi apa yang kaurasakan sekarang? Kau tidak tahu. Emosi apa yang membuatmu kesal kau bahkan tidak tahu. Kau kosong di dalam. Kau hanya berisik. Seperti kaleng kosong. Jadi kau sebaiknya tidak bersikap seakan kau tahu mengerti semuanya tentang diriku di saat kau tidak tahu apa-apa Jangan mengkhayal. Kau tidak akan mengerti diriku sampai kau mati.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong hanya diam dengan wajah sedih. Seseorang sepertinya memperhatikan mereka.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kK4QsVmDm_M/XwA_q1SAvpI/AAAAAAADJsU/dsET_Um7_rk9fwKwZpgjQ_TI9Arv45W0wCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h54m44s857.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-kK4QsVmDm_M/XwA_q1SAvpI/AAAAAAADJsU/dsET_Um7_rk9fwKwZpgjQ_TI9Arv45W0wCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h54m44s857.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal"><br /></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mencari Sang Tae di lobi tapi Sang Tae bersembunyi di dapur rumah sakit. Ibu Ju Ri, yang adalah pegawai dapur rumah sakit, berusaha membujuk Sang Tae untuk keluar. Tapi Sang Tae masih terus mengingat wajah kesal Kang Tae saat membentaknya tadi. Ia menganggap Kang Tae membencinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Ju Ri akhirnya menemui Kang Tae sambil membawakan tas Sang Tae dan menyuruhnya pulang duluan. Ia yang akan membawa Sang Tae pulang nanti. Ia meminta Kang Tae untuk tidak khawatir. Kang Tae menurut.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-R-7dL0wMOy4/XwA_z9QfsVI/AAAAAAADJsk/jlTfs8UN45kQ1YC_MkeaqURY9X-zgj2RQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h55m58s893.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-R-7dL0wMOy4/XwA_z9QfsVI/AAAAAAADJsk/jlTfs8UN45kQ1YC_MkeaqURY9X-zgj2RQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h55m58s893.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri membawa Go Dae Hwan ke taman di mana Mun Yeong menunggu. Untuk awal-awal ia akan menemani kalau-kalau terjadi sesuatu. Mun Yeong melihat ayahnya yang terus menatap tanah dan bertanya apakah ingatan ayahnya benar-benar sudah terhapus semua. Tidak berpura-pura?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tolong jangan memprovokasinya,” kata Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Cha Yong dan Perawat Park memperhatikan dari jauh. Mun Yeong mendekati ayahnya dan berbisik pelan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa Ayah benar-benar lupa aku orang seperti apa?” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menatap ayahnya penuh harap. Tapi ayahnya menatapnya dan berkata, “Kenapa....kenapa kau....masih hidup?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia meraih Mun Yeong lalu tiba-tiba mencekiknya. “Mati! Mati kau, monster! Matilah!!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Para perawat menghambur dan menolong ayah Mun Yeong. Mun Yeong tergeletak di tanah seorang diri. Air mata mengalir. Ia lalu tertawa. Tertawa sambil menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seseorang melihat Mun Yeong berjalan pergi dari rumah sakit. “Salahmu sendiri. Kau seharusnya tidak datang ke sini,” gumamnya. Lalu ia tertawa. Hmmm...siapakah dia?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-R2kQ3TYqbo8/XwBABAyOi3I/AAAAAAADJtA/zyl-jokJLIc0eQJoPa6pBk3QUcvbYAIdACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-13h59m37s908.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-R2kQ3TYqbo8/XwBABAyOi3I/AAAAAAADJtA/zyl-jokJLIc0eQJoPa6pBk3QUcvbYAIdACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-13h59m37s908.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berjalan keluar dari rumah sakit tanpa mempedulikan siapapun. Kang Tae akhirnya pulang sendirian naik bis. Ia melihat Mun Yeong berjalan sendirian menyusuri jalan. Ia menghela nafas panjang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setiba di rumah, ia membersihkan rumah dan lain-lain. Namun ia terus teringat pada Mun Yeong dan perkataannya saat mereka terakhir bertemu tadi. Sepertinya ia mulai menyesali perkataannya yang terlalu menyakitkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Lelah berjalan, Mun Yeong duduk di pinggir jalan lalu melepas sepatunya. Ia melihat seekor semut di atas batu dan berusaha menghalanginya dengan sepatunya. Semut itu terus menghindar. Teringat perkataan Kang Tae, ia berkata Kang Tae juga tidak akan bisa mengerti dirinya sampai ia mati.</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kang Tae membereskan barang-barang kakaknya dan menemukan buku Zombie Kid. Buku terbaru Mun Yeong yang sudah ditandatangani dan sekarang dilarang penjualannya. Ia mulai membaca buku itu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TZprUs4iAM4/XwBANkIEF7I/AAAAAAADJtU/b7oF-PNA4qkJhr6m3EZMl_4Yhn5_AYyOgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-14h02m04s346.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-TZprUs4iAM4/XwBANkIEF7I/AAAAAAADJtU/b7oF-PNA4qkJhr6m3EZMl_4Yhn5_AYyOgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-14h02m04s346.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Seorang bayi laki-laki dilahirkan di sebuah desa kecil. Kulitnya pucat dan matanya besar. Saat membesarkan anaknya, secara alami ibunya menyadari kalau anaknya tidak memiliki perasaan apapun. Ia hanya memiliki keinginan untuk makan, seperti zombie.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jadi ibunya mengurungnya di ruang bawah tanah agar warga desa tidak melihatnya. Dan setiap malam ia mencuri ternak tetangga untuk memberi makan anaknya. Begitulah caranya membesarkan anaknya dengan diam-diam. Satu malam ia mencuri ayam, esok harinya mencuri seekor babi. Tahun-tahun berlalu seperti itu. <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Suatu hari terjadi wabah. Semua binatang yang tersisa mati dan juga banyak orang meninggal. Mereka yang bertahan dari wabah pergi meninggalkan desa. Tapi ibu itu tidak bisa meninggalkan puteranya sendirian. Dan untuk memenuhi rasa lapar puteranya, ia memotong satu kakinya padanya dan memberikannya padanya. Setelah itu tangannya. Ia memberikan semua anggota tubuhnya.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ketika yang tersisa hanya tubuh bagian atasnya, ia memeluk puteranya untuk terakhir kali. Untuk membiarkan puteranya memakan apa yang tersisa dari dirinya. Dengan kedua tangannya, anak laki-laki itu memegang erat tubuh ibunya dan berbicara untuk pertama kalinya dalam hidupnya.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ibu....Ibu sangat hangat....”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apa yang benar-benar diinginkan anak laki-laki itu? Memuaskan rasa laparnya? Atau merasakan kehangatan ibunya?<o:p></o:p></i></p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-e6TCzpsEHaY/XwBAXI161WI/AAAAAAADJtg/h9BIqvoYEykernXNXckU8I1BT9eIKmdagCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-14h05m41s757.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-e6TCzpsEHaY/XwBAXI161WI/AAAAAAADJtg/h9BIqvoYEykernXNXckU8I1BT9eIKmdagCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-14h05m41s757.png" width="320" /></a></div><p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mulai menangis. Ia teringat ketika ibunya meninggalkannya kehujanan, sebenarnya ibunya sudah memanggilnya untuk mendekat. Ketika ibunya menyelimuti kakaknya yang tak terselimuti dengan benar, ia ada di belakang ibunya mengenakan selimut. Apa ibunya tidak menyayangi Kang Tae? Sayang. Tapi apa rasa sayang itu seperti yang dibutuhkan oleh Kang Tae? Kang Tae ingin ibunya merangkulnya saat hujan, mendekapnya saat dingin.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sama juga dengan Mun Yeong. Ibunya terobsesi dengannya. Ayahnya ingin membunuhnya. Entah keduanya dengan alasan apa, tapi setiap anak memiliki keinginan yang sama. Disayangi orangtuanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-RyYvNzZTj5w/XwBAr3dHtoI/AAAAAAADJt8/TZm8ZCtVZbsxwsrkUDp-JijUY77Wl6gawCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-14h08m28s583.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-RyYvNzZTj5w/XwBAr3dHtoI/AAAAAAADJt8/TZm8ZCtVZbsxwsrkUDp-JijUY77Wl6gawCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-14h08m28s583.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su pulang kehujanan. Ia menemukan Kang Tae duduk sendirian dalam gelap. Ia pulang karena Ju Ri memintanya memeriksa keadaan Kang Tae. Ia dengar Kang Tae ditampar lagi dan ini membuatnya kesal. Apa Kang Tae sengaja melakukannya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ngomong-ngomong kudengar ayah Go Mun Yeong mencekiknya dan menyebabkan kehebohan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terkejut dan bertanya kapan dan Jae Su tahu dari mana. Jae Su berkata ia mendengarnya dari beberapa pasien saat ia mampir mengantarkan pesanan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ia pasti sangat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membenci puterinya hingga mencekiknya seperti itu. Ayahnya sudah jelas tidak waras,” kata Jae Su.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9__9Grp2Ltw/XwBAy2Vmb-I/AAAAAAADJuU/TMMEePtnB30wA9v3eCR0AXnPGmd7cYDuACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-14h11m09s385.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-9__9Grp2Ltw/XwBAy2Vmb-I/AAAAAAADJuU/TMMEePtnB30wA9v3eCR0AXnPGmd7cYDuACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-14h11m09s385.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae ingat Mun Yeong tadi berjalan sendirian. Ia bangkit berdiri dan meminjam motor Jae Su. Di tengah hujan deras ia mencari Mun Yeong. Mun Yeong masih terus berjalan sambil menenteng sepatunya. Tidak mempedulikan hujan dan tubuhnya yang basah kuyup.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menemukannya. Mun Yeong tersenyum. Lampu mercusuar menyorot mereka, seakan menunjukkan jalan. Kang Tae melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Mun Yeong. Mun Yeong menjatuhkan dirinya pada pelukan Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8n1ZKg74sPs/XwBA5U3tSkI/AAAAAAADJug/_8cS6ws1SKw6RQJyQ7vFjs6c7bx4P86cgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-2020-07-03-14h14m39s017.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-8n1ZKg74sPs/XwBA5U3tSkI/AAAAAAADJug/_8cS6ws1SKw6RQJyQ7vFjs6c7bx4P86cgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-2020-07-03-14h14m39s017.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b></p><p class="MsoNormal"><b>Komentar:</b></p><p class="MsoNormal">Episode kali ini berpusat pada hubungan orangtua dan anak. Dimulai dari Gi Do yang akhirnya menyadari ibunya menyayanginya setelah ibunya menamparnya dan menangis memarahinya. Selama ini Gi Do mencari perhatian karena ia merasa tidak diperhatikan. Ia tidak merasa disayangi oleh orangtua maupun saudara-saudaranya. Tapi tamparan dan tangisan ibunya sudah cukup membuatnya percaya kalau ibunya menyayanginya. Apa yang lebih mengerikan daripada dimarahi? Diabaikan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae juga merasa ibunya hanya menyayangi kakaknya. Apalagi ibunya jelas-jelas mengatakan kalau ia melahirkan Kang Tae dengan tujuan agar ada yang menjaga kakaknya. Karena itu ia marah ketika ayah Gi Do mengatakan untuk apa memiliki anak tidak berguna. Apa anak dilahirkan hanya untuk memenuhi tujuan orangtuanya? Apa dirinya, tidak pantas untuk disayangi jika tidak memenuhi tujuan orangtuanya? Tapi kurasa dari buku Mun Yeong ia menyadari kalau ibunya sebenarnya menyayanginya, hanya dengan cara berbeda dari yang ia harapkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara Mun Yeong jauh lebih pelik. Perlakuan kedua orangtuanya bertolak belakang. Tapi ayah Mun Yeong sangat senang ketika puterinya lahir sampai membuatkan rumah semewah itu. Apa yang membuatnya berubah drastis sampai-sampai ingin melenyapkan puterinya sendiri? Padahal Mun Yeong sepertinya masih berharap ayahnya yang demensia bisa menerimanya. Harapannya hancur ketika ayahnya, bahkan dalam kondisi seperti itu, menginginkan kematiannya. Ia tertawa menertawakan dirinya yang masih sempat berharap ayahnya benar-benar lupa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Menurutku buku-buku Mun Yeong sedikit demi sedikit menjelaskan cara berpikir Mun Yeong dan siapa dirinya. Sangat mungkin zombie kid terinspirasi dari dirinya sendiri. Begitu juga cerita The Boy Who Fed On Nightmare. Karena Mun Yeong juga selama ini mengalami mimpi buruk. Kuharap di episode-episode berikutnya ada dongeng dari Mun Yeong lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Siapa wanita yang diam-diam tertawa melihat Mun Yeong pergi? Dari suaranya sepertinya bukan Byul, Ju Ri, maupun perawat Park. Lebih seperti suara seorang wanita yang sudah cukup berumur. Salah satu pasien?</p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_4.html[email protected] (Kdramatized)2
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-650380365568620138Thu, 02 Jul 2020 14:30:00 +00002020-07-04T16:18:32.913+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 3<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0mNBf6JMq5E/Xv3n20BJyQI/AAAAAAADJeI/FHpQ5L26YVkeabKlxFf1S16OhQE7yKjmwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00479.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-0mNBf6JMq5E/Xv3n20BJyQI/AAAAAAADJeI/FHpQ5L26YVkeabKlxFf1S16OhQE7yKjmwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00479.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Kang Tae memandang lampu rumah sakit yang menyala tidak stabil di tengah hujan deras kota Seongjin. Perawat Park berkata hal itu kadang terjadi saat hujan turun. Ia dengar semua orang menolak pembangunan rumah sakit itu karena dulunya merupakan kuburan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p><p></p> <p class="MsoNormal">“Mungkin karena roh-roh yang berdiam di sini pendendam. Berhati-hatilah ketika kau berjaga di malam hari.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Kang Tae tidak nampak terganggu sedikitpun dengan cerita itu. Ia berkata ia akan menghubungi bagian maintenance. Dia pemberani, gumam Perawat Park..gagal nakut-nakutin.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae lebih takut sama Mun Yeong yang tiba-tiba muncul. Mun Yeong berkata ia datang karena merindukan Kang Tae. Ju Ri yang kebetulan lewat melihat pertemuan mereka berdua.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah hujan berhenti, Kang Tae membawa Mun Yeong ke halaman. Ia berkata sudah jelas-jelas ia mengatakan tidak ingin bertemu lagi dengan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau memang mengatakannya. Tapi aku tidak pernah setuju,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia mendekati Kang Tae sambil terus menatapnya. Ia berkata ia terkesan bagaimana Kang Tae bisa tumbuh menjadi pria yang hebat. Bukan hanya tumbuh, tapi berevolusi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Kau mengenalku?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berkata ia ingin mengenal Kang Tae lebih baik lagi. Ia bertanya kapan Kang Tae selesai bekerja. Ia datang dengan perut kosong hingga ia merasa sangat lapar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang kauinginkan dariku. Aku tahu kau tidak akan mundur sampai kau mendapatkannya. Jadi katakan apa yang kau inginkan,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau. Aku akan mengambilmu dan pergi. Mun Kang Tae, yang kuinginkan adalah kau.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tak menyangka jawaban tersebut. Kenapa? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau indah. Kau tahu, seperti sepatu, pakaian, dan mobil. Ketika aku melihat sesuatu yang indah, aku menginginkannya. Dan aku harus mendapatkan apa yang kuinginkan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Entah aku harus membayarnya, mencurinya, atau merebutnya, yang penting aku menjadikannya milikku. Kau tidak perlu alasan hebat untuk menginginkan sesuatu, bukan?”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BOqvtPHSElI/Xv3oSF47W5I/AAAAAAADJec/QB6NBYDE1YQ7Cn_L6qe7eWxRFvIYXAoMQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00022.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-BOqvtPHSElI/Xv3oSF47W5I/AAAAAAADJec/QB6NBYDE1YQ7Cn_L6qe7eWxRFvIYXAoMQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00022.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Perawat Park memanggil Mun Yeong karena Direktur RS ingin berbicara dengannya. Di ruangan direktur terpasang misi Rumah Sakit OK: tidak apa-apa untuk menjadi apa-apa (it’s okay to not be okay). Direktur RS adalah Dokter Oh Ji Wang. Ia mengatakan mereka harus melihat dulu bagaimana proses kesembuhan ayah Mun Yeong. Karena kemampuan kognitifnya sudah terganggu sejak awal, kemungkinan ia tidak akan bisa mengenali puterinya sendiri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong tidak kelihatan peduli soal itu. Ia asyik melihat-lihat barang-barang di kantor Dokter Oh. Dokter Oh memiliki sebuah meja yang mirip altar, dipenuhi barang-barang koleksi Dokter Oh. Sepertinya ia mengoleksi benda-benda keagamaan dari berbagai agama dan kepercayaan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata gangguan mental yang disertai tumor otak yang dialami ayah Mun Yeong akan sulit disembuhkan. Tapi kita bisa mengurangi gejalanya, sergah Perawat Park.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau bercanda? Meski tabib legendaris Hua Tuo (inget drama Faith) bangkit, itu tidak akan mungkin. Semua ingatannya kacau balau. Dia terus melihat dan mendengar sesuatu, merasa takut tanpa sebab. Juga terus mengatakan hal yang tak masuk akal. Harus kubilang gejalanya parah,” kata Dokter Oh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Perawat Park berusaha memberi isyarat pada Dokter Oh tapi Dokter Oh tak memperhatikannya. Mun Yeong berkata gejalanya seperti orang kerasukan. Apa perlu diadakan ritual pengusiran setan? Dokter Oh berkata obat resepnya akan lebih efektif daripada jimat atau pengusiran setan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membantu ayah Mun Yeong berbaring di tempat tidur. Pasien sebelah, Kan Pil Woong, tiba-tiba berkata kalau ayah Mun Yeong sama sekali tidak mirip puterinya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Puteri Profesor Go sangat cantik. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kurasa turunan dari ibunya yang sudah almarhum.’<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pasien lainnya, Joo Jung Tae, langsung tertarik begitu mendengar perempuan cantik. Ia adalah seorang alkoholik. Kang Tae memperhatikan bekas-bekas luka di tangan ayah Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh dan Perawat Park menjelaskan ada program terapi kelompok di rumah sakit mereka. Dari memasak, seni, musik untuk meditasi, dan berkebun. Program-program itu dirancang untuk membantu merawat pasien. Namun mereka belum memiliki kelas literatur. Padahal dalam ilmu psikiatri, keseimbangan adalah sangat penting.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh bertanya apakah Mun Yeong bisa membantu mereka selama satu jam, dua kali seminggu. Bisa tentang menulis atau membaca. Anggap saja menggunakan keterampilan Mun Yeong untuk perbuatan baik. Perawat Park berusaha menyadarkan Dokter Oh agar tidak berlebihan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata sebagai gantinya Mun Yeong bisa mengajak ayahnya jalan-jalan selama 30 menit setiap kali ia datang mengajar. Mun Yeong berkata bukankah harusnya ia yang mengajukan syarat. Dokter Oh tersenyum bangga dan berkata ini adalah resep bagi ayah Mun Yeong dan Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong keluar sambil merobek-robek selebaran program rumah sakit yang tadi diberikan. Dokter Oh baru tahu kalau Mun Yeong cukup temperamen. Perawat Park bertanya apakah Dokter Oh benar-benar berharap Mun Yeong menerima tawaran tadi di saat semua media sedang memberitakannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi dia datang ke sini meski semua itu terjadi. Dan itu artinya ada seseorang atau sesuatu yang ia kejar di sini,” kata Dokter Oh sambil membunyikan kerincing. Hmmm kerincing itu kalau di drama Hi Bye Mama digunakan untuk mengusir hantu... dan dokter ini menarik juga, terlihat polos tapi sepertinya ia tahu banyak hal ;p<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8BhPo133Mco/Xv3obOzUOTI/AAAAAAADJeo/KaWU62Zbn1IFgqleVZbGCSEkML7-xqqiACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00028.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-8BhPo133Mco/Xv3obOzUOTI/AAAAAAADJeo/KaWU62Zbn1IFgqleVZbGCSEkML7-xqqiACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00028.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae berada di ruang ganti pakaian karena shiftnya sudah selesai. Perawat shift berikutnya, Chan Yong, baru saja tiba. Ia lebih muda namun seorang pemarah. Ia kesal ketika Kang Tae menegurnya karena salah menggunting perban.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae sedang berganti pakaian ketika terdengar pintu dibuka. Kang Tae mengira Chan Yong yang masuk karena itu ruang ganti pria dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mungkin Chan Yong takut dimarahi Perawat Park. Tapi ternyata suara wanita yang menjawab. Lebih tepatnya, suara Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terkejut. Mun Yong menatap Kang Tae dari atas ke bawah dan hendak menyentuh roti sobeknya. Tapi Kang Tae menyuruh Mun Yeong keluar tapi Mun Yeong berkata Chan Yong yang tadi menyuruhnya masuk. Wow, ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari perut Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mendorong Mun Yeong keluar. Mun Yeong mencoba bertahan sambil terus berusaha menyentuh Kang Tae. Kang Tae membuka pintu. Tepat saat itu, Ju Ri lewat. Upsss.....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tak mengatakan apapun dan kembali masuk ruang ganti. Sementara Mun Yeong tersenyum menang melihat Ju Ri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SC-srNhjPDY/Xv3opScU5nI/AAAAAAADJe4/BbnWUG7sN-0-aEDzUyFW4HxLUdn9QSJEwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00062.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-SC-srNhjPDY/Xv3opScU5nI/AAAAAAADJe4/BbnWUG7sN-0-aEDzUyFW4HxLUdn9QSJEwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00062.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tahu Ju Ri tidak ingin kalau orang lain tahu mereka saling mengenal. Dan baginya itu tidak masalah. Tapi yang lebih membuat Ju Ri ingin tahu adalah bagaimana Mun Yeong dan Kang Tae bisa saling mengenal. Mun Yeong berkata ia tidak mengerti bagaimana bisa sebuah hubungan dijelaskan hanya dengan satu kata.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Setiap pertemuan kami sangat dramatis, seinci lagi dari kematian. Dan setiap momen pertemuan kami, kami membuat terkejut satu sama lain. Jika kebetulan satu per satu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>seperti itu entah bagaimana membawa kami ke sini, bagaimana caranya kau menjelaskan hubungan kami? Akan klise bila mengatakan kami ditakdirkan satu sama lain, bukan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri terdiam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae hendak pulang. Mun Yeong menyusulnya dengan mobilnya dan menyuruhnya naik. Kang Tae tak mempedulikannya dan menelepon. Tapi ia tidak bisa berbicara karena Mun Yeong terus menekan klakson mobil hingga sangat berisik. Ia mengajak Kang Tae makan malam bersama. Tapi Kang Tae menolak karena ia sudah ada rencana makan malam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oh, bersama Sang Tae oppa? Sempurna. Kita bisa mengadakan jumpa fans hari ini. Di mana kau tinggal?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa menerobos memaksa masuk seperti ini biasanya berhasil, tapi tidak akan berhasil padaku,” kata Kang Tae kesal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kau akan main tarik ulur? Wah, pasti menyenangkan. Kita cari tahu apakah kau akan menyerah atau tidak. Baiklah, lihatlah matamu yang melotot itu. Aku akan biarkan kau hari ini. Tapi aku akan menculikmu jika kau main tarik ulur pada pertemuan berikutnya!” teriaknya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NV58RpKdXpc/Xv3o3iB7tVI/AAAAAAADJfI/MUeVoN9QCcEK0k7WYC_xh3sCfo8SvjdvQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00069.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-NV58RpKdXpc/Xv3o3iB7tVI/AAAAAAADJfI/MUeVoN9QCcEK0k7WYC_xh3sCfo8SvjdvQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00069.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyusuri jalanan yang gelap berliku. Sama sekali tidak ada penerangan di sepanjang jalan yang membelah hutan itu. Lampu sorot dari mobil berlawanan membuat Mun Yeong silau. Ia melihat spion dan terkejut karena melihat sosok seorang wanita di bangku belakang. Ia cepat menoleh tapi tidak ada siapapun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika ia melihat ke depan ia terkejut dan langsung mengerem mendadak. Setelah menenangkan diri ia melihat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke depan apa yang telah menghalanginya. Ternyata seekor rusa berdiri di tengah jalan sambil terus bersuara. Mun Yeong yang kesal malah membalas teriakan si rusa. Astaga Mun Yeong ngapain sih XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertemu dengan Ju Ri di minimarket. Mereka pulang bersama karena Kang Tae memang menyewa bagian rumah Ju Ri yang tidak digunakan. Dan Jae Su juga ikut dengan mereka. Ju Ri tadinya mengira Kang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tae akan makan malam bersama Mun Yeong. Kang Tae berkata mereka tidak dekat dan lagi makan malam adalah satu-satunya waktu di mana ia bisa makan bersama kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong melanjutkan perjalanan menembus hutan yang gelap. Hingga akhirnya tiba di depan sebuah gerbang besar yang tidak terawat. Ia membuka gembok gerbang dan melangkah masuk.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-tCCTa8u4Fm0/Xv3pDEb_doI/AAAAAAADJfY/lb3zOIZ0yislPCGaUfrPH4y-ggtiBqavQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00103.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-tCCTa8u4Fm0/Xv3pDEb_doI/AAAAAAADJfY/lb3zOIZ0yislPCGaUfrPH4y-ggtiBqavQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00103.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Di Seoul, Direktur Lee benar-benar cemas karena Mun Yeong pergi ke Seongjin. Ia seharusnya tidak pergi ke tempat itu. Tempat apa, tanya Seung Jae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kastil yang dikutuk. Itu adalah kediaman yang dibangun ayah Mun Yeong untuk merayakan kelahirannya. Beliau membangunnya di tengah hutan belantara agar istrinya bisa fokus menulis. Dulunya merupakan tempat mewah, bahkan memenangkan penghargaan arsitektur. Tapi sekarang menjadi terbengkalai, seperti rumah hantu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Halaman rumah besar itu ditutupi dedaunan kering. Seluruh tempat itu gelap dan terkesan menyeramkan. Ketika Mun Yeong membuka pintu rumah dan melangkah masuk. Ada sosok wanita yang tiba-tiba menyentuh jendela.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae bertanya kenapa rumah itu tidak dijual saja. Direktur Lee berkata bukannya tidak mau dijual, tapi tidak bisa dijual.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ibunya menjadi seperti itu di rumah itu. Dan ayahnya menjadi seperti ini. Siapa yang mau membeli rumah dia mana begitu banyak peristiwa buruk terjadi?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Seperti itu, seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka?” (aku juga ingin tahu, Seung Jae ssi..sungguhan ;p)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Direktur Lee berkata sebaiknya Seung Jae tidak bertanya-tanya atau akan mendapat masalah (Oke..siap bos!)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dengan polosnya Seung Jae malah bertanya kenapa Mun Yeong pergi ke tempat itu. Direktur Lee jadi kesal lagi ingat penyebabnya. Gara-gara Seung Jae memeriksa latar belakang seseorang dan memperlihatkannya pada Mun Yeong. Seung Jae membela diri lebih baik ia melakukannya daripada kehilangan nyawanya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dqy-Yh04Css/Xv3pKYmJeRI/AAAAAAADJfs/JJVu6UtbC_wvApnpbmgAbEMRmLKcLUeiQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00112.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-dqy-Yh04Css/Xv3pKYmJeRI/AAAAAAADJfs/JJVu6UtbC_wvApnpbmgAbEMRmLKcLUeiQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00112.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong naik ke lantai 2. Sebuah pintu di ujung<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lantai 1 tiba-tiba menutup sendiri. Dan sebuah pintu lain yang dikunci dengan rantai tiba-tiba bergerak seakan ada yang hendak mendobrak keluar. Entah itu hanya efek tambahan agar terkesan menyeramkan, atau memang ada sesuatu di balik pintu terkunci itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membuka pintu balok. Ia membuka payung yang sejak tadi dibawanya. Dari dalam payung jatuh sebuah benda. Mun Yeong mencuri benda itu dari meja Dokter Oh. Seperti patung kayu tradisional kecil. Ia menaruh patung itu di meja lalu membaringkan dirinya di tempat tidur. Lapar, keluhnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae sedang makan malam bersama Sang Tae, Jae Su, Ju Ri, dan ibu Ju Ri. Ibu Ju Ri sangat ramah dan senang dengan kehadiran tiga pemuda itu di rumahnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jae Su tinggal di semi basement, sedangkan Kang Tae dan Sang Tae tinggal di atap. Mereka makan bersama dengan penuh kehangatan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Jae Su bisa melihat kalau Ju Ri dan ibunya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sangat memperhatikan Kang Tae. Ia berbisik pada Sang Tae kalau ibu Ju Ri sudah memilih dan ingin Kang Tae menjadi menantu. Ju Ri dan ibunya pura-pura tidak mendengar. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VkiyNgdk2hU/Xv3pTgMkGPI/AAAAAAADJf8/QJryKe6rxyE7yDNfbKBGW-phEp0UaEARwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00125.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-VkiyNgdk2hU/Xv3pTgMkGPI/AAAAAAADJf8/QJryKe6rxyE7yDNfbKBGW-phEp0UaEARwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00125.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dahulu kala di sebuah kastil di tengah hutan, hiduplah seorang puteri yang telah tertidur bertahun-tahun lamanya. Sebuah jarum dari alat pemintal akan membunuhnya. Itulah kutukan yang diberikan Penyihir Jahat pada Sang Puteri pada hari ia dilahirkan. Ketakutan, Raja membakar semua alat pemintal di kerajaannya untuk menghindari kutukan itu. Tapi Puteri tertusuk duri mawar yang diberikan oleh Si Penyihir yang menyamar dan tertidur. Dongeng ini memberitahumu bahwa kau tidak bisa melarikan diri dari takdirmu</i>.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong gemetar kedinginan dalam tidurnya. Sosok tak terlihat keluar dari pintu lantai satu, menapaki lantai dua dan masuk kamar Mun Yeong. Mun Yeong terbangun. Sosok mengerikan itu melayang di atasnya. Membuat Mun Yeong tak bisa bergerak dan matanya memancarkan ketakutan yang amat sangat. Gejala sleep paralysis atau tindihan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Benar, ciuman Sang Pangeran seharusnya bisa mematahkan kutukan itu.” <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal">Namun sosok itu menyentuh wajah Mun Yeong lalu berbisik di sisinya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Zaw4cYu4QBg/Xv3pnMsLdNI/AAAAAAADJgY/RTooKlwrTxINQ1LSht8gC4TAe9lo0OvfACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00145.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Zaw4cYu4QBg/Xv3pnMsLdNI/AAAAAAADJgY/RTooKlwrTxINQ1LSht8gC4TAe9lo0OvfACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00145.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> <p class="MsoNormal">“Tapi jangan terlalu berharap... karena aku akan membunuh pangeran itu.” Sosok itu terkekeh melihat Mun Yeong gemetar menahan tangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong kecil menatap air danau yang tenang di hadapannya. Namun terdengar bisikan, “Selamatlkan aku...selamatkan aku...kumohon...selamatkan aku!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sesosok bayangan hitam menyeruak keluar dari dalam air.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong terbangun lalu menangis ketakutan. Namun ia ingat Kang Tae mengajarkan metode pelukan kupu-kupu padanya. Ia membayangkan Kang Tae berada di sisinya untuk menenangkannya. Dalam bayangannya itu Kang Tae bersikap lembut dan memintanya untuk tidak menangis. Mun Yeong langsung merasa tenang. Ia mempraktekkan pelukan kupu-kupu yang diajarkan Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hksmiWYTmU0/Xv3puhIiBZI/AAAAAAADJgo/8-WGk2lD2DEokxI2UmIRLWc3sSWoTAgBQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00161.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-hksmiWYTmU0/Xv3puhIiBZI/AAAAAAADJgo/8-WGk2lD2DEokxI2UmIRLWc3sSWoTAgBQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00161.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Rumah Sakit OK kedatangan pasien penting. Ia adalah anak seorang pejabat daerah itu. Tapi ia juga pasien langganan rumah sakit itu. Seorang pemuda yang nampak ramah dan biasa saja. Well, mungkin sedikit aneh dari pakaian yang dikenakannya. Ia bertanya di mana direktur rumah sakit. Kenapa tidak menyambutnya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Oh sedang sibuk mencari patung kayu Cheo Yong. Patung kayu unik yang dicuri Mun Yeong. Patung itu dibutuhkannya untuk tidur siang. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Menurutnya patung itu berguna untuk mencegah munculnya tindihan. Hmmm...tidak berguna tuh untuk Mun Yeong..<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong akhirnya mau menjawab telepon Direktur Lee. Direktur Lee berkata masalah kali ini akan sulit untuk diselesaikan karena banyak saksi. Ia menyarankan agar Mun Yeong berpura-pura sedih di depan media, mengatakan kalau ia stress karena menulis buku baru, insomnia, dan lain-lain. Mendengar itu Mun Yeong mendapat ide.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Gunakan Go Dae Hwan sebagai alasan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Maksudmu, ayahmu?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tulislah seperti ini: Go Mun Yeong menghilang. Ternyata, ia merawat ayahnya yang demensia. Apakah ia akan pensiun dari karirnya? Akhiri dengan pertanyaan hingga itu terdengar sebagai sebuah kemungkinan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee menyukai ide tersebut. Dengan menghilang di tengah-tengah perburuan, orang-orang akan meminta Mun Yeong kembali. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Nk7T4BfFXW4/Xv3p6Iy2aOI/AAAAAAADJg8/Z4AT6QyJyCApRCz7E0wNqZrHaY_78j8XgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00185.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Nk7T4BfFXW4/Xv3p6Iy2aOI/AAAAAAADJg8/Z4AT6QyJyCApRCz7E0wNqZrHaY_78j8XgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00185.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kwon Gi Do, pasien yang baru masuk tadi, mulai berbuat ulah. Di dalam kamar tempat ia dirawat, ia sengaja menghadap kamera, lalu membuka jaketnya. Dan ternyata ia tidak mengenakan apa-apa di baliknya. Ia sengaja melakukan itu di depan kamera, agar orang-orang melihat. Tapi Perawat Park menutupi layar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan kertas agar tidak ada yang melihat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Saat Kang Tae masuk, Kwon Gi Do sedang sibuk pamer tubuhnya. Tapi Kang Tae bersikap biasa saja dan tidak menunjukkan perhatian. Ia mengingatkan ada kamera dalam kamar itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tahu. Memikirkan ada orang yang menontonku membuatku sangat bersemangat,” kata Gi Do.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruh Gi Do berpakaian tapi Gi Do berkata ia tidak kedinginan sama sekali. Kwon Gi Do adalah seorang penderita sindrom manik (di antaranya terlalu antusias dan bersemangat, tidak bisa berpikir jernih, selalu bertenaga seolah tidak butuh tidur). Dan setiap tahun pada musim semi dirawat di rumah sakit ini karena<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>gejala-gejala maniknya. Setiap kali hujan, ia akan menyelinap keluar dan berkeliaran di hutan. Dia juga cepat hingga sulit untuk ditangkap.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Cha Yong tak habis pikir bagaimana bisa anak seorang penjabat menderita manik. Memangnya Presiden tidak pernah flu, sergah Perawat Park. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan ayah Gi Do. Ia mulai menceramahi Cha Yong karena berpendapat bias pada pasien. Cha Yong buru-buru kabur dari sana tanpa mau mendengar lagi sampai Perawat Park kesal. Byul berkata sepertinya Cha Yong memiliki ODD (Oppositional Disposition Disorder, gangguan perilaku yang sering membantah atau menentang).<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1Kf-FNx6Vro/Xv3qHqEfWNI/AAAAAAADJhU/rTM8LE5Oxw4Dxl68vpe2H9JeI_aadr_uACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00209.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-1Kf-FNx6Vro/Xv3qHqEfWNI/AAAAAAADJhU/rTM8LE5Oxw4Dxl68vpe2H9JeI_aadr_uACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00209.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Gi Do akhirnya berpakaian. Ia bertanya apakah Kang Tae pernah mendengar mengenai suatu tempat bernama Morning Sun.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebuah klub di mana orang-orang bisa berpesta sampai pagi, sesuai namanya. Ia dengar itu adalah klub terpanas saat ini jadi ia pergi ke sana. Ia bercerita bagaimana dirinya saat di klub tersebut. Berpesta, minum-minum, menraktir semua orang tapi kemudian kartu kreditnya adalah kartu kredit yang dilaporkan menghilang. Lah dokter Oh kok jadi manajer klub XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Karena hendak ditangkap para preman klub tersebut, ia melarikan diri sekuat tenaga. Ia berlari dan terus berlari hingga ke jalan raya. Menghindari mobil-mobil yang hendak menabraknya. Ia berkata ia jadi kepanasan karena terus berlari. Itu sebabnya ia membuka semua pakaiannya. Lalu tiba-tiba ia melihat waktu seakan berhenti ketika mobil saling menabrak bahkan ada yang melayang.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dan ia berakhir masuk rumah sakit lagi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya seberapa cepat lari Gi Do dalam menempuh jarak 100m. Gi Do menyombong ia sangat cepat, sekitar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>7 detik. Ia balik bertanya bagaimana dengan Kang Tae. Enam detik, jawab Kang Tae. Gi Do terkagum-kagum dan berkata mereka bisa lomba lari jika mau. Ia senang dengan Kang Tae.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Karena itu ia menurut ketika Kang Tae mengajaknya ke ruang konsultasi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wRQeNMQFpDA/Xv3qTpV2d6I/AAAAAAADJhs/GCeVnQbLk94L6ES2j6nkli_2b_HaWFMHACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00231.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-wRQeNMQFpDA/Xv3qTpV2d6I/AAAAAAADJhs/GCeVnQbLk94L6ES2j6nkli_2b_HaWFMHACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00231.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengingatkan Sang Tae untuk tiba di rumah sakit sebelum jam 3 sore. Ia bertanya apakah Sang Tae sedang menggambar lagi. Di adonan, gumam Sang Tae. Jae Su kali ini membuka kedai pizza dan Sang Tae membantunya di sana tanpa sepengetahuan Kang Tae. Karena itu Jae Su menyuruh Sang Tae cepat menutup teleponnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pekerjaan Sang Tae adalah menggambar sketsa pelanggan jika mereka memesan pizza ukuran full. Tujuannya adalah untuk menarik pelanggan baru. Dan Sang Tae juga mendapat uang. Sang Tae takut ketahuan Kang Tae setelah Kang Tae tadi menelepon.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tapi akhirnya ia membantu juga setelah dibujuk Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berusaha menelepon kakaknya lagi, tapi teleponnya tidak diangkat. Cha Yong memanggilnya untuk membantu mengumpulkan para pasien di ruang terapi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bengong saat melihat siapa yang ada di ruang terapi. Siapa lagi kalau bukan Mun Yeong. Artinya ia bersedia mengajar kelas literatur di rumah sakit itu.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Namun matanya selalu terarah pada Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia bertanya apa itu dongeng. Kisah pernikahanku dengan IU, celetuk Jung Tae, si pasien alkoholik. Para pasien tertawa dan mengira ia mabuk lagi. Aku tidak mabuk, ujar Jung Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku menyebutnya omong kosong,” kata Mun Yeong dingin. Semua terdiam.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-JX9y3f880dw/Xv3qdywzPYI/AAAAAAADJiE/IYpswwEwvz0AdKLNGz2Fed3RCVPb0tHrQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00250.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-JX9y3f880dw/Xv3qdywzPYI/AAAAAAADJiE/IYpswwEwvz0AdKLNGz2Fed3RCVPb0tHrQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00250.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Lalu ia menjelaskan kalau dongeng adalah fantasi kejam yang menggambarkan kekejaman dunia dengan cara paradoks (seolah-olah menentang kebenaran tapi mengandung kebenaran). Orang-orang terkejut dan bingung dengan penjelasan tak biasa itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Contohnya, kisah Heungbu dan Nolbu (cerita rakyat Korea tentang dua kakak beradik. Nolbu adalah kakak yang serakah. Heungbu adalah adik yang baik hati. Wasiat ayah mereka sebelum meninggal adalah hartanya harus dibagi dua antara Nolbu dan Heungbu. Tapi karena keserakahan, Nolbu mengambil semuanya dan mengusir adiknya. Singkat cerita, Heungbu menjadi kaya karena peristiwa ajaib setelah menyelamatkan seekor burung walet yang terluka. Nolbu jatuh miskin karena mencoba mengikuti apa yang dilakukan Heungbu, tapi dengan sengaja melukai burung walet. Akhir kisah ini bahagia seperti dongeng pada umumnya. Nolbu bertobat dan hidup bahagia bersama Heungbu). Ia bertanya apa moral cerita tersebut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika kau orang baik, kau akan menang lotere (beruntung),” jawab Ok Ran, salah satu pasien.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Salah. Heungbu menjadi miskin karena ia bukan anak sulung. Dongeng itu mengritik tradisi yang mengijinkan anak laki-laki tertua mewarisi semuanya,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bagaimana dengan Si Itik Buruk Rupa? Pasien Pil Wong berkata cerita itu mengajarkan agar tidak membeda-bedakan anak yang jelek. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Salah. Pelajarannya adalah: mendidik anak orang lain tidak akan dihargai, jadi didiklah anak-anakmu sendiri.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Para perawat mulai khawatir dengan ajaran Mun Yeong. Tapi Mun Yeong tidak mempedulikan mereka. Ia bertanya bagaimana dengan kisah The Little Mermaid.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tahu. Ketika kau mencintai, kau mencintai dengan setia meski kau akan lenyap menjadi buih lautan,” kata Ah Reum.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia mencintai suaminya dengan setia sampai-sampai membiarkan suaminya memukulinya sampai jadi bubur,” Pasien Yoo Sun Hae menertawakan. Ah Reum mulai menangis dan berkata itu bukan salah suaminya, tapi salah alkohol. Jung Tae jadi tak enak hati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong sama sekali tidak bersimpati. Ia menyuruh Ah Reum keluar jika ingin menangis. Semua langsung diam.</p> <p class="MsoNormal">“Jadi, pelajaran dari The Little Mermaid adalah karma akan menggigitmu dengan keras jika kau mengingini pria yang sudah menikah.”</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-IhdEgkX1xio/Xv3qqanmj7I/AAAAAAADJiU/a0AcFFhSArcEM0Hj44s20TNMJJes1VEFACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00261.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-IhdEgkX1xio/Xv3qqanmj7I/AAAAAAADJiU/a0AcFFhSArcEM0Hj44s20TNMJJes1VEFACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00261.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">“Bagaimana dengan King Donkey Ears?” tanya Jung Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Itu adalah kisah tentang seorang raja yang bertelinga sangat lebar hingga seperti telinga keledai. Karena malu, raja selalu menutupi telinganya agar tidak ada orang yang tahu. Hanya satu orang yang tahu, yaitu pencukur rambutnya. Raja melarang pencukurnya untuk memberitahu orang-orang tentang telinganya. Tapi pencukur itu tak tahan tak memberitahu siapapun. Ia menggali lubang di sebuah tanah kosong, lalu meneriakkan rahasia itu ke dalamnya. Kemudian menutup lubang tersebut dengan tanah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bertahun-tahun kemudian sebuah sekolah dibangun di tanah kosong tersebut. Ketika anak-anak sedang bermain, mereka menemukan lubang itu dan terdengarlah suara si pencukur bergema meneriakkan rahasia telinga raja. Dengan cepat berita itu menyebar dan membuat semua orang menertawakan raja. Raja sangat marah. Ia menjebloskan si pencukur ke dalam penjara. Si pencukur menyesal karena tidak bisa menjaga rahasia padahal sudah berjanji.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bicarakan orang lain di belakang (bergosip) untuk mengurangi stress,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Para pasien tampaknya menyukai ajaran unik Mun Yeong itu. Mun Yeong berkata kesimpulan pelajaran hari ini adalah dongeng bukanlah sebuah halusinogen yang memberi harapan dan impian. Itu adalah pendorong agar orang-orang menghadapi kenyataan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi kuharap kalian banyak membaca dongeng dan bangun dari mimpi kalian. Jangan menatap langit untuk melihat bintang-bintang yang indah. Lihatlah ke kakimu yang terjebak dalam lumpur kotor. Begitu kalian menyadari itu dan menerima kenyataan, everybody will be happy. Happy happy...” kata Mun Yeong tanpa wajah happy.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Para pasien senang dengan kalimat penutup tersebut. Happy....<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vqFDZwAaMbs/Xv3qzqd9t0I/AAAAAAADJio/N7lTUsejyYgo8sTZCD-zQpgWGR601JqUwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00264.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-vqFDZwAaMbs/Xv3qzqd9t0I/AAAAAAADJio/N7lTUsejyYgo8sTZCD-zQpgWGR601JqUwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00264.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri baru mendengar kalau Mun Yeong mengajar literatur di rumah sakit ini. Perawat Park berkata Dokter Oh yang memintanya sebagai ganti membiarkan ayahnya jalan-jalan setiap kali ia berkunjung. Ia juga menceritakan pendapat Dokter Oh kalau Mun Yeong mengincar sesuatu di tempat ini. Dan Ju Ri bisa mengira apa itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong mengamati Kang Tae yang sibuk membereskan ruang terapi setelah para pasien keluar. Ia menanyakan pendapat Kang Tae mengenai pelajarannya. Kang Tae awalnya tidak mau meladeni tapi akhirnya ia bertanya apakah Mun Yeong benar-benar mempercayai hal itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bahwa kita akan baik-baik saja begitu bisa menerima kenyataan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ya. Aku adalah aku, dan kau adalah kau. Kita hanya perlu menerima itu,” jawab Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagaimana jika kita menerimanya tapi seluruh dunia tidak berpendapat seperti itu? Mereka menolak untuk menerima...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong sengaja menguap dengan suara keras dan berkata itu membosankan. Ia mengikuti Kang Tae keluar ruangan dan menyarankan agar Kang Tae menerima saja kenyataan bahwa ia tidak puas dengan hidupnya. Kang Tae terlihat hendak protes.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lihat? Aku bisa melihat matamu terbakar keinginan. Karena itu aku menyukaimu. Kau arogan tapi dangkal.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berjalan pergi, tak mau meladeni Mun Yeong. Cara yang salah, karena Mun Yeong memperkeras suaranya bahkan ketika mereka masuk lobi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku melihat kau selalu tersenyum pada pasien tapi kenapa kau sangat dingin padaku? Kau sangat penyayang malam itu.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apa maksud Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia memimpikan Kang Tae beberapa hari lalu. Bagaimana Kang Tae duduk dan memeluknya di tempat tidur. Kang Tae khawatir orang-orang salah paham dan menyuruh Mun Yeong mengecilkan suaranya. Mun Yeong menutup mulutnya. Tapi begitu Kang Tae berbalik pergi, ia berteriak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau mau tidur denganku?!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae langsung menggiring Mun Yeong pergi. Sementara para pasien dan perawat terkejut sekaligus kagum melihat keberanian Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-lNgH6dg0Btg/Xv3rAB90p5I/AAAAAAADJi8/qVl6NI4_w0cLLWk5ycJkNw6xtzv_expuQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00275.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-lNgH6dg0Btg/Xv3rAB90p5I/AAAAAAADJi8/qVl6NI4_w0cLLWk5ycJkNw6xtzv_expuQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00275.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae membawa Mun Yeong ke tempat sepi dan mengingatkan agar ia berhenti. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku muak dengan gurauanmu. Aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Artinya kalau kau ada waktu, kau akan ikut bermain.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jangan sembarangan menyimpulkan, kata Kang Tae. Kenapa menjalani hidup yang membosankan, tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau akan sakit jika menahan diri seperti itu. Jika kau ingin bersenang-senang, maka bersenang-senanglah. Aku tahu kau ingin bersenang-senang.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang kautahu tentang diriku? Siapa kau hingga bertingkah seperti ini,” kata Kang Tae marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Munafik, ujar Mun Yeong. Kang Tae terdiam. Mun Yeong bertanya kenapa Kang Tae sekaget itu. Orang-orang akan berpikir itu benar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Semua orang munafik. Kita semua hidup dalam banyak kebencian, tapi kita bersikap seakan-akan tidak seperti itu. Dan lagi, siapa yang sempurna?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong meninggalkan Kang Tae dengan senyum. Namun senyumnya lenyap ketika ia melihat ayahnya di lorong rumah sakit. Ia berjalan pelan sambil melirik ayahnya. Ia melihat bekas luka di tangan ayahnya. Bekas cakarannya ketika ayahnya mencekiknya untuk membunuhnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Mun Yeong sepertinya mengenalinya. Ia terlihat takut dan mulai bersuara panik. Tapi tidak ada kata-kata yang keluar, hanya erangan ketakutan. Byul menghampirinya dan melihat Mun Yeong yang berjalan pergi. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Fqf4JeaWVdk/Xv3rJQVLqWI/AAAAAAADJjM/qJqbBX8eS9Q9tWV_kHNONkGsZWG_r9jrgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00296.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Fqf4JeaWVdk/Xv3rJQVLqWI/AAAAAAADJjM/qJqbBX8eS9Q9tWV_kHNONkGsZWG_r9jrgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00296.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae sudah tiba di rumah sakit tapi ia bingung karena berada di tempat asing dan tidak bisa menemukan Kang Tae. Untunglah Ju Ri melihatnya dan menyuruhnya menunggu sebentar. Tapi ketika ia kembali, Sang Tae sudah lenyap dari lobi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ternyata Sang Tae melihat Mun Yeong dari jauh dan langsung mengikutinya. Ia terus mengikutinya tapi Kang Tae menemukannya lebih dulu. Ia berkata kakaknya salah lihat dan membawanya masuk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Byul menyusul Mun Yeong ke tempat parkir dan berkata ia harus mengajak ayahnya jalan-jalan. Kenapa aku harus melakukannya, tanya Mun Yeong. Byul berkata ia dengar Dokter Oh berjanji mengajar agar bisa mengajak ayahnya jalan-jalan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu tidak benar. Aku tidak membuat janji,” kata Mun Yeong. Ia naik ke mobilnya lalu pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae gugup berada di ruangan Dokter Oh sendirian tanpa Kang Tae, ditambah bunyi-bunyian berirama dari benda-benda di ruangan itu. Kang Tae menunggu di luar ruangan. Dokter Oh menatap Sang Tae selama beberapa waktu tanpa mengatakan apapun. Sang Tae tak tahan lagi dan berjalan keluar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Stegosaurus,” kata Dokter Oh. Ia mulai membicarakan dinosaurus itu sesuai dengan apa yang diketahui Sang Tae. Ia bahkan menanyakan nama boneka dino Sang Tae. Sang Tae langsung tertarik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Beberapa waktu kemudian, Kang Tae mendengar Dokter Oh memanggilnya. Ia masuk dan mendapati kakaknya sedang sibuk memperlihatkan seluruh isi tasnya pada Dokter Oh. Semua benda kesukaannya. Dan memberikan topinya pada Dokter Oh. Dokter Oh tersenyum, dan berkata sepertinya Sang Tae menyukainya. Kang Tae tersenyum lega.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UXBNSkER8MI/Xv3rTmypDzI/AAAAAAADJjc/Hi4s938WjLUKeXaFR0C1qB9Wg3KzI4GpwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00322.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-UXBNSkER8MI/Xv3rTmypDzI/AAAAAAADJjc/Hi4s938WjLUKeXaFR0C1qB9Wg3KzI4GpwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00322.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Dokter Oh berkata Sang Tae terlalu berbakat untuk dibiarkan menggambar hanya sebagai hobi. Sanga Tae mengoceh ia akan menggambar sketsa Dokter Oh seharga 10 ribu won, tak perlu memesan pizza. Upss..ketahuan deh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae bertanya apakah Sang Tae membicarakan tentang kupu-kupu. Tidak, kata Dokter Oh. Ini baru hari pertama, ia yakin suatu hari nanti Sang Tae akan menceritakannya. Ia memanggil Sang Tae dan memperlihatkan pemandangan di luar jendela kantornya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia ingin memindahkan pemandangan itu ke suatu tempat. Ia membawa Sang Tae dan Kang Tae ke sebuah tembok kosong. Ia ingin Sang Tae menggambarkan pemandangan di kantornya tadi ke tembok itu. Sang Tae ternganga melihat “kertas gambar” raksasa itu. Kang Tae agak ragu. Tapi Dokter Oh berkata ini adalah resep perawatannya untuk Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tanpa disangka Sang Tae malah bertanya berapa banyak Dokter Oh akan membayarnya. Ia akan melakukannya jika dibayar banyak. Itu tergantung lukisanmu, kata Dokter Oh tersenyum. Kang Tae sampai tak enak hati.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-cdz-dQfLuog/Xv3raKsOLhI/AAAAAAADJj4/Nmj-0j4Knu8fjRGWzbEyU0FC_Y7KTZtdgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00336.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-cdz-dQfLuog/Xv3raKsOLhI/AAAAAAADJj4/Nmj-0j4Knu8fjRGWzbEyU0FC_Y7KTZtdgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00336.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Di rumah, Kang Tae melihat Sang Tae sedang menaruh uang di kotak tabungannya. Ia terkejut melihat tabungan kakaknya yang cukup banyak. Sang Tae cepat-cepat menyembunyikan kotak itu di punggungnya. Ia tidak mau memperlihatkannya pada Kang Tae sampai ia berhasil meraih tujuannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi aku adikmu,” protes Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bagi orang autis, keluarga itu seperti orang asing yang dekat.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae agak sedih mendengarnya. Ia bertanya Sang Tae akan menabung sampai berapa banyak. 32.890.000 won (hampir 500 juta rupiah). Kang Tae terkejut. Untuk membeli apa uang sebanyak itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mobil, jawab Sang Tae. Kang Tae makin bingung tapi Sang Tae tidak menjelaskan lebih lanjut. Kang Tae berkata ia tidak akan bertanya lagi. Sang Tae mengeluarkan sebuah brosur dan memberikannya pada Kang Tae. Iklan diskon mobil van untuk camping. Pada brosur itu tertulis:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“akan memberikan kenangan indah dan gaya hidup romantis. Ke manapun kau pergi, akan terasa nyaman seperti di rumah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia bertanya kenapa kakaknya ingin mobil itu. Kakaknya berkata dengan mobil itu mereka tidak perlu pindah setiap tahun. Mereka bisa lari meski kupu-kupu mengejar mereka. Mereka tidak perlu selalu berkemas dan pindah ke tempat lain.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Lalu....lalu pemilik rumah tidak akan marah pada adikku. Kita bisa pergi ke manapun.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terharu mendengar perkataan kakaknya. Ia memeluknya dan berkata ia tidak membutuhkan uang, mobil, atau rumah. Ia hanya memerlukan kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Munafik. Perkataan Mun Yeong terngiang di benaknya. Kang Tae menggeleng menepis anggapan itu. Ia bersungguh-sungguh kalau kakaknya adalah segalanya baginya. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wDA-l7tA2r8/Xv3rjLcBXdI/AAAAAAADJkE/rzQtrfN8xCcPDAgeCBTTvOi9X5Nxrlk1ACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00354.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-wDA-l7tA2r8/Xv3rjLcBXdI/AAAAAAADJkE/rzQtrfN8xCcPDAgeCBTTvOi9X5Nxrlk1ACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00354.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ayah Gi Do sibuk berkampanye di media. Ia berkata akan menyingkirkan rumah sakit OK demi keamanan warga. Perawat Park berkata para pejabat selalu berkampanye berusaha menyingkirkan rumah sakit mereka setiap kali kampanye untuk pemilu. Byul tak habis pikir bagaimana bisa ayah Gi Do seperti itu padahal putera dirawat di rumah sakit mereka. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dokter Kwon Min Seok yang menangani Gi Do berkata kalau ayah Gi Do selalu mementingkan pekerjaannya daripada anaknya sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Byul melihat sesuatu di layar monitor dan mengumumkan seorang pasien melarikan diri. Terjadi kehebohan di rumah sakit itu karena Gi Do berusaha melarikan diri. Para perawat berusaha menangkapnya tapi tidak berhasil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae dan Ju Ri masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kang Tae melihat-lihat harga-harga van camping yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dijual online. Ada yang harganya setengah dari harga brosur Sang Tae. Ju Ri meliriknya dan berkata salah satu temannya menyewakan mobil van. Mereka bisa menyewanya untuk bepergian bersama-sama suatu hari nanti. Kang Tae tak menjawab. Tapi kemudian ia berkata mereka bisa pergi kalau ada waktu kosong bersama. Ju Ri senang dan berkata akan mengecek jadwal mereka bulan depan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tidak mendengarkan karena ia mendapat telepon dari rumah sakit mengenai Gi Do. Cha Yong memberitahunya kalau Gi Do mendadak ngompol saat konsultasi jadi ia mengambilkan baju lain, namun ia malah melarikan diri.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Yz5cXHg71Xc/Xv3ru3imxSI/AAAAAAADJkc/7ZqpJ_kuwUUhoc9O0DDmTKASt1s2J1udQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00363.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Yz5cXHg71Xc/Xv3ru3imxSI/AAAAAAADJkc/7ZqpJ_kuwUUhoc9O0DDmTKASt1s2J1udQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00363.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Para staf rumah sakit sedang mencaritahu ke mana Gi Do pergi. Melalui rekaman CCTv mereka melihat Gi Do menghadang mobil Mun Yeong yang baru datang dan membuka jaketnya. Mun Yeong turun dari mobil dan melihat dengan tenang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa itu yang disebut orang mungil?” tanyanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Gi Do menutup kembali jaketnya karena malu. Ia berkata itu karena ia kedinginan. Mun Yeong melihat jamnya dan berpikir Kang Tae pasti masih dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia mengajak Gi Do masuk mobilnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan lucunya ia malah meminta ijin memakai celana dalamnya. Ia membela diri ia melakukannya bukan karena merasa terintimidasi oleh Mun Yeong. Kau membawa celanamu ke mana-mana, tanya Mun Yeong. Gi Do berkata benda itu adalah satu-satunya benda yang mencegahnya kehilangan kewarasan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pCX1VWrr04Q/Xv3r2q3qfYI/AAAAAAADJks/fkZL443TU5Mr8kVSIsJG0-8R8BZMPYvSwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00384.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-pCX1VWrr04Q/Xv3r2q3qfYI/AAAAAAADJks/fkZL443TU5Mr8kVSIsJG0-8R8BZMPYvSwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00384.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Para staf rumah sakit yang melihat Gi Do pergi dibawa Mun Yeong langsung melapor pada Kang Tae <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kalau Mun Yeong menculik Gi Do. Kang Tae melihat mobil Mun Yeong dari arah berlawanan dan menyuruh Ju Ri berhenti. Ia turun dari mobil dan berdiri di tengah jalan untuk mencegat Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong yang melihat itu sama sekali tidak menurunkan kecepatan. Ia malah memacu mobilnya mendekati Kang Tae. Ju Ri sangat khawatir tapi Kang Tae melarangnya mendekat. Bahkan Gi Do mulai cemas dan berteriak agar Mun Yeong berhenti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berhenti tiba-tiba hanya berjarak sekitar sejengkal dari Kang Tae. Ia tersenyum. Ju Ri terduduk lemas. Gi Do kembali mengompol. Kang Tae mendekati Mun Yeong dan menyuruhnya keluar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak melarikan diri. Kau tidak menghindariku juga. Aku kagum,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Keluar!” kata Kang Tae tegas.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyuruh Gi Do turun tapi Gi Do tidak mau. Ia ingin bersenang-senang. Mun Yeong mengajak Kang Tae ikut bersenang-senang bersama mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Keluar dari mobil sekarang juga!” bentak Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa kau selalu begitu marah padaku?” tanya Mun Yeong tenang. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena kau membuatku marah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya kenapa Kang Tae tidak mengacuhkannya saja. “Tapi kau tahu, kau harus selalu berhati-hati agar tidak lengah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia menginjak gas dan pergi. Kang Tae meminjam mobil Ju Ri dan pergi mengejar, meninggalkan Ju Ri sendirian.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vqvpaBHVD9Q/Xv3sB3qPt_I/AAAAAAADJlA/V9S76BPYKc8uR0Gqq2AmgVmTzo0bDDDiACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00413.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-vqvpaBHVD9Q/Xv3sB3qPt_I/AAAAAAADJlA/V9S76BPYKc8uR0Gqq2AmgVmTzo0bDDDiACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00413.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong malah senang dikejar-kejar. Kang Tae berusaha menyusul. Ketika berhasil ia menyuruh Mun Yeong minggir. Tidak mau, kata Mun Yeong. Ia kembali mempercepat mobilnya. Gi Do senang sekali. Ia melihat orang-orang yang berkampanye untuk ayahnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia membuka sunroof dan berteriak- teriak agar orang-orang tidak memilih ayahnya karena ia seorang yang munafik total dan mendiskriminasi orang-orang. Ia terang-terangan mengatakan ia tahu karena ia anak bungsunya. Ia terus berteriak agar mereka tidak memilih ayahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mobil polisi mulai mengejar mereka dan memperingatkan agar Mun Yeong menghentikan mobilnya. Tapi Mun Yeong tidak peduli. Ia tersenyum pada Gi Do yang kesenangan. Lalu mengarahkan mobilnya ke tempat kampanya ayah Gi Do. Melewati jalan sempit dan pasar. Kang Tae juga tidak menyerah. Ia terus mengikuti Mun Yeong. Dan mobil polisi di belakangnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menghentikan mobilnya di dekat panggung tempat kampanye Kwon Man Su, ayah Gi Do. Ayah Gi Do sedang sibuk pencitraan bersama anggota keluarganya yang lain. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hei, Mungil. Mari kita bersenang-senang di sini,” kata Mun Yeong tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7JrZk9tDxYw/Xv3sJcAi2kI/AAAAAAADJlQ/KxxIUD8jYQAxbHdAHn9KwO9Zc8GLKNZ4wCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00421.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-7JrZk9tDxYw/Xv3sJcAi2kI/AAAAAAADJlQ/KxxIUD8jYQAxbHdAHn9KwO9Zc8GLKNZ4wCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00421.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Gi Do dan Mun Yeong turun dari mobil. Gi Do langsung lari ke atas panggung. Ia memperkenalkan dirinya sebagai putera bungsu Kwon Man Su. Ayahnya kaget dan panik karena Gi Do ada di sana.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Seperti kalian lihat, aku sakit jiwa! Ta benar, aku lah itik buruk rupa di dalam keluarga. Aku adalah aib keluarga kami!,” kata Gi Do sambil tertawa.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tiba di lokasi dan langsung berlari mendekati. Tapi ia berhenti saat mendengar perkataan Gi Do.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“ Kalian tahu, semua orang di keluargaku termasuk orangtuaku, saudara-saudariku, dan sepupu-sepupuku lulusan jurusan hukum SNU. Akulah satu-satunya orang bodoh dalam keluarga. Tapi itu bukan salahku. Aku hanya...aku hanya terlahir sedikit bodoh,” matanya berkaca-kaca menahan tangis, “Tapi Ayah memukulku karena nilaiku jelek. Ayah merendahkanku karena aku tidak bisa mengerti dengan benar. Ayah mengurungku karena menyebabkan masalah. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Maksudku, aku juga anaknya. Tapi ia memperlakukanku seolah-olah aku tidak terlihat. Aku hanya ingin Ayah melihatku. Jadi aku melakukan banyak hal gila untuk menarik perhatiannya. Aku hanya berakhir gila!”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HP9sELoROVw/Xv3sSXMOCwI/AAAAAAADJlk/uub_uIBFPEMgZLsAYTp31UkYMKhL3O7yQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00457.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-HP9sELoROVw/Xv3sSXMOCwI/AAAAAAADJlk/uub_uIBFPEMgZLsAYTp31UkYMKhL3O7yQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00457.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Gi Do berteriak, tertawa sambil menangis. Kang Tae tersentuh mendengar kata-kata Gi Do. Ia hanya diam melihat Gi do lari ke sana kemari di atas panggung. Membuat kegilaan untuk menghindar dari orang-orang yang hendak menangkapnya. Mun Yeong menghampirinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka memperhatikan Gi Do yang sedang “bersenang-senang”. Melompat ke sana kemari. Dan Kang Tae mulai membayangkan dirinya membiarkan dirinya bebas seperti Gi Do. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dia sangat bersenang-senang. Kau setuju, kan?” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apakah sebaiknya aku bersenang-senang denganmu? Haruskah?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong sedikit kaget. Lalu ia tersenyum.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PG7wHHmjo74/Xv3sab0PWEI/AAAAAAADJlw/3A6IZbyJA_cq6r6ZqWf6OaASnnqUOLC9QCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00489.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-PG7wHHmjo74/Xv3sab0PWEI/AAAAAAADJlw/3A6IZbyJA_cq6r6ZqWf6OaASnnqUOLC9QCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00489.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Epilog:<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal">Dalam cerita Gi Do ketika mengunjungi klub, ternyata ia menceritakannya sambil menyusuri lorong rumah sakit dan membayangkan dirinya berada dalam klub itu. Kang Tae hanya mengikutinya sambil tersenyum dengan penuh pengertian dan seisi rumah sakitnya tampaknya sudah biasa melihatnya. Ketika Gi Do berlari sambil membuka pakaian, ia sebenarnya berlari di atas treadmill ruang terapi. Lalu ia berhenti sendiri karena kelelahan dan menyadari ia kembali di rumah sakit.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-j_VDM3fSC-Q/Xv3slz9K9NI/AAAAAAADJmA/ot0KIvK45PMi5wgpfefWE405KISE7UPPgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00505.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-j_VDM3fSC-Q/Xv3slz9K9NI/AAAAAAADJmA/ot0KIvK45PMi5wgpfefWE405KISE7UPPgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00505.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal"><b>Komentar:</b></p><p class="MsoNormal">Kenapa Kang Tae bisa begitu terpengaruh dengan "kebebasan" Kwon Gi Do? Karena menurutku hidupnya selama ini demi kakaknya. Ia menekan segala keinginannya demi kakaknya.Menurutku ia bahkan menahan diri membeli barang-barang yang ia inginkan demi membelikan apa yang menjadi kesukaan kakaknya. Ia juga sulit memiliki waktu untuk istirahat atau bersenang-senang karena ia harus menjaga kakaknya. Bukan berarti ia menyesal menjaga kakaknya dan merasa terbebani. Tapi semua orang yang menjalani hidup seperti itu sangatlah melelahkan, fisik dan mental.</p><p class="MsoNormal">Karena itu, "kebebasan" Mun Yeong juga yang membuatnya mau tidak mau tertarik. Mun Yeong bisa melakukan apapun yang dia inginkan tanpa takut dan peduli dengan konsekuensinya. Ia tidak perlu meminta ijin pada orang lain, tidak merasa perlu mengalah demi orang lain. Benar-benar kebalikan dari hidup Kang Tae. Kebebasan itu yang sedikit demi sedikit menyeruak dari diri Kang Tae. </p><p class="MsoNormal">Sebaliknya, menurutku Mun Yeong juga akan belajar bagaimana hidup tidak hanya untuk diri sendiri. Meski Mun Yeong berusaha menutup dirinya dari segala kelemahan dan selalu nampak sangat kuat. Tapi di dalam ia tidak sekuat itu. Ia pemberani karena mau menghadapi ketakutan masa lalunya. Ia berani kembali ke rumah yang menjadi tragedi keluarganya. Ia tahu akan terjadi sesuatu yang buruk tapi ia berani berusaha menghadapinya.</p><p class="MsoNormal">Mimpi buruk dan tindihan itu menurutku karena rasa takut Mun Yeong juga pada sesuatu dalam rumah itu. Keberadaan ibunya, meski tidak secara fisik. Masih penasaran dengan apa yang terjadi pada keluarganya, tapi aku yakin semua bermula dari ibunya. </p><p class="MsoNormal">Melihat karakter-karakter dalam drama ini sangat menyenangkan karena semua berbeda dengan ciri khas masing-masing, termasuk para pasiennya. Karakter yang kusukai juga adalah Dokter Oh. Dengan caranya yang unik, kurasa ia bisa membantu Sang Tae percaya padanya dan akhirnya menceritakan tentang kupu-kupu itu. Mudah-mudahan ya...</p><p class="MsoNormal">Salah satu lagi yang menarik adalah karakter Ju Ri. Karena menurutku ia seperti orang kebanyakan. Orang yang selalu tampil baik, namun sepertinya memendam banyak hal. Entah itu iri hati, cemburu, dan perasaan tidak suka. </p><p class="MsoNormal">Kwak Dong Yeon sebagai cameo keren bangeeeet. Ia berhasil memerankan Gi Do dengan sangat meyakinkan. Kita dikejutkan, dibuat merasa jengah, tapi sekaligus dibuat terenyuh dan kita akhirnya bersimpati padanya. Ia menjelaskan apa ayang membuatnya menjadi seperti itu. Membuatku kembali bertanya apakah ada latar belakang dari kepribadian Mun Yeong, seperti Gi Do? Atau memang dia dilahirkan seperti itu? </p><p class="MsoNormal"><br /></p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/07/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay.html[email protected] (Kdramatized)3
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-565156233458715006Thu, 25 Jun 2020 16:09:00 +00002020-06-25T23:10:41.951+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1KSfkhGg-ig/XvS0vUzTwII/AAAAAAADJPs/im8ciXwuynwSiL2UhqqYpHuBjVDmim-vQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00911.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-1KSfkhGg-ig/XvS0vUzTwII/AAAAAAADJPs/im8ciXwuynwSiL2UhqqYpHuBjVDmim-vQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00911.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal">Dalam ingatan masa kecilnya, Kang Tae kecil jatuh ke dalam kolam karena permukaan es yang pecah. Seorang perempuan melihatnya dan mulai mencabuti kelopak bunga sambil menimbang-nimbang, “Kutolong dia? Atau tidak? Kutolong? Atau tidak?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan kelopak bunga terakhir mengatakan tidak. Kang Tae kecil mulai tenggelam. Tapi tiba-tiba ia melihat sebuah kotak dilemparkan ke air. Ia meraih kotak itu untuk menyelamatkan diri. Anak perempuan itu yang menyelamatkannya. Dan anak perempuan itu langsung pergi begitu Kang Tae keluar dari air.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata mata wanita itu sama sekali tidak memancarkan kehangatan. Apa kau takut pada wanita itu, tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, sebaliknya. Aku menyukainya.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sejak diselamatkan, Kang Tae terus mengikuti anak perempuan itu. Menunggunya di gerbang sekolah, mengikutinya ke manapun ia pergi. Anak perempuan itu selalu sendirian.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong bertanya apa Kang Tae sedang mencoba mendekatinya dengan mengatakan kalau ia mengingatkannya pada anak perempuan dalam kenangan indahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku tidak pernah mengatakan itu kenangan yang indah,” jawab Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam kenangannya, anak perempuan itu merobek sayap kupu-kupu entah berapa banyak. Lalu bertanya apa Kang Tae masih menyukainya setelah melihatnya seperti itu. Ia berkata Mun Yeong terlalu cepat menyimpulkan. Kenangan itu tidak akan disebutnya kenangan indah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benarkah? Tapi apa kau tahu? Kenangan buruk lebih lama diingat,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-bC3RRU6GpvQ/XvS0-hsgiaI/AAAAAAADJP4/aan_g19hPYEgEBsH7J9WbaNQZHi9Ot9fwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00746.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-bC3RRU6GpvQ/XvS0-hsgiaI/AAAAAAADJP4/aan_g19hPYEgEBsH7J9WbaNQZHi9Ot9fwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00746.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee memarahi bawahannya, Seung Jae (Park Jin Joo), karena sudah membiarkan Mun Yeong dan Kang Tae bertemu. Bisa-bisa rencananya untuk menyogok Kang Tae berantakan. Seung Jae kesal sekali karena lagi-lagi ia yang disalahkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae urung menanti Direktur Lee. Ia berkata ia mengerti betapa sulitnya pekerjaannya tapi Direktur Lee tidak perlu berbuat sejauh itu untuknya. Sebaiknya Direktur Lee tidak menghubunginya lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi ternyata ia berpapasan dengan Direktur Lee di pintu keluar. Direktur Lee mencegahnya pergi dan mengulurkan sekotak minuman. Kang Tae menolak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau sudah mau pergi? Jangan lupa meminta tanda tangan Penulis Go,” kata Seung Jae. Bukankah tadi Kang Tae meminta tolong untuk mendapatkan tandatangannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menyindir jadi semua pembicaraan tentang matanya dan anak perempuan dalam kenangannya hanyalah untuk meminta tanda tangannya. Tidak mau harga dirinya hancur, Kang Tae menyangkal. Tapi Mun Yeong berkata ia akan memberi tandatangannya. Ia mengambil satu dari sekotak buku (buku berjudul Zombie Kid) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang dibawa Seung Jae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ini adalah buku terbaruku. Baru keluar dari percetakan. Nama?” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Mun Sang Tae...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee bertanya apakah Sang Tae keponakan Kang Tae. Kang Tae menjawab pelan kalau itu adalah kakaknya. Direktur Lee tertawa menenangkan kalau fans Mun Yeong terdiri dari semua umur dan kewarganegaraan. Setelah mendapat buku dari Mun Yeong, Kang Tae bergegas pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sampai jumpa lagi,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa tidak,” jawabnya singkat.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ysc6vGMegZ0/XvS1I-fWuZI/AAAAAAADJQM/Kx5CSOehGxEcYyuGu83y1iUH-sC3Z0ZOgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00749.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ysc6vGMegZ0/XvS1I-fWuZI/AAAAAAADJQM/Kx5CSOehGxEcYyuGu83y1iUH-sC3Z0ZOgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00749.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mengejar Kang Tae untuk memberikan sekotak minuman (alias uang sogokan). Kang Tae berkata itu terlalu banyak untuk dirinya. Direktur Lee menjawab Kang Tae boleh bagi-bagi kalau mau. Kang Tae mengiyakan lalu hendak menumpahkan isi kotak itu dari lantai dua. Bagi-bagi dengan orang-orang di lantai bawah. Tentu saja Direktur Lee mencegahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Hanya saja ia hampir terjatuh dari tangga saat melakukannya. Kang Tae mengulurkan tangannya untuk meraih pinggang Direktur Lee dan menariknya agar tidak jatuh. Awkward.....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengembalikan kotak itu pada Direktur Lee dan berkata ia tidak membutuhkannya, jadi ia meminta Direktur Lee tidak mengikutinya lagi. Setelah Kang Tae pergi, Direktur Lee berkata selama 10 tahun ia membereskan masalah Mun Yeong baru kali ini ada yang menolak. Orang yang aneh...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong memperhatikan Kang Tae yang berjalan pergi. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Indahnya....aku meginginkannya....” (Mun Yeong tiba-tiba jadi raksasa XD)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi tentu saja ia bukan raksasa betulan yang bisa memungut Kang Tae dan menjadikannya mainannya. Ia memanggil seung Jae dan menyuruhnya mencaritahu segala sesuatu mengenai Kang Tae. Dan ia mewanti-wanti agar Direktur Lee tidak sampai tahu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UrJJn2zh5Ro/XvS1RbKNtkI/AAAAAAADJQc/rRJNe020GTcZ0ik9OegI6OzXQJdHnYNiQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00765.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-UrJJn2zh5Ro/XvS1RbKNtkI/AAAAAAADJQc/rRJNe020GTcZ0ik9OegI6OzXQJdHnYNiQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00765.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae sedang makan siang bersama Jae Su. Kang Tae menelepon Jae Su untuk mengecek kabar kakaknya. Ia juga memberitahu kalau ia berhasil mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Begitu Sang Tae mendengarnya, ia langsung berhenti makan dan pergi. Jae Su buru-buru mengejarnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Di dalam bis, Kang Tae membaca pesan Mun Yeong yang dituliskan untuk kakaknya di buku tersebut:<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sang Tae oppa, kuharap kakak bisa datang ke acara peluncuran buku baruku. Kakak bisa mendapatkan tandatangan dan berfoto denganku. Kita akan bersenang-senang. Mun Yeong akan menunggumu. Kedip!” (Mun Yeong menuliskannya dengan bahasa aegyo)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ada apa dengan wanita ini, gumam Kang Tae kesal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia lalu menelepon Jae Su untuk meminta bantuannya menemani kakaknya ke acara itu. Ia beralasan ia akan sibuk mengurusi kepindahan mereka. Jae Su bersedia menemani Sang Tae. Kang Tae berterimakasih padanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi siapa favoritmu? Kak Sang Tae atau aku?” tanya Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Klik, Kang Tae langsung menutup telepon.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su tertawa geli dengan reaksi Kang Tae. Tapi senyumnya merekah lebar begitu melihat siapa yang menemuinya. Perawat Nam Ju Ri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu Sang Tae sibuk mencari pakaian yang tepat untuk dikenakannya ke acara tersebut. Ia ingin terlihat seperti mahasiswa Universitas Oxford. Ia sangat senang dan bersemangat sampai-sampai Kang Tae tak bisa menahan senyumnya. Ia membantu memilihkan pakaian untuk kakaknya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi ia kembali sedih ketika melihat kakaknya bingung bagaimana mengungkapkan ekspresi keren di depan cermin. Bagaimana caranya agar terlihat keren?<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nGah8P2Zqgo/XvS1Y5qQxcI/AAAAAAADJQs/BDBqEVIt6GggOKXTJQINeVa_nn5CZg3YgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00778.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-nGah8P2Zqgo/XvS1Y5qQxcI/AAAAAAADJQs/BDBqEVIt6GggOKXTJQINeVa_nn5CZg3YgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00778.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Jae Su berteman lama dengan Kang Tae. Ju Ri pernah bersekolah dengan Mun Yeong. Kang Tae mengenal Mun Yeong dari kecil. Ju Ri mengenal Jae Su. Kesimpulannya, mereka berasal dari kota yang sama. Dan tujuan Ju Ri menemui Jae Su adalah untuk mencaritahu kabar Kang Tae. Sepertinya ia memendam perasaan suka pada Kang Tae. Jae Su berkata Kang Tae baik-baik saja. Tak hentinya bekerja keras bagai mesin.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Buku terbaru Mun Yeong mendapat kritik keras karna ilustrasi gambar terlalu aneh dan buku lainnya juga dikritik karena terlalu kejam. Tapi Mun Yeong tidak bergeming dan tidak mau mengubah apa yang ada.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Salah satu bukunya yang berjudul The Ugly Dog’s Puppy akan dibuat menjadi film animasi di Amerika tapi mereka meminta agar tokoh utama diganti menjadi kucing. Mun Yeong tidak setuju. Jika mereka mengubahnya, ia akan membatalkan kontrak. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee berkata mereka akan rugi besar jika itu terjadi. Lebih baik rugi atau mati menderita, tanya Mun Yeong dingin. Direktur Lee langsung menurut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong meninggalkan rapat begitu saja setelah mewanti-wanti acara tandatangan buku besok tidak lebih dari satu jam. Lebih cepat lebih baik. Ia memberi isyarat pada Seung Jae kalau ia menunggu laporannya (mengenai Kang Tae). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Seung Jae bergidik. Setelah rapat ia mencoba menghubungi pamannya yang seorang polisi untuk mencari data Kang Tae. Tentu saja ia tidak mendapatkannya. Ia bertanya apa pamannya punya kenalan orang intelejen atau detektif swasta. Pamannya langsung menutup telepon.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Mq0KijSrD_U/XvS1xe6ZJtI/AAAAAAADJRQ/SSPQtYGxS3Ec21pWuF2Ui-jrSNhvg0oZACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00790.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Mq0KijSrD_U/XvS1xe6ZJtI/AAAAAAADJRQ/SSPQtYGxS3Ec21pWuF2Ui-jrSNhvg0oZACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00790.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri menemui Kang Tae di tempat kerja terakhirnya. Mereka duduk bersama di sebuah taman. Ju Ri bergeser mendekati Kaeng Tae tapi Kang Tae menjauh dengan alasan ia berkeringat. Ju Ri berkata ia diberitahu Jae Su di mana ia bisa menemui Kang Tae. Dan ia dengar mereka akan pindah kembali.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau bisa pindah kapanpun tanpa terikat pada suatu tempat. Aku iri. Apa kau sudah menemukan rumah sakit tempat kau bekerja berikutnya?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia yakin nanti akan menemukannya karena rumah sakit jiwa semkain banyak. Ju Ri menawarkan agar Kang Tae bekerja di rumah sakit tempatnya bekerja sekarang. Rumah Sakit OK. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Rumah sakit itu sedang mencari perawat berpengalaman dengan shift per delapan jam. Setiap bulan mendapat 10 hari cuti hingga bisa mengerjakan pekerjaan sambilan. Dengan sertifikasi seperti Kang Tae, ia akan bisa mendapat gaji lebih.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tertarik juga mendengarnya. Tapi ia langsung muram begitu tahu di mana rumah sakit itu berada. Di Kota Seongjin, kampung halaman mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berkata ia dengar Kang Tae juga pernah tinggal kota itu. Ah, ternyata mereka tidak bertemu saat kecil. Sepertinya bertemu waktu kuliah perawat? Ia berkata kota itu sudah berkembang dan tidak lagi memiliki image kota kecil. Bahkan baru-baru ini dibuka sebuah bioskop besar. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4YBb5Tz4UlA/XvS147Y6xeI/AAAAAAADJRo/7lHGsae-9yEvzkGf8RUQZbkZgP57GltcQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00792.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-4YBb5Tz4UlA/XvS147Y6xeI/AAAAAAADJRo/7lHGsae-9yEvzkGf8RUQZbkZgP57GltcQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00792.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae teringat peristiwa mengerikan yang terjadi di kota itu. Ibunya ditemukan tewas bersimbah darah di sebuah terowongan. Meninggalkan dirinya yang masih kecil bersama Sang Tae. Sang Tae sepertinya menjadi saksi kematian ibu mereka. Namun ia tidak mengatakan siapa pelakunya. Ia terus bergumam kalau ia melihat kupu-kupu yang melakukannya. Kupu-kupu membunuh ibu mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Di depan polisi pun Sang Tae terus berulang-ulang mengatakan kalau kupu-kupu yang melakukannya. Kang Tae tak tahan dan meneriaki kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Katakan apa yang kakak lihat! Laki-laki atau perempuan? Berapa umurnya? Seperti apa tampangnya? Apa kakak dengar suaranya!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kupu-kupu berkata ia akan membunuhku juga jika aku tidak menutup mulutku. Ia bilang akan mengejarku dan membunuhku!”kata Sang Tae ketakutan lalu menangis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Karena tersisa mereka berdua, Kang Tae akan dibawa ke panti asuhan dan Sang Tae di bawa ke pusat perawatan anak berkebutuhan khusus. Terancam akan dipisahkan, Kang Tae membuat keputusan besar saat itu. Ia mengajak kakaknya melarikan diri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ke tempat di mana kupu-kupu tidak bisa menemukan kita,” jawabnya saat Sang Tae bertanya ke mana mereka akan pergi. Tempat yang jauh...dan mereka pun meninggalkan kota itu.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QiAE8yM-gzE/XvS2CAE2QZI/AAAAAAADJR8/4s70xjFDdq8N-hdVa0V9S8HigwB0fZ_WQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00806.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-QiAE8yM-gzE/XvS2CAE2QZI/AAAAAAADJR8/4s70xjFDdq8N-hdVa0V9S8HigwB0fZ_WQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00806.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae mengantar Ju Ri ke terminal bis. Sebelum naik bis, Ju Ri berkata ada kamar kosong di rumahnya. Ia dan ibunya hanya menggunakan lantai 1. Jika Kang Tae akhirnya kembali ke Kota Seongjin, ia bisa tinggal di rumahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata ia tidak akan pindah ke sana. Berusaha menutupi kekecewaannya, Ju Ri bertanya apa alasannya. Apa karena di pinggiran kota? Kang Tae hanya membenarkan. Ju Ri mengangguk sambil tersenyum kecil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika berbincang dengan Jae Su tadi, Jae Su curhat kalau Kang Tae tidak pernah menjalin hubungan mendalam dengan orang lain karena toh pada akhirnya ia akan pergi. Tidak ada gunanya membangun hubungan yang hanya berlangsung 1 tahun. Ju Ri bertanya kalau begitu kenapa Kang Tae harus terus pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu semua.....karena kupu-kupu sialan itu!” kata Jae Su kesal. Lalu ia tertidur karena mabuk berat. Kupu-kupu? Tanya Ju Ri bingung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae mencari-cari lowongan pekerjaan untuk tujuan mereka selanjutnya. Karena penasaran ia mencaritahu tentang Rumah Sakit OK. Di rumah sakit itu ada dokter ahli PTSD (ahli menangani trauma), Dokter Oh Jin Wang (lah ahjusshi lagi-lagi jadi psikiater, lompat dari drama Find Me In Your Memory-kah?). Dalam sebuah artikel, Dokter Oh mengatakan seseorang harus menghadapi traumanya untuk bisa mengatasinya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-10WyurbbwKI/XvS2JV72diI/AAAAAAADJSM/ioVLn-G5tBw0BTzCbNg1HbuD0VIjq_qFQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00822.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-10WyurbbwKI/XvS2JV72diI/AAAAAAADJSM/ioVLn-G5tBw0BTzCbNg1HbuD0VIjq_qFQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00822.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae bersiap-siap untuk pergi ke acara Mun Yeong. Tapi Kang Tae tidak berhasil menghubungi Jae Su. Jae Su masih tidur karena mabuk semalam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Akibatnya, Kang Tae sendiri yang mengantar kakaknya ke acara tersebut. Sepanjang perjalanan, Sang Tae sangat gembira. Duh drama ini bagus banget sinematografinya^^ Ditambah dengan musik yang cocok menciptakan suasana seakan di film Disney. Kereeeeeeen...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Meski banyak kritik atas bukunya, fans Mun Yeong sangat banyak. Toko buku tempat acara itu penuh sesak oleh orang-orang yang antri hendak meminta tanda tangan. Merchandise nya juga laku keras.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan Sang Tae begitu bersemangat. Ia sampai hendak meraba baju bergambar Mun Yeong yang dikenakan orang lain. Untung ada Kang Tae yang menjaganya. Karena sepertinya Sang Tae tidak bisa fokus karena terlalu excited.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-A1kn9IWFNMM/XvTJBDV5c8I/AAAAAAADJTE/siyzJ82RD6IlSy1QlcJxVS5KjzaHv0YigCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00829.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-A1kn9IWFNMM/XvTJBDV5c8I/AAAAAAADJTE/siyzJ82RD6IlSy1QlcJxVS5KjzaHv0YigCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00829.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Untuk menghindari bertemu Mun Yeong, Kang Tae menyuruh kakaknya antri sementara ia menunggu di luar toko. Mereka akan langsung pulang setelah Sang Tae mendapatkan tandatangan. Sang Tae dengan cepat mengiyakan lalu berlari masuk ke toko buku. Mereka tertegun melihat panjangnya antrian. Dan Mun Yeong sempat melihat mereka. Ia tersenyum kecil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menghindari pandangannya dan meminta kakaknya tetap berada dalam antrian sementara ia pura-pura melihat buku lain. Mun Yeong tidak melepaskan pandangannya dari Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee melihat buku Pembunuhan Penyihir Dari Barat, karya almarhumah Do Hee Jae. Serial buku itu sepertinya masuk dalam kumpulan best seller. Seseorang menghampirinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sang Ibu adalah Ratu fiksi detektif. Sedangkan puterinya Ratu literatur anak-anak. Mereka luar biasa, bukan?” katanya pada Direktur Lee. Hmm....berarti Do Hee Jae adalah ibu Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Orang itu ternyata kritikus buku yang secara eksklusif mengulas dan mengkritik buku Mun Yeong. Ia berkata tujuh buku Mun Yeong masuk dalam 10 buku terbaik anak-anak. Apa kesuksesannya karena wajahnya yang cantik? Tentu saja karena bakatnya, kata Direktur Lee. Ia mengajak kritikus itu ke tempat lain untuk minum sesuatu yang manis (alias sogokan).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dan Mun Yeong melihat ketika mereka berdua pergi ke area lain dari toko itu.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OAsuWpwnB_o/XvTJNmR5UNI/AAAAAAADJTQ/Ejl_XfNbWI07-3Zldl1Gq6sB6S-Qi9LMACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00842.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-OAsuWpwnB_o/XvTJNmR5UNI/AAAAAAADJTQ/Ejl_XfNbWI07-3Zldl1Gq6sB6S-Qi9LMACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00842.png" width="320" /></a></div><o:p></o:p><p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su akhirnya terbangun. Ia sangat panik dan langsung menelepon Kang Tae. Kang Tae meminta Sang Tae menunggunya sementara ia menjawab telepon di luar toko. Iya, jawab Sang Tae sekilas. Pandangannya terarah pada satu benda.. Dinosaurus yang ikut antri.</p><p class="MsoNormal">Tentu saja bukan dinosaurus betulan, tapi Sang Tae berbeda dengan orang kebanyakan. Apalagi ia sangat suka dinosaurus. Lupa dengan tujuan awalnya ke tempat ini, ia langsung berjalan ke arah dinosaurus tersebut sambil mengoceh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Astaga...seekor stegosaurus. Stegosaurus betulan. Hai, stegosaurus,” ia menyapa dino itu sambil menyentuh ekornya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Orangtua anak berpakaian dinosaurus itu kaget melihat Sang Tae, yang berlaku tak biasa. Sang Tae terus mengoceh tentang keistimewaan stegosaurus. Kang Tae sibuk berbicara dengan Jae Su di telepon hingga tak tahu apa yang terjadi di dalam. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah si dino marah dan bertanya apa yang Sang Tae lakukan. Tapi Sang Tae malah mendekati dino itu dan hendak menyentuhnya. Ayah dino marah dan mendorong Sang Tae sekuat tenaga hingga Sang Tae terjatuh. Sang Tae tidak marah. Ia bangkit berdiri dan berkata ia memiliki boneka seperti dino itu. Ia menunjukkan boneka dino yang tergantung di tasnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Namanya Teary...”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LEFir939Tag/XvTJfpL0ZCI/AAAAAAADJTk/di5n2q67IvQcclxW9xPx2silKbw7EQPTQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00846.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-LEFir939Tag/XvTJfpL0ZCI/AAAAAAADJTk/di5n2q67IvQcclxW9xPx2silKbw7EQPTQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00846.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Tapi ayah dino tak mau dengar malah langsung menjambak rambut Sang Tae. Sang Tae berteriak kesakitan. Dan gejalanya kambuh. Ia panik sambil berteriak-teriak memukuli kepalanya. Semua orang menonton saja tak tahu harus berbuat apa. Bahkan mereka sibuk merekam apa yang terjadi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong juga melihat kejadian itu. Dan....ada ekspresi prihatin di sana? Kang Tae mendengar teriakan itu. Ia menghambur masuk ke dalam toko sambil membuka jaketnya. Lalu menutupi kepala kakaknya dengan jaket tersebut. Ia memeluk kakaknya erat-erat untuk menenangkannya sambil terus meminta maaf.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak, tidak apa-apa...maafkan aku...tidak apa-apa...maafkan aku....”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mereka menjadi tontonan seantero toko.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sebaiknya kubantu dia? Atau tidak? Bantu atau tidak?” timbang Mun Yeong dalam hati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Setelah Sang Tae agak tenang, Kang Tae bangkit berdiri dan menatap ayah dino dengan marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Oyyy!!!” panggil Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berjalan mendekati mereka dengan tatapan terarah pada Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau harus minta maaf,” ujarnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vgH3oPKWHdM/XvTJuASmSWI/AAAAAAADJT8/1XJpAHQxkjQ0eYZjKCMr7ZH4FoLt4xL7gCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00853.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-vgH3oPKWHdM/XvTJuASmSWI/AAAAAAADJT8/1XJpAHQxkjQ0eYZjKCMr7ZH4FoLt4xL7gCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00853.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> <p class="MsoNormal">Lalu ia menoleh pada ayah dino yang berkacak pinggang di sampingnya. “Kau...minta maaflah.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tentu saja ayah dino tidak terima. Kenapa ia harus minta maaf pada Sang Tae?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan padanya, tapi padaku. Kau benar-benar merusak acara tandatanganku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah dino protes kenapa itu salahnya. “Orang bodoh sialan ini yang....”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kata-katanya berubah menjadi teriakan kesakitan karena Mun Yeong tiba-tiba menjambak rambutnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Siapa yang tidak akan teriak kalau seseorang menjambaknya seperti ini?,” kata Mun Yeong tenang. “Lihat, kau juga berteriak.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu dino kali ini turun tangan. Ia menunjuk Sang Tae sebagai orang gila yang menganggu anaknya. Lalu mereka harus diam saja?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau seorang psikiater? Darimana kau tahu ia gila?” tanya Mun Yeong tajam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Si ibu mulai kehilangan kepercayaan diri. Dengan terbata ia berkata itu karena Sang Tae terus mengoceh tentang hal-hal tak masuk akal.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Dasar gila,” Mun Yeong tersenyum sinis. Semua orang terkejut karena umpatan Mun Yeong. Dan ibu itu tidak diterima dikatai seperti itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Yah, kau terus mengoceh hal tak masuk akal, jadi kukira kau gila,” Mun Yeong menjelaskan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan tempat itu langsung heboh. Mun Yeong tidak bergeming sama sekali. Ia tersenyum sambil menatap Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ajl03gmAsg8/XvTJ1mLbpXI/AAAAAAADJUI/Oq1eQY1CtBQDGjB2bM3lnNBjQTY_AJC2wCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00866.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-ajl03gmAsg8/XvTJ1mLbpXI/AAAAAAADJUI/Oq1eQY1CtBQDGjB2bM3lnNBjQTY_AJC2wCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00866.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae membiarkan Sang Tae menenangkan diri di sebuah ruangan seorang diri. Ia sendiri menunggu di luar bersama Mun Yeong. Setelah beberapa lama Mun Yeong bertanya apakah Kang Tae tidak akan mengecek keadaan kakaknya. Kang Tae berkata kakaknya akan membiarkan ia masuk setelah ia tenang. Biasanya setelah 1 jam, paling lama 1-2 hari.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong langsung bangkit berdiri hendak membuka pintu. Kang Tae memegang tangannya untuk menghentikannya. Memangnya aku harus menunggu semalaman di sini? Tanya Mun Yeong. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak, aku tidak pernah memintamu demikian. Jangan khawatir. Pergilah menyelesaikan keadaan,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Khawatir? Kenapa aku khawatir? Khawatir pada siapa?” ujar Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia berkata kepala belakang Sang Tae pasti sangat sensitif. Seperti detonator, yang akan meledak begitu ditekan. Lalu bagaimana saat potong rambut? Apa Sang Tae akan terus berteriak? Ia memeragakan Sang Tae sambil berteriak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyuruhnya berhenti mengolok kakaknya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sekarang kau menatapku,” kata Mun Yeong puas. Ia terus menatap Kang Tae. Kang Tae jadi salah tingkah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tiba-tiba Mun Yeong melepas topi Kang Tae dan mengacak-acak rambutnya sambil tertawa. Kang Tae kesal dan menepis tangan Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan pakai topi. Aku tidak bisa melihat wajah indahmu. Kenapa wajahmu jadi merah? Dahimu pasti bagian sensitifmu,” goda Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-EeraI6gkkSg/XvTJ-sQLTmI/AAAAAAADJUc/iV4OqO_LREcSzz29ORO9WBU3mjIfP5kXQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00881.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-EeraI6gkkSg/XvTJ-sQLTmI/AAAAAAADJUc/iV4OqO_LREcSzz29ORO9WBU3mjIfP5kXQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00881.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Seseorang berseru memanggil Mun Yeong. Si kritikus buku menghampiri sambil menenteng 2 kotak minuman. Mun Yeong terlihat tidak suka pada orang tersebut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee dan Seung Jae jadi sibuk karena masalah yang ditimbulkan Mun Yeong. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Seung Jae berkata Mun Yeong bertingkah setiap kali bertemu Kang Tae. Direktur Lee berkata Seung Jae harus memastikan mereka tidak bertemu. Lalu ia sibuk menjawab para reporter yang menanyakan insiden tadi. Ia berkata orang-orang pasti salah dengar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Si kritikus bertanya apakah Kang Tae kekasih Mun Yeong. Mun Yeong menyuruh kritikus itu pergi kalau sudah mendapat kotak minuman.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wah, kau benar-benar mirip ibumu sekarang. Ibumu bukan hanya penulis hebat, tapi juga sangat seksi,” ia memandang Mun Yeong dari atas ke bawah dengan pandangan kurang ajar. Ia berkata Mun Yeong banyak kemiripan dengan ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tidak tahan lagi dan mengangkat tangannya. Tapi Kang Tae dengan cepat memeganginya. Ia menyuruh kritikus itu pergi. Kritikus itu berkata sekarang semua terlihat baik-baik saja, tapi ia menyarankan agar Kang Tae berhati-hati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ibunya, yang seorang penulis terkenal, tiba-tiba meninggal tanpa peringatan apapun. Dan ayahnya, seorang arsitek sukses, tiba-tiba jadi gila dan dikurung di rumah sakit jiwa. Lalu menurutmu apa yang akan terjadi padamu? Kau tidak akan berakhir baik jika terlibat dengannya. Camkan itu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong hendak mengejar kritikus itu dan menepis tangan Kang Tae. Tapi Kang Tae menghentikannya dan melarangnya pergi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau suka padaku? Apa kau akan mengurusku? Kau bisa menanganinya? Siapa kau beraninya menghentikanku?” kata Mun Yeong marah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia melepaskan tangan Kang Tae lalu berjalan pergi. Kang Tae terdiam. Tak berapa lama kemudian ia berlari mencari Mun Yeong.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OfWX8uH6JIo/XvTKO8Wfs5I/AAAAAAADJU0/n9eFwmnBVmkVG999vJ4eweckmCdJu8LiACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00894.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-OfWX8uH6JIo/XvTKO8Wfs5I/AAAAAAADJU0/n9eFwmnBVmkVG999vJ4eweckmCdJu8LiACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00894.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menemui si kritikus yang sudah menunggunya. Ia berkata ia sudah lama membaca buku-buku Mun Yeong. Dan membaca buku seseorang bisa melihat bagaimana pikiran dan perasaan si penulis.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kalau begitu kurasa kau juga tahu apa yang akan kulakukan,” kata Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Si Kritikus mengancam akan menjatuhkan Mun Yeong dan Direktur Lee jika Mun Yeong melakukan sesuatu padanya. Itulah sebabnya ia dijuluki bom bunuh diri. Ia bisa menghancurkan karier Mun Yeong dengan ujung penanya saja. Apa yang akan terjadi jika orang-orang tahu kalau seorang penulis terkenal buku anak-anak ternyata memiliki kepribadian antisosial?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa yang kauinginkan?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kritikus itu kembali menatap Mun Yeong dengan pandangan kurang ajar dan berkata ia bosan dengan kotak-kotak minuman itu. Ia akan senang jika Mun Yeong menemaninya bersenang-senang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Itu mudah,” Mun Yeong menyentuh wajah kritikus itu lalu mengambil penanya yang ada di saku. Ia membuka pena itu lalu dengan cepat mengayunkannya tepat ke depan mata si kritikus.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku juga bisa menyerangmu dengan ujung penaku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Si kritikus terkejut dan kehilangan keseimbangan. Ia berusaha bertahan agar tidak jatuh. Kang Tae juga sudah menemukan mereka dari arah bawah tangga. Ia lari ke atas.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Si kritikus berhasil menyeimbangkan diri dan menarik nafas lega. Tapi Mun Yeong dengan tenang mendorong dahi orang itu. Orang itu menggelinding jatuh. Kang Tae terkejut melihat apa yang terjadi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-IUXxnCmnEHs/XvTKZ8_GTeI/AAAAAAADJVI/Thj0bcUtHzgGy7BT9kPSWAZg_66Zdx_fgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00900.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-IUXxnCmnEHs/XvTKZ8_GTeI/AAAAAAADJVI/Thj0bcUtHzgGy7BT9kPSWAZg_66Zdx_fgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00900.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Si kritikus pun dibawa ambulans. Ia berteriak-teriak memaki Mun Yeong (tanpa menyebutkan namanya, berarti masih takut). Mun Yeong mengomel seharusnya orang itu mati saja. Kenapa orang brengsek malah berumur panjang?</p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menghentikan langkah cepat Mun Yeong dan menyuruhnya tarik nafas panjang. Mun Yeong menurut meski asal-asalan. Kang Tae menyuruh Mun Yeong memejamkan mata lalu menyilangkan tangannya di dada seperti memeluk tubuh sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ketika kau tidak bisa mengendalikan dirimu, silangkan tanganmu seperti ini dan tepuk pundakmu bergantian seperti ini. Ini akan membantumu menenangkan diri. Ini adalah Metode Pelukan Kupu-kupu. Teknik penyembuhan diri yang direkomendasikan untuk pasien trauma.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan metode itu juga yang dilakukan Sang Tae untuk menenangkan dirinya sendiri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong malah memegang tangan Kang Tae. Ia berkata tidak menyenangkan jika Kang Tae berdiri di belakangnya. Ia meraih Kang Tae untuk mendekat dan menatapnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Trauma harus dihadapi seperti ini daripada berusaha menenangkannya dari belakang.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WWhLH1t1oXM/XvTKi3dGVQI/AAAAAAADJVc/KSgkXhnCRl01JnXARLUnEdeGUTVoPN8vgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00905.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-WWhLH1t1oXM/XvTKi3dGVQI/AAAAAAADJVc/KSgkXhnCRl01JnXARLUnEdeGUTVoPN8vgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00905.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sang Tae pelan-pelan membuka pintu. Tidak ada siapa-siapa di luar. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae meninggalkan Mun Yeong untuk menemui kakaknya. Mun Yeong menyuruh Kang Tae menunggunya karena kakinya sakit. Ia berteriak kesal karena Kang Tae mengacuhkannya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan membuatku marah. Aku akan meledak.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Karena itu aku mengajarimu metode pelukan kupu-kupu.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hal itu tidak berguna. Aku ingin kau menjadi pin pengamanku. Jaga aku agar aku tidak meledak.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengingatkan kalau Mun Yeong melarangnya ikut campur dan tidak berhak menghentikannya. Kau pendendam, gumam Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku memberimu hak sebagai pin pengaman Go Mun Yeong.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kenapa juga aku jadi pin pengaman?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata untuk apa ia melakukannya. Mun Yeong berakta Kang Tae adalah perawat yang memang tugasnya menjaga dan merawat pasien. Ia bersedia membayar banyak. Kang Tae berkata ada satu kalimat yang selalu mereka katakan pada pasien yang sembuh.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Semoga tidak bertemu lagi. Jadi kumohon, kita tidak usah bertemu lagi. Aku benar-benar ingin kau berhenti.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong tidak menyerah. Ia berkata ia buka pasien. Kata-kata itu hanya diucapkan pada pasien sementara ia baik-baik saja.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau benar. Kau berbeda dari pasien. Obat dan suntikan tidak bisa menyembuhkanmu. Kau hanya dilahirkan seperti itu. Jadi tidak ada cara untuk menyembuhkanmu. Menghindari orang sepertimu adalah yang terbaik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tidak menghindariku. Kau hanya melarikan diri karena kau takut. Kau pengecut,” Mun Yeong tersenyum kecil. Tapi sepertinya ia kecewa dengan kata-kata Kang Tae tadi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2Cwssw8dVXA/XvTKscZwLII/AAAAAAADJVw/iv747h2d048sI0l00tXqJxfEri1zkzLMQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00921.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-2Cwssw8dVXA/XvTKscZwLII/AAAAAAADJVw/iv747h2d048sI0l00tXqJxfEri1zkzLMQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00921.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kalimat terakhir mengingatkan Kang Tae pada anak perempuan yang merobek sayap kupu-kupu. Setelah melihat anak itu merobek sayap kupu-kupu, ia lari ketakutan. Dan anak perempuan itu bergumam,” Pengecut.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee memarahi Mun Yeong begitu bertemu dengannya. Apa yang akan mereka lakukan dengan begitu banyaknya saksi pada kejadian tadi? Tapi Mun Yeong tidak mempedulikannya seolah-olah ia tidak ada.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum lega melihat kakaknya sudah keluar dan menunggunya. Meski begitu Sang Tae masih sedikit marah. Ia tidak mau duduk dekat Kang Tae dan tidak mau melihatnya maupun berbicara. Kang Tae berkata hatinya akan sakit jika Sang Tae terus sedih. Ia bertanya apa Sang Tae sedih karena tidak bisa mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Sang Tae tak menjawab.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae pura-pura kesakitan. Sang Tae langsung panik. Ternyata Kang Tae mengeluarkan buku ensiklopedia dinosaurus yang sangat diinginkan Sang Tae. Sang Tae langsung gembira. Ia membuka buku itu dan membacanya tiada henti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae tersenyum senang melihat kakaknya bahagia. Ia bertanya siapa yang lebih disukai kakaknya, dirinya atau Mun Yeong. Tapi Sang Tae asyik membaca. Kang Tae teringat saat Mun Yeong mengacak rambutnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan pakai topi. Wajah indahmu tak terlihat.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia kembali memakai topinya lalu bersandar pada kakaknya yang terus membaca. Aww....ia juga membutuhkan tempat untuk bersandar...</p><p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-w2-XuMQxSF4/XvTK4MuDiJI/AAAAAAADJWM/iVCNMFLdutUGDLgPFJ2UdSh5t3WUVR6BQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00948.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-w2-XuMQxSF4/XvTK4MuDiJI/AAAAAAADJWM/iVCNMFLdutUGDLgPFJ2UdSh5t3WUVR6BQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00948.png" width="320" /></a></div><o:p></o:p><p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu ayah Mun Yeong dinaikkan ke ambulans untuk ditransfer ke rumah sakit lain untuk dioperasi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ju Ri ikut menemaninya.</p><p class="MsoNormal">Setelah turun dari bis dan berjalan ke rumah pun Sang Tae tidak mau menutup bukunya. Kang Tae khawatir kakaknya tertabrak karena hal itu pernah terjadi. Ia meminta kakaknya memberikan bukunya tapi Sang Tae menolak dan melarikan diri. Kang Tae jadi khawatir dan mengejarnya. Mereka berhenti ketika melihat Jae Su sudah menunggu di depan rumah. Jae Su mengangkat kedua tangannya dan berlutut, tanda ia bersedia dihukum karena kesalahannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata ia tidak mudah mabuk tapi anehnya ia begitu mudah mabuk jika minum bersama wanita. Kang Tae berkata sekarang waktunya bagi Jae Su untuk berhenti.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Berhenti mengikuti kami dengan menjalani kehidupan yang sulit. Kau seharunya menetap dan hidup dengan nyaman.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata terserah dirinya kapan ia harus berhenti. Kang Tae tidak berhak memutuskan apa yang seharusnya ia lakukan. Ia sendiri yang akan memutuskan kapan waktunya untuk berhenti. Ia bertanya kenapa Kang Tae hari ini sangat sentimentil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Wanita itu, Go Mun Yeong. Wanita gila itu melakukan sesuatu lagi, bukan?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menyangkal. Tapi Jae Su berkata penyangkalan Kang Tae selalu tidak sungguhan. Ia bertanya apa yang dilakukan Mun Yeong kali ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tea berkata selama ini ia pikir ia melarikan diri karena kakaknya. Karena kupu-kupu dan lainnya. Mengira mereka dikejar sesuatu yang bahkan tidak nyata karena kakaknya.Tapi hari ini, untuk pertama kalinya, ia tiba-tiba berpikir mungkin ia melarikan diri karena ia ingin melarikan diri. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tahu....ketika hidup terasa berat tak tertahankan lagi, jalan termudah adalah melarikan diri.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su menepuk punggung Kang Tae untuk menghiburnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PQhoR_h2EOE/XvTLC9tH01I/AAAAAAADJWc/cgEfPkyD10MPKnccAK4Qt81rzCPdOWb6ACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00953.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-PQhoR_h2EOE/XvTLC9tH01I/AAAAAAADJWc/cgEfPkyD10MPKnccAK4Qt81rzCPdOWb6ACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00953.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal"><br /></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae dan Kang Tae sedang berkemas. Kang Tae pelan-pelan bertanya pada kakaknya apakah kakaknya ingat tempat mereka tinggal dulu. Tempat mereka dulu tinggal bersama ibu mereka.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kota Seongjin, “ jawab Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa sebaiknya kita tinggal di sana?” tanya Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tidak ada jawaban. Kang Tae berkata jika kakaknya tidak mau.....<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku suka,” ujar Sang Tae. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terkejut dan bertanya apa kakaknya sungguh tidak apa-apa. Sang Tae berceloteh mengenai restoran favoritnya dulu di kota mereka. Kang Tae menghela nafas lega.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kakak benar-benar pemberani, aku seorang pengecut.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau seorang adik, karena itu kau penakut. Kau penakut karena kau seorang adik. Percayalah padaku. Aku adalah kakak, kau bisa mengandalkanku. Percayalah padaku. Kau bisa percaya padaku,” kata Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae terharu. Ia menelepon Ju Ri dan Ju Ri senang mendengar keputusan Kang Tae.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-NGhcmix9mqI/XvTLQM07goI/AAAAAAADJW4/Cg_ugmHkweQoh9gEqTc-TXBO93zt6frewCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00959.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-NGhcmix9mqI/XvTLQM07goI/AAAAAAADJW4/Cg_ugmHkweQoh9gEqTc-TXBO93zt6frewCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00959.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong akhirnya mendapat kiriman data Kang Tae dari Seung Jae. Ia melihat Kang Tae lahir di Kota Seongjin. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Pantas saja,” ujarnya. Ia teringat Kang Tae membicarakan anak perempuan yang matanya mirip dengannya. Sekarang ia yakin anak perempuan itu adalah dirinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kantor penerbitan Direktur Lee dilanda badai telepon berbagai media karena video Mun Yeong mengumpat telah beredar. Semua CCTV kota buku telah diamankan tapi ada video kejadian tersebut yang diunggal di forum lain emak-emak. Belum lagi orangtua dino curhat drama pada media saat diwawancarai. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee berpikir orangtua dino bisa diatasi dengan memberi kompensasi seperti biasa. Tapi video yang beredar bukan hanya satu. Ada video lain saat Mun Yeong menjadi guru tamu di sebuah kelas. Dan ia memanggil anak-anak itu dengan kata-kata kasar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee berusaha menenangkan diri dan berkata itu bukan masalah besar. Tapi para fans Mun Yeong marah. Mereka membakar merchandise Mun Yeong dan meminta nama Mun Yeong dicoret dari daftar calon penerima Hans Christian Andersen Award. Uang tidak bisa lagi menjadi jalan keluar kali ini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Puncaknya, sekelompok rakyat menuntut penghentian penjualan buku baru Mun Yeong karena cerita dan gambarnya dianggap tidak pantas untuk anak-anak. Direktur Lee tidak tahan lagi dan berteriak mencari Mun Yeong. Seorang staf berkata Mun Young sudah check out dari hotelnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Ah, baiklah. Kalau begitu aku juga check out dari hidupku.” Ia melepas sepatunya dan berlari ke atap sambil berteriak memanggil ibunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Para staf mengejar untuk mencegahnya. Seung Jae berteriak memanggilnya lalu berlutut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kurasa semua gara-gara aku. Sebenarnya aku mengirim pesan ini pada Penulis Go tadi pagi.” Ia menunjukkan ponselnya pada bosnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QLLUiHgV9to/XvTLZkwWlgI/AAAAAAADJXQ/0w92XIkJNuMAio17IsRexGnokduV4XOgwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00968.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-QLLUiHgV9to/XvTLZkwWlgI/AAAAAAADJXQ/0w92XIkJNuMAio17IsRexGnokduV4XOgwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00968.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae sudah mulai bekerja di Rumah Sakit OK. Ayah Mun Yeong sudah kembali ke rumah sakit itu paska operasi. Ju Ri tak hentinya tersenyum karena sekarang Kang Tae ada di dekatnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi ia tidak tahu kalau ada seseorang yang akan menemui mereka. Mun Yeong sedang menuju kota tersebut sambil bersenandung. Direktur Lee meneleponnya dan bertanya di mana ia sekarang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Apa kau tahu kisah The Red Shoes yang ditulis Hans Christian Andersen?” Mun Yeong balik bertanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Hujan turun di Kota Seongjin. Kang Tae dan perawat lainnya membantu para pasien masuk ke dalam. Tak lama Mun Yeong tiba di rumah sakit tersebut. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia bercerita mengenai gadis kecil yang mengenakan sepatu merahnya ke manapun ia pergi, bahkan ke gereja. Begitu mengenakan sepatu itu, kakinya akan menari dengan sendirinya. Dan ia tidak bisa berhenti maupun melepaskan sepatu tersebut. Meski begitu, gadis itu tidak pernah menyerah mengenakan sepatu merah itu. Akhirnya, algojo memotong kedua kakinya. Tapi kedua kaki yang telah dipotong tetap menari dalam sepatu merah itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang gelap karena listrik padam di daerah lobi dan resepsionis. Di luar guruh dan petir terus menyambar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Beberapa hal tidak bisa dilepaskan meski kau berusaha sekuat tenaga...”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berada di lobi. Ia melihat sosok Mun Yeong berjalan mendekatinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Karena itu obsesi adalah mulia dan indah... Aku akhirnya menemukan sepatu merahku.”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong terus berjalan di dalam sepatu merahnya, menghampiri Kang Tae. Kang Tae bingung mengapa Mun Yeong ada di sini.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Menurutmu kenapa? Aku datang karena aku merindukanmu.’<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-069-ukL1ktg/XvTLjhDCQ1I/AAAAAAADJXk/PtpLUWlk48EPoPKFMtZzk6Cue8IKOfgEgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00979.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-069-ukL1ktg/XvTLjhDCQ1I/AAAAAAADJXk/PtpLUWlk48EPoPKFMtZzk6Cue8IKOfgEgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00979.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal">Jadi sudah jelas Kang Tae dan Mun Yeong adalah tokoh animasi episode 1. Bedanya, Mun Yeong bukan tidak sengaja menyelamatkan Kang Tae, tapi ia memang memutuskan untuk menyelamatkannya. Meski kelopak bunga menyatakan tidak, ia tetap menolong. Sama seperti di toko buku. Ia sendiri yang memutuskan untuk turun tangan. Jadi Mun Yeong tidak bisa dikatakan tidak memiliki perasaan. Hanya caranya yang tidak bisa dipahami oleh orang kebanyakan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Suka banget dengan adegan di toko buku. Memang Mun Yeong berbicara seenaknya, tapi tepat sasaran hingga tak ada yang bisa membantahnya. Malah membuat risih orang-orang karena tiba-tiba berbalik mereka yang menjadi orang jahatnya. Mereka yang membully dan membiarkan Sang Tae diperlakukan demikian. Tapi mereka tidak mau tahu apa penyebab Mun Yeong berperilaku demikian. Dan parahnya itu yang terjadi pada dunia kita....terutama dunia maya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ketika satu peristiwa terjadi, tanpa tahu alasan dan asal usulnya kita bisa ikut berkomentar. Mudah sekali berkomentar di dunia maya karena kita seringkali tidak perlu mempertanggungjawabkan perkataan kita. Cukup berlindung di balik nama alias. Bahkan ketika terbukti kalau tuduhan itu salah, kita tidak merasa perlu minta maaf. Akhirnya hati nurani kita tumpul....semakin lupa kalau kita semua sama manusia...semakin sulit mengakui kalau kita salah...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi di sisi lain, apakah orangtua dino berhak takut pada Sang Tae? Jika hal seperti itu terjadi pada keluarga kita, apa yang akan kita lakukan? Mungkin secara insting kita juga akan melindungi anak kita karena kita tidak mau didekati orang asing yang “aneh”. Tapi perlakuannya mendorong dan menjambak Sang Tae tidak bisa dibenarkan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Bahkan setelah Kang Tae muncul dan menenangkan kakaknya, mereka sama sekali tidak meminta maaf maupun menjelaskan perbuatan mereka. Mereka merasa perlakuan mereka pada Sang Tae benar. Dan memang itulah tujuan drama ini dibuat.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dalam konpresnya, Sutradara Park Shin Woo mengatakan drama ini seperti sebuah pesan permohonan maaf. Banyak adegan di mana kita melihat satu karakter dan langsung menilainya. Namun akhirnya mereka menyesal karena sudah salah menilai. Oh Jung Se pemeran Sang Tae juga mengatakan kalau drama ini berbeda karena penonton diperhadapkan pada berbagai pertanyaan saat melihat sebuah karakter dalam drama ini. Dapatkah kita menerima orang tersebut? Dapatkah kita berempati padanya?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Dan itulah yang terjadi saat aku melihat adegan di toko buku. Di satu sisi aku kesal pada orangtua dino dan berpikir aku tidak akan melakukan hal yang sama. Tapi di sisi lain, jika itu benar terjadi dapatkah aku berlaku dengan benar dan memperlakukan Sang Tae dengan semestinya? Kurasa drama ini seperti ini selain mengingatkan kita juga bisa sedikit mengedukasi kita bagaimana kita bersikap. Mungkin tidak ekstrim sampai memeluknya, minimal berbicara dengan baik dan bersikap sopan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ibu Kang Tae dan Sang Tae meninggal secara misterius. Sepertinya dibunuh, tapi Sang Tae berkata pembunuhnya adalah kupu-kupu. Ingat kupu-kupu langsung ingat Mun Yeong. Tapi tidak mungkin kan Mun Yeong pelakunya karena ia masih kecil ketika peristiwa itu terjadi. Ibu Mun Yeong juga sudah meninggal (meski belum terlalu jelas karena Ju Ri sempat mengatakan ibu Mun Yeong masih hidup, atau memang Ju Ri tidak tahu karena mereka sudah lama berpisah). Dan apa penyebab ayah Mun Yeong jadi demikian. Sesudah kematian ibu Mun Yeong atau setelah ia hendak membunuh Mun Yeong? Apa penyebab kematian ibu Mun Yeong?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Begitu nama Hans Christian Andersen disebut, aku langsung teringat kalau dongeng-dongeng jaman dulu tidak selalu happy ending seperti dongeng yang digambarkan Disney. Aku teringat kisah <a href="https://www.kdramatized.com/2010/12/little-mermaid.html">The Little Mermaid </a>saat membuat sinopsis Secret Garden 10 tahun lalu (jejeng....langsung berasa tuir XD). Dongeng aslinya tidak berakhir happy seperti versi Disney. Dan begitu juga kisah The Red Shoes ini...juga sepertinya dongeng2 Mun Yeong. Tapi dalam dongeng yang terpenting adalah pesan yang kita bisa ambil, bukan? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sama seperti drama....aku suka drama-drama yang mengandung pesan yang baik meski menggelitik. Seperti drama ini...</p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/06/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay_25.html[email protected] (Kdramatized)0
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-2692053755252850160Tue, 23 Jun 2020 10:54:00 +00002020-06-23T17:54:51.400+07:00it's okay to not be okaySinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 1<blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: left;"><div class="separator"><p class="MsoNormal" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" height="183" src="https://1.bp.blogspot.com/-LMXx__7ucNg/XvHanAOVdPI/AAAAAAADJIs/OO_pD8AJ8JQHMWRGzUf8RkNi5O2bOziIwCK4BGAsYHg/w320-h183/vlcsnap-00502.png" width="320" /></p></div></blockquote></blockquote></blockquote><p class="MsoNormal" style="text-align: left;">Kisah ini dimulai dengan animasi apik mengenai seorang anak perempuan yang tinggal di kastil megah di dalam hutan. Ia selalu sendirian. Karena bosan dan kesepian, ia meninggalkan kastil untuk mencari teman. Ia membawa berbagai macam hadiah menakjubkan, tapi anak-anak lain malah lari ketakutan saat melhat hadiah tersebut. Ya iyalah bawanya burung mati, bukan ayam goreng :p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Awalnya ia tidak mengerti kenapa tidak ada orang yang mau menerimanya. Tapi akhirnya ia tahu. Orang-orang menyebutnya monster pembawa kematian. Ia sangat marah pada semua orang di dunia dan perlu melampiaskannya. Dalam animasi itu ia pergi memancing ikan hanya untuk menginjak-injak para ikan malang itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi tanpa sengaja ia memancing seorang anak laki-laki. Sejak itu bayangan gelap yang selalu mengikutinya tiba-tiba menghilang. Anak laki-laki itu selalu mengikutinya ke manapun ia pergi. Hingga pada suatu hari gadis itu bertanya apakah anak laki-laki itu akan selalu berada di sisinya. Tentu saja, kata anak itu. Ia tidak akan pernah melarikan diri.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Meski setelah melihat ini?” tanya anak perempuan itu sambil merobek sayap kupu-kupu dengan tangannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Anak laki-laki itu terkejut melihat begitu banyak kupu-kupu tergeletak tak berdaya di tanah karena semua sayapnya sudah dipatahkan. Anak laki-laki itu melarikan diri ketakutan. Anak perempuan itu kembali sendiri dan bayangan kematian kembali padanya dan berbisik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak seorang pun akan berada di sisimu karena kau seorang monster. Jangan pernah lupakan itu, apa kau mengerti?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Ya, Ibu,” jawab anak perempuan itu.<o:p></o:p></p><div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-mYJBA4xEglg/XvHaR0h4hEI/AAAAAAADJIY/pq9zObcJjK09KA9vbNQEts2qibJF5WHbwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00501.png" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" height="183" src="https://1.bp.blogspot.com/-mYJBA4xEglg/XvHaR0h4hEI/AAAAAAADJIY/pq9zObcJjK09KA9vbNQEts2qibJF5WHbwCK4BGAsYHg/w320-h183/vlcsnap-00501.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal">Mun Sang Tae (Oh Jung Se) dikeluarkan dari sekolah keterampilan karena membuat keributan. Adiknya, Mun Kang Tae (Kim Soo Hyun), dipanggil kepasa sekolah dan dimarahi. Mun Sang Tae dikeluarkan dari sekolah karena dianggap merepotkan dan membahayakan. Seharusnya Sanga Tae di bawa ke sekolah berkebutuhan khusus, bukan ke sekolah umum seperti itu. Kang Tae hanya diam tanpa ekspresi.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Sang Tae bisa merasakan adiknya sedang marah. Karena itu ia hanya diam tak berani melihat pada adiknya ketika adiknya membereskan semua barang-barangnya. Kang Tae melihat kakaknya dan tersenyum lembut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kak? Apa kakak tidak lapar?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kakaknya terus diam sepanjang perjalanan. Kang Tae berusaha menghibur kakaknya kalau mereka juga tidak lama lagi akan pindah kota dan ia akan menemukan sekolah yang lebih baik. Sang Tae akhirnya mau menjawab dengan mengoceh tentang makanan kesukaannya. Yup, Sang Tae seorang yang spesial. Ia seorang penderita ASD (Austism Spectrum Disorder).<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eWOicV7XXrU/XvHbrznsSMI/AAAAAAADJJg/yFRNblvr8-8OTrMmOuswbUbjnXnzZmHuQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00512.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-eWOicV7XXrU/XvHbrznsSMI/AAAAAAADJJg/yFRNblvr8-8OTrMmOuswbUbjnXnzZmHuQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00512.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Penulis buku populer anak-anak, Go Mun Yeong (Seo Ye Ji) sedang makan siang di sebuah restoran. Ia makan sendirian dan terlihat menikmati kesendiriannya itu. Seorang ibu dan anaknya menyapanya karena anaknya penggemar buku Mun Yeong dan ingin meminta tanda tangan. Meski sebenarnya merasa terganggu, Mun Yeong memberikan tanda tangannya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi ketika anak itu berkata Mun Yeong sangat cantik seperti puteri di negeri dongeng, Mun Yeong terdiam. Anak itu berkata Mun Yeong puteri karena cantik, sama sepeti dirinya yang juga dipanggil puteri oleh ibunya. Mun Yeong menawarkan agar mereka berfoto.</p> <p class="MsoNormal">Ia memangku anak itu untuk difoto, lalu berbisik.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau bukan benar-benar penggemarku, bukan? Dalam semua dongengku, yang cantik selalu si penyihir. Siapa yang memberitahumu kalau semua puteri cantik dan baik? Ibumu? Jika kau ingin secantik itu, katakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ini pada ibumu: Ibu, aku ingin menjadi penyihir yang cantik.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Anak itu langsung meronta sambil menangis ketakutan, lari meninggalkan Mun Yeong.</p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee, direktur perusahaan penerbit yang menerbitkan buku Mun Yeong, menemui Mun Yeong dan menyarankan agar Mun Yeong mengganti penampilannya (gaun hitam) dengan yang lebih cerah karena Mun Yeong hari ini dijadwalkan utnuk membacakan dongengnya di bangsal anak-anak.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi Mun Yeong malah mengalihkan perhatian dengan berkata ia sangat suka makan di restoran ini karena pisaunya sangat tajam. Ia mengiris jarinya sedikit sampai berdarah,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lalu memasukkan pisau daging ke dalam tasnya dan pergi. Direktur Lee sudah terbiasa dengan tingkah Mun Yeong. Ia cepat-cepat memberi uang pada pelayan restoran untuk mengganti pisau tersebut.<o:p></o:p></p><div style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hZr-xJHpca8/XvHb9khZBWI/AAAAAAADJJ8/s-Xn6iFT3wc4MX1LUi1FzBvwSkceOWEawCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00515.png" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-hZr-xJHpca8/XvHb9khZBWI/AAAAAAADJJ8/s-Xn6iFT3wc4MX1LUi1FzBvwSkceOWEawCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00515.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae adalah seorang perawat di rumah sakit. Ia yang bertugas menangani ketika ada<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pasien yang membuat masalah. Misalnya pasien yang tak henti-hentinya makan karena merasa kosong setelah ditinggal selingkuh suaminya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pasien itu mengira Kang Tae suaminya. Awalnya memeluknya, lalu memuntahinya. Kang Tae berusaha tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Tapi pasien itu malah menampar Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan tersenyum padaku. Memuakkan,” kata pasien itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Hari ini bangsal mereka mendapat pasien baru. Seorang pria yang berusaha bunuh diri dengan meminum obat overdosis bersama puterinya yang masih kecil. Pria itu ingin membunuh puterinya lalu bunuh diri, tapi mereka dapat diselamatkan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pria itu terus berontak hingga harus diikat ke tempat tidur. Ia terus berteriak mencari puterinya, Go Eun. Go Eun saat ini sedang dikonseling di bagian psikologi anak. Anak itu hanya diam tak menjawab saat psikolog bertanya apa yang ia pikirkan.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kjOU4keZXhg/XvHcrTpSmVI/AAAAAAADJKY/WsQM9U-_6e42mtiuQ59nFficYPv5UUkQACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00522.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-kjOU4keZXhg/XvHcrTpSmVI/AAAAAAADJKY/WsQM9U-_6e42mtiuQ59nFficYPv5UUkQACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00522.png" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal">Direktur Lee ketahuan mendapat telepon dari Rumah Sakit Jiwa OK oleh Mun Yeong. Padahal jelas sekali ia tidak ingin, bahkan takut, kalau Mun Yeong sampai tahu ia dikontak oleh rumah sakit tersebut. Mun Yeong menyuruh Direktur Lee mengangkat telepon itu dan menyalakan speaker.</p> <p class="MsoNormal">Perawat Nam Ju Ri memberitahu kalau pasien Go Dae Hwan harus dioperasi dan membutuhkan ijin dari wali atau keluarga. Ia terdengar kesal karena teleponnya tidak pernah diangkat. Itu sama saja dengan membunuh pasien.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Go Dae Hwan...sudah mati bagiku. Kenapa kau terus berusaha membangkitkannya? Apa kau Yesus?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri terkejut mendengar respon Mun Yeong. Mung Yeong menantang Ju Ri untuk datang menemuinya langsung jika begitu putus asa. Kepala Perawat Park berkata Go Dae Hwan adalah pasien terlama mereka. Walinya tidak pernah satu kali pun menjenguk atau menelepon, artinya ia telah dibuang. Ia menyarankan agar Ju Ri mendatangi wali itu langsung untuk menyelamatkan pasien. Ju Ri bersedia asal ia diberi waktu libur 2 hari.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Go Dae Hwan adalah seorang pasien demensia. Ju Ri memberitahunya kalau puterinya, Mun Yeong, tidak bisa menjenguknya. Bukannya sedih, Go Dae Hwan malah berteriak ketakutam. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tidak!!! Tidak!! Jika ia datang....mati!!”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_8ODHmWvwm4/XvHc7XEiyNI/AAAAAAADJKw/ZupSc-LV48sUoz95MWlefi1HXBydlw6WwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00532.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-_8ODHmWvwm4/XvHc7XEiyNI/AAAAAAADJKw/ZupSc-LV48sUoz95MWlefi1HXBydlw6WwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00532.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae menelepon kakaknya yang sendirian di rumah. Sang Tae sedang asyik menggambar sambil mengoceh percakapan acara kartun yang sudah sangat dihafalnya bahkan tanpa perlu melihatnya. Kang Tae tahu kakaknya lagi-lagi menggambar di buku wanita itu. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Bukan wanita itu, tapi penulis Go Mun Yeong,” protes Sang Tae. Rupanya ia penggemar berat buku-buku Mun Yeong dan memiiliki semua koleksinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Karena itu ketika Kang Tae memberitahu kalau Mun Yeong akan datang ke rumah sakit tempatnya bekerja untuk membacakan dongeng, Sang Tae langsung melompat bangun dan bersiap hendak pergi ke rumah sakit itu.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berusaha agar kakaknya tidak pergi tapi Sang Tae tidak mau mendengar. Mun Sang Tae!! Bentak Kang Tae. Sang Tae terdiam. Kang Tae menyuruhnya menarik nafas 3 kali dan menurut padanya. Ia berkata meski kakaknya pergi sekarang, tidak akan sempat sampai tepat waktu. Dan lagi acara itu hanya untuk anak-anak. Ia berjanji akan berusaha mendapatkan tanda tangan Mun Yeong. Bukankah tanda tangan lebih tersimpan lama daripada perjumpaan sesaat? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sang Tae menurut.</p> <p class="MsoNormal">Kang Tae<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melihat seorang pengunjung rumah sakit dengan tenangnya merokok di depan tanda dilarang merokok, sambil mencabuti kelopak bunga satu per satu. Siapa lagi kalau bukan si nyentrik Mun Yeong. Ia tidak peduli meski orang-orang melihat padanya dan membicarakan tingkahnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menegurnya agar memadamkan rokoknya tapi Mun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yeong tidak peduli dan berkata ia baru saja menyalakannya. Tapi ketika ia berhadapan dengan Kang Tae ia terdiam (karena ketampanannya mungkin ;D). Ia bertanya apa Kang Tae percaya pada takdir.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jika seseorang muncul ketika ia memerlukannya, maka itu disebut takdir.” <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong memasukkan rokoknya ke sisa kopi Kang Tae untuk memadamkannya. Lalu berjalan pergi. Kang Tae kesal dan pergi.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-j7VTHIn4jvc/XvHdOmAUCBI/AAAAAAADJLQ/EFkz_bFxaSgufBzKLnoqRQgS0RR5TQ5mACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00549.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-j7VTHIn4jvc/XvHdOmAUCBI/AAAAAAADJLQ/EFkz_bFxaSgufBzKLnoqRQgS0RR5TQ5mACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00549.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong membacakan dongengnya di aula rumah sakit. Go Eun juga ikut mendengar dengan seksama. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Sementara itu ayah Go Eun berhasil melepaskan diri dan sekarang berusaha mencari puterinya di seluruh penjuru rumah sakit. Kang Tae mendengar kabar tersebut dan berlakri mencari ayah Go Eun. Ayah Go Eun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masuk ke aula dan membuat kericuhan hingga acara pembacaan dongeng terpaksa dihentikan. Dan Mun Yeong terlihat sangat tidak senang karena ia belum selesai. Ia memprotes pihak rumah sakit dan memaksa mereka membawa anak-anak kembali masuk ke aula, tapi matanya melihat ayah Go Eun menarik Go Eun ke belakang panggung.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Go Eun ketakutan melihat ayahnya. Ayahnya berkata kalau mereka tertangkap mereka akan dipisahkan. Ia akan masuk rumah sakit jiwa dan Go Eun akan masuk panti asuhan. Go Eun menangis berkata ia tidak mau mati, ia ingin hidup.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah ayah bilang, anak-anak tidak bisa hidup sendirian. Jika kita harus dipisahkan, lebih baik kiita mati bersama. Itu lebih baik.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-tsREBvI3ULs/XvHdYEGroFI/AAAAAAADJLg/fGlaVnXQJZghcPFMwBeQ6U5Ml2ina5ciwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00560.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-tsREBvI3ULs/XvHdYEGroFI/AAAAAAADJLg/fGlaVnXQJZghcPFMwBeQ6U5Ml2ina5ciwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00560.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Mun Yeong yang sejak tadi mendengar percakapan mereka, mengumpat pelan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Benar-benar omong kosong. Kau adalah manusia tak berguna pertama yang kutemui setelah begitu lama.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Go eun terkejut dan berusaha mengancam Mun Yeong. Tapi Mun Yeong dengan tenang bertanya apa ayah Go Eun pernah membunuh orang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kaupikir kau tidak bisa melanjutkan hidupmu tapi tidak punya keberanian untuk mati sendiri. Karena itu kau membujuk anak ini untuk menjalaninya lebih dulu. Jangan jadi pecundang. Ambil saja nyawamu sendiri.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Go Eun menyerang Mun Yeong tapi Mun Yeong memukulnya dengan tasnya. Pisau di dalam tas terlempar keluar. Ayah Go Eun hendak mengambil pisau itu tapi Mun Yeong menginjak tangannya dan menendang pisau itu. Ayah Go Eun menerjang dan mencekik Mun Yeong.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_CxMHYzjdFI/XvHdw-vKqlI/AAAAAAADJMM/cj-RIJrT4SUm7UmEpo5iA4XjR5FJnDNrQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00569.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-_CxMHYzjdFI/XvHdw-vKqlI/AAAAAAADJMM/cj-RIJrT4SUm7UmEpo5iA4XjR5FJnDNrQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00569.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Go Eun ketakutan dan berlari keluar dari belakang aula. Untunglah ia berpapasan dengan Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Siapa kau berani-beraninya ikut campur!” Teriak ayah Go Eun, ”Dia anakku! Aku bisa membunuhnya jika aku mau. Aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan padanya!”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong malah menentangnya untuk mencekiknya lebih kuat. Ayah Go Eun makin marah dan mengetatkan cekikannya. Pada saat itu Mun Yeong teringat pada masa kecilnya. Ayahnya juga pernah hendak membunuhnya dengan mencekiknya. Mun Yeong sampai mencakar tangan ayahnya karena kesakitan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae menerjang ayah Go Eun. Mereka sempat berkelahi hingga Kang Tae akhirnya bisa mengikatnya.Mun Yeong berjalan mendekati mereka lalu mengayunkan pisaunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Darah menetes dari tangan Kang Tae yang menangkap pisau tersebut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jadi ini bukan takdir. Aku akan menghargai kalau kau tidak ikut campur. Dia bukan pasien. Dia adalah cacing.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ayah Go Eun berkata Mun Yeong adalah orang gila. Ia lari sambil berkata ia hampir saja mati karena Mun Yeong. Lah...bukannya memang dia pengen mati ya? Para perawat langsung menangkapnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae membungkus pisau dengan kain. Mun Yeong bertanya memangnya pisau itu terluka hingga perlu dibalut. Anggap saja ia tadi membela diri. Ia hanya ingin menggores ayah Go Eun seidkit dengan pisau tapi Kang Tae bereaksi berlebihan. Ia lalu membalut tangan Kang Tae dengan kain yang tadi membalut pisaunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau tahu? Di dunia ini ada orang-orang yang pantas mati. Tapi beberapa orang gila yang pengertian, diam-diam membunuh mereka. Karena itu rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa bisa tidur tenang di malam hari tanpa tahu apa-apa. Menurutmu aku yang mana?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau orang gila yang tidak tahu apa-apa,” jawab Kang Tae. Mun Yeong tertawa kecil.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8hXuvWVxruw/XvHdpUGMKOI/AAAAAAADJL8/mDMRbknENTw5LJRG_GxsUD_DXJQkAiCJwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00582.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-8hXuvWVxruw/XvHdpUGMKOI/AAAAAAADJL8/mDMRbknENTw5LJRG_GxsUD_DXJQkAiCJwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00582.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Direktur Lee khawatir korban pisau Mun Yeong akan menyebarkan berita mengenai kelakuan Mun Yeong. Seperti biasa ia akan menyogok korban.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Di sisi lain, pihak rumah sakit kesulitan karena pasien berbahaya lepas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan mengacaukan cara. Para wali pasien protes dengan kejadian tersebut. Mereka membutuhkan orang untuk disalahkan. Perawat yang bersalah karena melonggarkan ikatan ayah Go Eun adalah seorang perawat pemula. Sedangkan Kang Tae sudah berpindah-pindah rumah sakit selama 10 tahun terakhir. Total 15 rumah sakit. Ia tahu Kang Tae juga tidak lama lagi akan meninggalkan mereka. Dengan kata lain, mereka membuat Kang Tae menjadi kambing hitam insiden tersebut dan memecatnya. Kang Tae menerima tanpa protes.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Untunglah ada Jae Su, sahabatnya, yang selalu siap menemani dan menghiburnya. Meski akhirnya mereka harus mendorong motor Jae Su sampai ke rumah.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Qjgv0yi8P00/XvHd8BE_d2I/AAAAAAADJMg/fbTir5Y0lpAp5-ayTIKDyofbLvB2AFeSACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00602.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-Qjgv0yi8P00/XvHd8BE_d2I/AAAAAAADJMg/fbTir5Y0lpAp5-ayTIKDyofbLvB2AFeSACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00602.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Ju Ri benar-benar menemui Mun Yeong. Ternyata mereka berdua saling mengenal. Hampir 20 tahun mereka tidak bertemu sejak Mun Yeong pindah sekolah. Ju Ri menyerahkan surat persetujuan wali untuk ditandatangani. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Kau jauh-jauh datang ke sini hanya untuk meminta tandatanganku di kertas bodoh ini? Kau memang sangat bertanggungjawab atau kau hanya berbuat baik?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri menjelaskan rumah sakit tempatnya bekerja adalah rumah sakit jiwa sedangkan operasi ayah Mun Yeong dilakukan di rumah sakit lain.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Sudah kubilang ayahku sudah mati. Kau tahu kan aku adalah yatim piatu...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Tapi ibumu masih hidup...”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Aku sudah lama mendaftarkan kematiannya. Apa kau tahu apa yang menarik? Jiwa ayahku sudah mati, tapi fisiknya hidup seperti zombie. Sedangkan ibuku, mati secara fisik bertahun-tahun lalu...tapi jiwanya masih hidup. Jadi siapa yang masih hidup di antara mereka berdua? Kau kan perawat, beritahu aku.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ju Ri berusaha membicarakan kondisi ayah Mun Yeong yang akan semakin parah jika tidak dioperasi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Hei, orang-orang akan berpikir kau adalah puterinya. Ah, kenapa kita tidak melakukan ini. Kau boleh jadi puteri Go Dae Hwan dan aku jadi puteri ibumu. Aku akan tandatangan jika kau setuju. Bagaimana?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Pertemuan dengan Mun Yeong sangat melelahkan bagi Ju Ri. Tapi ia berhasil mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Apakah itu artinya menyetujui perkataan Mun Yeong? Ia bertanya apakah sesekali ia perlu menemui ibu Ju Ri untuk makan karena masakan ibu Ju Ri enak. Ju Ri hanya diam.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong menggoda kalau Ju Ri sampai sekarang tidak bisa mengerti gurauannya. Ju Ri baru bisa menumpahkan kekesalannya saat ia sendirian.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-xtTkFLTtQGQ/XvHeG8NFr3I/AAAAAAADJM0/ctLNfMcp5ykWkLhwHb1aRZpqXDlPxpBhgCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00616.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-xtTkFLTtQGQ/XvHeG8NFr3I/AAAAAAADJM0/ctLNfMcp5ykWkLhwHb1aRZpqXDlPxpBhgCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00616.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Kang Tae menceritakan apa yang terjadi pada Jae Su. Jae Su berpendapat Mun Yeong tidak waras. Tapi Kang Tae berkata Mun Yeong memang dilahirkan seperti itu. Jae Su protes karena Kang Tae menerima dipecat begitu saja. Kang Tae mengaku pasti enak rasanya kalau bisa mengamuk melampiaskan kemarahannya, tapi dengan begitu ia tidak akan mendapat uang pensiun.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Sun berkata Sang Tae dikeluarkan dari sekolah, Kang Tae dipecat, dan sudah waktunya juga baginya untuk berhenti. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Inilah saatnya, ketika angin malam terasa hangat. Kurasa kupu-kupu akan segera muncul. Bagaimana dengan kak Sang Tae? Belum ada tanda-tanda?”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Belum, jawab Kang Tae. Jae Su bertanya-tanya ke mana lagi kali ini mereka akan pergi. Mereka hampir tiba di rumah. Kang Tae meminta Jae Su merahasiakan insiden hari ini pada Sang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Tapi tiba-tiba Kang Tae terkejut. Ia lupa meminta tandatangan Mun Yeong. Jae Su meniru tandatangan Mun Yeong semirip mungkin. Kang Tae tersenyum gembira saat melihat hasilnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">“Jangan tersenyum. Memuakkan,” kata Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Kang Tae berkata seorang pasien juga mengatakan hal yang sama. Memangnya senyumnya sememuakkan itu? (ngga kok nggaaaaa^^) Jae Su berkata senyum Kang Tae seperti Joker, dengan mata sedih dan sudut bibir terangkat naik. <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-xInyqIRDK88/XvHePcZk3CI/AAAAAAADJNI/86l90ciEWX4ypfXCLRFUyj0yiWKXoJpWQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00626.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-xInyqIRDK88/XvHePcZk3CI/AAAAAAADJNI/86l90ciEWX4ypfXCLRFUyj0yiWKXoJpWQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00626.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Merekat tiba di rumah. Tapi Sang Tae bisa tahu kalau itu adalah tanda tangan palsu. Alhasil Sang Tae marah dan merajuk. Ia mengurung diri dalam lemari kain mengomel kalau berbohong itu buruk. Kang Tae berusaha membujuknya dengan berjanji membawanya ke toko buku untuk memberi ensiklopedi dinosaurus yang sangat diinginkan kakaknya. Tapi itu pun tidak sanggup membuat Sang Tae keluar.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Jae Su berkata itu semua salah Go Mun Yeong. Ia akan membakar semua buku-bukunya. Tentu saja tidak betulan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sang Tae menghambur keluar untuk menghalangi Jae Su.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Direktur Lee mengirim pesan pada Kang Tae. Ia meminta maaf atas insiden yang terjadi hari ini dan meminta Kang Tae datang ke kantor besok. Kang Tae mengiyakan dengan singkat.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-mKEAsVsAJ-k/XvHea6lK35I/AAAAAAADJNc/AJapZ-Ty1QgyO-pO1kMkdp6Nv-Tip1CqQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00627.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-mKEAsVsAJ-k/XvHea6lK35I/AAAAAAADJNc/AJapZ-Ty1QgyO-pO1kMkdp6Nv-Tip1CqQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00627.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal">Sementara itu di tv diberitakan kalau ayah Go Eun ditemukan meninggal di kamar tempatnya diamankan. Polisi sedang menyelidiki penyebab kematiannya. Bunuh diri kah? Aku kok ngga yakin ya karena darahnya di area kepala, dan lagi dia pasti diikat erat karena perbuatannya tadi. Aku merasa ada yang membunuhnya...<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Mun Yeong memikirkan Kang Tae dan menganggapnya memiliki mata yang indah. Kang Tae juga memikirkan perkataan Mun Yeong. Bahwa di dunia ini ada orang gila yang membunuh orang yang pantas mati agar warga biasa bisa tidur dengan tenang.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Ia bangun untuk melihat kakaknya yang tidur sambil memegangi buku-buku Mun Yeong agar tidak diambil Jae Su. Ia mengambil buku “The Boy Who Fed On Nightmares”...buku yang tadi dibacakan Mun Yeong di rumah sakit.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">THE BOY WHO FED ON NIGHTMARES<o:p></o:p></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Anak laki-laki itu terbangun lagi dari mimpi buruknya. Ingatan buruk dari masa lalu yang ingin ia hapus dari kepalanya, Terulang setiap malam dalam mimpinya dan menghantuinya tanpa henti.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Anak itu sangat takut jika ia sampai tertidur. Jadi suatu hari ia menemui Si Penyihir dan memohon,<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Tolong lenyapkan semua ingatan burukku agar aku tidak akan pernah lagi mengalami mimpi buruk. Maka aku akan melakukan apapun yang kauminta.”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tahun demi tahun berlalu dan anak laki-laki itu menjadi dewasa. Ia tidak lagi mengalami mimpi buruk. Tapi anehnya, ia tidak merasa bahagia sama sekali.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Suatu malam, saat bulan merah memenuhi langit malam, Si Penyihir akhirnya muncul kembali untuk mengambil apa yang sudah dijanjikan laki-laki itu sebagai imbalan memenuhi permintaannya. Laki=laki itu berteriak pada Si Penyihir dengan penuh kemarahan,<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Semua ingatan burukku sudah hilang. Tapi kenapa....kenapa aku tidak bisa bahagia?”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Maka Si Penyihir mengambil jiwa laki-laki itu sesuai perjanjian mereka, dan memberitahunya hal ini,<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Kenangan pedih dan menyakitkan. Kenangan penyesalan yang mendalam. Kenangan menyakiti dan disakiti orang lain. Kenangan dicampakkan.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Hanya mereka yang memiliki kenangan-kenangan seperti itu terkubur dalam hati<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mereka, yang bisa menjadi lebih kuat, lebih penyayang, dan lebih luwes secara emosional. <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dan hanya mereka yang bisa mencapai kebahagiaan. Jadi jangan lupakan apapun. Ingatlah semua dan atasi semuanya. Jika kau tidak mengatasinya, kau akan selalu menjadi anak kecil yang jiwanya tidak pernah bertumbuh.”<o:p></o:p></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-R8ap9wY2R40/XvHekm7MrzI/AAAAAAADJNw/j7QC0jLr2EIzfSKBrZHzO-PrwQiiIDFtQCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00641.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-R8ap9wY2R40/XvHekm7MrzI/AAAAAAADJNw/j7QC0jLr2EIzfSKBrZHzO-PrwQiiIDFtQCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00641.png" width="320" /></a></div><p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Sementara itu Go Eun di rumah sakit telah selesai membaca buku yang sama. Ia membaca tulisan Mun Yeong di buku yang ditandatanganinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Jangan lupakan hari ini.”<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Seorang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perawat melihatnya belum tidur. Go Eun <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bertanya di mana ayahnya. Perawat tidak berani mengatakan kalau ayahnya sudah tiada. Ia meminta Go Eun tidak khawatir.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal">Go Eun mulai menangis dan bertanya apakah polisi akan membawa ayahnya dan mengurungnya di rumah sakit jiwa. Ia berkata ayahnya bukan orang jahat, ayahnya hanya sedang sakit. Ia memohon agat ayahnya tidak dibawa polisi dan agar ia diijinkan tinggal bersama ayahnya. Ia ingin hidup bersama ayahnya dan merindukan ayahnya.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-diIJlRtBIgw/XvHeupN8wqI/AAAAAAADJOE/QW6g5NMkk4Ms_PRvciRl1RaPij0te7hFwCK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00663.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-diIJlRtBIgw/XvHeupN8wqI/AAAAAAADJOE/QW6g5NMkk4Ms_PRvciRl1RaPij0te7hFwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00663.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Sang Tae bermimpi ia berada di tengah hutan ketika ia masih seorang pemuda. Hutna itu sangat gelap. Lalu tiba-tiba ia melarikan diri ketakutan karena dikejar banyak kupu-kupu. Dalam mimpinya itu kupu-kupu yang sangat banyak menyerbunya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Ia terbangun sambil berteriak ketakutan. Kupu-kupu!! Kupu-kupu itu akan membunuhku!! Kupu-kupu akan membunuhku! <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Jae Su yang terbangun menghela nafas panjang. Kupu-kupu itu telah kembali. Kang Tae sedih melihat kakaknya. Inilah tanda yang dimaksud Jae Su...Tanda bagi mereka untuk pindah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Keesokan harinya Kang Tae pergi ke kantor penerbitan buku Mun Yeong. Mun Yeong juga baru tiba di kantor. Semua orang langsung sibuk membereskan meja mereka begitu tahu Mun Yeong datang. Lebih tepatnya, menyembunyikan semua benda tajam. Mun Yeong tapi bisa melihat sebilah pedang mini (sepertinya alat pembuka surat) yang ada di meja salah satu staf. Ia mengambil miniatur pedang tersebut. Jadi ia terobsesi benda tajam?</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-FGLwIwgzw2c/XvHe74-10iI/AAAAAAADJOc/mDiJ4A6peSUAKn89tBk3sGkf2UK_KIgEwCK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00686.png" width="320" /></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Mun Yeong melihat Kang Tae sedang menunggu di ruang rapat sambil membaca bukunya. Ia terlihat senang dan langsung menemuinya.</p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Ia berkata tadinya ia kira Kang Tae berbeda dengan yang lainnya, tapi ternyata ia salah. Ia bertanya berapa banyak yang ditawarkan pada Kang Tae. Kang Tae berkata ia tidak mengerti maksud perkataan Min Yeong. Mun Yeong bertanya berapa banyak yang ditawarkan Direktur Lee untuk menutup mulut Kang Tae atas insiden pisau kemarin. Metode uang selalu berhasil, kata-kata tidak ada artinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">“Tidak berlaku untukku,” kata Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Lalu apa yang diinginkan Kang Tae kalau bukan uang. Seks?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">“Apa itu lebih berharga dari uang?” Kang Tae balas bertanya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Ia berkata ia berharap bisa bertemu dengan Mun Yeong lagi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">“Aku ingin melihat kedua matamu lagi. Matamu mengingatkanku pada seseorang yang pernah kukenal. Seseorang yang kacau dan tidak punya hati nurani. Seorang wanita yang matanya tidak memiliki kehangatan.”<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">“Apa kau takut pada wanita itu?” tanya Mun Yeong.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">“Tidak. Sebaliknya, aku menyukainya.”<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VJA6NAeuSOE/XvHfSXTLNRI/AAAAAAADJO4/uDoDP6gmN4wGyGVoL3WUdtB48GJQjtfRACK4BGAsYHg/s960/vlcsnap-00717.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="960" src="https://1.bp.blogspot.com/-VJA6NAeuSOE/XvHfSXTLNRI/AAAAAAADJO4/uDoDP6gmN4wGyGVoL3WUdtB48GJQjtfRACK4BGAsYHg/s320/vlcsnap-00717.png" width="320" /></a></div> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Walah akhirnya aku malah buat sinop lengkap hahaha...soalnya susah komentar kalau tidak menulis alur cerita dengan lengkap. Banyak hal yang terlewat dibicarakan. Kalau ditulis, lebih terlihat apa saja yang menarik untuk dibahas^^<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Oke pertama, aku suka banget dengan directing dan efek-efek visualnya. Jadi berasa ada efek-efek dongeng gitu waktu Kang Tae dan Mun Yeong menceritakan dongeng itu. Kesan misterius sekaligus indah, terkadang ada humornya seperti adegan muntah seorang pasien digambarkan dengan air terjun dan lain-lain.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Kisah animasi di awal sepertinya menceritakan Kang Tae dan Mun Yeong pernah bertemu waktu mereka masih kecil. Bayangan hitam yang menyertai Mun Yeong adalah ibunya? Atau didikan ibunya? Bagaimana bisa seorang ibu mencap anaknya sebagai monter? Apa karena perilaku Mun Yeong? Mungkinkan Mun Yeong tidak berhati nurani sejak dilahirkan seperti yang dikatakan Sang Tae? Karena itu jugakah ayahnya sampai hendak membunuhnya? <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Tapi kalau disebut tidak berhati nurani, untuk apa ia ikut campur pada masalah Go Eun sampai ia hampir mati? Meski terkesan tidak berperasaan dan kata-katanya sembarangan, tapi apa yang dikatakannya benar. Ia juga membalut tangan Kang Tae yang terluka karena pisaunya. Ia juga akhirnya menandatangani surat persetujuan operasi ayahnya. Meski ia terkesan tidak peduli tapi lebih karena ia tahu rumah sakit tidak akan membiarkan ayahnya begitu saja. Ia tahu ayahnya dalam penanganan yang baik. Sepertinya sulit untuk mengerti Mun Yeong hanya dari 1 episode saja ;p<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Penyebab Sang Tae dan Kang Tae berpindah-pindah adalah karena pada musim tertentu, Sang Tae akan bermimpi mengenai kupu-kupu dan mereka akan pindah. Pindah untuk mencari daerah yang beda cuacanya? Mencari suasana baru untuk Sang Tae? Sampai kapan mereka akan terus berpindah? Dalam 10 tahun saja sudah 15 rumah sakit...wow...pasti melelahkan secara fisik dan mental bagi Kang Tae.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Ju Ri dan Mun Yeong juga pernah bertemu waktu kecil. Mereka pernah bersekolah di sekolah yang sama dan kalau Mun Yeong sampai tahu rasa masakan ibu Ju Ri, apakah mereka pernah berteman? Dan pasti berakhir tidak begitu baik karena Ju Ri terlihat tegang dan sedikit takut pada Mun Yeong....juga ada kekesalan?<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;">Bagaimanapun aku suka drama ini...melihat Seo Ye Ji dan Kim Soo Hyun berpandangan saja udah ikut happy hahaha XD<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 115%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><br style="mso-special-character: line-break;" /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br style="mso-special-character: line-break;" /><!--[endif]--><o:p></o:p></p><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2020/06/sinopsis-its-okay-to-not-be-okay.html[email protected] (Kdramatized)12
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-5066769715655616734Fri, 09 Aug 2019 07:42:00 +00002019-08-09T14:43:10.744+07:00hotel del lunaSinopsis Hotel Del Luna Episode 4<br /><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-MIRb8Cu80Yg/XU0fvak88II/AAAAAAADI-s/3AWKTEW5O-8kuCZNzSVxt06rKwZBFIQGACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00440.png" imageanchor="1"><img border="0" height="227" src="https://1.bp.blogspot.com/-MIRb8Cu80Yg/XU0fvak88II/AAAAAAADI-s/3AWKTEW5O-8kuCZNzSVxt06rKwZBFIQGACK4BGAYYCw/s400/vlcsnap-00440.png" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Setelah menceritakan mimpinya pada Man Wol, Chan Seong bertanya kenapa ia melihat Man wol dalam mimpinya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sebenarnya apa yang gagal kauketahui? Apa menurutmu aku ada di sini untuk membantumu mencaritahu apa yang gagal kauketahui?” tanyanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Man Wol tidak bisa menjawab.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menyentuh ranting pohon itu dan perlahan-lahan terjadi keajaiban. Daun pada pohon itu mulai tumbuh. Dan dalam waktu singkat pohon itu dipenuhi dengan daun-daun hijau dan segar. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol dan Chan Seong terkejut. Man Wol teringat perkataan Ma GO pada kali terakhir mereka bertemu. Bahwa arus hidup dan matinya akan kembali mengalir seiring dengan tumbuhnya daun, mekar dan gugurnya bunga. Ia menyadari Chan Seong seseorang yang jauh lebih spesial daripada yang ia perkirakan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-oh0OVeWqCWI/XU0f2tE5bzI/AAAAAAADI-0/-894_NTF4QUWWmMlLAFEumFg_aUAejhgwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00012.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-oh0OVeWqCWI/XU0f2tE5bzI/AAAAAAADI-0/-894_NTF4QUWWmMlLAFEumFg_aUAejhgwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00012.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br /></div><div class="MsoNormal">Dewa Mago melihat Malaikat Maut sedang menunggu di depan sebuah rumah. Hantu seorang kakek tidak mau ikut dengannya. Jadi kakek itu meninggal seorang diri seminggu lalu dan hanya ada anjingnya di dalam rumah yang menemaninya. Tapi kakek itu tidak mau anjingnya meninggal karena tidak ada yang memberi makan dan minum. Jadi ia tidak mau pergi dan berusaha menyuruh anjingnya menggonggong untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dewa Mago memutuskan untuk menolong. Ia membuka pintu rumah agar anjing itu bisa keluar. Tapi anjing itu tetap diam di samping jasad kakek meski kakek memohon agar anjing itu keluar menyelamatkan diri.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dewa Mago berkata nanti juga Kakek itu akan menemukan jalan ke Penginapan Bulan. Hotel Del Luna, Malaikat Mau mengoreksi. Dewa Mago mengomel nama tempat itu terus berubah tapi pemiliknya tidak berubah sama sekali.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Malaikat Maut sependapat. Man Wol tidak berubah bahkan setelah lebih dari 100 tahun. Ia tidak ada harapan, katanya. Dewi Mago tersenyum dan berkata itu sebabnya ia mengirim seseorang ke sana.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Apa kau akan mengganti pemiliknya, tanya Malaikat Maut.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Man Wol sangat keras kepala, jadi aku hanya mengirim bantuan.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-pOCDgM-uemI/XU0f-StbqyI/AAAAAAADI-8/EXqs-eKnPRod_uvZ9uGOR-vgeuhl0_92QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00024.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-pOCDgM-uemI/XU0f-StbqyI/AAAAAAADI-8/EXqs-eKnPRod_uvZ9uGOR-vgeuhl0_92QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00024.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dan bantuan itu bernama Gu Chan Seong. Man Wol berkata pohon itu berubah karena Chan Seong. Kenangan yang sudah mengering sekarang kembali gara-gara Chan Seong. Chan Seong protes ia tidak melakukan apapun. Ia hanya menceritakan mimpinya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Melihat hantu adalah bagian dari pekerjaannya, tapi tidak dengan bermimpi. Ia tidak mau diperlakukan tidak adil untuk sesuatu yang tidak ia minta. Man Wol tidak peduli. Chan Seong sudah mengusiknya jadi wajar jika diperlakukan tidak adil.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Pohon ini jadi jelek karena kau!”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata Man Wol memutarbalikkan kenyataan. Pohon itu sekarang hidup dan sehat. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Itulah masalahnya. Kau baru saja menyelamatkan sesuatu yang tidak seharusnya diselamatkan.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bingung kenapa Man Wol begitu marah. Apa itu artinya mimpinya memang masa lalu Man Wol dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karena itu Man Wol malu ia sudah melihatnya. Man Wol mengakui ia sangat malu sat ini dan ia harus memeriksa sendiri apa yang terjadi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-IqlY5NmQOaI/XU0gTtwDUsI/AAAAAAADI_I/lxAg0ws8-BEHhwPEYfW7D_g0jG3PLjx3QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00040.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-IqlY5NmQOaI/XU0gTtwDUsI/AAAAAAADI_I/lxAg0ws8-BEHhwPEYfW7D_g0jG3PLjx3QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00040.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia mendorong Chan Seong hingga ke tempat tidur. Ia memerintahkan Chan Seong untuk tidur agar bisa bermimpi. Ia harus melihat sendiri apakah Chan Seong melihatnya dalam mimpi atau membohonginya karena mendengar gosip di hotel itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata ia tidak bisa tidur dengan cara seperti itu dan lagi ia tidak bisa menjamin apakah ia akan bermimpi seperti itu lagi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kalau begitu tidurlah di sisiku sampai kau bermimpi demikian.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong jelas menolak tapi Man Wol tidak mau melepaskannya. Man Wol mengancam akan membunuh Chan Seong jika membohonginya. Akhirnya Chan Seong berkata ia akan tidur dan Man Wol bisa tidur di sisinya atau melihatnya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Lakukan apapun yang kau mau. Kau hanya ingin kalau semua itu bohong karena kau tidak suka aku melihat masa lalumu. Aku tidak akan memberitahumu lagi apa yang kulihat dalam mimpiku karena kau sangat membencinya. Kau bisa membunuhku atau membiarkanku hidup. Terserah.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-A_trNdZzNF8/XU0gbLBEW1I/AAAAAAADI_Q/IbJZ5W48Z0sAhhoN1KPD19CmkgJlFBxOgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00052.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-A_trNdZzNF8/XU0gbLBEW1I/AAAAAAADI_Q/IbJZ5W48Z0sAhhoN1KPD19CmkgJlFBxOgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00052.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong melipat tangannya lalu memejamkan mata. Man Wol terdiam lalu turun dari tempat tidur. Chan Seong mengikutinya ke kantor di sebelah kamar. Ia bertanya apa kenangan yang ia bangkitkan sangat menyakitkan bagi Man Wol. Karena memikirkan pria itu?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menyuruh Chan Seong tutup mulut sebelum ia mengubahnya menjadi hijau seperti pohon. Tapi Chan Seong bertanya siapa pria itu. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Mengapa kau bertanya? Apa kau berpikir dia adalah kau?” tanya Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong tidak menyangkal. Apa yang ia lihat mungkin saja ingatan dari kehidupan terdahulunya. Tapi Man Wol berkata tidak mungkin Chan Seong adalah Cheong Myung. Kenapa tidak, tanya Chan Seong. Sejak ia bermimpi seperti itu ia selalu memikirkan Man Wol. Mungkin saja hubungan mereka sudah ada sejak dulu. Man Wol menaruh tangannya di dada Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau bukan dia. Aku tidak merasakan apapun. Jika kau adalah dia, aku tidak mungkin merasa seperti ini.” Ouchh...<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata itu melegakan. Selama ini ia terus bertanya-tanya bagaimana jika ia adalah pria yang dulu disukai Man Wol. Lalu apakah Man Wol tidak memiliki perasaan pada Cheong Myung? Karena ia melihat Man Wol sangat menyukainya. Man Wol kembali marah dan akhirnya menghukum Chan Seong untuk menangani para hantu mulai sekarang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-UXQdqHPvEs0/XU0gjJnzbkI/AAAAAAADI_Y/TcbHyG3RHoQGYmB5brez6sT3LhuLl9digCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00070.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-UXQdqHPvEs0/XU0gjJnzbkI/AAAAAAADI_Y/TcbHyG3RHoQGYmB5brez6sT3LhuLl9digCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00070.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terpaku tak bisa bergerak melihat sosok tamu yang baru tiba. Sepertinya hantu itu korban pembunuhan atau bunuh diri yang sudah lama karena ia dikerubuti lalat. Hyun Jeong terpaksa membantu Chan Seong menerima tamu itu. Ia menyarankan agar hantu itu menggunakan jasa kecantikan hotel mereka lebih dulu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong hampir terduduk lemas setelah akhirnya hantu itu masuk lift. Hyun Jeong bertanya apakah Man Wol masih meski sudah minum sekotak champagne. Chan Seong berkata sepertinya ia sudah membuat Man Wol murka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia bertanya dosa apa yang dibuat Man Wol di masa lalu. Tapi Hyun Jeong hanya menggeleng. Apa karena urusan percintaan? Apa Hyun Jeong mendengar mengenai pria yang mungkin dinanti Man Wol? Apa ia tidak menantinya? Hyun Jeong terus menggeleng. Ia balik bertanya apa Chan Seong peduli pada apa yang Man Wol pikirkan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tidak, tidak sama sekali.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong mengira Chan Seong masih kesal karena berada di urutan ke-3. Bukankah Chan Seong yang sekarang ada di sini?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku sama sekali tidak peduli pada apa yang dipikirkan Nona Jang. Dan aku bukan urutanke-3. Aku urutan ke nol. Aku mengalahkan semuanya.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Baiklah,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hyun Jeong mengiyakan sambil tertawa geli. Chan Seong kembali murung sambil bergumam semuanya tidak ada gunanya karena Man Wol berkata tidak merasakan apapun padanya. Wah...mulai ada rasa nih XD<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong bergidik merasakan ada sekelompok tamu yang akan datang ke hotel mereka. Ia bertanya apa Chan Seong akan baik-baik saja. Chan Seong memilih mengungsi ke bar.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-yv5liLHsNgA/XU0gvAPoqGI/AAAAAAADI_o/upLk3mwjRzIhQNAdoZnor0MlEgYKgvqZgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00076.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-yv5liLHsNgA/XU0gvAPoqGI/AAAAAAADI_o/upLk3mwjRzIhQNAdoZnor0MlEgYKgvqZgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00076.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Bartender Kim berkata tamu yang baru datang biasanya dalam keadaan rusak, terkadang diikuti sesuatu. Tapi tamu di bar semuanya sudah didandani jadi Chan Seong akan baik-baik saja. Meski begitu Chan Seong terlonjak kaget melihat tamu si peminum kopi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya bagaimana cara mereka mendapatkan makanan dan minuman untuk pelanggan. Bartender Kim menjawab mereka mendapatkannya dari dunia setelah kematian. Jika mereka memperlakukan tamu dengan baik di hotel mereka dan membantu mereka menuju kehidupan selanjutnya, mereka akan diberi kompensasi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Para roh yang pergi dengan tenang meninggalkan energi yang baik. Energi itu membuat bunga-bunga di taman bermekaran. Semakin sedikit penyesalan yang dibawa pergi tamu mereka, semakin cantik bunga yang dihasilkan. Setelah kebun mereka penuh, Dewa Mago akan membawa bunga-bunga itu lalu sebagi gantinya mengirim barang kebutuhan mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Lalu bagaimana dengan uang yang diperoleh Man Wol saat membantu para hantu?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bartender Kim berkata itu semua digunakan untuk gaya hidup mewah Man Wol. Champagne mahal, pakaian, perhiasan, dan mobil.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Bagaimana bisa seseorang yang sedang dihukum bersikap seperti itu,” gerutunya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-uWfgBVvYzFE/XU0g2TajWKI/AAAAAAADI_0/bfHSZmYKppwBEOfIkdOR01MKA9jPGIr9gCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00096.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-uWfgBVvYzFE/XU0g2TajWKI/AAAAAAADI_0/bfHSZmYKppwBEOfIkdOR01MKA9jPGIr9gCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00096.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menyadari Dewa Mago yang telah membuat Chan Seong bermimpi tentang dirinya. Tapi mimpi itu mau tak mau membuatnya teringat sesuatu yang pernah terjadi lebih dari 1000 tahun lalu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Man Wol dalam keadan terluka dan ia bersembunyi dalam sebuah gubuk. Di luar terjadi keributan karena para pengawal sedang mencari orang, sepertinya termasuk Man Wol. Tiba-tiba Man Wol menyadari ada orang masuk ke dalam gubuk itu. Ketika orang itu mendekat, ia melawan sekuat tenaga.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi ternyata yang datang adalah Cheong Myung. Sementara itu karena mendengar suara, para pengawal hendak memasuki gubuk. Cheong Myung keluar menmeui mereka dan berkata tidak ada orang mereka cari di dalam. Para pengawal itu pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Cheong Myung kembali ke dalam dan membalut luka Man Wol. Ia berkata ia mendengar ada serangan di pasar di mana para budak dari Goguryeo di perjualbelikan. Ia mendapat firasat kalau yang menyerang adalah Man Wol dan kelompoknya. Jadi ia datang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia bergurau apa yang akan Man Wol lakukan dengan wajahnya yang terkena goresan pisau Man Wol. Man Wol berkata sayang sekali padahal puteri Istana Yeongju menyukai wajah Cheong Myung. Dengan apa lagi Cheong Myung akan merayunya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa kaukira ia hanya menyukai wajahku?” balas Cheong Myung.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi tiba-tiba terdengar suara di luar. Man Wol mengintip dan melihat Yeon Woo tertangkap. Yeon Woo dibawa oleh para pengawal itu. Man Wol panik dan hendak keluar. Tapi Cheong Myung memeganginya dan membekap mulutnya agar ia tidak ikut tertangkap. Ia berjanji akan menyelamatkan Yeon Woo.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Cheong Myung menepati janjinya. Entah bagaimana caranya ia menyelamatkan Yeon Woo. Man Wol langsung memeluknya. Yeon Woo tersenyum dan berkata ia tidak apa-apa. Cheong Myung berdehem lalu tersenyum pada mereka.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-p0ZnjTZLC-k/XU0hAdgJjZI/AAAAAAADJAA/TanoETJKCHE3hbVG61OgaiiiTdJ3y9pgwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00119.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-p0ZnjTZLC-k/XU0hAdgJjZI/AAAAAAADJAA/TanoETJKCHE3hbVG61OgaiiiTdJ3y9pgwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00119.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Apakah Cheong Myung yang dinanti oleh Man Wol? Man Wol meraih gelasnya lalu melemparkannya dengan penuh kemarahan ke Pohon Bulan. Tapi sebelum mengenai pohon itu, gelas itu seakan mengenai tabir pelindung dan pecah berkeping-keping.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bermimpi hal yang sama. Ia mengetahui kalau salah satu dari mereka bernama Yeon Woo. Pemuda yang satu kelompok dengan Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tiba-tiba ia terkejut karena ada seorang nenek lusuh berdiri di depannya. Awalnya ia mengira nenek itu penjual bunga dan hendak membelinya. Tapi Dewa Magoberkata ia sudah memberi Chan Seong bunga.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ayahmu hampir meninggal saat hendak memetik bunga untukmu. Karena peristiwa itu ia tidak pernah mencuri lagi dan hidup dengan rajin. Ia juga membesarkan seorang putera hebat sepertimu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong akhirnya mengenali Dewa Mago adalah nenek yang menjual bunga di hari ulang tahunnya 21 tahun yang lalu. Dewa Mago menanyakan pekerjaan Chan Seong di hotel.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa kau yang merencanakan semuanya?” tanya Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Aku hanya membuka jalan,” jawab Dewa Mago.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Jadi ayahnya bukan kebetulan datang ke hotel itu? Dewa Mago tidak menjawab pertanyaan itu. Ia berkata ia menanam pohon. Pohon itu penuh dengan ranting berduri dan dingin terhadap yang lain. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku ingin kau merawat pohon itu. Jika kau merasa kesulitan dalam merawatnya, kau bisa mencariku,” Dewa Mago memberi sebuah kartu. Lalu ia lenyap.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-SI5g74gbW4s/XU0hHuaUusI/AAAAAAADJAM/uyCxlQ7y9Lo3i6vQNBswzs28agzONgSrQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00147.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-SI5g74gbW4s/XU0hHuaUusI/AAAAAAADJAM/uyCxlQ7y9Lo3i6vQNBswzs28agzONgSrQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00147.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong kaget. Ia berusaha mencari Dewa Mago tapi tidak menemukannya. Ia malah melihat seorang kakek duduk sendirian di pinggir jalan dengan membawa bunga putih seperti yang tadi dibawa Dewa Mago.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Kakek itu dijemput sebuah limosin menuju ke sorga. Chan Seong mendengar suara anjing menyalak. Ia segera menghentikan mobil itu sebelum berangkat dan membuka pintu. Ternyata itu adalah kakek yang meninggal seorang diri. Akhirnya anjingnya juga mati karena tidak mau keluar dari rumah meski pintu terbuka. Kakek itu pergi ke kehidupan selanjutnya dengan membawa anjingnya. Chan Seong tersenyum melihat semuanya berakhir dengan baik. Malaikat Maut melihat semua itu dari seberang jalan, terlihat senang. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong teringat perkataan Bartender Kim tentang Dewa Mago yang memberi bunga pada mereka yang akan pergi ke kehidupan selanjutnya. Dan setiap roh yang menerimanya akan pergi ke tempat yang baik. Chan Seong menyadari nenek tadi adalah Dewa Mago.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia membaca kartu dari Dewa Mago itu. Alamatnya bertuliskan alamat sebuah toko obat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-ih6UmFl5GpM/XU0hPjrIlAI/AAAAAAADJAU/moObBCD353Q_0dCLp8sdszmbMQosL7C3QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00157.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-ih6UmFl5GpM/XU0hPjrIlAI/AAAAAAADJAU/moObBCD353Q_0dCLp8sdszmbMQosL7C3QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00157.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di sebuah toko roti, seorang pembuat roti berteriak-teriak dan lari ketakutan karena adonan rotinya bergerak-gerak seperti ada yang menguleni. Ternyata hantu gadis buta yang menguleni adonan itu. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Sanchez kebetulan sedang membeli roti di toko roti itu. Ia membeli beberapa lalu pulang membangunkan Chan Seong.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia bercerita mengenai penampakan hantu di toko roti itu. Jadi ia membeli roti yang adonannya diuleni hantu. Kalau aku malah ngga bakalan mau beli >,<<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong mengeluh ia tidak mau mendengar tentang hantu di rumah. Ia hampir tersedak ketika melihat hantu gadis buta itu ternyata mengikuti Sanchez pulang. Ia bertanya kenapa ia ke sini lagi. Sanchez bingung dan mengira Chan Seong bergurau.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa kau mengikutinya?” ia menunjuk Sanchez. Hantu itu menggeleng. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Kau mengikuti roti itu?” <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hantu itu mengangguk. Sanchez makin ketakutan. Ia minta maaf karena sudah bercerita tentang hantu. Sekarang ia ingin makan roti saja. Tapi Chan Seong tidak mau makan roti. Ia berkata ia akan pergi ke hotel. Membawa hantu itu tentu saja.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-WQntzKxExgo/XU0hXjvu7HI/AAAAAAADJAk/J06XDok7Ai4Qs3QB0byp806ymjIDLc2SgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00181.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-WQntzKxExgo/XU0hXjvu7HI/AAAAAAADJAk/J06XDok7Ai4Qs3QB0byp806ymjIDLc2SgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00181.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br />Para staf membicarakan Chan Seong yang membawa kembali hantu yang sudah meninggalkan hotel. Mereka sudah dengar apa yang dilakukan hantu tersebut. Padahal hantu itu seharusnya dijemput limosin hari ini. Mereka bertanya-tanya apakah hantu itu ingin makan roti. Kan tinggal meminta layanan kamar. Hantu tidak bisa makan roti dari dunia nyata.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi memarahi Hyun Jeong karena tidak memperhatikan tamu yang masuk dan keluar. Hyun Jeong membela diri ia menerima sekelompok tamu kemarin. Ia tidak bisa melihat semuanya. Ibu Choi mewanti-wanti agar Hyun Jeong melakukan pekerjaannya dengan baik atau akan dikirim dengan bis ke kehidupan selanjutnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong bingung kenapa Ibu Choi segalak itu. Bartender Kim mengingatkan kalau sebentar lagi tanggal 25. Mereka harus bisa melewati hari itu dengan aman. Jika apa yang terjadi 42 tahun lalu terjadi kembali, Ibu Choi pasti akan diseret ke kehidupan selanjutnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-xDc3qcN7eXU/XU0hh-Ol_9I/AAAAAAADJAw/COZM6QI7ymome7z-6aaDoZZZWEcNA0AwQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00182.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-xDc3qcN7eXU/XU0hh-Ol_9I/AAAAAAADJAw/COZM6QI7ymome7z-6aaDoZZZWEcNA0AwQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00182.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong pergi menemui Man Wol untuk mengganti jadwal keberangkatan hantu itu karena hantu itu ingin menemui seseorang lebih dulu. Man Wol baru saja bangun setelah semalaman minum. Karena itu ia sangat kesal dan melemparkan bolpen Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tidak ada hantu yang tidak ingin menemui seseorang!” bentaknya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dengan tenang Chan Seong mengeluarkan bolpen berikutnya. Ia berkata hantu itu tidak pernah melihat orang itu saat ia masih hidup karena ia buta, karena itu ia ingin melihatnya sekarang.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lalu bagaimana ia bisa menemui orang itu? Namanya saja ia tidak tahu. Kenapa mencari orang yang bahkan tidak dikenalnya?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ia bilang tangannya ingat. Jika ia bisa memegang tangan orang itu, ia bisa merasakannya,” kata Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tertawa dan berkata hantu itu cuma bicara omong kosong lalu melambaikan tangannya menyuruh Chan Seong pergi. Chan Seong memegang tangan Man Wol dan bertanya apakah itu artinya Man Wol juga hanya bicara omong kosong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau bilang kau bisa merasakan kalau aku bukanlah pria itu. Kalau begitu kau juga tidak tahu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol terdiam sejenak lalu berkata kalau Chan Seong sudah pasti bukan orang itu. Chan Seong berkata kalau begitu ia yang benar jadi Man Wol harus tandatangan. Ia menarik Man Wol untuk duduk. Lalu memegangi tangannya untuk menuliskan namanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol langsung teringat ketika Cheong Myung juga melakukan hal yang sama dulu. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-emnKVoAknE4/XU0hon4hV_I/AAAAAAADJA4/rLlwDy338awwy-URb6e0ThDNUO1t-zY1QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00197.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-emnKVoAknE4/XU0hon4hV_I/AAAAAAADJA4/rLlwDy338awwy-URb6e0ThDNUO1t-zY1QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00197.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata ia akan mencari orang yang ingin ditemui hantu itu lalu mengantarnya pergi. Bagaimanapun hantu itu adalah tamu pertama yang dibawanya jadi ia ingin menyelesaikannya dengan baik. Ia menegaskan kalau hantu itu tidak punya uang jadi jangan minta uang darinya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Man Wol mengeluh kenapa Chan Seong melakukan sesuatu yang tidak mendatangkan uang. Bisa-bisa Chan Seong diperalat oleh para hantu karena berhati lemah. Benar-benar target mudah bagi para hantu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau benar. Jika aku lebih tangguh, aku tidak akan berakhir di sini. Aku menyesal aku adalah manusia lemah yang kausukai,” kata Chan Seong. Ia menerima ini sebagai takdirnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata ia tidak menyesal membawa Chan Seong ke hotelnya dan mempersulit hidupnya. Tapi Chan Seong berkata mungkin saja bukan Man Wol yang mempersulitnya tapi ia sendiri yang mendorong dirinya ke tempat ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia memberi Man Wol segelas air untuk melegakan tenggorokannya setelah minum alkohol dan berkata akan membawakan roti karena ia akan mendatangi toko roti bersama hantu itu. Toko roti yang pernah dikunjungi Kim Joon Hyun, komedian favorit Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol bertanya kenapa Chan Seong bersikap baik padanya. Membuatnya curiga. Apa Chan Seong menaruh racun di gelasnya? Chan Seong berkata ia ingin merawat Man Wol. Jika ia memberi roti dan air siapa tahu pohon kering yang mengeluarkan daun pun akan berbunga.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jangan. Apa kau pikir aku ini benih yang tumbuh jika diberi air? Aku adalah pohon tua yang kering selama lebih dari seribu tahun.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata pohon itu sekarang mengeluarkan daun. Jadi mungkin saja terjadi. Man Wol mengeluh rasanya gatal. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa aku mengganggumu? Kau bilang kau tidak merasakan apapun. Kurasa itu tidak benar,” kata Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-fSPd5JZYQFs/XU0hycPOqrI/AAAAAAADJBE/M7OZaTSkmaMKYMvx4XDOTnegMSlnvK03wCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00211.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-fSPd5JZYQFs/XU0hycPOqrI/AAAAAAADJBE/M7OZaTSkmaMKYMvx4XDOTnegMSlnvK03wCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00211.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong meninggalkan kantor Man Wol. Man Wol mengejarnya dan menyuruhnya tidak datang lagi. Ia melepas Chan Seong pergi. Tapi Chan Seong berkata sekarang ia tidak bisa pergi ke manapun. Ia sudah berhenti dari hotel sebelumnya karena Man Wol. Sekarang ia memiliki reputasi buruk dan tak ada yang mau menerimanya. Apalagi kalau tahu ia bisa melihat hantu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Dan kau tidak memiliki siapapun selain aku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata Chan Seong ada di urutan ke-3. Urutan 1 dan 2 lebih baik dari Chan Seong. Chan Seong berkata mereka terlalu kuat jadi tidak bisa bekerja di hotel ini. Man Wol memerlukan seorang yang menudah jadi terget hantu seperti dirinya. Seseorang yang bisa menyelesaikan kemarahan mereka dan yang lainnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku adalah pilihan ke nol.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata ia tidak akan menyukai Chan Seong jika terus seperti ini. Ia tidak mengganggu Man Wol tapi Man Wol menyukainya. Man Wol jadi tidak menyukainya karena ia mengganggunya. Ia memilih yang ke-2. Man Wol sangat kesal dan berpikir Chan Seong meremehkannya karena sekarang pohon itu berdaun.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-dnYxzCGwfpk/XU0h5zkC76I/AAAAAAADJBQ/kDbk9DpZp40SJuONBz7rIgmOZhe-_d1VACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00227.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-dnYxzCGwfpk/XU0h5zkC76I/AAAAAAADJBQ/kDbk9DpZp40SJuONBz7rIgmOZhe-_d1VACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00227.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong membawa hantu gadis buta ke toko roti. Dulu ketika masih hidup ia suka ke toko roti. Seorang pembuat roti sangat baik padanya dan menawarkan roti hangat yang baru selesai dipanggang. Ia membantu gadis itu memegang roti dengan tangannya. Karena itu ia ingat kehangatan tangan si pembuat roti yang membuatnya jantungnya berdebar</div><div class="MsoNormal">.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Masalahnya ada beberapa pembuat roti di toko itu, sedangkan hantu itu tidak tahu wajah maupun nama pembuat roti. Jadi Chan Seong bersedia meminjamkan tangannya pada hantu itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dengan berbagai alasan ia berhasil berjabat tangan atau memegang tangan para pembuat roti di toko itu. Hingga akhirnya ia mendapat masalah karena bersikap sangat aneh. Untunglah Sanchez kebetulan datang dan membantunya tidak terkena masalah lebih jauh meski Chan Seong di blokir datang lagi ke toko roti itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sayangnya dari tiga pembuat roti di toko itu, tidak ada orang yang dicari hantu tersebut. Karena Sanchez sejak dulu berlangganan di toko roti itu, ia mengenal semua pegawainya. Ia juga tahu ada satu pembuat roti yang pindah kerja. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-wH3grHHEvUU/XU0h_POoTEI/AAAAAAADJBY/Tkw4VoqOFx4t8xtpUMHlSuId2lkP9s6dgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00248.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-wH3grHHEvUU/XU0h_POoTEI/AAAAAAADJBY/Tkw4VoqOFx4t8xtpUMHlSuId2lkP9s6dgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00248.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Para staf hotel terkejut melihat Pohon Bulan berdaun. Bagi mereka ini adalah tanda akan terjadi kekacauan. Dengan tumbuhnya daun berarti hukuman Man Wol akan berakhir. Jika Man Wol pergi, apa yang akan terjadi pada mereka bertiga? Mereka akan naik bis ke kehidupan selanjutnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dan mereka belum mau pergi. Mereka bertanya-tanya apa yang membuat hal seperti ini mendadak terjadi. Tentu saja mereka langsung menebak Chan Seong lah penyebabnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong dan hantu buta (yang tidak buta lagi sebetulnya) pergi ke toko roti lain. Orang yang dicari hantu itu sekarang bekerja di sana. Seorang pemuda tampan yang sopan. Chan Seong kembali meminjamkan tangannya dan berjabat tangan dengan pembuat roti itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hantu itu langsung bisa merasakan kalau orang itulah yang dicarinya. Chan Seong memberi waktu pada hantu itu untuk berada di toko roti lalu kembali ke hotel. Hantu itu senang dan mengangguk penuh terima kasih.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Keluar dari toko roti, Chan Seong melihat Man Wol sudah menunggu. Dengan mobil barunya. Chan Seong langsung pusing tujuh keliling. Ia berkata lebih baik ia tidur. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Baiklah, ayo kita tidur,” kata Man Wol. Ia akan melihat mimpi Chan Seong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kali ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata itu bukan kata-kaa yang pantas diucapkan seorang bos. Ia akan membiarkannya kali ini saja. Man Wol mengalah dan bertanya bagaimana kalau mereka pergi makan. Chan Seong tetap memilih tidur. Tidak dengan Man Wol tentunya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol bekata bukankah Chan Seong berkata akan merawatnya. Membuatnya tidur nyenyak dan makan dengan baik adalah cara untuk melakukannya. Chan Seong menyerah dan bertanya mereka akan makan di mana.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-vdCCtsggVuk/XU0iGga-cqI/AAAAAAADJBk/Jy6eAgDG_o4Ke0OMQDse-SwoBWVXDTU5QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00269.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-vdCCtsggVuk/XU0iGga-cqI/AAAAAAADJBk/Jy6eAgDG_o4Ke0OMQDse-SwoBWVXDTU5QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00269.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ternyata Man Wol membawa Chan Seong ke restoran pizza milik Sanchez. Chan Seong mewanti-wanti Man Wol agar tidak menyebut apapun tentang hantu. Man Wol berkata pasti Chan Seong berbohong pada Sanchez soal bekerja di hotel yang normal.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Lucunya, Man Wol tidak mengatakan apapun tentang Sanchez, sebaliknya Sanchez membicarakan Man Wol tanpa tahu kalau Man Wol adalah bos Chan Seong. Chan Seong memperkenalkannya sebagai teman kerja.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Itu tempat bekerja yang sulit, bukan? Chan Seong tertekan sejak bekerja di sana. Bos kalian seorang maniak, bukan? Wanita itu...siapa namanya?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jang Man Wol,” jawab Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ya, Jang Man Wol. Aku ingat karena namanya berantakan. Bagaimanapun banyak yang mengatakan para pegawai harus menggosipkan bos mereka agar hidup kerja mereka nyaman. Aku akan menyajikan pizza d sini sebagai ganti kepala bos kalian. Nikmati makanan kalian sambil merobek-robeknya. Akan membutuhkan lebih dari 1 pizza untuk melampiaskan kemarahan kalian,” celoteh Sanchez.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-dq5p7qTX2ko/XU0iNmcv27I/AAAAAAADJBw/ONjav8HyhYAVAdz-we_Wc4pg2X2oqMQ4gCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00283.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-dq5p7qTX2ko/XU0iNmcv27I/AAAAAAADJBw/ONjav8HyhYAVAdz-we_Wc4pg2X2oqMQ4gCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00283.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Untung Man Wol tidak mengeluarkan hantu saat itu juga XD Setelah Sanchez pergi, Chan Seong berkata ia tidak pernah menyebut Man Wol maniak. Dengan tenang Man Wol berkata tidak ada yang salah dengah itu. Bukankah mereka semua sesekali menjadi sedikit gila?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol bertanya bagaimana dengan kunjungan Chan Seong ke toko roti. Chan Seong melaporkan tangan hantu itu membawa mereka ke tempat yang benar. Benarkah, tanya Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia berkata ingatan hantu seringkali campur aduk. Karena terlalu lama gentayangan, mereka seringkali melupakan apa yang penting. Terkadang mereka hanya ingat apa yang ingin mereka ingat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau bilang ia hanya ingat tangannya. Kenangan yang sangat indah. Tapi kurang berpengaruh. Ia hidup dengan baik jadi kenapa ia mengingat tangan orang yang memberinya beberapa roti?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong jadi waspada dan bertanya apa sebenarnya yang ingin Man Wol katakan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ingatan penting bagi hantu hampir semua sama. Ingatan ketika mereka meninggal.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terkejut dan lari keluar.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-WC1zBTwM2UI/XU0iSn-0IiI/AAAAAAADJB8/y04RTPnmwQkct0qiylpCR-nh7Y9SuWSQQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00292.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-WC1zBTwM2UI/XU0iSn-0IiI/AAAAAAADJB8/y04RTPnmwQkct0qiylpCR-nh7Y9SuWSQQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00292.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hantu gadis buta menunggu hingga si pembuat roti menutup toko. Si pembuat roti menyalakan motornya dna bersiap pulang. Saat itulah hantu gadis itu teringat pada kejadian sebenarnya. Ia tertabrak motor itu saat menyeberang jalan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dalam keadaan sekarat ia mengulurkan tangan pada si pembuat roti dan berhasil memegang tangannya. Tapi si pembuat roti memutuskan untuk membiarkan gadis itu dan melarikan diri. Akhirnya gadis itu meninggal dunia.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sekarang hantu itu kembali dendam. Ia berubah wujud menjadi kembali menyeramkan dan duduk di belakang si pembuat roti. Pembuat roti memacu motornya dengan kencang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-8Y3R5Un5QOo/XU0igFvj_PI/AAAAAAADJCQ/sVbukHiZussRQB3X_nGkqK_usppqP4T7ACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00311.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-8Y3R5Un5QOo/XU0igFvj_PI/AAAAAAADJCQ/sVbukHiZussRQB3X_nGkqK_usppqP4T7ACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00311.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong sampai di toko roti tapi toko itu sudah tutup. Ia berlari sekeliling daerah itu mencari mereka. Akhirnya ia menemukannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dengan nekat ia berdiri di tengah jalan sambil merentangkan tangannya untuk menghentikan motor itu. Man Wol memakan pastanya dengan tenang dan bergumam, “Gu Chan Seong, datanglah ke hotelku setelah kau mati.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Si pembuat roti terkejut melihat Chan Seong di tengah jalan, tapi ia tidak sempat mengerem motornya. Motor itu beralih sedikit hingga hanya menyerempet sedikit tangan Chan Seong lalu menabrak tiang. Di pembuat roti tidak apa-apa dan marah pada Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi Chan Seong lebih marah dan memukul si pembuat roti hingga terkapar. Chan Seong menghampiri hantu buta menyeramkan yang nampak geram. Ia berkata jika hantu itu membunuh si pembuat roti, ia akan lenyap jadi abu. Untuk apa pergi dengan sia-sia seperti itu? Ia berjanji akan membuat si pembuat roti dihukum atas perbuatannya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Untunglah hantu itu mendengar kata-kata Chan Seong. Kemarahannya mereda. Chan Seong menoleh dan melihat Man Wol di seberang jalan. Man Wol mengedikkan bahu lalu pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-XprdmZN3pow/XU0iqYH97OI/AAAAAAADJCg/m7jE-YWBgFQUZLiNZ4QkBngbhUgh5Z2mgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00319.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-XprdmZN3pow/XU0iqYH97OI/AAAAAAADJCg/m7jE-YWBgFQUZLiNZ4QkBngbhUgh5Z2mgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00319.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong pergi ke kantor polisi melaporkan kejadian tabrak lagi yang dilakukan si pembuat roti. Si pembuat roti pun ditangkap.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hantu gadis buta sudah menerima bunga dari Dewa Mago. Artinya ia akan pergi ke tempat yang baik. Chan Seong sendiri yang mengantarnya. Hantu itu berterimakasih pada Chan Seong. Ingatan tentang tangan pembuat roti itu sebenarnya ingatan yang buruk tapi dengan bodohnya ia mengira itu ingatan bahagia.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata itu karena gadis itu memang orang yang seperti itu. Selalu mengingat kenangan bahagia sekecil apapun itu dibandingkan dengan ingatan buruk. Roh gadis itu pun pergi dengan tenang diantar limosin.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-A17To5pat-0/XU0i5vecCVI/AAAAAAADJC0/jUN5WiUB9yYL18Hd7VbrxcaGd2qD2UweACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00340.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-A17To5pat-0/XU0i5vecCVI/AAAAAAADJC0/jUN5WiUB9yYL18Hd7VbrxcaGd2qD2UweACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00340.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong mulai merasakan makna dari pekerjaannya. Ia bahkan menawarkan sendiri kopi pada hantu peminta kopi yang selama ini selalu membuatnya terkejut. Ia tersenyum dan memberi hormat melihat hantu yang kemarin dikerubungi lalat. Ia juga bersimpati pada hantu ayah dan anak yang meninggal karena kecelakaan. Ayah anak itu berusaha menyelamatkan anaknya yang berlari mengambil bola ke tengah jalan. Tapi mereka berdua tertabrak.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol melihat semua itu dan berdecak karena Chan Seong belum sadar juga. Ia menganggap kelembutan hati Chan Seong sebagai sebuah kebodohan. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-tHWpJd8JwP4/XU0i_Ge_bwI/AAAAAAADJDA/VWDxg2DYYA43togXMZubZpT8lTsEczfZACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00345.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-tHWpJd8JwP4/XU0i_Ge_bwI/AAAAAAADJDA/VWDxg2DYYA43togXMZubZpT8lTsEczfZACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00345.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi dan Bartender Kim menghadap Man Wol perihal Pohon Bulan yang berbunga. Kenapa pohon itu mendadak kembali hidup? Man Wol berkata Dewa Mago memberitahunya kalau seseorang akan datang dan membantunya pergi. Ia membenarkan tebakan mereka kalau orang itu adalah Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia berkata Chan Seong akan berusaha membuat bunga bermekaran di pohon itu. Ia rasa ia akan pergi begitu bunga itu gugur. Mereka bertanya apa yang akan terjadi pada mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Mana aku tahu? Semuanya terserah kalian. Kita semua bisa menyerah dan pergi ke kehidupan selanjutnya atau kalian bisa gentayangan di dunia ini sebagai roh jahat lalu jadi abu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka belum mau pergi, begitu juga Man Wol. Mereka harus melepaskan Chan Seong. Lagipula mereka sudah memiliki kandidat ke-4.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Kandidat tersebut adalah Yu Na...atau Su Jeong dalam tubuh Yu Na. Untuk selanjutnya kita sebut Yu Na saja ya^^ Karena ia menjadi roh parasit yang mendiami tubuh orang lain, secara alami ia memiliki kemampuan untuk melihat roh lainnya alias hantu. Dan ia seorang pemberani. Sangat cocok untuk menjadi manajer hotel mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-CUQx3tmJG58/XU0jI0g0ZBI/AAAAAAADJDI/_3DZrFY5UnEsFFEPC_fXqep0oGsiA-ZywCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00349.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-CUQx3tmJG58/XU0jI0g0ZBI/AAAAAAADJDI/_3DZrFY5UnEsFFEPC_fXqep0oGsiA-ZywCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00349.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol memikirkan itu dan merasa itu ide yang baik. Ia yang membantu Yu Na mendapatkan tubuhnya jadi ia bisa menggunakan itu untuk mengancamnya. Selain itu Yu Na dari keluarga sangat kaya. Tapi masalahnya Chan Seong tidak mau pergi. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Meski ia mengusir Chan Seong tanpa bola mata sekalipun, ia tetap akan bisa melihat hotel mereka dan melihat hantu. Hanya Mago yang bisa mengambil kemampuan itu dari Chan Seong. Tapi apa ia akan membantu mereka karena ia yang mengirim Chan Seong ke sana.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka bingung. Mereka tidak boleh membunuh manusia. Tapi jika mereka membiarkan Chan Seong, mereka bisa-bisa dikirim pergi naik bis. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi memiliki ide untuk menyelesaikan masalah ini tanpa membunh Chan Seong. Tamu kamar no. 13 hotel mereka. Tamu itu benci manusia bahkan suara nafasnya sekalipun. Jika manusia melihat hantu kamar no. 13, ia akan jadi gila. Jika Chan Seong jadi gila, ia tidak akan bisa kembali ke hotel meski bisa melihat hantu karena pasti dimasukkan ke rumah sakit jiwa.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia bertanya apa Man Wol setuju. Man Wol memikirkannya lalu ia bertanya di mana Chan Seong sekarang. Tampaknya ia menyetujuinya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-MuU69Owk10U/XU0jOKgz-MI/AAAAAAADJDU/S7TuyOFIKv42UKRY0_QLCFrGRWK0zjEMgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00363.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-MuU69Owk10U/XU0jOKgz-MI/AAAAAAADJDU/S7TuyOFIKv42UKRY0_QLCFrGRWK0zjEMgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00363.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia menemukan Chan Seong tidur nyenyak di bawah Pohon Bulan. Ia berkata Chan Seong tidak memiliki waktu lama lagi sebagai orang waras tapi menyia-nyiakan waktu untuk tidur. Sangat disayangkan tapi itu semua akibat ulah Chan Seong sendiri.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku benar-benar menyukaimu, tapi aku benci kau bisa melihat ke dalam diriku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia mengambil daun yang terjatuh di bahu Chan Seong. Chan Seong terbangun. Ia tertawa melihat Man Wol. Ia bertanya apa Man Wol datang agar bisa tidur bersama. Apa sekarang Man Wol senang karena melihatnya tidur.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol bertanya apa Chan Seong melihatnya lagi dalam mimpi. Chan Seong bertanya apa Man Wol ingin tahu. Ia akan memberitahu jika Man Wol duduk di sebelahnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-M4hISmxInhM/XU0jVI3gg7I/AAAAAAADJDg/Rxq093zZIAIIYVTxFs2UodPbqjKGEUFbACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00370.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-M4hISmxInhM/XU0jVI3gg7I/AAAAAAADJDg/Rxq093zZIAIIYVTxFs2UodPbqjKGEUFbACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00370.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man wol jadi kesal dan berkata inilah yang ia benci. Ia ingin menyuruh Chan Seong tutup mulut atau bahkan mengancam akan merobek mulutnya, tapi yang ia pikirkan adalah duduk di sebelah Chan Seong untuk mendengarnya. Dan ia benci pikiran itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia berkata Chan Seong harus membayarnya. Chan Seong sendiri yang mengakui kalau sudah mempersulit diriya sendiri, jadi apapun yang terjadi adalah kesalahannya. Chan Seong tersenyum dan berkata ia yakin Man Wol akan melindunginya jika terjadi sesuatu padanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau yang menghentikan motor itu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol membantah keras. Ia berkata ia tidak peduli meski Chan Seong meninggal dalam kecelakaan. Lah Neng Bulan ngapain di sono kalau ngga peduli ;p<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata ia justru berani melompat ke tengah jalan karena ia percaya pada Man Wol. Ia yakin Man Wol yang melindunginya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sudah kubilang bukan aku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Aku percaya kau akan melindungiku. Jadi lindungi aku jika terjadi sesuatu padaku. Aku akan berada di sisimu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Aku akan mengusirmu,” kata Man Wol ketus.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong tersenyum kecil lalu pergi meninggalkan taman. Dalam mimpinya tadi ia melihat Man Wol berteduh di bawah pohon favoritnya dengan raut wajah bahagia. Ketika itulah sehelai daun jatuh ke pundak Man Wol dan Chan Seong. Ia bertanya-tanya apakah daun itu dari mimpinya tadi. Ia mengantungi daun tadi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-6ho3XOkPxFU/XU0jb1U3hkI/AAAAAAADJDo/Q8VfqKuYllAoM_yQpMAiS8LeS-VBgSwywCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00382.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-6ho3XOkPxFU/XU0jb1U3hkI/AAAAAAADJDo/Q8VfqKuYllAoM_yQpMAiS8LeS-VBgSwywCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00382.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi menghampirinya dan meminta tolong padanya untuk melayani tamu kamar 13. Bartender Kim menyerahkan sekotak dupa untuk dinyalakan Chan Seong di kamar 13. Ia berkata tamu kamar itu menyulitkan jadi ia minta maaf sudah menyusahkan Chan Seong. Chan Seong dengan senang hati membantu mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Begitu Chan Seong pergi, Bartender Kim merasa bersalah. Ia merasa ia sudah menyerahkan kehormatannya sebagai seorang cendekiawan. Ia merasa malu. Hyun Jeong juga nampak sedih. Ia menyukai Chan Seong dan menganggapnya teman.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi melaporkan pada Man Wol kalau saat ini Chan Seong sedang menuju kamar 13. Man Wol hanya diam.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-jQ119-Ex-r8/XU0jh3UHaKI/AAAAAAADJD0/72Q1EwoYdicjg1Lu7CRl27UEnXJdqeD8gCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00396.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-jQ119-Ex-r8/XU0jh3UHaKI/AAAAAAADJD0/72Q1EwoYdicjg1Lu7CRl27UEnXJdqeD8gCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00396.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong membuka kamar 13 dengan kunci pemberian Bartender Kim. Memasuki kamar itu seperti memasuki gua batu yang berkelok-kelok. Ia memasuki kamar itu dengan berjalan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke dalam dengan hati-hati. Sementara yang lain antara merasa bersalah dan harap-harap cemas dengan apa yang akan terjadi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong membuka pintu besi berkarat yang terletak di ujung gua batu itu. Ia memasuki kamar luas yang terlihat seperti gudang tua. Ada sebuah lemari besar dan meja di tengahnya. Ia meletakkan nampan di meja dan menyalakan dupa yang dibawanya. Tidak ada siapapun di sana. Ia bertanya-tanya di mana tamu kamar itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-DPXElQSYdpg/XU0jpB0UiRI/AAAAAAADJD8/r4myDDW9Mi8nSI3j6GKF1khTJLx58TUZQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00411.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-DPXElQSYdpg/XU0jpB0UiRI/AAAAAAADJD8/r4myDDW9Mi8nSI3j6GKF1khTJLx58TUZQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00411.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia tidak tahu ada sosok mengerikan yang mengintipnya dari dalam lemari. Setelah menyalakan dupa ia berbalik pergi. Tiba-tiba ia mendengar sesuatu dan menoleh. Ia melihat sesuatu di dalam lemari dan mendengar gumaman aneh. Seperti terkena mantra, Chan Seong mulai berjalan menghampiri lemari itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Gu Chan Seong!!” panggil Man Wol. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong tersadar dan menoleh. Man Wol melarang Chan Seong melihat lemari itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jangan biarkan ia mendengarmu bernafas.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi dasar Chan Seong. Ia berkata ia mendengar sesuatu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-XgFYT5gTtXs/XU0jy6vhfEI/AAAAAAADJEM/ci1PnfLttusSPChA4d8yzhu_tTzF_7GoQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00417.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-XgFYT5gTtXs/XU0jy6vhfEI/AAAAAAADJEM/ci1PnfLttusSPChA4d8yzhu_tTzF_7GoQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00417.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menutupi telinga Chan Seong dengan tangannya dan menatapnya. Jangan dengarkan, katanya. Hantu di lemari siap melompat keluar.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ada apa?” tanya Chan Seong menoleh.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menariknya lalu menciumnya. Pada saat itu juga hantu itu lenyap menjadi asap hitam.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-R1_uMOO5hSE/XU0j5jebvII/AAAAAAADJEY/nhQ4Cxfz6SgbhIpkNFeFm1MAQlFohK5iwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00430.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-R1_uMOO5hSE/XU0j5jebvII/AAAAAAADJEY/nhQ4Cxfz6SgbhIpkNFeFm1MAQlFohK5iwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00430.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b></div><div class="MsoNormal">Semakin lama melihat masa lalu Man Wol dan interaksi Chan Seong-Man Wol, aku semakin merasa Chan Seong memang ada kaitan dengan Cheong Myung. Hanya mereka yang bisa membuat Man Wol tak bisa berkata-kata. Cheong Myung dan Chan Seong sama-sama bisa membuat hati meleleh...emangnya coklat XD<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Aku jadi ingin tahu kenapa Man Wol marah kalau hukumannya akan berakhir. Kukira ia menunggu hukumannya berakhir, tapi ternyata tidak. Apa ia merasa ia belum selesai menebus dosanya? Atau memang ia sedang menunggu sesuatu? Apa ia ingin selamanya mengurus hotel itu?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Memangnya Dewa Mago tidak akan memilih orang lain untuk mengurus hotel itu seandainya Man Wol tidak ada? Bukankah penginapan itu sejak dulu ada bahkan sebelum Man Wol menjadi pemiliknya? Buktinya dulu Man Wol bertemu Dewa Mago karena mencari penginapan itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Setelah pohon itu berdaun, artinya waktu Man Wol kembali berjalan. Artinya sekarang ia manusia yang suatu saat akan meninggal, mungkin saja ditandai dengan gugurnya bunga itu. Mungkinkah tumbuhnya daun di pohon itu artinya ada sesuatu yang tumbuh di hati Man Wol? <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Gemes deh liat mereka berdua...juga melihat Man Wol dan Cheong Myung. Terlihat kalau sama-sama ada rasa tapi gengsi mengakui ;p<o:p></o:p></div><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2019/08/sinopsis-hotel-del-luna-episode-4.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4549535294576561218Wed, 07 Aug 2019 14:57:00 +00002019-08-07T21:57:56.728+07:00hotel del lunaSinopsis Hotel Del Luna Episode 3<br /><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-osLM2f2q9PQ/XUrZgRevB3I/AAAAAAADI4Y/fBuLT7ni09caByo-ED8i6GIVgVc33T39ACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00148.png" imageanchor="1"><img border="0" height="227" src="https://1.bp.blogspot.com/-osLM2f2q9PQ/XUrZgRevB3I/AAAAAAADI4Y/fBuLT7ni09caByo-ED8i6GIVgVc33T39ACK4BGAYYCw/s400/vlcsnap-00148.png" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol teryata dulu adalah seorang pemimpin gerombolan perampok yang menjarah harta benda orang-orang yang dalam perjalanan jauh. Gerombolan itu kelompok nomaden (berpindah-pindah tempat) dari Goguryeo (cikal bakal Korea). Suatu hari mereka menyerang rombongan seorang puteri dan menjarah harta mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Namun mereka mendapat perlawanan sengit dari kepala pengawal puteri itu. Man Wol terpaksa meniup peluit untuk menarik mundur kelompoknya. Merekapun melarikan diri dengan barang jarahan mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi si kepala pengawal tidak menyerah. Ia mengejar Man Wol yang terpisah dari kelompoknya dan berhasil menjatuhkannya dari kudanya. </div><div class="MsoNormal"> </div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Ia membuka selendang yang menutupi wajah Man Wol dan terdiam saat menyadari adalah seorang wanita. Wanita yang sangat cantik. Man Wol menggunakan kesempatan itu untuk menghantam kepala si pengawal dengan batu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-5AZ636yFZ0k/XUraKj7JMxI/AAAAAAADI5E/tmV5TCHUUXIHzUtsskY4A6yl587hstlcwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00024.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-5AZ636yFZ0k/XUraKj7JMxI/AAAAAAADI5E/tmV5TCHUUXIHzUtsskY4A6yl587hstlcwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00024.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sekarang si kepala pengawal menjadi tawanan Man Wol. Go Cheong Myung, si pengawal, berbohong ia hanyalah pengawal biasa dan menawannya tidak akan membuat Man Wol mendapat uang banyak. Tapi Man Wol dengan tenang berkata ia tahu bagaimana cara mendapatkan uang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dengan mata jelinya ia bisa melihat bahwa puteri yang dikawal Cheong Myung tidak peduli kehilangan harta bendanya tapi terlihat khawatir ketika melihat Cheong Myung bertempur. Menurutnya Cheong Myung bukan hanya seorang pengawal bagi puteri itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Cheong Myung berkata ia hanya mengobrol beberapa kali dengan puteri dan membujuk Man Wol untuk melepaskan ikatannya. Tapi Man Wol mengancam akan memotong lidahnya. Saat mereka berbicara, kuda Man Wol kabur. Man Wol mengejarnya namun tanpa disangka terhisap dalam pasir hisap.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-GyPn2Fbhy4k/XUrZ4spU4QI/AAAAAAADI4s/kktxUFgCPU0eZwA8VX9hd7w6sQyI4GhyACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00051.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-GyPn2Fbhy4k/XUrZ4spU4QI/AAAAAAADI4s/kktxUFgCPU0eZwA8VX9hd7w6sQyI4GhyACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00051.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Cheong Myung yang masih dalam keadaan terikat berjalan dengan tenang menghampiri Man Wol. Man Wol melemparkan seledangnya dan menyuruhnya menariknya. Cheong Myung diam saja. Man Wol berteriak panik. Cheong Myung menyuruh Man Wol melemparkan pedangnya untuk melepaskan lebih dulu ikatannya. Ia berkata dengan begitu ia bisa lebih leluasa menolong Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Meski awalnya ragu, akhirnya Man Wol melemparkan pedangnya. Tapi setelah Cheong Myung melepaskan ikatannya, ia malah pergi meninggalkan Man Wol. Man Wol berteriak memanggilnya tapi Cheong Myung tidak peduli.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol sudah putus asa ketika tiba-tiba seutas tali dilemparkan padanya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Cheong Myung kembali untuk menolongnya. Hmm....seperti ketika Chan Seong pergi ketika Man Wol ditikam, namun kembali untuk menolongnya.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Keadaan berbalik, sekarang Man Wol menjadi tawanan Cheong Myung. Ia mengakui kalau ia adalah kepala pengawal puteri dari Istana Yeongju.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lalu tiba-tiba ia jatuh pingsan karena seseorang melempari kepalanya dengan batu. Ia adalah Yeon Woo, sahabat Man Wol sekaligus salah satu anggota kelompoknya. Man Wol tersenyum melihatnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-SgYcRRN8La4/XUraCmTXQiI/AAAAAAADI44/9_XbEzQICK8ZEfq_ASPzixeKhKcgjFYIwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00060.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-SgYcRRN8La4/XUraCmTXQiI/AAAAAAADI44/9_XbEzQICK8ZEfq_ASPzixeKhKcgjFYIwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00060.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menatap pohon di taman hotelnya saat mengingat semua itu. Lalu ia melihat bulan purnama yang bersinar terang. Dewa Mago mendekatinya dan bertanya apakah Man Wol sedang melihat bulan hari ini atau bulan seribu tahun lalu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menjawab dingin kalau keduanya adalah bulan yang sama. Dewa Mago melihat tamna itu dipenuhi bunga yang bermekaran. Tandanya Man Wol melayani para tamu penginapannya dengan baik selama ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol protes kalau ia sudah mengubah nama Penginapan Bulan menjadi Hotel Del Luna. Dan ia buka penjaga penginapan tapi Direktur. Sama saja, balas Dewa Mago.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia berkata pelayan Man Wol sudah pergi menuju kehidupan selanjutnya. Man Wol jadi murung dan berkata ia juga sudah mati tapi kenapa ia tidak dibawa pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau belum mati. Sudah kukatakan kalau kau terikat dengan Pohon Bulan dan arus hidup matimu telah terhenti,” kata Dewa Mago.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sampai kapan kau akan mengikatku?” tanya Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dewa Mago berkata Man Wol lah yang tidak bergeming. Daun akan bertunas, bunga akan mekar dan jatuh. Arus hidup dan mati akan kembali mengalir. Bukankah bagus jika Man Wol meninggalkan sesuatu yang indah dan berwarna daripada sesuatu yang kering dan rapuh (seperti pohon itu)? Tapi Man Wol tidak peduli. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-Pi3r8lKGXhY/XUraSD6lDSI/AAAAAAADI5M/pJt6LMN2MHcMeGnfZELjekIq3B-BDqHcgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00066.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-Pi3r8lKGXhY/XUraSD6lDSI/AAAAAAADI5M/pJt6LMN2MHcMeGnfZELjekIq3B-BDqHcgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00066.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dewa Mago menghela nafas panjang setelah Man Wol pergi. Ia berkata Man Wol hati Man Wol masih belum berubah. Ia tidak bisa membiarkannya. Ia menyentuh Pohon Bulan dan rantingnya mengeluarkan bunga ungu indah seperti yang dikeluarkannya pada hari ulang tahun Chan Seong 21 tahun lalu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Lalu ia meletakkan bunga itu di atas dada Chan Seong yang tidur di kantor Man Wol. Itu adalah setelah Chan Seong <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pingsan karena menghindari serangan hantu baju besi di hotel tempatnya bekerja.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Seketika itu juga Chan Seong bermimpi melihat Man Wol di masa lalunya. Dalam mimpinya Man Wol tersenyum cerah dan gembira. Yeon Woo dan Cheong Myeong berlari mendekatinya sambil membawa arak. Sepertinya ketiganya menjadi sahabat baik.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Chan Seong terbangun.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-lmyhWm5ukgU/XUraZyWQ3tI/AAAAAAADI5Y/ipfZBHsfI70ViklvDYYVydAsthGcyAbkACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00081.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-lmyhWm5ukgU/XUraZyWQ3tI/AAAAAAADI5Y/ipfZBHsfI70ViklvDYYVydAsthGcyAbkACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00081.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sebagai lanjutan dari akhir episode sebelumnya, ia menemui Man Wol dan berterimakasih karena sudah menyelamatkannya. Man Wol berkata Chan Seong beruntung. Ia tidak akan menyelamatkannya jika saja Chan Seong tidak memakai sepatu piihannya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau menungguku dengan mengenakan sepatu yang kupilihkan.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Aku tidak menunggumu,” kilah Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia cuma penasaran. Tentu saja kau penasaran karena kau hanya bisa memikirkanku, kata Man Wol. Chan Seong bertanya apa Man Wol sudah memantrainya hingga ia bermimpi tentang Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Melihat hantu sudah berlebihan bagiku, aku tidak ingin melihatmu juga dalam mimpiku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata memangnya dalam mimpi itu ia memakan Chan Seong atau semacamnya. Seketika itu juga Chan Seong teringat senyum manis Man Wol dalam mimpinya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Lupakan saja. Kurasa bukan kau yang ada dalam mimpiku,” gerutunya. “Tidak mungkin kau melakukan hal seperti itu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata ia memaafkan Chan Seong karena sudah memaafkannya. Adalah wajar seorang dewasa bermimpi seperti itu. Chan Seong bengong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Bukan mimpi seperti itu!!” protesnya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"><br /></span></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata sebaiknya Chan Seong tidak pingsan seperti tadi lagi karena sangat merepotkan. Chan Seong bertanya dengan cara apa Man Wol membawanya ke hotel ini. Teleport? <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-vviC7q4fyFc/XUraiZU_LEI/AAAAAAADI5k/t5H_zDaSnwo3JXzSCF2q62b28g3i3jK3wCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00092.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-vviC7q4fyFc/XUraiZU_LEI/AAAAAAADI5k/t5H_zDaSnwo3JXzSCF2q62b28g3i3jK3wCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00092.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Rupanya Man Wol menyuruh Hyun Jeong masuk ke tubuh Chan Seong untuk membawanya pulang. Cara bersikap dan berbicaranya langsung seperti Hyun Jeong (Yeo Jin Goo hebat!!^^). Setelah tiba di kantor Man Wol, Hyun Jeong meminta Man Wol membiarkannya memakai tubuh Chan Seong lebih lama untuk main ke luar hotel. Ia terus merengek meski Man Wol menyuruhnya keluar. Akhirnya Man Wol menggeplak kepalanya. Tubuh Chan Seong ambruk ke sofa sementara Hyun Jeong yang sudah keluar cemberut pada Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Pokoknya kau tahu kalau aku membawamu ke sini dengan selamat. Tapi apa kau bisa menggerakkan kepalamu dengan baik?” tanya Man Wol.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia tidak mau memberitahu Chan Seong kalau ia sempat menggeplak kepalanya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ayo..karena kau ada di hotelku, aku akan memberimu tur.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-qATRKztCXgQ/XUrauPDviAI/AAAAAAADI5w/Z_OIVO9BiQoXwwbU9S5fNU0YRrsSSPc1QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00111.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-qATRKztCXgQ/XUrauPDviAI/AAAAAAADI5w/Z_OIVO9BiQoXwwbU9S5fNU0YRrsSSPc1QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00111.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya apakah hotel ini benar-benar ada di dunia nyata. Man Wol mengeaskan kalau hotelnya terdaftar legal dan mereka juga membayar pajak. Mereka nyata di dunia nyata tapi keberadaan mereka sangat tidak mencolok jadi manusia hidup tidak mengetahui tentang mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Terkadang mereka bisa terlihat saat cuaca buruk atau oleh orang yang memiliki indera keenam. Tiga atau empat kali setahun ada saja orang yang berani masuk untuk mencaritahu. Bahkan ada yang berani membayar mahal walau disodori harga hotel berbintang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Apa yang terjadi pada orang yang memaksa masuk, tanya Chan Seong. Man Wol berkata ada kamar spesial untuk orang seperti mereka. Orang yang masuk kamar itu, tidak ada satupun yang keluar lagi. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Dan mereka sekarang berdiri di depan kamar itu. Kamar 404. Chan Seong terlihat takut dan bertanya apa yang Man Wol lakukan pada mereka. Man Wol menantang Chan Seong untuk masuk dan melihat sendiri.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong memegang pegangan pintu tapi ragu untuk membukanya. Bahkan Man Wol pun terlihat sedikit khawatir. Akhirnya ia berkata ada ruangan lain yang bisa dilihat Chan Seong. Iya, Chan Seong cepat-cepat mengiyakan. Ada apa ya di kamar 404?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka menuju area kolam renang. Ada pegawai yang memegang nampan berisi berbagai jenis kacamata hitam. Man Wol memlih salah satunya lalu keluar.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dan Chan Seong akhirnya melihat kolam renang luar biasa yang diceritakan ayahnya. Ia mengucek-ngucek matanya. Tak bisa percaya ada pantai dan laut di area kolam renang dengan matahari bersinar terik. Padahal di Seoul saat ini adalah malam hari.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Dunia dalam hotel bukanlah dunia nyata. Waktu dan ruang di sini berbeda dengan dunia tempat kau tinggal. Peta dan jam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak berguna sama sekali di sini.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-l0-WoKxXcMM/XUra36ZWw5I/AAAAAAADI58/5j1PlVwDeRA4drmHCjHp2vOMsfPfNTYKwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00135.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-l0-WoKxXcMM/XUra36ZWw5I/AAAAAAADI58/5j1PlVwDeRA4drmHCjHp2vOMsfPfNTYKwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00135.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka ke balkon yang menyajikan pemandangan malam yang sangat indah. Man Wol berkata semua yang ada dalam hotel tidak ada di dunia nyata betapapun indahnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apakah kau juga begitu?” tanya Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol kembali berwajah sendu. Ia membenarkan. Chan Seong mengulurkan tangannya untuk menyentuh Man Wol. Untuk meyakinkan kalau Man Wol bukan hantu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia bertanya apakah ia tidak akan mati jika jatuh dari balkon itu. Man Wol memegangnya dan menyuruhnya berhati-hati.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Hati-hati, kau masih hidup. Jika manusia jatuh dengan tubuh lemah merkea, mereka akan mati.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Lalu ia mengangkat tangannya ke dada Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Begini rasanya memiliki tubuh yang hangat dengan jantung berdetak. Kau harus hidup dan melakukan banyak hal untukku. Tetaplah di sisiku, Gu Chan Seong.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya apa Man Wol akan mendorongnya jatuh jika ia menolak. Man Wol terlihat kesal dan mendorong Chan Seong sedikit.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata tempat ini mungkin tidak nyata tapi ia meminta keuntungan yang nyata. Dan ia akan memakai sepatu sesuka hatinya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menyadari Chan Seong akhirnya menerima pekerjaan di hotelnya. Ia bertanya apa Chan Seong berubah pikiran karena takut didorong olehnya. Chan Seong berkata ia sudah ada di hotel ini dan tidak ada lagi alasan baginya untuk melarikan diri.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sejujurnya aku juga sedikit penasaran dan juga sepertinya seru. Aku ingin tahu lebih banyak mengenai hotel ini dan dirimu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tersenyum senang dan masuk ke dalam. Chan Seong menyadari wanita dalam mimpinya benar-benar adalah Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dasar ngagetin!!! Momen romantis lenyap seketika gara-gara ada hantu serem muncul di sebelah Chan Seong nanya kopi >,<<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-ZUlA0gr6lL8/XUrbDafUy-I/AAAAAAADI6I/cMASK4fGPHk1A5kB-6VDtN9Xr2eZfKCNwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00155.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-ZUlA0gr6lL8/XUrbDafUy-I/AAAAAAADI6I/cMASK4fGPHk1A5kB-6VDtN9Xr2eZfKCNwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00155.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Seorang siswi SMA tiba-tiba jatuh ke jalan dari jembatan penyeberangan. Seorang siswi lainnya melihat dengan ketakutan dari jembatan itu. Ia memegang seuntai kalung. Namanya adal ah Kim Yu Na. Yu Na<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berlari pulang sebelum polisi dan ambulans datang. Sementara siswi yang jatuh dinyatakan meninggal dunia.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di rumah, Yu Na tidak bisa tidur dan terlihat gugup. Ia memegang kalung yang sejak tadi dipegangnya di jembatan. Lalu ia berkata masa bodoh dengan semuanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tiba-tiba sesuatu jatuh ke pipinya. Ia memegangnya dan terkejut melihat kalau itu adalah darah. Ia melihat ke atas dan tak bisa bergerak melihat hantu siswi yang tadi meninggal melayang di langit-langit kamarnya. Hantu itu turun mendekatinya sementara darah semakin banyak menetes ke wajahnya. Lalu...bum<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Roh Yu Na keluar dari tubuhnya, sementara roh siswi yang jatuh tadi masuk ke dalam tubuh Yu Na. Yu Na palsu memegang kalung dan berkata kalung itu miliknya. Yu Na berteriak histeris.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-H9Yfd5YAlh0/XUrbMGb3OWI/AAAAAAADI6U/EPnQUsZKu8s-OKgNAC-iIYThjVsD8IPNACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00178.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-H9Yfd5YAlh0/XUrbMGb3OWI/AAAAAAADI6U/EPnQUsZKu8s-OKgNAC-iIYThjVsD8IPNACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00178.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Suasana hati Man Wol sangat baik hari ini karena ia sudah memiliki manajer baru untuk hotelnya. Manajer dari salah satu hotel yang ada dalam daftar Forbes. Ia memberitahukan itu pada para stafnya. Tapi mereka tidak terlihat senang.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Bartender Kim berkata Chan Seong memang lulusan Harvard tapi pekerjaan di hotel mereka bukan berdasarkan pengetahuan. Paling penting adalah keberanian dan tampaknya Chan Seong terlalu lemah hati. Itu membuatnya khawatir.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi menyarankan agar mereka membiarkan posisi manajer kosong untuk sementara sambil mencari calon dari dua kandidat teratas yang dipilih Man Wol. Hyun Jeong terkejut. Ada dua kandidat lain selain Chan Seong?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Bahkan kandidat pertama mengetahui cara mengusir setan. Man Wol tampak geram. Ia berkata apa gunanya bisa mengusir setan. Kandidat itu malah pergi untuk memburu setan tidak berguna.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-waT3T8NW1UE/XUrbTTmZzSI/AAAAAAADI6g/vOGaRFE0ikgcA7K_ZwQ1MOrQsl5-TDaDACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00187.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-waT3T8NW1UE/XUrbTTmZzSI/AAAAAAADI6g/vOGaRFE0ikgcA7K_ZwQ1MOrQsl5-TDaDACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00187.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Lee Joon Ki!! Ia berperan sebagai pastur kandidat utama manajer Del Luna. Ia berusaha mengusir setan dari tubuh seorang pria yang diikat di tempat tidur. Man Wol membentaknya tapi Lee Joon Ki tidak mau ikut sebelum berhasil mengusir setan itu. Ia sibuk membentak setan itu agar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keluar. Man Wol kesal dan berkta ia lebih takut padanya daripada setan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Jadi setelah diberi kemampuan melihat hantu, Lee Joon Ki malah memburu hantu dan tidak mau ikut dengan Man Wol. Ibu Choi berkata bukankah ia akan datang setelah berhasil menangkap setan itu. Man Wol berkata itu tidak mungkin karena setan itu sangat kuat, Park Il Do. Bagi yang menonton kdrama The Guest pasti tidak asing dengan nama itu ;p</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Kandidat kedua adalah seorang pilot pesawat tempur (cameo oleh Lee Si Un). Man Wol sampai ke Amerika untuk mencarinya. Tapi pilot itu malah melarikan diri ke luar angkasa menjadi astronot. Saat Man Wol mengejarnya, ia malah menendang Man Wol balik ke<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bumi. Pffttt.....<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-9pRSUQidGqU/XUrbbbPdytI/AAAAAAADI6o/j8wrZT8pQcQWyy3dsn_JyEByUOknz7FnwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00197.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-9pRSUQidGqU/XUrbbbPdytI/AAAAAAADI6o/j8wrZT8pQcQWyy3dsn_JyEByUOknz7FnwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00197.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mengingat semua itu membuat Man Wol kesal. Ia tidak memerlukan kedua kandidat teratas. Mereka baik-baik saja selama ada Gu Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi berkata Manajer No sudah membereskan kantornya karena tahu akan pergi. Bartender Kim menyayangkan tidak ada sisa keberadaan Manajer No walaupun telah bekerja selama 30 tahun di hotel ini. Hyun Jeong menunjuk foto terakhir Man Owl dan berkata Manajer No yang mengambil foto itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka berkata sudah banyak manusia yang bekerja di hotel ini tapi ingatan tentang mereka mulai kabut. Mereka bertanya-tanya ada berapa orang yang sudah bekerja di hotel ini termasuk Manajer No. Hyun Jeong berkata hanya Man Wol yang tahu.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol sebenarnya terlihat sedih ketika mendengar nama Manajer No. Tapi ia kembali dengan ekspresi dinginnya dan berkata mereka semua sama saja jadi tidak ada gunanya dihitung. Lalu ia menyuruh mereka kembali bekerja. Ketiganya agak kesal dengan Man Wol yang tidak punya perasaan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi setelah sendirian di kantornya, Man Wol berkata Manajer No hanyalah manusia ke-48 yang bekerja di hotelnya. Dan Gu Chan Seong adalah orang yang ke-49. Menurutku Man Wol berusaha tidak terlalu dekat dengan mereka (para manajer dan pegawainya)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karena suatu saat mereka akan berpisah dan itu akan lebih menyakitkan. Bayangkan harus berpuluh-puluh kali berpisah dengan orang terdekat karena Man Wol tidak memiliki keluarga.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-ONp--bFR-Zc/XUrbnF3ZA4I/AAAAAAADI60/eFtvee3O6UcKtsfuU4EferuOMUizx6auQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00220.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-ONp--bFR-Zc/XUrbnF3ZA4I/AAAAAAADI60/eFtvee3O6UcKtsfuU4EferuOMUizx6auQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00220.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong masuk ke kantor Manajer No , yang berantakan, yang akan menjadi kantornya. Dan ia mulai menyesal kenapa ia menyerah begitu cepat. Ia teringat ketika Man Wol menyentuh dadanya dan menganggap keputusannya tadi karena terbawa suasana.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ketiga staf datang untuk memberi salam pada Chan Seong. Chan Seong menyambut mereka dan agak takut-takut karena mereka pastilah hantu. Bartender Kim berkata ia meninggal dunia sekitar 500 tahun lalu. Ibu Choi 200 tahun lalu dan Hyun Jeong, si maknae ((termuda), 70 tahun lalu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Bartender Kim bercerita dulu ia adalah seorang bangsawan yang giat belajar. Bahkan lulus ujian dengan nilai tertinggi. Tapi tiba-tiba ia meninggal dunia sebelum mencapai cita-citanya. Saat berkeliaran, ia menemukan Penginapan Bulan. Ia yang paling lama di hotel ini. Hmm... Man Wol dua kali lipat lebih lama...<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya apa pekerjaan Kim di hotel ini. Kim berkata dulu ia sangat pintar menulis puisi, sekarang ia seorang bartender. Chan Seong bengong dan menganggap Kim yang mengurus makanan dan minuman di hotel.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-dHXQ7IX-jB4/XUrbthlu6hI/AAAAAAADI7A/7pz_L-SC8C84mQsaYrEGlv5unv1Wk0niQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00231.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-dHXQ7IX-jB4/XUrbthlu6hI/AAAAAAADI7A/7pz_L-SC8C84mQsaYrEGlv5unv1Wk0niQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00231.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi berkata ia adalah menantu tertua keluarga elit di jamannya. Tapi ia dibunuh oleh keluarganya sendiri.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia menjadi arwah penasaran dan bertemu dengan Man Wol dan Kim.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia tetap di hotel menanti hingga keturunan terakhir keluarga hina itu meninggal dunia. Dan ia yang menangani kamar-kamar di hotel ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong meninggal saat perang Korea.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Keadaan buruk waktu itu, termasuk Penginapan Man Wol. Ia ingin pergi ke kehidupan selanjutnya bersama kakaknya yang masih hidup. Jadi ia menunggu kakaknya meninggal baru pergi. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Bartender Kim berkata masing-masing mereka memiliki kisah yang panjang. Ia baru mulai bercerita ketika Ibu Choi memotong perkataannya. Ia berkata mereka awalnya datang sebagai tamu tapi sekarang bekerja untuk memperlama masa tinggal mereka. Dan mereka termasuk yang terlama tinggal di hotel ini selain Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-8yKULrnT_Zo/XUrb0fB8AII/AAAAAAADI7I/0EWXhHtP7kI9pBGk9gl-UaX8Spp6oi1AwCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00246.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-8yKULrnT_Zo/XUrb0fB8AII/AAAAAAADI7I/0EWXhHtP7kI9pBGk9gl-UaX8Spp6oi1AwCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00246.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya apakah Man Wol juga dulunya adalah tamu seperti mereka lalu memperpanjang masa tinggalnya. Hyun Jeong berkata Man Wol adalah pemilik hotel.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Pemilik apanya? Ia terikat di sini karena hukuman dari nenek tua itu. Maksudnya adalah Dewa Mago. Ia berkata ada pohon besar di taman mereka. Chan Seong baru tahu ada taman di hotel ini. Tapi sebelum Bartender Kim bercerita lebih lanjut, Ibu Choi cepat-cepat menyuruh mereka kembali bekerja. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menanyakan di mana taman itu karena ia belum melihatnya. Ibu Choi berkata Man Wol tidak memperlihatkannya mungkin karena tidak penting. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apakah ada kaitan antara Direktur Jang dengan pohon itu?” tanya Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ibu Choi bertanya berapa lama Chan Seong ingin bekerja di sini. Sesingkat mungkin karena ia ke sini bukan karena keinginannya. Ibu Choi berkata kalau begitu sebaiknya Chan Seong menjaga rasa penasarannya seminimal mungkin.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka para staf akan mengurusi para tamu sementara Chan Seong hanya perlu menangani urusan dengan dunia manusia. Chan Seong mengerti.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/--oxYzU4-cAo/XUrb5BOAA5I/AAAAAAADI7U/bJHjl9FSGJkiLUi01xMt7ibZ80cFR6MLgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00255.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/--oxYzU4-cAo/XUrb5BOAA5I/AAAAAAADI7U/bJHjl9FSGJkiLUi01xMt7ibZ80cFR6MLgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00255.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong pulang saat orang-orang lain mulai pergi bekerja. Dunia nyata yang dilihatnya saat ini terasa sangat berbeda dengan dunia yang dilihatnya semalam.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Pada temannya, Sanchez, ia berkata ia akan keluar dari hotel tempatnya bekerja dan bekerja di hotel yang lain. Sanchez bingung. Kenapa Chan Seong pergi ke hotel lain setelah diterima di hotel terbaik Seoul. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Hotel dengan pantai pribadi dan bar di lantai tinggi menuju ke langit.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sanchez bingung memangnya ada hotel seperti itu. Ia juga ingin ke sana.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tidak bisa. Jika kau datang, kau akan berakhir di kamar 404.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Lalu ia masuk ke kamarnya. Menegaskan kalau inilah dunia nyata, di mana ia memiliki tempat dan teman. Dan juga banyak tempat lain yang ingin mempekerjakannya. Ia tidak boleh bingung.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Saat menaruh jasnya, ia melihat ada bunga ungu di sakunya. Ia meraih bunga itu dan bunga itu langsung lenyap.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Benda aneh mengikutiku ke dunia nyata.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-qUnHRII6gUA/XUrcBU4cfWI/AAAAAAADI7c/M7-UPh9wGnYsp7-NfMzqUBVoTXW1ZkHoQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00260.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-qUnHRII6gUA/XUrcBU4cfWI/AAAAAAADI7c/M7-UPh9wGnYsp7-NfMzqUBVoTXW1ZkHoQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00260.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><i>Kilas balik 1000 tahun lalu...</i><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><i>Man Wol, Cheong Myung dan Yeon Woo duduk di tepi sungai tanpa berbicara. Yeon Woo memainkan musik dengan sejenis kecapi. Man Wol menawari Cheong Myung arak di sebuah botol. Botol itu bertanda lingkaran dengan lengkungan di tengah seperti bulan. <o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal"><i><br /></i></div><div class="MsoNormal"><i>Cheong Myung meraih tangan Man Wol lalu membasahinya dengan air. Sambil memegangi tangan Man Wol, ia mengajari cara menuliskan namanya. Man Wol. Katanya itu sebagai balasan karena sudah memberinya arak yang bagus. Keduanya dian-diam tersenyum.</i><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><i><br /></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><i><a href="http://2.bp.blogspot.com/-dWhreaPu-Fg/XUrcHJyRPyI/AAAAAAADI7o/jqk8QEVrFwYNsF17cCB9D-M79lGR7TX2ACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00272.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-dWhreaPu-Fg/XUrcHJyRPyI/AAAAAAADI7o/jqk8QEVrFwYNsF17cCB9D-M79lGR7TX2ACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00272.png" width="320" /></a></i></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terbangun. Peristiwa tadi ternyata ada dalam mimpinya. Dan sekarang Man Wol meneleponnya untuk memberi pekerjaan pertama. Menjual lukisan Gunung Baekdu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol membawa Chan Seong ke ruangan tempat ia menggantung lukisan tersebut. Menurutnya energi lukisan itu semakin baik karena roh makhluk mistis yang di dalamnya. Dan mereka bisa menjualnya dengan harga dua kali lipat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terlihat tak setuju. Jika lukisan itu dijual, bagaimana dengan harimau di dalamnya? Man Wol berkata harimau itu sudah pergi setelah beberapa hari bersenang-senang di sana. Dan ia yakin akan dilahirkan kembali dengan penuh berkah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jadi ini sebabnya kau memintaku mendapatkan lukisan ini? Untuk menjualnya dan bukan karena peduli pada harimau itu?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata tentu saja ia peduli. Buktinya ia mengenakan stoking motif harimau. Jika Chan Seong mendapatkan harga bagus untuk lukisan itu, ia akan membelikan jas motif harimau untuk Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Terimakasih tapi tidak usah. Siapa yang mau mengenakan hal semacam itu?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Bukannya kau suka warna coklat yang norak?” balas Man Wol. Ia bahkan sudah membeli mobil baru dengan warna itu demi Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong kaget. Man Wol beli mobil baru? Mobil yang kemarin itu juga mobil baru. Man Wol berkata ia bangkrut karena membeli mobil baru jadi Chan Seong harus menjual mobil itu dengan harga bagus. Setidaknya dua kali lipat dari harga awal. Chan Seong pusing tujuh keliling.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya-tanya apakah harimau itu benar-benar sudah pergi. Ia mengaum di depan lukisan, berharap mendapat balasan. Tapi tidak ada suara apapun.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-e2itGeSnkTE/XUrcPiGCz_I/AAAAAAADI70/U-vghDkwIaIxRf5-1gCZDGn9Z0B8WdYPQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00281.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-e2itGeSnkTE/XUrcPiGCz_I/AAAAAAADI70/U-vghDkwIaIxRf5-1gCZDGn9Z0B8WdYPQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00281.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Yu Na palsu melihat dari jembatan penyeberangan tempat ia jatuh. Ia menggenggam kalungnya. Roh Yu Na asli berteriak kalau ia sudah mati di sana dan memerintahkan agar tubuhnya dikembalikan. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi anehnya berapa kalipun ia berusaha, ia tidak bisa mendorong roh siswi itu keluar dari tubuhnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Pada saat bersamaan Chan Seong hendak melewati bawah jembatan tersebut. Dan ia sempat bertatap mata dengan roh Yu Na asli. Roh Yu Na tiba-tiba berdiri di depan mobil Chan Seong hingga Chan Seong mengerem mendadak. Lalu ia duduk di samping Chan Seong dan menunjuk tubuhnya yang dihuni roh lain. Yu Na palsu tidak peduli dan berjalan pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong membawa roh Yu Na ke Del Luna. Bartender Kim berkata Chan Seong sudah membawa pelanggan yang sangat menyebalkan. Hyun Jeong setuju. Yu Na terus saja berkata kalau ia belum mati.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ini bukan pertama kalinya melihat roh orang mati berkata kalau mereka masih hidup. Mereka selalu bilang kalau mereka masih hidup, mereka tidak boleh mati dan bertanya kenapa mereka mati. Kita selalu mendengar hal seperti itu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-vSy4zYaD6J0/XUrj0RIDNUI/AAAAAAADI8I/CrV_W051KC8WMmdBgaeBaiKPSGOEpS5GQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00308.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-vSy4zYaD6J0/XUrj0RIDNUI/AAAAAAADI8I/CrV_W051KC8WMmdBgaeBaiKPSGOEpS5GQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00308.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol memarahi Chan Seong karena bukannya menjual lukisan malah membawa tamu tak diinginkan. Chan Seong balik marah. Bukankah Man Wol bilang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tempat ini untuk menenangkan roh. Jadi kenapa tidak membantunya? <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Dia bilangnya tubuhnya dicuri.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Kalau itu benar, kita harus mengembalikannya. Kau membawa roh dari seseorang yang masih hidup.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bingung. Jadi tubuhnya keliaran tanpa roh? Astaga..Chan Seong polos banget. Kata Man Wol tubuh Yu Na pasti diambil roh lain.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Yu Na palsu ada di sekolah. Ternyata siswi yang jatuh adalah teman sekelas Yu Na. Para siswi lain heran melihat “Yu Na” terlihat sedih memegang foto siswi jatuh itu karena Yu Na adalah orang yang paling banyak mem-bully-nya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-nRj8wZxfig0/XUrlOimVUZI/AAAAAAADI8U/tPfTTxtZy4oEifNXAklTUN6feq3qp8klQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00314.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-nRj8wZxfig0/XUrlOimVUZI/AAAAAAADI8U/tPfTTxtZy4oEifNXAklTUN6feq3qp8klQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00314.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol dan Chan Seong pergi ke rumah Yu Na. Ternyata Yu Na berasal dari keluarga kaya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan anak satu-satunya. Sangat kaya malah. Chan Seong bertanya apa Man Wol akan membuat orangtua Yu Na membayar untuk mengembalikan tubuh anaknya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong sudah tidak heran lagi. Ia berkata mereka harus mencaritahu kenapa ini terjadi. Tapi Man Wol sudah tahu. Semuanya karena kalung milik siswi yang mengambil alih tubuh Yu Na. Rohnya tinggal dalam kalung lalu mengambi alih tubuhnya. Chan Seong bertanya kenapa seorang teman melakukan hal seperti itu?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tidak usah banyak tanya, kata Man Wol. Mereka hanya perlu mendapatkan tubuh Yu Na kembali. Pada saat yang sama Yu Na palsu pulang sekolah. Ia langsung kabur ketika melihat mereka. Chan Seong lari mengejarnya. Sementara Man Wol masuk ke dalam rumah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Yu Na” sampai di jembatan tempat ia meninggal. Ia hendak menjatuhkan diri agar Yu Na juga meninggal. Tapi Chan Seong menghentikannya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ini bukan tubuhmu. Kenapa kau melakukan hal seperti ini pada temanmu?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-Q68_tl_1Vnk/XUrlavMd0PI/AAAAAAADI8c/uk07yBWqEnsrPhvDpNDvEmlDUuv7k2P8gCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00321.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-Q68_tl_1Vnk/XUrlavMd0PI/AAAAAAADI8c/uk07yBWqEnsrPhvDpNDvEmlDUuv7k2P8gCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00321.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Siswi itu berkata Yu Na bukanlah temannya. Yu Na yang membunuhnya. Chan Seong terkejut. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Siswi itu bernama Jeong Su Jeong dan menjadi korban bully Yu Na. Pada malam ia meninggal di jembatan itu, Yu Na mengambil paksa kalungnya. Su Jeong adalah siswi penerima bantuan sosial dan Yu Na menuduhnya menggunakan uang itu untuk membeli kalung bukannya beli makanan. Menyebutnya menyia-nyiakan uang pajak.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Su Jeong berusaha mengambil kembali kalungnya dan tak sengaja mendorong Yu Na. Yu Na marah. Ia menyerang Su Jeong hingga terjatuh dari jembatan. Su Jeong berkata ia tidak ingat apapun setelah jatuh. Ketika ia sadar, ia sudah berada dalam tubuh Yu Na dengan kalungnya di tangannya,<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa kau ke sini untuk mengembalikan tubuh Yu Na? Ia yang membunuhku!”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Chan Seong jadi bingung.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-XzNJ8BViAyw/XUrlijnsA7I/AAAAAAADI8o/VitU9VH3nSo9lrd3CJKb9kxVd8IFD3xQACK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00327.png" imageanchor="1"><img border="0" height="181" src="https://3.bp.blogspot.com/-XzNJ8BViAyw/XUrlijnsA7I/AAAAAAADI8o/VitU9VH3nSo9lrd3CJKb9kxVd8IFD3xQACK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00327.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sementara itu roh Yu Na memberitahu Man Wol di mana kalung Su Jeong. Man Wol mengambilnya dan berkata roh Su Jeong tidak akan lenyap dengan mudah. Yu Na berkata cukup beritahu orangtuanya dan mereka akan melakukan apapun untuknya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tentu saja. Mereka yang sudah membuatmu,” kata Man Wol penuh arti.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menemui orangtua Yu Na dan memberitahu mereka kalau Yu Na sudah membunuh temannya yang diberitakan bunuh diri di jembatan. Buktinya adalah kalung di tangannya. Orangtua Yu Na tidak nampak kaget. Mereka bertanya apa yang Man Wol inginkan. Man Wol datang untuk mendapatkan hadiah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-tGI5cZ4zAbY/XUrlrU-aWwI/AAAAAAADI80/c51Q2DMQJEwtJmY6cQJVHdfzqS2E2Ou7QCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00336.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-tGI5cZ4zAbY/XUrlrU-aWwI/AAAAAAADI80/c51Q2DMQJEwtJmY6cQJVHdfzqS2E2Ou7QCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00336.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Su Jeong bertanya apakah salah jika ia membunuh Yu Na. Chan Seong berkata mereka akan mencari cara lain. Tapi Su Jeong berkata dengan cara apapun ia tidak bisa kembali hidup.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku juga ingin hidup! Meski mereka menyebutku parasit, aku tetap ingin hidup.” <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia tidak bisa membiarkan Yu Na kembali ke tubuhnya dan hidup seolah tak terjadi apapun. Chan Seong sangat bingung. Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil kembali kalung itu dan Su Jeong tetap hidup dalam tubuh Yu Na.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi ketika ia menoleh ia melihat Man Wol sudah menunggunya. Ia berlari pada Man Wol dan berkata mereka belum bisa membiarkan Yu Na kembali ke tubuhnya. Akan sangat tidak adil bagi Su Jeong. Man Wol berkata ia sudah mengembalikan kalung itu pada orangtua Yu Na. Su Jeong nampak pasrah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-e3p8TlA8Ksw/XUrlvkhAt7I/AAAAAAADI88/147IoneJAN4E9vxUU5kgQXplmVWX4f_1wCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00341.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-e3p8TlA8Ksw/XUrlvkhAt7I/AAAAAAADI88/147IoneJAN4E9vxUU5kgQXplmVWX4f_1wCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00341.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di rumah Yu Na, orangtua Yu Na hendak membakar kalung Su Jeong.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Man Wol memberitahu mereka ada dua cara untuk membayar perbuatan Yu Na. Pertama, kalung itu dijadikan bukti untuk membuktikan kesalahan Yu Na dan menghukumnya.Mereka juga harus meminta maaf pada Su Jeong. Kedua, mereka bisa merahasiakan semua ini dan menyingkirkan kalung itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka tidak perlu berpikir lama untuk memutuskan. Mereka akan membayar sebanyak apapun agar kalung itu diserahkan pada mereka secara diam-diam. Man Wol tersenyum dan berkata mereka akan membayar mahal untuk keputusan mereka ini. Roh Yu Na tersenyum puas.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia mengantar Man Wol keluar rumah dan berkata semuanya akan kembali seperti biasa. Man Wol mengiyakan. Begitu kalung itu lenyap, tidak ada yang tahu Yu Na membunuh Su Jeong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sudah kukatakan dendamnya sangat kuat, bukan? Begitu kalung itu dibakar, kesempatanmu untuk dimaafkan olehnya pun akan lenyap.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tidak masalah,” jawab Yu Na.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tentu saja masalah, kata Man Wol tertawa. Karena Yu Na tidak akan bisa kembali ke tubuhnya. Roh Yu Na akan lenyap tanpa ada seorangpun yang tahu. Yu Na terkejut. Ia langsung masuk kembali ke rumah.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Orangtua Yu Na menganggap semua sudah berlalu toh gadis itu sudah tiada lalu membakar kalung itu. Sedangkan Yu Na mereka bisa lanjut hidup dengan baik. Mereka akan menganggap semua tidak pernah terjadi. Tapi mereka teringat pada perkataan terakhir Man Wol sebelum pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kalian harus tahu bahwa pilihan yang kalian buat akan membunuh jiwa puteri kalian.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Yu Na berteriak agar orangtuanya mengambil kalung itu sebelum terbakar. Tapi tentu saja mereka tidak mendengar sekeras apapun teriakannya. Dan rohnya terbakar seiring dengan terbakarnya kalung tersebut.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Su Jeong benar-benar hidup dalam tubuh Yu Na sekarang meski sebagai parasit. Man Wol berkata ia harus berusaha bangkit lagi. Meski Su Jeong sekarang benar-benar menjadi parasit dalam tubuh Yu Na, setidaknya ia hidup dalam keluarga yang bergelimang emas. Ia akan dimanjakan orangtua Yu Na tanpa tahu kalau Yu Na bukanlah puteri mereka.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-qS2gNgGWH2g/XUrmBEoM2gI/AAAAAAADI9U/xQkKk8wy9a8jgJ6EddRcAiFMxoDtKAgewCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00375.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://1.bp.blogspot.com/-qS2gNgGWH2g/XUrmBEoM2gI/AAAAAAADI9U/xQkKk8wy9a8jgJ6EddRcAiFMxoDtKAgewCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00375.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol mendapat bayaran emas sebagai ganti kalung itu. Chan Seong masih merasa kasihan pada roh Yu Na. Tapi Man Wol berkata itu akibat perbuatannya sendiri. Chan Seong jadi teringat perkataan Bartender Kim.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa kau juga sedang membayar akibat perbuatanmu? Kudengar kau sedang dihukum.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Benar,” kata Man Wol setelah terdiam sejenak. “Seseorang mengatakan kalau aku arogan dan bodoh. Meski aku tidak setuju.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia bertanya apa Chan Seong sekarang merendahkannya. Tidak, katanya. Hanya saja ada kalanya...sangat jarang...ia merasa bersimpati pada Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi yang diberi simpati malah sibuk marah-marah karena pesanan mobilnya dibatalkan. Ia menelepon dealer mobil dan membentak-bentak mereka.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sekembalinya ke hotel, Hyun Jeong membawa Chan Seong ke gudang anggur. Ia berkata Man Wol banyak minum champaign jika sedang marah. Jadi Manajer No selalu menyiapkannya untuknya. Chan Seong berkata ia tidak tahu pekerjaannya termasuk menyediakan minuman.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau tidak beruntung. Kau sebenarnya di urutan ketiga tapi jadi manajer kami. Kami juga tidak tahu kau akan datang,” kata Hyun Jeong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Apa maksudnya aku urutan ketiga, tanya Chan Seong kaget. Upsss....Hyun Jeong ember ;D<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Melihat Chan Seong kesal, Hyun Jeong berkata Chan Seong sudah jadi pemenangnya. Ia menyerahkan kotak champaign. Di atas kotak itu ada simbol yang tidak asing. Lingkaran dengan lengkung di tengah. Simbol Man Wol yang dilihatnya pada botol arak di mimpinya. Hyun Jeong berkata semua benda dengan lambang itu artinya milik Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-mcWFH9UL55M/XUrmIdql2zI/AAAAAAADI9c/GTjNpXNwZt8NFNNoTdb1AY8qaPFBWO9ZgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00391.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-mcWFH9UL55M/XUrmIdql2zI/AAAAAAADI9c/GTjNpXNwZt8NFNNoTdb1AY8qaPFBWO9ZgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00391.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong membawa kotak itu ke kantor Man Wol. Di sana ada ibu Choi yang sedang merapikan meja. Ia bertanya apa Ibu Choi tahu seperti apa Man Wol ketika masih hidup dan apa artinya ia sedang dihukum.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau hanya pengunjung yang lewat. Seperti mereka yang singgah selama bertahun-tahun, anggap saja kau hanya berkunjung sebentar dan tinggalkan tempat ini secepat keinginanmu,” kata Ibu Choi tanpa mau memberitahu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong mengamati lukisan dan foto-foto Man Wol dari berbagai jaman dengan lebih dekat. Ia bertanya-tanya kenapa Man Wol hidup begitu lama seperti ini. Ia juga melihat lukisan sebuah pohon dan bertanya apakah itu pohonnya.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-AUshzyxm_Tw/XUrmQEY_zDI/AAAAAAADI9o/r1NsvfO3Y8wUZW9j1OfL1TI7Nm8VjXLUgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00395.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://4.bp.blogspot.com/-AUshzyxm_Tw/XUrmQEY_zDI/AAAAAAADI9o/r1NsvfO3Y8wUZW9j1OfL1TI7Nm8VjXLUgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00395.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia pergi ke taman dan menemukan Pohon Bulan. Man Wol tiba dan bertanya apa yang Chan Seong lakukan di sini. Chan Seong berkata Man Wol tidak memperlihatkan taman padanya jadi ia datang untuk melihat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tamu tidak bisa ke sini. Jadi kau tidak perlu melihatnya.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong bertanya apakah itu pohonnya. Pohon yang disentuh ayahnya. Alasan kenapa ia dijual di sini. Man Wol membenarkan, karena itu Chan Seong juga ikut membayarnya (dengan bekerja di Del Luna.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tapi kudengar tidak harus aku. Aku cuma urutan ketiga. Tadinya kukira harus aku. Kau bilang kau menyukaiku jadi aku membuat keputusan besar untuk datang ke sini. Tapi aku di sini menggantikan nomor 1 dan 2,” gerutu Chan Seong. Ha...kok kesannya Chan Seong malah pengen jadi nomor 1 XD<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Siapa bilang kau urutan ke-3?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Masih ada lagi sebelum aku?” tanya Chan Seong kaget.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Kau urutan ke nol. Harus kau orangnya,” jawab Man Wol serius.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terdiam. Yeee...dalam hati jangan-jangan senang^^<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-ZozXqgHmoWo/XUrmezwzATI/AAAAAAADI-A/0Xbx8gF4jAkub3OWsgOoo8K8bCvkC4ltQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00406.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-ZozXqgHmoWo/XUrmezwzATI/AAAAAAADI-A/0Xbx8gF4jAkub3OWsgOoo8K8bCvkC4ltQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00406.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menawarkan segelas minuman untuk Chan Seong sebagai hadiah karena mau menjual lukisan Gunung Baekdu. Chan Seong bertanya apa harimau itu sudah melihat apa yang ingin dilihatnya. Mungkin saja, kata Man Wol, karena harimau itu pergi dengan tenang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ia melihat masa lalunya seperti mimpi, waktu di mana ia tidak bisa kembali. Ia cukup beruntung.”</div><div class="MsoNormal">“Aku yakin ada hal-hal yang kaurindukan di masa lalu...tempat kau tidak bisa kembali. Kurasa aku melihatnya. Sudah kubilang aku melihatmu dalam mimpi,” kata Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tadinya Man Wol tidak menanggapi dengan serius. Tapi kemudian Chan Seong berkata ia melihat Man Wol tersenyum di bawah sebuah pohon besar. Lalu ada seseorang berkata akan membuatkan Man Wol rumah. Ketika itu Man Wol menanggapi dengan kata-kata pedas tapi terlihat bahagia. Ia juga melihat Man Wol minum pada malam bulan purnama diiringi alunan musik dan suara tawa. Man Wol tidak sendirian tapi ada seseorang di sisinya. Orang yang mengajari cara menuliskan nama Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apakah orang itu yang paling kaurindukan selama kau tinggal di sini?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-thF2cMq6dMM/XUrmxPAxdMI/AAAAAAADI-U/E0k6xQn54IIsiaH11KZC2qxb4ky25HgAgCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00420.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://2.bp.blogspot.com/-thF2cMq6dMM/XUrmxPAxdMI/AAAAAAADI-U/E0k6xQn54IIsiaH11KZC2qxb4ky25HgAgCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00420.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol terguncang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau....Kau benar-benar melihat orang itu?”</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata selama ini Man Wol terus menanti orang itu. Man Wol bertanya kenapa Chan Seong bisa melihat semua itu. Chan Seong juga tidak tahu. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jang Man Wol-sshi, setelah aku mulai melihatmu dalam mimpiku..aku banyak memikirkanmu. Maksudku adalah kau mengisi seluruh malam dan mimpiku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-xf100vubaaY/XUrm2qske5I/AAAAAAADI-c/ElBB0jA8EbcNx2dWYDSpYHYgRkExeyuLQCK4BGAYYCw/s1600/vlcsnap-00433.png" imageanchor="1"><img border="0" height="182" src="https://3.bp.blogspot.com/-xf100vubaaY/XUrm2qske5I/AAAAAAADI-c/ElBB0jA8EbcNx2dWYDSpYHYgRkExeyuLQCK4BGAYYCw/s320/vlcsnap-00433.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b></div><div class="MsoNormal">Awww...Chan Seong jujur banget....<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi apakah benar yang dinanti Man Wol adalah Cheong Myung? Aku bisa merasakan Man Wol mulai jatuh hati pada Cheong Myung di malam ia mengajar menuliskan namanya. Welll...siapa yang tidak akan jatuh hati dengan senyum semanis itu ;p<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sebenarnya lebih gemes melihat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kisah masa lalu Man Wol sih...penasaran apa yang terjadi pada mereka bertiga hingga Man Wol dihukum seperti ini. Dan apa hubungannya dengan Chan Seong hingga ia bisa bermimpi demikian? Apa hanya karena Dewa Mago memilihnya? Dan lagi apa yang ditunggu Dewa Mago untuk melepaskan hukumannya?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Aku senang dengan cara Man Wol menyelesaikan masalah Su Jeong dan Yu Na. Ia memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan tapi mereka memilih hal yang salah hingga harus membayar mahal. Dapat emas banyak lagi hehe...<o:p></o:p></div><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2019/08/sinopsis-hotel-del-luna-episode-3.html[email protected] (Kdramatized)0
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4793733837910904813Thu, 01 Aug 2019 03:36:00 +00002019-08-01T10:36:24.866+07:00hotel del lunaSinopsis Hotel Del Luna Episode 2<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-tDg7VRl0-Ic/XUJXYlhWJpI/AAAAAAADIzw/kaOB25-30AQKCJFvz4LfxRAXupxSvhyNACLcBGAs/s1600/vlcsnap-00333.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-tDg7VRl0-Ic/XUJXYlhWJpI/AAAAAAADIzw/kaOB25-30AQKCJFvz4LfxRAXupxSvhyNACLcBGAs/s400/vlcsnap-00333.png" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terkejut dan marah melihat Man Wol benar-benar membunuh orang. Ia berlari menuju tembok tempat Walikota Park tewas naum hanya menemukan seonggok debu. Sementara senjata besi tajam masih menancap di tembok batu itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tiba-tiba debu itu membara dan sebuah tangan keluar daripadanya lalu meraih kaki Chan Seong. Chan Seong berteriak ketakutan. Ia melompat mundur hingga sepatunya terlepas. Tangan itu masih memegang sepatu Chan Seong namun langsung lebur begitu Man Wol datang mendekat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong yang tadinya marah malah bersembunyi di belakang Man Wol. Ia bertanya makhluk apa itu. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Debu dari roh yang baru saja terbakar.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BRrBV2fILa4/XUJYJCBbpEI/AAAAAAADIz8/PY7KvZU9GT0xB1HNTEyAlk-5_HMb30dBQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00007.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-BRrBV2fILa4/XUJYJCBbpEI/AAAAAAADIz8/PY7KvZU9GT0xB1HNTEyAlk-5_HMb30dBQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00007.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terkejut. Jadi kakek itu tadi bukan manusia? Sama aku juga terkejoet...kirain Walikota Park masih hidup ternyata yang menyerang Man Wol itu hantunya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata beberapa dari hantu memang cenderung mirip manusia. Tapi kau bilang mereka tidak berbahaya, seru Chan Seong masih shock.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kalau kau diserang oleh roh yang menyimpan dendam kesumat, kau bisa terbunuh. Kau harus bisa membedakan mereka.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Tapi kau bilang susah untuk membedakan mereka,” protes Chan Seong.</div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata itu sebabnya Chan Seong harus melihat dari dekat. Tapi aku takut kalau melihat terlalu dekat, Chan Seong mengakui dengan malu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Apa yang kautakutkan saat aku ada di sisimu,” kata Man Wol tenang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-zTCEUgIXkYw/XUJYTexvZhI/AAAAAAADI0A/oFX0lJljdEo_8jAfisfZlUeaZd-EASPEgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00009.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-zTCEUgIXkYw/XUJYTexvZhI/AAAAAAADI0A/oFX0lJljdEo_8jAfisfZlUeaZd-EASPEgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00009.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia berjalan pergi tapi Chan Seong memanggilnya dan memintanya mengambilkan sepatunya karena ia takut mendekat. Man Wol tersenyum geli dan menyuruh Chan Seong mengakuinya sebagai bosnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata Man Wol bukan bosnya dan ia sudah bilang kalau ia tidak mau bekerja di Del Luna.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau belum setakut itu rupanya,” kata Man Wol ketus. Ia berbalik pergi. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terpaksa mengambil sepatunya sendiri lalu mengejar Man Wol. Ia bertanya bukankah berbahaya membiarkan debu itu begitu saja. Bagaimana jika ada orang yang lewat?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata debu itu akan diambil segera ...oleh malaikat maut.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol terlihat tak setuju ketika melihat Chan Seong kembali mengenakan sepatunya. Mengira akan berbahaya, Chan Seong akhirnya membuang sepatunya dengan terpaksa padahal sepatu itu masih baru.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man wol mengajak Chan Seong ke mal untuk membeli sepatu baru. Ia bahkan memilihkan modelnya. Chan Seong tidak suka dengan pilihan Man Wol. Man Wol berkata ia tidak suka warna coklat dan sepatu Chan Seong yang tadi berwarna coklat. Sadarlah Chan Seong bahwa sepatunya sebenarnya tidak berbahaya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku tidak pernah bilang sepatu itu berbahaya,” kata Man Wol cuek.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia memilihkan sepatu lain warna hitam putih tapi Chan Seong tidak suka. Namun akhirnya lagi-lagi Chan Seong terpaksa membelinya karena mal itu akan tutup. Man Wol mengomel ia bahkan belum sempat membeli sepatu untuk dirinya sendiri.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-FwzZ69a3eAA/XUJY9-6_DzI/AAAAAAADI0c/E75y4bsrFV0Y3tcAMVP4sn7t4DZMywABgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00020.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-FwzZ69a3eAA/XUJY9-6_DzI/AAAAAAADI0c/E75y4bsrFV0Y3tcAMVP4sn7t4DZMywABgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00020.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka keluar dari mal. Man Wol berkata ia sudah membelikan sepatu baru jadi Chan Seong bisa mulai bekerja besok.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Mari kita luruskan. Kau memilih semaumu dan aku yang membelinya,” kata Chan Seong kesal. Astaga Man Wol XD<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Pokoknya ia tidak mau bekerja di hotel Man Wol. Dan lagi apa yang bisa ia lakukan di sana?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau akan menghibur mereka yang menutup pintu dengan penderitaan,” jawab Man Wol sambil menatap pintu mal yang mulai menutup. “Menutup pintu hidup mereka. Kematian.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Roh orang-orang yang meninggal akan dijemput oleh dewa kematian, sementara Dewa Mago mendoakan mereka. Lalu mereka akan diantar menuju jembatan yang melewati Sungai Sanzu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Roh orang-orang mati itu berjalan melewati jembatan Sungai Sanzu menuju dunia lain (kaya film Coco^^). Tapi beberapa orang gagal menemukan jalan menuju jembatan itu. Merekalah hantu-hantu gentayangan yang dengan bodohnya tetap tinggal di dunia ini meski hidup mereka sudah berakhir.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sama seperti kau yang berdiri di sini meski mal sudah tutup?” tanya Chan Seong.</div><div class="MsoNormal">“Perumpamaan yang bagus. Kau mengerti dengan baik. Mereka yang datang ke hotelku adalah roh-roh yang tersesat saat menuju kehidupan mereka selanjutnya.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong baru menyadari kalau semua tamu hotel Del Luna adalah hantu dan itu sebabnya Man Wol membuatnya bisa melihat mereka.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Datanglah ke Hotel Del Luna. Kau akan aman jika kau tinggal di sisiku. Hal yang paling berbahaya adalah kau berusaha lari tampa seijinku. Jangan lakukan itu,” Man Wol memperingatkan. Ia menyuruh Chan Seong mengenakan sepatu barunya dan pergi ke stasiun 4.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-O16TEijCwYk/XUJZHJvF7pI/AAAAAAADI0k/J8Gr_nc3Rf8bLi9llea4xhcrIWoowUaTgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00032.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-O16TEijCwYk/XUJZHJvF7pI/AAAAAAADI0k/J8Gr_nc3Rf8bLi9llea4xhcrIWoowUaTgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00032.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No menjemput Man Wol. Saat Man Wol hendak naik ke mobilnya, Chan Seong meamnggil dan bertanya apakah pintu Man Wol belum tertutup. Atau ia adalah roh yang tetap berkeliaran meski pintu sudah tertutup? <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau bukan manusia biasa sepertiku. Aku bisa mengetahuinya dari apa yang kualami hari ini. Kau bilang keinginan untuk membalas dendam dapat membunuh dan kau bilang kau akan membunuhku. Apa kau juga hantu pendendam?”</div><div class="MsoNormal">“Yang berdiri di sebelahmu mungkin hantu pendendam,” kata Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terkesiap dan langsung menutup mulutnya saat melihat hantu wanita buta berdiri sangat dekat dengannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tersenyum sinis lalu masuk ke mobilnya. Namun perkataan Chan Seong mengenai ia seorang hantu pendendam tampaknya mengenai hatinya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-aJk_Hn1ePnA/XUJZnwT4i_I/AAAAAAADI1E/rRkeJFPqIu842oF4uoN7nY2l1j-BcQkNQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00055.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-aJk_Hn1ePnA/XUJZnwT4i_I/AAAAAAADI1E/rRkeJFPqIu842oF4uoN7nY2l1j-BcQkNQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00055.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di sebuah taman, seorang anak perempuan dan ibunya memberi makan kucing-kucing terlantar. Tapi tiba-tiba tanpa sepengetahuan ibunya, anak itu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berlari ke bagian dalam taman. Ia tersenyum melihat sosok yang berjalan ke arahnya. Seekor harimau.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kucing besar. Kau kucing raksasa,” kata anak itu senang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Untunglah ibu anak itu segera menemukannya. Namun ia<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hanya melihat anaknya sendirian, padahal harimau itu berdiri di hadapan mereka. Ternyata<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>harimau itu juga hantu. Tapi sepertinya tidak berniat mencelakakan anak itu dan ibunya. Ia hanya berjalan pergi begitu ibu anak itu bertemu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol memandang pohon besar di taman hotelnya dan bertanya apakah pohon itu hidup atau mati. Sudah lebih dari seribu tahun namun pohon itu tidak berdaun apalagi berbunga. Apa itu artinya pohon itu mati?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Pohon ini hidup,” kata Manajer No yang menemani Man Wol. “Kau bilang pohon ini sama sepertimu.”</div><div class="MsoNormal">“Benar, jadi bisakah kita menganggap aku ini masih hidup?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tiba-tiba ia merasakan sesuatu. Ia berkata seorang tamu spesial datang ke hotel mereka. Ia berkata ia harus menyambutnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia pergi keluar hotel. Roh harimau di taman berjalan menuju hotel. Tapi ia tidak masuk dan hanya berjalan melewatinya meski ia melihat Man Wol menyambutnya. Man Wol merasa heran. Terlalu berbahaya roh yang suci berkeliaran seperti itu. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Q5rlY21RRvM/XUJZUynORHI/AAAAAAADI0w/6QIeSl-3uq4EAKR3rMu4qoQx0hjUqVRuQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00067.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-Q5rlY21RRvM/XUJZUynORHI/AAAAAAADI0w/6QIeSl-3uq4EAKR3rMu4qoQx0hjUqVRuQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00067.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keluar dan melihat sekilas roh harimau itu. Ia mengira Man Wol mengusir roh itu. Man Wol memarahinya karena tidak bisa merasakan kehadiran tamu dan menyambutnya. Hyun Jeong membela diri dengan berkata ia tidak pernah melihat roh harimau sebagai tamu selama 60 tahun ia bekerja di hotel itu. Man Wol tak mau kalah. Ia berkata banyak hantu yang ingin bekerja di hotelnya agar bisa tetap tinggal di dunia. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kalau kau protes, naik saja ke bis ke kehidupan selanjutnya, aku tidak akan menahanmu.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong mengingatkan dengan bergurau kalau Chan Seong bisa terlibat hotel mereka karena dirinya (karena ia tidak berjaga dengan benar hingga ayah Chan Seong bisa masuk hotel mereka lebih dari 20 tahun lalu). Ia memang tidak kompeten tapi beruntung.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jadi kau mati muda karena kau beruntung?” sergah Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong bergumam bosnya benar-benar kejam. Tapi kemudian ia berlari menyusul bos kejamnya itu untuk membujuknya agar tidak marah lagi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0F1nKULaERg/XUJZfU0vonI/AAAAAAADI08/3Gheu-aGH40FRnkMtR7_8IPsbYKtL_0XwCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00084.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-0F1nKULaERg/XUJZfU0vonI/AAAAAAADI08/3Gheu-aGH40FRnkMtR7_8IPsbYKtL_0XwCLcBGAs/s320/vlcsnap-00084.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong akan tinggal di rumah temannya selama ia di Korea. Tadinya temannya mengira Chan Seong tidak jadi tinggal karena Chan Seong mendadak berkata akan pergi. Sekarang ia mendapati Chan Seong duduk di ruang tamunya dengan wajah khawatir. Teman Chan Seong mengajak mereka minum-minum untuk merayakan kedatangan Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi Chan Seong hanya diam seribu bahasa dan tak menjawab apapun. Penyebabnya? Hantu buta yang duduk di depan rumah. Chan Seong tak berani membuka mulutnya karena takut hantu itu mendekatinya lagi. Ia juga mulai menyesali kata-katanya pada Man Wol tadi dan tanpa sadar bergumam. Dalam sekejap hantu itu berdiri di sebelah Chan Seong. Hiiiy....kasian XD<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sepertinya karena tak tahan atau penasaran, keesokan paginya Chan Seong pergi ke Del Luna sesuai petunjuk peta yang ada di kartu ulang tahunnya. Ia bingung karena bangunan hotel yang ada di depannya berbeda dengan gambaran ayahnya. Bukannya hotel mewah bertingkat, yang dilihatnya adalah hotel tua dan biasa.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di dalam pun terlihat sangat biasa dengan lampu remang-remang. Ia bertanya-tanya apakah hotel itu tutup pada siang hari. Tiba-tiba Hyun Jeon muncul dari balik meja dan menyapanya. Ia menguap karena terbangun dari tidurnya. Setelah mengamati Chan Seong ia berkata Chan Seong belum mati lalu menyerahkan daftar harga.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terkejut melihat tarif menginap di hotel itu. Paling murahnya 1,2 juta won dan termahal 4 juta won.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sekitar 15-50 juta rupiah per malam!!<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong setuju tarif itu sangat mahal. Dengan harga itu, sebaiknya menginap di hotel bintang lima dekat sana. Chan Seong berkata tentu saja ia akan mencari hotel lain jika memang akan menginap. Ia menunjukkan kartu ulang tahunnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Ternyata kau manajer baru kami, Tuan Gu Chan Seong.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata ia belum menerima posisi itu dan hanya berkunjung. Hyujn Jeong berkata Man Wol sudah menunggu dan tetap memanggil Chan Seong dengan sebutan Manajer meski berapa kali pun Chan Seong memprotes.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ye1lTgLTflo/XUJZ2MRvpDI/AAAAAAADI1M/8JIYTu6Ubsc60bdh6i4gTD-Ww7ceBj3SQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00098.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ye1lTgLTflo/XUJZ2MRvpDI/AAAAAAADI1M/8JIYTu6Ubsc60bdh6i4gTD-Ww7ceBj3SQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00098.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hyun Jeong mengantar Chan Seong naik ke atas. Lobi terlihat gelap dan sepi. Chan Seong bertanya apakah saat ini sedang tidak ada tamu di hotel ini. Semua kamar terisi, kaya Hyun Jeong. Terlihat sepi karena hampir semua sedang tidur.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong pernah mendengar cerita tentang kolam luar biasa dan bar di lantai atas hotel ini dari ayahnya. Ia menanyakan hal itu dan Hyun Jeong berkata kedua fasilitas itu membanggakan mereka. Chan Seong yang awalnya mengira ayahnya hanya mengada-ada terkejut karena kedua fasilitas itu memang ada. Ia menolak ketika Hyun Jeong menawarkan diri untuk mengantarnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No datang dan mengambil alih tugas mengantarkan Chan Seong. Melewati lorong-lorong kamar yang sepi dan remang-remang, Manajer No berkata waktu di hotel ini sekitar jam 3 pagi (berbeda dengan waktu dunia luar). Chan Seong mulai menyadari kalau semua hotel itu sekarang sedang berisi hantu dan mulai merasa takut.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia pelan-pelan menjulurkan tangannya untuk menyentuh Manajer No. Ingin memastikan identitasnya. Manajer No menoleh dan mengatakan kalau ia manusia sama seperti Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5VrGVqyutTg/XUJaArs8zpI/AAAAAAADI1U/DZmxzwiKzvo_jbYo2lU27QgWbEA89CbJQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00107.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-5VrGVqyutTg/XUJaArs8zpI/AAAAAAADI1U/DZmxzwiKzvo_jbYo2lU27QgWbEA89CbJQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00107.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka tiba di ruangan Man Wol yang kosong. Chan Seong melihat gambar dan foto Man Wol dari berbagai jaman. Ia<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak menyangka Man Wol sudah hidup selama itu. Ia bertanya pada Manajer No sudah berapa lama ia bekerja di Del Luna.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku mulai bekerja sejak usia 40 tahun. Jadi sudah lebih dari 30 tahun,” Manajer No tersenyum. Hanya ia satu-satunya yang menua di hotel ini dan sekarang Chan Seong akan menggantikannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Chan Seong ketakutan memikirkan ia harus tinggal di hotel ini selama itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menemuinya dan hal pertama yang dilihatnya adalah sepatu Chan Seong.Chan Seong tidak mengenakan sepatu yang dipilihnya semalam. Chan Seong berkata sepatu itu terlalu menonjol untuk digunakan bekerja di hotel tempatnya bekerja. Ia berkata ia hanya ke sini sebentar lalu akan pergi kerja.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tidak marah, malah tertawa geli menanyakan apakah Chan Seong kerepotan karena hantu berkacamata hitam. Chan Seong jadi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengira Man Wol yang mengirim hantu itu untuk mengikutinya. Tapi Man Wol berkata hantu itu hanya berkeliaran di sekitar orang yang “terhubung” dengannya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sekalinya terhubung, otomatis berlangsung selamanya.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Memangnya aku ini router wi-fi atau semacamnya?” protes Chan Seong. Pffft...<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata Chan Seong mudah mengerti jadi ia makin menyukainya. Chan Seong tidak ingin Man Wol menyukainya. Ia benci melihat hantu-hantu itu. Tapi Man Wol berkata Chan Seong harus bisa melihat mereka karena mulai sekarang para hantu itu akan menjadi tamunya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-rFt-1yX5vwQ/XUJavuZuKAI/AAAAAAADI1g/VZBnBLK1ebk_XL4ff4HgWDz3sYzhH0ToQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00116.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-rFt-1yX5vwQ/XUJavuZuKAI/AAAAAAADI1g/VZBnBLK1ebk_XL4ff4HgWDz3sYzhH0ToQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00116.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong masih tidak mengerti keberadaan hotel itu untuk apa. Ia masih menolak mempercayai ada hotel semacam itu di tengah kota Seoul. Man Wol memastikan tempat ini adalah hotel, dan terdaftar di pemerintahan daerah. Chan Seong berkata ia mencari semalaman tapi tidak menemukan website atau artikel apapun mengenai hotel ini di internet. Man Wol jadi kesal. Tentu saja tidak ada karena hotel ini bukan untuk manusia. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau bilang tempat ini untuk menghibur para hantu, bukan? Jadi layanan apa yang kauberikan pada para tamu? Ritual pengusiran hantu?” Yeee...kabur semua dong tamunya ;p<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata mereka membuat nyaman semua tamu mereka. Hotel Del Luna adalah tempat di mana semua roh yang dulunya manusia datang untuk beristirahat dan memenuhi hal-hal yang tidak bisa mereka penuhi saat mereka hidup.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di suatu kamar, hantu yang meninggal karena diet berlebihan (atau kekurangan gizi?) memakan dengan rakus semua makanan yang terhidang di meja besar. Makanan disediakan tanpa henti. Di kamar lain, disediakan perapian dan banyak kayu bakar untuk hantu yang meninggal kedinginan di gunung bersalju. Di kamar lain terlihat seperti perpustakaan raksasa, hantu nenek terus belajar untuk memenuhi keinginan belajarnya yang terpendam saat ia hidup.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Kesempatan memenuhi keinginan dan impian bukan hanya untuk manusia saja, tapi juga untuk para hantu agar mereka bisa pergi tanpa penyesalan.<o:p></o:p></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Wr1rAMqRwyQ/XUJa5SyNfWI/AAAAAAADI1k/L0Pq4nD8OI8jb0z2QanO32rxU0UyFEfzgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00137.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-Wr1rAMqRwyQ/XUJa5SyNfWI/AAAAAAADI1k/L0Pq4nD8OI8jb0z2QanO32rxU0UyFEfzgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00137.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata kalau begitu manajernya juga harus hantu karena tamunya hantu. Untuk apa manusia? Man Wol berkata ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan manusia, seperti mengurusi ijin bisnis, membayar pajak, pemeriksaan kebersihan, dll. Banyak hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menyerahkan buku tabungannya pada Man Wol dan berkata ia sudah menabung agar bisa mengembalikan pada Man Wol apa yang sudah diterimanya selama ini. Ia bahkan sudah menambahkan bunganya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Terimalah ini dan biarkan aku pergi.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ezzTfSXiJ7g/XUJbPNRV_aI/AAAAAAADI10/OmtHCmuY-TwIv0h2Pj7lGseAQqL9efvVACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00150.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-ezzTfSXiJ7g/XUJbPNRV_aI/AAAAAAADI10/OmtHCmuY-TwIv0h2Pj7lGseAQqL9efvVACEwYBhgL/s320/vlcsnap-00150.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Man Wol membuka buku itu dan memuji Chan Seong seorang yang rajin dan pintar karena bisa menabung begitu banyak.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kurasa aku tidak perlu khawatir kehabisan uang,” katanya. Ia berkata ia akan menerima uang itu karena Chan Seong yang memberikannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menegaskan kalau mereka sekarang sudah impas. Jadi ia akan pergi.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol ikut berdiri dan berkata ia sudah menunggu agar mereka bisa pergi bersama. Chan Seong berkata ia tidak berniat pergi bersama Man Wol. Ia akan pergi sendiri. Tak seperti biasanya, Man Wol mengangguk dan mempersilakan Chan Seong keluar sendiri.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong keluar. Ia lupa kalau di luar adalah lorong kamar-kamar berhantu. Ia menguatkan dirinya dan mulai melangkah. Ia terlonjak kaget saat mendengar suara tawa mengerikan dari dalam salah satu kamar. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hebat juga sih dia sanggup mencapai lift. Ketika ia sudah berada di dalam <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terdengar ada yang memintanya mengantar ke lantai 3. Tanpa pikir panjang Chan Seong mengiyakan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tersadar tadi ia masuk sendirian dalam lift kosong, ia mulai takut. Apalagi ada tangan terulur menekan tombol lift. Ia menoleh dan melihat hantu anak perempuan melayang di langit-langit dengan tangan terulur panjang ke tombol lift. Hantu anak perempuan itu melambaikan tangannya pada Chan Seong.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-rqGIrXnViGI/XUJbO-_5daI/AAAAAAADI1w/LiUXk1-UiGAZGCW2tNCpByIIg-Yy69cywCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00160.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-rqGIrXnViGI/XUJbO-_5daI/AAAAAAADI1w/LiUXk1-UiGAZGCW2tNCpByIIg-Yy69cywCLcBGAs/s320/vlcsnap-00160.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menyiksa tombol untuk membuka pintu lalu lari menerobos kantor Man Wol. Ia bertanya dengan frustrasi kenapa ia masih bisa melihat hantu. Ia sudah membayar lunas jadi harusnya ia tidak melihat mereka lagi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau sudah membayar kembali. Kemampuanmu adalah hadiah ulang tahun dariku. Kau harusnya menghargainya.”</div><div class="MsoNormal">“Bagaimana kau bisa berharap aku hidup normal?” tanya Chan Seong tak habis pikir.</div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata itu sebabnya Chan Seong tidak punya pilihan lain selain bekerja di hotelnya. Chan Seong menuntut agar matanya kembali normal tapi Man Wol tak memperdulikannya. Ia mau pergi dan bertanya apa Chan Seong akan ikut dengannya. Jika mau tinggal juga tidak apa-apa.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata mereka akan melanjutkan pembicaraan mereka setelah mereka keluar. Lalu ia mengekori Man Wol keluar dari sana. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Bartender Kim dan Manajer No mengawasi mereka. Bartender Kim khawatir Chan Seong terlalu lemah untuk bekerja di hotel ini. Tapi Manajer No berpendapat sebaliknya. Ia lebih takut pada Man Wol daripada para hantu, tapi Chan Seong sebaliknya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Itu karena ia tidak tahu kenapa Nona Jang menjadi pemilik hotel ini,” kata Bartender Kim.Dari semua hantu di tempat ini, Man Wol adalah yang paling mengerikan dan paling buruk.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HMqVWN-HRAE/XUJbPe5wxSI/AAAAAAADI2I/i7ZUdcHVty8UgwGeS-KDbF0zhjJPiArWwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00176.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-HMqVWN-HRAE/XUJbPe5wxSI/AAAAAAADI2I/i7ZUdcHVty8UgwGeS-KDbF0zhjJPiArWwCEwYBhgL/s320/vlcsnap-00176.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol dan Chan Seong tiba di garasi. Di sana berderet banyak mobil mewah. Man Wol memilih salah satunya. Chan Seog awalnya mengira mobil-mobil itu milik para tamu. Semua itu milik Man Wol. Mana ada hantu naik mobil?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menyuruh Chan Seong mengemudi. Chan Seong terpaksa menurut. Dalam perjalanan Chan Seong berkata Man Wol punya banyak mobil.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau pikir aku hantu pendendam dan sekarang aku terlihat sebagai manusia setelah melihat mobil-mobilku?” tanya Man Wol tersenyum.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong tak mengira menghibur hantu bisa mendapatkan banyak uang. Man Wol bertanya apa itu membuat Chan Seong tertarik sekarang. Chan Seong tak mengerti bagaimana caranya Man Wol sekaya itu dengan profesi menghibur hantu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata seharusnya sepertinya Chan Seong mulai tertarik pada manajemen hotelnya. Harusnya ia menunjukkan mobilnya lebih dulu alih-alih menunjukkan hantu. Lebih efektif. Ia berkata ia akan mengantar Man Wol tapi Man Wol harus membetulkan matanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tertawa sinis. Menurutnya lucu Chan Serong percaya ia akan mengembalikan matanya seperti semula. Chan Seong berkata ia tidak bisa bekerja dengan mata seperti ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Benar kau tidak bisa bekerja di hotel itu karena kau harus mengurus hal lain sekarang.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Kita akan pergi ke mana?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Menangkap harimau,” jawab Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong tertawa mengira Man Wol bercanda. Tapi melihat ekspresi Man Wol, ia tahu itu bukan gurauan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-k0BMydYHuho/XUJbQb7IACI/AAAAAAADI2M/DPTcXkJAY6MYqBmGWv6OhuU91mRaaKYnwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00185.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-k0BMydYHuho/XUJbQb7IACI/AAAAAAADI2M/DPTcXkJAY6MYqBmGWv6OhuU91mRaaKYnwCEwYBhgL/s320/vlcsnap-00185.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka pergi ke pameran patung harimau Gunung Baekdu. Chan Seong bertanya apa roh harimau bisa tinggal di Del Luna. Man Wol mengiyakan karena harimau itu makhluk mistis. Dan patung harimau di depan mereka bukan patung biasa melainkan harimau Baekdu terakhir yang diawetkan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Dulu harimau itu adalah hadiah dari Korut. Namun harimau itu tidak bisa disatukan dengan harimau lain apalagi dikawinkan. Dan akhirnya mati sendirian. Ia diawetkan dan dibuat terlihat seperti hidup untuk dipajang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Melihat kesedihan di wajah Man Wol, Chan Seong jadi teringat kalau Man Wol pernah berkata ia belum mati, hanya ada di dunia ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Seorang pria tua terbangun kaget karena melihat harimau menerkamnya. Dan itu bukan pertama kalinya dialamnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Pria itu pemilik hotel tempat Chan Seong bekerja saat ini. Ia yang membawa harimau Baekdu dari Korea Utara setelah diberikan padanya ketika ia berkunjung ke sana dulu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol membawa Chan Seong ke restoran bubur kacang merah. Chan Seong heran apa hubungannya bubur dengan mencari harimau. Man Wol berkata bubur kacang merah adalah kesukaan harimau, jadi ia langsung teringat bubur itu saat teringat harimau. Iyain aja deh...<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau hanya ingin makan bubur, kan?” tuduh Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata restoran ini ada di acara “Pria yang Tewas setelah Makan”, acara favoritnya (yang juga membuat Man Wol ke restoran mandu kemarin). Chan Seong mengingatkan ia harus pergi bekerja jadi tak punya waktu makan bubur. Dengan enteng Man Wol mnejelaskan kalau bubur harus dimakan pelan-pelan agar tidak membuat mulut terbakar.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong memohon agar Man Wol menyembuhkan matanya. Man Wol menceritakan dogeng harimau memakan penjual kue beras karena penjual itu memberikan kue beras pemberiannya. Harusnya penjual itu bernegosiasi dulu dengan si harimau.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong marah dan bertanya apakah ia harus tinggal terus dengan hantu berkacamata hitam itu. Tidak, kata Man Wol. Ia menyuruh Chan Seong membawa hantu itu ke Del Luna. Ia bisa istirahat di sana beberapa hari lalu diantar naik bis ke jembatan Sanzu. Jika hidupnya baik, ia bisa naik limosin.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-DKhRIgAQtD4/XUJb6bj3noI/AAAAAAADI2U/txGl5zmyLSQhbp8k_RmoD2G5AvcA_CJ_wCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00210.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-DKhRIgAQtD4/XUJb6bj3noI/AAAAAAADI2U/txGl5zmyLSQhbp8k_RmoD2G5AvcA_CJ_wCLcBGAs/s320/vlcsnap-00210.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ibu Choi dan Manajer No mengantar kepergian seorang tamu mereka yang dijemput oleh malaikat kematian. Tamu itu naik limosin yang artinya ia hidup dengan baik.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Setelahnya Malaikat Maut sempat berbicara dengan Manajer No. Ia mendengar akan ada manajer baru di hotel. Manajer No membenarkan. Ia akan segera pensiun dan berencana pergi memancing. Tapi Malaikat Maut berkata waktu Manajer No tidak lama lagi. Manajer No mengerti. Ia akan membereskan segala sesuatunya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BQPnmDH-reA/XUJcBwhHEJI/AAAAAAADI2Y/dlp4uGriQIwN30pf5BNoNX6k6rLs8jlSgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00217.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-BQPnmDH-reA/XUJcBwhHEJI/AAAAAAADI2Y/dlp4uGriQIwN30pf5BNoNX6k6rLs8jlSgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00217.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Setelah dari restoran, Man Wol dan Chan Seong pindah ke kafe di hotel tempat Chan Seong bekerja. Chan Seong menegaskan ia tidak mau bekerja di hotel Man Wol. Ia sudah ditawari 3 dari 100 hotel teratas daftar Forbes. Hotel Del Luna tidak memerlukan manajer MBA lulusan Harvard.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau memang tidak perlu MBA. Kau bisa melihat hantu dan cocok untuk hotelku.Forbes? aku ykain mereka ingin mempekerjakanmu karena tidak tahu kau bisa melihat hantu. Kalau kau tidak bekerja di hotel kami, kau hanya bisa menjadi seorang shaman (paranormal). Atau jadi komedian kalau bisa memakan roti sekaligus dalam satu suap.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata ia akan membiasakan diri. Begitu terbiasa, ia bisa mengacuhkan mereka. Man Wol menantang untuk mengecek hal itu. Ia mematikan lilin meja dengan tangannya lalu keluar api dan asap hitam.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong mulai tampak takut. Ia terlompat kaget ketika alat pesan di meja bergetar. Man Wol tersenyum. Ia berkata ia akan percaya Chan Seong jika Chan Seong bisa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membawakan kopi pesanan mereka tanpa tumpah setetes pun. Chan Seong merasa tertantang dan berjalan mengambil kopi. Saat berbalik, beberapa hantu mengerikan sudah menunggunya. Ia berusaha berjalan tanpa mempedulikan mereka. Tapi sangat sulit apalagi ketika para hantu itu tiba-tiba mendekatkan diri pada Chan Seong sambil menyeringai seram.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-r4cMXEXopDY/XUJcJOwIzTI/AAAAAAADI2c/2xcHi3VA3W0AGAcFu3PmfUhAkJMSco7EACLcBGAs/s1600/vlcsnap-00234.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-r4cMXEXopDY/XUJcJOwIzTI/AAAAAAADI2c/2xcHi3VA3W0AGAcFu3PmfUhAkJMSco7EACLcBGAs/s320/vlcsnap-00234.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di saat-saat kritis akhirnya Chan Seong mampu membawa kopi itu ke meja tanpa tumpah setetes pun. Man Wol sedikit kecewa. Ia memadamkan api hitam dan semua hantu itu lenyap.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau membawa secangkir kopi dengan begitu susah payah, apakah hotel-hotel mewah itu akan mempekerjakanmu?” tanyanya. Lalu ia pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menghela nafas panjang sementara tangannya masih terus gemetaran.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Para staf hotel berkumpul untuk perpisahan dengan Manajer No. Bartender Kim meminta Manajer No berkunjung sesekali membawa berita dunia manusia. Ibu Choi lebih ingin Manaje rNo menikmati hidupnya lalu kembali sebagai tamu jauh-jauh hari kemudian.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kalian harus berusaha menghapus semua penderitaan kalian dan berjalan ke hidup selanjutnya untuk awal yang baru. Aku berharap bisa melihat kalian semua pergi saat aku masih di sini, tapi itu tidak akan terwujud,” kata Manajer No tersenyum.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Cartender Kim khawatir tanpa Manajer No siapa yang akan bisa membantu menghadapi Man Wol. Manajer baru sepertinya tidak bisa diandalkan. Tiba-tiba Man Wol masuk sambil marah-marah. Manajer No menjelaskan kalau ia sedang berpamitan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol bertanya pada mereka satu per satu. Bartender Kim adalah lulusan ujian kerajaan (jaman Joseon sepertinya), yang menurutnya lebih bagus dari Harvard. Sedangkan Ibu Choi dulu tinggal di rumah mewah dengan pegawai tak terhitung banyaknya. Hyunjeong adalah lulusan terbaik satu propinsi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Betul, kan? Kalian semua jauh lebih baik daripada Gu Chan Seong. Ia pikir ia hebat karena Forbes apalah itu,” kata Man Wol melampiaskan kekesalannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No meminta ijin ke rumah sakit selama beberapa hari untuk memeriksakan diri. Ia bertanya kapan Chan Seong akan datang. Man Wol berkata untuk sekarang ia akan membiarkannya tapi Chan Seong pasti tidak akan tahan dalam beberapa hari dan akan ke sini.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">“Aku sudah mempekerjakan manusia lain untuk menggantikanmu jadi kau bisa menjalani hidupmu. Nikmatilah masa hidupmu sebagai manusia dan pergilah.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No mengangguk pelan lalu memberi hormat seakan itu penghormatan terakhirnya. Sementara staf lain kecewa dengan sikap Man Wol yang terlihat begitu dingin bahkan pada pelayan yang sudah mengabdi padanya puluhan tahun.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-bQWkDtWfDUU/XUJcbNXDlOI/AAAAAAADI2s/iOuX-jfITjkL05d-dOkPOh7uKy4x79-oACLcBGAs/s1600/vlcsnap-00242.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-bQWkDtWfDUU/XUJcbNXDlOI/AAAAAAADI2s/iOuX-jfITjkL05d-dOkPOh7uKy4x79-oACLcBGAs/s320/vlcsnap-00242.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya. Ia hampir berteriak kaget karena melihat hantu mengerikan di lift hotel. Ia<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berusaha menenangkan diri dan pergi. Belum lagi hantu berkacamata hitam yang terus mengikutinya. Tepat ketika ia harus menemui dan menyapa tamu asing. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Jika ia berbicara, ia takut hantu itu membuka kacamatanya. Dan tak mungkin ia bisa mengacuhkannya. Tapi bagaimana bisa ia tidak menjawab sapaan atasan dan tamu penting hotel itu?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Terdesak, Chan Seong memilih menjatuhkan diri ke kolam. Man Wol menemuinya yang sedang mengeringkan diri dan mengejeknya. Apa berikutnya Chan Seong akan menjatuhkan diri dari atap?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Jika begitu aku akan tinggal di hotelmu sebagai tamu. Aku tidak akan ke sana satu hari pun sebelum aku mati. Aku akan mengabaikan apapun yang kulihat.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tpai Man Wol melihat brosur harimau Baekdu di jas Chan Seong. Artinya Chan Seong tak bisa mengabaikan harimau itu dan penasaran akan apa yang terjadi padanya. Man Wol mengajaknya ikut untuk mencari tahu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-7jj3XzwDWyM/XUJcjAVmxdI/AAAAAAADI2w/KmIlIDQMdPg6DBk-W9hxj5K1DNUpDYzWwCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00263.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-7jj3XzwDWyM/XUJcjAVmxdI/AAAAAAADI2w/KmIlIDQMdPg6DBk-W9hxj5K1DNUpDYzWwCLcBGAs/s320/vlcsnap-00263.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong ikut tapi kaget tapi langsung menyesal begitu tahu Man Wol membawanya ke rumah pemilik hotelnya. Tidak mungkin pegawai baru sepertinya tiba-tiba datang berkunjung.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kenapa tidak? Kaubilang kau direkrut. Mana harga dirimu?” ujar Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong berkata setidaknya mereka membuat janji dulu dengan sekretaris bosnya. Tapi Man Wol sudah menekan bel duluan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Untungnya bosnya seorang yang baik dan tidak keberatan dikunjungi. Ia mengira Man Wol adalah istri Chan Seong. Chan Seong terpaksa membenarkan. Bosnya berkata keduanya sepertinya saling menyayangi. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tidak mempedulikan percakapan basa basi mereka. Ia melihat sekeliling lalu dengan cuek berjalan ke kamar tidur bos.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Sayang? Sayang?” panggil; Chan Seong panik. Ia beralasan Man Wol sedang mencari toilet dan tinggal di luar negeri dalam waktu lama hingga berbicara tidak formal. Ia menghampiri Man Wol dan menyuruhnya duduk. “Sit down, please! Please!!” Man Wol kayanya ngga ngerti bahasa Inggris XD<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tak peduli. Ia menatap lukisan besar Gunung Baekdu yang dipajang di dinding kamar itu. Bos mengira Man Wol penyuka lukisan. Ia mendapatkan lukisan itu dari pelukis terkenal Korea Utara, bersama dengan harimau Baekdu. Ia pun sedih harimau itu mati kesepian. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Karena tidak perlu meninggalkan apapun yang berarti di sini. Semua yang berarti baginya ada di tempat di mana ia tidak bisa kembali,” kata Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Karena itu aku merasa kasihan padanya. Aku terus menerus melihat harimau dalam mimpiku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata yang membawanya ke sini yang harus mengembalikannya. Tapi bos Chan Seong berkata bukan wewenangnya untuk menyingkirkan atau mengembalikan harimau itu. Tiba-tiba semua kaca di kamar itu pecah berantakan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QfnQhBdAui4/XUJcvxfhH9I/AAAAAAADI20/HxhElUq2AVMBwaEx3FZ6j-B_BaeY-MO4QCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00278.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-QfnQhBdAui4/XUJcvxfhH9I/AAAAAAADI20/HxhElUq2AVMBwaEx3FZ6j-B_BaeY-MO4QCLcBGAs/s320/vlcsnap-00278.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No dengan hati-hati memajang foto terbaru Man Wol di dinding kantor Man Wol. Nukti waktu yang dilewatinya dalam hidup ini hanya melalui foto itu satu-satunya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Akankah ia (Man Wol) mengingat seorang manusia yang hanya lewat di sini?” tanyanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong protes pada Man Wol yang membiarkan roh harimau itu tetap berkeliaran meski jelas-jelas ada di rumah bosnya. Ia tadi mendengar dan melihat sendiri geraman harimau itu di rumah bosnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata ia tidak bisa memaksa harimau tiu ikut dengannya karena harimau itu tidak mau. Sepertinya harimau itu menunggu bos Chan Seong meninggal. Chan Seong berkata kalau begitu itu sangat berbahaya.Mereka tidak punya waktu untuk makan sashimi katanya menunjuk sepiring besar sashimi yang sedang diahap Man Wol.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol berkata ada puisi berjudul “Gung Baekdu dan Laut” jadi ia teringat laut setelah melihat gambar gunung. Kau hanya ingin makan sashimi, sergah Chan Seong. Pokoknya mereka harus kembali. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tentu saja kau harus kembali ke sana. Katakan pada bosmu kau bisa menyingkirkan harimau dan mendapatkan sesuatu sebagai balasannya. Lukisan mahal yang kita lihat tadi. Ia akan memberikannya padamu dengan gratis jika kau bilang ia sakit karena harimau itu. Orang tua itu kaya raya.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong marah mendengarnya. Ia berkata ia tahu sekarang darimana Man Wol mendapatkan kekayaannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Kau mengeruk uang dari orang-orang yang menderita karena hantu. Apa itu termasuk pekerjaanku sebagai pegawai manusia?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol membenarkan. Chan Seong berkata ia tidak akan menipu orang seperti itu. Apa begitu juga cara Man Wol menipu ayahnya?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Aku menyelamatkan nyawa ayahmu. Sebagai gantinya, aku mendapatkanmu. Karena itu aku juga melindungimu. Tanpaku, kau sudah mati.”</div><div class="MsoNormal">“Hantu akan membuatku menderita? Kau sendiri sudah melakukannya. Aku sudah cukup menepati janjiku. Aku akan kembali pada kehidupan manusiawiku,” kata Chan Seong sebelum pergi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dW1b6RGeTvc/XUJc6wcasKI/AAAAAAADI28/vQ7QhoeIktcS6jHOIqptphKwgThGlL3vwCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00287.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-dW1b6RGeTvc/XUJc6wcasKI/AAAAAAADI28/vQ7QhoeIktcS6jHOIqptphKwgThGlL3vwCLcBGAs/s320/vlcsnap-00287.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di perjalanan menuju rumah, ia melihat hantu berkacamata hitam menunggunya. Chan Seong melapiaskan kemarahannya dengan menantang hantu itu untuk membuka kacamatanya. Ia berkata ia sudah melihat hantu harimau jadi ia tidak takut apapun lagi. Hantu itu malah tidak jadi membuka kacamatanya dan nampak sedih.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di depan rumah, Manajer No sudah menunggunya. Merekapun berbincang di halaman rumah. Chan Seong bertanya apakah Man Wol menawan Manajer No dalam hotel itu selama 30 tahun. Manajer No berkata ia bekerja di hotel itu atas keputusannya sendiri. Chan Seong tak bisa mengerti mengapa Manajer No menghabiskan waktu di tempat seperti itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No berkata Del Luna berharga atas waktunya. Chan Seong berkata ia tidak mengerti dan tidak mau mengeruk jutaan dolar dari bosnya atas perintah Man Wol. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Hotel Del Luna tidak bisa dijelaskan dengan logika dunia manusia. Nilai uang dan kekuatan berbeda di hotel itu. Karena itu aku tidak bisa menghakimi apa yang Non Jang lakukan untuk hotel dengan penilaian manusia. Aku yakin kau membenci hotel itu dan tidak mau menghadapinya sekarang. Kau pasti ingin menghindarinya. Tapi jika kau mengumpulkan keberanian dan menghadapinya, kau mungkin menemukan arti hotel itu sama sepertiku.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AchWRp08KRM/XUJdFf2zRuI/AAAAAAADI3A/dxczptUJ03sEx2oGQrK2gOYGl4cyk3N3wCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00309.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-AchWRp08KRM/XUJdFf2zRuI/AAAAAAADI3A/dxczptUJ03sEx2oGQrK2gOYGl4cyk3N3wCLcBGAs/s320/vlcsnap-00309.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Teman Chan Seong, si pemilik rumah, keluar dan menyapanya. Ia bertanya apa yang dilakukan Chan Seong sendirian di sana. Chan Seong menoleh dan terkejut karena tak melihat Manajer No. Tidaaakkk...Manajer No sudah meninggal?<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No menampakkan dirinya kembali dan berkata Chan Seong akan menemukan dunia rahasia yang tidak diketahui siapapun melalui pekerjaan ini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Tidakkah kaupikir akan menyenangkan?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Lalu ia menghilang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kklo1qYki8U/XUJdSEYC_vI/AAAAAAADI3I/XRd6JVVJWpQLLa7ZVp4uLT2lPDmlrjnzwCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00315.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-kklo1qYki8U/XUJdSEYC_vI/AAAAAAADI3I/XRd6JVVJWpQLLa7ZVp4uLT2lPDmlrjnzwCLcBGAs/s320/vlcsnap-00315.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No kembali ke Hotel Del Luna...kali ini sebagai tamu. Ia menemui Man Wol di taman tempat pohon besar. Ia merasa aneh datang sebagai tamu setelah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di hotel ini. Ia meminta maaf karena meninggal saat pergi dari hotel.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Saat aku akhirnya membiarkanmu pergi, kau bahkan tidak memiliki kesempatan untuk hidup sebagai manusia biasa,” kata Man Wol berusaha tidak terlihat sedih.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No berkata ia menghabiskan hidup yang berarti dalam melayani tamu-tamu di hotel ini. Jika dulu ia tidak bertemu Man Wol, ia mungkin sudah meninggal dalam usia muda dan hidup yang sia-sia. Ia senang ia bisa tinggal di hotel itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol tampak tidak setuju karena Manajer No bahkan tidak memiliki keluarga yang mengingatnya dan mendoakannya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Karena hanya aku satu-satunya yang menua di hotel ini, kau menjadi adikku, puteriku, dan cucuku. Aku sekarang bisa pergi tanpa khawatir karena sekarang ada pengganti yang dapat diandalkan,” kata Manajer No.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol mengulurkan tangannya untuk memegang lengan baju Manajer No seakan tak rela melepasnya pergi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Apalagi karena ia tidak bisa mati, ia tidak tahu apakah mereka akan bisa bertemu lagi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dan mungkin untuk pertama kalinya, Manajer No menggenggam tangan Man Woil dengan lembut. Ia berharap waktu Man Wol berjalan kembali suatu hati nanti. Duh..terharu banget....sepertinya hanya Manajer No yang benar-benar sayang pada Man Wol selama ini. Dan sekarang Man Wol kembali sendirian.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Manajer No akhirnya pergi diantar limosin, diantar oleh rekan-rekan sekerjanya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-m4HQrI3AjTk/XUJdaO_ZHjI/AAAAAAADI3M/lsP75DTP95gDogedkTPchVfebIU_YiuugCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00336.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-m4HQrI3AjTk/XUJdaO_ZHjI/AAAAAAADI3M/lsP75DTP95gDogedkTPchVfebIU_YiuugCLcBGAs/s320/vlcsnap-00336.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong memutuskan kembali ke rumah bosnya untuk memberitahu tentang harimau itu. Tapi bosnya berkata Man Wol tadi sudah datang lebih dulu. Selama ini ia merasa bersalah karena menahan harimau itu tetap di sini bahkan setelah harimau itu mati. Dan Man Wol mengatakan bahwa lukisan itu harus dibawanya sebagai hukuman karena telah membawa harimau itu ke sini.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dan bos Chan Seong membiarkan Man Wol membawa lukisannya. Jika ia bisa menebus apa yang sudah ia lakukan, ia bahkan bisa melakukan lebih dari itu. Chan Seong menyadari lukisan itu adalah lukisan Gunung Baekdu. Gunung Baekdu dan harimau adalah suatu kesatuan. Ia telah salah paham mengira Man Wol hanya mengincar uang bosnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol memanggil roh harimau keluar dari tubuhnya yang diawetkan lalu menyuruhnya pergi ke tempat di mana ia bisa pulang meski tempat aslinya sudah tidak ada lagi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Pergilah dan istirahat dengan tenang...”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Roh harimau itu melangkah menuju lukisan dan masuk ke dalamnya. Dan ia melebur menjadi satu dalam lukisan itu. Lukisan itu terpajang di salah satu kamar hotelnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-f0oyr6iObnc/XUJdiUzMO2I/AAAAAAADI3Q/C6NMa5k5DCs_JuFaW2L-I8MiIU05f1T8QCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00350.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-f0oyr6iObnc/XUJdiUzMO2I/AAAAAAADI3Q/C6NMa5k5DCs_JuFaW2L-I8MiIU05f1T8QCLcBGAs/s320/vlcsnap-00350.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong kembali melihat hantu berkacamata hitam dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Kali ini ia tidak berusaha menghindarinya. Ia berkata ia tahu ke mana hantu itu harus pergi dan ia akan mengantarnya. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Di dalam taksi ia megakui kalau ia tidak suka diikuti hantu itu hingga tak berpikir untuk menanyakan mengapa hantu itu mengikutinya. Dan sekarang setelah ia memikirkannya, mungkin saja sebenarnya hantu itu bisa melihat meski sebelumnya tidak bisa.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Lupakan kenyataan kalau ka tidak bisa melihat dan lihatlah sekali lagi.”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Pelan-pelan hantu itu membuka kacamatanya. Chan Seong tersenyum dan berkata matanya telah kembali. Sementara si supir taksi mengira Chan Seong gila karena berbicara sendirian.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal">Chan Seong mengantar hantu itu ke Hotel Del Luna. Dan ia merasa senang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_iYC7RQJsek/XUJdrz_ShgI/AAAAAAADI3c/z3dD-r3ynLoWu-4hCSYpq3enfN6ooGbPgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00360.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-_iYC7RQJsek/XUJdrz_ShgI/AAAAAAADI3c/z3dD-r3ynLoWu-4hCSYpq3enfN6ooGbPgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00360.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia kemudian kembali ke hotel tempatnya bekerja. Ia mengirim pesan pada Man Wol untuk meminta maaf karena sudah salah paham dan juga juga untuk menanyakan apakah harimau itu sudah kembali dengan selamat ke Gunung Baekdu. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"><br /></span></div><div class="MsoNormal">Seorang anak hendak membuka pembatas patung prajurit berbaju besi. Chan Seong menghampirinya dan dengan lembut mengatakan kalau anak itu tidak boleh melakukannya. Namun ketika ia berbalik pergi, ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya. Ia berbalik dan melihat mata parjurit yang tertutup topeng besi itu menyala biru.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia cepat-cepat berbalik pergi dan mengingatkan dirinya untuk pura-pura tidak melihat apapun. Tapi hantu itu tahu Chan Seong bisa melihatnya. Ia mulai mengangkat pedangnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-3xlO4qLm9tg/XUJdxxqGjDI/AAAAAAADI3g/nbecw6tLo9EsAmM5NsAlHYbGBZgysOpcACLcBGAs/s1600/vlcsnap-00370.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-3xlO4qLm9tg/XUJdxxqGjDI/AAAAAAADI3g/nbecw6tLo9EsAmM5NsAlHYbGBZgysOpcACLcBGAs/s320/vlcsnap-00370.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hari sudah larut malam dan Chan Seong bertanya-tanya kenapa Man Wol tidak membalas pesannya. Tiba-tiba terdengar suara derap langkah di koridor hotel yang luas dan gelap itu. Ia berjalan makin cepat namun derap itu juga terdengar semakin cepat.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tiba-tiba seorang tamu menanyakan arah menuju kolam renang. Chan Seong berbalik menunjukkannya. Tamu itu pergi ke arah yang ditunjuk Chan Seong. Tapi Chan Seong tak mampu bergerak karena hantu prajurit besi itu berdiri tak jauh darinya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia teringat perkataan Man Wol bahwa hantu yang memendam dendam bisa membuatnya terbunuh. Dan Chan Seong harus belajar membedakannya. Tanpa berpikir lagi, Chan Seong melarikan diri. Tapi prajurit itu terus mengejarnya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong tak kuat lagi berlari karena lelah. Hantu sih tidak pernah lelah jadi dengan mudah ia menyerang Chan Seong. Chan Seong berhasil menghindar beberapa kali dari serangan pedang hantu itu. Tapi ia tidak sanggup berdiri lagi dan terdesak .<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol muncul dan menusuk prajurit itu dengan tusuk rambutnya. Seketika mata hantu itu padam dan hantu itu lebur menjadi abu. Keren banget adegannya..<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Man Wol menoleh pada Chan Seong dan berkata harimau <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itu sudah tiba dengan selamat di Gunung Baekdu dan ia datang untuk memaafkan Chan Seong.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">“Terimakasih,” kata Chan Seong lemah sebelum jatuh pingsan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-B0YKeUNuvHg/XUJd6xruA5I/AAAAAAADI3o/lN7AHSBqoHgRFFhacNQExOoJiuS7BIFJQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00384.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-B0YKeUNuvHg/XUJd6xruA5I/AAAAAAADI3o/lN7AHSBqoHgRFFhacNQExOoJiuS7BIFJQCLcBGAs/s320/vlcsnap-00384.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><i>Kilas balik (atau mimpi Chan Seong?)</i><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><i>Man Wol dan seorang pria memandang sebuah pohon besar. Ia berkata ia iri pada pohon karena tidak perlu berkeliaran. Pasti menyenangkan bisa menetap. Pria itu sepertinya berkata akan membangun rumah untuk Man Wol dengan kayu pohon itu. Man Wol tertawa dan berkata ia tidak berencana membangun rumah dan tinggal dengannya.</i><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1qyMgVb3uO4/XUJeA7lSraI/AAAAAAADI3w/kTPkp8I_VBQq13VCrWaG602aBjYScxEMgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00396.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-1qyMgVb3uO4/XUJeA7lSraI/AAAAAAADI3w/kTPkp8I_VBQq13VCrWaG602aBjYScxEMgCLcBGAs/s320/vlcsnap-00396.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Chan Seong terbangun... sepertinya ia bermimpi tentang masa lalu Man Wol. Ia mendapati dirinya terbangun dalam kantor Man Wol. Hyun Jeong sudah menunggunya. Ia berkata Man Sol sudah menunggunya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Mereka berjalan menuju lobi dan Chan Seong tertegun melihat pemandangan di hadapannya. Berbeda dengan yang dilihatnya pada pagi hari, di waktu malam hotel itu sangat terang dan mewah. Seperti yang selalu diceritakan ayahnya. Dan tamu-tamu hotel itu sama sekali tidak terlihat menakutkan. Ia teringat perkataan Manajer No bahwa melalui pekerjaan ini ia akan menemukan dunia rahasia yang tidak diketahui siapapun.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-B1LHaE-A8NA/XUJeHNNS47I/AAAAAAADI34/R4Cz_cZ_rlgcERLx9I_hKfuttNb9ggbswCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00408.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-B1LHaE-A8NA/XUJeHNNS47I/AAAAAAADI34/R4Cz_cZ_rlgcERLx9I_hKfuttNb9ggbswCLcBGAs/s320/vlcsnap-00408.png" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Komentar:<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal">Sedih banget waktu Manajer No pergi T_T <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Rasanya cuma Manajer No yang mengerti Man Wol dan seperti kata-kata perpisahannya, menganggap Man Wol sebagai adiknya, anaknya, dan cucunya. Selalu sabar dan penuh pengabdian. Mudah-mudahan nanti ada kilas balik kenapa Manajer No bisa bekerja di Hotel Del Luna.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sama seperti para staf yang lain, aku juga ingin Man Wol memberi perhatian lebih pada Manajer No. Tapi justru ekspresi sedih dan mata sedikit berkaca-kaca yang diperlihatkan Man Wol malah lebih nyesek. Dia sebenarnya sangat sedih tapi tidak mampu mengungkapkan seluruh perasaannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Sama seperti 1000 tahun lalu ketika ia bertemu Dewa Mago, ia penuh penderitaan, kesedihan dan perasaan bersalah tapi tidak bisa mengungkapkan semuanya. Akhirnya semuanya ia tutupi dengan sikap dingin dan galaknya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Dan kurasa Chan Seong adalah orang yang bisa membuat Man Wol keluar dari sikap dinginnya. Bukankah ia orang yang sudah dipilih Dewa Mago? Menurutku bukan suatu kebetulan Dewa Mago menemui ayah Chan Seong dan Chan Seong lebih d ri 20 tahun lalu. Apa mungkin Chan Seong adalah reinkarnasi dari pria yang bersama Man Wol dalam mimpinya?</div><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2019/08/sinopsis-hotel-del-luna-episode-2.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-6325066261539667467Wed, 24 Jul 2019 14:09:00 +00002019-07-29T16:01:03.720+07:00hotel del lunaSinopsis Hotel Del Luna Episode 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LNtZ4GcGAb8/XThf0lkiqOI/AAAAAAADIyA/6Va5mobUX-YBJfuTxCL8j3v2uKA77iyEwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00328.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-LNtZ4GcGAb8/XThf0lkiqOI/AAAAAAADIyA/6Va5mobUX-YBJfuTxCL8j3v2uKA77iyEwCEwYBhgL/s400/vlcsnap-00328.png" width="400" /></a></div><br />Seorang wanita berjalan seorang diri menyusuri gurun pasir dengan menarik gerobak berisi sebuah peti kayu. Sekelompok pasukan nampaknya sedang mencari dan memburunya.<br /><br />Karena hari sudah malam, wanita itu beristirahat di sebuah kedai milik seorang nenek. Nenek itu mencoba berbincang-bincang dengan tamunya ini namun wanita itu bersikap dingin dan ketus.<br /><br />Melihat wanita menuangkan arak di atas peti kayu yang dibawanya, nenek itu bertanya apakah ada seseorang yang meninggal (pada berbagai kebudayaan, menuangkan arak untuk menghormati orang yang sudah meninggal adalah sebuah tradisi) atau apakah wanita itu sudah membunuh orang.<br /><br />“Hanya dua jenis orang yang melewati tempat ini. Seorang yang sudah membunuh orang lain, atau seorang yang akan meninggal.”<br /><br />Wanita itu kesal dan mengancam akan memotong lidah si nenek jika mengoceh terus. Tapi nenek itu tidak nampak takut. Ia berkata sepertinya wanita itu sudah mengembara sangat lama dan bertanya ia hendak ke mana.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-22xtbjNxjCs/XThZ49CBq7I/AAAAAAADIwU/75BHeraPsE4d0MxzyoZzB7jsoTgxiluNwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00015.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-22xtbjNxjCs/XThZ49CBq7I/AAAAAAADIwU/75BHeraPsE4d0MxzyoZzB7jsoTgxiluNwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00015.png" width="200" /></a></div><br />“Aku mencari sebuah penginapan. Aku dengar ada sebuah penginapan di tempat ini yang bisa menghibur jiwa-jiwa orang mati.”<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-22xtbjNxjCs/XThZ49CBq7I/AAAAAAADIwU/75BHeraPsE4d0MxzyoZzB7jsoTgxiluNwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00015.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><br />“Kau pasti mencari Penginapan Bulan,” kata nenek itu, “Kudengar itu adalah penginapan untuk orang mati yang masih gentayangan di dunia ini.”<br /><br />Wanita itu tidak lagi bersikap ketus dan terlihat penuh harap. Ia bertanya ke mana ia harus pergi mencarinya. Tapi si nenek berkata ia tidak bisa pergi ke sana. Hanya orang yang sudah mati yang bisa ke sana.<br /><br />“Sama seperti orang-orang yang berdiri di sana,” Nenek itu melihat ke arah belakang wanita itu.<br />Dan tampaklah sekumpulan hantu bersenjata tak jauh dari wanita itu. Kelihatannya mereka sekelompok prajurit atau penyamun ketika mereka masih hidup. Wanita itu tidak menoleh. Ia berkata mereka orang-orang yang mati karena dirinya.<br /><br />“Lalu siapa yang kaubunuh untuk orang-orang itu?” tanya si nenek.<br /><br />Terkejut karena nenek itu sepertinya tahu banyak, wanita itu menghunus pedangnya ke leher si nenek dan mengancamnya untuk memberitahu jalan menuju penginapan tersebut. Di pedangnya terukir tulisan “bulan purnama”, <b>Man Wol</b>.<br /><br />“Bulan yang dipenuhi banyak kemarahan,” kata si nenek.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-smxyLEV34rA/XThZ44aTuYI/AAAAAAADIwM/7aTGWmyaHTg8dcC3GHTYvGfGziX4pNBcwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00025.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-smxyLEV34rA/XThZ44aTuYI/AAAAAAADIwM/7aTGWmyaHTg8dcC3GHTYvGfGziX4pNBcwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00025.png" width="200" /></a></div><br />Man Wol berkata ia berusaha bertanggungjawab atas orang-orang yang sudah ia bunuh, karena itu ia mencari penginapan tersebut. Nenek itu berkata Man Wol bahwa tidak mampu bertanggungjawab atas dirinya sendiri, mana mampu bertanggungjawab atas hidup orang lain.<br /><br />Man Wol menghunus pedangnya ke lehernya sendiri dan berkata ia siap mati jika penginapan itu hanya bisa ditemukan orang yang sudah meninggal.<br /><br />“Jiwa yang malang, kaupikir kau bisa menebus semuanya dengan mengorbankan nyawamu? Itu adalah keinginan yang sia-sia.”<br /><br />“Hanya ini yang tersisa yang kumiliki,” kata Man Wol putus asa<br />.<br />Nenek berkata Penginapan Bulan adalah penginapan di mana jiwa-jiwa orang mati berkumpul. Mereka pergi ke sana atas keinginan mereka sendiri.<br /><br />Terdengar suara derap kuda. Pasukan pengejar Man Wol sudah menemukannya. Man Wol siap menghadapi mereka. Namun ketika terkena pedang Man Wol, pasukan itu tiba-tiba lenyap. Nenek itu berkata kelompok pasukan tersebut juga orang-orang yang dibunuh Man Wol. Rupanya beberapa saat sebelumnya para pasukan tersebut sudah menemukan Man Wol dan ia membunuh mereka semua. <br /><br />Tapi sepertinya Man Wol baru ingat dan memandang selendang penuh darah yang ia pungut setelah pertempuran tadi. Itu adalah selendangnya yang sempat terbawa angin dan menjadi penunjuk pasukan tersebut untuk menemukannya.<br /><br />Ia menoleh dan menemukan dirinya seorang diri di tempat itu. Tidak ada kedai, tidak ada si nenek, bahkan tidak ada gerobaknya. Ia bertanya-tanya apakah ia sudah menjadi roh jahat hingga datang ke Penginapan Bulan dengan kedua kakinya sendiri.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-uTYqpEOhL_A/XThZ8OjkU6I/AAAAAAADIwc/Qor73jnPfEQ0M_RXtXLV9G6GaqoLKiL0gCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00036.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-uTYqpEOhL_A/XThZ8OjkU6I/AAAAAAADIwc/Qor73jnPfEQ0M_RXtXLV9G6GaqoLKiL0gCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00036.png" width="200" /></a></div><br />“Sombong dan ceroboh. Kau adalah manusia yang mengasihani dirimu sendiri. Karena kau sendiri sudah menemukan tempat untuk membayar dosa-dosamu, maka sekarang bayarlah dosa-dosamu,” terdengar suara si nenek, yang adalah Dewa Mago (sepertinya Dewa Mago ini Dewa Bumi?).<br /><br />Man Wol mendengar langkah-langkah kaki di belakangnya menuju ke arahnya. Ia berbalik sambil mengayunkan pedangnya. Tapi ternyata ia menebas sebuah pohon. Ingatan masa lalunya berkelebat di benaknya. Ia berusaha menarik pedangnya tapi pohon itu menelan pedangnya dan tumbuh membesar.<br /><br />Angin bertiup kencang menerbangkan kayu dari berbagai penjuru dan secara ajaib tersusun dengan sendirinya menjadi sebuah bangunan yang sangat besar. Lengkap dengan papan nama “Penginapan Bulan”. <br /><br />Tak jauh dari tempat itu Dewa Mago berkata Penginapan Bulan sudah menemukan pemilik barunya. Ia membuka peti kayu yang dibawa Man Wol. Isinya adalah benda-benda peninggalan orang yang sudah meninggal, seperti pedang dan perhiasan. Dewa Mago menarik gerobak yang membawa peti itu, diikuti oleh kunang-kunang yang bersinar (sepertinya mereka para roh orang mati yang mengikuti Man Wol tadi).<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-opRAIPjR7KQ/XThZ_EzSZ6I/AAAAAAADIwc/8raI1ceT1_wwA1IAwinQijR7P_kVogRqACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00076.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-opRAIPjR7KQ/XThZ_EzSZ6I/AAAAAAADIwc/8raI1ceT1_wwA1IAwinQijR7P_kVogRqACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00076.png" width="200" /></a></div><br /><i>Tahun 1998....</i><br /><i><br /></i>Seorang ayah (cameo oleh <b>Oh Ji Ho</b>) duduk bersama puteranya di tepi Sungai Han. Anak itu, <b>Gu Chan Seong</b>, berulangtahun hari ini tapi si ayah tidak memiliki uang. Chan Seong sangat baik dan pengertian. Ia tidak menuntut hadiah maupun merengek dibelikan makanan. Ketika ayahnya hendak memungut uang yang terjatuh untuk dipakai membelikan makanan, ia malah mengambil uang itu dan mengembalikannya ke pemiliknya.<br /><br />Seorang nenek menghampirinya dan memujinya anak yang baik. Nenek itu ternyata Dewa Mago, yang kali ini menyamar menjadi penjual bunga. Ayah Chan Seong mengusir si nenek dan berkata ia tidak mau membeli bunga.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TLkW6B89B6c/XThZ_OjjzfI/AAAAAAADIwc/KjLtTd11PW0LS3dc1JpBopYEw_MUP5m2ACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00089.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-TLkW6B89B6c/XThZ_OjjzfI/AAAAAAADIwc/KjLtTd11PW0LS3dc1JpBopYEw_MUP5m2ACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00089.png" width="200" /></a></div><br />Dewa Mago berkata awal kehidupan Chan Seong tidak beruntung karena memiliki ayah seperti itu. Tapi ia berkata takdirnya tidak buruk karena hidup susah di awal berarti keberuntungan akan datang kemudian.<br /><br />Ayah tersinggung dan berkata ia akan mencari banyak uang untuk membelikan hadiah bagi Chan Seong. Dewa Mago langsung menawari bunga untuk dijadikan hadiah. Ayah men<br />olak dengan galak. Tapi Chan Seong berkata hadiah bunga juga bagus, tidak perlu dibeli hanya tinggal dipetik. Ia lebih tidak ingin ayahnya melakukan hal berbahaya demi mencari uang baginya. Dewa Mago nampak tersentuh dengan perkataan Chan Seong.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-r6ByztYmY-w/XThZ__jmlmI/AAAAAAADIwU/P35Bi7PDVPgaDtIqoK5Wjl2kuEqSRDTAwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00090.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-r6ByztYmY-w/XThZ__jmlmI/AAAAAAADIwU/P35Bi7PDVPgaDtIqoK5Wjl2kuEqSRDTAwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00090.png" width="200" /></a></div><br />Di bagian sungai Han yang lain terdapat kehebohan karena ditemukan mayat seorang wanita. Roh wanita tersebut keluar dari air. Ia melihat sendiri tubuhnya diangkut ke dalam ambulan, juga beberapa orang yang sepertinya para pembunuhnya karena mereka pergi begitu memastikan kalau ia sudah tewas. Hantu wanita itu memandang bulan purnama yang bersinar terang malam itu.<br /><br />Penginapan Bulan berkembang mengikuti perkembangan jaman menjadi sebuah hotel, namanya pun berganti menjadi Hotel Del Luna. Namun pemiliknya tetap sama, Jang Man Wol yang tidak terlihat menua meski penampilannya berubah seiring perubahan jaman.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pypHX9i6s1Y/XThaBS6ycVI/AAAAAAADIwQ/R3TQTK5ubNoUe_zH1BlDMcsx4Vj2QlHCgCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00100.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-pypHX9i6s1Y/XThaBS6ycVI/AAAAAAADIwQ/R3TQTK5ubNoUe_zH1BlDMcsx4Vj2QlHCgCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00100.png" width="200" /></a></div><br />Pada bulan purnama seperti ini biasanya tamu hotel semakin banyak karena mereka bisa melihat hotel itu bahkan dari tempat yang jauh. Tapi Man Wol tidak terlihat senang. Masih seperti dulu, ia bersikap dingin dan ketus. Mengomel kalau moodnya memburuk saat melihat bulan purnama. Dan ia melarang manajernya untuk menerima tamu yang mati mengenaskan. Toh mereka sudah mati dan tidak buru-buru.<br /><br />Untungnya Manajer No sudah sangat tahu kepribadian majikannya. Ia hanya tersenyum dan berkata mereka sebaiknya tidak pandang bulu dalam menerima tamu. Ia akan memastikan kalau tamu-tamu yang mengenaskan itu tidak mengganggu Man Wol. Man Wol menggerutu kalau ia muak melihat bulan purnama.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-olCIPJ1QIeM/XThaBtytMgI/AAAAAAADIwU/aDtVPzuT-g0jnH7AxDebwvgxwsfBrRIaACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00103.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-olCIPJ1QIeM/XThaBtytMgI/AAAAAAADIwU/aDtVPzuT-g0jnH7AxDebwvgxwsfBrRIaACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00103.png" width="200" /></a></div><br />Ayah Chan Seong nekat mencuri mesin kas di suatu tempat dan lari dari kejaran polisi. Tapi ia jatuh berguling-guling saat menuruni tangga batu. Anehnya ia tidak apa-apa dan terus berlari menghindari polisi. (sialnya, mesin kas itu hanya berisi sedikit uang receh)<br /><br />Hingga ia tiba di depan Hotel Del Luna dan berniat bersembunyi di sana. Ia mengintip ke dalam tapi ragu untuk masuk karena penampilannya yang lusuh. Saat ia sedang merapikan diri sebisa mungkin, ia melihat seorang wanita basah kuyup bertelanjang kaki masuk ke dalam hotel. <br /><br />Ji Hyun Jeong (P.O), si penerima tamu hotel, menyambut hantu wanita itu dengan ramah dan bertanya sudah berapa lama ia meninggal. Sepuluh hari, jawab hantu wanita itu. Hyun Jeong mengantar wanita itu masuk ke dalam lift.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-51vxtzrnoMo/XThfDxEMy_I/AAAAAAADIws/UBUnVYLPHvkE3PYbgnZtPV4IsdiUwFFSgCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00118.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-51vxtzrnoMo/XThfDxEMy_I/AAAAAAADIws/UBUnVYLPHvkE3PYbgnZtPV4IsdiUwFFSgCLcBGAs/s200/vlcsnap-00118.png" width="200" /></a></div><br />Merasa penampilannya lebih baik dari wanita yang baru saja dilihatnya, ayah Chan Seong memberanikan diri untuk masuk dan naik ke lift berikutnya.<br /><br />Ia terkagum-kagum melihat begitu luas dan mewahnya lobi hotel itu. Tanpa sengaja ia duduk di depan hantu wanita yang masuk sebelum dirinya. Melihat pucatnya wanita itu, ayah Chan Seong bertanya apakah ia tidak apa-apa karena ia nampak kurang sehat. Dan dari mana ia bisa sebasah itu.<br />“Sungai Han,” jawab hantu wanita itu.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VuvGUNi04Fg/XThaDzC8sGI/AAAAAAADIwk/nK8C6jzcCN439GsgyqZlKUv4cIxR5TgZwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00125.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-VuvGUNi04Fg/XThaDzC8sGI/AAAAAAADIwk/nK8C6jzcCN439GsgyqZlKUv4cIxR5TgZwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00125.png" width="200" /></a></div><br />Meski merasa aneh ayah Chan Seong tidak mempertanyakannya lagi. Ia bertanya apakah biaya di hotel ini mahal. Hantu itu menjawab ia juga tidak tahu karena ia baru pertama kali ke sini. Saat ayah Chan Seong menoleh, barulah hantu itu melihat ada luka berdarah di kepala ayah Chan Seong. Apa yang terjadi, tanyanya. Aku jatuh berguling di tangga, jawab ayah Chan Seong.<br /><br />Ternyata ayah Chan Seong bukannya tidak apa-apa setelah jatuh. Kakinya patah dan kepalanya terluka parah. Tapi ia belum meninggal hingga saat mendengar suara peluit polisi ia masih mengira polisi sedang mengejarnya. Ia cepat-cepat berdiri dan pergi dari lobi.<br /><br />Ia sempat berpapasan dengan Manajer No dan Hyun Jeong. Namun pura-pura tidak ada apa-apa dan cepat-cepat pergi. Tapi Manajer No berkata pada Hyun Jeong kalau ayah Chan Seong datang ke tempat yang salah. Ayah Chan Seong belum meninggal.<br /><br />“Jika Nona Jang melihatnya, ia akan mati,” kata Manajer No. Mereka harus segera mengeluarkan ayah Chan Seong dari tempat ini.<br /><br />Ayah Chan Seong berkeliaran di dalam hotel untuk mencari tempat bersembunyi. Ia memutuskan akan bersembunyi di toilet. Namun ia sempat melewati sebuah vas antik dengan patung ular emas melingkari vas itu. Ia sempat mengambil vas itu dan berniat untuk mencarinya. Tapi tidak jadi karena lebih penting bersembunyi saat ini. Ia menaruh kembali vas itu dan pergi. Ia tidak tahu ketika ia pergi, ular emas itu tiba-tiba hidup dan turun dari vasnya. <br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4KLtaQTfYKg/XThfpvD_iRI/AAAAAAADIw4/OCPyvh8JTMYtDNrLKH84sjJSI7zTV9GVQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00132.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-4KLtaQTfYKg/XThfpvD_iRI/AAAAAAADIw4/OCPyvh8JTMYtDNrLKH84sjJSI7zTV9GVQCLcBGAs/s200/vlcsnap-00132.png" width="200" /></a></div><br />Ayah Chan Seong pergi ke area kolam renang dan terkejut saat melihat kolam renang itu ternyata sebuah pantai. Lengkap dengan pasir dan berbagai fasilitas rekreasinya. Pegawai tempat itu, Ibu Choi Seo Hee, bertanya apa ayah Chan Seong ingin berenang dan menanyakan nomor kamarnya. Ayah Chan Seong menolak dan cepat-cepat pergi dari sana. Ia juga cepat-cepat pergi dari bar saat disapa oleh bartender Kim Sun Bi. Ia tiba di balkon dan terkejut melihat begitu tingginya bangunan hotel itu.<br /><br />Sementara itu para pegawai hotel berkumpul membicarakan keberadaan orang yang masih hidup di hotel tersebut. Ibu Choi berkata ayah Chan Seong akan mati jika tidak segera pergi dari hotel ini. (hmm...akan mati karena Man Wol atau karena berada dalam hotel ini?)<br /><br />Tapi Bartender Kim menganggap kemarahan Man Wol pada mereka jauh lebih mengerikan dari kematian. Bisa-bisa mereka diomeli selama 50 tahun karena masalah ini. Man Wol selalu mengancam akan mengirim mereka ke kehidupan selanjutnya jika mereka melakukan kesalahan dan mereka belum mau pergi karena masih ada yang ingin mereka lakukan di dunia ini.<br /><br />Manajer No berkata penyusup itu tidak akan bisa meninggalkan hotel jika Man Wol menemukanya, dan ia akan mati. Sayangnya Man Wol menemukan bahwa ular emas di vasnya menghilang dan menyadari ada seorang pencuri berkeliaran di hotelnya.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hGB8PUJSAUc/XThfpTNhFLI/AAAAAAADIw0/8CAryxtTGWM3IVaG88pAJofgrALrgbjrwCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00149.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-hGB8PUJSAUc/XThfpTNhFLI/AAAAAAADIw0/8CAryxtTGWM3IVaG88pAJofgrALrgbjrwCLcBGAs/s200/vlcsnap-00149.png" width="200" /></a></div><br />Ayah Chan Seong tiba di sebuah taman yang sangat luas. Ia menemukan di tengah taman itu sebuah pohon tua yang besar dan tidak berdaun. Tapi tumbuh beberapa bunga di salah satu dahannya. Bunga ungu berkilau yang sangat cantik.<br /><br />Teringat perkataan Chan Seong bahwa hadiah bunga pun tidak apa-apa, ayah Chan Seong berusaha meraih bunga itu untuk dijadikan hadiah ulang tahun. Akhirnya ia berhasil mematahkan sebuah dahan berbunga.<br /><br />Tapi tiba-tiba sebuah kekuatan tak terlihat menariknya dan melemparnya ke tanah. Man Wol menghampirinya dan menginjaknya. Ayah Chan Seong mengaduh kesakitan.<br /><br />“Apa ini? Karena kau masih bisa merasa sakit, apa kau masih hidup?”<br /><br />Ayah Chan Seong marah dan menyuruh Man Wol menyingkirkan kakinya. Ia menyangkal saat dituduh mencuri.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-gCxtUL4Ld2Y/XThfq7BkDNI/AAAAAAADIx4/H9qYhk69JBUt-9AaZNWocaoOh7eD0T42gCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00166.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-gCxtUL4Ld2Y/XThfq7BkDNI/AAAAAAADIx4/H9qYhk69JBUt-9AaZNWocaoOh7eD0T42gCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00166.png" width="200" /></a></div><br />“Lalu apa ini?” tanya Man Wol sambil mengetuk jaket ayah Chan Seong dengan kakinya<br />.<br />Seekor ular emas keluar dari jaket tersebut. Ayah Chan Seong berteriak ketakutan.<br /><br />“Kau mencoba mencurinya. Apa kau mau digigit sampai mati olehnya?” tanya Man Wol.<br />Ayah Chan Seong berlutut ketakutan dan meminta maaf. Ia berkata ia pantas mati.<br /><br />“Kalau begitu mati saja,” kata Man Wol dingin.<br /><br />Ayah Chan Seong berkata ia belum bisa mati sekarang.Tapi Man Wol berkata semua orang pada akhirnya akan mati. Daripada bolak balik, lebih baik mati sekarang saja karena sudah sampai tempat ini.<br /><br />“Kurasa kau belum menyadarinya tapi kau sekarang sedang sekarat.”<br /><br />Ayah Chan Seong melihat tangannya mulai tembus pandang. Ia langsung panik. Sementara itu dokter berusaha menyelamatkan ayah Chan Seong dengan melakukan CPR dan alat kejut jantung. Chan Seong menangis melihat ayahnya seperti itu.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hEeNoUjla_Q/XThfsi6nDxI/AAAAAAADIyE/KUplwjxxFTMdvU_AS9qRiQsK7UmNiCogQCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00206.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-hEeNoUjla_Q/XThfsi6nDxI/AAAAAAADIyE/KUplwjxxFTMdvU_AS9qRiQsK7UmNiCogQCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00206.png" width="200" /></a></div><br />Ayah Chan Seong berkata ia belum bisa mati karena puteranya menunggunya. Ia menjelaskan bunga yang ia ambil itu untuk hadiah ulang tahun puteranya. Tapi Man Wol berkata pohon itu tidak pernah berbunga. Ayah Chan Seong berusaha meyakinkan kalau ia mengambil bunga itu dari pohon tua tersebut.<br /><br />Man Wol merasa aneh pohon tersebut memberikan bunga dan rantingnya untuk ayah Chan Seong. Apa untuk menyelamatkannya?<br /><br />Ayah Chan Seong berkata puteranya seorang yang pintar dan baik, terlalu baik untuk ayah sepertinya. Ia berjanji tidak akan berbuat buruk lagi jika ia diampuni. Ia akan membesarkan puteranya sebaik mungkin.<br /><br />“Baik, aku akan mengampunimu. Kembalilah dan besarkan puteramu dengan baik. Lalu berikan dia padaku.”<br /><br />Ayah Chan Seong terkejut. Man Wol berkata ia sudah menyelamatkan ayah Chan Seong jadi ia meminta Chan Seong sebagai gantinya. Karena Chan Seong masih kecil, ia memberikan waktu 20 tahun untuk ayah Chan Seong membesarkannya.<br /><br />Jika ayah Chan Seong tidak mau, maka ia akan mati dalam waktu beberapa menit. Awalnya ayah Chan Seong keberatan. Tapi ia berpikir Chan Seong akan sendirian jika ia meninggal. Melihat dirinya semakin tembus pandang, akhirnya ayah Chan Seong meminta diampuni. <br /><br />“Baik, dua puluh tahun kemudian aku akan menjemput puteramu.”<br /><br />Man Wol mendorong sedikit kepala ayah Chan Seong dengan tangannya.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-eSOaZ8O9cDY/XThfr2iPHyI/AAAAAAADIx0/eqTp6NCEw2sYrO3gz8QU7e6ny7IBhE14gCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00192.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-eSOaZ8O9cDY/XThfr2iPHyI/AAAAAAADIx0/eqTp6NCEw2sYrO3gz8QU7e6ny7IBhE14gCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00192.png" width="200" /></a></div><br />Seketika itu juga ayah Chan Seong tersadar di rumah sakit. Ia hidup. Chan Seong segera memanggil dokter. Ia menangis lega melihat ayahnya sembuh.<br /><br />Man Wol memungut bunga yang ditinggalkan ayah Chan Seong lalu melemparnya ke arah pohon tua. Bunga itu hancur sebelum mengenai pohon tersebut.<br /><br />Saat meninggalkan rumah sakit, Chan Seong dan ayahnya melihat upacara pemakaman seorang polwan. Ayah Chan Seong mengenali wanita itu. Ia adalah wanita basah kuyup yang dilihatnya di hotel Del Luna. Ia mulai berpikir apa yang dialaminya bukanlah mimpi.<br /><br />Sementara itu hantu polwan menghadap Man Wol. Ia bercerita ia dibunuh karena identitasnya terungkap saat ia menyamar dalam tugasnya. Man Wol berkata karena polwan itu meninggal dalam melakukan tugas mulia, ia akan diantar limosin kelas 1 menuju alam baka setelah beristirahat beberapa hari di hotelnya. <br /><br />Tapi polwan itu berkata ia tidak bisa pergi begitu saja. Man Wol tersenyum dan berkata semua tamunya berkata seperti itu. Apa yang polwan itu inginkan? Balas dendam pada para pembunuhnya? <br /><br />“Sebagai info, kami tidak bisa mengambil nyawa manusia. Kami bisa menyiksa mereka sedikit tapi itu akan menjadi dosa yang mempengaruhi kehidupan selanjutnya dengan buruk. Bisa saja kau terlahir menjadi anjing atau babi, padahal kau bisa terlahir kembali dengan kondisi bagus.”<br /><br />Ia menasihati agar polwan itu berpikir baik-baik jika hanya untuk melampiaskan kemarahannya. Tapi polwan itu berkata ia tidak ingin balas dendam. Ia bertugas menangkap seseorang yang tidak bisa ditangkap dengan hukum manusia. Ia hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan menangkap orang itu.<br />“Untuk tugas yang berhubungan dengan dunia ini, kau harus membayar dengan uang dunia. Apa kau memilikinya?” tanya Man Wol yang merasa seorang polwan tak mungkin memiliki uang banyak.<br /><br />Tapi polwan itu mengangguk. Man Wol langsung tersenyum cerah dan berkata apa yang bisa ia lakukan untuknya.<br /><br />Polwan itu mengeluarkan peluru yang tertanam di kepalanya. Peluru yang sudah membunuhnya. Lalu menyerahkannya pada Man Wol.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-gsu6nPoUO7A/XThfuqm_aPI/AAAAAAADIx0/FyPQ1nW-Jb4BrpA-BBjEO0bjmeE3Nz4QQCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00223.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-gsu6nPoUO7A/XThfuqm_aPI/AAAAAAADIx0/FyPQ1nW-Jb4BrpA-BBjEO0bjmeE3Nz4QQCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00223.png" width="200" /></a></div><br />Orang yang ingin ditangkap polwan itu adalah seorang pejabat, seorang walikota bernama Park Kyu Ho. Walikota Park sedang menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan. Ia memberikan penghargaan kepada seorang pengusaha. Lebih tepatnya seorang mafia, karena mafia itulah yang membunuh bu polwan.<br /><br />Di tengah acara tiba-tiba terdengar bunyi berdenging memekakkan telinga lalu semua kamera tiba-tiba padam. Pintu terbuka dan Man Wol melangkah ke dalam menenteng senjata laras panjang.<br /><br />Tapi hanya Walikota Park yang bisa melihatnya. Ia berteriak-teriak menyuruh orang-orang menghentikan Man Wol. Tapi mereka bingung dengan sikap Walikota Park. Man Wol menembakkan senjatanya ke arah jantung Walikota Park. Walikota Park terjatuh sambil memegangi dadanya dan berkata ia ditembak.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-k9qKqa9UK9Q/XThfuo6ir-I/AAAAAAADIx0/Wg5emW4yVBEZg9BZtXuR_RjRUZpQvuqDACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00243.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-k9qKqa9UK9Q/XThfuo6ir-I/AAAAAAADIx0/Wg5emW4yVBEZg9BZtXuR_RjRUZpQvuqDACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00243.png" width="200" /></a></div><br />Orang-orang mengira ia sudah gila. Walikota Park melihat dadanya tapi tidak ada luka di sana. Ia berteriak saat melihat hantu bu polwan muncul menghampirinya. Saking takutnya ia sampai jatuh terguling dari panggung. Kamera kembali menyala dan merekam momen Walikota Park panik ketakutan sambil menyebut-nyebut nama bu polwan. <br /><br />Hantu bu polwan menangis. Di tengah kekacauan itu, Man Wol tersenyum puas dan melenggang pergi. <br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pMiPzHqzeHc/XThfvbYZPyI/AAAAAAADIx8/8J9k2lu9l_sz4VUVZJsgJWsb3MebOeQGACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00254.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-pMiPzHqzeHc/XThfvbYZPyI/AAAAAAADIx8/8J9k2lu9l_sz4VUVZJsgJWsb3MebOeQGACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00254.png" width="200" /></a></div><br />Manajer No berkata Man Wol sudah menangkap orang itu di tempat yang lebih buruk dari penjara, yaitu rumah sakit jiwa. Dan bayaran mereka sudah mereka dapatkan. Ternyata polwan itu sempat menyimpan beberapa butir berlian sebagai barang bukti. Dan berlian-berlian itu digunakan untuk membayar Man Wol.<br /><br />Man Wol sangat senang karena ia senang minum champagne dan sekarang ia punya banyak uang untuk membelinya. Tapi Manajer No mengambil berlian-berlian itu dan berkata mereka harus membayar hutang mereka dan kebutuhan mereka yang akan datang. Man Wol mengomel bagaimana bisa biaya mengelola hotel begitu besar.<br /><br />Manajer No berkata itu karena gaya hidup Man Wol yang senang berganti mobil, berbelanja dan minum minuman mahal. Biaya mengelola hotel malah tak seberapa. Ia juga menyarankan agar mereka menyisihkan sedikit untuk mempersiapkan penggantinya. Awalnya Man Wol tidak setuju tapi akhirnya ia menyerah dan sambil cemberut mengambil 2 butir berlian yang tersisa. Nurut juga ternyata ;p<br /><br />Ayah Chan Seong terkejut menemukan tabungannya bertambah 100 juta won (sekitar 1,2 milyar rupiah). Ia benar-benar sudah menjual anaknya. Ia iingin membatalkan kesepakatannya dengan Man Wol dan mengembalikan semua uang itu. Mereka mencari hotel itu tapi tentu saja tidak menemukannya. <br /><br />Saat Chan Seong sendirian menunggu ayahnya, sebuah mobil mewah berhenti di depannya. Man Wol membuka kaca jendela dan tersenyum padanya. Chan Seong balas tersenyum. Man Wol kembali bersikap dingin. Lalu mobil itu pun pergi.<br /><br />Man Wol memerintahkan Manajer No untuk mengirim bunga primrose kuning pada setiap hari ulang tahun Chan Seong agar ayahnya tidak melupakan kesepakatan mereka.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-bcjL8KBoQ0U/XThfxigZb6I/AAAAAAADIx4/iehWxhDxwB4gM3KF4XV4PGRtNJX2_Ec7ACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00273.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-bcjL8KBoQ0U/XThfxigZb6I/AAAAAAADIx4/iehWxhDxwB4gM3KF4XV4PGRtNJX2_Ec7ACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00273.png" width="200" /></a></div><br /><i>Tahun 2019... (dua puluh satu tahun kemudian)</i><br /><br />Chan Seong sudah dewasa dan ia akan bekerja di sebuah hotel mewah. Sebelumnya ia sudah bekerja di hotel Singapur dan nampaknya resumenya sangat bagus hingga hotel mewah ini berkali-kali ingin mempekerjakan Chan Seong. Presdir hotel itu bertanya kenapa akhirnya Chan Seong menerima tawaran mereka.<br /><br />“Karena sudah 20 tahun berlalu. Aku sudah berjanji pada ayahku tidak akan kembali ke Korea selama 20 tahun. Dan tahun lalu adalah tahun keduapuluh jadi sekarang aku bisa kembali.”<br /><br />Ia berkata ayahnya percaya kalau ia pulang sebelum duapuluh tahun akan ada ketidakberuntungan. Presdir hotel itu mengerti dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Chan Seong bertanya apakah duapuluh tahun lalu di Seoul ada hotel yang luarnya dipenuhi tanaman ivy dan tingginya mencapai hampir seratus lantai. Tentu saja tidak ada. Sekarang pun tidak ada....setidaknya di mata manusia.<br /><br />Tapi rasa lega Chan Seong hanya sekejap karena tak lama kemudian ia mendapati seseorang mengirim hadiah ulangtahun untuknya ke hotel itu. Tanpa perlu menanyakan pun ia sudah tahu hadiahnya adalah bunga primrose kuning. Ia bertanya-tanya kenapa ia masih menerima hadiah ini padahal sudah lewat dari 20 tahun.<br /><br />Ia melihat ada kartu di bunga itu bertuliskan Hotel Del Luna. Ia membacanya dan tertulis kalau Chan Seong telah diterima bekerja di Hotel Del Luna dan bekerja mulai besok. Apakah hotel itu benar-benar ada? Ia melihat alamatnya. Myeongdong.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-N6_YEi-z3u8/XThfy4Nr_KI/AAAAAAADIyI/HzlmnXNwNgUtu1Rj092ePGFuiga5blLOgCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00300.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-N6_YEi-z3u8/XThfy4Nr_KI/AAAAAAADIyI/HzlmnXNwNgUtu1Rj092ePGFuiga5blLOgCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00300.png" width="200" /></a></div><br />Di stasun subway ia mulai ragu apakah ia harus ke Myeongdong. Akhirnya ia membuang bunga hadiahnya dan berbalik pergi. Ia tidak pergi ke sana.<br /><br />Di subway, ia mencoba mencari gerbong yang kosong. Akhirnya ia tiba di sebuah gerbong yang kosong. Namun aneh sekali karena gerbong itu hanya berisi satu penumpang sementara gerbong lainnya penuh sesak sampai-sampai banyak penumpang yang berdiri.<br /><br />Ia melihat penumpang itu. Seorang wanita anggun yang membawa bunga. Bunga yang tadi dibuangnya di stasiun. Ia memberanikan diri menghampiri wanita itu dan bertanya apakah ia yang sudah membelinya dari ayahnya.<br /><br />Man Wol tersenyum melihat ketenangan Chan Seong. Tadinya ia pikir Chan Seong akan bertanya siapa dirinya. Chan Seong berkata ia sudah diberitahu ayahnya dan Man Wo sama persisi seperti yang diceritakan oleh ayahnya.<br /><br />“Anda adalah Jang Man Wol, pemilik Hotel Del Luna, bukan? Orang yang selama ini mengirimiku bunga itu di hari ulang tahunku.”<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-d1Fnbc1Vem8/XThf0UANVuI/AAAAAAADIyE/f8T6hWdMZh8n_kFJMeBmmjkpNZky5LO0ACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00307.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-d1Fnbc1Vem8/XThf0UANVuI/AAAAAAADIyE/f8T6hWdMZh8n_kFJMeBmmjkpNZky5LO0ACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00307.png" width="200" /></a></div><br />Man Wol bertanya apa Chan Seong membuang bunganya setiap kali menerimanya. Chan Seong mengaku ia ketakutan setiap kali menerima bunga. Takut jika perkataan ayahnya benar dan Man Wol akan menjemputnya. Man Wol bertanya itukah sebabnya Chan Seong terus berpindah-pindah tempat.<br /><br />Chan Seong berkata ia terus melarikan diri tapi ia tidak menyangka Man Wol benar-benar akan menjemputnya. Ia meremehkan berpikir semuanya sudah berakhir tahun lalu. Man Wol berkata justru ia sudah menyangkanya karena itu ia menjemputnya baru tahun ini.<br /><br />“Karena aku sudah memberimu istirahat satu tahun, datanglah bekerja padaku mulai besok.”<br /><br />Chan Seong bertanya apa Man Wol akan membunuhnya jika ia tidak mau. Man Wol berkarta Chan Seong sepertinya tidak takut padanya.<br /><br />“Yah, aku memang terlalu cantik untuk terlihat menakutkan.”<br /><br />Chan Seong berkata ia setuju. Karena itu ia memutuskan untuk menganggap Man Wol bukan orang yang menakutkan dan akan terus menolak tawarannya.<br /><br />Man Wol berkata mengirim bunga setiap ulang tahun adalah ide yang salah, seharusnya ia mengirim burung terpenggal untuk Chan Seong. <br /><br />“Kali ini aku akan memberikan hadiah yang berbeda.”<br /><br />Ia bangkit berdiri. Seketika kereta itu menjadi gelap gulita dan Man Wol mulai menghampiri Chan Seong. Chan Seong berusaha menutupi rasa takutnya. Ia berkata Man Wol pasti seorang yang berkuasa dan hotelnya pasti sukses, jadi untuk apa mempekerjakan orang biasa seperti dirinya. Tidak bisakah Man Wol melepaskannya saja? Tidak bisakah Man Wol melepaskannya saja?<br /><br />Man Wol mengelus kepala Chan Seong (kucing kali yaaa) tapi Chan Seong semakin takut dan bertanya apa Man Wol hendak memenggalnya sebagai hadiah ulangtahunnya.<br /><br />Man Wol tak mengatakan apapun. Ia mendekati wajah Chan Seong lalu pelan-pelan meniup matanya. Ia berkata Chan Seong tak perlu khawatir karena kepalanya masih tersambung dengan lehernya.<br />“Apa yang baru saja kaulakukan padaku?” tanya Chan Seong.<br /><br />“Itu hadiah. Selamat ulang tahun. Hadiah tahun ini akan menjadi sangat spesial,” jawab Man Wol pelan.<br /><br />Kereta pun berhenti. Chan Seong menuju pintu keluar tapi tiba-tiba berhenti dan menoleh pada Man Wol. Man Wol bertanya apa Chan Seong masih ingin bersamanya. Chan Seong mengambil bunga hadiah ulangtahunnya dan berkata ia tidak bermaksud membuang hadiahnya, hanya saja tanaman dan hewan diperiksa di bandara. Lalu ia cepat-cepat turun. Man Wol tersenyum geli mendengarnya. Kereta pun kembali berjalan.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XE8-U_1592w/XThf1ZklQzI/AAAAAAADIyI/WcecMZcQS9cH8SbO8RtRuMIyS03Uyj97ACEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00341.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-XE8-U_1592w/XThf1ZklQzI/AAAAAAADIyI/WcecMZcQS9cH8SbO8RtRuMIyS03Uyj97ACEwYBhgL/s200/vlcsnap-00341.png" width="200" /></a></div><br />Chan Seong masih shock dengan apa yang baru saja dialaminya. Ia bingung mengapa Man Wol berkeras mempekerjakannya. Ia teringat ayahnya selalu menyuruhnya untuk melarikan diri karena hotel itu tempat menakutkan. Ia bahkan melihat orang mati di sana. Ia mewanti-wanti agar Chan Seong melarikan diri jika bertemu dengan Man Wol.<br /><br />Terngiang perkataan ayahnya, Chan Seong langsung pulang dan membereskan semua barangnya. Ia berniat meninggalkan Korea. Ia menelepon hotel mewah tempatnya akan mulai bekerja dan berkata ia tidak bisa bekerja di sana.<br /><br />Tiba-tiba matanya terasa aneh. Ia mengucek-nguceknya. Saat ia menatap ke seberang jalan, ia melihat seorang wanita berkacamata hitam dengan wajah yang sangat pucat. Jadi hadiah Chan Seong adalah bisa melihat roh orang mati alias hantu.<br /><br />Manajer No berkata Chan Seong pasti panik. Tapi Man Wol berkata Chan Seong harus membiasakan diri karena akan bekerja di hotel mereka. Ia harus bisa melihat para pelanggan. Manajer No khawatir Chan Seong mengalami hal buruk karena Man Wol tidak memberitahu soal hadiahnya itu.<br />Man Wol tersadar dan berkata ia tidak bisa membiarkan Chan Seong tewas karena terkejut melihat hantu. Semua akan kacau nantinya.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-E7FYkXBQzck/XThktipPegI/AAAAAAADIyU/bwbBKn98QVglzlU2HvT_CPoWZQFDTmkTQCLcBGAs/s1600/vlcsnap-00362.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-E7FYkXBQzck/XThktipPegI/AAAAAAADIyU/bwbBKn98QVglzlU2HvT_CPoWZQFDTmkTQCLcBGAs/s200/vlcsnap-00362.png" width="200" /></a></div><br />Chan Seong sedang menanti taksi di pinggir jalan. Ia mengira hantu wanita itu juga sedang menunggu taksi. Takut didahului ia berkata ia sudah menunggu duluan jadi taksi yang datang pertama akan ia naiki duluan.<br /><br />Hantu itu menoleh mendengar ada manusia yang berbicara padanya. Chan Seong mengira “wanita” itu hendak protes. Ia membela diri wanita itu sudah melihatnya berdiri di situ sejak tadi.<br /><br />“Aku tidak melihatnya. Aku tidak bisa melihat,” kata hantu itu sambil membuka kacamata hitamnya.<br />Astaga bolong matanya >,<<br /><br />Chan Seong berteriak kaget. Hantu itu berusaha menghampiri Chan Seong. Chan Seong hendak melarikan diri dengan taksi tapi hantu itu tiba-tiba berbalik. Tanpa berpikir lagi, Chan Seong lari sambil berteriak ketakutan.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-nVZpWcSilso/XThktk4vMBI/AAAAAAADIzI/wPrwiiCs3c0ZAV0Jhq8osecWMNiGAtACgCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00366.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-nVZpWcSilso/XThktk4vMBI/AAAAAAADIzI/wPrwiiCs3c0ZAV0Jhq8osecWMNiGAtACgCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00366.png" width="200" /></a></div><br />Karena Chan Seong terus berteriak, hantu itu terus mengejar dengan mengikuti suara Chan Seong. Sementara itu diam-diam Man Wol mengikuti Chan Seong.<br /><br />Hantu itu berhasil menemukan Chan Seong. Chan Seong tak sanggup lari lagi. Ia berteriak-teriak menyuruh hantu itu pergi. Ia makin panik ketika hantu itu hendak melepas kacamata hitamnya lagi.<br /><br />“Jangan dibuka!! Jangan dibuka, kumohon!!”<br /><br />Saat Chan Seong terus berteriak putus asa tiba-tiba seseorang menutup mulutnya. Man Wol memberi isyarat agar Chan Seong tidak bersuara. Ia melempar batu ke arah lain dan hantu itu pun pergi mengikuti suara itu.<br /><br />Mengetahui Chan Seong akan melarikan diri, Man Wol menyindir kalau hadiahnya kali ini tidak akan terdeteksi pemeriksaan di bandara. Dan Chan Seong tidak bisa membuangnya.<br /><br />Chan Seong jadi marah dan menuduh Man Wol mengirim makhluk aneh tadi. Man wol berkata ia tidak mengirim hantu itu, ia hanya membuat Chan Seong bisa melihatnya. Melihat apa yang sebelumnya tidak bisa dilihat. Yaitu roh orang mati.<br /><br />Ia menyuruh Chan Seong mengikutinya karena ada restoran terkenal yang dilihatnya di TV di daerah ini. Chan Seong bertanya apa makhluk aneh tadi akan membunuhnya jika ia tidak mengikuti Man Wol. <br /><br />“Kau tidak akan mati. Apa yang kaulihat tadi tidak memiliki kekuatan untuk membunuh yang masih hidup. Puas?”<br /><br />Chan Seong berkata ia tidak akan ikut ke manapun sebelum Man Wol mengembalikan matanya seperti semula. Tapi Man Wol balas mengancam akan menutup mata Chan Seong selamanya jika restoran itu keburu tutup gara-gara Chan Seong lamban.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0sc7HtDROE0/XThkvV4ZfkI/AAAAAAADIzM/dcYpEjMEkEEurR_BiNGPQ0xH7wO4i3VmwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00391.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-0sc7HtDROE0/XThkvV4ZfkI/AAAAAAADIzM/dcYpEjMEkEEurR_BiNGPQ0xH7wO4i3VmwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00391.png" width="200" /></a></div><br /><br />Chan Seong terpaksa mengikuti Man Wol ke restoran yang diinginkan Man Wol. Untunglah restoran itu belum tutup tapi tak lama kemudian pemilik memasang pengumuman kalau makanan mereka sudah habis. Man Wol berkata untung saja mereka tiba tepat waktu.<br /><br />Chan Seong bertanya apa ia akan terus menerus melihat hal menyeramkan seperti tadi. Man Wol berkata Chan Seong hanya kurang beruntung hingga langsung melihat yang menyeramkan. Tidak semuanya menakutkan. Ia menunjuk hantu anak kecil di meja ujung yang makan sendirian dengan lahap. Jika dilihat sekilas malah seperti manusia biasa.<br /><br />Chan Seong bertanya mengapa hantu anak itu ada di sana. Man Wol menjawab beberapa dari mereka gentayangan karena mati tiba-tiba dan tidak sadar kalau mereka sudah meninggal. Beberapa terobsesi pada apa yang mereka sukai saat mereka masih hidup.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-TjbeOSwhG8E/XThkwyfC4DI/AAAAAAADIzY/PzdcvJO_p9ES4mPWBWgUidRpuj9SY1_rgCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00416.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-TjbeOSwhG8E/XThkwyfC4DI/AAAAAAADIzY/PzdcvJO_p9ES4mPWBWgUidRpuj9SY1_rgCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00416.png" width="200" /></a></div><br />Masih ingat Walikota Park yang jadi gila karena melihat Man Wol dan hantu polwan? Ia sudah dibebaskan dan menjadi gelandangan. Ia melihat Man Wol dari luar restoran dan mengenalinya.<br /><br />Chan Seong bertanya mengapa Man Wol membuatnya bisa melihat hal-hal seperti itu. Man Wol berkata Chan Seong akan tahu begitu datang ke Del Luna. Kalau saja Chan Seong langsung menurut pasti tidak akan serepot ini.<br /><br />“Sekilas...bahkan tampak dekat, kau seperti manusia biasa. Apa kau yakin kau sudah meninggal juga?” tanya Chan Seong.<br /><br />“Aku belum meninggal. Aku hanya ada,” jawab Man Wol sedikit getir.<br /><br />Chan Seong bertanya apa itu artinya Man Wol akan meninggal suatu saat nanti. Man Wool bertanya mengapa Cha Seong menanyakannya? Apa Chan Seong akan membunuhnya? Ia menantang Chan Seong untuk makan mandu (sebesar bapau) dalam satu suapan. Jika berhasil, ia akan memberi kesempatan pada Chan Seong untuk membunuhnya.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-QEtmjILef1U/XThkw_1TlPI/AAAAAAADIzM/EeDvpaI9EMgUgbIoQxvl52XnT5uRq8aEQCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00418.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-QEtmjILef1U/XThkw_1TlPI/AAAAAAADIzM/EeDvpaI9EMgUgbIoQxvl52XnT5uRq8aEQCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00418.png" width="200" /></a></div><br />Setelah keluar dari restoran, Man Wol menyuruh Chan Seong membelikan minum untuknya. Dengan ancaman akan dibunuh, Chan Seong lagi-lagi terpaksa menurut. Tapi Man Wol sengaja menyuruh Chan Seong pergi karena ia merasakan ada seseorang yang menunggunya.<br /><br />Walikota Park keluar dari tempatnya bersembunyi dan menghampiri Man Wol. Ia berkata ia yakin Man Wol yang dulu menikamnya. Melihat keadaan Walikota Park, Man Wol berkata pasti kejahatannya sangat buruk. Kehipan selanjutnya akan lebih buruk lagi.<br /><br />Walikota Park mengeluarkan sebatang besii tajam lalu menikamkannya ke dada Man Wol. Man Wol hanya menatapnya. Chan Seong tiba dan berteriak. Walikota Park berjalan pergi sementara Man Wol terduduk lemas.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4G_so2onfXQ/XThkzzuHN6I/AAAAAAADIzM/oxhQvJyt3OMRHOJpFdCb0KYNRi3X1suWwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00430.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-4G_so2onfXQ/XThkzzuHN6I/AAAAAAADIzM/oxhQvJyt3OMRHOJpFdCb0KYNRi3X1suWwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00430.png" width="200" /></a></div><br />“Kenapa manusia tidak pernah memikirkan kesalahannya dan selalu menyalahkan orang lain,” ujar Man Wol.<br /><br />Chan Seong menanyakan keadaan Man Wol. Man Wol tersenyum pahit dan bergumam kalau ia tidak bisa mengejek pria tua tadi karena dulu ia juga segila itu dan membawa-bawa senjata. Ia berkata tadi Chan Seong gagal memakan mandu dalam satu suap namun ia akan memberi kesempatan kedua.<br /><br />“Jika kau ingin melarikan diri, pergilah. Jika kau berbalik dan pergi..aku akan menghlang dari<br />hadapanmu seperti yang kauinginkan. Pergilah. Jika kau tidak pergi sekarang, kau akan terlambat.”<br /><br />Chan Seong nampak ragu, tapi akhirnya ia berlari pergi. Man Wol menghela nafas lalu memejamkan matanya. <br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-zrI35MDU9gg/XThk0MnPLwI/AAAAAAADIzQ/sSVnwQlNdwUphYycsoitGHxqbhQvKgr3gCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00431.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-zrI35MDU9gg/XThk0MnPLwI/AAAAAAADIzQ/sSVnwQlNdwUphYycsoitGHxqbhQvKgr3gCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00431.png" width="200" /></a></div><br />Tapi kemudian terlihat Chan Seong berlari menghampiri sambil menarik gerobak bekas sayuran. Ia berkata ia akan menolong Man Wol. Ia akan membawanya ke rumah sakit atau Del Luna.<br /><br />Ia hendak membantu Man Wol berdiri tapi Man Wol menepis tangannya. Man Wol tampaknya terkejut Chan Seong benar-benar kembali lagi untuk menolongnya. Chan Seong berkata geroba itu tidak kotor. Ia bahkan membersihkan sisa sayuran di gerobak itu. Hanya saja ia tidak sanggup menggendong Man Wol.<br /><br />Man Wol bangkit berdiri dan mencabut batang besi yang menancap dari tubuhnya. <br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-mFlFz4fj_lA/XThk1O5r-WI/AAAAAAADIzY/Gp3j7x3UZmQ4kg8PTS7xC7UOmEy6Gp1jwCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00445.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-mFlFz4fj_lA/XThk1O5r-WI/AAAAAAADIzY/Gp3j7x3UZmQ4kg8PTS7xC7UOmEy6Gp1jwCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00445.png" width="200" /></a></div><br />“Gu Chan Seong, kau benar-benar seorang yang rapuh, bukan? Aku menyukai hatimu yang lemah itu,” katanya sambil memutar-mutar besi itu di tangannya..<br /><br />Merasa dibohongi, Chan Seong berkata sepertinya orang lemah sepertinya telah membuang-buang waktu untuk menolong orang yang tidak mati karena tikaman. Karena itu ia akan pergi. Tapi Man Wol berkata Chan Seong tidak boleh pergi. <br /><br />Ia membuat besi itu melayang di atas tangannya dan memutarnya. Chan Seong mengira Man Wol hendak membunuhnya. Man Wol menjentikkan jarinya. Besi itu meluncur melewati Chan Seong, menancap di tubuh Walikota Park. Lalu tubuh Walikota Park hancur lebur.<br /><br />Man Wol berkata ia sudah memberikan kesempatan tapi Chan Seong tidak menggunakannya. Jika Chan Seong melarikan diri sekarang, ia akan membunuhnya.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-sHiuZz-HHsk/XThk2aPdaDI/AAAAAAADIzY/bJkoFIKhLmsv7iqoRZAg1dezGa-p_Au2gCEwYBhgL/s1600/vlcsnap-00454.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="482" data-original-width="961" height="100" src="https://1.bp.blogspot.com/-sHiuZz-HHsk/XThk2aPdaDI/AAAAAAADIzY/bJkoFIKhLmsv7iqoRZAg1dezGa-p_Au2gCEwYBhgL/s200/vlcsnap-00454.png" width="200" /></a></div><br /><br /><b>Komentar:</b><br />Finally...sebuah drama yang bukan hanya menarik secara alurnya tapi juga efek sinematografi yang keren. Aku sudah menonton banyak drakor fantasi dengan efek visual yang bagus, tapi drama ini lebih mendetil. Paling suka ketika batangan kayu membentuk Penginapan Bulan, juga ketika Hotel Del Luna “bertumbuh” menjadi hotel terbesar dan tertinggi di Seoul.<br /><br />Saking fokusnya nonton, aku sampai tidak sadar kalau drama ini lebih panjang dari drama biasanya. Mulai sadar waktu merasa nulis sinopnya kok ngga selesai-selesai haha XD <br /><br />Masa lalu Man Wol sengaja dibuat misteri dan akan terungkap sedikit demi sedikit. Namun aku tertarik dengan kepribadian Man Wol yang sesungguhnya. Jelas Man Wol di masa lalu seorang yang penuh kesedihan, kemarahan, kepahitan, penderitaan, dan keputusasaan. <br /><br />Man Wol yang sekarang lebih unik karena di balik sikap dingin, cuek, dan kejamnya...ia tampaknya...tampaknya lho ya, masih memiliki hati yang baik. Buktinya ia masih mau mendengarkan nasihat manajernya yang tua. Ketika ia memberi kesempatan pada Chan Seong untuk melarikan diripun, sepertinya ia sungguh-sungguh melakukannya, karena ia terlihat tidak menyangka Chan Seong akan kembali untuk menolongnya. Ancaman membunuh Chan Seong hanyalah ancaman kosong untuk membuat Chan Seong menurut.<br /><br />Tapi akhirnya ia membunuh Walikota Park. Apakah ia diperbolehkan melakukan hal itu? Setahuku Walikota Park masih manusia dan Man Wol berkata itu tidak diperbolehkan. Mudah-mudahan ada penjelasan selanjutnya.<br /><br /><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2019/07/sinopsis-hotel-del-luna-episode-1.html[email protected] (Kdramatized)7
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-762309578890596083Thu, 13 Jun 2019 09:09:00 +00002019-06-13T16:09:53.353+07:00hotel del lunaDrama Misteri Fantasi : Hotel del Luna<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kHlW1-gbBO0/XQIJzAqWguI/AAAAAAADIuE/SL85COYFxdw0f70ZiE_hCy9cRxg6_yLZgCLcBGAs/s1600/IMG-20190607-094412.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1133" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-kHlW1-gbBO0/XQIJzAqWguI/AAAAAAADIuE/SL85COYFxdw0f70ZiE_hCy9cRxg6_yLZgCLcBGAs/s320/IMG-20190607-094412.jpg" width="225" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Hotel del Luna. Drama Hong Sisters terbaru yang membuatku tertarik setelah mengetahui sinopsis awalnya. Drama ini bergenre misteri fantasi mengenai sebuah hotel untuk arwah gentayangan (terinspirasi dari <b>Hotel Transylvania </b>mungkin?). Kemewahan hotel ini hanya bisa dilihat oleh roh-roh yang tidak bisa meninggalkan dunia. Sedangkan di mata orang biasa, hotel ini hanya hotel tua yang kumuh di tengah kota Seoul.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4QCD66a6pIg/XQIJ6qtbDnI/AAAAAAADIuI/MaF0RQ-Tub0nL3H5eTvOPGU03X-BntrmgCLcBGAs/s1600/hdl4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="792" data-original-width="1600" height="158" src="https://1.bp.blogspot.com/-4QCD66a6pIg/XQIJ6qtbDnI/AAAAAAADIuI/MaF0RQ-Tub0nL3H5eTvOPGU03X-BntrmgCLcBGAs/s320/hdl4.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">CEO hotel ini adalah seorang wanita cantik bernama <b><i>Jang Man Wol</i> (IU)</b>. Hotel tak biasa tak mungkin dikelola orang biasa. Jang Man Wol adalah orang yang dikutuk atas dosa yang diperbuatnya lebih dari ribuan tahun lalu. Karena ia tidak bisa menemukan orang yang melakukan dosa lebih besar dari dirinya, ia terperangkap menjadi presiden Hotel del Luna selama 1000 tahun.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Waktunya terhenti sama seperti pohon bunga di taman hotel yang belum berbunga sejak ribuan tahun lalu. Dia hanya ada begitu saja. Meski kecantikan dan keanggunannya seperti bulan, ia sebenarnya roh tua yang bertemperamen buruk, serakah, plin plan, penuh kecurigaan, dan boros. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia tidak ingat masa lalunya hingga ia juga tidak ingat dosa apa yang dulu telah diperbuatnya. Ia tidak bisa meninggalkan hotel dengan bebas tanpa ditemani tubuh manusia. Karena itu ia menggunakan kelemahan manusia untuk mengikat mereka pada Hotel del Luna dengan menjadikan mereka pegawai. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Salah satunya adalah Goo Chan Sung. Suatu malam ia tidak sengaja tidur di sisi Goo Chan Sung dan bermimpi mengenai peristiwa 1000 tahun lalu. Untuk mengetahui dosa apa yang telah ia lakukan dahulu, ia berbagi tempat tidur dengan Chan Sung.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-D6fwz9sWSOY/XQIKCOx0uOI/AAAAAAADIuM/esWpKTRO7YA97cfAlRqn6BN11-8v3e-7QCLcBGAs/s1600/hdl3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="802" data-original-width="1600" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-D6fwz9sWSOY/XQIKCOx0uOI/AAAAAAADIuM/esWpKTRO7YA97cfAlRqn6BN11-8v3e-7QCLcBGAs/s320/hdl3.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><b><i>Goo Chan Sung</i> (Yeo Jin Goo) </b>adalah seorang ahli perhotelan super elit namun berkepribadian terlalu obsesif, kemungkinan OCD. Ia bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Karena tidak terima dengan mendapat hasil IQ 129, ia belajar keras hingga mendapat nilai 143 setelah 4 kali mengikuti tes. Ia tidak terlahir berbakat tapi membuat dirinya sendiri menjadi seorang jenius. Meski terlihat rasional dan kurang ajar, ia sebenarnya terganggu dengan kenyataan ia tidak terlahir jenius. Dan nyatanya ia seorang yang polos dan mudah dimanipulasi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ia sudah mendapat posisi asisten manajer termuda sebuah perusahaan hotel multinasional. Tapi karena perjanjian bodoh yang dibuat ayahnya dengan Jang Man Wol 30 tahun lalu, ia dipindah ke Hotel del Luna. Pada akhirnya, ahli hotel top Goo Chan Sung menjadi manajer di hotel tua dan kumuh del Luna.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Selama ia bekerja di sana, ia mengalami berbagai peristiwa menarik. Lalu datanglah seorang tamu tak diundang dan tak diharapkan, teman terdekatnya yang pernah ia bunuh (ngga sengaja sepertinya). Temannya datang untuk membalas dendam.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><b>Para pemeran lain</b></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Fl-qH8lqzks/XQIKG5iOigI/AAAAAAADIuU/KFktdiSF9Vo0Kp0kGAnKI8YIWgRWf1_XQCLcBGAs/s1600/d3sbvgpv4aaw_wy2xjb8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="322" data-original-width="799" height="160" src="https://1.bp.blogspot.com/-Fl-qH8lqzks/XQIKG5iOigI/AAAAAAADIuU/KFktdiSF9Vo0Kp0kGAnKI8YIWgRWf1_XQCLcBGAs/s400/d3sbvgpv4aaw_wy2xjb8.jpg" width="400" /></a></div><br /> <div class="MsoNormal"><br /></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>Jung Dong Hwan</b> sebagai <b><i>Manajer No</i></b><o:p></o:p></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>Shin Jeong Geun</b> sebagai <b><i>Kim Sun Bi</i></b></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><b><span style="color: #353c41; font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">B</span><span style="color: #353c41; font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 14px;">ae Hae Seo</span></b><span style="color: #353c41; font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><b>n </b>sebagai <b><i>Choi Seo Hee</i></b></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>PO </b>sebagai <b><i>Ji Hyun Joong</i></b><br /><b>Lee Do Hyun</b> sebagai <b><i>Go Cheong Myeong</i></b><o:p></o:p></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>Lee Tae Sun</b> sebagai <b><i>Yeon Woo</i></b><o:p></o:p></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>Seo Yi Sook </b>sebagai <b><i>Dewi Mago</i></b><o:p></o:p></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>Kang Hong Seok </b>sebagai <b><i>Malaikat Kematian</i></b><br /><b>Kang Mi Na</b> sebagai <b><i>Yoo Na</i></b><o:p></o:p></span></div><div align="center" style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="color: #353c41; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt;"><b>Jo Hyun Cheol</b> sebagai<b><i> Sanchez</i></b><o:p></o:p></span></div><br /><br /><b>Sumber: <a href="https://forums.soompi.com/topic/432086-upcoming-drama-2019-hotel-del-luna-%ED%98%B8%ED%85%94-%EB%8D%B8%EB%A3%A8%EB%82%98-iu-yeo-jin-goo-premieres-in-july-2019/"><i>Soompi forum </i></a></b><br /><br />Menarik bukan? Tapi terus terang meski aku menonton banyak drama Hong Sisters dan beberapa pernah aku recaps (<b><a href="https://www.kdramatized.com/2011/05/sinopsis-best-love-episode-1.html">Best Love</a>, Big, The Master’s Sun</b>), drama mereka akhir-akhir ini kurang mengena terutama di bagian ending.<br /><br />Ciri khas mereka adalah keunikan mereka membuat metafora-metafora unik sepanjang drama yang komedik namun bermakna. Walaupun ide-ide mereka selalu fresh dan menarik di awal, seringkali mereka tidak bisa mengakhiri dengan mulus cerita yang sudah mereka bangun. Contoh yang paling menyakitkan adalah <b><a href="https://www.kdramatized.com/2012/06/sinopsis-big-episode-1.html">Big </a></b>dan yang terbaru adalah <b>Hwayugi</b>. Dan sepertinya hampir selalu ada lompatan waktu di episode terakhir untuk endingnya. Lompatan waktu yang seringkali sebenarnya tidak dibutuhkan. Apalagi kalau setelah ada lompatan waktu pun endingnya tidak sesuai harapan para penonton.<br /><br />Aku sangat tertarik dengan drama ini, selain karena ceritanya juga karena pemerannya IU dan Yeo Jin Goo yang semakin bagus aktingnya. IU membuktikan kemampuan aktingnya melalui <b>My Ahjusshi</b>. Dan karakter Jang Man Wol sepertinya ada beberapa kemiripan dengan <b>Cindy</b> (<b><i><a href="https://www.kdramatized.com/2015/05/sinopsis-producers-episode-1-bagian-1.html">Producers</a></i></b>). Sedangkan Yeo Jin Goo meski tergolong muda, tidak bisa dianggap pemula. Terutama akting kerennya di <b><i>The Crowned Clown</i></b>.<br /><br />Selain itu Hong Sisters juga bukan kali ini saja membuat drama dengan tema hantu. <b><i><a href="http://www.berbagi-sinopsis.com/2013/08/sinopsis-masters-sun-episode-1-1_15.html">The Master's Sun</a></i></b> dan Hwayugi adalah dua drama mereka yang menampilkan sosok-sosok menyeramkan. Mudah-mudahan tidak membuat jantungan saat menonton malam-malam ya XD<br /><br />Baca juga : <b><i><u><a href="https://www.kdramatized.com/2013/09/read-if-you-dare-ghosts-of-masters-sun.html">Read If You Dare, The Ghosts of The Master's Sun</a></u></i></b><br /><br />Aku berharap dengan drama kali ini, Hong Sisters bisa menunjukkan ending yang baik, setidaknya happy ending seperti beberapa drama mereka terdahulu yang kusukai: <b>Sassy Girl Chun Hyang, My Girl, You’re Beautiful, My Girlfirend is a Gumiho (walau tetep jadi gumiho), Best Love, dan The Master’s Sun</b>.<br /><br />Bagaimana dengan teman-teman? Apakah tertarik untuk mengikuti drama ini?<br /><div><br /></div><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2019/06/drama-misteri-fantasi-hotel-del-luna.html[email protected] (Kdramatized)6
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-2064078232954256401Sat, 22 Dec 2018 05:18:00 +00002018-12-22T12:35:45.189+07:00memories of the alhambraReview Memories of The Alhambra Episode 6<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Uv26nTZHkkY/XB3Lpt7G_QI/AAAAAAADIoc/sUnZW5YWCZ4AZN164-OB1yhIB2NzNHEMACHMYCw/s1600-h/snap-00568%255B3%255D"><img width="339" height="194" title="snap-00568" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00568" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Y6nr9LvmTAg/XB3LqYgfl5I/AAAAAAADIog/CcQJRR0rhgcQivHsQlCbZy2MCQL8VhqbwCHMYCw/snap-00568_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo akhirnya pulang ke rumah. Nenek lega mendengar Jin Woo sudah sadar. Ia juga heran Hee Joo sudah kembali padahal Jin Woo tidak ada yang merawat. Hee Joo berkata istri Jin Woo sudah datang. Nenek berkata itu hal yang baik.<p>Tapi ada hal tidak baik yang terjadi yang tidak Nenek ketahui. Yu Ra hampir pergi ketika Jin Woo dibopong masuk dalam kamar setelah ditemukan di halaman rumah sakit. Yu Ra terkejut melihat keadaan Jin Woo. Ia bingung apakah ia harus meneruskan tuntutan cerainya atau tidak. Bukan karena kasihan pada Jin Woo tapi karena akan merusak imagenya.<p>Ia melarang Hee Joo masuk ke kamar Jin Woo. Ia menuduh Hee Joo dibayar untuk membohonginya. Ia merendahkan Hee Joo serakah hanya karena uang berjumlah kecil. Lalu ia mengusir Hee Joo dengan kasar sampai mendorongnya.<p>Sekretaris Seo yang melihat hal itu membela Hee Joo. Tapi Yu Ra malah menendang kakinya. Hee Joo bertanya apa Sekretaris Seo tidak apa-apa. Sekretaris Seo menenangkannya dan menyarankan agar Hee Joo pulang saja. Karena itu Hee Joo pulang.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-um9ZIzDLiMM/XB3LrvwnuFI/AAAAAAADIok/htElnuiN--MGY1rB0Ge677ejcUGm7SS_wCHMYCw/s1600-h/snap-00291%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00291" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00291" src="https://lh3.googleusercontent.com/-6AxvJ-zvnRE/XB3LstDSV4I/AAAAAAADIoo/r7_ocfnQRhQLxXe_ZNezYUJXN8Aaav3tQCHMYCw/snap-00291_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-LNPglCVGqWw/XB3Ltp6nchI/AAAAAAADIos/MHXYM3gL80kkOkk7vE1Tg_6pMpK68uK7wCHMYCw/s1600-h/snap-00294%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00294" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00294" src="https://lh3.googleusercontent.com/-8XK_ZrgcVwM/XB3Lum46cKI/AAAAAAADIow/w5nk_knL1Vka7foeEiVVae44TFY9X5OUgCHMYCw/snap-00294_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo sadar dan melihat Yu Ra. Ia tidak nampak senang dan berharap itu hanya mimpi. Sekretaris Seo menyarankan agar Yu Ra kembali sja ke lokasi syuting. Mereka terus berdebat mengenai siapa yang seharusnya menemani Jin Woo. Tapi Jin Woo kembali mendengar suara gemuruh badai dan terlihat ketakutan.<p>Hee Joo tidak bisa tidur mengingat apa yang terjadi sore tadi di halaman rumah sakit. Akhirnya ia pergi ke dapur untuk menenangkan dirinya dengan minum anggur. Terdengar suara ketukan di pintu. Hee Joo membukanya dan kaget melihat Jin Woo.<p>Jin Woo mengendarai mobil sendiri ke sana. Ia mengingatkan harusnya Hee Joo bertanggungjawab karena sudah membawa “wanita itu” ke sini. Bagaimana bisa Hee Joo pulang begitu saja? Hee Joo berkata ia pikir ia tidak bisa membantu apa-apa meskipun tinggal di sana. Ia bertanya apa Jin Woo melarikan diri dari istrinya hingga ke sini?<p>Jin Woo meminta Hee Joo mengambilkan kotak lensa kontaknya di kamarnya karena ia tidak bisa naik sendiri. Ia sendiri memilih menunggu di dalam mobil...karena ia merasa lebih aman daripada berada di dalam rumah.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-P4uoqxkl6sk/XB3LvlrwKcI/AAAAAAADIo0/KjYm6ETlssgtGKYi875IhylEFmRIQVmngCHMYCw/s1600-h/snap-00299%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00299" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00299" src="https://lh3.googleusercontent.com/-nn_IVJOEUoI/XB3LwkzzzcI/AAAAAAADIo4/cmmAuf0x9BEl_cl7T0H6K8mfd6KXdoBsACHMYCw/snap-00299_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-H-xfeSW4nz0/XB3LxiPvoaI/AAAAAAADIo8/vwSaV5c4uksgnYU9n-lP5JZ-QDWtalkewCHMYCw/s1600-h/snap-00305%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00305" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00305" src="https://lh3.googleusercontent.com/-HO2tFTRZpd4/XB3Ly66foMI/AAAAAAADIpA/gIIz2MvTdiosayolK4epzsqxbCOV74pawCHMYCw/snap-00305_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo masuk dan menelepon Sekretaris Seo kalau Jin Woo menemuinya. Sekretaris Seo sebenarnya sedang mencari Jin Woo karena ia sempat meninggalkan kamar sebentar tapi Jin Woo menghilang lagi. Hee Joo berkata Jin Woo menginginkan ia mengambil sesuatu. <p>Sekretaris Seo berkata ia akan segera menyusul ke sana dan meminta Hee Joo menuruti saja semua permintaan Jin Woo meski perkataannya aneh. Dokter berkata Jin Woo menderita stress hingga berhalusinasi paranoid. <p>“Ia melihat dan mendengar sesuatu. Ia berkata orang yang sudah mati terus menerus muncul sambil membawa pedang...seperti hantu.”<p>“Maksudmu pria yang meninggal kemarin?” tanya Hee Joo.<p>Sekretaris Seo mengiyakan. Bahkan tadi Jin Woo sempat kambuh lagi setelah Hee Joo pulang. Ketika itu Jin Woo tiba-tiba menjatuhkan dirinya dari tempat tidur seakan menghindari sesuatu. Mereka harus memberinya obat penenang untuk menenangkannya. Dokter tidak tahu sampai kapan Jin Woo akan berhalusinasi. Bisa saja ia sembuh setelah beristirahat selama beberapa hari. Karena itu mereka sebaiknya menuruti Jin Woo meski ia terdengar tak masuk akal. Menentangnya hanya akan memperburuk keadaannya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-SyFaWVka4EY/XB3L0E7LetI/AAAAAAADIpE/iL6M2EInZ0MpGdMOgZ3ly00eG2zMm1o2QCHMYCw/s1600-h/snap-00311%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00311" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00311" src="https://lh3.googleusercontent.com/-VSNPj39fmhk/XB3L1LbCLsI/AAAAAAADIpI/ivNr5JCQtfQA9gbLG5hNfT7UaDAjOn9qwCHMYCw/snap-00311_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-WG31lbZplgA/XB3L2eKiWUI/AAAAAAADIpM/4j3sF4uo0MI7CQrHRdxZ5X7UNaZNN_5aACHMYCw/s1600-h/snap-00313%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00313" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00313" src="https://lh3.googleusercontent.com/-w9nicYvKJkQ/XB3L3aqjkwI/AAAAAAADIpQ/bdvzccxRoQkJFRVZdL9VNQJXTuMylO2bACHMYCw/snap-00313_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Saat menunggu Hee Joo, Jin Woo tiba-tiba log in ke dalam dunia game. Hyeong Seok muncul di depan mobilnya. Jin Woo mengunci pintu mobil. <p>Hee Joo berlari keluar. Ia menepuk kaca jendela mobil dan memanggil-manggil Jin Woo. Tapi Jin Woo hanya menatap lurus ke depan dengan waspada dan mengulurkan tangannya ke jendela agar Hee Joo menunggu sebentar. Hee Joo menyadari Jin Woo sedang mengalamai “halusinasi” lagi.<p>Setelah 1 menit berlalu dan Hyeong Seok menghilang barulahia membuka kaca jendela. Jin Woo mengambil lensa kontaknya dan memakainya. Ia melihat peta dalam game lalu menyalankan mobilnya.<p>Hee Joo panik dan bertanya Jin Woo hendak ke mana, ia yang akan mengemudi. Jin Woo bahkan tidak tahu jalan. Jin Woo menenangkan kalau ia tahu jalan dan Hee Joo sebaiknya tidur saja.<p>Hee Joo marah dan bertanya bagaimana bisa ia tidur sekarang. Bagaimana bisa ia meninggalkan Jin Woo seperti ini. Ia pasti khawatir. Ia berkata ia merasa kasihan pada Sekretaris Seo yang memiliki pekerjaan paling berat sedunia. Ia berharap gajinya sepadan. Semua orang yang bekerja pada bos seperti Jin Woo pasti akan jadi gila.<p>Ia dengar Jin Woo diberi obat penenang. Iika pengaruh obat itu belum hilang, Jin Woo bisa mendapat kecelakaan. Apa Jin Woo sudah gila? Jin Woo mengakui dengan tenang kalau ia memang sudah gila. Bukankah sore tadi ia sudah mengatakannya? Ia bergurau Hee Joo berbakat jadi rapper karena rentetan kata-katanya setiap kali ia marah.<p>Hee Joo berkata ia sangat serius saat ini. Ia meminta Jin Woo membatalkan transaksi mereka dan mengambil kembali uangnya. Ia hanya bahagia sehari tapi sekarang Jin Woo jatuh dan terluka di hostelnya. Bagaimana jika ia membiarkan Jin Woo mengemudi lalu Jin Woo meninggal dalam kecelakaan? Bagaimana ia bisa hidup menanggung semua itu?<p>Lebih baik kontrak mereka dibatalkan agar ia tidak terbebani dan Jin Woo boleh pergi sesuka hatinya. Tapi Jin Woo berkata kontrak itu bukan kontrak pribadi tapi perusahaan, jadi tidak bisa semudah itu. Hee Joo berkata kalau begitu Jin Woo sebaiknya membuka pintu mobilnya. <p>Tanpa membantah Jin Woo langsung membuka kunci mobil. Ia berkata sebenarnya ia takut sendirian dan berterimakasih kalau Hee Joo bersedia ikut. Hanya saja ia yang mengemudi. Hee Joo menurut dan duduk di kursi penumpang.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-j9BSgclJ-Lo/XB3L4ZVhL-I/AAAAAAADIpU/bHxZ8IZ8Ak83zqyM5Jv1vhCi7SXoSj_VQCHMYCw/s1600-h/snap-00339%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00339" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00339" src="https://lh3.googleusercontent.com/-6-LpHkm5iM0/XB3L5Fd3OFI/AAAAAAADIpY/DGIOWzmfr6swEP243get-ghjuOyWtEVwQCHMYCw/snap-00339_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-KdYXKmG1HWQ/XB3L6DQgg4I/AAAAAAADIpc/-3C1AsjH8nMnCrDr1nyz41-aEU-rOmNUACHMYCw/s1600-h/snap-00343%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00343" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00343" src="https://lh3.googleusercontent.com/-W0JAU64egfg/XB3L6yMOKXI/AAAAAAADIpg/X5FYtesXn1IZAYpywIZ807807yq9kJ89wCHMYCw/snap-00343_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Mengikut peta game, Jin Woo berhenti di depan sebuah toko barang antik. Toko itu sudah tutup karena sudah tengah malam. Hee Joo berkata toko itu tutup jam 7 malam. Semua orang di sini saling mengenal. Jin Woo memintanya menelepon pemilik toko. Hee Joo bingung dan bertanya apakah Jin Woo ingin membeli barang antik. Saat ini juga, kata Jin Woo. <p>Tapi pemilik toko tidak mengangkat teleponnya. Jin Woo memecahkan kaca toko dengan tongkat jalannya. Hee Joo terkejut dan berkata ini bisa dianggap penyusupan. Jin Woo berkata Hee Joo bisa menjelaskan pada pemilik tokonya nanti.<p>Ia berjalan masuk sementara Hee Joo kembali berusaha menghubungi pemilik toko. Ternyata dalam dunia game, toko itu adalah toko senjata. Ada berbagai senjata dijual di sana. Dari belati kecil, pedang, kapak, hingga senjata api. Tapi senjata itu hanya bisa dibeli berdasarkan level pemain dan banyaknya emas yang dimiliki. Akhirnya Jin Woo membeli sebuah belati dan shuriken. <p>Hee Joo berhasil menghubungi pemilik toko dan berkata seorang langganannya tidak sengaja memecahkan kaca tokonya. Ketika ia masuk, ia melihat Jin Woo sedang mengayuin-ayunkan tangannya seperti sedang melempat sesuatu. Jin Woo berkata ia sedang berlatih melempar shuriken. Dalam dunia game, ia memang sedang berlatih melemparkan shuriken.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-_fKryaM4O6I/XB3L70lxBxI/AAAAAAADIpk/5fZwdxkxYb0_eVsCSMK0Gq14WfydtLdYwCHMYCw/s1600-h/snap-00347%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00347" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00347" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jOe8-qx1BOU/XB3L8-kJDCI/AAAAAAADIpo/IvahvqVddQIVVa7u35KDmfJY_lAXaMrWwCHMYCw/snap-00347_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-4sNBSgkIWGk/XB3L98TkC6I/AAAAAAADIps/Tz532nzwQigaFLEDKkiJ2Bj1w0qJSiu9wCHMYCw/s1600-h/snap-00355%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00355" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00355" src="https://lh3.googleusercontent.com/-WjNznx9EWcA/XB3L-pm0B_I/AAAAAAADIpw/q5rz4p6zXYEVti9mIkjTPWrIegv6U3EEgCHMYCw/snap-00355_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo membiarkannya dan keluar toko untuk menelepon Sekretaris Seo. Jin Wo akhirnya berhasil mengenai target dengan shurikennya. Tapi tiba-tiba ia keluar dari practice mode dan Hyeong Seok kembali muncul.<p>Jin Woo melempar shurikennya dan berhasil mengenainya, tapi itu hanya mengurangi poin Hyeong Seok saja. Shurikennya habis, senjatanya otomatis beralih ke belati yang baru saja dibelinya. Jin Woo berlari ke sebuah ruangan lalu menutup pintu. Kemudian pelan-pelan ia membuka pintu dan bersembunyi di baliknya. Begitu Hyeong Seok, ia menancapkan belatinya ke punggung Hyeong Seok. Tapi itu belum cukup. <p>Jin Woo akhirnya menikam Hyeong Seok. Pukulan kritis berhasil. Hyeong Seok kembali mati. Jin Woo naik ke level 5. Melihat darah menetes dari tubuh Hyeong Seok, Jin Woo menyadari ia sudah membunuh Hyeong Seok untuk kedua kalinya.<p>Hee Joo menemukannya dan berkata pemilik toko sudah datang. Jin Woo menyuruh Hee Joo memilih satu barang antik untuknya lalu menunggu di mobil. Hee Joo menurut dan membeli sesuatu. Kali ini Jin Woo membiarkan Hee Joo mengemudi, tapi ia menolak pergi ke rumah sakit. <p>Hyeong Seok kembali muncul di depan mobil. Jin Woo nampak lelah dan menderita. Ia berkata ia tidak ingin mati tapi buruk sekali rasanya untuk membunuh. Dan membunuh sama sekali tidak ada gunanya. Tidak ada jalan keluar baginya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-FxcTluZlmPM/XB3L_a5RtYI/AAAAAAADIp0/eabL0WYQAio8lzxBwDd_6TLaBKDWCaEtACHMYCw/s1600-h/snap-00372%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00372" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00372" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DePLBrydwQ0/XB3MAaOKJBI/AAAAAAADIp4/PEi47M8oj4Mpjnw6MtcsczKuHVBG0HY2QCHMYCw/snap-00372_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-gREwyCnzPnM/XB3MBn_HnFI/AAAAAAADIp8/ciPWHVKhtd8XsX_lGUE2wh0zHBc4shJSQCHMYCw/s1600-h/snap-00383%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00383" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00383" src="https://lh3.googleusercontent.com/-SWWdlIxvCVw/XB3MCeVOFwI/AAAAAAADIqA/966da-eJYRQIP6NTt72U2MZlOxwWoJjxgCHMYCw/snap-00383_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Keesokan harinya, Profesor Cha pergi ke taman tempat Hyeong Seok ditemukan. Ia memikirkan bagaimana semua kecurigaan mengarah pada Jin Woo. Ia baru saja menemui Soo Jin. Soo Jin meminta maaf karena tidak menjaga Hyeong Seok dengan lebih baik.<p>Profesor Cha berkata Soo Jin selalu meminta maaf padanya setiap kali mereka bertemu. Kenapa Soo Jin tidak mencegah semuanya sebelum semua ini terjadi jika memang merasa bersalah? Ketia Hyeong Seok dan Soo Jin datang meminta restu untuk menikah, mereka berkata akan berusaha menebus semuanya. Tapi apa yang terjadi pada akhirnya?<p>“Satu meninggal dan satu lagi cacat (pincang) seumur hidup. Puteraku....satu-satunya puteraku kehilangan semua temannya, perusahaannya, ayahnya, dan kehormatannya, dan menjadi alkoholik, lalu meninggal secara misterius di negeri asing karena kau. Dan Jin Woo...”<p>Soo Jin hanya diam sambil menangis. Profesor cha berkata ia tahu kematian Hyeong Seok bukan salah Soo Jin, begitu juga keadaan Jin Woo sekarang. Tapi ia tidak bisa menghibur Soo Jin saat ini dan ia tidak merasa kasihan sedikitpun.<p>Profesor Cha berkata mereka berdua harus memutuskan apakah akan diadakan otopsi lebih detil pada Hyeong Seok. Tapi ia mengingatkan kalau hasilnya mungkin saja mengarah pada Jin Woo. Jadi apa yang akan dilakukan oleh Soo Jin?<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-cCRUqFn1kvo/XB3MDuy2QeI/AAAAAAADIqI/1GI06yXeBdg7C3GZIcBKfD6e5_Z_WsAcACHMYCw/s1600-h/snap-00399%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00399" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00399" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jf9TmwzewIc/XB3MEeURZcI/AAAAAAADIqM/v5jBde3CBAAYCxIoG9454fQ3_FnfK-JNgCHMYCw/snap-00399_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-u4gZ8wPZSH0/XB3MFssmdQI/AAAAAAADIqQ/nGFVlPWZkVQ7jla6t-fd8244w9-3g20zgCHMYCw/s1600-h/snap-00406%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00406" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00406" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jIbXG_3swwI/XB3MGW4aYKI/AAAAAAADIqU/waB6tvpc5KMoijkMbbr5fmgcRiYSNWGmwCHMYCw/snap-00406_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Direktur Park telah tiba dan bergabung dengan Profesor Cha di taman. Ia sudah melihat Hyeong Seok dan Jin Woo. Jin Woo dalam keadaan tidur. Ia diberi obat tidur terus menerus karena selalu menunjukkan kegelisahan setiap kali bangun. <p>Mereka berdua pergi sarapan. Tanpa basa-basi Profesor Cha berkata mereka tidak punya banyak waktu. Para reporter sudah menunggu untuk membuat berita mengenai kematian Hyeog Seok dan penyebabnya. Semakin lama mereka menunda, gosip akan semakin bermunculan. Ia berkata ia dan Soo Jin sudah memutuskan tidak akan melakukan otopsi lebih detil.<p>Pertama, tidak akan menghidupkan Hyeong Seok kembali. Kedua, belum tentu menemukan penyebab kematiannya. Ketiga, hanya akan menimbulkan spekulasi kalau Hyeong Seok dibunuh. Dan spekulasi seperti itu hanya akan menambah buruk keadaan, media akan terus memburu berita dari keluarga Hyeong Seok. Untuk melindungi kehamilannya, Soo Jin memutuskan tidak melakukan otopsi.<p>Profesor Cha berkata pada Direktur Park kalau ia sama sekali tidak meragukan Jin Woo. Karena itu tidak ada alasan untuk melakukan otopsi. Ia menanyakan pendapat Direktur Park. Direktur Park sebenarnya memiliki kecurigaan dari perkataan Yang Ju yang mengatakan kalau malam itu Jin Woo terdengar senang setelah mengalahkan Hyeong Seok. Juga perkataan Jin Woo dulu bahwa ia akan menikam Hyeong Seok jika saja ada pisau di tangannya.<p>Tapi ia akhirnya ia berkata adalah hal yang tidak masuk akal meragukan jin Woo. Mereka setuju untuk menutupi semuanya. Mereka akan pulang lebih dulu membereskan semuanya. Profesor Cha juga bermaksud mengirim Jin Woo ke Amerika untuk terapi fisik.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-rXeOF8JKnZs/XB3MHllIfuI/AAAAAAADIqY/CLyR5Q6ucjgZWtbSvVZhHRhDXeybiZXSwCHMYCw/s1600-h/snap-00408%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00408" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00408" src="https://lh3.googleusercontent.com/-lP-4hsXzhOA/XB3MJJGUYyI/AAAAAAADIqc/p-hbYIPOiHcuZ0qT2Ve7naB5q46BUstngCHMYCw/snap-00408_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-CIR6mpGmVUY/XB3MKD2hMaI/AAAAAAADIqg/jqA7nn-GZy8k_lszZanIh4-NzYlfgNsFACHMYCw/s1600-h/snap-00412%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00412" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00412" src="https://lh3.googleusercontent.com/-RiGLfTY2clA/XB3MLHhP7jI/AAAAAAADIqo/o4aAVLwfeEQcI8ARfrPFHRF7skAY7IqhQCHMYCw/snap-00412_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Selama Jin Woo tidur terus menerus karena obat tidur, satu per satu meninggalkan Granada. Soo Jin, Profesor Cha, Yu Ra, dan Hyeong Seok. Jin Woo memilih terus menerus diberi obat tidur dan tidur karena pada saat itulah ia tidak melihat Hyeong Seok. <p>Direktur Park pamit sebelum kembali ke Korea. Ia bertanya apakah ada yang ingin dikatakan Jin Woo padanya. Mengenai apa, tanya Jin Woo lemah. Direktur Park tidak bertanya apa-apa lagi. Tak ada yang berani menanyakan apa yang terjadi pada hari itu antara dirinya dan Hyeong Seok.<p>“Jika saja mereka bertanya, mungkin aku menjawab kalau aku sudah membunuh Hyeong Seok. Tapi tidak ada yang berani menanyakannya...mungin mereka takut menghadapi kebenaran.”<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-YaCSnvbNXNI/XB3MMPE7iAI/AAAAAAADIqs/cC81Hjnw86czs17ymcJ3lyFxMUbbZ0zYACHMYCw/s1600-h/snap-00419%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00419" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00419" src="https://lh3.googleusercontent.com/-WU22BlDBJeI/XB3MNb1iYxI/AAAAAAADIqw/m8olKANjmeYW761uajBS2Yx0KuQ9vDbrQCHMYCw/snap-00419_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-CjD_UPgYDx8/XB3MONHNnXI/AAAAAAADIq0/LLidxk-oxLU9piNfQsvS8_-_sULbmh-WwCHMYCw/s1600-h/snap-00421%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00421" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00421" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DtLMf3AhozE/XB3MPBPgaSI/AAAAAAADIq4/eQgJLnO7J-siIsSQn3btq63tFBGe3xpAwCHMYCw/snap-00421_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Setelah beberapa hari akhirnya pengaruh obat tidur Jin Woo melemah. Ketika ia membuka matanya, dilihatnya Hee Joo tertidur di kursi dekat tempat tidurnya. Jin Woo menyelimuti Hee Joo yang terlihat kedinginan, lalu ia keluar kamar mencari obat tidur. Tapi semua obat sudah habis.<p>Ia mendengar ada seseorang di kolam dan berjalan ke sana. Min Joo yang sedang bermain di kolam menyapanya dengan riang. Ia berkata dokter sudah menghentikan obat tidur untuk Jin Woo karena tidak baik untuk kesehatan. Celotehan dan sikap siang Min Joo membuat Jin Woo tersenyum dan lebih baik.<p>Min Joo berkata ia ada di sini untuk bergantian merawat Jin Woo dengan kakaknya. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan karena Jin Woo hanya ingin dirawat Hee Joo. Dalam keadaan tidur sekalipunJin Woo melarang Hee Joo beranjak pergi karena ia takut sendirian. Karena itu Hee Joo tidak bisa ke mana-mana, bahkan tidak bisa pulang.<p>Min Joo bertanya kenapa Jin Woo hanya ingin dirawat Hee Joo. Jin Woo sendiri bingung dan berkata ia tidak tahu. Min Joo tidak percaya dan berkata Jin Woo sedang tebar pesona pada kakaknya dengan mengatakan hal-hal yang bisa membuat hati wanita meleleh. Suka banget melihat mereka berdua....Jin Woo terlihat lebih rileks saat berbicasra dengan Min Joo^^<p>Min Joo menceritakan kalau ia tidak suka lagi pada Go Yu Ra karena ternyata aslinya berbeda dengan apa yang ia lihat di TV. Ia berkata Yu Ra datang ke rumah mereka lalu melabrak Hee Joo untuk mencari tahu di mana Jin Woo, bahkan mendorong dan hampir memukuli dan menendangnya. Untung saja para pelanggan melindungi Hee Joo.<p>Jkin Woo terlihat merasa bersalah Hee Joo harus mengalami itu. Min Joo bertanya kenapa Jin Woo bisa menikahi wanita seperti Go Yu Ra. Mereka tidak akan cocok. Jin Woo berkata ia tidak ingat alasannya, sepertinya hanya spontanitas sesaat.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-lZCDN6RCvPk/XB3MQNCKVYI/AAAAAAADIq8/EMofmRnSo3Yx2ZHfkOIYX53_mUDDAPd_wCHMYCw/s1600-h/snap-00427%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00427" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00427" src="https://lh3.googleusercontent.com/-CV_BHrbGyUc/XB3MQzBkGiI/AAAAAAADIrA/YnuKFdAtXNctbU3W2_9KWiyVtrGu9j3JwCHMYCw/snap-00427_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-KFSnnvkpjYY/XB3MR43okBI/AAAAAAADIrE/QPaiSX8t9UoEN3KoEnybg6_LgIqxY6UewCHMYCw/s1600-h/snap-00443%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00443" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00443" src="https://lh3.googleusercontent.com/-bMMJ_2E77SI/XB3MS-tSiCI/AAAAAAADIrI/u_ZKY1xfiOQTGv7_VgrpHDgP64c7N990wCHMYCw/snap-00443_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Sang Beom datang membawakan banyak makanan dari Nenek untuk mereka. Melihat Jin Woo sudah sadar dan baikan, ia bertanya apakah ia boleh membawa Hee Joo pergi hari ini karena hari ini adalah hari ulangtahun Hee Joo. Tadinya ia sudah merencanakan pesta bersama teman-teman yang lain tapi mereka undur karena Hee Joo tidak bisa datang.<p>Ia berkata Hee Joo sangat merasa bersalah karena Jin Woo terluka di hostelnya. Jin Woo berkata Hee Joo tidak perlu berpikir seperti itu. Sang Beom setuju, tapi Hee Joo berhati lembut dan menuduh Jin Woo terus menerus mencari Hee Joo. Jin Woo beralasan mungkin itu hanya igauan akibat pengaruh obat dan salah mengira Hee Joo sebagai sekretarisnya.<p>Ia merasa tidak enak hati karena menjadi pengganggu. Tapi Sang Beom dengan fair mengatakan itu karena Jin Woo berada dalam kondisi kritis, jadi bisa dimaklumi. Jin Woo memastikan ia sudah baik-baik saja jadi Hee Joo boleh pergi.<p>Hee Joo terbangun dan panik saat tidak melihat Jin Woo di kamar. Ia baru merasa lega melihat Jin Woo di ruang makan. Jin Woo mengucapkan selamat ulang tahun. Hee Joo bingung bagaimana Jin Woo bisa tahu. Jin Woo menunjuk Sang Beom yang masih ada di sana.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-oN2_OR1oLjY/XB3MTxDCexI/AAAAAAADIrM/AvP40tsgrzk2IBdZc9D5qOJs2KZew2tUwCHMYCw/s1600-h/snap-00482%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00482" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00482" src="https://lh3.googleusercontent.com/-_FXieKwENxc/XB3MVW80SCI/AAAAAAADIrQ/cKdoz14CM9INxHXwPKnvr2pBIQfzZ8Z2ACHMYCw/snap-00482_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Bz7MZiL75hQ/XB3MWvTpIZI/AAAAAAADIrU/a6vTkmIDfHc6aJDn-6FDQ3vafIlIcaGegCHMYCw/s1600-h/snap-00491%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00491" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00491" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5sFeURlwMm8/XB3MXtlI7eI/AAAAAAADIrY/5vZTeZUraZ0F0i5yrhThvan-xaGWTHZ3QCHMYCw/snap-00491_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Sang Beom berkata ia datang menjemput Min Joo tapi Hee Joo juga harus ikut. Ia sudah menelepon teman-teman mereka dan semua akan datang. He Joo nampak keberatan untuk pergi. Ia berkata Jin Woo juga sudah memperbolehkan He Joo pergi. Hee Joo terlihat tidak ingin pergi dan berkata ia akan berpesta lain kali. Jin Woo menyuruhnya pergi bersenang-senang dan beristirahat karena ia baik-baik saja.<p>Hee Joo masih keberatan hingga Sang Beom kesal dan mengingatkan kalau ia sudah mengumpulkan teman mereka...bagaimana bisa dibatalkan lagi. Hee Joo berkata ia akan menunggu dulu sampai Sekretaris Seo datang. Jin Woo berkata ia baik-baik saja.<p>Akhirnya dengan berat hati Hee Joo keluar dari rumah. Tapi ia masih khawatir meninggalkan Jin Woo sendirian. Sang Beom berkata Jin Woo bukan anak kecil lagi dan kelihatan baik-baik saja. Sama sekali tidak terlihat sebagai orang gila atau paranoid berhalusinasi.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-jQsPc53zvGQ/XB3MYu2hD6I/AAAAAAADIrc/GVtx5BgALDoB4LT8bDtECOn-mU6NxJ34QCHMYCw/s1600-h/snap-00495%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00495" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00495" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ulucJAh__yk/XB3MZSnnpUI/AAAAAAADIrg/ATIcfNsAB9cNRJe6Ad01aLDTE_URVWJIgCHMYCw/snap-00495_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-mBftFdBd6y8/XB3MaZJvT3I/AAAAAAADIrk/fsPztU-0BDAMTzOyj_OKzgqdzIIuhal8gCHMYCw/s1600-h/snap-00497%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00497" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00497" src="https://lh3.googleusercontent.com/-aCSWJFI72ao/XB3MbtVKIJI/AAAAAAADIro/eBvFCNAm2s07xPhhHrUMOslB5FSWXEI-gCHMYCw/snap-00497_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Pengaruh obat tidur makin menghilang dan Jin Woo kembali merasa gelisah. Ia berusaha mencari obat tidur di seluruh rumah tapi tidak ada. Begitu juga minuman beralkohol. Ia bertanya-tanya apakah yang didritanya penyakit jiiwa. Meski belum ada tanda-tandanya ia mulai bisa merasakan sudah waktunya Hyeong Seok muncul.<p>Hee Joo sedang bersiap-siap pergi ke pesta. Ia menelepon Jin Woo untuk memastikan keadaannya. Jin Woo berkata semua baik-baik saja. Hee Joo khawatir karena Sekretaris Seo belum juga datang. Jin Woo menenangkan kalau ia akan segera datang dan berbohong ia sedang menonton TV dan sama sekali tidak merasa bosan. Hee Joo berkata ia akan membawakan makanan nanti tapi Jin Woo berkata Hee Joo tidak perlu datang, lalu menutup teleponnya.<p>Hee Joo merasa kecewa, tapi ia tersenyum senang ketika Jin woo mengirim satu buket bunga mawar besar untuk ucapan ulang tahunnya.<p>Sebenarnya Jin Woo tidak baik-baik saja. Ia duduk sendirian di dalam kotak shower dengan gelisah. Hyeong Seok muncul kembali di luar pintu kotak shower yang tembus pandang. Kali ini Jin Woo mengajaknya bicara dan bertanya apakah mereka tidak bisa menghentikan semua ini sekarang.<p>“Aku benar-benar ingin berhenti. Apa kau akan bahagia hanya setelah kau membunuhku? Sampai kapan kita harus bertarung?” tanyanya lelah. Tapi Hyeong Seok hanya memandangnya tanpa bicara.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-kXjjtblyKgA/XB3McvYL9EI/AAAAAAADIrs/s3FWqeeOvAE30yJTgLWcPukEg86OYQFTgCHMYCw/s1600-h/snap-00521%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00521" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00521" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5-sB313Z5fo/XB3MdkeZ8XI/AAAAAAADIrw/nf9QRoh3mSQam-XASF2rPRUCsZPBAcsSACHMYCw/snap-00521_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-dU1I090-FSE/XB3Meox4iUI/AAAAAAADIr0/6BSL9vtikCcwkPqnRxNiK2dyuOm8FJWPwCHMYCw/s1600-h/snap-00538%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00538" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00538" src="https://lh3.googleusercontent.com/-70YdlGVQxM8/XB3MfqRPGZI/AAAAAAADIr4/TeCfD6noOHIoQnJ_ulRk12arI1SGzPsOQCHMYCw/snap-00538_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Sekretaris Seo tiba dan menemukan Jin Woo di kamar mandi. Jin Woo berkata ia sudah bisa bergerak sekarang jadi ia ingin pulang. Ia tidak mau lagi merepotkan orang lain. Melihat Jin Woo masih bersikap aneh, Sekretaris Seo menyarankan agar ia beristirahat beberapa hari lagi. Mereka sudah memiliki tiket pesawat untuk pulang minggu depan.<p>Jin Woo tidak mau naik pesawat. Ia akan ke Barcelona dulu naik kereta. Ia tidak tahu hal gila apa yang akan ia lakukan jika ia naik pesawat. Jadi ia akan mencobanya dengan kereta lebih dulu karena ia bisa turun kapan saja. Dan ia ingin pergi hari ini juga.<p>Hee Joo berusaha menikmati pesta ulangtahunnya bersama teman-temannya. Tapi ia tidak bisa berhenti memikirkan Jin Woo. Akhirnya ia keluar untuk menelepon Sekretaris Seo.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-8bgWc9iuxms/XB3MglPdKWI/AAAAAAADIr8/ZWmvaXkySQYo6jdRrw-8iSAJWPicQLqygCHMYCw/s1600-h/snap-00540%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00540" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00540" src="https://lh3.googleusercontent.com/-vpDIYNSdOlc/XB3Mhm38QMI/AAAAAAADIsE/XY9ijID6ERc358ojWrmFaPLERhsbP4nGQCHMYCw/snap-00540_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-mAnwDlR37s0/XB3Mi4LGkZI/AAAAAAADIsM/1hnooqhs_JIgQSvPwTXdzMR0a2eZtJnaQCHMYCw/s1600-h/snap-00543%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00543" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00543" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5Lh8RFb-aN4/XB3Mj0maJ1I/AAAAAAADIsQ/-fWWE1Mk_P4ionDIla2ye_Xj-Vkf12jtgCHMYCw/snap-00543_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Sekretaris Seo awalnya diminta Jin Woo untuk tidak memberitahu Hee Joo mengenai kepergian mereka. Tapi Sekretaris Seo tidak enak hati mengecewakan Hee Joo. Apalagi Hee Joo berkata ia akan mampir nanti malam membawakan makanan. Akhirnya ia mengatakan kalau Jin Woo meninggalkan Granada malam ini karena ada urusan penting.<p>Hee Joo sangat kecewa. Namun ia tidak bisa menahan diri saat mendengar Jin Woo akan berangkat sebentar lagi. Ia segera pergi ke stasiun kereta menyusul Jin Woo.<p>Saat kereta mulai berangkat, Jin Woo melihat Hee Joo. Hee Joo berlari mengejar kereta berusaha mencari Jin Woo.<p>“Aku melarikan diri dari Granada dalam ketakutan. Aku bahkan tidak sanggup memikirkan perasaan orang lain. Tapi....”<p>Hee Joo terus berlari mencari Jin Woo tapi kereta terus menjauh. Jin Woo terus memandangnya dari jendela hingga Hee Joo tak terlihat lagi. Hee Joo terduduk lemas dan menangis.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ecwFJSJ3GOo/XB3Mk4JcSxI/AAAAAAADIsU/NoO0u1Rr3fcNzEfKDtGhv_KKQjzcb_pUwCHMYCw/s1600-h/snap-00562%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00562" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00562" src="https://lh3.googleusercontent.com/-B3mViYhJAzg/XB3MmP0xLDI/AAAAAAADIsY/CylFCyMd_S0ugattD_wn9w9Wf-T2wEnogCHMYCw/snap-00562_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-xLmPNVOY1QE/XB3MnM80M5I/AAAAAAADIsc/QaRTlNGKg9ogrD5SYbnanM1O_0YZ2_YqwCHMYCw/s1600-h/snap-00573%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00573" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00573" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mF24iKoVnOE/XB3Mn9VOVdI/AAAAAAADIsg/Ttd6Ngj3YCwlnXkuEIqwKMhRT3pwWF4OACHMYCw/snap-00573_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Apakah kepergian Jin Woo dari Granada akan menghentikan semua “halusinasi” nya? Mungkin saja karena setting game itu di Granada. Kalau itu yang terjadi, apa lanjutan ceritanya? Jika aku jadi Jin Woo, aku tidak akan memainkan game itu lagi selamanya >,< <p>Benarkah penyebab kematian Hyeong Seok akan terkubur selamanya? Bagaimanapun sudah ada kecurigaan di hati Profesor Cha dan Direktur Par, dan mungkin orang-orang lain juga yang mengetahui hal tersebut. Apakah itu akan menjadi masalah baru nantinya?<p>Sebenarnya berharap Jin Woo bertemu dengan Emma lagi karena ia sudah mencapai level 5 sekarang. Kira-kira apa yang bisa dibicarakan dengan Emma?<p>Sempet mikir juga sih kalau apa yang dialami Jin Woo adalah sebuah halusinasi karena terlalu terobsesi dengan game tersebut. Tapi kematian misterius Hyeong Seok dan menghilangnya Se Joo menjadi batas kalau itu bukanlah halusinasi. Mudah-mudahan semua misteri bisa diungkapkan dengan baik oleh writernim.<div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2018/12/review-memories-of-alhambra-episode-6.html[email protected] (Kdramatized)4
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4553952496693304971Fri, 21 Dec 2018 14:49:00 +00002018-12-21T22:05:19.192+07:00memories of the alhambraReview Memories of The Alhambra Episode 5<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-8zOikY4n-4E/XB0AFaC5UII/AAAAAAADIkA/wHsJ5fOSQ785GHcCGEzwr04OtI950ZhZgCHMYCw/s1600-h/snap-00250%255B3%255D"><img width="353" height="202" title="snap-00250" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00250" src="https://lh3.googleusercontent.com/-S_IsoQpC-CM/XB0AGZb_wjI/AAAAAAADIkE/E0zwGedWTdwVtpuHYALNE0mA9oNlynEagCHMYCw/snap-00250_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo sedang membereskan barang-barang yang hendak dibawa pindah ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sudah lewat tengah malam, tapi ia mengangkatnya. Penelepon itu adalah Go Yu Ra, secara teknis masih isteri Jin Woo, yang sedang mabuk. Ia menuntut agar Hee Joo memanggilkan suaminya karena Jin Woo dan Sekretaris Seo mengabaikan teleponnya.<p>Awalnya Hee Joo juga tidak mau dengan alasan Jin Woo sedang tidur, tapi setelah tahu itu adalah Yu Ra akhirnya ia naik ke atas untuk memanggil Jin Woo. Belum sampai lantai 6, tiba-tiba sesuatu jatuh berdebum ke atas lantai. Hee Joo memiliki firasat buruk bahwa itu adalah Jin Woo. Tpai ia tidak mau mempercayainya dan memilih naik ke kamar Jin Woo. Tapi kamar itu kosong.<p>Barulah Hee Joo melongok ke bawah. Ia shock melihat tubuh Jin Woo terkapar tak bergerak. Sambil menangis ia turun ke bawah. Ia yakin itu adalah Jin Woo setelah mengenali jam tangan yang dipakainya. Ia membangunkan pelanggannya yang merupakan mahasiswa kedokteran. <p>Mahasiswa itu langsung memberikan CPR dan Jin Woo dilarikan ke rumah sakit. Hee Joo ikut dalam mobil ambulans. Jin Woo sempat sadar. Namun Hee Joo bingung karena Jin Woo bertanya apakah tadi hujan dan apakah Hee Joo tadi memainkan lagu Memories of The Alhambra dengan gitar. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-zrKRHwmVWrQ/XB0AHaJ9pZI/AAAAAAADIkI/uALKqEzTDvIp0IofbrKtzeVzPoGnPkANQCHMYCw/s1600-h/snap-00022%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00022" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00022" src="https://lh3.googleusercontent.com/-IH_CxjhvDH8/XB0AIJtUa6I/AAAAAAADIkM/P0x_eXTvIk8c1Do7OvKm1o82tXfOJoeJwCHMYCw/snap-00022_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-uk-YgKKT5Rg/XB0AJRXtVqI/AAAAAAADIkQ/7-ZyYo5RdbcLjLGLQ6TRs-NhGT1tSu8nACHMYCw/s1600-h/snap-00031%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00031" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00031" src="https://lh3.googleusercontent.com/-P2gKnz1EjKw/XB0AKPZMiBI/AAAAAAADIkU/uf4DyUJp6KMzufSJo4tBdLF1KkGFI7v0ACHMYCw/snap-00031_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Sementara itu berita kematian Hyeong Seok telah tersebar. Media mengungkit bagaimana ia dan Jin Woo mendirikan J-One bersama pada tahun 2004 lalu pada tahun 2014 Hyeong Seok memilih mendirikan perusahaan sendiri, Newrod Soft. Sejak saat itu Neword secara agresfi berusaha mengembangkan teknologi AR.<p>Karena peristiwa itu terjadi saat Jin Woo dalam dunia game, orang-orang menduga Jin Woo sengaja melompat dari lantai 6...alias bunuh diri. Apalagi tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan atau luka luar selain luka patah tulang diakibatkan Jin Woo sempat membentuk rel tangga saat jatuh. Untungnya benturan-benturan itu memperlambat jatuhnya Jin Woo hingga kepalanya tidak terluka.<p>Jin Woo sempat sadar ketika seseorang menyentuh lembut wajahnya. Profesor Cha yang menjenguknya. Ia bahkan melihat Jin Woo lebih dulu sebelum pergi melihat puteranya yang terbaring di kamar mayat.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-4D6JLyD1Xqk/XB0ALFKaI_I/AAAAAAADIkY/5SVXWEru4eoWahL07ELLj388cOP5E2j8ACHMYCw/s1600-h/snap-00037%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00037" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00037" src="https://lh3.googleusercontent.com/-BxrAIO-UvRo/XB0AMJy_JGI/AAAAAAADIkc/ebXUyD1fd2wBFhMCl7oxcXuyIw0UXb-rQCHMYCw/snap-00037_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-dTnpk7dRlYs/XB0ANF3OQjI/AAAAAAADIkg/LlKn2d0gjeM064j0BUBqhS5Wm-yNYz4aQCHMYCw/s1600-h/snap-00048%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00048" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00048" src="https://lh3.googleusercontent.com/-2ChfkBOsL4A/XB0AONN41LI/AAAAAAADIkk/uANyf_ucS8U7LIgnEyGWxi1E0f80jkOiwCHMYCw/snap-00048_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Beberapa tahun lalu ketika Hyeok Seok terlibat pertengkaran dengan ayahnya di kantor Jin Woo. Ketika itu Profesor Cha menampar keras puteranya di depan Jin Woo dan Direktur Park. Profesor Cha berkata ia tidak wajib berpihak pada Hyeong Seok hanya karena Hyeong Seok adalah puteranya. Ia tidak akan membahayakan perusahaan. Hyeong Seok sangat kecewa dan sakit hati ketika itu. Namun Profesor Cha berkata Hyeong Seok yang memilih meninggalkan perusahaan, jadi Hyeong Seok adalah pengkhianat.<p>Ayah Hyeong Seok memihak Jin Woo, tapi sebagai gantinya istri Jin Woo malah akhirnya memilih Hyeong Seok. Meski sudah bercerai, Jin Woo merasa dikhianati ketika tahu mantan isterinya telah menikah lagi dengan Hyeong Seok. Jika bukan karena Direktur Park, jika saat itu ada pisau di tangannya, mungkin ia sudah menikam Hyeong Seok. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-dw8ECigpCA0/XB0APKjLT1I/AAAAAAADIko/hxq6ADoXkiEb9DIiUhWjHLIWsG25sROlgCHMYCw/s1600-h/snap-00056%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00056" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00056" src="https://lh3.googleusercontent.com/-X707s1SlVhk/XB0AP7liwJI/AAAAAAADIks/65spvjJPOwsVTfxwCudc_laJn2pkyfQEQCHMYCw/snap-00056_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ZB54hwcsDhk/XB0AQzFXDnI/AAAAAAADIkw/rHxomOkMbNolf7qKU4wlxalxLxgX9Ru2wCHMYCw/s1600-h/snap-00071%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00071" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00071" src="https://lh3.googleusercontent.com/-twnWEYojO4w/XB0ASqFudyI/AAAAAAADIk0/FIfKQvpKE6U1hFpA58EeVj5UuYfygHY3gCHMYCw/snap-00071_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Dengan susah payah Jin Woo meraih ponselnya dan menelepon sekretarisnya. Ia ingin memastikan Hyeong Seok benar-benar sudah mati. Ia bercerita kalah Hyeong Seok semalam tiba-tiba muncul di kamarnya sambil membawa pedang. Tentu saja Sekretaris Seo tidak percaya dengan cerita tidak mungkin itu. Apalagi ia baru saja dari kamar mayat menemani Profesor Cha. Ia berkata Hee Joo yang menemukan Jin Woo saat peristiwa itu dan Hee Joo tidak melihat ada orang lain di sana. Tidak ada orang yang mendorong Jin Woo.<p>Jin Woo makin bingung. Apakah peristiwa semalam hanya terjadi hanya terjadi dalam game? Ia jelas-jelas ditikam dan luka-luka. Sekretaris Seo berkata tidak ada luka tikaman di tubuh Jin Woo. Perban yang melilit di perut Jin Woo adalah untuk menutupi luka operasi karena usus Jin Woo ada yang terluka.<p>Dan yang lebih mengherankan adalah Jin Woo sama sekali tidak memakai lensa kontak untuk bermain game tersebut. Jadi tidak mungkin sebenarnya Jin Woo masuk dalam game. Sekretaris Seo mengira pengaruh obat bius belum sepenuhnya hilang hingga Jin Woo salah mengingat. Ia menyarankan agar Jin Woo beristirahat.<p>Profesor Cha keluar dari kamar mayat dan merasa lega mendengar Jin Woo sudah sadar dan bisa bicara. Ia kira ia kehilangan baik Hyeong Seok dan Jin Woo.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-qIvatcsZoms/XB0ATn6CrTI/AAAAAAADIk4/K-cXYwhys-sekERQ30fdHioPi_5aeywPgCHMYCw/s1600-h/snap-00109%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00109" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00109" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jISAD8HnaAo/XB0AUvKZZcI/AAAAAAADIk8/cbCh28X74GYdfOdbCgiPL84sgCH-ZJoPACHMYCw/snap-00109_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-4EwkQ0OJbjU/XB0AVjcpDkI/AAAAAAADIlA/LaSlgInd8XInDDAIWjHfBqOKbnuuXq6mQCHMYCw/s1600-h/snap-00123%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00123" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00123" src="https://lh3.googleusercontent.com/-6nE2wmFW2kA/XB0AWdvb9sI/AAAAAAADIlE/wObeb-x4vR0EZJJEbYX6riMjC7ri3KRlACHMYCw/snap-00123_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo dan Min Joo menemani Jin Woo di rumah sakit. Setelah Jin Woo bangun, Min Joo dengan bersemangat menceritakan kalau mereka sangat terkejut. Mereka kira Jin Woo akan mati karena sempat tidak bisa bernafas. Untung saja ada pelanggan mereka yang bisa melakukan CPR.<p>Jin Woo melihat hujan di luar jendela. Ia bertanya apakah di luar hujan. Kali ini Min Joo membenarkan di luar memang hujan. Ia protes saat melihat Jin woo kembali mengambil ponselnya. Tapi Jin Woo tidak menurut.<p>Min Joo mengadu pada Hee Joo yang sedang mencari perawat. Hee Joo masuk ke kamar dan dengan kesal mengambil ponsel Jin Woo. Ia berkata Jin Woo tidak boleh bergerak karena banyak tulangnya yang patah. Ia hampir saja ikut memarahi Min Joo karena mengira Min Joo yang memberikan ponsel itu.<p>Jin Woo bingung kenapa Hee Joo marah. Hee Joo berkata karena ia sangat terkejut. Ia sangat ketakutan tapi Jin Woo bersikap santai seakan tak ada apa-apa. Tanpa sadar air matanya mengalir. Jin Woo bertanya apa Hee Joo menangis. Hee Joo cepat-cepat keluar kamar dengan alasan mencari dokter.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Y1--RhZJKMc/XB0AXcTk6UI/AAAAAAADIlM/dbTLCk8Ou9ofaFf8wZinF0aocmSn1LY8QCHMYCw/s1600-h/snap-00145%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00145" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00145" src="https://lh3.googleusercontent.com/-L1gR2__AJCI/XB0AYa9Y_3I/AAAAAAADIlQ/2bdBhCVIEH8m7OxOhEgh17upMY5z4mnEgCHMYCw/snap-00145_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-9NTNPHbFPgw/XB0AZWxPyVI/AAAAAAADIlU/VUWbvkO_2c0n99mmCNVHMZ8-FaJWVV4iACHMYCw/s1600-h/snap-00147%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00147" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00147" src="https://lh3.googleusercontent.com/-v8i2cGgHSx8/XB0AaUUm41I/AAAAAAADIlY/g8WsgcMZQ1MSk0PFt81_LE8B8HJZ4HxOACHMYCw/snap-00147_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Min Joo menjelaskan kalau kakaknya bersikap seperti itu mungkin karena ia menyukai Jin Woo. Jin woo bingung dan berkata mereka kan belum lama bertemu. Min Joo berkata Hee Joo orang yang mudah jatuh cinta dan sudah beberapa kali menangis karena Jin Woo terluka. Jadi kakaknya pasti menyukai Jin Woo. Jin Woo masih tak percaya dengan kesimpulan Min Joo.<p>Min Joo menanyakan pendapat Jin Woo mengenai kakaknya. Jin Woo tersenyum geli dan bertanya apakah Min Joo akan menjadi mak comblang mereka. Min Joo berkata kakaknya terlalu baik untuk Jin Woo tapi ia harus mendukung kalau kakaknya menyukai Jin Woo. Apalagi sekarang kakaknya kaya, jadi mereka akan menjadi pasangan sepadan.<p>Jin Woo berkata saat ini ia masih menghadapi perceraian. Dan ia sudah muak dan lelah dengan wanita. Jadi Min Joo tak perlu susah payah menjodohkan mereka. Ia bertanya mengenai Se Joo. Tapi belum ada kabar sama sekali mengenainya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-V1qwjEMH5Mo/XB0AbVPrHjI/AAAAAAADIlc/x_sJGThuyiEFhj7MIvvgS-63lqRrFsEqQCHMYCw/s1600-h/snap-00149%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00149" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00149" src="https://lh3.googleusercontent.com/-hdp1vOIJVV8/XB0AcFVxm9I/AAAAAAADIlg/n8jbTxFx7QAs-o4N5TW3YThBLBwiBS9fQCHMYCw/snap-00149_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-IoFPeloTRBY/XB0Ac2kGzoI/AAAAAAADIlk/QJPz6akyuoYRQql8NM_WF0NekXQN_-fKgCHMYCw/s1600-h/snap-00153%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00153" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00153" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ttBR1QBlHAw/XB0Ady0BVAI/AAAAAAADIlo/6kzHs8Iv4qkPHqp58LjVIbU4jwXDoJw4ACHMYCw/snap-00153_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Setelah pemeriksaan, dokter memberitahu Sekretaris Seo kalau kaki Jin Woo tidak akan sepenuhnya pulih. Sekretaris Seo memberitahukan hal ini pada Profesor Cha. Jin Woo sendiri tidak tahu. Hanya Hee Joo dan Sekretaris Seo yang mengetahuinya, dan sekarang bertambah dengan Profesor Cha.<p>Hee Joo menyuruh Min Joo pulang. Ia sendiri akan menemani Jin Woo. Min Joo memberitahu kakaknya kalau Jin woo saat ini sedang jenuh dengan wanita dan tidak berniat menjalin hubungan. Terus kenapa, tanya Hee Joo bingung.<p>Hee Joo menemui Jin Woo yang sedang dirawat suster. Ia menceritakan bagaimana semalam Yu Ra menelepon ke hostel mencari Jin Woo. Dan ia juga sudah memberitahu Yu Ra mengenai kecelakaan yang dialami Jin Woo. Ia pikir Yu Ra harus tahu karena Jin Woo dalam kondisi kritis. Apalagi ia sedang di Spanyol untuk sebuah pemotretan.<p>Bukannya senang, Jin Woo malah panik mendengar kabar itu. Apalagi ketika Hee Joo juga memberitahu kalau Yu Ra sekarang ada di sini. Di rumah sakit ini dan sedang menuju ke atas...ke kamar tempat Jin Woo dirawat.<p>Jin Woo berusaha untuk berdiri. Ia ingin melarikan diri. Tapi perawat melarangnya bergerak. Jin Woo kesla dan berkata Hee Joo yang harus bertanggungjawab karena sudah membawa Yu Ra ke sini. Ia sudah kesakitan dan tidak mau diseret ke neraka. Ia akan melarikan diri dan Hee Joo harus membantunya. Ia juga meminta ponselnya dikembalikan.<p>Merasa bersalah, Hee Joo berusaha meminta kamar lain. Tapi untuk membutuhkan waktu sementara waktu sudah mendesak.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-nYJUlNLMlrs/XB0AfO_VNHI/AAAAAAADIls/lrqvheK_Tro_0_Illdb99euCdAZmATUigCHMYCw/s1600-h/snap-00166%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00166" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00166" src="https://lh3.googleusercontent.com/-f_fRwcyL-JU/XB0AgFstZII/AAAAAAADIlw/rG7HcztC5lcCZTyh7eimfqUTuhS9JbnWgCHMYCw/snap-00166_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-9ZhrCPwNrnw/XB0AhB84KxI/AAAAAAADIl0/5LA5JaGMSFUw8u21stWomUmXTfLJceJlQCHMYCw/s1600-h/snap-00167%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00167" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00167" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Kcivj7FBINg/XB0Ah2HQ-MI/AAAAAAADIl4/uuWGMQD_B_08hV9cZw1tn2jFRuUx2bz0wCHMYCw/snap-00167_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Dan parahnya lagi, Jin Woo tiba-tiba log in ke dalam game. Ia mendengar suara alunan gitar memainkan Memoris of the Alhambra. Game memperingatkan musuh telah muncul. Terdengar ketukan di pintu.<p>Jin Woo sangat ketakutan. Tapi itu adalah Hee Joo. Dan di belakangnya adalah Hyeong Seok. Jin Woo berteriak agak Hee Joo menutup pintu. Kaget, Hee Joo cepat menutup pintu. Jin woo bertanya apakah Hee Joo mendengar suara gitar. Tentu saja tidak. Jin Woo bertanya-tanya apakah ia sudah gila.<p>Tapi Hyeong Seok tidak bisa mendekatinya karena terhalang pintu. Game memberi waktu 1 menit. Jika dalam 1 menit penghalang tidak disingkirkan, maka duel akan selesai. Hee Joo yang khawatir bertanya apakah ia boleh masuk. Jin Woo dengan keras melarangnya. Ia memohon diberi waktu sebentar saja.<p>Hee Joo menurut. Masalahnya tepat saat itu ia melihat Yu Ra dan manajernya keluar dari lift. Hee Joo berbohong Jin Woo dirawat di lantai 9 dan menggiring mereka ke dalam lift.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-czyNhrfq-AA/XB0AjAr_-UI/AAAAAAADIl8/2aEqUhTIWq0TvT1BtgFEKoLyTkUVoZgMACHMYCw/s1600-h/snap-00176%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00176" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00176" src="https://lh3.googleusercontent.com/-cIEKIzvRAOU/XB0AkFE6EcI/AAAAAAADImE/MVwxml8-2rkfkAhcdtnBelSbZmjc_HBbwCHMYCw/snap-00176_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-c3n_-P3-kGM/XB0Alil_8MI/AAAAAAADImM/lw7SSLO9fUUiLvIY8tAxuTagU8U3--sKgCHMYCw/s1600-h/snap-00178%255B5%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00178" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00178" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5craD7pv5ZE/XB0Am6rGF9I/AAAAAAADImQ/Jpkm4bHsBh0i5k1kYKdyCkTvPTJ_JhrHgCHMYCw/snap-00178_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Kurang dari 5 detik duel selesai, tiba-tiba pintu kamar Jin Woo terbuka. Hanya seorang pasien lain yang salah masuk. Tapi itu cukup untuk melanjutkan duel. Hyeong Seok masuk dan menyerang Jin Woo. Jin Woo berguling hingga jatuh dari tempat tidur. Ia lalu merebut tongkat pasien lain dan berusaha melarikan diri keluar.<p>Saat hendak keluar kamar, ia sempat terkena sabetan pedang Hyeong Seok. Ia mulai merasa tak berdaya dan berpikir saat ini ia mungkin sudah gila. Ia keluar lalu menutup pintu. Tapi baru beberapa langkah yang sangat sulit, karena kakinya yang terluka, pintu kembali terbuka oleh si pasien yang berteriak-teriak memanggil Jin Woo. Duel kembali berlanjut.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-zP_Rp_GyHOo/XB0AoL2vWwI/AAAAAAADImU/mDuPtxL_gfUm6bh0stdj93PeBvyvf-EPQCHMYCw/s1600-h/snap-00189%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00189" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00189" src="https://lh3.googleusercontent.com/-OejDoILk5T4/XB0AptDx_PI/AAAAAAADImY/2On4zZosrbAy-6hPFjIhgAP8T3RkIFZuQCHMYCw/snap-00189_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-dN8yMQ-o2Gw/XB0Aq074j2I/AAAAAAADImc/T9aKTW4ns4AzKekMU7dUGNolWEl68qCHwCHMYCw/s1600-h/snap-00195%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00195" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00195" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DSDgu-i0NGA/XB0Aruzx6SI/AAAAAAADImg/spVIqO8T1SEXHuKt7cr6JQjqGyAh9sPhACHMYCw/snap-00195_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Di dalam lift Yu Ra memandang curiga pada Hee Joo dan bertanya siapa Hee Joo. Mengapa ia yang menemani Jin Woo, bukannya Sekretaris Seo. Hee Joo menjelaskan kalau Sekretaris Seo sedang menemani tamu lain, seorang profesor. Yu Ra langsung tahu yang datang adalah Profesor Cha. Ia mencibir kenapa Profesor Cha ada di sini dan bukannya menghibur menantunya yang sudah jadi janda. Ia juga mengomel kenapa Hyeong Seok begitu cepat meninggal setelah membuat banyak masalah.<p>Begitu tiba di lantai 9, Hee Joo menyebut nomor salah satu kamar lalu ia kembali ke dalam lift dengan alasan ada urusan lain. Yu Ra pergi ke kamar itu dan sangat marah setelah tahu ia dibohongi.<p>Hee Joo kembali ke kamar Jin Woo dan terkejut mendapati kamar itu kosong. Namun ada perawat dan pasien yang diambil tongkatnya di sana. Mereka nampak kesal atas perilaku Jin Woo. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-hPaF_0-_kK4/XB0As2UsqDI/AAAAAAADImk/x_efGyZUYwYqljfhueRZMlYG34P20HpegCHMYCw/s1600-h/snap-00198%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00198" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00198" src="https://lh3.googleusercontent.com/-j03vKo8zQYM/XB0AuAv0B6I/AAAAAAADImo/-bblIxCfOdgrslCdFR9lHVQFu_7TDLNsgCHMYCw/snap-00198_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-58_yBjvyNjs/XB0Au_NRjBI/AAAAAAADIms/jhmttTVcJpUilKZ651qq0NQZVsl6HecwACHMYCw/s1600-h/snap-00199%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00199" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00199" src="https://lh3.googleusercontent.com/-BX_pfa50dAQ/XB0AvzkM2oI/AAAAAAADImw/VXQzarziIbofHZjWNgPcagBiKZQSGinUQCHMYCw/snap-00199_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo berhasil melarikan diri ke halaman rumah sakit. Karena hujan, tempat itu sangat sepi. Tidak ada orang lain selain dirinya. Karena lukanya, ia tidak bisa menghindar jauh dan kembali terkena pedang Hyeong Seok.<p>Profesor Cha dan Sekretaris Seo kembali ke kamar Jin Woo dan hanya mendapati Yu Ra di sana. Mereka jelas tidak saling menyukai. Profesor Cha menanyakan di mana Jin Woo. Dengan sinis Yu Ra berkata Jin Woo melarikan diri karena mendengar kedatangannya. Jin Woo pasti sangat membencinya hingga nekat melarikan diri setelah merebut tongkat orang lain.<p>Profesor Cha memperingatkan agar Yu Ra tidak bercanda mengenai kondisi Jin Woo. Saat ini pasti Yu Ra memikirkan tidak perlu bercerai dengan Jin Woo jika Jin Woo tiba-tiba meninggal (langsung dapat warisan). Kalau Yu Ra bersikap seperti ini, seakan ia kecewa Jin Woo hanya terluka patah kaki.<p>Tapi Yu Ra membalas dengan berkata bahwa hanya ia keluarga Jin Woo. Profesor Cha berkata ia sudah bersama Jin Woo selama 20 tahun sedangkan Yu Ra hanya 1 tahun. Yu Ra berkata Profesor Cha sendiri baru menemui puteranya setelah ia meninggal. Jadi sebaiknya mereka mengurus keluarga mereka masing-masing. Profesor Cha nampak marah namun tidak mengatakan apa-apa lagi.<p>Ia keluar kamar menemui Sekretaris Seo yang mencari informasi pada perawat. Tapi mereka juga tidak tahu di mana Jin Woo. Sekretaris Seo yakin Jin Woo sedang bersama Hee Joo.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-6f_LQEZpMrI/XB0AxZ9KNdI/AAAAAAADIm0/K43sYXrzwwcjjl_1IoKdsKd-VTHZ0wSTQCHMYCw/s1600-h/snap-00210%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00210" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00210" src="https://lh3.googleusercontent.com/-AyJx7otXEWw/XB0AyHdaG6I/AAAAAAADIm4/dG3Yhv69pDAmSP6WaRIb6qridM9aHQoJwCHMYCw/snap-00210_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-7xBBljLBDzc/XB0AyxSBUiI/AAAAAAADIm8/2sJArs3UdSc3fEvlO7clI305zUCO0EmVACHMYCw/s1600-h/snap-00217%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00217" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00217" src="https://lh3.googleusercontent.com/-w0iVyVupIPY/XB0Az7Jcy1I/AAAAAAADInA/ckgyrY0h9bA0DnYXX9V3UhS7bmDhw7CDACHMYCw/snap-00217_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo dalam keadaan terdesak. Satu kali tebas lagi maka ia bisa mati. Ia menyadari itu. Dan ia menyadari bahwa kematian Hyeong Seok adalah sebuah pembunuhan. Ia yang membunuh Hyeong Seok karena kehabisan darah oleh tebasan pedangnya. Dan sekarang ia akan mati dengan cara yang sama. Kematian mereka akan tetap menjadi misteri. Hanya mereka yang tahu mereka saling membunuh dan membalaskan dendam mereka. Dendam yang mereka harapkan sepenuh hati.<p>Jin Woo menutup mata pasrah saat melihat Hyeong Seok mengangkat pedangnya. Namun tiba-tiba seseorang memanggilnya. Jin Woo membuka matanya dan melihat Hee Joo berlutut di hadapannya. Game memberitahu kalau duel ditunda karena ada penghalang. <p>Hee Joo panik melihat keadaan kaki Jin Woo. Ia hendak bangkit berdiri untuk mencari bantuan tapi Jin Woo menariknya dan memeluknya. Ia memohon mereka tetap seperti itu selama 1 menit. <p>Duel tertunda. Waktu 60 detik mulai berjalan. Hee Joo bertanya ada apa sebenarnya. Jin Woo berkata Hee Joo pasti melihatnya bersikap aneh dan tidak mengerti. Hee Joo mengiyakan sambil menahan tangisnya. Jin Woo mengaku rasanya ia sudah jadi gila.<p>Waktu 1 menit berlalu. Hyeong Seok menghilang. Akhirnya Jin Woo bisa menarik nafas lega. Lalu ia jatuh pingsan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-4GVOnUPLDvk/XB0A1GeKP4I/AAAAAAADInI/lPojoZuUoJ8K18zl0hgL8kSEV0dnko8zACHMYCw/s1600-h/snap-00232%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00232" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00232" src="https://lh3.googleusercontent.com/-XK8rWKDXp_w/XB0A2EBOMsI/AAAAAAADInQ/8ik__IakBhY5KGae5oalaGr8wc8E-NHKgCHMYCw/snap-00232_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-35BksFRN2lI/XB0A3mp2iGI/AAAAAAADInU/mAclcjhKd6YtI2G5AKFQqEVSP1BycqmLQCHMYCw/s1600-h/snap-00256%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00256" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00256" src="https://lh3.googleusercontent.com/-fL3bLICDjqE/XB0A4p23RyI/AAAAAAADInY/dfvT-ZpB6vYrzvcSO9rUf2n9RQt99lEdACHMYCw/snap-00256_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Profesor Cha dan Sekretaris Seo berlari keluar begitu mendengar kalau Jin Woo sudah ditemukan. Melihat Jin Woo dalam kondisi kacau, ia teringat perkataan konsulat. Bahwa mereka menemukan sidik jari Jin Woo pada bagian leher dan kerah baju Hyeong Seok. Dan Jin Woo sudah mengakui kalau ia menarik kerah leher Hyeong Seok. Dan waktu kematian Hyeong Seok bersamaan dengan waktu berpisahnya mereka.<p>Profesor Cha marah dan bertanya apa mereka menduga kalau puteranya dibunuh oleh temannya sendiri. Konsulat mengakui kalau polisi tidak bisa tidak mencurigai Jin Woo berdasarkan kondisi dan bukti yang ada.<p>Jin Woo dibopong oleh para perawat ke dalam rumah sakit. Profesor Cha sempat memeganginya. Maafkan aku, kata Jin Woo lirih. Profesor Cha terkejut.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-s3bm2yOTUf0/XB0A6F3mmoI/AAAAAAADInc/CARRA0ZBXsgkPu72K19qGPQnfxXQDyoeQCHMYCw/s1600-h/snap-00266%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00266" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00266" src="https://lh3.googleusercontent.com/-MvRvs0mj0es/XB0A7I13M0I/AAAAAAADIng/LMXBI311-8UlJoMjvXOjk56d2uSmjorjwCHMYCw/snap-00266_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Cl_zX93bbiE/XB0A8J5j0fI/AAAAAAADInk/L1r5_ACP9GUI906LrDGyg11CTBfDUjCEgCHMYCw/s1600-h/snap-00270%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00270" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00270" src="https://lh3.googleusercontent.com/-KzH0WdaeApM/XB0A9RavAtI/AAAAAAADIno/Jc8mw5oPn5EBtxefdoOmZoHPlBz4z2DkQCHMYCw/snap-00270_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Dalam hatinya Jin Woo berkata akhirnya ia bisa mengerti mengapa Se Joo belum kembali dan ia sekarang tahu apa yang ditakuti Se Joo. Se Joo mungkin diburu sama seperti dirinya, oleh seseorang yang hanya bisa dilihat Se Joo. <p>Sebenarnya ketika Jin Woo mencari Se Joo di stasiun kereta, Se Joo terbaring di tanah tak jauh darinya. Ia tergeletak dalam keadaan tak sadarkan diri dengan membawa senjata api di tangannya. Apakah ia sudah mati?<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-BppRfyHL0aU/XB0A-vYeigI/AAAAAAADInw/2lCfOpBzqu4FzuEGYpAYTWeq9lXgjscLQCHMYCw/s1600-h/snap-00278%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00278" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00278" src="https://lh3.googleusercontent.com/-rMNC5qO0KMM/XB0A_4rjL2I/AAAAAAADIn0/wEGqDED6At4-j6rgT79ObpCt_rCU2AP1wCHMYCw/snap-00278_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-NhV0X4Gtnv0/XB0BBZ2_4nI/AAAAAAADIn4/Zu3d7hqfRu8p8b95-0FDbIjxjwubdk-agCHMYCw/s1600-h/snap-00284%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00284" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00284" src="https://lh3.googleusercontent.com/-VE0jLBC4zD0/XB0BCZJsSjI/AAAAAAADIn8/ok_x5z8y_TY1e-771c1DrHfaTvVTZsOJACHMYCw/snap-00284_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Menurutku kelemahan game ini adalah adanya fitur pemain vs pemain. Ketika Jiin Woo melawan musuh berupa karakter game, ia bisa mati puluhan kali tanpa merasakan apapun. Berbeda ketika ia duel melawan Hyeong Seok. Player vs player. Karena dalam game seorang pemain otomatis menjadi karakter, sepertinya ketika ia mati ada bagian dari dirinya yang tertinggal menjadi karakter dalam game. Namun apakah karakter game tersebut hanya bisa dilihat oleh musuh yang membunuhnya? Misalnya apakah karakter Hyeong Seok hanya bisa dilihat oleh Jin Woo? Bagaimana jika ada pemain lain, apakah ia bisa melihat Hyeong Seok juga?<p>Satu lagi kecurigaanku adalah Hyeong Seok yang mengusulkan adanya fitur player vs player. Aku menduga Se Joo dan Marco adalah partner dalam membuat game tersebut dan Marco menurut pada Hyeong Seok hingga membuat fitur tersebut. Namun ketika keduanya mencoba fitur tersebut, Marco terbunuh. Akibatnya Se Joo mengalami apa yang dialami Jin Woo sekarang. Karena itu ia menyebut Hyeong Seok seorang yang jahat dan ia tidak mau menjual game tersebut pada Hyeong Seok. Ini baru dugaan ya^^<p>Tapi jika Se Joo tahu game ini sangat berbahaya, kenapa ia ingin menjualnya pada Jin Woo? Kenapa ia tidak menjelaskan dalam emailnya apa kekurangan dari game ini?<p>Profesor Cha nampaknya benar-benar peduli pada Jin Woo, tapi entah kenapa aku masih terbayang karakternya di W hingga menduga-duga apakah nantinya ia juga akan menjadi antagonis. Apalagi setelah curiga Jin Woo membunuh puteranya.<p>Kenapa yang namanya Yu Ra dalam drama akhir-akhir ini kok nyebelin ya >,< Go Yu Ra di Alhambra, Min Yu Ra di Last Empress...duh padahal nama alias Koreaku juga Yu Ra *pengenketawahisteris*<div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2018/12/review-memories-of-alhambra-episode-5.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-4648265429399304400Tue, 18 Dec 2018 08:45:00 +00002018-12-18T16:33:03.235+07:00memories of the alhambraReview Memories of The Alhambra Episode 4<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Z_EfgiLSEG0/XBi8_2VcAgI/AAAAAAADIfA/QzkI5QGJHV4WE79xE7SyM-26hdoE18bPACHMYCw/s1600-h/snap-00120%255B3%255D"><img width="360" height="206" title="snap-00120" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00120" src="https://lh3.googleusercontent.com/-zf-fwarQADA/XBi9BjoDg1I/AAAAAAADIfE/hDVwEq3MUigxKfcBrK3v3TY5o3pMM5sIgCHMYCw/snap-00120_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Mendapati suaminya tidak pulang semalaman, Soo Jin mendapat firasat buruk. Apalagi sampai subuh belum juga ada kabar mengenai keberadaannya, termasuk dari sekretaris suaminya. Ia makin resah karena mengetahui Jin Woo ada di kota yang sama dengan mereka.<p>Belum lama ini terjadi pertengkaran antara suaminya dan ayah mertuanya. Ketika itu suaminya sangat marah dan berkata tidak akan menemui ayahnya lagi. Sepertinya ayahnya selalu membandingkan-bandingkan dirinya dengan Jin Woo. <p>Sementara Jin Woo pasti sakit hati karena sahabatnya sendiri merebut isterinya. Bagi Hyeong Seok, tidak ada siapapun yang berpihak padanya di dunia ini kecuali Soo Jin. <p>Soo Jin makin panik ketika suaminya belum pulang juga padahal sudah jam 5 pagi. Ia meminta nomor telepon Jin Woo pada adiknya, Soo Kyeong, karena ia sendiri sudah menghapus nomor itu.<p>Seorang penduduk yang sedang lari pagi menemukan Hyeong Seok duduk tak bergerak di bangku taman dengan kepala tertunduk. Ia memegang pundak Hyeong Seok dan menanyakan keadaannya. Tubuh Hyeong Seok jatuh terkulai. Pria yang menemukannya berteriak meminta bantuan karena sudah menemukan sesosok mayat.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-itRKLeOgCuA/XBi9DG5_38I/AAAAAAADIfI/J-Db4EFr1N8L1SVfO_vjK-E526SAzNshQCHMYCw/s1600-h/snap-00018%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00018" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00018" src="https://lh3.googleusercontent.com/-1ES4qVJvPQ8/XBi9EvGAAyI/AAAAAAADIfM/ome5fJi1A3wobSpZOFhuCdSHHcJ-hxSXQCHMYCw/snap-00018_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-G4CBatay5BQ/XBi9FwAYy2I/AAAAAAADIfQ/T_mcMmwZlE8sDFdtr-N-yBCFtMXhG_eqwCHMYCw/s1600-h/snap-00023%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00023" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00023" src="https://lh3.googleusercontent.com/-bpOODcOJv80/XBi9HCLbL1I/AAAAAAADIfU/PfINcbnWFlM7zBv0LFJL9GrPfA0A8F9fQCHMYCw/snap-00023_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo mulai menata kembali kehidupannya setelah mendapatkan keajaiban. Ia tidak lagi menerima penghuni baru karena bulan depan ia akan menutup hostelnya dan berencana membeli baru. Ia memutuskan akan pergi ke dealer mobil setelah Se Joo kembali.<p>Ia sedang berada di toko gitar tempat kerjanya ketika ia teringat pada kata-kata Jin Woo yang menyarankan agar ia kembali bermain gitar karena ia seorang gitaris yang bagus, dan ia terlihat lebih mempesona saat bermain gitar. Hee Joo bertanya-tanya di mana Jin Woo melihatnya bermain gitar.<p>Ia sedang melihat foto-foto Jin Woo di internet ketika seseorang masuk. Jin Woo menyapanya. Saat itulah handphone Hee Joo terjatuh dan Jin Woo melihat foto dirinya di sana. Duh Hee Joo pasti malu ;p<p>Ia bertanya apa yang membawa Jin Woo kembali ke Granada. Jin Woo berkata sesuatu membuatnya kembali. Ia meminta Hee Joo ikut dengannya karena ia butuh bantuan. Dalam perjalanan, Hee Joo bertanya apa yang bisa ia bantu. Jin Woo berkata ia membutuhkan penerjemah. Ketika Hee Joo bertanya apa yang membuat Jin Woo kembali. Seorang yang kukenal meninggal dunia, jawab Jin Woo.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-nkpEo5yny3U/XBi9Ihdx_SI/AAAAAAADIfY/8JIox0onyh8IU9KfbqhVvbYF8R3zLdbfwCHMYCw/s1600-h/snap-00050%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00050" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00050" src="https://lh3.googleusercontent.com/-LK3H4vHnkCM/XBi9J-Oc7VI/AAAAAAADIfc/yUGRl002lVAm7oVB4gQKKnhs3DJZ19apACHMYCw/snap-00050_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-FBt5v6uk-Qs/XBi9LVEKScI/AAAAAAADIfg/EDsYunb2q2sCajekIyLT1fMxnnWF3aJSACHMYCw/s1600-h/snap-00061%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00061" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00061" src="https://lh3.googleusercontent.com/-XF_xImoR7lo/XBi9MvQB6aI/AAAAAAADIfk/geJAoH54B-w7nfMWxVirGMTC239Y-bPfgCHMYCw/snap-00061_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Mereka tiba di sebuah rumah. Hee Joo terkejut saat wanita yang menjawab interkom memanggil Jin Woo dengan sebutan “kakak ipar”. Mereka masuk. Jin Woo menjelaskan kalau kenalannya ada di rumah sakit, sementara istri kenalannya dan adik sang istri tinggal di sini. Mereka sedang berlibur namun sang suami ditemukan telah meninggal.<p>Hee Joo sempat mendengar Jin Woo salah bicara menyebut “isteriku”. Jin Woo berkata ia terselip lidah dan menjelaskan kalau dulu sang isteri adalah mantan isterinya. Ia juga menjelaskan kalau sang isteri sedang hamil dan pingsan saat mendengar berita kematian suaminya pagi ini.<p>Ia membutuhkan bantuan Hee Joo sebagai penerjemah karena kendala bahasa dengan dokter. Kedua wanita itu pasti kebingungan sementara sekretaris sang suani sibuk mengurus semuanya. Ia berharap Hee Joo bisa menemani mereka. Merasa kasihan, Hee Joo mengiyakan.<p>Soo Kyeong membuka pintu dan langsung menangis saat melihat Jin Woo. Jin Woo memperkenalkan Hee Joo pada Soo Kyeong. Soo Kyeong tak habis pikir kenapa semua ini bisa terjadi. Semalam ia masih melihat kakak iparnya sebelum ia tidur dan kakak iparnya itu terlihat baik-baik saja.<p>Jin Woo menjenguk Soo Jin di kamar. Soo Jin masih tidur. Soo Kyeong berkata tekanan darah Soo Jin meroket tadi pagi namun sekarang sudah membaik. Dokter menyarankan agar Soo Jin dirawat di rumah karena itu ia belum sempat ke rumah sakit melihat kakak iparnya. Jin Woo berkata ia akan pergi ke rumah sakit sekarang.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Xf5IU_oaoK4/XBi9ONziN8I/AAAAAAADIfo/yxmkZn1hjZ8ZeXZEZNaUmGVKvyoMq0P5QCHMYCw/s1600-h/snap-00064%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00064" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00064" src="https://lh3.googleusercontent.com/-PI6_hwcbGhc/XBi9PilF8tI/AAAAAAADIfs/g446-BDItx0nE-euKAeb20-5SHuQr8nJACHMYCw/snap-00064_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-lzwtDfOJjGU/XBi9RCRZeQI/AAAAAAADIfw/tcQnOcuOkYcGo8RWn7KMD17AlFi9vkJ-QCHMYCw/s1600-h/snap-00065%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00065" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00065" src="https://lh3.googleusercontent.com/-V-gfRfIyKy4/XBi9Snj8SoI/AAAAAAADIf0/gorPXBLhOp4PYeCIggWpM0WENaL2Hf4DQCHMYCw/snap-00065_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Mereka keluar dari kamar. Sebelum pergi Jin Woo meminta Soo Kyeong tetap bertahan meski berat dan ia bisa meminta bantuan Hee Joo. Soo Kyeong berterimakasih Jin Woo mau membantu mereka.<p>Soo Jin keluar kamar tepat sebelum Jin woo pergi. Ia bertanya apa yang Jin Woo bicarakan dengan suaminya. Ia yakin mereka bertemu semalam. Ia bertanya apa yang Jin Woo katakan pada suaminya hingga ia ditemukan tewas. Ia mulai emosi dan berkata ia sudah merasakan firasat buruk sejak berpapasan dengan Jin Woo di stasiun kereta.<p>“Kau pasti merasa lega. Kau menginginkan ini terjadi, bukan?” Ia makin emosi. Ia berteriak harusnya Jin Woo berbicara dengannya bukan dengan suaminya. Jin Woo hanya diam menatapnya.<p>“Dia juga hidup menderita. Ia selalu ingin berbaikan denganmu. Ia menangis dan minum setiap hari. Kami tidak selalu bahagia!!” Soo Jin menangis histeris.<p>Soo Kyeong akhirnya menarik Soo Jin masuk ke kamar. Ia berusaha menenangkan kakaknya dan berkata Jin Woo hanya berusaha membantu.<p>Hee Joo terdiam melihat apa yang terjadi barusan. Tiba-tiba Jin Woo bertanya apakah Hee Jung memiliki kekasih. Tidak, jawab Hee Jung. Jin Woo menyarankan agar Hee Jung tidak menikah meski sudah memiliki kekasih. Ia sudah mengalaminya dua kali dan pernikahan benar-benar buruk. Lalu ia pergi.<p>Hee Jung teringat Jin Woo pernah mengatakan kalau pernikahannya dua kali gagal. Pernikahan pertama gagal karena sahabatnya dan istrinya mengkhianatinya. Ia menyadari bahwa Soo Jin adalah mantan istri Jin Woo sementara yang meninggal adalah sahabatnya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-0XR-eloFsdc/XBi9T06kYcI/AAAAAAADIf4/gCwEp4vGb1E09niQpLS7877AAkZGASaWwCHMYCw/s1600-h/snap-00076%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00076" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00076" src="https://lh3.googleusercontent.com/-VmySB7PRJvs/XBi9VUqXHcI/AAAAAAADIf8/wVuxc3KCN68PZEOqUezjrqtw3KP_EJZJACHMYCw/snap-00076_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ro709GAySIM/XBi9W-eSk4I/AAAAAAADIgE/-w7nBo0giacAVY_rxC0v36xHsuXUpOcZwCHMYCw/s1600-h/snap-00081%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00081" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00081" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Uw82bO8HGDo/XBi9YNRN4rI/AAAAAAADIgI/Wf0Sl87LIBw8oG2-yQNCBgRJGGooNWqaQCHMYCw/snap-00081_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo tiba di rumah sakit dan sekretarisnya, Seo Jung Hoon, sudah menunggunya. Ternyata Sekretaris Seo sedang lari pagi di taman dan melihat sendiri saat tubuh Hyeong Seok ditandu masuk ke dalam ambulans. Karena Hyeong Seok tidak membawa paspor, ia yang memberitahu polisi identitas Hyeong Seok. Ia juga sudah menelepon Neword (perusahaan Hyeong Seok).<p>Polisi menyatakan kematian Hyeong Seok adalah kematian secara tiba-tiba karena tidak ditemukan luka di tubuhnya dan dompetnya tidak diambil. Mungkin serangan jantung atau stroke.<p>Melihat tubuh Hyeong Seok terbaring kaku di kamar mayat, Jin Woo teringat pada pertemuan terakhir...atau lebih tepatnya “perang” terakhir mereka semalam.<p>Seorang konsulat menemui Jin Woo dan menjelaskan kalau polisi ingin menanyai Jin Woo karena Jin Woo adalah orang terakhir yang menelepon Hyeong Seok. Ia menenangkan kalau polisi tidak mencurigai Jin Woo tapi mereka harus membuat laporan. Jin Woo memastikan kalau semalam ia bertemu dengan Hyeong Seok setelah meneleponnya.<p>Baik konsulat maupun Sekretaris Seo terkejut dengan pernyataan Jin Woo. Dengan jujur Jin Woo berkata ia bertemu dengan Hyeong Seok semalam di taman itu sebelum ia pergi ke bandara. Dan ia akan memberi pernyataan jika diperlukan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-MNjEgs8rG_k/XBi9Z7Q7CqI/AAAAAAADIgM/rrugE7YUQ2M-mCSM2SfpPVIE1Bwo8dJ6wCHMYCw/s1600-h/snap-00087%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00087" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00087" src="https://lh3.googleusercontent.com/-NcXE3UTHkhs/XBi9ax86dXI/AAAAAAADIgQ/3R9Qia-bgiQcooq3pjam0pdcTYrFIKCKwCHMYCw/snap-00087_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-VCKl2S-6oRI/XBi9cenKL6I/AAAAAAADIgY/1HiqFGykJzYHBO4nT91Ai4WXj7L7gFCygCHMYCw/s1600-h/snap-00094%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00094" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00094" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Oi0mTCNP718/XBi9dwXwpEI/AAAAAAADIgc/EEd98k74zvw8h7HZHk6u6FLtqWA5m3yaACHMYCw/snap-00094_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Direktur Park Sun Ho, rekan Jin Woo di J-One, khawatir pernyataan Jin Woo bisa menjadi masalah. Tapi Jin Woo berpendapat lebih baik jujur karena polisi pasti akan tahu juga pada akhirnya. Jika ia berbohong malah akan mencurigakan. Direktur Park khawatir media akan memelintir berita apalagi Jin Woo dan Hyeong Seok sudah beberapa kali terkena rumor dan baru saja mulai mereda. Ia mendesak Jin Woo untuk segera kembali ke Korea, sebelum berita kematian Hyeong Seok tersebar.<p>Tapi Jin Woo tidak berencana pulang hari ini. Sun Ho menasihati keberadaan Jin Woo di sana malah akan terlihar aneh dan juga tidak baik bagi Soo Jin. Ketiganya ada di Grana adalah sumber gosip. Jin Woo berkata ia yang akan menanganinya, lalu menutup telepon.<p>Choi Yang Ju, bawahan Jin Woo yang sejak tadi mendengar percakapan mereka, bertanya bagaimana bisa timingnya begitu sempurna. Ia bercerita Jin Woo meneleponnya dan memberitahu kalau ia sudah menghancurkan Hyeong Seok. Jin Woo terdengar sangat gembira di telepon. Apa mungkin Jin Woo menggunakan kekerasan fisik saat bermain game tersebut? Bila begitu Jin Woo bisa dituntut telah menganiaya ata tak sengaja membunuh. Sun Ho menegurnya karena sudah berpikir begitu. Tapi jelas keduanya mulai curiga mungkin sesuatu terjadi malam itu.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-IFn-Lfi5RF8/XBi9e-NJIhI/AAAAAAADIgg/RVCrfD-8gJk8RpMJKWyWCfFMBhUm8CC6wCHMYCw/s1600-h/snap-00097%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00097" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00097" src="https://lh3.googleusercontent.com/-4vfT__rHmx4/XBi9gDazPdI/AAAAAAADIgk/PHWltXLVSAIPF97e0kPeC9gZRFN8gFUCQCHMYCw/snap-00097_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ik7xttGKATI/XBi9hX4UuCI/AAAAAAADIgs/X6p1-uiHPQE7ejQHmCsXAQ1NT0QjEJuNACHMYCw/s1600-h/snap-00104%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00104" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00104" src="https://lh3.googleusercontent.com/-LrvaPmd2mCQ/XBi9jLBqtAI/AAAAAAADIg0/Mphv9AvTYuwPsh83llJBDTJZuyNRIcBBgCHMYCw/snap-00104_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo memikirkan perkataan si konsulat yang memberitahunya bahwa dokter mengatakan kematian Hyeong Seok mungkin disebabkan oleh pendarahan berlebihan, bukan karena serangan jantung atau stroke. Dokter mengatakan hanya sedikit darah yang tertinggal di tubuh Hyeong Seok. Dan itu sangat aneh karena tidak ada luka luar di tubuhnya. <p>Pemeriksaan lebih dalam mungkin saja menemukan bekas suntikan atau semacamnya. Jika itu terjadi, maka ini akan menjadi kasus pembunuhan. Untuk itu mereka harus segera melakukan otopsi.<p>Perhatiannya teralih pada alunan musik dari seorang gitaris jalanan. Ia menanyakan judul lagu itu pada Jung Hoo. Jung Hoon berkata itu lagu terkenal berjudul Memories of the Alhambra. Ia berkata semua orag tahu lagu itu. Semua orang mulai bermain gitar saat sekolah menengah. Pemula memainkan lagu “Romance” sementara yang ahli memainkan “Memorise of the Alhambra”. Orang baru akan mengakui seseorang pandai bermain gitar jika bisa memainkan lagu tersebut. <p>Jung Hoon mendekati gitaris jalanan tersebut untuk memberikan sedikit uang dan mendengarkan lebih dekat. Ketika ia menoleh, Jin Woo sudah pergi.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-DjM97PB7BgI/XBi9kj_hV5I/AAAAAAADIg4/tcc39MBgRsw9bHPNp7aYNLWVds-TYH4nQCHMYCw/s1600-h/snap-00114%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00114" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00114" src="https://lh3.googleusercontent.com/-IvoKRUkiMKY/XBi9l4tGD-I/AAAAAAADIg8/QGEATeVy7oME1pUxjwahxJMhak1vBWSfQCHMYCw/snap-00114_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-I8oFqX4cnfM/XBi9nE5aaJI/AAAAAAADIhA/mMO_PKbIF0kPolhUNWEWpsYDujybUQ3sgCHMYCw/s1600-h/snap-00115%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00115" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00115" src="https://lh3.googleusercontent.com/--mzshShuvWg/XBi9ovtCZ8I/AAAAAAADIhE/802uM4ZN1acxHIC1a5EgeAZXqQRPr0H5wCHMYCw/snap-00115_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo pergi ke taman tempat ia bertemu Hyeong Seok semalam. Bangku taman di TKP sudah dikelilingi pita polisi. Ia ingat bagaimana ia selama menebas Hyeong Seok dalam game. Ia memakai lensa kontaknya dan log in ke dalam game. <p>Sekarang ia berada di level 3. Namun saat ia menoleh ke bangku ia melihat Hyeong Seok pada posisi yang sama seperti ketika ia meninggalkannya semalam. Persis sama dengan darah membasahi seluruh tubuhnya dan satu tangannya memegang pedang.Terngiang perkataan konsulat bahwa pada tubuh Hyeong Seok tidak ditemukan luka luar tapi seluruh darahnya seakan terkuras habis.<p>Jin Woo melanggar pita polisi untuk mendekati Hyeong Seok. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh Hyeong Seok tapi ia hanya menyentuh image tidak nyata. Game memberi info kalau Jin Woo sudah mengalahkan Hyeong Seok 12 jam yang lalu.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/--FsfW_oUjz0/XBi9qNzuTeI/AAAAAAADIhI/TI_UZ3bDxvE38mQOvb7rNH3NSCU04ptHQCHMYCw/s1600-h/snap-00121%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00121" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00121" src="https://lh3.googleusercontent.com/-X8DfYUMYkRU/XBi9rtSUSkI/AAAAAAADIhQ/P-C_YiK4GdMKMi5lJVVYlkcPuXsvkFDrgCHMYCw/snap-00121_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-3rVsWJoeFbw/XBi9tEIPw5I/AAAAAAADIhY/g6OvedkEGGUH3zY5Z9HR40VWmcj_yp8ZgCHMYCw/s1600-h/snap-00126%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00126" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00126" src="https://lh3.googleusercontent.com/-d0nav5TKWWE/XBi9udSs4tI/AAAAAAADIhc/GKPTuBtiGWgEcBQEDuZ9jr9wF2apHic2QCHMYCw/snap-00126_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo mulai merasa bersalah teringat tangisan histeris Soo Jin dan perkataannya pada Hyeong Seok semalam. Ia melangkah keluar dari pita polisi namun tiba-tiba game memberitahu munculnya musuh baru.<p>Jin Woo bingung. Ia menoleh dan melihat bangku taman itu kosong. Lalu di hadapannya berdiri Hyeong Seok. Whaaaa?? Hyeong Seok jadi karakter game? Hyeong Seok siap menyerang, Jin Woo mengayunkan pedangnya menebas Hyeong Seok. Hyeong Seok rubuh seketika lalu tubuhnya lenyap. Jin Woo naik ke level 4.<p>Ia langsung menelepon Yang Ju dan bertanya apakah sebuah game bisa otomatis mengakses data pemain. Karena pemain yang sudah mait mendadak muncul sebagai karakter pemain dalam game. Yang Ju berkata ia tidak tahu apakah itu mungkin, namun rasanya tidak masuk akal. Jin Woo memerintahkan agar Yang Ju memeriksanya. Apakah ini memang bagian dari game tersebut atau Jung Se Joo sedang mempermainkannya.<p>Jin Woo mendapat telepon dari stasiun kereka mengenai sebuah tas yang tertinggal. Awalnya Jin Woo berkata ia tidak ketinggalan tas, tapi setelah mendengar namanya ada di tas tersebut ia cepat-cepat pergi untuk memeriksanya.<p>Dalam tas tersebut terdapat tiket kereta dari Barcelona ke Granada. Artinya Se joo menaiki kereta itu tapi tidak turun di Granada. Ia memberitahu Direktur Park mengenai tas tersebut. Direktur Park berkata mungkin Se Joo sudah ada di Granada tapi tidak pulang ke rumah. Jin Woo berkata itu tidak mungkin karena ia ada di stasiun saat kereta datang dan tidak ada Se Joo.<p>Kemungkinan lain adalah Se Joo turun dari kereta sebelum tiba di Granada. Direktur Parkj bertanya mungkinkan Se Joo sedang diburu seseorang. Oleh siapa? Jin Woo teringat Sekretaris Seo memberitahunya kalau tim keamanan Neword dikirim ke Barcelona kemarin oleh Hyeong Seok tapi tidak tahu apa alasannya.<p>Jin Woo teringat Se Joo memberitahunya mengenai penawaran Hyeong Seok atas gamenya namun ia tidak akan menerima tawarannya karena Hyeong Seok orang jahat. Saat itu Se Joo terdengar gugup dan buru-buru meminta bertemu di Granada.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-I2eh2pK5of4/XBi9vxnYQ7I/AAAAAAADIhg/gEAbhdFeKB0_2sKcKoKbRc9Tl_2IKMBzACHMYCw/s1600-h/snap-00138%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00138" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00138" src="https://lh3.googleusercontent.com/-6a78Ve9mBvI/XBi9xvOQQaI/AAAAAAADIhk/cnnpC1--EeU63QSeHcnVoeb786_UaD7RwCHMYCw/snap-00138_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-NPIK7RVtMgM/XBi9zFLIMaI/AAAAAAADIho/GD2rqC4X3r0MUiUT4pMBcHkpwh23X3q1gCHMYCw/s1600-h/snap-00195%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00195" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00195" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ZiFyw98-BxY/XBi90Qi3Z_I/AAAAAAADIhs/tivgtMU7SpoY_-rIEKQZgcRUPwYBRJiAwCHMYCw/snap-00195_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo sudah kembali ke rumah dan membuatkan bubur untuk dibawa pada Soo Jin besok. Samnbil membuat bubur ia berbicara di telepon dengan Sang Beom melalui speaker. Sang Beom tak habis mengerti mengapa Jin Woo mengurus mantan istrinya dan merepotkan Hee Joo. Hee Joo merasa tidak ada yang aneh. Tapi Sang Beom berkata Hee Joo tidak berkewajiban membantu.<p>Hee Joo agak kesla karena Sang Beom protes terus. Sang Beom mengakui ia tidak suka pada Jin Woo. Jin Woo seorang yang kaya, jadi kenapa tidak pergi ke hotel mahal dan malah berkeliaran di dekat Hee Joo. Untuk apa membeli losmen Hee Joo dari semua tempat yang ada dan memintanya jadi penerjemah. Ia berkesimpulan Jin Woo sedang PDKT dengan Hee Joo.<p>“Aku tidak pernah berniat demikian,” tiba-tiba Jin Woo menjawab. Tapi ia mengakui kalau selalu berkeliaran dekat Hee Joo. Buktinya ia lagi-lagi datang ke losmen ini. Hee Joo cepat-cepat menyudahi teleponnya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-t5T80V9cdCE/XBi92P57eHI/AAAAAAADIhw/k7lLT3QR9bI3kSW46eKnn7MaV99XUyY3gCHMYCw/s1600-h/snap-00155%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00155" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00155" src="https://lh3.googleusercontent.com/-pkrR8Kqszjg/XBi93ieMkqI/AAAAAAADIh0/dhT5D6OyrYs4l9j7XVaF381YTBVIuS4EgCHMYCw/snap-00155_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-5o75z9xaa0M/XBi95MPdnDI/AAAAAAADIh4/MhPzce0wxg0x2FKovC9_suc2wAA5ArJAACHMYCw/s1600-h/snap-00158%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00158" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00158" src="https://lh3.googleusercontent.com/-vdZY6_JIDHc/XBi96qQNCzI/AAAAAAADIiA/TTkiOhycHQYdmmMp3p1CzUsX8F6vzwSywCHMYCw/snap-00158_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo datang membawa tempat makanan untuk diisi bubur. Tadi ia mampir ke apartemen Soo Jin dan diititpi tempat makanan itu (oleh Soo Kyeong). Ia berterimakasih Hee Joo sudah membantu membuatkan bubur. Ia juga ingin meminjam komputer.<p>Awalnya Hee Joo meminjamkan komputernya tapi spesifikasinya tidak mencukupi. Atau ini hanya taktik Jin Woo agar bisa masuk kamar Se Joo? Karena Hee Joo kemudian menawarinya komputer Se Joo.<p>Hee Joo berkata adik laki-lakinya itu belum pulang. Dan ia sudah terbiasa Se Joo tidak menelepon selama beberapa hari. Ia tidak tahu apa yang dilakukan adiknya itu tapi adiknya pasti senang kalau tahu losmen itu sudah dijual pada Jin Woo.<p>Jadi ada bagian losmen yang dijadikan rumah untuk Hee Joo dan keluarganya. Hee Joo membawa Jin Woo ke bagian rumahnya itu. Nenek sangat gembira melihat Jin Woo dan terus menerus memeluknya sambil berterimakasih. Ia menganggap Jin Woo sangat baik dan murah hati. Jin Woo menjelaskan kalau ia membeli sesuai harga sepantasnya tapi nenek terus menerus memeluk Jin Woo dan berkata rasanya masih seperti mimpi.<p>Hee Joo mengingatkan neneknya kalau Jin Woo orang sibuk. Akhirnya nenek melepaskan Jin Woo. Min Joo juga meminta maaf karena sudah menyuruh Jin Woo cuci piring. Ia bertanya kenapa Jin Woo akan bercerai dengan Go Yu Ra (isteri Jin Woo yang sekarang) padahal ia suka padanya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-OKYJmxvkTm4/XBi98LCj9mI/AAAAAAADIiE/bJ7gCJdRvYA_DkUR3DqOeAfWQj2ajCCTwCHMYCw/s1600-h/snap-00170%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00170" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00170" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Ue24JMZpY_k/XBi9-VPf7kI/AAAAAAADIiI/xsxxwGGKO_spHXEIkuKfDa4zzs5yZJd9wCHMYCw/snap-00170_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-sXciIpl0wPU/XBi9_xWgLNI/AAAAAAADIiM/TQudZEMqewMml9sjR9WpNWe47fvcv-CAQCHMYCw/s1600-h/snap-00183%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00183" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00183" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Pam02L10YsY/XBi-CBU1n7I/AAAAAAADIiQ/9jfZ0uLTCqkazvhCBtO36blEwojpOWn0wCHMYCw/snap-00183_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo cepat-cepat membawa Jin Woo ke kamar Se Joo. Jin Woo berkata ia harus mengurus hal penting dan rahasia. Ia juga meminjam ponsel Hee Joo. Tanpa curiga Hee Joo memberikan ponselnya karena menurutnya tidak ada apa-apa di dalamnya, lalu meninggalkan Jin Woo sendirian.<p>Begitu ditinggal sendirian, Jin Woo diam-diam mengunci kamar dan memeriksa pesan Se Joo di ponsel Hee Joo. Tapi tidak ada yang aneh di sana. Jin Woo meng-screenshot pesan-pesan itu dan mengirimkannya. Lalu ia mencari-cari sesuatu di antara barang-barang Se Joo. Ia menemukan buku berisi sketsa gambar dasar game tersebut. Di bagian akhir buku terdapat nomor telepon Marco. Jin Woo memotretnya. Jin Woo juga memeriksa isi komputer Se Joo.<p>Hee Joo mulai membereskan barang-barangnya untuk pindah dari losmen tersebut. Nenek awalnya tidak mau tidur karena menunggu Jin Woo. Tapi Hee Joo berkata Jin Woo menginap di losmen malam ini jadi nenek bisa bertemu dengannya besok. Akhirnya nenek pergi tidur.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-9P-k0UsOv_g/XBi-D00EMBI/AAAAAAADIiU/FiPh0Wwu440ARUKXu6Pll1KRDsi4zMbhwCHMYCw/s1600-h/snap-00188%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00188" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00188" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5RMs_qoW6ik/XBi-F-fo7pI/AAAAAAADIiY/mN9MvwH5ALQYKQQByUNIUroQ-TrKObJjQCHMYCw/snap-00188_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-pc8bfuOSveI/XBi-KanbIkI/AAAAAAADIig/NXfD8hd4MsEXpaeA1ik0QoAqIpoJWV1fQCHMYCw/s1600-h/snap-00199%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00199" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00199" src="https://lh3.googleusercontent.com/-8dtCCx_Lbj0/XBi-MYBG31I/AAAAAAADIik/meSlOw2MxHcvSZyM6WI_brVSAVqb2i4sACHMYCw/snap-00199_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo hampir mengosongkan semua lemarinya ketika akhirnya Jin Woo memanggilnya. Jin Woo mengembalikan ponselnya dan menasihati agar Hee Joo tidak meminjamkan ponselnya sembarangan lagi. Ia berkata seseorang bisa saja memperalat Hee Joo. Hee Joo berterimakasih atas kepedulian Jin Woo.<p>Melihat Hee Joo tersenyum padanya, Jin Woo menyadari mungkin Hee Joo sudah menaruh hati padanya. Ia berkata Hee Joo sebaiknya tidak terlalu mempercayainya, karena ia tidak sebaik yang terlihat. Ia khawatir Hee Joo akan membencinya suatu hari nanti.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-FAY7UICqTTU/XBi-N9Fu76I/AAAAAAADIis/prQlWf6x-a8obvEHZaJCFVt93RWAzIKcwCHMYCw/s1600-h/snap-00209%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00209" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00209" src="https://lh3.googleusercontent.com/-NDs8FxwY2is/XBi-Pjl1YZI/AAAAAAADIiw/4LCAsLOMJdA6lN4K7GMQ972kEc1uLVDLwCHMYCw/snap-00209_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-tW9p4_xIoZE/XBi-RLm00ZI/AAAAAAADIi0/0cnJvs-6L3wGAjrRUcpLjN3q9uMCw1kHACHMYCw/s1600-h/snap-00211%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00211" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00211" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ajsz83HX3g8/XBi-SNyEJOI/AAAAAAADIi8/DgWSP9yypr4d6viJkwts17EqTKBbmD2VACHMYCw/snap-00211_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo pergi ke kamarnya di lantai 6. Ia menyuruh A (sepertinya penyelidik rahasia Jin Woo) untuk memeriksa siapa Marco. Ia berkata Se Joo menghilang dalam perjalanan dari Barcelona ke Granada. Ia juga tahu Hyeong Seok menghubungi orang lain selain Se Joo. Ia ingin tahu alasan kenapa Se Joo menolak tawaran Hyeong Seok. <p>Di tempat tidur, Jin Woo memikirkan perkataan Direktur Parkyang mulai menyesali ketergesaan mereka membeli game tersebut. Mereka seharunsy menunggu hingga Se Joo muncul. Ia mendapat firasat buruk.<p>Ponselnya berbunyi. Profesor Cha, Ayah Hyeong Seok, yang menelepon. Ia berkata ia sedang dalam perjalanan ke bandara dan bertanya apakah Jin Woo sudah melihat Hyeong Seok. Jin Woo mengiyakan dan mengatakan tidak ada luka luar yang terlihat. Hanya otopsi yang bisa menemukan penyebab kematiannya.<p>Profesor Cha berkata puteranya sungguh bodoh. Sebelum pergi, Hyeong Seok minum 2 botol wine dan tidak tidur selama 2 hari. Kebiasaan minumnya bertambah parah padahal ia akan menjadi seorang ayah. Dan baru-baru ini datang marah-marah menemui ayahnya dalam keadaan mabuk.<p>“Ia membuat masalah bahkan sampai akhir hidupnya.”<p>Ia bertanya sampai kapan Jin Woo akan tinggal di Granada. Jin Woo berkata ia akan tinggal sampai ayah Hyeong Seok tiba. Mereka menghentikan pembicaraan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Oy4yopn7E8Y/XBi-Ti32eoI/AAAAAAADIjA/GUSwuAPOLUYm33coLk7_s_QfxMRZJ3EVACHMYCw/s1600-h/snap-00224%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00224" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00224" src="https://lh3.googleusercontent.com/-6JGy8O7KTlc/XBi-Uw2Ol3I/AAAAAAADIjE/wlF5qYKr4nEQwCIsBSdQn2ML_lvczUkFACHMYCw/snap-00224_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-WzijhMWaQiE/XBi-WNL1xyI/AAAAAAADIjI/tNfzf8qVR0A3qaqwzIFQsX3esfaBDzQgQCHMYCw/s1600-h/snap-00228%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00228" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00228" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Vjk4P3NIEwU/XBi-XJJpMNI/AAAAAAADIjM/M6GUebyW7gYyw44NxYTNv_u4Pz3s_PvTgCHMYCw/snap-00228_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Tiba-tiba di luar turun hujan dan petir menyambar-nyambar. Alunan lagu Memories of the Alhambra memenuhi kamar Jin Woo. Terdengar suara ketukan keras di pintu.<p>Jin Woo membuka pintu dan menyadari kalau yang berdiri di hadapannya adalah Hyeong Seok. Lagi???<p>Jin Woo menelepon Yang Ju dan menyuruhnya memeriksa game tersebut dari layar, tapi Yang Ju sedang mengemudi. “Ia datang lagi, periksa kenapa dia bisa muncul kapanpun dia mau...”<p>Belum selesai bicara, Hyeong Seok mengayunkan pedangnya dan mengenai tangan Jin Woo. Ia terus menyerang Jin Woo tanpa ampun. Yang Ju terus memanggil Jin Woo tapi Jin Woo tak bisa bicara. <p>Tiba-tiba Jin Woo masuk dalam game. Ia melarikan diri keluar kamar dalam keadaan terluka. Terdesak, ia mengeluarkan pedangnya. Mereka kembali bertempur. Jin Woo terdesak ke rail tangga. Hyeong Seok terus menekannya sementara ia menahan dengan pedangnya.<p>Hee Joo masih membereskan barang-barangnya. Tiba-tiba ada yang meneleponnya. Sepertinya mencari Jin Woo karena Hee Joo kemudian naik ke atas menuju kamar Jin Woo.<p>Sesosok tubuh tiba-tiba meluncur jatuh dari lantai atas. Hee Joo shock bukan main. Ia mencoba memanggil Jin Woo tapi tak ada suara. Dengan takut-takut ia melongok ke bawah. Tubuh Jin Woo terbaring tak bergerak di sana.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-gpFokkCyRp0/XBi-YQQz5bI/AAAAAAADIjQ/jZ1EELcmuTEGgtsU9jMiGN08DfezHGnVQCHMYCw/s1600-h/snap-00256%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00256" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00256" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5O8cML7ygdQ/XBi-Zmu8oUI/AAAAAAADIjU/pIJJXtT9RPUZwOO82DCMyEoqMrEyuYM5QCHMYCw/snap-00256_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-z0d_zBD0jq4/XBi-bKrDgKI/AAAAAAADIjc/rgQXm6tURSERSCUuO6j8pQ75HLyav3KYgCHMYCw/s1600-h/snap-00271%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00271" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00271" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DPO0lI7GOcc/XBi-cncMioI/AAAAAAADIjg/0RB5O0G7qDs-lnlMfTYRYTceleJMdYZrQCHMYCw/snap-00271_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hmmm...episode yang paling membingungkan sejauh ini.<p>Apa penyebab Hyeong Seok tewas? Apakah karena pertempurannya dengan Jin Woo? Mungkin seharusnya Jin Woo berhenti setelah poin Hyeong Seok mencapai nol? Tapi tetap saja aneh jika kematiannya di dunia game berimbas juga ke dunia nyata. Darah yang keluar dalam dunia game kan harusnya bukan darah sungguhan. <p>Dan yang lebih aneh lagi adalah kemunculannya jadi karakter musuh dalam game. Muncul terus lagi. Apa ini kelemahan game yang akhirnya ditemukan Jin Woo? Masalahnya apakah orang lain akan percaya? Dan apakah kemunculan Hyeong Seok sebagai musuh akan tertangkap oleh layar monitor? Mudah-mudahan iya...karena kalau tidak, Jin Woo akan dianggap sudah gila. Lebih parah lagi dianggap gila karena merasa bersalah telah membunuh Hyeong Seok.<p>Mungkin Se Joo juga mengalami hal yang sama dengan orang yang bernama Marco itu? Mungkin Marco dan Se Joo membuat game itu bersama, lalu Marco membuat kesepakatan dengan Hyeong Seok tanpa diketahui Se Joo. Keduanya bertempur dalam game lalu Se Joo mengalahkan Marco dan Marco mengejar-ngejar Se Joo hingga ke kereta itu?<p>Terus Se Joo kalah dari Marco dan ikut jadi karakter game? Jika dugaanku benar, berarti Jin Woo sama sekali tidak boleh kalah dari Hyeong Seok. Masalahnya sampai kapan?<p>Terus di mana tubuh Se Joo jika ia memang suhda menjadi karakter game? Setidaknya tubuh Hyeong Seok ditemukan. Lalu apakah pemain lain bisa melihat karakter yang bukan musuhnya? Misalnya jika Se Joo bermain game, apakah ia bisa melihat Hyeong Seok juga?<p>Kenapa juga Se Joo berkata Hyeong Seok orang jahat? Apa yang dilakukan Hyeong Seok hingga Se Joo tidak mau menjual gamenya padanya?<p>Profesor Cha memang aneh ya, kelihatan lebih dekat dengan Jin Woo daripada dengan Hyeong Seok. Pantas saja Hyeong Seok tertekan dan selalu berusaha mengalahkan Jin Woo.<p>Banyak banget pertanyaan, mudah-mudahan episode-episode selanjutnya bisa menjelaskan satu per satu. Karena alur yang terlalu aneh dan sulit dimengerti juga bisa menjadi kelemahan drama itu sendiri. Sama seperti game yang terlalu nyata bisa menjadi kelemahan game itu sendiri. <div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2018/12/review-memories-of-alhambra-episode-4.html[email protected] (Kdramatized)2
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-2332281206973428986Thu, 13 Dec 2018 08:28:00 +00002018-12-13T15:40:15.653+07:00memories of the alhambraReview Memories of The Alhambra Episode 3<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-QYXQ3T4giSs/XBIaAvSOCzI/AAAAAAADIbk/D1oigJX02cgnb9M0gFdbFuPxgitIspi5ACHMYCw/s1600-h/snap-00029%255B3%255D"><img width="309" height="177" title="snap-00029" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00029" src="https://lh3.googleusercontent.com/-JfEhGxpgk4k/XBIaCJTcs2I/AAAAAAADIbo/CoVf2Dms9DQQacZVfbJFMUUVcf5wDo8RQCHMYCw/snap-00029_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo kecil pandai bermain gitar. Ia bahkan meraih juara pertama dalam lomba-lomba. Ayahnya, yang seorang gitaris tak ternama, begitu membanggakan kemampuan puterinya yang bahkan melampaui dirinya. Tak mau menyiakan bakat puterinya, ia membawa keluarganya pindah dari Korea ke Spanyol. Isteri dan ibunya menentang kepindahan itu, tapi mereka akhirnya meninggalkan tanah kelahiran mereka menuju Granada.<p>Mengapa Spanyol? Karena di sanalah tempat terbaik untuk mempelajari gitar klasik. Mereka menjual segala milik mereka di Korea dan membangun kehidupan baru mereka. Ayah Hee Joo mendirikan Hostel Bonita, hostel khusus untuk para turis atau pelajar Korea yang mengunjungi Granada. <p>Tapi hanya dalam waktu setahun mimpi indah ayah Hee Joo mulai buyar. Hostel mereka tidak berjalan baik. Ibu Hee Joo meninggal karena sakit. Hee Joo juga mendapati kalau di negara ini bakatnya sama saja dengan anak-anak lain. Ia merasa dirinya bukanlah seorang jenius gitaris lagi.<p>Ayah Hee Joo terpukul dengan kematian isterinya dan kenyataan pahit yang dihadapinya. Ia terpuruk dan selama bertahun-tahun menjadi alkoholik. Hingga akhirnya ia tewas dalam sebuah kecelakaan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-jUtdntDbZsM/XBIaDQYWIuI/AAAAAAADIbs/pI-1B5vF1NQtuf877y8JcDm4Mo9xPhlwQCHMYCw/s1600-h/snap-00042%255B3%255D"><img width="341" height="195" title="snap-00042" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00042" src="https://lh3.googleusercontent.com/-zrPKH4p95z4/XBIaE654t2I/AAAAAAADIbw/oITz_6NF3rM1TpKLfWVZySxlE6zYTvx3wCHMYCw/snap-00042_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Tinggallah Hee Joo seorang diri menjadi pencari nafkah bagi keluarganya: nenek dan kedua adiknya, Se Joo dan Min Joo. Ia tidak melanjutkan sekolah dan berusaha keras menghidupi keluarganya dengan melakukan berbagai pekerjaan selain mengurus hostelnya. Menjadi pemandu wisata turis Korea hingga asisten pembuat gitar. Tapi hutangnya malah kian menumpuk dan impiannya semakin menjauh.<p>Sering Hee Joo menangis sendiri. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari persoalan keuangan keluarganya. Hanya keajaiban yang bisa membantunya.<p>Dan keajaiban itu muncul suatu malam ketika seorang pria tiba-tiba ingin menginap di hostelnya. Seorang pria berpakaian mahal namun berkeras tinggal di kamar lantai 6 yang sesungguhnya tidak layak pakai. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-asejOivwdOc/XBIaFixBEII/AAAAAAADIb0/s7u4clCPXgMHiyMkft4MXhVd8iTfF7oFwCHMYCw/s1600-h/snap-00053%255B3%255D"><img width="336" height="192" title="snap-00053" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00053" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jF3aynyMguU/XBIaG_5nYGI/AAAAAAADIb4/7mKWYeKEnnEJEZ_u58qzmKbapMNQbx6HwCHMYCw/snap-00053_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Meski sempat sebal dengan pria yang pernah memakinya itu, Hee Joo melunak saat tahu pria itu adalah seorang bos besar. Dan sekarang pria itu duduk di hadapannya, menawarkan untuk membeli hostelnya, Hostel Bonita, dengan harga 10 kali lipat dari harga pasaran. Padahal sudah 2 tahun Hee Joo berusaha menjual hostelnya tapi tidak berhasil.<p>Anehnya lagi, pria itu menyerahkan surat perjanjian jual beli dengan angka pembelian yang masih kosong. Si bos, Yoo Jin Woo, berkata ia akan membeli hostelnya dengan harga 10 miliar won, namun akan berkurang 1 miliar won setiap 10 menit sampai Hee Joo menandatangani kontrak itu. <p>Meski sangat membutuhkan uang, Hee Joo tidak ceroboh langsung menandatangani surat itu. Ia bahkan sempat ragu kalau orang di hadapannya itu benar-benar Yoo Jin Woo. Ia baru percaya setelah Yoo Jin Woo memperlihatkan paspornya. Tapi ia tidak berani memutuskan menjual hostelnya tanpa berbicara dengan keluarganya lebih dulu.<p>Ia permisi ke toilet dan berusaha menghubungi nenek dan kedua adiknya, tapi tidak ada yang menjawab teleponnya. Waktu terus berlalu dan harga pembeliaan hostelnya mulai berkurang. Akhirnya Min Joo menelepon balik dan setengah memarahi kakaknya karena tidak langsung menjual hostel mereka.<p>Tapi sialnya, pintu toilet macet hingga Hee Joo tidak bisa keluar. Plus, ponselnya jatuh ke dalam kloset. Sepuluh menit kembali berlalu....<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-FzeYKJukj0A/XBIaH_J4CdI/AAAAAAADIb8/Tdi5wLm61KE1_w-LsVL6JQb2j_fGrhm9QCHMYCw/s1600-h/snap-00064%255B3%255D"><img width="329" height="188" title="snap-00064" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00064" src="https://lh3.googleusercontent.com/-FXnIEgpTHvo/XBIaI7lG6XI/AAAAAAADIcA/HQTJN_lCAf8oUcENz3qtsGkP4A_XOD5WQCHMYCw/snap-00064_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Sebentar.....kenapa Jin Woo tiba-tiba ingin membeli Hostel Bonita? Apa karena ia kasihan setelah tahu latar belakang keluarga Hee Joo? Apa ia ingin memperlihatkan kebaikannya agar Hee Joo bersedia menjual game Memories of the Alhambra padanya? Apa karena ia ingin berinvestasi lebih banyak setelah mengetahui Granada akan menjadi kota tujuan utama para gamers? Bukankah ia bisa berinvestasi di tempat lain yang lebih layak...dan lagi untuk apa ia membeli dengan harga sepuluh kali lipat dari harga pasar?<p>Ternyata bukan hanya ada udang di balik batu...melainkan lobster... Hak paten game tersebut didaftarkan bukan atas nama Jung se Joo maupun Jung Hee Joo. Melainkan atas nama Hostal Bonita. Jadi dengan memiliki Hostal Bonita, otomatis memiliki hak paten atas game tersebut, termasuk teknologi dan lisensinya. Game Over.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-P2dQPpg8hOo/XBIaKQoocEI/AAAAAAADIcE/E9PhKOLL79ohdjEfOvNWoTjfV4Z5S9DJwCHMYCw/s1600-h/snap-00074%255B3%255D"><img width="338" height="193" title="snap-00074" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00074" src="https://lh3.googleusercontent.com/-yKRReBfMrw4/XBIaLeP00kI/AAAAAAADIcI/tronxmFVuRge9oaRHU1Czn-ZFMtyMtGGQCHMYCw/snap-00074_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Pantas ia begitu terburu-buru ingin membeli Hostel Bonita. Dan 10 miliar adalah harga yang ditawarkan Cha Hyeong Seok pada Se Joo untuk membeli gamenya. Jika ia menawarkan terlalu banyak maka akan mencurigakan, terlalu sedikit maka Hee Joo tidak akan menjual hostelnya. Dan lagi ia akan mengurangi 1 miliar won setiap 10 menit yang terlewat. Hanya saja, ia tidak akan memberitahu Hee Joo mengenai game tersebut. Jika Hee Joo tahu, pasti ia akan memilih menunggu adiknya sebelum menjual hostelnya. Hmmm...tapi Se Joo juga yang menghubungi Jin Woo duluan, Se Joo memang berniat menjual game tersebut pada Jin Woo.<p>Jin woo gelisah Hee Joo tidak juga kembali dari toilet, padahal sudah satu jam lebih terlewati. Belum lagi sekretarisnya bertanya-tanya apakah Hee Joo sedang bernegosiasi degan Hyeong Seok. Tak ingin kehilangan kesempatan itu, Jin Woo mencari Hee Joo ke toilet.<p>Tapi ketika ia masuk, ia malah mendapati Hee Joo mendobrak pintu toilet untuk keluar lalu jatuh pingsan karena lemas. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, Hee Joo bertanya jam berapa sekarang dan meminta keringanan sebanyak 3 menit agar tidak kehilangan 1 miliar won lagi (ia sudah melewatkan 73 menit, jadi tersisa 3 miliar won...dengan keringanan 3 menit ia bisa mendapat 4 miliar won). Jin Woo tersenyum geli.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-2ukbJGyFe-0/XBIaMvm3rrI/AAAAAAADIcM/j7lJehHCFJ0D4_-aj31GviGZYiz8W3RPACHMYCw/s1600-h/snap-00088%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00088" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00088" src="https://lh3.googleusercontent.com/-G1jjVKaetqs/XBIaN_0-iVI/AAAAAAADIcQ/936row0xbMc4tB3Yq7S-JJxLTj5bdZqawCHMYCw/snap-00088_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Lin5qsokQ4k/XBIaPROJ4XI/AAAAAAADIcU/QpBGDO1C2GMgdzpsWrvHTUgbqdbji01jgCHMYCw/s1600-h/snap-00092%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00092" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00092" src="https://lh3.googleusercontent.com/-OCV9A_Ht2J8/XBIaQc47sAI/AAAAAAADIcY/VJ228y0eYkUr2weXEpcnu3CIFs3JT33OACHMYCw/snap-00092_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Ketika sadar, Jin Woo tidak ada. Sekretarisnya menyerahkan surat perjanjian jual beli. Hee Joo melihat angkanya dan terkejut. Sepuluh miliar won. Jin Woo tidak menguranginya sama sekali. Hmmm...baik juga ternyata CEO judes itu ;p<p>Begitu Hee Joo menandatangani surat tersebut, uang sebesar 10 miliar won langsung masuk ke rekeningnya. Diliputi kelegaan dan kebahagiaan, Hee Joo berlari pulang ingin memberitahu keluarganya. Akhirnya ia mendapatkan keajaiban itu.<p>Sementara itu, Jin Woo sudah memasuki level 4 dan senjatanya sudah lebih baik. Game tersebut juga memiliki setting cuaca, di mana pemain merasakan hujan dalam game padahal kenyataannya cuaca cerah. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Sx5c2guba9A/XBIaR7-MDuI/AAAAAAADIcc/LaHaGoTYUxw3eF_1uyopEMc7hcelSyt6QCHMYCw/s1600-h/snap-00105%255B3%255D"><img width="323" height="185" title="snap-00105" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00105" src="https://lh3.googleusercontent.com/-fCti_IyTtA0/XBIaSjxKUbI/AAAAAAADIcg/3b4rUVdoAsItNUozx0w-Nz-SGBC8ymZ_wCHMYCw/snap-00105_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Jin Woo menemukan sebuah cafe bernama Alcazaba Cafe. Dalam kehidupan nyata kafe tersebut memang ada, namun di dalamnya ada beberapa karakter tambahan yang bukan merupakan pemain maupun musuh. Dalam kafe tersebut, pemain bisa bertukar informasi, mencari sekutu, maupun jual beli senjata atau perlengkapan. <p>Karakter tambahan yang dilihat Jin Woo adalah empat orang bajak laut. Sayangnya mereka baru bisa diajak bicara bila pemain sudah di atas level 5. Selain para bajak laut Malaga tersebut, ada seorang yang sangat menarik perhatian Jin Woo. Seorang wanita cantik pemain gitar di kafe tersebut. Namun ia mengenali wanita itu. Hee Joo. Jin Woo terpana melihat kecantikan Hee Joo, alias Emma dalam game tersebut. Ia mencoba menyapanya tapi Emma juga hanya bisa diajak bicara oleh pemain di atas level 5.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-cZrOCvF8IfI/XBIaTghm5HI/AAAAAAADIck/GkQNzgQ_NBgxYX7aE8OClgPRYhGECk_EgCHMYCw/s1600-h/snap-00109%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00109" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00109" src="https://lh3.googleusercontent.com/-PETaIX33NXw/XBIaUxnaqRI/AAAAAAADIco/xvIHmI0gQzcpR7HEISf3AcxzbExathZSQCHMYCw/snap-00109_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-kNDPwSdP5PU/XBIaWOMZe3I/AAAAAAADIcs/WE5VvtxR5s4UU8jm7wr4FfYiWimylTPsACHMYCw/s1600-h/snap-00110%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00110" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00110" src="https://lh3.googleusercontent.com/-PA5N6mE_SYw/XBIaXE4eLLI/AAAAAAADIc0/hwwzAgVEpW0yIBJ1Msehy-B15D0A8BVSwCHMYCw/snap-00110_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hee Joo melihat Jin Woo dari luar kafe tersebut dan masuk untuk menyapanya. Butuh waktu bagi Jin Woo untuk membedakan Emma dan Hee Joo. Hee Joo menemuinya untuk mengucapkan terimakasih karena sudah membeli hostelnya dengan harga yang di luar pikirannya.<p>Jin Woo berkata Hee Joo tak perlu berterimakasih karena ia membayar dengan jumlah sepantasnya. Seorang pengusaha tidak membuang uang untuk bermurah hati. Ia bertanya apakah Hee Joo bermian gitar.<p>Hee Joo kaget mengapa Jin Woo bisa tahu. Ia sudah lama tidak bermain gitar lagi. Jin Woo berkata Hee Joo seharusnya tidak menyerah karena ia seorang gitaris handal. Dengan uang yang dimilikinya, Hee Hoo bisa mulai bermain gitar lagi. Dan menambahkan kalau Hee Joo jauh lebih mempesona saat bermain gitar. <p>Hee Joo masih bingung bagaimana Jin Woo bisa tahu tapi Jin Woo sudah pamit karena ada yang perlu dilakukannya. Hee Joo berkata ia akan menraktir Jin Woo makan malam. Jin Woo akan mengusahakannya jika urusannya selesai lebih cepat. Sambil tersenyum ia berkata ada seseorang yang harus ia kalahkan hari ini. Tampaknya bukan hanya keajaiban yang memasuki kehidupan Hee Joo hari ini...karena ia tersenyum saat melihat Jin Woo pergi.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-lmV7v4ecnvA/XBIaYGr4oJI/AAAAAAADIc4/cQSn8CTm0aEDlPgw2KMC0CNBfR1kfhowgCHMYCw/s1600-h/snap-00113%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00113" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00113" src="https://lh3.googleusercontent.com/-eo8ENpxKtJM/XBIaZVr4dfI/AAAAAAADIc8/gUjLJFqbt2YHqNZDjTXSHUYpXRqnhaAIwCHMYCw/snap-00113_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Hl2-0JUdUUw/XBIaaj_PArI/AAAAAAADIdA/HRNQIQr95CEXFJVSChzaNCCwcpDvrCW3gCHMYCw/s1600-h/snap-00114%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00114" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00114" src="https://lh3.googleusercontent.com/-rLjEmUe92zA/XBIabSxkEhI/AAAAAAADIdE/TqKHssF8xfQXQXLXfGO6gJjT82iyyRycACHMYCw/snap-00114_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Hyeong Seok bertanya pada Soo Jin, istrinya (mantan istri Jin Woo), mengenai pertemuannya dengan Jin Woo. Sudah pasti ini hal paling sensitif di antara mereka berdua. Soo Jin menjawab dengan defensif bahwa mereka tidak sengaja bertemu di stasiun dan Jin Woo tidak mengatakan apapun yang berarti. <p>Tapi Hyeong Seok terus bertanya apa lagi yang dikatakan Jin Woo selain sapaan biasa. Soo Jin merasa dituduh dan marah. Ia berkata tidak ada lagi yang bisa ia bicarakan dengan Jin Woo. Hyeong Seok menenangkannya dan berkata ia sebenarnya menanyakan mengenai bisnis karena kali ini ia kembali berhadapan dengan J-One. <p>Meski begitu malam itu Soo Jin sulit tidur. Hyeong Seok juga. Hyeong Seok mendapat telepon dari anak buahnya yang baru saja menggeledah kamar seseorang. Kamar Se Joo? Namun mereka tidak menemukan apa yang dicari. Dan muncul satu nama baru, Marco. Mungkin Marco adalah perantara Se Joo dan Hyeong Seok...atau mungkin partner Se Joo dalam membuat game tersebut? Atau Se Joo menggunakan nama alias Marco untuk menghubungi Hyeong Seok? Namun itu berarti Hyeong Seok sama sekali tidak tahu soal Se Joo.<p>Jin Woo menghubungi Hyeong Seok malam itu dan mengajaknya duel karena sekarang level mereka sama. Hyeong Seok tidak menolak. Ia pergi namun tidak memberitahu istrinya ia akan menemui siapa.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ZF4XWqdkZa8/XBIacwR7sBI/AAAAAAADIdI/0smRm31tPDIoKH4mig9rtd-z0MSZKkNjgCHMYCw/s1600-h/snap-00124%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00124" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00124" src="https://lh3.googleusercontent.com/-OdRUAQg_JWI/XBIaeDRtcMI/AAAAAAADIdQ/PGmJr95LnnolnLZcvEeMa5iPsoV2Kso-gCHMYCw/snap-00124_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Q6xYxHe-dVc/XBIafCKX4GI/AAAAAAADIdU/RUllNKrYu2gUgvg16_4gQEa2Yv6YwtCpACHMYCw/s1600-h/snap-00127%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00127" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00127" src="https://lh3.googleusercontent.com/-tKB4lQRqm4k/XBIagcrFStI/AAAAAAADIdY/X_9qTLRyZ6YRyw-rKYNKb7Ws1PWNJu6OACHMYCw/snap-00127_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Keduanya berhadapan di sebuah taman. Level mereka sama, senjata mereka berbeda. Nilai pertahanan mereka sama-sama 400,s edangkan nilai serang Hyeong Seok lebih besar 10 poin dari Jin Woo. Jin Woo 380, Hyeong Seok 390.<p>Jin Woo berkata ia akan kembali besok. Hyeong Seok curiga mengapa Jin Woo kembali secepat itu. Jin Woo berkata ia yakin Hyeong Seok sudah tahu saat ia meneleponnya bahwa ia sudah mengalahkannya. Karena itu ia memberi kesempatan pada Hyeong Seok untuk mengalahkannya dalam dunia game. <p>“Bukankah itu gunanya game? Sebuah cara untuk menghindari kenyataan. Dunia di mana pecundang menjadi pemenang,” ejeknya. Dan lagi ia sudah menyarankan agar Hyeong Seok mengurus isterinya yang hami tua ketimbang memikirkan bisnis untuk mengalahkannya. Marah, Hyeong Seok menyerang Jin Woo.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-wkSxiUyqM1w/XBIahSESYeI/AAAAAAADIdc/oYBq5o6voE0ZPqslgc0lrmWjZ820RrkAwCHMYCw/s1600-h/snap-00153%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00153" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00153" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mXt-se2PZIE/XBIaipUiKBI/AAAAAAADIdg/Kmq79SYc77wv-OwZQhVH9rveqVcMDQpmQCHMYCw/snap-00153_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-cBM4VQA2MhU/XBIajkCNkOI/AAAAAAADIdk/9s2j77qyJ6MMZX-bTj3usQvlVzddJqtlQCHMYCw/s1600-h/snap-00154%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00154" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00154" src="https://lh3.googleusercontent.com/-9fR-hU0YPBE/XBIak3zeLGI/AAAAAAADIdo/6xo-PGtTCPwcL6P6DDVzUAYnT5f0QrGbQCHMYCw/snap-00154_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Namun kemampuan mereka seimbang. Hyeong Seok berkata mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu empat mata seperti ini. Padahal ada yang ingin ia katakan pada Jjin Woo. Ia berkata tidak benar kalau ia merebut Soo Jin dan mengkhianatinya.<p>“Ia menderita karenamu. Sangat menyakitkan melihatnya seperti itu. Aku khawatir akan terjadi sesuatu padanya jika ia terus di sisimu. Aku tahu kau membenci kami. Tapi saatnya kini kau melihat kenyataan. Kegagalan pernikahanmu untuk kedua kalinya adalah bukti kau bukan suami yang kompeten. Kau seharusnya belajar dari kegagalanmu. Menyalahkan orang lain hanya membuatmu kembali gagal. Jika kau tidak mengakui bahwa kaulah sumber masalahnya, maka pernikahan ke-3...ke-4...akan terus gagal.”<p>Jin Woo tidak terprovokasi. Ia berkata hanya pengkhianat yang membuat alasan seperti itu. Pengkhianat selalu membuat alasan untuk menyembunyikan dirinya yang pengecut. Hyeong Seok dulu juga beralasan Jin Woo adalah sumber masalah dan ingin J-One memiliki visi lebih, lalu meninggalkannya. Tapi apa yang terjadi dengan perusahaan barunya sekarang, bukankah sama saja dengan J-One? <p>Hyeong Seok terdiam, tampaknya apa yang dikatakan Jin Woo tepat mengenai sasaran. Jin Woo berkata seharusnya Hyeong Seok membuat alasan yang lebih baik. Ia tahu Hyeong Seok sebenarnya marah pada ayahnya sendiri, lalu melampiaskannya padanya. Jika alasannya seperti itu, ia akan lebih mengerti.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-X2WzxFAtG0U/XBIal73VCJI/AAAAAAADIdw/NrqRETauExEdflC_tel5cHg7zNOUMLIdgCHMYCw/s1600-h/snap-00164%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00164" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00164" src="https://lh3.googleusercontent.com/-p77n67wCQxI/XBIamnMog8I/AAAAAAADId0/eq4JKwjWL5oea9iKCiHhH9x47JJL_YUlgCHMYCw/snap-00164_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-NyZfITMX7bw/XBIanzd8iRI/AAAAAAADId4/V_Fjp673TpgGAadglN0J5RLHQWjRZg_9QCHMYCw/s1600-h/snap-00168%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00168" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00168" src="https://lh3.googleusercontent.com/-YKDo6Sjx-hc/XBIapdhEsCI/AAAAAAADId8/29CZgwRnPo0INixYhmJVyFFPHXBeLoBuACHMYCw/snap-00168_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Tak bisa menahan kemarahannya lagi, Hyeong Seok memukul Jin Woo dengan tangannya. Keduanya hampir berkelahi betulan tapi game mengingatkan kalau kontak fisik dilarang dan level serta nilai mereka akan dikurangi. Keduanya turun ke level 3.<p>Mereka kembali bertempur dengan senjata mereka. Jin Woo sempat kehilangan senjatanya karena terlempar, tapi saat Hyeong Seok hendak “membunuh”nya, ia meraih pedangnya dan berbalik menusuk Hyeong Seok. Lalu menebasnya berkali-kali.<p>Hyeong Seok jatuh terduduk di bangku taman. Nilai experiencenya nol. Jin Woo dinyatakan menang dan poin experience Hyeong Seok sebesar 200 poin berpindah padanya. Jin Woo tersenyum menang, lalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Da-aLrB_5pU/XBIaqZYowsI/AAAAAAADIeA/G8OzMFB08q0Bw9PsFsnXi8Uc6P7_aZlxwCHMYCw/s1600-h/snap-00182%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00182" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00182" src="https://lh3.googleusercontent.com/-0usuh11uGTk/XBIargsC03I/AAAAAAADIeE/ny9sCkEQe-MFvUe_JNyFaRZYOXRE8kJbwCHMYCw/snap-00182_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-uDr9UrxKdLo/XBIas-CRtgI/AAAAAAADIeI/FldnsgMCcC4yFlHZGdaaX2Tw2Zij1hMvgCHMYCw/s1600-h/snap-00189%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00189" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00189" src="https://lh3.googleusercontent.com/-xm8TmxqAYnA/XBIatrQf4yI/AAAAAAADIeM/RCbvmSmuYAMrYvFDjbY-C-u_xTLnhsOCgCHMYCw/snap-00189_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Tidak ada yang melihat selama duel tersebut karena anak buah Jin Woo sedang tidur saat itu terjadi. Ketika anak buahnya bangun ia hanya mengatakan dengan bangga kalau ia sudah menghancurkan Hyeong Seok.<p>Jin Woo bergegas ke bandara untuk kembali ke Seoul. Ia akan transit di Barcelona. Sekretarisnya dan Hee Joo sudah menunggu di bandara. Jin Woo meminta maaf karena tidak bisa makan malam bersamanya. Hee Joo berkata tidak apa-apa dan bertanya apakah Jin Woo berhasil mengalahkan orang itu. Jin Woo mengiyakan dan lagi-lagi menyarankan agar Hee Joo tetap bermain gitar. <p>Sebelum pergi ia berbisik agar sekretarisnya meneleponnya jika Se Joo muncul. Jin Woo pun pergi. Hee Joo terlihat agak kecewa ketika mendengar sekretaris Jin Woo, Seo Jeong Hoon, berkata kalau Jin Woo mungkin tidak akan kembali lagi ke Granada jika semua berjalan lancar.<p>Setibanya di hotel di Barcelona, Jin Woo tertidur pulas karena kelelahan memainkan game tersebut selama beberapa hari terakhir. Keesokan paginya ia mendapati belasan missed call dari Jeong Hoon. Ia terkejut saat Jeong Hoon mengabarkan kalau Hyeong Seok sudah tiada dan mayatnya ditemukan orang di bangku taman dalam posisi duduk dan mata terbuka. Itu adalah tempat terakhir ia meninggalkan Hyeong Seok semalam.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-cxXzBzqki9Q/XBIaui5MQiI/AAAAAAADIeQ/R_p3rKzlKAcUjGjxm4d3iKCEJDO6OP87QCHMYCw/s1600-h/snap-00210%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00210" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00210" src="https://lh3.googleusercontent.com/-BzZ4i_qkmvM/XBIavio6hoI/AAAAAAADIeU/1cDFRFWQplYpBPxNXqplYl_73r6Jj2_LgCHMYCw/snap-00210_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-5NVRyLILQAM/XBIawng3UlI/AAAAAAADIeY/02XJ22FrdWkl_V-OENS7XQ-ZsAR5VLM4QCHMYCw/s1600-h/snap-00213%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00213" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00213" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DwU8wqWT8RM/XBIax69tA-I/AAAAAAADIec/MdK0rWWAnQY-2eL60d77lgE1y7QpW4YfgCHMYCw/snap-00213_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Wow.....bener-bener wow....tidak menyangka sama sekali kalau Hyeong Seok akan benar-benar mati. Jelas Jin Woo tidak berpikir untuk membunuh Hyeong Seok betulan karena itu hanya sebuah game. Tapi apakah tebasan berkali-kali Jin Woo yang membuat Hyeong Seok terbunuh? Tetap saja aneh rasanya karena itu hanya dunia game yang tidak nyata. <p>Meski keduanya berseteru tapi aku merasa Jin Woo dan Hyeong Seok sebenarnya masih menyimpan rasa pertemanan itu. Mereka berdua benar-benar saling mengenal satu sama lain namun keduanya sama-sama keras kepala dan tidak mau kalah. Jika Hyeong Seok benar-benar tewas, kasihan Soo Jin yang sedang hamil tua.<p>Lalu apakah game itu yang menyebabkan Hyeong Seok tewas? Jika iya, maka Jin Woo baru saja membeli sebuah senjata mematikan yang sangat berbahaya.<div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2018/12/review-memories-of-alhambra-episode-3.html[email protected] (Kdramatized)1
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-6722235815933076364Sat, 08 Dec 2018 05:45:00 +00002018-12-08T13:25:21.646+07:00memories of the alhambraReview: Memories of The Alhambra Episode 1-2<p align="center"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-hLQeq0nHzGk/XAta7S7voDI/AAAAAAADIZY/5fAv3EB8RMQ5XhBqS6mF2kK1b_9YCBLXwCHMYCw/s1600-h/snap-00559%255B8%255D"><img width="360" height="204" title="snap-00559" style="border-image: none; display: inline;" alt="snap-00559" src="https://lh3.googleusercontent.com/-s9Bs1L9HFNQ/XAta8UsfznI/AAAAAAADIZc/Fc6xMZcPdlgQp83VNgVj-c7jqye6aL-1wCHMYCw/snap-00559_thumb%255B5%255D?imgmax=800"></a></p><p>Ada yang pernah main Pokemon Go? Dulu ketika game itu booming, aku tidak ikut-ikutan karena aku bukan orang yang mobile...lebih banyak mendem di rumah ;p Game itu menjadi sangat populer dan dimainkan oleh banyak orang dari berbagai negara.<p>Pokemon Go adalah game yang menggunakan konsep <b>Augmented Reality (AR)</b>, yaitu menambahkan setting dunia maya 2D atau 3D ke dalam dunia nyata 3D. Berbeda dengan Virtual Reality (VR) yang sepenuhnya menggunakan setting dunia maya namun dibuat seolah-olah nyata. Dalam VR, ketika kita menggunakan alatnya, maka kita seakan berada dalam dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia nyata. Sedangkan dalam AR, kita berada dalam dunia nyata namun ada elemen dunia maya yang ditambahkan di dalamnya.<p>Kenapa aku tiba-tiba membahas game? Karena drama yang akan kubahas ini berkaitan erat dengan dunia game berbasis AR. <p>Memories of The Alhambra. Awalnya drama ini tidak menarik perhatianku meski pemerannya Hyun Bin dan Park Shin Hye karena informasi awal drama ini sangat minim. Hanya mengatakan kalau seorang CEO mengunjungi Granada setelah dikhianati dan tinggal di sebuah hostel yang dikelola seorang wanita. Dan CEO itu kemudian mengalami hal aneh.<p>Aku pikir drama ini akan menjadi drama romantis biasa dengan judul yang aneh. Tapi setelah aku tahu penulisnya adalah penulis drama W dan Nine, yaitu Song Jae Jung writer-nim, aku tahu drama ini bukanlah drama biasa.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-xGBAwBgAWR0/XAtePn6WZPI/AAAAAAADIZs/xuh7RK3yXUYKCAEu0PQu8K66rcb_0bL0wCHMYCw/s1600-h/snap-00520%255B3%255D"><img width="327" height="187" title="snap-00520" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00520" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Q6SdjUq32Ic/XAteQekHZ0I/AAAAAAADIZw/uDTkaw-7EKc6MjdeezabobmaRL4Re931QCHMYCw/snap-00520_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Cerita dalam drama ini diawali dengan menghilangnya seorang pemuda tampan <b><i>(Chan Yeol EXO)</i></b> secara misterius. Pemuda itu melarikan diri dari seseorang (atau sekelompok orang) yang tidak diperlihatkan, dengan menaiki kereta api menuju Granada. Ketika kereta hampir tiba di Granada tiba-tiba terjadi badai. Pemuda itu ketakutan dan ketika ia membuka pintu, seseorang menembaknya. Lalu ia lenyap tanpa jejak.<p>Anehnya, peristiwa badai dan penembakan itu hanya dilihat dan dialami oleh pemuda tersebut. Penumpang lain sama sekali tidak merasakan badai apalagi mendengar suara tembakan. Penumpang yang satu ruangan dengan pemuda tersebut tidur saat peristiwa penembakan terjadi, namun ketika ia bangun ia sama sekali tidak melihat ada hal yang aneh seperti ceceran darah, kecuali lenyapnya si pemuda tanpa membawa tasnya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-IMwb1sg5cu0/XAteR1yWhoI/AAAAAAADIZ0/n1VMFVIjwZ0D13zKvCRymXbwd0hi98fQACHMYCw/s1600-h/snap-00602%255B4%255D"><img width="308" height="176" title="snap-00602" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00602" src="https://lh3.googleusercontent.com/-aAwM3uZJwKg/XAteTAQkTrI/AAAAAAADIZ4/V9huUnC1x4A-PnT82HJpP1koUDCWfLN-gCHMYCw/snap-00602_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p><b>Yoo Jin Woo <i>(Hyun Bin)</i></b> adalah CEO J-One, sebuah perusahaan investasi yang berencana memasarkan lensa kontak pintar untuk keperluan VR tahun depan. Ia tiba-tiba muncul di Hostel Bonita dan berkeras untuk tinggal di sana.<p><b>Jung Hee Joo</b> <b><i>(Park Shin Hye)</i></b>, tidak habis pikir kenapa seorang pria berpenampilan kaya seperti Yoo Jin Woo ingin menginap di hostelnya meski ia sudah menjelaskan kalau kamar single di hostelnya terletak di lantai 6, tanpa lift. Dan karena terlalu melelahkan untuk naik ke atas, kamar itu sudah lama tidak ditempati, juga jarang dibersihkan.<p>Tapi Jin Woo berkeras tinggal di hostel tersebut. Pengalamannya di hostel itu tidak ada yang baik. Ada tikus di kamar, WC mampet, jendela macet tak bisa dibuka, debu tebal di mana-mana dan stopkontak rusak. Lebih mirip sebuah gudang daripada kamar. <p>Kesal sih kesal, tapi Jin Woo tidak berniat pindah dari sana. Karena apa yang dicari Jin Woo sangat penting. Apalagi setelah tahu apa yang bisa ia dapatkan di sana.<p>Tanpa berniat tidur, pada malam kedatangannya ia malah berjalan-jalan ke alun-alun kota dan memerintahkan anak buahnya untuk mengaktifkan sesuatu.<p>Tiba-tiba gedung di dekatnya hancur lalu muncul seorang tentara berkuda dengan berpakaian perang abad pertengahan. Di punggung tentara itu tertancap beberapa panah. Tentara itu roboh dan mati. Patung besar di alun-alun kota itu tiba-tiba hidup dan menyerang Jin Woo. Jin Woo terbunuh karena ia tidak memegang senjata. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-97dYfXLQ3tw/XAteUDe_zUI/AAAAAAADIZ8/vrYjkk-e8nMoYcP4iT2Y2x9I9ssMbF9rwCHMYCw/s1600-h/snap-00538%255B3%255D"><img width="334" height="191" title="snap-00538" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00538" src="https://lh3.googleusercontent.com/-pDtIypmLz98/XAteVbbGjaI/AAAAAAADIaA/E1xnpSRJ-KcIoIYgvZbUWGSGBVNuwYytACHMYCw/snap-00538_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Apakah ia tiba-tiba terlempar ke dunia masa lampau? Atau memasuki dunia sihir seperti dunia Harry Potter? Bukan...ia sedang bermain game. Game AR bernama Memories of The Alhambra. Dengan menggunakan lensa kontak khusus dan alat semacam earphone, ia dapat log in pada game tersebut. Karena menggunakan konsep AR, setting dalam game tersebut menyatu dengan setting dunia nyata di sekitarnya.<p>Bawahannya bisa melihat bagaimana Jin Woo memainkan game tersebut dengan menggunakan komputer yang sudah terhubung. Mereka juga bisa terus berkomunikasi dengan Jin Woo selama game berlangsung.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-2X9I1Ya9--Y/XAteWSLvslI/AAAAAAADIaE/yByxrAuVaMAWF4FazvkubmHgCbp-2STlwCHMYCw/s1600-h/snap-00548%255B3%255D"><img width="308" height="176" title="snap-00548" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00548" src="https://lh3.googleusercontent.com/-eT5ypqdbwRM/XAteXk_PJvI/AAAAAAADIaI/oBAPH5iT-0Azc_xNdCLI1CoBvB-WB5uYwCHMYCw/snap-00548_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Game inilah yang membuat Jin Woo datang ke Granada dan tinggal di Hostel Bonita. Empat jam sebelumnya ia mendapat telepon dari seorang pemuda yang terdengar sangat gugup. Pemuda itu menyebutkan sebuah nama yang langsung menarik perhatian Jin Woo. Cha Hyeong Seok.<p>Pemuda itu berkata ia sudah bertemu dengan Cha Hyeong Seok dan Hyeong Seok menawarkan 10 miliar won padanya. Tapi ia tidak akan menjual “itu” padanya karena Hyeong Seok bukan orang yang baik. Dengan buru-buru ia berkata ia sudah mengirim email pada Jin Woo. Ia berkata ia benci menjual “itu” pada Hyeong Seok tapi ia harus memutuskan besok. Pemuda itu meminta Jin Woo datang ke Granada dan bertemu di Hostel Bonita karena kadang-kadang ia tinggal di sana. Lalu tiba-tiba suara pemuda itu tidak terdengar lagi. Di awal episode pemuda itu memang menelepon seseorang lalu tiba-tiba melarikan diri karena dikejar sesuatu.<p>Jin Woo memeriksa emailnya dan menemukan email tersebut. Ia langsung pergi ke Granada saat itu juga setelah membaca email tersebut. Dan sekarang ia harus menemukan pemuda itu untuk mendapatkan game itu sebelum pemuda itu menjualnya pada Cha Hyeong Seok.<p align="center"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-irW94YufTco/XAteYpHekoI/AAAAAAADIaM/DZ-xvBpfzbsCGMJtpEAL_XQQRokQ1VuLwCHMYCw/s1600-h/snap-00571%255B3%255D"><img width="318" height="182" title="snap-00571" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00571" src="https://lh3.googleusercontent.com/-47A_kJnfQDc/XAteZfWwtYI/AAAAAAADIaQ/ft41F1MrTKcBmHn_slnPjRwsoglogzKaACHMYCw/snap-00571_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a></p><p><b>Cha Hyeong Seok</b> (<b><i>Park Hoon</i></b>) adalah sahabat sekaligus partner Jin Woo dalam membangun J-One. Namun sekarang ia bukanlah keduanya. Hyeong Seok sepertinya mengkhianati Jin Woo lalu mendirikan perusahaan sendiri bernama One World. Tapi pengkhianatan terbesar yang dialami Jin Woo adalah ketika 3 tahun lalu Hyeong Seok merebut istrinya, Su Jin. Sejak itu apapun yang diinginkan Hyeong Seok, Jin Woo akan berusaha merebutnya.<p>Yup, Jin Woo bukan seorang miliuner lajang seperti male lead biasanya, melainkan seorang pria menikah yang akan bercerai untuk kedua kalinya. Istrinya yang kedua adalah seorang aktris bernama Go Yoo Ra.. Saat ini mereka sedang dalam proses perceraian dan kabarnya Yoo Ra menuntut setengah harta Jin Woo.<p>Uang tampaknya tidak menjadi masalah untuk Jin Woo demi mendapatkan game tersebut karena ia bahkan berani mengeluarkan uang lebih banyak demi merebut game itu dari Hyeong Seok. Masalahnya adalah ia tidak bisa menemukan pemuda yang membuat game tersebut.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-AusN2P2Jo20/XAteaUwB4_I/AAAAAAADIaU/9d_kp0vLLsoyV5ySl7hU8TsHHW30SkGFwCHMYCw/s1600-h/snap-00612%255B3%255D"><img width="338" height="193" title="snap-00612" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00612" src="https://lh3.googleusercontent.com/-TJiLumO5uOg/XAtebV367AI/AAAAAAADIaY/84VAMaGq0SEg6cEEAn_M0W0qmWP3EtuRwCHMYCw/snap-00612_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Melalui penyelidikan anak buahnya, ia mengetahui kalau pemuda yang mengiriminya email bernama <b>Jung Se Joo</b>. Lulusan SMA berusia 17 tahun yang baru 2 bulan lagi akan berumur 18 tahun. Artinya pemuda itu masih di bawah umur untuk melakukan transaksi legal. Dibutuhkan persetujuan walinya untuk melakukan transaksi tersebut. Wali Jung Se Joo adalah kakak perempuannya, <b>Jung Hee Joo</b> <b><i>(Park Shin Hye)</i></b>, pengelola Hostel Bonita.<p>Jin Woo berusaha menemui Se Joo dengan pergi ke stasiun kereta. Tapi pemuda itu tidak ada. Keluarga Se Joo juga tampaknya sudah biasa dengan menghilangnya Se Joo selama beberapa hari hingga mereka tidak terlihat khawatir.<p>Satu-satunya yang bisa dilakukan Jin Woo adalah mendekati Hee Joo untuk bisa membeli game tersebut. Tapi itu bukan hal yang mudah karena kesan pertemuan pertama mereka tidak baik. Sangat buruk malah. Jin Woo sempat memaki-maki Hee Joo karena kondisi kamar hostelnya yang buruk sampai Hee Joo menangis. Hee Joo sakit hati mendengar kata-kata Jin Woo hingga memintanya untuk check out dari hostelnya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-OVT6zDcVEco/XAtecdgC4NI/AAAAAAADIac/T9e7RPuC3RUzRojV8tlqpnF2zNb8qaQhQCHMYCw/s1600-h/snap-00597%255B3%255D"><img width="316" height="181" title="snap-00597" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00597" src="https://lh3.googleusercontent.com/-4Q2R59ZhHLo/XAtedaPxkNI/AAAAAAADIag/81LMI1LZO1EZbaSUXzUogRfOM-H33VyxgCHMYCw/snap-00597_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Tapi Hee Joo sedikit melunak setelah tahu siapa Jin Woo sebenarnya. Jin Woo menyarankan agar Hee Joo segera merenovasi hostelnya. Terutama menambahkan lift. Lebih bagus lagi membeli hotel baru. Karena setahun dari sekarang Granada akan berubah total. Tempat ini akan dipenuhi wisatawan kaya dan menjadi ladang uang bagi penduduk kota ini.<p>Hee Joo bingung bagaimana ia bisa melakukan semua itu sedangkan ia tidak punya uang. Ia bahkan harus melakukan beberapa pekerjaan untuk membiayai keluarganya. Jin Woo tersenyum dan berkata seseorang akan memberikan uang pada Hee Joo.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-iuTcQbzsyn8/XAtee9ipKWI/AAAAAAADIak/KT_tumxjEeY1HKsPD-TpVWyV6ATshMD-ACHMYCw/s1600-h/snap-00651%255B3%255D"><img width="318" height="182" title="snap-00651" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00651" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ERFmB1e8yuY/XAtef1hE99I/AAAAAAADIas/WK9V_60pViEkHvu7zlL8oh6ZU9GuFsj5ACHMYCw/snap-00651_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Perkiraan Jin Woo mengenai masa depan hanya terwujud sebagian, karena apa yang terjadi satu tahun kemudian sangatlah mengejutkan. Jin Woo menaiki kereta ke Granada dengan pakaian yang tidak lagi necis melainkan seadanya. Ia terlihat gelisah namun waspada. <p>Tiba-tiba terjadi badai dan sekelompok orang berpakaian hitam-hitam masuk ke gerbong lalu menembakinya. Jin Woo berhasil menjatuhkan mereka. Ia beberapa kali tertembak tapi ia masih bisa membalas. Sayangnya musuh terlalu banyak....<p>Adegan terakhir di kereta tersebut pastilah dunia game karena beberapa penumpang kereta diperlihatkan tetap tidur nyenyak selama baku tembak berlangsung, meski terdengar beberapa suara jeritan sebagai latar game. Tapi tembakan terakhir itu....apakah benar-benar hanya di dunia game?<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-SwQGfFh1jkw/XAtehHGwF0I/AAAAAAADIaw/weLcEy949YUaWWhTcyi7YRURZLzi-aG2gCHMYCw/s1600-h/snap-00659%255B3%255D"><img width="320" height="183" title="snap-00659" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00659" src="https://lh3.googleusercontent.com/-E9Dsw0DnQZc/XAteiU3N6jI/AAAAAAADIa0/qBJBs6CxaRwdjaER1GnxEob737zAWOBugCHMYCw/snap-00659_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Dua episode pertama menjadi dasar cerita selanjutnya dan aku sangat tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi selama satu tahun itu hingga Jin Woo mengalami nasib yang mungkin sama dengan Se Joo.<p>Sedikit mengenai game tersebut. Seperti battle game pada umumnya, pemain memulai dari level 1 dan memiliki nilai penyerangan dan pertahanan yang bisa ditingkatkan tergantung dari bagaimana si pemain mengalahkan musuh. Untuk bisa naik ke level selanjutnya, pemain harus mengalahkan musuh. Senjata tiap level pun berbeda. Di level pertama, Jin Woo mendapatkan sebuah pedang berkarat. Setelah berhasil, pemain mendapatkan sebuah kunci untuk mendapatkan senjata berikutnya.<p>Untuk mencapai level 2, Jin Woo menghabiskan waktu semalaman. Apalagi senjatanya “tersembunyi” di toilet sebuah resto kecil. Setiap 3 kali terbunuh musuh, Jin Woo otomotis keluar dari game. Ia harus log ini kembali dan mengambil senjatanya lagi. Dan artinya ia harus bolak balik masuk ke toilet resto tersebut untuk mengambil senjatanya. <p>Untung ia seorang yang kaya hingga ia bisa membayar resto itu agar semalaman tidak tutup, dan ia bisa terus bolak-balik ke toilet. Orang-orang melihatnya dengan aneh karena saat ia bertempur dalam game, ia seperti orang “gila” yang bertempur dengan invisible man. Ia bisa tiba-tiba melompat, tiba-tiba terjatuh, tiba-tiba bersembunyi, dan tiba-tiba berlari.<p>Oya, Jin Woo sempat berhadapan dengan Hyeong Seok saat mereka memainkan game ini. Hyeong Seok sudah berada di level 4 dan senjatanya sudah lebih bagus. Game membeli pilihan apakah mereka akan menjadi lawan atau sekutu. Jika menjadi lawan mereka bisa bertempur satu sama lain.<p>Harga diri Jin Woo ingin bertempur mengalahkan Hyeong Seok, tapi bawahannya mengingatkan kalau ia baru level 2 dan belum menemukan senjata level 2. Lebih parah rasa malunya kalau kalah dari Hyeong Seok. Jin Woo setuju dan berkata mereka akan bertempur lain kali. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-pYMXU8Fw2nA/XAtejrBp65I/AAAAAAADIa4/_n_8eEB5G1Eapg7J2nTBSsZ9geW4-lf_QCHMYCw/s1600-h/snap-00635%255B3%255D"><img width="304" height="174" title="snap-00635" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00635" src="https://lh3.googleusercontent.com/-oA0mP4JZR78/XAtek80CzoI/AAAAAAADIa8/cYUHUQ_o6HIndk9-eceAxJehkLwjxcljACHMYCw/snap-00635_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Hal yang membuat Jin Woo semakin terpukau dengan game ini adalah karena ia tidak bisa menemukan keburukan game ini. Meski menggunakan sistem AR, game ini sangat menyatu dengan lingkungan sekitar. Tokoh musuh imajiner game itu bahkan bisa melompat dan berdiri di atas mobil yang terparkir di sana. Apakah mungkin “kesempurnaan” game ini justru menjadi keburukannya?<p>Mungkinkah pada level tertinggi game ini akhirnya tidak bisa dibedakan lagi dengan dunia nyata? Apakah itu yang terjadi pada Se Joo di awal episode 1 dan Jin Woo di akhir episode 2? Mereka tiba-tiba log in ke dunia game tanpa mereka ingini dan harus bertempur melawan musuh. Lalu kenapa Se Joo tiba-tiba hilang setelah tertembak dalam game tersebut? Bukankah jika ia kalah ia hanya harus log in kembali atau mencari senjata lagi? Apakah ia tertinggal dalam dunia game?<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-3WgVaKlSZSM/XAtelhO2iAI/AAAAAAADIbA/TXnoL75WPw0a2pj533n-AXeARmDyhxhtACHMYCw/s1600-h/snap-00503%255B3%255D"><img width="316" height="181" title="snap-00503" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00503" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mLXZFvJWOis/XAtem0qE9VI/AAAAAAADIbE/Rfa0KhvoS7QfLiX7ORuhHvNNaIFyW8G6gCHMYCw/snap-00503_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Hal lain yang membuatku penasaran dengan game ini adalah apakah setting semua pemain sama. Apakah di level 1 mereka harus menemukan senjata di tempat yang sama seperti Jin Woo dan apakah mereka juga harus melawan musuh yang sama? Bayangkan betapa membingungkannya jika itu yang terjadi. Berbeda dengan Pokemon Go di mana pemain hanya menekan tombol, dalam game ini pemain benar-benar bergerak dan seakan-akan bertempur. Jika sepuluh orang saja memainkannya, berarti ada 10 orang bolak-balik toilet resto itu dan bertempur bagai orang “gila” di alun-alun kota.<p>Sejauh ini drama ini sangat kurekomendasikan, hanya saja aku berharap pengembangan ceritanya nanti tidak terlalu berlebihan hingga masih bisa dimengerti oleh penonton. Selain mengenai game, aku juga ingin tahu lebih banyak apa yang terjadi antara Jin Woo, Hyeong Seok, dan Soo Ji (mantan istri Jin Woo yang sekarang menjadi isteri Hyeong Seok dan sedang hamil tua). Bagaimana Se Joo mengembangkan game tersebut, apakah sendirian atau bersama orang lain? Ah...begitu banyak pertanyaan yang membuatku tak sabar menanti episode berikutnya XD<div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2018/12/review-memories-of-alhambra-episode-1-2.html[email protected] (Kdramatized)7
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-453206490146972100Tue, 09 Oct 2018 06:32:00 +00002018-10-09T21:38:08.464+07:00teriusSinopsis Terius Episode 1-2<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-omaxeN8PTtI/W7y47FrxQOI/AAAAAAADID4/ojRjn5RGzecfYQ0R5WJNDtnzTa3I3QaTACHMYCw/s1600-h/snap-00222%255B3%255D"><img width="327" height="187" title="snap-00222" style="margin-right: auto; margin-left: auto; float: none; display: block; background-image: none;" alt="snap-00222" src="https://lh3.googleusercontent.com/-zn1TDdK-lFE/W7y48e7N4bI/AAAAAAADID8/pMlDXNAex4ELhX48inqbYlZFVzo4YTPTACHMYCw/snap-00222_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Seorang pria terbangun dari mimpi buruknya bersamaan dengan bunyi alarm wekernya. Ia bermimpi mengenai seorang wanita yang sepertinya terbunuh dalam suatu peristiwa dan ketika ia hendak membunuh seseorang (sepertinya pembunuh wanita itu), ia ditembak. Wanita itu jelas memiliki hubungan khusus dengannya karena ia berjanji akan melindungi wanita itu, meski akhirnya ia gagal.<p>Dan hubungan khusus itu pula yang menyebabkan ia masih bermimpi mengenai peristiwa itu hingga saat ini. Apalagi di punggungnya masih tersisa bekas luka tembakan itu.<p>Ia berpakaian, mengambil susu di kulkas dan meminumnya. Membuang bekas botol dan tutupnya dit empat yang terpisah. Mengamati keadaan sekitar dengan teropongnya. Keluar rumah dan tidak lupa memasang perekat di pintu (untuk mengetahui apakah seseorang menyusup rumahnya atau tidak), lalu pergi lari pagi. Seseorang yang menghabiskan paginya dengan penuh keteraturan dan peraturan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-E8HFT5Dn4HM/W7y499BPctI/AAAAAAADIEA/C8nJ1r6e2CgdrghkS0y3kYzc9cbtrzkAACHMYCw/s1600-h/snap-00002%255B5%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00002" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00002" src="https://lh3.googleusercontent.com/-etvWGaGCAtY/W7y4-58A2II/AAAAAAADIEE/ZYM2sVf0mdE2jbwq20bY7A21DU1lyQq5QCHMYCw/snap-00002_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-E150Y30tCMo/W7y4_5_oEiI/AAAAAAADIEI/q1TRX5QCsNUzgBYQX01MUTKuHb-cocbEwCHMYCw/s1600-h/snap-00480%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00480" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00480" src="https://lh3.googleusercontent.com/-yZH2CxyKCE0/W7y5BEnqGLI/AAAAAAADIEM/TGUryDmbV4chRvO9-v-LvyOEt4TAcz7XwCHMYCw/snap-00480_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Berbanding terbalik dengan rumah lainnya di mana tak ada keteraturan sama sekali. Mainan berserakan di mana-mana. Seorang ibu muda sibuk menyiapkan sarapan sementara kedua anaknya mulai berteriak dan berkelahi. Ibu muda itu berhenti memasak lalu meneriaki kedua anaknya agak berhenti berkelahi.<p>Keduanya mulai saling mengadu kalau itu bukan salah mereka. Ibu muda itu dengan sabar mendengarkan mereka hingga keduanya berhenti berkelahi. Lalu ia menyuruh mereka bersiap-siap dan menggosok gigi.<p>Tapi keduanya berkata mereka sudah menggosok gigi semalam jadi mereka tak perlu gosok gigi lagi. Kalau urusan melanggar aturan mereka mendadak kompak. <p>“Kalau begitu karena kita sudah makan semalam, jadi hari ini tak perlu makan lagi,” kata Ibu. Kedua anaknya terkejut tak menyangka akibatnya seperti itu. Apalagi kemudian ibu mereka berkata mereka tidak perlu makan snack dan jelly lagi hari ini karena kemarin mereka sudah memakannya. Keduanya langsung berebut sikat gigi. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-eJa37Cv0wCo/W7y5CdnEXRI/AAAAAAADIEQ/nxBBVksj9X4SdRB9sraY5soqEk1uOnEwQCHMYCw/s1600-h/snap-00008%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00008" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00008" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ZlvZiYgcmYE/W7y5DUWlGRI/AAAAAAADIEU/yGnzc1H7qMgalxJmk8tGGdSxBtZOXnF_gCHMYCw/snap-00008_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-onp1-1zfJl0/W7y5ErckI_I/AAAAAAADIEY/O7XVMy54g_QSYER5bTeul2kPnKwf9mwZwCHMYCw/s1600-h/snap-00012%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00012" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00012" src="https://lh3.googleusercontent.com/-PF1rJrDPphs/W7y5GFWAE5I/AAAAAAADIEc/9cfcYrkquoMuz_wo0gC80aVY1cfrLLQ7ACHMYCw/snap-00012_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Meski begitu mereka masih sempat-sempatnya mendorong ibu mereka yang sedang mengambil susu di pintu. Ibu mereka melompat keluar dan tak sengaja menubruk pria tetangga mereka yang tak lain tak bukan adalah si pria teratur. Apartemen mereka berseberangan.<p>Ibu itu kaget saat melihat hidung tetangganya mulai mengeluarkan darah. Ia panik meminta maaf dan berusaha mengelap darah di hidung pria itu dengan celemeknya. Pria itu menepisnya dan berkata ia tidak apa-apa. Merasa tak enak hati, si ibu memaksa pria itu mengambil yoghurtnya sebagai permintaan maafnya. Lalu ia menoleh dan meneriaki kedua anaknya yang sudah menjadi penyebab semua itu. Ia mengejar mereka masuk dalam apartemen. Benar-benar pagi yang penuh kekacauan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-uHBIigIXNSk/W7y5HGI-HAI/AAAAAAADIEg/U-E6EEC38gIQrp5qD9_7D9AfuWXWcfp8gCHMYCw/s1600-h/snap-00018%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00018" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00018" src="https://lh3.googleusercontent.com/-JLp_-yjOVMI/W7y5IBFAwzI/AAAAAAADIEk/1f_1bQnyLxURiKoMzhXY3QhMzSOVh1iqQCHMYCw/snap-00018_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-k5yP5nZupG0/W7y5JBVp7AI/AAAAAAADIEo/aLWAOL6WgcIuZFz64OAKgdCg7beCVjRGgCHMYCw/s1600-h/snap-00023%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00023" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00023" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Uj147f_59YQ/W7y5KW0pUJI/AAAAAAADIEs/JU-uYX9UZ6cCbfjA69SgD_nrJ0yDJqK0gCHMYCw/snap-00023_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Go Ae Rin, si ibu muda itu, setengah menyeret kedua anak kembarnya, Joon Hee dan Joon Soo, untuk menaiki bis sekolah yang sejak tadi menunggu mereka. Anak-anak lain sudah masuk dalam bis. Sementara para orangtua di sana sepertinya sudah biasa melihat kekacauan keluarga Ae Rin. Dan mereka juga sudah tahu kalau Joon Soo dan Joon Hee bukanlah anak “biasa”.<p>Keadaan kembali damai begitu anak-anak berangkat sekolah. Dan menjadi waktu yang tepat bagi para ibu (atau ayah) untuk mengobrol bersama tetangga atau sesama orangtua lainnya. Entah itu mengenai diskon di toko roti terdekat, atau informasi-informasi lainnya.<p>Dalam perjalanan pulang ke apartemen, Ae Rin bertanya pada temannya, Shim Eun Ha, mengenai informasi yang ia cari. Eun Ha berkata ia sudah menggunakan semua kemampuannya tapi ia tidak bisa menemukan informasi mengenai perusahaan J International. Ae Rin melamar pekerjaan di sekretaris di perusahaan tersebut. Eun Ha menyarankan agar Ae Rin memakai setelan formal untuk wawancara kerjanya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-h7ysmkFxuTo/W7y5LsoA-TI/AAAAAAADIE0/G4mGfUlIG_czwDqZvbO6S0_EcTTAnZa6wCHMYCw/s1600-h/snap-00033%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00033" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00033" src="https://lh3.googleusercontent.com/-w-xhFUj93b0/W7y5Mqr6sOI/AAAAAAADIE4/Pvqz0uEa1twehU5dM9bSsP-EtiGiNxQUgCHMYCw/snap-00033_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-csIPEqLFLbY/W7y5NwQMWyI/AAAAAAADIFA/ZMgC1aS2tIoNoveyrmMHTVNkzM9VjsFogCHMYCw/s1600-h/snap-00034%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00034" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00034" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ipFPDVXMOVE/W7y5OwXbl_I/AAAAAAADIFE/iX1DfNjtq8InGIKieNGLPQszPkjHmOhiQCHMYCw/snap-00034_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Mengikuti saran temannya, Ae Rin berusaha mengenakan setelah kerjanya yang sudah lama tak ia kenakan. Dengan susah payah ia berhasil. Sebelum pergi tak lupa ia melihar horoskop untuk peruntungan hari ini. Aries...sebuah kartu A Magician muncul dengan ramalan kalau semua akan berjalan sesuai rencana. “Kau siap untuk memulai. Energinya sangat kuat, jadi mulailah melaksanakan rencana baru sesegera mungkin.” Ae Rin semakin bersemangat setelah membaca ramalan tersebut.<p>Bagi beberapa orang, horoskop bisa menghibur, tapi bagi orang lain horoskop itu menjadi infomasi yang sangat penting. Tetangga Ae Rin, Kim Bon (James Bond-nya Korea? XD) membaca horoskop yang sama. Aries dan kartu A Magician. Tapi bukan ramalannya yang penting baginya, melainkan angka-angka di sudut kartu A Magician tersebut.<p>Kim Bon memasukkan angka-angka tersebut sebagai koordinat Aries dan GPS menunjuk lokasi Star Tower. Ia bergegas keluar apartemen.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-42htLsWmhtI/W7y5QN2GgII/AAAAAAADIFI/OTmHdzcuqqAQdkTXdLJv_A21MspUDw4KACHMYCw/s1600-h/snap-00039%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00039" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00039" src="https://lh3.googleusercontent.com/-66KRqaQjEdM/W7y5Rn7Qq1I/AAAAAAADIFQ/FT0ln46_WyIFo9AXprz6KcHmxSoYPZHGACHMYCw/snap-00039_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-GY1KEjR9k9U/W7y5TKg_M3I/AAAAAAADIFU/YmyGobn917omwaw82EFsTh48YsIqGwqEwCHMYCw/s1600-h/snap-00042%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00042" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00042" src="https://lh3.googleusercontent.com/-xaSroNwf_eM/W7y5UB7nuYI/AAAAAAADIFY/VGN-Fv-OCIgcOfEnMB719sn5MCoDCrVCwCHMYCw/snap-00042_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Di lift, ia berpapasan dengan Ae Rin. Ae Rin menanyakan hidungnya dan menjelaskan ia tidak biasanya seceroboh tadi. Dengan dingin Kim Bon berkata Ae Rin tidak perlu menjelaskannya.<p>Ae Rin berkata Kim Bon jarang keluar rumah di siang hari dan bertanya apa ia akan pergi hari ini. Kim Bon terkejut dan bertanya dalam hatinya siapa wanita ini hingga tahu kebiasaannya. Lalu Ae Rin menyarankan agar Kim Bon pergi ke Bonjour Bakery yang membagikan roti tawar gratis pada 200 pengunjung pertama dalam rangka hari ulang tahun pertama mereka.<p>“Kau hanya beli roti tawar, kan?” katanya.<p>Lagi-lagi Kim Bon terkejut dan bertanya-tanya bagaimana wanita ini tahu ia hanya beli roti tawar. Ae Rin mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan berkata itu hadiah untuk Kim Bon.<p>Kim Bon berusaha menolak tapi Ae Rin menjejalkan hadiahnya ke tangannya lalu pergi. Kim Bon melihat permen di tangannya. Bungkus permen itu bertuliskan: “Aku mengawasimu.”<p>Ia menoleh melihat Ae Rin yang berjalan menjauh. Kedua orang yang hidup dalam tempat yang sama...namun dalam dunia yang sangat berbeda.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-OkzZl_gSPgE/W7y5VeZO_sI/AAAAAAADIFc/-DER_r5NtB0BaYXULslHtNj9a7sWqcS_QCHMYCw/s1600-h/snap-00047%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00047" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00047" src="https://lh3.googleusercontent.com/-LhmKZ8bKYlk/W7y5WZ5t2zI/AAAAAAADIFg/TYNbcyBabN0wEUO_-_wLEqUV_CmLcdnYgCHMYCw/snap-00047_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-A3DCUz0ank4/W7y5XandSJI/AAAAAAADIFk/IqA5bIH4SrIhytxDZ7vX1KJj_rJzSVusQCHMYCw/s1600-h/snap-00048%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00048" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00048" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Qx1Eq1W6XgI/W7y5Y-82hZI/AAAAAAADIFo/BOZhgUrnOyUtIHEhojN_rvLBlLQBPUG-ACHMYCw/snap-00048_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Kepala keamanan nasional, Moon Sung Soo, mengawasi sekelilingnya sambil berjalan menuju deretan loker stasiun subway. Ia membuka sebuah loker lalu menukar tasnya dengan tas dari dalam loker. Seorang pria mengamatinya lalu melaporkannya pada atasannya.<p>Jin Yong Tae tersenyum mendengar Moon Sung Soo sudah mengambil tas tersebut. Ia tersenyum sinis dan berkata Moon bersikap sok lurus padahal munafik. Ia menyuruh sekretarisnya mengirim masuk pegawai yang hendak ia wawancarai.<p>Sekretarisnya menyuruh Ae Rin masuk. Sebelum masuk Ae Rin bertanya apa alasan sekretaris itu berhenti. Sekretaris itu berkata ia mengirim undangan pernikahan pada bosnya tapi ia malah disuruh menulis surat pengunduran diri. Ae Rin bingung. Sekretaris itu hanya tersenyum tipis dan berkata semoga Ae Rin berhasil.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-lnawLDlh2hc/W7y5aJC_TJI/AAAAAAADIFs/adcIJtk6yQMxy-hHA6qXH2sntDb26486gCHMYCw/s1600-h/snap-00056%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00056" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00056" src="https://lh3.googleusercontent.com/-SJDdVRJ7P34/W7y5a4vj4OI/AAAAAAADIFw/t9hXFQzYMRI5nzMLhnOAMa4A4-XX2qRpQCHMYCw/snap-00056_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-1f28GDKDq5I/W7y5cJZKb2I/AAAAAAADIF0/uSgdUu545CIHlZMGYE1bmebUTWnAY34rgCHMYCw/s1600-h/snap-00061%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00061" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00061" src="https://lh3.googleusercontent.com/-vnSRVIfqwMM/W7y5dc386rI/AAAAAAADIF4/NMEmaMHj2zI-UBygmCX3mlt5RTTNLvBLQCHMYCw/snap-00061_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Benar saja, begitu membaca biodata Ae Rin yang menyatakan kalau ia sudah menikan plus beranak dua, Yong Tae kesal dan bertanya apa Ae Rin tidak membaca persyaratannya. Ia berkata ia mencari orang yang belum menikah. Ae Rin membela diri dengan mengatakan kalau ia membaca perusahaan ini mencari orang yang menikah dan lebih bagus lagi punya anak. Karena itu ia terkesan dan mengirimkan lamaran.<p>Di luar, diam-diam sekretaris Yong Tae tersenyum. Ternyata ia yang mengubah persyaratannya untuk membalas dendam atas pemecatannya. Tapi Yong Tae tidak mau tahu dan berkata Ae Rin boleh keluar. Ia tidak akan menerimanya.<p>Ae Rin tidak terima. Yong Tae cuma mengajukan 2 pertanyaan menikah dan punya anak lalu langsung menolaknya, seharusnya ia ditanyai mengenai pengalaman kerjanya dan kemampuannya.<p>Yong Tae berkata 2 hal itu yang paling penting baginya dan lagi ia mengingatkan kalau ia yang mencari pegawai jadi ia mencari orang yang sesuai dengan keinginannya.<p>“Kenapa kau protes? Kalau kau sudah menikah, sana lakukan pekerjaan rumah tangga. Untuk apa kau keluar dan menyusahkan semua orang?” ujarnya ketus.<p>Ae Rin kesal dan berkata ia butuh uang untuk membayar cicilan rumahnya dan membesarkan dua anak. Ia minta maaf karena sudah menyia-nyiakan waktu Yong Tae, tapi ia juga menyia-nyiakan waktunya untuk datang ke tempat ini. Ia berkata Yong Tae yang salah dalam memposting lamaran itu jadi ia menuntut permintaan maaf.<p>Yong Tae menghela nafas panjang dan menyuruh Ae Rin duduk kembali. Ia bertanya pekerjaan terakhir apa yang dilakukan Ae Rin dalam 6 bulan terakhir di luar mengurus rumah tangga dan anak. Ae Rin tak bisa menjawab. Yong Tae langsung menyuruhnya keluar.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-nFPoLb6ufVo/W7y5ej-JpwI/AAAAAAADIGA/qkX-2dMhmWsxd5Hlti9m41BwVM7uNmpvQCHMYCw/s1600-h/snap-00074%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00074" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00074" src="https://lh3.googleusercontent.com/-dvZ_dEZA_Nc/W7y5gFiJjOI/AAAAAAADIGE/Xqfykwv-pms14-UgpevOQZYUTyl5xDjqACHMYCw/snap-00074_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-zYXnnPdzC0Y/W7y5hE5KX2I/AAAAAAADIGI/4cY1f-3rJccgdRN1GblzMMo5R_aqZ9BFgCHMYCw/s1600-h/snap-00076%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00076" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00076" src="https://lh3.googleusercontent.com/-FGRacWHzcyc/W7y5iJBqMXI/AAAAAAADIGM/c7werK3KCNEYS8OA8iY_Uv1bCkifSdcKACHMYCw/snap-00076_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Ae Rin bertanya setengah mengancam sebenarnya perusahaan ini bekerja di bidang apa karena tidak ada informasi apapun secara online. Dengan tenang Yong Tae berkata mereka importir tas. Apa Ae Rin sudah puas? Ae Rin tak bisa berkata apa-apa lagi dan keluar dengan kesal. Ia sempat bertubrukan dengan Moon Sung Soo yang bergegas masuk ke dalam kantor Yong Tae.<p>Yong Tae bertanya apa uang yang ia berikan tidak cukup. Moon berkata ia tidak membutuhkan apapun karena itu ia datang untuk mengembalikan tas tersebut. <p>“Setelah sekarang aku tahu bagaimana caramu membuat kesepakatan, kau sebaiknya mempersiapkan diri untuk yang terburuk.”<p>Yong Tae membuka tas yang dibawa Moon dan berkata isinya 1 juta dolar (sekitar 15 Milyar rupiah) dan meminta Moon mempertimbangkannya lagi. Moon hanya perlu menandatangani sebuah dokumen. Tapi Moon menolak dan berkata Korut dan Korsel sekarang dalam keadaan damai.<p>Yong Tae berkata sekarang justru saatnya Moon menggunakan taktik untuk menempatkan senjata-senjata. Tapi Moon berkata ia tidak akan menghambur-hamburkan uang negara untuk membeli pesawat tempur usang dengan harga tak masuk akal.<p>Yong Tae menyadari ia tidak bisa meyakinkan Moon. Moon berkata Yong Tae dan perusahaannya akan segera membayar perbuatan mereka. Sebelum Moon keluar dari kantornya, Yong Tae berkata ia harap Moon selalu sehat. Hm...sebuah ancaman?<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-9JSoqFGbQfk/W7y5jGBNv-I/AAAAAAADIGU/PqyEUDRPWNwp29v5OEnzBs1rcRELVtBigCHMYCw/s1600-h/snap-00081%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00081" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00081" src="https://lh3.googleusercontent.com/-HeNBSgtdJFI/W7y5kSyVO0I/AAAAAAADIGY/_qHLWIzxapw-6Rh-peBaAnD-yVD_pKI7gCHMYCw/snap-00081_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ZHMerrZOKMc/W7y5lWuPcMI/AAAAAAADIGc/PSsfgedbxWAcYiL2aHJwvUPseI8D9ap4gCHMYCw/s1600-h/snap-00083%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00083" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00083" src="https://lh3.googleusercontent.com/-S8o-UWJFI_g/W7y5mWNnqcI/AAAAAAADIGg/jd6XvSTbELw2bpKT2FLnVGeF9TiXvbVKQCHMYCw/snap-00083_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Seorang pria tiba di depan Star Tower setelah menerima perintah untuk menjalankan rencana B. Dari atap seberang bangunan Star Tower, Kim Bon mengawasi situasi dan mengenali pria tadi. Ia bergegas turun dan menyeberang ke Star Tower. Tapi ia tidak menemukan pria itu.<p>“Datang saja. Jika kau datang ke Seoul, aku akan membelikan mojito di Namsan Tower.”<p>Mendengar kata-kata itu Kim Bon berhenti. Ia teringat kata-kata yang sama persis diucapkan padanya oleh seorang wanita. Wanita yang terbunuh dalam mimpinya.<p>Ia pelan-pelan menghampiri Ae Rin yang sedang menelepon ibunya. Ae Rin yang mengucapkan kata-kata tadi. Setelah menelepon, ia berbalik dan terlonjak kaget melihat Kim Bon berdiri di hadapannya.<p>Kali ini ia yang curiga dan mengira Kim Bon membuntutinya. Tersadar dari lamunannya, Kim Bon menyangkal kalau ia membuntuti Ae Rin.<p>Pria yang dicari Kim Bon bertemu dengan Yong Tae. Yong Tae menyerahkan sebuah kotak padanya. Isinya adalah sebuah senjata berupa alat suntik lengkap dengan sejenis obat.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-pWcptjU7hj4/W7y5nufielI/AAAAAAADIGo/RQYQWQyLlY0UTtJcSu4WWy4YscdnH8R4ACHMYCw/s1600-h/snap-00093%255B5%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00093" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00093" src="https://lh3.googleusercontent.com/-uNV3W25PbVE/W7y5oVpCvoI/AAAAAAADIGs/BXjBlrI8EyIFlbqYWTlmBU96uqnmFLFNQCHMYCw/snap-00093_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Ktl8OMDijak/W7y5pg5a_PI/AAAAAAADIGw/I8bWKSeIBmUcLAhDfl3IHfrWO09r8AXFwCHMYCw/s1600-h/snap-00098%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00098" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00098" src="https://lh3.googleusercontent.com/-5bTvTxLQe_U/W7y5q4uZlII/AAAAAAADIG0/zAQYrbAV9VQtS8PqUYk86AbLL-Mry-xegCHMYCw/snap-00098_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Eun Ha memberitahu sesama tetangga, Bong Sun Mi dan Kim Sang Ryul (mereka bukan pasangan suami istri), kalau Ae Rin sedang wawancara kerja untuk menjadi sekretaris. Seingat mereka Ae Rin berasal dari jurusan komputer atau semacamnya. Eun Ha meluruskan kalau Ae Rin dulu bekerja di bidang IT dan sudah 5 tahun tak bekerja. Dan lima tahun tak bekerja dalam bidang IT yang selalu berkembang pastinya akan membunuh karirnya.<p>Sang Ryul sendiri seorang insinyur tapi ia tidak berpikir untuk kembali bekerja. Daripada menghabiskan seluruh uang gajinya untuk melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak, lebih baik ia yang melakukannya karena istrinya menghasilkan cukup uang untuk keluarga mereka.<p>Sun Mi bertanya mengapa Ae Rin tiba-tiba mencari kerja. Eun Ha berkata Ae Rin harus mulai melunasi apartemennya sementara pinjamannya sudah maksimal, Sun Mi berkata hidup Ae Rin sudah susah dan sekarang tambah susah. Ia bahkan tidak pernah melihat Ae Rin membeli kopi di jaringan kedai kopi terkenal, melainkan hanya minum kopi di kedai kopi pinggir jalan.<p>Ae Rin selalu yang terdepan dalam antrian jika ada diskon di supermarket dan membeli pakaian, mainan, peralatan sekolah. Tak ada untuk dirinya sendiri.<p>Eun Ha berkata justru itu yang ia sukai dari Ae Rin. Ae Rin selalu penuh harga diri dan tidak terlihat miskin. “Dan ia cantik.”<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-OcufHS6kSdQ/W7y5sHcYUXI/AAAAAAADIG4/r5uDnvkY_pYALyaGnFyN9a1uzHuHW0J4ACHMYCw/s1600-h/snap-00102%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00102" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00102" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mC5bB9N1WGE/W7y5tQUImCI/AAAAAAADIG8/kIc3hHvDczEhUEwNzjBf8JS2zKLoUjVWACHMYCw/snap-00102_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ddgXrh5GqeU/W7y5vMjgIaI/AAAAAAADIHA/XB8ulO0MfV4RTok8vB5wT2zEeABA9hGSwCHMYCw/s1600-h/snap-00107%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00107" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00107" src="https://lh3.googleusercontent.com/-1l9ZzH2jP1I/W7y5wLqMU-I/AAAAAAADIHE/l98qHm7ehJMRtq1wZFW4RVEQqgMFR_k9gCHMYCw/snap-00107_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Mereka melihat Ae Rin masuk bersama si kembar. Mereka memanggilnya dan melambaikan tangan. Ae Rin menghampiri mereka lalu duduk sementara si kembar memilih roti yang ingin mereka beli.<p>Eun Ha menanyakan bagaimana hasil wawancaranya. Ae Rin berkata ia tidak akan mungkin diterima. Sudah kuduga, kata Sun Mi blak-blakan. Lulusan terbaru saja susah cari kerja, apalagi ibu-ibu yang sudah 5 tahun tidak bekerja (hmmmm....dan aku 15 tahun ;p).<p>Tanpa mereka ketahui, si kembar sedang asyik mengamati hiasan kue-kue ulang tahun yang dipajang di toko tersebut. Untunglah Sun Mi melihatnya dan memberi tahu Ae Rin. Tapi terlambat, si kembar sudah melucuti mainan dari beberapa kue tart.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-O_lvoHRa8l8/W7y5xcEdayI/AAAAAAADIHI/oUwr-p8-ogM9n-Z0t6b_S0oTqHRiz7BNwCHMYCw/s1600-h/snap-00113%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00113" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00113" src="https://lh3.googleusercontent.com/-UesQBovxJI4/W7y5ykDNANI/AAAAAAADIHM/FcbivLV-cB4IlTezb4uMMEBpr4QGXLUGACHMYCw/snap-00113_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-zVIcjPcboiQ/W7y5zu0kRRI/AAAAAAADIHQ/-ziiA3KvBLw-6ZpPonrWiF_32455lr-pQCHMYCw/s1600-h/snap-00115%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00115" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00115" src="https://lh3.googleusercontent.com/-9AZkA8AeYPk/W7y50fi4yzI/AAAAAAADIHU/IZ7K93OhAOs4UyPDN77Xg4TYAFBpBVVigCHMYCw/snap-00115_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Cha Jung Il, suami Ae Rin, terkejut saat melihat pemberitahuan pemakaian kartu kredit sebesar 114ribu won (1 juta lebih ya kalau rupiah) di toko roti. Dan tentu saja tidak merasa senang. Ia langsung menelepon istrinya.<p>Ae Rin dan si kembar berjalan pulang sambil menenteng 4 kotak kue tart. Si kembar dihukum berjalan sambil membawa kotak kue di atas kepala mereka. Ae Rin masih sangat kesal. Dan makin kesal ketika suaminya meneleponnya dan langsung mengomelinya tanpa tahu alasannya. Apalagi suaminya berkata Ae Rin hanya bisa buang-buang uang. Ae Rin langsung menutup teleponnya.<p>Tapi sebenarnya keadaan suami Ae Rin juga tidak baik. Ia seorang editor dan buku yang ditanganinya belum juga selesai. Atasannya menyuruhnya menempel pada si penulis agar cepat menyelesaikan tulisannya tanpa membuatnya marah. Jika suami Ae Rin tidak berhasil kali ini, ia akan kehilangan pekerjaannya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-k_oTulh_mSw/W7y51oDtyPI/AAAAAAADIHc/fzlrogYH6-4mil9LeHcVuWjaQ9mYVSbhQCHMYCw/s1600-h/snap-00120%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00120" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00120" src="https://lh3.googleusercontent.com/-qn09GCAW-B4/W7y52X_ZchI/AAAAAAADIHg/e-cH_aRZMUUXZfRYXfp8pVppE7DltktvQCHMYCw/snap-00120_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-njSDRV4blso/W7y53awiLxI/AAAAAAADIHk/HaDdsrT7cCI3Q0nOonZdyCX_zERVFTT2ACHMYCw/s1600-h/snap-00121%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00121" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00121" src="https://lh3.googleusercontent.com/-kdkYnz-7BNE/W7y54V1LwII/AAAAAAADIHo/9oG4b6f0e5A86Q8Omap7nY3vHoqkY1plwCHMYCw/snap-00121_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Di rumah, si kembar memakan kue tart mereka. Begitu habis, Ae Rin langsung menambahkannya lagi.<p>“Ibu, makan malam kita apa?” tanya Joon Soo.<p>“Kau sedang makan malam. Kue.”<p>“Lalu sarapan pagi besok?” tanya Joon Hee.<p>“Kue.”<p>Dan juga makan malam besok. Ae Rin menunjuk seretan kue tart yang masih utuh di meja. Itu adalah makanan mereka sampai semuanya habis. Mereka terkejut. Ae Rin menghela nafas panjang dan bertanya apa mereka akan mengambil barang-barang lagi tanpa bertanya lebih dahulu padanya, keduanya menggeleng cepat.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-ZVh-TgZHi1s/W7y55kTerqI/AAAAAAADIHs/E6J0vWfJCTAeYkDOzyvOK4KH_SbB0TNZACHMYCw/s1600-h/snap-00483%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00483" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00483" src="https://lh3.googleusercontent.com/-PQRwb7Nfyqo/W7y56cL2UfI/AAAAAAADIHw/qaEiCA563yc6BtnyAGv9CbjZe1Tglg_0wCHMYCw/snap-00483_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-P9g-nWXEgoE/W7y57m7-39I/AAAAAAADIH0/OwdHm91J0vIwar5cW670k2SjDDKdur_jgCHMYCw/s1600-h/snap-00124%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00124" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00124" src="https://lh3.googleusercontent.com/-lt1kALZ-0hA/W7y58nhG7mI/AAAAAAADIH4/hyR3SlMvel0oYMexh3ApIx4C311elrwBwCHMYCw/snap-00124_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Kim Bon juga sudah di rumahnya. Ia memikirkan perkataan Ae Rin yang sangat mirip dengan perkataan wanita dalam mimpinya. Juga bagaimana Ae Rin tahu ia hanya makan roti tawar. Ia bertanya-tanya apakah Ae Rin mengawasinya. Tapi mengingat Ae Rin hanya seorang ibu dengan anak-anak yang masih kecil, ia berpikir tidak mungkin Ae Rin memata-matainya.<p>Kim Bon sedang menyelidiki pria yang terlihat memasuki Star Tower. Pria itu selalu muncul saat kartu A Magician muncul dalam horoskop Aries. Dan tak lama kemudian seseorang akan mati. Dengan kemunculannya hari ini, siapa yang akan menjadi targetnya kali ini?<p>Moon Sung Soo sedang berada di kantornya di Blue House. Bawahannya bertanya apakah Moon akan terus menunda pembelian pesawat tempur Lucas Con. Moon jadi kesal dan bertanya apa bawahannya belum mengerti juga. Atau apa ia disuap. Tidak, jawab bawahannya kaget. Moon menyuruh bawahannya pergi. Ia kesal dan terlihat gelisah.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-baV09sYI7r8/W7y59uNBdyI/AAAAAAADIH8/SrOlJCqAuIkQ3KNqa5dugZjnaa5O2ug2gCHMYCw/s1600-h/snap-00127%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00127" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00127" src="https://lh3.googleusercontent.com/-zU3gaoUjDR8/W7y5-vwm7-I/AAAAAAADIIA/wUbF9HbVuX418QXDjGSCqCWrSYUA-TgWQCHMYCw/snap-00127_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-0sYoy--lXWo/W7y5_jC3c9I/AAAAAAADIIE/ZnT3u9HeQ0YjgEEhOE5f_eimW1SYVHhIQCHMYCw/s1600-h/snap-00130%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00130" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00130" src="https://lh3.googleusercontent.com/-lTMBgJ-6msY/W7y6AkFlg2I/AAAAAAADIII/i57Ql9oWjtMDrloZ_GU9jXk4Q7fHLQUvQCHMYCw/snap-00130_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Cha Jung Il pulang ke rumah dalam keadaan letih dan galau. Kekesalannya memuncak saat melihat keadaan rumah yang berantakan. Ia mengomeli Ae Rin dengan menuduhnya tidak membereskan rumah seharian.<p>“Apa yang kau lakukan di rumah seharian? Sibuk buang-buang uang di toko roti?”<p>Giliran Ae Rin yang kesal saat melihat suaminya membuka kaus kakinya lalu melemparnya ke kolong sofa, padahal ia sudah berkali-kali melarangnya karena sulit untuk mengambilnya.<p>“Kau kan tidak melakukan apa-apa di rumah, jadi aku membantumu dengan memberimu pekerjaan,” ujar Jung Il sambil membaringkan diri di sofa lalu menyalakan TV.<p>Ae Rin mematikan TV dan balas mengatakan kalau suaminya itu hanya berleha-leha di sofa dan menonton TV tanpa membantunya mengurus si kembar. Pertengkaran tidak terelakkan lagi.<p>Jung Il berkata ia bekerja seharian dan ingin beristirahat menonton TV setelah pulang. Apa salahnya dengan itu? Ae Rin berkata ia juga bekerja seharian. Ia bahkan tak beristirahat dari pagi sampai malam mengurus rumah dan anak-anak. Pekerjaan yang terus berulang tanpa henti.<p>“Apa kau tahu betapa sulitnya itu? Aku lebih baik bekerja di luar dan menjadi arogan sepertimu.”<p>Menolak kalah, Jung Il menantang Ae Rin untuk mencari kerja. Ae Rin berusaha menahan tangisnya sambil mengatakan kalau tidak ada yang menginginkannya sebagai pegawai karena ia sudah terlalu lama di rumah. Ia seorang ibu jadi tidak ada yang menginginkannya. Ia tidak tahu harus memulai dari mana.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-GdINkPb6hmY/W7y6CF2AihI/AAAAAAADIIM/51HaGuPMrNMhQ5k_CyS5sxCzeFHMzAy3gCHMYCw/s1600-h/snap-00141%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00141" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00141" src="https://lh3.googleusercontent.com/-RDiN9c_8TjY/W7y6DhLH3MI/AAAAAAADIIQ/-dlbB31jgIsQNEOIMOSasEN6X9AOKuMdQCHMYCw/snap-00141_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-SGa3r1Pra64/W7y6Em6R0tI/AAAAAAADIIU/b0G8yDHCClsGRxU3IGGZIbEC7pufQYRhwCHMYCw/s1600-h/snap-00144%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00144" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00144" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Dx75j4g6ifE/W7y6FjHW96I/AAAAAAADIIY/1sXJ0BhCMTk3ufyaZtpKZHKK0ohKczEqACHMYCw/snap-00144_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Melihat istrinya menangis, Jung Il berkata ia melihat selebaran di lift mengenai lowongan pekerjaan menjadi pengantar susu. Ia menyarankan Ae Rin untuk mencobanya, sekaligus untuk diet karena Ae Rin selalu ingin menurunkan berat badan dengan diet macam-macam.<p>“Kau bisa mendapat uang sekaligus menurunkan berat badan. Sekali tepuk dua lalat.”<p>Tapi Ae Rin terluka mendengar saran suaminya itu. Ia berkata ia diet karena ia berusaha agar pakaian saat ia belum hamil dulu bisa ia kenakan kembali. Karena ia tidak punya uang untuk beli pakaian untuk dirinya sendiri (hanya untuk suami dan anak-anaknya). Tak tahan lagi, Ae Rin masuk ke kamar lalu keluar membawa koper.<p>Bukannya berusaha menahan istrinya, Jung Il menuduh Ae Rin memang sudah siap untuk pergi. Ae Rin tidak menyangkalnya dan berkata ia memang menunggu alasan untuk pergi. Lalu ia meninggalkan rumah. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-UerMkIGPdb0/W7y6GlRmPrI/AAAAAAADIIc/14ZbyDsWw1cUIV0kwCwHpVKCEd0YaZv6gCHMYCw/s1600-h/snap-00146%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00146" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00146" src="https://lh3.googleusercontent.com/-iecEXppZ57E/W7y6IGqw9eI/AAAAAAADIIg/CdRbhcanqpYJvNZnQCMsg5u1KQomTE0KQCHMYCw/snap-00146_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-SbqMF_Rlv68/W7y6JEwMLeI/AAAAAAADIIk/cP2JtJPmmgkXvPCTkLSVbSBLkrDmuupIwCHMYCw/s1600-h/snap-00148%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00148" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00148" src="https://lh3.googleusercontent.com/-s7iXumRs6ws/W7y6KEqHS5I/AAAAAAADIIo/W_WxUkBVfdYVTb1a6MJaHBqbSubKl3BhQCHMYCw/snap-00148_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Di pelataran gedung, Kim Bon berpapasan dengannya. Ae Rin tidak melihatnya karena sedang menangis. Saat menunggu lift, Kim Bon menemukan sebuah dompet di lantai. Ia membukanya dan melihat kartu ID Ae Rin.<p>Ae Rin berjalan menyeret kopernya ke halte bis. Sekarang ia bingung hendak ke mana karena rumah orangtuanya ada di Jeju. Sialnya lagi, hujan mulai turun. Keitka ia hendak naik bis, ia bingung mencari dompetnya. Bahkan ia lupa membawa ponselnya.<p>“Kenapa semua tidak berjalan baik untukku?” keluhnya.<p>Karena hujan, cuaca mulai dingin. Ae Rin membuka kopernya untuk mencari pakaian hangat. Tapi isi kopernya mainan semua. Rupanya ia membawa koper yang salah karena terburu-buru. Ae Rin bingung karena artinya ia sama sekali tak membawa apa-apa.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Tk6QvXK1vRk/W7y6LKzGpHI/AAAAAAADIIs/3ElOSyWi2iouG6yVgZcay9FbHmFE9E7mgCHMYCw/s1600-h/snap-00152%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00152" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00152" src="https://lh3.googleusercontent.com/-JtY2j-NVPYE/W7y6MLK2L2I/AAAAAAADIIw/quyCx-xW4-AyJhkcxeupYp_u-TrYgLM8QCHMYCw/snap-00152_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-WbTakqcz6gA/W7y6Nc3wT7I/AAAAAAADII0/HLK-grloaKAyBODTOmaUN0mWo2MHq-_UACHMYCw/s1600-h/snap-00154%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00154" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00154" src="https://lh3.googleusercontent.com/-J3-73TTDgmM/W7y6OJLi96I/AAAAAAADII4/ARnM1tEiWTkLWQW79VGn6fHHpi18uOErACHMYCw/snap-00154_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Tiba-tiba ia mendengar suara orang mendekatinya dan memanggilnya. Mengira itu orang jahat, Ae Rin mengambil pistol mainan dari dalam koper dan mengacungkannya pada orang itu.<p>Kim Bon terkejut dan bersikap waspada. Ae Rin mengira Bon mengikutinya lagi. Bon menyuruh Ae Rin menurunkan “senjata”nya dulu. Ae Rin makin kaget Bon tahu namanya dan bertanya apa ia seorang stalker. Bon balik bertanya siapa Ae Rin dan pada siapa ia bekerja.<p>Mengira Bon sedang mengolok-oloknya karena ia seorang pengangguran, Ae Rin menarik pelatuk. Bon langsung mengelak seperti gaya Keanu Reeves di film Matrix...tapi ujungnya ia terkapar di tanah.<p>Sebuah bendera bertuliskan “Bang!” muncul dari senjata Ae Rin. Ae Rin tak bisa menahan tawa melihat Bon berguling di tanah. Ia terus tertawa dan berkata Bon terlalu banyak nonton film. Mana ada yang keliaran membawa senjata betulan?<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-zsQOg2TqcD8/W7y6PcOLa7I/AAAAAAADII8/Kkp_owgRRZEMpUdSxMR7KdNEN_qky4ScwCHMYCw/s1600-h/snap-00159%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00159" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00159" src="https://lh3.googleusercontent.com/-r1b-0g_vuro/W7y6QHVjXVI/AAAAAAADIJA/rhlIBnC-VzUfRB5iq8vzRJnwGxTCQGizQCHMYCw/snap-00159_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-hDVd5Qyq5XQ/W7y6RMbN9HI/AAAAAAADIJE/38qPxghqfqUmpwOtQ0ZyoF7IJADKBF0LwCHMYCw/s1600-h/snap-00162%255B5%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00162" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00162" src="https://lh3.googleusercontent.com/-_rTKNTKAoBA/W7y6R5kYEqI/AAAAAAADIJI/EaNuV3kQVaYBT26xN4ocivOdBw7bEJxrgCHMYCw/snap-00162_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Bon diam menahan malu. Ia mengembalikan dompet Ae Rin dan berkata ia menemukannya di lorong apartemen. Ae Rin berterima kasih.<p>“Dan juga aku tidak pernah mengikutimu jadi jangan bayangkan yang tidak-tidak.”<p>“Maafkan aku, aku tidak tahu. Aku mengagetkanmu, kan?”<p>Bon berkata ia sama sekali tidak kaget dan ia menyangkal tadi ia terkapar. Ia mengalihkan pembicaraan dengan bertanya mengapa Ae Rin membawa-bawa mainan. Dengan jujur Ae Rin mengaku ia kabur dari rumah dan salah bawa koper.<p>“Kabur dari rumah? Bagaimana dengan anak-anakmu? Bawa ini,” Bon menyerahkan payungnya. “Pulanglah dan tukar dengan koper yang benar.”<p>Ae Rin terkejut. Bagaimana ia bisa pulang setelah tadi begitu saja pergi. Harga diri dong.... ya kan??<p>Bon mengambil koper Ae Rin dan berkata ia akan membawakannya sampai ke rumah. Ae Rin terpaksa mengikutinya balik ke apartemen. Setibanya di depan apartemen, Bon mengambil kembali payungnya dan menyuruh Ae Rin pulang. Ia bahkan menunggu sampai Ae Rin benar-benar masuk ke rumah.<p>Di dalam rumah, semua sudah tidur. Namun semuanya sudah bersih dan rapi kembali. Ah...ternyata Jung Il suami yang baik. Ae Rin memutuskan untuk memaafkan suaminya dan merebahkan diri di sofa.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-iEwRxoAzsTI/W7y6TGDgFcI/AAAAAAADIJM/q5rpzJdZ0iEGne6tdKx0eo22T_FVA1X6QCHMYCw/s1600-h/snap-00167%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00167" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00167" src="https://lh3.googleusercontent.com/-WMyX6qxOTjk/W7y6UA2v8nI/AAAAAAADIJQ/TtUsa0Q_g6ggDoHJFU_9zioEzclNaNVWACHMYCw/snap-00167_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-r-VWWzENQG8/W7y6Vq0DHdI/AAAAAAADIJU/h8U-1qN3nuQy6Tz1pYTwV44w0X3EoOILgCHMYCw/s1600-h/snap-00169%255B5%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00169" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00169" src="https://lh3.googleusercontent.com/-EsDSLDSJe7o/W7y6WdkxWVI/AAAAAAADIJY/wDXy1O21ol0cEyYL3iwdBmme0SqkUA_kwCHMYCw/snap-00169_thumb%255B1%255D?imgmax=800" border="0"></a><p>Pagi pun tiba. Rumah kembali berantakan ditambah kebisingan dari si kembar. AE Rin menemukan amplop di atas meja. Di amplop itu tertulis permintaan maaf Jung Il dan di dalamnya ada uang untuk Ae Rin membeli pakaian baru.<p>Dengan ditemani Eun Ha, Ae Rin pergi membeli pakaian baru. Ae Rin sudah menceritakan kejadian semalam pada temannya itu. Eun Ha tak menyangka Ae Rin seberani itu. Tapi ia mengomel ketika akhirnya Ae Rin malah membeli pakaian untuk suaminya. Ae Rin mengakui ia tidak bisa menghabiskan banyak uang hanya utuk dirinya sendiri.<p>Ia memutuskan untuk berbaikan dengan suaminya dan akan memasak makanan kesukaan suaminya malam ini.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-nJuXxFTRsFo/W7y6X0t1RnI/AAAAAAADIJc/-Brr-F-yoG4KROpHS1PFQB1A2Pg7AWyNACHMYCw/s1600-h/snap-00174%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00174" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00174" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mj06fJUuObU/W7y6Y1YfoTI/AAAAAAADIJg/Z-9q0egTzDo0DPwrHJgelt6iuf03lDMWACHMYCw/snap-00174_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-9-zhI6eH67w/W7y6aBTclPI/AAAAAAADIJk/SrAS9QPG9-Y-WFQw5rg--xhgNM0bHtesACHMYCw/s1600-h/snap-00490%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00490" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00490" src="https://lh3.googleusercontent.com/-9EaMPsnD8g0/W7y6bi0JorI/AAAAAAADIJo/aiBLndcKv1sSXOeFTHCSg3_fAyM6q8zSwCHMYCw/snap-00490_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Moon Sung Soo berada di tempat parkir Meta Palace. Ia memerintahkan bawahannya untuk mengadakan rapat darurat. Ia akan tiba dalam waktu 30 menit. Tapi sang pembunuh (suruhan Yong Tae) sudah menunggu di dalam mobilnya dan langsung menyuntikkan sesuatu ke lehernya.<p>Pada saat yang sama, Jung Il memarkir mobilnya di sebelah mobil Moon Sung Soo. Ia datang ke sana untuk menemui penulis buku sesuai perintah atasannya. Tapi karena tempat parkirnya terlalu sempit, ia tak sengaja membenturkan pintu mobilnya ke mobil Moon Sung Soo.<p>Saat memeriksa apakah mobil Moon rusak, tanpa sengaja Jung Il melihat si pembunuh yang sedang membunuh Moon Sung Soo. Dan si pembunuh juga melihatnya.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Sg1SZ6ZSvyo/W7y6c009HYI/AAAAAAADIJw/9lfrxpAIMAIoZpWVGnLY0FoMUfB8zicjwCHMYCw/s1600-h/snap-00184%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00184" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00184" src="https://lh3.googleusercontent.com/-e_6jtqhUzuA/W7y6ePWyywI/AAAAAAADIJ0/KQ_E09wdWAUzBCi0Urdmsr0xJiAJf-uawCHMYCw/snap-00184_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-nofBQstW-YM/W7y6fFulZgI/AAAAAAADIJ4/oNE0DExxk_I_HqpxEPQZ0Vtjml6gA85sACHMYCw/s1600-h/snap-00187%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00187" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00187" src="https://lh3.googleusercontent.com/-0-zgloNe0Mw/W7y6gYwB57I/AAAAAAADIJ8/t_LE83HC-nEUGippd4CZPwzeXorjS5EuQCHMYCw/snap-00187_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Kaget dan ketakutan, Jung Il cepat-cepat masuk kembali ke mobilnya dan menyetir pulang. Tapi si pembunuh mengikutinya. Ketika sedang menunggu lift, pembunuh itu menyuntik Jung Il dengan obat yang sama.<p>Ae Rin menunggu suaminya pulang untuk berbaikan dengannya. Makan malam sudah tersedia di meja. Ia mencoba menelepon suaminya. Jung Il tidak bisa mengangkatnya karena ia sudah terkapar di lantai. Untunglah seorang satpam melihatnya dan mengangkat telepon Ae Rin.<p>Jung Il dibawa ke rumah sakit. Dokter berusaha menyelamatkannya, tapi terlambat....ia sudah tiada.<p>Ae Rin tidak bisa percaya hal ini dan berusaha membangunkan suaminya. Kemarin mereka masih bertengkar dan suaminya masih terlihat begitu sehat dengan suaranya yang keras. Tidak mungkin ia mati, kan? Ae Rin menangis sejadi-jadinya menyadari suaminya sudah tiada.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-oXcKBtHq9eU/W7y6hjsR_HI/AAAAAAADIKA/GlKqKNY4pbE4k6Vh9eG-mpXFPcci7usWwCHMYCw/s1600-h/snap-00188%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00188" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00188" src="https://lh3.googleusercontent.com/-7-HGaqnZ2wI/W7y6ilcG1QI/AAAAAAADIKM/j4lGML2M3_ghZ9ZPYAyegaP2D6nwz3xFQCHMYCw/snap-00188_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Y8K9YTvsg8s/W7y6j0mYXcI/AAAAAAADIKQ/04XHBQSuPi0kKEgVFmtkgpSqzNjEJLiwwCHMYCw/s1600-h/snap-00198%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00198" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00198" src="https://lh3.googleusercontent.com/-igqpdgiUfF4/W7y6lOmnEtI/AAAAAAADIKU/CA70a-ys5uQedr7uu-aNpL6MRjIJjeamQCHMYCw/snap-00198_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Si pembunuh melapor pada Yong Tae bahwa ia sudah melakukan tugas. Rekaman CCTV Meta Palace dan tempat parkirnya sudah dihapus. Ia juga sudah mencabut memory card black box dari mobil Moon Sung Soo dan menyerahkannya pada Yong Tae. Sebagai gantinya Yong Tae memberikan tiket pesawat untuk si pembunuh keluar negeri sementara waktu.<p>Tapi si pembunuh berkata ada masalah kecil. Ia memberikan nomor plat sebuah mobil dan meminta Yong Tae memeriksa siapa pemiliknya. Ia berkata ia sudah membunuh pemilik mobil tersebut, alias Jung Il.<p>Ae Rin mengajukan diadakan otopsi. Dokter akan melakukannya tapi diagnosa sementara kematian Jung Il disebabkan serangan jantung. Apalagi Jung Il mengidap aritmia (ketidakteraturan detak jantung).<p>Bon mendengar berita mengenai kematian Moon Sung Soo. Polisi menduga akibat gagal jantung. Tapi Bon mencurigai kalau Moon adalah target si pembunuh.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-wC-a7tSVtho/W7y6l9onD1I/AAAAAAADIKY/10ckX9ubHGUoSOqZqshdL2rbVCwvuWKcgCHMYCw/s1600-h/snap-00205%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00205" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00205" src="https://lh3.googleusercontent.com/-0_qnPn0cMIg/W7y6m8ksfDI/AAAAAAADIKc/Gy_3SaCXJvgBDmzbU1huUGACh7rUU5mVgCHMYCw/snap-00205_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-flkJqfiVspQ/W7y6n0aMdzI/AAAAAAADIKg/3qdKJjGj4M4aOkkFZPlp23fntsqIM0MAQCHMYCw/s1600-h/snap-00208%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00208" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00208" src="https://lh3.googleusercontent.com/-dtSigbkKx54/W7y6pArlK7I/AAAAAAADIKk/myB5DN_-n4ELuURHj-rZ0DjhC7-srO80ACHMYCw/snap-00208_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Di NIS (National Intelligense Service), agen Yoo Ji Yeon berusaha meyakinkan Direktur NIS untuk menyelidiki kematian Moon. Sudah jelas Moon memiliki banyak musuh karena menolak pembelian pesawat tempur Lucas Con. Sangat mungkin para musuhnya membunuh Moon.<p>Direktur NIS menganggap kematian Moon adalah suatu yang wajar mengingat ia sudah berumur. Ia merasa Ji Yeon hanya melebih-lebihkan. Tapi melihat Ji Yeon patah semangat akhirnya ia berkata akan mempertimbangkannya jika Ji Yeon memiliki bukti atau apapun yang mencurigakan. Ji Yeon kembali bersemangat.<p>Ia keluar dari kantor Direktur NIS dan seseorang memanggilnya. Ji Yeon menyapa Chief Kwon. Chief Kwon bertanya apa yang tadi Ji Yeon bicarakan dengan Direktur. Ji Yeon berbohong dengan mengatakan ia hanya menyapa Direktur. Chief Kwon tampaknya tidak percaya tapi tidak membahasnya lagi. Diam-diam Ji Yeon mengeluh Chief Kwon sungguh melelahkan.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-K0VGY5j_jTA/W7y6qSGLCNI/AAAAAAADIKo/z41KtsthgqUpjscUwZyHPGqQGFFJuuHlQCHMYCw/s1600-h/snap-00209%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00209" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00209" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ZdyDQkkhrE8/W7y6raOlJeI/AAAAAAADIKs/S3vFJDdIOrIUH1YReCdg1HQ5MtYIEoXegCHMYCw/snap-00209_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-oXHmx8s5IZc/W7y6sZgP1AI/AAAAAAADIK4/HUe1lGYTiMMR34yJE9a6jVdJ5b78FLWTwCHMYCw/s1600-h/snap-00210%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00210" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00210" src="https://lh3.googleusercontent.com/-7cUdKEMmBpY/W7y6tXVunZI/AAAAAAADIK8/28SiQoX1EwgaLSzPI3VR-1puRmLam1QFACHMYCw/snap-00210_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Ia kembali ke ruangannya. Ra Do Woo, teman sesama agen, bertanya kenapa Ji Yeon tadi berbohong pada wanita yang melelahkan. Ji Yeon sadar Do Woo sudah mengupingnya lagi. Do Woo mengambil ponsel Ji Yeon dan menunjukkan di mana ia meletakkan penyadapnya. Pada stiker berbentuk hati yang menempel di ponsel Ji Yeon. Ia menyombongkan diri sebagai penguji teknologi terbaru untuk NIS, termasuk barang-barang ilegal.<p>Stiker itu baru saja dikirimkan oleh tim teknologi dan menurutnya penyadap itu berjalan baik. Tapi ia tidak mau menulis “bagus”, ia hanya menulis “not bad”.<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-IKUQF64ePXA/W7y6usTTjsI/AAAAAAADILA/GbKkJawM97oL5MpkowINEVnt9p7p5gZjQCHMYCw/s1600-h/snap-00212%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00212" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00212" src="https://lh3.googleusercontent.com/-225KFN3ZFYw/W7y6v3BSNNI/AAAAAAADILE/k7ecowPJzaYetcV2n0bDPfaP4hHeYO13wCHMYCw/snap-00212_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-OfjWCrXH0qA/W7y6wxfGqiI/AAAAAAADILI/OlDXRzPDsjExaNtTs8iX70jL8-jtps_pACHMYCw/s1600-h/snap-00219%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00219" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00219" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Px6W16GQpyg/W7y6x_0BCBI/AAAAAAADILM/58cQXVaTtfUMKlAg0mKLQbFWsPycAO9ogCHMYCw/snap-00219_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Kim Bon pergi ke rumah duka tempat Moon Sung Soo disemayamkan. Ia menguping pembicaraan di sekitarnya. Beberapa orang membicarakan bagaimana Moon Sung Soo seorang yang terlalu lurus dan satu-satunya orang yang menolak membeli pessawat tempur. Bon berkesimpulan Moon mungkin berselisih dengan industri pertahanan.<p>Teman-teman Ae Rin membicarakan kematian Jung Il yang begitu mendadak. Mereka juga membantu menjaga Joon Hee dan Joon Soo. Mereka tidak mencurigai kematiannya karena ayah Jung Il juga meninggal karena serangan jantung 2 tahun lalu. Mereka merasa kasihan pada Ae Rin dan anak-anaknya. Meski ada uang asuransi tapi mereka mengambil premi yang paling rendah. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-aghJUC8JJr4/W7y6y6OqVDI/AAAAAAADILQ/aikPp2S0yGsCXdg92xa4KNqn0Q6wRv9VgCHMYCw/s1600-h/snap-00223%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00223" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00223" src="https://lh3.googleusercontent.com/-xEsO1A9ZzTE/W7y60PTob0I/AAAAAAADILU/4lnHMyhHoSsLqTo0bk_IoO1BDtmNM72BgCHMYCw/snap-00223_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-hsTrMCNRWxo/W7y61LEmdII/AAAAAAADILY/_HDZFa5FrOsovmG02Mf5yTopyzH9FZd8QCHMYCw/s1600-h/snap-00224%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00224" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00224" src="https://lh3.googleusercontent.com/-2GTRibnuolY/W7y62CvOXuI/AAAAAAADILc/0rAI_TmE7GAZhCcyV2eH5fzDMW6RpJx4ACHMYCw/snap-00224_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Bon tak sengaja melihat Ae Rin saat ia melewati ruangan tempat Jung Il disemayamkan. Ia melihat Ae Rin sedang menangis dalam pelukan ibunya. Ia menyadari suami Ae Rin meninggal dan nampak bersimpati padanya.<p>Sang Ryul sendirian menjaga Seung Gi anaknya, juga Joon Hee dan Joon Soo di taman. Karena Seung Gi harus ke toilet ia terpaksa meninggalkan si kembar sebentar. Tanpa tahu si pembunuh mengintai mereka. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Dq-dxsIrIgY/W7y63eXLhDI/AAAAAAADILg/glfj8XohUEAw6SxgdQgRxe9MiJF5_sc7QCHMYCw/s1600-h/snap-00225%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00225" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00225" src="https://lh3.googleusercontent.com/-UeSNNeJwxH4/W7y64ZjH2wI/AAAAAAADILk/Al6J2JCmk5YTOVXEDzudspsNdRQbayIbwCHMYCw/snap-00225_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-pGypNtG1_wQ/W7y65vZOfaI/AAAAAAADILo/NPncKE_kkaoR8dBiK9wj3JCnaj9PcCCWgCHMYCw/s1600-h/snap-00227%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00227" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00227" src="https://lh3.googleusercontent.com/-kQ85wxvXkpQ/W7y66r0q8cI/AAAAAAADILs/4TozBr8Es5UgYr1Wu59pU5FIwSVCBQJEACHMYCw/snap-00227_thumb?imgmax=800" border="0"></a><p>Chief Kwon dan anak buahnya datang untuk melayat Moon Sung Soo. Chief Kwon terkejut saat melihat Kim Bon.<p>“Terius?” gumamnya. Ia memerintahkan anak buahnya menangkap Kim Bon.<p>Menyadari bahaya, Kim Bon langsung melarikan diri. Chief Kwon menelepon Do Woo dan menyuruhnya memeriksa CCTV rumah sakit bagian kedukaan untuk melacak keberadaan Terius. Ji Yeon terkejut saat mendengar nama Terius.<p>Sang Ryul dan Seung Gi kembali ke taman namun di kembar sudah tidak ada. Ia langsung menelepon Ae Rin.<p>Ji Yeon meminta Do Woo terus melacak Kim Bon.</p><p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-sWTfCl3N9bs/W7y67r9jPbI/AAAAAAADIL0/SBo9_rXS4gMhbwaD09eztEMqVFn08dBlgCHMYCw/s1600-h/snap-00231%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00231" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00231" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ADuOrj7aD1E/W7y68oJDD4I/AAAAAAADIL8/fqOPCWlINmQ1nRnZhD919sQ03IQXvcUqACHMYCw/snap-00231_thumb?imgmax=800" border="0"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/--q-ma1f1Bzo/W7y69-3-C_I/AAAAAAADIMA/-X4uvDLDpaUj_90VEYqimBRoDNnR_IN9QCHMYCw/s1600-h/snap-00232%255B2%255D"><img width="244" height="140" title="snap-00232" style="display: inline; background-image: none;" alt="snap-00232" src="https://lh3.googleusercontent.com/-3c5oVxXGSwQ/W7y6-uiidFI/AAAAAAADIME/GGr8lW-SDjo_2KNywr1_XK41RHDqq8SJgCHMYCw/snap-00232_thumb?imgmax=800" border="0"></a></p><p><b>Komentar:</b><p>Aku memulai drama ini tanpa ekspektasi sama sekali. Tentu saja So Ji Sub menjadi daya tarik utama. Kesempatan melihat So Ji Sub dalam drama action comedy mana mungkin dilewatkan^^<p>Sebenarnya dari segi cerita di episode 1-2 ini aku merasa banyak hal yang terasa tidak masuk akal. Mulai dari Kim Bon yang melihat si pembunuh dari atap seberang bangunan yang sangat tinggi bisa begitu cepat tiba di Star Tower, ketidakmampuan Kim Bon melihat senjata mainan yang dipegang Ae Rin (mungkin hanya untuk sisi komedinya saja) padahal ia seorang agen handal, hingga kecepatan si pembunuh menyusul suami Ae Rin padahal ia harus mengambil memory card blackbox dulu. <p>Malah yang menarik dalam episode ini bagiku adalah pertengkaran antara Ae Rin dan suaminya yang terasa sangat alami karena itu adalah hal yang lumrah diperdebatkan pasangan suami istri. Dan yang menyedihkan adalah meski keduanya sudah saling memaafkan tapi mereka belum bertemu sama sekali sejak pertengkaran mereka. <p>Karakter Kim Bon juga menarik. Dari luar ia terlihat cool tapi sebenarnya ia cukup perhatian dan simpatik. Ia yang membawa Ae Rin kembali ke rumah dengan caranya sendiri. Ia juga terlihat bersimpati saat tahu Ae Rin kehilangan suaminya.<p>Son Ho Joon kali ini berperan sebagai antagonis yang menyebalkan. Chief Kwon juga sepertinya menyebalkan. Tapi sepertinya meski perannya jahat dan kejam, Son Ho Joon tetap menimbulkan kesan komedik hingga kadang aku sulit untuk menganggap serius kejahatannya. Padahal sudah memerintahkan untuk bunuh orang lho ;p<div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2018/10/sinopsis-terius-episode-1-2.html[email protected] (Kdramatized)3
- tag:blogger.com,1999:blog-8812672517490118088.post-5647995785870349462Tue, 31 Jan 2017 13:23:00 +00002017-01-31T21:02:34.630+07:00legend of the blue seaSinopsis Legend of The Blue Sea Episode 20–END<p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-3jA00EvoIwI/WJCUGukiqYI/AAAAAAADGfo/brK9pSRidBs/s1600-h/snap-00499%25255B3%25255D.jpg"><img title="snap-00499" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; float: none; padding-top: 0px; padding-left: 0px; margin-left: auto; border-left: 0px; display: block; padding-right: 0px; margin-right: auto" border="0" alt="snap-00499" src="https://lh3.googleusercontent.com/-weh4JOdhk8o/WJCUIIYOo-I/AAAAAAADGfs/wu1jd20g5_8/snap-00499_thumb%25255B1%25255D.jpg?imgmax=800" width="388" height="230"></a> <p>Chung keluar dari rumah Joon Jae membawa tas besar berisi barang-barangnya. Ia berpapasan dengan Nam Doo, Tae Oh, dan Yoo Ran yang baru pulang. Mereka bertanya Chung hendak pergi ke mana malam begini. Nam Doo berkata Joon Jae menyuruh mereka pergi sebentar dan sekarang Chung mau pergi. Apakah mereka bertengkar? <p>Chung berkata ia harus pergi ke suatu tempat untuk sementara waktu. Ke mana, tanya mereka. Chung tidak menjawab. Ia mengulurkan tangannya dan berterimakasih untuk semuanya. Ketiganya menatapnya dengan heran. Nooo...jangan salaman dengan Chung >,< <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-D_jp71ueQwY/WJCUJq120tI/AAAAAAADGfw/L2s1rLj7xOY/s1600-h/snap-00003%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00003" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00003" src="https://lh3.googleusercontent.com/-dmctNuUsjdU/WJCULIKkGII/AAAAAAADGf0/ffpfLtuU_-Q/snap-00003_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-NhxKs5ep-yw/WJCUMexIVMI/AAAAAAADGf4/qdRtSOHnjBU/s1600-h/snap-00006%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00006" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00006" src="https://lh3.googleusercontent.com/-rM9PCUSIbfo/WJCUNg4fi5I/AAAAAAADGf8/mdrUPXFbiJA/snap-00006_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Jin Joo sekeluarga bersama Shi Ah hendak pergi makan malam bersama. Shi Ah menegur kakaknya yang mengenakan mantel bulu cerpelai asli. Untuk membuat mantel tersebut entah sudah berapa banyak cerpelai lucu yang dikorbankan. Elizabeth ngeri mendengar perkataan tantenya. <p>Jin Joo membalas Shi Ah juga mengenakan parka yang terbuat dari bulu angsa. Apa Shi Ah merasa kasihan pada cerpelai tapi tidak merasa kasihan pada angsa-angsa yang dicabuti bulunya satu per satu. <p>Keduanya mengomel sambil berjalan keluar pagar. Mereka terkejut melihat Chung sudah menunggu mereka. Jin Joo dan suaminya mengenal Chung sebagai kekasih Joon Jae. Sementara Shi Ah masih kesal karena selain menjadi kekasih Joon Jae, Chung juga sasaran cinta tak berbalas seseorang. <p>“Kau pasti senang. Ponsel Tae Oh dipenuhi fotomu.” <p>“Apa kau bisa menghapusnya?” tanya Chung tersenyum. <p>“Apa kaupikir aku akan membiarkannya? Tentu saja aku sudah menghapusnya.” <p>Ia bertanya kenapa Chung ada di sini. Chung berkata ia akan pergi ke suatu tempat jadi ia ingin berpamitan pada semuanya. Ke mana, tanya mereka. Chung hanya mengulurkan tangannya untuk bersalaman. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-wc5K_aN_ziw/WJCUPNIYG5I/AAAAAAADGgA/s0muUSaVrSU/s1600-h/snap-00011%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00011" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00011" src="https://lh3.googleusercontent.com/-3-JY__WLHi4/WJCUQUrzKcI/AAAAAAADGgE/d-X8y_Z6l-c/snap-00011_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-IKpQ73HDjf8/WJCURxs43BI/AAAAAAADGgI/xXFnd2Vs5v0/s1600-h/snap-00015%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00015" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00015" src="https://lh3.googleusercontent.com/--09D46q2L_A/WJCUTD7ctgI/AAAAAAADGgM/bSOEgo1PdEg/snap-00015_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Berikutnya ia menemui Yoo Na. Mereka duduk di minimarket langganan mereka. Chung berkata ia akan merindukan semua makanan di sini. Ia mengucapkan selamat tinggal sambil mengulurkan tangannya. Yoo Na menyalaminya sambil berkata Chung harus kembali. <p>Setelah beberapa saat, Chung bangkit berdiri untuk pergi. Yoo Na bertanya kenapa Chung pergi secepat itu. Chung heran Yoo Na masih mengenalinya. Seharusnya tidak begitu. Ia berkata ada yang aneh pada Yoo Na. Dimulai dari kemampuan Yoo Na untuk mendengar suara aslinya. <p>Yoo Na berkata ia melihat Chung dalam mimpinya. Dalam mimpinya itu Chung adalah puteri duyung. <p>“Dan aku juga. Dalam mimpiku, ayahku adalah seorang nelayan dan ibuku puteri duyung. Karena aku bisa berbicara dengan para duyung di lautan, aku bisa tahu banyak hal.” <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-uuQ3zNQ8Pa0/WJCUUrVbU8I/AAAAAAADGgQ/W7rVP9uBJWs/s1600-h/snap-00019%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00019" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00019" src="https://lh3.googleusercontent.com/-gsphuxxKQKY/WJCUV7Xof8I/AAAAAAADGgU/YIG-qGOsLrY/snap-00019_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-TFBAQC8RqKk/WJCUXRidxrI/AAAAAAADGgY/__yuKiuki0w/s1600-h/snap-00024%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00024" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00024" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Jh6CufI1n1o/WJCUYwZB1OI/AAAAAAADGgc/zB7SIBAsrEM/snap-00024_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Yoo Na di kehidupan dulu memperingatkan para nelayan untuk tidak melaut jika akan terjadi badai. Dan para nelayan mempercayainya karena perkataan Yoo Na selalu benar dan mereka terselamatkan. <p>Chung menanyakan apa yang terjadi dalam kehidupan Yoo Na di sana. Yoo Na berkata dalam mimpinya semua baik-baik saja dan ia bahagia. Setiap kali ia bangun dari mimpinya itu, ia selalu merasa senang sepanjang hari. <p>Chung merasa lega. Karena ternyata dongeng yang diceritakan ibu Joon Jae bukan sekedar dongeng melainkan kenyataan yang pernah terjadi. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-SuqX5dXpg44/WJCUa_HcDKI/AAAAAAADGgg/spEKog66ckw/s1600-h/snap-00029%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00029" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00029" src="https://lh3.googleusercontent.com/-67n499I3Mt8/WJCUcBHjAOI/AAAAAAADGgk/CpW4XhZF2q4/snap-00029_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-MLC8Our8NLc/WJCUdk8mIXI/AAAAAAADGgo/XtbSU2dUlGo/s1600-h/snap-00031%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00031" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00031" src="https://lh3.googleusercontent.com/-9TCCXcEnQrs/WJCUfeKqgLI/AAAAAAADGgs/cgnABBJ0tHA/snap-00031_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Setelah itu ia berdiri di pantai menatap lautan luas. <p>“Kaubilang memiliki kenangan adalah jalan untuk kembali. Kisah kita di dunia ini biarlah hanya aku yang mengingatnya. Agar tidak hilang dan berakhir menyedihkan, aku akan melindunginya. Aku akan menghargainya. Dan aku akan kembali....” <p>Berikutnya...hanya tersisa sepasang sepatu di tepi pantai. Chung telah kembali ke lautan luas. <p>Keesokan paginya Joon Jae terbangun kaget. Ia mengambil sebutir mutiara yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Dan menatapnya sangat lama.</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-8ylBqyvN4yM/WJCUglm0hhI/AAAAAAADGgw/JngG-IwHvk4/s1600-h/snap-00039%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00039" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00039" src="https://lh3.googleusercontent.com/-6OiSlLRMYiA/WJCUiDvLjuI/AAAAAAADGg0/iFDryvKTU0g/snap-00039_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-3yBmT-EW4Cw/WJCUjushwPI/AAAAAAADGg4/z-LAQY2fw8A/s1600-h/snap-00049%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00049" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00049" src="https://lh3.googleusercontent.com/-WvAY2tPhvaI/WJCUk7YOm4I/AAAAAAADGg8/w6x0lRi-I-w/snap-00049_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p><i>Tiga tahun kemudian.....</i> <p>Nam Doo dan Tae Oh masih tinggal bersama Joon Jae dan Yoo Ran. Mereka duduk bersama untuk sarapan. Nam Doo berkata ia tidak bisa pergi karena Yoo Ran. Joon Jae berkata Nam Doo selalu berkata akan pergi jika cuaca menghangat tapi sudah tiga tahun berlalu ia tidak pergi juga. <p>Yoo Ran berkata tidak perlu pergi membuang uang untuk menyewa tempat lain. Mereka boleh tinggal sampai mereka menikah. Ibu, protes Joon Jae. <p>Nam Doo berterimakasih. Seumur hidupnya ia tidak memiliki kesempatan untuk memanggil “Ibu” dan sekarang ia bisa mengatakannya. Aku juga, kata Tae Oh. <p>Yoo Ran kaget dan bersimpati pada Tae Oh. Ia langsung menyorongkan telur gulung kesukaan Joon Jae untuk Tae Oh. Tae Oh tersenyum manis. <p>Joon Jae merebut piring telur tersebut dan memindahkan ke tempat semula. Ibunya menjitaknya. Joon Jae tertawa sambil memberi sepotong telur gulung untuk Tae Oh. Mereka terlihat bahagia. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-xIHExyV78F0/WJCUmm_ZeEI/AAAAAAADGhA/T3dIWov7Smw/s1600-h/snap-00057%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00057" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00057" src="https://lh3.googleusercontent.com/-3VLx7P0YA8g/WJCUoODqGdI/AAAAAAADGhE/qY49i4hX3OA/snap-00057_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-fp_BMsyZDJs/WJCUpvkta7I/AAAAAAADGhI/sya5P6YxWl0/s1600-h/snap-00058%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00058" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00058" src="https://lh3.googleusercontent.com/-9En20NWHTIg/WJCUq2Qtk4I/AAAAAAADGhM/UtBfRtNsrbk/snap-00058_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Nam Doo menunjuk kursi kosong di sampingnya dan bertanya kenapa mereka selalu mengosongkan kursi itu saat mereka makan. Kebiasaan, jawab Joon Jae singkat. <p>“Itu benar. Tapi karena kita selalu mengosongkan kursi ini, rasanya seakan ada pemilik khusus untuk kursi ini. Bukankah itu aneh?” tanya Nam Doo. <p>“Semua hal aneh untukmu,” sergah Joon Jae. Namun sekilas ia tidak tampak sebahagia tadi. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-kULXG_ChkL8/WJCUsXWZmaI/AAAAAAADGhQ/m7C7ZMcFv1k/s1600-h/snap-00060%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00060" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00060" src="https://lh3.googleusercontent.com/-53BRLe14z14/WJCUtp1WuhI/AAAAAAADGhU/1QJmCMqm0Ro/snap-00060_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-RXBYgDFpzmI/WJCUu0jPCuI/AAAAAAADGhY/_ptDVauYKHc/s1600-h/snap-00064%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00064" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00064" src="https://lh3.googleusercontent.com/-RhIk1QwzdiM/WJCUwn_PfII/AAAAAAADGhc/KPsxBTVA9lU/snap-00064_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Joon Jae pergi ke kantor penuntut umum dengan mengenakan setelan jas resmi yang rapi. Masih ingat kan kantor yang dulu pernah digunakan Joon Jae dkk untuk menipu nyonya ketua mafia? Ketika Joon Jae menyamar menjadi seorang penuntut umum? <p>Ia pergi ke kantor yang sama, namun kali ini ia masuk gedung dengan tanda pengenal dan mengetuk pintu kantor sebelum masuk. Ia datang sebagai mahasiswa hukum yang akan magang di kantor tersebut. <p>Jika Joon Jae menjadi penuntut, lalu bagaimana dengan warisan ayahnya? Ia memberikan semuanya pada ibunya sementara ia melanjutkan kuliahnya dan masuk sekolah hukum. Yoo Ran sekarang kembali menjadi nyonya yang disegani kalangan atas, terutama Jin Joo. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-a_iGQkLRpTA/WJCUyMuCyHI/AAAAAAADGhg/BbTSzkzohz0/s1600-h/snap-00071%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00071" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00071" src="https://lh3.googleusercontent.com/-k-vMvwLwaEI/WJCU0BfBt9I/AAAAAAADGhk/0-I4l9FfKHU/snap-00071_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-8VSUeNuDIm0/WJCU1HIo5FI/AAAAAAADGho/mNIaMIM92EA/s1600-h/snap-00073%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00073" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00073" src="https://lh3.googleusercontent.com/-OIIbrr_DXJ4/WJCU2uufG2I/AAAAAAADGhs/eVq59NnOoys/snap-00073_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Jin Joo bercerita pada nyonya-nyonya lain kalau Yoo Ran menggunakan setengah dari warisannya untuk membuat tempat penampungan para remaja yang melarikan diri. Ia juga mendirikan sekolah swasta. Ia melakukannya karena mendengar penderitaan Joon Jae saat melarikan diri dari rumah. <p>Jin Joo berkata Yoo Ran bisa menjadi CEO dengan warisan sebanyak itu. Yoo Ran berkata ia tidak tahu apa-apa tentang perusahaan jadi lebih baik dijalankan oleh ahlinya. Jin Joo memuji Yoo Ran sangat rendah hati. <p>“Melihat kakak ini, aku menyadari satu hal. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Jangan hanya melihat keadaan sekarang. Meski orang tidak berubah, keadaan berubah.” <p>Ia berkata berkat Yoo Ran ia dan suaminya bisa berinvestasi dengan baik. Ia yakin mereka diikat dengan takdir yang sangat kuat. <p>“Mungkin kita kakak beradik pada kehidupan sebelumnya,” katanya. He...andai ia tahu kalau ia dulu pelayan Yoo Ran. <p>Dan sekarang ia menawarkan untuk membuatkan kopi lagi untuk Yoo Ran meski Yoo Ran berkata akan membuatnya sendiri. Ia menyuruh Yoo Ran duduk tenang sementara ia melayani. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-19yr_J27FdU/WJCU3_sz2UI/AAAAAAADGhw/IpXgFiyum9w/s1600-h/snap-00076%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00076" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00076" src="https://lh3.googleusercontent.com/-OXxfpedsCCI/WJCU5TNKcoI/AAAAAAADGh0/Oew7wzngMvo/snap-00076_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-v7pIN-eQs38/WJCU6_y2BAI/AAAAAAADGh8/OVHv2K2BOVo/s1600-h/snap-00084%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00084" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00084" src="https://lh3.googleusercontent.com/-3elkpn1YYTI/WJCU8SKeQII/AAAAAAADGiA/omP1AlZRBBs/snap-00084_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Saat makan siang, penuntut atasan Joon Jae bertanya siapa yang akan makan siang duluan. Asistennya mempersilakan bos makan duluan. Bos mengajak Joon Jae makan bersama. Joon Jae bertanya kenapa mereka tidak makan bersama saja. Kenapa harus bergantian? <p>Atasannya bertanya apa yang paling penting untuk menjadi seorang penuntut umum. Rasa keadilan, kata Joon Jae penuh semangat. Atasannya berkata itu memang penting. Tapi ada yang lebih penting lagi. <p>“Jangan tinggalkan kantor dalam keadaan kosong.” <p>Joon Jae kebingungan. Kenapa begitu? Atasannya berkata 3 tahun lalu mereka dirampok penipu. Para penjahat itu duduk di kursinya dan berpura-pura menjadi penuntut untuk menemui klien. Mereka juga menghapus rekaman CCTV. <p>Joon Jae pura-pura kaget dan menunjukkan tangannya yang merinding mendengar itu. Ia berkata bagaimana bisa mereka memikirkan hal semacam itu. <p>“Banyak psycho di dunia ini,” katanya. <p>Atasannya berkata jika waktu itu ia kembali 5 menit lebih awal saja maka ia bisa menangkap mereka. Tapi sinyal lalu lintas waktu itu tiba-tiba kacau. Para penjahat itu bisa masuk karena berkata akan mengganti saringan air. <p>“Bukannya memperbaiki lift?” tanya Joon Jae. <p>“Ah ya benar, memperbaiki lift. Bagaimana kau bisa tahu?” tanya atasannya curiga. <p>Joon Jae dengan enteng berkata ia banyak mendengar hal seperti itu sering terjadi di daerah Gangnam. Atasannya berkata ia memang tidak mudah mempercayai orang lain. Dan sejak peristiwa itu ia makin tidak percaya pada orang lain. Di dunia ini ada begitu banyak macam orang. <p>Joon Jae mengangkat kedua tangannya dan berkata ia akan menangkap para penjahat itu. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-iKBENA7Qq90/WJCU-ELI99I/AAAAAAADGiE/VEsEzfdmky4/s1600-h/snap-00094%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00094" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00094" src="https://lh3.googleusercontent.com/-XGwAq867txE/WJCU_k7FrxI/AAAAAAADGiI/ZI9_Zu2Yfwk/snap-00094_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-zLdPlqNu_hQ/WJCVBEtFtPI/AAAAAAADGiM/T-LVPratuRw/s1600-h/snap-00108%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00108" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00108" src="https://lh3.googleusercontent.com/-LHjqeWJvEqk/WJCVG1WoWaI/AAAAAAADGiQ/VoKYF_O5ZA4/snap-00108_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Joon Jae dan atasannya menginterogasi seorang terduga penipu. Penipu itu terus menerus mengelak dari tuduhan, tapi Joon Jae bisa mengetahui semua kebohongan dan penipuan yang dilakukan si penipu. Ia bahkan tahu jumlah kerugian gara-gara si penipu sebenarnya ribuan kali lipat dari yang dituduhkan padanya. Penipu itu makin lama makin gelisah mendengar tuduhan Joon Jae. Atasannya heran melihat Joon Jae tahu sebanyak itu. <p>Saat pulang bekerja, atasannya bertanya apakah Joon Jae memiliki koneksi atau informan. Joon Jae menyangkal. Atasannya tidak begitu percaya. Joon Jae melihat Detektif Hong sedang menunggunya di lobi gedung. Ia cepat-cepat pamit pada atasanya dan pergi bersama Detektif Hong. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-dkt-vpsG6HA/WJCVIsW-3rI/AAAAAAADGiU/rcEijRAz9DQ/s1600-h/snap-00123%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00123" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00123" src="https://lh3.googleusercontent.com/-TR-hMqPEQL0/WJCVKfHE8CI/AAAAAAADGiY/DH1Qod1RRQw/snap-00123_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-VFIWquDQBDw/WJCVL9pTycI/AAAAAAADGic/yiZgtNoBa04/s1600-h/snap-00127%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00127" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00127" src="https://lh3.googleusercontent.com/-0cY6p9SHmp0/WJCVNVhfHlI/AAAAAAADGig/qxVZrymDFrs/snap-00127_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Joon Jae dan Detektif Hong makan malam bersama. Meski keduanya jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, mereka makin dekat. Detektig Hong senang Joon Jae mengambil langkah yang bijak meneruskan sekolahnya. Ia sudah khawatir ketika Joon Jae sempat kehilangan arah dan banyak mengatakan hal gila. Lalu Joon Jae menghilang dan menutupi jejaknya. Meski begitu ia mengakui apa yang dialami Joon Jae tidak bisa dihadapi secara normal. Hmmmm...apa maksudnya ya? Mungkin peristiwa kematian ayah Joon Jae? Dan lagi...apa Chung juga menghapus ingatan Detektif Hong? <p>Joon Jae berkata ia tidak terlalu ingat lagi apa yang terjadi waktu itu. Meski ia berusaha mengingat, ia tidak ingat dengan baik. Detektif Hong bertanya apa yang dilakukan Nam Doo akhir-akhir ini. <p>Nam Doo menjadi penceramah bagi tante-tante kaya mengenai pajak. Ceramahnya tidak boleh direkam suara mapun divideo. Mereka hanya boleh mendengar dan mencatat. Err...dia ini memberi ceramah cara menghindari pajak atau ceramah bagaimana membayar pajak yang benar? <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-masDozju1ps/WJCVO0Z8xEI/AAAAAAADGik/Oj8L6xr1K_E/s1600-h/snap-00129%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00129" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00129" src="https://lh3.googleusercontent.com/-VOMit5ukAYw/WJCVQGNABBI/AAAAAAADGis/q7xTIdMvORs/snap-00129_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-kDXdUtC6Dzc/WJCVR0toOAI/AAAAAAADGiw/c8EzTMlGtGE/s1600-h/snap-00136%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00136" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00136" src="https://lh3.googleusercontent.com/-9JAcnQk9yAI/WJCVTQKpKtI/AAAAAAADGi0/M6sZEqcZTUs/snap-00136_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Ketika ia kemudian bergabung dengan Detektif Hong dan Joon Jae, Detektif Hong bertanya apa Nam Doo menipu orang melalui kuliahnya. Nam Doo berkata memangnya dia gila. Dia lebih keluar daripada nantinya tertangkap Joon Jae. Joon Jae tersenyum geli. <p>Nam Doo berkata ia tadinya mengira Joon Jae hanya bergurau saat berkata akan menjadi pegawai negeri. Detektif Hong berkata itu berkat dirinya. <p>“Begitu ia bertemu denganku, ia mengenali orang baik dan ingin hidup sepertiku. Jika hidup seperti Jo Nam Doo, maka ia pikir hidupnya akan rusak. Aku yakin ia banyak memikirkannya lalu memutuskan begitu.” <p>“Kau salah,” kata Joon Jae. <p>Kalau begitu apa alasannya? Tanya Nam Doo. Selain mendadak ingin menjadi pegawai negeri, Joon Jae juga memutuskan menjadi penuntut umum. Keputusan yang sangat ekstrim. Joon Jae berkata ada faktor pencetusnya tapi ia tidak begitu ingat. Melihat wajah sedih Joon Jae, Detektif Hong dan Nam Doo tak bertanya lebih jauh lagi. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-MBUu4vOqpqc/WJCVU9LVp6I/AAAAAAADGi4/QTqE57qX3gQ/s1600-h/snap-00144%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00144" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00144" src="https://lh3.googleusercontent.com/-k6_WgHyYr9M/WJCVV2g7IgI/AAAAAAADGi8/NVJJo_BwbuA/snap-00144_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-cm6P5Ei1sIs/WJCVXshcRlI/AAAAAAADGjA/wPw084-WLfA/s1600-h/snap-00148%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00148" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00148" src="https://lh3.googleusercontent.com/-tvXUMqOtRrs/WJCVY91eUhI/AAAAAAADGjE/yPFT5TYD2Mg/snap-00148_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Perbincangan mereka berlanjut di rumah Joon Jae. Mereka minum-minum bersama Tae Oh dan keempatnya mulai mabuk. Detektif Hong ingin memastikan Tae Oh juga tdaik menjadi peretas ilegal lagi. Nam Doo berkata ia sudah menjelaskan berkali-kali kalau Tae Oh sekarang menjadi peretas putih. Ia memeriksa sistem keamanan perusahaan-perusahaan apakah dapat diretas atau tidak, lalu memperkuat sistem keamanan mereka. Detektif Hong tak begitu mengerti, pokoknya ia ingin mereka bertiga melakukan pekerjaan bersih. <p>Nam Doo mencari-cari ponselnya. Tae Oh mengeluarkannya dari sakunya. Nam Doo berkata Tae Oh mulai lagi. <p>“Apa kau tidak bisa mengendalikannya?” ujar Joon Jae. <p>Nam Doo menyuruh mereka memeriksa apakah mereka kehilangan sesuatu atau tidak. Joon Jae memeriksa sakunya dan aman. Sementara Detektif Hong kehilangan sesuatu dan kebingungan. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-XGbX2dbD6FE/WJCVaWbM8GI/AAAAAAADGjI/p2cvzI0BmI0/s1600-h/snap-00153%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00153" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00153" src="https://lh3.googleusercontent.com/-cuY92-6eTIw/WJCVcLLt97I/AAAAAAADGjM/2raaZJUahCo/snap-00153_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-m0YeLpKknC0/WJCVdf6TsJI/AAAAAAADGjQ/OAw7DPflRu8/s1600-h/snap-00156%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00156" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00156" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mzZ8HAIzJ6A/WJCVehPlXsI/AAAAAAADGjU/BavFcARhngM/snap-00156_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Tae Oh mengeluarkan borgol dari saku celananya lalu menyerahkannya pada Detektif Hong. Detektif Hong bertanya apa ini hobi Tae Oh. <p>Nam Doo mulai menelepon seorang wanita. Detektif Hong bangkit berdiri bersiap pulang. Tapi Joon Jae menariknya kembali untuk duduk. Ia memegang kedua pipi Detektif Hong dan berkata hari ini tidak boleh ada yang pulang. Ia merangkul Detektif Hong kuat-kuat. Haha...beneran mabuk ini^^ <p>Tae Oh berusaha “mencuri” sebuah cangkir. Kebiasaan mabuk Tae Oh adalah mencuri? XD Nam Doo masih sibuk menelepon namun ternyata wanita yang diteleponnya sudah bersuami. Ia meminta maaf lalu menutup telepon. <p>Tiba-tiba Joon Jae menangis. Detektif Hong kebingungan. Aku merindukannya, isak Joon Jae. Siapa, tanya Detektif Hong. Tapi Joon Jae hanya berulang-ulang berkata “aku merindukannya” sambil menangis. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-KgLKWmE46eg/WJCVgfA7DWI/AAAAAAADGjY/le4Mf_g18HA/s1600-h/snap-00169%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00169" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00169" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Bh-M6L-3QCw/WJCVh3Y1ROI/AAAAAAADGjc/JmHWEAsLGYA/snap-00169_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-JHu_h1e7aO0/WJCVjGjrdWI/AAAAAAADGjg/p1dNvxzil5Y/s1600-h/snap-00177%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00177" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00177" src="https://lh3.googleusercontent.com/-mvZjSBp5-iw/WJCVk7KGnfI/AAAAAAADGjk/Cwn8MpKGjLc/snap-00177_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Nam Doo berkata ini kebiasaan baru Joon Jae saat mabuk. Biasanya Joon Jae mengulang kata-katanya terus dan tidak memperbolehkan orang lain pulang. <p>“Tapi sekarang ia menangis! Ia bahkan tidak ingat keesokan harinya!” <p>“Aku merindukannya...” <p>“Siapa? Beritahu aku siapa?! Siapa yang kaurindukan setiap kali kau minum!” seru Nam Doo. <p>Joon Jae hanya menangis tersedu-sedu. Jauh di dasar lautan, Chung mengusap air matanya yang berubah menjadi butiran-butiran mutiara di dasar laut. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-bLtl_D4eudw/WJCVmTKTPKI/AAAAAAADGjo/RASYUMgQovI/s1600-h/snap-00188%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00188" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00188" src="https://lh3.googleusercontent.com/-WdHJVOpue-g/WJCVnuIlfUI/AAAAAAADGjw/nu0zH-UXHpo/snap-00188_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-DlJ4Ov3Vd5s/WJCVpG5TRwI/AAAAAAADGj0/4NiiKgKSbX0/s1600-h/snap-00189%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00189" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00189" src="https://lh3.googleusercontent.com/-64MQ1PGGipQ/WJCVqRF_jMI/AAAAAAADGj4/DfO77RCTtO8/snap-00189_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Joon Jae lalu masuk ke kamar gantinya. Ia membuka brankas dan mengeluarkan beberapa diari, lalu membacanya. Nam Doo memberitahu Detektif Hong kalau Joon Jae jadi aneh. Sering mengunci diri di kamar dan diam di sana. Lalu pergi ke pantai untuk melihat matahari terbit, dan pergi lagi saat matahari terbenam. Jika ditanya apa alasannya, Joon Jae menjawab ia sendiri tidak tahu. <p>Detektif Hong dan Tae Oh ikut sedih mendengar cerita Nam Doo. Mereka bertiga minum bersama dan memikirkan Joon Jae bersama.</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-YR2RAA3D-CQ/WJCVr55Xb6I/AAAAAAADGj8/vh2sxfl2zVg/s1600-h/snap-00194%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00194" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00194" src="https://lh3.googleusercontent.com/-E3LIzKdX9ck/WJCVtSpia_I/AAAAAAADGkA/oUTYT2zuor0/snap-00194_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-jLWH1s8ZMBA/WJCVvFtLHlI/AAAAAAADGkE/1nXw_kMeowY/s1600-h/snap-00200%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00200" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00200" src="https://lh3.googleusercontent.com/-xyesh3Tzt0Y/WJCVwWukIOI/AAAAAAADGkI/nnGqpuKB0aU/snap-00200_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>Chung akhirnya berenang ke permukaan. Suatu hari terdapat jejak-jejak kaki di atas salju dari arah pantai. Seorang kurir menaruh paket di bangku pantai lalu berteriak kalau ia sudah mengantarkan barang sesuai pesanan. Setelah kurir itu pergi, seseorang mengambil paket tersebut. <p>Tentu saja itu puteri duyung kita yang sudah kembali. Ia mengenakan pakaian trendinya yang baru, mengeringkan rambutnya dengan pengering tangan di toilet umum, lalu berjalan menuju halte sambil menenteng dompet kerangnya. <p>Karena ini bukan pertama kalinya, ia sudah tahu harus turun di mana. Ia tiba di Seoul tempat ia pertama turun dulu. Menghirup udara Seoul yang dipenuhi asap kendaraan, dan melihat orang lalu lalang seperti ikan teri di lautan. <p>“Aku merasa sudah di rumah!” katanya senang. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-0bdBow9DHSg/WJCVx6242OI/AAAAAAADGkM/oeIwptt4UJc/s1600-h/snap-00206%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00206" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00206" src="https://lh3.googleusercontent.com/-htw24RXKCgM/WJCVzrdeV1I/AAAAAAADGkQ/EV_qml628AI/snap-00206_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-1HQvRQH1Ri8/WJCV1ZvtN2I/AAAAAAADGkU/rXZ10jbZjkM/s1600-h/snap-00212%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00212" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00212" src="https://lh3.googleusercontent.com/-lPswGYmYb08/WJCV2p1ROfI/AAAAAAADGkY/2QXw-0mvPN0/snap-00212_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Ia pergi ke toko perhiasan untuk menukar mutiara-mutiaranya dengan uang lalu meneruskan perjalanannya. Ia berhenti saat melihat seorang gadis (cameo Kim Seul Gi^^) mengamati ikan-ikan di luar sebuah restoran. <p>“Kau dari mana?” tanyanya. <p>Gadis itu terkejut melihat Chung. Makin terkejut saat Chung bertanya ia dari laut mana. Bagaimana Chung bisa tahu? Chung menyuruh gadis itu menjawab. Akhirnya gadis itu berkata ia berasal dari Jeju. <p>“Apa yang kaulakukan di sini?” tanya Chung. Melihat wajah memelas gadis itu, ia bertanya apakah gadis itu lapar. Puteri duyung malang itu mengangguk. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-VCOBv_O3LWY/WJCV4nvpVQI/AAAAAAADGkc/UKnQ0R58SHM/s1600-h/snap-00232%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00232" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00232" src="https://lh3.googleusercontent.com/-tT2Nl6HPTcs/WJCV6eiED3I/AAAAAAADGkk/6CrfxOym2LM/snap-00232_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-TdULS3_DGxc/WJCV8Fm89bI/AAAAAAADGko/Jlzkez54YdE/s1600-h/snap-00241%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00241" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00241" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Bw-ldT7HvUI/WJCV9XCtoVI/AAAAAAADGks/4bZd4EXJ65Y/snap-00241_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Chung membawa gadis itu masuk ke dalam restoran dan menraktirnya makan. Seperti Chung dulu, gadis itu langsung meraup makanan dengan tangannya. Chung memegang tangan gadis itu dan menggoyangkannya agar melepaskan makanan tersebut. <p>“Kau akan diperlakukan seperti idiot jika makan seperti itu di sini,” katanya. Ia memberi contoh bagaimana cara makan dengan baik. Gadis itu mencobanya dengan percaya diri. Ia berusaha mengambil sepotong sashimi. <p>Chung bertanya kenapa gadis itu ke sini. Gadis itu tersipu dan berkata ia merindukan seseorang. Ia terkadang main di darat dan bertemu seorang pria yang katanya tinggal di Seoul. Jadi ia berenang selama 15 hari untuk menemui pria itu. <p>Chung memandang gadis itu dengan penuh selidik. Ia bertanya apa pria itu menyuruhnya datang? Apa pria itu menyatakan cinta? Apa pria itu bolang akan menikahinya?” <p>“Ia tidak mengatakannya dengan jelas,” kata gadis itu membela diri. <p>Seperti ketika Jung Hoon mengajarinya dulu, Chung memberitahu gadis itu kalau jantungnya akan mengeras jika berada di darat. Dan satu-satunya cara untuk bisa terus bernafas adalah cinta dari pria yang ia cintai. <p>“Mungkinkah dengan pria itu?” tanya Chung skeptis. <p>“Mungkin saja jika aku bertemu dengannya. Tapi ia tidak mengangkat teleponku. Aku tidak bisa bertemu dengannya.” <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-bN2h245mdfA/WJCV-zudpLI/AAAAAAADGkw/n_eRqBhpXc4/s1600-h/snap-00243%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00243" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00243" src="https://lh3.googleusercontent.com/-h6UkmWz1Tx0/WJCWAd6aqeI/AAAAAAADGk0/EgrAs1fiS1U/snap-00243_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-YPJtS_hrXFo/WJCWBzVLLAI/AAAAAAADGk4/xLIF70fGW5Y/s1600-h/snap-00252%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00252" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00252" src="https://lh3.googleusercontent.com/-g153fJEU4zQ/WJCWEeId6vI/AAAAAAADGk8/4Y__CKVGCbM/snap-00252_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Chung berkata sebaiknya gadis itu menikmati sashiminya dan segera kembali ke laut. Anggap saja mendapat pengalaman bagus dari peristiwa ini. <p>Gadis itu bertanya apa Chung sudah menemukan pria seperti itu. Tentu saja, kata Chung. Seorang tampan bodoh yang hanya mencintainya, karena itu jantungnya berdetak dengan baik. <p>“Kalau begitu kenapa kau kembali ke laut?” <p>“Karena sebagus apapun jantungmu, tidak tahan jika terkena senjata. Setelah tertembak aku baru mengerti mengapa hiu dan lumba-lumba mati dalam satu tembakan.” <p>Mata gadis itu melebar ngeri mendengarnya. <p>Chung berkata ia harus turun jauh ke dasar laut untuk memulihkan diri dengan memakan semua makanan bernutrisi. Ia bekerja keras dalam waktu yang lama untuk memulihkan dirinya. <p>“Kenapa kau tertembak?” <p>“Aku ingin melindungi pria itu. Jadi aku menyelamatkannya dan aku tidak menyesalinya.” <p>“Di mana pria itu? Apa ia tahu kau sudah kembali?” <p>Chung terdiam. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-N-cWVcEnOf4/WJCWGGZMsfI/AAAAAAADGlA/c_wWT_YbIF8/s1600-h/snap-00268%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00268" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00268" src="https://lh3.googleusercontent.com/-fgIdwQSeu7s/WJCWHhQPDwI/AAAAAAADGlE/LpERlXp6D4g/snap-00268_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-m9KYqX31k8Y/WJCWJCaN-ZI/AAAAAAADGlI/WdMKcFDqasw/s1600-h/snap-00277%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00277" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00277" src="https://lh3.googleusercontent.com/-iv8oy3HmXQE/WJCWKc5uzVI/AAAAAAADGlM/mtCaSHhUsng/snap-00277_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Ia pergi ke rumah Joon Jae. Nam Doo yang membukakan pintu. Ia tidak mengenali Chung. Chung berkata ada yang ingin ia bicarakan. Tapi Nam Doo malah menutup pintu mengira Chung sedang menyebarkan agama. <p>Chung menekan bel lagi berkali-kali. Nam Doo membuka pintu sambil menggerutu, bertanya Chung jualan apa. Chung berkata ia tidak menjual apapun. Ia mencari Joon Jae. <p>Nam Doo menghela nafas panjang dan bersimpati Chung. Ia menyarankan agar Chung melupakan Joon Jae. Mengira Chung tertipu oleh kerennya Joon Jae yang bolak balik melihat lautan saat matahari terbit dan terbenam. <p>“Aku merasa familiar denganmu dan merasa kau seperti adikku, itu sebabnya aku memberikan saran.” <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-cPzvkcnEx58/WJCWL1kRm0I/AAAAAAADGlQ/SoRdbQtsY24/s1600-h/snap-00285%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00285" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00285" src="https://lh3.googleusercontent.com/-WAwapW-bwxo/WJCWNoD_L6I/AAAAAAADGlY/zeayhRFvzxk/snap-00285_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-LS2kbAGF_e4/WJCWPKmuepI/AAAAAAADGlc/Jy-NvRie7Nc/s1600-h/snap-00287%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00287" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00287" src="https://lh3.googleusercontent.com/-EM-9q-aYwVU/WJCWQoDrJmI/AAAAAAADGlg/_YRnlL8L_Ms/snap-00287_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Nam Doo berbalik masuk sebelum Chung sempat berkata apapun. Untunglah Yoo Ran datang tepat pada saat itu. Ia juga tidak mengenali Chung. Chung melihatnya dengan penuh kerinduan. <p>Berbeda dengan Nam Doo, Yoo Ran mengajak Chung masuk karena Chung adalah tamu Joon Jae. <p>Chung masuk dan terharu melihat semuanya masih sama seperti saat ia pergi dulu. Nam Doo dan Yoo Ran terheran-heran melihat Chung tahu letak tissue di bawah meja, bahkan tahu di mana kamar mandinya. Seakan ia berada di rumahnya sendiri. Nam Doo mengira Joon Jae membawa Chung ke rumah saat mereka semua pergi. <p>Ia menelepon Joon Jae dan memberitahu Joon Jae kedatangan seorang tamu cantik berambut panjang. Ia belum tahu nama wanita itu dan menyuruh Joon Jae cepat pulang. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-KgagSrpVZjY/WJCWSBhkrtI/AAAAAAADGlk/eu2Fr2M9zy0/s1600-h/snap-00295%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00295" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00295" src="https://lh3.googleusercontent.com/-_i7jUVFqKKc/WJCWTQ-o1uI/AAAAAAADGlo/TNh7Wn0nKzA/snap-00295_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-lzF2Kk4P_3g/WJCWVH28cgI/AAAAAAADGls/T-xC6jSk8m0/s1600-h/snap-00300%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00300" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00300" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DqiufMECyVA/WJCWWq5GKkI/AAAAAAADGlw/1JB4IucwfF8/snap-00300_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Chung berjalan ke tepi kolam menghampiri Nam Doo. Nam Doo menanyakan namanya. Tidak seperti saat pertama mereka bertemu, Chung menyebutkan namanya. Sim Chung. <p>“Ah, orangtuamu pasti suka cerita dongeng (Shim Chung adalah nama tokoh dongeng meski Joon Jae memilihkan nama tersebut karena lafal Chung sama dengan bodoh). Di mana rumahmu?” <p>“Jauh,” Chung tersenyum menyadari pengulangan percakapan mereka. <p>Nam Doo melihatnya dengan heran. Namun perhatiannya teralih pada gelang giok yang dikenakan Chung. Matanya langsung bersinar. Chung tertawa. <p>“Kurasa orang tidak berubah banyak. Aku menyukainya.” <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-HE4dIq3qIqg/WJCWYGv2ZZI/AAAAAAADGl0/ifgz9t_phIU/s1600-h/snap-00317%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00317" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00317" src="https://lh3.googleusercontent.com/-DCiVi5C08DY/WJCWZALLcpI/AAAAAAADGl4/DPtt5cTvgMU/snap-00317_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-uoqaMsCLJ18/WJCWa3tFJSI/AAAAAAADGl8/DDRbtJQq3fE/s1600-h/snap-00319%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00319" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00319" src="https://lh3.googleusercontent.com/-M9sYC1ZnVJM/WJCWcBHTKhI/AAAAAAADGmA/5fPCDx2EdLg/snap-00319_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Shi Ah datang berkunjung. Ia langsung melihat Chung dengan waspada, lalu tak peduli setelah Nam Doo menjelaskan siapa Chung. <p>“Dia belum datang, ya?” tanyanya pada Nam Doo. <p>“Apa kau harus melamar duluan?” Nam Doo balik bertanya. <p>Chung terkejut mendengar percakapan mereka. Ia melihat cincin yang melingkari jari manis Shi Ah. Shi Ah berkata wanita akhir-akhir ini melakukannya. Nam Doo menyarankan agar Shi Ah menunggu hingga pria melakukannya. <p>Shi Ah terkejut saat tiba-tiba Chung menghampirinya dengan wajah serius. Ia bertanya apakah Shi Ah akan menikah. Shi Ah membenarkan, sambil membenahi rambutnya dengan jari untuk memamerkan cincinnya. Ia akan menikah dengan pria yang tinggal di rumah ini. <p>“Dengan siapa? Ada tiga orang pria di rumah ini, yang mana?” <p>Nam Doo bertanya bagaimana Chung bisa tahu ada tiga pria tinggal di rumah ini. Apa Joon Jae yang memberitahu? <p>“Kau akan menikah dengan siapa, Cha Shi Ah?” tanya Chung tak peduli. <p>Shi Ah kaget Chung tahu namanya. <p>“Apa kau akan menikah dengan Heo Joon Jae?” tanya Chung khawatir. <p>“Memangnya kenapa kalau iya?” tanya Shi Ah. Sama seperti Nam Doo, ia mengira Chung adalah salah satu fans Joon Jae. Ia menyarankan agar Chung menyerah. <p>“Kau tidak akan bisa mendapatkannya. Kau tahu wanita yang tidak akan bisa kaukalahkan adalah wanita yang berada dalam kenangan seseorang. Ia memiliki seorang wanita hebat dalam kenangannya. Kau tidak akan bisa menang. Sebagai info, pria yang akan kunikahi...” <p>“Jika bukan Heo Joon Jae, ya sudah...” potong Chung sambil tersenyum lega. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-fQqp6Rce6D4/WJCWdwxTC6I/AAAAAAADGmE/luRmcq00W-w/s1600-h/snap-00337%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00337" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00337" src="https://lh3.googleusercontent.com/-H3uS_GceYTI/WJCWfqr5Q2I/AAAAAAADGmM/VdnLFw_8I4c/snap-00337_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-823OchID8KU/WJCWhDI5mgI/AAAAAAADGmQ/CY2dRL2BuPY/s1600-h/snap-00342%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00342" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00342" src="https://lh3.googleusercontent.com/-IkmjFdIt0S0/WJCWi1jyuFI/AAAAAAADGmU/INxXJMwk5tc/snap-00342_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Joon Jae tiba di rumah. Chung menatapnya dengan penuh harap. Tapi Joon Jae menatapnya dengan dingin. <p>“Kau siapa?” tanyanya. <p>“Kau semakin tampan, Heo Joon Jae. Aku senang kau baik-baik saja,” Chung berkata dalam hatinya. <p>“Aku tanya siapa kau?” <p>“Aku....aku....” Chung menambahkan dalam hatinya,” Orang yang kau cintai lebih lama dari umurmu.” <p>Nam Doo mulai merasa kasihan karena Joon Jae bahkan tidak ingat Chung.</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-VM2zANeNVB0/WJCWkl2z-AI/AAAAAAADGmY/owDVZx97uOk/s1600-h/snap-00348%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00348" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00348" src="https://lh3.googleusercontent.com/-vGj_lLaqUUE/WJCWlz1XwRI/AAAAAAADGmc/DpKjxch9WSI/snap-00348_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-9KvkCwErNyE/WJCWndoTtEI/AAAAAAADGmg/qyWCRcXRBuQ/s1600-h/snap-00349%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00349" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00349" src="https://lh3.googleusercontent.com/-LzzXo-esdbg/WJCWoorVAmI/AAAAAAADGmk/Fg9rVaAP-lk/snap-00349_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>Joon Jae bertanya apa yang membuat Chung datang ke sini. Chung tidak mampu menjawab. Dalam hatinya ia berkata ia datang untuk memberitahu kalau sekarang ia sudah sehat dan ia merindukan Joon Jae. <p>“Apa kau mengenalku?” tanya Joon Jae. <p>“Ya, aku mengenalmu lebih dari siapapun di dunia ini,” batin Chung. Namun ia berkata ia tidak terlalu mengenal Joon Jae karena mereka hanya bertemu sekilas. Ia tidak tahu apakah Joon Jae mengenalnya atau tidak. <p>“Begitukah? Apa kau datang ke sini karena ada yang ingin kaukatakan?” <p>“Aku mencintaimu,” batin Chung. Tapi ia berkata tidak ada yang ingin ia katakan. Dalam hatinya ia berkata lagi kalau ia mencintai Joon Jae. <p>“Tidak ada lagi yang ingin kukatakan. Sepertinya kau baik-baik saja. Itu bagus,” kata Chung menelan kekecewaannya. Dalam hatinya ia kembali mengatakan kalau ia mencintai Joon Jae. <p>Joon Jae melihat jam tangannya dan berkata ia datang hanya untuk menaruh mobil di rumah dan harus pergi lagi karena ada janji lain. <p>Shi Ah protes hari ini ia akan melamar Tae Oh dan mengumumkan pernikahan mereka. Joon Jae harus bersama mereka. Joon Jae meminta maaf dan mengucapkan selamat pada Shi Ah. Lalu ia pergi tanpa satu kalipun melihat Chung lagi. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-HdAzftuiT44/WJCWqXrUISI/AAAAAAADGmo/gBI4q7UVkYQ/s1600-h/snap-00363%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00363" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00363" src="https://lh3.googleusercontent.com/-ym7AuBz_ETk/WJCWrtAwp-I/AAAAAAADGms/GLkWweYZaEU/snap-00363_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-nO_IhWOuDQs/WJCWtAn68JI/AAAAAAADGmw/nI51a_SyQ3Q/s1600-h/snap-00364%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00364" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00364" src="https://lh3.googleusercontent.com/-GK8ysWYrNhk/WJCWuyNH2rI/AAAAAAADGm0/Y-2PFPWZy5Y/snap-00364_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Yoo Ran merasa kasihan pada Chung. Chung mengambil jaketnya dan berlari keluar mencari Joon Jae. Tapi ia tidak menemukan Joon Jae di manapun. Ia melihat lampu air mancur, di mana 3 tahun lalu ia menunggu Joon Jae di sana. <p>Ia melompat mundur ketika seorang pengendara motor tak sengaja mencipratkan salju ke kakinya. Chung mulai menyerah dan berjongkok, seperti ketika ia diusir dari mall di Spanyol. <p>“Kau terlihat nyaman dan bahagia dengan apa adanya dirimu. Apakah aku sebaiknya tidak kembali?” batinnya. <p>Seseorang menghampirinya dan memayunginya. <p>“Kenapa? Agar kau bisa pergi lagi?” tanya Joon Jae. <p>Aha...ternyata Joon Jae tidak lupa. Ia bahkan masih bisa mendengar suara hati Chung. Jadi tadi ia mendengar ungkapan hati Chung yang sesungguhnya.</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-dottBQ4F7-0/WJCWwDr8ACI/AAAAAAADGm4/KWfOAD7kv4w/s1600-h/snap-00374%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00374" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00374" src="https://lh3.googleusercontent.com/-sygNs3LY-Go/WJCWxnvvEEI/AAAAAAADGm8/Sw16IqTKHvQ/snap-00374_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-_Q7cGvLBDMc/WJCWzX6BghI/AAAAAAADGnE/xyITky5YTpE/s1600-h/snap-00377%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00377" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00377" src="https://lh3.googleusercontent.com/-RC7kdyNlSgs/WJCW1PQ2bjI/AAAAAAADGnI/xm7qmd3I1_k/snap-00377_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>Ia mengulurkan tangannya pada Chung. Chung menyambutnya dan bangkit berdiri. <p>“Apakah ini yang kauinginkan? Dihapus dari dunia sepenuhnya agar aku melupakanmu? Jika kau akan seperti ini, kenapa kau menghapusnya? Sudah kubilang jangan lakukan itu.” <p>Apa kau benar-benar ingat, tanya Chung. Joon Jae berkata di dunia ini hanya dirinya yang mengingat Chung. Bagaimana bisa, tanya Chung lagi. <p>“Gadis bodoh...hapuslah 100 kali dan lihat apakah aku melupakanmu,” kata Joon Jae sambil memeluk Chung. <p>Chung masih sulit percaya ini terjadi. Joon Jae berkata Chung melewatkan sesuatu. Chung memang bisa menghapus apa yang mereka lakukan, apa yang mereka makan, apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka tertawakan, tapi Chung tidak bisa menghapus dirinya yang sudah terukir di hati Joon Jae. Cieeee....</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-7rlPjCZDVSI/WJCW269fFaI/AAAAAAADGnM/GjskYEYAgtA/s1600-h/snap-00382%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00382" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00382" src="https://lh3.googleusercontent.com/-7xnW0AFOnHQ/WJCW329auTI/AAAAAAADGnQ/Qqws5iyR_xU/snap-00382_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-uvrVaIrDgYU/WJCW58zuwKI/AAAAAAADGnU/XOyynrJmqYQ/s1600-h/snap-00385%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00385" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00385" src="https://lh3.googleusercontent.com/-4b8tWucA1Jc/WJCW7eNaXjI/AAAAAAADGnY/nykcgiIztJg/snap-00385_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>Tapi Joon Jae mengakui ia berusaha keras untuk mengingat Chung. Ia sudah mencatat semuanya jauh sebelum Chung pergi, seandainya hal seperti ini terjadi di masa yang akan datang. Joon Jae menulis dalam diarinya semua yang dialaminya bersama Chung. Seandainya ingatannya hilang, ia masih bisa menemukan Chung dalam diarinya. <p>Setahun pertama setelah Chung pergi, ia menyatukan semua kepingan ingatan akan Chung yang mulai memudar. Setahun berikutnya ia mencari laut yang mungkin menjadi tempat Chung tinggal. Dan setahun terakhir ia mencari rumah di dekat laut untuk ditinggali bersama Chung. <p>Ia berusaha mencari rumah yang tidak terlalu banyak orang, dekat dengan laut, dan banyak jalan setapak. Akhirnya ia menemukannya. <p>Ketika Nam Doo meneleponnya memberitahunya mengenai kedatangan seorang wanita berambut panjang yang cantik, ia hampir tak bisa menahan perasaannya. <p>“Setelah membuatku sangat menderita....akhirnya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Lalu ia memacu mobilnya lebih kencang. Ia berjalan-jalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Setelah 3 tahun berlalu hari yang terasa tidak akan datang, akhirnya datang juga. Mereka bertemu kembali. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-8dlNNJOZnYo/WJCW8lX5j-I/AAAAAAADGnc/zDvBM1Vp49g/s1600-h/snap-00396%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00396" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00396" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Uc--n8JMfgk/WJCW-8qRgRI/AAAAAAADGng/2cwzRFX6bsM/snap-00396_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-k33dB-k8orQ/WJCXAX2s3pI/AAAAAAADGnk/hgtTe72Ofvg/s1600-h/snap-00408%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00408" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00408" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jR50kaZfu2Q/WJCXBlblT5I/AAAAAAADGno/n7PmuCI66r0/snap-00408_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Chung menatap Joon Jae terharu. Ia bertanya mengapa Joon Jae melakukan itu. Ia mungikin saja tidak bisa kembali. Lalu bagaimana dengan Joon Jae? <p>“Maka aku akan mengenangmu sendirian selama sisa hidupku. Aku sendiri yang mencintaimu.” <p>Ia memeluk Chung kembali. <p>Mereka pulang ke rumah dan naik ke kamar atas. Entah penjelasan apa yang diberikan Joon Jae pada ibu dan teman-temannya. Chung melihat semuanya tidak berubah. Lalu ia teringat masa sewa rumah tersebut pasti sudah habis. <p>“Tentu saja sudah lewat. Karena orang yang akan bantu pindahan tidak datang, akhirnya aku beli saja.” <p>Chung tersenyum. Ia berterimakasih Joon Jae sudah menantinya. Joon Jae berkata Chung juga sudah berusaha keras tidak menyerah dan kembali menempuh perjalanan panjang. <p>Chung pelan-pelan mendekati Joon Jae. Joon Jae sedikit mundur, curiga Chung akan mengghapus ingatannya lagi. <p>“Ingatanku tidak bisa dihapus meski kau mencobanya ratusan kali...tapi tetap saja...” <p>Chung jadi kesal dan berkata ia tidak akan melakukannya. Joon Jae berkata ia hanya bercanda lalu mendekatkan wajahnya pada Chung. Tapi kali ini Chung yang menjauh dari Joon Jae. Mereka tertawa. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-DUGOv0xh-DA/WJCXC5jNUSI/AAAAAAADGns/HhptoERGwgQ/s1600-h/snap-00419%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00419" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00419" src="https://lh3.googleusercontent.com/-_z67kY372y4/WJCXEZF795I/AAAAAAADGn0/GSljWhQyhvQ/snap-00419_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Ypqb2ZngP7o/WJCXGO6M8DI/AAAAAAADGn4/6PEz5Y8xp9c/s1600-h/snap-00426%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00426" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00426" src="https://lh3.googleusercontent.com/-_gtb4uSehWk/WJCXHbufyTI/AAAAAAADGn8/PjVzZX0tYic/snap-00426_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Suatu hari Chung mengunjungi Gelandangan Hong yang tentu saja tidak mengenalinya. Ia heran bagaimana Chung tahu di mana tempat penampungan pakaian bekas yang bagus. Chung berkata ia datang karena kangen pada Gelandangan Hong. <p>“Aku tidak kangen karena ini pertama kalinya kita bertemu,” kata Gelandangan Hong mengira Chung orang aneh. <p>Chung mengulang perkataan yang pernah diucapkan Gelandangan Hong. Bahwa hidup ini dipenuhi pertemuan tak disengaja. Mereka harus menghargai pertemuan itu dan hubungan baik akan terjalin. <p>Gelandangan Hong terkejut Chung sepemikiran dengannya. Chung mengajaknya berteman. Ia akan datang pada hari Gelandangan Hong ke sini, yaitu Senin, Rabu, Jumat. <p>“Apa kau seorang penguntit? Apa kau mengikutiku?” Gelandangan Hong curiga. <p>Chung berkata ia memiliki pria yang ia cintai. Lalu ia berkata ada tiga tahap cinta. Romantis, panas, dan kotor. Gelandangan Hong makin heran. Chung berkata saat ini hubungannya tidak romantis tapi jadi panas dan sedang menuju fase kotor. <p>“Apa kita ini soulmate? Kita benar-benar cocok!” kata Gelandangan Hong senang.</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-HsRJuXJTHd4/WJCXI7DsUqI/AAAAAAADGoA/52KnGi8lpjI/s1600-h/snap-00440%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00440" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00440" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Cyyvfl3PjtM/WJCXKnfwYwI/AAAAAAADGoE/jMdOYsCnwQU/snap-00440_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-1JNnkZGBnlk/WJCXL8tfPwI/AAAAAAADGoI/mCqWzicqDtc/s1600-h/snap-00441%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00441" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00441" src="https://lh3.googleusercontent.com/-b5wkLARlV2c/WJCXNvOyjJI/AAAAAAADGoM/Vec7yTenBik/snap-00441_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>Waktu berlalu.... Chung sudah menikah dengan Joon Jae. Dan ia sedang belajar untuk mengikuti tes persamaan SMA. Joon Jae tak rela istrinya belajar di malam yang dingin ini. Ia berkata ia akan mengajari Chung semuanya untuk lulus ujian itu. <p>“Tidak ada hal yang tidak bisa kulakukan atau terlalu sulit bagiku,” sahut Chung merasa tertantang. <p>“Jadi apa masalahnya,” kata Joon Jae sambil menggendong Chung ke tempat tidur. <p>Dalam sidang terakhir pemilihan penuntut, para penguji senang karena Joon Jae mendapat nilai yang luar biasa. Mereka bertanya Joon Jae ingin menjadi penuntut umum seperti apa. <p>“Impianku adalah menjadi penuntut umum di daerah, yang memiliki pemandangan indah. Lebih bagus lagi di dekat lautan. Beberapa tahu lalu aku membeli rumah kecil di daerah Sokcho. Jika aku bisa menjalankan tugas pertamaku di sana, maka itu akan bagus.” <p>Meski heran dengan keinginan Joon Jae, para penguji langsung menyetujuinya.</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-EgcWbvsSKFY/WJCXPIpeAfI/AAAAAAADGoQ/Eo6fmoVBku4/s1600-h/snap-00462%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00462" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00462" src="https://lh3.googleusercontent.com/-72enlMBjhts/WJCXQTrxjlI/AAAAAAADGoU/bhAk2txGqws/snap-00462_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/--zacwD6PmV8/WJCXR5uLYtI/AAAAAAADGoY/QI1J9teqBo8/s1600-h/snap-00471%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00471" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00471" src="https://lh3.googleusercontent.com/-JmES1eWPHm0/WJCXTIX2QyI/AAAAAAADGoc/l_j4YI5kreA/snap-00471_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>Joon Jae dan Chung pindah ke rumah baru mereka. Lho kemana Yoo Ran dan yang lainnya? <p>Impian mereka menjadi kenyataan. Mereka menjalani hidup sederhana di desa yang terpencil. Tidak terlalu banyak hal terjadi di sana. Desa kecil yang membosankan. Namun hidup mereka tidak akan membosankan karena Chung mengandung anak pertama mereka. <p>Melihat nafsu makan Chung yang naik berlipat-lipat saat hamil, Joon Jae bercanda bagaimana ia menghidupi mereka dengan gajinya sebagai pegawai negeri. <p>“Jangan khawatir, sayang! Aku akan berusaha keras menangis sampai air mataku kering,” kata Chung tertawa. <p>“Tentu saja. Berusahalah lebih keras karena akhir-akhir ini kau tidak menangis,” gurau Joon Jae. <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-HuFxI2jRUM0/WJCXUztLxNI/AAAAAAADGok/kZOVsAr0WsE/s1600-h/snap-00481%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00481" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00481" src="https://lh3.googleusercontent.com/-bn022Z_e_UE/WJCXWd16n9I/AAAAAAADGoo/_NbwNJF4Qmk/snap-00481_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-exEHfMJnYQw/WJCXXxVYvvI/AAAAAAADGos/C87m6C5aABM/s1600-h/snap-00491%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00491" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00491" src="https://lh3.googleusercontent.com/-jB8Ql-LYuj4/WJCXZW5vE5I/AAAAAAADGow/vhXzJw7CMco/snap-00491_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a> <p>Mereka duduk berdampingan menyaksikan matahari terbenam di tepi pantai. Menertawakan dan menangisi hal-hal sangat sederhana. Kadang gembira, kadang sedih. Melihat dalam diam bagaimana waktu mereka bersama terus mengalir hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik tiap detik. <p>“Menghargai cinta yang akhirnya datang padaku setelah melalui banyak jalan memutar. Diam-diam mengingat legenda kami yang indah....”</p> <p><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-TqT7Iwgf3w8/WJCXbQkhosI/AAAAAAADGo0/z7D6_udePWo/s1600-h/snap-00500%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00500" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00500" src="https://lh3.googleusercontent.com/-NlgeuNFlV0s/WJCXc3Y2DuI/AAAAAAADGo4/UUYb8BcX-ro/snap-00500_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-DkFRlpBfwFY/WJCXeTeNNYI/AAAAAAADGo8/a4Brm1kLJds/s1600-h/snap-00504%25255B2%25255D.jpg"><img title="snap-00504" style="border-top: 0px; border-right: 0px; background-image: none; border-bottom: 0px; padding-top: 0px; padding-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; padding-right: 0px" border="0" alt="snap-00504" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Fpohgw1_q3M/WJCXfy7AzrI/AAAAAAADGpA/paa-Sp5X2o4/snap-00504_thumb.jpg?imgmax=800" width="244" height="140"></a></p> <p>The End. <p><b>Komentar:</b> <p>Happy ending. <p>Akhir yang memuaskan bagi Joon Jae dan Chung. Namun sayangnya tidak diperlihatkan apa yang terjadi pada Yoo Ran, Nam Doo, dan Tae Oh setelah Joon Jae dan Chung menikah. Bagaimanapun mereka adalah bagian dari hidup Chung dan Joon Jae selama ini. Kan masih pengen liat Tae Oh dan Shi Ah setelah mereka menikah XD <p>Drama ini sangat romantis namun sayangnya alur ceritanya kurang diperdalam oleh penulis hingga terasa biasa saja setelahnya. Kurang bikin baper istilahnya. Konflik yang ada antara Dae Young, Chi Hyun, dan Nyonya Kang menurutku kurang digali lebih dalam sehingga terkesan kehadiran mereka hanyalah pengulangan dari takdir masa Joseon. <p>Apakah pengulangan itu berarti takdir selalu berulang persis? Jahat selalu kembali jahat, baik selalu baik? Atau hanya kasus Joon Jae dan Chung saja karena kaitannya dengan takdir Se Hwa – Dam Ryeong? Penyelesaian yang sederhana namun jadi kurang menggelitik. <p>Meski dari segi cerita menurutku kurang cetar, drama ini membuatku kembali menyukai Lee Min Ho setelah jaman Boys Before Flowers. Aku memang membuat sinopsis Heirs, tapi aku kurang menyukai karakter Kim Tan. Karakter Joon Jae lebih menarik dan adorable menurutku^^ <p>Juga salut pada Jun Ji Hyun yang harus syuting di dalam air berkali-kali pada cuaca sedingin itu. Hanya saja aku berharap lebih pada pertemuan Chung kembali dengan Joon Jae setelah 3 tahun berpisah. Joon Jae pake ngambek dulu sih....mungkin karena tak ingin terlihat yang lain ya... <p>Sebagai hiburan, drama ini bagus untuk ditonton. Juga sangat romantis dengan kata-kata maut dari Joon Jae. Dan lagi semua kelemahan drama ini terlupakan saat melihat wajah bening pada pemerannya^^</p><div class="blogger-post-footer">© KDRAMATIZED Dilarang copas sinopsis dari blog ini dengan alasan apapun.</div>https://www.kdramatized.com/2017/01/sinopsis-legend-of-blue-sea-episode.html[email protected] (Kdramatized)20