Bukannya senang “ditembak” seorang idola, Jae Kyung malah meminta Ho Yeol tidak bicara yang bukan-bukan dan mengajaknya bicara di luar saja. Hmmm…apa Jae Kyung tahu Arang ada di dalam ruangan itu?
“Mengapa tidak? Aaaaah…kau ingin mendengarnya di depan orang lain? Maaf, aku tidak bisa melakukannya. Kami memiliki aturan “tidak berpacaran”. Percayalah padaku, kau tidak akan ingin orang lain mengetahuinya.”
“Yang Ho Yeol, jangan mempermalukan dirimu. Kau pikir aku akan mabuk kepayang karena seorang idola mengajakku berkencan? Pergilah ke tempat lain,” Jae Kyung pergi dengan kesal.
Ho Yeol bengong, seorang gadis baru saja menolaknya?
Arang, yang sejak tadi tentu saja mendengar percakapan mereka, keluar dari tempatnya membaca dan menepuk pundak Ho Yeol.
Ho Yeol kaget, sejak kapan Arang di sana? Apa Arang mendengar semuanya?
Arang mengangguk membenarkan. Ho Yeol mengancam akan membunuh Arang jika Arang memberitahu orang lain mengenai peristiwa barusan.
“Aku tidak akan mengatakannya. Aku ingin membantu,” kata Arang. Ia mengulurkan kartu nama Cyrano.
Hee…so the next client is Ho Yeol. Dan targetnya adalah Jae Kyung^^
Dan yang paling bahagia saat ini adalah Min Young sang noona. Ia menganjurkan Arang menjadi idola juga.
“Tak peduli bagaimanapun, menurutku kau lebih tampan darinya.” Awww….the proud noona^^
“Aku tidak suka kamera. Aku ingin menjadi aktor panggung,” kata Arang tersenyum.
Ho Yeol menghampiri mereka. Ia berkata sebenarnya Arang juga direkrut oleh managernya. Tapi Arang menolak tawaran itu. Kalau Arang menerima, pasti mereka sudah bekerja bersama sekarang.
“Kalau begitu apa kalian best friends?”
“Bukan, kami saingan. Dua pria tertampan di SMA Hoojin,” jawab Ho Yeol sambil duduk di sebelah Arang.
Melihat dua pemuda tampan tersenyum manis padanya, hati Min Young berbunga-bunga. Ia merasa begitu diberkati hari ini. Ia bahkan mengulurkan tangannya untuk menyentuh Ho Yeol hehehe^^ (kaya nyentuh lumba-lumba aja XD)
“Apa orang-orang ini benar-benar bisa membuat cinta menjadi kenyataan?” Ho Yeol mulai ragu. Arang mengangguk.
Byung Hoon akhirnya menemui mereka. Ia meminta Ho Yeol tidak meragukan mereka. Tapi ada satu pertanyaan yang harus ia ajukan lebih dulu.
“Siapa yang mengatur uangmu?” tanyanya serius. Dasar Byung Hoon matre.
Byung Hoon, Min Young, dan Moo Jin makan siang di seberang (restoran Seung Pyo maksudnya). Min Young tak percaya Byung Hoon menanyakan tentang uang pada anak semuda itu. Byung Hoon membela diri dalam bisnis masalah uang harus jelas. Bagaimana jika Ho Yeol tidak punya uang karena orangtuanya yang mengatur semua orangnya?
“Lalu kau? Apa? Merasa diberkati? Batu Gong, aku akan mengusirmu jika kau terus mengatakan hal seperti itu.”
“Usirlah dia jika kau mau mengusirnya. Dengan begitu aku bisa mempekerjakannya sebelum orang lain bekerja di sini,” Seung Pyo menghampiri mereka.
Min Young tersenyum menang. “Kau dengar? Aku populer.” Lalu ia tersenyum manis pada Seung Pyo.
Seorang gadis muda masuk. Ia adalah pegwai baru Seung Pyo yang baru bekerja hari ini. Ia seorang gadis yang ceria dan penuh semangat. Tanpa sengaja tasnya menyenggol Moo Jin yang sedang makan.
“Astaga..aku minta maaf,” gadis itu berulang kali minta maaf sambil mengelapi wajah Moo Jin dengan tangannya. Dan si robot Moo Jin pun kebingungan menghadapi gadis itu.
Ho Yeol melihat-lihat kamar Arang di teater. Di dalam kamar itu ada sebuah tenda yang dipenuhi….boneka? Arang berkata mereka baru saja membeli tenda itu. Ia berangan-angan berkeliling dunia menyaksikan berbagi pertunjukkan dengan membawa tenda itu.
Ho Yeol melihat di dinding tertempel berbagai brosur pertunjukkan teater. Lalu pandangannya tertumbuk pada tumpukan catatan sekolah dengan tulisan tangan di meja Arang. Sepertinya ia mengenali itu tulisan tangan Jae Kyung.
Ho Yeol berkata Arang tinggal dengan orang lain sama seperti dirinya (tidak tinggal bersama keluarga). Ia akan mengatakan pada orang lain kalau Arang orang aneh.
“Kalau begitu aku akan memberitahu semua orang kalau kau ditolak ketua kelas,” sahut Arang tersenyum. Arang ini kalau senyum tulus banget. Ngga keliatan dia kesal, atau marah, atau sedih.
“Ditolak? Aku tidak ditolak. Aku bisa memenuhi stadium olimpiade dengan para gadis yang menyukaiku. Ia hanya tidak berpikir jernih karena aku membuatnya kaget. Kau tidak memiliki orang yang kausukai?”
“Tidak,” jawab Arang.
Ho Yeol berkata jika Arang menyukai seseorang katakan saja padanya, ia akan membantu. Arang mengingatkan kalau sekarang ia yang sedang membantu Ho Yeol. Ho Yeol bertanya apa Arang yakin sukses 100% jika ia menyewa mereka?
“Tentu saja. Percayalah pada kami. Sampai saat ini kesuksesan kami 100%,” ujar Arang.
Maka Ho Yeol pun menyewa mereka. Dimulai dengan penyelidikan terhadap target. Jae Kyung selalu yang paling pagi datang ke sekolah. Murid teladan nih ;p
Tapi pada suatu pagi ia menemukan hal yang aneh. Ketika ia masuk ke kelas, ada yang datang lebih awal daripadanya dan sedang duduk dengan manisnya di jendela. Kucing?
Lebih cute dari kucing sih menurutku^^ Ho Yeol duduk bak seorang model di jendela, lengkap dengan semilir angin yang menerbangkan tirai di dekatnya.
“Yang Ho Yeol? Kau datang ke sekolah sepagi ini?” tanya Jae Kyung heran. Ho Yeol menatap Jae Kyung lalu melihat ke luar jendela seakan tak peduli.
“Aku ingin sendirian di kelas. Aku tidak tahu udara pagi sesegar ini di sekolah. Aku akan kehilangan banyak bila aku lulus tanpa mengetahui hal ini,” ujar Ho Yeol sambil tersenyum. Jae Kyung tersenyum mendengar kata-kata Ho Yeol.
Tapi lalu ia melihat ke jendela sebelah, di mana tirainya tetap diam tak bergerak sementara tirai di jendela Ho Yeol berkibar karena angin. Ternyata angin segar itu sengaja ditiupkan Arang dan Moo Jin dari depan jendela.
“Mengapa angin bertiup kencang di sana? Aneh,” kata Jae Kyung sambil mendekati jendela. Ho Yeol buru-buru memberi aba-aba agar angin itu dihentikan.
“Tidak, sama sekali tidak berangin,” kata Ho Yeol sambil menutup jendela.
Untunglah Jae Kyung tidak mempedulikannya lagi dan duduk di kursinya.
Sementara itu Byung Hoon dan Min Young seperti biasa mengawasi jalannya operasi dari dalam van.
“Mereka tidak mengajarinya akting? Mengapa aktingnya buruk sekali?” kata Byung Hoon.
“Apa? Kulirnya begitu bersinar hingga sinarnya keluar dari monitor. Apa yang ia lakukan hingga ia menjadi cinta pertama seorang idol?” sahut Min Young, mau tak mau merasa iri dengan keberuntungan Jae Kyung.
Ho Yeol mendekati meja Jae Kyung. Byung Hoon mendikte kata-kata yang harus Ho Yeol ucapkan.
“Jika mengajakmu keluar adalah hal yang berlebihan, aku menariknya kembali. Aku masih merasakan hal yang sama tapi aku akan berpura-pura tidak pernah mengajakmu keluar. Aku minta maaf karena telah membuatmu merasa canggung.”
“Sekarang pergilah ke kursimu tanpa menoleh ke belakang,” perintah Byung Hoon. Maka Ho Yeol pun berjalan dengan cool kembali ke kursinya. Dan Jae Kyung? Sama sekali tidak menunjukkan reaksi mendengar perkataan Ho Yeol barusan.
Byung Hoon menganggap itu hal yang aneh. Entah Jae Kyung suka atau tidak pada orang yang menyukainya, setidaknya Jae Kyung seharusnya menunjukkan reaksi atau ekspresi. Tapi nihil, tidak ada reaksi sama sekali.
“Dia terlalu tenang,” Byung Hoon mengambil kesimpulan. “Ia memiliki wajah tembok.”
Min Young tidak mengerti, bagaimana bisa Jae Kyung bisa menolak Ray (Ho Yeol). Jae Kyung itu seumpama tokoh utama novel romantis. Seharusnya langsung jatuh cinta pada orang seperti Ray.
“Kurasa ia trauma dengan para idol. Misalnya cinta pertama nya seorang idol, tapi pria itu mengencani wanita yang sudah menikah…” Hehe, Min Young sih kebanyakan nonton drama ;D
Byung Hoon menyuruh Min Young berhenti berceloteh dan menyerahkan sesuatu untuk dipakai Min Young. Untuk mendekati target.
Min Young terkejut ketika melihat isi kantung yang disodorkan Byung Hoon. Ia berkata ia tidak bisa memakainya. Dengan kesal ia turun dari van.
Byung Hoon memegang kerah baju Min Young. Ia mengingatkan bukankan Min Young akan bekerja untuk tim. Min Young protes, ini sama sekali bukan untuk tim dan lagi ini rencana yang buruk.
Min Young berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Byung Hoon. Ia berjalan sambil meronta. Srreeeekk…baju Min Young sobek! Dan Byung Hoon pun langsung kena bogem tas Min Young.
Melihat Byung Hoon harus mengompres pipinya, Min Young jadi tak enak hati. Ia bertanya mengapa Byung Hoon menarik bajunya.
“Aku tidak menariknya. Aku hanya memegangnya. Kau yang mencoba berlari. Kenapa? Kau begitu malu untuk meminta maaf sehingga balik menyalahkan aku?” ujar Byung Hoon kesal.
Ia melihat Min Young bersembunyi di balik tirai van seakan menutupi sesuatu.
“Memangnya ada yang bisa keuperlihatkan? Berhentilah bersikap seakan kau memiliki sesuatu untuk diperlihatkan,” ledek Byung Hoon. Min Young kesal sekali. “Seharusnya aku memukulmu lebih keras,” gerutunya.
“Sudah waktunya, ayo pergi,” Byung Hoon turun dari van. Min Young tidak juga turun. Byung Hoon membuka pintu van agar Min Young turun. Ia berkata ini balasannya karena telah memukul wajahnya.
Min Young terpaksa turun dengan mengenakan…seragam SMA. Byung Hoon mengolok Min Young beruntung hari ini karena kembali bisa bersikap dan berpenampilan seperti anak remaja.
Min Young takut ketahuan tapi Byung Hoon berkata Moo Jin telah mengurus semuanya. Min Young berjalan dengan ogah-ogahan mengikuti Byung Hoon masuk ke sekolah. Tak lama, Seung Pyo juga muncul di depan sekolah sambil membawa kamera. Hmmm….apa ia mengikuti tim Cyrano?
Seorang guru menyapa Byung Hoon. Rupanya dulu Byung Hoon juga bersekolah di tempat ini. Guru itu memuji Byung Hoo. Berkat Byung Hoon, tim drama sekolah itu diundang ke Festival Drama Internasional.
“Kukira kau diundang ke Inggris. Kapan kau kembali ke Korea?” tanya guru itu.
“Sudah cukup lama,” kata Byung Hoon.
Min Young celingak-celinguk lalu diam-diam kabur meninggalkan Byung Hoon.
“Mengapa kau kemari?” tanya guru itu.
“Adikku pindah sekolah ke sini,” jawab Byung Hoon. Tapi begitu ia menoleh, Min Young tidak ada. Ia melihat Min Young berlari masuk ke sekolah.
Guru itu heran Byung Hoon memiliki seorang adik. Byung Hoon berbohong sebenarnya ia mempunyai seorang adik tapi tinggal bersama kakek nenek di desa karena masalah kesehatan. Itulah sebabnya semua orang menduga ia anak tunggal. Ia lalu buru-buru pamit untuk mengejar Min Young.
Seung Pyo melihat Min Young dan memanggilnya. Min Young kaget kenapa Seung Pyo ada di sekolah ini. Seung Pyo berkata ia datang untuk memotret. Ia suka memotret di sekolah ini. Hmmm…kalau Jae In yang jadi muridnya, pasti udah disangka penguntit tuh si Master >,<
“Kenapa kau mengenakan seragam?” tanya Seung Pyo.
“Dia murid SMA mulai hari ini,” tiba-tiba Byung Hoon sudah menyusul mereka. Ia tidak nampak curiga dengan keberadaan Seung Pyo di sekolah ini. Ia menarik Min Young pergi.
“Mari kita lakukan rencana yang lain. Ini mission impossible,” rengek Min Young.
“Ini mungkin. Semua hal mungkin di tanganku,” sahut Byung Hoon.
Seung Pyo memotret mereka.
“Orang bilang pembunuh kembali keTKP. Apakah ini yang terjadi?” gumamnya. Siapa pembunuh? Byung Hoon?
Ia melihat foto-foto Byung Hoon dan Min Young yang barusan diambilnya. “Ia terlihat bahagia akhir-akhir ini,” gumamnya lagi.
Di kelas, Arang dan Ho Yeol asyik mengobrol. Jae Kyung diam-diam memperhatikan. Lalu guru masuk memperkenalkan murid baru. Siapa lagi kalau bukan Min Young^^
Arang dan Ho Yeol terlihat senang. Guru beralasan Min Young pernah cuti 2 tahun tidak sekolah. Hehe…untuk menjelaskan kenapa Min Young lebih tua. Guru memperbolehkan para murid memanggil Min Young dengan sebutan apapun tapi harus tetap sopan. Para murid langsung berkasak-kusuk.
Guru menyerahkan Min Young pada Jae Kyung sebagai ketua kelas. Min Young tersenyum pada Jae Kyung. Jae Kyung balas tersenyum.
Saat istirahat, Jae Kyung membawa Min Young berkeliling sekolah. Ia memperkenalkan ruangan-ruangan di sekolah. Salah satunya Ruang Panah. Ruangan itu tempat diadakannya teater kecil atau kelas-kelas khusus. Tapi ruangan itu tidak digunakan lagi sekarang.
Kelas itu tempat bertemunya siswi dan siswa beda kelas. Mereka berkenalan lalu berpacaran. Di sana Cupid menembakkan panah asmaranya, hingga ruangan itu disebut Ruang Panah.
“Ray dari Grup RX ada di kelas kita kan?” tanya Min Young.
“Benar.”
“Wah, aku sangat beruntung! Idol yang paling kusuka adalah Ray.”
Jae Kyung mengangguk tak tertarik.
“Bagaimana denganmu?” tanya Min Young.
“Aku tidak begitu suka idol,” kata Jae Kyung.
“Kau trauma dengan para idol, ya kan?” Dasar Min Young, ia langsung ingin membuktikan teorinya. “Siapa? Siapa yang telah menyakiti hatimu?”
“Tidak. Aku hanya tidak pernah menyukai mereka,” Jae Kyung menjelaskan.
Gugur sudah teori trauma idol Min Young. Jae Kyung mengajak Min Young bergegas masuk karena waktu istirahat sudah habis.
“Heh…mereka seperti bibi dan keponakan,” ujar Byung Hoon sambil keluar dari tempat persembunyiannya. Sejak tadi ia diam di box telepon umum, mengawasi Min Young dan Jae Kyung. Tiba-tiba ia teringat kenangan masa lalu.
Kilas balik:
Byung Hoon muda naik ke atap sekolah menemui temannya. Temannya menyerahkan sebuah poster. Byung Hoon membuka poster itu.Seperti poster pertunjukkan drama? Poster itu bertuliskan Cyrano de Bergerac (judul sebuah pertunjukkan drama mengenai hidup seorang penulis drama bernama Cyrano de Bergerac. Cyrano benar-benar tokoh nyata).
“Seo Il Rok?” Byung Hoon heran namanya diganti.
Temannya mengatakan Seo Il Rok lebih bagus dari Seo Byung Hoon dan lagi orang-orang selama ini memanggil Byung Hoon dengan sebutan Sherlock (mirip pelafalan Seo Il Rok).]
Byung Hoon berpendapat itu tetap saja terasa berlebihan. Temannya hanya tersenyum. Ia berkata mulai sekarang Byung Hoon harus menggunakan nama itu sebagai sutradara panggung mulai sekarang. Jika ada yang protes, katakan saja ini adalah keputusannya. Ia yang membuat Seo Il Rok. Byung Hoon tersenyum.
“Jangan bersikap sok cool. Kau hanya akan menjadi fans-ku, Watson (asisten Sherlock Holmes),” ujarnya.
“Baiklah, aku akan mencarikan Watson untukmu,” kata temannya tersenyum. “Aku merencanakan sesuatu yang keren untuk pertunjukan. Kau bisa menantikannya.”
Di kelas, Min Young mulai kebosanan. Bukannya belajar matematika, ia malah menggambar Byung Hoon di bukunya dan memakinya dengan tulisan. Penderitaannya berakhir begitu bel berbunyi.
Min Young menoleh dan heran sejak kapan Arang tidak ada di kelas. Jae Kyung menoleh ke arah yang sama.
Byung Hoon masuk ke dalam sekolah. Diam-diam Seung Pyo mengawasinya dari jauh. Ini kok jadi kaya buntut membuntuti ya >,<
Min Young melihat Jae Kyung buru-buru pergi. Ia segera mengikutinya.
Byung Hoon berdiri di dalam sebuah ruangan. Melihat interior ruangan itu, sepertinya itu Ruang Panah. Seung Pyo diam-diam mengintipnya.
Byung Hoon mengamati lukisan di dinding. Ia teringat pada sosok yang melukis lukisan itu di masa lalu. Seorang gadis.
Tiba-tiba ia mendengar suara. Ia menoleh dan melihat Arang berjalan di Ruang Panah sambil membaca buku. Pandangannya beralih ke seberang dan ia melihat Jae Kyung. Ada apa gerangan?
Min Young berjalan menyusul Jae Kyung tapi tiba-tiba Byung Hoon menariknya dan menyuruhnya jangan berisik.
Jae Kyung berjalan menghampiri Arang yang sedang membaca. Arang terkejut melihat Jae Kyung.
“Kau selalu kabur ke sini,” ujar Jae Kyung. “Kau selalu datang ke sini untuk membaca dan berlatih drama. Kau mendengarkan musik.”
Diam-diam Byung Hoon dan Min Young menguping dari depan pintu.
“Jadi kau sudah tahu,” kata Arang.
“Do Arang…Aku menyukaimu. Selama ini aku menyukaimu.”
Dua episode berakhir dengan dua pengakuan cinta. Kira-kira akan seperti apa jawaban Arang ya?
Note: Untuk episode-episode mendatang aku hanya akan membuat reviewnya dan memberikan link sinopsis lengkap Dating Agency Cyrano di blog diananasta.blogspot.com. Diana sudah membuat sinopnya sampai episode 5, jadi silakan berkunjung ke sana ya^^ Sinopsisnya lengkap dan detail juga :)
Buka berarti aku tidak menyukai drama ini lagi, tapi drama ini menurutku lebih menarik ditonton langsung daripada dibuat sinopsisnya. Sebagai gantinya, aku akan membuat sinopsis I Hear Your Voice.